HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI HEME DAN NON HEME, PROTEIN, VITAMIN C DENGAN KADAR HB REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI HEME DAN NON HEME, PROTEIN, VITAMIN C DENGAN KADAR HB REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2014"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI HEME DAN NON HEME, PROTEIN, VITAMIN C DENGAN KADAR HB REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2014 Karya Tulis Ilmiah Diajukan ke Program Studi DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Oleh: Diana Halim NIM: JURUSAN DIII GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2014

2 PERNYATAAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 Oleh : DIANA HALIM NIM : Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa, disetujui oleh Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Studi D.III Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dan telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Pembimbing I Padang, Juli 2014 Menyetujui, Pembimbing II Gusnedi, STP, MPH Zul Amri, DCN, M.Kes NIP NIP Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang (Hasneli, DCN, M.Biomed) NIP

3 PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI Karya Tulis Ilmiah Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 Oleh : DIANA HALIM NIM : Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Karya Tulis Ilmiah Program Studi D.III Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Padang, Juli 2014 Tim Penguji : Ketua/ Penguji Sekretaris/ Penguji Gusnedi, STP, MPH Zul Amri, DCN, M.Kes NIP NIP Anggota Penguji I, Anggota Penguji II, dr.linda M,Taufik, M.Kes Safyanti, SKM, M.Kes NIP NIP

4 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Diana Halim Nim : Tempat/Tanggal Lahir : Batusangkar/ 04 Maret 1993 Jenis Kelamin Agama Status Perkawinan : Perempuan : Islam : Belum Kawin Nama Orang Tua : Ayah Ibu : Yudalius, S.Pd : Deswita,S.Pd Alamat : Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung Riwayat Pendidikan : 1. TK Cempaka Tahun SD Negeri 11 Palaluar Tahun SMP Negeri 02 Tanjung Ampalu Tahun SMA Negeri 01 Muaro Sijunjung Tahun D III Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang Tahun

5 POLYTECHNIC OF HEALTH KEMENKES PADANG DEPARTMENT OF NUTRITION Scientific Paper, July 2014 Diana halim Heme Iron Intake Relationship and Non Heme, Protein, Vitamin C with Hb levels in Young Womenin in the SMAN 1 Sijunjung at Sijunjung 2014 vii + 55 pages, 15 tables, 8 attachments ABSTRACT One of the major nutrition problems in Indonesia is a Nutritional Anemia Iron (AGB) which occurs in adolescent girls. Problems iron anemia will cause interference or a drag on growth, academic achievement, intelligence, sporting ability and the productivity of work. The scope of the research relationship intake of heme iron and non-heme, protein, vitamin C with girls hb levels in the SMAN 1 Sijunjung at Sijunjung Study aimed to determine the relationship of intake of heme iron and non-heme, protein, vitamin C levels Hb girls in SMAN 1 Sijunjung The study design was a cross sectional study. The population in this study were young women class I and II in SMAN 1 Sijinjung. Samples numbered 53 people taken by simple random sampling. The research was conducted on February 20 until June 21, Collecting data using a semi-quantitative FFQ form and check the levels of Hb. Pengelolahan the data is computerized (SPSS version and analyzed using univariate and bivariate Spearman's rho correlation and correlation analysis). From these results it is known that the prevalence of anemia in adolescent girls 69.8% with an average of Hb g/dl, the average total iron intake mg, the average intake of heme iron 2.21 mg, the average iron intake non-heme mg, the average protein intake of g and the average intake of vitamin C 163 mg. There is a significant association between the intake of heme iron and non-heme, protein intake, intake of vitamin C with Hb girls. It is necessary for counseling by teachers or pembinan PMR in adolescent girls about the use of food as meat, fish, poultry and fruits and vegetables can increase iron absorption in the body. Keywords :Anemia, Young Women, Fe intake, Protein, Vitamin C References : (33) ( )

6 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN GIZI Karya Tulis Ilmiah, 14 Juli 2014 Diana Halim Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014 vii + 55 halaman, 15 tabel, 8 lampiran ABSTRAK Salah satu masalah gizi utama di Indonesia adalah Anemia Gizi Besi (AGB) yang terjadi pada remaja putri. Masalah anemia gizi besi ini akan menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, prestasi belajar, kecerdasan, kemampuan olahraga serta pada produktifitas kerja. Ruang lingkup penelitan hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin c dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Tahun Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas I dan II di SMAN 1 Sijinjung. Sampel berjumlah 53 orang yang diambil secara simpel random sampling. Penelitian ini dilakukan tanggal 20 Februari sampai dengan 21 Juni Pengumpulan data menggunakan form FFQ semi kuantitatif dan pengecekan kadar Hb. Pengelolahan data dilakukan secara komputerisasi (program SPSS versi 11,50 dan dianalisa secara univariat dan bivariat dengan correlation sperman s rho serta analisa korelasi). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa prevalensi anemia pada remaja putri 69.8 % dengan rata-rata kadar Hb g/dl, rata-rata asupan zat besi total mg, rata-rata asupan zat besi heme 2.21 mg, rata-rata asupan zat besi non heme mg, rata-rata asupan protein gr dan rata-rata asupan vitamin C 163 mg. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zat besi heme dan non heme, asupan protein, asupan vitamin C dengan kadar Hb remaja putri. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan oleh guru atau pembinan PMR pada remaja putri tentang pemanfaatan bahan makanan daging, ikan, unggas serta buah-buahan dan sayur-sayuran yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Kata Kunci : Anemia, Remaja Putri, Asupan Fe, Protein, Vitamin C Daftar Pustaka : (33) ( )

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan DIII Gizi di Poltekkes Kemenkes RI Padang. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak khususnya Bapak Gusnedi, STP, MPH selaku pembimbing 1 dan Bapak Zul Amri, DCN, M.Kes selaku pembimbing 2 yang bersedia dengan kesabarannya menyumbangkan saran, ide, dan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga penulis dapat menyelsaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu. Serta ucapan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Padang 2. Ibu Hasnelly DCN, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI Padang 3. Ibu Kasmiyetti DCN, M.Biomed selaku Ketua Prodi D-III Gizi Poltekkes Kemenkes RI Padang 4. Bapak Zulkifli SKM, MSi selaku pembimbing Akademis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama menjalani studi di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI Padang

8 5. Bapak dan Ibu dosen sebagai staf pengajar di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI Padang atas ilmu yang telah diberikan baik secara teoritis maupun dalam pergaulan sehari-hari di kampus 6. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, pengorbanan, doa serta kepercayaan penuh kepada penulis sehingga penulis tetap semangat dalam meraih impian 7. Rekan-rekan senasib seperjuangan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, dengan kesungguhan dan kerja keras penulis berupaya memberikan hasil yang semaksimal mungkin demi tercapainya kesempurnaan. Tanggapan, kritikan, dan saran akan sangat berarti bagi penulis dalam mencapai kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis harapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Padang, Juli 2014 Penulis

9 DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v vii ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penelitian... 7 E. Ruang Lingkup Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Remaja Putri... 9 B. Hemoglobin Pengertian Hemoglobin Kadar Normal Hemoglobin Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin C. Anemia Pengertian Anemia Penyebab Anemia Tanda dan Gejala Anemia Pencegahan Anemia Klasifikasi Anemia Anemia Gizi Besi Penyebab Anemia Gizi Akibat Anemia Gizi Besi D. Zat Gizi yang Mempengaruhi Anemia Besi Zat Besi Zat Besi Heme dan Non Heme Protein Vitamin C E. Angka Kecukupan Gizi F. Kerangka Teori G. Kerangka Konsep H. Defenisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian... 30

10 C. Populasi dan Sampel D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data E. Pengolahan Data F. Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Keterbatasan Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Responden Analisa Univariat Analisa Bivariat B. Pembahasan Kadar Hb Asupan Zat Besi Heme serta Hubungannya dengan Kadar Hb Asupan Zat Besi Non Heme serta Hubungannya dengan kadar Hb Asupan Protein serta Hubungannya dengan Kadar Hb Asupan Vitamin C serta Hubungannya dengan Kadar Hb BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Batas normal kadar Hb menurut umur dan jenis kelamin 10 Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk remaja putri. 26 Tabel 4.1 Distribusi golongan umur remaja putri SMAN 1 Sijinjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.2 Distribusi responden menurut kadar Hb di SMAN 1 Sijinjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan status anemia gizi besi di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan asupan zat besi di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan asupan zat besi di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan asupan protein di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan asupan protein di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan asupan vitamin C di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan asupan vitamin C di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.10 Hubungan asupan zat besi heme dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.11 Hubungan asupan zat besi non heme dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.12 Hubungan asupan protein dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun Tabel 4.13 Hubungan asupan vitamin C dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A : Surat Izin Penelitian Lampiran B : Data Kadar Hb Hasil Analisa Awal Lampiran C : Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden Lampiran D : Formulir Pengisian Kadar Hb Lampiran E : Format Semi Quantitative Food Frequency Lampiran F : Output Penelitian Lampiran G : Master Tabel Lampiran H : Jadwal Penelitian

13 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka memperoleh SDM yang berkualitas, visi pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2013 diantaranya mengharapkan peningkatan perilaku yang produktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi SDM antara lain adalah faktor kesehatan dan faktor gizi. Kedua faktor ini penting agar kita dapat bekerja secara optimal. 1 Periode seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama kehidupan, merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dalam rangka menyelamatkan 1000 HPK, perlu ada kebijakan yang mencegah usia muda menikah, remaja perempuan calon ibu harus sehat dalam status gizi baik, tidak kurus dan tidak anemia atau kekurangan gizi lainnya. Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1000 HPK, namun status gizi remaja putri atau pranikah memiliki konstribusi besar pada kesehatan, keselamatan, kehamilan, dan kelahiran apabila remaja putri menjadi ibu. 2 Remaja kelak akan menjadi sumber daya manusia yang melanjutkan tongkat estafet pembangunan, sehingga perlu dipersiapkan untuk menjadi tenaga yang berdaya kerja tinggi serta produktif. 2

14 Masalah gizi di negara berkembang termasuk Indonesia merupakan masalah kesehatan yang komplek, hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya pengetahuan tentang gizi, sosial budaya serta berbagai penyakit seperti infeksi dan masih belum timbulnya kesadaran dari diri sendiri untuk memperbaiki keadaan tersebut. Salah satu dari permasalahan gizi yang penting di Indonesia maupun di negara berkembang lainnya adalah masalah anemia defisiensi besi yang sering diderita oeh remaja, terutama remaja putri. 3 Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anemia ini merupakan bentuk anemia yang paling sering ditemukan di dunia. Diperkirakan sekitar 40% penduduk dunia menderita anemia dan lebih setengahnya merupakan anemia defisiensi besi. 4 Hal serupa dapat dilihat di Indonesia dimana prevalensi anemia masih tinggi, yaitu sekitar 40-65% dan sebarannya merata di seluruh wilayah tanah air. Dari hasil Survey Konsumsi Rumah Tangga (SKRT) 2001, prevalensi anemia gizi besi pada wanita usia tahun (26,5%), usia tahun (25,3%), usia tahun (25,9%), usia tahun (28,7%) dan pada ibu hamil (40,1%). 5 Berdasarkan hasil penelitian di desa-desa Sumatra Barat 50% penduduk yang menderita anemia disebabkan oleh defisiensi besi dan 40% anemia defisiensi besi disertai dengan investasi cacing tambang. 6 Penduduk perkotaan prevalensi anemia defisiensi besi sebesar 19,1%. Di Sumatera Barat 16,6% remaja putri mengalami anemia. Prevalensi anemia pada siswi SMA sebesar 30%. 6

15 Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung di dapatkan prevalensi anemia 23,4% pada remaja pelajar SMP dan SMA tahun Masalah anemia tersebut sebagian besar disebabkan karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, seperti rendahnya konsumsi zat besi dari protein hewani pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari, pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beraneka ragam, pengetahuan tentang anemia defisiensi besi, pola haid dan infestasi parasit yang merupakan masalah endemik. 8 Kekurangan zat besi dapat dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan berbagai gangguan pada organ dan sistem tubuh. Misalnya, gangguan pertumbuhan organ yang membuat tubuh tampak kecil dibanding usianya, gangguan kulit dan selaput lendir, gangguan sistem pencernaan, gangguan otot gerak sehingga tubuh cepat lelah dan lesu, gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan gangguan fungsi kognitif antara lain kurang mampu belajar dan kemampuan intelektualnya kurang. 9 Tingginya prevalensi anemia pada remaja putri dibandingkan pada anakanak dan usia dewasa disebabkan karena remaja putri berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga lebih banyak membutuhkan zat besi. Selain itu, ketidakseimbangan asupan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja, seperti ketidakseimbangan asupan energi, protein, vitamin C dan zat gizi mikro seperti zat besi (Fe) yang akan mengakibatkan defisiensi zat besi. 10 Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan melakukan pantangan terhadap

16 banyak makanan. Remaja putri membutuhkan zat besi sebanyak 26 mg/hari, sedangkan laki-laki hanya 13 mg/hari. Remaja putri cenderung lebih sedikit mengkonsumsi sumber zat besi dan mengalami menstruasi sehingga membutuhkan lebih banyak zat besi, karena zat besi yang hilang dari tubuh saat menstruasi juga banyak. Karena itu, apabila kebutuhan zat besi tidak dapat dipenuhi maka kemungkinan terjadinya anemia gizi besi cukup besar. 11 Tingkat konsumsi protein perlu diperhatikan karena semakin rendah tingkat konsumsi protein maka semakin cenderung untuk menderita anemia. Protein berfungsi dalam pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh. Hemoglobin pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbon dioksida adalah ikatan protein. Protein juga berperan dalam proses pengangkutan zat-zat gizi termasuk besi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sehingga apabila kekurangan protein akan menyebabkan gangguan pada absorpsi dan transportasi zat- zat gizi. 11 Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutunya, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Mutu protein bahan makanan hewani lebih tinggi dari makanan nabati. Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia. Untuk menjamin mutu protein dalam makanan sehari-hari, dianjurkan sepertiga bagian protein yang dibutuhkan berasal dari protein hewani. 11

17 Berdasarkan hasil penelitian Safyanti terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zat besi heme dengan anemia, di mana remaja putri yang asupan zat besi heme kurang beresiko 5,1 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan asupan zat besi heme. 12 Dari data pemantauan konsumsi gizi Sumatra Barat tahun 2012, konsumsi protein Kabupaten Sijunjung sudah melampaui angka kecukupan yang dianjurkan (46,2 gr) yaitu 51,756 gr AKG. Sedangkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sijunjung dalam angka didapatkan rata-rata penyumbang konsumsi protein terbesar terlihat pada jenis padi-padian yaitu 41,83% untuk tahun 2011 dan 41,49% tahun Sedangkan kelompok protein hewani menjadi penyumbang sumber protein nomor dua terbesar masing-masing 14-15%. 13 Konsumsi protein hewani di Kabupaten Sijunjung tahun , diduga dapat mempengaruhi konsumsi zat besi heme sehingga kejadian anemia gizi mungkin juga akan lebih rendah, namun masih ditemukan tingginya prevalensi anemia pada remaja putri di Kabupaten Sijunjung. 13 SMAN 1 merupakan salah satu SMA Negeri Unggulan di Kabupaten Sijunjung yang terletak di Kecamatan Muaro Sijunjung daerah pusat Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan hasil screening remaja putri kelas I dan II kurangnya asupan zat besi pada remaja putrid disebabkan lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang lebih rendah kandungan zat besinya daripada makanan hewani yang tinggi kandungan zat besi, sehingga sangat berisiko terhadap terjadinya anemia.

18 Keadaan ini diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterbatasan variasi makanan karena rata-rata siswa-siswinya berasal daerah yang menetap sebagai anak kos. Hasil pengukuran kadar Hb sebelumnya pada remaja putri kelas I dan II yang dilakukan di SMAN 1 Sijunjung, di peroleh dari 10 orang remaja putri hanya 2 orang yang memiliki kadar Hb normal. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian "Hubungan Asupan Zat Besi Heme dan Non Heme, Protein, Vitamin C dengan Kadar Hb Remaja Putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 2014". B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun2014? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun Tujuan Khusus a. Diketahuinya distribusi remaja putri berdasarkan kadar Hb di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun b. Diketahuinya distribusi remaja putri berdasarkan asupan zat besi heme dan non heme di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.

19 c. Diketahuinya distribusi remaja putri berdasarkan asupan protein di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun d. Diketahuinya distribusi remaja putri berdasarkan asupan vitamin C di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun e. Diketahuinya hubungan asupan zat besi heme dan non heme dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun f. Diketahuinya hubungan asupan protein dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun g. Diketahuinya hubungan asupan vitamin C dengan kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun Bagi Institusi Memberikan informasi tentang hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014 kepada institusi terkait di Kabupaten Sijunjung. 3. Bagi Siswi Memberikan informasi tentang hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.

20 E. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka ruang lingkup penelitian ini adalah hubungan asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun Penelitian ini dilakukan pada bulan 20 Februari sampai 21 Juni 2014 di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung dengan populasi seluruh siswi kelas I dan II yang berjumlah 222 orang. Analisis data secara univariat dan bivariat.

21 A. Pengertian Remaja Putri BAB II TINJAUAN PUSTAKA Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya adolescent yang berarti remaja) berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial juga emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainnya secara langsung, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap. 14 Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi status kesehatan dan gizi remaja. Asupan zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. 15 Remaja putri adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa, ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi (umur10-19 tahun). 16 B. Hemoglobin 1. Pengertian Hemoglobin suatu bahan yang penting sekali dalam eritrosit juga dibentuk dalam sum-sum tulang, hemoglobin ini dibentuk dari heme dan globin. Heme adalah suatu derivate porfirin yang mengandung besi. 17

22 Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta Kadar Normal Hemoglobin Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl yang artinya banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah. Apabila kadar hemoglobin rendah dalam darah dikenal dengan istilah anemia. Table 2.1 Batas normal kadar Hb menurut umur dan jenis kelamin Kelompok Umur Hb (gr/dl) 6 bulan-59 bulan tahun 11, tahun 12 Wanita >14 tahun 12 Wanita hamil 11 Laki-laki 13 Sumber :Iindicator for assessing iron deficiency and strategis for its prevention, WHO/UNICEF, UNU (2012). 19

23 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah: 20 a. Kecukupan Besi dalam Tubuh Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang. Kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia kekurangan besi. 21 b. Metabolisme Besi dalam Tubuh Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 gr), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> mg).

24 Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, myoglobin, sitokrom, serta enzim heme dan non heme adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran. 20 c. Defisiensi Zat Gizi Zat besi merupakan inti molekul hemoglobin yang merupakan unsur utama dalam sel darah merah, maka kekurangan pasokan zat besi menyebabkan menurunnya produksi hemoglobin. Akibatnya, terjadi pengecilan ukuran sel, rendahnya kandungan hemoglobin, serta berkurangnya jumlah sel darah merah. C. Anemia 1. Pengertian Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan kadar hematokrit di bawah normal. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh. 22 Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin dalam setiap milimeter kubik darah. Hampir semua gangguan pada

25 sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai warna kepucatan pada tubuh, terutama akstremitas Penyebab Anemia Penyebab anemia pada umumnya adalah : 24 a. Kurang gizi (malnutrisi) b. Kurang zat besi dalam diit c. Malabsorbsi d. Kehilangan darah yang banyak : persalinan yang lalu, haid dan lainnya e. Penyakit-penyakit kronis 3. Tanda dan Gejala Anemia Gejala anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia ditandai dengan kadar hemoglobin yang sudah menurun dari nilai normal. Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan: 25 a. Sistem Kardiofaskular : lesu, cepat lelah, sesak nafas saat beraktifitas, angina pektoris, gagal jantung. b. Sistem Saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunangkunang, kelemahan otot, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas. c. Sistem Urogenital : gangguan haid dan libido menurun. d. Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastis kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.

26 4. Pencegahan Anemia Cara mencegah dan mengobati anemia adalah: 11 a. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi 1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran bewarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). 2) Makan sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin c (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. b. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet tambah darah (TTD), tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. c. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti kecacingan, malaria dan penyakit TBC. 5. Klasifikasi Anemia Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin yang dikandung, seperti berikut : 21 a. Makrositik Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik, yaitu anemia megaloblstik dan anemia non-megaloblastik

27 disebabkan oleh eritropoiesis yang dipercepat dan peningkatan permukaan membran. b. Mikrositik Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan salah satu tanda anemia mikrositik. Penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin, dan heme, serta gangguan metebolisme besi lainnya. c. Normositik Pada anemia normositik, ukuran sel darah merah tidak berubah. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara berlebihan, serta tidak berfungsinya metabolisme sel-sel darah merah karena penyakit-penyakit hemolitik, ngangguan endokrin, ginjal, dan hati. 6. Anemia Gizi Besi Anemia gizi merupakan suatu keadaan kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial, seperti zat besi, asam folat vitamin B12 yang sangat dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel darah merah. Bila simpanan ini berkurang jumlahnya akan terjadi ketidakseimbangan zat-zat gizi di dalam tubuh, namun belum menunjukkan kelainan biokimia atau klinis. Tetapi bila keadaan ini berlangsung terus pada akhirnya akan sampai pada keadaan yang disebut dengan anemia. 26 Anemia gizi karena kurang zat besi adalah yang paling umum terjadi di masyarakat. Defisiensi zat besi yang paling umum terjadi di dunia merupakan penyebab utama terjadinya anemia gizi. Defisiensi Fe terjadi saat jumlah Fe yang diabsorpsi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini disebakan oleh rendahnya intake Fe, penurunan biovailabilitas Fe dalam tubuh, peningkatan

28 kebutuhan Fe karena perubahan fisiologi seperti kehamilan dan proses pertumbuhan. 27 Tahapan defisiensi zat besi yang mengarah pada anemia terjadi dengan tahapan penipisan Fe yang ditandai dengan penurunan cadangan Fe yang tercermin dari berkurangnya konsentrasi serum ferritin. Selanjutnya terjadi peningkatan absorpsi Fe akibat menurunnya jumlah Fe tubuh. Manifestasi keadaan ini dapat menimbulkan defisiensi Fe tanpa anemia, cadangan Fe menipis dan produksi Hb terganggu. 27 Sementara defisiensi Fe diartikan sebagai keadaan biokimia Fe yang abnormal disertai atau tanpa keberadaan anemia. Biasanya defisiensi Fe merupakan akibat dari rendahnya bioavailabilitas intake Fe, peningkatan kebutuhan Fe selama priode kehamilan dan menyusui, peningkatan kehilangan darah karena penyakit cacingan Penyebab Anemia Gizi a. Asupan Zat Besi Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang yang mengkonsumsi bahan makanan yang kurang beragam dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan yang salah, baik jumlah maupun kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan. 29 b. Penyerapan Zat Besi

29 Diet yang kaya zat besi tidak akan menjamin ketersediaan zat besi dalam tubuh karena banyaknya zat besi yang diserap sangat tergantung dari jenis zat besi dan bahan makanan yang dapat menghambat dan meningkatkan penyerapan besi. Zat penghambat absopsi seperti asam fitat (dalam serat, serilia), phosvitin (dalam kuning telur), tannin (teh dan kopi). 29 c. Kebutuhan Zat Besi Meningkat Kebutuhan zat besi akan meningkat pada masa pertumbuhan seperti pada bayi, anak-anak, remaja, kehamilan, dan menyusui. Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasua-kasus pendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit. 29 d. Kehilangan Zat Besi Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan urin disebut kehilangan zat besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi basal juga kehilangan zat besi melalui menstruasi. Disamping itu kehilangan zat besi disebabkan pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus Akibat Anemia Gizi Besi Akibat anemia terhadap kesehatan pada masing-masing periode kehidupan yang ditimbulkan karena menderita anemia gizi antara lain adalah : 29 a. Bayi dan anak (0-9 tahun) 1) Gangguan perkembangan motorik dan koordinasi 2) Gangguan perkembangan dan kemampuan belajar 3) Gangguan pada psikologis dan prilaku b. Remaja (10-19 tahun) 1) Ganguan kemampuan belajar

30 2) Penurunan kemampuan belajar dan aktivitas fisik 3) Dampak negative terhadap sistem pertahanan tubuh dalam melawan penyakit infeksi c. Orang dewasa 1) Penurunan kerja fisik dan pendapatan 2) Penurunan daya tahan tubuh terhadap keletihan d. Wanita hamil 1) Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu 2) Peningkatan angka kesakitan dan kematian janin 3) Peningkatan resiko janin dengan berat badan lahir rendah D. Zat Gizi yang Mempengaruhi Anemia Besi 1. Zat Besi Kebutuhan zat besi pada wanita tiga kali lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan pria. Hal ini disebabkan karena terjadinya haid setiap bulan pada wanita yang mengakibatkan kehilangan darah secara rutin dan dalam jumlah yang cukup banyak tergantung pada keadaan fisiologis individu tersebut. Hal ini yang memperberat terjadinya anemia pada wanita adalah seringnya melakukan diet pengurangan berat badan karena faktor ingin langsing. 28 Keseimbangan zat besi dalam tubuh antara yang dikeluarkan tubuh harus sama dengan jumlah zat besi yang diperoleh tubuh harus tetap dipertahankan agar tubuh tidak menderita anemia. Zat besi dalam bentuk reserve berfungsi mempertahankan keseimbangan homeostatis tubuh. Apabila konsumsi zat besi dari makanan tidak mencukupi, maka ferritin dan hemosiderin akan membantu mempertahankan produksi hemoglobin. 21

31 Besi yang terdapat didalam tubuh manusia berasal dari tiga sumber, yaitu dari hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), besi yang diambil dari penyimpanan dalam badan, dan besi yang diserap dari saluran pencernaan. Pada manusia normal terdapat mg per hari berasal dari besi hemolisis dan hanya sekitar 1 mg berasal dari makanan. 11 Dalam saluran pencernaan besi akan mengalami proses reduksi dimana bentuk feri (Fe 3+ ) akan diubah menjadi bentuk fero (Fe 2+ ) sehingga akan mudah diserap yang di bantu oleh vitamin c. a. Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi yang berasal dari makanan. Pertama, berapa banyak kandungan zat besi di dalam makanan tersebut baik yang zat besi heme maupun yang non heme. Kedua, berapa kandungan vitamin c dalam makanan. Ketiga adalah berapa total daging, ikan dan unggas yang dikonsumsi. 30 Absorpsi zat besi non heme sangat dipengaruhi oleh faktor yang mempermudah atau yang menghambat yang terdapat dalam bahan makanan yang dikonsumsi, sedangkan zat besi heme tidak terpengaruh oleh faktor-faktor tersebut. Dari suatu penelitian telah didemonstasikan bahwa sebanyak 20% zat besi heme dan hanya 5% zat besi non heme yang ada dalam makanan yang dapat diabsorpsi. Pemberian vitamin c dapat meningkatkan absorpsi zat besi non heme sampai empat kali dan faktor-faktor lain yang mempermudah absorpsi seperti daging, ikan, dan ayam. Sehingga dalam memenuhi kebutuhan zat besi bukan

32 hanya dilihat dari jumlah yang terdapat dalam makanan, namun juga perlu diperhitungkan faktor yang mempengaruhi absorpsinya. Protein nabati maupun hewani tidak mampu meningkatkan absorpsi zat besi. Tetapi bahan makanan yang disebut meat factor seperti daging, ikan dan ayam, apabila terdapat dalam menu makanan walaupun dalam jumlah yang sedikit akan meningkatkan absorbsi zat besi non heme yang berasal dari serelia dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini menunjukkan perlunya mengkonsumsi makanan yang bervariasi dalam makanan sehari-hari. 26 Protein hewani (animal tissue protein atau protein MFP factor) yang terdapat dalam daging, ikan, dan ayam yang hadir dalam menu makanan dapat meningkatkan zat besi 2-4 kali lipat. 30 b. Kebutuhan besi WHO menganjurkan untuk mengkonsumsi besi sebaiknya berdasarkan jumlah kehilangan besi dari dalam tubuh serta jumlah bahan makanan hewani yang terdapat dalam menu sehari-hari. Jumlah kehilangan besi sekitar 1,0 mg per hari, sedangkan untuk wanita ditambah lagi 0,5 mg akibat adanya siklus menstruasi. Oleh karena jumlah besi yang diserap hanya sekitar 10% maka konsumsi yang dianjurkan adalah 10 mg untuk orang dewasa per hari, atau 18 mg untuk wanita usia tahun Zat Besi Heme dan Non Heme Zat besi di dalam bahan makanan dapat berbentuk heme yaitu yang berikatan dengan protein atau dalam bentuk non heme yaitu senyawa besi inorganic yang kompleks. Zat besi heme berasal dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam bahan makanan hewani, yang dapat diabsorpsi secara

33 langsung dalam bentuk kompleks zat besi phorpyrin ( iron phorphyrin complex ). Jumlah zat besi heme yang diabsorpsi lebih tinggi dari pada non heme. Seseorang yang reserve zat besi dalam tubuhnya rendah, zat besi heme ini dapat diabsorpsi lebih dari 35%, sedangkan orang yang simpanan zat besinya cukup banyak (lebih dari 500 mg) maka absorpsi zat besi heme ini hanya kurang lebih dari 25%. 26 Zat besi non heme pada umumnya terdapat di dalam bahan makanan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, serelia, coklat dan tepung terigu. Zat besi non heme didalam bentuk kompleks inorganic Fe 3+ dipecah dan sebagian dirubah dari Fe 3+ menjadi Fe 2+ yang lebih mudah di absorbsi. Konveksi Fe 3+ menjadi Fe 2+ dipermudah oleh faktor endogenus seperti HCL dalam cairan sekresi gastric, dan komponen zat gizi yang berasal dari makanan seperti vitamin c atau daging. Sebanyak 40% kandungan zat besi yang berasal dari meat, fish and poultry merupakan zat besi heme, sedangkan 60% zat besi MFP factor serta zat besi yang berasal dari makanan yang lain merupakan zat besi non heme. 11 Zat besi heme yang berasal dari bahan pangan hewani lebih mudah diserap (sekitar 10-20%), sedangkan besi non heme yang berasal dari bahan pangan nabati lebih sulit diserap (sekitar 1-5%) Protein a. Fungsi Protein Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan

34 oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Disamping itu protein mempunyai fungsi sebagai berikut : 11 1) Pembentukan ikatan-ikatan essensial tubuh Hormon-hormon seperti tiroid, insulin dan epinefrin adalah protein, demikian juga berbagai enzim. Apabila tubuh berada dalam kekurangan protein, maka tubuh akan memprioritaskan pembentukan ikatan-ikatan tubuh yang vital terlebih dahulu. 2) Mengatur keseimbangan air 3) Memelihara netralitas tubuh 4) Pembentukan antibodi Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-bahan racun dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama terdapat di dalam hati. Apabila seseorang mengalami kekurangan protein akan lebih rentan terhadap bahan racun dan obat-obatan. 5) Mengangkut zat-zat gizi Protein memegang peranan essensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna melalui dinding saluran cerna kedalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan dan melalui membran-membran sel ke dalam sel-sel. Kekurangan protein menyebabkan gangguaan pada absorpsi dan transportasi zat-zat gizi. 6) Sumber energi Protein sejalan dengan karbohidrat untuk menghasilkan sumber energi, hal ini karena menghasilkan 4 kkal/g protein. Namun, protein sebagai sumber

35 energi relative lebih mahal, baik dalam harga maupun dalam jumlah energi yang dibutuhkan untuk metabolisme energi. Dari hasil penelitian Safyanti terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan anemia, dimana remaja putri yang asupan energinya kurang beresiko 5,3 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan asupan protein yang cukup. 12 b. Sumber protein Berbagai bahan makanan dapat digunakan sebagai sumber protein, baik berasal dari bahan hewani, maupun bahan nabati. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah mutu, seperti telur, susu, keju, daging sapi, kambing, ikan, dan kerang-kerangan. Sedangkan sumber protein nabati seperti kacang kedelai dan hasilnya seperti tempe, tehu, serta kacang-kacangan lainnya. Protein mempunyai peranan yang penting dalam transportasi zat besi di dalam tubuh. Kurangnya asupan protein akan menghambat transportasi zat besi sehingga mengakibatkan defisiensi zat besi dan mempercepat terjadinya anemia Vitamin C Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin c cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C adalah vitamin yang paling stabil. 11

36 Vitamin C dengan zat besi akan membentuk senyawa askorbat besi kompleks yang larut dalam air dan mudah untuk diabsorpsi. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi non heme sampai empat kali lipat. a. Fungsi Vitamin C Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Banyak proses metabolisme dipengaruhi oleh asam askorbat, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. 11 1) Sintesis kolagen 2) Sintesis karnitin, noradrenalin, serotonin, dan lain-lain 3) Absorpsi dan metabolism besi Vitamin mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Absoprsi besi dalam bentuk non heme meningkat empat kali bila ada vitamin c. Vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati. 4) Absorpsi kalsium 5) Mencegah infeksi Vitamin C meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, kemungkinan karena pemeliharaan terhadap membran mukosa atau pengaruh terhadap fungsi kekebalan. Pauling (1970) pernah mendapat hadiah nobel dengan bukunya vitamin C and the conunom cold, dimana ia mengemukakan bahwa dosis tinggi vitamin c dapat mencegah dan

37 menyembuhkan pilek. Konsumsi vitamin C dosis tinggi secara rutin tidak dianjurkan. 6) Mencegah kanker dan penyakit jantung Dari hasil penelitian Safyanti terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin c dengan anemia, dimana remaja putri yang asupan vitamin C kurang beresiko 3,5 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan asupan vitamin C yang cukup. 12 b. Sumber vitamin C Vitamin C pada umumnya hanya terdapat dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, papaya, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol. 11 E. Angka Kecukupan Gizi Angka Kecukupan Gizi adalah suatu angka kecukupan rata-rata konsumsi zat gizi setiap hari yang disusun berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan aktivitas untuk mencegah terjadinya defisiensi gizi. Menurut Darwin Karyadi dan Muhilal (1996), untuk menentukan AKG individu dapat dilakukan dengan koreksi terhadap berat badan nyata individu tersebut dengan berat badan yang ada pada tabel AKG. 31 Dalam pengklasifikasian tingkat konsumsi individu Depkes RI (1990) mengklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu : baik 100% AKG, sedang 80-90% AKG, kurang 70-80%, dan defisit <70% AKG.

38 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk beberapa zat gizi pada remaja putri dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.2 Angka Kecukupan beberapa zat gizi yang dianjurkan untuk remaja putri Golongan umur (wanita) Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Zat besi total (mg) Protein (gr) Vitamin C (mg) Sumber : AKG

39 F. Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri : Anemia Remaja Putri Intake zat besi (Fe) Asupan Protein Asupan Vitamin C Status kesehatan Zat besi Heme Konsumsi makanan sumber Fe Zat besi Non Heme Pengetahuan dan Sikap Pendidikan Gizi Konsumsi TTD Kepatuhan Pengetahuan dan Sikap Pendidikan Gizi Peningkatan kebutuhan zat besi Menstruasi Tumbuh kembang remaja Penyakit infeksi dan kronis Kecacingan, malaria, TBC, dan penyakit lainnya Status Status Pendidikan Ketersediaan Makanan Persediaan TTD Distribusi Harga Daya beli Penghasilan /pendapatan Penghasilan Status Pekerjaan Sumber : Modifikasi UNICEF/WHO, 1998

40 G. Kerangka Konsep Untuk mendapatkan gambaran pembahasan maka peneliti membuat suatu kerangka konsep peneliti yang mengacu pada kerangka teoritis yang ada dalam tinjauan pustaka, maka peneliti ingin meneliti : Variabel Independen Varibel Dependen Asupan zat besi heme dan non heme Asupan protein Kadar Hb Asupan vitamin C H. Defenisi Operasional No Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Kadar Hb Kadar Hemoglobin Melihat hasil siswi di SMAN 1 pada alat ukur Sijunjung tahun Kadar Hb 2014 dinyatakan Digital (dibantu dalam satuan gr/dl oleh perawat puskesmas) Alat ukur Hb Digital Easy Touch GCHb dengan ketelitian 0,1 gr/dl Kadar (g/dl), dikategorikan menjadi Anemia 12 g/dl Tidak Anemia 12 g/dl Hb Ratio lalu Ordinal

41 2 Asupan Jumlah zat besi heme dan non heme 3 Asupan protein 4 Asupan vitamin C rata-rata konsumsi zat besi heme 40% dari sumber hewani dan non heme 60% dari sumber hewani dan nabati dalam 1 hari Jumlah rata-rata konsumsi protein dalam 1 hari Jumlah rata-rata konsumsi vitamin c dalam 1 hari Wawancara FFQ semi kuantitatif Wawancara FFQ semi kuantitatif Wawancara FFQ semi kuantitatif Asupan zat Ratio besi heme dan non heme (mg/dl), lalu Ordinal dikategorikan menjadi cukup 80% AKG Kurang 80% AKG Asupan protein (gr/dl), dikategorikan menjadi cukup 80% AKG Kurang 80% AKG Asupan vitamin (mg/dl), dikategorikan menjadi cukup 80% AKG Kurang 80% AKG Ratio lalu Ordinal Ratio C lalu Ordinal 1. Hipotesis Penelitian Ha : ada hubungan asupan zat besi heme dan non heme dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun Ha : ada hubungan asupan protein dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun Ha : ada hubungan asupan vitamin C dengan kadar hb remaja putri di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung tahun 2014.

42 A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional study untuk melihat hubungan variabel independen (asupan zat besi heme dan non heme, protein, vitamin c) dengan variabel dependen (kadar Hb) remaja putri kelas I dan II di SMA Negeri 1 Sijunjung, dimana pengukuran variable independen dan variable dependen dilakukan secara serentak. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Sijunjung yang beralamat di Jalan M. Syafei No. 5 Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Pengambilan data dimulai bulan November. Penelitian dilaksanakan bulan Februari sampai dengan bulan Juni C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri kelas I dan II di SMAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung dengan jumlah 222 orang, sedangkan remaja putri kelas III tidak diizinkan oleh pihak sekolah untuk dijadikan sampel penelitian karena mereka sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian. 2. Sampel Dalam penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 53 orang, untuk mengatasi droup out dilakukan dengan cara menambah 10% dari jumlah sampel yaitu penambahan sebanyak 6 orang

43 sehingga didapatkan sampel sebanyak 59 orang menggunakan rumus sampel finite (Lameshow, 1997) yaitu : 33 = = 53 orang + 10% = 59 orang Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi (222 orang) d = Presisi (10%) P = Proporsi 23,4 % (1-P) = Proporsi suatu kejadian untuk tidak terjadi (Z1-α/2) = 1.96 dengan derajat kepercayaan 95% Metode pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Pengambilan secara acak sederhana ini menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number). 1. Kriteria sampel : a. Kriteria Inklusi : 1) Hadir saat penelitian 2) Bersedia menjadi responden 3) Menandatangani informed consent b. Kriteria Ekslusi :

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita (1). Di mana dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia A. Topik : Sistem Hematologi B. Sub Topik : Anemia C. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan peserta diharapkan dapat mengtahui cara mengatasi terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007). 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR HB DALAM PEMBERIAN TABLET FE + VITAMIN C PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BUKITTINGGI. Hasrah Murni (Poltekkes Kemenkes Padang )

PERBEDAAN KADAR HB DALAM PEMBERIAN TABLET FE + VITAMIN C PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BUKITTINGGI. Hasrah Murni (Poltekkes Kemenkes Padang ) PERBEDAAN KADAR HB DALAM PEMBERIAN TABLET FE + VITAMIN C PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BUKITTINGGI Hasrah Murni (Poltekkes Kemenkes Padang ) ABSTRACT The objective of the study was to look at the differences

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. Kriteria anemia berdasarkan WHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap seseorang mengalami masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak berakhir. Hal ini ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa depan bangsa yang akan menggantikan generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia anak menjadi usia dewasa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), 111 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia karena defisiensi besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Saat ini diperkirakan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anemia Gizi Besi (AGB) masih menjadi masalah gizi yang utama di Indonesia. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zat Besi 2.1.1. Fungsi Zat Besi Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014 No. Responden : A. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi 2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Jarak Kehamilan Pengertian jarak kehamilan a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA CICA YULIA, S.Pd, M.Si Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA

PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA Yeni Tutu Rohimah, Dwi Susi Haryati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih banyak ditemukan, baik masalah akibat kekurangan zat gizi maupun akibat kelebihan zat gizi. Masalah gizi akibat kekurangan zat gizi diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik dan mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia secara klinis didefinisikan sebagai tidak cukupnya massa sel darah merah (hemoglobin) yang beredar di dalam tubuh. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil Pengertian Anemia Klasifikasi anemia

TINJAUAN PUSTAKA Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil Pengertian Anemia Klasifikasi anemia 4 TINJAUAN PUSTAKA Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil Kehamilan merupakan hal yang diharapkan oleh setiap calon ibu. Namun pada kenyataannya ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang paling rawan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumberdaya manusia adalah gizi yang seimbang. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO Sharon G. A. Soedijanto 1), Nova H. Kapantow 1), Anita Basuki 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). Selama proses kehamilan

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan proporsi penduduk usia tua (di atas 60 tahun) dari total populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) dari total

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nur Khatim AH Tiaki 201510104338 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA Yulinar Ikhmawati 1, Dwi Sarbini 1, Susy Dyah P 2 1 Prodi Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia. penglihatan dan pendengaran (Notoadmodjo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia. penglihatan dan pendengaran (Notoadmodjo, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan dan menggambarkan penggunaan obat sesuai dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009 ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009 SRI SYATRIANI * & ASTRINA ARYANI** (*Dosen STIK Makassar & ** Alumni STIK Makassar) Masa remaja merupakan masa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Anemia 1. Definisi Anemia gizi adalah keadaan kadar hemoglobin dalam darah yang lebih rendah dari normal akibat kekurangan satu macam atau lebih zat-zat gizi yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Saya yang bernama Sophie Devita S. adalah mahasiswa program studi S-1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Kontribusi Tingkat Kontribusi Tingkat Protein Konsumsi Zat Pemilihan Konsumsi Protein Besi Besar Lauk Zat Lauk Daya Protein Hewani Pengetahuan Keluarga Lauk Sayuran Besi

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci