Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN , ISSN X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN , ISSN X"

Transkripsi

1 KAJI TINDAK PARTISIPATIF PERBAIKAN STATUS KESEHATAN TOKOH MASYARAKAT TERKAIT PARAMETER-PARAMETER KESEHATAN METABOLIK DI DESA BATUR, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG Dhanang Puspita 1,4,Widoyoko 2, Arwyn Weynand Nusawakan 2, Rambu Lawu Nedi Kristanti Retno Triandhini 1,3, Ferry Ferdy Karwur 1,4 1. Magister Biologi,Universitas Kristen Satya Wacana 2. Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kristen Satya Wacana, 3. Prodi Ilmu Gizi, Universitas Kristen Satya Wacana 4. Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Kristen Satya ABSTRAK Sindrom metabolik adalah salah satu jenis penyakit yang ditandai paling sedikit tiga di antara lima kriteria dalam The National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III, yaitu obesitas abdominal (kegemukan dengan lingkaran perut yang melebihi 80 cm pada wanita dan 90 cm pada laki-laki), kenaikan kadar trigliserida, penurunan High Density Lipoprotein, kenaikan kadar gula darah puasa hingga mg/ml (akibat peningkatan resistensi insulin) dan kenaikan tekanan darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan kaji-tindak partisipatif terkait gambaran kesehatan kardiometabolik dan upaya peningkatan kesehatan para tokoh masyarakat di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.Metode yang digunakan adalah kaji-tindak partisipatif (participatory actionresearch).populasi dalam penelitian ini adalah 14 perwakilan tokoh masyarakat dari berbagai dusun dalam lingkup Desa Batur.Dalam pendekatan ini, peneliti bersama-sama tokoh-tokoh masyarakat di Desa Batur Kecamatan Getasanberpartisipasi dalam siklus kaji tindak, yakni rencana-aksi-refleksi untuk peningkatan status kesehatan serta pencegahan terhadap pola makan yang buruk sebagai akibat terjadinya penyakit sindrom metabolik.bentuk partisipasi yang ditunjukan tokoh masyarakat sangat baik, aktifmaupun beberapayang pasifdalam kesadaran untuk melakukan perbaikan status kesehatan dalam menekan atau mencegah terjadinya kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi dan tekanan darah tinggi. Kata Kunci :sindrom metabolic, gula-darah-puasa, kenaikan-kadar-trigliserida, high density lipoprotein, tekanan-darah. ABSTRACT Cardio-metabolic Health Statue Improvement of Community Leaders. A Participation Action Research in Batur Village, Getasan Sub District, Semarang Regency. The National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III define cardiometabolic syndrome as co-occurrence of at lease three out of five symptom appear that are abdomen obesity (obesity with number of Waist Circumference more than 80 cm for women and 90 cm for Men,increase of triglyceride level, decrease of high-density lipoprotein level and fasting blood sugar over mg/dl (due to insulin resistance)and hypertension. The aim of this community service is to know about cardiometabolic health statue and the effort of community leader in Batur village to improve their health statue. This is part of participation action research that involve 14 community leaders. Researcher and community leader are participate in the plan-do-reflect cycle to improve their health statue with preventing inappropriate diet that will effect in cardimetabolic syndrome. Majority of the participants are active while some are passive especially about their awareness to improve their health statue and decrease risk factor like high cholesterol, high uric acid, high blood sugar, and hypertension. 498

2 Keywords: Cardiometabolic syndrome, fasting blood sugar, triglyceride, high density lipoprotein, blood pressure. LATAR BELAKANG Sindrom metabolik adalah salah satu jenis penyakit yang ditandai paling sedikit tiga di antara lima kriteria dalam NCEP-ATP III (The National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III). Kriteria-kriteria tersebut yaitu obesitas abdominal (kegemukan dengan lingkaran perut yang melebihi 80 cm pada wanita dan 90 cm pada laki-laki), kenaikan kadar trigliserida, penurunan HDLkolesterol, kenaikan kadar gula puasa hingga mg/ml (akibat peningkatan resistensi insulin) dan kenaikan tekanan darah (Hartono, 2006). Beberapa faktor penyebab lajunya gangguan sindrom metabolik adalah gaya hidup yang salah, yaitu mencakup perilaku makan dan pola konsumsi makan yang keliru (Effendi, 2008).Gaya hidup modern yang tidak sehat diikuti tidak teraturnya pola makan mengakibatkan tingkat kesehatan manusia semakin merosot.dampak dari semakin menurunya tingkat kesehatan seseorang akibat terjadinya gangguan sindrom metabolic mengindikasikan perlunya perhatian yang semakin besar dari masyarakat akan masalah kesehatan mereka karena akan timbul berbagai penyakit seperti diabetes, arthritis, stroke, gagal jantung maupun penyakit kardivaskuler lainnya. Sejalan dengan meningkatnya angka prevalensi akibat beberapa penyakit sindrom metabolik pola hidup sehat dengan mengonsumsi sayur-sayuran (vegetarian) merupakan pilihan yang tepat (Susianto, 2008). MASALAH Di Jawa Tengah, khususnya di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, telah dilakukan penelitian yang didalamnya terdapat data hasil pemeriksaan terhadap para tokoh masyarakat di balai Desa Batur pada bulan Juni 2015 (Karwur dkk, belum dipublikasikan). Dari studi pendahuluan tersebut diperoleh data awal yang akan menjadi acuan dalam penelitian kaji tindak partisipatif yang berkaitan dengan penyakit kardiometabolik ini. Tokoh masyarakat menjadi alasan utama dikarenakan faktor public figure atau panutan yang bisa menjadi jembatan informasi dari hasil penelitian ini.berkaitan dengan hal tersebut tujuan dari penelitian ini adalah, untuk melakukan kaji tindak partisipatif berkaitan dengan penyakit kardiometabolik pada tokoh masyarakat dalam upaya perbaikan kesehatan. METODE PELAKSANAAN Kegiatan ini adalah bagian dari penelitian participation action research yang dalam proses penelitiannya tim peneliti melakukan intervensi social yang diangkat menjadi kegiatan pengabdian masyarakat. Intervensi social tersebut dilakukan dengan cara melakukan kunjungan rumah, berdiskusi dan memutuskan bersama upaya-upaya dalam mengatur pola makan untuk menekan terjadinya kejadiankejadian sindrom kardiometabolik. Dari 19 dusun yang ada di wilayah administratif Desa Batur ada enam dusun yaitu Tekelan, Dukuh, Krangkeng, Rejosari, Selo Duwur, dan Gondhang yang merupakan letak tempat tinggal tokoh masyarakat dan beberapa lainnya merupakan tempat bekerja tokoh masyarakat yang berprofesi sebagai kepala sekolah ataupun guru di SD. Jumlah partisipan pada penelitian ini adalah 13 perwakilan tokoh masyarakat dalam lingkup Desa Batur.Ketiga belas tokoh masyarakat inilah yang menjadi bagian tindak lanjut intervensi dalam bentuk kunjungan rumah oleh peneliti dalam upaya perbaikan status kesehatan terkait indikasi kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi, dan tekanan darah tinggi.kaji tindak partisipatif dilakukan dengan penyuluhan dan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, asam urat, dan kolesterol. 499

3 Tempat dan Waktu Penelitian Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, dan dilakukan dalam periode ± 2 bulan intervensi yaitu Mei-Juni Dua bulan periode pelaksanaan pengabdian masyarkat ini dilakukan dengan cara6 kali kunjungan ke rumah tokoh masyarakat yang memiliki salah satu atau beberapa dari hasil pemeriksaan gula darah, tekanan darah, kolesterol, dan asam urat yang tinggi. Dari 19 dusun yang ada di wilayah administratif Desa Batur ada enam dusun yaitu Tekelan, Dukuh, Krangkeng, Rejosari, Selo Duwur, dan Gondhang yang merupakan letak tempat tinggal tokoh masyarakat dan beberapa lainnya merupakan tempat bekerja tokoh masyarakat yang berprofesi sebagai kepala sekolah ataupun guru di SD. Jumlah partisipan pada penelitian ini adalah 13 perwakilan tokoh masyarakat dalam lingkup Desa Batur.Ketiga belas tokoh masyarakat inilah yang menjadi bagian tindak lanjut intervensi dalam bentuk kunjungan rumah oleh peneliti dalam upaya perbaikan status kesehatan terkait indikasi kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi, dan tekanan darah tinggi.kaji tindak partisipatif dilakukan dengan penyuluhan dan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, asam urat, dan kolesterol. Tabel diatas merupakan hasil pengukuran yang dilakukan pada saat sebelum penelitian, selama proses penelitian maupun di pertemuan terakhir kunjungan rumah. Peneliti menuangkan proses pelaksanaan kaji tindak partisipatif dalam bentuk kunjungan ke rumah masing-masing tokoh masyarakat yaitu berjumlah 13 tokoh masyarakat dari berbagai dusun yang tetap tergabung dalam satu lingkup area Desa Batur. 500

4 a) Berdasarkan data hasil pemeriksaan di balai Desa Batur pada bulan Juni 2015 (Karwur dkk, belum dipublikasikan) seperti pada tabel 1 pada kolom data awal. Peneliti melakukan kunjungan rumah sebanyak 6 kali pada masing-masing tokoh masyarakat yang mempunyai minimal satu indikasi hasil pemeriksaan yang tinggi, yaitu: 1. Bapak I dengan kadar kolesterol tinggi (212 mg/dl), 2. Ibu H dengan tekanan darah tinggi (140/90 mmhg) dan asam urat tinggi (8,3 mg/dl), 3. Bapak A.K. dengan kadar kolesterol tinggi (248 mg/dl) dan asam urat tinggi (7,7 mg/dl), 4. Bapak R dengan kolesterol tinggi (240 mg/dl) dan gula darah tinggi (209 mg/dl), 5. Bapak S dengan kadar kolesterol tinggi (200 mg/dl), serta 6. Ibu P dengan kadar asam urat yang tinggi (8,4 mg/dl). Kunjungan sebanyak 6 kali ini dilakukan dengan tujuan intervensi supaya peneliti bersama keenam tokoh masyarakat secara partisipatif merancang upaya yang maksimal dilakukan bersama dalam perbaikan status kesehatan tokoh masyarakat. Kunjungan sebanyak 6 kali ini, meliputi unsur: 1. Persiapan sosial, peneliti melakukan pendekatan atau bina hubungan sosial pertama kali dengan tokoh masyarakat sekaligus meminta izin persetujuan bahwa akan dilaksanakan program tindak lanjut dalam kunjungan dalam upaya perbaikan status kesehatan. 2. Kunjungan pertama, peneliti menggali pemahaman tokoh masyarakat yaitu sejauh mana tingkat pengetahuan secara umum, terhadap bentuk makanan yang harus dihindari untuk menekan indikasi terjadinya kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi, dan tekanan darah tinggi, serta komplikasi ke tingkatan penyakit yang lebih berbahaya jika tidak segera diatasi. 3. Kunjungan kedua, peneliti memastikan kembali dengan melaksanakan pemeriksaan ulang apakah data yang telah didapat pada hasil cek pemeriksaan di balai Desa Batur pada bulan Juni 2015 (Karwur dkk, belum dipublikasikan) masih berlaku sama atau tidak hingga massa saat ini. 4. Kunjungan ketiga, peneliti mencoba untuk menambahkan pemahaman yang lebih tepat terkait bentuk makanan yang harus dihindari apabila didapatkan hasil pemeriksaan kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi, dan gula darah yang tinggi. 5. Kunjungan keempat, peneliti terus melakukan controlling, apakah kesepakatan komitmen yang sudah disepakati bersama dalam bentuk menghindari makanan pantangan sudah sepenuhnya atau belum sama sekali diterapkan dalam menekan terjadinya kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi, dan tekanan darah tinggi. 6. Kunjungan kelima, peneliti melakukan tindak lanjut dari kunjungan sebelumnya terkait pembatasan makanan tertentu yang sudah benar dilaksanakan dalam menekan kolesterol tinggi, gula darah tinggi, asam urat tinggi dan tekanan darah yang tinggi. Selain itu, pada kunjungan terakhir ini peneliti melakukan evaluasi cek pemeriksaan akhir, yaitu: pemeriksaan tekanan darah, asam urat, gula darah dan kolesterol. b) Selanjutnya, untuk terdapat tujuh tokoh masyarakat lainnya yang mempunyai indikasi kolesterol, asam urat, gula darah dan tekanan darah yang normal berdasarkan hasil pemeriksaan di balai Desa Batur (Karwur dkk, belum dipublikasikan). Mereka adalah bapak A, bapak S, bapak M, 501

5 bapak S, ibu W, bapak S serta bapak N. Terkait dengan proses penelitian ini, peneliti tetap melakukan intervensi dalam bentuk kunjungan rumah akan tetapi hanya sebanyak 4 kali kunjungan rumah. Kunjungan rumah sebanyak 4 kali ini meliputi unsur: 1. Persiapan sosial, peneliti melakukan pendekatan atau bina hubungan sosial pertama kali dengan tokoh masyarakat sekaligus meminta izin persetujuan bahwa akan dilaksanakan program tindak lanjut dalam kunjungan dalam upaya perbaikan status kesetahan. 2. Kunjungan pertama, peneliti menggali pemahaman tokoh masyarakat yaitu sejauh mana tingkat pengetahuan secara umum, terhadap bentuk makanan yang harus dihindari untuk menekan indikasi terjadinya kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi, dan tekanan darah tinggi, serta komplikasi ke tingkatan penyakit yang lebih berbahaya jika tidak segera diatasi. 3. Kunjungan kedua, peneliti mencoba untuk menambahkan pemahaman yang lebih tepat terkait bentuk makanan yang harus dihindari apabila didapatkan hasil pemeriksaan kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi, dan gula darah yang tinggi. 4. Kunjungan ketiga, peneliti melakukan tindak lanjut dari kunjungan sebelumnya terkait pembatasan makanan tertentu yang dirasa paling sering dikonsumsi yaitu dengan tujuan mencegah munculnya kolesterol tinggi, gula darah tinggi, asam urat tinggi dan tekanan darah yang tinggi. Selain itu, pada kunjungan terakhir ini peneliti melakukan evaluasi cek pemeriksaan akhir, yaitu: pemeriksaan tekanan darah, asam urat, gula darah dan kolesterol. Dalam proses pelaksanaan kaji tindak partisipatif perbaikan status kesehatan tokoh masyarakat Desa Batur, peneliti juga menggunakan bahasa yang sopan, bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa halus (krama inggil) dalam berbincang dengan tokoh masyarakat sesuai kapasitas kenyamanan tokoh berkomunikasi dengan harapan supaya bisa memperlancar komunikasi dalam perbincangan antara tokoh masyarakat dan peneliti.peneliti juga mengupayakan sikap sopan dengan menyesuaikan waktu dengan tokoh masyarakat melalui pembuatan janji terlebih dahulu dalam pesan SMS dimana tokoh sedang dirumah dan tidak mengerjakan kesibukan pekerjaannya, baik pada saat di kantor maupun di ladang. Partisipasi Tokoh Masyarakat dalam Perbaikan Status Kesehatan Ketiga belas tokoh masyarakat Desa Batur mempunyai dasar pengetahuan yang berbedabeda.pengetahuan tersebut ditinjau melalui peran keterlibatan sebagai elit tokoh masyarakat yang sudah cukup aktif untuk ikut ambil bagian dalam penyuluhan kesehatan di area desa dan yang masih belum berkontribusi secara langsung karena masih menjadi tokoh yang biasa-biasa saja ataupun pasif. Selain itu, seiring berkembangnya pengetahuan akan pentingnya kesehatan maka mendorong beberapa tokoh secara mandiri memeriksakan kesehatan rutin (minimal 1 bulan sekali) ke tenaga kesehatan setempat. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menilai bahwa dasar pengetahuan tokoh masyarakat sangatlah berpengaruh terhadap bentuk keterlibatan tokoh masyarakat dalam kunjungan penelitian dimana pada tokoh yang sudah mempunyai dasar pengetahuan yang baik, sudah mengerti terkait pemahaman tentang penyakit sindrom metabolik yaitu bapak A.K, bapak M, ibu H, ibu W, bapak S serta bapak I. Tokoh-tokoh tersebut 502

6 berperan menjadi partner diskusi dengan terciptanya suasana yang lebih hidup dalam berkomunikasi pada saat kunjungan penelitian sehingga bentuk partisipasi yang diberikan adalah aktif berdiskusi bersama peneliti, mendengar dan menyampaikan pengetahuan terkait bentuk makanan yang harus dihindari terkait munculnya indikasi sindrom metabolik berdasarkan pemahaman yang telah didapat. Berbeda halnya dengan tokoh lain, yang dapat dikatakan masih sangat minim pengetahuan terhadap indikasi penyakit sindrom metabolik yaitu bapak A, bapak R, bapak S, bapak S, bapak S, bapak N, serta ibu P. Bentuk partisipasi tokoh-tokoh tersebut lebih banyak mendengarkan pemahaman yang disampaikan peneliti. Dari ketiga belas tokoh yang mempunyai data hasil pemeriksaan di balai Desa Batur pada bulan Juni 2015 dengan indikasi hasil pemeriksaan yang tinggi (lebih dari rentang normal), masing-masing tokoh tersebut mau berusaha untuk menekan indikasi penyakit metabolik yang muncul (kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi, dan tekanan darah tinggi) yaitu dengan melakukan persetujuan atau persepakatan dengan peneliti dalam bentuk: 1. Menghindari makanan pantangan seperti menghindari makanan berminyak dan berlemak dalam menekan kolesterol tinggi. 2. Membatasi aneka minuman atau makanan yang mengandung banyak gula dalam menekan gula darah yang tinggi. 3. Membatasi konsumsi makanan yang mengandung purin, daging, kacang-kacangan, buncis, kol, dll dalam menekan asam urat yang tinggi. 4. Membatasi penggunaan maupun konsumsi makanan yang asin, dan kopi untuk menekan tekanan darah yang tinggi. Perubahan Perilaku Tokoh Masyarakat terkaitperbaikan Status Kesehatan Faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan salah satunya adalah self concept.self concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan seseorang terhadap masing-masing pribadi setiap individu (H.Ray Elling, (1970) yang dikutip dalam buku Soekidjo Notoadmodjo, (2010)).Pengaruh Self concept ditemukan pada pada tokoh masyarakat dimana timbulnya kecenderungan dalam menentukan perilaku kesehatanya. Ketiga belas tokoh masyarakat mempunyai siklus yang berbeda-beda dalam proses untuk mencapai perubahan perilaku kesehatan ke arah yang lebih baik setelah dilakukannya intervensi dari peneliti dalam bentuk sosialisasi kesehatan kunjungan rumah. 1. Dua tokoh menunjukkan perubahan perilaku yang baikyaitu bapak I dan ibu P sudah menjalankan perubahan perilaku yang baik dalam menekan munculnya indikasi sindrom metabolik, yaitu: (1) Bapak I sudah mengurangi jenis makanan yang berlemak seperti daging, jeroan, telur dan membatasi makanan berminyak, seperti gorengan, tempe, rolade, serta meskipun tidak bisa langsung berhenti merokok, bapak I mau dan sudah menerapkan untuk mengurangi intensitas dalam merokok sebagai tujuan untuk menekan kadar kolesterol yang tinggi. (2) Ibu P tetap menjaga pola makan untuk membatasi konsumsi kandungan purin, seperti kacang-kacangan, buncis, kol, untuk tetap menekan kadar asam urat yang tinggi. 2. Empat tokoh masyarakat lainnya, seperti: bapak A, bapak S, bapak S,dan bapak N, menunjukkan perubahan pemahaman tentang penyakit sindrom metabolik, dari semula yang tidak mengerti jenis makanan yang harus dihindari dan tidak mengerti komplikasi tingkatan penyakit yang bisa saja terjadi akibat munculnya indikasi seperti tekanan darah tinggi, asam urat tinggi, kolesterol tinggi dan gula darah tinggi, berubah menjadi mengerti jenis-jenis makanan yang harus dihindari dalam menekan munculnya indikasi penyakit metabolik serta menjadi mengerti bahaya komplikasi ke tingkatan yang lebih berbahaya. 3. Lima tokoh masyarakat yaitu bapak S, bapak S, ibu H, Bapak R dan ibu W, menunjukan perubahan perilaku buruk menjelang dilakukan pemeriksaan akhir yaitu melanggar komitmen 503

7 dengan mengonsumsi jenis makanan yang menjadi pantangan pada indikasi penyakit yang diderita (kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi dan tekanan darah tinggi). 4. Dua tokoh masyarakat terakhir yang sudah mengerti tentang jenis makanan yang harus dihindari dalam menekan penyakit sindrom metabolik adalah bapak M dan bapak A.K., tidak terjadi perubahan perilaku akan tetapi kedua tokoh masyarakat tetap menerapkan perilaku kesehatan yang baik dalam menekan penyakit sindrom metabolik sehingga pada evaluasi pemeriksaan akhir di dapatkan hasil yang normal. Menurut G.M. Foster (dalam Notoatmidjo, 2010) aspek budaya dapat mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan seseorang salah satunya adalah faktor tradisi yang dianut oleh lingkungan. KESIMPULAN Proses pelaksanaan kaji tindak partisipatif dalam upaya perbaikan status kesehatan tokoh masyarakat dituangkan peneliti dalam bentuk intervensi kunjungan rumah masing-masing tokoh masyarakat dimana untuk tokoh dengan indikasi hasil pemeriksaan tinggi seperti kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi dan tekanan darah tinggi dilakukan kunjungan sebanyak 6 kali kunjungan dengan tujuan supaya perlakuan intervensi bisa efektif dan secara maksimal berguna dalam upaya perbaikan kesehatan tokoh masyarakat. Bentuk partisipasi yang secara umum ditunjukkan oleh ketiga belas tokoh masyarakat adalah mau mendengar dari apa yang peneliti sampaikan tentang pemahaman terkait indikasi kolesterol tinggi, asam urat tinggi, gula darah tinggi dan tekanan darah tinggi, serta tokoh masyarakta mau berkontribusi baik secara aktif maupun pasif dalam upaya perbaikan status kesehatannya masing-masing. Terjadi perubahan perilaku tokoh masyarakat sangat bervariasi dimana perubahan perilaku kesehatan berkaitan erat terhadap faktor dorongan atau insiatif dari masing-masing individu untuk menerapkan pola makan yang semestinya dalam perbaikan status kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Effendi, Y. H. (2008).Menu Sehari-hari ntuk Sebulan Golongan Darah O. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hartono, A Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, Edisi 2. Jakarta: EGC. Notoamodjo, S. (2007).Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoamodjo, S. (2010).Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Susianto, dkk.(2008). Diet Enak Ala Vegetarian cetakan 3. Jakarta: Penebar Plus. SESI TANYA JAWAB Nama Pemakalah Nama Penanya Asal Institusi Isi Pertanyaan Jawaban Arwyn Wn Imelda Damanik UKDW Bagaimana pengaruh kolesterol atau korelasikesehatan kami dengan yang lain?melalui tokoh masyarakat sehingga ada budaya?apa yang membuat tim yakin Ketika didesa ada posyandu yang datang tidak hanya petugas puskesmas tetapi ada kepala desanya. Dan semua warga sangat mendengar kepala desa 504

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Konsep Kaji-Tindak Partisipatif Perbaikan. dalam Upaya Peningkatan Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Konsep Kaji-Tindak Partisipatif Perbaikan. dalam Upaya Peningkatan Kesehatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Kaji-Tindak Partisipatif Perbaikan Status Kesehatan bagi Tokoh Masyarakat di Desa Batur dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Dalam penelitian kaji-tindak partisipatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di KERANGKA ACUAN POSBINDU PTM PENDAHULUAN A.Latar Belakang Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan kelainan metabolik yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Cameron dkk memperkirakan prevalensi sindrom

Lebih terperinci

KAJI TINDAKAN PARTISIPATIF PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

KAJI TINDAKAN PARTISIPATIF PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG KAJI TINDAKAN PARTISIPATIF PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG Peran Elite Desa Dalam Perbaikan Kesehatan Metabolik R.L.N.K Retno Triandhini 1,3, Yafet

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) A. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian pada tahun 2005, (WHO), dan 80 % kematian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus dibeberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di negara tersebut. Peningkatan pendapatan dan perubahan gaya

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat setelah China, India,

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut WHO tahun 2005 terdapat 1,6 milyar penduduk dunia mengalami kelebihan berat badan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau stroke (Mahan dan Escott-Stump, 2008). Sedangkan prevalensi hipertensi pada golongan usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. atau stroke (Mahan dan Escott-Stump, 2008). Sedangkan prevalensi hipertensi pada golongan usia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah masalah kesehatan yang umum terjadi pada masyarakat Indonesia saat ini. Tidak hanya orang dewasa, saat ini anakanak dan remaja sudah dapat memiliki

Lebih terperinci

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI 49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 50

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan menjadi salah satu hal penting dalam penentu kesehatan dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang sehat masih rendah.

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN GIZI PADA PENDERITA SINDROM METABOLIK DI RW 04 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

GAMBARAN ASUPAN GIZI PADA PENDERITA SINDROM METABOLIK DI RW 04 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU GAMBARAN ASUPAN GIZI PADA PENDERITA SINDROM METABOLIK DI RW 04 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU Yurika Marthalia Utami 1, Dani Rosdiana 2, Yanti Ernalia 3 ABSTRAK Terjadinya pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa serum yang terjadi akibat adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek yang muncul sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular serta diabetes mellitus tipe 2. Komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

Indah Kusuma Wardani

Indah Kusuma Wardani Indeks Minuman Sehat Apakah Terkait dengan Mengurangi Risiko kardio metabolik pada orang dewasa di Amerika Serikat: Sebuah Analisis Awal Indah Kusuma Wardani 201232108 Abstrak rekomendasi Minuman Mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga menderita sindroma metabolik. Seluruh subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) Pokok Pembahasan : Masalah Kesehatan penyakit tidak menular (PTM) Sasaran : komunitas dewasa pekerja di RT 3 dan 5 Jam : 16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa prevalensi obesitas diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi Lampiran CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No DX Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi 1 Rabu/ 20 Mei 10.30 1. Melakukan S: klien mengatakan 2015 pengkajian pola waktu

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) dan Center Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus meningkat. Data pasien hipertensi

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERAN SISWA TERHADAP PENCEGAHAN SINDROMA METABOLIK

PENINGKATAN PERAN SISWA TERHADAP PENCEGAHAN SINDROMA METABOLIK PENINGKATAN PERAN SISWA TERHADAP PENCEGAHAN SINDROMA METABOLIK Aaltje E. Manampiring 1, Rocky Wilar 2 1,2 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi 1,2 (aldakussoy@yahoo.com) 1,2 (rockywilar@yahoo.com)

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama yang mengakibatkan kematian nomor satu secara global dan umum terjadi di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan dan obesitas menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan perekonomian adalah suatu dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat terjadi seiring dengan meningkatnya arus globalisasi, perkembangan teknologi dan industri. Hal ini juga mempengaruhi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH ( IMT ) DAN LINGKAR LENGAN ATAS ( LILA ) DENGAN KADAR GULA DARAH DAN KOLESTEROL PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan yang berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial atau tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal. Joint National Committee

Lebih terperinci

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat.

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikebal sebagai gout merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH DI DUKUH CANDRAN DESA SENTONO KLATEN JAWA TENGAH

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH DI DUKUH CANDRAN DESA SENTONO KLATEN JAWA TENGAH Seri Pengabdian Masyarakat 2014 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 3 No. 3, September 2014 Halaman 180-185 PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2 GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH 17-27 kg/m 2 Agung Setiyawan MahasiswaPeminatanEpidemiologidanPenyakitTropik FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasDiponegoro

Lebih terperinci

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah Dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD; Dra Eti Yerizel, MS; dr Zulkarnain Edward,MS, PhD dan Intan Widuri, Sked Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah faktor resiko utama dari penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara. Data WHO (2011) menunjukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah terjadi perubahan pola penyakit akibat program kesehatan serta perubahan gaya hidup dan perubahan pola makan pada masyarakat. Penyakit infeksi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU PENGOBATAN DAN PENGELOLAAN DIABETES MELLITUS DI KELURAHAN PURWODADI DAN DESA TRUWOLU JAWA TENGAH SKRIPSI. Disusun Oleh : Irma Aryani

STUDI PERILAKU PENGOBATAN DAN PENGELOLAAN DIABETES MELLITUS DI KELURAHAN PURWODADI DAN DESA TRUWOLU JAWA TENGAH SKRIPSI. Disusun Oleh : Irma Aryani STUDI PERILAKU PENGOBATAN DAN PENGELOLAAN DIABETES MELLITUS DI KELURAHAN PURWODADI DAN DESA TRUWOLU JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun Oleh : Irma Aryani 462008091 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja tentunya ingin menampilkan tampilan fisik yang menarik. Banyak remaja putra berkeinginan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi dan defisiensi menjadi penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No. PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN PERIODE 10 APRIL 30 MEI 2015 Halisah 1, Riza Alfian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : L / P d. Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur. PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa Prevalensi gagal jantung

Lebih terperinci

ABSTRAK OBESITAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK OBESITAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 ABSTRAK OBESITAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 Dani Indra Gunawan, 2007; Pembimbing I : Agustian L. K., dr., Sp.PD Pembimbing II : Slamet Santosa, dr., M.Kes Obesitas (kegemukan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat adalah komponen yang sangat penting dalam kehidupan kita. Kondisi masyarakat yang sehat menjadikan masyarakat tersebut produktif. Kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN OBESITAS DAN RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN OBESITAS DAN RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN OBESITAS DAN RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015 1 *Resli 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi *Korespodensi penulis : resli.siregar@akperprima-jambi.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah koroner.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipid atau lemak adalah suatu kumpulan zat yang tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam pelarut seperti alkohol atau kloroform (Oxford Dictionary, 2003). Selama

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangan nya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ketahun dan merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi medis secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian di dunia, dari 56 juta kematian global di tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian di dunia, dari 56 juta kematian global di tahun 2012, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian di dunia, dari 56 juta kematian global di tahun 2012, sebanyak 38 juta kematian (68%) disebabkan penyakit tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia. Penyakit DM dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar

Lebih terperinci