Sawi. Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: pandu arah, cari Sawi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sawi. Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: pandu arah, cari Sawi"

Transkripsi

1 Sawi Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: pandu arah, cari Sawi Pengelasan saintifik Alam: Tumbuhan Divisi: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Order: Brassicales Keluarga: Brassicaceae Genus: Brassica Spesies: B. juncea Subspesies: B. juncea rugosa Nama binomial Brassica juncea (L.) Czerjaew Sawi atau kai choy merupakan sejenis tumbuhan yang dikenali sebagai sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Sawi banyak terjual di pasar-pasar termasuk pasar tani, dan pasar sayur. Ia banyak ditanam di kebun-kebun sayur dan di perkarangan rumah dan popular digunakan dalam masakan harian. Rasa sawi adalah lemak manis dan sedikit pahit. Ia bersifat panas dan kering serta rangup apabila dimakan.

2 Sawi boleh dimakan bagi merawat penyakit sembelit, buasir, pencernaan bermasalah, kegemukan, dan tekanan darah tinggi. Ia juga boleh dimakan bagi meningkatkan selera makan, mendapat kesan awet muda dan sebagai antioksidan. Isi kandungan 1 Ciri-ciri botani 2 Penanaman 3 Kandungan pemakanan 4 Lihat juga 5 Rujukan 6 Pautan luar Ciri-ciri botani Lukisan ciri-ciri botani sawi. Herba sederhana besar boleh mencecah setinggi 50 cm. Batang tidak berkayu, berwarna hijau. Daun tunggal, sederhana besar, berbentuk bulat melonjong seakan sudu dengan tangkai daun berwarna hijau yang panjang. Tepi daun bergerigi halus, daun bergelombang kasar, urat daun di tengah dan urat selerat jelas kelihatan, pucuk berwarna hijau muda, warna hijau tua setelah matang. Bunga majmuk, kecil, kuning terang, mempunyai kelopak, terdapat dalam jambak bunga yang keluar dari hujung pucuk. Buah kecil, silinder memanjang, berwarna hijau ketika muda dan bertukar menjadi perang apabila telah tua. Mengandungi banyak biji berwarna hitam setelah tua. Penanaman Terdapat beberapa cara mudan untuk menanam sawi. [1]

3 Kandungan pemakanan Mengandungi air, karbohidrat, alkaloid, kalsium, kalium, zat besi, zink, protein, lemak, vitamin [perlu rujukan] dan serat. Lihat juga Sawi putih (Brassica chinensis var. pekinensis Cruciferae) Sawi bunga (Brassica rapa Cruciferac) Rujukan 1. Tanam sawi cara mudah. Utusan Malaysia. Capaian 3 April

4

5

6

7

8

9 19 Januari 2012 LAPORAN PENELITIAN SAYUR SAWI JALAN BUDI UTOMO ATAS NAMA PAK SURYADI Disusun OLEH : NAMA : HARDIANTO NIM : C FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2012 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii BAB 1 PENDAHULUAN 1 A.LATAR BELAKANG...1 A.SYARAT TUMBUH...1 B.PENGOLAHAN LAHAN...1 C.PEMBIBITAN.1

10 D.PENANAMAN 1 E.PEMILIHARAAN...1 F.PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL..1 BAB 2 PENUTUP 5 A. KESIMPULAN.. 5 B. SARAN...5 KATA PENGANTAR Alhamdulillahhirabbil alamin segala puji bagi Allah SWT,yang telah memberikan limpahaan karunianya kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Perkembangan teknologi-teknologi pertanian dewasa ini ditunjukan dalam praktek yang di lakukan para petani untuk mengembangkan budidaya tanaman pertanian.tugas ini akan mengupas bagaimana cara tanam sayuran sawi yang dilakukan oleh petani. Selain itu,secara garis besar tugas ini juga membahas tentang aspek ekonomi bagi pelaku usaha tani.kami akan memaparkan secara rinci cara-cara petani sayuran sawi membudidayakan tanaman ini seperti syarat tumbuh, pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemiliharaan sampai dengan panen dan pengolahan hasil. Terimakasih juga kami sampaikan kepada Bapak Suryadi yang talah membantu dalam pemberian informasi mengenai cara penanaman sayuran sawi. Terimakasih juga kami sampaikan kepada Bapak Dr.Iwan Sasli.SP.M.Si selaku dosen untuk mata kuliah pengantar ilmu pertanian di fakultas pertanian universitas tanjungpura. Kami sangat menyadari bahwa penelitian kami masih banyak kekurangan untuk itu kritik,saran dan masukan sangat diharapakan untuk perbaikan tugas kami. Akhirnya, kami berharap apa yang menjadi penelitian kami dapat berguna bagi kita semua.amin. iii Bab I

11 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sawi adalah tanaman yang termasuk dalam famili Brassicaea(Brassica Juncea). Ada beberapa jenis sawi yaitu sawi putih,sawi hijau dan sawi puma. Sawi pada umumnya berdaun halus dan lonjong tapi tidak berbulu dan tidak membentuk krop. Batangnya pendek dan kecil urat daun lebih rapat dan liat. Perakaran tanaman sawi merupakan akar tunggang dan perakaran samping yang banyak dan dangkal. Tanaman sawi berbunga dengan ukuran kuntum kecil yang berwarna kuning pucat. Sawi memiliki biji berukuran kecil warna hitam kecoklatan. Sawi juga memiliki kandungan vitamin A, B dan C rasa renyah tetapi agak pahit dan biasa di buat sayuran atau campuran makanan bakso. A. SYARAT TUMBUH 1

12 Menurut pak suryadi sayur sawi mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di indonesia. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi menurut pak suryadi. B. PENGOLAHAN LAHAN Menurut pak suryadi Pengolahan tanah melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan atau galang. bedengan yang pak suryadi buat tergantung dengan cuaca. untuk bedengan di musim hujan, Pak suryadi membuat bedengan atau galang lebih tinggi dari pada musim panas. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan tanah.tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung.

13 C. PEMBIBITAN Menurut pak suryadi Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan kata pak suryadi untuk luas lahan sayuran sawi yang kami interview sekitar 36 galang atau bedengan yang di per kirakan per bedengan adalah 11M x 1,5M. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan atau galang pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah urea,tsp, dan Kcl, benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 2 cm, lalu disiram dengan air, kemudian diamati 3 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan atau galang. D. PENANAMAN Bedengan dengan ukuran lebar 1,5M dan panjang dengan ukuran 11M. Tinggi bedeng cm dengan jarak antar bedeng 25 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 35kg,TSP 10kg, Kcl15 kg. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40x40cm, 30x30 dan 20x20cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 8 x 6 10 cm. E. PEMILIHARAAN

14 Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan penggulu dan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan

15 diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg. Dapat juga dengan satu sendok teh sekitar 35 gram dilarutkan dalam 45 liter air dapat disiramkan untuk 11M bedengan. jenis hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat, wereng dan gulma. cara pak suryadi untuk membasmi hama tersebut menggunakan cairan insektisida. cairan insektisida yang biasa di pakai adalah rusban dan rasulin. pemberian cairan insektisida dilakukan dengan cara penyemprotan. untuk penyemprotan petani biasanya melakukan 4 kali penyemprotan dalam 1 kali panan. F. PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL

16 untuk masa panen diperkirakan hari tergantung cuaca berat tanaman dipengaruhi intensitas cahaya matahari yang mengenai tanaman. untuk penjualan biasanya dijual diagen-agen terdekat yang telah disepakati. harga penjualan sayuran sawi biasanya per kg Rp6000, tergantung cuaca kalau musim hujan harga tinggi sedangkan musim kemarau harga rendah berkisaran Rp2000-Rp3000 per kg. biasanya dalam satu bedengan dapat dihasilakan sekitar 20kg sawi. kendala yang biasanya dihadapi petani dalam pemasaran adalah banyaknya warungwarung yang berhutang kepada pak suryadi sehingga menghambat pendapatan pak suryadi hal ini berdampak pemasaran. pada sulitnya membelih pupuk, bibit. karena uang dari penjualan sangatlah sedikit. BAB II PENUTUP A.KESIMPULAN Dari hasil pencarian informasi yang kami dapatkan dari para petani. Menurut cara bercocok tanam yang dilakukan petani sudah baik tetapi

17 masih perlu di lakukan perbaikan-perbaikan dalam hal manejemen waktu karena, pada umumnya petani tidak memperhatikan waktu tanam mereka, hanya melakukan penanaman yang mengakibatkan pendapatan petani menjadi berkurang karena, tidak tepat waktu untuk melakukan pemanenan.dalam hal pemasaran petani juga biasanya hanya menjual kepada para pengepul yang mengakibatkan harga menjadi murah. B.SARAN Sebaiknya para petani harus memperhatikan menejemen waktu karena,kalau mereka memperhatikannya pasti dari hasil pendapatannya bertambah dan tidak mengakibatkan lilitan hutang kepada para agen untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka dan kami juga menyarankan sebaiknya para petani tidak menjual kepada para pengepul karena dapat mengakibatkan harga menjadi murah sebaiknya para petani membentuk organisasi/kelompok pemasaran supaya harga sesuai dangan harga pasar dalam hal ini otomatis pendapatan petani menjadi lebih meningkat. Diposkan oleh ska_one di Kirimkan Ini lewat BlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook RESPON TANAMAN SAWI ( Brasica juncea.l.) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK NPK DAN PENAMBAHAN BOKASHI PADA TANAH ASAL BUMI WONOREJO NABIRE Ishak Ryan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Satya Wiyata Mandala - Nabire ABSTRACT One of the ways of overcoming the negative effects of chemical fertiliser is by using Effective Microorganisms technology (EM). Using EM4 reduces the use of chemical fertiliser, is environmentally friendly and can increase production. Applying NPK fertiliser and adding bokashi to mustard plant can help the availibility of N, P, and K in the soil while also increasing crop production. The aim of this research was to understand the in fl uence of the application of NPK fertiliser and bokashi on the growth 5

18 and productivity of mustard. The research was carried out on the agricultural area land in Bumi Wonorejo, Nabire District, and use the Complete randomised design method (RAL) with 6 treatment types and 6 repetition. The data was analysed using ANOVA analysis and BNJ testing to observe the result from the application of NPK fertiliser and bokashi on the growth and productivity of mustard. The result showed that applying a dose of 75% NPK with the addition of bokashi (EM4) was the best choice for the mustard farmer. Keywords : bokashi, fertiliser, Effective Microorganism, mustard crop. PENDAHULUAN Latar Belakang Perhatian masyarakat terhadap soal pertanian dan lingkungan beberapa tahun terakhir ini menjadi meningkat. Keadaan ini disebabkan karena semakin dirasakannya dampak negatif penggunaan bahan-bahan kimia. Jika dibandingkan dengan dampak positifnya bagi peningkatan produktivitas tanaman pertanian pengaruh bahan kimia tersebut tidak sebanding. Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan untuk alasan produktivitas dan ekonomi ternyata saat ini lebih banyak menimbulkan dampak negatif baik bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus menerus dapat merusak biota tanah, keresistenan hama dan penyakit, serta dapat mengubah kandungan vitamin dan mineral beberapa komoditi sayuran dan buah. Hal ini tentunya jika dibiarkan lebih lanjut akan berpengaruh fatal bagi siklus kelangsungan kehidupan, bahkan jika sayuran atau buah yang tercemar tersebut dimakan oleh manusia secara terus menerus, tentunya akan menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian. Bertitik tolak dari hal tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam bidang pertanian adalah mengembangkan pertanian dengan sistem pertanian organik yang prinsip pengelolaannnya kembali ke alam. Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam pelaksanaannya berusaha

19 menghindarkan penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Selain itu, juga untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah melalui penggunaan sumber alami seperti mendaur limbah pertanian. Jadi dengan demikian, tidak salah jika istilah pertanian organik sering diidentikkan dengan gerakan pertanian yang kembali ke alam. Dalam pelaksanaannya, pertanian organik adalah membatasi ketergantungan petani pada penggunaan pupuk anorganik dan bahan kimia pertanian lainnya. Gulma, hama, dan penyakit tanaman dikelola melalui pergiliran tanaman, pertanaman campuran, bioherbisida, insektisida organik yang dikombinasikan dengan pengelolaan tanaman yang baik. Pupuk anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk 311 Ishak Ryan Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 organik yang dapat dibuat sendiri dari bahanbahan alami seperti penggunaan pupuk bokasi dengan menggunakan EM4. Bokashi dapat dibuat dari bahan jerami, hijauan, sampah dan pupuk kandang. Effective microorganism 4 yang disingkat EM4 adalah suatu hasil rekayasa bioteknologi yang dikembangkan dan merupakan kultur campuran dari berbagai organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman (Higa, T dan J.F. Parr.,1998; Tuhumena, 2002 ). Dengan demikian setidaknya penggunaan bokashi dan EM 4 dapat mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida. Berdasarkan hasil penelitian saat ini, apabila pertanian organik dapat dilaksanakan dengan baik maka dengan cepat akan memulihkan tanah yang sakit akibat penggunaan bahan kimia

20 pertanian. Hal ini terjadi jika fauna tanah dan mikroorganisme yang bermanfaat dipulihkan kehidupannya, dan kualitas tanah ditingkatkan dengan pemberian organik, maka akan terjadi perubahan sifat fi sik, kimia dan biologi tanah kearah keseimbangan. Berdasarkan uraian di atas serta belum adanya penelitian EM4 bagi tanaman di Distrik Nabire, maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan bokashi (EM 4). Dengan demikian penulis mengambil judul penelitiannya adalah Respon Tanaman sawi ( Brasica juncea.l ) akibat pemberian dosis kombinasi pupuk NPK dan penambahan bokashi pada tanah asal kelurahan Bumi Wonorejo Distrik Nabire. Adapun alasan pelaksanaan pengujian di kelurahan Bumi Wonorejo, dikarenakan kesuburan tanah pertaniannya kurang dengan nilai unsur N, P dan K rendah (Tim Survey UNIPA Manokwari, 2004). Ada dua tujuan dari penelitian ini, yaitu (1) Mengetahui pengaruh pemberian pupuk NPK dan penambahan bokashi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi, (2) Menentukan dosis kombinasi pupuk NPK yang cocok digunakan setelah ditambah bokashi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain : 1) Memperkenalkan penggunaan EM 4 dan bokashi sebagai dasar pupuk organik yang ramah lingkungan. 2) Mengurangi penggunaan pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan. 3. Memberikan informasi tentang dosis kombinasi pupuk NPK dan penambahan bokashi terhadap pertumbuhan dan produk-

21 si tanaman sawi. 4. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nabire untuk pengembangan pertanian yang ramah lingkungan. 5. Memberikan informasi tentang perlakuan terbaik yang dapat dipakai oleh petani sawi dalam budidaya tanaman sawi. METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi praktek SMK N 1 Nabire yang terletak di Kampung Kaliharapan, Distrik Nabire. Tempat ini dipilih karena mempermudah pengawasan serta sarana dan prasarana yang sudah tersedia, sedangkan tanah pengujian diambil dari Kampung Bumi Wonorejo, Distrik Nabire sebagai lahan perkembangan pertanian. Alat-alat yang diperlukan untuk kegiatan penelitian ini antara lain : Timbangan 10 kg, Timbangan analitik, Plastik bening, Ember 10 liter, Balok 5x10 cm 0,5 m, Rol meter 50m dan 5m, Gelas ukur, Toples bening, Hand sprayer gendong 10 ltr, Kamera, Buku dan pena untuk Pencatatan data penelitian. Adapun bahanbahan yang digunakan antara lain : Benih sawi caisim Bangkok (Tosakan), Pupuk Urea, TSP, KCl, Kultur EM 4, Pupuk kandang sapi dan kambing, Sekam, Gula pasir, Insektisida nabati daun sirsak dan tembakau, Furadan 3 G, Dithane M-45, Tanah gembur dan Kompos, Polybag 5 x 8 cm dan 30 x 40 cm Rancangan Percobaan Dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Masing-masing perlakuan dengan 6 ulangan, dan setiap ulangan terdiri dari 1 tanaman. Adapun perlakuan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : 1. Perlakuan I, yaitu tanpa pupuk NPK dan bokashi serta larutan EM 4.

22 312 Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 Respon Tanaman Sawi (Brasica Juncea.l.) Akibat Pemberian Pupuk NPK dan Penambahan Bokashi pada Tanah Asal Bumi Wonorejo Nabire 2. Perlakuan II, yaitu pemupukan dengan dosis pupuk NPK sesuai anjuran. 3. Perlakuan III, yaitu pemupukan dengan dosis pupuk NPK 75% dan diberi bokashi serta larutan EM Perlakuan IV, yaitu pemupukan dengan dosis pupuk NPK 50% dan diberi bokashi serta larutan EM Perlakuan V, yaitu pemupukan dengan dosis pupuk NPK 25% dan diberi bokashi serta larutan EM Perlakuan VI, yaitu tanpa pupuk NPK dan hanya diberi bokashi serta larutan EM 4. Untuk dosis bokashi dan larutan EM 4 pada perlakuan III, perlakuan IV, perlakuan V, dan perlakuan VI diberikan dalam jumlah yang sama. Arah barisan tanaman percobaan adalah melintang dari utara ke selatan. Denah rancangan dapat dilihat pada Gambar 1. 1 VI 2 VI 3 V 4 II 5 II 6 IV 7 II 8 III 9 VI 10 III 11 V

23 12 VI 13 I 14 VI 15 III 16 III 17 I 18 V 19 VI 20 I 21 V 22 IV 23 IV 24 V 25 I 26 II 27 I 28 III 29 IV 30 II 31 II 32 IV 33 I 34 III 35 IV 36 V Gambar 1. Denah Rancangan Percobaan Tahapan Penelitian 1. Penyiapan Tempat, Alat, dan Bahan Alat dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan. Kemudian penyiapan tempat yang akan digunakan sebagai tempat penelitian,

24 tempat pembibitan, dan tempat pembuatan bokashi. Lahan dan tempat pembuatan bokashi yaitu dengan pembenahan dan pembersihan lokasi. Untuk tempat pembibitan dengan memperbaiki bedengan pembibitan dan naungan. 2. Pembuatan Bokashi Pembuatan bokashi pupuk kandang dibuat secara aerobic (Hety, Y. 2003), dengan bahan-bahan terdiri dari : Pupuk kandang 80 kg, Dedak 5 kg, Sekam 15 kg, Gula pasir 25 gr, EM ml (10 sdm) serta air secukupnya. Langkah-langkah pembuatan bokahsi sebagai berikut : 1. Larutkan EM 4, dan gula ke dalam air. 2. Pupuk kandang, sekam, dedak dicampur secara merata. 3. Siramkan larutan EM 4 dengan gembor secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, dan bila kepalan dilepas, maka adonan akan megar. 4. Adonan digundukkan diatas ubin yang kering dengan ketinggian cm, kemudian ditutup dengan karung goni, selama 3-4 hari. 5. Pertahankan suhu gundukan adonan C. Jika suhu lebih dari 50 0 C, bukalah karung penutup dan gundukan adonan dibalik, kemudian ditutup lagi dengan karung goni. Usahakan tumpukan adonan dibalik setiap jam. 6. Setelah 4 hari, bokhasi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik. 3. Pembuatan Media Pembibitan

25 Media pembibitan terdiri dari campuran tanah gembur dan kompos dengan perbandingan 1 : 1. Setelah 4 hari campuran media diberi Furadan 3 G, dengan dosis 20 gr/m 2 4. Variabel Pengamatan Variabel yang diamati meliputi : a) Tinggi tanaman dilakukan pada saat 1, 2, 3, dan 4 minggu setelah tanam b) Jumlah daun dilakukan pada saat 1, 2, 3, dan 4 minggu setelah tanam. c) Produksi (berat basah) per tanaman (kg), dilakukan pada saat panen. Analisa Data Analisa data untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Apabila perlakuan tersebut menunjukkan pengaruh terhadap masing- 313 Ishak Ryan Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 masing variabel yang diamati dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur). HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan dan Produksi Sawi Tinggi Tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada minggu ke-1 sampai minggu ke-4 setelah tanam. Dari Tabel 3 nampak bahwa pemberian dosis kombinasi pupuk NPK dan bokashi dan EM4 pada perlakuan I, II, III, IV, V, dan VI pada minggu ke-1, dan ke-2 tidak ada perbedaan secara nyata terhadap tinggi tanaman. Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman sawi pada umur 1, 2, 3, dan 4 minggu setelah tanam pada semua perlakuan. Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST I II

26 III IV V VI b ab a ab ab ab c abc a bc bc ab F hitung 1.60 tn 2.41 tn 3.55* 6.73** BNJ 5 % BNJ 1 % 5.91 Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang tidak sama berbeda nyata pada Uji BNJ 5 % dan Uji BNJ 1 % tn = tidak berbeda nyata * Berbeda nyata pada taraf 5 % ** Berbeda sangat nyata pada taraf 1 % I = Tanpa Pupuk NPK, Bokashi, dan larutan EM4 II = Pemupukan NPK 100 % sesuai anjuran III= Pemupukan NPK 75 % + Bokashi + larutan EM4 IV= Pemupukan NPK 50 % + Bokashi + larutan EM4 V = Pemupukan NPK 25 % + Bokashi + larutan EM4 VI= Bokashi + larutan EM4 Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemberian dosis kombinasi pupuk NPK (Urea, TSP, dan KCl) dengan penambahan bokashi

27 dan larutan EM 4 terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-1 dan ke-2 belum berbeda nyata antara semua perlakuan. Hal ini diduga pada mingguminggu tersebut kebutuhan unsur hara masih belum banyak dibutuhkan tanaman sehingga masih cukup dari persediaan di dalam tanah. Pada minggu ke-3 dan ke-4 pengaruh pupuk mulai nampak, yaitu dengan ditunjukkan adanya tinggi tanaman dari semua perlakuan memberikan pengaruh nyata. Pada mingguminggu tersebut kebutuhan unsur hara semakin banyak sehingga tidak mampu lagi dipenuhi oleh unsur hara dari tanah. Pada minggu ke-3 perlakuan III berbeda nyata dengan perlakuan I dan tidak beda nyata dengan perlakuan II, IV, V. Pada minggu ke-4 perlakuan III sangat bada nyata dengan perlakuan I, IV, dan V, dan tidak beda nyata dengan perlakuan II dan VI. Kemudian perlakuan VI beda nyata dengan perlakuan I dan tidak beda nyata dengan perlakuan II, III, IV, dan V. Hal ini diduga disamping adanya penambahan unsur nitrogen juga sudah stabilnya pengaruh bokashi dan EM 4. Pada minggu ke-3, pemberian dosis kombinasi pupuk NPK ditambah bokashi dan larutan EM 4 menunjukkan adanya pengaruh nyata pada semua perlakuan terhadap tinggi tanaman. Sedangkan pada minggu ke-4 menunjukkan adanya pengaruh sangat nyata. Perlakuan III dan VI baik pada minggu ke-3 dan ke-4 mempunyai tinggi tanaman lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. 2. Jumlah Daun Hasil perhitungan jumlah daun yang diperoleh pada saat pertumbuhan tanaman minggu ke-1 sampai minggu ke-4 setelah tanam disajikan pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Sawi pada Umur 1, 2, 3, dan 4 Minggu Setelah Tanam pada Semua Perlakuan. Perlakuan

28 Jumlah Daun (helai) 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST I II III IV V VI b b ab a ab b b b ab a ab b b ab ab a ab b F hitung 1.64 tn 3.75* 4.48** 3.91* BNJ 5 % BNJ 1 % Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 Respon Tanaman Sawi (Brasica Juncea.l.) Akibat Pemberian Pupuk NPK dan Penambahan Bokashi pada Tanah Asal Bumi Wonorejo Nabire Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang tidak sama berbeda nyata pada Uji BNJ 5 % dan 1 % * Berbeda nyata pada taraf 5 % ** Berbeda sangat nyata pada taraf 1 % Pemberian dosis kombinasi pupuk NPK dengan penambahan bokashi dan EM 4 terhadap jumlah daun, pada minggu ke-1 antara 6 perlakuan tidak memberikan beda nyata. Pada minggu ke-

29 2 sampai minggu ke-4 perlakuan IV dari semua perlakuan mempunyai jumlah daun (helai) yang lebih banyak namun tidak memberikan hasil (berat basah) yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan II dan III. Hal ini diduga bahwa jumlah daun yang banyak akan berakibat pada penurunan tinggi tanaman dan hasil (berat basah). Sedangkan tanaman yang mempunyai tinggi yang cukup akan mempunyai jumlah daun yang sedikit tetapi hasil (berat basah) per tanaman lebih besar. Keadaan ini ditunjukkan pada tanaman perlakuan III yang mempunyai tinggi tanaman dan hasil lebih besar dibandingkan perlakuan I, II, IV, V, dan VI. Hal ini diduga adanya unsur hara yang berimbang bagi pertumbuhan tanaman. Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman, menyebabkan proses pembelahan, pembesaran, dan perpanjangan sel akan berlangsung cepat yang mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh cepat. Menurut Buckman dan Brady (1982), untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik, maka unsur-unsur hara harus berada dalam keadaan seimbang. Pada perlakuan VI yang hanya diberi bokashi dan EM 4 mempunyai tinggi tanaman rata-rata lebih tinggi (minggu ke-3 dan ke-4) dari perlakuan V dan IV. Namun dari hasil tidak lebih tinggi dari perlakuan V dan VI. Hal ini diduga bahwa perlu adanya kombinasi pupuk organik dan anorganik yang memberikan pengaruh lebih baik pada hasil, sebab terjadi hubungan yang sinergis yang saling menunjang (Tambun, 2002; Syam, 2003). Data Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian dosis kombinasi pupuk NPK ditambah bokashi dan EM4 pada perlakuan I, II, III, IV, V, dan VI pada minggu ke-1 tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun sawi. Namun pada minggu ke-2, ke-3, dan ke- 4 sudah memberikan pengaruh. Dari semua perlakuan perlakuan IV mempunyai jumlah daun

30 yang lebih banyak. 3. Produksi (Berat Basah) Hasi perhitungan produksi (berat basah) tanaman sawi dilakukan pada saat panen. Berdasarkan Tabel 5 didapatkan bahwa, dari semua perlakuan menunjukkan adanya pengaruh sangat nyata terhadap produksi. Perlakuan III mempunyai produksi yang lebih baik dibanding perlakuan lainnya. Tabel 5. Rata-rata Berat Basah Tanaman Sawi Saat Panen pada Semua Perlakuan. Perlakuan Berat Basah (gr) I II III IV V VI d ab a ab bc cd F hitung 12.43** Uji BNJ 1 % Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang tidak sama berbeda sangat nyata pada uji BNJ taraf 1 % ** Berbeda sangat nyata pada taraf 1 % Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa, pemberian bokashi dan EM 4 memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi (berat basah) sawi. Hal ini disebabkan karena bokashi yang berasal dari pupuk kandang mengandung sejumlah unsur hara dan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fi sik, kimia, dan biologi tanah. Ketersediaan hara dalam tanah, struktur tanah dan tata udara tanah yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara. Adanya

31 EM 4 sebagai elemen bokashi sangat bermanfaat, mengingat cara kerja EM 4 dalam tanah secara sinergis dapat meningkatkan kesuburan tanah, baik fi sik, kimia, dan biologis sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman (Wididana dan Higa, 1993). Lebih lanjut, Lingga (1995) menyatakan bahwa tanah yang berstruktur baik, dengan kata lain tanah yang banyak mengandung mikroorganisme dan kepadatan tanah yang berkurang dapat menyerap air dan unsur hara yang terlarut. Bokashi pupuk kandang yang diberikan mengandung EM 4 yang dapat memfermentasi bahan organik sehingga Pengaruh Bokashi Pupuk Kandang Ayam Terhadap Hasil Tanaman Terung (Solanun melongena L.).

32 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terung merupakan salah satu golongan sayuran buah yang banyak digemari berbagi kalangan karena rasanya yang enak untuk dijadikan berbagai sayur dan lalapan, juga mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya lengkap (Rukmana, 2003). Berdasarkan beberapa hasil pengujian, didalam setiap 100 kg buah terung segar mengandung 24 kalori energi, 1,1 gram protein, 1,2 g lemak, 5,5 g karbohidrat, 15 mg kalsium, 37 mg fospor, 0,4 mg besi, 4 SI Vitamin A, 5 mg vitamin C, 1,14 mg vitamin B1 dan 92,7 g air (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003). Terung memiliki nilai ekonomis dan sosial yang cukup tinggi. Produksi terung tidak hanya laku di pasaran dalam negeri (domestik), tetapi juga sudah menjadi mata dagang ekspor. Bentuk produk terung yang sudah menembus pasar ekspor adalah terung asinan (Rukmana, 2003). Distribusi pemasarannya tidak hanya dilakukan di pasar-pasar tradisional saja, namun juga di supermarket ataupun toko-toko swalayan (Samadi, 2001). Selain itu kemajuan di bidang pengolahan hasil pertanian yang semakin berkembang dapat memperluas pemasaran terung, misalnya manisan dan asinan terung. Oleh sebab itu, komoditas terung sangat potensial untuk dikembangkan secara intensif (Rukmana, 2003). Berdasarkan hal tersebut, tehnik budidaya terung dapat ditingkatkan dengan melakukan pemupukan. Pemupukan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara yang dibutuhkan selama pertumbuhan tanaman. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Namun, penggunaan pupuk anorganik saat ini kurang ekonomis karena harganya yang relative mahal, juga dampak negatifnya bagi lingkungan (Risema, 1986). Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Macam-macam pupuk organik antara lain adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan lain sebagainya. Pupuk kandang memang dapat menambah ketersediaan bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserapnya dari dalam tanah. Selain itu, pupuk kandang ternyata mempunyai pengaruh positif (baik) terhadap sifat fisik dan kimia tanah, mendorong kehidupan

33 (perkembangan) jasad renik (Sutejo, 1995). Selain itu, pupuk organik tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan terutama tanah. Pupuk kandang ayam merupakan salah satu pupuk organik yang sangat baik untuk dikembangkan. Pupuk kandang adalah campuran dari kotoran padat dan cair yang tercampur dengan sisa makanan dan alas kandang. Kandungan unsur hara pupuk kandang terdiri dari campuran 0,5% N, 0,25% P 2 O 5 dan 0,5% K 2 O, hal ini sangat bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan dan pakan yang diberikan. Pupuk kandang mempunyai beberapa sifat yang lebih baik dari pada pupuk alami lainnya, karena selain sebagai sumber unsur hara, pupuk kandang juga dapat meningkatkan kadar humus tanah, daya menahan air dan banyak mengandung mikroorganisme (Sarief, 1986). Higa (1997) mengatakan bahwa dalam usaha menunjang sistem pertanian yang berkelanjutan atau sistem pertanian yang peduli lingkungan maka dilakukan dengan pemanfaatan mikroorganisme untuk meningkatkan pertumbuhan produksi tanaman. Salah satunya dengan memberikan bahan organik yang terfermentasi (bokashi). Bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, sekam, daundaunan dan pupuk kandang) dengan bantuan Effektive Mikroorganisme-4 (EM-4). Menurut Wididana dan Higa (1993), EM-4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM-4 diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme dalam tanah, yang selanjutnya dapat meningkatkan pertumbuhan, kualitas dan kuntitas tanaman. Bokashi pupuk kandang ayam dibandingkan dengan dengan pupuk organik lainnya (tanpa inokuasi EM-4) mempunyai keunggulan yaitu mampu meningkatkan aktifitas mikroorganisme indegenus menguntungkan dan meningkatkan fiksasi nitrogen dalam waktu yang cepat, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Disamping itu bokashi pupuk kandang ayam juga dapat memperbaiki aerase tanah, memperbesar daya serap tanah terhadap air dan dapat menekan pathogen pada tanaman (Priyadi, 1996). Hasil penelitian Mawardi (2001) memperlihatkan bahwa pemberian bokashi memberikan pengaruh terhadap peningkatan ketersediaan hara N, P, dan K pada dosis 2,5 ton ha -1 dan memberikan pengaruh terbaik terhadap peningkatan N, P, dan K serta hasil bobot biji kering tanaman kedelai. Hasil penelitian Saputro (2000), pemberian bokashi pupuk kandang ayam

34 dengan dosis 7,5 ton ha -1 dapat memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimal bagi tanaman selada. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk memilih proposal penelitian dengan judul Pengaruh Bokashi Pupuk Kandang Ayam Terhadap Hasil Tanaman Terung (Solanun melongena L.) Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis bokashi pupuk kandang ayam yang memberikan hasil terbaik pada tanaman terung Kegunaan Penelitian Penelitian ini hasilnya diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan dalam usaha peningkatan hasil tanaman terung Hipotesis 1. Pemberian berbagai dosis bokashi pupuk kandang ayam, memberikan pengaruh terhadap hasil tanaman terung. 2. Didapatkan satu dosis bokashi pupuk kandang ayam yang memberikan hasil terbaik pada tanaman terung.

35 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Terung Dalam tatanama (sistematika) tumbuhan, tanaman terung diklasifikasikan ke dalam Divisio Spermatophyta, Sub-divisio Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo Tubiflorae, Famili Solanaceae, Genus Solanum dan Spesies Solanum melongena L. (Rukmana, 2003). Terung termasuk tanaman setahun yang berbentuk perdu. Batangnya rendah (pendek), berkayu dan bercabang dengan tinggi tanaman bervariasi antara cm, tergantung dari jenis ataupun varietasnya. Menurut Soetasad, Muryanti dan Sunarjono (2003) batang tanaman terung dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (batang primer) dan percabangan (batang sekunder). Batang utama merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedangkan percabangan adalah bagian tanaman yang akan mengeluarkan bunga. Daun terung terdiri atas tangkai daun dan helaian daun. Tangkai daun berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian pangkal, panjangnya bersekitar 5-8 cm. Helaian daun terdiri atas ibu tulang, tulang cabang dan urat-urat daun (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003). Bunga terung berbentuk mirip bintang, berwarna biru atau lembayung cerah sampai warna yang lebih gelap. Bunga terung tidak mekar secara serempak dan penyerbukan bunga dapat terjadi secara silang ataupun menyerbuk sendiri (Rukmana, 2003). Soetasad, Muryanti dan Sunarjono (2003) menambahkan bahwa bunga terung disebut bunga banci karena dalam satu bunga terdapat benang sari (kelamin jantan) dan putik (kelamin betina). Buah terung merupakan buah sejati tunggal dan berdaging tebal, lunak, serta tidak akan pecah bila buah telah masak. Daging buah ini merupakan bagian yang enak dimakan dan berwarna hijau atau keunguan. Biji-biji terdapat bebas dalam daging buah (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003). Buah menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna coklat muda. Tanaman terung mempunyai akar tunggang dan cabang-cabang akar yang dapat menembus kedalaman tanah sekitar cm. Akar-akar yang tumbuh mendatar dapat menyebar pada radius cm dari pangkal batang, tergantung dari umur tanaman dan kesuburan tanah (Rukmana, 2003).

36 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Terung Tanaman terung dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± meter dari permukaan laut. Selama pertumbuhannya, tanaman terung menghendaki keadaan suhu udara antara 22º-30º C, cuaca panas dan iklim kering, sehingga cocok ditanam pada musim kemarau. Sebab, pada keadaan cuaca panas akan merangsang dan mempercepat proses pembungaan maupun pembuahan (Rukmana, 2003). Menurut Samadi (2001), intensitas cahaya sangat berpengaruh terhadap kualitas buah, terutama pada penampakkan kulit buahnya. Pada pencahayaan yang cukup, warna kulit buah terung akan tampak merata dan lebih mengkilap. Tanaman terung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah. Tetapi keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terung adalah jenis lempung, berpasir, subur, kaya akan bahan organik, aerasi dan drainasenya baik serta pada ph 5-6 (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003). 2.3.Pengaruh Bokashi terhadap Hasil Tanaman Dalam usaha menunjang sistem pertanian organik yang merupakan sistem pertanian yang peduli lingkungan, maka dilakukan usaha untuk memanfaatkan mikroorganisme dan bahan organik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Sarief (1986), melalui proses dekomposisi, bahan organik dalam pupuk kandang akan melepaskan unsur hara seperti N, P dan K yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Isro (1994) menyatakan bahwa bahan organik berupa pupuk kandang ayam akan diuraikan oleh mikroorganisme tanah dan menghasilkan bahan humus yang mampu meningkatkan agregasi tanah. Agregasi tanah ini secara tidak langsung akan memperbaiki ketersediaan unsur hara. Selain itu agregasi tanah yang baik akan menjamin tata udara tanah dan air sehingga aktifitas mikroorganisme dapat berlangsung dengan baik dan ketersediaan beberapa hara yang dapat ditingkatkan. Menurut Wididana (1994), EM-4 dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, karena EM-4 dapat mempercepat dekomposisi bahan organik, sehingga ketersediaan nutrisi tanaman meningkat. Selain itu EM-4 juga dapat menekan aktifitas hama dan mikroorganisme patogen. Higa (1994) menerangkan secara ilmiah bahwa EM-4 dapat meningkatkan produksi tanaman melalui reaksi fermentasi yang menghasilkan asam organik, hormon tanaman (Auxin,

37 Giberelin, Sitokinin) dan polisakarida. Selain itu dapat pula memacu pertumbuhan tanaman dengan memperbaiki dekomposisi bahan organik dan residu serta mempercepat daur unsur hara. EM-4 merupakan salah satu pemanfaatan mikroorganisme yang bersifat menguntungkan. Penerapan teknologi EM-4 dapat dilakukan dengan memfermentasikan bahan organik (jerami, pupuk kandang ayam dan lain sebagainya). Hasil fermentasi bahan organik dengan bantuan EM- 4 disebut dengan bokashi (Wididana, 1998). Bokashi banyak mengandung unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman. Selain itu pemberian pupuk bokashi dapat memperbaiki daya dukung lahan, baik fisik, biologi maupun kimia tanah. Secara umum bokashi mengandung unsur hara 4,96 %, P 2 O 5 0,34%, K 2 O 1,90%, protein 30,20%, karbohidrat 22,96%, lemak 11,21%, alkohol 114,03% mg/100 g dan kandungan gula 15,75% serta vitamin C 0,46 mg/100 g, vitamin B 12 5,04 mg/100 g, asam amino 80,19 mg/100 g (Wididana dan Wigenasentana, 1991). EM-4 dalam bokashi dapat memacu aktifitas mikroorganisme yang menguntungkan seperti rhizobium, bakteri pelarut posfat dan mikoriza. Mikroorganisme ini sangat berperan dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara, terutama unsur N dan P (Wididana dan Higa, 1993). Berdasarkan uraian diatas maka bokashi pupuk kandang ayam dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bahan organik yang dapat membantu meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan bokashi secara umum direkomendasikan 200 g m -2 permukaan tanah atau 2 ton ha -1. Akan tetapi untuk tanah miskin unsur hara atau kandungan unsur haranya sedikit, dianjurkan maksimum penggunaan bokashi 1 kg m -2 atau 10 ton ha -1. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Priyadi (1996), yang melaporkan pemberian bokashi pupuk kandang ayam dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kubis bunga bila di bandingkan dengan bokashi pupuk kandang ayam tanpa inokulasi EM-4 dan dosis yang terbaik pada 10 ton ha -1. Hasil penelitian Musdalifah (2000), menunjukkan bahwa pemberiaan bokashi pupuk kandang ayam dengan dosis 4 ton ha -1 pada tanaman tomat memberikan respon yang baik pada tinggi tanaman dan rata-rata bobot per buah. Sedangkan dosis 5 ton ha -1 memberikan hasil yang baik pada jumlah bunga, jumlah buah per tanaman dan bobot kering tanaman. I. PENDAHULUAN

38 1.1. Latar Belakang Terung merupakan salah satu golongan sayuran buah yang banyak digemari berbagi kalangan karena rasanya yang enak untuk dijadikan berbagai sayur dan lalapan, juga mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya lengkap (Rukmana, 2003). Berdasarkan beberapa hasil pengujian, didalam setiap 100 kg buah terung segar mengandung 24 kalori energi, 1,1 gram protein, 1,2 g lemak, 5,5 g karbohidrat, 15 mg kalsium, 37 mg fospor, 0,4 mg besi, 4 SI Vitamin A, 5 mg vitamin C, 1,14 mg vitamin B1 dan 92,7 g air (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003). Terung memiliki nilai ekonomis dan sosial yang cukup tinggi. Produksi terung tidak hanya laku di pasaran dalam negeri (domestik), tetapi juga sudah menjadi mata dagang ekspor. Bentuk produk terung yang sudah menembus pasar ekspor adalah terung asinan (Rukmana, 2003). Distribusi pemasarannya tidak hanya dilakukan di pasar-pasar tradisional saja, namun juga di supermarket ataupun toko-toko swalayan (Samadi, 2001). Selain itu kemajuan di bidang pengolahan hasil pertanian yang semakin berkembang dapat memperluas pemasaran terung, misalnya manisan dan asinan terung. Oleh sebab itu, komoditas terung sangat potensial untuk dikembangkan secara intensif (Rukmana, 2003). Berdasarkan hal tersebut, tehnik budidaya terung dapat ditingkatkan dengan melakukan pemupukan. Pemupukan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara yang dibutuhkan selama pertumbuhan tanaman. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Namun, penggunaan pupuk anorganik saat ini kurang ekonomis karena harganya yang relative mahal, juga dampak negatifnya bagi lingkungan (Risema, 1986). Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Macam-macam pupuk organik antara lain adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan lain sebagainya. Pupuk kandang memang dapat menambah ketersediaan bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserapnya dari dalam tanah. Selain itu, pupuk kandang ternyata mempunyai pengaruh positif (baik) terhadap sifat fisik dan kimia tanah, mendorong kehidupan (perkembangan) jasad renik (Sutejo, 1995). Selain itu, pupuk organik tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan terutama tanah. Pupuk kandang ayam merupakan salah satu pupuk organik yang sangat baik untuk dikembangkan. Pupuk kandang adalah campuran dari kotoran padat dan cair yang tercampur

39 dengan sisa makanan dan alas kandang. Kandungan unsur hara pupuk kandang terdiri dari campuran 0,5% N, 0,25% P 2 O 5 dan 0,5% K 2 O, hal ini sangat bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan dan pakan yang diberikan. Pupuk kandang mempunyai beberapa sifat yang lebih baik dari pada pupuk alami lainnya, karena selain sebagai sumber unsur hara, pupuk kandang juga dapat meningkatkan kadar humus tanah, daya menahan air dan banyak mengandung mikroorganisme (Sarief, 1986). Higa (1997) mengatakan bahwa dalam usaha menunjang sistem pertanian yang berkelanjutan atau sistem pertanian yang peduli lingkungan maka dilakukan dengan pemanfaatan mikroorganisme untuk meningkatkan pertumbuhan produksi tanaman. Salah satunya dengan memberikan bahan organik yang terfermentasi (bokashi). Bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, sekam, daundaunan dan pupuk kandang) dengan bantuan Effektive Mikroorganisme-4 (EM-4). Menurut Wididana dan Higa (1993), EM-4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM-4 diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme dalam tanah, yang selanjutnya dapat meningkatkan pertumbuhan, kualitas dan kuntitas tanaman. Bokashi pupuk kandang ayam dibandingkan dengan dengan pupuk organik lainnya (tanpa inokuasi EM-4) mempunyai keunggulan yaitu mampu meningkatkan aktifitas mikroorganisme indegenus menguntungkan dan meningkatkan fiksasi nitrogen dalam waktu yang cepat, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Disamping itu bokashi pupuk kandang ayam juga dapat memperbaiki aerase tanah, memperbesar daya serap tanah terhadap air dan dapat menekan pathogen pada tanaman (Priyadi, 1996). Hasil penelitian Mawardi (2001) memperlihatkan bahwa pemberian bokashi memberikan pengaruh terhadap peningkatan ketersediaan hara N, P, dan K pada dosis 2,5 ton ha -1 dan memberikan pengaruh terbaik terhadap peningkatan N, P, dan K serta hasil bobot biji kering tanaman kedelai. Hasil penelitian Saputro (2000), pemberian bokashi pupuk kandang ayam dengan dosis 7,5 ton ha -1 dapat memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimal bagi tanaman selada. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk memilih proposal penelitian dengan judul Pengaruh Bokashi Pupuk Kandang Ayam Terhadap Hasil Tanaman Terung (Solanun melongena L.).

40 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis bokashi pupuk kandang ayam yang memberikan hasil terbaik pada tanaman terung Kegunaan Penelitian Penelitian ini hasilnya diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan dalam usaha peningkatan hasil tanaman terung Hipotesis 1. Pemberian berbagai dosis bokashi pupuk kandang ayam, memberikan pengaruh terhadap hasil tanaman terung. 2. Didapatkan satu dosis bokashi pupuk kandang ayam yang memberikan hasil terbaik pada tanaman terung.

41 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Terung Dalam tatanama (sistematika) tumbuhan, tanaman terung diklasifikasikan ke dalam Divisio Spermatophyta, Sub-divisio Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo Tubiflorae, Famili Solanaceae, Genus Solanum dan Spesies Solanum melongena L. (Rukmana, 2003). Terung termasuk tanaman setahun yang berbentuk perdu. Batangnya rendah (pendek), berkayu dan bercabang dengan tinggi tanaman bervariasi antara cm, tergantung dari jenis ataupun varietasnya. Menurut Soetasad, Muryanti dan Sunarjono (2003) batang tanaman terung dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (batang primer) dan percabangan (batang sekunder). Batang utama merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedangkan percabangan adalah bagian tanaman yang akan mengeluarkan bunga. Daun terung terdiri atas tangkai daun dan helaian daun. Tangkai daun berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian pangkal, panjangnya bersekitar 5-8 cm. Helaian daun terdiri atas ibu tulang, tulang cabang dan urat-urat daun (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003). Bunga terung berbentuk mirip bintang, berwarna biru atau lembayung cerah sampai warna yang lebih gelap. Bunga terung tidak mekar secara serempak dan penyerbukan bunga dapat terjadi secara silang ataupun menyerbuk sendiri (Rukmana, 2003). Soetasad, Muryanti dan Sunarjono (2003) menambahkan bahwa bunga terung disebut bunga banci karena dalam satu bunga terdapat benang sari (kelamin jantan) dan putik (kelamin betina). Buah terung merupakan buah sejati tunggal dan berdaging tebal, lunak, serta tidak akan pecah bila buah telah masak. Daging buah ini merupakan bagian yang enak dimakan dan berwarna hijau atau keunguan. Biji-biji terdapat bebas dalam daging buah (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003). Buah menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna coklat muda. Tanaman terung mempunyai akar tunggang dan cabang-cabang akar yang dapat menembus kedalaman tanah sekitar cm. Akar-akar yang tumbuh mendatar dapat menyebar pada radius cm dari pangkal batang, tergantung dari umur tanaman dan kesuburan tanah (Rukmana, 2003).

42 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Terung Tanaman terung dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± meter dari permukaan laut. Selama pertumbuhannya, tanaman terung menghendaki keadaan suhu udara antara 22º-30º C, cuaca panas dan iklim kering, sehingga cocok ditanam pada musim kemarau. Sebab, pada keadaan cuaca panas akan merangsang dan mempercepat proses pembungaan maupun pembuahan (Rukmana, 2003). Menurut Samadi (2001), intensitas cahaya sangat berpengaruh terhadap kualitas buah, terutama pada penampakkan kulit buahnya. Pada pencahayaan yang cukup, warna kulit buah terung akan tampak merata dan lebih mengkilap. Tanaman terung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah. Tetapi keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terung adalah jenis lempung, berpasir, subur, kaya akan bahan organik, aerasi dan drainasenya baik serta pada ph 5-6 (Soetasad, Muryanti dan Sunarjono, 2003). 2.3.Pengaruh Bokashi terhadap Hasil Tanaman Dalam usaha menunjang sistem pertanian organik yang merupakan sistem pertanian yang peduli lingkungan, maka dilakukan usaha untuk memanfaatkan mikroorganisme dan bahan organik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Sarief (1986), melalui proses dekomposisi, bahan organik dalam pupuk kandang akan melepaskan unsur hara seperti N, P dan K yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Isro (1994) menyatakan bahwa bahan organik berupa pupuk kandang ayam akan diuraikan oleh mikroorganisme tanah dan menghasilkan bahan humus yang mampu meningkatkan agregasi tanah. Agregasi tanah ini secara tidak langsung akan memperbaiki ketersediaan unsur hara. Selain itu agregasi tanah yang baik akan menjamin tata udara tanah dan air sehingga aktifitas mikroorganisme dapat berlangsung dengan baik dan ketersediaan beberapa hara yang dapat ditingkatkan. Menurut Wididana (1994), EM-4 dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, karena EM-4 dapat mempercepat dekomposisi bahan organik, sehingga ketersediaan nutrisi tanaman meningkat. Selain itu EM-4 juga dapat menekan aktifitas hama dan mikroorganisme patogen. Higa (1994) menerangkan secara ilmiah bahwa EM-4 dapat meningkatkan produksi tanaman melalui reaksi fermentasi yang menghasilkan asam organik, hormon tanaman (Auxin,

RESPON TANAMAN SAWI (Brasica juncea.l.) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK NPK DAN PENAMBAHAN BOKASHI PADA TANAH ASAL BUMI WONOREJO NABIRE

RESPON TANAMAN SAWI (Brasica juncea.l.) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK NPK DAN PENAMBAHAN BOKASHI PADA TANAH ASAL BUMI WONOREJO NABIRE RESPON TANAMAN SAW (Brasica juncea.l.) AKBAT PEMBERAN PUPUK NPK DAN PENAMBAHAN BOKASH PADA TANAH ASAL BUM WONOREJO NABRE shak Ryan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Satya Wiyata Mandala - Nabire ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus :Plantae :Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Kailan (Brassica oleraceae) Kailan merupakan kelompok dari genus Brassica yang memiliki beberapa jenis seperti sawi putih, pakcoy dan sawi sendok. Kailan merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. Pakchoy dan sawi dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakcoy (Brassica chinensis L.) Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya

TINJAUAN PUSTAKA. memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Sawi Sawi merupakan tanaman hortikultura yang dapat memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya segar dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biotani Sistimatika Sawi Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

YANG DIKULTURKAN PADA BOKASHI DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI KAMPUNG WANGGAR KABUPATEN NABIRE

YANG DIKULTURKAN PADA BOKASHI DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI KAMPUNG WANGGAR KABUPATEN NABIRE PENGARUH PENGGUNAAN EM YANG DIKULTURKAN PADA BOKASHI DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI KAMPUNG WANGGAR KABUPATEN NABIRE NOVITA L. RUHUKAIL Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Miranti Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, dari sejak bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup atau makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran hewan, seresah, sampah, dan berbagai produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI Usulan Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kacang Hijau Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung bean, green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama daerah,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak varietasnya (Rukmana, 2005). Kedudukan tanaman kacang hijau

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis. Hampir setiap hari produk ini

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah, serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran terutama sawi. Hal

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *) Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. petsai (Brassica chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. petsai (Brassica chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi juga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Sawi Sawi ( Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tanaman sawi berbeda dengan petsai (Brassica

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. PENDAHULUAN Latar Belakang Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. Pada perusahaan makanan dan minuman, melon digunakan sebagai bahan penyedap rasa dan memberikan aroma

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi dan Manfaat Vertikultur Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture). Menurut Nitisapto (1993) vertikultur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya tanaman pada dasarnya akan meninggalkan limbah baik limbah kimia maupun limbah organik, limbah organik biasanya berupa sisa tanaman seperti sisa batang dan daun tanaman

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Sejarah Tanaman Caisim Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu,

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci