BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis Hakikat Perilaku Sosial Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah pola interaksi dan tindakan antara individu dengan lainnya. Hurlock (1998) berpendapat bahwa perilaku sosial menunjukkan kemampuan untuk menjadi orang yang bermasyarakat. Setiap anak dilahirkan dengan membawa sejumlah potensi yang diuraikan dari generasi sebelumnya. Proses bawaan merupakan faktor keturunan (heredity factor), sebenarnya merupakan suatu kemampuan awal yang dimiliki oleh setiap individu yang baru untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Agar dapat berkembang secara optimal, potensi bawaan perlu ditumbuhkembangkan melalui berbagai stimulasi dan upaya-upaya dari lingkungan. Potensi bawaan seorang anak tidak saja berisi kemampuan yang berhubungan dengan fisik, tetapi juga berhubungan dengan psikis. Secara umum, potensi bawaan melukiskan gambaran yang utuh tentang anak dan hanya akan terwujud secara nyata jika mendapat rangsangan, terutama di tahun-tahun pertama kehidupan. Artinya keterlambatan memberikan rangsangan memungkinkan potensi tidak berkembang secara optimal. Perilaku sosial merupakan bagian dari aspek psikis yang perlu dibentuk pada anak. Mengingat perilaku sosial sangat mempengaruhi pertumbuhan dan 9

2 10 perkembangan anak. Perilaku sosial pula termasuk pada perkembangan sosial emosional. Soetjiningsih (2012:264) menjelaskan perkembangan emosi dan sosial adalah proses berkembangnya kemampuan anak untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas. Dalam proses perkembangannya anak diharapkan mengerti/memahami orang lain yang berarti mampu menggambarkan ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan, dirasa, diinginkan serta dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain tersebut tanpa kehilangan dirinya sendiri. Aisyah (2009:9.35) mengemukakan perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Perkembangan sosial berbeda dengan kemampuan sosial, kemampuan sosial merupakan kecakapan seorang anak untuk merespons dan mengikat dengan perasaan positif, dan memiliki kemampuan yang tinggi untuk menarik perhatian mereka. Di dalam kemampuan sosial anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana ia berada. Anak yang dapat bersosialisasi dengan baik sesuai tahap perkembangan dan usianya cenderung menjadi anak yang mudah bergaul. Anak mengalami perubahan perilaku sosial sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Di sekolah anak aktif bergaul dengan teman, belajar mengikuti aturan permainan bersama. Dalam bekerja sama dengan teman, anak belajar berbagi,

3 11 belajar tenggang rasa, belajar mengendalikan emosi, menjaga keamanan diri. Semua kemampuan ini menumbuhkan kemampuan sosial emosional. Dewi (2005:19) mengemukakan perkembangan kemampuan sosial anak usia 4 sampai 5 tahun adalah sebagai berikut: a) bermain dan berkomunikasi dengan anak-anak lain; b) berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar; c) menunjukkan perhatian untuk mengetahui lebih jauh tentang perbedaan jenis kelamin. Perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku sosial yang dikemukakan oleh Seswanto (2012:28) meliputi; bekerjasama dalam permainan kelompok, berkomunikasi dengan oran lain, dan menolong oang lain. Adapn menurut Andayani (dalam Soetjiningsih, 2012:285) bahwa perkembangan kompetensi sosial anak terjadi dalam hubungannya dengan teman sebayanya. Kompetensi sosial ini mencerminkan kemampuan anak untuk mengenali perspekktif orang lain dan mengintegrasikan perspektifnya sendiri dengan perspektif orang lain. Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial, khususnya kerjasama anak merupakan aspek perkembangan sosial, dimana anak dapat berinteraksi dengan teman sebaya, lingkungan dan orang dewasa di sekitarnya Perkembangan Perilaku Sosial pada Masa Kanak-kanak Perkembangan sosial pada akhir masa kanak-kanak ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-temannya dan meningkatkan keinginan

4 12 untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila tidak bersama-sama teman-temannya. Oleh sebab itu masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai usia berkelompok. Dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama kelompoknya. Sejak anak masuk sekolah sampai masa puber, keinginan untuk bersama dan untuk diterima kelompok (geng) menjadi semakin kuat baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Aisyah (2008:40) menjelaskan perkembangan sosial pada masa kanakkanak, meliputi: A. Geng Anak 1) Perbedaan geng Geng anak sangat berbeda dari geng remaja dan yang semakin membedakan diantaranya adalah sebagai berikut: a) Tujuan geng anak adalah memperoleh kesenangan geng anak mereka terutama merupakan kelompok bermain. Sebaliknya, geng remaja bertujuan untuk menimbulkan kesulitan bagi orang lain sebagai pembalasan terhadap kelalaian kelompok sosial yang benar-benar ada atau yang dikhayalkan. b) Geng anak-anak terdiri dari anak-anak yang popular dengan temanteman sebaya, sedangkan geng remaja terdiri dari remaja yang berhasil memperoleh dukungan teman-teman sehingga mereka bersatu dengan keinginan untuk membalas dendam kepada setiap orang yang tidak menerima mereka.

5 13 2) Ciri-ciri geng anak (a) Geng anak-anak merupakan kelompok bermain (b) Untuk menjadi anggota geng anak harus diajak (c) Anggota terdiri dari jenis kelamin yang sama. (Aisyah (2008:41) B. Bahasa sosial pada akhir masa kanak-kanak Terdapat lima jenis anak yang penyesuaiannya dipengaruhi oleh bahasa sosial, yaitu berikut ini: 1) Anak yang ditolak atau diabaikan oleh kelompok teman-teman akan kurang mempunyai kesempatan untuk belajar bersifat sosial. 2) Anak yang terkucil tidak memiliki persamaan dengan kelompok akan menganggap dirinya beda. 3) Anak yang mobilitas sosialnya tinggi memiliki kesulitan untuk diterima dalam kelompok yang sudah terbentuk. 4) Anak yang berasal dari keluarga ras/keluarga agama yang berbeda akan senang terkena prasangka. 5) Pada pengikut yang ingin menjadi pemimpin, kemudian menjadi anak yang penuh dengki dan tidak puas. C. Bahasa Potensial Perilaku sosial yang tidak memenuhi harapan sosial akan membahayakan bagi penerimaan sosial oleh kelompok. Hal ini akan menghilangkan kesempatan anak untuk belajar sosial sehingga sosialisasi mereka semakin jauh lebih rendah dibandingkan dengan teman seusianya.

6 14 Bahaya yang paling umum dalam upaya menuju sosialisasi adalah sebagai berikut: 1) Ketelantaran sosial Ketelantaran sosial adalah hilangnya kesempatan untuk berhubungan dengan orang-orang sehingga menimbulkan ketelantaran dalam kesempatan belajar menjadi pribadi sosial. Penyebab ketelantaran sosial adalah sebagai berikut: (a) Orang tua dan anggota keluarga lainnya kurang waktu untuk merawat bayi sehingga bayi kekurangan stimulasi untuk memotivasi menjadi bagian dari kelompok keluarga. (b) Keterasingan geografis atau kekhawatiran orang tua tentang hubungan anak dengan anak lain di luar rumah. Ketelantaran memperlama sifat egosentrisme, menjadi ciri khas semua bayi sehingga kecenderungan menjadi introverti. Ketelantaran sosial yang tidak berlangsung lama, cenderung mempertinggi motivasi mereka untuk memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Sebaliknya, ketelantaran sosial yang berlangsung lama tidak hanya menimbulkan introverti tetapi juga menyebabkan anak takut berusaha membina hubungan sosial walaupun mereka, kemudian mendapat kesempatan.

7 15 2) Partisipasi sosial yang terlalu banyak Terlalu banyak berpartisipasi sosial dapat berbahaya sebab hal itu menghilangkan kesempatan anak untuk mengembangkan segi batiniah yang memungkinkan mereka berbahagia apabila keadaan memaksa mereka untuk berada sendirian. Setiap anak memiliki kebutuhan sosial yang berbeda, tidak ada batasan apakah partisipasi sosial itu terlalu banyak atau tidak. Tetapi hal itu dapat dilihat dari sikap dan perilaku anak-anak bila mereka terlalu banyak berpartisipasi dalam kegiatan sosial. 3) Ketergantungan yang berlebihan Jika anak terus tergantung pada orang lain baik kepada orang dewasa atau kepada teman seusianya, hal ini akan membahayakan bagi penyesuaian pribadi dan sosial. Akibat yang timbul dari ketergantungan yang berlebihan, adalah: (a) meningkatnya perasaan ketidakmampuan dan kelebihrendahan anak (b) anak mudah dipengaruhi dan dikuasai orang lain (c) anak takut untuk berpikir dan berperilaku mandiri 4) Penyesuaian yang berlebihan Kelompok sosial menilai dan menerima atas dasar kesediaan atau kemampuan memenuhi harapan sosial, tetapi apabila anak berusaha menyesuaikan diri secara berlebihan maka: (a) teman seusia menganggap mereka lemah karena kurang mandiri

8 16 (b) anak akan dianggap remeh oleh kelompok teman sebaya karena tampak tidak mempunyai apa-apa untuk disumbangkan bagi kelompok. (c) anak tidak dapat memiliki pandangan yang baik tentang diri mereka sendiri jika mereka mengetahui bahwa kelompok mempunyai pandangan yang tidak baik tentang mereka. 5) Tidak menyesuaikan diri Penyebab anak tidak menyesuaikan diri: (a) anak tidak memiliki motivasi untuk menyesuaikan diri (b) anak kurang memiliki pengetahuan tentang harapan kelompok atau cara memenuhi harapan itu. Akibat anak tidak menyesuaikan diri: (a) anak akan terbuang/tersingkir dari hubungan sosial sehingga mereka tidak berkesempatan mempelajarai pengalaman yang hanya didapat dari keanggotaan kelompok. (b) Tidak mau melakukan penyesuaian diri, yaitu memilih pola perilaku yang sama sekali bertentangan dengan yang diterima oleh kelompok. Yus (2012:26) menjelaskan yang termasuk dalam aspek sosial-emosional adalah kemampuan interpersonal maupun intrapersonal. Kemampuan interpersonal, diperlihatkan dalam bentuk perilaku: a) mengerti orang lain; b) berempati; c) bekerja sama; d) berkomunikasi, dan e) rasa tanggung jawab.

9 17 Sedangkan kemampuan intrapersonal, diperlihatkan dalam bentuk perilaku: 1) percaya diri; 2) kreatif; 3) jiwa sosial-kebijakan; 3) kemandirian, dan 4) kritis. Untuk membantu anak meraih sukses dalam pembelajaran dan belajar bertanggung jawab terhadap sekolah dan kehidupannya, maka sekolah menyediakan suatu daftar kegiatan harian. Daftar ini berisi kegiatan yang seimbang antara kegiatan atas inisiatif anak dan aktivitas yang melibatkan orang dewasa secara langsung. Dalam daftar juga dimasukkan kegiatan yang bersifat individual maupun kelompok secara seimbang. Kegiatan pembelajaran juga perlu mendukung perkembangan sosial emosi anak dengan merencanakan kegiatan rutin dan transisi yang tepat sehingga anak dapat memperkirakan cara yang akan dilakukan. Program high/scope memiliki perencanaan kegiatan yang sama untuk setiap hari, menyediakan kerangka kerja yang konsisten untuk orang dewasa dan anak. Rangkaian kegiatan disusun dalam siklus perencanaan tindakan. Kegiatan ini high/scope setiap harinya memberikan kebebasan kepada anak untuk: - Mempertimbangkan rencana - Membuat rencana - Mengikuti kehendaknya, dan - Menggambarkan pengalaman. Dibalik rangkaian kegiatan pelaksanaan review di atas, pengaturan jadwal sehari-hari juga mengizinkan anak bertemu dan berkumpul dalam sebuah kelompok kecil atas inisiatif orang dewasa yang didasari oleh minat anak,

10 18 kelompok, dan tingkat perkembangan mental anak serta melibatkannya dalam sebuah aktivitas berdasarkan kelompok dalam berinteraksi sosial, musik dan pergerakan fisik. Assesment adalah kunci yang memungkinkan untuk: a) memahami tingkat perkembangan mental anak; b) mengidentifikasi minat yang dinyatakan, dan c) mengamati kunci pengalaman yang melibatkan setiap anak Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial Dalam perkembangan perilaku sosial anak, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain: a) Pola Asuh Rachmawati (2010:8) mengemukakan pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan ataupun menghambat tumbuhnya kreativitas. Seorang anak yang dibiasakan dengan suasana keluarga yang terbuka, saling menghargai, saling menerima dan mendengarkan pendapat anggota keluarganya, maka ia akan tumbuh menjadi generasi yang terbuka, fleksibel, penuh inisiatif, dan produktif, suka akan tantangan dan percaya diri. Perilaku kreatif dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Lain halnya jika seorang anak dibesarkan dengan pola asuh yang mengutamakan kedisiplinan yang tidak dibarengi dengan toleransi, wajib mentaati peraturan, memaksakan kehendak, yang tidak memberikan peluang bagi anak untuk berinisiatif, maka yang muncul adalah generasi yang tidak memiliki visi masa depan, tidak punya keinginan untuk maju dan berkembang, siap berubah dan beradaptasi dengan baik,

11 19 terbiasa berpikir satu arah, dan lain sebagainya. Kehidupan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak. Oleh karena itu, pola pengasuhan orang tua menjadi sangat penting bagi anak dan akan memengaruhi kehidupan anak hingga ia dewasa. Setiap anak mempunyai kecenderungan sosial dan emosional yang berbeda-beda. Hawari seperti (dalam Suyadi, 2010:200) menyatakan perbedaan tersebut dipengaruhi oleh sikap, cara dan kepribadian orang tua dalam memelihara, mengasuh dan mendidik anaknya. Dalyono (2010:130) menjelaskan keluarga, dimana anak akan diasuh dan dibesarkan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Terutama keadaan ekonomi rumah tangga, serta tingkat kemampuan orang tua merawat juga sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya. b) Lingkungan Mariyana, dkk (2010:20) mengemukakan bahwa tujuan penciptaan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi multisensori anak adalah menyiapkan dan mengelola lingkungan belajar yang dapat merangsang berbagai indra anak secara baik. Selanjutnya dijelaskan pula oleh Mariyana, dkk (2010:30) dalam pembelajaran hendaknya anak dibimbing untuk mengendalikan dirinya sendiri secara baik. Kemampuan ini penting sekali karena guru TK berhadapan dengan anak-anak yang masih bersifat egosentris, spontan dan fleksibel. Menghadapi

12 20 anak seperti ini, harus pandai mengatur emosi dan pengendalian diri. Untuk itu, akan semakin efisien suatu pembelajaran di TK jika lingkungan belajarnya dibimbing oleh guru yang bijaksana. Artinya dapat menangani anak secara baik dalam pembelajaran, artinya guru tidak hanya professional tetapi harus memiliki rasa bijak yang memadai. Sujiono (2008:94) menjelaskan pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja dan terencana untuk membantu anak mengembangkan potensi secara optimal sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa emosi yang hakiki dari tujuan akhir pendidikan ialah kemampuan anak melakukan adaptasi dengan lingkungan dalam arti yang luas. Dengan demikian, tujuan pendidikan seharusnya menjadi dasar untuk mengarahkan berbagai proses pendidikan (pembelajaran) agar mendekatkan anak dengan lingkungan. Dengan demikian pendidikan yang diberikan akan dapat dimaknai dan berguna bagi anak ketika beradaptasi dengan lingkungannya. c) Teman Sebaya Saat anak memasuki tahapan perkembangan dalam pengertian differensiasi, dimana anak telah mengerti dan memahami orang lain. Maka anak sudah tidak lagi melihat segala sesuatunya untuk dirinya atau apa yang disebut pemusatan pada dirinya. Pada saat itu ia membutuhkan orang lain yang dapat mengerti dan memahami dirinya dan ia mengerti apa yang diinginkan orang lain terhadap dirinya.

13 21 Maksudnya pengertian yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan sesuai dirinya, yaitu teman sebaya, teman yang akan menjadi tempat untuk menyatukan perasaan, pemikiran motif dan tingkah laku dirinya dan orang lain yang seusianya. Memungkinkan akan terjalin hubungan sosial, sehingga antara satu dengan yang lainnya akan terjadi saling mempengaruhi. Dorongan untuk menjadikan satu sama, sesuai dan seragam akan tercipta dengan konformitas, yaitu memberikan saling timbal balik. Anak akan memberikan sesuatu kepada teman sebayanya, jika pada teman sebayanya itu ada sesuatu yang akan didapati. Atau jika anak akan masuk dalam suatu kelompok, agar diterima pada kelompok tersebut maka ia akan mengadakan konfromi. Terjalaninya hubungan sosial yang lebih baik pada teman sebaya, maka anak yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Sehingga pada tahapan tertentu anak akan mengadakan imitasi pada teman sebayanya, seperti perkataan, tingkah laku dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk dapat memberikan perkembangan yang sesuai dengan usianya, maka orang tua memungkinkan untuk dapat memahami dan mengerti apa yang diinginkan dan dirasakan anak yang sesuai dengan usia perkembangannya Hakikat Bermain Kelompok Pengertian Bermain Kelompok Bodrova, dkk (dalam Mutiah, 2010:104) mengemukakan dalam bermain, anak dapat menciptakan kemandirian baik dalam control diri, penggunaan bahasa, daya ingat dan kerja sama dengan teman lain. Dibandingkan dengan situasi lain,

14 22 dalam bermain anak memiliki perhatian (atensi), daya ingat, bahasa, dan aspek sosial yang lebih baik. Bermain bersifat menyeluruh dalam pengertian selain untuk perkembangan kognisi, bermain juga mempunyai peran penting dalam perkembangan sosial dan emosional anak. Ketiga aspek yaitu kognisi, sosial dan emosi saling berhubungan satu sama lain. Woltgang (dalam Sujiono, 2008:145) berpendapat bahwa terdapat sejumlah nilai-nilai dalam bermain (the value of play), yaitu bermain dapat mengembangkan keterampilan sosial, emosional dan kognitif. Bermain kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, dengan jenis-jenis permainan yang dilakukan dalam kegiatan kelompok, anak akan mengadakan interaksi dengan temannya, belajar dari kerja sama antarteman, sehingga menghasilkan kesepakatan-kesepakatan dalam bahasa sederhana yang berdampak pada pembentukan perilaku sosial Jenis-jenis Bermain Kelompok Sujiono (2008:151) mengemukakan jenis-jenis bermain kelompok, meliputi: 1) Bermain Sosial Penting bagi seorang anak terlibat dengan orang lain selain dirinya. Interaksi, dapat diartikan secara sederhana dengan merespon pada perilaku orang lain. Bermain sosial, dasar dari seluruh pembelajaran sosial adalah adanya interaksi antara dua orang atau lebih. Pentingnya bermain sosial: 1) sebagai sarana bagi anak untuk belajar dari orang lain; 2) mengembangkan kemampuan anak

15 23 untuk berkomunikasi; 3) membuat anak lebih mampu untuk bersosialisasi; 4) membantu anak untuk mengembangkan persahabatan. - Bermain denganku Merupakan bentuk awal dari bermain sosial, biasanya terjadi antara anak dan orang tua, seperti orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk terlibat, mengawasi respon yang tidak diinginkan, mengikuti kemauan anak dan menyanyikan lagu untuk anak. - Kita berdua Kegiatan yang melibatkan sedikitnya dua orang dalam bermain, baik orang dewasa dan anak, atau dua orang anak, seperti terlibat langsung, berlatih dengan orang tua, bertemu dengan anak lain, terbiasa dengan anak lain, serta mendorong anak untuk bermain bersama. - Bergiliran Dikembangkan pada kegiatan yang melibatkan aturan atau bermain dengan aturan: a) mempelajari aturan baik antara orang dewasa dan anak, dua orang anak dan sekelompok anak; b) mempelajari aturan pada permainan sederhana dan perlombaan; c) membuat permainan yang lebih sulit; d) peraturan baru, seperti pemenang, dadu dan ular tangan, dan e) permainan luar ruangan. 2) Bermain Imajinatif Pentingnya bermain imajinatif: 1) membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bahasa; 2) membantu anak untuk memahami orang lain;

16 24 3) membantu anak untuk mengembangkan kreativitasnya, dan 4) membantu anak untuk mengenali dirinya sendiri. 3) Bermain Teka Teki Pentingnya bermain memecahkan teka-teki dapat: 1) mengembangkan kemampuan anak dalam berpikir; 2) teka-teki mendorong rasa ingin tahu anal, dan 3) mengembangkan kemandirian pada anak. Sedangkan bermain teka-teki pada anak cacat, dapat: a) menunjukkan padanya bahwa di dunia ini banyak objek yang dapat menarik perhatiannya; b) harus memberikan perhatian pada objek yang sangat diminati oleh anak; c) mendorong rasa ingin tahu anak terhadap puzzle; d) memberikan kesempatan pada anak untuk memecahkan teka-teki. Di samping itu, Siswanto dan Lesstari (2012:129) mengemukakan beberapa jenis bermain kelompok yang berpengaruh pada perilaku sosial, antara lain: a) Permainan Pesan Berantai Tujuannya: - melatih diri berperilaku sosial - melatih kecerdasan verbal Alat/bahan: - ruangan yang luas atau ruangan terbuka Cara bermain: - Bagi anak-anak menjadi beberapa kelompok, kemudian berbaris - Guru membisikkan sebuah kalimat kepada anak pertama (kata-kata yang dibisikkan disesuaikan dengan kesulitannya dengan tingkat kepandaian anak)

17 25 - Kemudian pesan yang dibisikkan guru akan dibisikkan kepada teman berikutnya dan seterusnya. - Kelompok yang paling sedikit salahnya dalam menyampaikan pesan berantai berhak menjadi pemenang. b) Permainan Menebak benda yang hilang Tujuan: - Mengembangkan keterampilan pengelompokkan, keterampilan berpikir serta dapat mengembangkan kemampuan berbahasa dan kosa kata. - Mampu menyelesaikan masalah dan interaksi sosial - Melatih motorik halus - Mengembangkan pengenalan huruf - Melatih logika - Pengenalan warna Alat/bahan: - Benda yang menarik - Handuk atau taplak meja - Lantai atau meja Cara bermain: - Kumpulkan benda-benda yang menarik dan letakkan di atas lantai atau meja - Setelah mereka mempelajarinya, sebutkan namanya keras-keras satu persatu. - Tutup benda-benda itu dengan handuk atau taplak meja. - Ulangi nama-nama benda tadi

18 26 - Angkat handuk atau taplak meja dengan membawa beberapa benda tanpa terlihat oleh mereka. - Kemudian, tanyakan kepada mereka, benda apa yang hilang? - Kumpulkan sekumpulan benda dan ulangi lagi permainan dengan menyingkirkan benda yang lain. - Semakin banyak benda yang dikumpulkan semakin menarik. 3) Permainan Dalam Kelompok Yalom, dkk (dalam Rusmana, 2009:22) mengusulkan perlunya permainan dilakukan dalam situasi kelompok saat dibutuhkan dan memandang kegunaan permainan sebagai bantuan yang sangat bernilai bagi konselor, anggota dan proses kelompok. Terdapat tujuh alasan untuk menggunakan permainan dalam kelompok, diantaranya: 1) Mengembangkan diskusi dan partisipasi. Penggunaan permainan dalam kelompok seringkali dapat meningkatkan partisipasi anggota kelompok dengan cara memberikan mereka pengalaman umum. Permainan dapat menjadi cara untuk menstimulasi minat dan energi anggota kelompok. 2) Memfokuskan kelompok. Suatu permainan dapat digunakan untuk memfokuskan anggota pada suatu isu atau topik yang umum. 3) Mengangkat suatu fokus. Konselor bisa juga menggunakan permainan untuk mengangkat suatu fokus saat ia merasa sebuah topik baru dibutuhkan.

19 27 4) Memberi kesempatan untuk pembelajaran eksperiensial. Alasan keempat dalam penggunaan permainan adalah untuk memberi suatu pendekatan alternatif dalam mengeksplorasi persoalan-persoalan, hal ini dapat dilakukan melalui diskusi sederhana. Permainan juga berguna untuk membuat anggota menindak-lanjuti tema yang didiskusikan dalam kelompok daripada hanya membicarakannya. 5) Memberi konselor informasi yang berguna. Permainan berguna juga untuk mendapatkan informasi dari anggota kelompok yang akan digunakan trainer dalam diskusi. Dalam hal ini permainan rounds seringkali digunakan. 6) Memberikan kesenangan dan relaksasi. Permainan tertentu dapat melonggarkan suasana dalam kelompok melalui canda tawa dan relaksasi. Misalnya permainan lempar topeng, pijat kelompok dan sebagainya. Permainan ini bisa jadi dapat sangat berguna saat kelompok nampaknya membutuhkan perubahan suasana atau keadaan. 7) Meningkatkan level kenyamanan. Permainan dapat digunakan untuk meningkatkan level kenyamanan dalam kelompok. Banyak anggota mengalami kecemasan selama sesi awal dalam kelompok. Permainan untuk meningkatkan keakraban seringkali menambah rasa nyaman diantara anggota kelompok.

20 Penerapan Teknik Bermain Kelompok Dalam Meningkatkan Perilaku Sosial Anak Perkembangan adalah perubahan yang sisematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya. Perubahan itu dijalani oleh anak manusia, khususnya sejak lahir hingga mencapai tingkat kedewasaan atau kematangan. Erikson (dalam Danim dan Khairil, 2011:72) mengemukakan usia 3-5 tahun merupakan fase bermain, hasil perkembangan ego pada fase ini adalah inisiatif dan rasa bersalah. Kekuatan dasarnya adalah tujuan atau dorongan. Selama periode ini anak mengalami suatu keinginan untuk meniru orang dewasa disekitarnya dan mengambil inisiatif dalam menciptakan situasi bermain. Nuryanti (2008:43) menjelaskan pada aspek sosial, perubahan yang terjadi pada masa kanak-kanak lanjut antara lain: 1) anak semakin mandiri dan mulai menjauh dari orang tua dan keluarga; 2) anak lebih menekankan pada kebutuhan untuk berteman dan membentuk kelompok dengan sebaya; 3) anak memiliki kebutuhan yang besar untuk disukai dan diterima oleh teman sebaya. Teori psikoanalisa oleh Sigmund Freud (dalam Mutiah, 2010:100) menyatakan bermain pada anak sebagai alat yang penting bagi pelepasan emosinya, serta sejumlah keterampilan sosial. Menurut Freud bermain berfungsi mengekspresikan dorongan inpulsif sebagai cara untuk mengurangi kecemasan yang berlebihan pada anak. Bentuk kegiatan bermain yang ditunjukkan berupa bermain fantasi dan imajinasi dalam sosiodrama atau pada saat bermain sendiri.

21 29 Melalui bermain dan berfantasi anak dapat mengemukakan harapan-harapan dan konflik serta pengalaman yang tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata. Sujiono (2008:159) menguraikan minat bermain anak pada kemampuan sosial meliputi: a) dapat berinteraksi dengan teman dalam suasana bermain dan bergembira; b) dapat menunjukkan rasa kepedulian terhadap orang yang mengalami kesulitan; c) dapat berbagi dengan teman dan orang dewasa lainnya; d) dapat menunjukan rasa sayang pada orang lain; e) dapat menunjukkan sikap sabar ketika menunggu giliran. Melalui bermain kelompok, perilaku sosial khususnya kerjasama pada anak dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dijelaskan dengan teknik bermain kelompok anak dapat bermain bersama, secara tidak langsung mengetahui perilaku yang disenangi teman atau pun tidak disenangi, mematuhi aturan bermain kelompok, memperoleh kepuasan terutama komitmen untuk menyadari bahwa kebersamaan merupakan salah satu faktor dalam mencapai keberhasilan. Dapat diberikan contoh permainan pesan berantai, tanpa kerjasama yang baik dari anggota kelompok akan menyebabkan kegagalan dalam menyampaikan kalimat atau kata yang dimaksud. Pada kesimpulannya, teknik bermain kelompok sangat sesuai dengan peningkatan perilaku sosial, disebabkan bermain merupakan kebutuhan dasar anak.

22 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoretis, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Jika guru menggunakan teknik bermain kelompok, maka perilaku sosial anak di TK Cempaka Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo, dapat ditingkatkan. 2.3 Indikator Kinerja Adapun indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah 80%. Yakni terjadi peningkatan perilaku sosial anak dari 8 orang atau 40% menjadi 16 orang atau 80% yang memiliki perilaku sosial setelah dikenai tindakan.

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI TEKNIK BERMAIN KELOMPOK DI TK MAWAR KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO.

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI TEKNIK BERMAIN KELOMPOK DI TK MAWAR KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. 1 MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI TEKNIK BERMAIN KELOMPOK DI TK MAWAR KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Rostin Halid Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Interaksi Sosial Bonner (dalam Budiningsih, 2008:56) mengemukakan interaksi sosial yaitu hubungan antara dua atau lebih individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima belas tahun sampai dengan dua puluh dua tahun. Pada masa tersebut, remaja akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merpakan hal yang sangat mendasar bagi kehidupan mansia, salah satunya adalah pendidikan anak usia dini. PAUD merupakan pendidikan pertama dan utama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yaitu anak yang berusia empat sampai dengan enam tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945, terutama pada alenia ke empat yang salah satu tujuan didirikan Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Hubungan Interpersonal 2.1.1 Pengertian Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses tumbuh kembang dengan pesat di berbagai aspek perkembangan. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus, salah satunya adalah mempunyai rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kerangka pelaksanaan pendidikan anak usia dini yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan. Peran dan kesadaran yang dimiliki orang tua untuk menempatkan anak-anak mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Self-control dibutuhkan agar individu dapat membimbing, mengarahkan dan mengatur segi-segi perilakunya yang pada akhirnya mengarah kepada konsekuensi positif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan

Lebih terperinci

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh : Tadkiroatun Musfiroh, M.Hum. (Pusdi PAUD-Lemlit UNY, FBS-UNY, PGTK-UNY) A. Pendahuluan Bermain adalah sarana tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LISTYA ANGGRAENI, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LISTYA ANGGRAENI, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia kanak-kanak, merupakan usia belajar berbagai hal. Pada fase ini, anak juga belajar mengembangkan emosinya. Karena pengaruh faktor kematangan dan faktor belajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK MASA KANAK-KANAK AWAL Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a)belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. b)kontak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang dimiliki individu di mana perilaku itu akan muncul pada waktu individu itu berinteraksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan siswa di sekolah, siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang

Lebih terperinci

Pembelajaran dan Pembiasaan Aspek (Keterampilan) Sosial Peserta Didik di Institusi Prasekolah

Pembelajaran dan Pembiasaan Aspek (Keterampilan) Sosial Peserta Didik di Institusi Prasekolah Pembelajaran dan Pembiasaan Aspek (Keterampilan) Sosial Peserta Didik di Institusi Prasekolah (Rita Eka Izzaty) A. Apakah Keterampilan Sosial Itu? Keterampilan seseorang untuk mempertahankan tujuan pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI I. Pengertian Dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, mereka seolah-olah tak pernah

BAB I PENDAHULUAN. tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, mereka seolah-olah tak pernah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan, karena anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan dalam akademik khususnya membaca sangat diperlukan untuk perkembangan pengetahuan anak. Dalam era yang serba modern seperti saat ini, banyak anak usia prasekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Marheni (dalam Soetjiningsih, 2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mempunyai pengertian sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam kandungan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk 5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah 2 Permasalahan yang terjadi di lapangan adalah semakin berkurangnya daya kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pendidikan, baik pendidikan di rumah

Lebih terperinci

KURIKULUM Pengertian Fungsi Dan Tujuan Ruang Lingkup

KURIKULUM Pengertian Fungsi Dan Tujuan Ruang Lingkup KURIKULUM Pengertian Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. Kerjasama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Semakin modern seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja sejak dahulu dianggap sebagai masa pertumbuhan yang sulit, dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun orang tua. Masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. Untuk mengoptimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation)

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada setiap manusia. Setiap anak memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11) 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kea rah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian Anak Usia Dini 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut teori psychological needs Murray 1994 (Yulianti, 2009: 8) perilaku psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak khususnya anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan melakukan apapun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus wajib mengikuti jenjang pendidikan baik jenjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci