BAB I PENDAHULUAN. beribadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. beribadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia dan lingkungan. 1 Pengaruh agama dalam merumuskan kaidah hukum nasional suatu negara, akan selalu terasa di manapun di dunia ini kecuali jika negaranya benar-benar sekuler. Hukum Islam merupakan salah satu hukum yang hidup dalam masyarakat Indonesia, sehingga negara tidak dapat merumuskan kaidah hukum positif yang nyata-nyata bertentangan dengan kesadaran hukum rakyatnya sendiri. 2 Hukum Islam terus berkembang menjadi salah satu sumber hukum nasional sesuai kebutuhan masyarakat Islam Indonesia. Saat ini di Indonesia, dorongan perkembangan hukum Islam di bidang hukum muamalah sangat pesat. penyebabnya, yaitu: Pertama, Beberapa faktor dapat disebutkan sebagai lahirnya beberapa institusi keuangan yang didasarkan kepada ketentuan-ketentuan hukum perikatan dan muamalah Islam. Kedua, semakin berkembangnya bisnis umat Islam dan bersamaan dengan itu 1 Dendy Sugono (Pemimpin Tim Redaksi), 2014, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat, PT. Gramedia, Jakarta, hlm Yusril Ihzamahendra mengemukakan beberapa contoh, yaitu: Konstitusi India tegas menyatakan bahwa India negara sekuler, tetapi Hukum Hindu mempengaruhi Hukum India modern. Ada beberapa studi yang menelaah pengaruh Budhaisme terhadap hukum nasional Thailand dan Myanmar. Hukum Perkawinan Philipina melarang perceraian, sebagai pengaruh Hukum Katholik yang besar pengaruhnya di negara itu. Yusril Ihzamahendra, Hukum Islam dan Pengaruhnya Terhadap Hukum Nasional Indonesia, /12/05/hukum-islam-dan-pengaruhnya-terhadap-hukum-nasional-indonesia/ ( ).

2 2 muncul keinginan untuk menyelaraskan bisnis sebagai fenomena modern dengan ketentuan agama/hukum Islam. Ketiga, pandangan orang Muslim sendiri tentang hukum Islam, yang dianggap sebagai ruang ekspresi pengalaman agama paling utama, karena menyangkut aspek kehidupan sehari-hari yang paling langsung. 3 Menurut pengamatan penulis, ketiga faktor tersebut di atas, seharusnya tidak hanya mendukung hukum muamalah di bidang jasa perbankan syariah, asuransi syariah, gadai syariah atau lainnya. Selain bidang jasa, terdapat kebutuhan umat Islam akan tersedianya produk yang sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Secara mendasar, konsumen Muslim memiliki kepentingan untuk memegang keyakinan perintah agama yaitu mentaati kewajiban selalu mengkonsumsi produk halal dan tayib (baik). Kedua standar tersebut merupakan syarat yang ditetapkan dalam al-quran dan hadis Rasulullah saw. Firman Allah dalam QS. al-maidah (5): 88: 4 Artinya: Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-nya. 3 Anwar, 2007, Studi Hukum Islam Kontemporer, RM Books, Jakarta, hlm Kementrian Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat urusan Agama Islam dan pembinaan Syariah, 2010, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakaarta, PT. TEHAZED, hlm. 162 juga QS. al-baqarah (2); 168, , QS. al-maidah (5): 3, dan 90, QS. an-nahl (16): 114, QS. al-a raf (7): 157.

3 3 Ayat al-quran di atas menegaskan bahwa mentaati perintah Allah mengenai konsumsi halal dan tayib merupakan bentuk ketakwaan dan keimanan kepada Allah. Menurut M. Quraish Shihab, dalam Tafsir al-mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-qur an, Kata makan dalam ayat ini dimaksudkan sebagai segala aktivitas manusia. Pemilihan kata makan, disamping karena ia merupakan kebutuhan pokok manusia, juga karena makanan mendukung aktivitas manusia. Tanpa makan, manusia lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas. 5 Oleh karena itu, ketentuan halal dan tayib tidak sebatas mengenai makanan saja, tetapi termasuk di dalamnya segala aktivitas manusia dalam produksi, perdagangan, dan konsumsi produk yang digunakan sehari-hari. Rasulullah saw. telah memberikan tuntunan dalam melakukan aktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, hendaknya mencari dan menggunakan yang halal dan tayib serta meninggalkan yang bersifat meragukan (subhat): ح د ي ث الن ع م ان ب ن ب ش ي, ق ال : س ع ت ر س و ل الل ص ل ى الل ع ل ي ه و س ل م ي ق و ل: ))ا ل ال ل ب ن ي, و ا ل ر ام ب ن ي, و ب ي ن ه م ا م ش بنه ات ال ي ع ل م ه ا ك ث ي ر م ن الن اس ف م ن ات ق ى الش ب ه ات ا س ت ب ر أ ل د ي ن ه و ع ر ض ه, و م ن و ق ع ف الش ب ه ات ك ر اع ي ي ر ع ى ح و ل ا ل م ى ي و ش ك أ ن ي و اق ع ه أ ال و إ ن ل ك نل م ل ك ح ى, أ ال إ ن ح ى الل ف أ ر ض ه م ار م ه, أ ال و إ ن ف ا ل س د م ض غ ة إ ذ ا ص ل ح ت ص ل ح ا ل س د ك ل ه, و إ ذ ا ف س د ت ف س د ا ل س د ك ل ه, أ ال و ه ي ال ق ل ب ((. 5 M. Quraish Shihab, 2000, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Volume 2, Penerbit Lentera Hati, Ciputat, hlm. 173.

4 4 Artinya: An-Nu man bin Basyir ra. berkata: Aku telah mendengar Rasulallah saw. bersabda: Yang halal sudah jelas demikian pula yang haram sudah terang, dan di antara keduanya ada hal yang samar kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka siapa yang menghindari subhat selamat agama dan kehormatannya, dan siapa yang terjerumus dalam subhat, bagaikan pengembala yang menggembala di sekitar tempat terlarang, mungkin masuk dalam larangan itu. Ingatlah tiap raja menentukan tempattempat terlarang, ingatlah bahwa larangan Allah di atas bumi ini ialah yang diharamkan. Ingatlah bahwa dalam jasad manusia ada sepotong daging (darah beku), jika baik maka baiklah semua jasadnya, dan bila rusak, rusaklah semua badannya. Ingatlah, itulah hati (jantung) (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis di atas menerangkan perintah bahwa sesuatu yang haram dan halal sudah jelas dan perintah untuk menjauhi hal-hal yang bersifat subhat (meragukan antara halal atau haram) sebagai upaya untuk menjaga keselamatan agama dan kehormatan diri. Oleh karena itu, setiap konsumen Muslim di Indonesia yang ingin melaksanakan tanggung jawab keagamaannya menghendaki agar produk yang akan dikonsumsi dan digunakan diproduksi dengan menerapkan prinsip halal dan tayib serta dijamin kehalalan dan ketayibanya. Kepentingan konsumen Muslim tersebut menjadi urgen karena ada himbauan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar umat Muslim mewaspadai makanan, minuman, dan penggunaan alat-alat kosmetika yang diimpor dari luar negeri karena banyak yang mengandung bahan dari lemak babi. 6 Selain itu MUI juga mengidentifikasi bahwa dewasa ini marak industri makanan dan wisata kuliner, yang terkadang tidak jelas bahan baku, bahan penolong, bahan tambahan, serta pengolahannya. Menurut MUI, produk pangan, obat-obatan, dan kosmetika yang belum jelas kehalalannya, wajib dihindari sampai ada kejelasan 6 M. Hosen, 2007, Perlindungan Hukum bagi Konsumen dan Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Majalah Hukum Forum Akademika, Volume 15, Tahun 1, April 2007, hlm. 2.

5 5 kehalalannya. Setiap produk makanan, minuman, obat-obatan, dan kosmetika yang dalam produksinya melalui proses teknologi hukum asalnya adalah subhat. 7 Berkesesuaian dengan keputusan MUI di atas, Ibrahim Hosen menerangkan bahwa produk-produk olahan, baik makanan, minuman, obat-obatan, maupun kosmetika dikategorikan ke dalam kelompok subhat, apalagi jika produk tersebut berasal dari negeri yang penduduknya mayoritas non-muslim, sekalipun bahan bakunya berupa suci dan halal. Hal ini disebabkan tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam proses pengolahan tercampur atau menggunakan bahan-bahan yang haram atau tidak suci. 8 Secara khusus berkaitan dengan produk pangan, Umar Santoso berpendapat bahwa secara umum produk pangan yang ada di pasaran dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu pangan yang jelas halal, jelas haram, dan tidak jelas statusnya atau subhat. 9 Pada industri pangan, proses pengolahan pangan sangat kompleks karena melibatkan berbagai macam zat atau materi bahan baku pangan dan berbagai macam cara persiapan yang memungkinkan dapat membuat makanan tersebut menjadi tidak halal MUI, Keputusan Ijmak Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia Ketiga Tahun 2009 tentang Konsumsi Makanan Halal, Ma ruf Amin, et. all., (Tim Penyusun), 2011, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, MUI, Jakarta, hlm Lukmanul Hakim, Sertifikasi Halal MUI sebagai Upaya Jaminan Produk Halal, Tim Materi Ijmak Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia III, 2009, Kumpulan Makalah Materi Ijmak Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia III, MUI, Jakarta, hlm Menurut Umar Santoso, konsep makanan dalam Islam sebetulnya sederhana, tetapi karena pengolahan dalam industri kompleks, maka untuk menentukan status kehalalan produk menjadi tidak mudah. Berbagai bahan tambahan pangan menjadi titik kritis penentuan status kehalalan. Untuk verifikasi status kehalalan suatu bahan, dapat dilakukan dua pendekatan, yaitu dengan penelusuran asal usul bahan (tracing of origin), atau dengan autentikasi bahan melalui analisi kimia sejauh teknologi memungkinkan (technologically possible). Umar Santoso, 2009, Peranan Ahli Pangan dalam Mendukung Keamanan dan Kehalalan Pangan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Kimia Pangan dan Hasil Pertanian pada Fakutas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 17 Febuari 2009, hlm Umar Santoso, 2008, Kehalalan Produk Makanan dan Prosedur Memperoleh Sertifikat Halal, Laporan Lokakarya Jejaring Intelijen Pangan, Membangun Kesadaran Masyarakat

6 6 Berbagai pendapat di atas menunjukkan bahwa modernisasi teknologi produksi pangan, obat-obatan, dan kosmetika selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga memberikan akibat tidak semua konsumen Muslim dapat mengetahui dengan mudah dan pasti kehalalan produk yang akan dikonsumsi. 11 Dulu, seorang Muslim lebih mudah mengidentifikasi produk pangan, obatobatan, dan kosmetika yang digunakan sebagai produk halal dan tayib yang tidak mengandung unsur-unsur haram menurut ajaran Islam. Contohnya pada masa lalu, pengolahan pangan masih sederhana dan komunikasi konsumen pada produsen masih dapat dilaksanakan secara langsung di pasar tradisional. Pada masa kini, pengolahan pangan menjadi sangat kompleks. Produsen menggunakan berbagai bentuk teknologi untuk melakukan produksi. 12 Pangan yang berasal dari nabati maupun hewani diolah sedemikian rupa menjadi jutaan jenis pangan melalui proses produksi yang panjang dan massal. Mulai dari pengadaan bahan baku dan bahan tambahan, proses pengolahan, pengemasan, distribusi pengangkutan, dan penjualan. Akibatnya, akses komunikasi konsumen pada Menuju Pangan yang Aman dan Halal, Kerjasama FTP Universitas Slamet Riyadi Surakarta dengan Badan POM RI, Surakarta, 14 Juni 2008, hlm MUI, Keputusan Ijmak Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia III Tahun 2009 tentang Konsumsi Makanan Halal, Ma ruf Amin, et. all., (Tim Penyusun), 2011, Op. Cit., hlm Reni Canda menerangkan bahwa seiring dengan kemajuan teknologi, teknologi pangan kini mampu menciptakan berbagai produk pangan yang sangat beragam dengan kualitas dan rasa yang istimewa. Hanya saja, terkadang untuk mendapatkannya diperlukan bahan penolong atau bahan tambahan pangan (food additive) yang memiliki sifat khusus. Seringkali bahan-bahan ini diperoleh dari salah satu atau beberapa bagian dari tubuh babi. Secara ekonomi penggunaan bahan babi mampu memberikan banyak keuntungan, karena murah dan mudah didapat. Adapun secara kualitas sampai saat ini bahan dari babi merupakan pilihan terbaik sebagai bahan penolong atau bahan tambahan pangan. Bahan-bahan tersebut ketika sudah diolah menjadi produk pangan menjadi sangat sulit untuk dikenali. Hal inilah yang mendorong masyarakat Muslim untuk semakin meningkatkan kewaspadaan mereka agar jangan sampai produk pangan yang mereka konsumsi tercemar oleh unsur babi. Oleh karena itu, pengetahuan terhadap berbagai kemungkinan penggunaan unsur babi perlu terus ditingkatkan. Reny Candra, Mewaspadai Unsur Babi dalam Produk Pangan, ( ).

7 7 produsen menjadi sangat jauh dan untuk mengetahui kehalalan suatu produk menjadi sangat sulit. Praktek kebiasaan pelaku usaha untuk memberikan pernyataan sepihak tentang kehalalan produk yang dihasilkan dan mencantumkan label halal belum memberikan kepastian hukum dan perindungan hukum bagi konsumen. Ada beberapa contoh kasus yang telah sangat menyakiti konsumen Muslim di Indonesia, yaitu: kasus isu lemak babi (1988), 13 kasus heboh daging babi di Palembang (1994) dan Jakarta (2000), kasus Ajinomoto (2001), kasus Kratingdaeng, kasus Dendeng Sapi Campur Babi di Jawa Barat dan Jawa Timur (2009), dan kasus Vaksin Meningitis jemaah haji yang mengandung enzim babi (2009). 14 Berbagai kasus yang muncul di beberapa wilayah Indonesia pada akhirnya justru menimbulkan kerugian besar bagi pelaku usaha dan dunia usaha di Indonesia. Konsumen Muslim yang merasa dirugikan memboikot produk yang diketahui atau dinyatakan tidak halal sehingga pelaku usaha juga menderita kerugian besar. 15 Kepentingan konsumen dan pelaku usaha Muslim harus dilindungi dengan cara peraturan dan pengaturan yang jelas, yang menjamin konsistensi dan 13 Aisjah Girindra, 2005, Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal, LPPOM MUI, Jakarta, hlm Thobieb Al Asyhar, 2003, Bahaya Makanan Haram bagi Kesehatan Jasmani dan Kesucian Rohani, PT. Al-Mawardi Prima, Jakarta, hlm Pikiran Rakyat, Waspadai Dendeng Babi, ( ( ), Althaf, MUI Jabar: Hati-hati Peredaran Dendeng Babi, ( index.php/news/read/3758/mui-jabar-hati-hati-peredaran-dendeng-babi), ( ) dan Enk/Why, Dendeng Babi Asal Malang Beredar di Jatim, ( ( ). 15 Aisjah Girindra, 2005, Loc. Cit.

8 8 kontinyuitas diterapkannya standar halal suatu produk. 16 Menurut Bonne dan Verbeke, sebagian agama di dunia telah menggariskan beberapa batasan terhadap isu produk, sebagai contoh ajaran agama Islam dan Yahudi (Judaism) yang melarang mengkonsumsi produk-produk yang berasal dari hewan tertentu atau hewan yang tidak disembelih dengan sah mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh agama. Sebuah negara perlu membuat tindakan, peraturan, undang-undang, dan inisiatif dalam memastikan kepatuhan pelaku usaha terhadap standar untuk menjamin proses yang menghasilkan produk yang selamat dan berkualitas bagi konsumen. 17 Standar produk pangan, obat-obatan, dan kosmetika yang menjadi kebutuhan konsumen Muslim adalah yang memenuhi ketentuan ajaran agama Islam, yaitu halal dan tayib. Oleh karena teknologi produksi yang sangat modern dan berlakunya era pasar bebas, tidak mudah bagi setiap konsumen Muslim untuk memastikan kehalalan setiap produk yang akan dikonsumsinya dengan mudah dan cepat. Diperlukan adanya pihak ketiga sebagai lembaga sertifikasi yang mengkontrol pelaku usaha mematuhi ketentuan standar halal dalam setiap tahapan kegiatan produksi. Selanjutnya, konsumen Muslim dapat dengan mudah memperoleh informasi kehalalan suatu produk yang akan dikonsumsinya dengan melihat label halal pada setiap kemasan produk. Standardisasi, sertifikasi, dan 16 Diana Candra Dewi, 2007, Rahasia di Balik Makanan Haram, UIN Malang Press, Malang, hlm K. Bonne dan W. Verbe, 2007, Muslim Consumer Trust in Halal Meat Status and Control in Belgium, Meat Science, dalam Hayati, Habibah Abdul Talib, dan Khairul Anuar Mohd Ali, 2008, Aspek Kualiti, Keselamatan dan Kesihatan di Kalangan PKS Makanan: Satu Sorotan Kajian, Jurnal Teknologi, 49 (E) Dis. 2008: 65-79, Universiti Teknologi Malaysia, hlm. 75.

9 9 labelisasi produk halal dan tayib dimaksudkan untuk menghindarkan konsumen Muslim dari produk yang non-halal (haram) dan non-tayib (tidak baik). Dalam perspektif Islam, kewajiban mengkonsumsi produk halal dan tayib mengikat setiap individu yang beragama Islam untuk melaksanakannya. Implementasinya terbagi dalam dua perspektif, yaitu bahwa sebagai ibadah mahdlah maka tanpa campur tangan negara kecuali menyediakan fasilitas, sedangkan dalam konteks muamalah yang bersifat perdata atau publik maka melibatkan kekuasaan negara. 18 Masyarakat Muslim tidak bebas tanpa kendali dalam memanfaatkan segala sumber daya alam, mengkonsumsinya atau memproduksi sesuatu untuk pemenuhan kebutuhan. Mereka terikat dengan ketentuan akidah dan etika agama, di samping juga dengan hukum-hukum Islam secara umum. Untuk mewujudkan itu semua dalam kehidupan nyata, peran pemerintah sangat diperlukan. 19 Yusuf al Qardhawi menegaskan bahwa Pemerintah mempunyai peran penting dalam menerapkan norma dan etika di bidang muamalah. Pemerintah mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan peraturan dan menjatuhkan sanksi kepada yang melanggarnya. 20 Pemikiran mengenai produk halal dan tayib yang dulu bersumber pada kitab fiqh dan menjadi tanggung jawab setiap Muslim dan ulama saat ini telah berkembang dalam hukum positif dan menjadi tanggung jawab 18 Tahir Azhari, 1999, Posisi Peradilan Agama dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 1999: Perspektif Hukum Masa Datang, Ditbitbapera Islam-Fakultas Hukum UI-Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat, Chasindo, Jakarta, hlm Masyhuri, 2005, Peran Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jusmaliani (Editor), 2005, Kebijakan Ekonomi dalam Islam, Kreasi Wacana, Yohyakarta, hlm Ibid., hlm. 41.

10 10 pemerintah/negara. 21 Beberapa ketentuan hukum positif yang terkait dengan produk halal dan tayib serta perlindungan konsumen disusun berdasarkan ketentuan Pasal 29 UUD Penulis mengelompokkan beberapa undang-undang dalam penelitian ini dengan pedoman sebelum dan sesudah Tahun 2014, saat lahirnya Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Kelompok undang-undang, sebelum Tahun 2014 dibedakan menjadi dua dengan pedoman Tahun 1999 saat lahirnya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, sebagai berikut: 1. Kelompok undang-undang sebelum tahun 2014: 1.1. Kelompok undang-undang sebelum Tahun 1999, yakni kelompok undangundang yang pernah berlaku, termasuk didalamnya Undang-Undang No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dan Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan Kelompok undang-undang setelah Tahun 1999, yakni kelompok undangundang yang sedang berlaku, termasuk didalamnya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Selain undang-undang, juga terdapat Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan serta Keputusan Menteri Agama No. 518 tahun 2001 tentang Pedoman dan 21 Imam Masykoer Alie (Ketua Penyunting), 2003 (d), Modul Pelatihan Auditor Internal Halal, Bagian Proyek Sarana dan Prasaranaa Produk Halal Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI, Jakarta, hlm. 11.

11 11 Tata Cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal dan Keputusan Menteri Agama No. 519 Tahun 2001 tentang Lembaga Pelaksana Pemeriksaan Pangan Halal yang menjadi dasar eksistensi Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (selanjutnya disebut LPPOM MUI). 2. Kelompok undang-undang sesudah Tahun 2014, yakni Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian, dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Substansi Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, mengatur pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (selanjutnya disebut BPJPH, Pasal 1 Angka (6) dan Pasal 6) dan tegas membuka peran serta masyarakat untuk mendirikan Lembaga Pemeriksa Halal untuk membantu BPJPH melakukan pemeriksaan kehalalan produk (Pasal 12 Ayat (1-2)). BPJPH menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria jaminan produk halal (Pasal 1 Angka (5) dan Pasal 6 Butir (b) Undang-Undang Jaminan Produk Halal). Ketentuan peralihan Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal menetapkan bahwa: a. Undang-Undang ini ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan (Pasal 68). b. Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai jaminan produk halal dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang ini (Pasal 66). c. MUI tetap menjalankan tugasnya di bidang sertifikasi halal sampai dengan BPJPH dibentuk (Pasal 60). d. BPJPH harus dibentuk paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak undang-undang ini diundangkan (Pasal 64).

12 12 e. Peraturan pelaksanaan undang-undang ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak undang-undang ini diundangkan (Pasal 65). Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal memerintahkan pada Pemerintah untuk menyusun 7 peraturan pemerintah dan 13 peraturan menteri. Masih terbuka kemungkinan pengaturan penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib untuk meningkatkan perlindungan konsumen dan pelaku usaha di Indonesia. Hal ini merupakan wujud dari sistem terbuka hukum perlindungan konsumen di Indonesia yang memberikan peluang lahirnya peraturan perundangan baru yang substansinya meningkatkan perlindungan pada konsumen dan dan pelaku usaha. Hukum produk halal dan tayib yang bersumber dari ketentuan hukum Islam telah menjadi hukum positif. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdul Ghafur Anshori, yang menguraikan bahwa bila peraturan-peraturan ditentukan oleh suatu instansi yang berwenang dalam hal ini pemerintah yang sah dan ditentukan menurut kriteria yang berlaku maka peraturan-peraturan tersebut bersifat sah atau legal dan mempunyai kekuatan yuridis (validity). 22 Proses transformasi hukum Islam tentang jaminan produk halal ke dalam sistem hukum Indonesia, menurut pemerintah membawa konsekwensi formulasi substansi hukum Islam harus disesuaikan dengan bahasa perundang-undangan. Suatu undang-undang harus merumuskan tugas dan wewenang pemerintah dalam 22 Abdul Ghafur Anshori, 2006, Filsafat Hukum, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hlm. 40.

13 13 menyelenggarakan suatu kewajiban hukum yang dibebankan oleh undangundang. 23 Berbeda dengan perspektif para ahli hukum Islam dalam Komisi Fatwa MUI; 24 pemikiran mengenai hukum produk halal memiliki karakteriktik khusus karena materinya bersumber dari ketentuan hukum Islam yaitu, membutuhkan keterlibatan/peran ahli hukum Islam (ahli fiqh) dan menggunakan metode ushul fiqh (fatwa). Formalisasi dimaksudkan untuk meningkatkan kepastian hukum bagi konsumen dan memberikan sanksi bagi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran. Adapun masyarakat konsumen dan pelaku usaha menunjukkan sikap beragam. Sikap pro, kontra, dan netral masyarakat, lebih pada format (bentuk formal) dan substansi (isi, materi) dari rancangan peraturan tersebut. Pengalaman penolakan konsumen dan pelaku usaha di masa lalu, berawal dari pemberlakuan beberapa keputusan menteri agama yang substansinya dinilai dapat menimbulkan biaya tinggi (high cost) dan memperpanjang rantai birokrasi sehingga daya saing produk nasional tidak kompetitif dan membebani produsen. 25 Menurut penulis, segala perbedaan pendapat dan persoalan di atas, bermuara pada persoalan transformasi bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib yang bersumber dari hukum Islam pada hukum 23 Pemerintah Republik Indonesia, 2006, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal, Jakarta, hlm Imam Maskoer Alie (Ketua Penyunting), 2003 (c), Bunga Rampai Jaminan Produk Halal di Negara Anggota MABIMS, Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI, Jakarta, hlm Yusuf Shofie, 2008, Perlukan Undang-Undang Jaminan Produk Halal dalam Kerangka Sistem Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Cetakan I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 370.

14 14 perlindungan konsumen Indonesia. Hukum Islam memiliki prinsip, norma, dan nilai-nilai yang berlaku bagi Muslim. Hukum Islam yang bersumber pada al- Quran dan hadis membuka banyak pintu (ijtihad) bagi hukum bidang muamalah agar lebih sesuai dengan kebutuhan Muslim. Hukum perlindungan konsumen di Indonesia memiliki prinsip, norma, dan nilai-nilai yang berlaku bagi setiap WNI termasuk Muslim di Indonesia. Hukum perlindungan konsumen bersifat terbuka bagi adopsi prinsip, norma, dan nilai-nilai baru yang berkembang agar lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen dan pelaku usaha di Indonesia. Terdapat perbedaan antara hukum Islam dan hukum perlindungan konsumen di Indonesia, sehingga tranformasi prinsip-prinsip hukum produk halal dan tayib dari hukum Islam ke dalam hukum perlindungan konsumen tentu memerlukan beberapa upaya harmonisasi formulasi substansi hukum, struktur hukum, dan kultur hukum. Pengaturan bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia yang memberikan perlindungan pada semua konsumen dan pelaku usaha mutlak diperlukan mengingat penduduk Indonesia dalam catatan statistik merupakan kelompok mayoritas Muslim, namun banyak pelaku usaha merupakan non-muslim. Transformasi hukum Islam ke dalam hukum nasional tetap harus memperhatikan aspek heteroginitas bangsa yang terdiri dari berbagai macam agama. 26 Apalagi dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib terbuka kemungkinan adanya hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha yang sama-sama beragama Islam atau salah satu pihak non-muslim. Hal ini tentu sedikit berbeda dengan bidang hukum lain Sirajuddin, 2008, Legislasi Hukum Islam di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm.

15 15 yang substansinya memuat materi hukum Islam dan diberlakukan bagi umat Muslim, misalnya materi hukum perkawinan atau hukum zakat. Prinsip-prinsip penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib substansi materi berasal dari hukum Islam dan diharapkan kepatuhan hukum pelaku usaha Muslim maupun non-muslim yang menyediakan produknya bagi konsumen Muslim. Jumlah konsumen Muslim, pelaku usaha, dan kegiatan produksi semakin maju dan dan berkembang meningkat setiap tahun. Hukum diharapkan dapat mengakomodasi setiap kepentingan dari para pihak dalam mencapai tujuannya masing-masing. Oleh karena itu, diperlukan argumentasi rasional mengenai formulasi substansi hukum, struktur hukum, dan nilai-nilai kultur hukum dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib, daripada sekedar alasan perlindungan pada kelompok konsumen mayoritas di Indonesia. Penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib diharapkan tidak semata-mata memberikan jaminan kepastian perlindungan hukum, keadilan, dan kemanfatan pada konsumen Muslim, namun juga bagi pelaku usaha, dan konsumen lainnya. Perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia menjadi salah satu aspek dalam sistem hukum Indonesia. Perlindungan jaminan produk halal dan tayib bagi konsumen Muslim di Indonesia sangat diperlukan untuk mencegah dampak negatif perkembangan ekonomi dan industri. Hal ini sejalan dengan perubahan pola konstruksi hukum dalam hubungan produsen dan konsumen, yaitu hubungan yang dibangun atas prinsip caveat emptor (konsumen harus berhati-hati) menjadi prinsip caveat venditor

16 16 (kesadaran produsen untuk berhati-hati guna melindungi konsumen). 27 Konsumen Muslim diwajibkan untuk mengkonsumsi produk halal dan tayib sehingga menjadikan pelaku usaha wajib peduli terhadap penerapan jaminan produk halal dan tayib sebagai upaya melindungi konsumen Muslim. Pengaturan bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam penyelenggaran jaminan produk halal dan tayib di Indonesia menjadi urgen karena Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduk Muslimnya paling besar perlu melakukan langkah-langkah sehingga dapat melindungi konsumen, pelaku usaha, dan perkembangan industri dalam negeri. Adanya tuntutan produk halal dan tayib bagi Muslim dapat menjadi alat untuk meningkatkan daya saing produk-produk lokal. Keadaan negara yang secara ekonomi membaik dengan jumlah penduduk besar, dapat memposisikan Indonesia sebagai global center untuk produksi dan distribusi produk halal di masa depan. 28 Menurut Umar Santoso, untuk menangkap peluang ini maka industri produk harus memahami dasar agama dan ilmiah persyaratan halal. Untuk mengembangkan industri produk halal di Indonesia maka perlu kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha/industri, konsumen, dan ahli pangan 29 serta ahli hukum/hukum Islam. Industri produk halal akan berkembang pesat seiring dengan meningkatnya jumlah konsumen Muslim setiap tahun di seluruh dunia. Oleh karena itu, instrumen hukum penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia akan sangat diperlukan jika negara ini 27 Inosentius Samsul, 2004, Perlindungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Mutlak, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hlm Umar Santoso dan Tridjoko Wisnu Murti, 2006, Industri Pangan Halal: Prospek dan Kendala-Kendalanya, Prosiding PATPI, Sosial dan Ekonomi Pangan, Seminar Nasional PATPI, Yogyakarta, 2-3 Agustus 2006, hlm Santoso dan Murti 2006 dalam Umar Santoso, 2009, Op. Cit., hlm. 16.

17 17 ingin berkembang sebagai negara produsen produk halal dan tayib serta tidak sekedar menjadi negara konsumen produk halal dan tayib. Perhatian negara lain di tingkat nasional mengenai produk halal dan tayib juga sangat besar. Perbandingan dapat dilakukan dengan Malaysia, yang sudah memiliki ketentuan berkaitan dengan produk halal dan tayib sejak tahun 1971 dengan keluarnya Surat Kenyataan Halal. Malaysia membentuk Bahagian Kajian Makanan dan Barangan Gunaan Islam, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) dan mulai menggunakan logo halal baru dengan tujuan untuk menyelaraskan logo halal di antara negeri-negeri di seluruh Malaysia. Dengan dukungan dan kesadaran penuh masyarakatnya untuk mengonsumsi atau menggunakan produk halal dan tayib sesuai standar halal Malaysia, sejak tahun 2005 Malaysia menetapkan diri sebagai pusat halal dunia (world halal hub). 30 Saat ini banyak produk halal Malaysia yang beredar di Indonesia, yang mau tidak mau menjadi alternatif pilihan bagi konsumen Muslim Indonesia. Masalah kehalalan dan ketayiban produk sudah mendapat perhatian dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen Muslim di seluruh dunia maupun sebagai strategi menghadapi tantangan globalisasi pemasaran produk. Perdagangan internasional telah mengintroduksi ketentuan pedoman halal dalam CODEX Alimentarius (1997) yang didukung oleh organisasi-organisasi internasional dan standard halal negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI melalui SMIIC (Standard and Metrology Institutes of Islamic Countries). Sejumlah organisasi perdagangan internasional telah mengakui bahwa tanda halal 30 Ibid., hlm. 5-6.

18 18 pada produk menjadi salah satu instrumen penting untuk mendapatkan akses pasar dan memperkuat daya saing produk domestik di pasar internasional. 31 Di tingkat regional terdapat ASEAN General Guidelines on Preparation and Handling of Halal Food dan kesepakatan Majelis Agama Brunai Darusalam, Indonesia, dan Malaysia (MABIMS). Pelaku usaha Indonesia diharuskan memenuhi standar halal tersebut untuk dapat menembus pasar halal regional dan internasional. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini ingin menggali bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia. Penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib melalui sertifikasi serta labelisasi halal dan tayib sangat dibutuhkan oleh konsumen dan pelaku usaha untuk memenuhi kewajiban religius dan memiliki potensi pasar halal yang luas. Namun sampai saat ini konsumen belum sadar halal dan jumlah pelaku usaha yang menerapkan jaminan produk halal masih sedikit. 32 Pemerintah terus membangun upaya perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan pelaku usaha untuk produksi, perdagangan, serta konsumsi di Indonesia dan eksport di pasar halal dunia. Penelitian difokuskan pada aspek substansi hukum, struktur hukum, dan nilai-nilai hikmah hukum Islam serta berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia. 31 Pemerintah Republik Indonesia, 2006, Op. Cit., hlm Mashudi, 2011, Konstruksi Hukum dan Respon Masyarakat tehadap Sertifikasi Produk Halal (Studi Socio Legal terhadap LPPOM MUI), Ringkasan Disertasi, FH UNDIP Semarang, hlm. xiv, ( ).

19 19 Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal Kementrian Agama Pelaku usaha Produksi produk MUI/LPPOM Lembaga Sertifikasi Halal Konsumen Konsumsi produk Sebelum lahirnya UU Jaminan Produk Halal 2014: UU Perlindungan Konsumen, UU Pangan,UU Kesehatan & UU Peternakan Hukum Islam: Al-Quran, hadis, ijmak/ fatwa halal MUI Bentuk-bentuk perlindungan konsumen dan pelaku usaha Problematika sertifikasi & labelisasi halal Bentuk-bentuk perlindungan konsumen dan pelaku usaha Pasca lahirnya UU Jaminan Produk Halal 2014, UU Dagang, UU Standarisasi Akar Masalah: substansi hukum, struktur hukum, kultur hukum CODEX, MABIMS, Kesepakatan Ulama Asean, SMIIC, TBT Agreement SPS Agreement Banyak Lembaga Pemeriksa Halal dalam negeri Banyak Lembaga Pemeriksa Halal luar negeri Belum ada norma, standar, prosedur, dan kriteria jaminan produk halal (Pasal 6 Butir (b) Undang-Undang Jaminan Produk Halal

20 20 B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam hukum Islam dan sertifikasi halal MUI? 2. Bagaimana pengaturan bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam instrumen hukum sertifikasi dan labelisasi halal di Indonesia? 3. Bagaimana formulasi pengaturan bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menggali dan menemukan bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam hukum Islam dan sertifikasi halal MUI. 2. Untuk menggali dan menganalisa bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam instrumen hukum sertifikasi dan labelisasi halal di Indonesia. 3. Untuk memformulasikan bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia. D. Manfaat Penelitian D.1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman pengaturan bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia dan dapat menemukan kesamaan

21 21 persepsi dan upaya integrasi hukum antara hukum Islam dengan hukum perlindungan konsumen di Indonesia. b. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan berpikir seputar khasanah keilmuan hukum Islam tentang produk halal dan tayib, perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib, dan hukum perlindungan konsumen sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan susbtansi disiplin ilmu hukum, khususnya mengadakan literatur tentang pengaturan bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia. D.2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian dapat menjadi alternatif penyelesaian persoalan konsumen dan pelaku usaha tentang penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib, yaitu dengan ditemukannya konsistensi penerapan bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam hukum Islam pada hukum perlindungan konsumen di Indonesia sehingga dapat memberikan kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan perlindungan hukum bagi konsumen dan pelaku usaha di Indonesia. b. Hasil penelitian yang dipublikasikan diharapkan bermanfaat bagi upaya menumbuhkan kesadaran bagi pelaku usaha dan konsumen untuk memproduksi dan mengkonsumsi produk halal dan tayib, sehingga dapat menunjang dan meningkatkan pengembangan perdagangan dalam negeri, memperbaiki kualitas impor produk halal dan tayib dari luar negeri, dan

22 22 mampu melakukan ekspor produk halal dan tayib Indonesia ke negara-negara Muslim lainnya. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil observasi kepustakaan yang dilakukan penulis pada beberapa perpustakaan diketahui bahwa ada beberapa penelitian yang sejenis atau terkait yang pernah dilakukan oleh orang lain dalam bentuk disertasi. Namun demikian, sepanjang pengetahuan peneliti belum ada peneliti lain yang meneliti tentang pengaturan bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia. Tabel 01: Daftar Perbandingan Keaslian Penelitian No. Nama Judul dan Substansi 1. Sopa, Disertasi UIN Jakarta, Fokus Penelitian Metode Pendekatan Hasil penelitian Sertifikasi Halal MUI, Studi atas Fatwa Halal MUI terhadap Produk Makanan, Obat-Obatan, dan Kosmetika ( ). a. Mekanisme apa yang ditempuh oleh MUI dalam kegiatan sertifikasi halal untuk produk makanan, obatobatan, dan kosmetika. b. Kaidah apa saja yang digunakan oleh MUI dalam kegiatan sertifikasi halal dan mengapa kaidah tersebut digunakan. c. Bagaimana kedudukan sertifikasi halal sebagai fatwa tertulis MUI. Penelitian fatwa ulama ini merupakan penelitian pemikiran hukum Islam, kepustakaan, dan lapangan. a. MUI tidak mengikuti kaidah kehalalan yag telah dirumuskan oleh mazhab tertentu, tetapi mengikuti pendapat mazhab-mazhab yang dinilainya rajih dan sesuai dengan kemaslahatan dan pendapatnya sendiri sehingga menghasilkan fiqh baru dengan metode talfiq. b. Kaidah produk makanan MUI mengikuti mazhab Syafii dan pendapat jumhur ulama selain Imam Malik. 33 Sopa, 2013, Sertifikasi Halal MUI, Studi atas Fatwa Halal MUI terhadap Produk Makanan, Obat-Obatan, dan Kosmetika, Cetakan I, Gaung Persada Press Group, Jakarta, hlm. 6, 8, dan 206.

23 23 2. Ali Mustafa Yaqub, 34 Disertasi Universitas Pakistan, Fokus Penelitian Metode Penelitian Penyembelihan MUI mengikuti pendapat Hanafiyyah, Malikiyyah, dan Hanabilah yang menetapkan persyaratan bacaan Bismillah dan pendapat Dawud al Zahiri, al Laits bin Sa ad dan Muhammad bin Hasan yang mewajibkan pemotongan hulqum, mar i, dan wajadain dalam proses penyembelihan hewan. Kaidah produk minuman, MUI mengikuti pendapat jumhur ulama dalam menetapkan kriteria khamar meliputi semua yang memabukkan dan pendapat jumhur ulama yang menajiskan alkohol c. Sertifikasi halal yang dilakukan MUI sangat ketat dan teliti melalui tahapan audit bahan dan proses produksi, serta fatwa Komisi Fatwa MUI. Kriteria Halal-Haram Untuk Pangan, Obat, dan Kosmetika Menurut al-quran dan Hadis a. Bagaimana kriteria halal dan haram pangan obat dan kosmetika menurut al-quran dan hadis? b. Bagaimana mekanisme yang ditempuh oleh lembagalembaga sertifikasi halal di beberapa negara mayoritas dan minoritas Muslim dalam menetapkan produk halal dan pengawasannya serta proses penerbitan sertifikasi kehalalannya? Secara umum menggabungkan antara kajian pustaka (fikih kitab) dengan kajian lapangan (fikih kehidupan). Metode fikih kitab dilakukan dengan menyebutkan beberapa pendapat ulama dari Empat Mazhab dan mencantumkan secara langsung teks aslinya. Kajian fikih kehidupan dilakukan dengan melakukan inspeksi pada lembaga-lembaga sertifikasi halal dan melakukan wawancara serta diskusi ilmiah bersama pengurus lembaga mengenai penetapan halal untuk produk-produk yang telah mendapat sertifikat halal. a. Kriteria halal untuk pangan, obat, dan kosmetika yang tidak disebutkan oleh al-quran maupun hadis adalah tayib (baik). Tayib menurut para ulama sesuatu yang dirasakan enak (pendapat Imam Syafi i), halal dan suci atau tidak hajis (pendapat Imam Malik bin Anas dan Imam Thabarani) dan sesuatu yang membahayakan tubuh dan akal (pendapat Imam Ibn Katsir). Kriteria 34 Ali Mustafa Yaqub, 2009, Kriteria Halal dan Haram untuk Pangan, Obat, dan Kosmetika, Menurut Al-Quran dan Hadis, Cetakan I, PT. Pustaka Firdaus, Jakarta.

24 24 3. Mashudi, 35 Disertasi FH UNDIP Semarang, 2011 Fokus Penelitian Metode Pendekatan Hasil penelitian Kebaruan haram untuk pangan, obat, kosmetika dan hal-hal yang tidak disebut di dalam al-quran dan hadis, ada lima; khabits (buruk), najis, berbahaya, memabukkan, dan anggota tubuh manusia. b. Untuk memelihara kepentingan konsumen Muslim di dunia dan memperkenalkan kepada non-muslim tentang urgensi kehalalan dalam masalah pangan, lembaga-lembaga sertifikasi halal di berbagai negara telah menetapkan produk-produk halal bagi kaum Muslimin. Peran ini dilaksanakan oleh pengelola lembaga-lembaga penjamin halal dengan membuat standar syariah yang diperlukan. Ditemukan adanya perbedaan diantara lembaga-lembaga sertifikasi halal dalam menetapkan hukum produk tersebut. Perbedaan ini menyulitkan upaya untuk menentukan hukumhukum produk-produk pangan. Oleh karena itu, harus dibuat standar halal yang bersifat internasional (al halal al dauli) atau halal yang mendunia (al halal al alami). Konstruksi Hukum dan Respon Masyarakat tehadap Sertifikasi Produk Halal (Studi Socio Legal terhadap LPPOM MUI) a. Betulkah respon Masyarakat terhadap sertifikasi produk halal yang dilakukan LPPOM MUI rendah, mengapa? b. Bagaimana upaya menemukan hukum ideal bagi LPPOM MUI mengenai respon masyarakat terhadap sertifikasi halal agar agar efektif dan ideal? c. Bagaimana konstruksi hukum yang tepat mengenai sertifikasi produk halal agar memiliki kepastian hukum. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-legal dan jenis penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan. a. Respon produsen dan konsumen terhadap sertifikasi produk halal LPPOM MUI rendah. b. Upaya hukum ideal LPPOM MUI terhadap sertifikasi halal agar efektif meningkatkan respon masyarakat adalah melakukan unifikasi hukum bagi pengaturan sertifikasi halal. c. Konstruksi hukum yang ideal bagi pengaturan sertifikasi halal dibangun atas dasar asas keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. a. Pelaku usaha masih berorientasi bisnis, belum 35 Mashudi, 2011, Op. Cit. hlm. i, x, dan xiv.

25 25 Hasil Penelitian 3. KN. Sofwan Hasan, 36 Disertasi FH UNSRI, 2014 Fokus Penelitian Metode Pendekatan Hasil penelitian Kebaruan Hasil Penelitian 4. Teti Indrawati Purnamasari Fokus Penelitian Metode Pendekatan mengutamakan kepentingan konsumen. b. Pendidikan dan pengetahuan sebagian besar Umat Islam tentang produk halal rendah. c. Regulasi yang melindungi konsumen harus mengutamakan nilai kepastian. Studi Sertifikasi Halal Produk Pangan dalam Hukum Positif di Indonesia Proses sertifikasi halal produk pangan sudah dilaksanakan oleh LPPOM MUI. Namun sampai saat ini belum ada payung hukum yang mewajibkan pelaku usaha melakukan sertifikasi halal. Sifat penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif dan empiris. Sumber data kepustakaan dan undang-undang, diolah secara analisis kualitatif. Teori yang digunakan Teori Kodifikasi Hukum Islam, Teori Sociological Jurisprudence Roscou Pound, Teori Maslahah Mursalah, dan Gibiesleer. Sudah ada regulasi yang mengatur yakni Undang- Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Pangan 2012 tetapi masih bersifat sektoral dan parsial. Belum memberikan kepastian hukum kehalalan produk pangan. Sertifikasi masih bersifat sukarela dan belum merupakan kewajiban pelaku usaha Jaminan halal produk pangan diwujudkan dengan sertifikasi dan labelisasi halal. Kepastian hukum produk halal dapat terukur melalui bekerjanya hukum secara efektif. Perlu segera lahirnya Undang-Undang Jaminan Produk Halal. Pengaturan Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal dan Tayib di Indonesia Bagaimana formulasi pengaturan bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia? Penelitian ini temasuk jenis penelitian hukum normatif, penelitian hukum Islam preskriptif, dan bersifat deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan data sekunder yang ditunjang oleh data primer. Penelitian dilaksanakan dengan cara penelitian pustaka (library research) dan wawancara pada narasumber yang Yogyakarta. 36 KN. Sofyan Hasan, Sertifikasi Halal dalam Hukum Positif, 2014, Aswaja Pressindo,

26 26 Hasil penelitian Kebaruan Hasil Penelitian ditentukan secara purposive. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan Teori Sistem Hukum Friedman, Teori Maqashid Syariah (tujuan pensyariatan) asy- Syatibi, dan Teori Perlindungan Hukum bagi Konsumen Formulasi pengaturan bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia, melalui: a. Penguatan koneksi dan integrasi asas-asas jaminan produk halal dan tayib dengan asas-asas umum/khusus perlindungan konsumen di Indonesia. b. Penyusunan norma-norma, standar, dan pedoman penyelenggaraan jaminanan produk halal dan tayib di Indonesia harus harmonis dengan prinsip-prinsip hukum Islam, hukum perlindungan konsumen Indonesia, dan hukum perdagangan internasional. c. Penguatan perlindungan konsumen melalui peran negara dan lembaga perlindungan konsumen yaitu pada bidang administrasi dan bidang pengawasan penyelenggaraan jaminanan produk halal. f. Penguatan perlindungan konsumen melalui peran MUI dan LPPOM MUI yaitu pada bidang penetapan fatwa dan lembaga pemeriksa halal. g. Penguatan perlindungan konsumen melalui peran serta masyarakat, yaitu: pemberdayaan konsumen melalui jalur pendidikan formal, informal, sosialiasasi, media massa, pengumuman publik, serta membentuk keluarga sadar halal dan tayib. h. Penguatan perlindungan konsumen melalui penjabaran nilai-nilai hikmah perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam hukum Islam dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib di Indonesia. Penjabaran nilai-nilai hukum Islam hendaknya dilakukan secara optimal dan komprehensif dengan membangun aspek religius hukum perlindungan konsumen Indonesia. Konsumen dan pelaku usaha Muslim memiliki kepentingan perlindungan negara pada kewajiban religius; kepastian; keadilan; kemanfaatan; universal; kebaikan; kebersihan; keselamatan/keamanan; kesehatan; kejujuran/transparansi dan informasi; toleransi; ekonomis dan daya saing berdasarkan nilainilai hikmah hukum Islam yang bersumber dari al- Quran dan hadis. a. Bentuk-bentuk perlindungan konsumen dan pelaku usaha dalam penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib.

27 27 b. Bentuk-bentuk penguatan peran pemerintah, MUI, lembaga pemeriksa halal, dan peran serta masyarakat dalam upaya penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib. c. Penguatan penjabaran nilai-nilai religius yang bersumber dari al-quran dan hadis dalam bentukbentuk perlindungan konsumen dalam penyelenggaraan jaminanan produk halal dan tayib sebagai usulan materi Peraturan Pemerintah atau Keputusan Menteri. d. Usulan konsep materi bagi penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria jaminan produk halal (Pasal 6 Butir (b) Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal). Apabila penelitian ini dibandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu, maka terdapat persamaan objek penelitian pada sertifikasi fatwa halal MUI. Selain itu terdapat perbedaan pada aspek fokus masalah, metode, dan teori yang digunakan dalam penelitian. F. Metode Penelitian F.1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, 37 karena metode ini mengungkapkan kaidah-kaidah normatif yang bersumber dari ketentuan-ketentuan hukum Islam dan hukum perlindungan konsumen untuk menemukan prinsipprinsip produk halal dan tayib dalam hukum Islam di Indonesia. Metode ini digunakan untuk mengetahui asas-asas dan nilai-nilai yang mendasari konsep hukum produk halal dan tayib dalam peraturan perundangan di bidang perlindungan konsumen, yang berfungsi memberikan penjelasan yang lebih 37 Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum dokrinal yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan atau hukum sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Amiruddin dan Zaenal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo, Jakarta, hlm. 118.

28 28 mendalam secara objektif, sistematik, dan general daripada sekedar mendeskripsikan makna sebuah teks (contents analysis) 38 yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. 39 Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif karena berusaha menemukan hukum in concreto 40 dan mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek. 41 Penelitian hukum in concreto dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peraturan perundang-undangan yang ada dapat diterapkan yaitu dengan menganalisa data sekunder dan meneliti taraf sinkronisasi baik vertikal maupun horizontal peraturan hukum tertulis. 42 Penelitian ini menguji taraf sinkronisasi baik vertikal maupun horizontal peraturan perundangan di bidang perlindungan konsumen terkait dengan hukum produk halal dan tayib, untuk selanjutnya lebih jauh lagi digunakan untuk menentukan konsistensi materi hukum Islam tentang produk halal dan tayib yang masuk ke dalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Materi hukum Islam yang dimaksud meliputi aspek substansi (isi) dan aspek prosedur (cara) penetapan jaminan produk halal melalui sertifikasi fatwa halal MUI. Penelitian ini juga merupakan penelitian hukum Islam preskriptif karena bertujuan menggali norma-norma hukum Islam dalam tataran das sollen, yaitu 38 Soejono dan Abdurrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hlm Johnny Ibrahim, 2007, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang, hlm Roni Hanintjo Sumitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia, Jakarta, hlm Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm Soerjono Soekamto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 50.

29 29 norma-norma yang dipandang ideal untuk dapat mengatur tingkah laku manusia dan menata kehidupan bermasyarakat yang lebih baik, 43 khususnya bagi pelaku usaha, konsumen, dan pemerintah dalam melaksanakan perlindungan konsumen produk halal dan tayib. Penelitian ini bertujuan menemukan norma-norma hukum Islam untuk merespon berbagai permasalahan perlindungan konsumen yang diperlukan oleh pemerintah untuk mengatur dan melindungi kepentingan pelaku usaha dan konsumen dalam rangka mewujudkan bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dari sudut pandang normatif. Kajian terhadap hukum Islam dimaksudkan untuk melakukan seleksi norma terhadap doktrindoktrin yang dibentuk dan dikembangkan dalam berbagai kesepakatan para ulama di tingkat nasional/regional untuk diusulkan sebagai ketentuan hukum yang lebih baik. Dengan adanya kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan perlindungan kepentingan para pihak maka penyelenggaraan jaminan produk halal dan tayib dapat berlangsung lebih baik. F.2. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang ditunjang oleh data primer. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kepustakaan yang mencakup dokumen, buku, jurnal, dan laporan penelitian. Data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan, terdiri dari: a. Bahan hukum primer, meliputi: al-quran dan Terjemahannya, kitab-kitab kumpulan hadis, UUD 1945, Undang-Undang No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan, Undang-Undang 43 Syamsul Anwar, 2007, Op. Cit., hlm. 37.

BAB VII PENUTUP. A.1. Bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam. hukum Islam dan sertifikasi halal MUI diwujudkan melalui:

BAB VII PENUTUP. A.1. Bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam. hukum Islam dan sertifikasi halal MUI diwujudkan melalui: 674 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada Bab-Bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa: A.1. Bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam hukum Islam dan sertifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan perdagangan bebas, dengan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan masuknya barang dan jasa melintasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan

BAB II LANDASAN TEORI. dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan BAB II LANDASAN TEORI A. Customer Switching Dalam menghadapi persaingan yang kompetitif di dunia kecantikan, dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan keunggulan yang hampir sama, konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% beragama Islam merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi produk-produk halal. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. agama. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal yang sangat memperhatikan segala aspek kesetaraan masalah egiologi, politik, ekonomi spiritual di dalam kehidupan. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Hlm. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR SINGKATAN...xvi DAFTAR FATWA...xvii INTISARI...xix ABSTRACT...xx

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH 90 BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH A. Tinjauan Tentang Jual Beli Sepatu Solid di Kecamatan Sedati Sidoarjo Dengan mengikuti empat mazhab fiqh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pembangunan nasional, dalam pelaksanaannya haruslah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pembangunan nasional, dalam pelaksanaannya haruslah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mewujudkan kesejahteraan umum yang adil dan merata merupakan tujuan utama dari pembangunan nasional, dalam pelaksanaannya haruslah berkesinambungan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang Fatwa Pedoman Asuransi Syariah 1 FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang PENGEMBALIAN KONTRIBUSI TABARRU BAGI PESERTA ASURANSI YANG BERHENTI SEBELUM MASA PERJANJIAN BERAKHIR ا ا رل

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH Pertanyaan Dari: H. Mufti Muhammadi, muftimuhammadi@yahoo.co.id, SMA Muhammadiyah 11 Rawamangun (Disidangkan pada hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal-hal yang besar hingga bagian terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah al-qur an merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Malaikat Jibril, sebagai kitab suci bagi umat Islam yang berisi pedoman

Lebih terperinci

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING 15 FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000 Tentang Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 23-27 Rabi ul Akhir 1421 H./25-29

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO Setelah memberikan gambaran tentang praktik pengupahan kulit

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 29-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Iftor Al-Bukhari 1818-1822 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk membantu

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) 24 Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Inventasi) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. Menurut An- Nabhani sekumpulan aturan yang

Lebih terperinci

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA A. Analisis Pembulatan Harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. Jumlah populasi muslim telah mencapai seperempat dari total populasi dunia dan diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kualitas manusia yang dalam pelaksanaanya merupakan suatu proses yang berkesinambungan pada setiap jenis

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 04-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Puasa Buat Orang Yang Berpergian Al-Bukhari 1805, 1806, 1807, 1808, 1810 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

Lebih terperinci

PENETAPAN PRODUK HALAL

PENETAPAN PRODUK HALAL 19 PENETAPAN PRODUK HALAL Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, dalam rapat Komisi bersama LP.POM MUI, pada hari Rabu dan Sabtu, tanggal 17 & 20 Ramadhan 1421 H/ 13 & 16 Desember 2000 M., setelah: Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karunia dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. karunia dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Orang yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ajaran agama Islam, waktu yang tersedia hendaknya diisi dengan kegiatan melaksanakan ibadah kepada Allah dan kegiatan mencari rezeki, sebagai karunia dari

Lebih terperinci

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN 23 ZAKAT PENGHASILAN Majelis Ulama Indonesia, setelah FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN MENIMBANG : a. bahwa kedudukan hukum zakat penghasilan, baik penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan memiliki peranan penting hampir disetiap kegiatan ekonomi. Lembaga keuangan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam segala bidang di Indonesia akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya perubahan perilaku konsumen, kebijakan

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR: AL-QURAN KOMPETENSI DASAR Menganalisis kedudukan dan fungsi al-quran dalam agama Islam Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang melekat pada al-quran INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri BAB IV ANALISIS DATA A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri Pertukaran merupakan bagian aktifitas terpenting dalam masyarakat dan merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki perundang-undangan sebagai kitab hukumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah fundamental dalam pembangunan bangsa dan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda agar kelak dapat menghadapi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Militer III-19 Jayapura Nomor: 143-K/PM. III-19/AD/IX/2013.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSUMEN MEMILIH PRODUK AQIQAH SIAP SAJI PADA YAYASAN NURUL HAYAT CABANG GRESIK. Yayasan Yayasan Nurul Hayat Cabang Gresik

BAB IV ANALISIS KONSUMEN MEMILIH PRODUK AQIQAH SIAP SAJI PADA YAYASAN NURUL HAYAT CABANG GRESIK. Yayasan Yayasan Nurul Hayat Cabang Gresik BAB IV ANALISIS KONSUMEN MEMILIH PRODUK AQIQAH SIAP SAJI PADA YAYASAN NURUL HAYAT CABANG GRESIK A. Analisis Motivasi Konsumen Memilih Produk Aqiqah Siap Saji Pada Yayasan Yayasan Nurul Hayat Cabang Gresik

Lebih terperinci

PDF Create! 2 Trial.

PDF Create! 2 Trial. FATWA Nomor : 06 Tahun 2010 Tentang PENGGUNAAN VAKSIN MENINGITIS BAGI JEMAAH HAJI ATAU UMRAH Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) setelah: Menimbang : a. bahwa penyakit Meningitis masih menjadi ancaman

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 11-06-2017 16 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tadarus Al Qur an Al-Bukhari 4635-4637, 4643, 4644 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan. ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan. ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Syariah merupakan lembaga keungan layaknya Bank Konvensional tetapi menggunakan prinsip syariah yaitu keadilan, keseimbangan dan kemaslahatan. Kegiatan utama bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam kehidupan masyarakat. Ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa dasar pembentukan akhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan Islam sekarang ini telah dikenal luas di belahan dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan Islam sekarang ini telah dikenal luas di belahan dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan Islam sekarang ini telah dikenal luas di belahan dunia muslim dan Barat. Perbankan Islam merupakan bentuk perbankan yang pembiayaannya berusaha memberikan

Lebih terperinci

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

ISLAM dan DEMOKRASI (1) ISLAM dan DEMOKRASI (1) Islam hadir dengan membawa prinsip-prinsip yang umum. Oleh karena itu, adalah tugas umatnya untuk memformulasikan program tersebut melalui interaksi antara prinsip-prinsip Islam

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen Dalam Mas}lahah

BAB IV. A. Analisis Terhadap Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen Dalam Mas}lahah 80 BAB IV ANALISIS TERHADAP BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM MAS}LAHAH MURS}ALAH TERHADAP LABEL HALAL PADA PRODUK, ANALISIS TERHADAP UU NO.8 TAHUN 1999 TERHADAP PRODUK BAGI KONSUMEN MUSLIM. A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2014 PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HAK KHIYA>R KONSUMEN TERHADAP SISTEM RETUR DALAM JUAL BELI FASHION HIJAB SECARA ONLINE MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Hak Khiya>r Konsumen

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: AL-RA YU/IJTIHAD KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-ra yu atau Ijtihad dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-ra yu/ijtihad INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA 12 Pluralisme, Liberalisme, DAN Sekularisme Agama FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik dalam berkeluarga, bermasyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang BAB IV A. Kesimpulan PENUTUP 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantara larangan Allah yang tertulis di Al-Qur an adalah tentang larangan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara larangan Allah yang tertulis di Al-Qur an adalah tentang larangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup di dunia mempunyai tujuan yang sangat mulia, yaitu menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun. Manusia juga diberi pedoman

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA A. Analisis Dari Segi Penerimaan Zakat Zakat melalui sms (short message service)

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Hukum Islam Terhadap Penjualan Obat Generik Melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) Pada Tiga Apotek di Surabaya

BAB IV. Analisis Hukum Islam Terhadap Penjualan Obat Generik Melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) Pada Tiga Apotek di Surabaya 78 BAB IV Analisis Hukum Islam Terhadap Penjualan Obat Generik Melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) Pada Tiga Apotek di Surabaya A. Tinjauan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Terhadap Mekanisme Penjualan

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 285 آم ن الر س ول ب م ا ا ن ز ل ا ل ي ه م ن ر ب ه و ال م و م ن ون ك ل آم ن ب الل ه و م ل اي ك ت ه و ك ت ب ه و ر س ل ه ل ا ن ف ر ق ب ي ن ا ح د م ن ر س ل ه و ق ال وا

Lebih terperinci

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan. BAB IV ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO TENTANG TINDAK PIDANA PEMBAKARAN LAHAN PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM A. Pertimbangan Hakim Pengadilan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN 69 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Sistem Penetapan Harga {Pada Jual Beli Air Sumur di

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Islam telah mengatur mengenai jual-beli dalam Al-Quran dan hadis, dari zaman ke zaman jual-beli mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Baik dari segi teori maupun

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M KAIDAH FIQH الت اب ع ت ب ع Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1437 H_2016 M Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti حفظو هللا

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang dipeluk mayoritas masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang dipeluk mayoritas masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang dipeluk mayoritas masyarakat Indonesia. Menuntut ilmu sebagai salah satu ajaran Islam yang mendasar dan sangat ditekankan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial dalam berbagai aktifitas kehidupannya, guna memenuhi kehidupan sehari-hari terkadang tidak dapat dicukupkan dengan harta benda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dalam ilmu ekonomi. Terpenuhinya kebutuhan material inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dalam ilmu ekonomi. Terpenuhinya kebutuhan material inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan tujuan utama dalam kehidupan manusia. Manusia akan memperoleh kebahagiaan ketika seluruh kebutuhan dan keinginannya terpenuhi, baik dalam

Lebih terperinci

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR Konsep dasar halal dan haram dalam islam Halal dan Haram adalah Hak absolut Allah dan RasulNya Kejelasan halal dan haram Dalam islam sesuatu itu terbagi

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO A. Analisis Penerapan Bagi Hasil dalam Pembiayaan Musha>rakah di BMT An- Nur Rewwin

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan 06-06-2017 11 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan Al-Bukhari 1814, 1815 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 20-06-2017 25 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Adab Bersilaturrahmi Al-Bukhari 5524-5526, 5528, 5532 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi akan menggerakkan dan menjalankan tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi akan menggerakkan dan menjalankan tujuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi akan menggerakkan dan menjalankan tujuan yang telah disepakati. Kegiatan manajemen perlu adanya sebuah organisasi sebagai wadah atau alat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di bidang perindustrian

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: TRILOGI - AQIDAH KOMPETENSI DASAR: Menganalisis trilogi ajaran Islam dan kedudukan aqidah dalam agama Islam Menganalisis unsur-unsur dan fungsi aqidah bagi kehidupan manusia (umat Islam) INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU A. Analisis Pendapat Tokoh NU Sidoarjo Tentang Memproduksi Rambut Palsu Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya maka

Lebih terperinci

UNTUK KALANGAN SENDIRI

UNTUK KALANGAN SENDIRI SHALAT GERHANA A. Pengertian Shalat gerhana dalam bahasa arab sering disebut dengan istilah khusuf (الخسوف) dan jugakusuf (الكسوف) sekaligus. Secara bahasa, kedua istilah itu sebenarnya punya makna yang

Lebih terperinci

ISLAM IS THE BEST CHOICE

ISLAM IS THE BEST CHOICE KULIAH FAJAR MASJID AL-BAKRI TAMAN RASUNA KUNINGAN - JAKARTA SELATAN ISLAM IS THE BEST CHOICE Disusun oleh : Agus N Rasyad Sabtu, 16 Maret 2013 INTRODUCTION BEBERAPA CIRI KETETAPAN HATI, BAHWA ISLAM PILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci ummat Islam yang diharapkan menjadi pembimbing dan pedoman dalam kehidupan. Didalamnya terkandung berbagai nilai dan konsep

Lebih terperinci

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT 40 KRITERIA MASLAHAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang tinggi, selalu meletakkan pendidikan dan pada derajat yang tinggi. Adapun untuk memperoleh derajat manusia didunia adalah melalui ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 30-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tarawih Al-Bukhari 1869-1873 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk

Lebih terperinci

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM 15 MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 8 Rabi ul Akhir 1402 H, bertepatan dengan tanggal 2 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia mayoritas beragama Islam merupakan potensi. besar bagi produk-produk halal. Seorang muslim dalam memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia mayoritas beragama Islam merupakan potensi. besar bagi produk-produk halal. Seorang muslim dalam memilih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk di Indonesia mayoritas beragama Islam merupakan potensi besar bagi produk-produk halal. Seorang muslim dalam memilih dan mengonsumsi suatu barang tentu

Lebih terperinci

PERAYAAN NATAL BERSAMA

PERAYAAN NATAL BERSAMA BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA 5 PERAYAAN NATAL BERSAMA Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah : Memperhatikan : Menimbang : 1. Perayaan Natal Bersama pada akhir-akhir ini disalahartikan oleh sebagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM ISLAM DALAM REGULASI JAMINAN PRODUK HALAL ( Kajian UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal)

POLITIK HUKUM ISLAM DALAM REGULASI JAMINAN PRODUK HALAL ( Kajian UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal) POLITIK HUKUM ISLAM DALAM REGULASI JAMINAN PRODUK HALAL ( Kajian UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal) Oleh: Endah Dwi Rohayati F 022 13 009 I Kebutuhan terhadap kehalalan produk pangan, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap

BAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya permasalahan kehidupan telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat Indonesia seperti permasalahan ekonomi, politik, sosial, dan lain

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan Publication: 1436 H_2015 M KAIDAH FIQH إ ع م ال الد ل ي ل ي أ و ل م ن إ ه ال أ ح د ه ا م ا أ م ك ن "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 26-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Qodho Puasa Yang Ditinggalkan Bukhari 310, 1814, 1815 Muslim 508 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa 05-06-2017 10 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa Al-Bukhari 1811, 1812 Tirmidzi 648, 649 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

الحكمة ضالة الموافي انما وجدها اخذها "

الحكمة ضالة الموافي انما وجدها اخذها BAB IV ANALISIS KOMPARASI PENDAPAT YU>SUF QARD}A>WI> DAN MUH{AMMAD AL-GAZA>LI TENTANG PENENTUAN PROSENTASE ZAKAT PROFESI A. Persamaan antara Yu>suf Qard}a>wi> dengan Muh}ammad al-gaza>li> 1. Tipologi Berfikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur segala gerak dan langkah setiap manusia dalam menjalani kehidupan. Islam tentang sistem nilai, tata

Lebih terperinci

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI DANA TALANGAN H A J I خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA Sumber: Majalah As-Sunnah No.05/ Thn. XVI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) 36 PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 5 Tahun 2005 Tentang PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) Majelis Ulama Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci