Bungaranomics: Agribusiness-Led-Development

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bungaranomics: Agribusiness-Led-Development"

Transkripsi

1 Bungaranomics: Agribusiness-Led-Development Dr. Tungkot Sipayung Jika Indonesia konsisten dan fokus pada pembangunan agribisnis, akan lebih mudah mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju. Bahkan Indonesia dapat menjadi pemain global dibidang agribisnis. Biarkan orang Jepang, Amerika Serikat, European Union mengembangkan industri otomotif. Indonesia fokus pada produksi bahan bakar nabati (biofuel) dan ban-nya. Pemikiran visioner tersebut di atas sering disampaikan Prof. Bungaran Saragih pada berbagai forum dan tulisan, yang mencerminkan optimisme beliau pada prospek agribisnis Indonesia. Kapan saja dan dimana saja, beliau tidak pernah lelah dan bosan membicarakan dan mempromosikan pembangunan agribisnis. Sejak tahun 1980-an, Prof. Bungaran Saragih secara konsisten mengembangkan dan mempromosikan mazhab pembangunan ekonomi Indonesia yang dipimpin pembangunan agribisnis (agribusiness leddevelopment) yang saya sebut Bungaranomics. Pada awalnya, beliau bersama kolega dan mahasiswanya (Bungaranian) mengembangkan pemikiran agribisnis sebagai paradigma baru atau cara baru melihat pertanian (the new seeing of agriculture). Belakangan (tahun 1990-an) setelah ditemukan buktibukti empiris melalui riset-riset, pembangunan agribisnis dipromosikan sebagai mazhab baru pembangunan ekonomi, yang seharusnya diadopsi pemerintah sebagai strategi industrialisasi di Indonesia. Agribusiness-led-development (ALD) menawarkan alternatif strategi industrialisasi di Indonesia sebagai pengganti strategi industrialisasi broad based industry (BBI) dan high-tech industry (HTI) yang dinilai gagal memecahkan masalah-masalah pembangunan di Indonesia. Bahkan menurut pandangan ALD, strategi industrialisasi BBI dan HTI hanya akan membawa perekonomian Indonesia tergantung (bukan saling ketergantungan) pada negara lain. Agribusiness-led-development Tawaran Bungaranomics bahwa pembangunan agribisnis sebagai pilihan strategi industrialisasi Indonesia, bertitik tolak pada kenyataan bahwa

2 16 Refleksi Agribisnis: 65 Tahun Profesor Bungaran Saragih Indonesia sebagai negara tropis dianugerahi keanekaragaman sumberdaya agraris baik di daratan maupun di perairan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, dengan mendayagunakan sumberdaya tersebut melalui proses pembangunan akan dapat dan lebih mudah menghasilkan kue ekonomi untuk kesejahteraan rakyat. Benar, bahwa untuk mencapai tingkat kesejahteraan rakyat yang senantiasa harus meningkat, pendayagunaan sumberdaya agraris melalui pembangunan pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan, tidaklah cukup. Justru karena itulah Indonesia jangan berhenti hanya membangun pertanian saja, tetapi harus membangun agribisnis. Pembangunan agribisnis yang dimakud Bungaranomics mencakup halhal berikut : Pertama, pengembangan industri hulu pertanian (up-stream agribusiness) untuk menghasilkan barang-barang modal dan sarana produksi (saprodi) pertanian seperti industri pupuk, industri pembibitan, industri agrootomotif (alat dan mesin), industri pakan ternak/ikan, dan lain-lain; Kedua, pengembangan pertanian/usaha budidaya tanaman/ikan/ternak (on-farm agribusiness); Ketiga, pengembangan industri hilir pertanian (down-stream agribusiness) untuk mengolah komoditi pertanian menjadi produk-produk setengah jadi maupun produk jadi, dan Keempat, pengembangan sektor jasa (services for agribusiness) untuk mendukung/memfasilitasi ketiga hal di atas seperti infrastruktur, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan penyuluhan, perbankan dan asuransi, kebijakan pemerintah dan perdagangan antar daerah dan internasional. Dengan demikian, pembangunan agribisnis pada dasarnya merupakan pembangunan pertanian, industri dan jasa secara saling terkait (sinergis) dalam mendayagunakan sumberdaya agraris (resources-based) yang dimiliki Indonesia. Dalam hal ini Bungaranomics tidak sependapat dengan pandangan Rostow bahwa modernisasi ekonomi bergerak dari pertanian ke industri kemudian ke jasa. Pembangunan pertanian, industri, jasa harus simultan dalam pembangunan agribisnis. Unsur utama dari pembangunan agribisnis adalah dunia usaha (firms) baik usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, usaha kelompok/keluarga, usaha koperasi maupun usaha korporasi, baik pada up-stream agribusiness, on-farm, down-stream agribusiness maupun pada services for agribusiness. Dunia usaha tersebut merupakan mesin ekonomi yang merubah sumberdaya menjadi produk-produk agribisnis. Mengikuti Hukum Say (Say s Law), sekali proses produksi pada dunia usaha agribisnis berlangsung, kesempatan kerja,

3 Dr. Tungkot Sipayung 17 kesempatan berusaha, pendapatan, dan produk agribisnis akan tercipta. Oleh karena itu, menumbuhkembangkan usaha-usaha agribisnis sesuai sumberdaya yang tersedia di setiap daerah merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan agribisnis. Dunia usaha agribisnis bukan hanya ditumbuhkan tapi juga harus naik kelas (berkualitas) melalui proses pembangunan. Hanya jika dunia usaha agribisnis yang makin berkualitas, diperoleh kesempatan kerja, kesempatan berusaha, pendapatan, dan produk-produk agribisnis yang makin berkualitas. Dunia usaha agribisnis yang makin berkualitas inilah yang disebut Bungaranomics sebagai modernisasi agribisnis. Menurut Mazhab Bungaranomics, modernisasi agribisnis sebagai bagian utama modernisasi perekonomian, akan bergerak dari agribisnis yang dihela oleh sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (SDM) belum terampil (natural resources and unskill labor-based/factor-driven) kepada agribisnis yang dihela oleh modal dan SDM lebih terampil (capital and semi-skill labor based/ capital-driven). Tahap (stages) modernisasi selanjutnya adalah agribisnis yang dihela oleh ilmu pengetahuan dan SDM terampil (knowledge and skilled labor based/innovation-driven). Agribisnis Indonesia sampai saat ini pada umumnya masih berada pada fase awal, yakni factor-driven dan terlalu lama jalan di tempat pada fase awal ini. Hal inilah tantangan kedepan, yakni mempercepat modernisasi agribisnis memasuki fase capital-driven dan ke innovation-driven. Untuk mendukung pembangunan agribisnis di setiap daerah, perlu ditopang oleh suatu kebijakan agribisnis nasional yakni kebijakan promosi dan proteksi (promotion and protection policy). Bagi agribisnis yang sudah mampu berkembang dan bersaing dipromosikan dengan berbagai kemudahan agar naik kelas menjadi pemain agribisnis global. Dipihak lain, usaha-usaha agribisnis khususnya di beberapa daerah memerlukan perlindungan sementara dan dengan jadwal (time schedule) yang tepat sedemikian rupa, sehingga pada waktu yang ditetapkan agribisnis yang bersangkutan sudah mampu berkembang dan bersaing. Kebijakan promosi dan proteksi tersebut memerlukan pengelolaan makroekonomi yang kondusif. Pembangunan agribisnis memerlukan rezim perdagangan internasional yang pro-ekspor (export promotion) atau minimal netral. Bungaranomics berpandangan rezim perdagangan internasional yang pro-ekspor atau netral akan memungkinkan suku bunga di Indonesia kompetitif dengan negara lain. Rezim pro-ekspor akan menghasilkan net

4 18 Refleksi Agribisnis: 65 Tahun Profesor Bungaran Saragih ekspor yang cukup besar sehingga tidak diperlukan suku bunga yang tinggi untuk menarik capital inflow agar neraca pembayaran (balance of payment) tidak negatif secara permanen. Tingkat suku bunga yang kompetitif tersebut akan mendorong inverstasi baru untuk modernisasi agribisnis. Selain kebijakan pro-ekspor, kebijakan pengembangan perbankan di Indonesia perlu bersahabat dengan pembangunan agribisnis. Pengembangan perbankan dengan branch banking system (BBS) yang terjadi selama ini tidak bersahabat dengan pembangunan agribisnis. Mengingat usaha-usaha agribisnis Indonesia ada tersebar di setiap daerah dan memiliki kebutuhan skim pembiayaan yang beragam, memerlukan pengembangan perbankan yang bersifat Unit Banking System (UBS). Dengan UBS, bank-bank akan leluasa mendesain skim pembiayaan yang diperlukan usaha-usaha agribisnis di setiap daerah dan tidak didesain secara nasional/terpusat sebagaimana BBS. Selain itu, dengan sistem UBS, bank-bank di daerah akan mendaur ulang fund rising menjadi fund using di daerahnya. Sebaliknya dengan sistem BBS selama ini bank-bank yang beroperasi di daerah lebih cenderung berfungsi fund rising daripada fund using bagi daerah. Kelambatan perkembangan ekonomi daerah selama ini mungkin akibat capital-drain yang terkait dengan mekanisme BBS ini. Optimisme Bungaranomics Bungaranomics sangat optimis bila pembangunan agribisnis dijadikan sebagai strategi industrialisasi utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia, tidak hanya mampu memberikan solusi efektif bagi masalah-masalah ekonomi yang permanen dihadapi Indonesia, tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak dan menempatkan Indonesia secara terhormat dalam perdagangan dunia. Pembangunan agribsinis yang pada dasarnya adalah mendayagunakan sumberdaya yang tersedia di seluruh daerah akan memberi solusi atas masalah penyediaan kesempatan kerja dan berusaha. Karakteristik usaha-usaha agribisnis yang akomodatif dengan keragaman pendidikan dan keahlian/ keterampilan tenaga kerja (yang merupakan kondisi realitas Indonesia) dan karakteristik teknologi agribisnis yang relatif padat karya (labor intensive), akan mampu menyerap tenaga kerja yang ada di setiap daerah. Bahkan tidak hanya sebagai pekerja/karyawan, tetapi juga akan melahirkan pengusahapengusaha agribisnis, awalnya pada level daerah yang kemudian naik kelas menjadi pengusaha nasional dan kelas dunia.

5 Dr. Tungkot Sipayung 19 Mengikuti Hukum Say, mengingat usaha-usaha agribisnis yang ada di seluruh daerah adalah milik rakyat, menggunakan bahan baku lokal, dan seterusnya, maka pendapatan yang tercipta dari usaha agribisnis akan jatuh ke tangan rakyat Indonesia. Semakin maju usaha agribisnis, semakin besar nilai tambah (pendapatan) yang tercipta dan semakin meningkat pendapatan rakyat di seluruh daerah. Dengan perkataan lain, pembangunan agribisnis secara agregat akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yakni bersumber dari penciptaan nilai tambah, melibatkan seluruh rakyat (pemerataan partisipasi) dan dinikmati seluruh rakyat di daerah. Melalui pembangunan agribisnis juga akan efektif mengatasi kemiskinan. Sebagian besar kemiskinan terdapat di kawasan perdesaan. Cara yang paling efektif mengatasi kemiskinan adalah memberikan peluangpeluang ekonomis bagi rakyat miskin sehingga mereka dimampukan mengatasi kemiskinannya. Pengembangan usaha-usaha agribisnis di kawasan perdesaan yang disertai dengan bantuan modal murah, akan dapat mengatasi kemiskinan. Pengembangan usaha-usaha agribisnis di setiap daerah akan menghasilkan bahan pangan baik bentuk segar (fresh product) maupun bentuk olahan (processed). Produksi bahan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya di setiap daerah, akan dihasilkan bahan-bahan pangan yang beragam dan secara built-in terdistribusi dalam ruang dan waktu. Sistem penyediaan pangan yang demikian secara aggregat membentuk sistem ketahanan pangan nasional dan kedaulatan pangan yang sangat kokoh, efisien, dan berkelanjutan. Hal ini juga akan menyumbang pada terciptanya stabilitas sosial dan ekonomi di setiap daerah dan nasional. Pembangunan agribisnis baik on-farm, down-stream, up-stream maupun services for agribusiness terjadi di setiap daerah. Hal ini berarti pembangunan agribisnis juga pada hakekatnya merupakan pengembangan ekonomi daerah. Semakin berkembang agribisnis di seluruh daerah semakin besar kapasitas ekonomi daerah untuk menciptakan kue ekonomi. Selain untuk kebutuhan domestik, produk-produk agribisnis juga menjadi ekspor Indonesia ke negara-negara lain. Berbagai produk agribisnis dapat menjadikan Indonesia menjadi pemain global seperti produk pangan (nabati, hasil ternak, dan hasil laut), oleofood, oleokimia, ban dan barangbarang karet, biofuel, rayon, pulp, barang-barang kertas, tekstil, pakan ternak/ ikan, dan lain-lain. Selain itu, Indonesia juga berpeluang menjadi eksportir terbesar dalam produk-produk farmasi dan kecantikan, produk mikrobiologi

6 20 Refleksi Agribisnis: 65 Tahun Profesor Bungaran Saragih industri (vaksin, antibiotika, enzim, dan lainnya) serta produk-produk benih tanaman maupun hewan. Produk-produk agribisnis tersebut khususnya produk olahan dan barang modal bersifat income elastic demand, sehingga bila ekonomi negara-negara lain bertumbuh, akan meningkatkan ekspor produk agribisnis Indonesia. Hal ini selanjutnya akan menarik perkembangan agribisnis di setiap daerah. Disinilah optimisme Bungaranomics jika Indonesia fokus pada pembangunan agribisnis, bukan hanya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat, tetapi juga memainkan peran penting dalam perekonomian global. Indonesia dapat menjadi pemain global dibidang 4F yakni food, feed, fiber dan fuel (bio) yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat dunia dan akan makin langka kedepan. Mengapa Gagal pada 4-F? Kegagalan atau tertundanya Indonesia menjadi pemain global pada 4F (food, feed, fiber,dan fuel) disebabkan kebijakan makroekonomi yang tidak bersahabat dengan pembangunan agribisnis. Bukan hanya tidak bersahabat, bahkan kebijakan makroekonomi menekan dan menghambat perkembangan agribisnis. Selama ini terutama pada era orde baru, pilihan strategi industrialisasi yang ditempuh pemerintah adalah broad based industry (BBI). Dalam prakteknya, strategi tersebut mengembangkan industri substitusi impor (import substitution) atau berbasis bahan baku impor, memanfaatkan relokasi industri dari negara-negara lain. Untuk mendukung strategi tersebut (by design) kebijakan makroekonomi pun didesain untuk itu. Kebijakan kurs didesain overvalued (sampai krisis 1998) agar impor bahan baku menjadi murah dalam mata uang rupiah. Kebijakan overvalued tersebut dimungkinkan karena cadangan devisa masih cukup besar dari ekspor migas. Kebijakan kurs yang overvalued tersebut ditambah lagi dengan industriindustri ekspor masih terbatas, menyebabkan neraca perdagangan kita defisit permanen. Untuk menutup defisit tersebut diperlukan capital inflow yang dalam kenyataannya didominasi berjangka pendek (foreign direct investment) melalui suku bunga tinggi. Dengan kebijakan overvalued tersebut yang berarti pro-impor sekaligus anti ekspor memukul perkembangan agribisnis domestik, impor produk/ komoditas agribisnis akan menghambat ekspor agribisnis. Harga-harga komoditas pertanian domestik menjadi tertekan atau murah (pangan murah)

7 Dr. Tungkot Sipayung 21 yang memang sangat dibutuhkan agar upah buruh murah. Jika pada akhir orde lama sampai awal orde baru Indonesia masih eksportir jagung, gula, dan daging sapi, sejak akhir tahun 1970-an berubah menjadi importir. Usahatani gandum yang pernah berkembang di sekitar Bandung, gulung tikar akibat serbuan gandum impor. Akibat harga-harga komoditas pertanian domestik yang tertekan (murah) menyebabkan profitabilitas usahatani menjadi rendah. Hal ini ditambah lagi dengan kebijakan suku bunga kredit yang tinggi, menyebabkan investasi usahatani menjadi tidak layak. Profitabilitas usahatani yang rendah menyebabkan pendapatan petani rendah dan lahan pertanian menjadi undervalued. Akibat lanjutan, lahan pertanian mudah terkonversi, petani dan keluarganya menjadi buruh tani. Peningkatan konversi lahan pertanian menjadi non pertanian serta meningkatnya buruh tani (rakyat miskin) selama ini dapat dijelaskan dengan logika di atas. Kondisi undervalued tidak hanya di pertanian tetapi di kawasan perdesaan secara keseluruhan. Kawasan pedesaan menjadi simbol kemiskinan dan keterbelakangan sementara perkotaan menjadi simbol kesejahteraan dan kemajuan. Hal ini mendorong urbanisasi yang menyebabkan capital-drain dan brain-drain dari pedesaan ke perkotaan. Sementara itu, industri pengolahan hasil pertanian yang sebelumnya menampung hasil-hasil pertanian domestik beralih ke impor bahan baku karena lebih murah maupun karena tidak cukup dari produksi dalam negeri. Dengan kata lain, Bungaranomics berkeyakinan bahwa keterhambatan perkembangan agribisnis domestik terjadinya konversi lahan pertanian, peningkatan jumlah buruh tani (rakyat miskin), dan urbanisasi, banyak disebabkan kebijakan yang pro-impor selama ini. Sejak krisis 1998 kurs rupiah yang undervalued sudah terkoreksi dan rupiah sudah memasuki rezim flexible exchange rate. Namun rezim suku bunga tinggi dan pengelolaan kurs belum berubah secara fundamental. Sebabnya adalah industri-industri di Indonesia telah terperangkap impor, sehingga harus mengimpor agar produksi berjalan. Melihat kenyataan ini, otoritas moneter berupaya agar rupiah cenderung terapresiasi. Rupiah terapresiasi dinilai prestasi sedangkan terdepresiasi dianggap malapetaka. Untuk menjaga rupiah cenderung terapresiasi, capital inflow diupayakan meningkat melalui instrumen suku bunga tinggi (tertinggi di ASEAN) dan melalui mekanisme pasar modal dan kalau capital inflow meningkat (meskipun hot money) dianggap prestasi. Itu sebabnya, rezim suku bunga tinggi di Indonesia sulit diakhiri tanpa ada perubahan fundamental dalam pengembangan industri.

8 22 Refl eksi Agribisnis: 65 Tahun Profesor Bungaran Saragih Meskipun kurs sudah fl exible exchange rate, bertahannya rezim suku bunga tinggi tetap tidak bersahabat dengan pembangunan agribisnis. Dengan tingkat suku bunga yang berlaku, investasi di agribisnis menjadi tidak feasiable. Hal ini diperparah pula oleh penurunan tarif impor produk-produk agribisnis atas nama perdagangan bebas. Menurut pandangan Bungaranomics, bila tidak ada perubahan fundamental dalam strategi industrialisasi dan kebijakan makroekonomi khususnya kebijakan suku bunga, maka pengembangan agribisnis Indonesia masih tetap tertekan. Padahal, perubahan ekonomi global khususnya pasar agribisnis yang terjadi dalam 10 tahun terakhir dan proyeksi kedepan, Indonesia berpeluang menjadi pemain global dalam 4F (Food, Feed, Fiber, Fuelbio).

Subsistem Agribisnis Hilir/Agroindustri: Membangun Industrialisasi Pertanian Berdaya Saing

Subsistem Agribisnis Hilir/Agroindustri: Membangun Industrialisasi Pertanian Berdaya Saing Bab 2 Subsistem Agribisnis Hilir/Agroindustri: Membangun Industrialisasi Pertanian Berdaya Saing o Agroindustri Sebagai Penggerak Utama.............138 o Agroindustri Strategi Industrialisasi Indonesia........140

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA STRATEGI INDUSTRIALISASI BERBASIS AGRIBISNIS

BAGIAN KEDUA STRATEGI INDUSTRIALISASI BERBASIS AGRIBISNIS BAGIAN KEDUA STRATEGI INDUSTRIALISASI BERBASIS AGRIBISNIS 7Reformasi Strategi Industrialisasi dalam Rangka Percepatan Ekspor Sektor Agribisnis Pendahuluan Saya selalu menggunakan kata sektor agribisnis

Lebih terperinci

BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT

BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT Sebagai Sektor Utama Ekonomi Rakyat: Prospek dan 16Agribisnis Pemberdayaannya Pendahuluan Satu PELITA lagi, Indonesia akan memasuki era perdagangan

Lebih terperinci

INDUSTRIALISASI MADURA: PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN AGROPOLITAN

INDUSTRIALISASI MADURA: PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN AGROPOLITAN INDUSTRIALISASI MADURA: PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN AGROPOLITAN OLEH BURHANUDDIN Staf Pengajar Departemen Agribisnis FEM-IPB Otonomi daerah telah menjadi komitmen pemerintah dalam rangka mewujudkan sistem

Lebih terperinci

AGRIBISNIS SEBAGAI LANDASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA DALAM ERA MILLENIUM BARU 1

AGRIBISNIS SEBAGAI LANDASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA DALAM ERA MILLENIUM BARU 1 AGRIBISNIS SEBAGAI LANDASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA DALAM ERA MILLENIUM BARU 1 Oleh : Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih 2 Abstrak Banyak teori telah dikemukakan oleh para ahli dari berbagai bidang ilmu

Lebih terperinci

PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA DAN PELUANG PERBANKAN 1 )

PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA DAN PELUANG PERBANKAN 1 ) PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA DAN PELUANG PERBANKAN 1 ) Melihat kondisi makro ekonomi Indonesia beberapa bulan terakhir yang mengalami perkembangan yang semakin membaik, memberikan harapan kepada dunia

Lebih terperinci

BAB 25 Tahap -Tahap Pembangunan Cluster Industri Agribisnis

BAB 25 Tahap -Tahap Pembangunan Cluster Industri Agribisnis BAB 25 Tahap -Tahap Pembangunan Cluster Industri Agribisnis Bila pembangunan sistem agribisnis yang mentransformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing melalui modernisasi cluster industri

Lebih terperinci

PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000

PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000 PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000 BUNGARAN SARAGIH *) Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Perbaikan ekonomi tahun

Lebih terperinci

MANAJEMEN AGRIBISNIS (TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA) PEMBANGUNAN EKONOMI ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRIALISASI

MANAJEMEN AGRIBISNIS (TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA) PEMBANGUNAN EKONOMI ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRIALISASI MANAJEMEN AGRIBISNIS (TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA) PEMBANGUNAN EKONOMI ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INDUSTRIALISASI 1) Pertumbuhan Ekonomi 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN EKONOMI

Lebih terperinci

8Strategi Industrialisasi Neraca

8Strategi Industrialisasi Neraca 8Strategi Industrialisasi Neraca Pembayaran dan Pemulihan Ekonomi Indonesia Pendahuluan Krisis ekonomi yang kita hadapi saat ini bukan semata-mata musibah nasional, tapi lebih merupakan dampak dari strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS

AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS bab dua AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS Pendahuluan Tinggal satu Pelita lagi, Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas yakni pada tahun 2003 di kawasan AFTA (Asean

Lebih terperinci

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis Contents 1. Pertanian berwawasan agribisnis 2. Konsep Agribisnis 3. Unsur Sistem 4. Mata Rantai Agribisnis 5. Contoh Agribisnis Pertanian Moderen berwawasan Agribisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan PIDATO MENTERI PERTANIAN Pada Pertemuan dengan Harian The Jakarta Post Tanggal 10 Agustus 2004 SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

10Pilihan Stategi Industrialisasi

10Pilihan Stategi Industrialisasi 10Pilihan Stategi Industrialisasi Memasuki Milenium Ketiga yang Berpihak pada Penguatan Ekonomi Rakyat Pendahuluan Sebenarnya judul makalah yang diminta panitia kepada saya adalah Peluang Rakyat Dalam

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

Membangun Pertanian dalam Perspektif Agribisnis

Membangun Pertanian dalam Perspektif Agribisnis Membangun Pertanian dalam Perspektif Agribisnis Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional Indonesia. Sektor agribisnis menyerap lebih dari 75% angkatan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven. Lao Tze Taode Jing (Abad 6 BC)

There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven. Lao Tze Taode Jing (Abad 6 BC) There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven Lao Tze Taode Jing (Abad 6 BC) PERANAN PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN Harianto KARAKTERISTIK PERTANIAN A. Petani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN YANG TERINTEGRASI DE-NGAN PEMBANGUNAN WILAYAH (KASUS JAWA BARAT)

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN YANG TERINTEGRASI DE-NGAN PEMBANGUNAN WILAYAH (KASUS JAWA BARAT) bab empat PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN YANG TERINTEGRASI DE- NGAN PEMBANGUNAN WILAYAH (KASUS JAWA BARAT) Pendahuluan Wilayah Jawa Barat merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi nasional.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Globalisasi Ekonomi Adalah suatu kehidupan ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dengan yang

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

REVITALISASI PERTANIAN

REVITALISASI PERTANIAN REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004: VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN Visi Pembangunan Pertanian Visi pembangunan pertanian dirumuskan sebagai : Terwujudnya masyarakat yang sejahtera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017 KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017 PERTANIAN MODEREN berwawasan Agribisnis CARA PANDANG KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis 5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia semakin terintegrasi sebagai konsekuensi dari sistem perekonomian terbuka yang berhubungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Barat yang Integratif Melalui Pegembangan Agribisnis

Barat yang Integratif Melalui Pegembangan Agribisnis Wilayah Jawa Barat yang Integratif Melalui 18Pembangunan Pegembangan Agribisnis Pendahuluan Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) telah berhasil meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

AGRIBISNIS DAN PARADIGMA PEMBANGUNAN PERTANIAN INDONESIA. I Komang Suarsana

AGRIBISNIS DAN PARADIGMA PEMBANGUNAN PERTANIAN INDONESIA. I Komang Suarsana AGRIBISNIS DAN PARADIGMA PEMBANGUNAN PERTANIAN INDONESIA I Komang Suarsana Pendahuluan Dalam tinjauan aspek sosial-ekonomi pembangunan pertanian dan pengelolaan sumber daya alam, terdapat pandangan yang

Lebih terperinci

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI TIK: Setelah mempelajari kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan agrobisnis dan agroindustri Catatan: Di akhir kuliah mohon dilengkapi 15 menit pemutan video Padamu

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dalam bidang ekonomi, menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Perekonomian terbuka membawa suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Sambutan pada Acara Launching Buku Pertanian Mandiri Tanggal 15 September 2004 Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc Yang saya hormati: Rektor dan Senat Guru Besar IPB;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kunci dalam setiap pembicaraan tentang pertumbuhan ekonomi. Menurut penggunaannya investasi diartikan sebagai pembentukan modal

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI. pertemuan kedua (matrikulasi) 1

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI. pertemuan kedua (matrikulasi) 1 PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI pertemuan kedua (matrikulasi) 1 1. Pengertian dan ruang lingkup Agroindustri Agroindustri: 1. Agroindustri hulu yakni subsektor industri yang menghasilkan sarana produksi pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi secara keseluruhan yang dilaksanakan secara terencana rencana

Lebih terperinci

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM Sistem agribisnis : Rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain Sub-sistem agribisnis

Lebih terperinci

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu Indonesia harus giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Tujuan utama pembangunan adalah tercapainya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan utama yaitu mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini tertulis dalam UU No. 3 tahun

Lebih terperinci

Bogor, April 2015 Frans B. M. Dabukke

Bogor, April 2015 Frans B. M. Dabukke Pengantar Editor Sejarah dan perkembangan konsep agribisnis di Indonesia sudah cukup lama dan mengalami masa pasang-surut. Sebagai suatu mata ajaran, konsep agribisnis mulai diajarkan di perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas saat ini telah meningkatkan interaksi antara Negara berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,

Lebih terperinci

KUTUKAN FISKAL DARI NEGERI KANGGURU Oleh: Rendra Wasita, S.P. Abstrak

KUTUKAN FISKAL DARI NEGERI KANGGURU Oleh: Rendra Wasita, S.P. Abstrak KUTUKAN FISKAL DARI NEGERI KANGGURU Oleh: Rendra Wasita, S.P. Abstrak Perdagangan produk pertanian antara Indonesia dan Australia selama 4 tahun terakhir mengalami defisit rata-rata sebesar 2.7 milyar

Lebih terperinci

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PENGERTIAN AGRIBISNIS Arti Sempit Suatu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian sebagai upaya memaksimalkan keuntungan. Arti Luas suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR

POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Politik dan Pembangunan Pertanian OLEH: SUGIARTO 09.03.2.1.1.00013 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

STRATEGI INDUSTRIALISASI PERTANIAN DI INDONESIA. M A N D A STIE-YPUP Makassar

STRATEGI INDUSTRIALISASI PERTANIAN DI INDONESIA. M A N D A STIE-YPUP Makassar STRATEGI INDUSTRIALISASI PERTANIAN DI INDONESIA M A N D A STIE-YPUP Makassar Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tetang strategi industrialisasi pertanian dalam upaya untuk mengurangi pengangguran

Lebih terperinci

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

9Pembangunan Sektor Agribisnis

9Pembangunan Sektor Agribisnis 9Pembangunan Sektor Agribisnis Sebagai Industrialisasi yang Lebih Bersahabat dengan Lingkungan Hidup Pendahuluan Ekonomi dan lingkungan hidup berasal dari akar kata yang sama yaitu oikos. Namun, pada kenyataannya

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan pertumbuhan, mendapat perhatian besar dari negara-negara maju pada umumnya dan negara-negara berkembang

Lebih terperinci

PENERAPAN AGROPOLITAN DAN AGRIBISNIS DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

PENERAPAN AGROPOLITAN DAN AGRIBISNIS DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PENERAPAN AGROPOLITAN DAN AGRIBISNIS DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH Lia Amalia Dosen Universitas INDONUSA Unggul lia_amal2003@yahoo.com Abstrak Di Era Reformasi pembangunan ekonomi yang sentralistis

Lebih terperinci