BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daya manusia pada bangsa ini tidak diimbangi dengan kualitasnya. Agar di
|
|
- Irwan Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melimpahnya sumber daya manusia di Indonesia menjadi salah satu keuntungan bagi bangsa ini. Tetapi, pada kenyataannya melimpahnya sumber daya manusia pada bangsa ini tidak diimbangi dengan kualitasnya. Agar di masyarakat tersedia sumber daya manusia yang handal, salah satunya diperlukan pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan tidak terlepas dari peran guru. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengartikan guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru menempati posisi strategis dan sekaligus menjadi ujung tombak utama dan pertama dalam menentukan kualitas atau keberhasilan pendidikan. Perannya sebagai pendidik dan pengajar bukanlah pekerjaan mudah. Sepanjang karirnya, guru menghadapi banyak situasi yang penuh konflik dan menimbulkan stres. Beban kerja yang tinggi, ukuran kelas besar, tuntutan yang saling bertentangan, kurangnya pengakuan, lingkungan fisik yang buruk, kurangnya kontrol, dan kurangnya daya pengambilan keputusan mampu menimbulkan stress bagi guru. Selain itu hal yang mampu menimbulkan stress bagi guru adalah kondisi pengajaran yang melibatkan tuntutan emosional tinggi seperti kenakalan 1
2 2 siswa dan berurusan dengan siswa dari latar belakang yang kurang beruntung, kasar, atau lalai (Pretsch, dkk., 2012). Kondisi tersebut menyebabkan perhatian terhadap kesejahteraan (well-being) guru menjadi sorotan dari banyak kalangan. Dari kelompok kerja yang sebanding, guru memiliki tingkat stres yang lebih besar. Anies Baswedan mengatakan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini belum memberikan apresiasi khusus kepada guru. Apresiasi terhadap guru tidak selalu harus berbicara gaji, namun juga mengenai komponen pengembangan guru itu sendiri (Palupi, 2012). Oleh karena itu, kesejahteraan finansial dan psikologis dari profesi yang menghadapi tekanan yang cukup besar, yaitu guru, menjadi masalah yang sangat penting dan layak diperhatikan (Mabekoje, 2003). Ryff (1989) merumuskan komponen pengembangan pribadi sebagai psychological well-being yang ditandai dengan keadaan dalam diri individu yang dapat mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan, menerima segala kelebihan dan kekurangan, memiliki tujuan hidup dan menemukan kebermaknaan hidup, membangun hubungan positif dengan orang lain, mampu mengatur lingkungan secara efektif sesuai dengan kebutuhannya, serta memiliki kemampuan dalam menentukan tindakan sendiri. Petegem, dkk (2005) menemukan adanya hubungan positif antara jumlah tahun pengalaman mengajar dan kesejahteraan. Guru yang berpengalaman merasa tingkat kesejahteraannya lebih tinggi daripada guru yang kurang pengalaman. Guru yang lebih bahagia, termotivasi membuat siswa merasa lebih bahagia, dan menjadi lebih percaya diri. Selain itu juga dapat berkonsentrasi lebih baik pada pekerjaan mengajar dan dapat
3 3 membantu siswa yang membutuhkan perhatian khusus (Briner & Dewberry, 2007). Menurut Vazi (2013), faktor yang mempengaruhi psychological well-being guru terdiri dari faktor lingkungan yang berkaitan dengan masalah peran dan faktor pribadi yang merupakan faktor paling penting. Faktor pribadi atau faktor yang berasal dari dalam diri individu digambarkan oleh Luthans, Youssef, & Avolio (2007) sebagai psychological capital yang merupakan salah satu gambaran mengenai kekuatan dan kapasitas sumber daya yang ada dalam diri individu itu sendiri. Psychological capital ditandai dengan beberapa hal, yaitu efikasi diri, optimisme, dan harapan. Efikasi diri yaitu kepercayaan diri yang dimiliki individu untuk memilih dan mengerahkan upaya yang diperlukan agar berhasil pada tugastugas yang menantang. Optimisme yaitu atribusi positif yang dibuat individu tentang sukses sekarang dan di masa depan. Harapan yaitu kemampuan untuk tetap tekun menuju tujuan dan bila perlu, mengarahkan cara untuk mencapai tujuan dalam rangka meraih keberhasilan. Keberadaan guru menjadi sorotan utama yang harus mendapat perhatian dengan harapan guru dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Dalam melaksanakan tugasnya, guru harus memiliki kepercayaan diri. Tanpa adanya kepercayaan diri, guru akan merasa tidak mampu dan mengalami kesulitan dalam menjelaskan kepada siswa mengenai materi pelajaran. Dengan demikian, para guru mampu menjadi agen pendidikan yang mampu mendapat perhatian dan memotivasi siswa sehingga dapat mempelajari materi yang diberikan dengan baik. Kepercayaan diri individu untuk memilih dan mengerahkan upaya yang
4 4 diperlukan agar berhasil pada tugas-tugas yang menantang tersebut dirumuskan sebagai efikasi diri (Luthans, Youssef, dan Avolio, 2007). Hasil penelitian dari Sarumpaet dan Alsa (2014) menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki kontribusi terhadap psychological well-being pada guru PNS sebesar 21,7%. Penelitian lain dari Mehdinezhad (2012) menunjukkan bahwa dengan efikasi diri yang dimiliki guru dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Guru yang memiliki kesejahteraan tinggi, juga memiliki keberhasilan yang tinggi. Lebih khusus, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Etemadi, dkk (2015) didapatkan hubungan yang signifikan antara efikasi diri dan psychological well-being guru laki-laki di Sekolah Dasar. Selanjutnya dijelaskan bahwa efikasi diri yang dimiliki oleh guru memiliki dampak penting bagi pendidikan. Elemen lain yang menyusun psychological capital adalah optimisme. Optimisme merupakan suatu cara individu dalam membuat atribusi positif tentang sukses sekarang dan di masa depan. Penelitian yang dilakukan oleh Conversano, dkk (2010) menunjukkan bahwa optimisme memiliki dampak terhadap kesejahteraan dan kualitas hidup. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mittal & Mathur (2011) bahwa optimisme dan kepuasan hidup dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis bagi professional. Oleh karena itu, guru harus merasa yakin bahwa dirinya dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga muncul semangat dan motivasi untuk mencapainya. Guru perlu memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri dan menggunakan pendekatan yang positif untuk mengelola perilaku di kelas. Guru secara umum dapat mendorong
5 5 optimisme siswa dengan memberikan atribusi terkait dengan keberhasilankeberhasilan atau kegagalan-kegagalan yang dialami siswa di kelas (Aulia, 2015). Selain efikasi diri dan optimisme, Luthans, Youssef, & Avolio (2007) mengklasifikasikan harapan sebagai salah satu elemen yang menyusun psychological capital. Harapan didefinisikan sebagai tekun menuju tujuan dan, bila perlu, mengarahkan cara untuk mencapai tujuan dalam rangka meraih keberhasilan. Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, diperlukan usahausaha yang dilakukan. Salah satu bentuk harapan yang diinginkan guru adalah memperoleh kesejahteraan baik subjektif maupun psikologis. Oleh karena itu, secara rutin guru ingin meningkatkan kualitasnya dengan mengikuti berbagai pelatihan, workshop, atau seminar-seminar pengembangan lainnya. Dengan adanya pelatihan, guru dapat meningkatkan kualitasnya dan secara tidak langsung dengan meningkatnya kualitas guru maka mutu sekolah menjadi lebih baik. Apabila mutu sekolah baik, maka sekolah akan berkembang dan kesejahteraan akan meningkat. Hal ini seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Taylor (dalam Snyder, 2000) menunjukkan bahwa harapan mendukung peningkatan evaluasi diri positif dan penguasaan diri serta kesejahteraan fisik maupun psikologis. Ciarrochi, dkk (2007) memberi penguatan bahwa harapan sangat mempengaruhi kesejahteraan individu (well-being). Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar (Fathurrohman & Suryana, 2012). Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan oleh Fathurrohman & Suryana (2012) tersebut
6 6 peneliti melakukan survey pra-penelitian dengan cara observasi dan wawancara di Sekolah Dasar Yayasan Sekolah X Surakarta, yang merupakan sekolah yang didirikan oleh pihak swasta dan berada di bawah naungan yayasan. Yayasan tersebut menaungi empat Sekolah Dasar yang tersebar di berbagai wilayah di Surakarta. Wawancara dilakukan terhadap delapan guru dari berbagai Sekolah Dasar di bawah naungan yayasan tersebut. Dari hasil wawancara sebagian besar guru Sekolah Dasar di Yayasan Sekolah X Surakarta mengaku bahwa apresiasi yang diberikan yayasan dirasa kurang. Apresiasi yang dimaksud adalah apresiasi dalam bentuk pujian, dorongan, perhatian dari kepala sekolah maupun yayasan apabila guru melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan sangat baik atau melakukan hal diluar tugas dan tanggung jawab mereka. Berdasarkan hasil pra-penelitian dapat diketahui bahwa yayasan kurang menunjukan kepedulian terhadap pelaksanaan setiap kegiatan yang dilakukan guru, kurang memotivasi guru untuk mencapai kinerja terbaiknya, dan kurang memberikan penghargaan dan pengakuan kepada guru-guru yang berprestasi dalam melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawab mereka di sekolah. Selain itu, apresiasi lain yang dirasa kurang adalah apresiasi dalam hal finansial. Guru merasa bahwa apresiasi finansial yang mereka peroleh tidak sebanding dengan pekerjaan atau tanggung jawab yang mereka emban. Hal ini dipertegas oleh pengakuan dari salah satu guru bahwa tanggung jawab yang diberikan yayasan dirasa terlalu besar, yaitu dengan memberi tugas untuk mengajar di luar kontrak kerja yang telah disepakati, tetapi perhatian dari yayasan terhadap guru, baik dalam hal pujian, ucapan terimakasih,
7 7 maupun peningkatan pendapatan yang diperoleh dirasa sangat minim/ kurang. Mengenai apresiasi secara finansial, beberapa guru lain yang berhasil diwawancara oleh peneliti membandingkan apresiasi finansial yang diperoleh guru di yayasan lain yang dianggap setara memperoleh apresiasi yang lebih banyak. Kondisi tersebut menjadikan kepercayaan guru terhadap yayasan menjadi berkurang. Disisi lain, guru tidak memiliki daya untuk mengambil keputusan dan kesulitan mengatur lingkungannya. Pengakuan dari beberapa guru di Sekolah Dasar A, B dan D yang berhasil diwawancara oleh peneliti yaitu bahwa siswa yang dianggap bandel atau hiperaktif di kelas cukup menimbulkan kesulitan dalam penanganannya. Selain itu, siswa yang susah belajar atau kurang motivasi dalam belajar cukup membuat guru kewalahan dan merasa putus asa dalam meyakinkan dan memengaruhi siswa dalam belajar. Guru merasa terbebani, sehingga mereka kurang bersemangat dalam melakukan tugas dan tanggungjawab mereka sebagai tenaga pendidik. Efikasi diri pada guru diperlukan dan memiliki potensi untuk menumbuhkan hubungan yang baik dengan siswa. Guru memiliki kewajiban untuk mempengaruhi siswa dalam belajar. Keadaan ini menjelaskan pentingnya keterampilan dalam meyakinkan siswa untuk belajar. Keyakinan bahwa guru mampu melakukan serangkaian tugas akan mempermudah guru untuk tetap berfokus pada tugas dan tanggung jawab mereka sebagai guru. Berdasarkan teori mengenai efikasi diri yang telah dipaparkan, kondisi tersebut memungkinkan adanya efikasi diri yang kurang pada guru.
8 8 Hasil temuan pra-penelitian yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah reaksi guru yang kurang memiliki ekspektasi yang baik terhadap masa depan dalam kehidupannya. Temuan tersebut dipertegas dengan adanya pengakuan dari salah satu guru di Sekolah Dasar D. Dari hasil wawancara, guru menyatakan bahwa selama lebih dari 30 tahun mengajar, peningkatan dalam bentuk finansial dan penghargaan serta pengakuan dari yayasan terhadap guru dengan kinerja optimal dirasa sangat kurang. Guru merasa kurang diperhatikan dan dicukupkan baik secara emosional maupun material. Pemimpin sekolah dan yayasan kurang dalam memberi penghargaan yang layak terhadap guru, terlebih dengan masa pengabdian yang lama. Apa yang dialami dan dirasakan oleh salah satu guru di Sekolah Dasar D, juga dirasakan oleh beberapa guru lain yang diwawancara peneliti. Guru memiliki anggapan bahwa kesejahteraan guru Sekolah Dasar tidak akan pernah berubah. Di yayasan sendiri meskipun secara khusus tidak memberikan wadah untuk mengembangkan potensi pribadi, namun untuk meningkatkan kinerja dalam hal KBM (kegiatan belajar-mengajar), yayasan memberikan sarana bagi semua guru karyawan untuk mengikuti workshop atau seminar yang diadakan setiap awal tahun ajaran baru dimana materi seminar disesuaikan dengan kebutuhan setiap tahunnya. Di sisi lain, guru-guru yang tetap bertahan mengajar di Yayasan Sekolah X Surakarta, bahkan sampai berpuluh-puluh tahun, dapat menunjukkan bahwa guru memiliki harapan terhadap yayasan. Sekalipun sebagian besar guru merasa bahwa yayasan kurang dalam memberikan perhatian dan penghargaan terhadap guru. Hal
9 9 ini didukung oleh wawancara yang dilakukan pada beberapa guru yang mewakili tiap Sekolah Dasar Yayasan Sekolah X Surakarta, dan diperoleh hasil bahwa guru menginginkan Yayasan Sekolah X Surakarta dapat meningkatkan atau setidaknya menyetarakan pendapatan finansial dengan yayasan lain yang setara. Selain itu, guru juga menginginkan adanya perhatian dari yayasan terhadap pelaksanaan setiap kegiatan yang dilakukan guru, adanya semangat memotivasi untuk mencapai kinerja terbaik guru, dan adanya penghargaan dan pengakuan kepada guru-guru yang berprestasi dalam melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawab mereka di sekolah. Efikasi diri, optimisme, dan harapan dapat memprediksi psychological well-being guru. Ketiga hal tersebut merupakan faktor dari dalam diri yang dapat mempengaruhi psychological well-being guru. Tingkat efikasi diri, optimisme, dan harapan berbeda-beda pada diri setiap orang. Oleh sebab itu, efikasi diri, optimisme, dan harapan individu dapat ditingkatkan dengan memperhatikan sumber-sumbernya. Dalam penelitian ini efikasi diri, optimisme, dan harapan diprediksi sebagai faktor yang mempengaruhi psychological well-being guru di Yayasan Sekolah X Surakarta, secara khusus para guru di Sekolah Dasar (SD). Guru yang memiliki efikasi diri, optimisme, dan harapan yang tinggi akan meyakini bahwa kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya akan dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata untuk mengatasi kondisi tidak menyenangkan yang mereka terima. Hal tersebut dapat dijelaskan karena efikasi diri dapat mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan nyata seseorang dalam menghadapi tugas-tugas tertentu dan menentukan ketabahan seseorang ketika
10 10 menemui hambatan. Melalui keyakinan tersebut, guru akan dapat mengatasi tekanan yang terjadi dan menunjukkan tindakan-tindakan nyata untuk mengatasi permasalahan dalam pekerjaan dimana ia bekerja. Optimisme juga dikatakan dapat menimbulkan pengaruh besar terhadap motivasi, prestasi, dan kinerja guru dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan yang ada dalam sekolah tempat guru bekerja. Sedangkan harapan dapat memotivasi guru untuk mencapai sesuatu hal yang diinginkan sekalipun kondisi yang dialami tidak baik. Berdasarkan hasil pra-penelitian, peneliti ingin mengetahui keadaan psychological well-being guru Sekolah Dasar di Yayasan Sekolah X Surakarta yang dihadapkan pada kondisi yang diprediksi dapat menghambat terpenuhinya psychological well-being mereka. Penelitian terhadap psychological well-being guru merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan karena guru sebagai komponen penting dalam dunia pendidikan. Dengan mengetahui tingkat psychological well-being guru, maka dapat dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan dan mempertahankan tingkat psychological well-being guru. Adanya hubungan antara karakter yang ada di dalam diri guru dan kesejahteraan guru (Petegem, dkk., 2005), menunjukkan bahwa karakter yang ada di dalam diri mempengaruhi kesejahteraan guru itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Singh & Garg (2014), menunjukkan bahwa efikasi diri, optimisme, dan harapan memiliki peran yang lebih signifikan terhadap kesejahteraan guru. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai psychological well-being kaitannya dengan efikasi diri, optimisme, harapan, dan resiliensi pada guru. Dengan judul penelitian
11 11 Hubungan antara Efikasi Diri, Optimisme, dan Harapan dengan Psychological Well-being pada Guru Sekolah Dasar di Yayasan Sekolah X Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dilakukan atas dasar pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara efikasi diri, optimisme, dan harapan dengan psychological well-being pada guru Sekolah Dasar di Yayasan Sekolah X Surakarta? 2. Apakah terdapat hubungan antara efikasi diri dengan psychological wellbeing pada guru Sekolah Dasar di Yayasan Sekolah X Surakarta? 3. Apakah terdapat hubungan antara optimisme dengan psychological wellbeing pada guru Sekolah Dasar di Yayasan Sekolah X Surakarta? 4. Apakah terdapat hubungan antara harapan dengan psychological wellbeing pada guru Sekolah Dasar di Yayasan Sekolah X Surakarta? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri, optimisme, dan harapan dengan psychological well-being pada guru Sekolah Dasar di Yayasan Sekolah X Surakarta.
12 12 b. Untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan psychological wellbeing pada guru Sekolah Dasar di Yayasan Sekolah X Surakarta. c. Untuk mengetahui hubungan antara optimisme dengan psychological wellbeing pada guru Sekolah Dasar di Yayasan Sekolah X Surakarta. d. Untuk mengetahui hubungan antara harapan dengan psychological wellbeing pada guru Sekolah Dasar di Yayasan Sekolah X Surakarta. 2. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wacana dalam ilmu psikologi pada umumnya, khususnya di bidang Psikologi Pendidikan serta Psikologi Industri dan Organisasi. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah kasanah keilmuan tentang efikasi diri, optimisme, dan harapan dengan psychological well-being, serta dapat digunakan sebagai pedoman untuk penelitian selanjutnya. b. Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1) Memberikan pengertian kepada para pekerja pada umumnya dan guru pada khususnya tentang pentingnya efikasi diri, optimisme, dan harapan di tempat kerja. 2) Memberikan masukan kepada Instansi Pendidikan terkait untuk meningkatkan efikasi diri, optimisme, dan harapan guru sebagai salah satu strategi dalam meningkatkan psychological well-being.
BAB II LANDASAN TEORI. A. Psychological Well-Being. kehidupan berjalan dengan baik. Keadaan tersebut merupakan kombinasi dari
BAB II LANDASAN TEORI A. Psychological Well-Being 1. Pengertian Psychological Well-being Huppert mendefinisikan psychological well-being sebagai keadaan kehidupan berjalan dengan baik. Keadaan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subjective well-being merupakan sejauh mana individu mengevaluasi kehidupan yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Terdapat berbagai macam pekerjaan dan profesi yang dipilih seseorang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat berbagai macam pekerjaan dan profesi yang dipilih seseorang untuk mendapatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu pekerjaan atau profesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka pengangguran terbuka yang cukup tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hingga bulan Agustus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gaji tinggi dan sistem kerja yang mudah, profesi ini dicita-citakan banyak orang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia sangatlah banyak seseorang yang berminat menjadi guru, dengan gaji tinggi dan sistem kerja yang mudah, profesi ini dicita-citakan banyak orang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pegawai negeri sipil merupakan salah satu organ penting bagi eksistensi suatu negara, keberadaan pegawai negeri sipil selain sebagai dari eksekutif juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara menyeluruh. Berbicara masalah bisnis tentu tidak lepas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan pasar global berdampak pada perkembangan bisnis dan ekonomi secara menyeluruh. Berbicara masalah bisnis tentu tidak lepas dari aktivitas produksi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilandasi kesetian dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar. meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat haruslah menyelenggarakan pelayanan secara adil
Lebih terperinciPERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi
PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi karena dapat berpengaruh terhadap kinerja dan tingkat turnover
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan psikologis karyawan merupakan hal yang penting bagi organisasi karena dapat berpengaruh terhadap kinerja dan tingkat turnover karyawan (Page & Vella-Brodick,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan partisipasi wanita dalam dunia kerja telah menjadi fenomena yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1
HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : NURUL KUSUMA WARDHANI F 100 030 219
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2014), terlebih bagi individu yang sudah bekerja dan hanya memiliki latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya tingkat persaingan dalam dunia pekerjaan, menuntut individu untuk mengejar pendidikan hingga tingkat yang lebih tinggi (Utami & Kusdiyanti, 2014), terlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru dalam pendidikan memiliki peranan utama untuk menciptakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru dalam pendidikan memiliki peranan utama untuk menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan, dan dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi banyak istri yang bekerja juga. Wanita yang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Temuan dan ulasan yang telah disajikan dalam Bab IV, berkenaan dengan
231 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Temuan dan ulasan yang telah disajikan dalam Bab IV, berkenaan dengan siklus karir dan isu yang dihadapi ketiga mantan pemain sepakbola generasi tahun 1960-an,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepala keluarga memiliki peran sangat penting dalam kehidupan berumah tangga, selain dituntut untuk memberikan nafkah, perlindungan fisik yang efektif dan dukungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan tempat sekumpulan individu melakukan suatu aktivitas kerja. Aktivitas tersebut terdapat di dalam perusahaan atau organisasi. Pada zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai wujud aplikasi UUD 1945 Bab XIV tentang Kesejahteraan Sosial dan implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagaimana diatur oleh Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan salah satunya melalui pembentukan komunikasi yang baik pula dalam. tanggung jawab, dan antusiasme para karyawan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi yang terjadi di internal Perusahaan merupakan komunikasi organisasi. Organisasi terdiri dari individu dan kelompok yang mempunyai karakteristik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah memegang manajemen penyelenggaraan, sehingga kepala
Lebih terperinciNAMA :ANDI SUBANDRIYO NIM. :Q
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI, DAN TINGKAT PENGHASILAN GURU TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU DI SD SEGUGUS MAJAPAHIT KECAMATAN KARTASURA T E S I S Disusun Oleh: NAMA :ANDI SUBANDRIYO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah sakit). Menurut SK Menteri Kesehatan RI.No.983/Menkes/SK/XI/1992
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara penuh yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia ingin hidup bahagia dunia dan akhirat. Manusia harus melakukan suatu usaha untuk mendapatkan kebahagiaan. Usaha yang dilakukan antara individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan atau biasa disebut dengan stres, stres bisa hadir dalam keluarga, lingkungan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perguruan tinggi tahun pertama harus bersiap menghadapi dunia baru yaitu dunia perkuliahan yang tentu saja berbeda jauh dengan kultur dan sistem pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara maju. Setiap organisasi pemerintah dituntut untuk dapat mengoptimalkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari suatu organisasi pemerintah adalah menjalankan kebijakan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia agar dapat bersaing dengan negara maju. Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalansecara berkesinambungan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam berjalannya suatu perusahaan untuk mencapai visi, misi, strategi serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia merupakan makhluk sosial, karena manusia tidak dapat menjalani hidupnya secara sendirian. Manusia hidup bersama manusia lainnya, baik demi keberlangsungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas anak didik yang merupakan pemilik masa depan sangat ditentukan oleh perlakuan kita terhadap mereka saat ini. Maju mundurnya suatu bangsa di masa depan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar adalah guru. Bagaimana pun peranan guru tidak bisa digantikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru yang disebut juga pendidik merupakan tenaga profesional yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru yang disebut juga pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Safitri Hamzah, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi berkepentingan dalam hal pencapaian tujuan dari organisasi. Pencapaian tujuan ini tentu saja membutuhkan kinerja terbaik yang mampu dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kumpulan resources yang tidak berguna. Selain itu, sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan sumber daya yang paling penting dan menentukan dalam arah dan perubahan organisasi. Tanpa manusia sebagai penggeraknya, organisasi menjadi kumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi core business-nya. Prestasi organisasi tersebut tidak melebihi prestasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, kemajuan suatu organisasi sangat bergantung pada upaya organisasi tersebut bekerja sama dengan organisasiorganisasi lain baik didalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHUUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Berbagai
BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan esensi kehidupan manusia yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berkiprah dalam dunia kerja adalah sarjana ekonomi, khususnya dari jurusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha memberikan lapangan kerja yang beragam bagi angkatan kerja. Salah satu angkatan kerja yang ada di Indonesia adalah sarjana, yaitu tenaga
Lebih terperinciPERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.
PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan luas, namun tidak cukup sebatas berpengetahuan luas saja,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Mahasiswa harus mempunyai pengetahuan luas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini sudah tidak asing lagi bagi seluruh lapisan masyarakat,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan saat ini sudah tidak asing lagi bagi seluruh lapisan masyarakat, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Hal ini terlihat dari peningkatan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek kehidupan, salah satunya persaingan di dunia usaha terlebih usaha dalam bidang
Lebih terperinciUNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI Kontribusi Psychological Capital terhadap Organizational Citizenship Behavior pada Guru Sekolah Negeri Disusun Oleh : Nicholas Jahja - 16513410 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, analisis data dan pembahasan yang dipaparkan pada bab terdahulu, maka kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini makin banyak organisasi menghadapi suatu lingkungan yang dinamis dan berubah yang selanjutnya menuntut agar organisasi itu menyesuaikan diri (Sunarto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tujuan suatu bangsa untuk memberdayakan semua warga negaranya agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan yang harus dihadapi oleh manajemen sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka menghadapi perubahan dan persaingan bisnis yang semakin ketat antar perusahaan, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan profesionalisme. Pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance),
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber Daya Manusia (SDM) sering merupakan salah satu sorotan yang paling tajam dalam pelaksanaan pemerintahan, menyangkut kesiapan, jumlah pegawai, pendidikan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk
Lebih terperinciSKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi
PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA KARYAWAN TETAP DENGAN KARYAWAN KONTRAK SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Bayu
Lebih terperinciA. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA
A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keunggulan pendidikan bukan terletak, pada kurikulum dan proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keunggulan pendidikan bukan terletak, pada kurikulum dan proses pendidikannya saja, tetapi juga pada kepemimpinan kepala sekolah, kecakapan tenaga administrasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI, POLA KEPEMIMPINAN, KONFLIK PERAN, DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PENGARUH MOTIVASI, POLA KEPEMIMPINAN, KONFLIK PERAN, DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Survey Pada Perum Jasa Tirta I Surakarta Direktorat Pengelolaan Sungai Bengawan Solo) SKRIPSI Diajukan Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia, sementara dengan semakin meningkatnya biaya hidup dengan tingkat penawaran kerja yang tergolong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Di dalam dunia kerja, seseorang dituntut untuk mampu dalam beradaptasi, baik untuk bekerja secara individu maupun tim, menambah nilai perusahaan, dan bahkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja, kesempatan untuk
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, dunia usaha dan masyarakat telah menjadi semakin kompleks sehingga menuntut adanya perkembangan berbagai disiplin ilmu termasuk akuntansi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Malasah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malasah Sudah umum diakui bahwa karyawan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam kehidupan perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus memberikan fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi karyawan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan unjuk kerjanya, karyawan mendapatkan imbalan yang berdampak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan
Lebih terperinciDiajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS ANGKATAN 2007 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya non manusia sebagai alat penunjang terselesainya kegiatan perusahaan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri dari beberapa kumpulan individu, dimana mereka saling bekerja sama satu sama lain dan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran menjadi permasalahan di Indonesia. Pengangguran terjadi karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja merupakan tuntutan hidup bagi seseorang. Harter, Schmidt dan Keyes (2003) mengatakan bahwa pekerjaan merupakan bagian yang signifikan dalam hidup individu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Bengkulu (UNIB) merupakan salah satu perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Bengkulu (UNIB) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) yang saat ini memiliki 7 Fakultas, Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Hukum (FH),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia(sdm). Oleh karenanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi seperti sekarang ini satu hal yang dijadikan tolak ukur keberhasilan perusahaan adalah kualitas manusia dalam bekerja, hal ini didukung oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan suatu organisasi, khususnya di bidang bisnis. Sumber Daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen Sumber Daya Manusia bukanlah sesuatu yang baru di lingkungan suatu organisasi, khususnya di bidang bisnis. Sumber Daya Manusia adalah potensi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, pelayanan keperawatan mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu jaringan pelayanan kesehatan memiliki peran strategis dalam penyediaan dan pengembangan sumber daya kesehatan yang diharapakan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan Indonesia dibuat heboh. Hal tersebut bukan disebabkan kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan perangkat sosial yang terdiri dari faktor-faktor manusia dan fisik. Sumber daya manusia merupakan faktor sentral dalam pengelolaan suatu organisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hidup ini memang penuh dengan aneka pilihan. Tetapi menentukan atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hidup ini memang penuh dengan aneka pilihan. Tetapi menentukan atau memilih karir bukanlah keputusan yang main-main. Memilih karir tidak sama dengan memilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjalankan sistem pendidikan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjalankan sistem pendidikan di Indonesia. Karena tanpa adanya manajemen dalam instansi pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik menuju kedewasaan. 1 Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia senantiasa mendambakan kehidupan yang bahagia. Mencari kebahagiaan dapat dikatakan sebagai fitrah murni setiap manusia. Tidak memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang ini, semakin banyak individu yang menempuh pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi (PT) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga dengan fungsi strategis dalam bidang kehakiman dan peradilan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahkamah Agung sebagai organisasi pelayanan publik dalam bidang peradilan bertujuan untuk menegakkan keadilan dalam masyarakat, hal ini diatur berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pengetahuan yang dimilikinya manusia dapat menjadi insan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan sangatlah penting dan bermakna bagi manusia. Dimana dengan pengetahuan yang dimilikinya manusia dapat menjadi insan yang berkualitas baik secara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri
BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini kualitas pendidikan bangsa Indonesia intens diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat maupun pihak pengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Perilaku menyontek merupakan fenomena yang sudah lama ada dalam dunia pendidikan. Masalah menyontek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gadis Novianita,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak ada seorang manusia pun yang menginginkan hidupnya berada dalam tekanan, kesulitan, dan tidak bahagia, karena pada kenyataannya setiap manusia ingin selalu merasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sebagai suatu wadah dalam menyiapkan generasi bangsa yang mempunyai kemampuan
Lebih terperinci