BAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya benda yang bergetar, seperti senar gitar, garputala, dan diafragma

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya benda yang bergetar, seperti senar gitar, garputala, dan diafragma"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bunyi Bunyi merupakan gejala yang dapat didengar oleh manusia akibat adanya benda yang bergetar, seperti senar gitar, garputala, dan diafragma loudspeaker. Bunyi yang dapat didengar oleh manusia memiliki rentang frekuensi 20 Hz Hz, namun kemampuan untuk mendengarkan bunyi di rentang frekuensi tersebut menurun sejalan dengan bertambahnya usia. Rentang frekuensi yang dapat didengar oleh manusia disebut audiosonic. Bunyi yang memiliki frekuensi lebih rendah dari 20 Hz disebut infrasonic dan yang lebih tinggi dari Hz disebut ultrasonic. Bunyi terjadi karena adanya perubahan tekanan udara di sekitar sumber bunyi. Perubahan tekanan ini berupa rapatan dan renggangan partikel udara di sekitar sumber bunyi. Timbulnya rapatan dan renggangan partikel udara di sekitar sumber bunyi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Perambatan gelombang bunyi akibat gerakan diafragma loudspeaker. 8

2 Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa gerakan diafragma loudspeaker ke depan terhadap posisi kesetimbangannya akan memampatkan partikel udara di depannya, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.a. Pemampatan ini mengakibatkan tekanan udaranya lebih tinggi dari tekanan normal (P o ). Daerah yang tekanan udaranya lebih tinggi disebut rapatan. Rapatan tersebut akan merambat menjauhi loudspeaker dengan cepat rambat gelombang bunyi (c). Setelah menghasilkan rapatan, diafragma loudspeaker bergerak ke belakang terhadap posisi kesetimbangannya. Gerakan diafragma loudspeaker ke belakang tersebut menimbulkan daerah yang disebut renggangan. Renggangan ini mengakibatkan tekanan udara di depan diafragma loudspeaker lebih rendah dari tekanan normal (P o ), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.b. Tidak hanya daerah rapatan, renggangan juga akan merambat menjauhi loudspeaker dengan cepat rambat gelombang bunyi ( ). Adanya fluktuasi perubahan tekanan di sekitar sumber bunyi, mengakibatkan timbulnya tekanan sesaat ( ). Tekanan ini didefinisikan sebagai perubahan tekanan normal yang terjadi secara cepat akibat adanya gelombang bunyi (Beranek, 1993:9). Sedangkan selisih antara tekanan sesaat ( ) dengan tekanan normal (P o ) disebut tekanan bunyi/akustik ( ). Berikut adalah hubungan antara ketiga tekanan tersebut: (1) Tekanan sesaat ( ) memiliki nilai yang tidak konstan terhadap nilai tekanan normal. Hal ini terjadi terus-menerus sesuai dengan fluktuasi akibat adanya gelombang bunyi. Tekanan sesaat ( ) dapat lebih atau kurang dari 9

3 tekanan normal (P o ). Selain itu, pada posisi tertentu kedua tekanan akan memiliki nilai yang sama. Berikut adalah grafik hubungan antara tekanan sesaat ( ) dengan nilai tekanan normal (P o ) sebagai fungsi posisi. Gambar 2. Grafik hubungan antara tekanan sesaat ( ) dengan tekanan normal (P o ). Gelombang tekanan bunyi yang ditimbulkan akibat fluktuasi tekanan udara di sekitar sumber bunyi memenuhi persamaan gelombang bunyi sebagai berikut: (2) Jika suatu sumber bunyi diletakkan di tempat terbuka, maka radiasi gelombang tekanan bunyinya akan merambat ke segala arah. Jika radiasi ini diasumsikan dalam sistem koordinat kartesian, maka berdasarkan persamaan (2), berlaku persamaan sebagai berikut, (3) dimana. Solusi persamaan (3) adalah, (4) 10

4 dimana adalah bilangan gelombang (1/m), adalah frekuensi sudut (rad/s), adalah amplitudo tekanan akustik (db), dan adalah waktu (s). Besaran amplitudo tekanan pada gelombang bunyi sangat penting dalam memahami perilaku sumber bunyi. Dalam proses merekam gelombang bunyi, amplitudo tekanan pada gelombang bunyi akan menyebabkan salah satu kondensor pada bagian dalam mic condensor mengalami perubahan posisi. Perubahan ini menyebabkan perubahan kapasitansi di antara dua kondensor. Akibat perubahan kapasitansi tersebut, maka timbul perubahan fluks listrik yang akan menghasilkan beda potensial listrik di antara dua kondensor. Oleh karena beda potensial listrik yang dihasilkan mic condensor sebanding dengan perubahan posisi kapasitor di antara dua kondensor akibat adanya amplitudo tekanan pada gelombang bunyi, maka amplitudo beda potensial listrik juga sebanding dengan amplitudo tekanan pada gelombang bunyi. Beda potensial listrik inilah yang menjadi output bagi mic condesor dan input bagi media yang digunakan untuk merekam gelombang bunyi. B. Loudspeaker Loudspeaker merupakan transduser elektromagnetik yang mengubah sinyal listrik menjadi sinyal bunyi (Beranek, 1986:183). Pada umumnya loudspeaker digunakan pada alat-alat seperti radio receivers, phonographs, sistem komunikasi, dan sound system. Kinerja suatu loudspeaker dapat dilihat dari respon frekuensinya (Olson, 1967: 337). Rentang frekuensi bunyi yang mampu dihasilkan oleh sistem loudspeaker adalah di antara 20 Hz - 20 khz 11

5 dan rentang frekuensi tersebut sesuai dengan rentang frekuensi pada pendengaran manusia. Loudspeaker mempunyai bagian-bagian penyusunnya, seperti tampak pada Gambar 3. Gambar 3. Bagian-bagian loudspeaker (Newell & Holland, 2007: 23). Sebuah loudspeaker bekerja dengan cara menggetarkan diafragma. Diafragma biasanya terbuat dari plastik, kertas, maupun logam. Diafragma berbentuk kerucut terpancung. Pada bagian tengah diafragma terdapat dust cap. Dust cap berfungsi sebagai pengaman agar partikel debu tidak dapat masuk ke bagian dalam loudspeaker yakni voice coil dan gap. Dalam perakitan sebuah loudspeaker dengan chasis atau basket, bagian luar diafragma dihubungkan dengan sistem suspensi yaitu surround dan bagian kerangka loudspeaker (basket). Surround merupakan material yang fleksibel sehingga dapat mengikuti getaran diafragma. Sedangkan pada bagian bawah belakang, diafragma dirakit bersama dengan spider dan voice coil. Voice coil akan mengalami gerakan maju-mundur ketika ada arus yang berfluktuasi dan berinteraksi dengan medan magnet yang dihasilkan oleh magnet permanen 12

6 yang ada pada loudspeaker tersebut. Pergerakan maju-mundur voice coil ini mengakibatkan diafragma bergerak maju-mundur (bergetar). Getaran voice coil dan diafragma terjadi sangat cepat, sehingga untuk menjaga getaran voice coil dan diafragma tetap stabil, maka voice coil dan diafragma dipasang bersama spider. Spider tersebut juga dirakit bersama kerangka loudspeaker (basket). Seperti halnya surround, spider juga terbentuk dari material yang fleksibel sehingga spider dapat mengikuti gerakan voice coil dan diafragma. Bergetarnya diafragma ini akan mengakibatkan bergetarnya udara yang ada di sekitar diafragma sehingga terbentuklah gelombang bunyi. Berdasarkan rentang frekuensinya, loudspeaker terbagi dalam beberapa jenis. Jenis-jenis loudspeaker tersebut adalah: 1. Tweeter Tweeter adalah salah satu jenis loudspeaker yang berukuran kecil, yaitu sekitar (0,5 4) inci. Tweeter berfungsi untuk menangani frekuensi tinggi yang cakupannya pada rentang 3500 Hz 20 khz. Contoh bunyi dengan frekuensi tinggi antara lain adalah suara vokal, cymbal drum, dan suara dentingan alat musik lainnya. Tweeter juga ada yang dikenal dengan sebutan super tweeter / ribbon tweeter. Jenis tersebut memiliki bentuk yang berbeda dari tweeter biasa. Pada umumnya bentuknya persegi panjang, terbentuk dari plat tipis dan mampu menghasilkan bunyi dengan frekuensi tinggi yang tidak dapat dijangkau oleh tweeter biasa, yaitu pada rentang 5 khz 23 khz. 13

7 2. Midrange Midrange adalah salah satu jenis loudspeaker yang umumnya berukuran sekitar (3 5) inchi dan memiliki cangkupan frekuensi pada rentang 350 Hz 4500 Hz. Midrange ini biasanya diikutsertakan pada 1 set sistem 3 way car audio. Loudspeaker jenis midrange digunakan untuk menangani bunyi pada frekuensi menengah. 3. Woofer Woofer merupakan salah satu jenis loudspeaker yang berfungsi untuk menghasilkan bunyi dengan frekuensi rendah atau suara bass. Woofer memiliki rentang frekuensi 200 Hz dan dibawahnya. Woofer biasanya memiliki diameter (8 10) inchi. Woofer ada juga yang mempunyai rentang frekuensi 40 Hz dan dibawahnya. Woofer jenis ini sering disebut subwoofer. Subwoofer biasanya memiliki diameter sekitar (12 18) inci. Berdasarkan drivernya, bagian loudspeaker dapat dikategorikan ke dalam 3 bagian (Dickason, 2006:3). Ketiga bagian tersebut adalah: 1. Sistem Motor Loudspeaker Sistem motor loudspeaker tersusun atas magnet, voice coil, pole piece, dan gap. Pole piece berfungsi untuk memfokuskan medan magnet yang ditembus oleh voice coil sehingga medan magnet menjadi lebih kuat. Jika arus 14

8 berfluktuatif mengalir pada bagian kumparan (voice coil), maka akan terjadi interaksi antara arus dengan medan magnet sehingga menghasilkan gaya. Gaya ini disebut gaya Lorentz. Gaya Lorentz selanjutnya akan menggerakan voice coil ke depan atau ke belakang. Interaksi antara arus dengan medan magnet ini ditunjukkan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: (5) dengan adalah gaya Lorentz (N), adalah medan magnet (tesla), adalah arus (ampere), dan adalah panjang voice coil yang berinteraksi dengan magnet (meter). Gambar dari magnet yang digunakan dalam sistem motor loudspeaker tampak pada Gambar 4. Gambar 4. Magnet dalam sistem motor loudspeaker (Dickason, 2006: 4). 2. Sistem Diafragma Loudspeaker Sistem diafragma loudspeaker tersusun atas diafragma dan dust cap. Sistem diafragma merupakan sistem yang berinteraksi secara langsung dengan partikel udara. Oleh karena itu sistem 15

9 diafragma sangat berpengaruh terhadap bunyi yang diproduksi oleh loudspeaker. Dust cap adalah salah satu bagian penting pada sistem diafragma. Dust cap berfungsi sebagai pelindung sistem motor loudspeaker supaya tidak ada partikel debu yang masuk ke dalam sistem tersebut. Jika dust cap rusak atau terdapat lubang pada bagian dust cap, maka partikel-partikel debu dapat masuk ke dalam sistem motor loudspeaker. Hal ini akan mengakibatkan gerakan voice coil menjadi terhambat dan mengganggu kualitas bunyi yang dihasilkan oleh loudspeaker. Diafragma loudspeaker memiliki jenis material yang berbeda-beda. Jenis material yang berbeda ini akan mengakibatkan perbedaan pada stiffness. Diafragma loudspeaker mempunyai dua klasifikasi mode getaran, yaitu mode radial dan mode konsentrik. Jenis mode tersebut biasanya digunakan untuk menganalisis getaran suatu diafragma. Mode radial digambarkan berupa perluasan daerah getar dari pusat diafragma menuju tepi diafragma. Mode radial pada getaran diafragma ini biasanya terjadi pada frekuensi rendah. Gambaran mode radial terlihat seperti tampak pada Gambar 5. 16

10 Gambar 5. Mode radial getaran diafragma loudspeaker (Dickason, 2006: 7). Sedangkan mode konsentrik digambarkan berupa daerah getar yang melingkar dengan radius yang sama dan saling bergantian. Mode konsentrik pada getaran diafragma ini biasanya terjadi pada frekuensi menengah. Gambaran mode konsentrik terlihat seperti tampak pada Gambar 6. Gambar 6. Mode konsentrik getaran diafragma loudspeaker (Newell & Holland, 2007: 29). Diafragma loudspeaker mempunyai ukuran luas permukaan yang berbeda-beda. Ukuran luas ini berpengaruh terhadap massa partikel udara yang digetarkan oleh diafragma (Dickason, 2006:200). Untuk menghitung massa partikel udara 17

11 yang digetarkan oleh diafragma dapat digunakan persamaan (6) (Beranek, 1993: 216). (6) dengan adalah massa partikel udara yang digetarkan oleh diafragma (kg/m 4 ), adalah massa jenis partikel udara (kg/m 3 ), dan adalah jari-jari diafragma loudspeaker (m). Massa jenis partikel udara ( ) dapat diperoleh menggunakan persamaan (7) sebagai berikut: (7) dengan adalah massa partikel udara (kg) dan adalah volum partikel udara (m 3 ). Dengan bergetarnya massa partikel udara maka akan dihasilkan bunyi dengan frekuensi tertentu. Luas permukaan diafragma yang kecil akan menggetarkan massa partikel udara yang kecil sehingga diafragma akan mudah untuk bergetar. Oleh karena itu loudspeaker akan menghasilkan bunyi dengan frekuensi tinggi. Namun pada loudspeaker yang memiliki luas permukaan diafragma yang besar, massa partikel udara yang digetarkan juga besar sehingga diafragma akan sulit untuk bergetar, akibatnya bunyi yang dihasilkan memiliki frekuensi rendah. 3. Sistem Suspensi Loudspeaker Sistem suspensi loudspeaker terdiri atas 2 bagian, yaitu surround dan spider. Surround biasanya terbuat dari karet, busa 18

12 atau sejenis linen, yang mempunyai karakter yang hampir sama. Surround menjaga voice coil dan diafragma tetap pada posisinya dan juga sebagai bagian pengembali energi. Sedangkan spider biasanya terbuat dari lekukan-lekukan linen. Spider juga menjaga agar gerakan voice coil dan diafragma tetap berada di tengah. Selain itu spider memiliki karakter seperti pegas, yaitu sebagai bagian pengembali energi untuk menjaga voice coil dan diafragma tetap pada posisinya. Surround dan spider sama-sama memiliki redaman mekanik sehingga ketika sebuah loudspeaker sudah tidak diberi sumber tegangan AC, maka pergerakan voice coil dan diafragma akan kembali ke posisi setimbang atau awal. Stiffness (kekakuan) pada surround dan spider, ditunjukkan dalam kekakuan gerakan. Semakin kaku sistem suspensi pada sebuah loudspeaker, maka akan dihasilkan bunyi dengan frekuensi tinggi dan sebaliknya. Compliance (kelenturan) merupakan kebalikan dari stiffness. Compliance dari sebuah loudspeaker 80% diberikan oleh spider dan sekitar 20% diberikan oleh surround (Dickason, 2006: 10). Surround dan spider pada sebuah loudspeaker tersusun atas material yang berbeda-beda. Perbedaan material penyusun pada surround dan spider ini akan mempengaruhi respon frekuensi sebuah loudspeaker. Hal ini karena tiap material mempunyai nilai stiffness atau compliance yang berbeda. 19

13 Surround mempunyai beberapa macam bentuk, di antaranya seperti tampak pada Gambar 7. Gambar 7. Berbagai macam bentuk surround loudspeaker (Newell & Holland, 2007: 31). Sedangkan bentuk spider seperti tampak pada Gambar 8. Gambar 8. Bentuk spider loudspeaker (Newell & Holland, 2007: 26). 20

14 C. Rangkaian Listrik-Mekanik-Akustik Teori mengenai listrik-mekanik-akustik (sering disebut analogi dinamik) merupakan aplikasi mengenai teori rangkaian listrik-mekanikakustik untuk menyelesaikan masalah mekanik dan akustik (Beranek, 1993:47). Pada mekanika klasik, fenomena getaran ditunjukkan dalam bentuk persamaan differensial. Untuk menyederhanakan analisis suatu sistem, maka suatu sistem dapat dimodelkan ke dalam bentuk rangkaian yang ekuivalen dengan sistem tersebut. Rangkaian yang ekuivalen merupakan rangkaian yang mampu mewakili tiap-tiap elemen suatu sistem untuk menunjukkan karakter dari sistem tersebut. Loudspeaker adalah salah satu transduser yang dapat dimodelkan ke dalam bentuk rangkaian listrik yang ekuivalen dengan sistem loudspeaker. Definisi mengenai elemen-elemen pada setiap sistem yang akan dimodelkan harus dipahami dengan baik. Elemen didefinisikan sebagai parameter suatu sistem atau mekanisme yang terjadi di dalam bagian sistem tersebut (Olson, 1943: 12). Pada sistem listrik, elemen-elemen tersebut adalah resistansi, induktansi, dan kapasitansi listrik. Sedangkan untuk sistem mekanik dan akustik, elemen-elemen tersebut adalah hambatan mekanik (redaman), hambatan akustik, massa, inertansi, compliance, dan kapasitansi akustik. Dalam pemodelan ini ada 2 tipe analogi yang digunakan, yaitu tipe analogi mobility dan tipe analogi impedansi. Tipe analogi impedansi merupakan tipe analogi langsung, sedangkan tipe analogi mobility merupakan 21

15 tipe analogi kebalikan (Beranek, 1993:52). Pada rangkaian mekanik, tipe analogi yang lebih sering digunakan adalah tipe analogi mobility. Sedangkan untuk rangkaian akustik, tipe analogi yang sering digunakan adalah tipe analogi impedansi. Namun pada suatu transduser yang mempunyai rangkaian mekanik dan akustik, hanya bisa dipilih salah satu tipe analogi, karena jika tipe analoginya berbeda, maka tidak bisa dipadukan dalam satu rangkaian. Dengan kata lain salah satu rangkaian harus dianalogikan ke bentuk yang tidak biasa digunakan. Misal rangkaian mekanik dianalogikan ke dalam bentuk analogi impedansi. Analogi dapat dilakukan melalui perbandingan antara persamaan differensial gerak mekanik dan akustik dengan persamaan differensial rangkaian listrik. Persamaan differensial gerak mekanik yang digunakan yaitu persamaan gerak mekanik untuk sistem pegas-massa-redaman seperti tampak pada Gambar 9. Gambar 9. Skema sistem pegas-massa-redaman (Olson, 1943: 26). Berdasarkan Gambar 9, sistem di atas terdiri atas tiga komponen dan elemen penyusun seperti pegas dengan elemen stiffness atau compliance, benda dengan elemen massa (m), serta gesekan antara benda dan permukaan di bawahnya dengan elemen redaman mekanik. Gaya luar ( ) merupakan 22

16 gaya paksa yang dikenakan pada sistem terutama pada benda. Adanya gaya luar ( ) ini menyebabkan benda akan mengalami perubahan kecepatan terhadap waktu, pegas mengalami perubahan panjang, serta berkurangnya kecepatan benda dan menghilangnya energi mekanik akibat adanya redaman mekanik. Mekanisme pada Gambar 9 dijelaskan sebagai berikut: 1. Gaya luar yang mengenai suatu benda akan menyebabkan perubahan kecepatan terhadap waktu pada benda tersebut. Hubungan antara gaya luar dan perubahan kecepatan terhadap waktu dijelaskan di dalam hukum dua Newton dengan persamaan sebagai berikut: (8) dengan adalah gaya luar (N), adalah perubahan kecepatan terhadap waktu (m/s 2 ), dan adalah massa (kg). Massa pada persamaan (8) merupakan konstanta kesebandingan antara dan. 2. Benda akan bergerak dengan kecepatan tertentu, jika ada dorongan yang mengenainya secara terus-menerus. Karena permukaan di bawah benda tidak rata atau memiliki redaman mekanik, maka kecepatan benda akan dipengaruhi oleh redamannya. Jika redaman mekaniknya besar, maka kecepatan bendanya kecil dan sebaliknya. Gesekan antara benda dengan 23

17 permukaan yang tidak rata menyebabkan timbulnya gaya gesek yang arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Hubungan tersebut dijelaskan pada persamaan berikut: (9) dengan adalah gaya gesek (N), adalah kecepatan (m/s), tanda negatif menunjukkan bahwa arah gaya gesek berlawanan dengan arah gerak benda, dan adalah redaman mekanik (N.s/m). Adanya redaman mekanik ( ) menyebabkan energi mekanik berubah menjadi panas. 3. Berdasarkan Gambar 9, ketika benda mendapat dorongan, maka akan mengakibatkan perubahan panjang pada pegas. Sifat stiffness yang dimiliki oleh pegas, akan menimbulkan gaya pemulih pegas yang arahnya berlawanan dengan arah perubahan panjangnya. Hubungan tersebut dijelaskan pada persamaan hukum Hooke sebagai berikut: (10) dengan adalah gaya pemulih (N), adalah stiffness atau konstanta pegas (N/m), adalah perubahan panjang (m), dan tanda negatif menunjukkan bahwa arah gaya pemulih pegas berlawanan dengan arah perpanjangannya. k pada persamaan (10) merupakan konstanta kesebandingan antara dan. Stiffness ( ) pada pegas berbanding terbalik dengan compliance. Compliance didefinisikan sebagai ukuran kelenturan suatu benda elastis yang 24

18 ditandai dengan adanya perubahan panjang jika dikenai oleh suatu gaya. Hubungan tersebut dirumuskan pada persamaan berikut: (11) dimana adalah compliance (m/n). Berdasarkan persamaan (11), maka persamaan (10) dapat ditulis menjadi: (12) Persamaan differensial gerak pada sistem ini termasuk persamaan differensial gerak terpaksa. Hal ini karena mekanisme pada sistem baru dapat berjalan jika ada gaya luar ( ). Persamaan differensial ini diperoleh dari persamaan (8). Jika kemudian gaya luar ( ) pada persamaan (8) didefinisikan sebagai jumlah gaya total yang berkerja pada sistem, maka diperoleh persamaan: ( ) (13) Dengan, maka persamaan (13) menjadi: (14) Jika gaya luar ( ) pada persamaan di atas diasumsikan sebagai gaya yang bersifat harmonik, maka diperoleh persamaan (15) dimana adalah nilai maksimum gaya luar (N). 25

19 Persamaan differensial sistem akustik yang digunakan adalah persamaan differensial untuk sistem yang terdiri atas sebuah kotak-port-celah sempit seperti tampak pada Gambar 10. Gambar 10. Skema sistem kotak-port-celah sempit (Olson, 1943: 26). Skema sistem pada Gambar 10 terdiri atas tiga komponen yaitu kotak, port, dan celah sempit. Sedangkan elemen penyusun sistem adalah kapasitas akustik, inertansi, dan hambatan akustik. Jika terdapat tekanan luar yang mengenai sistem terutama pada port, akan menyebabkan perubahan kecepatan aliran volum partikel udara di dalam port. Selain itu juga akan terjadi pengurangan kecepatan aliran volum partikel udara di dalam celah sempit. Sedangkan di dalam kotak akan terjadi perubahan massa jenis udara ( ) dan perubahan volum partikel udara (. Mekanisme pada Gambar 10 dijelaskan sebagai berikut: 1. Sebuah tekanan luar yang mengenai partikel udara di dalam port, akan mengakibatkan terjadinya perubahan kecepatan aliran volum partikel udara terhadap waktu. Hal ini menunjukkan adanya elemen inertansi partikel udara di dalamnya. Tekanan luar ini diperoleh dari persamaan (8). Untuk mempermudah dalam menentukan tekanan luar, maka persamaan (8) dapat didefisinikan 26

20 sebagai gaya luar yang mengenai massa partikel udara yang akan menyebabkan perubahan kecepatan aliran partikel udara terhadap waktu. Jika kemudian persamaan (8) dikalikan dengan, maka diperoleh persamaan sebagai berikut; [ ] [ ] (16) dimana adalah luas penampang port (m 2 ). Dari persamaan (16) diperoleh hubungan antara gaya luar ( ) dengan tekanan luar dan kecepatan aliran partikel udara ( ) dengan kecepatan aliran volum partikel udara. Hubungan tersebut dijelaskan pada persamaan sebagai berikut: (17) (18) dimana adalah tekanan luar (N/m 2 ), S adalah luas penampang port (m 2 ), dan U adalah kecepatan aliran volum partikel udara (m 3 /s). Jika persamaan (17) dan (18) disubstitusikan ke persamaan (16), maka diperoleh persamaan: (19) dimana adalah perubahan aliran volum partikel udara terhadap waktu (m 3 /s 2 ) dan adalah inertansi partikel udara (kg/m 4 ). Jika 27

21 didefinisikan (Beranek, 1993: 64), maka persamaan (19) menjadi; (20) Nilai juga dapat dirumuskan sebagai (Olson, 1943: 16) (21) dimana (kg/m 3 ) dan adalah massa jenis atau kerapatan partikel udara adalah panjang port (m). Inertansi pada persamaan (20) dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan partikel udara menyimpan energi akustik yang akan mengakibatkan perubahan aliran volum partikel udara terhadap waktu ( ) jika ada tekanan luar ( ). Berdasarkan persamaan (21) terlihat bahwa inertansi ( ) di dalam port berbanding lurus dengan kerapatan partikel udara ( ) dan panjang port ( ), namun berbanding terbalik dengan luas penampang port ( ). 2. Celah sempit merupakan salah satu komponen hambatan di dalam sistem akustik. Kecepatan aliran volum partikel udara ( ) dari bagian port yang masuk melalui celah sempit akan mengakibatkan gesekan atau tumbukan antara partikel udara yang masuk dengan partikel udara yang ada di dalamnya. Hal ini menyebabkan aliran volum partikel udara ( ) akan semakin kecil. Selain itu, gesekan tersebut juga akan mengakibatkan timbulnya tekanan gesek yang arahnya berlawanan dengan arah aliran volum 28

22 pertikel udara ( ) yang masuk. Tekanan gesek ini dapat diperoleh dari persamaan (9). Jika kemudian persamaan (9) dikalikan dengan, maka diperoleh persamaan sebagai berikut: [ ] [ ] (22) dimana adalah luas penampang celah sempit (m 2 ). Berdasarkan persamaan di atas diperoleh hubungan antara gaya gesek ( ) dengan tekanan gesek dan kecepatan aliran partikel udara ( ) dengan kecepatan aliran volum partikel udara ( ). Hubungan tersebut dirumuskan pada persamaan sebagai berikut: (23) (24) dimana adalah tekanan gesek (N/m 2 ). Jika persamaan (23) dan (24) disubstitusikan ke persamaan (22), maka diperoleh; (25) dimana adalah hambatan akustik (N s/m 5 ). Jika didefinisikan (Beranek, 1993:66), maka persamaan (25) menjadi (26) Adanya hambatan akustik juga mengakibatkan energi akustik hilang. Energi yang hilang ditandai dengan timbulnya panas. 29

23 3. Berdasarkan Gambar 10, kecepatan aliran volum partikel udara ( ) dari celah sempit yang masuk ke dalam kotak mengakibatkan perubahan massa jenis udara ( ) dan perubahan volum partikel udara ( ). Akibatnya timbul tekanan pemulih yang arahnya berlawanan dengan arah perubahan massa jenis atau kerapatan partikel udara ( ). Tekanan pemulih ini dapat ditentukan dari persamaan (10). Jika kemudian persamaan (10) dikalikan dengan, maka diperoleh persamaan sebagai berikut: [ ] [ ] (27) Berdasarkan persamaan (27) diperoleh hubungan antara gaya pemulih ( ) dengan tekanan pemulih dan perubahan jarak antar partikel udara ( ) dengan perubahan volum partikel udara. Berbeda dengan sistem sebelumnya (mekanik), nilai didefinisikan sebagai perubahan panjang pegas. Namun, pada persamaan (27), didefinisikan sebagai perubahan jarak antar partikel udara. Hubungan tersebut dijelaskan pada persamaan berikut: (28) (29) dimana adalah perubahan volum partikel udara (m 3 ). Jika persamaan (28) dan (29) disubstitusikan ke persamaan (27), maka 30

24 (30) dimana adalah kapasitas akustik (m 5 /N). Jika didefinisikan (Beranek, 1993: 65), maka persamaan (30) menjadi; (31) di atas juga dapat didefinisikan sebagai (Olson, 1943: 19): (32) dimana adalah volum suatu ruangan (m 3 ). Dari persamaan (32) tampak bahwa berbanding lurus dengan, namun berbanding terbalik dengan dan. Persamaan differensial pada sistem akustik termasuk persamaan differensial akustik terpaksa. Hal ini karena mekanisme pada sistem dapat berjalan jika ada tekanan luar ( Persamaan differensial ini diperoleh dari persamaan (20). Jika kemudian tekanan luar ( pada persamaan (20) didefinisikan sebagai jumlah tekanan total yang bekerja pada sistem, maka diperoleh persamaan: ( ) (33) Dengan, maka persamaan (33) menjadi: (34) 31

25 Jika tekanan luar ( ) pada persamaan di atas diasumsikan sebagai tekanan yang bersifat harmonik, maka diperoleh persamaan; (35) dimana adalah nilai maksimum tekanan luar (N/m 2 ). Selanjutnya persamaan differensial rangkaian listrik yang digunakan adalah persamaan differensial rangkaian RLC seri seperti pada Gambar 11. Gambar 11. Skema sistem rangkaian RLC seri. Sistem rangkaian pada Gambar 11 terdiri atas tiga komponen dan elemen penyusun yaitu kapasitor dengan elemen kapasitansi listrik, induktor dengan elemen induktansi, dan resistor dengan elemen resistansi. Adanya tegangan atau beda potensial ( ), menyebabkan terjadinya mekanisme pada setiap elemen. Mekanisme yang terjadi pada setiap elemen adalah sebagai berikut: 1. Induktor identik dengan lilitan. Jika induktor dihubungkan dengan sumber tegangan akan mengakibatkan perubahan arus terhadap waktu di dalamnya. Perubahan ini membuktikan adanya elemen induktansi di dalam induktor. Hubungan antara tegangan dengan perubahan arus terhadap waktu memenuhi persamaan (36) 32

26 (36) dengan adalah tegangan (volt), adalah induktansi (henry), dan adalah perubahan arus terhadap waktu (A/s). Induktansi pada persamaan (36) merupakan konstanta kesebandingan antara perubahan arus terhadap waktu dengan tegangan. 2. Kapasitor memiliki dua kaki yaitu kaki positif dan negatif. Kedua kaki ini menunjukkan adanya dua keping sejajar di dalamnya. Ketika kedua kaki dihubungkan dengan sumber tegangan, maka akan timbul muatan listrik di antara kedua keping sejajar. Jika besarnya tegangan berfluktuasi terhadap waktu, akibatnya terjadi perubahan muatan listrik di antara keping sejajar. Hubungan antara tegangan yang menyebabkan terjadinya perubahan muatan listrik diatur oleh persamaan (37) (37) dengan adalah perubahan muatan listrik (coulomb) dan adalah kapasitansi listrik (coulomb/volt). pada persamaan (37) merupakan konstanta kesebandingan antara perubahan muatan listrik dengan tegangan. 3. Resistor adalah komponen elektronik yang digunakan untuk menghambat arus listrik. Hubungan antara arus listrik dan tegangan di antara ujung-ujung resistor terdapat pada hukum Ohm dengan persamaan sebagai berikut: 33

27 (38) dengan adalah resistansi (ohm) dan adalah arus listrik (A). Arus listrik yang mengalir melalui resistor menyebabkan elektron-elektron yang bergerak bertumbukan dengan atom-atom di dalamnya. Akibat dari tumbukan tersebut mengakibatkan energi listrik terbuang. Energi listrik yang terbuang ini ditandai dengan adanya panas pada permukaan resistor. Terhambatnya arus listrik dan hilangnya energi listrik merupakan bukti adanya resistansi di dalam resistor atau suatu penghantar. Dengan demikian, resistansi dapat diartikan sebagai suatu elemen yang bersifat membuang energi listrik berupa panas. Dengan mendefinisikan persamaan tegangan pada setiap elemen berdasarkan mekanisme pada Gambar 11 maka didapatkan persamaan: (39) Jika adalah tegangan AC, maka persamaan (39) menjadi: (40) Dengan, maka persamaan (40) menjadi: (41) 34

28 Jika persamaan (15) dan (41) dibandingkan seperti berikut ini, maka dengan menggunakan analogi impedansi dapat disimpulkan bahwa gaya ( ) pada rangkaian mekanik ekuivalen dengan tegangan ( ) pada rangkaian listrik. Begitu juga massa ( ) ekuivalen dengan induktansi ( ), redaman mekanik ( ) ekuivalen dengan resistansi ( ), dan compliance ( ) ekuivalen dengan kapasitansi listrik ( ). Perbandingan seperti di atas juga dapat dilakukan pada persamaan differensial akustik berikut ini. Dapat disimpulkan bahwa tekanan luar ( ) pada rangkaian akustik ekuivalen dengan tegangan ( ) pada rangkaian listrik. Begitu juga inertansi 35

29 (M) ekuivalen dengan induktansi (L), hambatan akustik ( ) ekuivalen dengan resistansi ( ), dan kapasitas akustik ( ) ekuivalen dengan kapasitansi listrik ( ). Definisi mengenai transduser dalam penganalogian harus dipahami dengan baik. Hal ini karena transduser memiliki elemen-elemen penyusun di mana karakteristik dari setiap elemen tersebut berbeda-beda. Sebuah transduser didefinisikan sebagai suatu sistem yang akan mengubah suatu bentuk energi ke bentuk energi yang lain (Beranek, 1993: 70). Contoh transduser ini seperti mic condesor, loudspeaker, televisi, kipas angin, dan lain sebagainya. Setiap contoh transduser ini memiliki mekanisme sistem yang berbeda sesuai dengan elemen-elemen penyusunnya. Oleh karena suatu transduser merupakan pengubah suatu bentuk energi menjadi bentuk energi yang lain, maka diperlukan suatu penghubung antara kedua sistem yang memiliki energi tersebut sehingga suatu transduser dapat berfungsi sebagai pengubah. Penghubung ini disebut dengan tansformator. Transformator terbagi menjadi beberapa jenis seperti transformator elektro-mekanik, transformator mekanik-akustik, dan lain sebagainya. Transduser seperti loudspeaker terdiri dari dua jenis tranformator yakni tranformator elektromekanik dan tranformator mekanik-akustik. Dua jenis transformator ini dijelaskan sebagai berikut: 36

30 1. Transformator Elektro-Mekanik Transformator elektro-mekanik merupakan suatu penghubung antara sistem listrik dan sistem mekanik. Dalam sistem loudspeaker, transformator ini terdiri atas elemen medan magnet ( ) yang berasal dari magnet permanen yang menyusun loudspeaker dan elemen panjang voice coil ( ) yang berbentuk lilitan. Loudspeaker yang dihubungkan dengan tegangan AC, menyebabkan arus AC mengalir pada voice coil. Karena voice coil memiliki elemen panjang ( ) dan juga dilingkupi oleh magnet permanen yang memiliki elemen medan magnet ( ), akibatnya timbul gaya Lorentz yang mana arahnya mengikut arah panjang voice coil. Indikator adanya gaya ini adalah gerakan voice coil ke depan atau ke belakang. Karena voice coil dan diafragma didesain menempel satu sama lain, akibatnya diafragma juga ikut bergerak ke depan atau ke belakang. Gerakan ini mempunyai kecepatan tertentu baik ke depan maupun ke belakang melewati titik kesetimbangan sistem mekanik loudspeaker. Karena gaya Lorentz yang dihasilkan merupakan akibat dari interaksi arus AC dengan medan magnet dan panjang voice coil, maka berlaku persamaan (5) 37

31 Loudspeaker dapat menghasilkan tegangan yang disebut GGL induksi ( ). GGL induksi ini dihasilkan dari gerakan voice coil dan diafragma dengan kecepatan tertentu yang mengakibatkan terjadi perubahan fluks magnetik terhadap panjang dari voice coil. Perubahan fluks ini menyebabkan timbulnya GGL induksi yang polaritasnya sedemikian rupa sehingga menghasilkan medan magnet yang arahnya berlawanan dengan medan magnet ( ) permanen. Mekanisme ini dirumuskan dengan persamaan: (42) Dengan membagi persamaan (42) dengan persamaan (5) (elemen sistem listrik dengan elemen sistem listrik dan elemen sistem mekanik dengan elemen sistem mekanik), maka (43) Berdasarkan persamaan (43) diperoleh ruas kiri terdiri atas elemen-elemen sistem listrik yakni dan dan ruas kanan terdiri atas elemen-elemen mekanik yakni dan. Dari penjelasan ini maka persamaan (43) merupakan persamaan kesebandingan di mana nilai konstanta kesebandingannya adalah: 38

32 Konstanta di atas adalah transformator antara sistem listrik dengan sistem mekanik yang dapat dituliskan sebagai berikut:. (44) Dengan mengakarkan kedua ruas pada persamaan (44), maka diperoleh: (45) Persamaan (45) merupakan nilai perbandingan transfomator antara sistem listrik dengan sistem mekanik yang kemudian dapat dibuat analogi rangkaian transformator elektro-mekanik seperti tampak pada gambar berikut: Gambar 12. Analogi transformator elektro-mekanik dengan tipe analogi impedansi (Beranek, 1993: 71). 2. Transformator Mekanik-Akustik Transfomator mekanik-akustik adalah transformator yang menghubungkan sistem mekanik dengan sistem akustik. Transformator ini merupakan elemen luas penampang suatu permukaan. Pada sistem loudspeaker, transformator ini adalah luas penampang diafragma loudspeaker. Gaya Lorentz yang menyebabkan gerakan diafragma dan voice coil ke depan atau ke belakang dengan luas penampang 39

33 diafragma akan mengakibatkan partikel-partikel udara di depan dan di belakangnya mengalami kondisi rapatan atau regangan. Dua kondisi ini mengindikasikan timbulnya tekanan sesaat yang bernilai lebih atau kurang dari tekanan normal. Oleh karena tekanan sesaat yang dihasilkan merupakan akibat dari interaksi gaya Lorentz dengan luas penampang diafragma, maka berlaku persamaan: (46) dengan kecepatan adalah tekanan sesaat (N/m 2 ). Sedangkan interaksi gerakan diafragma dan voice coil dengan luas penampang diafragma menyebabkan timbulnya kecepatan aliran volum partikel udara yang dijelaskan pada persamaan: (47) dengan adalah kecepatan aliran volum partikel udara (m 3 /s). Dengan membagi persamaan (46) dengan persamaan (47) (elemen sistem mekanik dengan elemen sistem mekanik dan elemen sistem akustik dengan elemen sistem akustik), maka (48) Berdasarkan persamaan (48) diperoleh ruas kiri terdiri atas elemen-elemen sistem mekanik yakni dan dan ruas kanan terdiri atas elemen-elemen akustik yakni dan. Dari penjelasan 40

34 ini maka persamaan (48) merupakan persamaan kesebandingan di mana nilai konstanta kesebandingannya adalah: Konstanta di atas merupakan transformator antara sistem mekanik dengan sistem akustik yang dapat ditulis menjadi:. (49) Dengan mengakarkan kedua ruas pada persamaan (49), maka diperoleh: (50) Persamaan (50) merupakan nilai perbandingan transfomator antara sistem mekanik dengan sistem akustik yang kemudian dapat dibuat analogi rangkaian transformator mekanik-akustik seperti tampak pada gambar berikut: Gambar 13. Analogi rangkaian transformator mekanik-akustik dengan tipe analogi impedansi (Beranek, 1993: 76). Sedangkan rangkaian elemen-elemen sistem mekanik dan sistem akustik yang dianalogikan ke dalam rangkaian listrik tampak pada tabel berikut: 41

35 Tabel 1. Tipe impedansi untuk rangkaian mekanik dan rangkaian akustik. Elemen Analogi mekanik Tipe impedansi Analogi akustik Generator dengan impedansi mekanik/impedansi akustik Elemen yang membuang energi (redaman mekanik dan hambatan akustik) Elemen massa Elemen compliance (kelenturan dan kapasitas akustik) Elemen impedansi Mekanik ke akustik Elemen transformator 42

36 Adapun bagian-bagian loudspeaker yang dianalogikan meliputi: 1. Bagian Listrik Sistem listrik loudspeaker terdiri atas sumber tegangan dan bagian voice coil. Beda potensial/tegangan yang dihubungkan ke loudspeaker adalah tegangan AC. Bagian voice coil dianalogikan ke dalam elemen induktansi ( ) dan resistansi ( ). 2. Bagian Mekanik Sistem mekanik loudspeaker meliputi diafragma, surround, dan spider. Bagian diafragma dianalogikan ke dalam elemen massa ( ), sedangkan surround dan spider dianalogikan sebagai compliance ( ) (kebalikan dari stiffness). Diafragma yang bergerak maju-mundur akan kembali ke posisi setimbang ketika sudah tidak diberi tegangan AC. Elemen yang menyebabkan kembalinya gerakan tersebut ke posisi setimbang adalah redaman mekanik ( ). 3. Bagian Akustik Sistem akustik loudspeaker meliputi bagian partikel udara yang digetarkan oleh diafragma. Bagian partikel udara tersebut dianalogikan ke dalam elemen massa ( ) partikel udara yang digetarkan oleh diafragma dan hambatan akustik ( ). Massa partikel udara akan berpengaruh terhadap gerakan diafragma dan produksi bunyi yang dihasilkan oleh loudspeaker. Untuk menghitung massa partikel udara yang digetarkan oleh diafragma 43

37 dengan jari-jari tertentu dapat digunakan persamaan (6). Sedangkan untuk menghitung hambatan akustik ( ) dapat digunakan persamaan (51) (Beranek, 1993: 216). (51) dengan adalah frekuensi resonansi loudspeaker (Hz), adalah cepat rambat bunyi (m/s), dan adalah massa jenis udara (kg/m 3 ). Adapun rangkaian ekuivalen loudspeaker yakni tampak pada Gambar 14. Gambar 14. Rangkaian ekuivalen loudspeaker dengan menggunakan tipe analogi impedansi. dengan : : sumber tegangan AC (volt) : arus (ampere) : resistansi voice coil (ohm) : induktansi (henry) : konstanta elektromagnet (weber/m) 44

38 : gaya Lorentz (N) : kecepatan (m/s) : compliance (m/n) : redaman mekanik (N.s/m) : massa diafragma dan voice coil (kg) : luas penampang diafragma (m 2 ) : tekanan sesaat (N/m 2 ) : kecepatan aliran volum partikel udara yang di sekitar diafragma (m 3 /s) : hambatan akustik di sekitar diafragma ( N.s/m 5 ) : massa akustik partikel udara yang digetarkan oleh diafragma loudspeaker yang dipengaruhi oleh massa jenis udara dan jari-jari penampang diafragma (kg/m 4 ). D. Enclosure Enclosure merupakan suatu struktur yang berfungsi untuk melindungi radiasi bunyi yang berasal dari udara di bagian depan diafragma loudspeaker dari radiasi bunyi yang berasal dari udara pada bagian belakangnya (Beranek, 1993:209). Pembuatan suatu enclosure merupakan sebuah kebutuhan jika mengharapkan loudspeaker bekerja secara maksimal. Loudspeaker yang dihidupkan tanpa enclosure akan mengakibatkan dua gelombang bunyi yang dihasilkannya memiliki beda fase sebesar 180 o. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 15.a dengan tanda positif (+) dan negatif ( ) yang mengindikasikan 45

39 kedua gelombang bunyi yang diproduksi oleh loudspeaker berbeda fase sebesar 180 o. Beda fase sebesar 180 o akan menimbulkan efek yang disebut phase cancellation. Phase cancellation mengakibatkan dua amplitudo tekanan gelombang bunyi yang dihasilkan oleh loudspeaker akan saling melemahkan, seperti ditunjukkan pada Gambar 15.b. Hal ini tidaklah efisien bagi kinerja suatu loudspeaker. a) b) Gambar 15. Efek phase cancellation pada loudspeaker (Cohen, 1968: 183) Enclosure juga dapat disebut baffle. Baffle berfungsi sebagai lintasan akustik untuk memperkecil pengaruh phase cancellation dan meningkatkan amplitudo tekanan gelombang bunyi yang dihasilkan oleh loudspeaker. Berdasarkan pengolahan bunyi yang dihasilkan oleh loudspeaker, baffle terbagi menjadi beberapa jenis, yakni: 1. Flat Baffle Flat baffle merupakan jenis baffle yang paling sederhana dengan hanya satu bidang datar saja yang berfungsi membatasi radiasi bunyi yang berasal dari udara di bagian depan diafragma loudspeaker dan radiasi bunyi yang berasal dari udara di bagian belakangnya. 46

40 2. Open-back Baffle Open-back baffle adalah salah satu jenis baffle yang memiliki bagian terbuka pada salah satu sisinya yang tampak pada gambar berikut: Gambar 16. Skema open-back baffle (Cohen, 1968: 167) Pemasangan loudspeaker pada jenis open-back baffle berada di sisi yang berlawanan dengan bagian yang terbuka (Beranek, 1993: 211). 3. Closed-back Baffle Jenis closed-back baffle merupakan jenis baffle yang tidak memiliki bagian terbuka pada semua sisi. Pemasangan loudspeaker pada jenis ini mengakibatkan dua radiasi bunyi yang dihasilkan oleh loudspeaker tidak dapat berinteferensi satu sama lain. Disamping itu radiasi bunyi yang merambat ke udara bebas hanya berasal dari udara di bagian depan diafragma loudspeaker saja. Maka dari itu jenis closed-back baffle ini lebih mampu 47

41 mencegah phase cancellation dibanding dengan jenis baffle yang sudah dijelaskan sebelumnya. 4. Bass-reflex Baffle Bass-reflex baffle merupakan jenis baffle yang memiliki bentuk yang hampir sama dengan closed-back baffle. Namun ada sedikit perbedaan yaitu terdapat lubang atau port pada salah satu sisi bass-reflex baffle. Port ini biasanya terletak pada sisi yang sama di mana loudspeaker dipasang. Port berfungsi sebagai pintu bagi radiasi bunyi yang berasal dari udara di bagian belakang diafragma loudspeaker untuk keluar dari bagian kotak. Saat radiasi bunyi yang berasal dari udara di bagian belakang diafragma loudspeaker bergerak menuju port, dan kemudian keluar dari port, radiasi ini membutuhkan waktu tertentu sehingga dapat keluar dan berinterferensi dengan radiasi bunyi yang berasal dari udara di bagian depan diafragma loudspeaker. Waktu ini merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh radiasi bunyi yang berasal dari udara di bagian belakang diafragma loudspeaker untuk merambat dari posisi awal (di udara pada bagian belakang diafragma) sampai dapat berinterferensi dengan radiasi bunyi yang berasal dari bagian depan diafragma. Efek waktu ini menyebabkan beda fase kedua radiasi bunyi yang diproduksi oleh loudspeaker menjadi lebih kecil sehingga intensitas bunyi yang dihasilkan dari interferensi tersebut akan semakin besar. Hal ini 48

42 menunjukkan bahwa port sangat membantu kinerja loudspeaker. Jenis bass-reflex baffle seperti tampak pada Gambar 17. Gambar 17. Jenis bass-reflex baffle (Olson, 1957: 160). Mekanisme pengolahan bunyi yang terjadi di dalam kotak bass-reflex baffle dianalogikan ke dalam rangkaian akustik seperti tampak pada gambar berikut Gambar 18. Rangkaian ekuivalen dengan mekanisme pengolahan bunyi di dalam kotak bass-reflex baffle. Berdasarkan Gambar 18 terlihat bahwa kotak bass-reflex baffle dilambangkan dengan, port dilambangkan dengan dan didefinisikan sebagai tekanan akustik yang dihasilkan 49

43 oleh sebuah loudspeaker. Ketika ini diatur pada frekuensi tertentu, maka akan timbul reaktansi baik pada elemen maupun. Reaktansi ini merupakan reaktansi kapasitif dan reaktansi induktif (port). Persamaan reaktansi kapasitif dan reaktansi induktif dijelaskan pada persamaan (52) dan persamaan (53) (52) (53) dimana adalah reaktansi kapasitif (ohm) dan adalah reaktansi induktif (port) (ohm). Jika diatur pada frekuensi menengah dan kemudian semakin tinggi, berdasarkan persamaan (53), maka akan semakin besar. Akibatnya amplitudo gelombang bunyi yang keluar melewati port menjadi lebih kecil sehingga amplitudo ini tidak cukup membantu meningkatkan amplitudo gelombang bunyi yang berasal dari udara di bagian depan diafragma loudspeaker. Dalam kondisi seperti ini radiasi bunyi yang diproduksi oleh sistem bass-reflex baffle akan lebih banyak berasal dari udara di bagian depan diafragma loudspeaker. Hal seperti ini menunjukkan bahwa bass-reflex baffle bekerja hampir seperti closed-back baffle. Namun ketika diatur pada frekuensi rendah, di mana lebih kecil dibandingkan pada saat frekuensi menegah 50

44 dan frekuensi tinggi maka amplitudo gelombang bunyi yang keluar melewati port akan lebih besar. Amplitudo yang lebih besar ini akan cukup membantu meningkatkan amplitudo gelombang bunyi dari udara di bagian depan diafragma loudspeaker. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa bassreflex baffle lebih efisien bekerja pada frekuensi rendah serta lebih sesuai dikombinasikan dengan loudspeaker yang memiliki daerah kerja pada frekuensi rendah seperti woofer dan subwoofer. Dengan menentukan jenis loudspeaker berdasarkan sensitivitas telinga manusia serta mengetahui daerah frekuensi kerjanya, maka perancangan enclosure terfokus pada bass-reflex baffle yang memiliki efisiensi yang lebih baik pada frekuensi rendah. E. Perancangan Bass-reflex Baffle Teori perancangan bass-reflex baffle terdiri atas beberapa bagian yakni: 1. Rangkaian Listrik-Mekanik-Akustik Bass-reflex Baffle yang dikombinasikan dengan Loudspeaker Woofer Penganalogian bass-reflex baffle diawali dengan menganalogikan bass-reflex baffle dengan menggunakan sumber bunyi tertentu atau tanpa loudspeaker woofer seperti pada Gambar

45 Gambar 19. Rangkaian ekuivalen bass-reflex baffle menggunakan tipe analogi impedansi (Beranek,1993: 240). dengan : massa akustik kotak bass-reflex baffle (kg/m 4 ), : kapasitas akustik kotak bass-reflex baffle (m 5 /N), : hambatan akustik di dalam kotak (m 5 /N), : massa akustik di dalam port (kg/m 4 ), : hambatan akustik di dalam port (N.s/m 5 ), : hambatan akustik di depan port (N.s/m 5 ), : massa akustik di depan port (kg/m 4 ), : tekanan akustik yang berasal dari sumber bunyi (N/m 2 ), : kecepatan aliran volum partikel udara yang berasal dari udara di sekitar sumber bunyi (m 3 /s), : kecepatan aliran volum partikel udara di dalam kotak (m 3 /s), : kecepatan aliran volum partikel udara di dalam port (m 3 /s), 52

46 Sedangkan dengan mengombinasikan rangkaian pada Gambar 14 dengan 19 maka dihasilkan rangkaian ekuivalen loudspeaker enclosure jenis bass-reflex baffle seperti tampak pada Gambar 20. Gambar 20. Rangkaian ekuivalen loudspeaker enclosure jenis bass-reflex baffle menggunakan tipe analogi impedansi. Berdasarkan Gambar 20 tampak bahwa elemen penyusun bass-reflex baffle terdiri atas dua bagian, yakni: a. Bagian Kotak Bass-reflex Baffle. Kotak bass-reflex baffle terdiri atas elemen kapasitas akustik kotak, massa akustik kotak dan hambatan akustik kotak. Kapasitas akustik kotak dapat ditentukan dari persamaan (54) (Beranek, 1993: 217) (54) dengan adalah volum kotak (m 3 ), adalah tekanan udara normal (1 atm = 10 5 Pa), dan adalah konstanta kompresi partikel udara yang bersifat adiabatik yakni sebesar 1,4. Sedangkan massa akustik kotak dapat diperoleh dari persamaan (55) (Beranek, 1993: 217) 53

47 (55) Dari persamaan (55) maka massa akustik kotak didefinisikan sebagai massa akustik partikel udara di udara bagian belakang diafragma loudspeaker yang dipengaruhi oleh, massa jenis udara ( ), dan jari-jari diafragma loudspeaker. ini merupakan konstanta yang dihasilkan dari perbandingan antara luas penampang diafragma loudspeaker dengan luas sisi penampang ( ) di mana loudspeaker dipasang. Gambar 21 dan 22 di bawah dapat dijadikan solusi untuk mempermudah dalam menentukan nilai dan B. Gambar 21. Loudspeaker dengan jari-jari a yang dipasang pada kotak dengan dimensi L x L x L/2 (Beranek, 1993: 211). 54

48 Gambar 22. Grafik hubungan antara dengan rasio antara (Beranek, 1993: 218). Selanjutnya hambatan akustik kotak merupakan elemen yang bersifat meredam radiasi bunyi yang berasal dari udara di bagian belakang diafragma loudspeaker. Untuk menentukan hambatan akustik di dalam kotak digunakan persamaan (56) (Beranek and Mellow, 2012: 304). (56) ( ) dengan adalah hambatan akustik kotak (N.s/m 5 ), adalah hambatan bahan peredam yang dipengaruhi oleh ketebalan bahan peredam, daya tahan terhadap kecepatan partikel udara, dan luas penampang bahan peredam yang berhadapan dengan bagian belakang diafragma loudspeaker (N.s/m 5 ), adalah volum bahan peredam di 55

49 dalam kotak (m 3 ), dan adalah frekuensi sudut (rad/s). pada persamaan (57) dapat diperoleh dari persamaan (Beranek and Mellow, 2012: 304) (57) dimana (N.s/m 4 ), adalah daya tahan suatu bahan peredam adalah ketebalan bahan peredam (m), dan adalah luas penampang bahan peredam pada sisi yang berlawanan dengan bagian belakang diafragma loudspeaker (m 2 ). pada persamaan (58) dapat ditentukan dari persamaan (Beranek and Mellow, 2012: 305) (58) dengan adalah selisih tekanan akustik di antara bahan peredam (N.s/m 2 ), adalah cepat rambat bunyi (m/s), dan adalah ketebalan bahan peredam (m). b. Bagian Port Port terdiri atas elemen massa akustik di dalam port, massa akustik di depan port, hambatan akustik di dalam port, dan hambatan akustik di depan port. Massa akustik di dalam port dapat ditentukan dari hubungan persamaan berikut 56

50 (59) dimana adalah massa akustik di dalam port (kg/m 4 ), adalah massa akustik total port (kg/m 4 ), dan adalah massa akustik di depan port (kg/m 4 ). Sedangkan dapat ditentukan dari persamaan (Beranek, 1993: 242) (60) dimana adalah massa akustik total (loudspeaker woofer dan kotak bass-reflex baffle) dan merupakan rasio antara compliance atau kelenturan dalam domain akustik dengan kapasitas akustik kotak yang dapat dirumuskan dengan persamaan (Beranek; 1993: 246) (61) Bagian port yang merupakan pintu bagi radiasi bunyi yang berasal dari udara di bagian belakang diafragma loudspeaker, memiliki massa akustik partikel udara di depan port yang dipengaruhi oleh massa jenis udara dan jari-jari penampang port yang mana akan bergetar mengikuti getaran diafragma loudspeaker. Penentuan diatur oleh persamaan (Beranek, 1993: 242) (62) 57

51 dimana adalah massa jenis udara (kg/m 3 ) dan adalah jari-jari port (m). Selanjutnya hambatan akustik di depan port dapat ditentukan dari persamaan (51). Untuk membedakan definisi elemen hambatan pada persamaan (51) dengan elemen hambatan akustik di depan port, maka persamaan (51) dapat ditulis menjadi: (63) dimana (N.s/m 5 ) dan adalah hambatan akustik di depan port adalah cepat rambat bunyi yakni sekitar 340 m/s. Sedangkan hambatan akustik di dalam port dapat ditentukan dengan persamaan (Beranek, 1993: 137): [ ] (64) dimana adalah hambatan akustik di dalam port (N.s/m 5 ), adalah jari-jari port (m), adalah konstanta kinematika yakni sebesar 1,56 x 10-5 (m 2 /s), adalah panjang port (m), dan bass-reflex baffle (rad/s). adalah frekuensi sudut resonansi pada persamaan (64) sangat berpengaruh terhadap amplitudo tekanan gelombang bunyi yang keluar dari port. Jika besar, maka amplitudo tekanan gelombang bunyi yang keluar dari port kecil. Hal 58

52 ini tidak efisien bagi sistem bass-reflex baffle. Kemudian dengan menjumlahkan persamaan (63) dan (64), maka diperoleh persamaan * + (65) dimana merupakan hambatan akustik total port (N.s/m 5 ). Selain itu port juga memiliki luas penampang yang berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang dihasilkan oleh bass-reflex baffle. Penentuan luas penampang port mengacu pada Gambar 23. Gambar 23. Jenis bass-reflex baffle dengan dimesi 2 feet x 2 feet x 18 inchi, dan variasi luas penampang port ( ) di mana 1 = ukuran port kecil, 2 = ukuran port sedang, dan 3 = ukuran port besar (Olson, 1957: 160). Berdasarkan Gambar 23 terlihat bahwa luas penampang port dengan ukuran yang besar yakni pada 59

53 No.3 mengakibatkan amplitudo tekanan gelombang bunyi menjadi semakin besar. Hal ini menyebabkan daerah kerja bass-reflex baffle akan semakin sempit. Sedangkan untuk luas penampang port yang lebih kecil seperti pada No.2 mengakibatkan kualitas amplitudonya akan menurun. Penurunan ini menyebabkan daerah kerjanya akan semakin lebar. Selanjutnya pada No. 1 di mana luas penampangnya paling kecil, kualitas amplitudo gelombang bunyi cukup rendah, akibatnya daerah kerjanya akan lebih lebar dari pada No.2 dan No.3. Namun jika luas penampang port dibuat sangat kecil atau lebih kecil dari No.1 dapat menimbulkan yang cukup besar. Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi loudspeaker yang dikombinasikan dengan bass-reflex baffle. Berdasarkan persamaan (62) dijelaskan bahwa sangat dipengaruhi oleh. Karena penampang port merupakan sebuah lingkaran, maka penentuan dapat diperoleh dari persamaan (66) dengan merupakan luas penampang port (m 2 ). 60

54 Port yang memiliki luas penampang tertentu, juga memiliki besaran yang sangat berpengaruh terhadap lintasan akustik bass-reflex baffle, yakni panjang port. Panjang port dapat ditentukan dari persamaan (Beranek, 1993: 137) (67) dimana adalah panjang port (m). pada persamaan (61) juga dapat didefinisikan sebagai jumlah elemen yang dianalogikan ke dalam elemen massa dari setiap sistem listrik, sistem mekanik, sistem akustik pada loudspeaker, dan sistem akustik pada bagian kotak bass-reflex baffle. Untuk menentukan maka elemen pada setiap sistem listrik dan mekanik pada loudspeaker yang dianalogikan ke dalam elemen massa harus diubah ke domain akustik. Karena elemen pada sistem listrik tidak dapat langsung diubah ke domain akustik, maka perlu dilakukan pengubahan elemen sistem listrik ke domain mekanik terlebih dahulu dan selanjutnya baru diubah ke domain akustik. Pengubahan ini dijelaskan sebagai berikut: 61

55 a. Pengubahan induktansi ke domain mekanik dilakukan dengan menggunakan persamaan (8) yang diubah menjadi persamaan: (68) karena, maka: (69) Jika didefinisikan (Beranek, 1993: 70), maka: (70) Dengan mensubstitusikan persamaan (5) ke persamaan (70), maka: (71) Selanjutnya persamaan (38) disubstitusikan ke persamaan (71) sehingga (72) dan dengan mensubstitusikan persamaan (36) ke persamaan (72), maka: 62

56 (73) Karena pada persamaan (8) sudah didefinisikan sebagai massa, maka persamaan (73) dapat ditulis menjadi: (74) dimana adalah elemen induktansi dalam domain mekanik (kg). Setelah elemen induktansi diubah ke dalam domain mekanik, maka dilakukan pengubahan kembali yakni ke domain akustik dengan menggunakan persamaan (75) (Beranek, 1993: 232) (75) dimana merupakan elemen massa dalam domain akustik (kg/m 4 ), dan adalah elemen massa (kg). Karena dan sudah didefinisikan sebagai elemen massa dalam domain akustik dan elemen massa, maka untuk menentukan dalam domain akustik, persamaan (75) dapat ditulis menjadi: (76) dengan adalah elemen induktansi dalam domain akustik (kg/m 4 ). Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (74) ke dalam persamaan (76), maka diperoleh: 63

57 (77) b. Pengubahan elemen massa ke domain akustik dilakukan dengan menggunakan persamaan (75). Karena didefinisikan sebagai elemen massa secara umum saja, maka untuk menentukan massa diafragma dan voice coil dalam domain akustik, persamaan (75) dapat ditulis menjadi: (78) dimana merupakan elemen massa diafragma dan voice coil dalam domain akustik (kg/m 4 ) c. Bergetarnya diafragma loudspeaker akan mengakibatkan ikut bergetarnya partikel udara di bagian depan atau di bagian belakang diafragma. Partikel udara yang digetarkan ini didefinisikan sebagai massa partikel udara yang dipengaruhi oleh massa jenis udara ( dan jari-jari diafragma loudspeaker. Massa partikel udara yang dipengaruhi oleh dua faktor ini dapat disebut dengan massa akustik partikel udara di depan atau di belakang diafragma loudspeaker ( ) yang mana dapat ditentukan dari persamaan (79) (Beranek, 1993: 216). (79) 64

58 dimana adalah massa jenis partikel udara (kg/m 3 ) dan adalah jari-jari diafragma loudspeaker (m). Karena persamaan (55), (77), (78), dan (79) memiliki domain yang sama yakni domain akustik, maka dengan berdasarkan definisi diperoleh persamaan: (80) Dengan mendefinisikan dan mensubstitusikan persamaan (55), (77), (78), dan (79) ke persamaan (80), maka: (81) Selain mengubah domain elemen-elemen pada sistem listrik dan sistem mekanik yang dianalogikan ke elemen massa ke domain akustik, pengubahan domain ini juga dilakukan pada elemen-elemen pada kedua sistem tersebut yang dianalogikan ke elemen hambatan sehingga diperoleh hambatan total akustik. Pengubahan ini dijelaskan sebagai berikut: a. Pengubahan elemen resistansi listrik ke domain mekanik dilakukan dengan memanfaatkan persamaan (9) yang dapat ditulis menjadi: (82) Dengan mensubstitusikan persamaan (5) ke persamaan (82), maka: 65

59 (83) Jika didefinisikan (Beranek, 1993: 70), maka diperoleh:. (84) Dengan mensubstitusikan persamaan (38) ke persamaan (84), maka: (85) Karena sudah didefinisikan sebagai elemen redaman mekanik pada persamaan (9), maka untuk menentukan elemen resistansi listrik dalam domain mekanik, persamaan (85) ditulis menjadi (86) dengan adalah elemen resistansi listrik dalam domain mekanik (N.s/m). Selanjutnya diubah ke dalam domain akustik dengan menggunakan persamaan berikut (Beranek, 1993: 232): (87) 66

60 dimana merupakan elemen redaman mekanik dalam domain akustik (N.s/m 5 ), dan adalah elemen redaman mekanik (N.s/m). Karena dan sudah didefinisikan sebagai elemen redaman mekanik dalam domain akustik dan elemen redaman dalam domain mekanik, maka untuk menentukan dalam domain akustik, persamaan (87) dapat ditulis menjadi: (88) dimana adalah elemen resistansi listrik dalam domian akustik (N.s/m 5 ). Selanjutnya dengan mensubstitusikan persamaan (86) ke persamaan (88) maka diperoleh: (89) b. Pengubahan elemen redaman mekanik ( ) ke domain akustik dilakukan dengan menggunakan persamaan (87). c. Getaran diafragma loudspeaker yang kemudian menggetarkan massa akustik partikel udara di depan atau di belakang diafragma memiliki sebuah elemen yaitu hambatan akustik. Hambatan akustik ini dapat ditentukan dari persamaan (90) (Beranek and Mellow, 2012: 312). (90) 67

61 dengan adalah hambatan akustik di depan diafragma loudspeaker (N.s/m 5 ). Selanjutnya berdasarkan persamaan (56), (87), (89), dan (90) yang mana memiliki domain yang sama yakni domain akustik, maka ketiga persamaan tersebut dapat dijumlahkan untuk mengetahui hambatan akustik total loudspeaker dan kotak sehingga diperoleh (91) dimana adalah hambatan akustik total loudspeaker (N.s/m 5 ). Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (56), (87), (89), dan (90) ke persamaan (91) maka diperoleh: ( ) (92) Selain itu elemen kelenturan domain mekanik ( ) juga diubah ke domain akustik supaya dapat digunakan untuk menentukan konstanta pada persamaan (61). Pengubahan domain ini dilakukan dengan menggunakan persamaan (93) (Beranek, 1993: 214) (93) dimana merupakan elemen compliance dalam domain akustik (m 5 /N) dan adalah elemen compliance (m/n). 68

62 Karena semua elemen penyusun loudspeaker sudah diubah ke domain akustik, maka dapat dibuat analogi rangkaian ekuivalen loudspeaker enclosure jenis bass-reflex baffle menggunakan tipe impedansi dalam domain akustik seperti tampak pada Gambar 24. Gambar 24. Rangkaian ekuivalen loudspeaker enclosure jenis bassreflex baffle menggunakan tipe analogi impedansi dalam domain akustik. berikut: Selanjutnya dengan mengingat persamaan-persamaan lalu selanjutnya dan maka Gambar 24 dapat disederhanakan menjadi:, 69

63 Gambar 25. Penyederhanaan dari Gambar 24 (Beranek, 1993: 244). 2. Radiasi Bunyi Bass-reflex Baffle Loudspeaker enclosure jenis bass-reflex baffle memiliki dua sumber bunyi yakni yang berasal dari udara di bagian depan diafragma loudspeaker dan udara di bagian belakang diafragma loudspeaker yang kemudian keluar melalui port. Jika dibandingkan dengan jenis baffle yang lain, radiasi bunyi bassreflex baffle memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi karena dalam proses pengolahan bunyinya, radiasi bunyi yang berasal dari udara di belakang diafragma loudspeaker dimanfaatkan untuk meningkatkan radiasi bunyi yang berasal dari udara di depan diafragma loudspeaker. Partikel udara baik di bagian depan diafragma dan port akan bergetar mengikuti getaran diafragma. Akibatnya timbul kondisi rapatan atau renggangan partikel udara yang kemudian menghasilkan tekanan sesaat (P ) yang nilainya dapat lebih atau kurang dari tekanan normal (P o ). Tekanan sesaat (P ) ini berfluktuasi mengikuti fluktuasi getaran diafragma loudspeaker woofer. Dari (P ) dan (P o ), kemudian timbul tekanan 70

64 akustik/bunyi ( ) yang merupakan selisih antara (P ) dan (P o ). Karena tekanan akustik/bunyi pada jarak ( ) dan waktu ( ) tertentu memiliki nilai yang berbeda-beda, maka dapat diasumsikan bahwa sebagai fungsi dan. yang berasal dari udara di bagian depan diafragma dan port dirumuskan oleh persamaan (94) dan (95) (Beranek, 1993: 26). (94) (95) dengan dan adalah tekanan akustik/bunyi sebagai fungsi jarak dan waktu yang berasal dari udara di bagian depan diafragma loudspeaker woofer dan port (N/m 2 ), dan adalah amplitudo tekanan akustik yang berasal dari udara di bagian depan diafragma dan port, dan adalah jarak antara titik pusat bagian depan diafragma dan titik pusat port dengan media yang digunakan untuk merekam (m), dan adalah beda fase pada tekanan akustik/bunyi yang berasal dari udara di depan port akibat adanya lintasan akustik dari udara di bagian belakang loudspeaker sampai dengan di depan port. Jika didefinisikan dan, maka persamaan (95) dan (96) menjadi (96) (97) 71

65 dan masing-masing memiliki nilai yang berbeda. Walaupun demikian, dalam perambatannya kedua tekanan akustik ini akan saling berinterferensi. Pada jarak tertentu dapat ditentukan tekanan akustik total yang dirumuskan pada persamaan (98). (98) Jika pada persamaan (96) dan (97) didefinisikan,, dan, maka persamaan (98) menjadi: [ ] [ ] atau [ ] (99) dengan dan adalah variabel penyederhaan yang dirumuskan dengan persamaan berikut: (100) (101) Karena terdiri atas bagian real dan bagian imajiner, maka untuk menentukan nilai dapat dilakukan dengan mengambil nilai mutlaknya sehingga diperoleh: (102) dengan dan dirumuskan dengan persamaan berikut: 72

66 (103) (104) Dengan mensubstitusikan persamaan (103) dan (104) ke (102) dan menggunakan identitas trigonometri, maka diperoleh: ( ) Kemudian dengan menggunakan identitas trigonometri dan mengingat definisi dan, maka persamaan di atas menjadi (105) Karena persamaan (105) tidak mengandung waktu ( ), maka dapat disimpulkan bahwa amplitudo tekanan akustik/bunyi di titik tidak sebagai fungsi waktu. 73

67 Dari persamaan (105) dapat dilihat bahwa amplitudo akan bernilai maksimal jika dan hanya jika, sehingga diperoleh nilai amplitudo pada posisi perut. Demikian juga sebaliknya jika akan diperoleh pada posisi simpul. 3. Frekuensi Resonansi Bass-reflex Baffle yang dikombinasikan dengan Loudspeaker Woofer Frekuensi resonansi bass-reflex baffle sangat dipengaruhi oleh elemen penyusun loudspeaker woofer, kotak dan portnya. Loudspeaker dengan frekuensi resonansi yang rendah memiliki tingkat compliance yang besar. Karena proses kombinasi bassreflex baffle dengan loudspeaker woofer harus sebanding, maka ukuran kotak bass-reflex baffle harus cukup besar supaya nya besar. Adanya port pada salah satu sisi kotak seperti halnya suatu benda bermassa yang dipasang bersama pegas. Port ini akan berpengaruh terhadap frekuensi resonansi dan meningkatkan efisiensi bass-reflex baffle. Konsep kesesuaian dalam kombinasi kedua sistem dirumuskan oleh persamaan (106) (Beranek, 1993: 244): (106) 74

68 Berdasarkan persamaan (106) maka dapat ditentukan frekuensi resonansi bass-reflex baffle yang dikombinasikan dengan loudspeaker woofer ( ) menggunakan persamaan: atau (107) F. Rangkaian RL Sistem listrik loudspeaker terdiri atas elemen induktansi ( ), resistansi ( ), dan sumber tegangan AC (e). Induktansi ( ) didefinisikan sebagai kemampuan penghantar dalam bentuk kumparan atau lilitan untuk memproduksi GGL induksi jika terjadi perubahan arus terhadap waktu (Grob, 1977: 352). Sedangkan resistansi listrik ( ) didefinisikan sebagai elemen listrik yang bersifat menghambat arus listrik dan mengubah energi listrik ( ) menjadi panas (Olson, 1943: 8). Resistansi pada voice coil loudspeaker dihasilkan dari sifat resistif voice coilnya. Rangkaian sistem listrik loudspeaker tampak pada gambar berikut: Gambar 26. Rangkaian sistem listrik loudspeaker. 75

69 Rangkaian RL pada sistem listrik loudspeaker sama halnya dengan rangkaian RL pada rangkaian listrik pada umumnya. Jika rangkaian RL dihubungkan dengan sumber tegangan AC, maka amplitudo arus AC yang mengalir pada voice coil tidak langsung menuju nilai konstan. Namun amplitudo arus AC akan naik secara perlahan. Keadaan seperti ini disebut keadaan peralihan (transient) dan setelah beberapa saat amplitudo arus AC akan tetap atau konstan terhadap waktu yang disebut dengan steady state. Saklar yang tiba-tiba dibuka mengakibatkan perubahan arus terhadap waktu di dalam rangkaian tersebut. Akibatnya terjadi perubahan fluks magnetik yang akan menimbulkan GGL induksi. Mekanisme ini terjadi pada rangkaian RL tanpa sumber (Grob, 1977: 474). Skema rangkaian RL dengan saklar dibuka atau tanpa sumber tampak pada gambar berikut: Gambar 27. Rangkaian sistem RL tanpa sumber. Pada rangkaian RL tanpa sumber berlaku persamaan: (108) dimana adalah tegangan di antara ujung resistor (volt) dan adalah GGL induksi (volt). Definisi yakni: 76

70 (109) dan berlaku persamaan: (110) Dengan mensubstitusikan persamaan (109) dan (110) ke persamaan (108), maka diperoleh: (111) Perubahan arus terhadap waktu yang terjadi akibat sumber tegangan AC diputus akan tidak sama dengan nol secara cepat. Arus AC membutuhkan waktu tertentu agar perubahannya sama dengan nol. Dalam perubahannya, arus AC akan berubah terhadap waktu atau dapat diasumsikan bahwa arus AC sebagai fungsi waktu. Arus AC fungsi waktu ini dapat ditentukan dari persamaan (111) yang dapat ditulis menjadi: (112) Persamaan (112) juga dapat ditulis menjadi: Dengan mengintegralkan persamaan di atas, maka diperoleh: atau. (113) 77

71 Karena berubah terhadap waktu, maka persamaan (113) secara eksplisit ditulis menjadi: (114) Jika keadaan awal adalah, maka: (115) dengan adalah arus sebagai fungsi waktu (A), adalah arus pada t = 0 (A), dan adalah waktu (s). Kurva yang menggambarkan evolusi persamaan (116) tampak pada Gambar 28. Gambar 28. Kurva arus pada rangkaian RL tanpa sumber (Alexander & Sadiku, 2006: 244). Karena timbul akibat adanya perubahan arus terhadap waktu, maka GGL induksi yang dihasilkan juga tidak langsung sama dengan nol. Dari persamaan (109) terlihat bahwa GGL induksi sebanding dengan perubahan arus terhadap waktu. Oleh karena itu untuk menentukan GGL induksi berlaku persamaan: (116) 78

72 dengan adalah GGL induksi fungsi waktu (volt) dan adalah GGL induksi pada = 0 (volt). Persamaan (116) juga dapat ditulis menjadi: ( ) (117) Persamaan di atas adalah persamaan garis lurus yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai induktansi loudspeaker woofer, di mana ( ) sebagai variabel terikat dan sebagai variabel bebas. Karena itu berlaku persamaan: ( ) (118) dengan adalah gradien garis. Dari persamaan (117) dan (118), maka induktansi loudspeaker woofer dapat diperoleh dari persamaan: (119) G. Hukum Hooke Sebuah loudspeaker memiliki stiffness pada sistem suspensinya. Stiffness pada bagian suspensi ini sama halnya dengan stiffness dari suatu sistem pegas. Pada sistem pegas apabila salah satu ujungnya dibuat tetap posisinya dan ujung yang lain diberi gaya dengan cara memasang beban dengan massa tertentu, maka pegas akan mengalami perubahan panjang. Hubungan antara gaya dan perubahan panjang pegas terdapat di dalam hukum Hooke dengan persamaan (120) 79

73 dengan adalah gaya (N), adalah stiffness (N/m), dan adalah perubahan panjang pegas (m). Persamaan (121) juga dapat ditulis menjadi atau (121) dengan adalah percepatan gravitasi (m/s 2 ) dan adalah massa beban yang digantungkan pada pegas (kg). Pemberian beban pada bagian diafragma loudspeaker dapat dilakukan untuk mengukur nilai stiffness dari sistem suspensi loudspeaker woofer yang dianalogikan dengan pengukuran stiffness pegas. Pada pegas, tiap penambahan beban dengan massa tertentu akan mengakibatkan perubahan panjang ( ). Begitu pula yang terjadi pada loudspeaker. Penambahan massa akan mengakibatkan bagian surround dan spider mengalami penurunan posisi. Penurunan posisi ini juga merupakan indikator dari perubahan panjang atau posisi ( ) pada bagian surround dan spider. Dengan adanya kesebandingan antara penambahan massa dan besar penurunan posisi, maka dapat diasumsikan hubungan keduanya mengikuti persamaaan garis lurus, dimana sebagai variabel terikat, dan m sebagai variabel bebas. Persamaan garis lurus yang berlaku adalah: (122) dimana merupakan gradien garis. Dengan memperhatikan persamaan (121) dan (122) maka dapat diperoleh dari persamaan: 80

74 (123) Karena compliance adalah kebalikan dari stiffness, maka compliance dapat diperoleh dari persamaan: (124) H. Redaman Mekanik Sebuah benda dapat bergetar akibat adanya gangguan atau gaya luar yang mengenainya. Getaran pada sebuah benda dibedakan menjadi dua, yaitu getaran bebas dan getaran terpaksa. Getaran bebas merupakan getaran yang terjadi pada suatu sistem akibat adanya gaya internal yang dimiliki oleh sistem tersebut. Skema sistem mekanik yang mengalami getaran bebas ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 29. Skema sistem mekanik yang mengalami getaran bebas (Hutahaehan, 2011: 41). Getaran bebas terbagi menjadi dua, yakni getaran bebas tak teredam dan getaran bebas teredam. Getaran bebas teredam merupakan getaran yang terjadi pada sebuah sistem mekanik di mana ketika sudah tidak diberi gangguan maka amplitudo getarannya akan semakin kecil dan pada waktu 81

75 tertentu benda dengan elemen massanya akan kembali ke posisi setimbang. Berkurangnya nilai amplitudo getaran dan kembalinya benda tersebut pada posisi normal merupakan indikator adanya elemen redaman mekanik. Selain itu adanya elemen menyebabkan energi pada sistem mekanik berubah menjadi panas. Skema sistem mekanik yang mengalami getaran bebas teredam tampak pada gambar berikut: Gambar 30. Skema sistem mekanik yang mengalami getaran bebas teredam (Hutahaehan, 2011: 43). Salah satu contoh getaran bebas teredam adalah getaran yang terjadi pada sistem mekanik loudspeaker. Jika sistem mekanik loudspeaker tidak dikenai tegangan AC, amplitudo getaran diafragma menjadi semakin kecil dan pada waktu tertentu akan menjadi nol (diafragma kembali pada posisi setimbang). Hal ini membuktikan adanya redaman mekanik pada sistem tersebut. Selain itu massa suatu diafragma loudspeaker juga berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan diafragma untuk kembali ke posisi setimbang. Fenomena getaran bebas teredam ini dirumuskan dalam persamaan berikut: (125) 82

76 Karena pada persamaan (125) merupakan simpangan sebagai fungsi waktu, maka persamaan (125) dapat ditulis menjadi: (126) Jika didefinisikan dan (King, 2009: 35), di mana adalah frekuensi sudut alami getaran tak teredam (rad/s), adalah stiffness (N/m), adalah massa (kg), adalah rasio antara redaman mekanik ( ) dan massa (m), dan adalah redaman mekanik (N.s/m), maka persamaan (126) menjadi (127) Karakteristik redaman pada sistem getaran bebas teredam dibedakan menjadi tiga yaitu sangat teredam, teredam kritis, dan kurang teredam. Karateristik ini ditunjukkan pada Gambar 31. Gambar 31. Karakteristik getaran bebas teredam (King, 2009: 39) Berdasarkan Gambar 31 terlihat bahwa karateristik getaran bebas teredam pada kondisi kurang teredam masih mengalami osilasi sebelum amplitudonya sama dengan nol. Hubungan antara simpangan getaran dengan waktu (s) umumnya dirumuskan pada persamaan (128) (King, 2009: 34). 83

77 (128) dimana merupakan osilasi atau simpangan sebagai fungsi waktu (m), merupakan simpangan awal pada = 0 s (m), merupakan ukuran derajat redaman, merupakan frekuensi sudut (rad/s), dan adalah waktu (s). Dengan menurunkan persamaan (128) terhadap waktu, maka diperoleh ( ) ( ) sehingga [ ] (129) Selanjutnya dengan menurunkan persamaan (129) terhadap waktu, maka diperoleh sehingga [( ) ] *( )+ [ ] (130) Kemudian persamaan (128), (129), dan (130) disubstitusikan ke persamaan (127) sehingga diperoleh persamaan (131), sebagai berikut: [ ] ( [ ]) ( ) atau [ ( ) ]. (131) Karena dan tidak mungkin bernilai nol bersamaan pada waktu tertentu, maka agar persamaan (131) berlaku, harus dipenuhi dua kondisi yaitu (132) 84

78 dan (133) Dari persamaan (132) diperoleh: (134) Dengan mensubstitusikan persamaan (134) ke persamaan (133) diperoleh: (135) Kemudian persamaan (134) dan (135) disubstitusikan ke persamaan (128), sehingga diperoleh: *( ) + (136) Selanjutnya persamaan (136) di-plotting menggunakan software Matlab R2010a sehingga diperoleh grafik yang ditunjukkan pada Gambar 32. Gambar 32. Grafik yang menggambarkan persamaan (136) yang merupakan getaran bebas teredam dalam kondisi kurang teredam yang diplotting menggunakan software Matlab R2010a. 85

79 Berdasarkan Gambar 32 terlihat bahwa merupakan periode osilasi getaran yang dapat didefinisikan sebagai waktu antara dengan atau, ke, serta ke (s) dan dirumuskan pada persamaan berikut: (137) merupakan amplitudo awal pada, merupakan amplitudo getaran pada, dan merupakan amplitudo getaran pada dan seterusnya. Karena pada saat atau tertentu dapat didefinisikan sebagai tertentu, dan nilai, maka persamaan (137) dapat ditulis menjadi: atau (138) Persamaan (138) juga dapat ditulis menjadi: (139) Dengan mengingat definisi (King, 3009: 35), maka persamaan (139) menjadi: (140) Karena berubah terhadap waktu, maka persamaan (140) dapat ditulis menjadi: (141) Persamaan (141) adalah persamaan garis lurus yang digunakan untuk memperoleh nilai redaman mekanik ( ) loudspeaker woofer, di mana 86

80 sebagai variabel terikat dan sebagai variabel bebas. Karena itu berlaku persamaan: (142) dengan adalah gradien garis. Berdasarkan persamaan (141) dan (142), maka diperoleh dari persamaan: (143) Karena beban yang digunakan dalam menentukan redaman mekanik ( ) loudspeaker woofer mempunyai massa yang bervariasi, maka dilakukan penentuan nilai redaman mekanik rata-rata ( ) menggunakan persamaan (144) (144) dengan adalah nilai redaman mekanik pada massa tertentu (N.s/m) dan adalah banyaknya variasi massa beban. I. Respon Frekuensi Respon frekuensi suatu sistem merupakan fungsi yang bergantung pada frekuensi input. Fungsi tersebut menggambarkan suatu sinyal sinusoidal pada frekuensi tertentu yang dimasukkan ke dalam suatu sistem. Selanjutnya sistem tersebut akan mengubah sinyal input menjadi sinyal output yang masih mempunyai frekuensi yang sama dengan sinyal input. Tiap komponen frekuensi merupakan suatu sinyal sinusoidal yang mempunyai amplitudo dan frekuensi tertentu. Selain itu respon frekuensi 87

81 menggambarkan bagaimana masing-masing komponen frekuensi ditransfer melalui sebuah sistem. Amplitudo sinyal dari komponen tersebut mungkin akan mengalami penguatan (amplifier), dan mungkin juga akan mengalami pelemahan (attenuation). Selain mengalami perubahan amplitudo, respon frekuensi juga mengakibatkan adanya beda fase antara sinyal input dan sinyal output dengan tidak mengubah frekuensi dari sinyal input. Bentuk respon frekuensi menunjuk pada respon steady-state dari suatu sistem yang memiliki sinyal input sinusoidal dan amplitudo dengan daerah frekuensi yang bervariasi (Harrison & Bollinger, 1968: 187). Konsep respon frekuensi tampak pada Gambar 33. Gambar 33. Konsep respon frekuensi (Harrison & Bollinger, 1968: 187). sebesar: Gambar 33 menunjukkan suatu sistem yang diberi suatu sinyal input (145) dengan adalah amplitudo sinyal input ke sistem. Selanjutnya sinyal input di dalam sistem ini mengalami suatu perubahan. Perubahan tersebut tampak pada sinyal output sebesar: (146) dengan adalah amplitudo sinyal output sistem dan adalah beda fase antara sinyal output dan sinyal input. Beda fase antara sinyal output dan input 88

82 terjadi karena sistem memberikan fungsi transfer. Gelombang sinyal input dan output dari sistem dapat digambarkan seperti pada Gambar 34. Gambar 34. Gelombang input dan output respon frekuensi (Harrison & Bollinger, 1968: 187). Berdasarkan Gambar 34 maka berlaku persamaan rasio amplitudo gelombang output dan input yakni (147) dimana adalah gain. J. Mic condensor Mic condensor merupakan alat yang digunakan untuk mengubah sinyal bunyi menjadi sinyal listrik. Mic condensor tersusun atas dua kondensor yang membentuk sebuah kapasitor. Salah satu jenis mic condensor tampak pada Gambar 35. Gambar 35. Salah satu jenis mic condensor yang ada di pasaran ( 89

83 Ketika mic condensor mendeteksi gelombang bunyi, amplitudo tekanan gelombang bunyi ini menyebabkan perubahan posisi pada salah satu kondensor kapasitor. Jika mic condensor dihubungkan dengan sumber tegangan, maka perubahan posisi kondensor ini mengakibatkan perubahan kapasitansi listrik. Akibatnya terjadi perubahan fluks listrik di antara kondensor. Perubahan fluks ini menyebabkan timbulnya GGL induksi. GGL induksi inilah yang akan menjadi output bagi mic condensor dan input bagi media yang digunakan untuk menganalisis sinyal GGL induksi. K. Kayu MDF (Medium Density Fibreboard) Sesuai dengan namanya, kayu jenis MDF memiliki tingkat kerapatan yang cukup baik dibandingkan plywood dan particle board ( Jenis kayu MDF seperti tampak pada Gambar 36. Gambar 36. Jenis kayu MDF ( Kayu ini dibuat untuk menutupi beberapa kelemahan plywood yang permukaannya kurang halus, mudah retak dan pecah pada ukuran lebar yang 90

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua manusia mempunyai indera pendengaran. Ketika indera pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan baik. Mendengarkan musik sama halnya

Lebih terperinci

Rancang Bangun Loudspeaker Enclosure untuk. (Imam Try Wibowo) 156

Rancang Bangun Loudspeaker Enclosure untuk. (Imam Try Wibowo) 156 Rancang Bangun Loudspeaker Enclosure untuk. (Imam Try Wibowo) 156 Rancang Bangun Loudspeaker Enclosure untuk Mengefisienkan Kinerja Loudspeaker Construction of Loudspeaker Enclosure to Increase Loudspeaker

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

Microphone dan Loudspeaker

Microphone dan Loudspeaker Microphone dan Loudspeaker Microphone atau sering ditulis mikropon adalah suatu alat yang dapat mengubah getaran suara menjadi getaran listrik. Microphone merupakan salah satu sumber pokok dan merupakan

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70

Lebih terperinci

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A PREDIKSI 7 1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A B C D E 2. Pak Pos mengendarai sepeda motor ke utara dengan jarak 8 km, kemudian

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Sebuah benda berubah gerak secara beraturan

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Induktansi. Kuliah Fisika Dasar II Jurusan TIP, FTP, UGM 2009

Induktansi. Kuliah Fisika Dasar II Jurusan TIP, FTP, UGM 2009 Induktansi Kuliah Fisika Dasar II Jurusan TIP, FTP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. Jurusan Fisika FMIPA UGM http:/setiawan.synthasite.com ikhsan_s@ugm.ac.id 1 Outline Induktansi Diri Rangkaian RL Energi

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak-balik - Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0401 Version: 2016-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Arus Bolak-balik RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Dalam pembahasan yang terdahulu telah diketahui bahwa generator arus bolakbalik sebagai sumber tenaga listrik yang mempunyai GGL : E E sinω t Persamaan di atas

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter maksimum dari pengukuran benda di atas adalah. A. 2,199 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,320 cm E. 2,375 cm 2.

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Menganalisis rangkaian listrik Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Listrik berasal dari kata elektron yang berarti batu ambar. Jika sebuah batu ambar digosok dengan kain sutra, maka batu akan dapat

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak Balik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0699 Version: 2011-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi: v =140

Lebih terperinci

D. (1) dan (3) E. (2)

D. (1) dan (3) E. (2) 1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini : Yang sesuai dengan rumus vektor gaya resultan secara analisis adalah gambar... A. (1), (2) dan (3) B.

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter minimum dari pengukuran benda di atas A. 5,685 cm B. 5,690 cm C. 5,695 cm D. 5,699 cm E. 5,700 cm 2. Sebuah partikel

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 2000

Fisika EBTANAS Tahun 2000 Fisika EBTANAS Tahun 000 EBTANAS-00-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg m s 1 M L T 1 Gaya kg m s M L T 3 Daya kg m s 3 M L T 3 Dari tabel di atas yang mempunyai satuan

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015

PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015 PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015 Drs. Setyo Warjanto setyowarjanto@yahoo.co.id 081218074405 SK 1 Ind 1 Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak

Lebih terperinci

D. -5 m/s dan 15 m/s E. -25 m/s dan 10 m/s. tumbukan lenting sempurna berarti e = 1 Ditanyakan kecepatan akhir setelah tumbukan?

D. -5 m/s dan 15 m/s E. -25 m/s dan 10 m/s. tumbukan lenting sempurna berarti e = 1 Ditanyakan kecepatan akhir setelah tumbukan? 1. Dua buah benda dengan massa sama, kecepatan masing-masing 10 m/s dan 20 m/s. Kedua benda dari arah berlawanan, bertumbukan lenting sempurna. Kecepatan masing-masing benda setelah tumbukan adalah...

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

2. Sebuah partikel bergerak lurus ke timur sejauh 3 cm kemudian belok ke utara dengan sudut 37 o dari arah timur sejauh 5 cm. Jika sin 37 o = 3 5

2. Sebuah partikel bergerak lurus ke timur sejauh 3 cm kemudian belok ke utara dengan sudut 37 o dari arah timur sejauh 5 cm. Jika sin 37 o = 3 5 1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Diameter minimum benda sebesar. A. 9,775 cm B. 9,778 cm C. 9,782 cm D. 9,785 cm E. 9,788 cm 2. Sebuah

Lebih terperinci

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar! Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat! Pilihlah jawaban yang benar!. Sebuah pelat logam diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasilnya ditampilkan pada gambar berikut. Tebal pelat logam... mm. 0,08 0.,0 C.,8

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Version : 0-06 halaman 0. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,8 mm (B) 4,90 mm (C) 4,96 mm (D) 4,98

Lebih terperinci

Pilihlah Jawaban yang Tepat.

Pilihlah Jawaban yang Tepat. Pilihlah Jawaban yang Tepat. 1. Panjang suatu benda yang diukur dengan jangka sorong diperlihatkan gambar di bawah ini. 4 cm 5 cm 0 5 10 Berdasarkan gambar di atas panjang benda adalah : A. 4,56 cm B.

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

C17 FISIKA SMA/MA IPA

C17 FISIKA SMA/MA IPA 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. Diameter minimum dari pengukuran benda di bawahadalah. A. 2,085 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,290 cm E. 2,305 cm 1 2. Seorang

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

Di bawah ini adalah tabel tanggapan frekuensi dari alat-alat music.

Di bawah ini adalah tabel tanggapan frekuensi dari alat-alat music. 1. Jangkauan respon frekuensi speaker. Pertama-tama yang harus diketahui bahwa speaker mereproduksi suara dari perangkatperangkat elektronik yang menyertainya( CD player, amplifier, processor dan lain-lain.),

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com

drimbajoe.wordpress.com 1. Suatu bidang berbentuk segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, diperoleh panjang 5,45 cm, lebar 6,2 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah...

Lebih terperinci

1. Di bawah ini adalah pengukuran panjang benda dengan menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran ini sebaiknya dilaporkan sebagai...

1. Di bawah ini adalah pengukuran panjang benda dengan menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran ini sebaiknya dilaporkan sebagai... 1. Di bawah ini adalah pengukuran panjang benda dengan menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran ini sebaiknya dilaporkan sebagai... A. (0, ± 0,01) cm B. (0, ± 0,01) cm. (0,5 ± 0,005) cm D. (0,0 ± 0,005)

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Bentuk Soal No. Soal

KISI-KISI SOAL. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Bentuk Soal No. Soal KISI-KISI SOAL Satuan Pendidikan : SMAN Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Fisika Jumlah Soal : 25 PG, 3 Uraian Kelas/Semester : X MIA/Ganjil Penulis : Tim MGMP Kurikulum Acuan : Kurikulum 2013

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut.

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. 1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Rentang hasil pengkuran diameter di atas yang memungkinkan adalah. A. 5,3 cm sampai dengan 5,35 cm

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII Nada-Nada Pipa Organa dan Dawai Soal No. 1 Sebuah pipa organa yang terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 300 Hz. Tentukan besar frekuensi dari

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas 1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : jenis gas suhu gas tekanan gas D. volume gas E. banyak partikel 2. Seorang anak duduk di atas kursi pada roda yang berputar

Lebih terperinci

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version:

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: SBMPTN 2015 Fisika Kode Soal Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: 2015-09 halaman 1 16. Posisi benda yang bergerak sebagai fungsi parabolik ditunjukkan pada gambar. Pada saat t 1 benda. (A) bergerak dengan

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK13AR12FIS01PAS Version: 2016-11 halaman 1 01. Perhatikan rangkaian hambatan listrik berikut. Hambatan pengganti

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

dan penggunaan angka penting ( pembacaan jangka sorong / mikrometer sekrup ) 2. Operasi vektor ( penjumlahan / pengurangan vektor )

dan penggunaan angka penting ( pembacaan jangka sorong / mikrometer sekrup ) 2. Operasi vektor ( penjumlahan / pengurangan vektor ) 1. 2. Memahami prinsipprinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini Getaran dan Gelombang Getaran 1. Getaran dan Besaran-besarannya. Gerak harmonik sederhana 3. Tipe-tipe getaran (1) Getaran dan besaran-besarannya besarannya Getaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjelaskan kerangka teori yang digunakan dalam tugas akhir ini. Dimulai dengan definisi listrik dan elektromagnetik dasar, kemudian beralih ke daya nirkabel

Lebih terperinci

PREDIKSI 4. bergerak konstan selama 2 sekon. Grafik kecepatan terhadap t dari perjalanan orang tersebut yang benar adalah..

PREDIKSI 4. bergerak konstan selama 2 sekon. Grafik kecepatan terhadap t dari perjalanan orang tersebut yang benar adalah.. PREDIKSI 4 1. Perhatikan gambar hasil pengukuran tebal balok kayu dengan menggunakan Jangka Sorong dibawah ini. Hasil pengukuran tebal yang diperoleh adalah... A. 5,09 cm B. 5,19 cm C. 5,20 cm D. 5,29

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS Doc. Name: K13AR12FIS01UAS Version: 2015-11 halaman 1 01. Seorang pendengar A berada di antara suatu sumber bunyi S yang menghasilkan bunyi berfrekuensi f dan tembok

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam) Kumpulan Soal Fisika Dasar II Universitas Pertamina (16-04-2017, 2 jam) Materi Hukum Biot-Savart Hukum Ampere GGL imbas Rangkaian AC 16-04-2017 Tutorial FiDas II [Agus Suroso] 2 Hukum Biot-Savart Hukum

Lebih terperinci

I. BUNYI 1. Bunyi merambat pada besi dengan

I. BUNYI 1. Bunyi merambat pada besi dengan Mas efbe I. BUNYI 1. Bunyi merambat pada besi dengan 330 m/s, maka besar frekuensi klakson yang didengar pengendara motor kelajuan 5000 m/s. Jika massa jenis besi tersebut adalah 8 g/cm 3, maka besar modulus

Lebih terperinci

SOAL-SOAL UNAS FISIKA SMA NEGERI 16 SURABAYA

SOAL-SOAL UNAS FISIKA SMA NEGERI 16 SURABAYA SOAL-SOAL UNAS FISIKA SMA NEGERI 6 SURABAYA. Gambar berikut adalah skala yang ditunjukkan oleh jangka sorong ketika digunakan untuk mengukur tebal sebuah buku. Tebal buku tersebut adalah 2. a. 24,4 cm

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com 1

drimbajoe.wordpress.com 1 1. Hasil pengukuran panjang dan lebar sebidang tanah berbentuk empat persegi panjang adalah 15,35 m dan 12,5 m. Luas tanah menurut aturan angka penting adalah... m 2 A. 191,875 B. 191,9 C. 191,88 D. 192

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2009

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2009 1. Seorang anak berjalan lurus 2 meter ke A barat, kemudian belok ke selatan sejauh 6 meter, dan belok lagi ke timur sejauh 10 meter. Perpindahan yang dilakukan anak tersebut dari posisi awal... A. 18

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / I Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala dalam menyelesaikan masalah 1.1 gejala dan ciriciri secara umum.

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN FISIKA KURIKULUM 2013

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN FISIKA KURIKULUM 2013 Jenis Sekolah : SMA Mata Pelajaran : FISIKA Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah Soal : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 KISI-KISI PENULISAN USBN FISIKA KURIKULUM 2013 1 2 3 3.2 Menerapkan prinsipprinsip

Lebih terperinci

D. 2 N E. 1 N. D. (1), (2) dan (3) E. semuanya benar

D. 2 N E. 1 N. D. (1), (2) dan (3) E. semuanya benar 1. Pada gambar di atas Fy = komponen gaya P pada sumbu Y. Jika Fy = 2 N, maka komponen gaya pada sumbu x adalah... A. 4 N B. 2 N C. 2 N Kunci : B Diket : Fy = 2 N Ditanya : Fx Jawab : Fy = F sin 30 2 =

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 2008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Name: UNSMAIPA2008FISP67 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,85

Lebih terperinci

B. E. 3. Tiga benda mengalami gerak lurus berubah beraturan selama 4 sekon dengan data dibawah. Benda Kecepatan awal (m/s) Perpindahan(m)

B. E. 3. Tiga benda mengalami gerak lurus berubah beraturan selama 4 sekon dengan data dibawah. Benda Kecepatan awal (m/s) Perpindahan(m) 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam menggunakan mikrometer skrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah... A. D. B. E. C. 2. Seorang anak berlari ke

Lebih terperinci

2. Seorang siswa berlari di sebuah lapangan seperti pada gambar berikut ini.

2. Seorang siswa berlari di sebuah lapangan seperti pada gambar berikut ini. 1. Pada pengukuran benda dengan neraca ohauss, kedudukan skala diperlihatkan gambar berikut Hasil pengukuran benda tersebut adalah. A. 330 garm B. 334 gram C. 343 gram D. 430 gram E. 433 gram 2. Seorang

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2 SOAL SOAL TERPILIH 1 1. Sebuah kumparan mempunyai 50 lilitan dalam waktu 0,02 s kumparan dimasuki fluks 310 mwb, yang kemudian turun hingga 100 mwb. Berapakah GGL induksi rata rata yang dibangkitkan oleh

Lebih terperinci

D. 85 N E. 100 N. Kunci : E Penyelesaian : Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini :

D. 85 N E. 100 N. Kunci : E Penyelesaian : Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini : 1. Tiga buah vektor gaya masing-masing F 1 = 30 N, F 2 = 70 N, dan F 3 = 30 N, disusun seperti pada gambar di atas. Besar resultan ketiga vektor tersebut adalah... A. 0 N B. 70 N C. 85 N D. 85 N E. 100

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Medan Magnet - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0301 Version: 2016-10 halaman 1 01. Medan magnet dapat ditimbulkan oleh: (1) muatan listrik yang bergerak (2) konduktor

Lebih terperinci

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar...

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar... Kumpulan Soal Latihan UN UNIT LISTRIK & MAGNET Gaya Coulomb, Energi & Potensial Listrik 1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar....

Lebih terperinci

UN SMA IPA Fisika 2015

UN SMA IPA Fisika 2015 UN SMA IPA Fisika 2015 Latihan Soal - Persiapan UN SMA Doc. Name: UNSMAIPA2015FIS999 Doc. Version : 2015-10 halaman 1 01. Gambar berikut adalah pengukuran waktu dari pemenang lomba balap motor dengan menggunakan

Lebih terperinci

C15 FISIKA SMA/MA IPA

C15 FISIKA SMA/MA IPA 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. Hasil pengkuran jangka sorong di bawah adalah. A. (2,28±0,005) cm B. (2,28±0,01) cm C. (2,18±0,005) cm D. (2,18±0,01) cm

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1997

Fisika EBTANAS Tahun 1997 Fisika EBTANAS Tahun 997 EBTANAS-97-0 Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan r r r R = F + F dengan menggunakan neraca pegas berikut ini () () () α α α Yang sesuai dengan rumus vektor gaya resultan

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1992

Fisika EBTANAS Tahun 1992 Fisika EBTANAS Tahun 1992 EBTANAS-92-01 Sebuah benda massanya 2 kg jatuh bebas dari puncak gedung bertingkat yang tingginya 100 m. Apabila gesekan dengan udara diabaikan dan g = 10 m s 2 maka usaha yg

Lebih terperinci

DESKRIPSI PEMELAJARAN FISIKA

DESKRIPSI PEMELAJARAN FISIKA MATA DIKLAT : FISIKA TUJUAN : 1. Menggunakan pengetahuan fisika dalam kehidupan sehari-hari 2. Memiliki kemampuan dasar fisika untuk mengembangkan kemampuan dibidang teknologi bangunan gedung KOMPETENSI

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1 TRY OUT UN 2014

PAKET SOAL 1 TRY OUT UN 2014 1. Perhatikan pengukuran benda menggunakan 4. Sebuah benda bergerak melingkar dengan neraca o-hauss berikut ini! kecepatan 240 putaran per menit. Apabila jarijari lintasan 20 cm, maka besar kecepatan π

Lebih terperinci

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20 PREDIKSI UN FISIKA 2013 1. Perhatikan gambar berikut Hasil pengukuran yang bernar adalah. a. 1,23 cm b. 1,23 mm c. 1,52mm d. 1,73 cm e. 1,73 mm* 2. Panjang dan lebar lempeng logam diukur dengan jangka

Lebih terperinci

C13 1 FISIKA SMA/MA IPA

C13 1 FISIKA SMA/MA IPA 1 1. Seorang siswa mengukur ketebalan suatu bahan menggunakan mikrometer sekrup. Ketebalan bahan adalah. A. (5,83±0,005) mm B. (5,83±0,01) mm C. (5,53±0,005) mm D. (5,53±0,01) mm E. (5,33±0,005) mm 2.

Lebih terperinci

PERSIAPAN UJIAN AKHIR NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR SOAL. Mata Pelajaran : Fisika. Kelas/Program : IPA.

PERSIAPAN UJIAN AKHIR NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR SOAL. Mata Pelajaran : Fisika. Kelas/Program : IPA. PERSIPN UJIN KHIR NSIONL THUN PELJRN 2008/2009 LEMR SOL Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Program : IP Waktu : 120 menit PETUNJUK UMUM 1. Tuliskan nomor dan nama nda pada Lembar Jawaban Komputer. 2. Periksa

Lebih terperinci

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 ) No FISIKA 2015 TIPE C SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya yang setitik tangkap seperti pada gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. Besar resultan gayanya adalah. A. 60 N

Lebih terperinci

2 A (C) - (D) - (E) -

2 A (C) - (D) - (E) - 01. Gaya F sebesar 12 N bekerja pada sebuah benda yang masanya m 1 menyebabkan percepatan sebesar 8 ms -2. Jika F bekerja pada benda yang bermassa m 2 maka percepatannya adalah 2m/s -2. Jika F bekerja

Lebih terperinci

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) yaitu arus listrik yang besar dan arahnya yang selalu berubah-ubah secara periodik. 1. Sumber Arus Bolak-balik Sumber arus bolak-balik

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

Mekanika (interpretasi grafik GLB dan GLBB) 1. Diberikan grafik posisi sebuah mobil terhadap waktu yang melakukan gerak lurus sebagai berikut: X

Mekanika (interpretasi grafik GLB dan GLBB) 1. Diberikan grafik posisi sebuah mobil terhadap waktu yang melakukan gerak lurus sebagai berikut: X Pengukuran, Besaran dan Satuan: 1. Besi mempunyai massa jenis 7,86 kg/m 3. Tentukan volume sepotong besi yang massanya 3,93 g. A. 0,5 cm 3 B. 0,5 m 3 C. 2,0 cm 3 D. 2,0 m 3 (hubungan besaran pokok dan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2

PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2 PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2 Soal No 1 Pada jangka sorong, satuan yang digunakan umumnya adalah cm. Perhatikan nilai yang ditunjukkan skala utama dan skala nonius. Nilai yang ditunjukkan oleh skala

Lebih terperinci

TEST PERSIAPAN UN N/m

TEST PERSIAPAN UN N/m TEST PERSIAPAN UN 0. Jika M dimensi untuk massa, L dimensi untuk panjang dan T dimensi untuk waktu, Maka dimensi berat jenis adalah. A. ML -3 B. MLT - C. ML T - D. ML - T - E. ML T -3 06. 0 N/m N/m 4 N/m

Lebih terperinci

jawaban : Jadi pada grafik V terhadap t sumbu Vv = o sedangkan pada sumbu t,t = 0 grafik yang benar adalah grafik D. Jawab: D

jawaban : Jadi pada grafik V terhadap t sumbu Vv = o sedangkan pada sumbu t,t = 0 grafik yang benar adalah grafik D. Jawab: D UMPTN 1996 FISIKA 1. Sebuah benda berubag gerak secara beraturan dari kecepatan m/s sampai diam, jarak yang dicapainya adalah 1 meter. Gerak benda itu dapat ditunjukkan oleh grafik kecepatan (v) terhadap

Lebih terperinci

PAKET UJIAN NASIONAL Pelajaran : FISIKA Waktu : 120 Menit

PAKET UJIAN NASIONAL Pelajaran : FISIKA Waktu : 120 Menit PAKET UJIAN NASIONAL Pelajaran : FISIKA Waktu : 20 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah.. Diameter dalam sebuah silinder diukur menggunakan jangka

Lebih terperinci