Gambar 2.1. Anatomi Telinga Secara Umum (Tortora, 2008)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 2.1. Anatomi Telinga Secara Umum (Tortora, 2008)"

Transkripsi

1 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telinga Anatomi Telinga Telinga dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu telinga luar, yang mengumpulkan bunyi dan menyalurkannya ke bagian yang lebih dalam, telinga tengah, yang menyatakan getaran suara ke oval window, telinga dalam, yang merupakan tempat reseptor pendengaran dan keseimbangan (Tortora, 2008). Telinga luar terdiri dari auricle (pinna), external auditory canal (meatus), dan membran timpani (gendang telinga). Telinga tengah terdiri dari tuba auditorius, ossicles, oval window, dan round window. Telinga dalam terdiri dari bony labyrinth, membranous labyrinth, dan mengandung organ spiral (organ of Corti), yaitu organ pendengaran (Tortora dan Derrickson, 2012). Gambar 2.1. Anatomi Telinga Secara Umum (Tortora, 2008)

2 5 1. Telinga Luar Aurikula adalah suatu lembaran yang terdiri dari jaringan tulang rawan elastis dan dilapisi oleh kulit. Pinggiran dari aurikula disebut rim, dan bagian bawah dari pinggiran aurikula disebut lobule ( Tortora dan Derrickson, 2012). External auditory canal adalah saluran yang melengkung sepanjang 2,5 cm yang berada di dareah tulang temporal dan berujung ke gendang telinga (Tortora, 2008). Pada ujung dekat aurikula terdapat folikel rambut dan kelejar keringat khusus yang disebut ceruminous gland yang mensekresikan cerumen atau biasa disebut earwax (Tortora, 2008). Gendang telinga merupakan selaput tipis, semi transparan yang menghubungkan external auditory canal dan telinga tengah. Selaput gendang telinga ini dapat robek yang biasa disebabkan oleh penekanan kapas yang berlebih, trauma, infeksi telinga tengah, dan dapat pulih biasanya dalam sebulan (Tortora dan Derrickson, 2012). 2. Telinga Tengah Telinga tengah merupakan suatu ruang kecil yang berisi udara yang terletak pada bagian keras dari tulang temporal dan dilapisi oleh epitel (Tortora, 2008). Telinga tengah berbatasan dengan telinga luar oleh gendang telinga dan berbatasan dengan telinga dalam oleh suatu tulang kecil yang memiliki dua jendela yaitu oval window dan round window (Tortora dan Derrickson, 2012). Pada telinga tengah terdapat tulang-tulang kecil yang berhubungan satu sama lain secara synovial. Tulang tulang kecil ini dinamakan sesuai bentuknya yaitu malleus atau martil, incus atau landasan, stapes atau sanggurdi (Tortora, 2008). Tangkai dari malleus melekat pada permukaan dalam dari membran timpani. Kepala dari malleus melekat pada badan dari incus. Incus juga berhubungan dengan kepala dari stapes. Bagian dasar dari stapes berhubungan dengan oval window. Tepat di bawah oval window adalah

3 6 round window yang juga mempunyai lapisan yang disebut membran timpani kedua (Tortora,2008). Pada ossicle (malleus, incus, stapes) melekat ligamen-ligamen dan juga otot-otot skeletal yaitu musculus tensor timpani, yang dipersarafi oleh nervus trigeminal dan berfungsi untuk membatasi pergerakan berlebih untuk mencegah cedera ketika mendengar suara yang keras dan musculus stapedius, yang merupakan otot terkecil dari seluruh tubuh dan dipersarafi oleh nervus facial (Tortora dan Derrickson, 2012). Dinding depan daripada telinga tengah menyambung ke tuba auditorius, yang biasa disebut saluran eustachius. Saluran ini terdiri dari tulang dan jaringan tulang rawan elastis, dan merupakan penghubung telinga tengah dengan nasopharynx, serta mempunyai fungsi untuk mengatur keseimbangan tekanan udara antara telinga tengah dengan atmosfer (Tortora dan Derrickson, 2012). Gambar 2.2. Tulang-Tulang pada Telinga Tengah (Tortora, 2008)

4 7 3. Telinga Dalam Telinga dalam juga disebut labyrinth karena kerumitan dari struktur salurannya (Tortora, 2008). Telinga dalam memiliki struktur yang menyerupai tulang atau bony labyrinth pada bagian luar, terdiri dari semicircular canal, vestibularis, dan koklea, berisi cairan yang disebut perilymph dan struktur berlapis atau membranous labyrinth pada bagian dalam, yaitu bagian yang memiliki reseptor pendengaran dan keseimbangan, berisi cairan yang kaya ion K+ untuk penyampaian pesan (Tortora dan Derrickson, 2012). Pada bagian tengah dari telinga dalam terdapat struktur lonjong yang disebut vestibule, membranous labyrinth pada daerah ini terdiri dari sacculus dan utriculus (Tortora dan Derrickson, 2012). Pada bagian superior dan posterior dari vestibule terdapat semicircular canal, yaitu struktur yang terdiri dari dua saluran vertikal (sisi anterior dan posterior) dan satu saluran horizontal (sisi lateral) dimana masing-masing ujung dari saluran ini terdapat daerah yang melebar yang disebut ampulla (Tortora dan Derrickson, 2012). Bagian membranous labyrinth dari semicircular canal berisikan semicircular duct yang menyambung dengan utriculus dan sacculus (Tortora dan Derrickson, 2012). Persarafan dari ampulla, sacculus, dan utriculus akan menyatu menjadi saraf vestibular (Tortora, 2008). Bagian anterior dari vestibule adalah cochlea, suatu saluran spiral yang menggulung sebanyak hampir tiga putaran pada bony core yang disebut mediolus, dan terbagi menjadi tiga saluran yaitu duktus koklearis (skala media), merupakan lanjutan dari membranous labyrinth, scala tympani, saluran di bawah skala media yang berakhir di round window, dan scala vestibuli, saluran di atas skala media yang berakhir di oval window (Tortora dan Derrickson, 2012). Skala media berisikan cairan endolymph, sedangkan scala tympani dan scala vestibuli berisikan cairan perilymph (Tortora dan Derrickson, 2012).

5 8 Scala tympani dipisah dengan scala vestibuli oleh skala media kecuali pada bagian puncak cochlea yang disebut helicotrema (Tortora dan Derrickson, 2012). Cochlear duct dan scala vestibuli dipisah oleh vestibular membrane, sedangkan choclear duct dan scala tympani dipisah oleh basilaris membrane (Tortora dan Derrickson, 2012). Pada basilaris membrane terdapat organ spiral (organ of corti), yang memiliki sel penunjang dan 1600 sel rambut, yang berfungsi sebagai reseptor pendengaran (Tortora dan Derrickson, 2012). Pada puncak sel rambut terdapat stereocilia yang memanjang ke endolymph (Tortora dan Derrickson, 2012). Ada dua jenis sel pendengaran yaitu inner hair cells dan outer hair cells (Tortora dan Derrickson, 2012). Tectorial membrane adalah suatu lapisan fleksibel dari gelatin yang menutupi sel rambut dari organ spinal (Tortora dan Derrickson, 2012). Gambar 2.3. Telinga Dalam (Tortora, 2008)

6 Fisiologi Pendengaran Tahapan-tahapan pendengaran (Tortora dan Derrickson, 2012) : 1. Aurikula mengarahkan gelombang suara menuju eksternal auditory canal. 2. Membran timpani bergetar. 3. Tulang-tulang pendengaran bergetar mulai dari malleus, incus, stapes. 4. Jendela oval bergetar. 5. Perilymph terdorong pada scala vestibuli, mendorong membran vestibularis dan menggerakan endolymph pada cochlear duct. 6. Basilaris membrane bergetar, menggerakan sel rambut pada organ spiral terhadap tectorial membrane. Pelengkungan stereocilia memicu potensial aksi terhadap saraf vestibularis. Sel rambut mengubah gerakan mekanik menjadi signal elektrik. Ketika membran basiler bergetar, sterosilia pada sel rambut juga akan bergetar dan akan berhubungan satu sama lain melalui suatu protein penghubung yang disebut tip link protein menyebabkan inisiasi proses tranduksi melalui suatu mechanical gated ion channel, yaitu perpindahan ion K+ pada endolymph masuk ke dalam sitosol sel rambut menyebabkan depolarisasi sepanjang plasma membran dan akan membuka voltage gated Ca+ channel pada dasar sel rambut. Masuknya Ca+ akan memicu eksositosis neurotransmitter glutamate, semakin tinggi glutamate yang tereksitasi semakin tinggi frekuensi impulsnya. Ketika sterocilia bergerak ke arah yang berlawanan akan menyebabkan hiperpolarisasi, menurunkan pelepasan neurotransmitter dari sel rambut dan menurunkan frekuensi pada saraf sensori (Tortora, 2008). Badan sel dari saraf sensoris berada pada spiral ganglia. Impuls dari saraf vestibulocochlea akan melewati spiral ganglia, axon dari spiral ganglia akan bersinapse dengan saraf pada cochlear nuclei pada medulla oblongata di sisi yang sama. Kemudian sebagian axon dari cochlear nuclei akan menyilang kontralateral menuju medulla dan naik menuju suatu lintasan yang disebut lateral meniscus dan berakhir pada inferior coliculus di otak tengah, sebagian axon dari cochlear nuclei akan berakhir pada superior olivary nucleus di pons pada masing-masing sisi (Tortora dan Derrickson,2012).

7 10 Perbedaan waktu sampainya impuls pada kedua telinga pada superior olivary nuclei dapat menentukan lokasi sumber suara. Akson dari superior olivary nuclei juga naik menuju lateral meniscus dan berakhir pada inferior coliculi. Dari tiap inferior coliculus, impuls juga dihantarkan ke medial geniculate nucleus pada thalamus dan akhirnya menuju ke primary auditory area pada cerebral cortex di lobus temporalis (area 41 dan 42). Primary auditory area pada kiri dan kanan otak menerima informasi pada kedua telinga karena banyaknya akson pendengaran yang berjalan menyilang (Tortora dan Derrickson, 2012) Gangguan Pendengaran Definisi Gangguan Pendengaran Gangguan pendengaran adalah penurunan fungsi termasuk peningkatan threshold dan penurunan diskriminasi percakapan (Moller, 2006) Klasifikasi Ada dua jenis penurunan pendengaran yaitu konduktif dan sensorineural. Kelainan pada jenis konduktif bila adanya halangan rambatan gelombang suara dari telinga luar sampai dasar dari stapes, sedangkan kelainan pada jenis sensorineural bila adanya gangguan pada cochlea (sensori) atau pada cochlear nerve (neural) (Ludman, 2007). 1. Jenis Konduktif Ada lima kemungkinan pada kejadian tuli tipe konduktif, yaitu : sumbatan pada saluran telinga luar, perforasi gendang telinga, terputusnya ossicular chain, fixation of the ossicular chain, Eustachian tube inadequacy (Ludman, 2007). Sumbatan telinga luar paling sering disebabkan karena penimbunan wax, namun dapat juga disebabkan oleh peradangan pada kulit saluran telinga luar atau akumulasi debris dan discharge pada meatus.penyebab lain yang jarang adalah atresia (congenital) atau penyumbatan oleh benda asing (Ludman, 2007).

8 11 Robeknya tympanic membrane menurunkan permukaan area pada gendang telinga sehingga menggangu transmisi suara, dapat disebabkan karena gelombang suara tinggi secara tiba-tiba (Ludman, 2007). Infeksi kronis dapat menyebabkan dislokasi dari ossicular chain khususnya pada bagian incus. Dislokasi ossicular chain dapat juga disebabkan karena luka kepala tertutup dengan atau tanpa skull fracture (Ludman, 2007). Fixation of the ossicular chain merupakan gambaran khas pada otosclerosis, dimana dasar dari stapes tidak dapat bergerak pada oval window. Perlekatan bagian selain stapes dari ossicular chain tidak pernah terjadi (Ludman, 2007). Terjadinya defek pada fungsi eustachius tube sangat sering terjadi pada anak-anak dan biasanya diikuti dengan penumpukan cairan pekat atau efusi pada telinga tengah (Ludman, 2007). Gambar 2.4. Kejadian-Kejadian Tuli Tipe Konduktif (Tortora, 2008)

9 12 2. Jenis Sensorineural Ada tiga gejala tuli sensorineural yang dapat dikenali, yaitu : bilateral progressive loss, unilateral progressive sensorineural loss, sudden sensorineural loss (Ludman, 2007). Pada bilateral progressive loss terjadi degradasi cochlea yang terkait usia, biasanya pada kasus presbycusis, dapat juga disebabkan karena obat ototoxic atau paparan suara berlebih dalam jangka panjang. Contoh obat ototoxic seperti antibiotik golongan aminoglycoside. Pasien berusia tua dan gangguan fungsi ginjal lebih rentan terjadi bilateral progressive loss. Paparan suara berlebih dalam jangka panjang dapat merusak sel rambut pada organ corti, biasanya terjadi pada pekerja industri, penembak, pemakaian alat elektronik. Derajat keparahan tergantung pada intensitas suara, durasi terpapar suara, ketahanan individual (Ludman, 2007). Unilateral progressive sensorineural loss selalu mengacu kepada Meniére s disease (endolymphatic hydrops), atau acoustic neuroma (Ludman, 2007). Sudden sensorineural deafness lebih sering terjadi secara unilateral, dapat disebabkan karena trauma kepala atau telinga, infeksi viral (mumps, measles, varicella zoster) atau gangguan peredaran koklea secara tiba-tiba. Sudden sensorineural deafness juga dapat mengacu pada acoustic neuroma atau barotrauma (Ludman, 2007) Presbikusis Definisi Presbikusis Presbikusis adalah ketulian setelah beberapa waktu akibat mekanisme penuaan pada telinga dalam (Boies, 2014). Presbikusis adalah peristiwa berkurangnya pendenganran tak terjelaskan, progresif lambat, simetris, dominan pada frekuensi tinggi yang disebabkan karena proses penuaan (Lalwani, 2008).

10 13 Presbikusis adalah suatu kondisi yang sering terkait dengan degenerasi selsel rambut di koklea, dan gangguan pendengaran terkait usia yang pada awalnya dianggap disebabkan oleh karena perubahan morphologic pada sel-sel rambut koklea (Moller, 2006) Patogenesis Presbikusis Penurunan pendengaran pada orang tua bergantung pada banyak faktor dan karena konvergensi dari banyak faktor resiko itu sendiri. Pada orang tua dengan presbikusis ditemukan lebih sulit untuk membedakan kata-kata dibandingkan dengan orang yang lebih muda dengan pengujian rata-rata nada murni, hal ini menunjukkan terlibatnya kerusakan saraf selain dari end organ dysfunction (Lalwani, 2008). Proses patologi sentral yang menyebabkan presbikusis adalah memanjangnya synaptic time pada auditory pathway, memanjangnya waktu pemrosesan informasi, dan berkurangnya jumlah sel saraf pada korteks pendengaran (Lalwani, 2008). Pada study morphology pasien presbikusis menunjukkan penurunan inner and outer hair cells dan supporting cells, dengan penurunan terbesar berada pada dasar belokan pada cochlea dan penurunan outer hair cells lebih banyak dibandingkan inner hair cells, namun penurunan ini tidak berhubungan langsung dengan fungsi pendengaran. Akan tetapi, degradasi sel-sel spiral ganglion, sarafsaraf kedelapan, dan saraf-saraf pada cochlear nuclei yang terjadi pada presbikusis telah terbukti berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran (Lalwani, 2008). Beberapa study menyatakan perubahan aktivitas brainstem terkait proses penuaan memberi kesan terjadi peningkatan aktivitas superior olivary complex, lateral lemniscus, atau inferior colliculus, maka penurunan fungsi pendengaran terbentuk dari kumpulan faktor yang memperburuk keseluruhan jalur pendengaran (Lalwani, 2008). Penyebab pasti dari presbikusis masih bersifat dugaan karena sulitnya memisahkan kontribusi bermacam-macam faktor penyebab seperti diet, nutrisi,

11 14 metabolisme, arteriosclerosis, pajanan ototoxic, dan trauma yang disebabkan suara. Banyak yang percaya bahwa faktor genetik sendiri menyebabkan proses degenerasi fungsi pendengaran tak terelakkan. Penyebab dari penurunan fungsi pendengaran termungkin adalah pajanan suara sepanjang usia dan penuaan terkait genetik (Lalwani, 2008) Klasifikasi Presbikusis Terdapat empat tipe patologik yang telah diklasifikasikan Schuknecht, yaitu : Presbikusis sensorik, neuropresbikusis, presbikusis stria, dan ketulian koklear konduktif (Boies, 2014). Pada presbikusis sensorik, yang mula-mula hilang adalah sel-sel rambut pada gelang basal koklea dan menyebabkan ketulian nada tinggi, kemudian akan menyebabkan gangguan saraf-saraf koklea (Boies, 2014). Pada neuropresbikusis, yang menjadi gangguan primer adalah hilangnya saraf-saraf koklea dan sel-sel rambut relatif dipertahankan. Pada kasus ini, diskriminasi kata-kata relatif lebih terganggu dengan hanya sedikit gangguan sel rambut (Boies, 2014). Pada presbikusis stria terjadi degenerasi dan penciutan stria vaskularis, diskriminasi kata-kata masih bagus walaupun proses degenerasi menyebabkan ketulian sedang hingga berat yang sifatnya relatif datar (Boies, 2014). Stria vaskularis merupakan daerah metabolisme aktif pada koklea yang bertanggung jawab terhadap sekresi endolymph dan mempertahankan gradien ion sepanjang organ corti (Lalwani, 2008). Pada ketulian koklear konduktif, tidak ada ditemukan kerusakan pada sel rambut, saraf, dan stria vaskularis. Kerusakan diduga berkaitan dengan keterbatasan gerak basilaris membrane (Boies, 2014) Gejala Klinis Presbikusis Pada sensory presbycusis ditandai dengan bilateral, simetris, gangguan pendengaran nada tinggi dan dari penilaian audiometri terjadi penaikan threshold nada murni tiba-tiba seiring usia yang dimulai sejak usia pertengahan.

12 15 Diskriminasi kata-kata berkaitan langsung dengan pendengaran nada tinggi (Lalwani, 2008). Pada neural presbycusis terjadi penurunan berat fungsi diskriminasi katakata. Penurunan fungsi diskriminasi ini lebih berat dari batas audiometri nada murni. Meskipun neural presbycusis dapat terjadi pada semua usia, gejala klinis yang ditimbulkan baru akan timbul setelah jumlah saraf yang terlibat turun sampai tingkat kritis. Pada audiogram akan ditemukan penurunan fungsi pendengaran dengan berbagai jenis (Lalwani, 2008). Pada audiometri strial presbycusis ditemukan grafik datar pada nada murni dan fungsi diskriminasi kata-kata yang baik. Degradasi strial ini terjadi pada usia pertengahan (Lalwani, 2008). Pada conductive presbycusis penurunan fungsi diskriminasi akan berkurang seiring dengan besarnya pure tone loss (Lalwani, 2008). Tabel 2.1. Gejala Klinis Presbikusis pada Masing-Masing Jenis (Lalwani, 2008) Diagnosa Presbikusis Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan audiometri. Hal yang ditanyakan pada anamnesis adalah riwayat penyakit yang dapat menyebabkan gangguan dengar sensorineural (Hendarto, 2005). Gejala klinis bervariasi, biasanya penderita akan mengalami kesulitan untuk mengerti pembicaraan yang dikatakan secara cepat, kata-kata yang tidak familiar atau kompleks, serta pembicaraan pada suasana yang bising (Dewi, 2009). Pemeriksaan klinis pemeriksaan otoskopi untuk menilai external acustic canal dan tympanic membrane, tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan audiometri nada murni biasanya ditemukan hasil yang khas yaitu suatu tuli

13 16 sensorineural, bilateral, simetris dengan konfigurasi tergantung tipe presbikusisnya (Dewi, 2009) Faktor Resiko Presbikusis Faktor resiko presbikusis adalah usia, suku, tempat tinggal, pajanan suara, pekerjaan, aktivitas rekreasi, jenis kelamin, olahraga, merokok, diet, hiperlipidemia, hipertensi, dan penyakit vaskular (Lalwani, 2008) Terapi Presbikusis 1. Hearing Aids (Alat Bantu Dengar) Pada pasien usia lanjut, penurunan fungsi untuk diskriminasi suara dan pemahaman kata-kata pada lingkungan bising dapat diturunkan dengan terapi pendengaran, biasanya melalui proses amplifikasi. Alat bantu dengar sekarang telah disempurnakan secara fisik dan dapat dipasang seutuhnya dalam ear canal. Untuk memaksimalkan keuntungan pendengaran, alat bantu dengar sebaiknya dipilih secara teliti. Akhir-akhir ini alat bantu dengar digital sudah tersedia dan menjanjikan perbaikan yang bermakna pada ketajaman percakapan, terutama pada kondisi mendengar yang menyulitkan (Lalwani, 2008). 2. Assistive devices Selain hearing aids banyak alat bantu lain yang dapat membantu individu atau kelompok untuk dapat mendengar televisi, radio, dan percakapan pada handphone. Pada televisi dapat digunakan headphone yang dimasukkan pada lubang pendengaran pada televisi, listening loop dengan telecoil pada hearing aid, perangkat infrared tanpa kabel yang mengirim signal televisi langsung ke pendengar melalui receiver. Telephone amplifier and devices dapat memperbesar suara dari signal telephone. Sekarang terdapat perangkat handset amplifiers yang dapat dihubungkan langsung pada dasar telephone atau earphone (Lalwani,2008). Cochlear implant adalah suatu alat elektronik yang ditanam melalui operasi untuk menstimulasi saraf pendengaran, alat ini memegang peran

14 17 penting pada auditoric rehabilitation pasien usia lanjut dengan penurunan pendengaran sensorineural berat (Lalwani, 2008) Prognosis dari Presbikusis Penurunan pendengaran terkait usia merupakan kondisi yang bertahap, namun, tingkat perkembangannya bermacam-macam. Penurunan fungsi pendengaran ini biasanya bermulai dari tahap 1 db/tahun. Rehabilitasi dari pasien berusia lanjut dengan keluhan tuli biasanya jauh dari tingkat puas. Meskipun alat amplifikasi dapat membantu mendengar namun tidak dapat cukup membantu kejelasan suara. Penanaman cochlear memberikan harapan pengembalian pendengaran dan kejelasan pada pasien penurunan pendengaran berat (Lalwani, 2008) Prevalensi Definisi Prevalensi Prevalensi adalah bagian dari studi epidemiologi yang membawa pengertian jumlah orang dalam polulasi yang mengalami penyakit, gangguan atau kondisi tertentu pada suatu tempoh waktu dihubungkan dengan besar populasi dari mana kasus itu berasal. Prevalensi sepadan dengan insidensi, yaitu perkalian dengan rata-rata durasi kasus, dan tanpa insidensi penyakit maka tidak akan ada prevalensi penyakit (Azhar, 2011) Faktor yang Memengaruhi Prevalensi Faktor yang memengaruhi prevalensi adalah (Azhar, 2011) : 1. Kasus baru yang dijumpai pada populasi sehingga angka insidensi meningkat. 2. Durasi penyakit. 3. Intervensi dan perlakuan yang mempunyai efek pada prevalensi. 4. Jumlah populasi yang sehat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga Dan Mekanisme Mendengar Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telinga Untuk memahami tentang gangguan pendengaran, perlu diketahui dan dipelajari anatomi telinga. Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. 2.1.1.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga 2.1.1 Anatomi telinga luar Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula), liang telinga (meatus acusticus eksterna) sampai membran timpani bagian lateral.

Lebih terperinci

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA I. PENGERTIAN Berkurangnya Pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah satu ataupun kedua telinga. Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Batasan istilah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Batasan istilah 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Batasan istilah Trauma akustik adalah kerusakan sistem pendengaran akibat paparan energi akustik yang kuat dan mendadak seperti pada ledakan hebat, dentuman atau tembakan senjata

Lebih terperinci

Telinga. Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Telinga. Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga 2.1.1. Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.

Lebih terperinci

Tahun : Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23

Tahun : Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23 Matakuliah Tahun : 2009 : L0044/Psikologi Faal Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23 TELINGA saraf kranial VIII (n. auditorius) terdiri dari 3 bagian : telinga luar, tengah dan dalam

Lebih terperinci

FISIKA MEDIK PROSES PENDENGARAN

FISIKA MEDIK PROSES PENDENGARAN FISIKA MEDIK PROSES PENDENGARAN Lili Irawati TINJAUAN PUSTAKA Bagian Fisika Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Andalas email : lili.irawati@gmail.com Abstrak Suara yang didengar telinga manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

Lebih terperinci

Telinga Luar. Dalam kulit kanal auditorius eksterna. Glandula seminurosa. Sekresi substansi lilin. serumen. tertimbun. Kanalis eksternus.

Telinga Luar. Dalam kulit kanal auditorius eksterna. Glandula seminurosa. Sekresi substansi lilin. serumen. tertimbun. Kanalis eksternus. Gangguan pendengaran Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli sensorineural/saraf/perseptif, atau tuli campur. 1. Tuli konduktif disebabkan kelainan di telinga luar atau telinga tengah.

Lebih terperinci

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA I. PENGERTIAN Berkurangnya Pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah satu ataupun kedua telinga. Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anatomi Organ Pendengaran Telinga adalah organ yang berfungsi dalam pendengaran dan juga keseimbangan tubuh. Telinga dapat dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bunyi atau Suara dan Sifatnya Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat yang saling beradu satu dengan yang lain secara terkoordinasi sehingga

Lebih terperinci

ANATOMI, FISIOLOGI TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN

ANATOMI, FISIOLOGI TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN ANATOMI, FISIOLOGI TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN gelombang suara mencapai membran tympani. Membran tympani bergetar menyebabkan tulang-tulang pendengaran bergetar. FungsiMT: a. Vibrasi: sensitifitasamauntuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Definisi Kebisingan Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran

Lebih terperinci

SENSASI PERSEPSI Biopsikologi

SENSASI PERSEPSI Biopsikologi SENSASI PERSEPSI Biopsikologi UNITA WERDI RAHAJENG www.unita.lecture.ub.ac.id Sensasi: Sensasi dan Persepsi Deteksi energi fisik yg dihasilkan /dipantulkan oleh bendabenda fisik Persepsi Sekumpulan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka

Lebih terperinci

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Audiometri dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Definisi Audiogram adalah suatu catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan menggunakan alat berupa audiometer, yang berisi grafik batas

Lebih terperinci

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi Oleh Diar Arsyianti ( 406112402734) Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia, menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. lansia, menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan patologik pada organ auditorik akibat proses degenerasi pada lansia, menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok

Lebih terperinci

TERMINOLOGI MEDIS SENSORY SYSTEM: THE EAR (SISTEM SENSORI: TELINGA) Deasy Rosmala Dewi, MKes

TERMINOLOGI MEDIS SENSORY SYSTEM: THE EAR (SISTEM SENSORI: TELINGA) Deasy Rosmala Dewi, MKes TERMINOLOGI MEDIS SENSORY SYSTEM: THE EAR (SISTEM SENSORI: TELINGA) Deasy Rosmala Dewi, MKes Tujuan Memahami arti kata medis yang berkaitan dengan telinga Membangun kata-kata medis yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Struktur dan Mekanisme Pendengaran Pada Manusia

Struktur dan Mekanisme Pendengaran Pada Manusia Struktur dan Mekanisme Pendengaran Pada Manusia Lodowina Eresyen Rumaratu Nim : 102011092 Email : dewirumaratu@yahoo.co.id Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Pendahuluan Manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang dilaksanakan menggunakan teknologi modern dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan,

Lebih terperinci

Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara

Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara Fisiologi pendengaran Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara mencapai membran tympani, membran tympani bergetar menyebabkan tulang-tulang pendengaran bergetar. Tulang

Lebih terperinci

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN 1 Skala vestibuli, berisi perilimf Helikotrema Skala tympani, berisi perilimf Foramen rotundum bergetar Menggerakkan

Lebih terperinci

Pemeriksaan Pendengaran

Pemeriksaan Pendengaran Komang Shary K., NPM 1206238633 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia LTM Pemicu 4 Modul Penginderaan Pemeriksaan Pendengaran Pendahuluan Etiologi penurunan pendengaran dapat ditentukan melalui pemeriksaan

Lebih terperinci

Sensasi dan Persepsi

Sensasi dan Persepsi SENSASI Sensasi dan Persepsi Sensasi: Deteksi energi fisik yg dihasilkan /dipantulkan oleh benda-benda fisik Persepsi Sekumpulan tindakan mental yg mengatur impulsimpuls sensorik mjd 1 pola bermakna Proses

Lebih terperinci

Frekuensi suara Frekuensi suara yang dapat didengar adalah antara 20 dan Hz. Orangtua hanya dapat mendengar sampai frekuensi 10 khz. Diatas 20

Frekuensi suara Frekuensi suara yang dapat didengar adalah antara 20 dan Hz. Orangtua hanya dapat mendengar sampai frekuensi 10 khz. Diatas 20 Bunyi,telinga dan pendengaran. Gelombang bunyi adalah suatu getaran mekanis dalam suatu gas,cairan dan benda padat yang merambat/berjalan menjauhi sumber. Kita dapat melihat pada gambar tentang diafragma

Lebih terperinci

BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA Telinga merupakan salah satu panca indera yang penting bagi manusia yang mempunyai dua fungsi yaitu untuk pendengaran dan keseimbangan. Telinga, menurut anatominya dibagi

Lebih terperinci

asuhan keperawatan Tinnitus

asuhan keperawatan Tinnitus asuhan keperawatan Tinnitus TINNITUS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya

Lebih terperinci

PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK

PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI FUNGSI KEGIATAN 5 PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK Disusun oleh: Nama : Atik Kurniawati NIM : 11708251025 Kelompok : 5 PRODI PENDIDIKAN SAINS PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

Tes pendengaran rutin untuk diagnosis gangguan pendengaran Rinne, Weber, Schwabah test. Test penala nada tinggi dan nada rendah

Tes pendengaran rutin untuk diagnosis gangguan pendengaran Rinne, Weber, Schwabah test. Test penala nada tinggi dan nada rendah TEST PENALA & AUDIOMETRI NADA MURNI Yusa Herwanto Departemen THT-KL FK USU/ Rs.Adam Malik Medan GARPU PENALA (Turning Fork) Tes pendengaran rutin untuk diagnosis gangguan pendengaran Rinne, Weber, Schwabah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga 2.1.1. Anatomi Telinga Luar Telinga luar terdiri dari aurikula dan kanalis auditorius eksternus dan dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani. Aurikula

Lebih terperinci

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan.

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. _Bio Akustik_01 Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. Apa sih yang dimaksud gelombang itu? dan apa hubungannya

Lebih terperinci

Alat Indera Manusia 1. Mata Bulu mata Alis mata Kelopak mata 2. Telinga

Alat Indera Manusia 1. Mata Bulu mata Alis mata Kelopak mata 2. Telinga Alat Indera Manusia 1. Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata

Lebih terperinci

BAB V. Fungsi Indera Pendengaran

BAB V. Fungsi Indera Pendengaran BAB V Fungsi Indera Pendengaran A. STRUKTUR ANATOMI TELINGA Secara anatomis, telinga manusia dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Telinga bagian luar Telinga bagian luar terdiri dari aurikula

Lebih terperinci

AUDIOLOGI. dr. Harry A. Asroel, Sp.THT-KL BAGIAN THT KL FK USU MEDAN 2009

AUDIOLOGI. dr. Harry A. Asroel, Sp.THT-KL BAGIAN THT KL FK USU MEDAN 2009 AUDIOLOGI dr. Harry A. Asroel, Sp.THT-KL BAGIAN THT KL FK USU MEDAN 2009 Definisi : Ilmu yang mempelajari pendengaran MENDENGAR diperlukan 1.Rangsang yg Adekuat bunyi 2.Alat penerima rangsang telinga BUNYI

Lebih terperinci

SELAMAT PAGI NEUROBIOPHYSIK PENDENGARAN DISUSUN OLEH KELAS A : KELOMPOK 2

SELAMAT PAGI NEUROBIOPHYSIK PENDENGARAN DISUSUN OLEH KELAS A : KELOMPOK 2 SELAMAT PAGI NEUROBIOPHYSIK PENDENGARAN DISUSUN OLEH KELAS A : KELOMPOK 2 Nama Kelompok : Achmad Kadhafi (13-250-0020) Ferdirika Pormau (13-250-0021) Vikriya Fardiani (13-250-0025) Selly Lodarmase (13-250-0028)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telinga adalah organ penginderaan yang berfungsi ganda untuk pendengaran dan keseimbangan dengan anatomi yang kompleks. Indera pendengaran berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan audiometri nada murni (Hall dan Lewis, 2003; Zhang, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan audiometri nada murni (Hall dan Lewis, 2003; Zhang, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang mendasar bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Ketulian dapat menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi saat bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Auris (telinga) dibedakan atas bagian luar, tengah, dan dalam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Auris (telinga) dibedakan atas bagian luar, tengah, dan dalam. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Anatomi Telinga dan Organ Vestibular Auris (telinga) dibedakan atas bagian luar, tengah, dan dalam. Gambar 1. Anatomi Telinga. 4 II.1.1 Telinga Luar Telinga luar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan peradangan dan infeksi kronis pada telinga tengah dan rongga mastoid yang ditandai dengan adanya sekret yang keluar terus

Lebih terperinci

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi,

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, BIOAKUSTIK Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, Bioakustik membahas bunyi yang berhubungan dengan makhluk hidup, terutama manusia. Bahasan bioakustik: proses pendengaran dan instrumen

Lebih terperinci

EAR FUNCTIONS HEARING EQUILIBRIUM

EAR FUNCTIONS HEARING EQUILIBRIUM HEARING EQUILIBRIUM YETTY MACHRINA MILAHAYATI DAULAY DEPARTMENT OF PHYSIOLOGY FACULTY OF MEDICINE OF USU EAR FUNCTIONS HEARING EQUILIBRIUM EARS AS HEARING ORGAN Hearing is the neural perseption of sound

Lebih terperinci

EARS AS HEARING ORGAN Hearing is the neural perseption of sound energy. Sound waves = travelling vibration of air that consist of region of high press

EARS AS HEARING ORGAN Hearing is the neural perseption of sound energy. Sound waves = travelling vibration of air that consist of region of high press HEARING EQUILIBRIUM DEPARTMENT OF PHYSIOLOGY FACULTY OF MEDICINE OF USU EAR FUNCTIONS HEARING EQUILIBRIUM 1 EARS AS HEARING ORGAN Hearing is the neural perseption of sound energy. Sound waves = travelling

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Telinga Telinga dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu telinga luar, telinga tengah atau cavum tympani, dan telinga dalam atau labyrinth (Tortora, 2009; Snell, 2006).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak dikehendaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak dikehendaki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Bunyi dan Sifatnya Suma mur (1996) menyatakan bahwa bunyi adalah rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan adanya lubang

Lebih terperinci

11/29/2013 PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU

11/29/2013 PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGINDERAAN PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU BEBERAPA KESAN TIMBUL DARI LUAR YANG MENCAKUP PENGLIHATAN, PENDENGARAN,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Pendengaran 2.1.1 Definisi Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara sebagian ataupun keseluruhan untuk mendengarkan suara pada salah satu maupun kedua telinga

Lebih terperinci

Vertigo. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K)

Vertigo. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Vertigo DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Pendahuluan Vertigo merupakan masalah yang menyebabkan kesulitan bagi dokter maupun pasien Pasien sulit menjelaskan keluhannya (simptom), dokter juga sulit menangkap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Survei yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS) menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Survei yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS) menunjukkan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan pendengaran atau tuli merupakan salah satu masalah yang cukup serius dan banyak terjadi di seluruh negara di dunia. Gangguan pendengaran adalah hilangnya

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94 BAB VI PEMBAHASAN Pembahasan Hasil Karakteristik neonatus pada penelitian ini: berat lahir, usia saat pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94 gram) lebih berat daripada

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA SISWA SMA X DI TANGERANG SELATAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA SISWA SMA X DI TANGERANG SELATAN HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA SISWA SMA X DI TANGERANG SELATAN Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Febianza

Lebih terperinci

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF 2.1 Ganglia basalis dan subthalamik nukleus Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain dalam menghasilkan gerakan motorik terutama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga Telinga adalah pancaindra untuk pendengaran dan keseimbangan, terletak di lateral kepala. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga luar (auris externa),

Lebih terperinci

BAB 2. FUNDAMENTAL PENDENGARAN

BAB 2. FUNDAMENTAL PENDENGARAN BAB 2. FUNDAMENTAL PENDENGARAN 2.1. PENDAHULUAN Telinga adalah sebuah keajaiban penciptaan baik, atau evolusi, tergantung pada sudut pandang Anda. Apa yang tidak diperdebatkan bagaimanapun, adalah bahwa

Lebih terperinci

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang MENIERE S DISEASE Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang dari vertigo yang berlangsung dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia, menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

Lebih terperinci

NERVUS VESTIBULOCOCHLEARIS. Dr. ISKANDAR JAPARDI. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Umum Universitas Sumatera Utara

NERVUS VESTIBULOCOCHLEARIS. Dr. ISKANDAR JAPARDI. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Umum Universitas Sumatera Utara NERVUS VESTIBULOCOCHLEARIS Dr. ISKANDAR JAPARDI Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Umum Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Nervus Vestibulocochlearis merupakan nervus cranialis ke delapan. Nervus ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telinga 2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau gelombang udara kemudian gelombang mekanik ini diubah mejadi impuls pulsa listrik

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara

Lebih terperinci

AUDIOMETRI NADA MURNI

AUDIOMETRI NADA MURNI AUDIOMETRI NADA MURNI I. Definisi Audiometri Audiometri berasal dari kata audire dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Gangguan Pendengaran Menurut World Health Organization (WHO), gangguan pendengaran adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kehilangan pendengaran di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mendambakan untuk dapat memiliki hidup yang sehat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mendambakan untuk dapat memiliki hidup yang sehat, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang mendambakan untuk dapat memiliki hidup yang sehat, sehingga dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-harinya dengan baik. Karena tanpa kesehatan yang

Lebih terperinci

Gangguan Pendengaran

Gangguan Pendengaran REFERAT Gangguan Pendengaran Oleh : Nisrina Mardhiyah -masih proses- Preceptor : Arif Dermawan, dr., Sp. T.H.T.K.L.K., M.Kes BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Telinga Dalam Telinga dalam berada pada bagian petrosus tulang temporal yang bertanggung jawab pada proses pendengaran dan keseimbangan. Telinga dalam atau labirin

Lebih terperinci

Sistem Saraf Tepi (perifer)

Sistem Saraf Tepi (perifer) SISTIM SYARAF TEPI Sistem Saraf Tepi (perifer) Sistem saraf tepi berfungsi menghubungkan sistem saraf pusat dengan organ-organ tubuh Berdasarkan arah impuls, saraf tepi terbagi menjadi: - Sistem saraf

Lebih terperinci

SESI 5. CHAPTER VIII DISEASES of the EAR and MASTOID PROCESS (H60-H95) BAB VIII PENYAKIT TELINGA dan PROSESUS MASTOIDEA

SESI 5. CHAPTER VIII DISEASES of the EAR and MASTOID PROCESS (H60-H95) BAB VIII PENYAKIT TELINGA dan PROSESUS MASTOIDEA SESI 5 CHAPTER VIII DISEASES of the EAR and MASTOID PROCESS (H60-H95) BAB VIII PENYAKIT TELINGA dan PROSESUS MASTOIDEA 1 DESCRIPTION Pembahasan materi meliput pengenalan istilah-istilah gangguan telinga

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

ACOUSTICS HUMAN HEARING, CHAPTER 12

ACOUSTICS HUMAN HEARING, CHAPTER 12 2010 ACOUSTICS HUMAN HEARING, CHAPTER 12 Ini merupakan terjemahan dari buku karangan HeinrichKuttruff Disusun oleh Rukmini dwi astuti M0207056 MIPA/fisika Chapter 12 Human hearing Ketertarikan kita pada

Lebih terperinci

KESEHATAN MATA DAN TELINGA

KESEHATAN MATA DAN TELINGA KESEHATAN MATA DAN TELINGA Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MATA DAN TELINGA INDERA PENGLIHAT ( MATA ) Mata adalah indera penglihatan,

Lebih terperinci

Ketulian : Pemeriksaan dan Penyebabnya Setyo Wahyu Wibowo dr.mkes Jur.PLB-FIP UPI

Ketulian : Pemeriksaan dan Penyebabnya Setyo Wahyu Wibowo dr.mkes Jur.PLB-FIP UPI Ketulian : Pemeriksaan dan Penyebabnya Setyo Wahyu Wibowo dr.mkes Jur.PLB-FIP UPI PENDAHULUAN Yang dimaksud "ketulian" disini adalah sama dengan "kurang pendengaran", yang dalam buku-buku ditulis deafness

Lebih terperinci

Anesty Claresta

Anesty Claresta Anesty Claresta 102011223 Skenario Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang lalu. Keluhan berdebar ini terjadi ketika ia mengingat suaminya yang

Lebih terperinci

(Assessment of The Ear)

(Assessment of The Ear) Pengkajian Pada Telinga (Assessment of The Ear) RIWAYAT KESEHATAN Keluhan Utama Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pola Hidup dan Psikososial Review System 1. Keluhan Utama Kehilangan Pendengaran Nyeri Drainase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Pendengaran Manusia Proses mendengar diawali dengan gelombang suara yang ditangkap oleh daun telinga yang kemudian melalui udara atau hantaran tulang mencapai membran

Lebih terperinci

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Bio Psikologi Modul ke: Fakultas Psikologi SISTEM SENSORI MOTOR 1. Tiga Prinsip Fungsi Sensorimotor 2. Korteks Asosiasi Sensorimotor 3. Korteks Motorik Sekunder 4. Korteks Motorik Primer 5. Serebelum dan

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memori adalah suatu proses dimana informasi yang didapat dari proses pembelajaran disimpan dan diambil. Tipe memori dapat dibedakan berdasarkan waktu, yaitu memori

Lebih terperinci

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: Anatomi Sistem Saraf Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Susunan Umum Sistem Saraf Sistem saraf terdiri atas 2 bagian yaitu central

Lebih terperinci

1. TES BATAS ATAS BATAS BAWAH

1. TES BATAS ATAS BATAS BAWAH TES GARPU TALA Tes garpu tala adalah suatu tes untuk mengevaluasi fungsi pendengaran individu secara kualitatif dengan menggunakan alat berupa seperangkat garpu tala frekuensi rendah sampai tinggi 128

Lebih terperinci

Gangguan Eustachius Sebabkan Infeksi Telinga. Herlina Arsyadi

Gangguan Eustachius Sebabkan Infeksi Telinga. Herlina Arsyadi Gangguan Eustachius Sebabkan Infeksi Telinga Herlina Arsyadi Sudah beberapa hari ini Dita (2 tahun) rewel. Makannya sedikit dan sulit, minum susunya juga bolong-bolong. Kadang mau kadang tidak. Reni (29

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Telah diketahui bahwa gangguan pendengaran (hearing impairment) atau ketulian (deafness) mempunyai dampak yang merugikan bagi penderita, keluarga, masyarakat maupun

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna BAB IV SISTEM INDERA A. PEMERIKSAAN PENGLIHATAN Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna Dasar teori Mata merupakan organ sensorik yang kompleks, yang

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2 1. Perhatikan gambar mata berikut! Image not readable or empty assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/alat%20indrpng SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2 Bagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012.

HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012. HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012 Oleh: DENNY SUWANTO 090100132 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan 60 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher (THT-KL) RSUD dr. Moewardi Surakarta untuk dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telinga 2.1.1. Anatomi Telinga Telinga dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Penjelasannya sebagai berikut : A. Telinga Luar Telinga luar terdiri dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suara dan Kebisingan Pengertian Suara atau Bunyi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suara dan Kebisingan Pengertian Suara atau Bunyi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suara dan Kebisingan 2.1.1. Pengertian Suara atau Bunyi Suara atau bunyi didefinisikan sebagai getaran yang ditransmisikan melalui suatu medium elastis (misalnya udara) yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pendengaran merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi satu sama lain. Dalam ilmu kedokteran,

Lebih terperinci

Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual

Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual Komang Shary K., NPM 1206238633 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia LTM Pemicu 1 Modul Penginderaan Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual Pendahuluan Fungsi utama mata

Lebih terperinci

POLA GANGGUAN PENDENGARAN DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER (THT-KL) RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH BERDASARKAN AUDIOMETRI

POLA GANGGUAN PENDENGARAN DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER (THT-KL) RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH BERDASARKAN AUDIOMETRI POLA GANGGUAN PENDENGARAN DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER (THT-KL) RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH BERDASARKAN AUDIOMETRI Teuku Husni dan Thursina Abstrak. Gangguan pendengaran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bunyi. Vibrasi atau getaran media ini digambarkan sebagai suatu gelombang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bunyi. Vibrasi atau getaran media ini digambarkan sebagai suatu gelombang 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bunyi Bunyi adalah suatu efek yang dihasilkan pada organ pendengaran yang disebabkan oleh vibrasi udara atau media lainnya yang berasal dari suatu sumber bunyi. Vibrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Produktivitas manusia sangat ditunjang oleh fungsi pendengaran. Apabila pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident Compensation

Lebih terperinci

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA SEL SARAF, terdiri dari 1. Dendrit 2. Badan Sel 3. Neurit (Akson) Menerima dan mengantarkan impuls dari dan ke sumsum tulang belakang atau otak ORGAN PENYUSUN SISTEM

Lebih terperinci

Keluhan & gejala gangguan keseimbangan

Keluhan & gejala gangguan keseimbangan FISIOLOGI KLINIS SISTEM KESEIMBANGAN Devira Zahara DEPARTEMEN THT-KL FK USU / RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN Keluhan & gejala gangguan keseimbangan adanya rasa goyang (unsteadiness) rasa goyang setelah gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat. Berbagai macam penyakit yang banyak terjadi

Lebih terperinci

Tuli pada Lingkungan Kerja

Tuli pada Lingkungan Kerja 100 Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari Juni 2009 Tuli pada Lingkungan Kerja Deaf in the Workplace Rochmat Soemadi 1 ABSTRACT Deaf according to Indro Soetirto and Jenny Bashiruddin is loss of hearing

Lebih terperinci