GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT TYPHOID PADA ANAK DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS PADA TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT TYPHOID PADA ANAK DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS PADA TAHUN 2016"

Transkripsi

1 GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT TYPHOID PADA ANAK DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS PADA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi S1 Keperawatan Oleh : NIA KURNIASIH NIM 12SP PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016

2 GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT TYPHOID PADA ANAK DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS PADA TAHUN Nia Kurniasih 2, Rosmiati 3, Yanti Srinayanti 4 INTISARI Demam typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejalagejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A, B,C. Penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Typhoid Pada Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Pada Tahun Jenis penelitian yang digunakan pada penelirian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey, analisis yang digunakan yaitu analisis univariat. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang tua dengan menggunakan teknik accidental sampling. Alat pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner yang terdiri dari 25 soal. Hasil penelitian dari penelitian ini adalah gambaran pengetahuan orang tua tentang penyakit typhoid pada anak sebagian besar berkategori baik yaitu sebanyak 6 responden (20%), berkategori cukup yaitu sebanyak 10 responden (33,3%), berkategori kurang yaitu sebanyak 14 responden (46,7%). Kesimpulan gambaran pengetahuan orang tua tentang penyakit typhoid pada anak di ruang melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis pada tahun 2016 sebagian besar pengetahuan orang tua tentang penyakit typhoid dari pengertian frekuensi tertinggi termasuk ke dalam kategori baik, yaitu 18 orang (60%). Kategori dari Penyebab frekuensi tertinggi sebanyak 20 responden (66,7). Kategori dari patofisiologi frekuensi tertinggi sebanyak 19 responden (63,3). Kategori dari tanda dan gejala frekuensi tertinggi sebanyak 14 responden (46,7). Kategori dari komplikasi frekuensi tertinggi sebanyak 26 responden (86,7). Kategori dari penatalaksanaan frekuensi tertinggi sebanyak 15 responden (50.0%). Kategori dari pencegahan frekuensi tertinggi sebanyak 12 responden (40.0%). Kata Kunci : pengetahuan, anak, typhoid Kepustakaan : 23 sumber ( ) Keterangan : 1. Judul, 2. Nama mahasiswa, 3. Pembimbing I, 4. Pembimbing II vi

3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data WHO (Word Health Organisation) memperkirakan angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600,000 orang meninggal karena demam typhoid dan 70% kematiannya terjadi di Asia (Depkes RI, 2013). Di indonesia sendiri, penyakit ini bersifat endemik. Menurut WHO 2013, penderita dengan demam typhoid di indonesia tercatat 81,7 per 100,000 (Depkes RI, 2013). Demam typhoid ditemukan di masyarakat Indonesia, yang masih tinggal di kota maupun desa. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas perilaku hidup bersih dan sehat, sanitasi dan lingkungan yang kurang baik. Selain masalah diatas ada beberapa masalah lain yang akan turut menambah besaran masalah penyakit demam typhoid di Indonesia di antaranya adalah angka kemiskinan di kota dan desa Indonesia yang mencapai 11,66% yaitu sekitar orang (susenas, 2012). Typhoid dideteksi di Provinsi Jawa Barat dengan prevalensi 1,61% dan terbesar di seluruh Kabupaten atau Kota dengan prevalensi yang berbeda-beda di setiap tempat. Prevalensi typhoid di Kabupaten Ciamis sebesar 0,8% (kemenkes,2013). Demam typhoid masih merupakan penyakit endemik di indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit-penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit 1

4 2 menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. (widodo, 2009) Di daerah endemik demam typhoid, insidensi tertinggi di dapatkan pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan yang sembuh sendiri dan menjadi kebal. Insidensi pada pasien yang berumur 12 tahun ke atas adalah 70-80% pasien berumur antara 12 dan 30 tahun, 10-20% antara 30 dan 40 tahun dan hanya 5-10% di atas 40. (widodo,2009). Menurut Mansjoer (2012). Demam typhoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan bakteri salmonella typhi, menyerang manusia dengan masuk ke saluran pencernaan dan melalui aliran perdaran darah masuk ke hati dan limpa. Demam typhoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Demam paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukan manifestasi klinis yang sama atau menyebabkan enteritis akut. Sinonim demam typhoid dan demam paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan paratyphus abdominalis. (brunner, 2008) Demam pada anak merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua dan demam membuat orang tua atau pengasuh menjadi risau. Berkaitan dengan pengetahuan orang tua tentang penyakit typhoid pada anak di bahas dalam Al-qur an Surat Al-Mujadalah ayat 58 :11

5 3 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: berlapang-lapanglah kamu dalam majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah, 58:11) Oleh karena itu al-qur an membawa manusia terhadap Allah melalui ciptaannya dan realitas kongkret yang terdapat di bumi dan di langit. Inilah sesungguhnya yang terdapat pada ilmu pengetahuan yang mana mengadakan observasi lalu menarik hukum-hukum alam berdasarkan observasi dan eksperimen. Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat mengetahui tentang segala hal yang telah diciptakan oleh Allah melalui observasi yang teliti dan terdapat hukum-hukum yang mengatur gejala alam dan al-qur an menunjukkan kepada realitas intelektual yang maha besar, yaitu Allah SWT, lewat ciptaannya Sumber penularan utama demam typhoid adalah penderita itu sendiri dan carier, yang mana mereka dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella thypi dalam tinja, dan tinja inilah yang menjadi sumber penularan. Debu yang berasal dari tanah yang mengering, membawa

6 4 bahan-bahan yang mengandung kuman penyakit yang dapat mencemari makanan yang dijual di pinggir jalan. Debu tersebut dapat mengandung tinja atau urin dari penderita atau carier demam typhoid. Bila makanan dan minuman tersebut terkontaminasi oleh orang sehat terutama anakanak sekolah yang sering jajan sembarangan maka rawan tertular penyakit infeksi demam typhoid. Infeksi demam typhoid juga dapat tertular melalui makanan dan minuman yang tercemar kuman yang dibawa oleh lalat (muliawan, 2010). Demam typoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas yang mendalam dari higiene pribadi dan sanitasi lingkungan seperti, higiene perorangan dan higiene konsumen makanan yang rendah, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat-tempat umum (rumah makan, restoran) yang kurang seta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk sehat. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan akan menimbulkan peningkatan kasus-kasus penyakit menular termasuk typhoid ini. (Depkes RI, 2013) Obat-obat lini pertama dalam pengobatan demam typhoid adalah kloramfenikol, tiamfenikol, ampisilin atau amoksilin. Kloramfenikol masih merupakan pilihan utama untuk pengobatan demam typhoid karena efektif, murah, mudah didapat, dan dapat diberikan secara oral. Umumnya perbaikan klinis sudah tampak dalam waktu 72 jam dan suhu akan kembali normal dalam waktu 3-6 hari, dengan lama pengobatan antara 7-14 hari. Namun demikian, dalam lima tahun terakhir telah

7 5 dilaporkan kasus demam typhoid berat pada anak bahkan fatal yang disebabkan oleh adanya resistensi obat ganda terhadap Salmonella typhi (Kandou, 2012). Dalam hal pencegahan tertular demam typhoid pada anak sangat dibutuhkan partisipasi orang tua dalam menjaga perilaku dan kebiasaan anak terkait dengan faktor resiko untuk terjangkit demam typhoid tersebut. Teori pembelajaran sosial menunjukan bahwa perilaku orang tua menjadi contoh bagi anak mereka sehingga mereka mengaplikasikannya kedalam pola yang sama dengan perilaku kesehatan yang diturunkan kepada mereka. Oleh karena itu, untuk menunjang perilaku positif orang tua untuk menjaga anak mereka dari kebiasaan buruk seperti jajan sembarangan, sekaligus memberikan pembelajaran mengenai pencegahan demam typhoid maka seharusnya diperlukan pengetahuan yang cukup tentang typhoid (Widodo,2009). Beberapa buku menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain adalah pekerjaan, pengalaman, pendidikan, sosial ekonomi, dan keterdapatan informasi. Ada seorang lelaki datang kepada Nabi SAW. lalu berkata: Saudaraku merasa mual-mual perutnya. Rasulullah SAW. bersabda: Minumkanlah madu! Setelah orang itu memberi minum madu kepada saudaranya, dia datang lagi kepada Nabi SAW. dan melapor: Aku telah meminumkannya madu tetapi dia malah bertambah mulas. Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Pada kali yang keempat Rasulullah SAW. tetap bersabda: Minumkanlah madu! Orang itupun masih saja melapor: Aku benar-benar telah meminumkannya madu tetapi dia malah bertambah

8 6 mulas, maka Rasulullah SAW. bersabda: Maha benar Allah (dalam firman-nya, suratasy Syu araa :80) dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku dan ada yang tidak beres dengan perut saudaramu itu. Akhirnya Rasulullah SAW. sendiri yang meminumkannya madu dan saudara orang itupun sembuh. (Shahih Muslim No.4107) Tawakal, karena kehidupan itu akan silih berganti dan ketika sakit sudah selayaknya kita yakini dengan sepenuh hati karena allah memberikan penyakit kepadanya dan allah pula memberikan penyembuhnya seperti yang dijelaskan dalam surat Asy Syu araa :80 Artinya : dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku (Asy Syu araa :80) Berdasarkan data yang penulis temukan di ruang melati RSUD Kabupaten Ciamis, jumlah penderita typhoid dengan penderita penyakit lainnya dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel Besar Penyakit di Ruang Melati RSUD Ciamis Tahun 2014 No Nam penyakit jumlah Daire Typhoid Kejang Demam TB Paru Asthma Bp DHF Hepatitis SD NS Jumlah 1177 Sumber : rekam medik RSUD Ciamis, tahun 2014

9 7 Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RSUD Ciamis tahun 2014, jumlah pasien yang dirawat di ruang melati akibat typhoid adalah sebanyak 240 anak dan menduduki peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbesar yang dirawat RSUD Ciamis Ruang Melati. Tabel Besar Penyakit di Ruang Melati RSUD Ciamis Tahun 2015 No Nama penyakit Jumlah Diare 399 Typhoid 282 Asthma 124 TB Paru 87 BP 61 SD 59 Anemia 34 Sepsis 21 Meningitis 12 Vomitus 9 Jumlah 1088 Sumber : rekam medik RSUD Ciamis, tahun 2015 Tabel Besar Penyakit di Ruang Melati RSUD Ciamis bulan januarifebruari Tahun 2016 No Nama penyakit Jumlah Diare Typhoid Asthma TB Paru SD BP Sepsis Anemia Meningitis Vomitus Jumlah 236 Sumber : rekam medik RSUD Ciamis, Tahun 2016

10 8 Penyakit typhoid di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis setiap tahunnya terus mengalami peningkatan 1 orang diantaranya meninggal pada bulan april 2015 karena penyakit typhoid. Berdasarkan data yang telah di uraikan sebelumnya diketahui bahwa penyakit typhoid pada anak pada tahun 2015 mencapai 282 anak sedangkan pada bulan januari-februari tahun orang. Penyakit typhoid cenderung meningkat dan menduduki urutan 10 besar, sehingga perlu penanganan lebih lanjut. (Catatan Rekam Medik Ciamis,2016). Hasil dari wawancara dengan orang tua yang memiliki anak typhoid. Ada 5 dari 7 orang tua yang pengetahuannya kurang terhadap penyakit typhoid pada anak dan rata-rata orang tua anak tersebut tidak segera membawa anaknya kepelayanan kesehatan. Dari berbagai fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengetahuan orang tua tentang penyakit typhoid pada anak. sehingga penelitian tertarik meneliti tentang Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Typhoid Pada Anak di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun B. Rumusan Masalah Penelitian yang berkaitan dengan pengetahuan orang tua tentang penyakit typhoid khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis belum pernah dilakukan. Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Typhoid Pada Anak di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis tahun 2016?

11 9 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang penyakit typhoid pada pasien anak di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang pengertian typhoid. b. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang penyebab typhoid. c. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang patofisiologi typhoid. d. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang tanda dan gejala typhoid. e. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang komplikasi typhoid. f. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang penatalaksanaan typhoid. g. Untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang pencegahan typhoid. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang gambaran pengetahuan orang tua tentang penyakit typhoid pada

12 10 anak di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun Manfaat praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama masalah keperawatan tahun b. Bagi Perawat Dapat menjadi masukan untuk perawat mengenai gambaran pengetahuan orang tua tentang penyakit typhoid pada anak di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun c. Bagi Responden Sebagai tambahan pengetahuan dan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan kepada orang tua khususnya tentang penyakit typhoid pada anak tahun d. Bagi Rumah Sakit Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengatur, mengelola, menarik pelanggan yang menggunakan jasa rumah sakit dan sebagai bahan evaluasi terhadap pelayanan keperawatan terutama pada penyakit typhoid pada pasien anak tahun e. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan sumber informasi atau sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya tahun 2016.

13 11 E. Keaslian Penelitian 1. Christanti Lidya, Maarisit Sisfiani Sarimin, Abram Babakal pada tahun 2013 Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Demam Tifoid Dengan Kebiasaan Jajan Pada Anak. Tujuan Penelitian ini adalah menganalisa hubungan pengetahuan orang tua tentang demam tifoid dengan kebiasaan jajan pada anak di wilayah kerja Rumah Sakit Umum Daerah Mala Kecamatan Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud. Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dalam penelitan ini menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel penelitian sebanyak 30 orang. Hasil Penelitianmenggunakan analisis uji statistik Fisher's Exact chi-square yang mendapatkan hasil nilai ρ = 0,047 < 0,05. Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan pengetahauan orang tua tentang demam tifoid dengan kebiasaan jajan pada anak di wilayah kerja Rumah Sakit Umum Daerah Mala Kecamatan Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud. 2. Ade putra pada tahun 2012 dengan judul hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam tifoid terhadap kebiasaan jajan anak sekolah dasar. Jenis penelitian mengunakan metode cross sectional study. Sampel penelitian adalah ibu yang memiliki anak sekolah dasar yang tingal di wilayah kelurahan kedungmundu (endemis). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian ini didapatkan 13 ibu (72,2%) dengan tingkat pengetahuan cukup tinggi tentang demam tifoid yang memiliki anak dengan kebiasaan jajan yang jarang,

14 12 dan 5 ibu (27,2%) yang memiliki anak dengan kebiasaan jajan sering. Pada penelitian ini juga didapatkan 1 ibu (16,7%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang demam tifoid yang memiliki anak dengan kebiasaan jajan yang jarang, dan 5 ibu (85,3%) yang memiliki anak dengan kebiasaan jajan yang sering. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam tifoid terhadap kebiasaan jajan anak sekolah dasar (p=0,017,rp=3,0) tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan jajan anak dengan adanya ajakan teman (p=0,4), nominal uang saku (p=0,2), dan jumlah tempat jajan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan deskriptif. Sedangkan sampel pada penelitian ini diambil dengan tehnik pengambilan sampel dengan cara accidental sampling yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian, dengan kata lain sampel yang diambil dari responden atau kasus yang kebetulan ada disuatu tempat dan keadaan tertentu. Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah dari judul dan lokasi.

15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek-objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2011). Pengetahuan juga dapat dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui objek-objek di alam nyata menurut akal dengan jalan pengamatan. Setiap kali objek yang diamati menjadi milik kesadaran, maka ia diketahui, dan dalam arti wujudnya yang ada dalam jiwa kita dinamakan pengertian (Sadulloh dkk, 2009). Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu (Sadulloh, dkk,2009): 1) Cara Tradisional Cara tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistemik dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode lain antara lain yaitu : a) Cara coba-salah (trial and error) Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia, cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan 13

16 14 mungkin sebelum adanya peradaban. Metode ini telah digunakan dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah, upaya pemecahan dilakukan dengan coba-coba saja. Apabila kemungkinan lain. Bahkan sampai sekarang masih digunakan, terutama oleh mereka yang belum mengetahui suatu cara tertentu untuk memecahkan masalah. b) Cara kekuasaan atau otoritas Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. c) Pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru terbaik, mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu. d) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. 1) Cara modern atau alamiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode

17 15 penelitian ilmiah. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan antara lain (Notoatmodjo,2011): a) Awareness (kesadaran), adalah orang tersebut menyadari dalam arti mengerti stimulus (objek) terlebih dahulu b) Interest adalah orang mulai tertarik terhadap stimulus c) Evalution adalah menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya d) Trial adalah orang sudah mencoba perilaku baru e) Adoption adalah subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Sedangkan menurut teori Lawrence Green dikutip dari Notoatmodjo (2011) bahwa perilaku seseorang ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, antara lain: a) Faktor predisposisi (predisposing factor) yaitu yang terwujud dari dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilainilai. b) Faktor pendukung (enabling factor) yaitu yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau arana kesehatan. c) Faktor pendorong (reinforcing factor) yaitu yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain.

18 16 Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2011), yaitu: 1) Tahu (know) Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan diterima. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. 2) Memahami (Comprehension) Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek harus dapat menyebutkan objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi ini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

19 17 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini masih dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan dan mengelompokan. 5) Sintesis (Syntesis) Menunjukan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau bisa juga kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evalution) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang sudah ada. Terdapat 4 jenis pengetahuan atau kebenaran yang dapat diperoleh dan dimiliki manusia, yaitu (Sadulloh dkk, 2011): 1) Pengetahuan biasa atau awam atau sering disebut commonsense knowledge atau akal sehat. 2) Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau secara singkat orang menyebutkan dengan sains. 3) Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge) atau dengan singkat saja disebut filsafat.

20 18 4) Pengetahuan religi (pengetahuan agama) pengetahuan yang bersumber dari agama yang mencakup pengetahuan mengenai hakekat perilaku sebagai pengungkap supernatural melalui wahyu yang diterima utusannya yang terpilih. Pengetahuan biasa atau awam atau sering disebut common sense knowledge, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dan kebiasaan hidup seharihari, misalnya semua orang menyebut sesuatu kuning karena memang berwarna kuning. Air diperlukan untuk kehidupan manusai, memang air diperlukan misalnya untuk minum. Mendung itu diketahui banyak orang sebagai pertanda akan turun hujan dan sebagainya. Pengetahuan biasa menurut (Sadulloh dkk,2011)memiliki ciri-ciri: 1) Common sense cenderung menjadi biasa dan tetap atau bersifat peniruan serta pewarisan dari masa lampau. 2) Common sensemaknanya sering kabur atau samar dan memiliki pengertian ganda. 3) Common sense merupakan suatu kebenaran atau kepercayaan yang tidak teruji atau tidak pernah diuji kebenarannya.

21 19 Pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingat, atau pengenal suatu informasi, ide yang sesudah diperoleh sebelumnya (Notoatmodjo, 2011). Bila seseorang dapat menjawab pertanyaanpertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan lancar, baik lisan maupun tulisan maka ia dianggap mengetahui bidang tertentu (Notoatmodjo, 2011). Manusia dalam menjalani kehidupannya, sesuai dengan tingkat kemampuan dalam memenuhi rasa ingin tahunya, dapat memiliki berbagai jenis pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan yang banyak penting kita miliki, karena merupakan bahan dan sumber bagi tersusunnya ilmu pengetahuan (Sadulloh dkk, 2011). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgengdari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,2011).

22 20 Adapun pengukuran pengetahuan ini dapat dikategorikan menurut arikunto (2010) adalah sebagai berikut : a) Kategori baik, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden sebanyak %. b) Kategori cukup, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 56-75%. c) Kategori kurang, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden sebanyak <56%. 2. Pengertian typhoid a. Pengertian Demam tifoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh salmonella typhi (zulkoni, 2010). Demam tifoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A, B,C. Penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi(mansoer, 2008) b. Penyebab salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain adalah bakteri Gramnegatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang

23 21 membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid factor-r yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic. Penyebab ini disebabkan oleh kuman : 1. Salmonella thyposa 2. Salmonella parathypi A, B, C. Kuman salmonella termasuk golongan bakteri berbentuk batang, gram negatif, mempunyai plagel yang memungkinkan kuman ini dapat bergerak, tidak berspora serta mempunyai tiga jenis antigen yaitu: Antigen O (AgO) : Antigen pada bagian Soma (badan) Antigen H (AgH) : Antigen pada bagian Flagel. Flagel adalah alat bergerak Antigen Vi (AgVi) : Antigen pada bagian Kapsul (pembungkus soma) c. Patofisiologi Penularan salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F : Food (makanan), Fingger (kuku), Fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat dituarkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.

24 22 Kemudian kuman masuk kedalam lambung, sebagian kuman akan di musnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk kedalam aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman kedalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakteremia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh kuman Salmonella masuk ke dalam lambung. Di dalam lambung, kuman mengalami penetrasi yang memungkinkan kuman mati atau tetap hidup. Bila tetap hidup selanjutnya masuk ke usus halus. Melalui folikel limpa yang ada dipermukaan usus halus masuk ke saluran limpatik dan sirkulasi darah sistematik sehingga terjadi bakterimia. Bakteremia pertama menyerang sistem Retikulo Endotelial Sistem (RES) yaitu hati, lien, dan tulang, yang akan menyebabkan infeksi pada hati dan lien dan menimbulkan hepatomegali dan splenomegali. Kemudian

25 23 selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain sistem saraf pusat (otak), ginjal dan jaringan limpa. Infeksi pada hati tentu juga akan mengkontaminasi cairan empedu yang dihasilkan oleh hati kemudian masuk ke kandung empedu sehingga terjadi Kolesistitis. Sesuai dengan sirkulasi enterohepatik maka cairan empedu akan masuk ke duodenum dengan Virulensi kuman yang tinggi dan akan menginfeksi intestin kembali khususnya bagian ileum dimana akan terbentuk ulkus yang lonjong dan dalam. Masuknya kuman kedalam intestin terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh mulai naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan menurun menjelang pagi dan siang hari. Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermitten,(suhu yang tinggi, naik turun dan turunnya dapat mencapai normal). Disamping peningkatan suhu tubuh juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas intestin, namun ini tidak selalu terjadi dapat pula terjadi sebaiknya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal. Kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi, (Demam intermitten). Kadang disertai demam dengan gangguan kesadaran seperti delirium pada fase ini konstipasi mungkin masih tetap terjadi dan klien tampak lemah. Pada minggu selanjutnya dimana infeksi Focal Intestinal terjadi dengan tanda suhu tubuh masih tetap tinggi tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakteremia dan berlangsung terus menerus (Demam

26 24 Kontinue), lidah kotor, tepi lidah hiperemis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorbsi sehingga akan terjadi distensi, diare. Pada fase ini dapat terjadi perdarahan usus, perporasi dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen, peristaltik menurun bahkan hilang melena tanda-tanda shock dan penurunan kesadaran. d. Manifestasi Klinis a) Manifestasi Neuropsikiatrik atau tifoid toksik Manifestasi neuropsikiatrik dapat berupa delirium dengan atau tanpa kejang, semi-koma atau koma, parkinson rigidity atau transient parkinsonism, sindrom otak akut, mioklonus generalisata, meningismus, skizofrenia sitotoksik, mania akut, hipomania, ensefalomielitis, meningitis, polineuritis perifer, sindrom Guillain- Barre, dan psikosis. Terkadang gejala demam tifoid diikuti suatu sindrom klinis berupa gangguan atau penurunan kesadaran akut (kesadaran berkabut, apatis, delirium, somnolen,sopor, atau koma) dengan atau tanpa disertai kelainan neurologis lainnya dan dalam pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal. Sindrom klinis seperti ini oleh beberapa penelitian disebut sebagai tifoid toksik, sedangkan penulis lainnya menyebutnya dengan demam tifoid berat, demam tifoid ensefalopati, atau demam tifoid dengan toksemia. Di duga faktorfaktor sosial ekonomi yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah,ras,kebangsaan,iklim,nutrisi,kebudayaan dan kepercayaan (adat)yang masih terbelakang ikut mempermudah terjadinya hal tersebut dan akibatnya meningkatkan angka kematian.

27 25 Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa di berikan terapi yang tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan gambaran klinis penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi secara dini. Walaupun pada kasus tertentu di butuhkan pemeriksaan tambahan untuk membantu menegakkan diagnosis. Masa tunas demam tifoid berlangsung antara hari. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian. Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 1 o C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali permenit, lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, sopor, koma,d elirium ataupsikosis. Roseolae jarang di temukan pada orang indonesia. 1. Gejala pada anak : Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata hari. 2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

28 26 3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan shok, Stupor dan koma. 4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari. 5. Nyeri kepala 6. Kembung 7. Mual, muntah 8. Diare 9. Konstipasi 10. Pusing 11. Nyeri otot 12. Batuk 13. Epistaksis 14. Bradikardi 15. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor) 16. Hepatomegali 17. Splenomegali 18. Meteroismus 19. Gangguan mental berupa samnolen 20. Delirium atau psikosis 21. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia

29 27 Masa tunas typhoid hari 1. Minggu I Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexsia dan mual, batuk, epitaksis obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut 2. Minggu II Pada minggu ke II gejala sudah jelas berupa demam, bradikardi,lidah yang khas (putih, kotor, pinggirannya hipermi), hepatomegali meterorimus, penurunan kesadaran e. Komplikasi Sebagai suatu penyakit sistemik maka hampir semua organ utama tubuh dapat diserang dan berbagai komplikasi serius dapat terjadi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid yaitu: 1. Komplikasi intestinal : a) Perdarahan usus b) Perporasi usus c) Ilius pralitik d) Pankreatitis e) Perdarahan intestinal Pada plak peyeri usus yang terinfeksi (terutama ileum terminalis). Dapat terbentuk tukak atau luka berbentuk lonjong dan memanjang dan memanjang terhadap sumbu usus. Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka perforasi

30 28 dapat terjadi. Karena gangguan koagulasi darah (KID) atau gabungan kedua faktor. Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan transfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5ml/kg BB/jam dengan faktor hemostatis dalam batas normal. Jika penanganan terlambat, mortalitas cukup tinggi sekitar 10-32%, bahkan ada yang melaporkan sampai 80%. Bila transfusi yang diberikan tidak dapat mengimbangi perdarahan yang terjadi, maka tindakan bedah perlu dipertimbangkan. f) Perforasi Usus Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Selain gejala umum demam tifoid yang biasa terjadi maka penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar ke seluruh perut dan disertai dengan tanda-tanda ileus. Bising usus melemah pada 50% penderita dan pekak hati terkadang tidak ditemukan karena adanya udara bebas di abdomen. Tanda-tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat syok. Leukositosis dengan pergeseran ke kiri dapat menyokong adanya perforasi.

31 29 Bila pada gambaran foto polos abdomen (BNO/3 posisi) ditemukan udara pada rongga peritoneum atau subdiafragma kanan, maka hal ini merupakan nilai yang cukup menentukan terdapatnya perforasi usus pada demam tifoid. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian adalah perforasi adalah umur (biasanya berumur tahun),lama demam, modalitas pengobatan, beratnya penyakit, dan mobilitas penderita. Antibiotik diberikan secara selektif bukan hanya untuk mengobati kuman S. Typhi tetapi juga untuk mengatasi kuman yang bersifat fakultatif dan anaerobik pada flora usus. Umumnya diberikan antibiotik spektrum luas dengan kombinasi kloramfenikol dan ampisilin intravena. Untuk kontaminasi usus dapat diberikan gentamisin atau metrodinazol. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup serta penderita dipuasakan dan dipasang nasogastrik tube. Transfusi darah dapat diberikan bila terdapat kehilangan darah akibat perdarahan intestinal. 2. Komplikasi exstra intestinal a) Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi perifer, (renjatan spesies), miokarditis, trombosis, tromboflebitis. b) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, KID,trombosis dan syndroma urenia hemolitik c) Komplikasi paru : pneumonia, empierna dan pleuritis d) Komplikasi pada hepar dan kandungan empedu : hepatitis kolesistiasis

32 30 e) Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, nefritis, pyelonepritis dan perinepritis f) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthitis g) Komplikasi neuropsikiatrik atau tifoid toksik: delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma guilain bare dan sindoma katatonia h) Komplikasi hematologi Komplikasi hematologik berupa trombositopenia, hipofibrinogenemia, peningkatan prothrombin time, peningkatan partial thromboplastin time, peningkatan fibrin degradation products samapai koagulasi intravaskular diseminata (KID) dapat ditemukan pada kebanyakan pasien demam tifoid. Trombositopenia saja serimg di jumpai, hal ini mungkin terjadi karena menurunnya produksi trombosit di sumsum tulang selama proses infeksi atau meningkatnya destruksi trombosit di sistem retikuloendotelial. Obat-obatan juga memegang peranan. Penyebab KID pada demam tifoid belumlah jelas. Hal-hal yang sering di kemukakan adalah endotoksin mengaktifkan beberapa sistem biologik, koagulasi, dan fibrinolisis. Pelepasan kinin, prostaglandin dan histamin menyebabkan vasokontriksi dan kerusakan endotel pembuluh darah dan selanjutnya mengakibatkan perangsangan mekanisme koagulasi, baik KID kompensata maupun dekompensata.

33 31 Bila terjadi KID dekompensata dapat diberikan transfusi darah, substitusi trombosit dan atau faktor-faktor koagulasi bahkan heparin, meskipun ada pula yang tidak sependapat tentang manfaat pemberian heparin pada demam tifoid. i) Hepatitis Tifosa Pembengkakan hati ringan sampai sedang di jumpai pada 50% kasus dengan demam tifoid dan lebih banyak dijumpai karena S.typhi dari pada S. Paratyphi. Untuk membedakan apakah hepatitis ini oleh karena tifoid, virus, malaria, atau amuba maka perlu diperhatikan kelainan fisik, parameter laboratorium, dan bila perlu histopatologik hati. Pada demam tifoid kenaikan enzim transaminase tidak relevan dengan kenaikan serum bilirubin (untuk membedakan dengan hepatitis oleh karena virus). Hepatitis tifosa dapat terjadi pada pasien dengan malnutrisi dan sistem imun yang kurang. Meskipun sangat jarang, komplikasi hepatoensefalopati dapat terjadi. j) Pankreatitis Tiposa Merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada demam tifoid. Pankreatitis sendiri dapat di sebabkan oleh mediator pro inflamasi, virus,bakteri,cacing, maupun zat-zat farmakologi. Pemeriksaan enzim amilase dan lipase serta ultrasonografi atau CT-Scan dapat membantu diagnosa penyakit ini dengan akurat.

34 32 Penatalaksanaan pankreatitis tifosa sama seperti penanganan pankreatitis pada umumnya, antibiotik yang diberikan adalah antibiotik intravena seperti seftriakson atau kuinolon. k) Miokarditis Miokarditis terjadi pada 1-5% penderita demam tifoid sedangkan kelainan elektrokardiografi dapat terjadi pada 10-15% penderita. Pasien dengan miokarditis biasanya tanpa gejala kardiovaskular atau dapat berupa keluhan sakit dada, gagal jantung kongestif, aritmia, atau syok kardiogenik. Sedangkan perikarditis sangat sering terjadi. Perubahan elektrokardiografi yang menetap disertai aritmia mempunyai prognosis yang buruk. Kelainan ini di sebabkan kerusakan miokardium oleh kuman S. Typhi dan miokarditis sering sebagai penyebab kematian. Biasanya dijumpai pada pasien yang sakit berat, keadaan akut dan fulminan. f. Penatalaksanaan Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam typhoid, yaitu: 1) Itirahat dan Perawatan Dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan a) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus

35 33 b) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas sesuai dengan pulihnya transfusi bila ada komplikasi perdarahan 2) Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif) Dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal. Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit dema tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama. Di masa lampau penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut ditujukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Hal ini disebabkan ada pendapat bahwa usus harus di istirahatkan. Beberapa peneliti menunjukan bahwa pemberian makan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid. a) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein b) Pada penderitaan yang akut dapat diberi bubur saring c) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi d) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderitaan bebas dari demam selama 7 hari 3) Pemberian antimikroba

36 34 Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah sebagai berikut : a) Kloramfenikol Di indonesia kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk mengobati demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 4x 500mg per hari dapat diberikan secara per oral atau intravena. Diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas. Penyuntikan intramuskular tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Dari pengalaman penggunaan obat ini dapat menurunkan demam rata-rata 7,2 hari. penulis lain menyebutkan penurunan demam dapat terjadi rata-rata setelah hari ke-5. Pada penelitian yang di lakukan selama 2002 oleh moehario LH dkk di dapatkan 90% kuman masih memiliki kepekaan terhadap anti biotik ini. b) Tiamfenikol Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid hampir sama dengan kloramfenikol, akan tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastik lebih rendah di bandingkan dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikel adalah 4 x 500 mg, demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6 c) Kotrimoksazol Efektivitas obat ini di laporkan hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung sulfametoksazel 400 mg dan 80 mg trimetoprim) diberikan selama 2 minggu.

37 35 d) Ampisilin dan Amoksilin Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah di bandingkan dengan kloramfenikol, dosis yang dianjurkan berkisar antara mg/kgbb dan digunakan selama 2 minggu. e) Sepalosporin generasi ke 3 Hingga saat ini golongan sepalosporin generasi ke 3 yang terbukti efektif untuk demam tifoid adalah setriakson, dosis yang di anjurkan dalah 3-4 gram dalam dektrosa 100cc diberikan selama 3 hingga 5 hari. f) Golongan fluorokuinolon Golongan ini beberapa jenis bahan sediaan dan aturan pemberian a) Norfloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari b) Siprofloksasin dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari c) Ofloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari d) Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari e) Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari Demam pada umumnya mengalami lisis pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4. Hasil penurunan demam sedikit lebih lambat pada penggunaan norfloksasin yang merupakan fluorokuinolon pertama yang memiliki bioavaibilitas tidak sebaik fluorokuinolon yang dikembangkan kemudian.

38 36 4) Azitromisin Tinjauan yang dilakukan oleh Eeva EW dan Bukira H pada tahun 2008 terhadap 7 penelitian yang membandingkan penggunaan azitromisin (dosis 2x500mg) menunjukan bahwa penggunaan obat ini jika dibandingkan dengan fluorokuinolon, azitromisin secara signifikan mengurangi kegagalan klinis dan durasi rawat inap, terutama jika penelitian mengikutsertakan pula strain MDR (multi drug resistance) maupun NARST (Nalidixic Acid Resistant S.typhi). jika dibandingkan dengan ceftriakson, penggunaan azitromisin dapat mengurangi angka relaps. Azitromisin mampu menghasilkan konsentrasi dalam jaringan yang tinggi walaupun konsetrasi dalam darah cenderung rendah. Antibiotika akan terkonsentrasi di dalam sel, sehingga antibiotika ini menjadi ideal untuk digunakan dalam pengobatan infeksi oleh S.typhi yang merupakan kuman intraselular. Keuntungan lain adalah azitromisin tersedia dalam bentuk sediaan oral maupun suntikan intravena. 5) Kombinasi Obat Antimikroba Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan hanya pada keadaan tertentu saja antara lain toksis tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik, yang pernah terbukti ditemukan 2 macam organisme dalam kultur darah selain kuman salmonella.

39 37 a) Kortikosteroid Penggunaan steroid hanya diindikasikan pada toksis tifoid atau demam tifoid yang mengalami syok septik dengan dosis 3 x 5 mg. b) Pengobatan Demam Tifoid pada Wanita Hamil Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester ke-3 kehamilan karena dikhawatirkan dapat terjadi partus prematur, kematian fetus intrauterin grey syndrome pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan digunakan pada trimester pertama kehamilan karena kemungkinan efek teratogenik terhadap fetus pada manusia belum dapat disingkirkan. Pada kehamilan lebih lanjut tiamfenikol dapat digunakan. Demikian juga obat golongan fluorokuinolon maupun katrimoksazol tidak boleh digunakan untuk mengobati demam tifoid. Obat yang dianjurkan adalah ampisilin, amoksilin, dan seftriakson. g. Pencegahan Pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindar minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas. Pencegahan demam tifoid melalui gerakan nasional sangat diperlukan karena akan berdampak cukup besar terhadap penurunan kesakitan dan kematian akibat demam tifoid menurunkan angaran penobatan pribadi maupun negara mendatangkan devisa negara yang

40 38 berasal dari wisatawan mancanegara karena telah hilangnya predikat negara endemik dan hiperendemik sehingga mereka tidak takut lagi terserang tifoid saat berada di daerah kunjungan wisata. 1) Preventif dan Kontrol Penularan Tindakan preventif sebagai upaya pencegahan penularan dan peledakan kasus luar biasa (KLB) demam tifoid mencakup banyak aspek, mulai dari salmonella typhi sebagai agen penyakit dan faktor penjamu (host) serta faktor lingkungan. Secara garis besar ada 3 strategi pokok untuk untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu 1. Identifikasi dan eradikasi salmonella typhi baik pada kasus demam tifoid maupun kasur karier tifoid, 2. Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi S.typhi akut maupun karier. 3. Proteksi pada orang yang beresiko terinfeksi. 2) Identifikasi dan eradikasi S.typhi pada pasien tifoid asimtomatik, karier, dan akut. Tindakan identifikasi atau penyaringan pengidap kuman S.typhi ini cukup sulit dan memerlukan biaya cukup besar baik ditinjau dari pribadi maupun skala nasional. Cara pelaksanaannya dapat secara aktif yaitu mendatangi sasaran maupun pasif menunggu bila ada penerimaan pegawai di suatu instanti atau swasta. Sasaran aktif lebih diutamakan pada populasi tertentu seperti pengelola sarana makanan-minuman baik tingkat usaha rumah tangga,restoran, hotel sampai pabrik beserta distributornya. Sasaran lainnya adalah yang terkait dengan pelayanan masyarakat,

41 39 yaitu petugas kesehatan, guru, petugas kebersihan, pengelola sarana umum lainnya. 3) Pencegahan transmisi langsung dari penderita terinfeksi S.typhi akut maupun karier. Kegiatan ini di lakukan di rumah sakit, klinik maupun di rumah dan lingkungan sekitar orang yang telah diketahui pengidap kuman S.typhi. 4) Proteksi pada orang yang beresiko tinggi tertular dan terinfeksi Sarana proteksi pada populasi ini dilakukan dengan cara vaksinasi tifoid di daerah endemik maupun hiperendemik. Sasaran vaksinasi tergantung daerahnya endemis atau non-endemis, tingkat risiki tertularnya yaitu berdasarkan tingkat hubungan perorangan dan jumlah frekuensinya. Serta golongan individu beresiko, yaitu golongan imunokompromais maupun golongan rentan. Tindakan preventif berdasarkan lokasi daerah, yaitu: a) Daerah non-endemik. b) Tanpa ada kejadian outbreak atau c) sanitasi air dan kebersihan lingkungan d) penyaringan pengelola pembuatan, distributor ataw penjualan makanan-minuman e) pencarian dan pengobatan kasus tifoid karier bila ada kejadian epidemi tifoid f) pencarian dan eliminasi sumber penularan g) pemeriksaan air minum dan mandi-cuci-kakus

ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR

ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid (enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotipe Typhi. Bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Demam Thypoid 2.1.1 Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii ( Arief Mansjoer, 2000). Tifus

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Typhoid

Laporan Pendahuluan Typhoid Laporan Pendahuluan Typhoid Di UGD RSU AL-ISLAM H.M.MAWARDI KRIAN-SIDOARJO DISUSUN OLEH : Rani Nurlelasari 1101040 AKADEMI KEBIDANAN MITRA SEHAT SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia demam tifoid sering disebut dengan penyakit tifus. Penyakit ini biasa dijumpai di daerah sub tropis terutama di daerah dengan sumber mata air yang tidak

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan 6 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Objek Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad merupakan salah satu dari rumah sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Typhoid Abdominalis atau sering disebut Thypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multisistemik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid atau Typhus Abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tiap tahunnya. Insiden tertinggi demam thypoid terdapat pada anakanak. kelompok umur 5 tahun (Handini, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tiap tahunnya. Insiden tertinggi demam thypoid terdapat pada anakanak. kelompok umur 5 tahun (Handini, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik. Demam thypoid dijumpai secara luas di berbagai Negara berkembang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi) (Kidgell

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella enterica serotipe typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang timbul secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk di Indonesia. Penyakit menular ini terkait erat dengan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam tifoid adalah salah satu infeksi yang terjadi di usus halus dan banyak terjadi di negara yang beriklim tropis. persamaan demam tifoid masyarakat umum biasa menyebutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Typus Abdominalis masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang dapat menular pada siapa saja dan menyerang banyak orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan.demam tifoid dapat dijumpai secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEMAM TIFOID 1. Definisi Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan didapat setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi merupakan penyakit infeksi sistemik, bersifat endemis dan masih menjadi masalah kesehatan penting di banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Antibiotika merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat anggaran Rumah Sakit

Lebih terperinci

ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID

ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID OLEH : AHMAD MUFTI S,Kep 1.Definisi Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Typhoid 1. Pengertian Typhoid Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang di sebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini di tandai oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri Salmonella sp. Gambar 1. Mikroskopis kuman Salmonella www.mikrobiologi Lab.com) sp. (http//. Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ). Penyakit Typhoid Abdominalis juga merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN ). Penyakit Typhoid Abdominalis juga merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Typhoid Abdominalis merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang ditandai dengan gangguan pada sistem pencernaan dan terkadang

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dikenal masyarakat Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang terkandung seperti polisakarida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap manusia. Sering kali manusia tidak mengindahkan kesehatan, walaupun hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp. Demam tifoid merupakan masalah yang serius di negara berkembang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan di RSU Puri Asih Salatiga pada tanggal 23-25 Januari 2017. Data penelitian diperoleh dari 67 rekam medis pasien

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demam tifoid dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang (Riyatno dan Sutrisna, 2011). Perkiraan angka kejadian demam tifoid bervariasi dari 10 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi dan paratyphiditandai dengan keluhan dan gejala penyakit yang tidak khas, berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia mencapai 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam typhoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid)

Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid) Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid) A. Konsep Penyakit 1. Definisi PengertianDemam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenaisaluran pencernaan dengan gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Farmakoekonomi juga didefenisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Farmakoekonomi juga didefenisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Farmakoekonomi Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan (Orion, 1997). Farmakoekonomi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM TIFOID DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM TIFOID DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM TIFOID DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Typhus Abdominalis merupakan penyakit yang hampir semua ditemukan terjadi pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atraumatic care atau asuhan yang terapeutik. 500/ penduduk dengan angka kematian antara 0,6 5 %.

BAB I PENDAHULUAN. atraumatic care atau asuhan yang terapeutik. 500/ penduduk dengan angka kematian antara 0,6 5 %. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniature orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa

Lebih terperinci

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Prodi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir, biaya pelayanan kesehatan dirasakan semakin meningkat sebagai akibat dari berbagai faktor. Dilain pihak biaya yang tersedia untuk kesehatan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT R.A KARTINI JEPARA TAHUN 2009 SKRIPSI

GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT R.A KARTINI JEPARA TAHUN 2009 SKRIPSI GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT R.A KARTINI JEPARA TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : NOR FITRI HANDAYANI K 100 060 102 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar di Indonesia bersifat sporadic endemic dan timbul sepanjang tahun. Kasus

BAB I PENDAHULUAN. besar di Indonesia bersifat sporadic endemic dan timbul sepanjang tahun. Kasus BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam typoid abdominalis atau demam typhoid masih merupakan masalah besar di Indonesia bersifat sporadic endemic dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam tifoid di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di sebagian besar negara berkembang di dunia, termasuk Indonesia. Keadaan ini tercemin pada tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : INTAN RAKHMA SAFITRI K 100 060 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. infeksi systemic bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella thyposa, ditandai oleh panas berkepanjangan (Sumarmo, 2002).

BAB II TINJAUAN TEORI. infeksi systemic bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella thyposa, ditandai oleh panas berkepanjangan (Sumarmo, 2002). BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Thypus abdominalis atau demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi systemic bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella thyposa, ditandai oleh panas berkepanjangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Demikian juga tubuh manusia yang diciptakan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Demikian juga tubuh manusia yang diciptakan dalam keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT memiliki kekuasaan yang mutlak untuk mengatur dan menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dalam keadaan seimbang. Demikian juga tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infeksi merupakan masalah terbanyak yang dihinggapi oleh negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infeksi merupakan masalah terbanyak yang dihinggapi oleh negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan masalah terbanyak yang dihinggapi oleh negara yang sedang berkembang termasuk di Indonesia. Jumlah korban yang meninggal karena infeksi masih

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar thoraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua,

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C) Nama : Ardian Nugraheni (23111307C) Nifariani (23111311C) MACAM-MACAM PENYAKIT A. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) 1) Pengertian Terjadinya penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditransmisikan melalui cucukan nyamuk dari genus Aedes,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit menular yang erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PEMBERIAN ANTIBIOTIK DAN PERBAIKAN KLINIS DEMAM PADA PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID DI RSUP SANGLAH DENPASAR

ABSTRAK PROFIL PEMBERIAN ANTIBIOTIK DAN PERBAIKAN KLINIS DEMAM PADA PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID DI RSUP SANGLAH DENPASAR ABSTRAK PROFIL PEMBERIAN ANTIBIOTIK DAN PERBAIKAN KLINIS DEMAM PADA PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID DI RSUP SANGLAH DENPASAR Demam tifoid merupakan masalah kesehatan di Indonesia karena insiden demam tifoid

Lebih terperinci

DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN CILACAP TAHUN 2008 SKRIPSI

DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN CILACAP TAHUN 2008 SKRIPSI KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN CILACAP TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : IVAN TRIKUMORO K 100 050 160 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan. mendukung untuk hidup sehat (Nani dan Muzakir, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan. mendukung untuk hidup sehat (Nani dan Muzakir, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan dikalangan masyarakat, penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Demam Tifoid Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Demam Tifoid a. Definisi Penyakit demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan pencernaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningitis merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Febris typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim dari febris typhoid adalah paratifoid, paratyphoid fever, enteric fever, tifus, dan paratifus abdomenalis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci