BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DEFINISI Sunda Istilah Sunda digunakan dalam dua kriteria, yang pertama digunakan dalam konotasi manusia atau sekolompok manusia. Sedangkan kriteria yang kedua adalah dalam lingkungan sosial budaya. Menurut kriteria yang pertama orang Sunda adalah orang yang mengakui dirinya dan diakui orang lain sebagai orang Sunda 1. Didalam definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan keturunan dan berdasarkan sosial budaya. Menurut kriteria kedua, pengertian orang Sunda adalah orang atau sekelompok orang yang dibesarkan dalam lingkungan sosial-budaya sunda, didalam hidupnya tersebut dia menghayati serta menggunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya Sunda. Dalam hal ini tempat tinggal, kehidupan sosial budaya dan tingkal laku penduduknya yang dianggap penting Sunda merupakan salah satu kebudayaan di Indonesia yang terletak di alam Priangan yang mendiami sebagian besar wilayah Jawa Barat. Berdasarkan sejarah perkembangan kebudayaan Sunda dibagi kedalam empat periode, yaitu : 1. Zaman Prasejarah ( SM) Pada zaman ini ditemukan fosil kapak genggam di Pargi (Ciamis) dan di Jampang (Sukabumi), flakes dan microlith di sekitar Dago (Bandung). Hal ini merupakan bukti adanya peradaban manusia. Kepercayaan yang dianut adalah animisme dan dinamisme. 2. Zaman Purba (kontak Hindu Budha, M) Disebut zaman klasik karena banyak menyumbangkan kebudayaan Hindu Budha klasik. Adanya kesenian, sistem kerajaan, adat istiadat dan kepercayaan baru. 1 (Warnaen et.al, 1987 : 1) 15

2 3. Zaman Madya (kontak dengan islam abad 15 M) Dimulai dengan dikirimkannya pasukan demak untuk menyerang Batavia yang dipimpin oleh Fatahillah. Sejalan dengan itu terbentuklah dua kerajaan Islam yaitu Kasultanan Cirebon dan Banten. Kepercayaan pada zaman klasik masih dipakai dalam berbagai upacara adat yang bernapaskan Islam. 4. Zaman Modern (kontak dengan Barat, setelah PD II) Kebudayaan Sunda atau Jawa Barat telah dipengaruhi oleh kebudayaan Bangsa Barat sejalan dengan adanya penjajahan Belanda, Jepang dan perkembangan era globalisasi. Perkembangan tersebut berpengaruh terhadap berbagai bidang, diantaranya seni teater tradisional Sunda (Longser) yang pada umumnya mengarah pada kesenian populer Kebudayaan Sunda Istilah Sunda kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta yakni sund atau suddha yang berarti bersinar, terang, atau putih. Dalam bahasa Jawa kuno (Kawi) dan bahasa Bali dikenal juga istilah sunda dalam pengertian yang sama yakni bersih, suci, murni, tak bercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada. Menurut R.W. van Bemmelen seperti dikutip Edi S. Ekadjati, istilah sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah India Timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul. Dataran sunda dikelilingi oleh sistem Gunung sunda yang melingkar (Circum- sunda Mountain System) yang panjangnya sekira km. Dataran sunda itu terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian Utara yang meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang LautanFasifik bagian Barat serta bagian Selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India). Dengan demikian, bagian Selatan dataran sunda itu dibentuk oleh kawasan mulai Pulau Banda di timur, terus ke arah barat melalui pulau-pulau di kepulauan sunda Kecil 2 (Pendidikan Kebudayaan Sunda untuk SMA, Depdikbud 1986) 16

3 (the lesser sunda island), Jawa, Sumatra, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai Arakan Yoma di Birma. Selanjutnya, dataran ini bersambung dengan kawasan Sistem Gunung Himalaya di Barat dan dataran Sahul di Timur. Dalam buku-buku ilmu bumi dikenal pula istilah sunda Besar dan sunda Kecil. sunda Besar adalah himpunan pulau yang berukuran besar, yaitu Sumatra, Jawa, Madura, dan Kalimantan, sedangkan sunda Kecil adalah pulau-pulau yang berukuran kecil yang kini termasuk kedalam Provinsi Bali, Nusa Tenggara, dan Timor. Dalam perkembangannya, istilah sunda digunakan juga dalam konotasi manusia atau sekelompok manusia, yaitu dengan sebutan urang sunda (orang sunda). Di dalam definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan keturunan (hubungan darah) dan berdasarkan sosial budaya sekaligus. Menurut kriteria pertama, seseorang bisa disebut orang, sunda jika orang tuanya, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu ataupun keduanya, orang sunda, di mana pun ia atau mereka berada dan dibesarkan. Menurut kriteria kedua, orang sunda adalah orang yang dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya sunda dan dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya sunda. Dalam hal ini tempat tinggal, kehidupan sosial budaya dan sikap orangnya yang dianggap penting. Bisa saja seseorang yang orang tuanya atau leluhurnya orang sunda, menjadi bukan orang sunda karena ia atau mereka tidak mengenal, menghayati, dan mempergunakan norma-norma dan nilai- nilai sosial budaya sunda dalam hidupnya. Dalam konteks ini, istilah, sunda juga dikaitkan secara erat dengan pengertian kebudayaan. Bahwa ada yang dinamakan Kebudayaan sunda, yaitu kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang sunda yang pada umumnya berdomosili di Tanah sunda. Dalam tata kehidupan sosial budaya Indonesia digolongkan ke dalam kebudayaan daerah. Di samping memiliki persamaan-persamaan dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia, kebudayaan sunda memiliki ciri-ciri khas tersendiri yang membedakannya dari kebudayaan lain. Secara umum, masyarakat Jawa Barat atau Tatar sunda, sering dikenal dengan masyarakat yang memiliki budaya religius. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo "silih asih, silih asah, dan silih asuh" (saling mengasihi, saling 17

4 mempertajam diri, dan saling memelihara dan melindungi). Di samping itu, sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan (handap asor), rendah hati terhadap sesama; penghormatan kepada orang tua atau kepada orang yang lebih tua, serta menyayangi orang yang lebih kecil (hormat ka nu luhur, nyaah ka nu leutik); membantu orang lain yang membutuhkan dan yang dalam kesusahan (nulung ka nu butuh nalang ka nu susah), dsb. Bahwa budaya sunda adalah budaya religius, itu merupakan konsekuensi logis dari pandangan hidupnya yang mendasarkan pada ajaran agama, yakni Islam. Dalam perspektif ilmu-ilmu sosial agama adalah sebuah sistem nilai yang memberikan sejumlah konsep mengenai konstruksi realitas yang berperan besar dalam menjelaskan struktur tata normatif dan tata sosial serta memahamkan dan menafsirkan dunia sekitar. Dalam konteks inilah, agama memiliki signifikansinya dalam pengembangan, pembentukan, pengisian, dan pengayaan budaya. Kebudayaan sunda adalah semua sistem gagasan, aktivitas dan hasil karya manusia sunda yang terwujud sebagai hasil interaksi terus-menerus antara manusia sunda sebagai pelaku dan latar tempat ia hidup, dalam rentang waktu yang panjang dan suasana yang bermacam-macam. kebudayaan sunda adalah milik masyarakat sunda yang diperoleh dari hasil proses adaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang terus-menerus dalam jangka waktu yang sangat lama. Kebudayaan sunda adalah sumber kerangka acuan masyarakat sunda ketika mereka berhadapan dengan berbagai perubahan. Suatu perubahan itu ditolak atau diterima oleh masyarakat bergantung sejauh mana perubahan itu bias diterima oleh kebudayaannya. Oleh karena itu, suatu perubahan yang akan dilakukan terhadap masyarakat sunda mestilah mempertimbangkan aspek tradisi dan kebudayaan masyarakat sunda itu sendiri. Ketika suatu perubahan yang berasal dari suatu unsur kebudayaan asing terlalu berbeda jauh dengan kebudayaan sunda, perubahan itu akan sangat lama diterima untuk menjadi bagian dari kebudayaan sunda. Pertama-tama perubahan itu akan ditolak karena dianggap kontra budaya atau unsur budaya yang berlainan, tapi lambat laun perubahan itu sedikit demi sedikit akan diterima menjadi subbudaya dan dalam waktu yang relatif lama, akan diterima menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan sunda. 18

5 (Guru Besar Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Djati Bandung) Unsur unsur Kebudayaan Sunda Kebudayaan Sunda pada saat ini sudah digolongkan menjadi kebudayaan daerah atau suku bangsa tersendiri yang memiliki beberapa kesamaan dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia, namun tetap memiliki identitas tersendiri yang membedakannya dari kebudayaan daerah lain. Kebudayaan Sunda bertitik tolak pada kebudayaan desa sebagaimana daerah-daerah lain di bumi indonesia, sehingga tercipta ungkapan ciri sabumi, cara sadesa. Perkampungan (desa) orang sunda memiliki pola rumah yang terletak berhimpitan, dua deret saling berhadapan dan letak rumah mereka pada umumnya mengelompok. Sedangkan pertanian dan tanah perkebunan terletak di luar batas kampung mereka. Ir. Anwas Adiwilaga melukiskan gambaran tentang pola perkampungan masyarakat Sunda sebelum mengalami banyak perubahan, adalah sebagai berikut : Orang sunda pada umumnya bertempat tinggal menyendiri di tengan padang luas atau ditengah hutan. Kalaupun mereka memiliki kampung halaman, maka rumah mereka selalu berhimpit-himpitan, dua deret saling berhadap-hadapan terpisahkan oleh pelataran. Di sisi lain pelataran terdapat lesung umum yang digunakan orang-orang untuk menumbuk padi. Keberadaan lesung tersebut menandakan bahwa salah satu mata pencaharian orang sunda adalah bertani, yang merupakan mata pencaharian pokok orang sunda. Selain digunakan sesuai dengan fungsi utamanya, area disekitar lesung ini juga dipergunakan sebagai sarana berkomunikasi. Tempat-tempat untuk menyelanggarakan upacara adat dapat dilaksanakan dipekuburan, mesjid-mesjid, atau Bale desa. Di depan Bale desa tersebut biasanya digunakan sebagai tempat penting bagi penduduk desa untuk melakukan berbagai kegiatan. Orang Sunda penganut religi agama islam. Mereka termasuk orang-orang yang patuh menjalankan kewajibannya. Pada umumnya mereka masih mempercayai hal-hal gaib yang dianggap dapat mendatangkan keberuntungan. 3 3 Kebudayaan Sunda suatu pendekatan sejarah, Edi.S.Ekajati 19

6 2.1.4 Nilai Arsitektur Tradisional Sunda Kampung Ciptagelar Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adalah sebuah sebuah kampung adat yang mempunyai ciri khas dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih dipegang kuat oleh masyarakat pendukungnya. Permukiman masyarakat Kasepuhan Ciptagelar merupakan prototipe dari pola kampung masyarakat Sunda pada umumnya. Bangunan-bangunan seperti bumi ageung, leuit, saung lisung, buruan, dan rumah panggung menunjukkan pola perkampungan khas masyarakat tradisional Sunda. Rumah dan kelengkapan permukiman lainnya, dibangun mengikuti lahan berkontur. Pola Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adalah linear yang memanjang dari utara keselatan mulai Bumi Ageung yang terletak paling utara. Sedangkan rumahrumah yang berada dipinggir jalan pada umumnya berorientasi kearah jalan. Sementara rumah-rumah yang berada pada lapis kedua, sangat bergantung pada kondisi tanah. Bangunan yang menyatu dengan Bumi Ageung adalah Bumi Warga atau Bumi Rakyat yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan publik sehingga setiap orang dapat masuk kedalamnya. Di sebelah timur bumi ageung terdapat lumbung padi yang dikenal dengan sebutan leuit, dimiliki secara umum oleh semua warga. Setiap rumah memiliki leuit. Leuit yang berbentuk seperti rumah berukuran kecil dengan dinding bilik dan atap ijuk umumnya berada di pinggir pemukiman. Berdekatan dengan kelompok leuit terdapat bangunan milik bersama tempat menumbuk padi yang dinamakan saung lisung. Satu bagian yang dapat dikatakan sebagai ciri khas Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adalah terdapatnya Bale Pertemuan yang terletak di lingkungan rumah tinggal Sesepuh Girang. Bale Pertemuan ini merupakan bangunan berupa panggung-panggung dengan material kayu dan bambu, digunakan sebagai tempat pertemuan dengan pejabat pemerintahan. Komponen permukiman yang penting dan berfungsi sebagai tempat tinggal warga adalah rumah. Rumah- rumah warga Kasepuhan Ciptagelar menunjukkan adanya kesamaan dengan pola arsitektur Sunda pada umumnya. Adapun bahan-bahan yang 20

7 digunakan cenderung menggunakan material yang terdapat disekitar pemukiman, seperti dinding bilik, rangka kayu dan atap dari ijuk, rumbia atau tepus. Jenis rumah mereka adalah rumah panggung dengan kolong setinggi kurang lebih 60 sentimeter. Kolong tersebut umumnya ditutupi dengan papan. Adapun bentuk rumahnya rata-rata persegi panjang dengan suhunan panjang serta suhunan jure yaitu bentuk atap perisai yang memanjang. Pintu masuk rumah terbagi dua, yaitu pintu depan dan pintu belakang yang terletak disamping rumah. Terdapat kepercayaan mengenai letak pintu, bahwa apabila rumah menggunakan dua pintu atau lebih, maka pantang untuk membuat pintu depan sejajar dengan pintu belakang. Oleh karena itu, pintu belakang diletakkan di samping rumah menjadi pintu samping. Menurut pandangan kosmologis, rumah dipandang sebagai dunia dan alam semesta. Dalam kepercayaan masyarakat Sunda umumnya, terdapat pandangan bahwa dunia ini terbagi menjadi dunia bawah (buana rangrang), dunia tengah (buana panca tengah), dan dunia atas (buana alit). Dunia tengah merupakan pusat alam semesta dan manusia menempatkan dirinya pada pusat alam semesta tersebut. Oleh karena itu, rumah sebagai tempat tinggal manusia harus terletak ditengah antara dunia atas (langit) dan dunia bawah (bumi) dan tidak terletak di dunia atas atau bawah. 4 Bagian bagian rumah dapat dibagi menjadi bagian kepala yang menyimbolkan dunia atas, bagian badan mewakili dunia tengah dan bagian kaki yang menyimbolkan dunia bawah. Maka tiang rumahpun tidak boleh diletakkan di atas tanah. Rumah harus diberi alas yang berfungsi memisahkan lantai rumah dengan tanah, dengan demikian terdapat kolong di bawah lantai rumah. 5 Pembagian ruangan dan fungsi ruangan yang menjadi pola mayoritas pada rumah masyarakat Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar, terbagi atas: Sedangkan untuk bagian-bagian rumah pada Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar tersebut pada umumnya terdiri dari : 4 Kampung Adat& Rumah Adat di Jawa Barat, Depdikbud 5 Ibid 21

8 1. Atap Memiliki bentuk adat suhunan jolopong (suhunan lurus) yakni bentuk atap yang terdiri dari dua bidang atap. Kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur bubungan di bagian tengah bangunan rumah. Salah satu ciri khasnya adalah adanya talahab yaitu penutup atap yang terbuat dari bilahan bambu. Atap talahab ini dipasang di bagian dapur, sedangkan atap yang dipergunakan untuk menutup bagian rumah lainnya terbuat dari ijuk dan kiray yang diikatkan tali dari bambu ke bagian atas dari rangka atap. 2. Langit-langit Langit-langit terbuat dari bilah-bilah bambu yang dipasang dengan jarak tertantu. Untuk mendukung lalangit ditempelkan di atas bambu bulat disebut dengan darurang para atau dalos dan pada dasar rangkak atap. Namun langitlangit ada juga yang dibuat dari bambu utuh yang dijajar rapat. 3. Tiang Tiang dari kayu yang mendukungn rangka atap, lantai serta sebagai bagian rangka bangunan rumah induk berjumlah 18 tiang. Tiang utama yang terletak ditengah-tengah bangunan induk (sasaka) berjumlah 2 buah, dan tiang yang terletak di pinggir (sisi) bangunan induk dan yang berguna untuk menempelkan dinding bilik berjumlah 16 buah. Sedang tiang bale-bale berjumlah 6 buah. Untuk pondasi tiang digunakan batu alam. 4. Dinding Seluruh dinding terbuat dari anyaman bambu yang pola anyamannya ada dua macam yaitu kepang dan kandang jaga. Bilik ini menempel langsung pada bagian luar tiang rumah yang dipasang dengan lembaran yang tingginya antara lincar dan pamikul danpanjangnya merupakan jarak antara tiang-tiang bagian luar bagian rumah, sehingga ukuran bilik perlembarnya hampir sama sesuai dengan ukuran jarak antara tiang-tiang tersebut. Untuk menahan dinding rumah di bagian dalam dipasang kayu dengan posisi horizontal disebut Paneer dan berfungsi pula sebagai penahan tiang rumah. 22

9 5. Pintu Memiliki satu daun pintu yang berhubungan langsung ke ruangan tamu, pintu ini berbentuk persegi panjang berukuran 1, 90 meter x 1 meter. Selain itu terdapat 2 buah pintu lainnya yaitu pintu kamar tidur (pangkeng) dan pintu kamar gudang (goah). Pintu muka rumah ini dikenal dengan bentuk buka palayu yakni letak pintu muka sejajar dengan salah satu sisi bidang atap, dengan demikian jika dilihat dari arah muka tampak dengan jelas keseluruhan garis suhunan yang melintang dari kiri kekanan. 6. Jendela Selain pintu terdapat tiga jendela pada nagunan induk yang terletak disisi timur, disisi barat satu jendela serta disisi utara satu jendela, dengan ukuran 1,16 x 0,73 meter. Jendela berbentuk persegi panjang dan dipasang kayu dengan jarak tertentu secara vertikal disebut jalosi, serta daun jendela kayu sebagai penutupnya. 7. Lantai Seluruh lantai terbuat dari bambu yang dibentuk lempengan- lempengan bambu yang digelarkan diatas bambu utuh dinamakan dengan darurang. Tinggi lantai rumah induk dengan tanah setinggi 50 sentimeter, yang dilengkapi oleh tangga dan golodog Kampung Naga Kampung naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya. Hal ini akan terlihat jelas perbedaannya bila dibandingkan dengan masyarakat lain diluar Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat. 23

10 Pola pemukiman masyarakat di Kampung Adat adalah mengelompok. Rumah-rumah berkelompok di lereng bukit di suatu areal tanah yang tidak sama ketinggiannya. Lereng bukit yang menjadi tempat keletakkan rumah terdiri dari empat tingkatan. Ditengah kampung terletak masjid atau bale yang letaknya berdampingan. Masjid dan bale merupakan bangunan panggung dengan arsitektur tradisional. Masjid berfungsi sebagai tempat ibadah sedangkan bale atau patemon berfungsi sebagai tempat pertemuan atau musyawarah. Disebelah timur masjid dan bale terdapat alun-alan yang berfungsi sebagai tempat keperluan bersama yang dimanfaatkan untuk tempat beraktivitas penduduk kampung. Sejajar dengan masjid disebelah barat pada bagian tanah yang lebih tinggi terdapat sebuah bangunan yang dikeramatkan sebagai bangunan suci yang disebut bumi ageung, berfungsi untuk menyimpan benda-benda keramat. Keletakkan seluruh rumah dan bangunan memanjang arah barat-timur. Pola letak rumah sama dan asimetris dengan jarak antar rumah yang berdekatan. Letak rumah saling berhadapan antara rumah satu dengan yang lainnya. Arah atau orientasi rumah menghadap kearah utara dan selatan. Tanah kosong diantara rumah digunakan sebagai jalan yang dipakai untuk kepentingan bersama. 24

11 Gambar 1.2 Pola perkampungan Kampung Naga Fungsi dan peranan rumah menurut masyarakat kampung naga adalah tempat diri, rabi, keluarga, dan keturunan, serta tempat memancarnya rasa, kaersa, dan karya, tempat berlindung dari terik matahari, hujan dan udara dingin 6 Jenis rumah di Kampung Naga adalah panggung, dengan ketinggian kolong 60 sentimeter. Tiang-tiang rumah dibagian bawah diberi alas batu yang disebut tatapakan. Rumah rumah di Kampung Naga bentuknya sama dan letaknya teratur, rumahrumahnya berbentuk persegi panjang dengan jenis rumah termasuk jenis rumah panggung. Lantai rumah menggunakan papan atau palupuh, sedangkan lantai rumah terbuat dari papan atau bambu. Atapnya menggunakan gaya suhunan julang ngapak, yaitu bentuk atap panjang yang kedua sisinya diperpanjang atau ditambah, sehingga 6 Kebudayaan Sunda suatu pendekatan sejarah, Edi.S. Ekajati 25

12 menyerupai rentangan sayap burung. Bidang atau tambahan yang melandai ini disebut leang-leang. Unsur lain dari sebuah rumah adalah pekarangan yang terdiri dari pekarangan muka dan pekarangan belakang. Fungsi halaman rumah di Kampung Naga adalah untuk menjemur padi dan menjemur pakaian. Selain halaman rumah yang menjadi milik bersama, ada beberapa bangunan khusus yang digunakan dandipelihara bersama untuk kepentingan semua warga Kampung Naga. Bangunan-bangunan itu adalah : Bumi ageung, Leuit, Saung Lisung dan Mesjid. Pembagian ruangan dan fungsi ruangan yang menjadi pola mayoritas pada rumah masyarakat Kampung Naga, terbagi atas: 1. Tepas Ruangan ini merupakan ruang tempat menerima tamu. Ruangan berbentuk tertutup serta memiliki jendela kayu atau kaca. Ruangan dibiarkan kosong tanpa perkakas rumah seperti meja, kursi ataupun balebale. Disebelah tepas terdapat ruangan dapur (pawon) yang dipisahkan oleh dinding bambu dianyam (bilik). Ruangan tamu berukuran sekitar 3,65 meter x 2,40 meter. 2. Ruang tengah / tengah imah Tengah imah merupakan daerah netral sehingga terbuka untuk semua jenis kelamin anggota keluarga dan biasanya digunakan untuk berkumpul semua anggota keluarga. Ruangan tengah ini berukuran 2,40 meter x 2,40 meter. Ruangan tengah terletak di bagian tengah rumah dan terletak di antara kamar tidur, ruangan tamu dan dapur. 3. Dapur Dapur berdampingan dengan ruang tamu. Dapur biasa digunakan untuk memasak. Dalam dapur ini terdapat peralatan dapur yang dipergunakan dalam keseharian. Dalam dapur ini pula terdapat parako yaitu tempat hawu (perapian) dan Paraseuneu. Di ruangan dapur terdapat ruangan untuk menyimpan bahan makan disebut padaringan atau goah. Untuk 26

13 pintu dapur biasanya menggunakan bilik anyaman sasag. Yang berfungsi sebagai celah keluarnya asap dari dapur. 4. Kamar Tidur Ruangan ini memiliki fungsi sebagai tempat tidur, berada di bagian kanan dan kiri rumah. Jumlah kamar pada rumah tinggal tidak sama, disesuaikan dengan ukuran rumah. Gambar 1.3 Gambar sketsa rumah di Kampung Naga 27

14 Gambar 1.4 Rumah di Kampung Naga Sedangkan untuk bagian-bagian rumah pada Kampung Naga tersebut pada umumnya terdiri dari : 1. Atap Rumah memiliki bentuk aatp julang ngapak yang pada puncaknya terdapat capik hurang atau cagak gunting yang berfungsi mencegah rembesan air kedalam para dan sebagai lambang kesatuan antar rumah dan alam berdasarkan kepercayaan masyarakat Kampung Naga. Penutup atap dibuat dari daun alang-alang yang dikaitkan dengan tali bambu kebagian atas dari rangka atap. 28

15 2. Langit- langit Langit-langit terbuat dari bilah bambu yang dianya. Dengan pola anyaman kepang. Dari lantai rumah kelangit-langit berjarak 2, 85 meter. 3. Tiang Tiang dari kayu yang mendukung rangka atap, lantai serta sebagai bagian rangka bengunan rumah induk berjumlah 14 tiang. Tiang yang terletak di pinggir bangunan berguna untuk menempelkan dinding bilik berjumlah 10 tiang. Untuk pondasi tiang digunakan batu alam yang dipotong berbentuk persegi panjang. Tinggi pondasi dari atas tanah sekitar 50 sentimeter. 4. Dinding Dinding terbuat dari bilik yang pola anyamannya ada dua macam yaitu kepang dan sasag. Anyaman sasag dipergunakan untuk dinding dapur, sedangkan anyaman kepang dipergunakan untuk dinding bagian rumah lainnya. Dinding dengan anyaman sasag memang lebih awet dan tahan lama. Dinding dikapur putih atau dibiarkan sesuai aslinya. 5. Pintu Rumah memiliki dua buah pintu masuk yang berhubungan langsung ke ruangan tamu dan dapur. Dan berlaku aturan keluar rumah harus melalui pintu tepas dan msuk kedalam rumah harus melalui pintu dapur. Pintu dibuat dari bilik dan kayu. Pintu berbentuk persegi panjang berukuran 1,75 meter x 0,75 mete. Pintu lainnya terdapat antara ruang tamu dan dapur menuju ruang tengah dan pintu-pintu kamar tidur, serta pintu goah. Ukuran dan bentuk pintu pada umumnya sama. 6. Jendela Jendela terletak pada bangunan depan, samping, atau belakang, dengan ukuran jendela 1 meter x 0,58 meter. Jendela berbentuk persegi panjang dan dipasang kayu dengan jarak tertentu secara vertikal disebut jalusi, serta daun jendela kayu sebagai penutupnya. 29

16 7. Lantai Lantai dari papan, yang sebelumnya merupakan lantai dari lempenganlempengan bambu (palupuh). Tinggi lantai rumah dari tanah adalah 50 sentimeter. 8. Golodog Golodog diletakan didepan pintu depan dan pintu dapur, terbuat dari papan, bambu atau batu. Fungsi golodog adalah sebagai tangga untuk meenaiki rumah. Berfungsi juga sebagai tempat duduk sambil mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ringan Pola Kampung Tradisional Sunda Dapat disimpulkan bahwa pola kampung tradisional Sunda secara umum memiliki ciri-ciri sbb: Letak rumah yg berderet dan berdekatan Adanya ruang terbuka di tengah permukiman yg berfungsi sbg pusat kampung ( alun-alun), tempat kegiatan bersama. Perletakan bangunan mengarah pada arah Utara selatan atau pada tempat yg dianggap keramat, atau bangunan yg dianggap penting. Adanya unsur-unsur pembentuk kampung yaitu rumah tinggal, tajug (mesjid), bale lebu ( balai desa), balong ( kolam), saung lisung ( tempat menumbuk padi) dan leuit (lumbung) 30

17 Gambar Definisi Taman Budaya Pengertian Taman Budaya menurut Keputusan Menteri Depdikbud No. 0221/0/1991 adalah unit pelaksana teknis kebudayaan dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang berada di bawah Direktorat Jenderal kebudayaan. Taman Budaya mempunyai tugas melaksanakan pengolahan seni sebagai unsur budaya di daerah propinsi. Pernyataan di atas dapat dikembangkan dengan terlebih dahulu memahami pengertian dari budaya itu sendiri. Berikut ini beberapa definisi kebudayaan menurut para ahli. Definisi yang banyak dikutip orang adalah hasil pemikiran seorang ahli sosial bernama E.B. Tylor ( ), yang menyatakan bahwa budaya adalah keseluruhan jaringan (kompleksitas) yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moralitas, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lainnya yang didapat oleh seseorang sebagai anggota dari suatu masyarakat. 7 Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur struktur sosial, religius, dan lain lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi cirri khas suatu masyarakat. 7 (Sociology: a window on the world, Lundy & Warme,1988:40) 31

18 Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi kebudayaan adalah hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Menurut Koentjoroningrat, seorang pakar Antropologi, kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil dari kelakuan manusia yang teratur, yang didapatkan dengan belajar, dan semuanya tersusun dalam kehidupan manusia. Budaya dapat menjadi tuntunan andangan hidup anggota kelompok masyarakat yang berisi perangkat, teknik, peraturan, sikap, kepercayaan, motivasi dan sistem nilai. Perwujudan kebudayaan dapat berupa : 1. wujud kebudayaan sebagai suatu ide ide, gagasan, nilai nilai, norma norma, peraturan dan sebagainya. Perwujudan kebudayaan sebagai tata kelakuan manusia tergolong tidak bisa diperagakan, tetapi ada dalam pikiran masing masing orang. Jika pemikiran itu dituangkan ke dalam bentuk tulisan, maka nilai dan norma ini dituangkan ke dalam bentuk literatur. Jika pemikiran ini dituangkan dalam bentuk lisan, maka wujud kebudayaan ini dapat berupa diskusi/ ceramah. 2. wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dan masyarakat berupa aspek material yang dapat diperagakan. Aktivitas kebudayaan sebagai proses / kinetis dapat diwujudkan ke dalam bentuk pertunjukkan kebudayaan. 3. wujud kebudayaan sebagai benda benda hasil karya manusia yang dapat diwujudkan kedalam bentuk pameran hasil budaya. Sementara itu menurut Umar Kayam, kebudayaaan pada kota kota besar di Indonesia telah bergeser dari konsep tradisional ke arah orientasi baru. Saat ini dialog budaya yang terjadi adalah antara peradaban dunia industri dengan negara yang sedang berkembang. Dalam melambangkan identitas budayanya, bagaimanapun Indonesia harus mengikuti simbol simbol tradisional namun harus lebih terbuka. Identitas Indonesia yang dinamis diperoleh dengan mengolah simbol simbol yang lahir dari penjelajahan kemungkinan kemungkinan baru. Dari ulasan diatas, pemahaman yang didapat ialah bahwa budaya merupakan segala sesuatu yang dipikirkan dan dilakukan oleh manusia yang dihasilkan melalui 32

19 proses belajar. Disebabkan hal yang dipelajari manusia selalu berubah dan berkembang mengikuti konteks lingkungan dan kebutuhanyang harus dipenuhinya, maka budaya pun senantiasa bergerak seiring dengan hal hal yang dipelajari tersebut. Oleh karena itu, tata nilai dan tradisi yang berlaku dalam suatu masyarakat juga berubah mengikuti pola pikir yang baru. Konsekuensi dari pembaharuan tata nilai dan tradisi tersebut diantaranya adalah timbulnya tuntutan tuntutanbaru terhadap bentukan fisik lingkungan tempat manusia bermukim dan beraktivitas. Tuntutan tersebut terjadi disebabkan munculnya fungsi fungsi baru yang sebelumnya tidak ada, ataupun karena karakter yang dimiliki oleh suatu tempat sudah tidak lagi sesuai dengan semangat yang dimiliki saat itu. Berangkat dari pemahaman tersebut, sosok Taman Budaya sudah selayaknya mampu menjadi cerminan dari kedinamisan budaya yang dianut masyarakat setempat. Kedinamisan yang dicerminkan tersebut diartikan bahwa Taman Budaya berperan sebagai inventarisir dari tahapan tahapan berbudaya yang pernah dilalui. Berikut hasil pendapat beberapa orang tokoh seniman kota Bandung mengenai sosok Taman Budaya 1. Endo Suanda (Etnomusikolog, Penari, Ketua Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia) Taman Budaya ditujukan sebagai tempat menampilkan keragaman tradisi setempat, baik yang masih populer maupun tidak. Cara menampilkan tradisi tersebut, misalnya kesenian, harus sesuai dengan konteksnya mulai dari setting panggung sampai dengan aturan main dengan penonton, dan tidak semata-mata ditampilkan sebagai hiburan. 2. Harry Roesli (Pemusik, Pemerhati sosial) Dalam Taman Budaya segala sesuatu yang berkaitan dengan budaya dapat ditampilkan. Tidak hanya berisi program pementasan kesenian tradisional saja, tetapi musik yang digemari anak muda sekarang pun dapat ditampilkan. Hal ini dapat dijadikan magnet untuk menarik generasi muda mengunjungi Taman 33

20 Budaya dan melihat apa yang ada disana. Apalagi mengingat sebuah Taman Budaya juga membutuhkan sumber dana untuk membiayai kegiatannya, tentu tidak ada salahnya menampilkan kesenian populis berselingan dengan kesenian tradisional. Tradisi yang sudah ditinggalkan perlu dibuatkan pendokumentasian yang rapi berikut analisa atau kajian yang lengkap mengenai perkembangannya. Semua itu harus dapat dikemas dalam sebuah museum dalam Taman Budaya yang informatif dan komunikatif. 3. Aat Suratin ( Pemerhati dan penggiat seni, staf pengelola Rumah Nusantara ) Mengacu kepada kota-kota di luar negeri seperti di Perancis dan Inggris, sebuah kota semestinya memiliki suatu ruang budaya dimana terjadi berbagai bentuk kegiatan yang berkaitan dengan budaya setempat. Dalam ruang budaya terdapat gedung kesenian, pasar seni, gallery dan pelataran tempat digelar berbagai atraksi kesenian, juga tempat makan dan toko-toko. Taman Budaya yang ideal memiliki bentuk dan suasana seperti ruang budaya tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Taman Kebudayaan adalah sebuah tempat atau fasilitas dimana dipusatkannya berbagai kegiatan untuk melestarikan, memperkenalkan, memasyarakatkan, dan memberikan informasi yang benar mengenai realitas yang ada pada kebudayaan suatu etnis, daerah ataupun bangsa baik itu berupa kebudayaan materiil maupun kebudayaan non materill. Taman kebudayaan ini biasanya mengakomodasi berbagai kegiatan berupa pameran-pameran karya seni, pertunjukkan teater maupun video dan sering juga ditambah dengan diadakannya kursus-kursus bahasa untuk lebih memasyarakatkan kebudayaan suatu daerah. Lahirnya Taman Budaya dilandasi pemikiran bahwa jati diri suatu bangsa muncul dari kebudayaan itu sendiri, yang wujudnya berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, kelakuan terpola dari manusia dalam masyarakat dan benda-benda hasil karya manusia. Karena Budaya sangat penting untuk digali, dilestarikan dan dikembangkan maka kita perlu pusat pengembangan kebudayaan sebagai fasilitas pengembangan kebudayaan. Dalam hal ini Taman Budaya mempunyai potensi yang besar sebagai objek wisata seni dan budaya. 34

21 Fungsi yang dimiliki taman budaya dalam tugasnya melaksanakan pengembangan kebudayaan daerah adalah melaksanakan kegiatan kebudayaan dalam rangka meningkatkan apresiasi dan kreativitas seni oleh dan untuk masyarakat dan juga melaksanakan kegiatan sebagai pusat informasi di bidang kebudayaan. 2.3 Fungsi Taman Budaya Menurut keputusan Menteri Depdikbud No. 0221/0/1991, Pusat Kebudayaan sebagai unit pelaksana teknis kebudayaan memiliki fungsi : Mengadakan kegiatan pengolahan dan eksperimentasi karya seni. Mengadakan pameran dan pergelaran seni. Mengadakan ceramah, temu karya, lokakarya, dokumentasi, publikasi dan informasi seni. Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Kebudayaan. Taman Budaya sebagai fasilitas publik memiliki fungsi : Menunjang keberadaan pusat komunitas kota (civic center) Menampung aktivitas seni dan budaya tradisional maupun kontemporer. Menampung potensi kreativitas masyarakat dalam bidang seni dan budaya. Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah. Tempat diselenggarakannya kegiatan festival budaya Tempat atraksi wisata budaya bagi wisatawan. 2.4 Latar Belakang Perancangan Taman Budaya Perluasan otonomi Memberikan peluang besar bagi daerah untuk mengurus rumah tangganya, dituntut untuk dapat menggali dan mengembangkan potensi daerah melalui sektor pariwisata. Kegiatan pariwisata menciptakan kebutuhan, baik permintaan konsumsi maupun permintaan investasi yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegiatan produksi 35

22 barang dan jasa meningkat. Didorong dinamika dunia pariwisata yang menghendaki inovasi bentuk pelayanan pariwisata baru, maka diperlukan sebuah konsep kesinambungan perencanaan kawasan pariwisata. Paradigma parawisata baru yang beerorientasi pada skala kecil, menawarkan pelayanan sekaligus persahabatan dengan mengangkat potensi alam dan budaya masyarakat sekitar sekaligus mengikutsertakan masyarakat setempat sebagai subjek sekaligus objek yang ikut mengendalikan dan menjadi bagian dari manajemen dan proses wisata yang bersangkutan Konservasi Budaya W.S. Rendra dalam Kongres Kebudayaan IV di Jakarta, 29 Oktober - 3 November 1991, mengemukakan bahwa setidaknya ada tujuh daya hidup yang harus dimiliki oleh sebuah kebudayaan. Pertama, kemampuan bernapas. Kedua, kemampuan mencerna. Ketiga, kemampuan berkoordinasi dan berorganisasi. Keempat, kemampuan beradaptasi. Kelima, kemampuan mobilitas. Keenam, kemampuan tumbuh dan berkembang. Ketujuh, kemampuan regenerasi. 8 Kemampuan bernapas dalam kebudayaan dimaknai sebagai kemampuan untuk mengolah hawa menjadi prana, menjaga kebersihan udara, mengharmonikan kegiatan kehidupan dengan irama nafas, serta menghilangkan hal-hal yang menimbulkan ketegangan pada pikiran yang berarti menimbulkan kesesakan pada nafas kehidupan. Kemampuan mencerna dimaknai sebagai kemampuan untuk mencernakan berbagai pengalaman dalam kehidupan. Kemampuan berkoordinasi dan berorganisasi dimaknai sebagai kemampuan berinteraksi secara sosial. Kemampuan beradaptasi dimaknai sebagai kemampuan kesadaran untuk secara kreatif mengatasi tantangan keadaan, tantangan zaman, dan tantangan berbagai ragam pergaulan. Kemampuan mobilitas dimaknai sebagai kemampuan untuk dengan kreatif menciptakan mobilitas sosial, politik, dan ekonomi, baik yang bersifat horizontal maupun vertikal. 8 Ibid 36

23 Kemampuan tumbuh dan berkembang diartikan sebagai kemampuan kesadaran untuk selalu maju, selalu bertambah luas, dan dalam wawasannya selalu menawarkan paradigma-paradigma yang segar dan baru. Kemampuan regenerasi dimaknai sebagai kemampuan untuk mendorong munculnya generasi baru yang kreatif dan produktif. 37

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT 1. Nama : Rumah Adat Citalang : Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta : Pemukiman di Desa Citalang menunjukkan pola menyebar dan mengelompok. Jarak antara

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB II ARSITEKTUR INTERIOR KEBUDAYAAN TRADISIONAL

BAB II ARSITEKTUR INTERIOR KEBUDAYAAN TRADISIONAL 9 BAB II ARSITEKTUR INTERIOR KEBUDAYAAN TRADISIONAL 2.1 Pengertian Arsitektur Tradisional Arsitektur berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani: yaitu arkhe dan tektoon. Arkhe berarti yang asli, awal, utama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan 13.466 pulau 1, yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku

Lebih terperinci

BAB IV Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Sumedang dalam Perspektif Ilmu Arsitektur Tradisional dan Kepercayaan

BAB IV Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Sumedang dalam Perspektif Ilmu Arsitektur Tradisional dan Kepercayaan BAB IV Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Sumedang dalam Perspektif Ilmu Arsitektur Tradisional dan Kepercayaan 4.1 Rumah Tradisional Sunda Desa Sukahayu dalam Perspektif Ilmu

Lebih terperinci

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya Sunda kini tengah menghadapi tantangan besar dalam proses regenerasi budaya. Banyak faktor yang mempengaruhinya, di antaranya terjadi degradasi nilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permainan tradisional merupakan permainan yang diciptakan oleh leluhur kita, mereka membuat permainan dari benda benda atau tumbuhan yang terdapat di alam sekitar.

Lebih terperinci

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa kini pariwisata merupakan sektor industri yang memiliki peran penting dalam eksistensi suatu negara. Beragam potensi dan kekhasan suatu negara akan menjadi daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat baik bila industri ini dapat dikelola dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat baik bila industri ini dapat dikelola dan dikembangkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar yang paling banyak dilirik sebagai salah satu sektor andalan bagi negara dewasa ini, terutama bila dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbetuk dari banyak unsur

Lebih terperinci

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni rupa sebagai ciptaan manusia senantiasa dikembangkan di setiap zaman dan tempat yang berbeda, hal itu akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

KAMPUNG NAGA MASYARAKAT ADAT YANG MENJAGA PELESTARIAN LINGKUNGAN oleh : redaksi butaru *

KAMPUNG NAGA MASYARAKAT ADAT YANG MENJAGA PELESTARIAN LINGKUNGAN oleh : redaksi butaru * KAMPUNG NAGA MASYARAKAT ADAT YANG MENJAGA PELESTARIAN LINGKUNGAN oleh : redaksi butaru * Pendahuluan Kampung Naga, sebuah desa yang berada di Kampung Nagaratengah, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area Konsep Tata Masa 1. Bagian Barat langgar 2. Bagian Utara Rumah induk 3. Bagian Selatan Rumah 4. Bagian Timur kandang & Dapur Parkir Green area Konsep tata masa dalam perancangan taman wisata budaya mengutip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV, Museum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek nilai budaya dan tingkat peradabannya. Warisan budaya Indonesia yang berupa adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Penerapan Tema dasar Arsitektur nusantara pada Perancangan Hotel Resort di Ngadas ini meliputi lima aspek : 1. Bentuk Atap yang Dominan 2. Penonjolan kebun daripada hunian 3. Lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh beberapa negara di seluruh dunia. Negara menggunakan pariwisata sebagai penyokong ekonomi dan juga devisa

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PROYEK

BAB III PERENCANAAN PROYEK BAB III PERENCANAAN PROYEK 3.2.1 Deskripsi Proyek Judul : Taman Budaya Sunda Lokasi : Wilayah Pasirlayung Cimenyan, Bandung Sifat Proyek : Non Institusional semi komersial Status : Fiktif, dikelola oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya Sunda (dalam Ekadjati, 1993, hlm. 8) merupakan budaya yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERANCANGAN Seiring dengan kemajuan zaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku, kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

PUSAT KEBUDAYAAN SUNDA DI BANDUNG PENEKANAN DESAIN TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA

PUSAT KEBUDAYAAN SUNDA DI BANDUNG PENEKANAN DESAIN TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KEBUDAYAAN SUNDA DI BANDUNG PENEKANAN DESAIN TRANSFORMASI ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa hidup sendiri, begitu juga dalam kehidupan manusia yang berlainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipologi bangunan rumah tinggal masyarakat lereng gunung Sindoro tepatnya di Dusun

Lebih terperinci

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.500 pulau dan dihuni 931 kelompok etnik, mulai dari Aceh di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata dalam negeri terus dikembangkan dan diarahkan untuk memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur

Lebih terperinci

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan mengenai identifikasi perubahan rumah tradisional desa Kurau, dalam upaya memberikan kontribusi secara deskriptif,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sebagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sebagai kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sebagai kegiatan kreatif penciptaan karya sastra merupakan refleksi pandangan pengarang yang direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Suku Dayak Provinsi Timur, dikenal dengan keragaman suku asli pedalamannya. Jika kita mendengar Timur, pastilah teringat dengan suku Dayak dan rumah

Lebih terperinci

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA M.I. Ririk Winandari, Adaptasi Teknologi di Rumah Adat Sumba 109 ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA M.I. Ririk Winandari* Jurusan Arsitektur - Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

HOTEL WISATA ETNIK DI PALANGKA RAYA

HOTEL WISATA ETNIK DI PALANGKA RAYA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL WISATA ETNIK DI PALANGKA RAYA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S-1)

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

Penelaahan deskriptif dan grafis rumah tradisional di pemukiman etnik tertentu di Indonesia (2)

Penelaahan deskriptif dan grafis rumah tradisional di pemukiman etnik tertentu di Indonesia (2) Matakuliah : R077 Arsitektur Tradisional Tahun : Sept - 009 Penelaahan deskriptif dan grafis rumah tradisional di pemukiman etnik tertentu di Indonesia () Pertemuan 4 PENGENALAN RUMAH TRADISIONAL SUKU-SUKU

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN

PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN DESAIN TESIS RANDY PRATAMA SALISNANDA 3210.207.008 PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuatu yang hidup dialam ini merupakan makluk hidup

Lebih terperinci

METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI

METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI Cara hidup manusia pada awalnya adalah berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain. Aktivitas sehari-harinyapun hanya mencari makan untuk bertahan hidup seperti berburu

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Kebudayaan Suku Sunda. Oleh : Muhammad Rizaldi Nuraulia ( )

Kebudayaan Suku Sunda. Oleh : Muhammad Rizaldi Nuraulia ( ) Kebudayaan Suku Sunda Oleh : Muhammad Rizaldi Nuraulia (270110140158) Latar Belakang Masyarakat indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya yang melimpah. Kebudayaan ini diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar mengacu kepada tema yang telah diusung yaitu Ekspos Arsitektur untuk Rakyat, dalam tema ini arsitektur haruslah beradaptasi dengan

Lebih terperinci

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang hingga merauke. Oleh karena itu Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa budaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mengandungi elemen, dari dan ke atau daripada dan kepada. Maka hijrah

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mengandungi elemen, dari dan ke atau daripada dan kepada. Maka hijrah BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep pada perancangan pusat seni tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat adalah hijrah (dari arsitektur tradisional Sunda ke arsitektur kontemporer Sunda). Hijrah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Nias merupakan sebuah pulau yang berada di sebelah barat Pulau Sumatera, terletak antara 0 0 12 1 0 32 Lintang Utara (LU) dan 97 0 98 0 Bujur Timur (BT). Secara adimistratif

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci