KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN LANGKA DAN SEBARANNYA DI KAMPUS IPB DARMAGA BETI SEPTIANA DARSONO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN LANGKA DAN SEBARANNYA DI KAMPUS IPB DARMAGA BETI SEPTIANA DARSONO"

Transkripsi

1 KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN LANGKA DAN SEBARANNYA DI KAMPUS IPB DARMAGA BETI SEPTIANA DARSONO DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Langka dan Sebarannya di Kampus IPB Darmaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Beti Septiana Darsono NIM E

4 ABSTRAK BETI SEPTIANA DARSONO. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Langka dan Sebarannya di Kampus IPB Darmaga. Dibimbing oleh ERVIZAL AM ZUHUD dan AGUS HIKMAT. Beragamnya tutupan vegetasi yang ada di Kampus IPB Darmaga menjadikan kampus ini memiliki tumbuhan yang beragam baik itu tumbuh alami atau liar. Beberapa tumbuhan tersebut merupakan jenis-jenis tumbuhan langka yang dapat dijadikan sebagai media pendidikan konservasi. Namun demikian belum ada penelitian mengenai spesies tumbuhan langka dan sebarannya di Kampus IPB Darmaga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan langka dan sebarannya di Kampus IPB Darmaga serta mendokumentasikan sejarah asal usulnya. Berdasarkan hasil penelitian, teridentifikasi 30 spesies tumbuhan langka dari 18 famili, yang didominasi Dipterocarpaceae. Spesies tumbuhan langka didominasi oleh habitus pohon dan tersebar di seluruh Kampus IPB Darmaga, namun paling banyak teridentifikasi di kompleks Fakultas Kehutanan. Tumbuhan tersebut paling banyak ditanam oleh dosen dan alumni Fakultas Kehutanan IPB dengan tujuan koleksi dan sebagai media belajar mahasiswa. Kata kunci: kampus IPB Darmaga, pendidikan konservasi, spesies tumbuhan langka ABSTRACT BETI SEPTIANA DARSONO. The Diversity and Distribution of Rare Plants Species in IPB Darmaga Campus. Supervised by ERVIZAL AM ZUHUD and AGUS HIKMAT. Various vegetation cover in IPB Darmaga Campus makes this place has plenty kinds of plants including naturally and wildly grown plants. Some of the plants are included as rare plants species. The rare plants species are potential to be utilized as media for conservation education. However, there s no research yet about those rare plants and its distribution in IPB Darmaga Campus. The purpose of this research was to identify, determine the distribution, and document the history of rare plants species in IPB Darmaga Campus. Based on this research, there were 30 rare plants species from 18 families. Dipterocarpaceae was recorded as the dominating family. These rare plants species were dominated by tree habitus and were distributed in the whole area of IPB Darmaga, but mostly found in Faculty of Forestry area. These species were mostly planted by lecturers and alumni of Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University (IPB). The purpose is for collection and student learning media. Keywords: conservation education, IPB Darmaga Campus, rare plants species

5 KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN LANGKA DAN SEBARANNYA DI KAMPUS IPB DARMAGA BETI SEPTIANA DARSONO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

6

7 Judul Skripsi : Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Langka dan Sebarannya di Kampus IPB Darmaga Nama : Beti Septiana Darsono NIM : E Disetujui oleh Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS Pembimbing I Dr Ir Agus Hikmat, MScF Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8

9 PRAKATA Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Langka dan Sebarannya di Kampus IPB Darmaga berhasil dilaksanakan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS dan Dr Ir Agus Hikmat, MScF selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan saran dan arahan selama penelitian. Ucapan terima kasih kepada Ventie Angelia, Nova Dwi Indriyana, Siti Nurhalimah, Lyan Lavista, Asep Badru Tamam, Dendi Giovana, Eko Hartanto, Anxious Yoga, Mulyadi, Yusuf Muhammad, Dimaz Danang Al Reza, Wida Agustina yang telah membantu penulis selama mengambil data penelitian, keluarga besar DKSHE, HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati Flora (KPF), Nepenthes rafflesiana 47, dan seluruh sahabat-sahabat atas bantuan serta doanya. Tak lupa terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang telah memberikan doa dan motivasinya selama menempuh pendidikan Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2015 Beti Septiana Darsono

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 Manfaat 1 METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Alat 2 Objek Penelitian 2 Jenis Data yang Dikumpulkan 2 Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5 Spesies Tumbuhan Langka 6 Sebaran Spesies Tumbuhan Langka 38 Motivasi Penanaman Spesies Tumbuhan Langka 40 Konsep Pengelolaan Spesies Tumbuhan Langka 41 SIMPULAN DAN SARAN 42 Simpulan 42 Saran 42 DAFTAR PUSTAKA 43 LAMPIRAN 48

11 DAFTAR TABEL 1 Jenis dan metode pengumpulan data 2 2 Spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga 6 3 Persentase spesies tumbuhan langka berdasarkan famili 7 4 Persentase spesies tumbuhan langka berdasarkan habitusnya 7 5 Spesies tumbuhan langka yang ditemukan di 5 lokai pengamatan 39 DAFTAR GAMBAR 1 Peta lokasi penelitian 3 2 Persentase bagian tumbuhan langka yang dimanfaatkan 8 3 Damar (Agathis dammara (Lamb.) Rich.) 9 4 Pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br 10 5 Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) 11 6 Akar kuning (Arcangelisia flava Merr.) 12 7 Saninten (Castanopsis trisperma Scheff.) 13 8 Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.) 14 9 Eboni (Diospyros celebica Bakh.) Palahlar gunung (Dipterocarpus retusus Blume.) Kapur tanduk (Dryobalanops lanceolata Burck.) Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn.) Merawan (Hopea odorata Roxb.) Merbau (Intsia bijuga Kuntze.) Buah merah (Pandanus conoideus de Vriese.) Picung (Pangium edule Reinw.) Kedawung (Parkia timoriana Merr.) Kayu kuku (Pericopsis mooniana Thwaites.) Pule pandak (Rauvolfia serpentina Bent ex Kurz.) Cendana (Santalum album L.) Kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.) Meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.) Tengkawang layar (Shorea mecistopteyx Ridl.) Tengkawang telur (Shorea pinanga Scheff.) Kayu bapa (Shorea selanica Blume.) Tengkawang air (Shorea seminis Slooten.) Tengkawang tungkul (Shorea stenoptera Burck.) Burahol (Stelechocarpus burahol Hook.f. & Thomson.) Kepuh (Sterculia foetida L.) Kemenyan (Styrax benzoin Dryand.) Tetrastigma leuchosthaphyllum Planch Persentase sejarah penanaman spesies tumbuhan langka berdasarkan orang yang menanam 40

12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Sebaran spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga 48 2 Peta sebaran spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga 49 3 Sejarah spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga 50

13

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kampus IPB Darmaga memiliki beragam tumbuhan, baik itu tumbuh secara alami maupun hasil penanaman. Tercatat sebanyak 232 spesies tumbuhan dari 75 famili yang ada di kampus IPB Darmaga (Suryadi 2007). Vegetasi yang ada saat ini tidak hanya terdiri dari spesies asli kampus IPB Darmaga saja, tetapi beberapa diantaranya merupakan hasil introduksi. Adanya spesies-spesies introduksi tersebut tidak lepas dari pembangunan taman-taman dan arboretum-arboretum yang berfungsi sebagai kebun percobaan untuk kegiatan belajar mengajar di Kampus IPB Darmaga. Arboretum merupakan suatu upaya nyata kegiatan konservasi eksitu. Melihat keanekaragaman hayati yang ada, Kampus IPB Darmaga telah mendeklarasikan sebagai kampus biodiversitas pada tanggal 22 Mei Kampus IPB Darmaga sebagai kampus biodiversitas merupakan sarana untuk melakukan pendidikan konservasi, salah satunya pendidikan konservasi tumbuhan langka Indonesia. Namun demikian belum ada penelitian spesifik dan menyeluruh tentang spesies tumbuhan langka dan sebarannya di kampus IPB Darmaga. Selain itu, sejarah asal usul spesies tumbuhan langka tidak terdokumentasi dengan baik. Pengetahuan mengenai sejarah asal usul akan meningkatkan makna dan nilai spesies tumbuhan langka. Spesies tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB Darmaga tidak hanya ditanam begitu saja, namun ada suatu tujuan tertentu. Orang yang menanam juga pasti mempunyai tujuan tersendiri. Adanya dokumentasi mengenai sejarah spesies tumbuhan langka menjadikan civitas akademika Kampus IPB Darmaga menjaga keberadaannya, karena setiap spesies tumbuhan langka mempunyai cerita atau sejarah asal usul masing-masing. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai spesies tumbuhan langka tersebut. Tujuan Penelitian bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga 2. Memetakan sebaran spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga 3. Mendokumentasikan sejarah asal usul spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga Manfaat Hasil penelitian sebagai data dasar dalam pengelolaan keanekaragaman flora dalam upaya penyelenggaraan kampus biodiversitas. Dokumentasi mengenai sejarah asal usul tumbuhan langka akan meningkatkan makna dan nilai spesies tumbuhan langka tersebut, sehingga civitas akademika akan menjaga kelangsungan hidup spesies tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB Darmaga.

15 2 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kampus IPB Darmaga Bogor, yaitu di Hutan Cikabayan, kompleks perumahan dosen, tegakan sekitar Asrama Silvalestari, tegakan sekitar Asrama Putra TPB IPB, Hutan Al Hurriyah, tegakan belakang Asrama Putri TPB IPB, kompleks Fakultas Kehutanan, tegakan sekitar Situ LSI, Taman Rektorat, Arboretum Lanskap, Arboretum Hutan Tropika, dan Arboretum Bambu. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu bulan Juni sampai Juli Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Perlengkapan observasi lapang: GPS untuk penandaan lokasi tumbuhan langka, kamera untuk mendokumentasikan tumbuhan langka yang ditemukan, field guide untuk identifikasi spesies tumbuhan, dan alat tulis. 2. Perlengkapan wawancara: panduan wawancara, alat tulis, perekam, dan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan wawancara. 3. Perlengkapan kajian literatur: komputer, jaringan internet, dan text book. Obyek Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan langka yang terdapat di seluruh kawasan Kampus IPB Darmaga. Jenis Data yang Dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan meliputi spesies tumbuhan langka dan kondisi umum lokasi penelitian. Jenis dan metode pengumpulan data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data No. Jenis Data Uraian Sumber Data 1. Spesies 1. Jumlah individu Kampus tumbuhan 2. Nama ilmiah IPB langka 3. Habitus Darmaga 4. Status kelangkaan 5. Manfaat 6. Sebaran 7. Sejarah asal usul 2. Kondisi umum lokasi penelitian tanaman 1. Letak dan luas 2. Kondisi fisik dan biotik Pustaka Metode Observasi lapang, wawancara dan studi pustaka Studi pustaka

16 3 3Gambar 1 Peta lokasi penelitian

17 4 Wawancara Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang mengetahui sejarah penanaman spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga. Wawancara dilakukan secara snowball. Penentuan narasumber dimulai dari informan kunci yang dianggap mengetahui sejarah tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB Darmaga. Informan kunci tersebut nantinya dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang adanya individu lain yang juga mengetahui sejarah spesies tumbuhan langka yang ada di kampus IPB Darmaga. Studi pustaka Data mengenai kondisi umum lokasi penelitian (letak, luas, kondisi fisik dan biotik) didapatkan dengan cara studi pustaka dari instansi dan hasil penelitian orang lain. Selain itu data penunjang seperti bioekologi, kegunaan, dan status kelangkaan spesies tumbuhan langka juga didapatkan dengan studi pustaka. Analisis Data Spesies tumbuhan langka Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Persentase famili dan habitus dihitung menggunakan persamaan berikut (Metananda 2012): spesies famili tertentu Persentase famili tertentu= spesies semua famili x100% Persentase habitus tertentu= spesies habitus tertentu x100% seluruh spesies Status kelangkaan Status kelangkaan dan atau perlindungan spesies tumbuhan diperoleh dari Website IUCN ( CITES ( seri panduan lapang tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001), dokumen peraturan perundangundangan pemerintah Indonesia (Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999) tentang pengawetan spesies tumbuhan dan satwa serta jurnal penelitian. Manfaat Manfaat spesies tumbuhan langka dianalisis secara deskriptif setelah melakukan studi literatur. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dikelompokkan menjadi batang, daun, akar, buah, biji, kulit kayu, bunga, dan umbi. Persentase bagian yang dimanfaatkan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Fakhrozi 2009): Persentase bagian tertentu yang digunakan= bagian tertentu seluruh bagian x100%

18 Sejarah asal usul spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga Sejarah asal usul spesies tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB Darmaga dianalisis secara deskriptif 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak dan luas Secara administrasi Kampus IPB Darmaga masuk dalam wilayah Desa Babakan Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kampus IPB Darmaga terletak antara 6 30 sampai 6 45 LS dan sampai BT (Balen et al diacu dalam Kurnia 2003). Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Ciapus dan Sungai Cisadane. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Raya Bogor Jasinga, sedangkan untuk sebelah timur dan barat masing-masing dibatasi oleh Desa Babakan dan Sungai Cihideung. Kampus IPB Darmaga memiliki luasan sekitar ha (Balen et al diacu dalam Kurnia 2003). Topografi, iklim dan jenis tanah Kampus IPB Darmaga memiliki topografi yang bervariasi mulai dari datar hingga bergelombang. Topografi datar berada di sebelah timur dan selatan, sedangkan topografi bergelombang dengan kemiringan tanah sekitar 0 5% berada di seblah utara (Songko 2002). Kampus ini berada pada ketinggian m dpl. Hari hujan sebanyak 187 per tahun dengan kelembapan nisbi per tahun sekitar 88%. Menurut klasifikasi iklim Schmid Ferguson, Kampus IPB Darmaga masuk dalam tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata tahunan 3500 mm per tahun. Jenis tanah yang ada di Kampus IPB Darmaga adalah latosol dengan tekstur sedang dengan ph tanah agak asam (Suciasti 2004). Kondisi flora dan fauna Flora dan fauna yang terdapat di Kampus IPB Darmaga cukup beragam. Hal ini dipengaruhi beragamnya tipe vegetasi mulai vegetasi semak berumput, tegakan karet, pinus, hutan campuran, arboretum bambu dan taman. Beberapa spesies tumbuhan dari habitus pohon yang dominan, yaitu sengon, karet, dan gmelina. Tumbuhan bawah dan rerumputan juga tersebar di seluruh kawasan Kampus IPB Darmaga. Berdasarkan penelitian Suryadi (2012) teridentifikasi sedikitnya 232 spesies tumbuhan dari 73 famili. Hernowo et al. (1991) mencatat 12 spesies mamalia, 68 spesies burung, 37 spesies reptil, dan 4 spesies ikan. Spesies fauna yang biasanya mudah ditemukan di sekitar areal kampus diantaranya: kutilang, koak malam kelabu, betet biasa, bajing kelapa, dan monyet ekor panjang.

19 6 Spesies Tumbuhan Langka Spesies tumbuhan langka yang ditemukan di Kampus IPB Darmaga berjumlah 30 spesies. Daftar spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga No. Nama Spesies Famili Habitus 1 Agathis dammara (Lamb) Rich. 1 Araucariaceae Pohon 2 Alstonia scholaris (L.) R.Br. 4 Apocynaceae Pohon 3 Aquilaria malaccensis Lam. 1, 2, 4 Thymelaeaceae Pohon 4 Arcangelisia flava Merr. 4 Menispermaceae Liana 5 Castanopsis trisperma Scheff. 5 Fagaceae Pohon 6 Dalbergia latifolia Roxb. 1 Fabaceae Pohon 7 Diospyros celebica Bakh. 1, 2, 4 Ebenaceae Pohon 8 Dipterocarpus retusus Blume. 1 Dipterocarpaceae Pohon 9 Dryobalanops lanceolata Burck. 1 Dipterocarpaceae Pohon 10 Eurycoma longifolia Jack. 6 Simaroubaceae Pohon 11 Eusideroxylon zwageri Teijsm & Lauraceae Pohon Binn. 1, 4 12 Hopea odorata Roxb. 1 Dipterocarpaceae Pohon 13 Intsia bijuga Kuntze. 1,4 Fabaceae Pohon 14 Pandanus conoideus de Vriese. 4 Pandanaceae Perdu 15 Pangium edule Reinw. 7 Flacourtiaceae Pohon 16 Parkia timoriana Merr. 4 Fabaceae Pohon 17 Pericopsis mooniana Thwaites. 1,4 Fabaceae Pohon 18 Rauvolfia serpentina Apocynaceae Perdu Benth. Ex Kurz. 2, 4 19 Santalum album L. 1 Santalaceae Pohon 20 Scorodocarpus borneensis Becc. 4 Olacaceae Pohon 21 Shorea leprosula Miq. 1 Dipterocarpaceae Pohon 22 Shorea mecistopteryx Ridl. 3 Dipterocarpaceae Pohon 23 Shorea pinanga Scheff. 3 Dipterocarpaceae Pohon 24 Shorea selanica Blume. 1 Dipterocarpaceae Pohon 25 Shorea seminis Slooten. 1, 3 Dipterocarpaceae Pohon 26 Shorea stenoptera Burck. 1, 3 Dipterocarpaceae Pohon 27 Stelechocarpus burahol Annonaceae Pohon Hook.f.&Thomson Sterculia foetida L. 8 Sterculiaceae Pohon 29 Styrax benzoin Dryand. 4 Styracaceae Pohon 30 Tetrastigma leucosthaphyllum Planch. Vitaceae Liana Keterangan: 1). IUCN (2014), 2). CITES (2014), 3). PP 07/1999, 4).LIPI (2001), 5).ITTO (2000), 6).Tjahyana dan Wowon (2010), 7). Partomihardjo dan Rugayah (1989); Heriyanto dan Subiandono (2008), 8). Yuniastuti et al. (2009)

20 Spesies tumbuhan langka yang ditemukan terdiri dari 18 famili (Tabel 3). Dipterocarpaceae merupakan famili yang mempunyai jumlah spesies paling tinggi dibandingkan dengan spesies yang lainnya. Diptercocarpaceae merupakan pohonpohon penghasil kayu utama dari hutan tropis Indonesia bagian barat, Malaysia, Brunei dan Filipina. Spesies ini bahkan menyebar hingga Irian Jaya dan Papua Nugini (Newman et al. 1999). Budiharta et al. (2011) menyatakan bahwa populasi Dipterocarpaceae terancam karena beberapa spesiesnya termasuk endemik, misalnya Upuna borneensis. Selain itu spesies ini juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga terjadi overexploited (penebangan berlebih). Tabel 3 Persentase spesies tumbuhan langka berdasarkan famili No. Famili Jumlah Persentase (spesies) (%) 1 Dipterocarpaceae Fabaceae Apocynaceae Famili lain (Annonaceae, Ebenaceae,Lauraceae, Menispermaceae, Olacaceae, Pandanaceae, Styracaceae, Thymelaeaceae, Araucariaceae, Flacourticaceae, Fagaceae, Simaroubaceae, Vitaceae, Santalaceae, Sterculiaceae) Jumlah Beberapa spesies dari famili Dipterocarpaceae merupakan kayu perdagangan utama, terutama spesies meranti, mersawa, keruing dan kapur (Newman et al. 1999). Bagian yang dimanfaatkan tidak hanya kayu, namun damar atau oleo-resin yang dikeluarkan oleh batang spesies ini juga bernilai ekonomi. Hal ini mengakibatkan pohon dari suku Dipterocarpaceae banyak dieksploitasi oleh masyarakat. Berdasarkan habitusnya, tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB Darmaga terdiri dari tiga habitus, yakni pohon, perdu dan liana. Pohon merupakan habitus yang mendominasi. Persentase tumbuhan langka berdasarkan habitusnya dapat dilihat pada Tabel 4. Pohon merupakan habitus tumbuhan langka yang paling banyak ditemukan di Kampus IPB Darmaga. Hal ini dikarenakan banyak orang memanfaatkan kayu yang berasal dari batang pohon. Penebangan pohon terutama spesies komersil untuk diambil kayunya menjadikan tumbuhan tersebut langka. Tabel 4 Persentase spesies tumbuhan langka berdasarkan habitusnya No. Habitus Tumbuhan Jumlah (spesies) Persentase (%) 1 Liana Perdu Pohon Jumlah Masyarakat Indonesia umumnya menggunakan bagian tumbuhan langka yang terdiri atas enam bagian bagian yakni akar, batang, buah, daun, kulit buah, dan kulit kayu. Selain itu resin yang dikeluarkan oleh beberapa spesies tumbuhan 7

21 8 langka juga dimanfaatkan oleh masyarakat. Karena spesies tumbuhan langka yang ditemukan merupakan spesies komersil, maka bagian paling banyak dimanfaatkan yaitu batang (40%). Tumbuhan yang dimanfaatkan batangnya berasal dari habitus pohon. Umumnya kayunya dimanfaatkan untuk bahan konstruksi. Contoh spesies tumbuhan langka yang dimanfaatkan batangnya yaitu Shorea spp. Agathis dammara (Lamb.) Rich., Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn., dan Diospyros celebica Bakh. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan selanjutnya oleh masyarakat Indonesia, yaitu biji dengan persentase 14%. Spesies yang dimanfaatkan bijinya misalnya kedawung (Parkia timoriana Merr.) dan spesiesspesies Shorea spp. Buah kedawung diambil bijinya sebagai obat. Biji dari spesies Shorea spp. diambil dan dikeringkan untuk kemudian diolah lebih lanjut hingga menjadi minyak tengkawang yang bernilai ekonomi tinggi. Biji tengkawang kering juga dapat langsung dipasarkan. Persentase bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dapat dilihat pada Gambar 2. Kulit buah 2% Biji 14% Resin 5% Getah 3% Akar 8% Kulit kayu 12% Batang 40% Daun 9% Gambar 2 Persentase bagian tumbuhan langka yang dimanfaatkan Berikut adalah penjelasan dari masing-masing spesies tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB Darmaga: 1. Agathis dammara (Lamb) Rich. Buah 7% Deskripsi singkat Agathis atau damar merupakan salah satu spesies pohon yang termasuk dalam famili Araucariaceae. Tumbuhan ini tersebar alami di Papua New Guinea, New Britain, Indonesia, Filipina dan Malaya. Spesies ini umumnya tumbuh pada dataran tinggi ( m dpl dengan curah hujan mm/tahun (Nurhasybi dan Sudrajat 2001). Curah hujan di Kampus IPB Darmaga berada pada rentang mm/tahun sehingga pohon ini dapat tumbuh dengan baik di lingkungan kampus. Kayu agathis termasuk kedalam kayu dengan spesies agak kuat namun tidak awet dan tidak tahan terhadap pembusukan. Resin yang dihasilkan dari bagian dalam kulit kayu merupakan bagian penting dalam pembuatan pelitur (Nurhasybi dan Sudrajat 2001).

22 Status kelangkaan Agathis dammara (Lamb.) Rich masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014). Sejarah penanaman Pohon damar yang ada di Taman Rektorat bibitnya diketahui berasal dari Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Selain di Taman Rektorat, pohon damar juga ditemukan di Arboretum Lanskap. Pohon damar yang ada di Arboretum Lanskap ditanam oleh alumni Fakultas Kehutanan IPB pada tahun Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Damar ditemukan hampir ditemukan di seluruh lokasi pengamatan, namun paling banyak ditemukan di Taman Rektorat. Salah satu contoh koordinat di Taman Rektorat, yaitu LS dan BT. 9 Gambar 3 Damar (Agathis dammara (Lamb) Rich.) 2. Alstonia scholaris (L.) R.Br. (L.) R.Br. Deskripsi singkat Pulai masuk dalam suku kamboja-kambojaan (Apocynaceae). Pulai juga dikenal sebuatan kayu lame. Tumbuhan ini biasa ditemui di hutan jati, hutan campuran, dan hutan kecil di pedesaan hingga ketinggian 900 m dpl. Pulai mudah dikenali karena memiliki daun yang tersusun melingkar dan bawah daunnya berwarna putih (Dalimartha 2005). Tumbuhan ini menyebar luas di kawasan Asia pasifik mulai India dan Sri Lanka sampai daratan Asia Tenggara dan China Selatan, seluruh Malaysia hingga Autralia Utara dan Kepulauan Solomon, bahkan spesies ini diintroduksi sebagai tanaman hias di Amerika Utara. Salah satu sifat pulai ialah dapat tumbuh di atas tanah dangkal. Apabila suhu di lingkungan tersebut kurang dari 8 C, pulai tidak dapat tumbuh walaupun daerah terbut merupakan sebaran alaminya (Joker 2001). Pulai mempunyai manfaat sebagai tanaman obat dan bahan perkakas rumah tangga. Kulit batang pulai dikenal masyarakat sebagai obat untuk penyakit malaria. Manfaat ini sudah diketahui oleh

23 10 masyarakat, sehingga lama kelamaan populasi tumbuhan ini turun. Hal seperti ini terjadi di TamanNasional Ujung Kulon (Hidayat 2006). Status kelangkaan Pulai tergolong sebagai tumbuhan langka menurut buku panduan lapang tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001). Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Pulai yang ada di Kampus IPB Darmaga tumbuh secara alami, karena biji yang dihasilkan pohon pulai berukuran kecil dan mudah sekali diterbangkan angin. Selain itu, pulai mempunyai sifat yang dapat tumbuh di atas tanah yang dangkal, sehingga tumbuhan ini dapat tumbuh di mana saja (Joker 2001). Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Pulai ditemukan hampir ditemukan di seluruh lokasi pengamatan, namun paling banyak ditemukan di tegakan sekitar situ LSI. Salah satu contoh koordinat pulai di tegakan sekitar situ LSI, yaitu LS dan BT. Gambar 4 Pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br.) 3. Aquilaria malaccensis Lam. Deskripsi singkat Aquilaria malaccensis Lam. merupakan pohon dengan tinggi mencapai 40 m dan diameter 60 cm. Penyebaran tumbuhan ini meliputi hutan di India, Burma, Semenanjung Malaysia, Philipina dan Indonesia. Habitat tumbuhan ini yaitu di hutan primer tropis di dataran rendah Kalimantan dan Sumatera. Penyebarannya meliputi India, Indocina, Malaysia, Sumatera (Sibolangit, Riau, Bangka, Palembang), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sarawak dan Filipina (LIPI 2001). Spesies ini tumbuh di hutan primer dan hutan sekunder, terutama di dataran rendah, lereng-lereng bukit dengan ketinggian m dpl, serta tumbuh baik pada tanah liat dan berpasir. Gaharu sebenarnya merupakan sebutan

24 untuk kayu dari genus Aquilaria yang terkena infeksi parasit yang berupa jamur, namun menghasilkan resin yang berbau harum apabila dibakar. Gubal, kemedangan dan dan abu gaharu sangat mahal karena dapat diolah untuk bahan pewangi. Melihat potensi pada gaharu, maka permintaan komersil dunia akan gaharu meningkat. Akibatnya spesies ini banyak dicari. Populasi alaminya menurun drastis. Status kelangkaan Aquilaria malaccensis Lam. masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014), App. II CITES (2014), dan tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001). Sejarah penanaman Aquilaria malaccensis Lam. ditanam pada tahun 2002 oleh mahasiswa Fakultas Kehutanan yang pada tahun itu melaksanakan wisuda. Bibitnya berasal dari Riau. Awalnya pohon ini ditanam di samping Balairung Fakultas Kehutanan, kemudian dipindahkan ke tempat yang sekarang. Tujuan penanaman spesies ini adalah untuk koleksi. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Aquilaria malaccensis Lam. hanya berjumlah satu individu di Kampus IPB Darmaga. Spesies ini ditemukan di samping bagian Pemanfaatan Sumberdaya Hutan. Aquilaria malaccensis Lam. ditemukan pada koordinat LS dan BT. 11 Gambar 5 Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) 4. Arcangelisia flava Merr. Deskripsi singkat Akar kuning atau Arcangelisia flava Merr. merupakan spesies tumbuhan merambat yang sering ditemukan di kawasan hutan Indonesia, baik hutan sekunder maupun hutan primer yang lebat (Hidayat 2006). Spesies balam (Palaquium hexandrum Engl.), jelutung (Dyera costulata Hook.f), keruing (Dipterocarpus costulatus V.sl.), dan terentang (Campnosperma auriculata

25 12 Hook.f.) berasosiasi dengan akar kuning pada habitat aslinya (Subiandono dan Heriyanto 2009). Daun tumbuhan ini membundar telur dengan perbungaan di keyiak daun atau pada batang yang sudah tua. Penyebaran akar kuning meliputi Indochina, Malaysia, dan Indonesia (Hidayat 2006). Bagian yang dimanfaatkan dari akar kuning yaitu kayunya yang berwarna kuning. Kegunaannya yaitu rebusan batang untuk mengobati penyakit kuning, pencernaan, cacingan, obat kuat atau tonikum, demam, peluruh haid, dan sariawan. Biji dari tumbuhan ini dapat digunakan untuk membius ikan (Heyne 1987). Selain sebagai penghasil racun, tumbuhan ini juga dimanfaatkan sebagai pewarna (Hidayat 2006). Menurut penelitian Budiharta et al. (2011) populasi akar kuning menurun akibat habitatnya yang terganggu akibat kegiatan pertanian dan pembangunan. Penebangan liar juga dinilai menyebabkan turunnya populasi tumbuhan ini. Penebangan liar mengakibatkan tumbuhan obat yang berhabitus liana tidak mempunyai tumbuhan yang akan dirambati (Hidayat 2006). Status kelangkaan Akar kuning digolongkan sebagai tumbuhan langka menurut buku panduan lapang tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001). Sejarah penanaman Bibit akar kuning dibawa oleh tim peneliti tumbuhan obat dari Laboratorium Konservasi Tumbuhan DKSHE dari Sintang, Kalimantan Barat dan ditanam pada tahun Tujuan penanaman adalah sebagai sarana belajar bagi mahasiswa IPB. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Akar kuning ditemukan pada dua lokasi pengamatan, yakni di Pusat Studi Biofarmaka IPB dengan koordinat LS dan BT serta di kompleks Fakultas Kehutanan, tepatnya di Laboratorium Konservasi Eksitu Tumbuhan Obat Hutan Tropika, DKSHE dengan koordinat LS dan BT serta LS dan BT. Gambar 6 Akar kuning (Arcangelisia flava Merr.)

26 13 5. Castanopsis trisperma Scheff. Deskripsi singkat Castanopsis trisperma Scheff. atau saninten memiliki sinonim nama Castanopsis costata Bl. Castanopsis costata Bl. juga ditemukan di Cagar Alam Lanjak Entimau (ITTO 2000) dan Taman Nasional Batang Ai (Wasli et al. 2011), Sarawak, Malaysia, namun lebih dikenal dengan nama berangan. Masyarakat sekitar Hutan Tangkahan, Taman Nasional Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, menyebut tanaman ini dengan nama cep-cepen. Suku Karo memanfaatkan sebagai obat sakit perut bagian dalam atau maag. Kelana (2007) melakukan penelitian mengenai uji sitotoksik ektrak methanol dari kulit kayu cep-cepen, yang nantinya dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker. Status kelangkaan Saninten atau berangan masuk dalam kategori langka menurut ITTO (2000). Sejarah penanaman Saninten ditemukan pada tiga lokasi penelitian, yaitu di perumahan dosen, kompleks Fakultas Kehutanan, dan Arboretum Hutan Tropika. Pohon saninten yang ada di kompleks Fakultas Kehutanan ditanam pada tahun Bibit pohon saninten berasal dari biji yang diperoleh dari pohon saninten yang ada di Arboretum PT Badak Bontang Kaltim. Tumbuhan ini dikenal dengan nama mata klandok oleh masyarakat Kaltim. Biji saninten dibawa oleh tim peneliti dari Laboratorium Konservasi Tumbuhan DKSHE. Bapak Ervizal AM Zuhud merupakan ketua tim tersebut. Saninten yang ada di ketiga lokasi pengamatan berasal dari bibit yang sama. Pohon saninten juga ditemukan di samping kandang penangkaran rusa IPB di Jalan Lengkeng. Awalnya bibit yang ditanam berjumlah enam individu, namun yang tumbuh hanya lima individu saja. Pohon saninten yang ada di kompleks Fakultas Kehutanan dan Arboretum Hutan Tropika masingmasing berjumlah empat dan lima individu. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Saninten ditemukan di tiga lokasi pengamatan, yakni di Cikabayan, kompleks Fakultas Kehutanan, dan Arboretum Hutan Tropika. Pohon saninten yang ditemukan di Arboretum Hutan Tropika memiliki koordinat LS dan BT. Gambar 7 Saninten (Castanopsis trisperma Scheff.)

27 14 6. Dalbergia latifolia Roxb. Deskripsi singkat Sonokeling memiliki penyebaran alami mulai dari Himalaya, bagian India selatan, dan Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Sonokeling tumbuh pada tanah yang berdrainase baik dan lembap. Ketinggian tempat tumbuh sekitar 1500 m dpl dengan curah hujan tahunan mm (Joker 2006). Kayu sonokeling masuk dalam spesies komersil yang banyak dimanfaatkan untuk industri furniture. Selain itu, kulit batang sonokeling dapat dimanfaatkan sebagai obat dyspepsia, leprosy, obesitas, dan cacingan (Gwalwanshi et al. 2014). Karena kayunya termasuk spesies komersil maka spesies ini mengalami ekploitasi yang berlebihan. Status kelangkaan Sonokeling masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014). Sejarah penanaman Sejarah penanaman sonokeling yang diketahui ialah pohon sonokeling yang ada di depan Wisma Amarilis dan Arboretum Lanskap. Sonokeling yang ada di depan Wisma Amarilis ditanam pada tahun 1970an oleh mahasiswa Fakultas Kehutanan yang tinggal di Asrama Silva Lestari. Bibitnya dibawa oleh mahasiswa yang melakukan praktik lapang di Jawa Timur. Tujuan penanaman sonokeling ialah sebagai pohon peneduh ketika mahasiswa yang tinggal di Asrama Silvasari sedang berkumpul. Sonokeling yang ada di arboretum Lanskap ditanam oleh alumni Fakultas Kehutanan ketika HAPKA tahun Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Sonokeling ditemukan di beberapa lokasi pengamatan, namun paling banyak ditemukan di Arboretum Lanskap. Salah satu koordinatnya yaitu LS dan BT. (a) (b) Gambar 8 Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.): (a) Batang, (b) Daun

28 15 7. Diospyros celebica Bakh. Deskripsi singkat Diospyros celebica Bakh. atau yang lebih dikenal dengan nama eboni merupakan pohon yang tingginya dapat mencapai 40 m dan diameter batang mencapai satu meter, kulit luarnya beralur agak mengelupas dan kehitaman, oleh sebab itu eboni juga disebut dengan nama kayu hitam. Pohon ini biasanya tumbuh secara mengelompok atau kadang terpencar, terutama di hutan-hutan yang tanahnya berbatu-batu, tanah liat dan berpasir. Pohon ini endemik Sulawesi. Hampir di setiap hutan di Sulawesi ditemukan tumbuhan ini, terutama pada ketinggian di bawah 500 m dpl. Penyebarannya meliputi Poso, Parigi, Donggala, Palu, Toli-toli, Kolonedale, Luwuk, Maros, Malili, Mamuju, dan Kotamubago (LIPI 2001). Populasi eboni di alam mengalami penurunan yang sangat berat. Hal ini dikarenakan eksploitasi dan pengambilan yang berlebihan, padahal eboni hanya tumbuh di hutan-hutan Sulawesi (LIPI 2001). Pengambilan dan eksploitasi berlebihan terjadi karena kayu eboni berkualitas tinggi baik untuk peralatan rumah tangga dan kerajinan tangan (Yuzammi 2002). Status kelangkaan Eboni masuk kategori vulnerable (IUCN 2014), App.II CITES, dan tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001). Sejarah penanaman Eboni yang ada di Arboretum Lanskap ditanam oleh alumni Fakultas Kehutanan IPB ketika HAPKA tahun Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Eboni ditemukan hampir di seluruh lokasi penelitian. Salah satu koordinat ditemukannya eboni di kompleks Fakultas Kehutanan yaitu LS dan BT. Gambar 9 Eboni (Diospyros celebica Bakh.)

29 16 8. Dipterocarpus retusus Blume. Deskripsi singkat Dipterocarpus retusus Blume. atau yang lebih dikenal dengan nama palahlar gunung merupakan salah satu spesies kayu perdagangan dari suku Dipterocarpaceae. Penyebaran tumbuhan meliputi Assam (India), Birma, Muangthai, Semenanjung Malaya, Tonkin (Vietnam), dan Indonesia. Spesies ini hanya terdapat di Aceh, Jawa Barat dan Tengah, Lombok, dan Sumbawa (LIPI 1983). Palahlar dapat tumbuh di ketinggian lebih dari 1000 m dpl (Kundu et al. 2012). Berdasarkan informasi spesies Dipterocarpus retusus Blume., dilaporkan terdapat di kawasan Hutan Lindung Gunung Cakrabuana (Istomo dan Pradiastoro 2010). Kayu dari spesies Dipterocarpus retusus Blume. baik untuk bahan bangunan. Akibat tekanan penduduk di Pulau Jawa, penebangan liar dan perubahan mempercepat kepunahan spesies pohon lokal yang bernilai tinggi di Pulau Jawa, termasuk palahlar (Istomo dan Pradiastoro 2010). Status konservasi Palahlar masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014). Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Palahlar gunung ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan tepatnya di depan kantor Tata Usaha DMNH. Koordinatnya yaitu, LS dan BT, LS dan BT, LS dan BT, serta LS dan BT. (a) (b) Gambar 10 Palahlar gunung (Dipterocarpus retusus Blume.): (a) tajuk (b) buah

30 17 9. Dryobalanops lanceolata Burck. Deskripsi singkat Dryobalanops lanceolata Burck. merupakan salah satu jenis dari suku Dipterocarpaceae. Spesies ini mempunyai sebutan Kapur Paji di daerah Sabah, Kapur Daram, Sarawak. Selain di daerah Sarawak, spesies ini juga diketahui tumbuh di Brunei dan Kalimantan Timur. Namun dikedua daerah ini, Dryobalanops lanceolata Burck. dikenal dengan nama kapur atau kapur tanduk. Dryobalanops lanceolata Burck. mempunyai pertumbuhan yang bagus baik tinggi maupun diameter rata-rata setinggi dada, dibandingkan jenis Parashorea tomentella, Vatica acrocarpa, dan beberapa jenis Shorea spp. (Guanih et al. 2004). Status kelangkaan Kapur tanduk masuk dalam kategori endangered (IUCN 2014). Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Kapur tanduk ditemukan di dua lokasi pengamatan, yakni di Taman Rektorat dan Arboretum Lanskap. Kapur tanduk di Taman Rektorat berjumlah tiga individu dengan koordinat masing-masing: LS dan BT, LS dan BT, serta LS dan BT. Jumlah kapur tanduk di Arboretum Lanskap hanya satu individu dengan koordinat LS dan BT. Gambar 11 Kapur tanduk (Dryobalanops lanceolata Burck.)

31 Eurycoma longifolia Jack. Deskripsi singkat Pasak bumi atau Eurycoma longifolia Jack. termasuk tumbuhan obat afrodisiak. Pasak bumi berasal dari Asia Tenggara dengan penyebaran meliputi Indonesia, Semenanjung Malaysia, Laos, Kamboja, dan Vietnam.Sumatra dan Kalimantan adalah daerah penyebaran alami tumbuhan ini. Tumbuhan ini diketahui belum pernah ditemukan di Pulau Jawa (Heyne 1950). Habitat tumbuh pasak bumi ialah lahan yang berpasir dan asam dengan ketinggian hingga 700 mdpl (Susanto dan Astuti 2009). Selain sebagai afrodisiak, pasak bumi juga dikenal sebagai tumbuhan obat. Heriyanto et al. (2006) menyatakan bahwa keseluruhan bagian pasak bumi dapat digunakan sebagai obat demam, radang gusi, obat cacing, dan sebagai tonikum setelah melahirkan. Akar pasak bumi merupakan bagian yang paling banyak digunakan. Karena akarnya yang paling banyak digunakan, maka hal terjadi sebelumnya adalah pasak bumi harus dicabut terlebih dahulu. Hal ini tentunya akan mengakibatkan populasi pasak bumi turun apabila langkah budidaya tidak dilakukan. Status kelangkaan Tjahyana dan Wowon (2010) menyatakan bahwa pasak bumi masuk dalam tumbuhan obat yang populasinya genting (endangered). Sejarah penanaman Pasak bumi yang ditemukan di Kampus IPB Darmaga ditanam oleh Bapak Yahya Fakuara. Bibit yang ditanam berupa cabutan, namun tidak diketahui asal bibitnya. Sama seperti asal bibit, tahun pasak bumi ditanam juga tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Pasak bumi di Kampus IPB Darmaga hanya berjumlah satu individu. Spesies ini ditemukan di halaman samping rumah Bapak Yahya Fakuara di kompleks perumahan dosen, tepatnya pada koordinat LS dan BT. Gambar 12 Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.)

32 Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn. Deskripsi singkat Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn. atau ulin merupakan pohon yang tingginya mencapai 60 m, diameter m. Ulin tersebar di kawasan hutan Sumatera bagian selatan dan timur, Bangka-Belitung, Kalimantan, dan pulaupulau kecil di sekitarnya serta Kepulauan Sulu dan Palawan, Filipina (Hidayat 2003). Pohon ini hidup memencar di kawasan hutan Dipterocarpaceae pada ketinggian m dpl. Spesies ini juga tumbuh baik pada tanah podzolik merah kuning dengan sistem drainase yang baik (LIPI 2001). Kayu ulin termasuk salah satu kayu perdagangan dunia dan banyak diminati oleh masyarakat. Kayu ulin masuk dalam golongan kelas kuat I dan kelas awet I dengan berat spesies Biasanya kayu ini digunakan untuk kontruksi berat seperti konstruksi jembatan. Rumah panjang suku Dayak di Kalimantan umumnya terbuat dari kayu ulin. Karena kekuatan dan keawetannya kayu ini banyak dicari oleh masyarakat. Akibatnya terjadi penebangan secara berlebihan. Penebangan yang berlebihan ini tidak diimbangi oleh usaha peremajaan atau penanaman kembali sehingga populasi alaminya turun. Habitat alaminya juga terganggu akibat penebangan liar dan pertanian (Budiharta et al. 2011). Status kelangkaan Ulin masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014) dan tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001). Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Ulin ditemukan pada tiga lokasi pengamatan, yakni kompleks perumahan dosen, kompleks Fakultas Kehutanan, dan tegakan sekitar Asrama Putri TPB. Salah satu contoh koordinat di kompleks Fakultas Kehutanan tepatnya di Arboretum Fakultas Kehutanan yaitu LS dan BT. Gambar 13 Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm&Binn.)

33 Hopea odorata Roxb. Deskripsi singkat Hopea odorata Roxb. atau yang lebih dikenal dengan nama perdagangan merawan, merupakan salah satu spesies tumbuhan dari suku Dipterocarpaceae. Merawan ialah tumbuhan asli Asia Tenggara, dengan penyebaran mulai India (Pulau Andaman), Myanmar, Thailand, dan Indocina ke selatan sampai semenanjung Malaysia utara. Spesies ini tumbuh di hutan tropis dataran rendah dengan tanah subur sampai ketinggian 300 m dpl, lokasi tumbuhnya tidak jauh dari sungai. Pertumbuhan paling baik yaitu pada daerah dengan curah hujan tahunan lebih dari 1200 mm dan suhu rata-rata C. Walaupun demikian, tumbuhan ini dapat tumbuh pada habitat yang beragam serta mudah dibudidayakan (Joker 2002). Bagian yang dimanfaatkan dari merawan yaitu batang, kulit kayu, dan getahnya. Pohon ini juga cocok ditanam sebagai tanaman agroforestri dan tanah yang terdegradasi (Islam et al. 2009). Kulitnya yang mengandung tannin tinggi dapat digunakan untuk penyamak kulit, juga menghasilkan getah bermutu rendah (Joker 2002). Status kelangkaan Merawan masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014). Sejarah penanaman Merawan yang ada di Arboretum Lanskap ditanam oleh alumni Fakultas Kehutanan ketika HAPKA tahun Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Merawan ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan, Taman Rektorat, dan Arboretum Lanskap. Salah satu koordinatnya yaitu LS dan BT. (a) (b) Gambar 14 Merawan (Hopea odorata Roxb.): (a) Batang, (b) Pohon.

34 Intsia bijuga Kuntze. Kuntze. Deskripsi singkat Merbau merupakan salah satu spesies pohon yang masuk dalam suku Fabaceae. Secara geografi, penyebaran tumbuhan ini meliputi Madagaskar, Malaysia, Indonesia, Australia, dan Polinesia.Penyebaran utama merbau di Indonesia meliputi Sumatera, Borneo, Sulawesi, Jawa, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Papua (Nugroho et al. 2010). Simangungsong dan Kainama (2005) menyebutkan bahwa pertumbuhan merbau yang paling baik adalah di Maluku. Merbau hidup pada tipe hutan hujan bawah dengan drainase yang baik, pada tanah berpasir atau berbatu dengan curah hujan lebih dari 2000 mm pertahun. Umumnya tumbuh di dekat pantai atau tepi sungai dengan ketinggian 50 m dpl (Simangunsong dan Kainama 2005). Bagian yang dimanfaatkan dari pohon merbau yaitu batangnya. Kayu merbau masuk dalam kategori kayu berharga di kawasan Asia Tenggara. Kayu merbau merupakan spesies utama untuk produksi kayu gergajian (Nugroho et al. 2010). Penebangan liar merbau terutama di Papua, Indonesia menyebabkan populasi alami merbau menurun drastis (Chen 2006). Status kelangkaan Merbau masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014) dan tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001). Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Merbau ditemukan di beberapa lokasi penelitian, namun paling banyak dijumpai di kompleks Fakultas Kehutanan. Salah satu koordinat merbau yaitu LS dan BT. Gambar 15 Merbau (Intsia bijuga Kuntze.)

35 Pandanus conoideus de Vriese. Deskripsi singkat Buah merah atau Pandanus conoideus de Vriese. masuk dalam tanaman pandan-pandanan. Tanaman ini asli Papua, dengan penyebaran paling dominan di sekitar Pegunungan Jayawijaya, Jayapura, Manokwari, Nabire, Timika, dan Ayamaru-Sorong. Buah merah juga ditemukan tumbuh liar di Papua New Guinea (Budi dan Paimin 2005). Menurut Wiriadinata (1995) dalam Murtiningrum et al. (2011), tumbuhan ini tumbuh baik sampai ketinggian 1700 m dpl. Umumnya buah merah dapat tumbuh pada tanah kurang subur, banyak mengandung pasir, dan bersifat agak masam (Limbongan dan Malik 2009). Penelitian Murtiningrum et al. (2011) menyatakan bahwa kondisi ekogeografi mempengaruhi karakter fisik dari buah merah antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Masyarakat Papua memanfaatkan buah merah sebagai bahan pangan, namun selain itu masih banyak manfaat lainnya. Buah merah dapat dijadikan sumber pewarna alami dan bahan obat. Kandungan utama dari buah merah yaitu karotenoid. Karotenoid dapat mencegah beberapa penyakit degeneratif dan kronis (Roreng et al. 2014). Daun, kulit batang, dan akar buah dapat dijadikan sebagai alat pengikat, alas tempat duduk, bahkan sebagai alas untuk tidur. Status kelangkaan Buah merah masuk dalam 200 spesies tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001). Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Tujuan penanaman adalah sebagai sarana belajar bagi mahasiswa IPB. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Buah merah ditemukan pada dua lokasi pengamatan, yakni di Pusat Studi Biofarmaka dengan koordinat LS dan BT serta di kompleks Fakultas Kehutanan, tepatnya di Laboratorium Konservasi Eksitu Tumbuhan Obat Hutan Tropika DKSHE dengan koordinat LS dan BT. Gambar 16 Buah merah (Pandanus conoideusde Vriese.)

36 Pangium edule Reinw. Deskripsi singkat Picung merupakan salah satu spesies tumbuhan dari famili Flacourtiaceae. Biji picung merupakan bahan makanan, rempah yang bernilai ekonomis tinggi. Ekstrak biji dan daging buah pangi mengandung sianida yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati (Wulandari 2011). Pohon picung tumbuhn baik pada daerah dengan ketinggian antara m dpl, pada tanah alluvial, podsolik, tanah berbatu atau tanah liat yang miskin unsur hara (Heyne 1987). Tumbuhan ini umumnya tumbuh di tepi sungai, daerah yang berair, hutan primer, hutan sekunder, dan kebun masyarakat (Heyne 1987). Jenis ini tersebar di seluruh wilayah Nusantara berdasarkan koleksi herbarium yang ada di Herbarium Bogoriense (Partomihardjo et al. 1989). Wilayah penyebaran pohon kluwak atau pakem meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Mikronesia, dan Melanesia. Status kelangkaan Picung dinyatakan langka berdasarkan penelitian Partomihardjo dan Rugayah (1989) serta Heriyanto dan Subiandono (2008). Sejarah penanaman Spesies ini ditanam oleh Bapak Mingan yang merupakan laboran Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan DKHE pada tahun Biji picung berasal dari Taman Nasional Meru Betiri. Biji picung dibawa oleh tim peneliti tumbuhan obat dari Laboratorium Konservasi Tumbuhan DKSHE ketika melakukan survey di Taman Nasional Meru Betiri. Sebelum ditanam, biji picung disemaikan terlebih dahulu selama sebulan. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Picung di Kampus IPB ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan, tegakan sekitar Asrama Putra TPB, dan Arboretum Hutan Tropika. Spesies ini ditemukan di depan bagian Pemanfaatan Hasil Hutan, kompleks Fakultas Kehutanan dengan koordinat LS dan BT. (a) (b) Gambar 17 Picung (Pangium edule Reinw.): (a) Buah, (b) Batang.

37 Parkia timoriana Merr. Deskripsi singkat Kedawung tersebar di seluruh Indonesia baik di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Taman Nasional Meru Betiri merupakan habitat alami bagi kedawung (Kosasih et al. 2012). Kedawung yang ada di Taman Nasional Meru Betiri paling banyak ditemukan pada ketinggian m dpl dan kelas kemiringan 41-60% (Zuhud 2007). Kulit dan biji kedawung merupakan bagian pohon kedawung yang dimanfaatkan. Kulit kedawung dimanfaatkan untuk mengobati penyakit kulit (kudis), sedangkan bijinya digunakan untuk mengobati penyakit perut (anti diare) dan karminatif (Heyne 1987). Biji muda kedawung oleh masyarakat Jawa Barat dikonsumsi sebagai pengganti petai, namun rasanya pahit dan bau. Masyarakat yang ada di sekitar KPH Bayuwangi Utara diketahui memanfaatkan biji kedawung (Birgantoro dan Nurrochmat 2007). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih mengambil biji kedawung dari alam. Apabila hal ini berlangsung terus tanpa adanya langkah budidaya, maka lama kelamaan kedawung akan langka dan terancam punah (Siswoyo et al. 1993). Status kelangkaan Kedawung masuk dalam 200 tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001). Sejarah penanaman Spesies ini awalnya ditanam oleh Menteri Kehutanan, Bapak Djamaluddin S pada tahun Penanaman dilakukan ketika HAPKA. Bibit kedawung berasal dari Taman Nasional Meru Betiri. Awalnya, kedawung ditanam di depan Arboretum Fahutan, depan Gedung Utama (GU), namun dipindahkan ke samping sekretariat Hutan Pendidikan Gunung Walat atau di belakang Ruang Sidang Sylva. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Kedawung dapat dijumpai di Kampus IPB Darmaga, tepatnya di kompleks Fakultas Kehutanan, di sebelah sekretariat Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dengan koordinat LS dan BT. (a) (b) Gambar 18 Kedawung (Parkia timoriana Merr.): (a) batang, (b) daun

38 Pericopsis mooniana Thwaites. Deskripsi singkat Pohon ini penyebarannya cukup luas, meliputi Sri Lanka, Semenanjung Malaysia, Filipina, New Guinea, dan Indonesia. Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi, dan Maluku merupakan daerah peneyebaran kayu kuku di Indonesia. Habitat tumbuh kayu kuku yaitu di sepanjang sungai pada ketinggian m dpl dengan curah hujan mm/tahun.tumbuhan ini tumbuh pada tanah regosol, podsolik merah, dan aluvial (Daris et al. 2004). Batang merupakan bagian yang dimanfaatkan dari kayu kuku. Selain itu, kayu pohon ini termasuk kayu mewah dan banyak dipergunakan untuk bahan dekoratif pengganti kayu jati. Ancaman terbesar terhadap kayu kuku ialah penebangan yang berlebihan untuk memenuhi permintaan pasar. Ancaman lainnya yaitu lambatnya regenerasi kayu kuku (UNEP-WCMC 2014). Ishiguri et al. (2011) serta Lillesoe dan Jafarsidak (1996) diacu dalam Kjaer et al. (2001) menyarankan untuk melakukan penanaman guna menghindari kepunahan dan erosi genetik spesies ini. Status kelangkaan Kayu kuku masuk kategori vulnerable (IUCN 2014) dan 200 spesies tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001). Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Kayu kuku ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan, yaitu di belakang bangunan Rearing of Termites Unit DHH, belakang Gedung Utama, dan Laboratorium Konservasi Eksitu Tumbuhan Obat Hutan Tropika DKSHE. Koordinatnya berturut-turut LS dan BT, LS dan BT, serta LS dan BT. (a) (b) Gambar 19 Kayu kuku (Pericopsis mooniana): (a) Batang, (b) Daun

39 Rauvolfia serpentina Benth. ex Kurz. Deskripsi singkat Pule pandak masuk dalam suku kamboja-kambojaan (Apocynaceae), sama dengan pulai. Tumbuhan ini biasa ditemukan di pekarangan rumah sebagai tanaman hias (Dalimartha 2004). Penyebaran pule pandak meliputi India, Myanmar, Thailand, dan Indonesia (Sulandjari 2008). Pule pandak banyak ditemukan di kawasan hutan jati yang gersang seperti di Kab. Grobogan, Blora dan Banjarnegara (Departemen Pertanian 2013). Tumbuhan ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl pada spesies tanah regosol, mediteran, dan litosol serta menyukai naungan di bawah 25% (Sarin 1982; Tyler et al diacu dalam Sulandjari 2008). Pule pandak dimanfaatkan sebagai obat untuk penyakit tekanan darah tinggi, hiperaktif saraf simpatis, bisul, kudis, biduran penawar bisa ular, dan gigitan serangga (Departemen Pertanian 2013). Melihat potensi pule pandak yang cukup besar, masyarakat mulai memanfaatkan pule pandak secara besar-besaran. Data menunjukkan bahwa bahwa penggunaan simplisia dalam negeri pada tahun 2000 sebesar 6898 kg dan cenderung mengalami kenaikan sebesar 25.89% tiap tahunnya (Yahya 2001). Propagasi pule pandak juga sulit dilakukan kerena rendahnya biji yang viable. Akibatnya populasinya di alam semakin turun (Dey dan De 2011). Status kelangkaan Pule pandak masuk dalam kategori tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001) dan App.II CITES. Sejarah penanaman Bibit pule pandak dibawa oleh tim peneliti Laboratorium Konservasi Tumbuhan DKSHE dari Taman Nasional Meru Betiri. Selain itu bibit pule pandak juga dibawa oleh Basori dari Hutan Jati Randublatung pada tahun Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Pule pandak ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan tepatnya di Laboratorium Konservasi Eksitu Tumbuhan Obat Hutan Tropika dengan koordinat LS dan BT. Gambar 20 Pule pandak (Rauvolfia serpentina Benth. ex Kurz.)

40 Santalum album L. Deskripsi singkat Tanaman cendana (Santalum album L.) merupakan jenis dari famili Santalaceae. Cendana adalah tanaman kehutanan yang sangat istimewa karena nilai ekonomi dan guna kayunya yang sangat tinggi dengan diperjualbelikan dalam satuan kilogram. Kayu yang berbau wangi ini digunakan sebagai bahan baku ukiran, berbagai barang kerajinan. Kayu yang disuling menghasilkan minyak atsiri dan dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dan obat. Minyak ini telah diperdagangkan secara mancanegara maupun di Indonesia sejak abad ke-10. Namun, dewasa ini populasi tanaman semakin menurundan kayunya semakin langka dalam perdagangan (Prasetyaningtyas 2004). Cendana dapat ditemukan mulai dari India sampai Polinesia (Prasetyaningtyas 2004), sedangkan di Indonesia dapat ditemukan terutama di Nusa tenggara Timur, Sulawesi Tengah, dan Maluku. Cendana dapat tumbuh pada lahan kurus yang berbatu-batu, bertekstur lempung dan ph tanah netral, alkalis. Cendana dapat tumbuh pada ketinggian m dpl dengan curah hujan mm/tahun (Prasetyaningtyas 2004). Status kelangkaan Cendana masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014). Sejarah penanaman Cendana yang ada di depan Balairung Fakultas Kehutanan ditanam oleh Bapak Endang Husaeni. Namun tidak diketahui tahun penanaman dan asal bibitnya. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Cendana dapat ditemukan di depan Balairung Fakultas Kehutanan dengan koordinat LS dan BT serta LS dan BT. Gambar 21 Cendana (Santalum album L.)

41 Scorodocarpus borneensis Becc. Deskripsi singkat Kulim atau yang kadang disebut kayu bawang merupakan salah satu anggota suku Olacaceae. Tinggi pohon ini mencapai 40 m dengan diameter 80 cm. Penyebaran kulim meliputi Malay Pennisula, Thailand Selatan, Sumatera, dan Borneo. Tersebar secara luas di Sabah dan Sarawak. Habitat kulim yaitu di hutan dataran rendah atau beberapa ditemukan di hutan sekunder campuran dengan spesies tanah clay loam. Kulim di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh ditemukan di hutan sekunder dengan ketinggian 220 m, pada tanah yang berpasir dengan ph 5.8 (Widyatmoko dan Zich 1998). Bagian yang dimanfaatkan dari pohon kulim yaitu batang, daun, dan buah. Kayu dari pohon kulim dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan jembatan. Daun kulim oleh orang Sarawak dimanfaatkan sebagai bahan pangan (sayuran). Buah kulim oleh masyarakat Kalimantan direbus kemudian dimakan dan juga dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Penebangan liar dan perubahan habitat merupakan ancaman bagi keberadaan populasi kulim (Widyatmoko dan Zich 1998). Status kelangkaan Kulim masuk dalam 200 spesies tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001). Sejarah penanaman Bibit kulim di kedua lokasi tersebut berasal dari Riau. Namun orang yang menanam dan tahun ditanamnya tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Kulim ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan, di depan Laboratorium Rekayasa Desain Bangunan Kayu DHH dan Arboretum Hutan Tropika dengan koordinat berturut-turut LS dan BT serta LS dan BT. (a) (b) Gambar 22 Kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.): (a) batang, (b) daun

42 Shorea leprosula Miq. Deskripsi singkat Shorea leprosula Miq. atau yang memiliki nama Indonesia meranti tembaga merupakan salah satu anggota suku Dipterocarpaceae. Penyebaran alami meranti tembaga meliputi Semenanjung Thailand dan Malaysia, Sumatera sampai Kalimantan Utara. Tumbuhan ini biasanya dijumpai pada hutan dataran rendah dipterocarpa yang ketinggiannya di bawah 700 m dan tumbuh pada semua spesies tanah namun tidak toleran terhadap genangan (Joker 2002). Bagian yang dimanfaatkan dari meranti tembaga yaitu batang, resin, dan kulit batang. Kayu meranti tembaga merupakan spesies kayu komersil dan komoditas ekspor (Naiem et al. 2014). Resin yang didapat dari ekstrak akar yang disebut dakar daging dapat digunakan sebagai obat tradisional. Kulit batangnya dipakai untuk produksi tannin (Naiem et al. 2014). Mazawin dan Suhaendi (2012) serta Kettle (2010) menyebutkan bahwa merati tembaga ialah contoh tanaman yang dapat digunakan untuk merestorasi suatu lahan yang terdegradasi. Hal ini dikarenakan meranti tembaga cocok untuk lahan yang terbuka dan dapat tumbuh pada semua spesies tanah. Status kelangkaan Meranti tembaga masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014). Sejarah penanaman Salah satu tempat yang banyak ditemukan Shorea leprosula Miq. ialah Arboretum Hutan Tropika. Shorea leprosula Miq. yang ada di Arboretum Hutan Tropika ditanam pada tahun 2005 oleh Tim LMGC dan Laboratorium Ekologi Hutan yang diprakarsai oleh Dr. Ir. Upik Rosalina. Selain itu, jenis ini juga ditanam oleh pelajar. Meranti tembaga yang ada di Arboretum Lanskap ditanam oleh alumni Fakultas Kehutanan ketika HAPKA tahun 1991, namun asal bibitnya tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Meranti tembaga banyak ditemukan di kampus IPB Darmaga. Salah satu contoh koordinat meranti tembaga di Arboretum Hutan Tropika yaitu LS dan BT. Gambar 23 Meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.)

43 Shorea mecistopteryx Ridl. Deskripsi singkat Shorea mecistopteryx Ridl. atau yang dikenal oleh masyarakat lokal dengan nama tengkawang layar merupakan salah satu anggota suku Dipterocarpaceae. Spesies ini tersebar di seluruh Pulau Kalimantan, Indonesia. Habitat tengkawang layar yaitu di perbukitan rendah di bawah 400 m dpl (Maharani et al. 2013). Bagian yang dimanfaatkan dari tengkawang layar ialah bijinya dan batangnya. Biji tengkawang dapat diolah menjadi minyak tengkawang. Minyak tengkawang dapat dijadikan obat-obatan, minyak goreng, dan mentega. Heyne (1987) menyebutkan bahwa minyak tengkawang dikenal sebagai obat sariawan mulut. Selain itu, kayu tengkawang layar banyak diminati untuk industri kayu lapis, maupun kayu gergajian. Sampai sekarang diketahui bahwa masyarakat masih memungut biji tengkawang dari pohon yang ada di hutan alam. Hal ini menyebabkan populasi tengkawang, salah satunya tengkawang layar cukup mengkhawatirkan (Wahyudi et al. 2010). Status kelangkaan Tengkawang layar merupakan salah satu pohon penghasil tengkawang yang dilindungi menurut PP No. 7 Tahun Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Shorea mecistopteryx Ridl. ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan, tepatnya di samping Tanoto Forestry Information Centre dengan koordinat LS dan BT. Gambar 24 Tengkawang layar (Shorea mecistopteryx Ridl.)

44 Shorea pinanga Scheff. Deskripsi singkat Shorea pinanga Scheff. atau yang dikenal oleh masyarakat Kalimantan dengan nama tengkawang telur merupakan salah satu anggota suku Dipterocarpaceae. Spesies ini tersebar di seluruh Pulau Kalimantan, Indonesia. Habitat tengkawang layar yaitu di punggung bukit di bawah 700 m dpl (Maharani et al. 2013). Sama seperti tengkawang layar, spesies tengkawang telur juga dimanfaatkan sebagai penghasil tengkawang. Kayu tengkawang telur juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri, karena spesies ini juga tergolong spesies komersil. Kayu spesies ini terkenal karena bentuknya yang baik dan kecilnya persentase kayu kosong (berlubang di dalamnya). Hal ini menyebabkan terjadinya eksploitasi berlebih terhadap spesies ini. Akibatnya keberadaan pohon penghasil tengkawang, terutama di hutan alam semakin sedikit (Heriyanto dan Mindawati 2008). Walaupun demikian, tengkawang telur mungkin dilindungi oleh suatu perjanjian HPH sebagai sumber tengkawang yang potensial (Newman et al. 1999). Status kelangkaan Shorea pinanga Scheff. atau tengkawang telur masuk dalam spesies tumbuhan yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Shorea pinanga Scheff. ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan, tepatnya di depan Gedung Utama dan samping Gedung Tanoto Forestry Information Centre dengan koordinat berturut-turut LS dan BT serta LS dan BT. (a) (b) Gambar 25 Tengkawang telur (Shorea pinanga Scheff.): (a) batang, (b) daun

45 Shorea selanica Blume. Deskripsi singkat Shorea selanica Blume. atau yang oleh masyarakat lokal disebut kayu bapa masuk dalam suku Dipterocarpaceae. Pohon ini tingginya mencapai 60 m dengan diameter mencapai 100 cm. Batangnya kasar dan sedikit beralur. Distribusi spesies ini meliputi Maluku bagian selatan dan barat. Spesies ini dapat ditemukan di hutan dataran rendah dengan ketinggian di atas 150 m dpl pada tanah dengan drainase yang baik (Rudjiman dan Adriyanti 2002). Shorea selanica Blume. merupakan spesies yang cukup menjanjikan untuk program penanaman komersial, rehabilitasi hutan, serta reforestasi lahan konservasi (Panjaitan et al. 2011). Status kelangkaan Shorea selanica Blume. masuk dalam kategori critically endangered (IUCN 2014). Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Shorea selanica Blume. ditemukan di perumahan dosen, kompleks Fakultas Kehutanan, Arboretum Hutan Tropika, dan Arboretum Bambu. Salah satu contoh koordinat Shorea selanica Blume. di perumahan dosen yaitu LS dan BT dan di kompleks Fakultas Kehutanan LS dan BT. Gambar 26 Kayu bapa (Shorea selanica Blume.)

46 Shorea seminis Slooten. Deskripsi singkat Shorea seminis Slooten. atau yang lebih dikenal dengan nama tengkawang air merupakan salah satu anggota suku Dipterocarpaceae dengan genus Shorea. Spesies ini merupakan salah satu penghasil tengkawang dari 13 spesies pohon penghasil tengkawang yang ada di Indonesia (Radjiman dan Adriyanti 2002). Tengkawang air memiliki tinggi mencapai 30 m. Kulit batangnya halus ketika masih muda dan kasar ketika dewasa. Buahnya tidak bersayap tapi memiliki kelopak berbentuk cuping berkayu. Spesies ini penyebarannya meliputi Kalimantan, Sarawak, Sabah, Brunei, dan Filipina. Tengkawang air tumbuh mengelompok di sepanjang daerah aliran sungai (Maharani et al. 2013). Populasi alaminya yang semakin turun karena penebangan yang berlebihan. Status kelangkaan Tengkawang air masuk dalam critically endangered (IUCN 2014) dan PP No. 7 Tahun Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Shorea seminis Slooten. ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan, Arboretum Hutan Tropika, dan arboretum bambu. Contoh koordinat Shorea seminis Slooten. di Arboretum Fakultas Kehutanan yaitu LS dan BT. (a) (b) Gambar 27 Tengkawang air (Shorea seminis Slooten.): (a) batang, (b) daun

47 Shorea stenoptera Burck. Deskripsi singkat Shorea stenoptera Burck. atau yang disebut masyarakat Kalimantan dengan tengkawang tungkul merupakan salah satu dari 13 spesies pohon penghasil tengkawang di Indonesia. Spesies ini masuk suku Dipterocaraceae yang dikenal sebagai suku penghasil kayu-kayu komersil. Tinggi pohon ini mencapai 50 m, dengan batang licin dan mengelupas serta warna coklat tua. Penyebaran tengkawang tungkul meliputi Kalimantan Barat (Lembah Kapuas), Kalimantan Tengah (Muara Teweh), Sarawak, dan Sabah. Habitatnya yaitu di hutan kerangas berdrainase buruk dan daerah endapan sungai berpasir yang terendam secara berkala (Maharani et al. 2013). Shorea stenoptera Burck. diketahui merupakan salah satu meranti penghasil tengkawang yang pertumbuhannya relatif cepat (Edy 2010). Selain sebagai penghasil tengkawang, Shorea stenoptera Burck. juga bernilai ekonomi dari segi pemanfaatan kayunya. Karena manfaat yang beragam, spesies ini mengalami over eksploitasi. Status kelangkaan Shorea stenoptera Burck. masuk dalam kategori endangered (IUCN 2014) dan PP No. 7 Tahun Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Shorea stenoptera Burck.ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan, tepatnya di depan Gedung Utama dengan koordinat LS dan BT. (a) (b) Gambar 28 Tengkawang tungkul (Shorea stenoptera Burck.): (a) batang, (b) daun

48 Stelechocarpus burahol Hook.f.&Thomson Deskripsi singkat Burahol atau kepel merupakan pohon asli Jawa, namun penyebaran tumbuhan ini cukup luas, meliputi Asia Tenggara, dari kawasan Malesia sampai Kepulauan Solomon, bahkan spesies ini sudah ditanam di Filipina dan Australia. Bagian yang dimanfaatkan dari burahol adalah buahnya. Buah burahol dapat dimakan langsung, bahkan di Jawa buahnya dijual oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi (Lim 2012). Buahnya bermanfaat untuk melancarkan air seni, menghilangkan bau nafas, bau keringat, dan membantu mencegah peradangan ginjal (Mardisiswojo dan Rajakmangunsudarso 1968 diacu dalam Heriyanto dan Garsetiasih 2005). Heyne (1987) menyebutkan bahwa para wanita bangsawan, terutama putri keraton untuk pewangi air seni dan keringat serta untuk mencegah kehamilan. Walaupun mempunyai manfaat yang cukup banyak, spesies ini sudah jarang ditanam karena nilai ekonominya dianggap kurang menguntungkan dibandingkan spesies buah-buahan lainnya. Status kelangkaan Burahol masuk dalam empat puluh tumbuhan langka Indonesia menurut LIPI (2001). Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Burahol ditemukan pada beberapa lokasi pengamatan, misalnya di kompleks Fakultas Kehutanan. Contoh koordinat burahol di Arboretum Fakultas Kehutanan yaitu LS dan BT. (a) (b) Gambar 29 Burahol (Stelechocarpus burahol Hook.f.&Thomson): (a) daun, (b) batang

49 Sterculia foetida L. Deskripsi singkat Kepuh berasal dari Indonesia, penyebarannya sampai di Malaysia, Filipina, Afrika Timur, India, Srilangka, Thailand, Australia Utara dan Hawaii. Jenis ini di Indonesia diketahui tersebar di seluruh Nusantara; seperti Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, Sumbawa, Flores, dan Timor (Sumantri et al. 2010). Tanaman ini dapat dijumpai pada ketinggian kurang dari 500 m dpl di Pulau Jawa. Kepuh dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan sementara, kotak pengemas, jendela, dan papan langit-langit. Daunnya dapat digunakan sebagai obat untuk luka dalam, patah kaki dan tangan atau terkilir. Bijinya rasa manis dapat dimakan, mengandung minyak atau lemak, dapat untuk menggoreng. Buahnya untuk obat sakit kencing nanah, kulit buah untuk ramuan obat sakit kelamin juga sebagai bahan pewarna batik (Wahyuni 2010). Status kelangkaan Kepuh dinyatakan langka berdasarkan penelitian Yuniastuti et al. (2009). Sejarah penanaman Kepuh di kedua lokasi pengamatan ditanam oleh Bapak Mingan yang merupakan laboran dari Bagian Keanekaragaman Konservasi Tumbuhan, DKSHE. Spesies ini ditanam pada tahun Bibitnya berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Tujuan penanaman pohon kepuh adalah untuk koleksi. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Kepuh di Kampus IPB Darmaga ditemukan di dua lokasi pengamatan, yaitu di tegakan sekitar asrama putra TPB dan kompleks Fakultas Kehutanan. Ada dua individu kepuh yang ditemukan di tegakan sekitar asrama Putra TPB, masingmasing mempunyai koordinat LS dan BT serta LS dan BT. Pohon kepuh berada di halaman rumah Bapak Mingan, laboran Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan DKSHE. Kepuh yang ada di kompleks Fakultas Kehutanan terletak di depan bagian Pemanfaatan Sumberdaya Hutan DMNH dengan koordinat LS dan BT serta di depan kantor Tata Usaha Pasca Sarjana DKSHE dengan koordinat LS dan BT. Gambar 30 Kepuh (Sterculia foetida L.)

50 Styrax benzoin Dryand. Deskripsi singkat Styrax benzoin Dryand. atau yang dikenal dengan nama kemenyan merupakan pohon dari suku Styracaceae. Tingginya mencapai 8-34 m, diameter batang cm, dan berbanir kecil atau tidak ada, serta beresin kental. Persebaran kemenyan meliputi Semenanjung Malaysia, Sumatera, termasuk Bangka dan Sarawak pada ketinggian m dpl. Biasanya tumbuhan ini sering ditemukan di hutan primer campuran dan hutan-hutan basah, umumnya tumbuh di tanah-tanah yang subur, berpasir di dataran rendah maupun di pegunungan (LIPI 2001). Bagian utama yang dimanfaatkan dari Styrax benzoin Dryand. adalah getahnya yang disebut kemenyan. Biasanya kemenyan dihasilkan oleh pohon spesies Styrax benzoin Dryand. dan Styrax tonkinensis. Kemenyan yang dihasilkan oleh Styrax. benzoin disebut dengan Sumatra benzoin, sedangkan kemenyan yang dihasilkan Styrax tonkinensis disebut Siam benzoin (Kashio dan Johnson 2001). Penggunaan kemenyan semakin meluas seiring dengan waktu, namun lahan habitat tumbuhnya semakin terdesak karena pengembangan hutan tanaman industri dan pembangunan pemukiman penduduk. Status kelangkaan Styrax benzoin Dryand. masuk dalam empat puluh tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001). Sejarah penanaman Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan asal bibit tidak diketahui. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Pohon kemenyan ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan, tepatnya di depan bagian Pemanfaatan Sumberdaya Hutan DMNH dan Arboretum Fakultas Kehutanan dengan koordinat berturut-turut LS dan BT serta LS dan BT. (a) (b) Gambar 31 Kemenyan (Styrax benzoin Dryand.): (a) batang (b) daun

51 Tetrastigma leucosthaphyllum Planch. Deskripsi singkat Tetrastigma leucosthaphyllum Planch. merupakan salah satu spesies tumbuhan dari famili Vitaceae. Vitaceae dikenal sebagai kelompok anggurangguran, yang sebarannya ddi wilayah tropis. Famili ini juga dikenal sebagai liana yang mendominasi di hutan tropis dan hutan temperate. Salah satu genus yang terkenal yaitu Tetrastigma. Genus ini merupakan inang Rafflesia spp.(wen et al. 2013). Ancaman terbesar bagi tumbuhan dengan habitus liana ialah penebangan liar. Apabila pohon-pohon ditebang secara berlebihan, maka tidak ada lagi pohon yang dapat dirambati. Rafflesia spp. merupakan spesies langka dengan kebutuhan habitat dan hubungan simbiosis yang spesifik (Budiharta et al. 2011). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keberadaan Rafflesia spp. adalah dengan tetap mempertahankan tumbuhan inangnya, yaitu Tetrastigma spp. Inventarisasi potensi inang Rafflesia spp. merupakan langkah dasar dalam menggali dan mengumpulkan data dasar kawasan hutan habitat Rafflesia spp. (Zuhud et al. 2001). Sejarah penanaman Tetrastigma leucosthaphyllum Planch. yang ada di Laboratorium Eksitu Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika DKSHE, berasal dari CA Pananjung Pangandaran. Lokasi dan koordinat tempat tumbuh Tetrastigma leucosthaphyllum Planch. ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan tepatnya di Laboratorium Konservasi Eksitu Tumbuhan Obat Hutan Tropika DKSHE dengan koordinat LS dan BT Gambar 32 Tetrastigma leucosthaphyllum Planch. Sebaran Spesies Tumbuhan Langka Spesies tumbuhan langka tersebar di seluruh Kampus IPB Darmaga, namun perjumpaannya di setiap lokasi contoh penelitian menunjukkan frekuensi yang

52 berbeda-beda untuk setiap spesies. Sebaran spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga disajikan pada Lampiran 1. Tiga spesies tumbuhan langka yaitu pulai (Alstonia scholaris (L.)R.Br.), agathis (Agathis dammara (Lamb) Rich.), dan eboni (Diospyros celebica Bakh.) merupakan spesies umum yang ditemukan karena memiliki penyebaran yang luas di Kampus IPB Darmaga dibandingkan spesies tumbuhan langka lainnya (Tabel 5). Tabel 5 Spesies tumbuhan langka yang ditemukan di 5 lokai pengamatan No. Nama Spesies Lokasi ditemukan 1 Agathis dammara (Lamb) Rich. 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11 2 Alstonia scholaris (L.) R.Br. 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 3 Dalbergia latifolia Roxb. 2, 3, 7, 10, 11 4 Diospyros celebica Bakh. 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11 5 Shorea leprosula Miq. 1, 3, 5, 7, 10, 11, 12 6 Stelechocarpus burahol 6, 7, 9, 10, 13 Keterangan: Hook.f.&Thomson. 1). Cikabayan, 2). Kompleks Perumahan Dosen, 3). Tegakan Sekitar Asrama Silvasari, 4). Tegakan Sekitar Asrama Putra TPB, 5). Hutan Al-Huriyyah, 6). Tegakan Belakang Asrama Putri TPB, 7). Kompleks Fahutan, 8). Sekitar Situ LSI, 9). Taman Rektorat, 10). Arboretum Lanskap, 11). Arboretum Hutan Tropika, 12). Arboretum Bambu, 13). Kompleks Faperta Hal ini terlihat dari ditemukannya ketiga spesies tumbuhan langka di hampir ditemukan di semua lokasi pengamatan. Pulai, agathis, dan eboni masing-masing ada di sepuluh, dan delapan lokasi dari 13 lokasi pengamatan. Peta sebaran spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga tersaji pada Lampiran 2. Spesies tumbuhan langka yang hanya ditemukan di satu lokasi pengamatan yaitu gaharu, palahlar gunung, merawan, kedawung, kayu kuku, pule pandak, tengkawang layar, tengkawang telur, tengkawang tungkul, kemenyan, dan Tetrastigma leucosthaphyllum Planch. Semua spesies tersebut hanya ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan. Hal ini berkaitan dengan sarana pembelajaran mahasiswa kehutanan. Spesies-spesies yang disebutkan sebelumnya merupakan spesies tanaman kehutanan yang sebagian besar mendominasi hutan tropis Indonesia. Spesies tumbuhan langka ditanam selain sebagai koleksi juga sebagai media belajar mahasiswa Fakultas Kehutanan. Kondisi tempat tumbuh di sekitar Fakultas Kehutanan juga cukup mendukung tumbuhnya spesies tumbuhan langka. Curah hujannya tinggi sekitar 3500 mm per tahun dan dengan temperatur rata-rata C (Istomo et al. 1999). Spesies tumbuhan langka juga banyak ditemukan di arboretum hutan tropika, arboretum lanskap, dan kompleks perumahan dosen. Arboretum lanskap dan arboretum hutan tropika merupakan media belajar untuk mahasiswa Fakultas Kehutanan. Selain untuk media belajar, dilakukan beberapa penelitian di tempat tersebut. Arboretum lanskap mulai ditanami pada tanggal 7 September 1991 ketika acara Dies Natalis IPB dan dan Hari Alumni Pulang Kampus (HAPKA). Spesies tanaman yang ditanam adalah spesies pohon hutan (Zuhud et al. 2013). Kompleks perumahan dosen sebagian wilayahnya masih berupa hutan. Penanaman biasanya dilakukan di lahan-lahan tersebut, sehingga spesies tumbuhan langka cukup banyak yang ada di kompleks perumahan dosen. 39

53 40 Motivasi Penanaman Spesies Tumbuhan Langka Sejarah penanaman spesies tumbuhan langka tidak banyak diketahui. Hal ini dikarenakan tidak ada catatan pasti dan dokumentasi ketika spesies tumbuhan langka tersebut ditanam. Spesies tumbuhan langka yang diketahui sejarah penanamannya berjumlah 16 spesies dari 30 spesies tumbuhan langka yang teridentifikasi (Lampiran 3). Selain tahun penanaman, orang yang menanam spesies tumbuhan langka juga merupakan salah satu data yang dikumpulkan untuk mengetahui sejarah penanaman spesies tumbuhan langka. Berdasarkan Lampiran 3 diketahui bahwa orang yang menanam spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga terdiri atas dosen, pejabat, mahasiswa, dan laboran. Persentase sejarah penanaman berdasarkan orang yang menanam disajikan pada Gambar 33. Pelajar 5,26 Laboran 10,53 Alumni 31,58 Dosen 31,58 Pejabat 5,26 Mahasiswa 15,79 Gambar 33 Persentase sejarah penanaman spesies tumbuhan langka berdasarkan orang yang menanam Spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga banyak ditanam oleh dosen (31.58%) dan alumni (31.58%). Ketika sedang melakukan penelitian atau survey ke hutan, para dosen sering membawa bibit atau biji dari tumbuhan yang jarang ditemukan di Bogor. Biji atau bibit tersebut kemudian ditanam di Kampus IPB Darmaga dengan tujuan untuk koleksi dan sebagai sarana belajar mahasiswa terutama mahasiswa Fakultas Kehutanan. Selain itu, dosen juga menanam spesies tumbuhan langka di sekitar rumah untuk koleksi. Pasak bumi dan ulin yang ada di kompleks perumahan dosen, ditanam di halaman rumah oleh Bapak Yahya Fakuara. Selain dosen, spesies tumbuhan langka juga banyak ditanam oleh alumni (31.58%). Alumni mulai menanam spesies tumbuhan langka di Arboretum Lanskap ketika HAPKA Fakultas Kehutanan dan Dies Natalies IPB tanggal 7 September Bibit yang ditanam ketika itu umumnya jenis pohon hutan (Zuhud et al. 2013). Mahasiswa menanam spesies tumbuhan langka sebagai simbolis mengenai suatu momen tertentu, misalnya wisuda. Selain itu, spesies tumbuhan langka ditanam untuk kepentingan mahasiswa itu sendiri, misalnya sebagai pohon peneduh. Laboran juga merupakan salah satu orang yang menanam spesies tumbuhan langka. Umumnya laboran menanam spesies tumbuhan langka untuk

54 menambah koleksi tumbuhan di arboretum atau laboratorium lapang yang dikelolanya. Tahun penanaman merupakan bagian dari sejarah penanaman yang paling banyak tidak diketahui. Hal ini dikarenakan dulu ketika suatu bibit ditanam tidak ada dokumentasi yang dilakukan. Pencatatan mengenai tahun, orang yang menanam, dan asal bibit juga tidak dilakukan. Tahun penanaman spesies tumbuhan langka umumnya hanya diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat dalam penanaman secara langsung, misalnya orang yang menanam. Namun karena beberapa orang yang menanam sudah meninggal, maka informasi tahun penanaman semakin tidak diketahui. Berdasarkan Lampiran 3, spesies tumbuhan langka paling banyak ditanam pada tahun 1990an. Hal ini berkaitan dengan kegiatan survey hutan yang banyak dilakukan pada tahun yang sama. Bibit atau biji spesies tumbuhan langka diambil ketika kegiatan tersebut. Selain itu, pada tahun 1990an ada acara HAPKA (Hari Alumni Pulang Kampus) Fakultas Kehutanan IPB. Ketika acara HAPKA tersebut dilakukan penanaman bibit dari jenis pohon hutan di Taman Hutan Kampus (THK) IPB Darmaga yang berlokasi di depan plaza rektorat. Selain itu, pada tahun 1996 kegiatan penanaman dan pemeliharaan Arboretum Leuwikopo dibantu pendanaannya oleh PT Alas Kusuma (melalui alumni Ir. Nana Suparna) dan PT Kayu Mas (melalui alumni Ir. Tandiono) (Zuhud et al. 2013). 41 Konsep Pengelolaan Spesies Tumbuhan Langka Pengelolaan spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga belum dilakukan secara terencana. Artinya pengelolaan spesies tumbuhan langka sama seperti tumbuhan yang lainnya, sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang khusus dilakukan pada spesies tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB Darmaga. Data jumlah dan sebaran spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga dapat digunakan sebagai acuan. Agar dapat diakses oleh semua civitas akademika IPB dan masyarakat umum, data spesies tumbuhan langka dan sebarannya dapat di-upload ke website IPBiotics. IPBiotics merupakan sarana publikasi mengenai biodiversitas atau dapat pula disebut sebagai perpustakaan elektronik mengenai biodiversitas. Website ini dapat diakses dengan alamat Apps.cs.ipb.ac.id/ipbioticsnew. Informasi yang tersedia berupa biodiversitas yang ada di Kampus IPB Darmaga, yang terdiri dari satwa liar dan tumbuhan. Informasi juga dilengkapi dengan lokasi ditemukannya spesies tertentu. IPBiotics dapat menjadi sumber belajar bagi masyarakat umum mengenai biodiversitas dan dokumentasi mengenai biodiversitas yang ada di Kampus IPB Darmaga. Adanya IPBiotics ialah langkah awal untuk memperkenalkan biodiversitas yang ada di Kampus IPB kepada masyarakat luas. Selain dengan meng-upload data ke IPBiotics, konsep pengelolaan spesies tumbuhan langka yaitu dengan pembuatan arboretum yang khusus untuk spesies tumbuhan langka. Spesies tumbuhan langka yang ada sekarang tersebar di seluruh wilayah Kampus IPB Darmaga, namun demikian ada yang terkonsentrasi di beberapa tempat, misalnya di kompleks Fakultas Kehutanan, Arboretum Lanskap, dan Arboretum Hutan Tropika. Keberadaan ketiga arboretum tersebut hendaknya

55 42 tetap dipertahankan, karena di ketiga tempat tersebut banyak ditemukan spesies tumbuhan langka. Selain itu, perlu dilakukan penanaman jenis spesies tumbuhan langka untuk memperkaya jenis dan menambah jumlahnya. Untuk memperkaya jenis bisa dilakukan dengan menanam spesies tumbuhan langka yang belum ada di Kampus IPB Darmaga. Seluruh civitas akademika, hendaknya ikut berpartisipasi dalam kegiatan penanaman. Agar civitas akademika tertarik dan ikut berpartisipasi untuk menanam, digunakan pendekatan sejarah asal usul spesies tumbuhan langka. Tumbuhan langka yang ada saat ini merupakan hasil penanaman yang dilakukan oleh civitas akademika di Kampus IPB Darmaga sebelumnya yang berasal dari latar belakang profesi yang berbeda-beda, yaitu dosen, alumni, mahasiswa, laboran, pejabat, dan pelajar. Untuk menambah jumlah, dapat digunakan benih atau bibit yang berasal dari spesies tumbuhan langka yang ada sekarang. Sebagai contoh, di Arboretum Lanskap banyak ditemukan semai sonokeling. Semai ini dapat dipindahkan dan ditanam di tempat yang lain. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi arboretum, yaitu untuk menjaga keanekaragaman plasma nutfah dan sebagai sumber benih, terutama benih spesies tumbuhan langka. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Spesies tumbuhan langka yang ditemukan pada dua belas lokasi pengamatan di Kampus IPB Darmaga sebanyak 30 spesies dari 18 suku. Spesies yang paling mendominasi yaitu pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br.), agathis (Agathis dammara (Lamb) Rich.), dan eboni (Diospyros celebica Bakh.), sedangkan suku yang mendominasi yaitu Dipterocarpaceae. 2. Spesies tumbuhan langka ditemukan pada semua lokasi pengamatan dengan jumlah spesies yang berbeda-beda. Lokasi yang paling banyak ditemukan spesies tumbuhan langka yaitu kompleks Fakultas Kehutanan, Arboretum Hutan Tropika, Arboretum Lanskap dan komplek perumahan dosen masingmasing 28 spesies, 10 spesies, dan sembilan spesies. 3. Spesies tumbuhan langka yang diketahui sejarah penanamannya sebanyak 53.33% dari keseluruhan spesies tumbuhan langka yang ditemukan. Orang yang menanam adalah dosen (31.58%), alumni (31.58%), mahasiswa (15.79%), laboran (10.53%), pelajar (5.26%), dan pejabat (5.26%). Spesies tumbuhan langka kebanyakan ditanam pada tahun 1990an. Saran Perlu adanya kegiatan pemeliharaan habitat spesies tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB Darmaga. Untuk penanaman spesies tumbuhan langka selanjutnya, sebaiknya penanaman dilakukan pada suatu tempat yang memang dikhususkan sebagai koleksi spesies tumbuhan langka Selain itu, perlu ada satu

56 pihak manajemen yang khusus mencatat dan mendokumentasikan sejarah asal usul tanaman Hal ini dilakukan agar pengelolaan spesies tumbuhan langka lebih terorganisir. 43 DAFTAR PUSTAKA [CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora Appendices CITES. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada: Appendices pdf [ITTO] International Tropical Timber Organization A check-list of flora, fauna, food and medicinal plants. Sarawak (MY): Percetakan Nasional Malaysia Berhad. [IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources IUCN Red List of Threatened Species. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada: [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Tumbuhan Langka Indonesia. Bogor (ID): Puslitbang Biologi-LIPI. [UNEP-WCMC] United Nations Environment Program-World Conservation Monitoring Centre Non-CITES timber species from South East Asia (Leguminosae) potentially warranting further protection. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada: -CITES_timber public_.pdf? Birgantoro BA dan Nurrochmat DR Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di KPH Banyuwangi Utara. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 8(3): Budi IMB, Paimin FR Buah Merah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Budiharta S, Widyatmoko D, Irawati, Rugayah HW, Partomihardjo T, Ismail, Uji T, Prihadhyanto A, Keim, Wilson KA The processes that threaten Indonesian plant. Oryx. 45(2): Chen HK Review of trade in merbau (Intsia spp.) from major range States to Germany and the EU: A preliminary assessment. Malaysia (MY): TRAFFIC. Dalimartha S Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Volume ke-1. Jakarta (ID): Trubus Agriwidya. Daris EN, Setiawan AB, Bramasto Y Pericopsis mooniana. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada: Departemen Pertanian Manfaat pule pandak (Rauvolfia serpentina) sebagai tanaman obat. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 19(3): Dey A, De JN Ethnotanical aspects of Rauvolfia serpentina (L). Benth.ex Kurz. in India, Nepal and Bangladesh. Journal of Medicinal Plant Research. 5(2):

57 44 Fakhrozi I Etnobotani masyarakat Suku Melayu Tradisional di sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh: Studi kasus di Desa Rantau Langsat Kec. Batang Gangsal, Kab.Indragiri Hulu, Provinsi Riau. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gwalwanshi DR, Vyas D, Bishwas AJ, Salunkhe O, Tiwari P Ethnomedical and ecologycal studies on Fabaceae of Runj Forest Panna (MP), India. International Journal of Recent Scientific Research. 5(7): Heriyanto NM, Garsetiasih Kajian ekologi pohon burahol (Stelechocarpus burahol) di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Buletin Plasma Nutfah. 11(2): Heriyanto NM, Mindawati N Konservasi spesies tengkawang (Shorea spp.) pada kelompok Hutan Sungai Jelai-Sungai Delang-Sungai Seruyan Hulu di Provinsi Kalimantan Barat. Info Hutan. 5(3): Heriyanto NM, Sawitri R, Subiandono E Kajian ekologi dan potensi pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) di kelompok Hutan Sungai Manna-Sungai Nasal, Bengkulu. Buletin Plasma Nutfah. 12(2): Hernowo JB, Soekmadi R, Ekarelawan Kajian pelestarian satwaliar di Kampus IPB Darmaga. Media Konservasi. 3(2): Heyne K Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. Heyne K Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. Hidayat S Tumbuhan Obat Langka di Pulau Jawa: Populasi dan Sebaran. Bogor (ID): Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor Obat Langka di Pulau Jawa, LIPI. Islam MS, Wadud MA, Hasan MK, Rahman MM, Rahman GMM Performance of three winter vegetables in accociation with telsur (Hopea odorata). Agrofor Environment. 3(1): Istomo, Cahyono E, Ispriyanto R Daftar Koleksi Spesies Pohon di Sekitar Kampus Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID): Tim Pengembangan Laboratorium Lapangan Fakultas Kehutanan IPB. Istomo, Pradiastoro A Karakteristik tempat tumbuh pohon palahlar gunung (Dipterocarpus retusus Bl.) di kawasan hutan lindung Gunung Cakrabuana, Sumedang Jawa Barat. Jurnal penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 8(1):1-12. Joker D Hopea odorata Roxb. [Internet]. [diunduh 2014 September 27]. Tersedia pada: Joker D Shorea leprosula Miq. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada: Joker Alstonia scholaris (L.) R.Br. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada: Joker Dalbergia latifolia Roxb. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada: Kashio M, Johnson DV Monograph on benzoin (Balsamic resin from Styrax species). Bangkok (TH): FAO.

58 Kelana TB Uji sitotoksik ekstrak methanol kulit kayu tumbuhan cep-cepen (Castanopsis costata Bl.) dengan metode brine shrimp lethality assays. Jurnal Sains Kimia. 11(1): Kettle CJ Ecological considerations for using dipterocarps for restoration of lowland rainforest in Southeast Asia. Biodivers Conserv. 19: Kjaer ED, Graudal L, Nathan I Ex situ conservation of commercial tropical trees: strategies, options, and constrains. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada: Kosasih E, Ana E, Safari A Parkia roxburghii G.Don. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada: Kundu M, Schimdt LH, Jorgensen MJ Dipterocarpus retusus Blume..[Internet]. [diunduh 2014 September 17]. Tersedia pada: Kurnia I Studi Keanekaragaman Spesies Burung untuk Pengembangan Wisata Birdwatching di Kampus IPB Darmaga. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lim TK Edible medicinal dan non-medicinal plants. New York (US): Springer Dordrecht Heidelberg. Limbongan J, Malik A Peluang pengembangan buah merah (Pandanus conoideus Lamk.) di Provinsi Papua. Jurnal Litbang Pertanian. 28(4): Maharani R, Handayani P, Hardjana AK Panduan identifikasi spesies pohon tengkawang. Samarinda (ID): Balai Besar Penelitian Dipterocarpa, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan bekerjasama dengan ITTO. Mawazin, Suhaendi H Pengaruh jarak tanam terhadap diameter Shorea leprosula Miq. umur lima tahun. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 9(2): Metananda AA Etnobotani pangan dan obat masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi kasus pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Nusa Tenggara Barat.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Murtiningrum, Sarungallo ZL, Mawikere NL The exploration and diversity of red fruit (Pandanus conoideus L.) from Papua based on its physical characteristic and chemical composition. Biodiversitas. 13(3): Naiem M, Widiyatno, Al-Fauzi MZ Progeny test of Shorea leprosula Miq. as key point to increase productivity of secondary forest in PT Balikpapan Forest Industries, East Kalimantan, Indonesia. Prosedia Environmental Sciences. 20: Newman MF, Burgess PF, Whitmore TC Pedoman Identifikasi Pohonpohon Dipterocarpaceae. Ratna Rosiana Budiman, penerjemah. Bogor (ID): PROSEA Nugroho JD, Mansur I, Purwito A, Suhendang E Morphological characteristic of ectomycorrhizas on merbau [Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze]. Hayati Journal of Biosciences. 17(2):

59 46 Nurhasybi, Sudrajat DJ Agathis loranthifolia R.A. Salisbury. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada: Panjaitan S, Wahyuningtyas RS, Ambarwati D Pengaruh naungan terhadap proses ekofisiologi dan pertumbuhan semai Shorea selanica (DC.) Blume di persemaian. Jurnal Penelitian Dipterocarpa. 5(2): Partomihardjo T, Rugayah Pangi (Pangium edule Reinw.) dan potensinya yang mulai terlupakan. Media Konservasi. 2(2) : Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. [Internet]. [diunduh 2014 Juli 20]. Tersedia pada: _pengawetan-jenis-ts.pdf Prasetyaningtyas M Santalum album L. [Internet]. [diunduh 2014 November 15]. Tersedia pada: Roreng MK, Palupi NS, Prangdimurti E Carotenoids from red fruit (Pandanus conoideus Lam.) extract are bioavailable: a study in rats. IOSR journal of Pharmacy. 4(2): Rudjiman, Adriyanti DT Identification manual of Shorea spp. Yogyakarta (ID): ITTO Project. Saputro NA Keanekaragaman Spesies Kupu-Kupu di Kampus IPB Darmaga. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Simangunsong T, Kainama N Intsia bijuga Kuntze..[Internet]. [diunduh 2014 September 27]. Tersedia pada: Siswoyo, Ekarelawan, Zuhud EAM Studi pendahuluan penangkaran tumbuhan obat kedawung (Parkia roxburghii G. Don). Media Konservasi. 4(2): Songko IW Studi Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat di Kampus IPB Darmaga. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Subiandono E, Heriyanto NM Kajian tumbuhan obat akar kuning (Arcangelisia flava Merr.) di kelompok hutan gelam, Kabupaten Kampar, Riau. Buletin Plasma Nutfah. 15(1): Suciasti R Perencanaan Program Konservasi Tumbuhan Obat di Taman Hutan Kampus Leuwikopo, Kampus IPB Darmaga. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sulandjari Hasil akar dan reserpine pule pandak (Rauvolfia serpentina Benth.) pada media bawah tegakan berpotensi alelopati dengan asupan hara. Biodiversitas. 9(3): Suryadi D Identifikasi nilai konservasi tinggi keanekaragaman hayati di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Susanto, Astuti H Eurycoma longifolia Jack. [Internet]. [diunduh 2014 November 15]. Tersedia pada: Tjahyana BE dan Wowon Tanaman obat afrodisiak. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman. 16(2): 8-12.

60 Wahyudi A, Saridan A, Rombe R Sebaran dan asosiasi spesies pohon penghasil tengkawang (Shorea spp.) di Kalimantan Barat. [Internet]. [diunduh 2014 September 21]. Tersedia pada: www. Wahyuni TH Sterculia foetida L. [Internet]. [diunduh 2014 November 15]. Tersedia pada: Wasli ME, Tanaka S, Kendawang JJ, Abdu A, Lat J, Morooka Y, long SM, Sakurai K Soils and vegetation condition of natural forest and secondary fallow forests within Batang Ai National Park Boundary, Sarawak, Malaysia. Kuroshio Science. 5(1): Wen J, Lu L, Boggan JK Diversity and evolution of Vitaceae in the Philippines. Philippines Journal of Science. 142: Widyatmoko D, Zich F The flora of Bukit Tiga Puluh National Park, kerumutan Sanctuary and Mahato Protective Reserve, Riau, Indonesia. Jakarta (ID): PT Warta Global Indonesia. Wulandari D Pangium edule Reinw. [Internet]. [diunduh 2014 November 15]. Tersedia pada: Yahya AF Pertumbuhan, biomassa, dan kandungan alkaloid akar pule pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) hasil kultur in vitro. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yuniastuti E, Handayani T, Djoar DW Identifikasi dan seleksi keragaman tanaman pranajaya (Sterculia foetida Linn.) serta teknologi perbanyakan tanaman secara in vitro untuk penyediaan bahan baku biofuel. [Internet]. [diunduh 2014 November 15]. Tersedia pada: Yuzammi, Hidayat S Flora Sulawesi: Unik, Endemik, dan Langka. Bogor (ID): Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Zuhud EAM, Damayanti EK, Ekawaty R Program konservasi Rafflesia Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Puspa Langka Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zuhud EAM, Hardjanto, Hero Y, Rushayati SB, Karlinasari L, Wulandari AS, Fatmayanti IC Sejarah Singkat Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Zuhud EAM Bio-ekologi tumbuhan obat kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) di Hutan Alam Taman Nasional Meru Betiri. [Internet]. [diunduh 2014 September 26]. Tersedia pada: 47

61 48 Lampiran 1 Sebaran spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga No. Nama Spesies Lokasi 1 Agathis dammara (Lamb) Rich. 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11 2 Alstonia scholaris (L.) R.Br. 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 3 Aquilaria malaccensis Lam. 7 4 Arcangelisia flava Merr. 1, 7 5 Castanopsis trisperma Scheff. 2, 7, 11 6 Dalbergia latifolia Roxb. 2, 3, 7, 10, 11 7 Diospyros celebica Bakh. 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11 8 Dipterocarpus retusus Blume. 7 9 Dryobalanops lanceolata Burck. 9, Eurycoma longifolia Jack Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn. 2, 6, 7 12 Hopea odorata Roxb. 3, 7, 9, Intsia bijuga Kuntze. 2, 6, 7, Pandanus conoideus de Vriese. 1, 7 15 Pangium edule Reinw. 4, 7, Parkia timoriana Merr Pericopsis mooniana Thwaites Rauvolfia serpentina 7 Benth. Ex Kurz. 19 Santalum album L Scorodocarpus borneensis Becc. 7, Shorea leprosula Miq. 1, 3, 5, 7, 10, 11, Shorea mecistopteryx Ridl Shorea pinanga Scheff Shorea selanica Blume. 2, 7, 11, Shorea seminis Slooten. 7, 11, Shorea stenoptera Burck Stelechocarpus burahol 6, 7, 9, 10, 13 Hook.f.&Thomson. 28 Sterculia foetida L. 4, 7 29 Styrax benzoin Dryand Tetrastigma leucosthaphyllum Planch. 7 Keterangan : 1). Cikabayan, 2). Kompleks Perumahan Dosen, 3). Tegakan Sekitar Asrama Silvasari, 4). Tegakan Sekitar Asrama Putra TPB, 5). Hutan Al-Huriyyah, 6). Tegakan Belakang Asrama Putri TPB, 7). Kompleks Fahutan, 8). Sekitar Situ LSI, 9). Taman Rektorat, 10). Arboretum Lanskap, 11). Arboretum Hutan Tropika, 12). Arboretum Bambu, 13). Kompleks Faperta

62 1 Lampiran 2 Peta sebaran spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga 49

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis, yang tidak saja mengandung kekayaan hayati flora yang beranekaragam, tetapi juga termasuk ekosistem terkaya

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak Pola Penyebaran dan Struktur Populasi Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan Asrianny, Arghatama Djuan Laboratorium Konservasi

Lebih terperinci

10 tumbuhan langka di Indonesia Iklan

10 tumbuhan langka di Indonesia Iklan 10 tumbuhan langka di Indonesia Iklan 10 tumbuhan langka di Indonesia, Kekayaan Indonesia tidak perlu diraguan lagi. Baik dari flora dan fauna, Indonesia sangat kaya akan hal itu. Namun, seiring bertambahnya

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO 1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (MacKinnon, 1997). Hakim (2010) menyebutkan, hutan tropis Pulau Kalimantan

I. PENDAHULUAN. (MacKinnon, 1997). Hakim (2010) menyebutkan, hutan tropis Pulau Kalimantan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar ketiga di dunia dan menjadi salah satu pulau yang memiliki keragaman biologi dan ekosistem yang tinggi (MacKinnon, 1997). Hakim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Pinus 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Pinus di Indonesia Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Syzygium merupakan marga dari suku Myrtaceae (jambu-jambuan) yang memiliki jumlah spesies yang sangat banyak. Tercatat kurang lebih 1200 spesies Syzygium yang tumbuh

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian Pinus merkusii strain Kerinci: Satu-satunya jenis pinus yang menyebar melewati khatulistiwa ke bagian bumi lintang selatan hingga sekitar o L.S. Belum dikembangkan atau dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Lebih terperinci

EVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA BANTEN

EVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA BANTEN EVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA BANTEN Evaluation of Survival Plantation Try Species of Dipterocarpaceae in Carita Forest Resort Banten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar peranannya dalam Pembangunan Nasional, kurang lebih 70% dari luas daratan berupa hutan. Hutan sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

BP2LHK Manabo Kampus Kreatif Sahabat Rakyat

BP2LHK Manabo Kampus Kreatif Sahabat Rakyat BP2LHK Manabo Kampus Kreatif Sahabat Rakyat GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN TEKNIK INOKULASI GAHARU oleh : Jafred E. Halawane Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado Jl. Adipura Kelurahan Kima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan flora

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada 104 27-104 54 BT dan 5 5-5 22 LS. KPHL Batutegi meliputi sebagian kawasan Hutan Lindung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi , II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi Degradasi lahan adalah proses menurunnya kapasitas dan kualitas lahan untuk mendukung suatu kehidupan (FAO 1993). Degradasi lahan mengakibatkan hilang atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT Species Diversity And Standing Stock In Protected Forest Area Gunung Raya Districts Ketapang

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Areal PT. Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan Hak Pengusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampung Adat Dukuh Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah dan Dasar Hukum Kelompok hutan Sungai Meranti-Sungai Kapas di Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) ditunjuk untuk dijadikan sebagai lokasi

Lebih terperinci

Oleh: Merryana Kiding Allo

Oleh: Merryana Kiding Allo Corak Indah Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) CORAK INDAH KAYU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243, telp. (0411)

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Areal PT. Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan IUPHHK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang strategis karena terletak di daerah khatulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan tropis cukup unik dengan keanekaragaman jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang

Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang Apriyono Rahadiantoro, Rodliyati Azrianingsih, Brian Rahardi Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang the_reddishsky@yahoo.co.id

Lebih terperinci

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) DI KAWASAN KONSERVASI RUMAH PELANGI DUSUN GUNUNG BENUAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA Diversity Study of Kantong Semar Plants (Nepenthes

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH (Dyera costulata Hook.f) YANG DITANAM PADA LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH DI KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh/by SULAIMAN BAKRI Program Studi Budidaya Hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBIBITAN MERBAU (Intsia bijuga) Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

TEKNIK PEMBIBITAN MERBAU (Intsia bijuga) Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat TEKNIK PEMBIBITAN MERBAU (Intsia bijuga) Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat Merbau merupakan salah satu jenis pohon yang menghasilkan kayu dengan kualitas yang baik. Kualitas ini

Lebih terperinci

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI LEMPUNG 20/05/2013 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI JOGYAKARTA SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI Produktifitas tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor kesesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat sebutan Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Liana Liana merupakan tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari tumbuhan lain agar dapat menjulang dan daunnya memperoleh cahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia seiring dengan perkembangan zaman. Pemanfaatan hutan biasanya sangat bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan pohon dan macam pohon apa yang tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn., BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan endemik dianggap penting bukan hanya karena jumlah (populasi)nya yang sangat sedikit, melainkan juga karena populasi tersebut sangat terbatas secara geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dihindari dan mulai dapat dirasakan dampaknya terhadap kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dihindari dan mulai dapat dirasakan dampaknya terhadap kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap persebaran vegetasi di suatu wilayah. Perubahan iklim yang terjadi saat ini sudah sulit untuk dihindari

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Administratif dan Geografis Secara geografis KHDTK Cikampek terletak di 06 0 25 00-06 0 25 48 LS dan 107 0 27 36-107 0 27 50 BT, kurang lebih 5 km sebelah selatan

Lebih terperinci

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR A. Latar Belakang dan Dasar Pelaksanaan Kebakaran pada Kawasan Hutan

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999) Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : 13-22 (1999) Artikel (Article) EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI (Shorea spp.) DI HAURBENTES BKPH JASINGA KPH BOGOR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan tanaman cenderung identik dengan tanaman yang seragam dan seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan, yang memiliki peran yang

Lebih terperinci

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati Pada dasarnya tidak ada makhluk hidup yang persis sama di bumi ini. Adanya perbedaan di antara organisme inilah yang menimbulkan keanekaragaman. Makhluk

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Hayati Tanah Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem pada suatu daerah.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro dengan luas wilayah 50.145,4 ha, secara administratif seluruh wilayahnya berada di Daerah Tingkat II Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia bersama sejumlah negara tropis lain seperti Brazil, Zaire dan Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity).

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan (Soerianegara

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI

III. KONDISI UMUM LOKASI III. KONDISI UMUM LOKASI 3.1. Sejarah Kawasan Berawal dari Cagar Alam Gunung Halimun (CAGH) seluas 40.000 ha, kawasan ini pertama kali ditetapkan menjadi salah satu taman nasional di Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sancang, Kecamatan Cibalong,, Jawa Barat, merupakan kawasan yang terletak di Selatan Pulau Jawa, yang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Hutan Sancang memiliki

Lebih terperinci

Studi Potensi dan Penyebaran Tengkawang (Shorea spp.) di Areal IUPHHK-HA PT. Intracawood Manufacturing Tarakan, Kalimantan Timur

Studi Potensi dan Penyebaran Tengkawang (Shorea spp.) di Areal IUPHHK-HA PT. Intracawood Manufacturing Tarakan, Kalimantan Timur Vol. JURNAL 01 Desember SILVIKULTUR 010 TROPIKA Studi Potensi dan Penyebaran Tengkawang (Shorea spp.) 11 Vol. 01 No. 01 Desember 010, Hal. 11 17 ISSN: 086-87 Studi Potensi dan Penyebaran Tengkawang (Shorea

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bambu merupakan salah satu taksa yang sangat beragam dan mempunyai potensi ekonomi yang tinggi. Bambu termasuk ke dalam anak suku Bambusoideae dalam suku Poaceae. Terdapat

Lebih terperinci

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI Indonesia terdiri atas pulau-pulau sehingga disebut negara kepulauan. Jumlah pulau yang lebih dari 17.000 buah itu menandakan bahwa Indonesia merupakan suatu wilayah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI

BAB III KONDISI UMUM LOKASI BAB III KONDISI UMUM LOKASI 3.1 Letak Geografis dan Luas Areal Berdasarkan letak geografis, areal PT. SBK blok sungai Delang terletak pada posisi 01 24-01 59 Lintang Selatan dan 114 42-111 18 Bujur Timur,

Lebih terperinci

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 508/KPTS-IV/1998 TENTANG BESARNYA PROVISI SUMBERDAYA HUTAN (PSDH) PER SATUAN HASIL HUTAN KAYU

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 508/KPTS-IV/1998 TENTANG BESARNYA PROVISI SUMBERDAYA HUTAN (PSDH) PER SATUAN HASIL HUTAN KAYU KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 508/KPTS-IV/1998 TENTANG BESARNYA PROVISI SUMBERDAYA HUTAN (PSDH) PER SATUAN HASIL HUTAN KAYU MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia: Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan 32 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keanekaragaman Spesies Pohon Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR terdapat 60 spesies pohon

Lebih terperinci

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN Oleh : Ir. Suwignyo Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Samarinda Abstrak Ulin adalah salah satu jenis pohon

Lebih terperinci

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya, BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang beragam. Wilayahnya yang berada di khatuistiwa membuat Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga

Lebih terperinci

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar. Indonesia juga dikenal sebagai negara maritim dengan potensi kekayaan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Berdasarkan beberapa literatur yang diperoleh, antara lain: Rencana Aksi Koridor Halimun Salak (2009-2013) (BTNGHS 2009) dan Ekologi Koridor Halimun Salak (BTNGHS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaharu telah digunakan lebih dari 2000 tahun yang lalu secara luas oleh orang dari berbagai agama, keyakinan dan kebudayaan terutama di Negara-negara Timur Tengah, Asia

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 JENIS TUMBUHAN MORACEAE DI KAWASAN STASIUN KETAMBE TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER ACEH TENGGARA Hasanuddin Magister Pendidikan Biologi FKIP

Lebih terperinci

Karena hal-hal diatas tersebut, kita harus mencari cara agar hewan dan tumbuhan tetap lestari. Caranya antara lain sebagai berikut.

Karena hal-hal diatas tersebut, kita harus mencari cara agar hewan dan tumbuhan tetap lestari. Caranya antara lain sebagai berikut. JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD VI (ENAM) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP Kehadiran hewan dan tumbuhan itu sesungguhnya dapat menjaga keseimbangan alam. Satu makhluk

Lebih terperinci

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO 1 PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO RESTU GUSTI ATMANDHINI B E 14203057 DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK

IV. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK 17 IV. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK 4.1. Sejarah dan Status Kawasan Kawasan Taman Nasional Lore Lindu berasal dari tiga fungsi kawasan konservasi, yaitu : a. Suaka Margasatwa Lore Kalamanta yang ditunjuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Timor memiliki avifauna yang unik (Noske & Saleh 1996), dan tingkat endemisme burung tertinggi dibandingkan dengan beberapa pulau besar lain di Nusa Tenggara (Pulau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati *

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati * Pertumbuhan Anakan Alam Eboni (Diospyros celebica Bakh) C. Andriyani Prasetyawati PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN C. Andriyani Prasetyawati * Balai

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

2015 STRUKTUR VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANTAI DI HUTAN PANTAI LEUWEUNG SANCANG, KECAMATAN CIBALONG, KABUPATEN GARUT

2015 STRUKTUR VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANTAI DI HUTAN PANTAI LEUWEUNG SANCANG, KECAMATAN CIBALONG, KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai sekitar 80.791,42 km (Soegianto, 1986). Letak Indonesia sangat

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 14 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan dikenal sebagai salah satu Megabiodiversity Country. Pulau Sumatera salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alstonia scholaris (L.) R. Br. atau dikenal dengan nama Pulai merupakan indigenous

I. PENDAHULUAN. Alstonia scholaris (L.) R. Br. atau dikenal dengan nama Pulai merupakan indigenous I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alstonia scholaris (L.) R. Br. atau dikenal dengan nama Pulai merupakan indigenous species (spesies asli) yang cepat tumbuh (fast growing species) (Muslimin dan Lukman,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dan memiliki begitu banyak potensi alam. Potensi alam tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dan memiliki begitu banyak potensi alam. Potensi alam tersebut berupa 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan memiliki begitu banyak potensi alam. Potensi alam tersebut berupa flora dan fauna yang

Lebih terperinci

Landasan Hukum : SK. Menhut No. SK. 60/Menhut-II/2005 tanggal 9 Maret 2005

Landasan Hukum : SK. Menhut No. SK. 60/Menhut-II/2005 tanggal 9 Maret 2005 Landasan Hukum : SK. Menhut No. SK. 60/Menhut-II/2005 tanggal 9 Maret 2005 Lokasi : Desa Seneng, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat RPH Maribaya, BKPH Parung Panjang, KPH Bogor,

Lebih terperinci