BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Bank Pengertian Bank Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi bank lainnya dalam Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967, Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Kemudian Pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan yang menguraikan fungsi bank lainnya dalam bukunya (Lukman Dendawijaya : 2000) yang berjudul Manajemen Perbankan : Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. Fungsi bank lainnya yang diuraikan oleh (Taswan : 2006) bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana dan berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana

2 melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Dari definisi di atas tergambar berbagai fungsi perbankan, seperti diuraikan pada sub bab berikut ini Fungsi Bank Secara umum, fungsi utama bank adalah sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik (Triandaru dan Budisantoso : 2006) membagi bank dalam 3 fungsi utama, yaitu: 1. Agent of Trust Fungsi ini terkait dengan fungsi bank sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana. Dasar kegiatan bank adalah kepercayaan (trust) baik dalam menghimpun dana maupun dalam menyalurkan dana yang dimilikinya. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh kepercayaan. Kepercayaan bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan uang tersebut dapat diambil pada waktunya. Begitu juga dari sudut pandang bank, bank hanya akan menyalurkan kreditnya ke masyarakat jika ada landasan kepercayaan bahwa dana yang diberikan tersebut aman dan dapat dikembalikan ke bank pada waktunya. 2. Agent of Development Fungsi ini berhubungan dengan kegiatan perekonomian masyarakat baik disektor moneter maupun sektor rill. Kedua sektor ini saling berpengaruh. Sektor rill tidak dapat bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak

3 berjalan dengan baik pula. Kegiatan bank dalam sektor moneter berupa penghimpunan dana dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi kelancaran kegiatan perekonomian sektor rill yang memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi, konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. 3. Agent of Service Bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang diberikan ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain adalah transfer uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, penyelesaian tagihan. Fungsi diatas sebagai Agent of Service ini sejalan dengan bunyi Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang dirubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, perbankan mempunyai fungsi pokok sebagai financial intermediary atau lembaga perantara keuangan, serta mempunyai fungsi tambahan yaitu memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran Aset Likuid Bank Aset likuid (liquid assets) atau yang sering disebut sebagai liquidity buffer adalah jenis aset dalam bentuk uang atau setara uang dimana aset tersebut dapat segera dikonversi kedalam bentuk uang tunai dengan dampak penurunan nilai yang kecil. Aset likuid secara umum dapat dikatakan setara dengan uang tunai

4 atau kas disebabkan oleh aset likuid memiliki harga yang relatif stabil ketika dijual ke pasar. Aset yang dimiliki oleh perbankan dapat dikatakan likuid jika aset yang dimiliki tersebut memiliki pasar yang stabil dan diisi oleh partisipan yang cukup banyak untuk melakukan penawaran dan pembelian sehingga meredam penurunan nilai jual aset tersebut. Hal tersebut juga harus didukung dengan kemudahan transfer kepemilikan dan perpindahan aset. Yang termasuk kedalam aset likuid diantaranya adalah kas dalam bentuk uang tunai, cek dari bank lain yang belum dan segera dibayarkan, deposito pada bank lain, surat hutang, dan saham. Kas adalah uang tunai yang disimpan dan ditahan oleh perbankan untuk tidak digunakan investasi, melainkan untuk berjaga-jaga ketika terjadi aliran dana keluar yang disebabkan oleh pencairan simpanan atau jatuh temponya deposito nasabah. Selain hal tersebut, uang tunai yang ditahan oleh bank bertujuan untuk memenuhi syarat cadangan yang diatur oleh regulator berupa giro wajib minimum. Cek dari bank lain yang belum dibayarkan dapat dimasukkan ke dalam akun kas ketika proses pemindahan dananya masih berlangsung. Cek yang ditulis atas nama nasabah suatu bank dan disetorkan ke bank lain biasanya membutuhkan waktu untuk pemindahan dana dan dana yang akan dipindahkan tersebut sudah menjadi aset likuid bagi bank penerima. Banyak bank memiliki deposito atau simpanan di bank lain sebagai upaya pertukaran atas jasa keuangan. Deposito pada bank lain biasanya dimanfaatkan untuk penagihan cek, transaksi devisa, dan membantu dalam pembelian surat

5 berharga dimana ini merupakan sebuah sistem yang disebut sebagai koresponden perbankan (Mishkin : 2008). Surat hutang dan saham merupakan termasuk kedalam surat berharga atau sekuritas yang dimiliki oleh bank bertujuan agar tetap mendapatkan penghasilan melalui aset yang likuid. Surat hutang yang termasuk kedalam kategori aset likuid adalah obligasi jangka pendek milik pemerintah. Surat hutang atau surat berharga milik pemerintah merupakan sekuritas yang paling likuid karena dapat dengan mudah diperdagangkan dan dicairkan menjadi uang tunai dengan penurunan nilai yang kecil. Sekuritas yang termasuk kedalam aset likuid di dalam laporan keuangan dinyatakan sebagai surat berharga tersedia untuk dijual (Available for Sale) Liabilitas Perbankan Liabilitas adalah kewajiban yang harus dilunasi pada masa yang akan datang kepada nasabah. Liabilitas adalah kebalikan dari aset yang merupakan sesuatu yang dimiliki. Liabilitas merupakan sumber dana utama bagi perbankan dengan cara menawarkan produk jasa keuangan. Contoh liabilitas dalam dunia perbankan adalah giro, tabungan, deposito, pinjaman dari bank sentral, dan pinjaman dari bank lain. Penyajian Kewajiban di laporan keuangan bila dihubungkan dengan komponen laporan posisi keuangan yang lain (aset dan modal) harus menggambarkan secara layak posisi keuangan. Liabilitas merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan oleh perbankan di masa yang akan datang dalam

6 bentuk penyerahan aset atau pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya. Rekening giro adalah rekening yang dibuka bagi nasabah untuk dapat memperoleh buku cek. Dengan begitu nasabah pemilik rekening giro dapat menggunakan cek kapan saja untuk mencairkan dana yang dimiliki. Oleh karenanya ketika nasabah menginginkan pencairan cek, bank harus dapat membayar nasabah tersebut saat itu juga. Rekening giro merupakan sumber dana bank yang murah disebabkan oleh nasabah tidak mendapatkan timbal balik bunga demi fasilitas cek yang didapatkan. Rekening tabungan merupakan fasilitas rekening yang paling umum digunakan oleh nasabah bank. Rekening tabungan dapat dicairkan kapan saja ketika nasabah membutuhkan dananya. Pencairan dana tabungan yang dimiliki nasabah dapat dilakukan tanpa harus mendatangi kantor bank tempat dana ditabung. Dengan menggunakan kartu ATM atau electronic money nasabah dapat mencairkan atau memindahbukukan dana yang dimiliki. Deposito memiliki jangka waktu yang tetap dengan durasi bulanan hingga tahunan. Pencairan dana diluar rentang waktu yang telah disepakati antara bank dan nasabah akan dikenakan penalti kepada nasabah. Dengan menitipkan dana dalam bentuk deposito berjangka, nasabah mendapatkan timbal balik suku bunga yang lebih tinggi. Bagi bank, liabilitas ini merupakan sumber dana mahal. Bank dapat menerbitkan surat jaminan atas deposito nasabah dan menawarkannya ke pasar keuangan sebelum jatuh tempo dalam bentuk sertifikat deposito (Mishkin : 2008). Selain dana dari nasabah, pinjaman dari bank sentral dan bank lain

7 merupakan salah satu sumber pendanaan bagi bank. Pinjaman dari bank sentral dan bank lain adalah kewajiban yang harus diselesaikan di masa yang akan datang Arus Kas Perbankan Arus Kas (cash flow) yaitu aliran dana yang mencerminkan perpindahan dana melalui suatu bank; aliran dana pada bank, biasanya merupakan simpulan aliran dana yang menunjukkan sumber dana dan penggunaan dana. Aktivitas yang berkaitan dengan arus kas dan berhubungan dengan laporan arus kas yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu 1) aktivitas yang menghasilkan kas, yang disebut dengan sumber penerimaan kas dan 2) aktivitas yang mengakibatkan pengeluaran kas. S. Munawir ( 2002 : 115 ). Laporan arus kas merupakan laporan yang mengikhtisarkan sumber kas yang tersedia untuk melakukan kegiatan perusahaan serta penggunaannya selama suatu periode tertentu. Laporan arus kas termasuk dalam dalam salah satu laporan keuangan pokok, disamping neraca dan laporan laba rugi. Laporan arus kas dapat memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas. Salah satu komponen laporan keuangan bank adalah neraca bank. Neraca (Balance Sheet) merupakan laporan yang menggambarkan jumlah kekayaan (harta), kewajiban (hutang), dan modal dari suatu bank pada saat / tanggal tertentu. Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari:

8 1. Hasil penjualan produk/jasa perbankan. 2. Penagihan piutang dari penjualan kredit. 3. Penjualan aktiva tetap yang ada. 4. Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas. 5. Penerimaan sewa dan pendapatan lain. Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow) terdiri dari : 1. Pengeluaran biaya operasional 2. Pembelian aktiva tetap. 3. Pembayaran hutang-hutang perusahaan. 4. Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan. 5. Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain. Dalam penerapan BASEL III, standar likuiditas perbankan memperhatikan net cash flow, yaitu selisih antara arus kas yang masuk terhadap arus kas yang keluar dari bank tersebut. Hal ini disebabkan oleh, pada suatu waktu bank akan mengalami salah satu dari dua jenis kondisi dalam arus kas bersih yaitu arus kas keluar lebih besar dari arus kas masuk atau sebaliknya arus kas keluar lebih kecil dari arus kas masuk Manajemen Perbankan Manajemen Aset Perbankan Manajemen aset adalah kegiatan pengalokasian dana kedalam berbagai kemungkinan investasi. Pertimbangan pengelolaan harta adalah keseimbangan

9 antara mencari laba yang optimal dengan tetap memelihara tingkat likuiditas yang sehat. Manajemen Aset didefinisikan menjadi sebuah proses pengelolaan segala sesuatu baik berwujud dan tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomik, dan mampu mendorong tercapainya tujuan dari individu dan organisasi. Melalui proses manajemen yaitu POLC planning, organizing, leading dan controling agar dapat dimanfaatkan atau dapat mengurangi biaya (cost) secara efisien dan efektif.asset menjadi penting dalam kegiatan usaha perbankan dan hubungannya dengan profit bank. Hal ini dikarenakan asset yang dimiliki oleh bank salah satunya aset bersumber dari masyarakat yang terikat oleh waktu. Karena itu bank harus bisa memanfaatkan dana yang terikat oleh waktu pada harta (investasi) yang paling menguntungkan. Bank harus menanamkan dananya pada investasi yang resikonya minim yang mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi, akan tetapi diharapkan memberikan keuntungan yang optimal. Semakin baik manajemen assetnya maka akan semakin baik dan akan meningkatkan profit bank Manajemen Liabilitas Perbankan Manajemen Liabilitas yaitu kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabah. Asset & Liability Management adalah proses pengendalian aktiva dan pasiva secara terpadu yang saling berhubungan dalam usaha mencapai keuntungan bank. Asset & Liability Management merupakan kebijakan dan strategi jangka pendek dalam pencapaian rencana tahunan.

10 Manajemen aset dan liabilitas dalam dunia perbankan adalah hal yang utama untuk menjaga kelangsungan bank itu sendiri. Ditambah dengan persaingan ketat sisi funding dan lending saat ini, membuat aspek ALMA mutlak diperhatikan oleh segenap jajaran manajemen bank. Beberapa tujuan dari manajemen aset dan liabilitas adalah untuk mencapai pertumbuhan bank yang wajar, pendapatan yang maksimal, menjaga likuiditas yang memadai, membentuk cadangan, memelihara dana masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan kredit Manajemen Likuiditas Perbankan Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup utuk memenuhi kewajibanya setiap saat. Tuntutan pekerjaan manajemen likuiditas: 1. Mampu memprediksi kebutuhan dana di waktu mendatang 2. Mencari sumber-sumber dana untuk mencukupi jumlah yang dibutuhkan 3. Penatausahaan dana atau mengawasi arus dana masuk dan keluar Selanjutnya dalam pengelolaan likuiditas bank ada beberapa risiko yang mungkin timbul. Risiko pendanaan (funding risk), merupakan risiko yang timbul apabila bank tidak cukup dana untuk memenuhi kewajibannya. Selain itu ada risiko bunga (interest risk), dimana akan muncul berbagai variasi tingkat suku bunga dalam aset maupun liabilitas yang dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Oleh karena itu, pengelolaan likuiditas terutama ditujukan untuk memperkecil risiko yang disebabkan oleh kekurangan dana, sehingga tidak perlu mencari dana dengan suku bunga yang relatif tinggi di

11 pasar uang atau dengan menjual sebagian asetnya yang mempengaruhi pendapatan bank. Potensi resiko liquiditas muncul dari ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban mereka saat jatuh tempo. Ini muncul ketika bank tidak dapat menghasilkan uang untuk memenuhi penarikan dana, komitmen kredit atau peningkatan aset. Hal tersebut berasal dari ketidaksesuaian pola aktiva dan kewajiban. Pengukuran dan pengelolaan kebutuhan likuiditas sangat penting bagi pengoperasian yang efektif untuk bank-bank komersial karena hal ini dapat menjadi sebab dan akibat dari risiko likuiditas terutama terkait dengan aset dan kewajiban bank. Bank harus terus memantau posisi likuiditas dalam jangka panjang dan terus menerus setiap hari. Ada dua pendekatan yang berhubungan dengan kedua analisis situasi yaitu (1) Pendekatan Fundamental dan (2) Pendekatan Teknis. Pendekatan Fundamental: Pendekatan ini digunakan dalam jangka panjang. Dalam pendekatan ini bank mencoba untuk mengelola risiko likuiditas dengan mengendalikan posisi aset-kewajiban. Sebuah cara yang bijaksana untuk mengatasi situasi ini bisa dengan mengatur jatuh tempo aset dan kewajiban atau dengan melakukan diversifikasi dan memperluas sumber-sumber dana. Pendekatan Teknis: Pendekatan ini berfokus pada posisi kewajiban bank dalam jangka pendek. Likuiditas dalam jangka pendek ini terutama terkait dengan arus kas yang timbul akibat transaksi operasional. Bank harus mengetahui persyaratan dan uang tunai arus kas masuk dan menyesuaikan keduanya untuk memastikan tingkat yang aman untuk posisi likuiditas.

12 Skenario Manajemen Risiko akan semakin kuat karena liberalisasi, regulasi dan integrasi dengan pasar global. Manajemen risiko akan dilakukan secara proaktif dan kualitas kredit akan meningkat, yang menyebabkan sektor keuangan yang lebih kuat. Masa depan akan melihat perubahan struktural di sektor perbankan ditandai oleh konsolidasi dan perubahan di dalam sektor. Bank-bank yang lebih kecil tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menahan persaingan yang ketat dari sektor ini. Bank akan berevolusi menjadi penyedia jasa keuangan yang lengkap dan utuh, melayani semua kebutuhan keuangan perekonomian. Arus modal akan meningkat dan melakukan pendirian basis-basis di negara-negara asing merupakan hal yang biasa. Sistem pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia saat ini mengunakan 2 pendekatan yaitu: 1. metode pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance based supervision/cbs,) yaitu pengawasan yang difokuskan kepada kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan kehatihatian yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini berorientasi pada kondisi bank yang lalu untuk memastikan kondisi bank ke depan akan beroperasi dan dikelola secara baik dan benar. 2. pendekatan pengawasan berdasarkan resiko (risk based supervision/rbs) yaitu pengawasan yang difokuskan kepada resiko-resiko yang melekat pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian resiko. Pendekatan pengawasan berdasarkan resiko mengacu kepada ketentuan Basel (I, II, dan III), merupakan produk kesepakatan dari Basel Committee yang didirikan oleh negara-negara maju yang tergabung dalam G10. Ketentuan Basel

13 ini merupakan international legislation yang bentuknya adalah model laws, artinya ketentuan Basel tersebut merupakan norma hukum yang meskipun disetujui oleh berbagai negara, tetapi tidak mengikat suatu negara untuk mengadopsi menjadi hukum nasionalnya (Sulistyandari, 2012). Indonesia telah mengadopsi ketentuan Basel I, dan sekarang sedang proses menuntaskan mengadopsi ketentuan Basel II serta persiapan mengadopsi Basel III (Astri Kharina Bangun, 2012). Basel I merupakan produk Basel Committee yang diterbitkan pada tahun 1988 yang disebut dengan International Convergence of Capital Measurement and Capital Standard (Capital Accord 1988). Inti dari Basel I merupakan upaya untuk memperkuat permodalan bank di masing-masing negara, sehingga modal bank dinilai cukup kuat memikul potensi kerugian sebagai resiko atas pemberian kreditnya. Basel II merupakan pembaruan dan penyempurnaan Basel I, yang dinamakan The New Basel Capital Accord (Basel Accord II), yang diterbitkan pada tahun Konsep dan prinsipnya dilandasi pemikiran akan perlunya fleksibilitas dan sensitivitas terhadap risiko. Tujuan Basel Accord II ada 5 (lima), yaitu : 1) Melanjutkan upaya peningkatan keamanan dan kesehatan system finansial; 2) Melanjutkan upaya untuk lebih meningkatkan keseimbangan kompetitif dalam percaturan aktivitas perbankan internasional; 3) Memberikan landasan (Constitute) yang lebih komprehensif dalam mendudukan dan menilai (Addresing) berbagai risiko perbankan; 4) Memberikan pedoman yang mengandung pendekatan terhadap kecukupan modal bank yang lebih tepat dari

14 segi sensitivitas terhadap tingkat risiko yang melekat dalam posisi dan kegiatan bank; 5) Memfokuskan kepada bank-bank yang aktif di tingkat internasional, walaupun dari segi prinsip yang melandasinya harus cocok pula untuk diterapkan di bank-bank yang kompleksitas dan kecanggihannya bervariasi. Basel III diterbitkan pada tahun 2010 yang dinamakan Global Regulatory Framework for More Resilient Banks and Banking Systems. Basel III ini akan diterapkan mulai tahun Secara prinsip Basel III bertujuan untuk mengatasi masalah perbankan antara lain: meningkatkan kemampuan sektor perbankan untuk menyerap potensi risiko kerugian akibat krisis keuangan dan ekonomi serta mencegah menjalarnya krisis sektor keuangan ke sektor ekonomi; meningkatkan kualitas manajemen risiko, governance, transparansi; dan memberikan resolusi terbaik bagi systemically important cross border banking. Melalui Basel III diharapkan dapat diperkuat sisi pengaturan microprudential untuk meningkatkan kesehatan dan daya tahan individual bank dalam menghadapi krisis. Selain itu penerapan Basel III sebaiknya tetap menggunakan metode pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance based supervision/cbs,), sehingga BI tetap mempunyai kewenangan memberikan sanksi kepada bank yang melanggar pengaturan macroprudential khususnya yang berkaitan dengan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelacaran sistem pembayaran. Dengan menggunakan 2 metode pendekatan dalam pengawasan tersebut diharapkan tujuan penerapan Basel III di Indonesia dapat terwujud.

15 2.1.3 Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) Tugas BCBS adalah penentu standar global paling utama untuk peraturan kehati-hatian bank dan menyediakan sebuah forum untuk kerja sama di dalam hal pengawasan perbankan. Tugasnya adalah memperkuat regulasi, pengawasan dan praktik bank di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan stabilitas keuangan. BCBS melaksanakan tugasnya melalui kegiatan sebagai berikut: 1. Pertukaran informasi mengenai perkembangan di sektor perbankan dan pasar keuangan, untuk membantu mengidentifikasi risiko saat ini atau yang akan muncul dalam sistem keuangan global; 2. Berbagi masalah pengawasan, pendekatan dan teknik untuk mempromosikan pemahaman umum dan untuk meningkatkan kerjasama antar negara; 3. Mengembangkan dan mempromosikan standar global untuk pengaturan dan pengawasan bank serta pedoman dan praktik-praktik yang sehat; 4. Mengatasi kesenjangan pengaturan dan pengawasan yang menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan; 5. Memantau pelaksanaan standar BCBS di negara-negara anggota dan di luar anggota dengan tujuan untuk memastikan tepat waktu, konsisten dan efektif pelaksanaannya dan memberikan kontribusi untuk "tingkat pemain lapangan" di antara bank-bank yang aktif secara internasional; 6. Konsultasi dengan bank sentral dan otoritas pengawasan bank yang tidak anggota BCBS untuk mendapatkan keuntungan dari perannya dalam proses perumusan kebijakan BCBS dan untuk mempromosikan penerapan

16 standar BCBS, pedoman dan praktik sehat di luar negara-negara anggota BCBS, dan 7. Koordinasi dan bekerja sama dengan pembuat standar sektor keuangan lainnya dan badan-badan internasional, khususnya mereka yang terlibat dalam mempromosikan stabilitas keuangan. Dari sisi hukum, BCBS tidak memiliki otoritas supranasional formal. Keputusannya tidak memiliki kekuatan hukum. Sebaliknya, BCBS bergantung pada komitmen para anggotanya untuk mencapai tujuannya. Anggota BCBS termasuk organisasi yang langsung berkaitan dengan otoritas pengawas perbankan dan bank sentral. Setelah berkonsultasi dengan Komite, Ketua BCBS dapat mengundang organisasi lain untuk menjadi pengamat BCBS. Keanggotaan BCBS dan status pengamat akan ditinjau secara berkala. Setiap anggota BCBS harus dapat berkomitmen untuk : 1. Bekerja sama untuk mencapai tugas BCBS ; 2. Meningkatkan stabilitas keuangan ; 3. Terus meningkatkan kualitas regulasi dan pengawasan perbankan ; 4. Secara aktif berkontribusi pada pengembangan standar BCBS, pedoman dan menyuarakan prakteknya ; 5. Melaksanakan dan menerapkan standar BCBS di yuridiksi domestik masing-masing sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan oleh komite ;

17 6. Menjalankan dan berpartisipasi dalam peninjauan BCBS untuk menilai konsistensi dan efektivitas peraturan domestik dan praktek pengawasan dalam kaitannya dengan standar BCBS, dan 7. Mempromosikan kepentingan stabilitas keuangan global dan tidak sematamata hanya kepentingan nasional, selama turut berpartisipasi dalam aktivitas dan pengambilan keputusan BCBS Basel III Basel III merupakan hasil pengembangan dari permasalahan-permasalahan yang masih muncul dalam dunia perbankan pasca krisis dunia keuangan pada tahun BCBS menerbitkan dokumen yang berjudul Basel III : Global Regulatory Framework for More Resilent Banks and Banking Systems. Dalam consultative paper yang diterbitkan Bank Indonesia pada tahun 2012 menyimpulkan bahwa Basel III memiliki tiga prinsip utama dalam penyelesaian permasalahan dalam perbankan, yaitu: 1. Meningkatkan kemampuan sektor perbankan untuk menyerap potensi risiko kerugian akibat krisis keuangan dan ekonomi serta mencegah menjalarnya krisis sektor keuangan ke sektor ekonomi; 2. Meningkatkan kualitas manajemen risiko, governance, transparansi dan keterbukaan; dan 3. Memberikan resolusi terbaik bagi systematically important cross border banking. Adapun subjek pembahasan Basel III di dalam consultative paper Bank Indonesia mencakup beberapa sisi antara lain:

18 1. Penguatan kerangka permodalan global yang terdiri dari: a. Meningkatkan kualitas, konsistensi dan transparansi permodalan b. Mengembangkan cakupan risiko c. Tambahan persyaratan modal berbasis risiko dengan leverage ratio d. Mengurangi procyclicality dan meningkatkan countercyclical buffer e. Addressing systemic risk dan keterkaitan antar lembaga keuangan 2. Pengenalan Standar Likuiditas Global, yaitu: a. Liquidity Coverage Ratio (LCR) b. Net Stable Funding Ratio (NSFR) Liquidity Coverage Ratio (LCR) Untuk meningkatkan ketahanan jangka pendek risiko likuiditas bank, Komite Basel mengembangkan Liquidity Coverage Ratio (LCR). Standar ini bertujuan untuk memastikan bahwa bank memiliki stok yang cukup dari High Quality Liquid Assets (HQLA) yang terdiri dari uang tunai atau aset. Dalam konteks ini aset tersebut harus dapat dikonversi menjadi uang tunai dengan sedikit atau sama sekali tidak sampai mengakibatkan kehilangan nilai di pasar untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dengan masa 30 hari. LCR terdiri dari dua komponen, yaitu : 1. Nilai ketersediaan dari HQLA 2. Total Net Cash Outflow Liquidity Coverage Ratio (LCR) stok HQLA Total Net Cash Outflow 30 hari Dari persamaan di atas, De Han dan Van Den End (2013) menuliskan

19 kembali LCR ke dalam bentuk berikut : Standar ini mensyaratkan bahwa pada saat kondisi perekonomian yang sangat buruk menimpa dunia perbankan, nilai dari rasio tersebut tidak akan menjadi lebih rendah dari 100 persen (yaitu persediaan HQLA atau aset likuid berkualitas tinggi setidaknya harus sama dengan jumlah arus kas bersih). Bank diharapakan untuk dapat memenuhi persyaratan ini secara berkelanjutan dan menahan persediaan aset likuid berkualitas tinggi sebagai pertahanan menghadapi potensi kesulitan likuiditas. Selama masa kesulitan likuiditas, bagaimanapun bank akan menggunakan aset likuid berkualitas tinggi hingga mendekati 100 persen atau lebih High Quality Liquid Assets (HQLA) Pembilang dari LCR adalah jumlah stok HQLA yang ditahan. Berdasarkan standar tersebut, bank harus memegang stok HQLA untuk menutup total arus kas bersih selama periode 30 hari dalam kondisi stress. Syarat aset yang termasuk dalam kategori HQLA adalah, aset harus likuid di pasar selama masa krisis dan pada beberapa kasus khususnya aset tersebut harus dapat digunakan dalam operasi bank sentral. Yang termasuk dalam kategori HQLA level tertinggi adalah kas, cadangan pada bank sentral, dan sekuritas atau surat-surat berharga yg mudah dijual. Jenis aset ini biasanya dari kualitas tertinggi dan paling likuid, dan bank tidak dibatasi jumlah atas kepemilikan dari aset jenis ini untuk memenuhi kebutuhan LCR.

20 Total Arus Kas Bersih (Net Cashflow) Penyebut dari LCR adalah total arus kas bersih. Komponen ini didefiniskan dengan jumlah arus kas keluar yang diharapkan dikurangi dengan total arus kas masuk yang diharapkan selama periode 30 hari kalender. Jumlah arus kas keluar yang diharapkan dihitung dengan menambahkan berbagai macam komponen atau kategori dari neraca bank yang mengharuskan bank mengeluarkan dana. Jumlah arus kas masuk dihitung dengan menjumlahkan berbagai macam piutang yang diharapkan menjadi pendapatan. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti dan Tahun 1. Leo de Haan dan Jan Willem van den End (2013) Judul Penelitian Bank Liquidity, The Maturity Ladder, and Regulation Variabel Penelitian Variabel Independen : Liabilities, Cash Outflow, Cash Inflow, dan Net Cashflow. Variabel Dependen : Penahanan Aset Likuid Hasil Penelitian Penahanan aset likuid dipengaruhi oleh jumlah Liabilities yang dimiliki serta Cash Outflow yang akan datang. Namun secara rata-rata Cash Inflow yang akan datang tidak mempengaruhi aset likuid. Sedangkan untuk Net Cashflow lebih dari satu bulan berpengaruh terhadap aset likuid. 2. Clemens Determinants of Variabel Penahanan aset

21 Bonner, Iman van Lelyveld, dan Robert Zymek (2013) Banks Liquidity Buffers and the Role of Liquidity Regulation Independen : Model bisnis bank, ukuran bank, profit bank, jaminan simpanan, dan jangka waktu pengumuman laporan keuangan Variabel Dependen : Penahanan Aset Likuid likuid secara signifikan dipengaruhi oleh setiap variabel independen. Bank dengan model bisnis investasi menahan lebih banyak aset likuid dibandingkan dengan bank perkreditan. Sedangkan ukuran, profit, jaminan simpanan, dan jangka waktu pengumuman laporan keuangan bank memiliki hubungan positif terhadap penahanan aset likuid. 3. Corrine Delechat, Camila Henao, Priscilla Muthoora, dan Svetlana Vtyurina (2012) The Determinants of Banks' Liquidity Buffers in Central America Variabel Independen : Ukuran bank, permodalan, Net Interest Margin, tingkat kredit terhadap GDP, dan Loan-loss reserve Variabel Dependen : Aset likuid Ukuran bank memiliki hubungan positif terhadap penahanan aset likuid. Sedangkan Net Interest Margin dan Loan-loss reserve berhubungan negatif terhadap penahanan aset likuid. Tingkat kredit dan permodalan juga memiliki hubungan negatif terhadap

22 penahanan aset likuid, namun tidak signifikan. 4. Andrea Schertler (2010) Insight on Banks Liquidity Management: Evidence from Regulatory Liquidity Data Variabel Independen : Payment Obligations Variabel Dependen : Liquid Assets Pada penelitian ini ditemukan bahwa pada bank komersial berukuran kecil payment obligations berpengaruh positif terhadap penahanan aset likuid, sedangkan pada bank komersial besar tidak. 2.3 Kerangka Konseptual Dalam sistem perekonomian yang semakin kompleks dimana perbankan memiliki peranan penting dalam menghubungkan sisi-sisi perekonomian baik dari sisi investasi maupun konsumsi yang akhirnya menghasilkan perputaran roda perekonomian suatu negara. Oleh karena pentingnya keberadaaan perbankan dalam suatu perekonomian, maka dibutuhkan pengawasan dan regulasi yang ketat untuk dapat memastikan aktivitas perbankan tetap pada kondisi yang seharusnya yakni melancarkan arus dana dalam sistem perekonomian. Upaya yang dilakukan untuk memastikan hal tersebut, pembuat regulasi memperketat peraturan mengenai ketahanan likuiditas perbankan. Likuiditas perbankan berkaitan dengan kebutuhan dana, sumber dana, dan arus dana baik masuk maupun keluar. Oleh karena itu perbankan membutuhkan manajemen

23 likuiditas yang baik. Ketiga faktor utama likuiditas tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dana yang dibutuhkan perbankan secara teori memiliki dua tujuan yang harus dipertimbangkan yakni kebutuhan dana untuk diinvestasikan demi mencapai keuntungan dan kebutuhan dana untuk memenuhi permintaan pencairan simpanan oleh nasabah. Biasanya dana yang digunakan untuk tujuan investasi akan cenderung berubah menjadi aset yang tidak likuid (illiquid assets). Dilain hal agar dapat memenuhi pencairan dana nasabah, bank dituntut harus memiliki dana likuid yang cukup, oleh karenanya bank berpotensi menghasilkan lebih sedikit keuntungan atau malah tidak dapat menghasilkan keuntungan sama sekali dengan terlalu banyak menahan kas. Berdasarkan hal di atas, kebutuhan dana yang bisa terjadi setiap saat demi memenuhi pencairan simpanan nasabah dapat dikatakan berpengaruh terhadap manajemen aset likuid perbankan. Menurut hasil penelitian De Han dan Van Den End (2013) menunjukkan bahwa tingkat kewajiban (liabilities) yang dimiliki oleh perbankan secara signifikan mempengaruhi jumlah aset likuid yang ditahan oleh bank. Kedua fakta tersebut mendorong peneliti untuk menguji apakah teori dan hasil penelitian yang telah ada mengenai hubungan tingkat liabilitas dengan penahanan aset likuid berpengaruh dalam manajemen likuiditas perbankan di Indonesia. Arus dana masuk dan arus dana keluar dalam aktivitas perbankan merupakan faktor manajemen likuiditas perbankan, dimana bank harus dapat memprediksi atau memproyeksikan arus dananya. Agar dapat memenuhi

24 pencairan simpanan atau deposito yang jatuh tempo, bank harus menyediakan sejumlah kas. Kas yang digunakan untuk menyelesaikan pencairan simpanan dan deposito yang jatuh tempo merupakan arus kas keluar bagi bank. Sumber arus kas keluar bank akan berasal dari aset yang termasuk dalam kategori likuid seperti kas, simpanan pada bank lain, atau surat-surat berharga yang mudah dilikuidasi. Dari teori tersebut, maka dapat dikatakan bahwa arus kas keluar bank dapat sangat berpengaruh terhadap jumlah aset likuid yang dimiliki oleh bank. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh De Han dan Van Den End (2013) dimana arus kas keluar yang akan datang mempengaruhi jumlah aset likuid yang ditahan oleh bank. Arus dana yang masuk merupakan sumber keuntungan bagi bank. Karena bank akan memanfaatkan dana yang masuk untuk kembali diinvestasikan baik dalam bentuk penyaluran kredit atau pembelian surat-surat berharga. Jika dilihat dari manfaat adanya arus dana atau kas masuk bank, ini dapat diartikan bahwa bank akan mengubah aset likuid yang telah ada menjadi aset yang kurang likuid untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa arus kas masuk berpengaruh negatif terhadap jumlah aset likuid yang ditahan oleh manajemen bank. Namun jika melihat hasil penelitian De Han dan Van Den End (2013) ternyata arus kas masuk secara rata-rata tidak mempengaruhi jumlah aset likuid yang ditahan oleh bank. Dalam konsep BASEL III yang dirumuskan ke bentuk Liquidity Coverage Ratio, perlakuan arus kas masuk dan arus kas keluar adalah dalam jangka waktu 1 bulan. Namun untuk mengetahui view of point manajemen bank di Indonesia

25 dalam menentukan time frame manajemen likuiditasnya, diperlukan penelitian pengaruh arus kas dalam jangka waktu lebih dari 1 bulan. Hal ini disebabkan oleh masih banyak bank yang memiliki view of point likuiditasnya dalam rentang waktu yang lebih dari sebulan hingga lebih dari setahun. Oleh karena itu, peneliti akan menguji hubungan antara arus kas keluar dan arus kas masuk dalam konsep LCR dengan penahanan aset likuid serta pengaruh arus kas bersih dalam jangka waktu lebih dari sebulan terhadap penahanan asset likuid. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Liability, Cash Outflow, Cash Inflow, dan Net Cashflow. Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah jumlah Liquid Assets yang dimiliki oleh Bank. Liability (1 month range) Cash outflow (1 month range) Cash inflow (1 month range) Bank Liquid Assets Net Cashflow <3 months Net Cashflow <6 months Net Cashflow <12 months Net Cashflow >12 months Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

26 2.4 Hipotesis Konseptual Pada penelitian yang dibuat oleh peneliti dengan judul Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penahanan Aset Likuid Sebagai Dasar Penerapan BASEL III Pada Sektor Perbankan, hipotesis konseptual disusun sebagai berikut : H 1 : Liability memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio. H 2 : Cash Outflow kurang dari sebulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio. H 3 : Cash Inflow kurang dari sebulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio. H 4 : Net Cashflow kurang dari tiga bulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio. H 5 : Net Cashflow kurang dari enam bulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio. H 6 : Net Cashflow kurang dari dua belas bulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio.

27 H 7 : Net Cashflow lebih dari dua belas bulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio.

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai perantara keuangan (financial intermediary), melakukan

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai perantara keuangan (financial intermediary), melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang menghubungkan antara pemilik dana dan yang membutuhkan dana. Bank yang dalam aktivitasnya bertindak sebagai perantara keuangan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Loan to Deposit Ratio (LDR) 2.1.1 Pengertian Loan to Deposit Ratio (LDR) Pengertian Loan to Deposit Ratio menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan Indonesia semakin menghadapi banyak tantangan, terutama menghadapi pasar global. Di dalam melaksanakan bisnis, perbankan Indonesia akan dihadapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bank

TINJAUAN PUSTAKA Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank dalam usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Menurut UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian suatu negara saat ini Lembaga Perbankan memiliki peranan yang cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan

Lebih terperinci

Asset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza

Asset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza Asset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza Manajemen Likuiditas Pengertian likuiditas: Kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya pada saat ditagih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya tingkat likuiditas di pasar keuangaan, karena

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya tingkat likuiditas di pasar keuangaan, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan global pada tahun 2008 merupakan krisis keuangan yang ditandai dengan menurunnya tingkat likuiditas di pasar keuangaan, karena kelangkaan likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi. Keberadaan bank sangat penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Baik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan dalam perekonomian suatu negara memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting. Perbankan merupakan salah satu sub sistem keuangan yang paling penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pada perkembangan perekonomian saat ini bank banyak dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang kegiatanya tidak terlepas dari transaksi keuangan. Sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH Oleh : Junaedi,SE,M.Si Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang masih labil sering menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang masih labil sering menjadikan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekonomian Indonesia yang masih labil sering menjadikan dunia usaha, khususnya industri dan manufaktur, berada dalam kondisi penuh ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian suatu negara, lembaga perbankan mempunyai peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai perantara keuangan, yaitu sebagai fund

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan, termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya, serta perusahaan industri dan retail. Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian dikarenakan bank berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Tinjauan teoritis ini sangat diperlukan untuk mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam ulasan penelitian. Studi kepustakaan yang

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS MUNGNIYATI STIE TRISAKTI mungniyati@stietrisakti.ac.id PENDAHULUAN K esehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

penting. Menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan

penting. Menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Bank Dalam perekonomian suatu negara, bank memiliki peranan yang sangat penting. Menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas dana yang diterima dari nasabah. Sesuai dengan Undang undang RI nomor

BAB I PENDAHULUAN. atas dana yang diterima dari nasabah. Sesuai dengan Undang undang RI nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan suatu perusahaan yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. Sesuai dengan Undang undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang

Lebih terperinci

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 NSFR dihitung dengan formula sebagai berikut:. Konversi mata uang asing menjadi rupiah dilakukan dengan mengg

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 NSFR dihitung dengan formula sebagai berikut:. Konversi mata uang asing menjadi rupiah dilakukan dengan mengg TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank. Pendanaan Stabil Bersih. Rasio. Kewajiban. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 159) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Suatu himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur dan memiliki pola kerja yang tetap dan telah ditentukan untuk mencapai tujuan bersama.

Lebih terperinci

Sedangkan dalam PSAK No 31 mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut :

Sedangkan dalam PSAK No 31 mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut : 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Perbankan di Indonesia Perbankan secara umum merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan berupa pengumpulan dana masyarakat dan menyalurkannya kembali

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari hasil penelitian terdahulu. Dimana peneliti menganggap bahwa penjelasan dari penelitian terdahulu memiliki keterkaitan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967, bank didefinisikan sebagai Lembaga Keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas

Lebih terperinci

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui kegiatan-kegiatan di bidang keuangan menarik uang dari masyarakat

Lebih terperinci

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-04-18 Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari anggota masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstraksi Prakata. Daft ar Tabel dan Gambar

DAFTAR ISI. Abstraksi Prakata. Daft ar Tabel dan Gambar Abstraksi ABSTRAKSI Asset dan Liability merupakan dua sisi gambaran keuangan suatu bank, dimana kedua-duanya menggambarkan pos-pos keuangan bank, baik yang berbentuk kekayaan atau harta milik bank, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian global pada tahun 2009 hingga saat ini menunjukkan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian yang disebabkan oleh krisis ekonomi global. Krisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Bank Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kajian Teori 1. Definisi Bank Kata bank berasal dari bahasa latin yaitu Banca yang berarti meja, meja yang dimaksud adalah meja yang biasa digunakan

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) Nama Bank : PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906, Tbk. Posisi Laporan : Triwulan II - 2017 NILAI LCR (%) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Fundamental Teori fundamental adalah teori yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teori ini menitikberatkan pada rasio finansial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Makroprudensial. Pengaturan. Pengawasan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 141) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa keuangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa keuangan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Bank mempunyai fungsi sebagai lembaga intermediasi yaitu memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Ardiani (2007) menunjukkan bahwa secara simultan CAR, RORA, ROA, LDR, NPM dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tangga 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

STIE DEWANTARA Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 4 Pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat alam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk2 lainnya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai bank sentral, Bank

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) Nama Bank : PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906, Tbk. Posisi Laporan : Triwulan I - 2017 NILAI LCR (%) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, laporan keuangan merupakan suatu media penting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, laporan keuangan merupakan suatu media penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian, laporan keuangan merupakan suatu media penting dalam proses pengambilan keputusan ekonomis, sehingga dalam menjalankan suatu usaha perusahaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Bank Bank didefinisikan oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara negara di Eropa, Amerika dan Jepang mendengar kata bank sudah tidak asing lagi. Bank sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan perekonomian saat ini semakin banyak pula bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber dana yang

Lebih terperinci

URGENSI MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK : TARIK-ULUR (TRADE-OFF) ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS

URGENSI MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK : TARIK-ULUR (TRADE-OFF) ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS URGENSI MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK : TARIK-ULUR (TRADE-OFF) ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS Abstrak: Oleh: Muhammad Ardy Zaini Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang e-mail : iniazardy@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.7 tahun 1992

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.7 tahun 1992 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian bank Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.7 tahun 1992 tentang Perbankan dalam Suyatno (2007:127), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sejarah menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan lembaga perbankan.

Lebih terperinci

BAB 1 PEMBAHASAN 1. ANALISIS LIKUIDITAS, RENTABILITAS, DAN SOLVABILITAS

BAB 1 PEMBAHASAN 1. ANALISIS LIKUIDITAS, RENTABILITAS, DAN SOLVABILITAS BAB 1 PEMBAHASAN 1. ANALISIS LIKUIDITAS, RENTABILITAS, DAN SOLVABILITAS 1.1 Pengertian Analisis Analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sesuatu guna meneliti struktur yang dikaji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada tiga penelitian sebelumnya yang sangat bermanfaat bagi penulis sebagai bahan acuan, yaitu dilakukan oleh : 1. Riski Yudi Prasetyo 2012 Penelitian yang

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan produk bank

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR) Nama Bank : PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906, Tbk. Posisi Laporan : Triwulan IV - 2016 NILAI LCR (%) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Fungsi Kredit Menurut Dahlan Siamat (2005 : 349), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 8/1/PBI/2006 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 8/1/PBI/2006 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 8/1/PBI/2006 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank dapat mengalami kesulitan likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh negara. Tidak sedikit roda-roda perekonomian terutama di sektor riil digerakkan oleh perbankan baik secara langsung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Interpreasi definisi:

PENDAHULUAN. Interpreasi definisi: PENDAHULUAN Manajemen aktiva-pasiva atau asset liability management (ALMA) merupakan fokus utama dalam manajemen bank umum Definisi ALMA: Suatu proses prencanaan dan pengawasan operasi perbankan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilitas sistem keuangan memegang peran penting dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Rasio Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh membagi satu angka dengan angka lainnya. Jadi, rasio

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Bank menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah lembaga yang berperan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Bank menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah lembaga yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi keuangan, moneter dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Institusi Perbankan Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, pengertian bank diatur dalam Pasal 1 ayat 2. Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang membutuhkannya. Disamping itu bank dikenal sebagai tempat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang membutuhkannya. Disamping itu bank dikenal sebagai tempat untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dan sebagai tempat untuk meminjam uang bagi masyarakat

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 47

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 47 amanitanovi@uny.ac.id Makalah ini akan membahas tentang aktivitas-aktivitas dan produk-produk bank konvensional atau umum. Pertama akan dibahas mengenai aktivitas bank dan akan dilanjutkan dengan mengulas

Lebih terperinci

Secara umum kegiatan penghimpunan dana ini dibagi dalam :

Secara umum kegiatan penghimpunan dana ini dibagi dalam : 1. AKUNTANSI SUMBER DANA Secara umum kegiatan penghimpunan dana ini dibagi dalam : 1. Simpanan Giro Dalam dunia perdagangan Giro merupakan kata yang tidak asing lagi. Setiap akan melakukan transaksi pembayaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Perkembangan perekonomian saat ini bank banyak dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi keuangan. Sebagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Perbankan Pengertian Bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada dua penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh : Raden Okky Murdani P.A. tahun 2010 yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.03/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Sofan Hariati (2012) Peneliti membahas mengenai Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank-Bank Umum Yang Go Public. Masalah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank Bank merupakan salah satu sarana yang memiliki peran strategis dalam usaha meningkatkan

Lebih terperinci

[JURNAL ECOBISMA] Vol. 1 No. 2 Juni 2014 ANALISIS LIKUIDITAS BANK MANDIRI TAHUN Oleh

[JURNAL ECOBISMA] Vol. 1 No. 2 Juni 2014 ANALISIS LIKUIDITAS BANK MANDIRI TAHUN Oleh ANALISIS LIKUIDITAS BANK MANDIRI TAHUN 2009-2013 Oleh Yuniman Zebua Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Labuhanbatu ABSTRAK Likuiditas Bank Mandiri merupakan kemampuan Bank Mandiri dalam memenuhi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan institusi yang berpengaruh signifikan dalam menentukan kelancaran aktivitas perekonomian dan keberhasilan pembangunan sehingga wajar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini banyak bank yang dilikuidasi oleh Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini banyak bank yang dilikuidasi oleh Lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini banyak bank yang dilikuidasi oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Satria (2013), Direktur Penjaminan dan Manajemen risiko menyatakan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan yang paling besar peranannya adalah perbankan. disalurkan kembali kepada komponen penggerak ekonomi.

I. PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan yang paling besar peranannya adalah perbankan. disalurkan kembali kepada komponen penggerak ekonomi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dalam perekonomian di dunia pasti berhubungan dengan lembaga keuangan. Di mana lembaga keuangan merupakan penghubung antara pihak yang memerlukan dan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO, 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada dua penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Ibnu Fariz (2012) Penelitian terdahulu

Lebih terperinci