ANALISIS SIFAT FISIKO- KIMIA PENGOLAHAN BMC INSTANT DALAM RANGKA PENANGGULANGAN GIZI BURUK DI PEDESAAN. Oleh : Nataliningsih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SIFAT FISIKO- KIMIA PENGOLAHAN BMC INSTANT DALAM RANGKA PENANGGULANGAN GIZI BURUK DI PEDESAAN. Oleh : Nataliningsih"

Transkripsi

1 ANALISIS SIFAT FISIKO- KIMIA PENGOLAHAN BMC INSTANT DALAM RANGKA PENANGGULANGAN GIZI BURUK DI PEDESAAN Oleh : Nataliningsih Abstrak Bahan makanan campuran instant (BMC Instant) merupakan salah satu alternatif bahan pangan untuk menanggulangi gizi buruk di pedesaan. BMC instant menggunakan bahan-bahan baku yang mudah didapat di pedesaan sehingga masyarakat tidak kesulitan memperolehnya. Pengolahan BMC instant sangat mudah sehingga dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Bahan makanan campuran instant terbuat dari 3 macam bahan utama yaitu Kacang merah ( kacang jogo), kacang hijau dan bekatul pangan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 3 perlakuan dan masingmasing diulang 5 kali. Variabel yang diamati meliputi sifat fisik BMC instant (pengembangan luas permukaan, aroma, warna, rasa dan tekstur ), sifat kimia (kadar protein, kadar karbohidrat, kadar lemak, kadar air, kadar serat dan kadar abu), hasil bioassay yaitu memberikan BMC instant sebagai makanan tambahan pada balita dan diukur perubahan berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan. Hasil penelitian menunjukkan BMC instant terbaik diperoleh dari perbandingan C yaitu 45 bagian kacang merah, 35 bagian kacang hijau dan 20 bagian bekatul pangan dengan sifat fisik yang disukai panelis, pengembangan luas permukaan mencapai 24,754 %; kadar gizi kandungan protein 19,72; karbohidrat 60,248; lemak 17,41; kadar air 13,868; kadar serat 3,6624; dan kadar abu 9,8079. Hasil bioassay menggunakan BMC instant hasil perlakukan C menunjukkan perubahan yang positif yang ditunjukkan adanya peningkatan berat badan pada balita perlakuan sebesar %, penambahan tinggi badan 0,5 0,95 %, dan penambahan lingkar lengan 2,4-3,3 %. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang status kesehatan penduduknya sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pembangunan. Negara Indonesia kaya akan potensi sumber daya alam, dengan produksi yang berlimpah. Namun hal ini tidaklah menjadi suatu jaminan akan keberhasilan pembangunan nasional karena belum semua produk sumber daya alam tersebut dimanfaatkan secara maksimal. 1

2 Komposisi bahan pangan yang harus dikonsumsi setiap hari harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin maupun mineral. Sedangkan untuk balita konsumsi protein sangat penting karena berada pada fase pertumbuhan. Sumber protein hewani sangat melimpah akan tetapi harganya sangat mahal sehingga kurang terjangkau oleh masyarakat miskin. Sedangkan sumber protein nabati belum dioptimalkan dalam pengolahan makanan, sehingga kurang disukai oleh balita. Keadaan ini mengakibatkan rendahnya konsumsi protein oleh balita yang berdampak pada kurang kalori protein. Kurang kalori protein (KKP) merupakan salah satu penyebab gizi buruk oleh karena itu perlu diciptakan bahan pangan alternative yang sarat gizi terutama protein yang mudah diolah dengan sumber bahan baku yang mudah didapat dan harganya terjangkau oleh masyarakat Rumusan masalah. Berdasarkan uraian pada latar belakang dapatlah dijabarkan masalah dari penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana perbandingan bahan makanan campuran instant yang baik untuk sumber protein dalam konsumsi balita? 2. Bagaimanakah sifat fisik dan sifat kima hasil olahan bahan makanan campuran? 3. Bagaimanakah pengaruh BMC instant terhadap pertumbuhan balita? 2

3 1.3. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perbandingan yang tepat antara kacang merah, kacang hijau dan bekatul pangan dalam pengolahan BMC instant. 2. Untuk mengetahui sifat fisik dan kandungan kimia BMC instant yang dihasilkan. 3. Untuk mengetahui pengaruh BMC instant terhadap pertumbuhan balita Kegunaan penelitian Berdasarkan uraian diatas dapatlah diuraikan kegunaan dari penelitian ini yaitu : 1. Memberi masukan bagi masyarakat, tentang aneka ragam pengolahan makanan dengan bahan baku sumber protein nabati yaitu pengolahan BMC instant. 2. Memberi masukan bagi pemerintah salah satu cara penanggulangan gizi buruk dipedesaan melalui pemberian makanan tambahan bagi balita. II. TINJAUAN PUSTAKA Gizi buruk maupun gizi kurang dapat menyebabkan penyakit pada balita dan anak-anak antara lain malnutrisi dan kwashiorkor. Terdapat dua istilah yang menyebabkan terjadinya hal tersebut yaiu lapar pangan dimana volume makanan tidak mencukupi dan lapar gizi dimana jumlah zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi. Upaya peningkatan gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu pengkayaan (enrichment), penambahan gizi ( fortifikasi), dan suplementasi ( Tranggono, 1998). 3

4 Bahan makanan campuran dapat dkatakan sebagai suplementasi. Bahan makanan campuran merupakan perpaduan bahan makanan yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan anak dalam hal kecukupan gizi pada umumnya ( Winarno, 1984). Selanjutnya dikatakan BMC sudah dikenal sejak tahun 1950, pada saat itu lembaga gizi untuk Amerika Tengah dan Panama (INCAP) di Guatemala berhasil mengembangkan campuran jagung dan tepung biji kapas yang dihasilkan oleh masyarakat setempat. Hal ini dilakukan untuk mencegah ketergantungan terhadap susu dan meningkatkan kondisi gizi pada balita. Di Amerika serikat, BMC yang sudah dikembangkan adalah CSM (Corn-Soy-Milk) atau tepung jagung-kedelai dan susu, dan WSB ( Wheat-Soy-Blend) yaitu campuran gandum dan kedelai. Makanan campuan biasanya diolah dari biji-bijian dan kacang-kacangan (Winarno, 1984 ). Campuan ini memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah dikonsumsi, dan mengandung gizi yang tinggi. BMC dapat diolah menjadi BMC instant sehingga lebih mudah penyajiannya. Keadaan status gizi di setiap negara berbeda-beda, di Indonesia pemerintah menggunakan standard Harvard untuk menentukan status gizi. Standard yang digunakan antara lain : 1) Gizi baik, 2) Gizi sedang, 3) Gizi kurang, dan 4) Gizi buruk ( Tranggono, 1998). Kasus yang saat ini terjadi di negara Indonesia yaitu terjadinya gizi buruk dan gizi kurang khususnya pada balita dan anak-anak. Khususnya di Jawa Barat, penderita gizi buruk dipastikan akan terus bertambah seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak ( Musa,2005). Keadaan ini jika dibiarkan akan berdampak penurunan kualitas manusia Indonesia di masa yang akan datang. Sumber daya alam dari jenis nabati yang merupakan sumber protein adalah kacangkacangan. Berbagai jenis kacang-kacangan tumbuh subur di Indonesia tetapi belum semua dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan pangan. Budaya makan menyebabkan hanya 4

5 beberapa jenis kacang-kacangan yang disukai oleh masyarakat Indonesia, serta hanya beberapa cara dalam mengolah produk kacang-kacangan ini. Bekatul pangan merupakan limbah dalam penggilingan padi, kandungan vitamin B1 yang sangat tingi pada kulit padi tersebut dimanfaatkan sebagai sumber vitamin B1 dalam asupan pangan sehari-hari. Menurut Anonim, 1999, kandungan yang terdapat dalam kacang merah, kacang hijau dan bekatul pangan adalah sebagai berikut : Tabel 1. Komposisi gizi bahan baku BMC instant ( Anonim, 1999) Bahan makanan Protein Lemak Karbohidrat Kadar air Kacang merah 22,2 1,2 62,9 10 Kacang hijau 23,1 1,7 59,5 12 Bekatul pangan 10,7 7,5 65,6 11,9 Berdasarkan kandungan gizi yang tinggi tersebut maka bahan-bahan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan makanan campuran sehingga diperoleh makanan yang sarat gizi terutama protein, sedangkan untuk mempermudah proses penyajian maka bahan makanan campuran dapat dijadikan instant. 5

6 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, laboratorium Uji Organoleptik dan Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya, mulai bulan April sampai Oktober Metode Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelopok (RAK) Metode pengolahan data adalah metode tabulasi Metode analisis data adalah metode statistik yaitu uji F 3.3. Bahan dan alat penelitian Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kacang merah, Kacang hijau, bekatul pangan. Peralatan yang digunakan adalah oven, seperangkat alat masak, seperangkat alat gelas untuk analisis kimia, spektrofotometer, pendingin balik, seperangkat alat organoleptik, sentrifuge, timbangan analitis, timbangan balita, timbangan, meteran Cara kerja a. Pengolahan BMC instant dengan perbandingan kacang merah : kacang hijau : bekatul : Perlakuan A 40 : 40 : 20 Perlakuan B 42,5 : 37,5 : 20 Perlakuan C 45 : 35 : 20 6

7 Masing-masing perlakuan diulang 5 kali, kegiatan ini dilakukan di laboratorium Tekonologi Hasil Pertanian. b. Analisis sifat fisik BMC instant menggunakan panelis ( mahasiswa atau dosen yang telah menempuh mata kuliah Uji Organoleptik) sebanyak 15 orang, analisis meliputi pengembangan luas permukaan, aroma, warna, rasa dan tekstur. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Uji Organoleptik. c. Analisis sifat kimia meliputi kadar protein, kadar karbohidrat, kadar lemak, kadar air, kadar serat dan kadar abu. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium kimia. d. Pelaksanaan Bioassay dilakukan di desa Cibiru Wetan kecamatan Cileunyi, tepatnya di posyandu Cipanileman. Dipilih balita yang memenuhi syarat sebanyak 8 anak dan diamati selama 7 minggu. Pemberian BMC instant sehari sekali, yaitu pagi hari sebanyak 40 gram. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis sifat fisik BMC instant Hasil analisis statistik terhadap nilai organoleptik BMC instant adalah sebagai berikut Tabel 2. Hasil uji statistik terhadap pengembangan luas permukaan BMC instant Ulangan 4 12,9795 3,2448 1,0247 3,84 Perlakuan 2 66, , ,4487* 4,46 Galat 8 25,3315 3,1664 Total 14 7

8 Tabel 3. Hasil uji statistik terhadap aroma BMC instant Ulangan 4 0,0024 0,0006 0,333 3,84 Perlakuan 2 0,0433 0, * 4,46 Galat 8 0,0148 0,0018 Total 14 0,0605 Tabel 4. Hasil uji statistik terhadap warna BMC instant Ulangan 4 0,0032 0,0008 0,666 3,84 Perlakuan 2 0,0159 0,0079 6,583 * 4,46 Galat 8 0,0096 0,0012 Total 14 0,0287 Tabel 5. Hasil uji statistik terhadap rasa BMC instant Ulangan 4 0,0246 0,0061 1,7428 3,84 Perlakuan 2 0,0525 0,0262 7,4857 * 4,46 Galat 8 0,0283 0,0035 Total 14 0,1054 Tabel 6. Hasil uji statistik terhadap tekstur BMC instant Ulangan 4 0,0109 0,0027 2,076 3,84 Perlakuan 2 0,0067 0,0033 2,538 4,46 Galat 8 0,0111 0,0013 Total 14 0,0287 8

9 Dari hasil analisis statistic menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap variable pengembangan luas permukaan, hal ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi dari masingmasing bahan baku. Berdasarkan pengamatan BMC instant yang mengandung kacang merah lebih banyak, menghasilkan pengembangan yang lebih besar, hal ini terjadi karena kandungan karbohidrat kacang merah lebihtinggi disbanding kacang hijau. Karbohidrat mempunyai daya gelatinisasi yaitu menyerap air yang ada di sekitarnya, sehingga makanan mengembang, semakin tinggi jumlah karbohidrat semakin besar pengembangannya. Tingginya volume air yang terserap atau sering disebut Water Holding Capacity (WHC) mempengaruhi kelembutan produk makanan serta mempercepat waktu pemasakan ( Ranganna, 1999). Volume pengembangan tertinggi pada BMC instant adalah hasi perlakuan C. Berdasarkan analisis statistik terhadap nilai aroma menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan, pada dasarnya aroma BMC instant yang dihasilkan sangat disukai. Aroma dominan dari BMC instant adalah aroma kacang merah yaitu berbau agak langu, hal ini terjadi karena kacang merah mengandung enzim lipoksigenase yang menghasilkan beany flavor atau bau langu ( Sinaga, 2002). Kacang hijau memberikan aroma khas yang mudah dikenali konsumen, sedangkan aroma bekatul pangan sangat khas aroma bekatul. Perpaduan ketiga aroma tersebut menghasilkan aroma yang khas, hasil penilaian panelis menunjukkan nlai suka. Pada penelitian ini belum dilakukan tambahan perlakuan untuk menghilangkan bau langu mengakibatkanhanya diberikan nilai suka terhadap aroma BMC instant. Nilai Aroma tertinggi diperoleh dari BMC instant hasil perlakuan C. Hasil analisis statistik terhadap nilai warna menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan, warna BMC instant didominasi oleh warna merah yang berasal dari kacang merah dan proses pengolahan menimbulkan warna browning sehingga BMC instant yang dihasilkan 9

10 berwarna merah kecoklatan. Panelis memberikan nilai suka terhadap warna BMC instant, warna BMC instant adalah murni dari campuran ketiga bahan baku leh karena itu masih perlu diperbaiki agar warnanya sangat disukai. Menurut Soekamto (2001), warna makanan adalah yang pertama kali dilihat, sehingga menentukan tingkat kesukaan panelis. Nilai tertinggi dari BMC instant adalah hasil perlakuan C, hal ini terjadi kaena pada perlakuan C kandungan kacang merahnya paling tinggi sehingga warnanya paling cerah. Hasil analisis statistik terhadap nilai rasa menunjukkan perbedaan yang nyata anter erlakuan. Hal ini terjadi karena setiap bagian dari bahan baku menghasilkan rasa yang khas. Panelis lebih mengenali rasa kacang hijau, sedangkan rasa bekatul pangan kurang disukai. Menurut Ranganna, 1999, jenis makanan yang sering dikonsumsi memberikan kesan yang khas sehingga setiap panelis menjumpai rasa tersebut akan segera mengenali. Perbandingan yang tepat dapat menetralisir rasa yang kurang disukai oleh konsumen. Secara keseluruhan panelis memberikan nilai suka pada rasa BMC instant yang dihasilkan, sedangkannilai tertinggi diperoleh BMC instant hasil perlakuan C. Hasil analisis terhadap tekstur BMC instant menunjukan tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hal ini terjadi karena dalam penelitian ini tidak ditambahkan bahan sintetik yang dapat memperbaiki tekstur, sehingga tekstur yang diperoleh berasal dari ketiga bahan baku yang digunakan. Pada saat pengolahan tepung kacang merah dan kacang hijau di ayak dengan mengunakan ayakan 100 mesh, sedangkan bekatul pangan menggunakan ayakan 200 mesh. Karena tekstur bahan baku kurang lembut terutama kacang merah dan kacang hijau, hal ini berdampak pada BMC instant yang dihasilkan yaitu teksturnya kurang disukai panelis. Hal ini merupakan masukan untuk penelitian lebih lanjut. 10

11 4.2. Analisis sifat kimia BMC instant berikut : Hasil analisis statisti secara keseluruhan terhadap sifat kimia BMC instant adalah sebagai Tabel 7. Hasil analisis statistik terhadap kadar protein BMC instant Ulangan 4 0,1353 0,0338 0,8600 3,84 Perlakuan 2 3,8376 1, ,8244* 4,46 Galat 8 0,3145 0,0393 Total 14 4,2875 Tabel 8. Hasil analisis statistik terhadap kadar karbohidrat BMC instant Ulangan 4 0,4552 0,1138 0,4283 3,84 Perlakuan 2 18,0073 9, ,8863* 4,46 Galat 8 2,1263 0,2657 Total 14 20,5888 Tabel 9. Hasil analisis statistik terhadap kadar lemak BMC instant Ulangan 4 1,0155 0,2538 0,9879 3,84 Perlakuan 2 41, , ,1470* 4,46 Galat 8 2,0557 0,2569 Total 14 44,2509 Tabel 10. Hasil analisis statistik terhadap kadar air BMC instant 11

12 Ulangan 4 37,2555 9,3138 4,2936 3,84 Perlakuan 2 72, ,32 16,743* 4,46 Galat 8 17,3541 2,1692 Total ,2497 Tabel 11. Hasil analisis statistik terhadap kadar serat BMC instant Ulangan 4 1,0673 0,2668 1,9235 3,84 Perlakuan 2 22, , ,351* 4,46 Galat 8 1,1099 0,1387 Total 14 24,4668 Tabel 12. Hasil analisis statistik terhadap kadar abu BMC instant Ulangan 4 0,1992 0,0498 0,7477 3,84 Perlakuan 2 3,5120 1,756 26,36* 4,46 Galat 8 0,5329 0,0666 Total 14 4,2442 Hasil analisis statistik terhadap kadar protein BMC instant menunjukkan adanya perbedaan yang nyata di setiap perlakuan. Rata-rata kandungan protein tertingi terdapat pada BMC instant hasil perlakuan C yaitu sebesar 19, 272 % atau 19,272 gram /100 gram BMC instant, kandungan protein perlakuan A adalah 17,6 sedangkan perlakuan B adalah 18,31. Hal ni menunjukkan bahwa selama pengolahan tidak terjadi kerusakan pada protein bahan, sehingga suhu pengolahan yang digunakan dinyatakan aman. Berdasarkan pengamatan pada biskuit dengan total persai 33 gram, ternyata jumlah kandungan proteinnya hanya 2 gram, sedangkan pada BMC instant ini 12

13 kandungan protein persaji (40 gram ) adalah 7,7088 gram. Dengan demikian kandungan protein BMC instant ini lebih tinggi dibandingkan biskuit yang ada di pasaran. Hasil analisis statistik terhadap nilai kadar karbohidrat menunjukan perbedaan yang nyata di setiap perlakuan. Kandungan karbohidrat tertinggi pada bahan baku BMC instant terdapat pada kacang merah, sehingga semakin tinggi konsentrasi kacang merah, semakin tinggi jumlah karbohidrat yang terdapat dalam BMC instant. Kandungan karbohidrat tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu 60,248 gram /100gram, sehingga kandungan persaji (40 gram) adalh 24,0992 gram. Hal ini menunjukkan bahwa suhu maupun waktu yang digunakan dalam pengolahan BMC instant tidak merusak kandungan karbohidrat yang terdapat dalam BMC instant yang dihasilkan.menurut Winarno, 1984, karbohidrat dalam bahan pagan dapat mengalami oksidasi selama pengolahan sehingga mengalami peruraian menjadi gula aldehid dan dapat menimbulkan warna coklat pada produk yang dihasilkan. Tingginya kandungan karbohidrat juga berasal dari bekatul pangan yang ditambahkan. Hasil analisis statistic terhadap nilai kadar lemak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata di setiap perlakuan.kandungan lemak tertinggi dihasilkan oleh perlakuan A yaitu sebesar 23, 084 % atau 23, 084 gram /100 gram, sehingga kandungan lemak persaji adalah 9,2336 gram, yang menunjukkan pengolahan tidak merusak kandungan lemak dalam BMC instant yang dihasilkan. Kandungan lemak yang tinggi terutama berasal dari bekatul yang ditambahkan, dalam hal ini semua perlakuan mendapatkan tambahan bekatul dalam jumlah yang sama, sehingga jenis lemaknya adalah lemak nabati, walaupun jumlahnya tinggi tetapi tidak berbahaya bagi tubuh manhusia, bahkan menjadi sumber energy seingga dapat menyumbang sebagian kebutuhan energy gerak bagi balita yang menghasilkan 83,1024 kalori. 13

14 Hasil analisis statistic terhadap nilai kadar air menunjukkan perbedaan yang nyata di setiap perlakuan. Kandungan air terendah dihasilkan oleh BMC instant pada perlakuan C yaitu sebesar 13, 868 %. Perbedaan kadar air ini terjadi karena kadar air bahan baku bervariasi dan tertinggi pada kacang hijau, sehingga semakin sedikit konsentrasi kacang hijau semakin rendah kadar air BMC instant yang dihasilkan. Pada makanan olahan kadar air terendah adalah yang terbaik yang berdampak pada daya simpan hasil olahan. Hasil analisis statistic terhadap nilai kadar abu menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan, dan ternyata kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan C yaitu 2, 902 %atau 2,92 gram /100 gram. Kadar abu menunjukkan adanya kandungan mineral dalam bahan baku, mineral ini sangat dibutuhkan oleh balita. Dari hasil analisis kadar abu menunjukkan semakin tinggi konsentrasi kacang merah semakin tinggi kadar abunya, sedangkan menurut DG Depkes RI (1999) total kadar abu dari biscuit adalah 786,68 mg/100 gram biscuit, sedangkan total kadar abu BMC instant tertinggi adalah 2902 mg /100 gram atau persaji 1160,8 mg/40 gram. Hal ini menunjukkan bahwa kadar mineral BMC instant adalah tinggi dan dibutuhkan oleh balita Hasil analisis Bioassay Bioassay dilakukan untuk menguji dampak setelah mengkonsumsi BMC instant. Hasil penerapan bioassay menunjukkan adanya dampak yang positif terhadap pertumbuhan balita ditinjau dari pertambahan berat badan, pertambahan tinggi badan dan lingkar lengan dibandingakan balita kontrol. Pengamatan dilakuakn selama 7 minggu, hasil keseluruhan dapat dilihat pada tabel 13 : 14

15 Tabel 13. Hasil analisis bioassay No Pengamatan Perlakuan Kontrol 1 Berat badan % % 2 Tinggi badan 0,5 0,95 % 0,5 0,65 % 3 Lingkar lengan 2,4 3,3, % 1,5 2,3 % Dari tabel diatas dapat terlihat adanya selisih perbedaan pertambahan berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan antara balita perlakuan dengan balita kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa zat gizi yang terdapat dalam BMC instant dapat diserap oleh tubuh balita sehingga mempercepat pertambahan berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan balita. Pertambahan berat badan tertinggi mencapai 1,8 Kg, sedangkan pada balita kontrol pertambahan berat badan adalah 1,1 Kg. Pada pertambahan tinggi badan balita perlakuan tertinggi adalah 0,7 Cm, sedangkan pada balita kontrol adalah 0,4 CM. Pada pertambahan lingkar lengan balita perlakuan tertingi 0,5 Cm sedangkan pada balita kontrol adalah 0,3 Cm. hasil ini menunjukkan bahwa makanan tambahan BMC instant yang diberi pada balita berdampak positif terhadap perkembangan berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan Hasil analisis vitamin B1 Sebagai data penujang,dilakukan analisis vitamin B1 terhadap BMC instant, dan hasil analisis menunjukkan total kandungan vit. B1 adalah 0,5 mg /100 gram BMC instant, yang menunjukkan proses pengolahan tidak merusak kandungan vitamin B1 dari bahan baku BMC instant. Kandungan vit. B1 pada kacang merah adalah 0,6 mg/100 gram ; kacang hijau 0,64 mg/100gram 15

16 dan bekatul pangan 1,42 mg/100 gram. Menurut DG Depkes (1999) kandungan vit. B1 pada biscuit adalah 0,18 mg/ 100 gram. Dengan demikian kandungan vit.b1 BMC instant persaji adalah 0,2 mg dan inipu masih lebih tinggi disbanding biskuit yang ada di pasaran. Vitamin B1 berfungsi dala metabolism tubuh maupun pembuatan sel darah merah sehingga membantu petumbuhan balita yang mengkonsumsinya, yang ditunjukan adanya perbedaan yang positif dibandingkan balita kontrol. V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Perlakuan C ( BMC instant dengan perbandingan 45 :35:20) adalah terbaik ditinjau dari pengembanagn volume, aroma, warna, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar air dan kadar abu 2. Konsumsi BMcinstant memberikan perubahan positif pada perkembangan berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan. Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah perlunya penelitian lebih lanjut berkaitan dengan daya simpan BMC instant, perbaikan terhadap rasa maupun tekstur agar lebih disukai. Pustaka Anonim, 1999, Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Departemen Kesehatan ( DG Depkes ) Jakarta. Musa,E.,2005, Gizi Buruk, Harian Umum Pikiran Rakyat, Desember, Bandung. 16

17 Ranganna, 1999, Manual of Analisys of Fruit and Vegetable Products, Tata Mc Graw Hill Publishing Company Limited, New Delhi. Sinaga, 2002, Teknolgi Hasil Hortikutura, Balitsa, Lembang, Bandung Soedarmadji, S.,1981, Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty, Yogjakarta. Soekarto S, 2001, Penilaian Organoleptik, Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Trangono, 1998, Metabolisme Zat Gizi, PAU Pangan Gizi, UGM, Yogjakarta. Winarno, 1984, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Riwayat Penulis : Ir Hj Nataliningsih MPd adalah dosen Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten yang diperbantukan pada Fakultas Pertanian, Universitas Bandung Raya. 17

Pengaruh Imbangan Kacang-kacangan dan Bekatul Pangan. Terhadap Sifat Kimia BMC Instant yang Dihasilkan. Oleh. Nataliningsih dan Iis Aisyah

Pengaruh Imbangan Kacang-kacangan dan Bekatul Pangan. Terhadap Sifat Kimia BMC Instant yang Dihasilkan. Oleh. Nataliningsih dan Iis Aisyah Pengaruh Imbangan Kacang-kacangan dan Bekatul Pangan Terhadap Sifat Kimia BMC Instant yang Dihasilkan Oleh Nataliningsih dan Iis Aisyah Abstrak Masa pertumbuhan pada balita membutuhkan makanan yang jenis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA Zuraidah Nasution, Tiarlince Bakkara, Mincu Manalu Abstrak Dalam upaya penanggulangan masalah gizi

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU Bambang Kusmartono 1, Merita Ika Wijayati 2 1,2 Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta e-mail : bkusmartono@ymail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan. Harapan (PPH) merupakan rumusan komposisi pangan yang ideal yan g

BAB I PENDAHULUAN. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan. Harapan (PPH) merupakan rumusan komposisi pangan yang ideal yan g xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan pola pangan harapan ideal seperti yang tertuang dalam PPH. Pola Pangan Harapan (PPH) merupakan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Umur, Jenis kelamin, macam pekerjaan dan faktorfaktor lain menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang dengan gejala awal kurang dapat melihat pada malam hari (rabun senja).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul adalah hasil samping dari penggilingan padi menjadi beras. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak 60-65%. Sementara bekatul

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Ketergantungan manusia terhadap pangan yang tinggi tidak diimbangi

Lebih terperinci

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi seseorang di saat mereka dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Periode emas tersebut dapat diwujudkan apabila pada masa ini, bayi dan anak mendapatkan asupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan bahan pangan bagi manusia bukan hanya sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi bahan makanan yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: NEZLY NURLIA PUTRI No. BP 07117037 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.35% per tahun, sehingga setiap tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), legum (polong-polongan) dan umbi-umbian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia masalah kekurangan pangan dan kelaparan merupakan salah satu masalah pokok. KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan konsumen pada makanan jajanan di Indonesia telah semakin meningkat dan memegang peranan penting, karena makanan jajanan juga dikonsumsi oleh golongan

Lebih terperinci

KEDELAI-WHEAT GERM SEllAGAI PRODUK SARAPAN FUNGSIONAL

KEDELAI-WHEAT GERM SEllAGAI PRODUK SARAPAN FUNGSIONAL SKRIPSI FORMULASI FLAKES TRIPLE MIXED UBI JALAR-KECAM.BAH KEDELAI-WHEAT GERM SEllAGAI PRODUK SARAPAN FUNGSIONAL UNTUK ANAK-ANAK Oleh: DINA RAHAYUNING P F02400021 2004 FAKULTASTEKNOLOGIPERTANlAN L~STITUT

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA ii PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah SI Gizi

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cake merupakan adonan panggang yang dibuat dari empat bahan dasar yaitu tepung terigu, gula, telur dan lemak. Cake banyak digemari masyarakat terutama bagi anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat setiap tahun. Anemia yang paling banyak terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan telah membudaya di semua lapisan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Tempe mengandung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia, yang termasuk kedalam jenis kacang-kacangan. Kacang turi merupakan jenis kacang-kacangan dari pohon turi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup, khususnya manusia pasti membutuhkan zat gizi sebagai penunjang kelancaran pertumbuhan dan perkembangan. Apabila zat gizi yang dibutuhkan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biskuit crackers merupakan makanan kecil ringan yang sudah. memasyarakat dan banyak dijumpai di pasaran. Hal ini setidaknya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Biskuit crackers merupakan makanan kecil ringan yang sudah. memasyarakat dan banyak dijumpai di pasaran. Hal ini setidaknya dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biskuit crackers merupakan makanan kecil ringan yang sudah memasyarakat dan banyak dijumpai di pasaran. Hal ini setidaknya dapat dibuktikan dengan tersedianya biskuit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas

Lebih terperinci

YUWIDA KUSUMAWATI A

YUWIDA KUSUMAWATI A PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus) SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM PEMBUATAN KECAP DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK NANAS DAN EKSTRAK PEPAYA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran strategis sektor pertanian yakni menghasilkan bahan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan mengingat pangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepariwisataan di indonesia kini telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu sumber pendapatan negara karena kekayaan indonesia dalam dunia wisata sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing (mamae) yang berasal dari pemerahan pada mamalia dan mengandung lemak, protein, laktosa, serta berbagai jenis vitamin (Susilorini,

Lebih terperinci

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4 Gambar 2. Biskuit B1 dengan penambahan brokoli dan jambu biji fresh, dan konsentrasi tepung bekatul 3,5%; B2 dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pangan telah menjadi aspek yang penting karena berkaitan erat dengan kebutuhan pokok masyarakat. Pada umumnya, masalah yang berkaitan dengan pangan dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di negara berkembang. Asia Tenggara memiliki prevalensi KVA

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di negara berkembang. Asia Tenggara memiliki prevalensi KVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekurangan vitamin A atau KVA merupakan salah satu masalah gizi yang ada di negara berkembang. Asia Tenggara memiliki prevalensi KVA balita tertinggi dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fase perkembangan fisik dan fungsi fisiologis bayi sangat didukung oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, kebutuhan gizi bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,

Lebih terperinci

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan persaingan bebas, industri kecil berbasis pertanian perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian. Seiring dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belalang kayu adalah serangga herbivora berwarna coklat yang termasuk ordo Orthoptera. Belalang kayu banyak ditemui pada pohon turi, ketela, jati, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR LAMPIRAN. viii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR LAMPIRAN. viii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN. viii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi komoditas perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh keadaan musim. Jumlah produksi di suatu saat tinggi, di saat lain rendah atau tidak ada sama sekali. Saat produksi

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott) SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott) SUBSTITUTION OF GREEN BEAN FLOUR (Phaseolus radiathus L) IN MAKING KIMPUL BISCUIT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung (Zea mays) merupakan salah satu bahan makanan alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, jagung juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk bertahan hidup. Pangan sebagai sumber gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan akibat radikal bebas terhadap sel normal pada tubuh yang

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia 4. PEMBAHASAN Biskuit adalah salah satu makanan ringan yang disukai oleh masyarakat, sehingga dilakukan penelitian untuk mengembangkan produk biskuit yang lebih sehat. Pembuatan biskuit ini menggunakan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada dodol susu kambing mampu meningkatkan kualitas organoleptik, meningkatkan kadar lemak, dan kadar total karbohidrat.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Biologi UJI TOTAL ASAM DAN ORGANOLEPTIK DALAM PEMBUATAN YOGHURT SUSU KACANG HIJAU ( Phaseolus radiatus ) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia bayi dibawah tiga tahun merupakan fase emas pertumbuhan yang harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan. Winarno dan Rika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu dekat adalah tepung yang berkualitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melakukan eksperimen, metode ini ditempuh dalam pembuatan Chiffon cake dengan subtitusi tepung kulit singkong 0%, 5%, 10%,

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian banyaknya varietas buah-buahan yang berkembang di Indonesia, tentunya tidak semua dapat diunggulkan.

Lebih terperinci

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG Oleh : Yoyoh Jubaedah ABSTRAK Permasalahan budidaya jamur konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif murah dan mudah di dapat. Tempe berasal dari fermentasi kacang kedelai atau kacang-kacangan lainnya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI OLEH DIKA YULANDA BP. 07117007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci