DIAGNOSIS PSIKIATRI DAN PILIHAN CARA PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIAGNOSIS PSIKIATRI DAN PILIHAN CARA PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH"

Transkripsi

1 DIAGNOSIS PSIKIATRI DAN PILIHAN CARA PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH *Made Mulya Cintyadewi S, **Ni Ketut Sri Diniari *Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana **Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar ABSTRAK Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan jiwa. Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri. Tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan, pestisida hingga produk rumah tangga yang tersedia merupakan metode yang paling umum dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menjelaskan mengenai diagnosis pskiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah dilakukan dalam kurun waktu 2-5 Desember Total keseluruhan kasus yang melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 47 kasus. Pasien dengan diagnosis depresi merupakan penyebab terbanyak melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 60% kasus. Disusul oleh diagnosis psikotik yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6% kasus. Pilihan percobaan bunuh diri dari diagnosis tersebut dengan zat kimia, benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian. Tidak ada pilihan cara khas untuk masing-masing diagnosis dalam melakukan percobaan bunuh diri. Kata kunci : bunuh diri, diagnosis psikiatri, pilihan percobaan bunuh diri 1

2 PSYCHIATRIC DIAGNOSTIC AND OPTIONS TO ATTEMPT SUICIDE PATIENTS AT EMERGENCY UNIT SANGLAH HOSPITAL ABSTRACT Suicide is a health problem that occurs in the community in which closely related to mental health. In 2006 data from the World Health Organization ( WHO ) reports that for each year in the world there are 10 to 20 million people attempt to commit suicide. In 2006 the data from the Virginia Department of Health claimed 33,300 suicide deaths in the United States, 18.3 % are cases of deliberate poisoning. Self poisoning is poisoning yourself by using substances ranging from pharmaceuticals, pesticides to household products available is the most common method. This study is a descriptive study to explain the psythiatric diagnostic and preferences attempt suicide. The study was conducted in the Emergency Unit Sanglah made within 2 to 5 December Total cases attempted suicide many as 47 cases. Patients with a diagnostic of depression is highest cause attempted suicide as much as 60 % of cases. Followed by a diagnosis of psychotic attempted suicide reported 13 %, 8 % of acute stress, adjustment disorder 13 %, and 6 % of cases of bipolar disorder. Options attempted suicide of the diagnostic with chemicals, sharp objects, hanging themselves, burn themselves, drown himself, and jump. There is no way a typical choice for each diagnosis in attempted suicide. Keywords : suicide, psychiatric diagnostic, attempted suicide option PENDAHULUAN Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan jiwa. Secara umum dikatakan bahwa bunuh diri merupakan konsekuensi dari sebuah komplek interaksi biologis, psikologis, dan sosiologis. Bunuh diri tidak pernah ditemukan oleh suatu sebab tunggal. Berdasarkan literatur menyatakan bahwa penyebab utama orang bunuh diri adalah menghentikan rasa sakit yang tidak tertahankan. Rasa sakit yang dirasakan bisa bersifat fisik misalnya karena penyakit kronis dan kebanyakan dipicu oleh sakit emosional yang disebabkan oleh adanya permasalahan. Tindakan percobaan bunuh diri erat kaitannya dengan keinginan yang dihalangi atau tidak terpenuhi, merasa tidak berguna, konflik, stress, dihadapi pada pilihan yang sempit, serta adanya keinginan untuk lari dari masalah. 1 2

3 Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) pada melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri. Faktorfaktor yang terkait dengan bunuh diri meliputi: jenis kelamin, metode, usia, ras, agama, status perkawainan, pekerjaan, dan kesehatan mental. Kasus bunuh diri di negara-negara Eropa menempati urutan tertinggi. Jerman menduduki urutan tertinggi dengan kasus 37 orang per penduduk. Republik Ceko, Selandia Baru, Austria, dan Swiss juga memiliki insiden yang tinggi. Negara Austria, Denmark, Inggris dengan kasus 23 orang per penduduk. Pada tahun 2007 Centers of Disease Control (CDC) melaporkan angka bunuh diri secara keseluruhan di Amerika Serikat yaitu 11,26 per penduduk. Angka bunuh diri yang terjadi di Amerika Serikat pada usia 12 sampai 20 tahun terus mengalami peningkatan. Populasi pada umumya yang melakukan percobaan bunuh diri cenderung lansia tetapi semakin banyak penelitian melaporkan bahwa pasien psikiatrik yang melakukan percobaan bunuh diri cenderung relatif muda. Penelitian menunjukkan bahwa usia rata-rata untuk korban bunuh diri laki-laki adalah usia 29,5 tahun dan untuk wanita adalah 38,4 tahun. 1,2 Pada tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan, pestisida hingga produk rumah tangga yang tersedia merupakan metode yang paling umum dilakukan. Meracuni diri sendiri biasanya dengan menggunakan zat kimia yang mudah ditemukan di rumah. Zat kimia umumnya diminum langsung dengan harapan dapat mengakhiri hidup. Obat-obatan tanpa resep dokter seperti obat sakit kepala dengan mudah didapat oleh pasien kemudian diminum sehingga menyebabkan overdosis. Berdasarkan laporan WHO menyatakan metode yang paling sering digunakan di Indonesia untuk kasus bunuh diri yaitu 47% dengan meracuni diri sendiri, 46% menggantung diri, dan melompat dari ketinggian 6%. Percobaan dengan gantung diri umumnya memerlukan waktu 5 sampai 20 menit dengan mengikatkan seutas tali membentuk lingkaran pada leher. 3,4,5 3

4 Stuart Gw dan Lararia menyatakan adanya faktor predisposisi bunuh diri yang berhubungan dengan diagnosis gangguan jiwa. Diagnosis psikiatri yang berhubungan dengan percobaan bunuh diri adalah skizofrenia, depresi, psikotik, gangguan waham organik, stress akut, gangguan penyesuaian, serta ganguan campuran cemas dan depresi. Hampir 95% dari semua pasien yang melakukan usaha percobaan bunuh diri memiliki suatu gangguan mental yang terdiagnosis. Gangguan depresif dengan persentase 80% kasus, skizofrenia 10% kasus, demensia atau delirium 5% kasus. Usaha bunuh diri sebelumnya atau di masa lalu kemungkinan merupakan indikator bahwa seorang pasien berada dalam resiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri. Penelitian melaporkan bahwa 40% dari pasien depresi yang melakukan bunuh diri pernah melakukan bunuh diri sebelumnya. Resiko untuk pasien melakukan usaha bunuh diri kedua adalah tertinggi dalam tiga bulan setelah usaha pertama. 1 Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dirumuskan masalah mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri pada pasien IRD RSUP Sanglah. Manfaat penelitian yaitu sebagai informasi sehingga bisa melakukan pencegahan lebih awal. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menjelaskan mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 2 sampai dengan 5 Desember Sampel penelitian ini diambil dari pasien-pasien yang datang ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang berasal dari register pasien periode Mei- November Populasi target adalah pasien yang melakukan percobaan bunuh diri. Populasi terjangkau adalah pasien di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP 4

5 Sanglah. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. 5 Kriteria inklusi yang dipakai adalah pasien dengan percobaan bunuh diri yang dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Kriteria eksklusi berupa pasien yang terdiagnosis bukan percobaan bunuh diri dan pasien yang tidak dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Jumlah sampel ditentukan oleh seberapa banyak data pasien percobaan bunuh diri yang terdaftar di register pasien Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah periode waktu Mei-November Subyek penelitian ini adalah pasien yang sudah ditegakkan diagnosisnya dan melakukan percobaan bunuh diri yang dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data-data mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari register pasien. Penilaian pasien didapatkan dari register pasien Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah periode waktu Mei-November Diagnosis yang ditegakkan dan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan pada pasien psikiatri diperoleh dari hasil anamnesa secara auto anamnesis dan hetero anamnesis yang dilakukan oleh residen psikiatri dan di supervisi oleh psikiater di SMF Bagian Psikiatri. Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 1. 5

6 Populasi Target Populasi Terjangkau Sampel Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi Register Pasien Data Analisis Data Gambar 1. Alur Penelitian HASIL Berdasarkan data yang diperoleh dari Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah selama periode bulan Mei sampai November Pada penelitian ini diperoleh 47 sampel kasus percobaan bunuh diri yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data ini merupakan register IRD RSUP Sanglah yang tercatat dari bulan Mei sampai dengan November Karakteristik sampel, diagnosis psikiatri, dan pilihan atau metode percobaan bunuh diri akan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut: 6

7 Tabel 1 : Karakteristik sampel yang melakukan percobaan bunuh diri periode Mei- November 2013 di IRD RSUP Sanglah Karakteristik Sampel Jumlah (total=47) Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia (tahun) < >45 Status Perkawinan Menikah Belum Menikah Janda 5 11 Duda 1 2 Percobaan Bunuh Diri sebelumya Ada Tidak Ada Sumber: register IRD RSUP Sanglah Mei-November Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, status perkawinan, dan percobaan bunuh diri yang dilakukan sebelumnya. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh laki-laki 36% dan perempuan 64% kasus. Ditinjau dari segi usia yaitu usia 15 sampai 24 tahun 38%, usia 25 sampai 45 tahun 55%, serta usia lebih dari 45 tahun sebanyak 7% kasus. bunuh diri yaitu sebanyak 45% daripada yang sudah menikah dengan 42% kasus. Status janda 11% dan duda 2%. Berdasarkan anamnesis terhadap pasien yang menyatakan sebelumnya pernah melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 53% dan 47% menyatakan belum pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Status perkawinan belum menikah lebih banyak yang melakukan percobaan 7

8 Tabel 2. Diagnosis Psikiatri pada pasien yang melakukan percobaan bunuh diri periode Mei-November 2013 di IRD RSUP Sanglah No Diagnosis Persentase (%) Pilihan/Metode Percobaan Bunuh Diri 1 Psikotik 13% Zat kimia, benda tajam, dan gantung diri 60% Zat kimia, menenggelamkan diri, benda tajam, 2 Depresi gantung diri, serta membakar diri 3 Stress akut 8% Zat kimia 4 Gangguan Penyesuaian 13% Zat kimia dan benda tajam 5 Gangguan Bipolar 6% Zat kimia, benda tajam, dan melompat dari ketinggian Sumber: register IRD RSUP Sanglah Mei-November Berdasarkan data yang diperoleh dari dari register di IRD RSUP Sanglah diagnosis psikiatri dengan percobaan bunuh diri meliputi : psikotik, depresi, stress akut, gangguan penyesuaian, serta gangguan bipolar. Pasien dengan diagnosis psikotik sebanyak 13% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan gantung diri. Diagnosis depresi yang paling banyak ditemukan dilaporkan 60% dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan juga beragam seperti menggunakan zat kimia, menenggelamkan diri, benda tajam, gantung diri, serta membakar diri. Berdasarkan data diperoleh bahwa pasien dengan diagnosis stress akut dilaporkan 8% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia. Pasien dengan diagnosis gangguan penyesuaian yaitu 13% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia dan benda tajam. Pasien dengan gangguan bipolar dilaporkan 6% melakukan percobaan bunuh diri dengan melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan melompat dari ketinggian. DISKUSI Pasien dengan diagnosis psikotik akut dilaporkan 13% kasus yang melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan gantung diri. Zat kimia yang digunakan berupa pestisida untuk membasmi 8

9 serangga, pengharum laundry, dan obatobatan. Zat kimia umumnya diminum oleh pasien dan berharap dengan meminum zat kimia dapat mengakhiri hidupnya. Benda tajam yang digunakan seperti pisau dan silet dengan mengiris pergelangan tangannya. Cara percobaan bunuh diri dengan gantung diri dilakukan dikamar dengan menggunakan selendang kemudian diikatkan pada leher pasien. Pasien dengan diagnosis psikotik memiliki sindrom yang khas yaitu polimorfik. Polimorfik yaitu beranekaragam dan berubah sangat cepat seperti schizophrenia-like atau seperti gejala skizofrenia. Gejala skizofrenia muncul pada orang yang memiliki suatu kerentanan spesifik atau yang disebut diathesis apabila ada pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress maka akan timbul gejala skizofrenia. Pasien juga memiliki kepekaan sosial yang menurun dan tampak menjadi impulsif seperti contoh : merebut rokok orang lain, membuang makanan di lantai, usaha bunuh diri, serta pembunuhan sebagai respon dari halusinasi yang memerintahkan pasien untuk melakukan hal tersebut. 6,7 Bunuh diri pada gangguan psikotik terbanyak karena pasien mengalami halusinasi audiotorik. Suarasuara halusinasi ini yang akan mengancam pasien karena pasien mendengar suara-suara yang memberi perintah. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Halusinasi pendengaran seperti mendengar suarasuara paling sering yang didengar adalah suara orang. Pasien yang mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu dapat membahayakan dirinya seperti bunuh diri. Selain halusinasi juga terdapat waham yang menonjol. Waham adalah keyakinan tentang suatu pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas normal. Adanya perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual terlihat pada pasien psikotik. Faktor psikodinamika yang harus diperhatikan pada gangguan psikotik adalah stressor pencetus dan lingkungan interpersonal. Seringkali peristiwa yang dialami pasien memiliki arti psikologis yang besar dan dapat memicu episode psikotik. 2,8 9

10 Pasien dengan diagnosis depresi yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 60% kasus. Berdasarkan data menunjukkan bahwa pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan adalah dengan menggunakan zat kimia, menenggelamkan diri, benda tajam, gantung diri, serta membakar diri. Zat kimia dan benda tajam yang digunakan sama seperti yang telah diuraikan pada diagnosis psikotik. Pilihan cara percobaan bunuh diri dengan menenggelamkan diri dilakukan pasien dengan cara pergi ke pantai kemudian berharap dirinya terseret ombak. Cara membakar diri dilakukan dengan menyiram tubuh pasien dengan menggunakan minyak kemudian menyulut dengan api. Diagnosis depresi merupakan kasus yang paling banyak dan pasien melakukan cara percobaan bunuh diri secara beragam. Depresi merupakan suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehariharinya maka hal itu disebut sebagai suatu gangguan depresi. 5,9 Beberapa gejala gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Laporan pada pasien dengan depresi meyatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, sedih, dan merasa tidak berguna. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri. Pasien dalam keadaan depresi memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya sendiri. Isi pikiran pasien dengan diagnosis depresi berkaitan dengan kehilangan, rasa bersalah, ada aide atau keinginan untuk mengakhiri hidup. Pada pasien depresi akan muncul pikiran akan kematian dan melakukan percobaan bunuh diri berulang kali untuk mengakhiri hidupnya. 2,9 Pasien dengan diagnosis stress akut yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 8% kasus. Berdasarkan data diperoleh bahwa pilihan percobaan bunuh diri yang dilakukan yaitu dengan menggunakan zat kimia. Zat kimia yang digunakan yaitu pestisida untuk membasmi serangga dan obat-obatan. Obat yang diminum pasien melebihi dosis dan berharap dengan minum obat yang berlebihan tersebut dapat mengahiri hidupnya. Diagnosis stress akut ditegakkan apabila sebelumnya pasien 10

11 mengalami kejadian traumatik dan terdapat gejala campuran yang berubahubah. Pasien dengan diagnosis stress akut melakukan percobaan bunuh diri mungkin disebabkan karena adanya stressor yang luar biasa. Pasien umumnya akan terlihat depresi, cemas, marah, serta kecewa. Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap stressor yang dirasakan memegang peranan penting dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stress akut. 10,11 Pasien dengan gangguan penyesuaian yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13% kasus. Berdasarkan data diperoleh bahwa pilihan percobaan bunuh diri yang dilakukan dengan menggunakan zat kimia dan benda tajam. Diagnosis gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih stressor. Gejala dari diagnosis gangguan penyesuaian bervariasi yaitu depresi, cemas, dan gangguan campuran yang sering dialami pada orang dewasa serta disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari sehingga menyebabkan pasien melakukan percobaan bunuh diri. Gejala yang dialami pasien tidak selalu menghilang dengan cepat setelah stressor menghilang. Jika stressor berlanjut maka mungkin akan terjadi gangguan yang bersifat kronis. 2,10 Pasien dengan gangguan bipolar dilaporkan sebanyak 6% kasus. Pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan melompat dari ketinggian. Pasien melakukan percobaan bunuh diri dengan melompat dari lantai 2 dan berharap dapat mengakhiri hidupnya. Beberapa kasus dilaporkan bahwa pasien mengiris pergelangan tangannya dengan menggunakan pecahan CD. Pasien dengan diagnosis bipolar mengalami perubahan mood yaitu berupa depresi dan mania. Setiap orang umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik dan suasana hati yang buruk. Akan tetapi pasien yang mengalami gangguan bipolar memiliki mood swings yaitu pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. 2 Berdasarkan total keseluruhan kasus yang melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 47 kasus. Diagnosis psikiatri meliputi : psikotik 13%, depresi 60%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6%. Pilihan percobaan bunuh diri dari diagnosis tersebut dengan zat kimia, 11

12 benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu terdapat beberapa sampel yang mungkin terlewatkan sebagai kriteria inklusi akibat kurangnya sistem penyimpanan data dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti. SIMPULAN DAN SARAN Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan jiwa. Secara umum dikatakan bahwa bunuh diri merupakan konsekuensi dari sebuah komplek interaksi biologis, psikologis, dan sosiologis. Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) pada melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri. 1,2 Pada tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan, pestisida hingga produk rumah tangga yang tersedia merupakan metode yang paling umum dilakukan. 3,4 Pasien dengan diagnosis depresi merupakan penyebab terbanyak melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 60% kasus. Disusul oleh diagnosis psikotik yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6% kasus. Pilihan percobaan bunuh diri dari diagnosis tersebut dengan zat kimia, benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian. Tidak ada pilihan cara khas untuk masing-masing diagnosis dalam melakukan percobaan bunuh diri. Adapun kelemahan dalam penelitian ini yaitu diperlukan sampel yang lebih banyak dan waktu penelitian yang lebih panjang dengan rancangan penelitian yang lebih baik untuk menemukan hasil yang lebih valid. 12

13 DAFTAR PUSTAKA 1. Kouichi Yoshimasu, Shigeki Takemura, Jin Fukumoto dan Kazuhisa Miyashita. Self- Reported Symptoms Related to Depression and Suicidal Risk. Department of Hygiene, School of Medicine. Wakayama Medical University. Japan. Halaman : Harold I. Kaplan MD. Sinopsis Psikiatri Jilid I dan II. Binarupa Aksara. Ciputat-Tangerang Ajay Risal, Pushpa Prasad Sharma, dan Rajkumar Karki. Psychiatric Illnesses among the Patients Admitted for Selfpoisoning in a Tertiary Care Hospital of Nepal. Journal of Advances in Internal Medicine 2013;02(01): David Tibbutt. Poisoning with organophosphates. South Sudan Medical Journal. Vol 6. No 1. Februari John WG Tiller. Depression and anxiety. University of Melbourne. MJA Open.Halaman : Kahyee Hor dan Mark Taylor. Suicide and schizophrenia: a systematic review of rates and risk factors. Journal of Psychopharmacology. Halaman Cicek Hocaoglu dan Zeynep Tekin Babuc. Suicidal Ideation in Patients with Schizophrenia. Isr J Psychiatry Relat Sci Vol 46 No. 3. Halaman : Alize J. Ferrari, Fiona J. Charlson, Rosana E. Norman, dkk. Burden of Depressive Disorders by Country, Sex, Age, and Year: Findings from the Global Burden of Disease Study PLOS Medicine. Volume 10. Halaman: Jean Starling & Isabelle Feijo. Schizophrenia And Other Psyhotic Disorders Of Early Onset. IACAPAP Textbook of Child and Adolescent Mental Health. Halaman : Rusdi Maslim. Diagnosis Gangguan Jiwa. PT Nuh Jaya- Jakarta. Cetakan Pertama Bernadette von Dawans, Urs Fischbacher, Clemens 13

14 Kirschbaum, dkk. The Social Dimension of Stress Reactivity: Acute Stress Increases Prosocial Behavior in Humans. Psychological Science 23(6). Halaman :

15 15

INSOMNIA DAN DIAGNOSIS PSIKIATRI PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH

INSOMNIA DAN DIAGNOSIS PSIKIATRI PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH INSOMNIA DAN DIAGNOSIS PSIKIATRI PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH *Alfa Matrika Sapta Dewanti, **Ni Ketut Sri Diniari *Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Bunuh diri, karakteristik percobaan bunuh diri, masalah psiko-sosial.

ABSTRAK. Kata kunci: Bunuh diri, karakteristik percobaan bunuh diri, masalah psiko-sosial. KARAKTERISTIK DAN MASALAH PSIKO-SOSIAL YANG MENDASARI PASIEN PERCOBAAN BUNUH DIRI DI INSTALASI RUANG DARURAT RSUP SANGLAH Putri Ayu Madedi Budiawan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Bunuh

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH

KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH Oleh: Wangi Niko Yuandika Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Abstrak Di negara berkembang seperti di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN PSIKIATRI DI TURKI

PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN PSIKIATRI DI TURKI PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN PSIKIATRI DI TURKI Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sosiodemografi dari mereka yang berusaha bunuh diri di negara Islam, pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunuh diri adalah masalah global. Dalam beberapa tahun terakhir, bunuh diri menjadi fenomena yang sering muncul dalam pemberitaan media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode

Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode 2011-2013 Nyoman Ari Yoga Wirawan Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta seperti menjadi magnet yang menarik orang untuk datang dan tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala kemudahan dan serba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat dan berbahagia mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah depresi kini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena dapat menyerang seluruh usia dan lapisan masyarakat. Depresi merupakan gangguan suasana perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Mood disorders atau gangguan emosional merupakan. salah satu gangguan mental yang umum terjadi. Sekitar 3

1 BAB I PENDAHULUAN. Mood disorders atau gangguan emosional merupakan. salah satu gangguan mental yang umum terjadi. Sekitar 3 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mood disorders atau gangguan emosional merupakan salah satu gangguan mental yang umum terjadi. Sekitar 3-5% populasi pada suatu saat dalam kehidupannya pernah megalami

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

Gambaran Angka Kejadian Tentamen Suicidum pada Penderita Gangguan Jiwa di RS Jiwa H.B Saanin Periode Januari Desember 2013

Gambaran Angka Kejadian Tentamen Suicidum pada Penderita Gangguan Jiwa di RS Jiwa H.B Saanin Periode Januari Desember 2013 396 Artikel Penelitian Gambaran Angka Kejadian Tentamen Suicidum pada Penderita Gangguan Jiwa di RS Jiwa H.B Saanin Periode Januari Desember 2013 Utari Gestini Rahmi 1, Yaslinda Yaunin 2, Rima Semiarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang mengganggu fungsi mental sehingga menempatkan seseorang dalam kategori tidak sejahtera. Gangguan jiwa adalah respon maladaptif

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For Prognosis Terapi (Farmakoterapi / psikoterapi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Banyak tugas yang harus dicapai seorang remaja pada fase ini yang seringkali menjadi masalah

Lebih terperinci

TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki I. PENDAHULUAN Epilepsi adalah terganggunya aktivitas listrik di otak yang disebabkan oleh beberapa etiologi diantaranya cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, dan tumor otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan depresi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit dan kecacatan pada remaja usia 10-19 tahun, sedangkan bunuh diri menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya. memenuhi kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya. memenuhi kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat dan berbahagia, mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius.

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

PEMERIKSAAN PSIKIATRI PEMERIKSAAN PSIKIATRI TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menyelesaikan modul pemeriksaan psikiatri, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa. 2. Mengenali gejala dan tanda gangguan

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang mengalami kondisi stress dalam dirinya yang dapat menimbulkan gangguan jiwa. Temuan WHO menunjukkan,

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari

Lebih terperinci

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN GANGGUAN BIPOLAR I. PENDAHULUAN Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood antara rasa girang yang ekstrem dan depresi yang parah. Pera penderita gangguan bipolar tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A DIAGNOSIS? Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For prognosis Terapi (Farmakoterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti. kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti. kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ, bom bunuh diri, mutilasi, dan pemerkosaan tidak pernah lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian ini. A. Latar

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR Cemas adalah perasaan tidak pasti atau tidak menentu terhadap ancaman atau ketakutan yang akan terjadi yang muncul tanpa alasan

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Jiwa 2.1.1. Definisi Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,

Lebih terperinci

Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep **), Ns. Rodhi Hartono, S. Kep, M. Kes ***)

Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep **), Ns. Rodhi Hartono, S. Kep, M. Kes ***) HUBUNGAN ANTARA SIMPTOM DEPRESI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BUNH DIRI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep

Lebih terperinci

Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep **), Ns. Rodhi Hartono, S. Kep, M. Kes ***)

Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep **), Ns. Rodhi Hartono, S. Kep, M. Kes ***) HUBUNGAN ANTARA SIMPTOM DEPRESI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BUNH DIRI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (WHO, 2001). Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA Tn.S DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUMAH SAKIT JIWA Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG Oleh: RESHA OCTAVIALIN 0131758

Lebih terperinci

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM INTISARI SELISIH TARIF PAKET INA-CBGs DENGAN BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM Noormila Sari 1 ; Ratih Pratiwi Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita gangguan jiwa (skizofrenia). Sampai saat ini penanganan penderita gangguan jiwa masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 1) Tempat penelitian : Poli Rawat Jalan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARAKTERISTIK SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT KHUSUS ALIANYANG PONTIANAK PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2009

NASKAH PUBLIKASI KARAKTERISTIK SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT KHUSUS ALIANYANG PONTIANAK PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2009 NASKAH PUBLIKASI KARAKTERISTIK SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT KHUSUS ALIANYANG PONTIANAK PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2009 INGRIED SIRA I 11107023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mental Disorders-4th Edition-Text Revisions (DSM-IV-TR) sindrom atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mental Disorders-4th Edition-Text Revisions (DSM-IV-TR) sindrom atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan mental berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-4th Edition-Text Revisions (DSM-IV-TR) sindrom atau pola perilaku dan psikologi klinis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 1 Ida Ayu Asri Wedhari, 2 I Gusti Ayu Indah Ardani 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut usia di Indonesia diproyeksikan pada tahun 1990 2023 akan naik 414 %, suatu angka tertinggi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Gangguan psikologis ini adalah salah satu jenis gangguan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja dan onsetnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Al- Qaisy, 2011). Depresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Erika Dewi Noorratri 1, Wahyuni 2 1,2 Stikes Aisyiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala negatif merupakan suatu gambaran defisit dari pikiran, perasaan atau perilaku normal yang berkurang akibat adanya gangguan otak dan gangguan mental (Kring et

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah utama gangguan jiwa di dunia adalah skizofrenia, depresi unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia, 1998). Skizofrenia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyatakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan nasional memberikan dampak perubahan pada sistem kesehatan Indonesia ke dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Layanan kesehatan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Preeklampsia

ABSTRAK. Kata kunci: Preeklampsia ABSTRAK GAMBARAN KASUS PREEKLAMPSIA YANG DITANGANI SECARA KONSERVATIF DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH, DENPASAR BALI SELAMA TAHUN 2013 Latar belakang: Kasus Preeklampsia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini mempunyai sumber pada fisiologi dan keahlian. Karena pasien-pasien senang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker dapat

Lebih terperinci