PENGESAHAN NIP Tim Akademisi, Mengetahui: Kepala BPPAUDNI Regional III,
|
|
- Utami Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGESAHAN Pada hari ini, Kamis tanggal Dua Belas Desember Tahun Dua Ribu Tiga Belas disahkan Laporan Pengembangan Program Taman Bacaan Masyarakat Kearifan Lokal. Penanggung Jawab Program, Tim Pengembang Ketua Pengembang, Dra. Hj. Ridawati, M.Pd. Dr. Fardus, SS., M.Hum. NIP Tim Akademisi, Dr. Syamsul Bachri, M.Si. Prof. Dr. Muhammad Yunus Mengetahui: Kepala BPPAUDNI Regional III, Dr. H. Muhammad Hasbi NIP
2 KATA PENGANTAR Segala Puji hanya milik Allah swt. atas berkat izin dan kehendak-nya sehingga pengembangan program TBM Kearifan Lokal ini dapat disusun dan disempurnakan. Pengembangan program ini lahir berdasarkan hasil ujicoba pengembangan yang telah dilaksanakan oleh tim pengembang. Program ini dilaksanakan selama tiga bulan. Pengembangan program TBM Kearifan Lokal ini telah diujicobakan di wilayah Batu Le leng Bangkala Kabupaten Jeneponto. Program ini diharapkan dapat menjadi labsite TBM berbasis kearifan lokal di wilayah kerja BPPAUDNI Regional III. TBM Kearifan Lokal ini disadari masih jauh dari sempurna. Untuk itu, tim pengembang senantiasa mengharapkan saran dan masukan yang positif demi perbaikan pengembangan program ke depan. Makassar, Desember 2013 Tim Pengembang
3 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL.. LEMBAR PENGESAHAN.. KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI... I ii iii iv BAB I PENDAHULUAN A. Rasionalisasi B. Rumusan Masalah..... C. Tujuan Pengembangan Program..... D. Manfaat E. Pengguna BAB II DESKRIPSI MODEL TBM KEARIFAN LOKAL A. Pengorganisasian TBM.. B. Karakteristik TBM C. Keanggotaan.... D. Kriteria Anggota... E. Pengertian-Pengertian BAB III PENYELENGGARAAN TBM KEARIFAN LOKAL A. Warga Masyarakat. B. Penyelenggara TBM. C. Struktur Organisasi TBM.. D. Ruang Lingkup Aktifitas TBM.. E. Strategi Pelayanan F. Strategi Pengembangan.. G. Dana TBM.... BAB IV PENUTUP A. Prasyarat Model B. Kekuatan..... C. Kelemahan..... D. Rujukan.. REFERENSI.. Foto-foto Hasil Pengembangan
4 1 RASIONALISASI Salah satu tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai manusia Indonesia yang cerdas dilakukan melalui pendidikan; baik pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Negara memfasilitasi setiap jalur pendidikan agar warga masyarakat memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat dipergunakan sebagai modal untuk meningkatkan kemampuan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Pendidikan dapat secara bersama-sama meningkatkan mutu kehidupan manusia menjadi lebih sejahtera dan makmur. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, negara mengharuskan warganya terus menerus meningkatkan kualitas hidupnya melalui pendidikan. Pendidikan menurut undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 dinyatakan sebagai usaha Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 1
5 sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan tersebut sudah termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945, yakni negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pendidikan bagi manusia Indonesia seharusnya digali dari akar budaya bangsa dan nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang dari masyarakatnya sendiri. Salah satu akar budaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang harus dikembangkan sebagai pendekatan dalam membelajarkan masyarakat adalah nilai-nilai kearifan lokal masyarakat pesisir. Pemberian layanan pendidikan pada masyarakat pesisir merupakan suatu proses pendidikan untuk memajukan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir memiliki peran penting dalam membangun bangsa. Peran tersebut terutama menyangkut wisata laut, perikanan, dan sektor pelestarian terumbu Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 2
6 karang. Oleh karena itu, masyarakat pesisir harus menjadi masyarakat yang cerdas dan berwawasan luas. Namun demikian, sebagian besar mereka masih buta aksara. Data Direktorat Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan kebudayaan menunjukkan bahwa penduduk buta aksara usia tahun di Indonesia pada tahun 2011 berjumlah orang (Juknis Pengajuan dan Pengelolaan TBM Publik). Jumlah tersebut menunjukkan bahwa mereka sebagiannnya tinggal pada masyarakat pesisir. Mereka tertinggal dalam hal pengetahuan, keterampilan serta sikap mental pembaharuan dan pembangunan. Salah satu usaha pemerintah untuk mencerdasarkan masyarakat pesisir adalah mendirikan Taman Bacaan Masyarakat yang disingkat TBM. TBM adalah tempat belajar yang sangat strategis dan menjadi ujung tombak dalam memasyarakatkan gemar dan kebiasaan membaca bagi masyarakat. Pemerintah berupaya mengembangkan dan memberdayakan TBM sehingga menjadi wadah yang mampu menyediakan berbagai bahan bacaan yang dibutuhkan masyarakat serta sekaligus sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar serta tempat untuk mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan masyarakat. TBM dapat memotivasi dan memberdayakan warga belajar untuk belajar secara berkelanjutan. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 3
7 Program TBM bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan budaya baca masyarakat, serta untuk meningkatkan kemampuan aksarawan baru. Program tersebut sangat terkait dengan program keaksaraan fungsional dalam rangka pemberantasan buta aksara sehingga masyarakat tidak buta aksara kembali. TBM diharapkan menjadi media peningkatan gemar membaca masyarakat menuju kepada terciptanya budaya baca sebagai prasyarat terciptanya masyarakat yang cerdas dan gemar belajar. Pengembangan budaya baca masyarakat melalui TBM harus dibangun sejak dini. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Tim Pengembang Model TBM BPPAUDNI Regional III (Pokja Dikmas, 2012) menunjukkan bahwa TBM menjadi media untuk membangun masyarakat menjadi masyarakat yang cerdas, terampil, maju, dan mandiri melalui kegiatan yang diselenggarakannya. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa TBM memiliki peran signifikan dalam mencerdaskan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Hasil studi tersebut menjadi penguat dalam penyelenggaraan program pengembangan TBM dalam rangka mencerdaskan masyarakat. Untuk itu, BPPAUDNI Regional III pada Tahun Anggaran 2013 ini mengalokasikan dana untuk program pengembangan TBM yang memfokuskan kajian dan Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 4
8 ujicobanyanya melalui pendekatan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang sebagaimana dikemukakan sebelumnya maka rumusan masalah dalam pengembangan program ini adalah bagaimana mengembangkan TBM dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat. TUJUAN PENGEMBANGAN PROGRAM Tujuan pengembangan program ini secara umum adalah untuk melahirkan TBM dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat; sedangkan tujuan secara khusus adalah sebagai berikut: a. Melahirkan TBM Percontohan kreatif, inovatif, dan rekreatif b. Melahirkan TBM dengan menggunakan pendekatan nilainilai kearifan lokal masyarakat. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 5
9 MANFAAT Ada dua aspek manfaat yang diharapkan dari pengembangan program Percontohan TBM ini: 1. Aspek Teoretis Secara teoretis terdapat dua kontribusi utama dari studi ini: pertama, studi ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan. Kedua, studi ini dapat memberi pengayaan pemikiran terhadap pemerhati pendidikan untuk mengembangkan TBM dengan menggunakan pendekatan nilai kearifan lokal masyarakat. 2. Aspek Praktis Secara praktis hasil ujicoba pengembangan program TBM ini berimplikasi terhadap: pertama, kepada pemerhati pendidikan bahwa studi ini dapat memberikan deskripsi model percontohan TBM dengan pendekatan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat; kedua, kepada pengelola TBM bahwa hasil pengembangan program ini dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang model percontohan program TBM dengan pendekatan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 6
10 PENGGUNA Pengembangan percontohan program TBM ini dapat digunakan oleh lembaga pemerintah maupun masyarakat pemerhati pendidikan: 1. Lembaga Pemerintah Pengguna dari lembaga pemerintah adalah Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota. 2. Pemerhati Pendidikan Pengguna dari pemerhati pendidikan adalah Pusat Kegiatan Masyarakat (PKBM), Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 7
11 2 DESKRIPSI MODEL TBM KEARIFAN LOKAL PENGORGANISASIAN TBM Organisasi TBM Kearifan Lokal terdiri dari satu orang ketua, dua orang petugas administrasi, dan satu orang bendahara. KARAKTERISTIK TBM 1. Lokasi TBM TBM Kearifan Lokal berlokasi di daerah yang banyak dikunjungi orang atau komunitas warga yang ramai di daerah tersebut. Daerah tersebut memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang masih dipegang oleh masyarakatnya. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 8
12 2. Tempat Baca Tempat baca TBM dirancang dalam bentuk payung. Semua material tempat baca diambil dari lingkungan sekitar TBM. Atap payung dibuat dari seng plat atau ilalang; tiang payung dari batang pohon pinang atau bambu, meja baca dari papan, dan kursi baca dari kursi plastik atau kursi kayu. KEANGGOTAAN Keanggotaan TBM terdiri dari anggota tetap dan anggota biasa. Anggota tetap adalah orang yang memiliki kartu anggota TBM, sedangkan anggota biasa adalah orang yang tidak memiliki kartu anggota. KRITERIA ANGGOTA 1. Anggota Tetap a. Warga masyarakat yang memiliki kartu anggota TBM. b. Warga masyarakat yang memiliki rasa peduli terhadap TBM. c. Warga masyarakat yang memiliki kemampuan membaca huruf latin. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 9
13 2. Anggota Biasa a. Warga masyarakat yang tidak memiliki kartu anggota TBM b. Warga masyarakat yang memiliki rasa peduli terhadap taman bacaan masyarakat. c. Warga masyarakat yang memiliki kemauan untuk mengunjungi taman bacaan masyarakat. PENGERTIAN-PENGERTIAN a. TBM adalah singkatan dari taman bacaan masyarakat. b. TBM Kearifan Lokal adalah taman bacaan masyarakat yang dirancang untuk memenuhi minat baca masyarakat dengan menggunakan pendekatan nilainilai kearifan lokal masyarakat. c. Anggota tetap TBM adalah warga masyarakat yang memiliki kartu anggota TBM. d. Anggota biasa adalah warga masyarakat yang tidak memiliki kartu anggota TBM. e. Kearifan Lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitasnya. f. Kegiatan kreatif adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh TBM seperti kegiatan lomba baca, memasak, Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 10
14 pemberian penghargaan, dan kegiatan nilai budaya masyarakat. g. Kegiatan produktif adalah kegiatan TBM untuk meningkatkan taraf hidup pengelola melalui warung TBM. h. Tempat baca adalah tempat yang dirancang dengan bentuk payung dengan meja bundar yang mengelilingi tiang payung. i. Papan baca adalah papan yang digunakan untuk menempel bahan bacaan. Bahan bacaan dimaksud seperti surat kabar. Pengunjung membaca dengan cara berdiri. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 11
15 3 PENYELENGGARAAN TBM KEARIFAN LOKAL TBM Kearifan Lokal diselenggarakan dengan komponenkomponen sebagai berikut: Warga Masyarakat Warga masyarakat adalah orang-orang yang tinggal di sekitar TBM yang menjadi sasaran sekaligus pengunjung TBM. Penyelenggara TBM Penyelenggara TBM terdiri dari satu orang ketua, satu orang bendahara, satu orang petugas administrasi dan teknis, satu orang staf bidang layanan pembaca. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 12
16 Syarat penyelenggara 1. Berpendidikan minimal Sekolah Menengah Atas. 2. Mampu memberikan bimbingan teknis. 3. Mampu mengusahakan sarana TBM. 4. Mampu menjalin kemitraan dengan pihak terkait. 5. Mampu mengelola kegiatan usaha produktif TBM. Tugas penyelenggara 1. Menyelenggarakan TBM di wilayah pesisir dan kepualaun. 2. Mengupayakan hubungan yang harmonis dengan anggota TBM. 3. Menyediakan sarana baca, memotivasi minat baca masyarakat, dan menata kelayakan dan kebersihan tempat baca. Fungsi penyelenggara 1. Mengelola kegiatan administrasi TBM. 2. Memfasilitasi kegiatan program TBM untuk meningkatkan mutu dan keberhasilan TBM secara efektif dan efisien. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 13
17 Struktur Organisasi TBM Struktur organisasi TBM dapat dilihat pada gambar berikut: KETUA BENDAHARA PETUGAS ADMINISTRASI DAN TEKNIS STAF BIDANG LAYANAN PEMBACA M A S Y A R A K A T Keterangan struktur pengelola TBM adalah sebagai berikut: a. Ketua TBM Memimpin TBM. Menyusun dan menetapkan program TBM. Mengembangkan dan memajukan TBM. Bermitra antar TBM ataupun institusi lainnya (pemerintah/swasta). Mengkordinasi serta mengawasi/mengontrol pelaksanaan tugas administrasi/pengolahan dan tugas-tugas pelayanan. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 14
18 b. Bendahara Mengurus keuangan TBM. Mengurus administrasi keuangan TBM. Menyususun laporan keuangan TBM. c. Staf Bidang Administrasi dan Teknis Mengurus administrasi dan surat-menyurat. Mengadakan pemilihan dan pengadaan bahan pustaka TBM. Melaksanakan pengolahan bahan pustaka TBM. Membuat laporan administrasi dan teknis. d. Staf Bidang Layanan Pembaca Mempersiapkan tata tertib layanan. Melaksanakan layanan. Melaksanakan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka TBM. Melaksanakan administrasi keanggotaan. Membuat laporan pelayanan dan penggunaan koleksi TBM. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 15
19 Ruang Lingkup Aktivitas TBM Ruang lingkup aktifitas TBM meliputi: a. Kegiatan Kreatif TBM sebagai wadah bagi masyarakat untuk belajar bukan hanya semata-mata membaca, tetapi juga melaksanakan kegiatan kreatif, seperti: 1. Lomba baca 2. Lomba memasak 3. Kegiatan nilai budaya 4. Pemberian penghargaan bagi pengunjung setia TBM. b. Kegiatan Produktif TBM berupaya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif melalui warung TBM. c. Kegiatan Pelayanan TBM berupaya memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat tentang program dan kegiatan TBM. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 16
20 Strategi Pelayanan Pelayanan TBM Kearifan Lokal menggunakan tiga strategi, yakni: (1) strategi kekuasaan; (2) strategi persuasif; dan (3) strategi reedukatif normatif, sebagaimana gambar berikut: STRATEGI PENGEMBANGAN TBM KEARIFAN LOKAL STRATEGI PERSUASIF STRATEGI KEKUASAAN RT/RW KADES/LURAH TOKOH MASYARAKAT TBM PESISIR DAN KEPULAUAN MEDIA MASSA KETERAMPILAN PRODUKTIF AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA STRATEGI REEDUKATIF NORMATIF FORMAL NONFORMAL INFORMAL Strategi Pengembangan Minat Baca TBM Strategi kekuasaan dilakukan untuk mendukung eksistensi TBM. Orang-orang yang berpengaruh seperti kepala desa, kepala dusun, tokoh masyarakat dan tokoh agama memiliki peranan sangat penting dalam mengajak masyarakat untuk mengunjungi TBM. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 17
21 Strategi persuasif dilakukan untuk menghidupkan TBM. Masyarakat harus diyakinkan bahwa TBM bukan hanya sebagai tempat membaca, tetapi juga tempat mendapatkan keterampilan, termasuk kegiatan adat dan budaya masyarakat se-tempat. Wujud dari strategi persuasif tersebut adalah pengelola TBM menggunakan media lokal untuk mempublikasikan kegiatannya. Strategi reedukatif normatif merupakan strategi yang melibatkan masyarakat pendidikan, baik jalur pendidikan formal maupun nonformal dan informal. Pelibatan semua jalur pendidikan tersebut dimaksudkan agar setiap warga negara dapat mengakses pendidikan. Strategi Pengembangan TBM dalam mengoptimalkan fungsinya sebagai TBM berbasis nilai-nilai kearifan lokal menggunakan tiga konsep nilai. Tiga konsep tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sipakainga 2. Sipakalabbiri 3. Sipakatau Nilai sipakainga bermakna saling ingat mengingatkan. Nilai sipakalabbiri bermakna saling memuliakan. Nilai Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 18
22 sipakatau bermakna saling menghargai. Tiga konsep nilai-nilai tersebut menjadi pilar bagi TBM untuk mewujudkan masyarakat menjadi masyarakat yang sadar baca, cerdas, dan religius. Dalam pelayanan, TBM ini menggunakan tiga konsep nilai budaya untuk mencapai TBM yang unggul, kreatif, dan rekreatif, sebagaimana gambar berikut ini: TBM KEARIFAN LOKAL TBM KONSEP PELAYANAN MENYAPAH MURAH SENYUM RAMAH PENGUNJUNG SIPAKAINGA SIPAKALABBIRI SIPAKATAU MASYARAKAT SADAR BACA CERDAS RELIGIUS Konsep Pelayanan TBM Kearifan Lokal TBM Kearifan Lokal menerapkan tiga konsep nilai dalam pelayanan, yakni: sifat sopan, murah senyum, dan ramah. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 19
23 Sopan bermakna pengelola TBM senantiasa menyapa dengan sopan kepada pengunjung. Murah Senyum bermakna pengelola TBM memiliki sifat murah senyum dalam menyambut kedatangan pengunjung. Ramah bermakna pengelola TBM memiliki sifat mengajak dengan ramah kepada pengunjung untuk mampir di TBM. Dana TBM Dana yang dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya kegiatan TBM Kearifan Lokal bersumber dari: 1. Instansi Pemerintah. Pengelola TBM dapat memperoleh dana bantuan yang disediakan pemerintah dengan mengajukan proposal kepada instansi penyandang dana seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesejahteraan Sosial, Dinas Prindustrian, dan instansi terkait. 2. Swadaya Dana swadaya adalah dana yang bersumber dari hasil usaha TBM. Dana hasil usaha TBM dikelola dengan Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 20
24 baik untuk kelangsungan TBM dan kesejahteraan anggota TBM. 3. Partisipasi masyarakat dan swasta. Pengelola TBM dapat mengusahakan sumbangan yang tidak mengikat dari masyarakat dan swasta untuk tujuan TBM. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 21
25 4 P E N U T U P PRASYARAT MODEL Adanya kebijakan penyelenggaraan taman bacaan masyarakat berbasis kearifan lokal. Perlunya membangun sinergitas kepala desa, kepala dusun, tokoh masyarakat, dan pengelola TBM. Perlunya mengadakan kegiatan kemasyarakatan yang terkait dengan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat. Adanya kegiatan produktif yang dikelola oleh TBM untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Adanya kegiatan TBM untuk meningkatkan motivasi dan kesadaran baca masyarakat. Terdapatnya lokasi yang strategis yang ramai dan banyak dikunjungi. Adanya pertanggungjawaban penyelenggara dalam pelaksanaan program TBM. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 22
26 KEKUATAN Menggunakan pendekatan nilai-nilai kearifan lokal dalam menjadikan masyarakat cinta membaca dan cinta TBM. Mendayagunakan sumber-sumber alam dalam pembuatan sarana dan prasarana TBM. Melaksanakan kegiatan produktif dalam bentuk warung TBM yang dikelola oleh penyelenggara TBM. Melaksanakan kegiatan TBM seperti lomba baca, lomba masak, kegiatan budaya, dan pemberian penghargaan kepada pengunjung. KELEMAHAN Perlu penjagaan sarana prasarana yang baik karena TBM ini bersifat terbuka. Perlu perhatian khusus bagi pengelola TBM pada musim hujan karena tempat baca TBM yang berupa payung dapat terkena bias air hujan. RUJUKAN Pembaca yang berminat menyelenggaran TBM Kearifan Lokal dapat mengunjungi Pokja Pendidikan Masyarakat Kampus BPPAUDNI Regional III Lantai 2 Jalan Adhyaksa No. 2 Makassar. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 23
27 Telp (0411) , Fax (0411) , Kode Pos website: Kami menunggu saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan program ke depan. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 24
28 REFERENSI Arony, H.Z. (2007). Strategi Peningkatan SDM melalui Program Pengembangan Budaya Baca. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Masyarakat. (2006). Pedoman Pengelolaan TBM. Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat (2006). Membaca Jadikan Kualitas Hidup Lebih Baik. Brosur Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat (2010). Taman Bacaan Masyarakat Kreatif. Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat. Direktorat Pendidikan Nonformal dan Informal. (2009). Media Informasi Pendidikan Nonformal & Informal: TBM Membangun Masyarakat Membaca. Vol. 79, Edisi XII. Jakarta: Direktorat PNFI (2009). Media Informasi Pendidikan Nonformal & Informal: Menumbuhkan Minat Baca Sejak Usia Dini. Vol. 78. Edisi XI (2010). Pendidikan Keaksaraan Untuk Semua. Jurnal Akrab AKRAB. Vol. I Edisi 1 Maret Direktorat Pendidikan Masyarakat. (2006). Pedoman pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional. Sitepu, B.P. (2010). Ketenagaan di Taman Bacaan Masyarakat. [Online]. Tersedia: bintangsitepu. wordpress. com/ 2010/10/23/ ketenagaan-di- tamanbacaan- masyarakat-2/ [1 Januari 2011]. Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 25
29 FOTO-FOTO KEGIATAN PENGEMBANGAN TBM KEARIFAN LOKAL Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 26
30 Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 27
31 Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 28
32 Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 29
33 Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 30
34 Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 31
35 Pengembangan Program TBM KEARIFAN LOKAL 32
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang: Mengingat:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sasaran pendidikan adalah warga masyarakat yang tidak pernah sekolah/ buta aksara,
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan bangsa yang diamanatkan UUD 1945 ditempuh pemerintah dan masyarakat baik pendidikan formal maupun non formal. Prioritas sasaran pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang manusiawi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini tidak saja terjadi tanpa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa untuk membina dan mengembangkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinci(BP-PAUDNI) REGIONAL III
PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN PERCONTOHAN PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL (BP-PAUDNI) REGIONAL III Jl. Adyaksa No. 2 Panakkukang Makassar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU
Lebih terperinciPROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH
PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH Nama Instansi : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Alamat : Jalan Tgk. Chik Kuta Karang No.03 Banda Aceh Kode Pos 23121 Telp : (+62 651) 26206, 23692, Fax
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang
Lebih terperinci2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Membaca merupakan langkah awal perjalanan menuju pencerahan. Kegiatan membaca ini juga dapat menciptakan generasi muda yang kreatif, produktif dan inovatif,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut diwujudkan melalui upaya peningkatan
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN
BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa mengakses informasi, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap positifnya. Akibatnya,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N
PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN KOMPETENSI SDM LINGKUP UPTD KABUPATEN/ KOTA
2015 PETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN KOMPETENSI SDM LINGKUP UPTD KABUPATEN/ KOTA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NON FORMAL DAN INFORMAL BALAI PENGEMBANGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN CILACAP
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
Lebih terperinciPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
1. BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT PEMBERANTASAN TRIBUTA DAN PENGANGKATAN MURID PUTUS SEKOLAH KABUPATEN BANYUWANGI Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG
PEMERINTAH KOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT MEMANFAATKAN WAKTU INTENSIF BELAJAR WAJIB DI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu program pendidikan non formal dan dalam rangka ikut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu program pendidikan non formal dan dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan anak bangsa serta usaha melestarikan program pendidikan non formal
Lebih terperinciBUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang Mengingat BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, : bahwa untuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan PKBM merupakan sebuah lembaga pendidikan nonformal yang lahir dari kesadaran tentang betapa
Lebih terperinci(PROFIL LEMBAGA) SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KOTAWARINGIN TIMUR
(PROFIL LEMBAGA) SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KOTAWARINGIN TIMUR PROFIL LEMBAGA Nama Lembaga : Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kotawaringin Timur Alamat Lembaga : Jl. Jend. Sudirman Km. 6 Sampit Kode
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Pembangunan tersebut sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga hakikatnya merupakan salah satu unsur pokok dan sangat berpengaruh di dalam pembangunan rohani dan jasmani setiap insan manusia dalam rangka pembangunan sumber
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur yang paling vital dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga pendidikan formal, dan lembaga pendidikan non formal yang berlangsung dalam lingkungan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat baik pendidikan formal maupun non formal. Prioritas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan bangsa yang diamanatkan UUD 1945 ditempuh pemerintah dan masyarakat baik pendidikan formal maupun non formal. Prioritas sasaran pendidikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan budaya tulis
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS APRESIASI LAYANAN PENDIDIKAN MASYARAKAT MELALUI LOMBA KELEMBAGAAN (PKBM DAN SPNF SKB)
PETUNJUK TEKNIS APRESIASI LAYANAN PENDIDIKAN MASYARAKAT MELALUI LOMBA KELEMBAGAAN (PKBM DAN SPNF SKB) DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DAN KESETARAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Indonesia sebagai bangsa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS Pada bab ini, peneliti akan memaparkan dan menjelaskan tentang teoriteori yang ditemukan dalam literatur untuk menjelaskan tentang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN LANJUT USIA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciKATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas
ipembentukan TUK KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal PNFI Depdiknas Pendidikan diselenggarakan secara berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, maupun global sehingga
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Ditjen PNFI Depdiknas
KATA PENGANTAR Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Ditjen PNFI Depdiknas Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kerja keras dan upaya yang tidak mengenal lelah
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi segenap bangsa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang
Lebih terperinciANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"
LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 19 Juni 2007 ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA" Bahwa Veteran
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciS A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010
S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BUNGO
PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,
333333333333 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa perkembangan
Lebih terperinciINOVASI SISTEM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT
INOVASI SISTEM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT Disusun untuk memenuhi Lomba Karya Tulis Simposium GTK Tingkat Nasional Tahun 2016 Oleh Hendri, S.Pd PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs
BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs 3. Strategi Pemerintah Indonesia Pengukuran keberhasilan dari suatu pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat
Lebih terperinciPEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L
No. 1449, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Sentra Pemberdayaan Pemuda. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SENTRA PEMBERDAYAAN PEMUDA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DAN DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN KESENIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI
W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan
Lebih terperinciP e d o m a n P e n g a n u g e r a h a n W i d y a K a r y a B h a k t i K u r s u s
P e d o m a n P e n g a n u g e r a h a n W i d y a K a r y a B h a k t i K u r s u s 2 0 1 0 i P e d o m a n P e n g a n u g e r a h a n W i d y a K a r y a B h a k t i K u r s u s 2 0 1 0 i ii P e d
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2012 (http://www.bps.go.id/) menunjukkan bahwa, masyarakat Indonesia, (18.57%) memilih mendengar radio,
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa, karena kunci keberhasilan pembangunan terletak pada faktor manusia itu sendiri sebagai pelaksananya.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini semakin maju dilihat dengan adanya pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan. Disamping itu, perkembangan
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN
SALINAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan
Lebih terperinciBUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang:
Lebih terperinciBansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi
1 i ii SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas, berahlak mulia dan melalui
Lebih terperinciKepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan. Ir. GENTUR PRIHANTONO SP. MT PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Ir. GENTUR PRIHANTONO SP. MT PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN Jl. Menur Pumpungan 32, Telp. (031) 5947830, Fax. (031) 5921055 E-mail:
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPROPOSAL MANAJEMEN PROYEK DAN PEMBANGUNAN. Meningkatkan Minat Baca di Kalangan Masyarakat Sejak Usia Dini di Kota Malang oleh Anti Buta Huruf
PROPOSAL MANAJEMEN PROYEK DAN PEMBANGUNAN Meningkatkan Minat Baca di Kalangan Masyarakat Sejak Usia Dini di Kota Malang oleh Anti Buta Huruf Diajukan untuk memenuhi nilai untuk mata kuliah Manajemen Proyek
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang
Lebih terperinciBansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi
Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi 1 Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi i ii Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Setifikasi Kompetensi SAMBUTAN Direktur
Lebih terperinci