Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Ekonomi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Ekonomi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016"

Transkripsi

1 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Ekonomi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

2 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran Ekonomi A. Kisi-Kisi Materi PLPG B. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru C. Pendalaman Materi Bidang Studi D. Pendalaman Materi Pedagogik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

3 Kisi-Kisi Materi PLPG

4

5 KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN EKONOMI SMA No Kompetensi Utama KOMPETENSI INTI GURU STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK Indikator Esensial/ Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) a b c d e 1 Pedagogik Menguasai teori karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial- budaya. Mendiskripsikan karakteristik siswa SMA yang berhubungan dengan pembelajaran 2 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu Mendiskripsikan contoh pendekatan kontekstual dalam pembelajaran ekonomi. 3 Pedagogik Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Mendiskripsikan teknik penilaian autentik 4 Pedagogik Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. Mendiskripsikan fungsi silabus dalam pembelajaran ekonomi. 5 Pedagogik Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu. Menyebutkan prosedur pemanfaatan teknologi informasi untuk keperluan pembelajaran ekonomi 6 Pedagogik Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan Mengurutkan sistematika penlisan laporan hasil oservasi siswa

6 yang dipersyaratkan 7 Pedagogik Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Mendiskripsikan Kegiatan guru dalam melakukan penilaian portofolio dalam pembelajaran Akuntansi. 8 Pedagogik Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal Mendiskripsikan pengertian pembelajaran langsung berdasarkan kurikulum Pedagogik Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu Menyusun rumusan masalah PTK dalam pembelajaran ekonomi 10 Pedagogik Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Mendiskripsikan cara melakukan penilaian sikap siswa dengan teknik jurnal. 11 Pedagogik Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar Menyusun tugas mandiri terstruktur yang kontekstual dalam pembelajaran ekonomi. 12 Pedagogik Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. Mendiskripsikan model pembelajaran kooperatif Concept Attainment 13 Pedagogik Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan. Mendiskripsikan langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

7 14 Pedagogik Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan Mengidentifikasi Urutan sistematika RPP sesuai Permendikbud 103 tahun Pedagogik Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. Menganalisis Hal yang perlu dipertimbangkan pada saat mengidentifikasi materi pempelajaran di dalam menyusun RPP 16 Pedagogik Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Mengidentifikasi Jenis tugas yang termasuk penilaian proyek 17 Pedagogik Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan. Mengidentifikasi yang tidak termasuk dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning=PBL) 18 Pedagogik Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan Mengidentifikasi kegunaan dari kajin pustaka pada PTK. 19 Pedagogik Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan. Mengidentifikasi tugas Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 20 Pedagogik Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan. Mediskripsikan penerapan pembelajaran konstruktivistik. Dalam pembelajaran tentang fungsi manajemen badan usaha

8 21 Pedagogik Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar Memberi contoh penilaian diri dalam pembelajaran ekonomi 22 Pedagogik Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan Mendiskripsikan cara pelaksanaan program remedial 23 Pedagogik Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan Mengkonversi nilai skala 0-100, maka ke-i dalam skala 1 4 No Kompetensi Utama KOMPETENSI INTI GURU STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK Indikator Esensial/ Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

9 a b c d e 24 Profesional Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi. Mengidentifikasi jenis kebutuhan ditinjau dari intensitasnya. 25 Profesional Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Menentukan solusi permasalahan ekonomi keterbatasan sumber daya. 26 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Mendiskripsikan tujuan pembangunan ekonomi negara sedang berkembang 27 Profesional Mengembangkan keprofesionalan secaraberkelanjutan denganmelakukan tindakan reflektif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Mengidentifikasi perbedaan permasalahan perekonomian modern dan tradisional 28 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif 29 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Menentukan solusi permasalahan ekonomi keterbatasan sumber daya. Mengidentifikasi contoh pola hidup yang konsumerisme 30 Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi. Mendiskripsikan diagram hubungan RTK dengan RTP melalui mebaca diagram.

10 31 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan. 32 Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikirkeilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi Mendiskripsikan pengertian ceteris paribus 33 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Menetukan titik keseimbangan pasar yang baru dengan disajikan gambar pergeseran kurva permintaan. 34 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Mengidentifikasi ciri pasar persaingan tidak sempurna. 35 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Mengidentikasi ciri dari pasar faktor produksi 36 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Menghitung besarnya percapita income bila diketahui jumlah penduduk dan komponen pendapatan nasional. 37 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Menganalisis langkah kebijakan moneter yangt dilakukan bila terjadi inflasi.

11 38 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Menentukan Faktor eksternal yang sangat mempengaruhi investasi 39 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Menghitung keuntungan berjual beli mata uang dolar jika diketahui kurs beli dan kurs jual. 40 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Mendiskripsikan peranan bank sentral sebagai bankers bank. 41 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Menganalisis kebijakan politik pasar terbuka 42 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi menjelaskan penyebab terjadinya pengangguran pengangguran musiman. 43 Profesional 58. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Mengidentifikasi fungsi uang berdasarkan deskripsi penggunaan uang dalam perekonomian 44 Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikirkeilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi. Disajikan contoh penggunaan dana APBN peserta dapat menentukan fungsi APBN

12 45 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Disajikan data koefisien elastisitas harga, peserta dapat menginterpretasikan maknanya dengan tepat. 46 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Disajikan sebuah transaksi keuangan peserta dapat membuat jurnal 47 Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikirkeilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi Mengidentifikasi perbedaan resiko saham dan obigasi dengan disajikan ciri ciri surat berharga pasar 48 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Diinformasikan kasus kondisi perekonomian, peserta dapat menentukan secara tepat pengambilan kebijakan diskonto oleh BI. 49 Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikirkeilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi. Disajikan sebuah kasus kegagalan produksi, peserta dapat menjelaskan dampaknya pada pasar 50 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Mengidentifikasi dengan tepat cara-cara mengatasi inflasi yang ditempuh BI 51 Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikirkeilmuan yang mendukung mata Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi. Disajikan data pendapatan nasional peserta dapat menghitung besarnya pendapatan nasional

13 pelajaran yang diampu. dengan metode pengeluaran. 52 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Disajikan data pendapatan masyarakat di dalam dan di luar negeri, peserta dapat menghitung besarnya GDP. 53 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Menghitung laba/rugi dalam berjual beli saham di pasar modal 54 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Disajikan data perbandingan kemampuan produksi dua barang di dua negara, peserta dapat menganalisis suatu negara ekspor atau impor. 55 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Mengidentifikasi dengan tepat akun-akun riil dalam perusahaan dagang 56 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Disajikan sebuah fungsi pendapatan nasional, peserta dapat menentukan besarnya tabungan masyarakat 57 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Menganalisis dampak diimplementasikannya MEA terhadap produk dalam negeri yang memiliki daya saing tinggi 58 Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan Menjelaskan dengan tepat sistem

14 dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. yang mendukung mata pelajaran Ekonomi. pemungutan PPh yang progresif 59 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Diberikan contoh hubungan kerja antara atasan dan bawahan, peserta test dapat menganalisis fungsi manajemen 60 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Memberi contoh implementasi dari fungsi manajemen. 61 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Membedakan peran dari manajemen keuangan, personalia, produksi, dan manajemen pemasara 62 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Menganalisis dampak perubahan pemanfaatan faktor produksi terhadap penawaran 63 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Menganalisis dampak perubahan teknologi terhadap produksi 64 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Memberikan contoh implementasi prinsip koperasi dalam penglolaan koperasi 65 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Mengidentifikasi kegunaan informasi keuangan bagi

15 diampu secara kreatif perusahaan 66 Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi. Mengidentifikasi jenis akuntansi berdasarkan fungsinya 67 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Disajikan contoh nama akun, peserta dapat mengidentifikasi akun akun yang termasuk kelompok aset 68 Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi. Disajikan data-data tentang persediaan, pembelian barang dan retur, peserta dapat menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) 69 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Disajikan data tentang HPP, pembelian dan pesediaan awal, perserta dapat menentukan persediaan akhir 71 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Mengidentifikasi ciri akuntansi perusahaan jasa atau perusahaan dagang 71 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Disajikan data HPP, persediaan awal, persediaan akhir dan retur, peserta dapat menghitung pembelian bersih

16 72 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Disajikan data pendapatan dan biaya peserta dapat menghitung laba kotor perusahaan dagang 73 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Disajikan data pendapatan dan biaya peserta dapat menghitung laba bersih perusahaan dagang 74 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Disajikan data transaksi pembayaran sewa selama 5 tahun, peserta dapat membuat jurnal penyesuaian 75 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Membedakan pendekatanpendekatan Ekonomi Disajaikan fungsi konsumsi peserta dapat merumuskan fungsi tabungan masyarakat 76 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Disajikan suatu permasalahan koperasi, peserta dapat memberikan solusi pemecahan 77 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Disajikan transakasi keuangan perusahaan jasa, peserta dapat merumuskan jurnal umum 78 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Disajikan transakasi keuangan, peserta dapat menganalisis perubahan posisi harta, utang dan modal perusahaan 79 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Mendiskripsikan fungsi buku besar

17 diampu secara kreatif 80 Profesional Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi Menjelaskan fungsi jurnal khusus penjualan

18

19 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Kebijakan Pengembangan Profesi Guru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

20 Daftar Isi Pendahuluan 1 Bab I Kebijakan Umum Pembinaan dan Pengembangan Guru 4 Bab II Peningkatan Kompetensi 15 Bab III Penilaian Kinerja 29 Bab IV Pengembangan Karier 42 Bab V Guru Pembelajar 51 Bab VI Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi 60 Bab VII Etika Profesi 70 Refleksi Akhir 79 Referensi 82

21 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dinamika dan peradaban bangsa Indonesia, profesi guru bermakna strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Makna strategis guru sekaligus meniscayakan pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bentuk nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai implikasi dari UU No. 14 Tahun 2005, guru harus menjalani proses sertifikasi untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik. Guru yang diangkat sejak diundangkannya UU ini, menempuh program sertifikasi guru dalam jabatan, yang diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru secara lateral memunculkan banyak gagasan. Pertama, diperlukan ekstra kapasitas untuk menyediakan guru yang profesional sejati dalam jumlah yang cukup, sehingga peserta didik yang memasuki bangku sekolah tidak terjebak pada kondisi kesia-siaan akibat layanan pendidikan dan pembelajaran yang buruk. Kedua, regulasi yang implementasinya taat asas dalam penempatan dan penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses layanan pendidikan bagi mereka yang berada pada titik-titik terluar wilayah negara, di tempat-tempat yang sulit dijangkau karena keterisolasian, dan di daerah-daerah yang penuh konflik. Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem pendidikan. Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan status guru serta tenaga kependidikan lainnya melalui penerapan yang efektif atas hak asasi dan kebebasan profesional mereka. Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan jender, ras, status perkawinan, kekurang mampuan, orientasi seksual, usia, agama, afiliasi politik atau opini, status sosial dan ekonomi, suku bangsa, adat istiadat, serta mendorong pemahaman, toleransi, dan penghargaan atas keragaman budaya komunitas. Keenam, mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan, perdagangan yang fair, layanan sosial dasar, kesehatan dan keamanan, melalui solidaritas dan kerjasama di antara anggota organisasi guru di mancanegara, gerakan organisasi kekaryaan internasional, dan masyarakat madani. Beranjak dari pemikiran teoritis tersebutdi atas, diperlukan upaya untuk merumuskan kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itulah sebabnya, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan pengembangan profesi guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan selalu berusaha untuk menyempurnakan kebijakan di bidang pembinaan dan pengembangan profesi guru. B. Standar Kompetensi Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 1

22 Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam ramburambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, kompetensi lulusan PLPG yang diharapkan disajikan berikut ini. 1. Memahami kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Memahami esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya. 3. Memahami makna, persyaratan, prinsip-prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru. 4. Memahami esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir. 5. Memahami konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan perlindungan kepada guru, kesejahteraannya. 6. Memahami dan mampu mengaplikasikan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat. C. Deskripsi Bahan Ajar Seperti dijelaskan di muka, bahwa substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, deskripsi umum bahan ajarnya disajikan berikut ini. 1. Pengantar ringkas. Mengulas serba sekilas mengenai kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya. 3. Penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru. 4. Pengembangan karir guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir. 5. Guru Pembelajar. Materi sajian terutama berkaitan dengan kebijakan program guru pembelajar, program peningkatan kompetensi guru pembelajar, tujuan program, prinsip dasar pelaksanaan dan penyelenggaraan program guru pembelajar Kesejahteraannya. 6. Literasi. Materinya berkaitan dengan latar belakang, pengertian, tujuan, ruang lingkup, dan sasaran literasi. 7. Etika profesi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 2

23 D. Langkah-langkah Pembelajaran Bahan ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ini dirancang untuk dipelajari oleh peserta PLPG, sekali guru menjdi acuan dalam proses pembelajaran bagi pihak-pihak yang tergamit di dalamnya. Selama proses pembelajaran akan sangat dominan aktivitas pelatih dan peserta PLPG. Aktivitas peserta terdiri dari aktivitas individual dan kelompok. Aktivitas individual peserta mengawali akivitas kelompok. Masing-masing aktivitas dimaksud disajikan dalam gambar. Langkah-langkah aktivitas pembelajaran di atas tidaklah rijid. Namun demikian, melalui aktivitas itu diharapkan peserta PLPG mampu memahami secara relatif luas dan mendalam tentang kebijakan Pengembangan Profesi Guru, khususnya di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 3

24 BAB I KEBIJAKAN UMUM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GURU Materi sajian pada Bab I ini berupa pengantar umum yang mengulas serba sekilas mengenai kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sajian materi ini dimaksudkan sebagai pengantar materi utama yang disajikan pada bab-bab berikutnya, yaitu peningkatan kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karir, guru pembelajar, literasi, serta etika profesi. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia Indonesia masa depan yang hidup pada era global. Globalisasi memberi penetrasi terhadap kebutuhan untuk mengkreasi modelmodel dan proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif, menyenangkan, dan transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan, kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil mengoptimasi kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya akan menjadi pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi pecundang. Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan paling konsisten. Manusia modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi diterpa oleh arus perubahan. Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang kuat agar siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan eksistensi diri dalam alur peradaban. Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis profesi guru diakui dalam realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya. Metamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Gurudan Dosen telah menempuh perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pascalahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diikuti dengan beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi kebijakan, seperti tersaji pada Gambar 1.1. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 4

25 Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru Aneka produk hukum itu semua bermuara pada pembinaan dan pengembangan profesi guru, sekaligus sebagai pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Pada tahun 2012 dan seterusnya pembinaan dan pengembangan profesi guru harus dilakukan secara simultan, yaitu mensinergikan dimensi analisis kebutuhan, penyediaan, rekruitmen, seleksi, penempatan, redistribusi, evaluasi kinerja, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, dan sebagainya. Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk hukum baru yang mengatur tentang sinergitas pengelolaan guru untuk menciptakan keselarasan dimensi-dimensi dan institusi yang terkait. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 5

26 B. Empat Tahap Mewujudkan Guru Profesional Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang profesional sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama tuanya dengan sejarah peradaban pendidikan. Di Indonesia, khusus untuk guru, dilihat dari dimensi sifat dan substansinya, alur untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional, yaitu: (1) penyediaan guru berbasis perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis sekolah, (3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, dan (4) profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru madani. Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru telah menggariskan bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang dalam buku ini disebut sebagai penyediaan guru berbasis perguruan tinggi. Menurut dua produk hukum ini, lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan. Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D-IV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah memiliki keduanya, statusnya diakui oleh Negara sebagai guru profesional. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun PP No. 74 tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan, hanya yang berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan yang memenuhi syarat sebagai guru. Itu pun jika mereka telah menempuh dan dinyatakan lulus pendidikan profesi. Dua produk hukum ini menggariskan bahwa peserta pendidikan profesi ditetapkan oleh menteri, yang sangat mungkin didasari atas kuota kebutuhan formasi. Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat penting yang dapat disadap dari dua produk hukum ini. Pertama, calon peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV. Kedua, sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri. Kelima, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi. Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup penguasaan: (1) wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan. Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008 mengisyaratkan bahwa ke depan hanya seseorang yang berkualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau D-IV dan memiliki sertifikat pendidiklah yang legal direkruit sebagai guru. Jika regulasi ini dipatuhi secara taat asas, harapannya tidak ada alasan calon guru yang direkruit untuk bertugas pada sekolah-sekolah di Indonesia berkualitas di bawah standar. Namun demikian, ternyata setelah mereka direkruit untuk Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 6

27 menjadi guru, yang dalam skema kepegawaian negara untuk pertama kali berstatus sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) guru, mereka belum bisa langsung bertugas penuh ketika menginjakkan kaki pertama kali di kampus sekolah. Melainkan, mereka masih harus memasuki fase prakondisi yang disebut dengan induksi. Ketika menjalani program induksi, diidealisasikan guru akan dibimbing dan dipandu oleh mentor terpilih untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar benar-benar siap menjalani tugas-tugas profesional. Ini pun tentu tidak mudah, karena di daerah pinggiran atau pada sekolah-sekolah yang nun jauh di sana, sangat mungkin akan menjadi tidak jelas guru seperti apa yang tersedia dan bersedia menjadi mentor sebagai tandem itu. Jadi, sunggupun guru yang direkruit telah memiliki kualifikasi minimum dan sertifikat pendidik, yang dalam produk hukum dilegitimasi sebagai telah memiliki kewenangan penuh, masih diperluan program induksi untuk memposisikan mereka menjadi guru yang benar-benar profesional. Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini merupakan fase yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai guru. Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning teacher) terhitung mulai dia petama kali menginjakkan kaki di sekolah atau satuan pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri. Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan empiris lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun pengalaman teoritis calon guru di kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja, suasananya akan lain. Persoalan mengajar bukan hanya berkaitan dengan materi apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya, melainkan semua subsistem yang ada di sekolah dan di masyarakat ikut mengintervensi perilaku nyata yang harus ditampilkan oleh guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Di sinilah esensi progam induksi yang tidak dibahas secara detail di dalam buku ini. Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin keseharian menjalankan tugas-tugas profesional, profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak berhenti di situ. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain adalah penting. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru pemula masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya. C. Alur Pengembangan Profesi dan Karir Saat ini, pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin nyata. Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi mengangkat martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Aktualitas tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis pada prinsip-prinsip: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 7

28 perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru mencakup: (1) guru -- baik guru kelas, guru bidang studi/mata pelajaran, maupun guru bimbingan dan konseling atau konselor; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas, seperti tertuang pada Gambar 1.2. Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi di dalam pengembangan profesi dan karir profesi guru di masa depan. Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan yang profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan bermimpi menghadirkan guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan, kesejahteraan, perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka terjamin. Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut melakukan profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan IPTEK. Disinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lainlain. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya. Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan nonkependidikan yang terakreditasi. Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau olah raga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 8

29 Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan kompetensikompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut, sebagaimana disajikan pada Gambar 1.3., diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait dalam melaksanakan pembinaan profesi dan karir guru. Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru. Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional. Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas. Namun demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi beragam sifatnya. Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu pemahaman tengtang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang teori-teori terkini. Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau memodifikasi/mengadopsi program sejenis. Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir, kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk ranah Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 9

30 peningkatan karir. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang luar biasa. D. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Dengan demikian, kenijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus dilakukan secara kontinyu, dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekruitmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karir (lihat Gambar 1.4), hingga menjadi guru profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus. Merujuk pada alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya adalah guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual tinggi. Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru dilakukan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Atas dasar itu dapat dirumuskan profil dan peta kinerja dan kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja dan uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang pada Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru yang sebenarnya dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja ini juga akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai dengan tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling. Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis untuk mengetahui prestasi kerjanya, termasuk potensi pengembangannya. Disamping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu diketahui tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 10

31 sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Dengan demikian, kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat. Penilaian kinerja dan uji kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan segala cabang aktifitasnya perlu disertai dengan upaya memberi penghargaan, perlindungan, kesejateraan, dan pemartabatan guru. Karena itu, isu-isu yang relevan dengan masa depan manajemen guru, memerlukan formulasi yang sistemik dan sistematik terutama sistem penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus. E. Kebijakan Pemerataan Guru Hingga kini masih muncul kesenjangan pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Hal tersebut menunjukkan betapa rumitnya persoalan yang berkaitan dengan penataan dan pemerataan guru di negeri tercinta ini. Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan rumitnya penataan dan pemerataan guru tersebut dengan menetapkan Peraturan Bersama Lima Menteri, yaitu Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Peraturan ini ditandatangani tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari Dalam peraturan bersama ini antara lain dinyatakan, bahwa untuk menjamin pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan/atau antarprovinsi dalam upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional, guru pegawai negeri sipil dapat dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di kabupaten/kota, dan provinsi lain. 1. Kebijakan dan Pemerataan Guru Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012 secara eksplisit menyatakan bahwa: a. Kebijakan standardisasi teknis dalam penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan secara nasional ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Demikian juga Menteri Pendidikan Nasional mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan untuk penataan dan pemerataan guru PNS pada provinsi yang berbeda berdasarkan data pembanding dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Dalam memfasilitasi penataan dan pemerataan PNS di daerah dan kabupaten/kota, Menteri Pendidikan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Agama. b. Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan, dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. c. Menteri Dalam Negeri berkewajiban untuk mendukung pemerintah daerah dalam hal penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional serta Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 11

32 memasukkan unsur penataan dan pemerataan guru PNS ini sebagai bagian penilaian kinerja pemerintah daerah. d. Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan PNS secara nasional melalui aspek pendanaan di bidang pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan negara. e. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan melalui penetapan formasi guru PNS. f. Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya membuat perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawab masing-masing. 2. Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota a. Dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pemerataan guru, gubernur bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yang kelebihan atau kekurangan guru PNS. b. Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan guru PNS. c. Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya. d. Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya. e. Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kewenangannya untuk penataan dan pemerataan antarkabupaten/kota dalam satu wilayah provinsi. f. Penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan didasarkan pada analisis kebutuhan dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan standardisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. g. Analisis kebutuhan disusun dalam suatu format laporan yang dikirimkan kepada Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan. Dalam kerangka pemerataan guru, diperlukan pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dalam kegiatan penataan dan pemerataan guru, khususnya guru PNS. Oleh karena itu secara bersama-sama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, Menneg PAN dan RB, dan Menteri Keuangan wajib memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan guru sesuai dengan kewenangan masingmasing.sedangkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 12

33 antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarpendidikan di kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur sesuai dengan masing-masing wilayahnya. Termasuk dalam kerangka ini, diperlukan juga pembinaan dan pengawasan. Norma-norma umum pembinaan dan pengawasan disajikan berikut ini. 1. Secara Umum, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri. 2. Secara teknis, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh Menteri Pendidikan Nasional. 3. Menteri Agama melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah di lingkungan Kementerian Agama. 4. Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah kabupaten/kota. Dari mana pendanaannya? Pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan, atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dibebankan pada APBN, dan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota dalam satu provinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dibebankan pada APBD provinsi. Sedangkan pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota, atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota dibebankan pada APBD kabupaten/kota. Pelaksanaan pelaporan penataan dan pemerataan guru disajikan berikut ini. 1. Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan Februari tahun berjalan. Kemudian Gubernur mengusulkan perencanaan seperti tersebut di atas, dan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Maret tahun berjalan. 2. Bupati/Walikota membuat laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan April tahun berjalan. Kemudian Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Mei tahun berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan. 3. Menteri Agama menyampaikan informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya dan menyampaikannya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Keuangan, dan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 13

34 Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi paling lambat bulan Mei tahun berjalan. 4. Berdasarkan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS dan informasi dari Kementerian Agama tersebut di atas, Menteri Pendidikan Nasional melakukan evaluasi dan menetapkan capaian penataan dan pemerataan guru PNS secara nasional paling lambat bulan Juli tahun berjalan. 5. Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan. Sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut: 1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan sebagian atau seluruh bantuan finansial fungsi pendidikan dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian terkait sesuai dengan kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur yang tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan di daerahnya. 2. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menunda pemberian formasi guru PNS kepada Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Keuangan dapat melakukan penundaan penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Dalam Negeri memberikan penilaian kinerja kurang baik dalam penyelenggaraan urusan penataan dan pemerataan guru PNS sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 14

35 BAB II. PENINGKATAN KOMPETENSI Topik ini berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya. Peserta PLPG diminta mengikuti materi pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, mengerjakan latihan, dan melakukan refleksi. A. Esensi Peningkatan Kompetensi Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan profesinya justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran. Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan yang meragukan kompetensi guru baik dalam bidang studi yang diajarkan maupun bidang lain yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini cukup beralasan karena didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih banyak guru yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi ini juga menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak menguasai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari studi tersebut di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini mencerminkan betapa masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan profesionalismenya. Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial. Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK membawa dampak pada siswa paling tidak dalam dua hal. Pertama, siswa hanya terbekali dengan kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan dan pembelajaran tidak siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang terus berubah. Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang kondusif bagi tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena tidak didukung oleh penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan pada kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya. Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar (accelerated learning), kecenderungan materi yang harus dipelajari anak didik yang semakin hari semakin bertambah jumlah, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 15

36 jenis, dan tingkat kesulitannya, menuntut dukungan strategi dan teknologi pembelajaran yang secara terus-menerus disesuaikan pula agar pembelajaran dapat dituntaskan dalam interval waktu yang sama. Sejatinya, guru adalah bagian integral dari subsistem organisasi pendidikan secara menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan mampu menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan modern, perlu mengembangkan sekolah sebagai sebuah organisasi pembelajar. Di antara karakter utama organisasi pembelajar adalah mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan eksistensinya. B. Prinsip-Prinsip Peningkatan Kompetensi dan Karir 1. Prinsip-prinsip Umum Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini. a. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa b. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. c. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat. d. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran. e. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. 2. Prinsip-pinsip Khusus Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini. a. Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. b. Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. c. Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. d. Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indicator. e. Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti perkembangan Ipteks. f. Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman. g. Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional. h. Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari kompetensi profesinya. i. Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 16

37 rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain. j. Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya. k. Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas. l. Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru. m. Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi. n. Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru; o. Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik; p. Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru. q. Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal. C. Jenis Program Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini. 1. Pendidikan dan Pelatihan a. Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya. b. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di institusi/industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru. Program magang ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat dilakukan selama priode tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu khususnya bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan pengalaman nyata. c. Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan bekerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu. Pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan melalui mitra sekolah Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 17

38 diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra dapat dimanfaatkan oleh guru yang mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. d. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten atau di propinsi. e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi wewenang, di mana program pelatihan disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu. f. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kompetensi guru dalam beberapa kemampuan seperti melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain sebagainya. g. Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya. h. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi. 2. Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan a. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik sesuai dengan masalah yang di alami di sekolah. Melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya. b. Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam meningkatkan kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya kualitas pendidikan. c. Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya. d. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 18

39 e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan. f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik (animasi pembelajaran). g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat dan atau pendidikan dan karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat. D. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Penetapan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dilatarbelakangi bahwa guru memiliki peran strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Perubahan mendasar yang terkandung dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 dibandingkan dengan regulasi sebelumnya, di antaranya dalam hal penilaian kinerja guru yang sebelumnya lebih bersifat administratif menjadi lebih berorientasi praktis, kuantitatif, dan kualitatif, sehingga diharapkan para guru akan lebih bersemangat untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitasnya. Dalam Permenneg PAN dan RB ini, jabatan fungsional terdiri dari empat jenjang, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama. Setiap tahun, guru harus dinilai kinerjanya secara teratur melalui Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) dan wajib mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). PKB tersebut harus dilaksanakan sejak guru memiliki golongan kepangkatan III/a dengan melakukan pengembangan diri, dan sejak golongan kepangkatan III/b guru wajib melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Untuk naik dari golongan kepangkatan IV/c ke IV/d guru wajib melakukan presentasi ilmiah. Gambar 2.1. menunjukkan keterkaitan antara PKB, PK Guru, dan pengembangan karir guru. PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil PK Guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru masih berada di bawah standar kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai pembinaan untuk mencapai kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan kompetensi agar dapat memenuhi tuntutan masa depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kebutuhan sekolah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 19

40 Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui sebagai salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru dan kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru, selain kegiatan pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Kegiatan PKB diharapkan dapat menciptakan guru yang profesional, yang bukan hanya sekadar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga memiliki kepribadian yang matang. Dengan kepribadian yang prima dan penguasaan IPTEK yang kuat, guru diharapkan terampil dalam menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan bidangnya. Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah yang berimbas pada peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus, tujuan PKB disajikan berikut ini. 1. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. 2. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik dalam memenuhi tuntutan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di masa mendatang. 3. Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. 4. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru. 5. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat. Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan kepastian mendapatkan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi diri secara optimal, sehingga mereka memiliki kepribadian kuat dan berbudi pekerti luhur untuk berperan aktif dalam pengembangan iimu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki kepribadian yang kuat sesuai dengan profesinya; sehingga selama karirnya mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik menghadapi kehidupan di masa datang. Dengan PKB untuk guru, bagi sekolah/madrasah diharapkan mampu menjadi sebuah organisasi pembelajaran yang efektif; sehingga sekolah/madrasah dapat menjadi wadah untuk peningkatan kompetensi, dedikasi, dan komitmen guru dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik. Bagi orang tua/masyarakat, PKB untuk guru bermakna memiliki jaminan bahwa anak mereka di sekolah akan memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Bagi pemerintah,pkb untuk guru dimungkinkan dapat memetakan kualitas layanan pendidikan sebagai dasar untuk menyusun dan menetapkan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam menunjang pembangunan pendidikan; sehingga pemerintah dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berkepribadian luhur. PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan meningkatkan standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidang-bidang yang berkaitan dengan profesi guru. Dengan demikian, guru secara profesional dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik. PKB mencakup kegiatan-kegiatan yang didesain untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru. Kegiatan dalam PKB membentuk suatu siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Gambar 2.2 menunjukkan siklus kegiatan PKB Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 20

41 bagiguru. Melalui siklus kegiatan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, diharapkan guru akan mampu mempercepat pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan karirnya. Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di sekolah, baik oleh guru secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu sekolah. Kegiatan PKB melalui jaringan sekolah dapat dilakukan dalam satu rayon (gugus), antarrayon dalam kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan dimungkinkan melalui jaringan kerjasama sekolah antarnegara serta kerjasama sekolah dan industri, baik secara langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui jaringan antara lain dapat berupa: kegiatan KKG/MGMP; pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke sekolah lain, dunia usaha, industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari sekolah lain, komite sekolah, dinas pendidikan, pengawas, asosiasi profesi, atau dari instansi lain yang relevan. Jika kegiatan PKB di sekolah dan jaringan sekolah belum memenuhi kebutuhan pengembangan keprofesian guru, atau guru masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber kepakaran luar lainnya. Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK, Perguruan Tinggi atau institusi layanan lain yang diakui oleh pemerintah, atau institusi layanan luar negeri melalui pendidikan dan pelatihan jarak jauh dengan memanfaatkan jejaring virtual atau TIK. Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan kompetensi dapat dilakukan oleh guru dan di sekolah mereka sendiri. Beberapa program dimaksud disajikan berikut ini. 1. Dilakukan oleh guru sendiri: a. menganalisis umpan balik yang diperoleh dari siswa terhadap pelajarannya; b. menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan siswa, dll); c. mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran; d. membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi; dan e. mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh. 2. Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain: a. mengobservasi guru lain; b. mengajak guru lain untuk mengobservasi guru yang sedang mengajar; c. mengajar besama-sama dengan guru lain (pola team teaching); d. bersamaan dengan guru lain membahas dan melakukan investigasi terhadap permasalahan yang dihadapi di sekolah; Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 21

42 e. membahas artikel atau buku dengan guru lain; dan f. merancang persiapan mengajar bersama guru lain. 3. Dilakukan oleh sekolah : a. training day untuk semua sumber daya manusia di sekolah (bukan hanya guru); b. kunjungan ke sekolah lain; dan c. mengundang nara sumber dari sekolah lain atau dari instansi lain. Satu hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan harus dapat mematuhi prinsip-prinsip seperti berikut ini. 1. Setiap guru di Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri. Hak tersebut perlu diimplementasikan secara teratur, sistematis, dan berkelanjutan. 2. Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai dari sekolah. Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program PKB minimal selama tujuh hari atau 40 jam per tahun. Alokasi tujuh hari tersebut adalah alokasi minimal. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/ atau sekolah berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu, termasuk penyediaan anggaran untuk kegiatan PKB. 3. Guru juga wajib berusaha mengembangkan dirinya semaksimal mungkin dan secara berkelanjutan. Alokasi waktu tujuh hari per tahun sebenarnya tidak cukup, sehingga guru harus tetap berusaha pada kesempatan lain di luar waktu tujuh hari tersebut. Keseriusan guru untuk mengembangkan dirinya merupakan salah satu hal yang diperhatikan dan dinilai di dalam kegiatan proses pembelajaran yang akan dievaluasi kinerja tahunannya. 4. Proses PKB bagi guru harus dimulai dari guru sendiri. Sebenarnya guru tidak bisa dikembangkan oleh orang lain jika dia belum siap untuk berkembang. Pihak-pihak yang mendapat tugas untuk membina guru perlu menggali sebanyak-banyaknya dari guru tersebut (tentang keinginannya, kekhawatirannya, masalah yang dihadapinya, pemahamannya tentang proses belajar-mengajar, dsb) sebelum memberikan masukan/saran. 5. Untuk mencapai tujuan PKB yang sebenarnya, kegiatan PKB harus melibatkan guru secara aktif sehingga betul-betul terjadi perubahan pada dirinya, baik dalam penguasaan materi, pemahaman konteks, keterampilan, dan lain-lain. Jenis pelatihan tradisional -- yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam jumlah besar tetapi tidak melibatkan mereka secara aktif -- perlu dihindari. Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketentuan yang berlaku serta praktik-praktik pelaksanaannya, perlu dikembangkan mekanisme PKB yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Analisis kebutuhan dan ketentuan tersebut mencakup antara lain: 1. Setiap guru berhak menerima pembinaan berkelanjutan dari seorang guru yang berpengalaman dan telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan (guru pendamping). 2. Guru pendamping tersebut berasal dari sekolah yang sama dengan guru binaannya atau dipilih dari sekolah lain yang berdekatan, apabila di sekolahnya tidak ada guru pendamping yang memenuhi kompetensi. 3. Setiap sekolah mempunyai seorang koordinator PKB tingkat sekolah, yaitu seorang guru yang berpengalaman. Sekolah yang mempunyai banyak guru boleh membentuk sebuah tim PKB untuk membantu Koordinator PKB, sedangkan sekolah kecil dengan jumlah guru yang terbatas, terutama sekolah dasar, sangat dianjurkan untuk bekerja sama dengan sekolah lain di sekitarnya. Dengan demikian, seorang Koordinator PKB bisa mengkoordinasikan kegiatan PKB di beberapa sekolah. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 22

43 4. Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menunjuk dan menetapkan seorang Koordinator PKB tingkat kabupaten/kota (misalnya pengawas yang bertanggung jawab untuk gugus sekolah tertentu). 5. Sekolah, KKG/MGMP serta Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota harus merencanakan kegiatan PKB dan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan tersebut. Kegiatan PKB harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. 6. Sekolah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas tambahannya sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB tingkat sekolah maupun dalam mengikuti kegiatan PKB tidak mengurangi kualitas pembelajaran siswa. PKB perlu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai standar kompetensi dan/atau meningkatkan kompetensinya agar guru mampu memberikan layanan pendidikan secara profesional. Pencapaian dan peningkatan kompetensi tersebut akan berdampak pada peningkatan keprofesian guru dan berimplikasi pada perolehan angka kredit bagi pengembangan karir guru. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009, terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang dapat dinilai angka kreditnya, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. 1. Pengembangan Diri Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan fungsional dan kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru. Dengan demikian, guru akan mampu melaksanakan tugas utama dan tugas tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas tambahan adalah tugas lain guru yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, seperti tugas sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan. Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masingmasing. Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1) lokakarya atau kegiatan bersama untuk menyusun dan/atau mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan/atau media pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai pembahas maupun peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru. Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: (1) penyusunan RPP, program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan kurikulum dan bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 23

44 mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan diri ini harus berkualitas, dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Koordinator PKB di sekolah secara sistematik dan terarah sesuai kebutuhan. Kegiatan pengembangan diri yang berupa diklat fungsional harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi hasil pelatihan yang disahkan oleh kepala sekolah. Sementara itu, kegiatan pengembangan diri yang berupa kegiatan kolektif guru harus dibuktikan dengan surat keterangan dan laporan per kegiatan yang disahkan oleh kepala sekolah. Jika guru mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, laporan dan bukti fisik pendukung tersebut harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi. Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu didesiminasikan kepada guru- guru yang lain, minimal di sekolahnya masing-masing, sebagai bentuk kepedulian dan wujud kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini diharapkan dapat mempercepat proses peningkatan dan pengembangan sekolah secara utuh/menyeluruh. Guru bisa memperoleh penghargaan berupa angka kredit tambahan sesuai perannya sebagai pemrasaran/nara sumber. 2. Publikasi Ilmiah Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu: a. Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang diselenggarakan pada tingkat sekolah, KKG/MGMP, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. b. Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal. Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu atau minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di sekolah masing-masing. Dokumen karya ilmiah disahkan oleh kepala sekolah dan disimpan di perpustakaan sekolah. Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, karya ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan setempat. c. Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman guru. Buku yang dimaksud dapat berupa buku pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku pelengkap, modul/diktat pembelajaran per semester, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman guru. Buku termaksud harus tersedia di perpustakaan sekolah tempat guru bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan dengan pernyataan keaslian dari kepala sekolah atau dinas pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah. 3. Karya Inovatif Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi. Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan profesionalismenya, tidak sekadar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit seorang guru diasumsikan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 24

45 telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib melakukan kegiatan PKB. E. Uji Kompetensi Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat, sehingga bias dipertanggungjawabkan baik secara akademik, moral, maupun keprofesian. Dengan demikian, disamping hasil penilaian kinerja, uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional. 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing- masing dan dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu: a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual. b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 2. Kompetensi Kepribadian Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas generasi masa depan bangsa. Walaupun Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 25

46 berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas, guru harus tetap tegar dalam melaksakan tugas sebagai seorang pendidik. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah: a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 3. Kompetensi Sosial Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini. a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 4. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 26

47 seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh peserta didik sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus. Keaktifan pesertadidik harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong pesertadidik untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya. Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, dan prinsip- prinsip lainnya. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir soal secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi pesertadidik belajar. Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi profesional atau akademik dapat diamati dari aspek-aspek berikut ini. a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu. c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Seperti dijelaskan di atas, untuk mengetahui kompetensi guru dilakukan uji kompetensi. Melalui uji kompetensi guru dapat dirumuskan profil kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil uji kompetensi menjadi basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan materi setiap guru. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini. a. Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan bukti-bukti yang dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli. b. Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat menghasilkan kesimpulan yang relatif sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat dan asesor yang berbeda. c. Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang disesuikan dengan kondisi peserta uji serta kondisi tempat uji kompetensi. d. Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap guru, dimana mereka harus diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang ada dengan tidak melihat dari kelompok mana dia berasal. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 27

48 e. Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan sumber daya dan waktu yang berlebihan dalam melaksanakan uji kompetensi sesuai dengan unjuk kerja yang ditetapkan. Uji kompetensi sebisa mungkin dilaksanakan di tempat kerja atau dengan mengorbankan waktu dan biaya yang sedikit. Uji kompetensi dilakukan dengan strategi tertentu. Strategi uji kompetensi dilakukan seperti berikut ini. 1. Dilakukan secara kontinyu bagi semua guru, baik terkait dengan mekanisme sertifikasi maupun bersamaan dengan penilaian kinerja. 2. Dapat dilakukan secara manual (offline), online, atau kombinasinya. 3. Memberi perlakauan khusus untuk jenis guru tertentu, misalnya guru produktif, normatif, guru TK/LB, atau melalui tes kinerja atau performance test. 4. Dimungkinkan penyediaan bank soal yang memenuhi validitas dan reliabilitas tertentu, khusus untuk ranah pengetahuan. 5. Sosialisasi pelaksanaan program dan materi uji kompetensi Latihan dan Renungan 1. Apa esensi peningkatan kompetensi guru? 2. Sebutkan jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh guru? 3. Buatlah penjelasan ringkas mengenai keterkaitan masing-masing jenis kompetensi guru! 4. Sebutkan beberapa prinsip peningkatan kompetensi guru1 5. Apa yang dimaksud dengan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan? 6. Sebutkan jenis-jenis program peningkatan kompetensi guru! 7. Apa esensi uji kompetensi guru? 8. Apa dampak ikutan hasil uji kompetensi bagi guru? Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 28

49 BAB III PENILAIAN KINERJA Topik ini berkaitan dengan penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru. Peserta PLPG diminta mengikuti materi pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, menjawab soal latihan, dan melakukan refleksi. A. Latar Belakang Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam IPTEK, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian. Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Karena itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru. Agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan penilaian kinerja guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan. Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi guru. Untuk memberi pengakuan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK Guru harus dilakukan terhadap guru di semua satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas pada guru yang bekerja di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga mencakup guru yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama. Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai masukan dalam penyusunan program PKB. Hasil PK Guru juga merupakan dasar penetapan perolehan angkakredit guru dalam rangka pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat dilaksanakan dengan baik dan obyektif, maka cita cita pemerintah untuk menghasilkan insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing tinggi lebih cepat direalisasikan. B. Pengertian Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuannya dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 29

50 Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas tambahan. Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya. Sebelum mengikuti PK Guru, seorang guru harus mengikuti uji kompetensi. Berdasarkan hasil uji kompetensi ini, guru akan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: (1) guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimal yang ditetapkan, dan (2) guru yang belum memiliki standar kompetensi minimmal yang ditetapkan. Guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimum yang ditetapkan diberi kesempatan untuk mengikuti PK Guru. Sebaliknya, guru yang belum mencapai standar minimum yang ditetapkan, diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) melalui multimode, untuk kemudian mengikuti uji kompetensi. Jika hasil uji kompetensi memenuhi persyaratan, guru yang bersangkutan diberi peluang mengikuti PK Guru. Fokus utama PK Guru adalah (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa. Guru yang sudah mengikuti PK Guru, akan dihitung angka kredit yang diperoleh atas kinerjanya pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 30

51 Hasil PK Guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PK Guru merupakan acuan bagi sekolah/madrasah untuk menetapkan pengembangan karir dan promosi guru. Bagi guru, PK Guru merupakan pedoman untuk mengetahui unsur unsur kinerja yang dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya, khususnya pada empat fokus utama, seperti disebutkan di atas. C. Persyaratan Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan praktis. 1. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar mengukur komponenkomponen tugas guru dalam melaksanakanpembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. 2. Sistem PK Guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan tinggi jika proses yang dilakukan memberikan hasil yang sama untuk seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun. 3. Sistem PK Guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun dengan relatif mudah, dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan. D. Prinsip Pelaksanaan Prinsip prinsip utama dalam pelaksanaan PK Guru adalah sebagai berikut. 1. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku. 2. Menilai kinerja yang dapat diamati dan dipantau, yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sehari hari, yaitu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah meliputi: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 31

52 a. disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), b. efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), c. keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan d. motivasi belajar siswa. 3. Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam proses harus memahami semua dokumen yang terkait dengan sistem penilaian. Guru dan penilai harus memahami pernyataan kompetensi dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga keduanya mengetahui tentang aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan dalam penilaian. 4. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir tahun dengan memperhatikan hal hal berikut. a. Obyektif sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas sehari hari. b. Memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar kepada semua guru yang dinilai. c. Dapat dipertanggungjawabkan. d. Bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara berkelanjutan dan pengembangan karir profesinya. e. Memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain yang berkepentingan, untuk memperoleh akses informasi atas penyelenggaraan penilaian tersebut. f. Mudah tanpa mengabaikan prinsip prinsip lainnya. g. Berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan. h. Tidak hanya terfokus pada hasil, namun juga perlu memperhatikan proses, yakni bagaimana guru dapat mencapai hasil tersebut. i. Periodik, teratur, dan berlangsung secara terus menerus selama seseorang menjadi guru. j. Boleh diketahui oleh pihak pihak terkait yang berkepentingan. E. Aspek yang Dinilai Seperti telah dijelaskan di muka, guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selain tugas utamanya tersebut, guru juga dimungkinkan memiliki tugas tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Oleh karena itu, dalam penilaian kinerja guru beberapa subunsur yang perlu dinilai adalah sebagai berikut. 1. Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru mata pelajaran atau guru kelas, khususnya berkaitan dengan, (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa. 2. Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan bagi guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembimbingan, mengevaluasi dan menilai hasil bimbingan, menganalisis hasil evaluasi pembimbingan, dan melaksanakan tindak lanjut hasil pembimbingan. Seperti halnya guru mata pelajaran, fokus utama PK bagi guru. Bimbingan Konseling (BK)/Konselor juga mencakup (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa. 3. Kinerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Pelaksanaan tugas tambahan ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka dan yang tidak mengurangi jam mengajar Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 32

53 tatap muka. Tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka meliputi: (1) menjadi kepala sekolah/madrasah per tahun; (2) menjadi wakil kepala sekolah/madrasah per tahun; (3) menjadi ketua program keahlian/program studi atau yang sejenisnya; (4) menjadi kepala perpustakaan; atau (5) menjadi kepala laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya. Tugas tambahan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka dikelompokkan menjadi dua, yaitu tugas tambahan minimal satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, guru pembimbing program induksi, dan sejenisnya) dan tugas tambahan kurang dari satu tahun (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi pembelajaran, penyusunan kurikulum, dan sejenisnya). Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan tugas tambahan yang mengurangai jam mengajar tatap muka dinilai dengan menggunakan instrumen khusus yang dirancang berdasarkan kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas tambahan tersebut. Tugas tambahan lain yang tidak mengurangi jam mengajar guru dihargai langsung sebagai perolehan angka kredit sesuai ketentuan yang berlaku. F. Prosedur Pelaksanaan PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran (penilaian formatif) dan akhir tahun ajaran (penilaian sumatif), khususnya untuk pertamakalinya. PK Guru formatif digunakan untuk menyusun profil kinerja guru dan harus dilaksanakan dalam kurun waktu 6 (enam) minggu di awal tahun ajaran. Berdasarkan profil kinerja guru ini dan hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru secara mandiri, sekolah/madrasah menyusun rencana PKB. Bagi guru guru dengan PK Guru di bawah standar, maka program PKB diarahkan untuk pencapaian standar kompetensi tersebut. Sementara itu, bagi guru guru dengan PK Guru yang telah mencapai atau di atas standar, program PKB diorientasikan untuk meningkatkan atau memperbaharui pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan perilaku keprofesiannya. PK Guru sumatif digunakan untuk menetapkan perolahan angka kredit guru pada tahun tersebut. PK Guru sumatif juga digunakan untuk menganalisis kemajuan yang dicapai guru dalam pelaksanaan PKB, baik bagi guru yang nilainya masih di bawah standar, telah mencapai standar, atau melebihi standar kompetensi yang ditetapkan. PK Guru sumatif harus sudah dilaksanakan 6 (enam) minggu sebelum penetapan angka kredit seorang guru. Secara spesifik terdapat perbedaan prosedur pelaksanaan PK Guru pembelajaran atau pembimbingan dengan prosedur pelaksanaan PK Guru untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Meskipun demikian, secara umum kegiatan penilaian PK Guru di tingkat sekolah dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan sebagaimana berikut. 1. Tahap Persiapan Dalam tahap persiapan, hal hal yang harus dilakukan oleh penilai maupun guru yang akan dinilai, yaitu: a. memahami Pedoman PK Guru, terutama tentang sistem yang diterapkan dan posisi PK Guru dalam kerangka pembinaan dan pengembangan profesi guru; b. memahami pernyataan kompetensi guru yang telah dijabarkan dalam bentuk indicator kinerja; c. memahami penggunaan instrumen PK Guru dan tata cara penilaian yang akan dilakukan, termasuk cara mencatat semua hasil pengamatan dan pemantauan, serta mengumpulkan dokumen dan bukti fisik lainnya yang memperkuat hasil penilaian; dan d. memberitahukan rencana pelaksanaan PK Guru kepada guru yang akan dinilai sekaligus menentukan rentang waktu jadwal pelaksanaannya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 33

54 2. Tahap Pelaksanaan Beberapa tahapan PK Guru yang harus dilalui oleh penilai sebelum menetapkan nilai untuk setiap kompetensi, yaitu: a. Sebelum pengamatan. Pertemuan awal antara penilai dengan guru yang dinilai sebelum dilakukan pengamatan dilaksanakan di ruang khusus tanpa ada orang ketiga. Pada pertemuan ini, penilai mengumpulkan dokumen pendukung dan melakukan diskusi tentang berbagai hal yang tidak mungkin dilakukan pada saat pengamatan. Semua hasil diskusi, wajib dicatat dalam format laporan dan evaluasi per kompetensi sebagai bukti penilaian kinerja. Untuk pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dapat dicatat dalam lembaran lain karena tidak ada format khusus yang disediakan untuk proses pencatatan ini. b. Selama pengamatan. Selama pengamatan di kelas dan/atau di luar kelas, penilai wajib mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran atau pembimbingan, dan/atau dalam pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Dalam konteks ini, penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk masing masing penilaian kinerja. Untuk menilai guru yang melaksanakan proses pembelajaran atau pembimbingan, penilai menggunakan instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan. Pengamatan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas selama proses tatap muka tanpa harus mengganggu proses pembelajaran. Pengamatan kegiatan pembimbingan dapat dilakukan selama proses pembimbingan baik yang dilakukan dalam kelas maupun di luar kelas, baik pada saat pembimbingan individu maupun kelompok. Penilai wajib mencatat semua hasil pengamatan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Jika diperlukan, proses pengamatan dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh informasi yang akurat, valid dan konsisten tentang kinerja seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau pembimbingan. Dalam proses penilaian untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, data dan informasi dapat diperoleh melalui pencatatan terhadap semua bukti yang teridentifikasi di tempat yang disediakan pada masing masing kriteria penilaian. Bukti bukti ini dapat diperoleh melalui pengamatan, wawancara dengan pemangku kepentingan pendidikan (guru, komite sekolah, peserta didik, dunia usaha dan dunia industri mitra). c. Setelah pengamatan. Pada pertemuan setelah pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsisekolah/madrasah, penilai dapat mengklarifikasi beberapa aspek tertentu yang masih diragukan. Penilai wajib mencatat semua hasil pertemuan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Pertemuan dilakukan di ruang khusus dan hanya dihadiri oleh penilai dan guru yang dinilai. Untuk penilaian kinerja tugas tambahan, hasilnya dapat dicatat pada Format Penilaian Kinerja sebagai deskripsi penilaian kinerja. 3. Tahap Penilaian a. Pelaksanaan penilaian Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 34

55 Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap kompetensi dengan skala nilai 1, 2, 3, atau 4. Sebelum pemberian nilai tersebut, penilai terlebih dahulu memberikan skor 0, 1, atau 2 pada masing masing indikator untuk setiap kompetensi. Pemberian skor ini harus didasarkan kepada catatan hasil pengamatan dan pemantauan serta bukti bukti berupa dokumen lain yang dikumpulkan selama proses PK Guru. Pemberian nilai untuk setiap kompetensi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. 1) Pemberian skor 0, 1, atau 2 untuk masing masing indikator setiap kompetensi. Pemberian skor ini dilakukan dengan cara membandingkan rangkuman catatan hasil pengamatan dan pemantauan di lembar format laporan dan evaluasi per kompetensi dengan indikator kinerja masing masing kompetensi 2) Nilai setiap kompetensi kemudian direkapitulasi dalam format hasil penilaian kinerja guru untuk mendapatkan nilai total PK Guru. Untuk penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, nilai untuk setiap kompetensi direkapitulasi ke dalam format rekapitulasi penilaian kinerja untuk mendapatkan nilai PK Guru. Nilai total ini selanjutnya dikonversikan ke dalam skala nilai sesuai Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun ) Berdasarkan hasil konversi nilai PK Guru ke dalam skala nilai sesuai dengan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, selanjutnya dapat ditetapkan sebutan dan persentase angka kreditnya sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Konversi Nilai Kinerja Hasil PK Guru ke persentase Angka Kredit Nilai Hasil PK Guru Sebutan Persentase Angka kredit Amat baik 125% Baik 100% Cukup 75% Sedang 50% 50 Kurang 25% 4) Setelah melaksanakan penilaian, penilai wajib memberitahukan kepada guru yang dinilai tentang nilai hasil PK Guru berdasarkan bukti catatan untuk setiap kompetensi. Penilai dan guru yang dinilai melakukan refleksi terhadap hasil PK Guru, sebagai upaya untuk perbaikan kualitas kinerja guru pada periode berikutnya. 5) Jika guru yang dinilai dan penilai telah sepakat dengan hasil penilaian kinerja, maka keduanya menandatangani format laporan hasil penilaian kinerja guru tersebut. Format ini juga ditandatangani oleh kepala sekolah. 6) Khusus bagi guru yang mengajar di dua sekolah atau lebih (guru multi sekolah/madrasah), maka penilaian dilakukan di sekolah/madrasah induk. Meskipun demikian, penilai dapat melakukan pengamatan serta mengumpulkan data dan informasi dari sekolah/madrasah lain tempat guru mengajar atau membimbing. b. Pernyataan Keberatan terhadap Hasil Penilaian Keputusan penilai terbuka untuk diverifikasi. Guru yang dinilai dapat mengajukan keberatan terhadap hasil penilaian tersebut. Keberatan disampaikan kepada Kepala Sekolah dan/atau Dinas Pendidikan, yang selanjutnya akan menunjuk seseorang yang tepat untuk bertindak sebagai moderator. Dalam hal ini moderator dapat mengulang pelaksanaan PK Guru untuk kompetensi tertentu yang tidak disepakati atau mengulang penilaian kinerja secara menyeluruh. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 35

56 Pengajuan usul penilaian ulang harus dicatat dalam laporan akhir. Dalam kasus ini, nilai PK Guru dari moderator digunakan sebagai hasil akhir PK Guru. Penilaian ulang hanya dapat dilakukan satu kali dan moderator hanya bekerja untuk kasus penilaian tersebut. 4. Tahap Pelaporan Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib melaporkan hasil PK Guru kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti hasil PK Guru tersebut. Hasil PK Guru formatif dilaporkan kepada kepala sekolah/koordinator PKB sebagai masukan untuk merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif dilaporkan kepada tim penilai tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, atau tingkat pusat sesuai dengan kewenangannya. Laporan PK Guru sumatif ini digunakan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat sebagai dasar perhitungan dan penetapan angka kredit (PAK) tahunan yang selanjutnya dipertimbangkan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Laporan mencakup: (1) laporan dan evaluasi per kompetensi sesuai format; (ii) rekap hasil PK Guru sesuai format; dan (iii) dokumen pendukung lainnya. Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dan mengurangi beban jam mengajar tatap muka, dinilai dengan menggunakan dua instrumen, yaitu: (i) instrumen PKGuru pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii) instrumen PK Guru pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Hasil PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut akan digabungkan dengan hasil PK Guru pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan sesuai persentase yang ditetapkan dalam aturan yang berlaku. G. Konversi Nilai Hasil PK Guru ke Angka Kredit Nilai kinerja guru hasil PK Guru perlu dikonversikan ke skala nilai menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Hasil konversi ini selanjutnya digunakan untuk menetapkan sebutan hasil PK Guru dan persentase perolehan angka kredit sesuai pangkat dan jabatan fungsional guru. Sebelum melakukan pengkonversian hasil PK Guru ke angka kredit, tim penilai harus melakukan verifikasi terhadap hasil PK Guru. Kegiatan verifikasi ini dilaksanakan dengan menggunakan berbagai dokumen (Hasil PK Guru yang direkapitulasi dalam Format Rekap Hasil PK Guru, catatan hasil pengamatan, studi dokumen, wawancara, dan sebagainya yang ditulis dalam Format Laporan dan Evaluasi per kompetensi beserta dokumen pendukungnya) yang disampaikan oleh sekolah untuk pengusulan penetapan angka kredit. Jika diperlukan dan dimungkinkan, kegiatan verifikasi hasil PK Guru dapat mencakup kunjungan ke sekolah/madrasah oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat. Pengkonversian hasil PK Guru ke Angka Kredit adalah tugas Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan fungsional guru di tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat. Penghitungan angka kredit dapat dilakukan di tingkat sekolah, tetapi hanya untuk keperluan estimasi perolehan angka kredit guru. Angka kredit estimasi berdasarkan hasil perhitungan PK Guru yang dilaksanakan di sekolah, selanjutnya dicatat dalam format penghitungan angka kredit yang ditanda tangani oleh penilai, guru yang dinilai dan diketahui oleh kepala sekolah. Bersama sama dengan angka angka kredit dari unsur utama lainnya (pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif) dan unsur penunjang, hasil perhitungan PK Guru yang dilakukan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat akan direkap dalam daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) untuk proses penetapan angka kredit kenaikan jabatan fungsional guru. 1. Konversi nilai PK Guru bagi guru tanpa tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Konversi nilai PK Guru ke angka kredit dilakukan berdasarkan Tabel 3.4. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 36

57 Berdasarkan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, perolehan angka kredit untuk pembelajaran atau pembimbingan setiap tahun bagi guru diperhitungkan dengan menggunakan rumus tertentu. Seorang Guru yang akan dipromosikan naik jenjang pangkat dan jabatan fungsionalnya setingkat lebih tinggi, dipersyaratkan harus memiliki angka kredit kumulatif minimal sebagai berikut. Tabel 3.4. Persyaratan Angka Kredit untuk Kenaikan Pangkat dan Jabatan Fungsional Guru Jabatan Guru Guru Pertama Guru Muda Guru Madya Guru Utama Pangkat dan Golongan Ruang Penata Muda, III/a Penata Muda Tingkat I, III/b Penata, III/c Penata Tingkat I, III/d Pembina, IV/a Pembina Tingkat I, IV/b Pembinaan Utama Muda, IV/c Pembina Utama Madya, IV/d Pembina Utama, IV/e Persyaratan Angka Kredit kenaikan pangkat dan jabatan Kumulatif Kebutuhan minimal Per jenjang Keterangan: (1) Angka kredit kumulatif minimal pada kolom 3 adalah jumlah angka kredit minimal yang dimiliki untuk masing masing jenjang jabatan/pangkat; dan (2) Angka kredit pada kolom 4 adalah jumlah peningkatan minimal angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi. 2. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang mengurangi jam mengajar tatap muka guru. Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Laboratorium, KepalaPerpustakaan, dan sejenisnya) yang mengurangi jam mengajar tatap muka diperhitungkan berdasarkan prosentase nilai PK Guru pembelajaran/pembimbingan dan prosentase nilai PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut. a. Untuk itu, nilai hasil PK Guru Kelas/Mata Pelajaran atau PK Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor, atau PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah perlu diubah terlebih dahulu ke skala b. Masing masing hasil konversi nilai kinerja guru untuk unsur pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, kemudian dikategorikan ke dalam Amat Baik (125%), Baik(100%), Cukup (75%), Sedang (50%), atau Kurang (25%) sebagaimana diatur dalam Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun c. Angka kredit per tahun masing masing unsur pembelajaran/ pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang diperoleh oleh guru dihitung menggunakan rumus tertentu. d. Angka kredit unsur pembelajaran/pembimbingan dan angka kredit tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dijumlahkan sesuai prosentasenya untuk memperoleh total angka kredit dengan perhitungan sebagai berikut: 1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah total angka kreditnya = 25% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 75 angka kredit tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 37

58 2) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah t otal angka kreditnya = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah. 3) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan/ laboratorium/bengkel, atau ketua program keahlian; total angka kredit = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai Pustakawan/Laboran. 3. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah tetapi tidak mengurangi jam mengajar tatap muka guru. Angka kredit tugas tambahan bagi guru dengan tugas tambahan lain yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka, langsung diperhitungkan sebagai perolehan angka kredit guru pada periode tahun tertentu. Banyaknya tugas tambahan untuk seorang guru maksimum dua tugas per tahun. Angka kredit kumulatif yang diperoleh diperhitungkan sebagai berikut. a. Tugas yang dijabat selama satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, tim kurikulum, pembimbing guru pemula, dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 5% Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama setahun. b. Tugas yang dijabat selama kurang dari satu tahun atau tugas tugas sementara (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi, membimbing peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler, menjadi pembimbing penyusunan publikasi ilmiah dan karya inovatif, dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 2% Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama setahun. H. Penilai PK Guru 1. Kriteria Penilai Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala Sekolah tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya karena jumlah guru yang dinilai terlalu banyak), maka Kepala Sekolah dapat menunjuk Guru Pembina atau Koordinator PKB sebagai penilai. Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilakukan oleh Pengawas Sekolah. Penilai harus memiliki kriteria sebagai berikut. a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/pangkat guru/kepala sekolah yang dinilai. b. Memiliki Sertifikat Pendidik. c. Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan menguasai bidang tugas Guru/Kepala Sekolah yang akan dinilai. d. Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. e. Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka. f. Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta mampu untuk menilai kinerja Guru/Kepala Sekolah. Dalam hal Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Guru Pembina, dan Koordinator PKB memiliki latar belakang bidang studi yang berbeda dengan guru yang akan dinilai maka penilaian dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru Pembina/Koordinator PKB dari Sekolah lain atau Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 38

59 oleh Pengawas Sekolah dari kabupaten/kota lain yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan memahami PK Guru. 2. Masa Kerja Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan paling lama tiga (3) tahun. Kinerja penilai dievaluasi secara berkala oleh Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan dengan memperhatikan prinsip prinsip penilaian yang berlaku. Untuk sekolah yang berada di daerah khusus, penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala dan/atau Guru Pembina setempat. Jumlah guru yang dapat dinilai oleh seorang penilai adalah 5 sampai dengan 10 guru per tahun. I. Sanksi Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti melanggar prinsip prinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga menyebabkan Penetapan Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Diberhentikan sebagai guru atau kepala sekolah dan/atau pengawas sekolah. 2. Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan semua yang pernah diterima sejak yang bersangkutan melakukan proses PK Guru. 3. Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan memperoleh dan mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK Guru. J. Tugas dan Tanggung Jawab Setiap pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan PK Guru. Penetapan tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai dengan semangat otonomi daerah serta mengutamakan prinsip prinsip efisiensi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Keterkaitan tugas dan tanggung jawab pihak pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK Guru, mulai dari tingkat pusat sampai dengan sekolah. Konsekuensi dari adanya keterkaitan tersebut, menuntut agar pihak pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK Guru melakukan koordinasi. Tugas dan tanggung jawab masingmasing pihak dirinci berikut ini. 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan a. Menyusun dan mengembangkan rambu rambu pengembangan kegiatan PK Guru. b. Menyusun prosedur operasional standar pelaksanaan PK Guru. c. Menyusun instrumen dan perangkat lain untuk pelaksanaan PK Guru. d. Mensosialisasikan, menyeleksi dan melaksanakan TOT penilai PK Guru tingkat pusat. e. Memantau dan mengevaluasi kegiatan PK Guru. f. Menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru secara nasional. g. Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru kepada Dinas Pendidikan dan sekolah sebagai umpan balik untuk ditindak lanjuti. h. Mengkoordinasi dan mensosialisasikan kebijakan kebijakan terkait PK Guru. 2. Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP a. Menghimpun data profil guru dan sekolah yang ada di daerahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah. b. Mensosialisasikan, menyeleksi, dan melaksanakan TOT untuk melatih penilai PK Guru tingkat Kabupaten/Kota. c. Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru yang berada di bawah kewenangan provinsi dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 39

60 d. Melaksanakan pendampingan kegiatan PK Guru di sekolah sekolah yang ada di bawah kewenangannya. e. Menyediakan pelayanan konsultasi pelaksanaan kegiatan PK Guru yang ada di bawah kewenangannya. f. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru di sekolah sekolah yang ada di bawah kewenangannya. g. Dinas Pendidikan Provinsi bersama sama dengan LPMP membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan/atau Kemdiknas, cq. unit yang menangani Pendidik. 3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota a. Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah yang ada di wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah. b. Mensosialisasikan dan melalui koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP melatih penilai PK Guru tingkat Kabupaten/Kota. c. Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di sekolah sekolah yang ada di wilayahnya. d. Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di sekolah sekolah yang ada di wilayahnya. e. Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru bagi guru yang berada di bawah kewenangannya dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas. f. Mengetahui dan menyetujui program kerja pelaksanaan PK Guru yang diajukan sekolah. g. Menyediakan pelayanan konsultasi dan penyelesaian konflik dalam pelaksanaan kegiatan PK Guru di sekolah sekolah yang ada di daerahnya. h. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru untuk menjamin pelaksanaan yang efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel, dan sebagainya. i. Membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru di sekolah sekolah yang ada di wilayahnya dan mengirimkannya kepada sekolah, dan/atau LPMP dengan tembusan ke Dinas Pendidikan Provinsi masing masing. 4. UPTD Dinas Pendidikan a. Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah yang ada di kecamatan wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah. b. Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di wilayah kecamatannya. c. Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di wilayah kecamatannya. d. Menetapkan dan mengesahkan penilai PK Guru dalam bentuk Keputusan penetapan sebagai penilai. e. Menyediakan pelayanan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan PK Guru yang ada di daerahnya. f. Memantau dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan kegiatan PK Guru di tingkat kecamatan untuk disampaikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. 5. Satuan Pendidikan a. Memilih dan mengusulkan penilai untuk pelaksanaan PK Guru b. Menyusun program kegiatan sesuai dengan Rambu Rambu Penyelenggaraan PK Guru dan prosedur operasional standar penyelenggaraan PK Guru. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 40

61 c. Mengusulkan rencana program kegiatan ke UPTD atau Dinas Kabupaten/Kota. d. Melaksanakan kegiatan PK Guru sesuai program yang telah disusun secara efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel, dsb. e. Memberikan kemudahan akses bagi penilai untuk melaksanakan tugas. f. Melaporkan kepada UPTD atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota jika terjadi permasalahan dalam pelaksanaan PK Guru. g. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan, administrasi, keuangan (jika ada) dan pelaksanaan program. h. Membuat rencana tindak lanjut program pelaksanaan PK Guru untuk tahun berikutnya. i. Membantu tim pemantau dan evaluasi dari tingkat pusat, LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, UPTD Dinas Pendidikan Kabupaten di Kecamatan, dan Pengawas Sekolah. j. Membuat laporan kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada Tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional sesuai kewenangannya sebagai dasar penetapan angka kredit (PAK) tahunan yang diperlukan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Tim Penilai untuk menghitung dan menetapkan angka kredit, terlebih dahulu melakukan verifikasi terhadap berbagai dokumen hasil PK Guru. Pada kegiatan verifikasi jika diperlukan dan memang dibutuhkan tim penilai dapat mengunjungi sekolah. Sekolah juga menyampaikan laporan tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau ke UPTD Pendidikan Kecamatan. k. Merencanakan program untuk memberikan dukungan kepada guru yang memperoleh hasil PK Guru di bawah standar yang ditetapkan. Latihan dan Renungan 1. Mengapa penilaian kinerja guru perlu dilakukan secara kontinyu? 2. Apa tujuan utama penilaian kinerja guru? 3. Sebutkan dan jelaskan secara ringkat tiga persyaratan penilaian kinerja guru! 4. Sebutkan dan jelaskan secara ringkas prinsip-prinsip penilaian kinerja guru! 5. Sebutkan tahap-tahap penilaian kinerja guru! 6. Apa yang Anda ketahui tentang konversi nilai kredit dalam kerangka penilaian kinerja guru? Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 41

62 BAB IV PENGEMBANGAN KARIR Topik ini berkaitan dengan pengembangan karir guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir. Peserta PLPG diminta mengikuti materi pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, menjawab soal latihan, dan melakukan refleksi. A. Ranah Pengembangan Guru Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu dan norma etik tertentu. Secara formal, guru profesional harus memenuhi kualifikasi akademik minimum S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guru-guru yang memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Di dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dibedakan antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV, seperti disajikan pada Gambar 4.1. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan nonkependidikan. Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau olah raga (PP Nomor 74 Tahun 2008). Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 42

63 Kegiatan pengembangan dan peningkatan profesional guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dimaksud dapat berupa: kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian, pendidikan dan pelatihan, pemagangan, publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif, karya inovatif, presentasi pada forum ilmiah, publikasi buku teks pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP, publikasi buku pengayaan, publikasi buku pedoman guru, publikasi pengalaman lapangan pada pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus, dan/atau penghargaan atas prestasi atau dedikasi sebagai guru yang diberikan oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Pada sisi lain, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir, seperti disajikan pada Gambar 4.2. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional. Gambar 4.2. Jenis Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan, (2) kenaikan pangkat, dan (3) promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional guru. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait di dalam melaksanakan tugasnya. Pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya memberikan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 43

64 penghargaan, peningkatan kesejahteraan, dan perlindungan terhadap guru. Kegiatan ini menjadi bagian intergral dari pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan. B. Ranah Pengembangan Karir Pembinaan dan pengembangan profesi guru merupakan tanggungjawab pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi profesi guru, serta guru secara pribadi. Secara umum kegiatan itu dimaksudkan untuk memotivasi, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran, yang berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pembinaan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu: penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. 1. Penugasan Guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling atau konselor. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, guru melakukan kegiatan pokok yang mencakup: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Kegiatan penugasan guru dalam rangka pembelajaran dapat dilakukan di satu sekolah sebagai satuan administrasi pangkalnya dan dapat juga bersifat lintas sekolah. Baik bertugas pada satu sekolah atau lebih, guru dituntut melaksanakan tugas pembelajaran yang diukur dengan beban kerja tertentu, yaitu: a. Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. b. Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap. c. Guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib memenuhi beban mengajar yang setara, yaitu jika mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan. d. Guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu wajib memenuhi beban mengajar yang setara, yaitu jika paling sedikit melaksanakan 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. e. Menteri dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk memenuhi ketentuan beban kerja dimaksud, khusus untuk guru-guru yang: bertugas pada satuan pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, dan/atau dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional. Agar guru dapat melaksanakan beban kerja yang telah ditetapkan tersebut secara efektif, maka harus dilakukan pengaturan tugas guru berdasarkan jenisnya. Pengaturan tugas guru tersebut dilakukan dengan melibatkan individu dan/atau institusi dengan ketentuan sebagai berikut. a. Penugasan sebagai Guru Kelas/Mata Pelajaran 1) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru dapat memenuhi beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu. Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak dapat memenuhi beban kerja tersebut, kepala sekolah/madrasah melaporkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 44

65 2) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 4) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 5) Apabila pengaturan penugasan guru pada butir 2), 3), dan 4) belum terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing berkoordinasi untuk mengatur penugasan guru pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta. 6) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir 5), instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing memastikan bahwa setiap guru wajib memenuhi beban mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka pada satuan administrasi pangkal guru dan menugaskan guru pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta untuk dapat memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu. 7) Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan bahwa guru yang bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional apabila beban kerjanya kurang dari 24 jam tatap muka per minggu dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan Menteri Pendidikan Nasional. b. Penugasan sebagai Guru Bimbingan dan Konseling 1) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru bimbingan dan konseling dapat memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun. Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak dapat memenuhi beban membimbing tersebut, kepala sekolah/madrasah melaporkan kepada dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 2) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi beban membimbing bimbingan dan konseling paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 4) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya. 5) Apabila pengaturan penugasan guru bimbingan dan konseling pada butir 2), 3), dan 4) belum terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing berkoordinasi untuk Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 45

66 mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta. 6) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir 5), instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing memastikan bahwa setiap guru bimbingan dan konseling wajib memenuhi beban membimbing paling sedikit 40 peserta didik pada satuan administrasi pangkal guru dan menugaskan guru bimbingan dan konseling pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta untuk dapat memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun. Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan bahwa guru yang bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional, apabila beban mengajarnya kurang dari 24 jam tatap muka per minggu atau sebagai guru bimbingan dan konseling yang membimbing kurang dari 150 peserta didik per tahun dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan kementerian pendidikan. Hal ini masih dalam proses penelaahan yang saksama. Guru berhak dan wajib mengembangkan dirinya secara berkelanjutan sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Kepala sekolah/madrasah wajib memberi kesempatan secara adil dan merata kepada guru untuk mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. c. Guru dengan Tugas Tambahan 1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling atau konselor. 2) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling atau konselor. 3) Guru dengan tugas tambahan sebagai ketua program keahlian wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. 4) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. 5) Guru dengan tugas tambahan sebagai kerja kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. 6) Guru yang ditugaskan menjadi pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran wajib melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan pengawasan yang ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu. 7) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan wajib melaksanakan tugas sebagai pendidik, dengan ketentuan berpengalaman sebagai guru sekurangkurangnya delapan tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun, memenuhi persyaratan akademik sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memiliki Sertifikat Pendidik, dan melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan tugas pengawasan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 46

67 Pada sisi lain, guru memiliki peluang untuk mendapatkan penugasan dalam aneka jenis. Di dalam PP No. 74 Tahun 2008 disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah dapat ditempatkan pada jabatan struktural sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Penempatan guru pada jabatan struktural dimaksud dapat dilakukan setelah yang bersangkutan bertugas sebagai guru paling singkat selama delapan tahun. Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural itu dapat ditugaskan kembali sebagai guru dan mendapatkan hak-hak guru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural kehilangan haknya untuk memperoleh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan. Hak-hak guru dimaksud berupa tunjangan profesi dan tunjangan fungsional diberikan sebesar tunjangan profesi dan tunjangan fungsional berdasarkan jenjang jabatan sebelum guru yang bersangkutan ditempatkan pada jabatan struktural. 2. Promosi Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah promosi. Promosi dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru pembina, guru inti, instruktur, wakil kepala sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan sebagainya. Kegiatan promosi ini harus didasari atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang dimiliki oleh guru. Peraturan Pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. Promosi dimaksud meliputi kenaikan pangkat dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional. C. Kenaikan Pangkat Dalam rangka pengembangan karir guru, Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan fungsional guru dari yang terrendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama. Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi beserta jenjang kepengkatan dan persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan jabatan tersebut telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka pengembangan karir merupakan gabungan dari angka kredit unsur utama dan penunjang ditetapkan sesuai dengan Permenneg PAN dan BR Nomor 16 Tahun Tugas-tugas guru yang dapat dinilai dengan angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat dan/atau jabatan fungsional guru mencakup unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat guru terdiri atas: (a) pendidikan, (b) pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, dan (c) pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). 1. Pendidikan Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat guru terdiri atas: a. Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah. Angka kredit gelar/ijazah yang diperhitungkan sebagai unsur utama tugas guru dan sesuai dengan bidang tugas guru, yaitu: 1) 100 untuk Ijazah S-1/Diploma IV; 2) 150 untuk Ijazah S-2; atau 3) 200 untuk Ijazah S-3. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 47

68 Apabila seseorang guru mempunyai gelar/ijazah lebih tinggi yang sesuai dengan sertifikat pendidik/keahlian dan bidang tugas yang diampu, angka kredit yang diberikan adalah sebesar selisih antara angka kredit yang pernah diberikan berdasarkan gelar/ijazah lama dengan angka kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi tersebut. Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua sekolah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang bersangkutan. b. Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi. Sertifikat pelatihan prajabatan dan program induksi diberi angka kredit 3. Bukti fisik keikutsertaan pelatihan prajabatan yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) prajabatan yang disahkan oleh kepala sekolah/madrasah yang bersangkutan. Bukti fisik keikutsertaan program induksi yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi sertifikat program induksi yang disahkan oleh kepala sekolah/madrasah yang bersangkutan. 2. Pengembangan Profesi Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Guru Pertama dengan pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai dengan Guru Utama dengan pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau pengembangan karya inovatif. Jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi pengembangan diri (diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru), publikasi ilmiah (hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, dan buku teks pelajaran, buku pengayaan dan pedoman guru), karya inovatif (menemukan teknologi tepat guna; menemukan atau menciptakan karya seni; membuat atau memodifikasi alat pelajaran; dan mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya). Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik jabatan/pangkat dari subunsur pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk masing-masing pangkat/golongan adalah sebagai berikut: a. Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit. b. Guru golongan III/b ke golongan III/c, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 4 (empat) angka kredit. c. Guru golongan III/c ke golongan III/d, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 6 (enam) angka kredit. d. Guru golongan III/d ke golongan IV/a, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 8 (delapan) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dari subunsur publikasi ilmiah. e. Guru golongan IV/a ke golongan IV/b, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber-issn. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 48

69 f. Guru golongan IV/b ke golongan IV/c, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber-issn. g. Guru golongan IV/c ke golongan IV/d, subunsur pengembangan diri sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 14 (empat belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN. h. Guru golongan IV/d ke golongan IV/e, subunsur pengembangan diri sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 20 (dua puluh) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN. i. Bagi Guru Madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi Guru Utama, golongan IV/d, selain membuat PKB sebagaimana pada poin g diatas juga wajib melaksanakan presentasi ilmiah. 3. Unsur Penunjang Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas utamanya sebagai pendidik. Unsur penunjang tugas guru meliputi berbagai kegiatan seperti berikut ini. a. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya. Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan bidang yang diampunya diberikan angka kredit sebagai unsur penunjang dengan angka kredit sebagai berikut. 1) Ijazah S-1 diberikan angka kredit 5; 2) Ijazah S-2 diberikan angka kredit 10; dan 3) Ijazah S-3 diberikan angka kredit 15. Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua sekolah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Surat keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar dari kepala dinas yang membidangi pendidikan atau pejabat yang menangani kepegawaian serendah-rendahnya Eselon II. Bagi guru di lingkungan Kementerian Agama, surat keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar tersebut berasal dari pejabat yang berwenang serendah-rendahnya Eselon II. b. Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru Kegiatan yang mendukung tugas guru yang dapat diakui angka kreditnya harus sesuai dengan kriteria dan dilengkapi dengan bukti fisik. Kegiatan tersebut di antaranya: 1) Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik industri/ekstrakurikuler dan yang sejenisnya 2) Sebagai pengawas ujian, penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat nasional. 3) Menjadi pengurus/anggota organisasi profesi 4) Menjadi anggota kegiatan pramuka dan sejenisnya 5) Menjadi tim penilai angka kredit 6) Menjadi tutor/pelatih/instruktur/pemandu atau sejenisnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 49

70 c. Memperoleh penghargaan/tanda jasa Penghargaan/tanda jasa adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh pemerintah atau negara asing atau organisasi ilmiah atau organisasi profesi atas prestasi yang dicapai seorang guru dalam pengabdian kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang pendidikan. Tanda jasa dalam bentuk Satya Lencana Karya Satya adalah penghargaan yang diberikan kepada guru berdasarkan prestasi dan masa pengabdiannya dalam waktu tertentu. Penghargaan lain yang diperoleh guru karena prestasi seseorang dalam pengabdiannya kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang pendidikan/kemanusiaan/kebudayaan. Prestasi kerja tersebut dicapai karena pengabdiannya secara terus menerus dan berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Guru yang mendapat penghargaan dalam lomba guru berprestasi tingkat nasional, diberikan angka kredit tambahan untuk kenaikan jabatan/pangkat. Latihan dan Renungan 1. Apa perbedaan utama antara pengembangan keprofesian dan pengembangan karir guru? 2. Mengapa pengembangan keprofesian guru dikaitkan dengan jabatan fungsionalnya? 3. Apa perbedaan utama pengembangan guru yang belum S1/D-IV dan belum bersertifikat pendidik dengan yang sudah memilikinya? 4. Sebutkan jenis-jenis pengembangan karir guru! 5. Apa perbedaan utama pengembangan keprofesian berbasis lembaga dengan yang berbasis individu? Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 50

71 BAB V GURU PEMBELAJAR A. Pendahuluan Guru sebagai pendidik pada jenjang satuan pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik sehingga menjadi determinan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Pentingnya peranan guru dalam pendidikan diamanatkan dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengamanatkan adanya pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagai aktualisasi dari profesi pendidik. Untuk merealisasikan amanah undang-undang sebagaimana dimaksud, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar bagi semua guru, baik yang sudah bersertifikat maupun belum bersertifikat. Untuk melaksanakan program tersebut, pemetaan kompetensi telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) di seluruh Indonesia sehingga dapat diketahui kondisi objektif guru saat ini dan kebutuhan peningkatan kompetensinya. B. Dasar Hukum Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dikembangkan dengan memperhatikan beberapa peraturan sebagai berikut. 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik Konselor. 7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus. 8. Peraturan Menteri Pendayaagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2012 tentang Uji Kompetensi Guru. 11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. 12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 51

72 15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi. C. Program Guru Pembelajar a. Kebijakan Program Guru Pembelajar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam sambutan pada Upacara Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2015 mengajak seluruh guru untuk menjadi Guru Pembelajar, guru yang selalu hadir sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya, guru yang hadir mengirimkan pesan harapan, guru yang makin menjadi contoh tentang ketangguhan, optimisme, dan keceriaan. Guru merupakan seorang pembelajar yang secara terus menerus belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya. Guru pembelajar adalah guru yang ideal yang terus belajar dan mengembangkan (upgrade) diri di setiap saat dan di manapun. Guru terus belajar dan mengembangkan diri bukan untuk pemerintah atau kepala sekolah, tapi memang sejatinya setiap pendidik atau guru adalah pembelajar. Hanya dari guru yang terus belajar dan berkarya akan muncul generasi pembelajar sepanjang hayat yang terus menerus berkontribusi pada masyarakat dan lingkungannya. Guru pembelajar adalah guru yang senantiasa terus belajar selama dia mengabdikan dirinya di dunia pendidikan. Oleh karena itu, ketika seorang guru memutuskan untuk berhenti atau tidak mau belajar maka pada saat itu dia berhenti menjadi guru atau pendidik. Guru merupakan role model atau contoh bagi para peserta didik sehingga tampilan awal guru sangat berpengaruh terhadap kelanjutan pembelajaran para peserta didik. Guru dapat menyajikan proses pembelajaran yang menarik, memberi motivasi, dan menginspirasi dari pengetahuan dan pengalaman guru yang senantiasa diperbaharui dengan berbagai masukan positif yang didapat dari berbagai sumber belajar. Pengetahuan dan pengalaman dapat diperoleh dari buku-buku, televisi, dunia maya/internet, kegiatan seminar pendidikan, serta pendidikan dan pelatihan. Dalam proses belajarnya, guru menghasilkan karya dan inovasi yang mencerahkan untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas sehingga menumbuhkan semua potensi peserta didik dan mereka bukan sekadar bisa meraih, tetapi bisa melampaui cita-citanya. Guru bukan hanya seorang pengajar tetapi lebih dari itu guru merupakan pendidik. Sebagai pendidik guru harus memiliki berbagai kemampuan sebagai kompetensi yang harus dimiliki sebagai pendidik yang profesional. Ada beberapa alasan mengapa seorang guru harus terus belajar selama dia berprofesi sebagai pendidik, sebagai berikut. 1. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. 2. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menuntut guru untuk harus belajar beradaptasi dengan hal-hal baru yang berlaku saat ini. Dalam kondisi ini, seorang guru dituntut untuk bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan yang baru. Adapun kemampuan tersebut bisa diperoleh melalui pelatihan, seminar maupun melalui studi kepustakaan. 3. Karakter peserta didik yang senantiasa berbeda dari generasi ke generasi menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru. Metode pembelajaran yang digunakan pada peserta didik generasi terdahulu akan sulit diterapkan pada peserta didik generasi sekarang. Oleh karena itu, cara ataupun metode pembelajaran yang digunakan guru harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik saat ini. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 52

73 Berdasarkan alasan tersebut di atas, guru pembelajar harus terus belajar, mampu beradaptasi dengan perubahan, dan dapat menginspirasi peserta didik menjadi subjek pembelajar mandiri yang bertanggungjawab, kreatif, dan inovatif. b. Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar merupakan proses penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Peningkatan kemampuan tersebut mencakup kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk perbaikan dan pertumbuhan kemampuan (abilities), sikap (attitude), dan keterampilan (skill). Dari kegiatan ini diharapkan akan menghasilkan suatu perubahan perilaku guru yang secara nyata perubahan perilaku tersebut berdampak pada peningkatan kinerja guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru sebagai pembelajar menjadikan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar sebagai salah satu cara untuk memenuhi standar kompetensi guru sesuai dengan tuntutan profesi dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar menjadi bagian penting yang harus selalu dilakukan secara terus menerus atau berkelanjutan untuk menjaga profesionalitas guru. Oleh karena itu, Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar harus dirancang untuk memberikan pengalaman baru dalam membantu meningkatkan kompetensi sesuai bidang tugasnya agar guru memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan meningkatkan sikap perilaku yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai tanggung jawabnya. Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dirancang berdasarkan Standar Kompetensi Guru (SKG) yang mengacu pada Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, Permendiknas Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus, dan Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Hasil UKG menjadi acuan dalam penilaian diri (self assessment) bagi guru tentang kompetensinya sehingga dapat menetapkan modul peningkatan kompetensi guru pembelajar yang dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensinya, dan menjadi acuan bagi penyelenggara Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar untuk melakukan analisis kebutuhan. Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dilakukan melalui tiga moda (jenis/bentuk), yaitu Moda Tatap Muka, Moda Daring, dan Moda Daring Kombinasi. 1. Moda Tatap Muka Moda tatap muka merupakan bagian dari sistem pembelajaran di mana terjadi interaksi secara langsung antara fasilitator dengan peserta pembelajaran. Interaksi pembelajaran yang terjadi dalam tatap muka meliputi pemberian input materi, tanya jawab, diskusi, latihan, kuis, praktik, dan penugasan. Moda tatap muka diperuntukkan bagi guru yang memerlukan peningkatan kompetensi yang lebih intensif dengan mempelajari 8-10 modul. Di samping itu, untuk memberikan pilihan penyelenggaraan pembelajaran bagi guru yang tidak punya cukup pilihan karena berbagai keterbatasan sehingga tidak memungkinkan untuk mengikuti pembelajaran moda lainnya, misalnya karena alasan geografis, tidak/kurang tersedianya aliran listrik dan jaringan internet, ketersediaan anggaran, literasi teknologi informasi dan komunikasi, serta alasan lain yang rasional, maka moda tatap muka dapat dilaksanakan dengan beberapa alternatif, yaitu: tatap muka penuh, tatap muka tidak penuh (in-on-in), dan tatap muka dalam kegiatan kolektif guru yaitu PKG (Pusat Kegiatan Gugus) untuk guru PAUD, KKG (Kelompok Kerja Guru) untuk guru SD, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) untuk guru SMP/SMA/SMK, dan MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling). Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 53

74 2. Moda Daring Moda Dalam Jaringan (Daring) adalah program guru pembelajar yang dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi jaringan komputer dan internet. Moda Daring dapat dilaksanakan dengan mempersiapkan sistem pembelajaran yang secara mandiri memberikan instruksi dan layanan pembelajaran kepada peserta tanpa melibatkan secara langsung para pengampu dalam proses penyelenggaraannya. Sistem instruksional yang dimaksud meliputi proses registrasi, pelaksanaan pembelajaran, tes akhir, dan penentuan kelulusan peserta serta penerbitan sertifikat. Dalam hal tertentu, keterlibatan pengampu masih diperlukan, misalnya dalam memeriksa dan menilai tugas-tugas yang belum bisa dilaksanakan oleh sistem, atau untuk membantu peserta apabila mengalami kesulitan yang belum mampu diatasi oleh sistem. Moda Daring diperuntukkan bagi guru yang memerlukan peningkatan kompetensi dengan mempelajari 3-5 modul. 3. Moda Daring Kombinasi Moda daring kombinasi adalah moda yang mengkombinasikan antara tatap muka dengan daring. Fasilitator di satu sisi dapat direpresentasikan oleh sistem pembelajaran yang terdiri dari firmware, brainware, dan software; dan peserta di sisi lain melaksanakan instruksi yang diberikan oleh sistem, mulai registrasi, pelaksanaan pembelajaran, sampai dengan evaluasi. Moda Daring Kombinasi dilaksanakan dengan mempersiapkan sistem pembelajaran yang membutuhkan keterlibatan secara langsung para pengampu dalam proses pembelajaran. Keterlibatan para mentor dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara: (1) bertemu muka secara langsung dengan peserta; atau (2) bertemu muka secara virtual, baik melalui video, audio, maupun teks. Moda Daring Kombinasi diperuntukkan bagi guru yang memerlukan peingkatan kompetensi dengan mempelajari 6-7 modul. Penjelasan lebih lanjut pelaksanaan program guru pembelajar moda daring dan daring daring kombinasi dijelaskan dalam juknis moda daring. c. Tujuan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar 1. Tujuan Umum Program peningkatan kompetensi guru pembelajar secara umum bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru, baik pedagogik maupun profesional, serta memiliki performa sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya, menjadi contoh tentang ketangguhan, optimisme dan keceriaan bagi peserta didiknya, melalui berbagai moda dan media, di berbagai pusat belajar. 2. Tujuan Khusus Secara khusus, program peningkatan kompetensi guru pembelajar bertujuan agar peserta: a. mengusai kompetensi pedagogik dan profesional sesuai dengan modul yang dipelajari; b. memiliki performa sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya; c. menjadi contoh tentang ketangguhan, optimisme dan keceriaan bagi peserta didiknya; dan d. memiliki kemauan untuk terus belajar mengembangkan potensi dirinya. d. Prinsip Dasar Pelaksanaan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar 1. Taat Azas Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik yang diselenggarakan di Pusat, Provinsi maupun di Kabupaten/Kota. 2. Berbasis Kompetensi Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar merupakan upaya Pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan dan oleh karenanya program ini berpedoman pada Standar Kompetensi Guru. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 54

75 3. Terstandar Pengelolaan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar harus memenuhi standar program yang ditetapkan meliputi: mekanisme kegiatan, kompetensi narasumber nasional, kompetensi instruktur nasional, modul yang digunakan, bahan/alat, tempat pelaksanaan, kepanitiaan, dan kelulusan. 4. Profesional Hasil UKG guru TK, SD, SMP, SLB, SMA, dan SMK tahun 2015 digunakan sebagai acuan pelaksanaan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar. Pemetaan data hasil UKG digunakan untuk mengelompokkan guru pembelajar per moda kegiatan, per kelas dan per mata pelajaran/paket keahlian, penentuan modul yang akan dipelajari, ketersediaan tempat, ketersediaan instruktur yang kompeten, ketersediaan fasilitas, dan target waktu yang ditentukan. Dengan pemetaan, diharapkan pelaksanaan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien serta secara nasional dapat selesai pada waktu yang telah ditetapkan. 5. Transparan Proses perencanaan dan pelaksanaan mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan dilakukan secara terbuka dan transparan serta dapat diketahui semua pihak yang berkepentingan. 6. Akuntabel Proses dan hasil program guru pembelajar dapat dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik. Kredibilitas dari pelaksanaan proses dan hasil program dapat dipercaya semua pihak. 7. Berkeadilan Semua guru pada setiap sekolah diharapkan akan mengikuti Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar. Untuk mensukseskan penyelenggaraan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar serta pertimbangan akan adanya keterbatasan dana di Pusat, maka diharapkan Pemerintah Daerah dapat membantu dan berkontribusi dalam mengalokasikan dana melalui APBD sehingga kekurangan tersebut dapat diatasi. e. Tahapan dan Strategi Pelaksanaan 1. Tahapan Penyelenggaraan Program Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar bagi guru TK, guru kelas SD, guru mapel, guru SLB SMP/SMA/SMK, dan Bimbingan Konseling dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut. a. Workshop Tim Pengembang b. Pelatihan Narasumber Nasional (NS)/Pengampu c. Pelatihan Instruktur Nasional (IN)/Mentor d. Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar Workshop Tim Pengembang dan Pelatihan NS/Pengampu dilaksanakan oleh Ditjen GTK. Kegiatan pelatihan IN/Mentor dilaksanakan oleh PPPPTK/LPPPTK. Sedangkan pelaksanaan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dilakukan oleh Dinas Pendidikan bekerja sama dengan PPPPTK/LPPPTK. 2. Strategi Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dilaksanakan menggunakan pendekatan andragogi dengan menerapkan metode diskusi, ceramah, dan penugasan untuk menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Pelaksanaan program untuk mata pelajaran/paket keahlian tertentu akan dilengkapi dengan kegiatan praktik. Pelaksanaan program guru pembelajaran direncanakan secara bertahap, diawali dengan Workshop Tim Pengembang, Pelatihan Narasumber Nasional/Pengampu, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 55

76 Pelatihan Instruktur Nasional/Mentor, dan Pelaksanaan Progam Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar. f. Struktur Program Struktur program sesuai dengan jenis tahapannya, meliputi: 1. Workshop Tim Pengembang 2. Pelatihan Narasumber Nasional (NS)/ Pengampu 3. Pelatihan Instruktur Nasional (IN)/ Mentor 4. Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar f. Penyelenggaraan Program Guru Pembelajar a. Kurikulum dan Bahan Ajar Pembelajaran dalam moda tatap muka dan moda daring dapat dilakukan untuk semua jenis kompetensi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan karakteristik kompetensi mata pelajaran yang dipelajari. Salah satu penentu keberhasilan pembelajaran ini adalah perencanaan dan persiapan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Adapun perencanaan materi dimaksud adalah tersedianya kurikulum dan bahan ajar. 1. Kurikulum Kurikulum dalam program guru pembelajar dirancang berdasarkan 10 kelompok kompetensi yang dikembangkan dari standar kompetensi guru. Dokumen kurikulum yang perlu dipersiapkan antara lain adalah struktur program, silabus, dan satuan acara pembelajaran. a. Struktur Program Struktur program yang digunakan pada pembelajaran dirancang sesuai dengan kurikulum Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar yang diselenggarakan. b. Silabus Silabus adalah garis besar, ringkasan, ikhtisar, pokok-pokok isi/materi pembelajaran mata pelajaran tertentu yang mencakup deskripsi singkat, kompetensi/ sub kompetensi, indikator, pengalaman belajar, evaluasi, alokasi waktu, bahan/alat, dan sumber belajar. c. Satuan Acara Pembelajaran Satuan acara pembelajaran merupakan panduan atau skenario pembelajaran dalam satu satuan materi pelatihan yang harus dibuat oleh widyaiswara untuk setiap pembelajaran tatap muka. Satuan acara pembelajaran memuat langkah-langkah atau aktivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 2. Bahan Ajar Bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran tatap muka menggunakan modul cetak, sedangkan pembelajaran daring menggunakan modul, lembar kerja dan lembar informasi yang disusun dan disajikan secara digital. Bahan ajar untuk moda daring harus dirancang secara interaktif, sebagian atau keseluruhan, sesuai dengan karakteristik modul. Format bahan ajar digital yang dimaksud antara lain: a. Teks, seperti dokumen dalam format: doc, pdf, html, dll. b. Audio, misalnya: radio, kaset, CD audio, audio streaming, dll. c. Visual, misalnya: foto, gambar, model, chart, dll. d. Audio Visual, misalnya: video/film, VCD/DVD, video streaming, dll. e. Multimedia, yaitu kombinasi dari teks, audio, visual dan audio visual, seperti: CD interaktif, film, animasi, presentasi, dll. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 56

77 3. Narasumber/ Pengampu dan Instruktur Nasional/Mentor Tugas narasumber nasional/pengampu dan instruktur nasional/mentor adalah sebagai berikut. 1. Tugas Narasumber a. mempersiapkan dan mempelajari perangkat pelatihan tatap muka; b. memfasilitasi pembelajaran pada pelatihan instruktur nasional; c. mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta pelatihan instruktur nasional; dan d. menyampaikan dan melaporkan hasil evaluasi peserta pelatihan instruktur nasional kepada institusi pelaksana. 2. Tugas Pengampu a. mempersiapkan dan mempelajari perangkat moda daring; b. membimbing para mentor dalam melaksanakan tugas dalam pendampingan peserta moda daring; c. mengevaluasi keterlaksanaan tugas mentor; d. membuat laporan pelaksanaan dan hasil evaluasi moda daring. 3. Tugas Instruktur Nasional/Mentor a. mempersiapkan dan mempelajari perangkat pelatihan sesuai moda; b. membelajarkan, melatih, membimbing, dan mengevaluasi peserta; c. melaporkan hasil ketercapaian belajar peserta. d. Pusat Belajar Untuk memfasilitasi peserta Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dalam mengikuti proses pembelajaran, penyelenggara perlu menetapkan lembaga/ instansi/sekolah sebagai Pusat Belajar (PB), baik secara terpusat maupun yang terdistribusi dalam wilayah (cluster) tertentu, yang berfungsi sebagai tempat belajar dan berdiskusi dalam memahami materi dan mengerjakan tugas-tugas yang ditetapkan. Pusat Belajar dapat berupa PKG/Gugus/KKG/MGMP/MGBK/P4TK/LP3TK KPTK atau tempat lain yang ditetapkan. Pusat Belajar diupayakan agar berfungsi sebagai TUK. Dalam setiap Pusat Belajar harus ditetapkan tim fasilitator dan penyelenggara yang terdiri atas penanggung jawab Pusat Belajar, instruktur nasional atau mentor, administrator jaringan, panitia dan tim pendukung sesuai dengan kebutuhan dalam lokasi dan moda yang ditentukan. e. Mekanisme Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Tenaga Kependidikan (PPPPPTK)/Lembaga Pengembangan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPPPTK). Mekanisme pelaksanaannya akan dijelaskan lebih lanjut di dalam juknis moda tatap muka dan juknis moda daring. f. Evaluasi Evaluasi dimaksudkan untuk memantau proses pelaksanaan pembelajaran dan ketercapaian kompetensi sesuai dengan karakteristik Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar. Evaluasi meliputi evaluasi peserta, evaluasi fasilitator, dan evaluasi penyelenggaraan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar. g. Keberhasilan Pelaksanaan Program Keberhasilan pelaksanaan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar ditentukan oleh 5 (lima) variabel, yaitu: 1) fasilitator, 2) bahan pelatihan, 3) peserta, 4) strategi, dan 5) anggaran. Kelima variabel tersebut harus dipersiapkan dengan baik agar dapat terwujud pelaksanaan program yang diinginkan. h. Evaluasi dan Sertifikat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 57

78 1. Evaluasi Evaluasi program peningkatan kompetensi guru pembelajar dilakukan secara komprehensif, meliputi: penilaian terhadap peserta pelatihan, penilaian terhadap fasilitator, dan penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan. Berikut ini dijelaskan masing-masing penilaian sebagai berikut. a. Penilaian Terhadap Peserta Pelatihan 1) Tujuan Penilaian Penilaian terhadap peserta bertujuan untuk mengukur kompetensi peserta melalui ketercapaian indikator kompetensi dan keberhasilan tujuan diklat. Penilaian dilaksanakan untuk mengukur tingkat penguasaan kompetensi sesuai dengan kelompok kompetensi yang dipelajari. 2) Aspek Penilaian Aspek yang dinilai dalam diklat mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penilaian dilakukan melalui tes untuk aspek pengetahuan mencakup kompetensi profesional dan pedagogik, sedangkan untuk aspek sikap dan keterampilan menggunakan instrumen nontes melalui pengamatan selama kegiatan berlangsung dengan menggunakan format-format penilaian yang telah disediakan. b. Jenis Instrumen dan Lingkup Penilaian Peserta 1) Tes Tes akhir dilakukan untuk mengukur pengetahuan peserta secara menyeluruh setelah mengikuti proses pembelajaran. Penilaian menggunakan metode penilaian acuan patokan (PAP). Tes mencakup kompetensi profesional dan pedagogik pada aspek pengetahuan berdasarkan indikator pencapaian kompetensi dari setiap materi sebagaimana yang tercantum dalam struktur program diklat. 2) Non Test Non test dilakukan untuk menilai proses selama pelatihan berlangsung. Penilaian proses dilakukan di setiap materi pelatihan. Penilaian proses menggunakan instrumen dilengkapi dengan kriteria penilaian (rubrik). a) Penilaian Aspek Keterampilan Penilaian dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan peserta dalam mendemonstrasikan pemahaman dan penerapan pengetahuan yang diperoleh serta keterampilan yang mendukung kompetensi dan indikator. Aspek keterampilan menggunakan pendekatan penilaian autentik mencakup bentuk tes dan non test. Sehubungan dengan kompetensi yang diukur pada aspek keterampilan bersifat kontinyu, maka diperlukan cara untuk memudahkan penilaian kepada peserta. b) Penilaian Aspek Sikap Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sikap peserta dalam berbagai aspek antara lain: sikap pada saat menerima materi; sikap pada saat melaksanakan tugas individu dan kelompok; sikap terhadap fasilitator; sikap terhadap teman sejawat; dan sikap pada saat mengemukakan pendapat, bertanya, dan menjawab. Secara sederhana, aspek sikap yang dinilai hanya mengukur kerjasama, disiplin, tanggungjawab, dan keaktifan. Pengukuran terhadap aspek sikap ini dapat dilakukan melalui pengamatan sikap. Penilaian aspek sikap dilakukan mulai awal sampai akhir kegiatan secara terus menerus yang dilakukan oleh fasilitator pada setiap materi. Namun, untuk nilai akhir aspek sikap ditentukan di hari terakhir atau menjelang kegiatan diklat berakhir yang merupakan kesimpulan fasilitator terhadap sikap peserta selama kegiatan diklat dari awal sampai akhir berlangsung. Pada moda daring tidak ada penilaian untuk sikap. 2. Sertifikat Peserta pelatihan Narasumber Nasional/Pengampu yang memenuhi syarat penguasaan kompetensi dengan nilai akhir >80 akan menerima sertifikat atau Surat Tanda Tamat Pendidikan dan pelatihan (STTPP) yang ditandatangani Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 58

79 Peserta pelatihan Instruktur Nasional/Mentor yang memenuhi syarat penguasaan kompentensi dengan nilai > 70 akan menerima sertifikat atau Surat Tanda Tamat Pendidikan dan pelatihan (STTPP) yang ditandatangani Kepala PPPPTK/LPPPTK KPTK atas nama Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Guru Pembelajar yang telah mengikuti Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dan memenuhi syarat kompetensi dengan nilai akhir > 70 akan mendapat sertifikat atau Surat Tanda Tamat Pendidikan dan pelatihan (STTPP). Sertifikat dapat dicetak melalui SIGELAR (Sistem Informasi Manajemen Guru Pembelajar). Sertifikat ditandatangani oleh Kepala P4TK/LP3TK dan atau Kepala Dinas, Badan Kepegawaian Daerah, atau organisasi lain.yang dapat dicetak melalui SIGELAR. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 59

80 BAB VI LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI A. Pendahuluan Literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca, budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berpikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya (Trini Haryanti, 2014). Ada banyak cara untuk membentuk budaya literasi diantaranya (dekat, mudah, murah, senang, lanjut): 1. Pendekatan akses fasilitas baca (buku dan non buku) 2. Kemudahan akses mendapatkan bahan bacaan 3. Murah/ Tanpa biaya (gratis) 4. Menyenangkan dengan segala keramahan 5. Keberlanjutan/ Continue/ istiqomah Sebenarnya upaya itu tidak cukup hanya dengan lima langkah, karena ada penjabaran yang lebih detail. Tidak sekedar ketersediaan fasilitas saja tapi ada cara bagaimana menjalin hubungan antar manusia sehingga hubungan tersebut akan mpengaruhi bagaimana suatu kelompok masyarakat bisa menerima dengan baik apa yang akan menjadi tujuan kita melakukan gerakan literasi. B. Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Literasi TIK sangat berkaitan dengan ragam istilah literacy lainnya yang berarti kemampuan untuk membaca dan menulis (the ability to read and write). Bunz (seperti yang dikutip Indrajit, 2005: 38) menjelaskan kata ini kemudian berkembang dan sering dipadankan dengan technology sehingga dikenal istilah technology literacy yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk memahami dan menggunakan teknologi sebagai alat untuk mempermudah mencapai tujuan. Wijaya (2005: 29) mengutip The International ICT Literacy Panel mengeluarkan definisi sebagai berikut ICT literacy is using digital technology, communication tools, and/or networks to access, manage, integrate, evaluate and create information in order to function knowlwdge society. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ICT literacy pada dasarnya penggunaan teknologi informasi sebagai alat untuk komunikasi dan temu kembali informasi. Dari beberapa pengertian di atas terdapat lima aspek terkait yang merupakan integrasi dan aplikasi kemampuan kognitive dan teknis (Wijaya: 31) yaitu: 1. Access (akses): mengetahui tentang dan mengetahui bagaimana untuk mengumpulkan dan atau mendapatkan informasi. 2. Manage (mengelola): menerapkan skema klasifikasi atau organisasi. 3. Integrate (meng-integrasikan): meng-interpretasikan dan menggambarkan ulang informasi. Hal ini termasuk di dalamnya membuat ringkasan, membandingkan, dan menggarisbawahi. 4. Evaluate (meng-evaluasi): memutuskan tentang kualitas, keterkaitan, kegunaan, atau efisiensi dari informasi. 5. Create (menciptakan): menciptakan informasi baru dengan cara mengadopsi, menerapkan, mendesain, membuat atau menulis informasi. Aspek-aspek ini terintegrasi dalam kemampuan yang bersifat kognitive (teori) sebagai kamampuan dasar yang kita butuhkan setiap saat seperti di sekolah atau tempat kita kerja, antara lain berupa kemampuan memecahkan masalah, numerik dan visualisasi. Sedangkan kemampuan teknis (praktis) dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami perangkat keras, perangkat lunak, jaringan dan elemen-elemen teknologi digital. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 60

81 1. Tingkat Kematangan literasi TIK Kemampuan literasi TIK pada setiap individu akan memiliki pola yang berbeda sesuai dengan kebutuhan hidup dan kedewasaan masyarakat, seperti yang dapat kita lihat pada gambar di bawah ini (Menteri Komunikasi dan Informatika RI, 2006: 42). Hal ini sesuai dengan kerangka konsep Personal Capabality Maturity Model (P-CMM) yang dikutip oleh Indrajit (2005), maka kurang lebih level e-literacy seseorang dapat digambarkan seperti demikian: (Sumber: Menteri Komunikasi dan Informatika RI, 2006: 42) a. Level 0 jika seorang individu sama sekali tidak tahu dan tidak peduli akan pentingnya informasi dan teknologi untuk kehidupan sehari-hari; b. Level 1 jika seorang individu pernah memiliki pengalaman satu dua kali di mana informasi merupakan sebuah komponen penting untuk pencapaian keinginan dan pemecahan masalah, dan telah melibatkan teknologi informasi maupun komunikasi untuk mencarinya; c. Level 2 jika seorang individu telah berkali-kali menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu aktivitasnya sehari-hari dan telah memiliki pola keberulangan dalam penggunaannya; d. Level 3 jika seseorang individu telah memiliki standar penguasaan dan pemahaman terhadap informasi maupun teknologi yang diperlukannya, dan secara konsisten mempergunakan standar tersebut sebagai acuan penyelenggaraan aktivitasnya sehari-hari; e. Level 4 jika seseorang individu telah sanggup meningkatkan secara signifikan (dapat dinyatakan secara kuantitatif) kinerja aktivitas kehidupannya sehari-hari melalui pemanfaatan informasi dan teknologi; dan f. Level 5 jika seseorang individu telah menganggap informasi dan teknologi sebagian bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari, dan secara langsung telah mewarnai prilaku dan budaya hidupnya (bagian dari information society atau manusia berbudaya informasi). Berkaitan dengan literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), ada beberapa elemen pembentuk literasi TIK ini. Elemen-elemen tersebut dimulai dari elemen masyarakat, dalam artian literasi umum masyarakat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar di bawah ini. Gambar 6.1. Elemen pembentuk literasi TIK Tahapan awal adalah people literacy, yakni kemampuan dasar baca dan menulis masyarakat, diikuti literasi informasi dan literasi komputer. Literasi informasi diikuti oleh literasi digital, dan literasi komputer akan membawa dampak pada literasi internet. Literasi digital dan literasi internet merupakan dasar bagi literasi TIK. 2. Literasi Informasi Literasi informasi sering disebut juga dengan keberaksaraan informasi atau kemelekan informasi. Dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi, literasi informasi sering dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar informasi yang tersedia. Pengertian literasi informasi yang Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 61

82 sering dikutip adalah pengertian literasi informasi dari American Library Association (ALA) : information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effective needed information.artinya, literasi informasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi seara efektif dan etis (dalam Naibaho, 2007: 7-8). Informasi yang menjadi obyek disini dapat bersumber dari mana saja, baik dari media cetak seperti buku, majalah, jurnal, maupun sumber non cetak, seperti file dalam komputer, internet, film, hasil percakapan dan sebagainya. Information literacy berperan sebagai alat untuk memilah informasiinformasi tersebut, agar yang berguna dapat tetap dimanfaatkan secara maksismal dan sebaliknya, informasi ang hanya berpotensi menjadi sampah akan dapat difilter. Capaian yang diharapkan secara langsung adalah efisiensi dalam hal waktu, biaya dan tenaga yang dikeluarkan selama proses pencarian informasi. Dalam perkembangannya, konsep information literacy diaplikasikan melalui saluran-saluran (channel) berupa kegiatan praktis, misalnya dalam kegiatan pendidikan pemakai perpustakaan, pembekalan bagi siswa maupun mahasiswa baru hingga kepentingan dunia bisnis, Meluasnya area yang membutuhkan kemampuan melek informasi mendorong banyak professional di bidang informasi dan perpustakaan untuk memulai menyusun berbagai formula pendekatan yang dapat mempermudah masyarakat menguasai kemampuan ini. Kemampuan untuk menemukan informasi, mengolah dan menyajikan informasi sebenarnya kemampuan umum yang dimiliki oleh setiap orang. Tetapi tidak semua orang dapat dikatakan mempunyai kemampuan literasi informasi. Seseorang dikatakan mempunyai keterampilan literasi informasi mampu memahami kebutuhan informasi dan mendapatkan informasi yang tepat dalam berbagai format lalu mampu menggunakan dan menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang tepat dan benar. Dengan kemampuan ini seseorang memiliki kerangka kerja intelektual untuk memahami, mencari dan mengevaluasi dan menggunakan informasi. Untuk mensikapinya ledekan informasi yang saat ini terus berkembang kita memerlukan sebuah strategi literasi yaitu information literacy skills, yang dimaknai sebagai kemampuan untuk mengenali adanya kebutuhan informasi dan kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan efektif. Ada sejumlah elemen pendukung information literacy, yang juga berperan sebagai prasyarat untuk menguasai information literacy skill secara utuh. Elemen-elemen tersebut bersifat saling melengkapi dan tidak terpisahkan. Satu hal yang penting untuk digaris bawahi adalah bahwa upaya implementasi information literacy skill selalu membutuhkan saluran (Channel), yang dapat berupa kegiatan pembelajaran disekolah maupun di perguruan tinggi, kegiatan pendidikan pemakai di perpustakaan dan lain sebagainya. Hasil yang hendak dicapai dari penguasaan dan aplikasi information literacy skill ini adalah efisiensi biaya, waktu, dan tenaga yang dikeluarkan selama proses pencarian informasi. 1. Elemen-Elemen Literasi Informasi Menggunakan informasi dalam berbagai bentuk menuntut sejumlah kemampuan melek (literacies), diluar kemampuan dasar seperti menulis dan membaca. Berikut ini beberapa jenis melek yang berperan menjadi elemen dalam information literacy. a. Visual Literacy Visual Liteacy didefenisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan gambar, termasuk pula kemampuan untuk berpikir, belajar, serta mengekspresikan gambar tersebut. Visual literacy terbagi menjadi 3 konstruksi, yaitu: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 62

83 1) Pembelajaran visual (visual learning): kemampuan dalam mengakuisisi dan mengkonstruksi pengetahuan yang merupakan hasil interaksi dengan fenomena visual 2) Pemikiran visual (visual thinking): kemampuan untuk mengoraganisasikan citra mental pada hal-hal diseputar bentuk, garis, warna, teksur, dan komposisi 3) Komunikasi visual (visual communication): kemampuan menggunakan symbol visual untuk mengekspresikan gagasan dan menyampaikan makna. b. Media Literacy Menurut National Leardship Conference on Media Literacy, Media Literacy adalah kemampuan warga Negara untuk mengakses, menganalisa, dan memproduksi informasi untuk hasil yang spesifik. Media mampu menyuntikkan nilai-nilai yang mampu mengubah pandangan, dan bahkan sikap hidup secara missal. Untuk itu masyarakat memerlukan keterampilan melek media agar mampu mensikapi keberadaan media dengan lebih kritis dan bijaksana. c. Computer Literacy Komputer merupakan alat yang dapat memfasilitasi dan memperluas kemampuan manusia dalam mempelajari dan memproses informasi. Contoh yang paling nyata adalah penggunaan komputer secara luas dalam dunia pendidikan. Sekarang ini dapat dikatakan bahwa komputer telah menjadi bagian integral dari pendidikan. Computer literacy sering diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi dokumen dan data menggunakan perangkat lunak pengolah kata, pangkalan data, dan sebagainya. Namun, The Computer Science and Telecommunication Board of the National Research Counsil mendefenisikan kembali computer literacy sebagai kemampuan dalam menguasai teknologi informasi. Literasi computer ini dibahas lebih jauh pada sub bab sendiri dalam tulisan ini. d. Digital Literacy Digital Literacy merupakan keahlian yang berkaitan dengan penguasaan sumber dan perangkat digital. Perkembangan pesat teknologi informasi dewasa ini telah menghasilkan banyak temuan-temuan digital terbaru. Tidak jarang hal ini banyak memicu terjadinya kesenjangan antar masyarakat dan bahkan antar bangsa. Mereka yang mampu mengejar dan menguasai perangkat-perangkat digital muktahir dicitrakan sebagai penggenggam masa depan, dan sebaliknya yang tertinggal akan semakin sempit kesempatannya untuk meraih kemajuan. Literasi digital dibahas pada subbab sendiri dalam bab ini. e. Network Literacy Network literacy merupakan satu istilah yang masih terus berkembang (envolving). Untuk dapat menempatkan, mengakses dan menggunakan informasi dalam dunia berjejaring, misalnya internet, pengguna harus menguasai keahlian ini. Menurut Eisenberg (2004) orang yang melek jaringan memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut: 1) Memiliki kesadaran akan luasnya penggunaan jasa dan sumber informasi berjejaring 2) Memiliki pemahaman bagaimana sistem informasi berjejaring diciptakan dan dikelola 3) Dapat melakukan temu balik informasi tertentu dari jaringan dengan menggunakan serangkaian alat temu balik informasi 4) Dapat memanipulasi informasi berjejaring dengan memadukan dengan sumber lain dan meningkatkan nilai informasinya untuk kepentingan tertentu Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 63

84 5) Dapat menggunakan informasi berjejaring unutk menganalisa dan memecahkan masalah yang terkait dengan pengambilan keputusan, baik untuk kepentingan tugas dan maupun pribadi, serta menghasilkan layanan yang mampu meningkatkan kualitas hidup. 6) Memiliki pemahaman akan peran dan penggunaan informasi berjejaring untuk memecahkan masalah dan memperingan kegiatan dasar hidup. 2. Model Pencarian Informasi Information literacy merupakan satu term yang bersifat inklusif. Dengan menguasainya maka sejumlah keahlian diatas dapat dicapai dengan lebih mudah. Hubungan antara information literacy dengan elemen-elemen adalah saling melengkapi dan tidak terpisahkan. Selain elemen-elemen information Literacy di atas, Ada beberapa teori yang popular dalam perilaku seseorang dalam mencari informasi, Salah satu yang populer adalah Model pencarian yang dirumuskan David Ellis (1987). Ellis membedakan model pencarian informasi untuk ilmuan bidang ilmu alam dan ilmu sosial. Model pencarian ilmuan bidang sosial ada 6 tahapan, yaitu: 1) Starting (Mulai), pencari informasi mulai melakukan pencarian atau pengenalan awal terhadap rujukan. Seringkali informasi yang ditemukan pada tahap ini merupakan cikal bakal yang akan ditambahkan atau dikembangkan pada tahap selanjutnya 2) Chaining (Menghubungkan), mengikuti mata rantai atau mengkaitkan dengan daftar pustaka yang ada. Mencari rujukan berdasarkan subjek, nama pengarang dan rujukan inti. 3) Browsing (Menjelajah), tahapan yang ditandai dengan kegiatan pencarian informasi dengan cara penelusuran semi langsung atau terstruktur 4) Differentiating (Pembedaan), merupakan kegiatan membedakan sumber informasi untuk menyaring informasi berdasarkan sifat dan kualitas rujukan 5) Monitoring (Memantau), mengembangkan lebih lanjut pencarian informasi yang dibutuhkan dengan cara memberi perhatian yang lebih serius terhadap sumber-sumber tertentu. 6) Extracting (Mengambil Sari), pencarian informasi lebih bersifat sistematis, kegiatan ini diperlukan pada saat pencari informasi membuat suatu tinjauan literatur atau laporan. C. Literasi Komputer Ketika teknologi komputer berkembang, dikenal istilah computer literacy dari definisi yang sederhana yaitu kemampuan menggunakan komputer untuk memenuhi kepuasan kebutuhan pengguna (Rhodes, 1986) sampai yang sangat berbau filosofis seperti the collection of skills, knowledge, understanding, values, and relasionships that allow a person to function comfortably as a productive citizen in a computer-oriented society (Watt, 1980). Literasi Komputer adalah pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan komputer dan teknologi efisien. Paham (melek) komputer juga dapat merujuk kepada tingkat kenyamanan seseorang yang terbiasa menggunakan program komputer dan aplikasi lain yang berhubungan dengan komputer. Bagian lain yang lebih berharga dan berhubungan dengan istilah melek komputer adalah mengetahui bagaimana komputer bekerja dan beroperasi. Memiliki keterampilan komputer dasar merupakan aset yang signifikan yang telah banyak digunakan di negara-negara maju. Pelatihan Literasi Komputer dimaksudkan agar para pendidik khususnya dapat mencapai derajat melek komputer atau istilah yang sering disegunakan agar menjadi orang yang tidak gaptek atau tidak gagap teknologi. Gagap dalam arti merasa aneh, heran ataupun kesulitan saat menghadapi perangkat computer sebagai alat yang dapat membantu tugas-tugas para pendidik untuk mempercepat atau memperdalam kemampuannya dalam menggunakan perangkat teknologi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 64

85 Definisi yang tepat tentang melek komputer bisa berbeda-beda dari satu kelompok ke kelompok lain. Secara umum, melek huruf (dalam dunia buku) berkonotasi orang yang dapat membaca buku yang terbiasa dalam bahasa ibu mereka, mencari kata-kata baru ketika mereka dihadapkan pada kepiawaian membaca sebuah buku. Demikian pula, seorang profesional di bidang komputer yang berpengalaman dapat mempertimbangkan kemampuan dirinya untuk dapat mengajar (yaitu untuk mempelajari program-program baru dengan terbiasa atau mengerjakan tugas-tugas seperti yang ditemui) sehingga dikatagorikan melek komputer. Dalam wacana umum, melek komputer sering berkonotasi sedikit lebih dari kemampuan untuk menggunakan beberapa aplikasi yang sangat spesifik (seperti Aplikasi Pengolah Kata, Aplikasi browser, dan Aplikasi client) tertentu yang didefinisikan dengan baik untuk mengerjakan tugas sederhana, yang sebagian besar telah dihafalkan di luar kepala. Hal ini dapat dianalogikan dengan seorang anak yang mengklaim bahwa mereka bisa membaca karena mereka telah menghafal beberapa buku anak-anak kecil. Dalam kenyataannya masalah dapat muncul ketika istilah melek komputer secara pribadi kemudian menjumpai sebuah program baru untuk pertama kalinya, dan secara serius mengerjakan dengan sungguh-sungguh terhadap penyelesaian program yang sedang dihadapi. Menjadi melek dan profesional dapat diartikan sebagai hal yang bermakna sama. D. Literasi Digital Disetiap negara memiliki definisi literasi digital yang berbeda-beda karena menyangkut sistem kebijakan dan kemajuan teknologinya, akan tetapi pada dasarnya memiliki konsep dasar yang sama yaitu kemampun dalam menggunakan dan memahami pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi misalnya dalam mendukung dunia pendidikan dan ekonomi. Definsi tentang literasi digital masih dianggap belum final. Dalam artian masih terus akan ada pengembangan-pengembangan kedepannya. Definisi literasi digital itu bermacam-macam. Dalam hal ini dari definisi, istilah sering saling dipertukarkan; misalnya, 'melek', 'kelancaran' dan 'kompetensi' semua dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan untuk mengarahkan jalan melalui lingkungan digital dan informasi untuk menemukan, mengevaluasi, dan menerima atau menolak informasi (Fieldhouse & Nicholas, 2008 dalam Douglas Alan Jonathan Belshaw, 2011). Salah tokoh yang mempopulerkan istilah literasi digital adalah Paul Gilster (dalam Murad, 2015) yang menerbitkan bukunya pada tahun 1997 dengan judul Digital Literacy. Menurut Paul Gilster (2007) dikutip Seung-Hyun Lee (2014) literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam banyak format dari berbagai sumber ketika itu disajikan melalui komputer. Sedangkan menurut Deakin University s Graduate Learning Outcome 3 (DU GLO3), literasi digital adalah pemanfaatan teknologi untuk menemukan, menggunakan dan menyebarluaskan informasi dalam dunia digital. Literasi digital juga di definisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menganalisis, menilai, mengatur dan mengevaluasi informasi dengan menggunakan teknologi digital. Ini artinya mengetahui tentang berbagai teknologi dan memahami bagaimana menggunakannya, serta memiliki kesadaran dampaknya terhadap individu dan masyarakat. Literasi digital memberdayakan individu untuk berkomunikasi dengan orang lain, bekerja lebih efektif, dan peningkatan produktivitas seseorang, terutama dengan orang-orang yang memiliki keterampilan dan tingkat kemampuan yang sama (Martin, 2008 dalam Soheila Mohammadyari & Harminder Singh, 2015). Sementara itu Commmon Sense Media (2009) menyinggung bahwa literasi digital itu mencakup tiga kemampuan yaitu kompetensi pemanfaatan teknologi, memaknai dan memahami konten digital serta menilai kredibilitasnya juga bagaimana membuat, meneliti dan mengkomunikasikan dengan alat yang tepat. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 65

86 Literasi digital itu bukan hanya sekedar kemampuan mencari, menggunakan dan menyebarkan informasi akan tetapi, diperlukan kemampuan dalam membuat informasi dan evaluasi kritis, ketepatan aplikasi yang digunakan dan pemahaman mendalam dari isi informasi yang terkandung dalam konten digital tersebut. Disisi lain literasi digital mencakup tanggung jawab dari setiap penyebaran informasi yang dilakukannya karena menyangkut dampaknya terhadap masyarakat. 1. Manfaat Literasi Digital Literasi digital memiliki manfaat yang penting bagi setiap individu bahkan dalam beberapa kasus literasi digital dapat mempengaruhi kinerja organisasi. Survey yang pernah dilakukan BCS, The Chartered Institute for IT menunjukan 90% pemilik perusahaan itu menganggap bahwa literasi digital bagi karyawan itu sangat bermanfaat bagi organisasi atau perusahaan karena saat ini hampir semua pekerjaan bergantung beberapa aspek teknologi. Menurut Brian Wright (2015) dalam infographics yang berjudul Top 10 Benefits of Digital Literacy: Why You Should Care About Technology, bahwa ada 10 manfaat penting dari adanya literasi digital yaitu menghemat waktu, belajar lebih cepat, menghemat uang, membuat lebih aman, senantiasa memperoleh informasi terkini, selalu terhubung, membuat keputusan yang lebih baik, dapat membuat anda bekerja, membuat lebih bahagia, dan dapat mempengaruhi dunia. a. Menghemat waktu Seorang pelajar atau mahasiswa yang mendapatkan tugas dari guru atau dosennya, maka ia akan mengetahui sumber-sumber informasi terpercaya yang dapat dijadikan referensi untuk keperluan tugasnya. Waktu akan lebih berharga karena dalam usaha pencarian dan menemukan informasi itu menjadi lebih mudah. Dalam beberapa kasus pelayanan online juga akan menghemat waktu yang digunakan karena tidak harus mengunjungi langsung ke tempat layanannya. b. Belajar lebih cepat Pada kasus ini misalnya seorang pelajar yang harus mencari definisi atau istilah kata-kata penting misalnya di glosarium. Dibandingkan dengan mencari referensi yang berbentuk cetak, maka akan lebih cepat dengan memanfaatkan sebuah aplikasi khusus glosarium yang berisi istilah-istilah penting. c. Menghemat uang Saat ini banyak aplikasi khusus yang berisi tentang perbandingan diskon sebuah produk. Bagi seseorang yang bisa memanfaatkan aplikasi tersebut, maka ini bisa menghemat pengeluaran ketika akan melakukan pembelian online di internet. d. Membuat lebih aman Sumber informasi yang tersedia dan bernilai di internet jumlahnya sangat banyak. Ini bisa menjadi referensi ketika mengetahui dengan tepat sesuai kebutuhannya. Sebagai contoh ketika seseorang akan pergi ke luar negeri, maka akan merasa aman apabila membaca berbagai macam informasi khusus tentang negara yang akan dikunjungi itu. e. Selalu memperoleh informasi terkini Kehadiran apps terpercaya akan membuat seseorang akan selalu memperoleh informasi baru. f. Selalu terhubung Mampu menggunakan beberapa aplikasi yang dikhususkan untuk proses komunikasi, maka akan membuat orang akan selalu terhubung. Dalam hal-hal yang bersifat penting dan mendesak, maka ini akan memberikan manfaat tersendiri. g. Membuat keputusan yang lebih baik Literasi digital membuat indvidu dapat membuat keputusan yang lebih baik karena ia memungkinkan mampu untuk mencari informasi, mempelajari, menganalisis dan membandingkannya Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 66

87 kapan saja. Jika Individu mampu membuat keputusan hingga bertindak, maka sebenarnya ia telah memperoleh informasi yang bernilai. Ida Fajar Priyanto (2013) mengatakan secara umum, informasi dipandang bernilai jika informasi tersebut mempengaruhi penerima untuk membuat keputusan untuk bertindak. h. Dapat membuat anda bekerja Kebanyakan pekerjaan saat ini membutuhkan beberapa bentuk keterampilan komputer. Dengan literasi digital, maka ini dapat membantu pekerjaan sehari-hari terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan komputer misalnya penggunaan Microsoft Word, Power Point atau bahkan aplikasi manajemen dokumen ilmiah seperti Mendelay dan Zetero. i. Membuat lebih bahagia Dalam pandangan Brian Wright, di internet banyak sekali berisi konten-konten seperti gambar atau video yang bersifat menghibur. Oleh karenanya, dengan mengaksesnya bisa berpengaruh terhadap kebahagiaan seseorang. j. Mempengaruhi dunia Di internet tersedia tulisan-tulisan yang dapat mempengaruhi pemikiran para pembacanya. Dengan penyebaran tulisan melalui media yang tepat akan memberikan kontribusi terhadap perkembangan dan perubahan dinamika kehidupan sosial. Dalam lingkup yang lebih makro, sumbangsih pemikiran seseorang yang tersebar melalui internet itu merupakan bentuk manifestasi yang dapat mempengaruhi kehidupan dunia yang lebih baik pada masa yang akan datang. 2. Elemen Penting Literasi Digital Elemen penting literasi digital adalah menyangkut kemampuan apa saja yang harus dikuasai dalam pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi. Steve Wheeler (2012) dalam Murad (2015) dalam tulisannya yang berjudul Digital Literacies For Engagement In Emerging Online Cultures, mengidentifikasi ada sembilan elemen penting dalam dunia litersi digital seperti social networking, transliteracy, maintaining privacy, managing identity, creating content, organising and sharing content, reusing/repurposing content, filtering and selecting content, serta self broadcasting. a. Social Networking Kehadiran situs jejaring sosial adalah salah satu contoh yang ada dalam social networking atau kehidupan sosial online. Kini tiap individu yang terlibat dalam kehidupan sosial online akan selalu dihadapkan adanya layanan tersebut. Seseorang yang memiliki smartphone dapat dipastikan memiliki banyak akun jejaring sosial misalnya Facebook, Twitter, Linkedin, Path, Instagram, Pinterest, ataupun Google+. Memanfaatkan layanan situs jejaring sosial perlu selektif dan kehati-hatian. Pengetahuan pemetaan penggunaan situs jejaring sosial berdasarkan fungsinya tentu akan lebih baik. Sebagai contoh mereka yang bergelut dalam dunia akademik bisa memanfaatkan Linkedln yang dapat mendukung hubungan antar peneliti di dunia. Keterampilan memanfaatkan fitur-fitur yang ditawarkan setiap situs jejaring sosialpun berbeda. Untuk itu, perlu mengetahui sekaligus menguasai fungsi-fungsi dasar dari setiap fitur yang ada. Disisi lain etika pemanfaatan situs jejaring sosial juga tidak luput dari perhatian. Literasi digital memberikan jalan bagaimana seharusnya berjejaring sosial yang baik itu. b. Transliteracy Transliteracy diartikan sebagai kemampuan memanfaatkan segala platform yang berbeda khususnya untuk membuat konten, mengumpulkan, membagikan hingga mengkomunikasikan melalui berbagai media sosial, grup diskusi, smartphone dan berbagai layanan online yang tersedia. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 67

88 c. Maintaining Privacy Hal penting dalam literasi digital adalah tentang maintaining privacy atau menjaga privasi dalam dunia online. Memahami dari segala jenis cybercrime seperti pencurian online lewat kartu kredit (carding), mengenal ciri-ciri situs palsu (phishing), penipuan via dan lain sebagainya. Menampilkan identitas online hanya seperlunya saja untuk menghindari sesuatu hal yang tidak di inginkan. d. Managing Digital Identity Managing digital identity berkaitan dengan bagaimana cara menggunakan identitas yang tepat diberbagai jaringan sosial dan platform lainya. e. Creating Content Creating content atau berkaitan dengan suatu ketrampilan tentang bagaimana caranya membuat konten di berbagai aplikasi online dan platform misalnya di PowToon, Prezi, blog, forum, dan wikis. Selain itu mencakup kemampuan menggunakan berbagai platform e-learning. f. Organising and Sharing Content Organising and sharing content adalah mengatur dan berbagi konten informasi agar lebih mudah tersebarkan. Misalnya pada pemanfaatan situs social bookmarking memudahkan penyebaran informasi yang bisa diakses oleh banyak pengguna di internet. g. Reusing/repurposing Content Mampu bagaimana membuat konten dari berbagai jenis informasi yang tersedia hingga menghasilkan konten baru dan dapat dipergunakan kembali untuk berbagai kebutuhan. Misalnya seorang guru yang membuat konten tentang mata pelajaran tertentu dengan lisensi creative common. Kemudian konten tersebut di unggah di website Slideshare sehingga akan banyak yang mengunduhnya. Lalu konten tersebut bisa digunakan oleh orang lain yang membutuhkan dengan menambahkan informasi atau pengetahuan baru agar lebih lengkap sesuai kebutuhannya. h. Filtering and Selecting Content Kemampuan mencari, menyaring dan memilih informasi dengan tepat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan misalnya lewat berbagai mesin pencari di internet. 9. Self Broadcasting Self broadcasting bertujuan untuk membagikan ide-ide menarik atau gagasan pribadi dan konten multimedia misalnya melalui blog, forum atau wikis. Hal tersebut adalah bentuk partisipasi dalam masyarakat sosial online. E. Literasi Internet Internet merupakan sebuah jaringan komunikasi tanpa batas yang melibatkan jutaan komputer pribadi (Personal Komputer) yang tersebar diseluruh dunia. Dengan menggunakan Transmisison Control Protocol (TCP) dan didukung dengan media komunikasi seperti satelit, telephon, dan paket radio, internet memungkinkan terjadinya komunikasi antar komputer dengan jarak yang tidak terbatas. Jaringan internet juga memungkinkan untuk melakukan konferensi dari beberapa orang yang letaknya berjauhan. Mereka yang hadir dalam konferensi tersebut cukup menghadap ke layar komputer dan mereka dapat melakukan interaksi satu sama lain (Budi Sutedjo Dharma Oetomo, 2003). Jaringan komputer dibagi dalam 3 jenis yaitu LAN (Local Area Network), MAN (Metropolitan Area Network) dan WAN (Wide Area Networks). Internet merupakan salah satu kelompok jaringan komputer berdasarkan cakupan (jarak) dimana internet merupakan gabungan dari beberapa WAN di planet bumi ini sehingga menghasilkan suatu jaringan komputer global yang dinamakan internet. Literasi internet menyangkut kemampuan untuk menggunakan pengetahuan teoritis dan praktis tentang internet sebagai media komunikasi dan pengambilan informasi. Literasi internet berkaitan erat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 68

89 dengan literasi informasi, literasi komputer, dan literasi digital. Perangkat yang digunakan dalam literasi internet merupakan perangkat computer yang mana merupakan perangkat digital. Lebih jauh lagi Indrajit (2005) menjelaskan bahwa ketika berkembang secara pesat, istilah internet literacy pun lahir dengan sendirinya, yaitu kemampuan untuk menggunakan pengetahuan internet sebagai media komunikasi dan temu kembali informasi secara teori dan praktis. Berdasarkan bahasan-bahasan mengenai literasi TIK di atas, dapat dirangkum dalam gamber diagram sebagai berikut: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 69

90 BAB VII ETIKA PROFESI Topik ini berkaitan dengan etika profesi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat. Peserta PLPG diminta mengikuti materi pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, menjawab soal latihan, dan melakukan refleksi. A. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia dipersepsi oleh masyarakat sebagai profesi kelas dua. Idealnya, pilihan seseorang untuk menjadi guru adalah panggilan jiwa untuk memberikan pengabdian pada sesama manusia dengan mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih, yang diwujudkan melalui proses belajar-mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada siswa agar mencapai kedewasaan masing-masing. Dalam kenyataannya, menjadi guru tidak cukup sekadar untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat keterampilan dan kemampuan khusus. Guru adalah profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills (1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu. Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat, tujuan, dan nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan sikap dan sifat semacam itu, guru profesional memiliki kemampuan melakukan profesionalisasi secara terus-menerus, memotivasi-diri, mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri, kesadaran-diri, mengembangkan-diri, berempati, menjalin hubungan yang efektif. Guru profesional adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik dalam bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional bercirikan seperti berikut ini. 1. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemampuannya itu. 2. Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang seprofesi dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial. 3. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan makna etika kerja dan tata santun berhubunngan dengan atasannya. 4. Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi, dan gemar melibatkan diri secara individual atau kelompok seminat untuk merangsang pertumbuhan diri. 5. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka perbaikan mutu dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan kebijakan bidang pendidikan. 6. Siap bekerja secara tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan mendisiplinkan dirinya. 7. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa memotivasi dan mengatur dirinya. 8. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik demi perbaikan-diri. 9. Memiliki empati yang kuat. 10. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas sekolah, dan masyarakat. 11. Menunjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja. 12. Menunjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 70

91 13.Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust), dalam makna tersebut mengakui dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri. 14.Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif. Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seseorang penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya. Danim (2010) merangkum beberapa hasil studi para ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik- karakteristik profesi seperti berikut ini. a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi. b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi guru, akan tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi (subject matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran. c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien. Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam pengetahuannya di bidang itu, dan makin akurat pula layanannya kepada klien. Dokter umum, misalnya, berbeda pengetahuan teoritis dan pengalaman praktisnya dengan dokter spesialis. Seorang guru besar idealnya berbeda pengetahuan teoritis dan praktisnya dibandingkan dengan dosen atau tenaga akademik biasa. d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. Seorang guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh peserta didik. e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-organization. Istilah mandiri di sini berarti kewenangan akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski tidak berarti menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegialitas. f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan, apakah di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di luar sekolah. Di dunia kedokteran, seorang dokter harus siap memberikan bantuan, baik dalam keadaan normal, emergensi, maupun kebetulan, bahkan saat dia sedang istirahat sekalipun. g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja. h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi malpraktik, seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus memiliki tanggungjawab kepada komunita, terutama anak didiknya. Replika tanggungjawab ini menjelma dalam bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran. i. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan di sini adalah standar gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tarif yang ditetapkan dan harus dibayar oleh orang-orang yang menerima jasa layanan darinya. j. Budaya profesional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan simbol-simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 71

92 B. Definisi Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala dimensinya tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi guru dan kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan Kehormatan Guru, pembinaan etika profesi guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, beberapa frasa yang terkait dengan ini perlu didefinisikan. 1. Organisasi atau asosiasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru atau penyandang profesi sejenis untuk mengembangkan profesionalitas anggotanya. 2. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan legal yang dimilikinya dalam menetapkan dan menegakkan kode etik guru, melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan memajukan pendidikan nasional. 3. Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara. 4. Dewan Kehormatan Guru adalah perangkat kelengkapan organisasi atau asosiasi profesi guru yang dibentuk untuk menjalankan tugas dalam memberikan saran, pendapat, pertimbangan, penilaian, penegakkan, dan pelanggaran disiplin organisasi dan etika profesi guru. 5. Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah. 6. Pembinaan etika profesi adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis untuk menciptakan kondisi agar guru berbuat sesuai dengan norma-norma yang dibolehkan dan menghindari normanorma yang dilarang dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, serta menjalani kehidupan di masyarakat. C. Guru dan Keanggotaan Organisasi Profesi Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Konsekuensi logis dari amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru wajib: 1. Menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi sesuai dengan peraturan perundang-undangan 2. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi serta Kode Etik Guru dan Ikrar atau Janji Guru yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masing-masing. 3. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan-peraturan dan disiplin yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masing-masing. 4. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi guru secara aktif. 5. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi atau asosiasi profesi guru dimana dia terdaftar sebagai anggota. 6. Memiliki Kartu Anggota organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar sebagai anggota. 7. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar sebagai anggota. 8. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar sebagai anggota. 9. Guru yang belum menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi guru harus memilih organisasi atau asosiasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan perundangundangan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 72

93 D. Esensi Kode Etik dan Etika Profesi Guru Indonesia harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu, ketika bekerja mereka harus menjunjung tinggi etika profesi. Mereka mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab. Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Mereka memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Penyandang profesu guru adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik. Dalam melaksankan tugas, mereka harus berpegang teguh pada prinsip ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di Negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Dalam melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik puteraputeri bangsa. Kegiatan yang tercermin dalam tindakan nyata itulah yang disebut etika profesi atau menjalankan profesi secara beretika. Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan KEGI. Kode Etik harus mengintegral pada perilaku guru. Disamping itu, guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh dilanggar, baik sengaja maupun tidak. Dengan demikian, sebagai tenaga profesional, guru bekerja dipandu oleh Kode Etik. Kode Etik profesi guru dirumuskan dan disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Kode Etik dimaksud merupakan standar etika kerja bagi penyandang profesi guru. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa Guru membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang bersifat independen. Organisasi atau asosiasi profesi guru berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. Sejalan dengan itu UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 73

94 E. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia Ketika melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia harus menyadari sepenuhnya, bahwa Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), atau nama lain sesuai dengan yang disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru, merupakan pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika jabatan guru. Dengan demikian, guru harus menyadari bahwa jabatan mereka merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Di sinilah esensi bahwa guru harus mampu memahami, menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode Etik Guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan menjalani kehidupan di masyarakat. Ketaatasasan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud. Dampak ikutannya adalah, proses pendidikan dan pembelajaran yang memenuhi kriteria edukatif berjalan secara efektif dan efisien di sekolah. Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), misalnya, telah membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya. KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini. Berikut ini disajikan substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI sebagaimana dimaksud. Sangat mungkin beberapa organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati. Kalau memang demikian, itu pun selayaknya menjadi acuan guru dalam menjalankan tugas keprofesian. 1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat. c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran. d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan. e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus harus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 74

95 f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan. g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik. h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya. i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya. j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil. k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya. l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya. m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisikondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan. n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan. o Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama. p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. 2. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Siswa a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan. b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta didik. c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya. d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan. e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya. f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi denganya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan. g. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. 3. Hubungan Guru dengan Masyarakat a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan. b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 75

96 e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya. f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat. g. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat. h. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan bermasyarakat. 4. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah. b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses pendidikan. c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif. d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah. e. Guru menghormati rekan sejawat. f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat. g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional. h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya. i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran. j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat. k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran. l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya. m. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat. n. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya. o. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. p. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan- pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum. q. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat. 5. Hubungan Guru dengan Profesi a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi. b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan bidang studi yang diajarkan. c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya. d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugastugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 76

97 e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya. f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya. g. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya. h. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran. 6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan. b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan. c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat. d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya. e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya. f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya. g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya. h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa alas an yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Hubungan Guru dengan Pemerintah a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang- Undang Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya. b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang berbudaya. c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD d. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran. e. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara. F. Pelanggaran dan Sanksi Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kode Etik Guru merupakan pedoman sikap dan perilaku yang bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru, karenanya, berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi atau asosiasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan. Untuk tujuan itu, Kode Eik Guru dikembangkan atas dasar nilai-nilai dasar sebagai sumber utamanya, yaitu: (1) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 77

98 agama dan Pancasila; (2) kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan (3) nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah. emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian. Setiap pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak melaksanakana KEGI dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru. Guru yang melanggar KEGI dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku pada organisasi profesi atau menurut aturan negara. Tentu saja, guru tidak secara serta-merta dapai disanksi karena tudingan melanggar Kode Etik profesinya. Pemberian sanksi itu berdasarkan atas rekomendasi objektif. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap KEGI merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). Pemberian sanksi oleh DKGI sebagaimana harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan. Rekomendasi DKGI wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru. Tentu saja, istilah wajib ini normatif sifatnya. Sanksi dimaksud merupakan upaya pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru. Selain itu, siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran KEGI wajib melapor kepada DKGI, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang. Tentu saja, setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum menurut jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan DKGI. Latihan dan Renungan 1. Apa esensi etika profesi guru? 2. Sebutkan karakteristik utama profesi guru! 3. Mengapa guru harus memiliki komitmen terhadap Kode Etik? 4. Mengapa UU No. 14 Tahun 2005 mewajibkan guru menjadi anggota organisasi profesi? 5. Apa implikasi kewajiban menjadi anggota organisasi profesi bagi guru? 6. Apa peran DKGI dalam kerangka penegakan Kode Etik Guru? Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 78

99 REFLEKSI AKHIR Materi sajian pada bagian ini berupa refleksi akhir Sajian materi ini dimaksudkan sebagai penutup dan refleksi atas materi utama yang disajikan pada bab-bab sebelumnya. Oleh karena kebijakan pembinaan dan pengembangan guru senantiasa bermetamorfosis, peserta PLPG yang sudah dinyatakan lulus sekalipun diharapkan tetap mengikuti perkembangan kebijakan lanjutan. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka menjalankan fungsi dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana disebutkan di atas. Peserta didik sekarang merupakan manusia masa depan yang diharapkan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, terampil, berwatak dan berkarakter kebangsaan, serta menjadi insan agamais. Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi di dalam masyarakat yang multikultural dan multidimensional, dimana peran teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru masih sangat minim. Kalau pun teknologi pembelajaran tersedia mencukupi, peran guru yang sesungguhnya tidak akan tergantikan. Sejarah pendidikan di Indonesia telah mencatatkan bahwa profesi guru sebagai profesi yang disadari pentingnya dan diakui peran strategisnya bagi pembangunan masa depan bangsa. Pembinaan dan pengembangan profesi guru harus sejalan dengan kegiatan sejenis bagi tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat dari sisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, profesi guru sesungguhnya termasuk dalam spektrum profesi kependidikan itu sendiri. Frasa tenaga kependidikan ini sangat dikenal baik secara akademik maupun regulasi. Dari persepektif ketenagaan, frasa ini mencakup dua ranah, yaitu pendidik dan tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) merupakan dua jenis profesi atau pekerjaan yang saling mengisi. Pendidik, dalam hal ini guru, dengan derajat profesionalitas tingkat tinggi sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bekerja, tanpa dukungan tenaga kependidikan. Sebaliknya, tenaga kependidikan yang profesional sekali pun tidak bisa berbuat banyak, tanpa dukungan pendidik atau guru yang profesional sebagai aktor langsung di dalam dan di luar kelas, termasuk di laboratoium sekolah. Karenanya, ketika berbicara mengenai profesi kependidikan, semua orang akan melirik pada esensi dan eksistensi PTK itu sendiri. Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, di mana di dalamnya termasuk pendidik. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru yang tadinya masuk ke dalam rumpun pendidik, kini telah memiliki definisi tersendiri. Secara lebih luas tenaga kependidikan yang dimaksudkan di sini adalah sebagaimana termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu: (1) tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, dan penguji; (2) tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih; dan (3) pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah. Termasuk dalam jenis tenaga kependidikan adalah pengelola sistem pendidikan, seperti kepala kantor dinas pendidikan di tingkat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 79

100 provinsi atau kabupaten/kota. Jika mau diperluas, tenaga kependidikan sesungguhnya termasuk tenaga administratif bidang pendidikan, dimana mereka berfungsi sebagai subjek yang menjalankan fungsi mendukung pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian, secara umum tenaga kependidikan itu dapat dibedakan menjadi empat kategori yaitu: (1) tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih; (2) tenaga fungsional kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang kependidikan, dan pustakawan; (3) tenaga teknis kependidikan, terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar; (4) tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah; dan (5) tenaga lain yang mengurusi masalahmasalah manajerial atau administratif kependidikan. Dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan guru, telah muncul beberapa harapan ke depan. Pertama, perhitungan guru melalui Sensus Data Guru sangat diperlukan untuk merencanakan kebutuhan guru dan sebagai bahan pertimbangan kebijakan proyeksi pemenuhan guru di masa mendatang. Hasil perhitungan dan rencana pemenuhan guru per kabupaten/kota perlu diterbitkan secara berkala dalam bentuk buku yang dipublikasikan minimal setiap tiga tahun. Kedua, memperhitungkan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan(supply and demand) atau keseimbangan antara kebutuhan guru dan produksi guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan guru dan rasio guru:murid dapat di pertahankan secara efektif dan optimal. Pada kondisi riil di sekolah sebenarnya terjadi kelebihan guru sehingga guru-guru honor yang ada di sekolah merasa teraniaya/ termarjinalisasi/tak terurus. Ketiga, merealisasikan pemerataan guru yang efektif dan efisien di semua satuan pendidikan di kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi. Apalagi jika Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri tentang Pemindahan Guru PNS yang masih dalam proses penyelesaian telah terbit, maka berangsurangsur akan terjadi pemerataan guru. Guru yang berlebih di satu kabupaten/kota dipindahkan ke kabupaten/kota lainnya yang kekurangan. Keempat, menghitung dengan tepat dan cermat kebutuhan fiskal negara terkait dengan agenda kesejahteraan guru yaitu pemberian tunjangan profesi guru, tunjangnan khusus, maslahat tambahan, dan lain-lain. Kelima, pengembangan karier guru pascasertifikasi. Berdasarkan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, ada empat aktivitas pengembangan karir guru pascasertifikasi guru, yaitu: penilaian kinerja guru, peningkatan guru berkinerja rendah, pengembangan keprofesian guru berkelanjutan, dan pengembangan karier guru. Pada sisi lain, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Beranjak dari isu-isu di atas, beberapa hal berikut ini memerlukan perhatian dan priotitas utama. 1. Menindaklanjuti masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru. 2. Melaksanakan kesepakatan implementasi sistem manajemen guru secara komprehensif berkaitan dengan: a. Melakukan koordinasi dalam penyediaan guru dengan mempertimbangkan kebutuhan satuan pendidikan. b. Merekrut guru berdasarkan asesmen kebutuhan dan standar kompetensi yang telah ditetapkan. c. Mengangkat dan menempatkan guru berdasarkan kualifikasi akademik dan bidang keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 80

101 d. Menata dan mendistribusikan guru antarsatuan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan guru secara nasional melalui aspek pendanaan bidang pendidikan. e. Memfasilitasi sertifikasi guru dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan dan akuntabel. f. Memfasilitasi peningkatan kualifikasi akademik guru dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan dan akuntabel g. Menerapkan sistem penilaian kinerja guru secara berkelanjutan sesuai dengan standar yang ditetapkan. h. Memberikan penghargaan bagi guru sesuai dengan prestasi dan dedikasinya dan memberikan perlindungan hukum, profesi, ketenagakerjaan, dan hak atas kekayaan intektual. i. Meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan kemampuan daerah. j. Memfasilitasi pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karir guru. 3. Menindaklanjuti regulasi mengenai guru kedalam peraturan daerah/peraturan Gubernur/ peraturan bupati/peraturan walikota Manajemen guru masa depan menuntut pertimbangan dan perumusan kebijakan yang sistemik dan sistematik. Manajemen guru sebagaimana dimaksud terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Dalam kaitannya dengan substansi manajemen guru sebagaimana dijelaskan di muka, beberapa hal perlu diberi catatan khusus. Perlu ditetapkan standar mahasiswa calon guru. Standar dimaksud berupa kemampuan intelektual, kepribadian, minat, bakat, ciri-ciri fisik, dan sebagainya. Penentuan standar ini ditetapkan oleh institusi penyedia calon guru dan/atau difilter melalui seleksi calon peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dengan demikian, ke depan hanya seseorang dengan karakteristik tertentulah yang akan direkruit sebagai calon guru. Perencanaan kebutuhan guru harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, bidang keahlian, dan sebaran sekolah. Dalam kaitannya dengan rekruitmen calon guru, sudah seharusnya menjadi kebijakan nasional yang tersentralisasi. Demikian juga pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karirnya. Atas dasar itu, kiranya diperlukan regulasi baru atau merevitalisasi manajemen guru yang mampu mensinergikan lembaga penyedia, pengguna, dan pemberdayaannya. Pada tataran menjalankan tugas keprofesian keseharian, guru Indonesia bertanggungjawab mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Dalam melaksanakan tugas profesinya itu, guru Indonesia mestinya menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan KEGI sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik puteraputeri bangsa. Untuk menegakkan Kode Etik itu, organisasi profesi guru membentuk Dewan kehormatan yang keanggotaan serta mekanisme kerjanya diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi guru. Dewan Kehormatan Guru (DKG) dimaksud dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru. Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 81

102 REFERENSI Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderala Guru dan Tenaga Kependidikan, Guru Pembelajar; Pedoman Program Peningkatan Kompetensi Moda Tata Muka, Daring Jaringan, dan Dari Kombinasi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011 Produk hukum yang berkaitan dengan Penilaian Kinerja, Pengembangan Keprofesian Guru Berkelanjutan, Sertifikasi Guru, dan Uji Kompetensi Guru Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Kode Etik Guru, Bandung, Alfabeta, Bandung, 2010 Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Induksi ke Profesional Madani, Media Perhalindo, Jakarta, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Vollmer dan Mills, Professionalization, Jossey Bass, New York, 1982 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon Universitas Negeri Makassar P a g e 82

103 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Pendalaman Materi Bidang Studi Ekonomi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

104 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Pendalaman Materi Bidang Studi Ekonomi Penulis Kardoyo Ahmad Nurkhin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

105 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB I KEBUTUHAN MANUSIA, KELANGKAAN, DAN SISTEM EKONOMI Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

106

107 BAB I KEBUTUHAN MANUSIA, KELANGKAAN, DAN SISTEM EKONOMI Kompetensi Inti Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi jenis kebutuhan ditinjau dari intensitasnya. 2. Mengidentifikasi perbedaan permasalahan perekonomian modern dan tradisional A. Kebutuhan Manusia Manusia membutuhkan makan untuk dapat mempertahankan hidupnya, pelajar membutuhkan alat tulis untuk dapat sekolah, untuk dapat pindah dari satu tempat ke tempat lain manusia membutuhkan transportasi, untuk dapat menyapa saudara di tempat lain membutuhkan alat komunikasi. Keadaan ini menimbulkan masalah ekonomi yaitu kebutuhan manusia yang tidak terbatas Kebutuhan manusia yang tidak terbatas tersebut dikelompokkan sebagai berikut KEBUTUHAN Berdasarkan Intensitasnyaa Berdasarkan Sifatnya Berdasarkan Waktunya Berdasarkan Subyeknya Kebutuhan Primer Kebutuhan Sekunder Kebutuhan Tersier Kebutuhan Jasmani Kebutuhan Rohani Kebutuhan Waktu Sekarang Kebutuhan Waktu akan datang Kebutuhan Perseorangan Kebutuhan Bersama 1

108 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Manusia 1. Kondisi Alam 2. Peradaban 3. Adat Istiadat 4. Agama dan Kepercayaan Barang Pemuas Kebutuhan Kebutuhan manusia dipenuhi dengan pemakaian barang (seperti pakaian, sepeda motor, mobil, komputer, rumah, peralatan rumah tangga, peralatan sekolah, obat dan lain-lain) dan jasa-jasa (seperti pemeriksaan dokter, pelajaran guru, reparasi, transportasi dan lain-lain). Barang pemuas kebutuhan dapat digolong-golongkan sebagai berikut: B A R A Menurut cara memperolehnya Menurut cara pemakaiannya Menurut cara pengerjaannya Menurut jaminannya Menurut kualitasnya Barang bebas Barang ekonomi Barang komplementer Barang substitusi Barang mentah (bahan baku) Barang setengah jadi Barang jadi (final product) Barang tetap Barang bergerak Barang superior Barang inferior Barang tetap 1. Barang pemuas kebutuhan menurut cara memperolehnya a. Barang bebas Barang bebas adalah benda yang tersedia dalam jumlah banyak manusia untuk memperolehnya tidak memerlukan pengorbanan, karena sudah tersedia di alam. b. Barang ekonomi 2

109 Barang ekonomi merupakan barang untuk memperolehnya memerlukan sejumlah pengorbanan tertentu, biasanya berupa uang. Barang ekonomi dapat digolongkan menjadi barang produksi dan barang konsumsi. Barang produksi terbagi menjadi barang produksi sekali pakai dan lebih dari sekali pakai demikian juga barang konsumsi terbagi menjadi barang konsumsi sekali pakai dan lebih dari sekali pakai. 2. Barang pemuas kebutuhan menurut fungsinya a. Barang Komplementer Barang Komplementer adalah barang pemuas kebutuhan yang akan bermanfaat jika digunakan bersama-sama dengan benda lain atau benda yang merupakan komplemennya. b. Barang substitusi Barang substitusi adalah barang pemuas kebutuhan yang pemakaiannya dapat menggantikan benda lain atau saling menggantikan. 3. Barang pemuas kebutuhan menurut cara pengerjaannya a. Barang mentah (bahan baku) Barang mentah (bahan baku) atau bahan dasar adalah bahan yang belum mengalami proses produksi. b. Barang setengah jadi Barang setengah jadi adalah hasil pengolahan bahan mentah, tetapi belum merupakan produk akhir masih akan diolah lagi c. Barang jadi (final product) Barang jadi adalah produk akhir yang merupakan barang siap untuk dipakai atau digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. 4. Barang pemuas kebutuhan menurut jaminannya a. Barang tetap Barang tetap adalah barang yang secara wujud fisik tetap bentuknya dan tidak bergerak atau berpindah tempat. Barang tetap bisa digunakan sebagai jaminan kredit jangka panjang di bank. b. Barang bergerak/tidak tetap 3

110 Barang bergerak adalah barang yang secara wujud fisik tetap bentuknya tetapi dapat berpindah tempat. Barang bergerak/tidak tetap bisa digunakan sebagai jaminan kredit jangka pendek di bank perkreditan rakyat (BPR), pegadaian. 5. Barang pemuas kebutuhan menurut kualitasnya a. Barang superior Barang yang memiliki kualitas tinggi dan memberikan prestise tersendiri bagi pemakainya. Barang superior banyak dikonsumsi oleh kalangan menengah ke atas. b. Barang inferior Barang yang memiliki kualitas rendah B. Kelangkaan (Scarcity) Ilmu ekonomi pada intinya merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana manusia, baik individu maupun kelompok melakukan pemilihan terhadap sumber daya yang langka. Salah satu caranya, yaitu memproduksi berbagai macam barang dan jasa guna memenuhi berbagai macam kebutuhan. Inti dari ilmu ekonomi adalah adanya kelangkaan. Kelangkaan adalah suatu keadaan saat manusia ingin mengkonsumsi jauh lebih banyak dari apa yang diproduksi atau suatu keadaan saat apa yang diinginkan manusia jauh lebih banyak dari apa yang tersedia. Kelangkaan bukan berarti barang itu sedikit atau terbatas, tetapi adanya kesenjangan antara kebutuhan manusia dan barang yang tersedia. Jika manusia tidak dihadapkan pada kelangkaan atau jioka keinginan manusia dapat sepenuhnya terpenuhi, tentu manusia tidak perlu melakukan efisiensi penggunaan sumber-sumber daya. Manusia tidak kperlu lagi bekerja keras untuk mengumpulkan barang atau kekayaan karena semuanya tersedia kdan mudah didapat. Kenyataan menunjukkan bahwa belum ada masyarakat yang berhasil menjadi masyarakat yang serba ada dan serba mudah dalam memenuhi kebutuhannya. 1. Kelangkaan barang Barang-barang dan sumber daya ekonomi memperlihatkan adanya keterbatasan atau kelangkaan. Semakin banyak orang menginginkan suatu barang, barang tersebut semakin langka. Untuk memperoleh barang yang langka diperlukan pengorbanan. Semakin langka suatu barang, semakin besar pengorbanan yang diperlukan. 2. Kelangkaan sumber daya 4

111 Sumber daya ekonomi atau lebih dikenal dengan faktor produksi juga tersedia relative terbatas sehingga untuk memperolehnya tidak gampang, tetapi harus ada pengorbanan. Dengan demikian sumber daya ekonomi bersifat langka. Sumber daya alam kelihatannya melimpah ruah, tetapi apa yang tersedia masih perlu pengolahan lebih lanjut agar bisa dimanfaatkan manusia. Sumber daya modal yang terbatas baik barang modal maupun modal uang. Sumber daya manusia juga mengalami kelangkaan, tentu saja sumber daya manusia yang dianggap langka adalah sumber daya manusia yang berkualitas. Faktor-faktor penyebab kelangkaan: 1. Kebutuhan manusia terus meningkat, sedangkan sumber daya alam yang baru belum ditemukan. 2. Sebagian besar sifat manusia mempunyai sifat serakah, akibatnya persediaan sumber daya alam cepat berkurang dan rusak, akibatnya terjadi bencana alam seperti banjir karena olah manusia yang tidak memperhatikan lingkungan termasuk pembuangan limbah. 3. Persediaan sumber daya alam terbatas. 4. Kemampuan manusia untuk mengolah sumber daya alam terbatas, utamanya bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia sumber daya manusia yang ahli masih sangat terbatas. C. Masalah Pokok Ekonomi Upaya untuk memecahkan masalah ekonomi telah dilakukan sejak zaman dahulu kala. Manusia selalu memikirkan bagaimana meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan dengan memenuhi semua kebutuhannnya dengan cara yang seefisien mungkin. Permasalahan ekonomi yang selalu digeluti oleh manusia adalah barang apa (what) yang harus diproduksi, bagaimana (how) barang diproduksi, whom) barang diproduksi untuk siapa (for a. Barang Apa yang Diproduksi 5

112 Masalah ini menyangkut jenis barang dan jumlah yang akan diproduksi. Karena sumber daya terbatas, masyarakat harus memutuskan barang apa yang akan diproduksi. Masyarakat dapat memilih satu atau beberapa jenis barang dan jasa yang akan diproduksi. Masyarakat tidak mungkin untuk memproduksi semua jenis benda pemuas kebutuhan tersebut. Setelah ditentukan apa yang akan diproduksi, masyarakat harus memutuskan berapa jumlah barang tersebut harus diproduksi sehingga dapat ditentukan berapa sumber daya yang harus dialokasikan, artinya sumber daya untuk memproduksi barang lain akan berkurang dan sebaliknya. b. Bagaimana Cara Memproduksi Pertanyaan ini menyangkut teknologi atau metode produksi apa yang digunakan untuk memproduksi suatu barang: berapa jumlah tenaga kerja, jenis mesin apa, serta bahan mentah apa yang akan digunakan. Produksi dengan teknologi padat karya banyak menggunakan tenaga manusia, tetapi jumlah produksinya terbatas. Jika yang digunakan adalah teknologi padat modal maka yang menjadi masalah adalah dari mana akan diperoleh modalnya. Masalah kedua yang harus ditangani adalah bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang ada agar berhasil guna dan berdaya guna. Hal yang berkaitan dengan masalah metode produksi ini adalah bagaimana melakukan proses produksi tersebut seefisien mungkin sehingga produksi dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan keuntungan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. c. Untuk Siapa Barang dan Jasa Diproduksi Permasalahan di sini adalah, siapa yang memerlukan barang tersebut dan siapa saja yang menikmati hasilnya. Apakah setiap masyarakat memperoleh bagian yang sama atau berbeda? Apakah barang dan jasa hanya untuk orang kaya saja? Apakah barang dan jasa yang diproduksi tersebut akan didistribusikan menurut ukuran pendapatan, kekayaan atau kelompok tertentu dari masyarakat? D. Opportunity Cost 6

113 Istilah biaya bisa diartikan bermacam-macam dan pengertiannya pun berubahubah, tergantung pada bagaimana biaya tersebut digunakan, seperti pada biaya peluang (opportunity cost). Biaya peluang (opportunity cost) masing-masing orang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi orang tersebut. Biaya peluang (opportunity cost) adalah ukuran hilangnya suatu kesempatan pendapatan/penghasilan atau penghematan biaya akibat dipilihnya suatu alternatif keputusan tertentu. Pilihan/alternatif merupakan keputusan seseorang dalam mengorbankan sesuatu untuk memperoleh suatu pilihan tertentu. Biaya peluang didasarkan pada pilihan-pilihan di antara tindakan-tindakan alternatif. Dengan demikian biaya peluang akan ditentukan oleh nilai penggunaan alternatif yang terbaik dari suatu sumberdaya. Perhitungan biaya peluang dari setiap orang tidak sama pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang tersebut, biaya peluang mengandung pertimbangan subyektif. Seperti siswa sekarang ini duduk di bangku SMA adalah suatu alternatif yang diputuskan oleh orang tuanya yang terbaik. Karena dari lulus SMP masih diberi kesempatan untuk melanjutkan ke SMA dan tidak di suruh bekerja saja. Biaya sekolah ini merupakan opportunity cost dengan hilangnya kesempatan bekerja untuk lulusan SMP dan harus meluangkan waktu untuk mengikuti pelajaran di SMA selama enam semester (3 tahun pelajaran). Biaya peluang (opportunity cost) tidak selalu berhubungan dengan uang, bisa berupa waktu, kesenangan, keuntungan di masa depan (seperti hasil dari pendidikan keuntungannya adalah kemudian), alternatif kemungkinan penggunaan yang banyak tergantung dari keputusan individu yang terbaik. E. Sistem Ekonomi Pemilihan sistem ekonomi yang diterapkan di suatu negara dipengaruhi oleh: (1) falsafah negara yang bersangkutan; (2) sosial dan budaya, cita-cita, keinginan dan sikap penduduk; (3) sumber daya alam dan iklim; (4) pengalaman sebagian besar penduduk negara yang bersangkutan; (5) lingkungan politik, hukum negara tersebut. Dengan kondisi di berbagai negara berbeda maka, kenyataannya tidak satu negara pun di dunia ini yang 7

114 melaksanakan sistem ekonomi sama persis antara negara yang satu dengan negara lain. Agar jelas di bawah ini akan diuraikan satu persatu sistem ekonomi yang ada. 1. Sistem Ekonomi Tradisional Ciri-ciri Sistem Ekonomi Tradisional a. Teknik produksi dipelajari secara turun-temurun dan bersifat sederhana b. Hanya sedikit menggunakan modal c. Pertukaran dilakukan dengan sistem barter (barang dengan barang) d. Tidak terdapat pembagian kerja, jika ada masih sangat sederhana e. Tidak ada hubungan dengan dunia luar sehingga masyarakatnya statis. f. Tanah merupakan tumpuan kegiatan produksi dan sumber kemakmuran Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas maka sistem ekonomi tradisional memiliki kebaikan bahwa terjadi persaingan yang sehat serta tidak menimbulkan tekanan jiwa dalam masyarakat karena anggota masyarakat tidak dibebani oleh target-target tertentu yang harus dicapai. Namun demikian, sistem ekonomi tradisional ini juga mempunyai kelemahan, yaitu masyarakatnya sulit berkembang. 2. Sistem Ekonomi Komando Sistem ekonomi komando (sistem ekonomi pusat/ perencanaan), peran pemerintah sangat dominan, sedangkan peran masyarakat atau pihak swasta sangat kecil. Pada sistem ini, pemerintah menentukan barang dan jasa apa yang akan diproduksi, dengan cara atau metode bagaimana barang tersebut diproduksi, serta kepada siapa atau untuk siapa barang tersebut diproduksi. Ciri-ciri sistem ekonomi komando a. Semua alat dan sumber daya produksi dimiliki dan dikuasai oleh negara sehingga hak milik perorangan hampir tidak ada (tidak diakui). b. Pekerjaan yang tersedia dan siapa yang akan bekerja ditentukan oleh pemerintah. Rakyat tidak memiliki kebebasan untuk memilih pekerjaan. c. Kebijakan perekonomian diatur oleh pemerintah. Pemerintah membuat rencana pembangunan nasionalnya. Segala keputusan dalam perekonomian berada di 8

115 tangan pemerintah. Perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan seluruhnya dilaksanakan oleh pemerintah. Kebaikan sistem ekonomi komando a. Karena perekonomian sepenuhnya ditangani oleh pemerintah, baik dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, maka pemerintah lebih mudah mengendalikan inflasi, pengangguran atau berbagai keburukan ekonomi lainnya. b. Pemerintah menentukan jenis kegiatan produksi sesuai dengan perencanaan, sehingga pasar barang dalam negeri berjalan lancar. c. Relatif mudah melakukan distribusi pendapatan. d. Jarang terjadi krisis ekonomi karena kegiatan ekonomi direncanakan oleh pemerintah. Keburukan sistem ekonomi komando a. Mematikan inisiatif individu untuk maju, sebab segala kegiatan diatur oleh pusat. b. Sering terjadi monopoli yang merugikan masyarakat. c. Masyarakat tidak memiliki kebebasan dalam memiliki sumber daya. 3. Sistem Ekonomi Pasar (Kapitalis/ Liberal) Prinsip yang mendasari sistem ini yaitu kebebasan individu, kebebasan berusaha, kebebasan memilih, kebebasan berinisiatif, kebebasan memiliki dan sebagainya. Sistem ekonomi ini dibentuk oleh kekuatan yang ada di pasar, yaitu kekuatan permintaan dan penawaran. Dengan demikian, sistem ekonomi liberal dapat diartikan sebagai suatu sistem ekonomi yang berorientasi pada pasar. Pada sistem tersebut, kegiatan ekonomi sepenuhnya diserahkan kepada pihak swasta (masyarakat) dan pemerintah (penguasa) tidak ikut campur secara langsung dalam bidang ekonomi. Ciri-ciri sistem ekonomi pasar: a. Semua sumber produksi menjadi milik masyarakat. Masyarakat diberi kebebasan tanpa batas untuk memiliki sumber-sumber produksi. 9

116 b. Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi. c. Masyarakat terbagi atas dua golongan, yaitu golongan pemberi kerja atau pemilik sumber daya produksi dan golongan penerima kerja (buruh). d. Timbul persaingan dalam masyarakat. Sebagai konsekuensi adanya kebebasan memiliki sumber-sumber produksi, timbul persaingan untuk mengejar keuntungan. e. Setiap kegiatan ekonomi didasarkan atas pencarian keuntungan (profit oriented) f. Kegiatan ekonomi selalu mempertimbangkan keadaan pasar. Pasar merupakan dasar setiap kegiatan ekonomi. Misalnya, barang-barang apa yang dibutuhkan masyarakat dan bagaimana memproduksi barang yang bermutu tinggi. Kebaikan sistem ekonomi pasar: a. Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi. Masyarakat tidak perlu menunggu komando dari pemerintah. b. Setiap individu bebas untuk memiliki sumber-sumber daya produksi. Hal ini mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian. c. Timbul persaingan untuk maju karena kegiatan ekonomi sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat. d. Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena barang yang kurang bermutu tidak akan laku di pasar. e. Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap tindakan ekonomi didasarkan atas motif mencari keuntungan. Keburukan sistem ekonomi pasar: a. sulit melakukan pemerataan pendapatan. Karena persaingan bersifat bebas, pendapatan jatuh kepada pemilik modal atau majikan. Sedangkan golongan pekerja hanya menerima sebagian kecil dari pendapatan. b. Pemilik sumber daya produksi mengeksploitasi golongan pekerja, sehingga yang kaya cepat tambah kaya, sedangkan orang yang miskin cenderung tetap menjadi miskin. c. Sering muncul monopoli yang merugikan masyarakat. d. Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber daya oleh individu. 10

117 4. Sistem Ekonomi Campuran Kecenderungan saat ini adalah adanya sistem ekonomi campuran (mixed economy), yaitu mengambil sebagian unsur-unsur pasar, tradisional, dan komando. Hal ini didasari kesadaran saling ketergantungan antar negara dan adanya pengaruh ekonomi global. Dalam sistem ekonomi campuran, mekanisme harga dan pasar bebas yang dianut oleh sistem ekonomi pasar bebas dapat berdampingan dengan adanya perencanaan dari pusat seperti yang dianut oleh sistem ekonomi komando. Satu hal yang harus dipahami, bahwa pada sistem ekonomi campuran terdapat peranan pemerintah untuk mengendalikan pasar yang bertujuan agar ekonomi tidak lepas sama sekali dan menguntungkan para pemilik modal yang besar sehingga membentuk monopoli. Referensi Rosyidi, Suherman Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suparmoko, M. dan Maria R. Suparmoko Pokok-Pokok Ekonomi. Yogyakarta. BPPE 11

118

119 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB II KEGIATAN EKONOMI KONSUMEN DAN PRODUSEN Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

120

121 BAB II KEGIATAN EKONOMI KONSUMEN DAN PRODUSEN Kompetensi Inti Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar 1. Mendiskripsikan diagram hubungan RTK dengan RTP melalui mebaca diagram. 2. Mendiskripsikan pola perilaku konsumen dan produsen dalam kegiatan ekonomi A. Konsumsi 1. Pengertian Konsumsi Konsumsi adalah setiap kegiatan mengurangi atau menghabiskan kegunaan suatu barang baik sekaligus maupun berangsur-angsur dalam rangka memenuhi kebutuhan (mikro). Konsumsi merupakan bagian pendapatan yang digunakan untuk kebutuhan konsumsi, konsumsi merupakan pengeluaran atau pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga konsumen untuk membeli barang dan jasa. Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan artinya besar kecilnya pengeluaran konsumsi bergantung pada pendapatan (makro) Tujuan seseorang melakukan konsumsi adalah terpenuhinya kebutuhan seseorang sehingga tercapai kepuasan. Untuk dapat melakukan konsumsi, seseorang harus mempunyai barang atau jasa untuk dikonsumsi. Barang atau jasa tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan alat tukar berupa uang. Banyak barang yang tersedia di masyarakat serta harga barang tersebut. 2. Nilai Barang Barang memiliki manfaat bagi manusia jika barang tersebut memiliki nilai bagi manusia. Dengan kata lain, barang-barang yang memiliki nilai berarti itu mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, nilai barang diartikan kemampuan barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Demikian pula jika ditukarkan barang tersebut dengan barang lain, barang yang digunakan sebagai alat tukar 1

122 mempunyai nilai terhadap barang lain. Kedua hal tersebut melahirkan konsep nilai pakai dan nilai tukar. a. Nilai Pakai (Value in Use) Nilai pakai adalah kemampuan suatu barang untuk dapat dipakai dalam memenuhi kebutuhan. Nilai pakai terdiri dari dua macam, yaitu: Nilai pakai adalah kemampuan suatu barang untuk dapat dipakai dalam memenuhi kebutuhan. Nilai pakai terdiri dari dua macam, yaitu: 1) Nilai Pakai Subyektif Nilai pakai subyektif adalah nilai yang diberikan seseorang terhadap suatu barang karena barang tersebut memberikan kepuasan bagi pemiliknya, nilai yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu barang karena barang tersebut dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannnya sendiri. Karena penilaian ini bersifat individual, maka nilai pakai subjektif suatu barang berbeda antara orang yang satu dengan orang lainnya tergantung dari penilaian pemakai barang tersebut. 2) Nilai Pakai Obyektif Artinya, kemampuan suatu barang secara umum untuk dipakai dalam memenuhi kebutuhan manusia. Nilai pakai objektif berlaku umum, karena dilihat dari segi barang itu sendiri. Artinya, kemampuan suatu barang secara umum untuk dipakai dalam memenuhi kebutuhan manusia. Nilai pakai objektif berlaku umum, karena dilihat dari segi barang itu sendiri. b. Nilai Tukar (Value in Exchange) Nilai Tukar adalah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukar dengan barang lain, baik ditukar dengan uang, maupun ditukar dengan benda lainnya. Nilai tukar terdiri dari dua macam, yaitu: 1) Nilai Tukar Subyektif Nilai tukar suatu barang yang dilihat menurut sudut pandang pemiliknya atau orang yang menukarnya. Nilai tukar subjektif ini bersifat individual, sehingga berbedabeda antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Suatu benda dapat dihargai sangat tinggi, sedangkan orang lain belum tentu mau menghargai setinggi itu. 2) Nilai Tukar Obyektif 2

123 Nilai tukar suatu barang yang berlaku secara umum. Dengan kata lain, nilai tukar yang diberikan oleh masyarakat terhadap suatu benda untuk dapat ditukarkan dengan benda lain dilihat dari sudut pandang barang itu sendiri. 3. Kegunaan Barang Suatu barang atau jasa berguna sebagai alat pemuas kebutuhan manusia. Kegunaan barang atau jasa sebagai alat pemuas kebutuhan tersebut diistilahkan utilitas (utility). Barang atau jasa yang digunakan manusia diperoleh dari alam secara langsung atau melalui proses produksi terlebih dahulu. Proses produksi bertujuan meningkatkan kegunaan suatu barang. Macam-macam kegunaan barang yang berhubungan dengan usaha manusia untuk meningkatkan kegunaannya tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: a) Kegunaan Dasar (Element Utility) Kegunaan suatu barang karena barang tersebut mengandung unsur dasar tertentu. b) Kegunaan Bentuk (Form Utility) Kegunaan suatu barang yang diakibatkan oleh perubahan bentuk c) Kegunaan Tempat (Place Utility) Kegunaan suatu barang yang diakibatkan oleh perpindahan tempat d) Kegunaan Waktu (Time Utility) Kegunaan suatu barang yang diakibatkan oleh perubahan waktu e) Kegunaan Kepemilikan (Ownership Utility) Kegunaan suatu barang yang diakibatkan oleh kepemilikan barang tersebut oleh seseorang f) Kegunaan Pelayanan (Service Utility) Kegunaan suatu barang jika barang tersebut mendapat pelayanan jasa tertentu. 4. Perilaku Konsumen Kegiatan konsumsi dilakukan untuk mencapai kepuasan, konsumen akan berusaha mendapatkan kepuasan dari setiap konsumsi yang dilakukan. Bahkan konsumen akan berusaha agar kepuasan yang diperoleh adalah kepuasan maksimum. Kepuasan maksimun adalah suatu keadaan konsumen mencapai keseimbangan antara besar 3

124 pengorbanan yang dikeluarkan dengan kepuasan yang didapat dari barang yang dikonsumsi. Ada dua pendekatan perilaku konsumen dalam kepuasan maksimum yaitu: a. Pendekatan Marginal Utility atau Guna Batas Kepuasan konsumen dapat diukur atau dinyatakan dengan angka (cardinal approach). Kepuasan (utility) yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi barang ada yang disebut kepuasan total (total utility) dan kepuasan marginal (marginal utility). Kepuasan total adalah kepuasan yang diperoleh konsumen saat mengkonsumsi sejumlah barang, sedangkan kepuasan marjinal adalah tambahan kepuasan yang diperoleh konsumen dari setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi. Q TU MU Gambar: menunjukkan bahwa utilitas total (total utility) meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah es yang diminum. Namun utilitas marginal (marginal utility) semakin berkurang. Dengan demikian dapat dikatakan sebagai hukum tambahan nilai guna marginal yang semakin berkurang ( law of diminshing marginal utility) a. Hukum Gossen II MU Q TU Q Hukum Gossen I Berbunyi: jika pemenuhan kebutuhan akan suatu barang dilakukan secara terus menerus, maka rasa nikmatnya mula-mula sangat tinggi, namun semakin lama kenikmatan makin berkurang sampai akhirnya mencapai titik jenuh. Contoh: seorang yang baru selesai berolah raga akan merasa haus. Jika disediakan es maka gelas es pertama mempunyai utilitas (nilai kepuasan) yang tinggi, gelas ke dua diminum lagi nilai utilitas berkurang, demikian juga dengan gelas yang ketiga dan seterusnya hingga terasa tidak nikmat lagi (jenuh). Hukum Gossen ini juga menyinggung nilai guna marginal 4

125 atau kepuasan marginal, oleh karena itu Hukum Gossen I disebut juga hukum nilai guna marginal yang semakin menurun. Untuk lebih jelasnya kita lihat tabel berikut: b. Pendektan Indifference Curve atau Kurva Selera Kurva yang menggambarkan kombinasi konsumsi dua macam barang pada saat konsumen mencapai kepuasan yang sama Ciri-ciri Kurva Indiferens: 1. Semakin ke kanan atas (menjauhi titik origin) semakin tinggi tingkat kepuasannya 2. Kurva indiferens tidak berpotongan satu sama lain 3. Kurva indiferens berslope negatif 4. Kurva indiferens cembung ke arah origin Contoh: Jika kuantitas suatu barang turun, maka kuantitas untuk barang lain naik agar konsumen dapat mempertahankan tingkat kepuasan yang sama. Marginal Rate of Substitutions (MRS) Kombinasi Barang X Barang Y A 1 20 B 2 15 C 3 11 D 4 8 E 5 6 Barang Y Kurva Indiferens U =7 U = U =9 U =8 Barang X 5

126 5. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi a. Pendapatan Besar kecil tingkat pendapatan yang diterima seseorang sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya pengeluaran untuk konsumsi. Semakin tinggi pendapatan seseorang, konsumsi cenderung semakin besar. Sebaliknya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah pengeluaran untuk konsumsi cenderung rendah karena daya belinya rendah. b. Harga Barang Sesuai dengan hukum permintaan jika harga barang turun maka permintaan akan bertambah sehingga konsumsi akan bertambah pula. Harga barang baik barang substitusi maupun barang komplementer berpengaruh terhadap pengeluaran untuk konsumsi. c. Selera Setiap individu mempunyai selera yang berbeda-beda dalam memilih berbagai jenis barang dan jasa. Selera berpengaruh terhadap konsumsi seseorang. Jika selera tinggi konsumsi juga tinggi dan jika selera rendah konsumsipun akan rendah pula. d. Kebiasaan dan Sikap Hidup Kebiasaan dan sikap hidup mempengaruhi konsumsi seseorang. Orang yang hemat membeli suatu barang direncanakan lebih dulu dan dengan pertimbangan, sedangkan orang yang mempunyai kebiasaan boros membeli barang tidak direncanakan dan diluar perhitungannya bahkan melebihi kemampuannya atau daya belinya. e. Status Sosial Posisi seseorang di masyarakat akan membentuk pola konsumsi orang tersebut. Sehingga status sosial berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi. f. Lingkungan Tempat Tinggal Manusia hidup tidak sendirian dan selalu akan beradaptasi dengan lingkungan sekitar dimana ia tinggal, sehingga pola konsumsinya dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan perumahan elit dengan lingkungan perumahan RSS akan berbeda pola 6

127 konsumsi, namun di lingkungan tersebut pola konsumsi masing-masing tipe perumahan relatif homogen (karena pengaruh lingkungan). B. Produksi 1. Pengertian Produksi Produksi adalah setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, atau kegiatan yang meningkatkan nilai guna suatu barang. Manusia melakukan kegiatan produksi pada awalnya untuk memenuhi kebutuhannya, kemudian berubah menjadi mencari keuntungan, selain itu untuk mengembangkan keahlian. 2. Bidang dan Tahap Produksi Kegiatan produksi sangat luas dan kegiatan tersebut dikelompokkan berdasarkan bidang garapannya a. Ekstraktif Produksi yang bergerak dalam bidang pengambilan penggalian) kekayaan alam yang tersedia, tanpa mengubah sifat atau bentuk barangnya b. Agraris Produksi yang bergerak dalam bidang pengolahan alam untuk menghasilkan barang baru c. Industri Produksi yang bergerak dalam bidang pengolahan suatu bahan menjadi bentuk bahan/barang lain d. Perdagangan Produksi yang bergerak di bidang jual beli barang hingga terjadi perpindahan hak milik barang tersebut. e. Jasa Produksi yang bergerak dalam pelayanan jasa. Dilihat dari urutan kegiatan kelima bidang produksi tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap produksi yang setiap tahap produksi menghasilkan kegunaan (utility) yang berbeda-beda. Ketiga tahap produksi tersebut adalah sebagai berikut: 7

128 a. Tahap produksi primer yang meliputi produksi ekstraktif dan agraris, tahap produksi primer ini menghasilkan kegunaan dasar (elementary utility). b. Tahap produksi sekunder yang meliputi bidang produksi industgri atau kerajinan. Tahap produksi ini menghasilkan kegunaan bentuk (form utility). c. Tahap produksi tersier yang meliputi bidang produksi perdagangan dan pelayanan jasa. Tahap produksi ini menghasilkan berbagai kegunaan (service utility). 3. Faktor Produksi Produksi terjadi karena kerja sama empat faktor produksi, yaitu faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan pengusaha. Pengusaha ini yang mengkombinasikan faktor produksi alam/sumber daya alam, tenaga kerja yang diperlukan dan modal sehingga memungkinkan terjadinya proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat. a. Faktor Produksi Alam Yang dimaksud dengan alam ialah segala sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh semua manusia dalam usahanya mencapai kemakmuran. Alam sebagai faktor produksi menyediakan tanah, air, udara, sinar matahari, tumbuhtumbuhan, hewan, barang galian/tambang. 1) Tanah Tanah digunakan untuk lahan pertanian, perkebunan yang membawa keuntungan besar bagi petani. Bagi pengrajin gerabah, tanah yang liat bisa menjadi bahan baku untuk pembuatan gerabah. Tanah juga berfungsi untuk dibangun sebagai tempat perkantoran, jalan raya, gudang, atau pabrik. 2) Air Banyak usaha produksi tergantung pada air. Pabrik pengolahan air minum dalam kemasan, Ades misalnya. Tanpa ketersediaan air bersih, pabrik pengolahan air minum akan mati. Air laut berguna sebagai bahan pembuatan garam. Namun lautnya sendiri menyediakan hasil kekayaan alam yang luar biasa untuk diolah, dan juga dapat digunakan sebagai sarana angkutan kapal laut. Air digunakan untuk pembangkit tenaga listrik, usaha perikanan. 8

129 3) Udara Udara atau angin bisa dimanfaatkan untuk memutar kincir air, penyegar ruangan, sarana perhubungan udara/telekomunikasi dan gelombang radio. Selain itu angin mampu mempengaruhi iklim dan menunjang kesuburan tanah. 4) Sinar Matahari Sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga surya, sinar matahari dapat membantu kesuburan tanah. Para petani, pemilik perkebunan akan sangat terbantu untuk keberlangsungan hidupnya. Sinar matahari sangat membantu bagi produsen garam. Mereka akan mudah mengeringkan air laut yang diolah menjadi garam. 5) Tumbuh-tumbuhan Tumbuh-tumbuhan mempunyai peranan yang penting bagi produsen. Mulai dari tanaman hortikultura hingga tanaman keras seperti perkebunan dan hasil hutan dapat digunakan sebagai bahan baku industri industri pengolahan. 6) Hewan Hewan ternak dan bukan ternak/liar. 7) Barang Tambang Berbagai barang tambang berguna sebagai bahan baku produksi. Seperti minyak sebagai bahan bakar, emas untuk perhiasan, besi untuk industri besi, batu bara dan lain sebagainya. Faktor alam mempunyai beberapa sifat yang penting antara lain: Pemberian alam langka dibandingkan dengan kebutuhan manusia, pembagian pemberian alam tidak sama di seluruh dunia. Kekurangan dan pembagian yang tidak sama tersebut menimbulkan perdagangan antar negara, antar daerah dan pembagian kerja yang menyebabkan keahlian penduduk di suatu daerah/negara berbeda satu sama lain. b. Tenaga Kerja Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah kegiatan manusia, baik jasmani maupun rohani yang direncanakan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi. Tanpa adanya tenaga kerja, sumber daya alam yang tersedia tidak akan dapat diubah atau diolah menjadi barang hasil produksi. Dalam tenaga kerja manusia terkandung unsur 9

130 pikiran dan kemampuan serta fisik yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu tenaga kerja dibedakan berdasarkan sifat kerjanya dan berdasarkan kualitasnya (kemampuan dan keahlian). 1) Tenaga kerja menurut sifat kerja, dibagi atas: Tenaga kerja rohani, merupakan tenaga yang menekankan kemampuan berpikir manusia. Yang termasuk ke dalam tenaga kerja rohani adalah guru, dokter, akuntan, pengacara, konsultan dan lain-lain. Tenaga kerja jasmani, merupakan tenaga kerja yang menekankan tenaga fisik dalam proses produksi. Sopir, tukang kayu, buruh, dan pembantu rumah tangga merupakan contoh tenaga kerja jasmani. 2) Tenaga kerja menurut kualitas kerja, dibagi atas: Tenaga kerja terdidik (skilled labor), yaitu tenaga yang memerlukan pendidikan tertentu seperti dokter, guru, akuntan, dan pengacara. Tenaga kerja terlatih (trained labor), yaitu tenaga kerja yang memerlukan pelatihan-pelatihan tertentu sehingga terampil di bidangnya seperti montir dan sopir. Tenaga kerja terdidik dan terlatih (unskilled labor), yaitu tenaga kerja yang tidak melalui pendidikan dan latihan terlebih dahulu seperti pesuruh, penjaga sekolah/tukang kebun. c. Modal Modal bukan hanya berupa uang. Modal lebih luas dari itu karena meliputi semua alat yang dipergunakan sebagai penunjang proses produksi. Modal terdiri dari beberapa macam:. Modal menurut jenisnya yaitu uang dan barang a. Modal barang, yaitu modal berupa barang yang digunakan dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan barang/ jasa. Contohnya mesin-mesin pabrik, gedung, dan gudang. b. Modal uang, yaitu modal berupa uang yang mempunyai daya beli dan dapat digunakan untuk membeli faktor-faktor produksi, Contohnya uang tunai yang 10

131 tersedia dalam perusahaan, simpanan di bank baik tabungan maupun deposito. c. Modal properti, yaitu modal dalam bentuk bukti-bukti kepemilikan seperti saham, hipotek, dan bond (obligasi/ surat utang). Modal menurut bentuk yaitu modal konkret dan abstrak a. Modal konkret yaitu modal yang berupa barang yang dapat dilihat dan digunakan dalam proses produksi. Contoh mesin-mesin pabrik, gedung, dan peralatan. b. Modal abstrak, yaitu modal yang tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan dalam mempelancar proses produksi. Contohnya, kekuasaan, keahlian, kharisma seseorang, nama baik (good will), merek dagang (hak paten), dan pengetahuan (knowledge). Modal menurut sifatnya yaitu modal tetap dan modal lancar a. Modal tetap (fixed capital), yaitu modal yang berupa barang-barang yang tahan lama yang dapat digunakan dalam beberapa kali proses produksi. Contohnya mesin-mesin pabrik, gedung, perkakas, dan peralatan kantor. b. Modal lancar (variable capital), yaitu modal yang berupa barang-barang atau alat-alat yang habis dipakai dalam satu kali proses produksi. Contohnya, bahan mentah, bahan pembantu, bahan bakar, alat tulis kantor (kertas, pensil, tinta). Modal menurut subyeknya yaitu perorangan dan publik a. Modal perseorangan (private capital), yaitu modal yang berasal dari perorangan dan dapat memberikan keuntungan bagi pemiliknya. b. Modal publik (social capital), yaitu modal yang berupa barang-barang atau alat-alat yang digunakan dan bermanfaat bagi masyarakat misalnya barangbarang yang digunakan untuk kepentingan umum. Contohnya, sekolah, angkutan umum, terminal, jembatan, dan jalan raya. Modal menurut sumbernya yaitu modal sendiri dan modal asing/pinjaman a. Modal sendiri, yaitu modal yang berasal dari pemilik perusahaan (baik sendiri maupun bersama-sama). Modal yang berasal dari pemilik, risiko ditanggung sendiri oleh pemilik. Artinya, apabila terjadi kerugian yang merasakan pemilik 11

132 sendiri dan tidak akan ada yang menuntut dan tidak akan terjadi penyitaan oleh siapapun. b. Modal asing, yaitu modal yang berasal dari pihak lain (bukan pemilik), dengan kata lain modal diperoleh dengan jalan meminjam, baik melalui bank atau pinjaman dari pihak lain. Apabila terjadi risiko rugi atau bangkrut (pailit), maka perusahaan harus menanggung pengembalian modal pinjaman tersebut. Usaha menambah barang modal disebut investasi (pembentukan modal). Investasi penting sekali untuk pembangunan, sebab dengan tersedia modal yang lebih banyak, produksi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat dapat tersedia lebih banyak. d. Keahlian Yang dimaksud keahlian di sini adalah kemampuan pengusaha sebagai produsen untuk mengolah faktor-faktor produksi dengan inisiatif, keputusan dan menanggung segala risiko hingga dapat melakukan tindakan produksi yang efektif dan efisien. Tenaga Skill atau Pengusaha dapat dibedakan menjadi: a. Managerial skill b. Technological skill c. Organizational skill Jadi kemampuan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat sangat erat hubungannya dengan sumber daya alam yang tersedia (faktor alam), tingkat kemampuan teknologi berupa alat-alat produksi, prasarana dan sarana produksi (faktor modal), produktivitas buruh (faktor tenaga kerja) dan kemampuan mengelola semua faktor produksi (faktor skill) 4. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah fungsi yang menjelaskan hubungan antara tingkat kombinasi input (faktor produksi) dengan tingkat output yang dimungkinkan untuk diproduksi pada tingkat kombinasi input tersebut. Misalkan kita akan memproduksi sepatu. Dalam fungsi produksi, sepatu itu bisa diproduksi dengan berbagai macam cara. Kalau salah satu komposisinya diubah begitu saja, maka hasilnya juga akan berubah. Namun output dapat tetap sama bila perubahan satu kombinasi itu diganti dengan komposisi yang lain. 12

133 Secara matematis, fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Q = f (R, L, C, T) di mana: Q = quantity = jumlah barang yang dihasilkan f = function = simbol persamaan L = labor = tenaga kerja R = resources = kekayaan alam C = capital = modal T = technology = teknologi Perluasan Produksi Penambahan hasil produksi dapat dilakukan dengan jalan menambah faktor produksinya (ekstensifikasi) atau meningkatkan produktivitas faktor produksi yang ada (intensifikasi). Beberapa alasan perluasan produksi: a. Makin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi b. Barang-barang yang ada sudah ketinggalan zaman sehingga harus diganti dengan yang baru. c. Untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk. d. Makin majunya kebudayaan dan peradaban manusia sehingga cara dan tujuan konsumsi berubah. e. Untuk memenuhi pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. f. Membuka dan memperluas lapangan kerja. g. Keinginan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat. 5. Perilaku Produsen a. Satu Faktor Produksi Variabel Proses produksi merupakan rentetan dari urutan jenis pekerjaan dilalui sampai tercapai tujuan. Dalam proses produksi jangka pendek, yaitu proses produksi di mana produsen tidak sempat mengubah input tetapnya, penambahan input variabel secara terus menerus akan mengakibatkan output total bertambah dengan tingkat tambahan 13

134 Produksi yang semakin berkurang. Pada waktu penggunaan input variabel tersebut telah mencapai tingkat yang maksimal, maka tambahan input variabel tidak lagi akan menambah output total. Bahkan selebihnya dari penggunaan input tersebut justru akan mengurangi output total. Yang dimaksud dengan produk total (total product) adalah jumlah output yang dihasilkan selama periode waktu tertentu. Sedangkan produk marginal adalah pertambahan output yang dihasilkan dari pertambahan satu unit faktor produksi (input) variabel. Jika produk total dibagi dengan jumlah input variabel yang digunakan untuk memproduksi, maka akan dihasilkan produk rata-rata (average product). Teori konsumsi dikenal law of diminishing utility, maka di produksi kita mengenal law of diminishing returns atau hukum tambahan hasil yang semakin berkurang/hasil lebih yang semakin menurun. Hukum ini berbunyi: Apabila faktor variabel ditambah dengan tambahan yang sama secara terus menerus terhadap faktor produksi tetap, maka hasil produksi seluruhnya akan bertambah hingga pada tingkat tertentu, kemudian hasil itu semakin berkurang. Hukum itu disebut juga sebagai law of diminishing marginal physical returns. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut. Tenaga Kerja Produk Total Produk Marginal , , , Produk Rata-rata TP (Produksi total) Secara matematis dapat ditulis: AP (Produksi Rata-rata) MP = TP/ L AP = TP/L Tenaga Kerja MP (Produksi Marginal)

135 Di mana: TP = Total Product = produksi total MP = Marginal Product = produksi marginal AP = Average Product = produksi rata-rata = Delta = Selisih L = Labor = Tenaga Kerja b. Dua Faktor Produksi Variabel (Isoproduct/Isoquant) Kurva yang menggambarkan kombinasi penggunaan faktor produksi yang berbeda yang dapat dipergunakan oleh produsen untuk menghasilkan barang tertentu. Ciri-ciri Isoproduct: 1. Semakin ke kanan atas (menjauhi titik origin) semakin tinggi barang yang dihasilkan 2. Kurva isoproduct tidak berpotongan satu sama lain 3. Kurva isoproduct berslope negatif 4. Kurva isoproduct cembung ke arah origin Contoh: Jika kuantitas faktor produksi turun, maka kuantitas untuk faktor produksi lain naik agar produsen dapat mempertahankan tingkat produksi yang sama. Marginal Rate of Substitutions (MRS) Kombinasi Tenaga Kerja Modal A 1 20 B 2 15 C 3 11 D 4 8 E 5 6 Modal Kurva isoproduct unit 300 unit 200 unit 100 unit Tenaga kerja 15

136 C. Arus Aliran Penghasilan dan Pengeluaran dalam Perekonomian (Circulair Flow Program) 1. Perekonomian Sederhana (Dua Sektor) Arus kegiatan ekonomi masyarakat terdiri dari dua komponen utama, yaitu rumah tangga dan perusahaan. Arus kegiatan tersebut adalah arus uang dan arus barang/ jasa yang berhubungan bolak- balik. Bagan Arus aliran Model Perekonomian Dua Sektor Faktor Produksi (tanah, modal, tenaga, skill/enterpreneur) Pendapatan (sewa, bunga, upah, keuntungan) Rumah tangga Perusahaan Barang dan jasa Pengeluaran (barang dan jasa) Gambar tersebut terdapat beberapa aliran / arus yaitu: 1) arus produksi, 2) arus pendapatan dan 3) arus pengeluaran. Jika kegiatan perekonomian untuk seluruh negara maka ukuran tersebut menjadi ukuran nasional (makro). Dengan demikian pendapatan nasional dapat ditinjau dari tiga pendekatan tersebut. 2. Perekonomian Terbuka (Perekonomian Empat Sektor) Pemerintah berkaitan dengan pembuat keputusan yang lain, seperti rumah tangga, perusahaan dan luar negeri. Pemerintah membeli sumber daya seperti tenaga kerja dan pasar sumber daya, dan membeli barang dan jasa seperti kertas komputer dan telepon dari pasar output. Pemerintah mengkonversikan sumber daya ini menjadi barang dan jasa publik yang diberikan kepada rumah tangga dan perusahaan. Pelaksanaan kegiatan didanai dari penerimaan yang berasal dari rumah tangga, perusahaan dan luar negeri. Penerimaan pemerintah terdiri dari pajak dan fee atau ongkos atas penggunaan barang dan jasa pemerintah. Penerimaan tersebut sebagian juga untuk pembayaran 16

137 transfer (seperti dana kesejahteraan) kepada rumah tangga tertentu dan juga untuk pemberian subsidi (seperti subsidi produk pertanian) kepada perusahaan tertentu. Sektor luar negeri memberikan sumber daya kepada pasar sumber daya dan juga meminta sumber daya dari pasar yang sama. Rumah tangga keluarga, produsen, dan pemerintah mengekpor barang ke luar negeri. Sebaliknya, dari masyarakat luar negeri kita mengimpor barang. Masyarakat Luar Negeri Permintaan Hasil Produksi Pasar Barang Penawaran Hasil Produksi Rumah Tangga Keluarga Pajak Pemerintah Pajak Perusahaan Penawaran Faktor Produksi Pasar Faktor Produksi Permintaan Faktor Produksi Masyarakat Luar Negeri D. Peran Konsumen dan Produsen Semua kegiatan dalam perekonomian mempunyai perilaku ekonomi. Tanpa perilaku tersebut, kegiatan ekonomi berupa produksi, distribusi, konsumsi, tidak akan dapat berjalan. Secara keseluruhan, pelaku kegiatan ekonomi di masyarakat dapat dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu: (1) rumah tangga konsumsi, (2) rumah tangga produksi, (3) pemerintah, dan (4) masyarakat ekonomi luar negeri. Masing-masing kelompok mempunyai tugas dan peran sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan ekonominya. 17

138 1. Rumah Tangga Konsumsi (Konsumen) Rumah tangga adalah kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan konsumsi terhadap barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dirinya sendirinya ataupun keluarganya. Rumah tangga konsumsi membutuhkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh rumah tangga produksi untuk hidup. Jadi barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga konsumsi ini. Penerimaan yang didapat rumah tangga konsumsi dari rumah tangga produksi, yaitu sewa, upah atau gaji, bunga dan laba, akan dibelanjakan atau disalurkan kembali ke rumah tangga produksi untuk membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan. Pengeluaran ini disebut juga dengan biaya konsumsi. Selain itu, rumah tangga konsumsi adalah pemasok faktor produksi (bahan baku, modal, tenaga kerja, skill) yang disalurkan kepada rumah tangga produksi. Jadi peranan rumah tangga konsumsi dalam kegiatan ekonomi adalah: a. Sebagai konsumen b. Sebagai pemasok atau pemilik faktor produksi 2. Rumah Tangga Produksi (Perusahaan) Peranan rumah tangga produksi (produsen) dalam kegiatan ekonomi adalah: a. Sebagai produsen b. Sebagai pengguna faktor produksi c. Sebagai agen pembangunan 3. Rumah Tangga Negara (Pemerintah) Pemerintah merupakan pihak yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Di dalam perekonomian pemerintah bertugas untuk mengatur, mengendalikan serta mengadakan control terhadap jalannya roda perekonomian agar negara bisa maju dan rakyat dapat hidup dengan layak dan damai, yang pada gilirannya rakyat merasa makmur berkeadilan. a. Peranan pemerintah sebagai pengatur b. Peranan pemerintah sebagai pengontrol c. Peranan pemerintah sebagai penguasa d. Peranan pemerintah sebagai konsumen e. Peranan pemerintah sebagai produsen 18

139 4. Masyarakat Luar Negeri Masyarakat luar negeri juga merupakan pelaku ekonomi yang harus diperhitungkan. Berbagai kerjasama dalam bidang ekonomi dapat dilakukan dengan masyarakat luar negeri. Berbagai bentuk kerjasama yang dapat dilakukan dengan masyarakat luar negeri sebagai berikut: 1. Perdagangan 2. Pertukaran Tenaga Kerja 3. Penanaman Modal/Investasi 4. Pinjaman 5. Bantuan Referensi Sukirno, Sadono Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: LP FE UI. Bilas, Richard A Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Erlangga 19

140

141 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB III ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN HARGA KESEIMBANGAN DAN PASAR Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

142

143 BAB III ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN HARGA KESEIMBANGAN DAN PASAR Kompetensi Inti Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan 2. Mendiskripsikan pengertian ceteris paribus 3. Menetukan titik keseimbangan pasar yang baru dengan disajikan gambar pergeseran kurva permintaan. 4. Mengidentikasi ciri dari pasar faktor produksi 5. Disajikan data koefisien elastisitas harga, peserta dapat menginterpretasikan maknanya dengan tepat. 6. Mengidentifikasi perbedaan risiko saham dan obligasi dengan disajikan cirri-ciri surat berharga di pasar A. Permintaan dan Penawaran 1. Pengertian Permintaan dan Penawaran Permintaan jumlah barang dan jasa yang dibutuhkan atau dibeli dengan berbagai macam harga pada waktu tertentu 2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Permintaan a. Pendapatan konsumen b. Selera (taste) c. Harga barang lain d. Perkiraan konsumen terhadap income maupun harga pada waktu yang akan datang 3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penawaran a. Teknik produksi b. Biaya produksi c. Pajak dan subsidi d. Faktor alam 1

144 Harga dalam Ribuan Rupiah B. Hukum Permintaan dan Penawaran 1. Hukum Permintaan Hukum permintaan berbunyi Apabila harga suatu barang dan jasa meningkat, maka kuantitas yang diminta akan menurun. Sebaliknya, Apabila harga suatu barang dan jasa menurun, maka kuantitas yang diminta meningkat, pada ceteris paribus. Ceteris paribus adalah keadaan di luar (faktor lain di luar harga) tidak berubah. Kurva permintaan Dalam hukum permintaan di atas akan lebih jelas kita pahami jika kita mengilustrasikannya ke dalam sebuah tabel dan kurva permintaan. Namun sebelumnya, kita perlu memahami terlebih dahulu pengertian dari istilah kuantitas yang diminta (quantity demanded), tabel permintaan (demand schedule), dan kurva permintaan (demand curve). Kuantitas yang diminta mengacu kepada kuantitas barang dan jasa yang ingin dibeli konsumen pada tingkat harga dan waktu tertentu, ceteris paribus. Dalam contoh kurva permintaan kita ambil Tabel 3.1. permintaan individual daging ayam oleh Adi dalam satu bulan sebagai berikut: P 14 Harga Jumlah (Rp)/Kg Yang diminta Pergeseran Kurva Permintaan Gambar 3.1. Kurva permintaan daging ayam Q 2

145 Harga dalam ribuan Rp Harga dalam ribuan Rp Permintaan tidak saja dipengaruhi oleh harga. Ada banyak faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kuantitas permintaan barang dan jasa. Di antaranya adalah harga barang pengganti (substitusi), pendapatan, jumlah penduduk, dan selera. Pengaruh yang diakibatkan oleh perubahan faktor-faktor ini terhadap permintaan adalah bergesernya kurva permintaan ke kanan atau ke kiri. Peningkatan Permintaan Penurunan Permintaan Harga per kg Kuantitas awal yang diminta (kg) Kuantitas baru yang diminta (kg) Harga per kg Kuantitas awal yang diminta (kg) Kuantitas baru yang diminta (kg) Rp14.000,- 2 3 Rp14.000,- 2 1 Rp13.000,- 4 5 Rp13.000,- 4 2 Rp12.000,- 5 6 Rp12.000,- 5 3 Rp11.000,- 7 8 Rp11.000,- 7 5 Rp10.000, Rp10.000,- 9 7 D 1 D 2 D1 D 2 Kuantitas yang diminta Pergeseran kurva permintaan ke kanan Kuantitas yang diminta Pergeseran kurva permintaan ke kiri 2. Hukum Penawaran Hukum penawaran berbunyi Apabila harga suatu barang dan jasa meningkat, maka kuantitas yang ditawarkan juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila harga suatu barang dan jasa menurun, maka kuantitas yang ditawarkan juga akan semakin menurun, pada ceteris paribus. Ceteris paribus adalah keadaan di luar (faktor lain di luar harga) tidak berubah. Kurva Penawaran 3

146 Harga per set Harga per kg (Rp) Ribuan P Tabel Penawaran Kedelai Harga Kedelai Kuantitas yang per kg (Rp) ditawarkan (kg) ,0 3,6 3,3 3,0 2, ,2 1,5 1,8 2 Kuantitas Penawaran (ribu kg) Gambar 3.6. Kurva Penawaran Kedelai Q Kurva yang kita ilustrasikan di atas adalah khusus untuk kurva penawaran satu individu atau disebut penawaran individu. Sedangkan penawaran secara keseluruhan di pasar disebut penawaran pasar (market suplly ) adalah penjumlahan dari kuantitas barang dan jasa yang ditawarkan oleh seluruh produsen di pasar. Kurva penawaran pasar kita perhatikan tabel dan kurva penawaran pasar pada Gambar 3.7 berikut. Pada tabel dan gambar tersebut kita sederhanakan bahwa pasar terdiri dari petani kedelai sebagai produsen kedelai yaitu produsen A, B, dan C sebagai berikut: Harga Kedelai per kg (Rp) Jmh yg ditawarkan Produsen A Jmh yg ditawarkan Produsen B Jmh yg ditawarkan Produsen C Penawaran Pasar Produsen A Produsen B Produsen C Penawaran Pasar Penjumlahan dari Produsen A, B, dan C Kuantitas Kuantitas Kuantitas Kuantitas Gambar 3.7. Kurva Penawaran Pasar 4

147 Harga dalam ribuan Rp Harga dalam ribuan Rp Pergeseran Kurva Penawaran Peningkatan Penawaran Penurunan Penawaran Harga per kg (Rp) Kuantitas awal yang ditawarkan (kg) Kuantitas baru yang ditawarkan (kg) Harga per kg Kuantitas awal yang ditawarkan (kg) Kuantitas baru yang ditawarkan (kg) S 1 S 2 S 1 S 2 Kuantitas yang ditawarkan Pergeseran kurva penawaran ke kanan Kuantitas yang ditawarkan Pergeseran kurva penawaran ke kiri C. Harga dan Jumlah Keseimbangan (Equilibrium Price and Equilibrium Quantity)) Pengertian Harga Keseimbangan (Equilibrium) Harga yang terbentuk di pasar adalah harga keseimbangan. Harga keseimbangan adalah harga yang terbentuk pada tingkat jumlah yang diinginkan penjual maupun pembeli sama, dengan kata lain equilibrium adalah titik pertemuan kurva permintaan dan penawaran. Untuk lebih jelasnya harga keseimbangan dapat dilihat pada contoh berikut. 5

148 Harga (Rp) Tabel Permintaan dan Penawaran Kedelai Harga per kg (Rp) Kuantitas yang diminta (kg) Kuantitas yang ditawarkan Keterangan Surplus 2000 kg Surplus 1000 kg Keseimbangan Kekurangan 1000 kg Kekurangan 2000 kg P Kelebihan Penawaran S E Kelebihan Permintaan P Q (ribuan kg) 2 2,5 3 3,5 4 Gambar 3.10: Kurva Harga Keseimbangan Pergeseran Harga Keseimbangan Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu barang dan jasa. Selain ditentukan oleh harga barang dan jasa itu sendiri, permintaan dapat berubah karena perubahan pendapatan, selera, jumlah dan struktur penduduk, harga barang yang terkait, harapan masyarakat dan lain-lain. Demikian juga dengan penawaran selain ditentukan oleh faktor harga penawaran akan dipengaruhi pula oleh berbagai faktor seperti perubahan teknologi, bencana alam, dan harapan produsen dan jumlah produsen yang ada di pasar. 6

149 a. Pergeseran Kurva Permintaan Pergeseran Kurva Permintaan ke kiri Pergeseran Kurva Permintaan ke kanan E S E E 2 S E 1 D 1 D Q 0 2 2,5 3 ribuan 0 2 2,5 3 3,5 4 Gambar a Gambar b D D 2 Q ribuan b. Pergeseran Kurva Penawaran Pergeseran Kurva Penawaran ke kiri S 1 Pergeseran Kurva Penawaran ke kanan S E 1 E S E E 2 S D D Q 0 2 2,5 3 ribuan 0 2 2,5 3 3,5 4 Gambar a Gambar b Q ribuan c. Pergeseran Kurva Permintaan dan Penawaran P P P S 1 S 2 S 2 S 1 P 1 E 1 E 2 P 2 P 1 E 1 E 2 P 1 P 2 E 1 E 2 S 2 D 1 D 2 D 1 D 2 D 1 D 2 O Q 1 Q 2 O Q 1 Q 2 O Q 1 Q 2 Gambar 3. 13a Gambar 3. 13b Gambar 3. 13c 7

150 Golongan Pembeli 1) Pembeli marginal ialah pembeli yang daya belinya sama dengan harga pasar. 2) Pembeli super marginal ialah pembeli yang daya belinya di atas harga pasar dan mereka memiliki kelebihan kesediaan untuk membayar harga barang yang ada di pasar atau mereka menerima premi konsumen (consumer s rent). Jadi, orang yang memiliki daya beli tinggi dibanding dengan harga pasar akan memperoleh surplus lebih besar dan dia dapat menggunakan surplus tersebut untuk membeli barang lainnya. 3) Pembeli submarginal ialah pembeli yang daya belinya di bawah harga pasar sehingga tidak dapat ikut serta membeli barang. Pembeli marginal dan pembeli super marginal termasuk pembeli-pembeli potensial (pembeli efektif), sedangkan pembeli submarginal tergolong pembeli absolute sebab mereka menginginkan barang tetapi tidak disertai dengan kemampuan membayar. Golongan Penjual 1) Penjual marginal adalah penjual yang memiliki harga pokok barang sama dengan harga pasar. Mereka memperoleh keuntungan dari pergeseran harga jangka pendek Apabila terjadi kenaikan harga. Untuk menjual barang mereka menunggu harga naik supaya memperoleh keuntungan. 2) Penjual super marginal adalah penjual yang harga pokok dibawah harga pasar. Harga pasar itu bagi mereka menguntungkan karena harga pokok mereka lebih murah dari atau di bawah harga pasar. Keuntungan yang mereka peroleh disebut premi produsen, karena dapat menetapkan harga pokok lebih rendah dari pada pesaingnya. 3) Penjual submarginal adalah penjual yang memiliki harga pokok barang di atas harga pasar, mereka tidak dapat turut menjual barang dan jika harga pasar mengalami kenaikan, maka barulah mendapat keuntungan. Untuk lebih jelasnya golongan pembeli dan penjual berdasarkan taksiran mereka terhadap harga keseimbangan dapat dilihat pada Gambar berikut. 8

151 P Premi Konsumen Premi Produsen Pembeli supermarginal E Penjual supermarginal S Penjual submarginal Pembeli dan Penjual Marginal Pembeli submarginal D Q D. Elastisitas Permintaan dan Penawaran Elastisitas adalah derajat kepekaan sesuatu variable sebagai akibat dari perubahan variable lain. Dalam ilmu ekonomi, pengertian elastisitas ini dibedakan atas Elastisitas Permintaan, Elastisitas Permintaan Silang, Elastisitas Permintaan Pendapatan, dan Elastisitas Penawaran. 1. Elastisitas Permintaan (Elasticity Of Demand = ED) Apabila harga mengalami penurunan sebanyak satu persen, maka hukum permintaan mengatakan bahwa akan teijadi pertambahan permintaan. Besamya pertambahan permintaan akan berbeda dari satu keadaan ke keadaan yang lain dan dari satu barang ke barang yang lain. Pertambahan permintaan mungkin akan melebihi satu persen, atau bahkan kurang dari satu persen. Derajat kepekaan yang menunjukkan besamya pengaruh perubahan harga, baik harga barang itu sendiri maupun harga barang lain terhadap perubahan permintaan dinamakan Elastisitas Permintaan. Elastisitas Permintaan dibedakan menjadi tiga konsep, yaitu Elastisitas Permintaan Harga, Elastisitas Permintaan Silang, dan Elastisitas Permintaan Pendapatan. a. Elastisitas Permintaan Harga (Price Elasticity of Demand) Elastisitas Permintaan Harga adalah derajat kepekaan dari jumlah, barang/jasa yang diminta atau faktor produksi terhadap perubahan harga. Elastisitas harga ini dapat dikatakan sebagai elastisitas permintaan dengan symbol Ed, sehingga dari 9

152 pemyataan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : E d = Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan harga Misal, perubahan harga P menjadi PI dan perubahan jumlah barang yang diminta Q menjadi Q1, maka secara matematis rumus tersebut dapat diturunkan sebagai berikut : E D E D Q Q P P Q. Q P P E D Q. P P Q Di mana: ED = Elastisitas Permintaan Harga ΔQ = Perubahan Jumlah barang yang diminta ΔP = Perubahan Harga barang yang diminta Q = Jumlah barang yang diminta P = Harga barang yang diminta Karena hubungan antara harga dan jumlah adalah terbalik, maka koefisien elastisitas harga bertanda negatif. Untuk menghindari nilai negatif dalam pembahasan, maka tanda negatif tersebut seringkali diabaikan. Perhitungan Koefisien Elastisitas Untuk mengana1isis akibat perubahan harga terhadap perubahan jum1ah barang yang diminta, dihitung koefisien elastisitas permintaan (ED). Koefisien 10

153 tersebut menunjukkan sampai seberapa besar perubahan jum1ah barang yang diminta apabi1a dibandingkan dengan perubahan harga. Contoh : Pada saat harga barang Rp 500,- per unit, jumlah barang yang diminta adalah 60 unit. Kemudian setelah harga barang turun menjadi Rp 400,- per unit, jumlah barang yang diminta akan naik menjadi 80 unit. Berapakah besamya koefisien elastisitas permintaan sebagai akibat dari penurunan harga tersebut? Jawab: E D Q. P P Q Nilai yang diperoleh bertanda negatif, keadaan ini selalu akan terjadi. Tanda negatif tersebut menunjukkan harga dan jumlah barang yang diminta mengalami perubahan ke arah yang berbalikan. Apabila harga naik, maka jumlah yang diminta akan berkurang dan sebaliknya apabila harga turun, maka jumlah yang diminta akan bertambah. Dalam menghitung koefisien elastisitas, tanda negatif itu biasanya diabaikan. Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa apabila perubahan harga sebesar 3%, maka akan menimbulkan perubahan permintaan sebesar 5%. Sekarang bagaimana bila perubahan tersebut dipandang dari nilai sebaliknya? Contoh 3 : Misal harga naik dari Rp 400,- menjadi Rp 500,-, sehingga permintaan berkurang dari 80 unit menjadi 60 unit. Koefisien E D adalah : Q P E D. P Q

154 = -1 P 5 4 A B D Gambar 3.2. Koefisien Elastisitas Permintaan Q Kurva Permintaan ditunjukkan oleh garis lurus yang disebut juga busur. Yang dimaksud dengan Elastisitas Busur dari permintaan (Arc Elasticity of Demand) adalah koefisien elastisitas harga dari permintaan antara dua titik pada suatu kurva permintaan. Pada contoh di atas ditunjukkan oleh garis AB. Koefisien busurr (ED) dari A ke B adalah -5/3 atau disebut "Elastis", koefisien busur (ED) dari B ke A adalah -1 atau disebut "Unitary Elastis". Sedangkan koefisien elastisitas harga permintaan pada suatu titik tertentu pada kurva permintaan dinamakan Elastisitas Titik dari permintaan (Point Elasticity of Demand). Nilai perhitungan kedua ini berbeda dari perhitungan pertarna. Keadaan tersebut akan selalu terjadi walaupun rumus yang digunakan samna, hasil perhitungan akan berbeda, sehingga rumus tersebut kurang memuaskan. Untuk memperbaiki kelemahan di atas, digunakan nilai titik tengah dari harga dan jumlah permintaan, sehingga rumus untuk mencari koefisien elastisitas disempurnakan menjadi : E D Q1 Q ( Q Q) / 2 P1 P ( P P1) / 2 Contoh 4 : Pada contoh 2, misal harga mula-mula Rp 500,- per unit turun menjadi Rp 400,- per unit dengan jumlah permintaan mula-mula 60 unit naik menjadi 80 unit. 12

155 Q1 Q Q Q1 / E D => E D P1 P P P1 / / => E D = -9/ / 2 Contoh 5 : Pada contoh 3,misal harga mula-mula Rp 400,- per unit turun menjadi Rp 500,- per unit dengan jumlah permintaan mula-mula 80 unit naik menjadi 60 unit. Q1 Q Q Q1 / E D => E D P1 P P P1 / / => E D = -9/ / 2 Berdasar kedua nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien elastisitas permintaannya sama, yaitu - 9/7, atau disebut "Elastis", artinya apabila harga naik 7% maka jumlah barang yang dirninta akan turun sebesar 9%. Hubungan Elastisitas Permintaan dengan Penerimaan Barang (Total Revenue) Total Revenue (TR) adalah sejumlah uang tertentu yang diperoleh dari hasil penjualan barang atau disebut jumlah penerimaan atau jurnlah pendapatan. Nilai TR sarna dengan harga per unit dikaitkan dengan jurnlah barang yang dijual. Dengan pengertian bahwa jumlah barang yang dijual sama dengan jurnlah barang yang dibeli oleh konsumen, sehingga besar kecilnya nilai TR tergantung pada harga (P) dan jumlah barang yang dijual (Q). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa TR rnernpunyai hubungan erat dengan ED. Berdasar pengertian tersebut maka dapat dipakai sebagai dasar untuk rnenentukan kebijakan seorang penjual menaikkan TR. Pada prinsipnya ada tiga jenis elastisitas : 1) ED > 1, disebut permintaan "Elastis". Untuk rnenaikkan pendapatan (TR), rnaka harga diturunkan, sehingga sesuai hukum permintaan, maka jumlah barang yang diminta akan naik. Apabila jumlah barang yang diminta naik, rnaka TR akan naik. Kebijakan rnenaikkan harga ini akan mengakibakan TR naik. 2) ED < 1, disebut permintaan "Inelastis". Untuk rnenaikkan pendapatan (TR), maka 13

156 harga dinaikkan, maka jumlah barang yang diminta akan turun. Kebijakan menaikkan harga ini mengakibatkan TR akan naik. 3) ED = 1, disebut permintaan "Unitary Elastis". Pada saat ini TR maksirnum, artinya apabila terjadi perubahan harga (naik atau turun) pasti akan mengurangi hasil penerimaan atau pendapatan. Contoh 6 : Fungsi permintaan : P = 8-1 / 2 Q => Q = 16 12P TR = PQ = (8-1 / 2 Q)Q TR = 8Q - 1 / 2 Q 2 titik potong dengan sumbu vertikal Q = 0 => TR = 0, sehingga titik A (0,0) titik potong dengan sumbu horizontal pada saat TR = 0 8Q 1/2Q2 = 0 19Q Q2 = 0 => Q2 16Q = 0 Q (Q 16) = 0 Q = 0 atau Q = 16 Pada Q = 0 => TR = 0 dan Q = 16 => TR = 0, sehingga B (0,0) ; C (16,0) P D Q Gambar 3.3. Kurva Permintaan Parabola Berdasar hasil perhitungan ini, maka ada tiga macam hubungan : 1. Pada saat ED > 1, maka TR naik 2. Pada saat ED < 1, maka TR turun 3. Pada saat ED = 1, maka TR maksimum. Arti ekonomi : 14

157 E D = -5/3 artinya apabila harga naik 3%, maka kuantitas barang turun 5% (elastis) E D = -1 artinya apabila harga naik 1 %, maka kuantitas barang turun 1 % (unitary elastis) E D = -3/5 artinya apabila harga naik 5%, maka kuantitas barang turun 3% (inelastis) Gambar P A=elastis Q Gambar 3.4. Elastisitas Permintaan Sifat Elastisitas Harga : 1) Elastis Sempurna = Infinite Price Elasticity = Elastisitas Harga Tak Terhingga, berbentuk sejajar dengan sumbu mendatar atau horizontal, artinya apabila harga naik sedikit saja, maka jumlah barang yang diminta akan hilang atau nol. Sebaliknya apabila harga turun sedikit saja, maka jumlah barang yang diminta akan naik banyak sekali sampai tak terhingga. 2) Inelastis Sempuma = Finite Price Elasticity, berbentuk sejajar dengan sumbu tegak atau vertikal. Besamya elastisitas harga pada semua titik adalah nol, artinya perubahan harga tidak akan menambah jumlah barang yang diminta, jumlah yang diminta tetap saja walaupun harga mengalami kenaikan atau penurunan. 3) Elastis, besamya koefisien elastisitas lebih dari satu, artinya bahwa apabila harga berubah, maka permintaan akan mengalami perubahan dengan persentase melebihi persentase perubahan harga. 4) Unitary Elastis, koefisien elastisitas permintaan sebesar satu, artinya bahwa persentase perubahan harga sarna dengan persentase perubahan jumlah barang 15

158 yang diminta. 5) Inelastis, koefisien elastisitas permintaan adalah antara nol dan satu, artinya bahwa persentase perubahan harga lebih besar daripada persentase perubahan jumlah barang yang diminta. P D P D P Q Q D Q a. Elastis Sempurna b. Inelastis Sempurna c. Elastis P P D Q D Q d. Unitary Elastis e. Inelastis Gambar 3.5. Sifat Elastisitas Harga Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas harga adalah : 1) Persentase pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli barang tersebut 2) Tingkat kemampuan barang lain untuk menggantikan barang yang dibeli (barang substitusi) 3) Jangka waktu penyesuaian terhadap harga baru. b. Elastisitas Silang (Cross Elasticity = Ec) Elastisitas Silang adalah koefisien yang menunjukkan besarya perubahan permintaan suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain. Besarya Ec dapat dihitung dengan persamaan berikut : E C = Persentase perubahan jumlah barang X yang diminta Presentase perubahan harga barangy 16

159 Ec Qx Qx Ec Py Py Qx. Py Py Qy Dimana: ΔQx = Perubahan jumlah barang X yang diminta ΔPy = Perubahan harga barang Y Qx = Jumlah barang X Py = Harga barang Y Elastisitas silang berlaku pada barang substitusi maupun barang komplementer. Nilai Ec untuk barang substitusi adalah positif, artinya bahwa kenaikan harga suatu barang mengakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, dan sebaliknya penurunan harga suatu barang mengakibatkan turunnya jumlah barang yang diminta. Misal, naiknya harga mobil mengakibatkan kenaikan permintaan bus kota karena orang kurang menggunakan mobil dan lebih banyak yang naik bus kota untuk berpergian. Nilai Ec untuk barang komplementer adalah negatif, artinya bahwa kenaikan harga suatu barang mengakibatkan penurunan jumlah permintaan barang komplementer. Misal, kenaikan harga ban mobil mengakibatkan menurunnya permintaan terhadap mobil karena spare part yang mahal, maka orang lebih suka untuk menggunakan bus kota. c. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity = E1) Elastisitas Pendapatan adalah koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu barang sebagai akibat dari perubahan pendapatan pembeli. Besarya EI dapat dihitung dengan persamaan berikut : E I Persentase perubahan jumlah barang yang diminta E 1 = Persentase perubahan pendapatan Q Q Q Y E I. Y Y Q Y 17

160 Dimana: ΔQ = Perubahan jumlah barang yang diminta ΔY = Perubahan Pendapatan Q = Jumlah barang Y = Pendapatan Asumsinya adalah bahwa setiap orang akan menambah pembelian barang atau jasa apabila pendapatannya bertambah. Untuk kebanyakan barang, kenaikan pendapatan menyebabkan kenaikan permintaan, sehingga El positif, barang tersebut bersifat barang normal. Berbagai jenis barang akan berkurang permintaannya apabila pendapatan bertambah (El < 0) adalah barang inferior. Perubahan pendapatan menimbulkan perubahan kecil terhadap jumlah yang diminta (El < 1) adalah barang kebutuhan pokok, dan perubahan pendapatan menimbulkan perubahan permintaan lebih besar daripada perubahan pendapatan (El > 1) adalah barang mewah dan barang tahan lama. 2. Penawaran (Elasticity Of Supply = Es) Elastisitas Penawaran adalah derajat kepekaan jumlah penawaran barang dan jasa atau faktor produksi sebagai akibat dari perubahan harga. Alfred Marshal memberikan pengertian Es mengukur persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan karena adanya persentase perubahan harga barang tersebut. Pemyataan tersebut di atas dapat dirumuskan : E S Es = Presentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan Presentase perubahan harga barang terrsebut Q Q Q P E S. P P Q P Dimana: ΔQ = Perubahan jumlah barang yang ditawarkan ΔP = Perubahan harga barang yang ditawarkan 18

161 Q = Jumlah barang P = Harga barang Contoh : Fungsi penawaran suatu barang adalah : P = / 2 Q a. Berapakah elastisitas penawarn pada saat jumlah barang yang ditawarkan 4 unit? b. Gambarkan kedalam bentuk kurva penawaran! Jawab : a. Elastis Penawaran : P = / 2 Q Q = 2P-16 E S = Q. P P Q E S Q 1/ 2Q 2 Q Q = 4 E S 4 1/ 24 2 E S = 5 (elastis) 4 b. Gambar P S 6 Es = 5 Q 16 4 Gambar 3.6 Kurva Penawaran dan Elastisitas Penawaran Macam-macam Elastisitas Penawaran : a. Elastisitas Sempuma, (Es = ) apabila pasar penjual bersedia menjual semua barang sampai tak terhingga pada suatu harga tertentu. Kurvanya sejajar dengan sumbu horizontal. b. lnelastis Sempuma, (Es = 0), penjual sarna sekali tidak dapat menambah penawaran walaupun harga bertambah tinggi. Kurvanya sejajar sumbu vertikal. c. Elastis, (Es > 1), apabila perubahan harga menyebabkan perubahan penawaran yang lebih besar. d. lnelastis (Es < 1), apabila perubahan harga menimbulkan perubahan yang lebih kecil terhadap penawaran. e. Unitary Elastis (Es = 1), apabila perubahan jumlah barang yang ditawarkan sarna 19

162 dengan perubahan harga barang tersebut. P S P S P S Q Q Q a. Elastis sempurna b. Inelastis Sempurna c. Elastis P S P S Q Q d. Inelastis e. Unitary Elastis Gambar 3.7. Macam Elastisitas Penawaran E. Bentuk Pasar Barang Struktur pasar dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) bentuk, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan monopolistik, dan pasar oligopoli) 1. Pasar Persaingan Sempurna Struktur pasar persaingan sempurna akan terjadi jika produsen secara individual di pasar tidak mampu mempengaruhi harga. Para produsen bertindak hanya sebagai penerima harga (price taker). Ciri-ciri Pasar Persaingan Sempurna a. Jumlah penjual dan pembelinya banyak Maksudnya adalah setiap perusahaan dalam industri hanya menghasilkan produk yang sangat kecil bila dibandingkan dengan keseluruhan produk yang dihasilkan oleh industri tersebut. Dan setiap pembeli hanya membeli produk tersebut dalam jumlah yang sangat kecil bila dibanding dengan keseluruhan produk yang dijual di pasar. 20

163 b. Produk yang dijual bersifat homogen. Artinya bahwa produk yang dihasilkan oleh satu perusahaan sama persis dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan lain dalam industri. Dengan kata lain semua produk dipandang sama oleh konsumen. c. Perusahaan bebas untuk keluar masuk pasar. Ini menunjukkan perusahaan yang ada di pasar tidak dihalangi untuk keluar pasar dan perusahaan baru tidak memiliki hambatan untuk memasuki pasar tersebut. Karena barang banyak, pembeli bisa bebas membeli produk d. Penjual dan pembeli memiliki pengertian sempurna tentang pasar. Informasi mengenai biaya, informasi harga, informasi kualitas semua diketahui oleh pembeli dan penjual. Masing-masing penjual dan pembeli mengetahui berapa harga barang tersebut di pasaran. Akibatnya, sulit untuk mempermainkan harga. e. Distribusi produk relatif lancar. Karena barang banyak, distribusi produk relatif lancar. Pembeli tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh barang. Kebaikan Pasar Persaingan Sempurna a. Karena biaya yang tidak terlalu tinggi, penjual bebas membuka dan menutup usahanya. Hal ini menguntungkan bagi penjual yang ingin mengganti usaha. b. Barang yang tersedia di pasar banyak, sehingga pembeli bebas memilih barang yang akan dibeli. c. Penjual dan pembeli mencapai kepuasan maksimal karena harga terbentuk dari hasil tawar-menawar kedua belah pihak. d. Informasi yang sempurna baik dari sisi produsen dan konsumen maka tidak ada pesaing yang tinggi. e. Harga tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun baik Keburukan Pasar Persaingan Sempurna a. Penjual keuntungan relatif kecil, karena hanya penerima harga. Hal ini merugikan penjual yang berusaha memaksimalkan labanya. b. Hanya ada dalam kondisi perekonomian ideal 21

164 Pasar persaingan sempurna jarang sekali atau bahkan tidak pernah kita jumpai di dunia nyata, tidak ada pasar yang benar-benar bersifat persaingan sempurna. Yang ada adalah kecenderungan ke bentuk persaingan sempurna. Walaupun demikian pembahasan pasar persaingan sempurna tetaplah penting sebagai referensi bagi kita dalam menganalisis struktur pasar yang nyata. 2. Pasar Monopoli Monopoli merupakan pasar dimana hanya terdapat satu penjual yang menguasai perdagangan barang atau jasa sehingga pembeli tidak bisa menemukan substitusinya. Dengan kata lain perusahaan dalam pasar monopoli tersebut sekaligus merupakan industrinya. Karena itulah penjual dapat menentukan harga dan dapat memperoleh keuntungan yang tinggi. Pada akhirnya keuntungan akan berpusat pada satu pembeli. Ciri utama monopoli adalah tertutupnya pintu masuk ke pasar sehingga pesaing tidak dapat masuk ke pasar dan bersaing dengan penguasa pasar. Pesaing sulit dan bahkan tidak bisa masuk pasar, karena : Ciri-ciri Pasar Monopoli Pasar monopoli, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Hanya ada satu penjual dan banyak pembeli. b. Tidak ada perusahaan yang dapat membuat barang substitusi yang sempurna. c. Rintangan cukup kuat untuk masuk ke pasar monopoli, baik dari segi penguasaan sumber daya alam, biaya produksi yang tidak efisien hingga peraturan dari pemerintah. d. Pembeli tidak punya pilihan lain dalam membeli barang e. Keuntungan hanya terpusat pada satu perusahaan f. Harga ditentukan oleh perusahaan Kebaikan Pasar Monopoli a. Keuntungan penjual cukup tinggi. Karena tidak ada saingan, penjual di pasar monopoli dapat menentukan harga dan mengambil keuntungan sebesar-besarnya. 22

165 b. Untuk produk yang menguasai hajat hidup orang banyak biasanya diatur pemerintah. Hal ini menguntungkan bagi konsumen karena dengan adanya peraturan, penjual tidak bisa menentukan harga dengan semena-mena. Penentuan harga yang sebesar-besarnya dapat mengundang kecaman dari konsumen. Keburukan Pasar Monopoli a. Pembeli tidak ada pilihan lain untuk membeli barang. Bagi konsumen, hal ini dapat menjadi suatu hal yang menjengkelkan. Bagaimanapun juga konsumen menginginkan pilihan dalam pembelian barang. b. Keuntungan hanya terpusat pada satu perusahaan. Perusahaan monopoli selalu bisa mendapat keuntungan yang tinggi dan tidak ada perusahaan lain yang mendapatkan keuntungan dari usaha tersebut. c. Terjadi eksploitasi oleh monopolis terhadap pembeli. Produsen bisa menaikkan harga terutama kalau terjadi peningkatan dalam permintaan. Akibatnya, konsumen dapat dirugikan dan merasa dieksploitasi. 3. Pasar Persaingan Monopolistik Pasar persaingan monopolistik adalah suatu pasar terdapat lebih dari satu produsen. Apabila hanya terdapat dua produsen maka pasar tersebut dinamakan duopoli, sedangkan apabila lebih dari dua produsen disebut pasar oligopoli (dibahas tersendiri). Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik 1. Terdapat banyak penjual tetapi tidak sebanyak dalam persaingan sempurna. 2. Jumlah perusahaan sangat kecil dibanding dengan output total. 3. Barang yang diperjual belikan terdapat diferensiasi (pembeda produk). 4. Produsen dapat mengendalikan harga dalam tingkat tertentu. 5. Tingkat kesulitan untuk masuk ke pasar persaingan monopolistik jauh lebih sulit dibandingkan dengan pasar persaingan sempurna. 6. Terdapat persaingan yang ketat dalam kualitas dan iklan. Kebaikan Pasar Persaingan Monopolistik a. Penjual tidak sebanyak pasar persaingan sempurna. Bagi produsen, hal ini lebih menguntungkan. 23

166 b. Memacu kreativitas produsen, karena harga sangat dipengaruhi diferensiasi produk. Yang dijual dalam pasar persaingan monopolistik adalah ciri khas sebuah produk. Produk facial foam (sabun muka) misalnya, dapat menjual keharuman dan menjaga kulit putih bersih yang tidak dimiliki sabun muka yang lain. Pembalut wanita bisa menjual kemampuan daya serap yang tinggi dan nyaman telah dipatenkan. Bila barang itu tidak memiliki ciri khas, maka barang akan sulit bersaing dengan produk lain. Karena itu produsen harus kreatif dalam menciptakan produk dan selalu inovasi. c. Pembeli cenderung setia dan percaya pada satu produk bila telah mengenalnya. Sehingga konsumen loyal untuk membeli produk dengan merk yang sudal dikenalnya, sulit untuk berpindah pada merk lain. Keburukan Pasar Persaingan Monopolistik a. Biaya mahal untuk kek pasar monopolistik karena untuk masuk pangsa pasar tertentu dibutuhkan riset dan pengembangan produk. b. Persaingan sangat berat karena pasar biasanya didominasi produk-produk yang telah ternama. Sulit bagi pemain baru untuk meyakinkan konsumen untuk pindah ke produk mereka, kecuali kalau mereka bisa membuktikan bahwa produk mereka memang jauh lebih baik dan lebih memenuhi kebutuhan konsumen dari produk yang ada di pasar selama ini. 4. Pasar Oligopoli Pasar oligopoli adalah pasar hanya terdapat beberapa penjual yang saling bersaing dengan jumlah pembeli yang banyak. Sedikitnya jumlah penjual dikarenakan besarnya biaya investasi awal sehingga mengecilkan niat pesaing baru yang ingin masuk. Dalam pasar oligopoli masing-masing perusahaan tidak tahu persis reaksi apa yang akan diambil oleh produsen lain apabila salah satu produsen yang ada di pasar melakukan kebijaksanaan. Karena jumlahnya terbatas, mereka cenderung memiliki kendali harga pasar. Dalam pasar oligopoli terjadi beberapa produsen akan bekerja sama dalam menetapkan harga. Di pihak lain, ada kekhawatiran terjadi perang harga antar pemain pasar. Hal ini menguntungkan konsumen tetapi bisa menimbulkan iklim usaha yang kurang sehat. Oleh karena itu ada dua model dalam pasar oligopoli yaitu (1) model pasar 24

167 oligopoli yang tidak bergabung dan, (2) model pasar oligopoli yang bergabung (membentuk kartel). Kartel adalah gabungan dari beberapa produsen yang menjual outputnya di pasar oligopoli. Tujuan dari kartel ini adalah memaksimumkan keuntungan perusahaan anggotanya, dengan jalan menentukan kebijaksanaan yang berlaku bagi seluruh perusahaan anggota kartel. Dengan membentuk kartel ini maka kebijaksanaankebijaksanaan dapat diarahkan menyerupai pasar monopoli. Jika ditinjau dari segi tujuannya, kartel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Kartel dengan tujuan memaksimumkan keuntungan. 2. Kartel dengan tujuan membagi pasar. Contoh pasar oligopoli antara lain pasar mobil, sepeda motor dan pembuatan pesawat terbang. Ciri-ciri Pasar Oligopoli 1. Hanya ada beberapa perusahaan yang mendominasi pasar. Biasanya dikenal tiga besar, lima besar dan sebagainya. Mereka menguasai pasar sekitar persen. Di dalam pasar mobil di Indonesia, kita mengenal Toyota, Suzuki, Honda, Daihatsu, Mitsubishi (dari Jepang), BMW, Mercedes Benz (dari Jerman) dan sebagainya. 2. Ada produsen yang menawarkan barang serupa (produk yang tidak terdiferensiasi), namun ada pula produsen yang menawarkan model yang berbeda (produk yang terdiferensiasi). Untuk produk jasa, produsen akan menawarkan jasa yang berbeda. Misalnya pemberian fasilitas yang menarik atau pelayanan lebih ramah dan lengkap. Industri baja atau semen tergolong pada produk yang tidak terdiferensiasi, namun pasar mobil termasuk pasar dengan produk terdiferensiasi. 3. Terdapat rintangan yang kuat untuk masuk ke pasar oligopoli karena investasinya yang tinggi. 4. Persaingan melalui iklan sangat kuat. Kebaikan Pasar Oligopoli a. Terdapat sedikit penjual karena dibutuhkan investasi besar untuk masuk pasar. Untuk membangun pabrik mobil, pabrik sepeda motor, pabrik baja atau pabrik semen dibutuhkan biaya investasi raksasa. Tidak semua pengusaha memiliki dana 25

168 besar untuk dapat membengun pabrik itu. Bagi pengusaha, hal ini menguntungkan karena pengusaha memiliki sedikit saingan. b. Jumlah penjual yang sedikit membuat penjual dapat mengendalikan harga dalam tingkat tertentu. c. Bila terjadi perang harga, konsumen akan diuntungkan. Keburukan Pasar Oligopoli a. Terdapat rintangan yang kuat untuk masuk ke pasar oligopoli karena investasi tinggi. Bagi produsen yang hendak masuk, investasi yang tinggi ini merupakan sebuah keburukan pasar oligopoli.. b. Akan terjadi perang harga karena penjual yang satu berusaha mengalahkan penjual lainnya. Perang harga biasanya dilakukanoleh produsen yang baru masuk pasar. Karena ingin mengalahkan pemain lama, mereka berani menurunkan harga serendah mungkin. Tujuannya adalah agar mereka dapat ikut menguasai pasar. Hal ini bisa merugikan pemain lama. c. Produsen bisa melakukan kerja sama (kartel) yang pada akhirnya akan merugikan konsumen. F. Pasar Input Jenis pasar input dalam kegiatan ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi pasar uang, pasar modal, dan pasar tenaga kerja. 1. PASAR UANG Fungsi pasar uang adalah sebagai sarana alternatif, khususnya bagi lembagalembaga keuangan, perusahaan-perusahaan non-keuangan dan peserta lainnya untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendeknya maupun untuk menempatkan dana atas kelebihan likuiditasnya. Yang dimaksud dengan kelebihan likuiditas adalah lembagalembaga keuangan yang mempunyai kelebihan dana dalam bentuk dana segar, baik berupa kas maupun dalam bentuk surat-surat berharga dengan jangka waktu satu tahun. Pasar uang untuk mendanai investasi jangka pendek. 26

169 Pelaku pasar uang adalah bank-bank, yayasan dana pensiun, koperasi, perusahaan asuransi dan lembaga keuangan lainnya. Sumber dana di pasar uang berasal dari: 1. dana yang berasal dari masyarakat umum, 2. kelebihan uang kas BUMN, 3. dana dari bank-bank pemerintah dan swasta, 4. dana dari perusahaan-perusahaan, 5. dana dari lembaga keuangan bukan bank misalnya asuransi, dana pensiun, leasing. Keuntungan Pasar Uang Keuntungan adanya pasar uang tentu saja terkait dengan fungsi pasar uang itu sendiri, yaitu sebagai sarana untuk mencari pinjaman atau modal jangka pendek. Jadi, seandainya Anda punya perusahaan yang punya kesulitan modal terutama modal jangka pendek, Anda dapat memanfaatkan pasar uang untuk memenuhinya. Jika modal Anda telah baik kembali, Anda dapat menjual kelebihan modal tersebut di pasar uang. Risiko Investasi di Pasar Uang Risiko investasi diartikan kemungkinan kerugian atau memperoleh hasil yang lebih rendah dari yang diharapkan. Resiko investasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis : a. Risiko pasar (market risk) b. Risiko gagal bayar c. Risiko inflasi d. Resiko valuta asing 2. PASAR MODAL Pasar uang dan pasar modal merupakan salah satu pasar keuangan yang memegang peranan penting dalam sistem ekonomi. Pasar modal dibentuk di suatu negara adalah untuk mendanai investasi jangka panjang yang dilakukan oleh perusahaan, pemerintah dan household. Pasar modal pada hakikatnya tidak berbeda dengan pasar uang. Pasar modal mempertemukan penjual dana dan pembeli dana. Bila pasar uang merupakan tempat 27

170 untuk bertransaksi surat berharga jangka pendek, maka pasar modal (capital market) merupakan pasar surat berharga jangka panjang. Dalam pasar modal dikenal penjual dan pembeli. Penjual dana adalah mereka, baik perorangan maupun kelembagaan atau badan usaha, yang menyisihkan kelebihan dana (uangnya) untuk diusahakan secara produktif, sedangkan pembeli dana adalah perusahaan yang memerlukan dana atau tambahan modal untuk keperluan usahanya. Pasar modal dikenal juga dengan bursa efek. Bursa efek di Indonesia, selain Bursa Efek Jakarta (BEJ) dikenal juga dengan adanya Bursa Paralel Indonesia (BPI) (sejak tahun 1989) dan Bursa Efek Surabaya (BES) (sejak Juni 1989). Surat-surat berharga yang diperjualbelikan di bursa efek adalah sebagai berikut. 1. Saham Biasa (Common Stocks), yaitu surat tanda penyertaan atau pemilikan seseorang dan atau badan usaha dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang mencantumkan pemilik perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. 2. Saham Preferen (Preferred Stocks) Saham preferen memiliki karakteristik: a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden b. Tidak memiliki suara c. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan selain penghasilan yang diterima secara tetap. 3. Obligasi (bond), adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi dana (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi dana (emiten). Jadi obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut telah membeli utang perusahaan yang menerbitkan obligasi. 5. Right, merupakan surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Right merupakan produk derivative atau turunan dari saham. Kebijakan untuk melakukan right issue merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar guna menambah modal perusahaan. 5. Warrant, seperti halnya right adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya warrant dijual bersamaan dengan 28

171 surat berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penerbit warrant harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang warrant. 6. Reksadana (mutual fund) Reksadana merupakan salah satu alternative investasi bagi masyarakat pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, memiliki keinginan untuk melakukan investasi, namu hanya memiliki waktu dan kemampuan yang terbatas. Pelaku Pasar Modal Pelaku pasar modal adalah sebagai berikut: a. Emiten, yaitu pihak yang melakukan emisi atau menawarkan efek untuk dijual atau diperdagangkan. b. Perusahaan efek, yaitu perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal) untuk menjalankan satu atau beberapa kegiatan sebagai penjamikn emisi efek, perantara, pedagang efek, menajer investasi, atau penasihat investasi. c. Perusahaan publik, yaitu perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh lebih dari 100 orang pemegang saham dan mempunyai modal disetor sekurang-kurangnya 2 miliar. d. Reksadana (investment fund), yaitu emiten yang kegiatan utamanya melakukan investasi atau investasi kembali, kegiatan ini dilaksanakan oleh PT. Danareksa. Lembaga Penunjang Pasar Modal Lembaga penunjang pasar modal adalah lembaga atau institusi yang berfungsi di pasar modal melalui partisipasinya yang bersifat di belakang layar. Setiap lembaga penunjang pasar modal harus mendapat izin dari Bapepam. Ada lima jenis lembaga penunjang pasar modal, yaitu: 29

172 a. Biro Administrasi Efek (BAE). BAE berfungsi melaksanakan kegiatan administrasi efek bagi emiten seperti registrasi, pemecahan surat kolektif saham, pembayaran deviden dan sebagainya. b. Bank Kustodian. Bank kustodium berfungsi melakukan penyimpanan dan pengamatan fisik dokumen efek. c. Wali amanat. Wali amanat adalah institusi yang sama dengan manajer investasi/ emiten sesuai dengan kontrak perwaliamanatan yang disepakati. d. Penasihat investasi. Penasihat investasi merupakan institusi yang sama dengan manajer investasi. Bedanya penasehat investasi (investment advisor) hanya memberikan nasihat investasi dan tidak mengelola dana pemodal. e. Pemeringkat efek (Rating agencies), berfungsi memberikan opini yang independen, objektif dan jujur tentang resiko suatu efek utang. Peranan Profesi Penunjang Pasar Modal a. Peranan Akuntan Akuntan perusahaan mempunyai sifat yang khusus. Akuntan dituntut untuk memiliki pengetahuan apabila hendak memberikan jasanya kepada perusahaan efek. Oleh karena itu, akuntan yang terdaftar di Bapepam dianjurkan untuk selalu meningkatkan pengetahuan mereka tentang akuntansi, pengendalian intern, dan pemeriksaan perusahaan efek. b. Peranan Konsultan Hukum Konsultan hukum yang terdaftar di Bapepam harus memiliki keahlian dan memahami peraturan perundang-undangan di pasar modal. Selain itu, konsultan hukum tersebut juga dituntut untuk mempelajari praktik yang terjadi di pasar modal negara lain sehingga dapat digunakan sabagai bahan dalam memberikan nasihat hukum kepada perusahaan efek dalam pengembangan produk-produk baru. c. Peranan Penilai (Appraiser) Jasa penilai mempunyai peranan penting dalam menentukan nilai wajar atas suatu aktiva dalam proses go-public dan proses akuisisi emiten tersebut. 30

173 d. Peranan Notaris Peranan notaris di pasar modal terutama dalam hubungan dengan penyusunan anggaran dasar para pelaku pasar modal serta penyusunan kontrak-kontrak penting. Untuk itu, notaris perlu memahami peraturan pasar modal dan melaksanakan kegiatannya secara independen. PROSEDUR PENCATATAN EFEK Profesi Penunjang 1 EMITEN 4 5 BAPEPAM Lembaga Penunjang Penawaran Umum (Penawaran Perdana) Bursa Efek Pasar Sekunder Penjelasan 1. Profesi dan lembaga penunjang pasar modal membantu emiten dalam menyiapkan kelengkapan dokumen. 2. Emiten mengajukan permohonan kontrak pendahuluan. 3. Kontrak pendahuluan antara Emiten dengan bursa efek ditandatangani. 4. Emiten mengajukan pernyataan pendaftaran efektif. 5. BAPEPAM mengeluarkan pernyataan pendaftaran efektif. 6. Emiten dan lembaga penunjang pasar modal melakukan penawaran umum. 7. Emiten mengajukan permohonan pencatatan di bursa efek. 8. Persetujuan pencatatan dan pengumuman di bursa. 9. Perdagangan efek di pasar sekunder. Manfaat Pasar Modal a. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memnungkinkan alokasi sumber dana swcara optimal. 31

174 b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi. c. Menyediakan leading indicator bagi tren ekonomi suatu negara. d. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme serta menciptakan iklim perusahaan yang sehat. e. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai kepada lapisan masyarakat menengah. f. Menciptakan lapangan kerja/ profesi yang menarik. g. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan memiliki prospek. h. Alternatif investasi yang memberika potensi keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi investasi. i. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial. j. Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan menajemen profesional. k. Sumber pembiayaan dana jangkak panjang dagi emiten. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal: 1. Penawaran sekuritas 2. Permintaan sekuritas 3. Kondisi politik dan ekonomi 4. Masalah hukum dan peraturan 5. Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien. 32

175 STRUKTUR ORGANISASI BAPEPAM Menteri Keuangan BAPEPAM Badan Usaha Reksa Dana Perusahaan Efek Lembaga Panjang Pasar Modal Profesi Penunjang Bursa Efek Jakarta Bursa Efek Surabaya KDEI PEFINDO Perusahaan Efek Lembaga Panjang Pasar Modal Profesi Penunjang Pemodal / Publik Agen/ Penjualan Agen/ Sub Agen BAPEPAM Untuk melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pasar modal, maka dibentuklah Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). BAPEPAM memiliki tugas berikut: a. Mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan go publik (menjual saham ke pasar modal). b. Menyelenggarakan bursa pasar modal yang efektif dan efisien. c. Mengikuti perkembangan perusahaan-perusahaan yang menjual saham secara teratur, wajar dan melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum. d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bursa efek dan lembaga penunjang. e. Memberi pendapat dan masukan pasar modal. f. Menentukan prosedur penjualan. Perusahaan Efek Perusahaan efek merupakan lembaga yang mendapat izin usaha dari BAPEPAM untuk menjalankan kegiatan sebagai: 33

176 a. Penjamin emisi efek. Sebagai penjamin emisi efek, perusahaan efek tersebut membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. b. Perantara perdagangan efek, yaitu pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain. c. Manager investasi atau penasehat investasi bagi nasabah. Pasar Valuta Asing Bursa valuta asing (selanjutnya disebut valas) atau foreign exchange market adalah suatu mekanisme tempat orang dapat memindahkan daya beli antar negara, memperoleh atau menyediakan kredit dan meminimalkan resiko kerugian. Pengertian yang lebih umum adalah bahwa bursa valas merupakan tempat individu atau badan usaha untuk membeli atau menjual sejenis mata uang asing (valuta asing). Pasar valas juga merupakan pasar uang, tetapi dengan wilayah yang hampir tanpa batas karena mencakup hampir keseluruhan dunia. Pasar (bursa) Valuta Asing adalah tempat terjadinya jual beli valita asing. Sedangkan valuta asing adalah alat pembayaran luar negeri. Di bursa valuta asing dikenal dua macam kurs, yaitu: 1. Kurs jual ialah kurs yang diperlukan apabila pedagang valas melakukan penjualan valuta asing. 2. Kurs beli ialah kurs yang diperlukan apabila pedagang valas melakukan pembelian valuta asing. Di Indonesia, kurs resmi ditentukan oleh Bank Indonesia dengan nama kurs konversi atau nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah. Informasi mengenai kurs valuta asing juga dapat kamu ketahui dari bank penyelenggara bursa valuta asing atau money changer. Jual beli valuta asing ini pada dasarnya terjadi di dalam pasar khusus yang bernama bursa valuta asing. Di pasar valuta asing atau yang biasa disingkat sebagai valas, dijual berbagai mata-mata uang asing seperti dollar, euro, poundsterling, yen, 34

177 ringgit dan lain-lain. Mata uang ini dijual belikan sesuai dengan nilai yang berlaku di pasaran. Nilai ini bisa naik dan turun tergantung pada banyak faktor. Pelaku Pasar Valuta Asing Ada berbagai pihak yang ikut bermain di pasar valuta asing. Pihak-pihak itu bisa individu biasa seperti kita yang membeli dan mejual mata uang asing untuk keperluan pembayaran, eksportir dan importir ataupun bank dan pemerintah. Baik eksportir, importir, bank dan pemerintah memerlukan pasar valuta asing untuk memerlukan transaksi bisnis di dunia internasional Fungsi Pasar Valuta Asing 1. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari suatu negara ke negara lainnya. 2. Memperlancar terjadinya kegiatan ekspor impor (perdagangan internasional) 3. Sebagai tempat berspekulasi. Seperti telah disinggung sebelumnya, valuta asing memiliki nilai atau yang disebut kurs. Kurs valuta asing ini dapat berflukuasi dari waktu ke waktu. Kelebihan Pasar Valuta Asing 1. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentang keadaan dan kurs valuta asing. 2. Membantu masyarakat dalam penyediaan mata uang asing. 3. Memudahkan malakukan transaksi dengan pihak asing. 4. Mengurangi risiko valas. Bila ditentukan nilai kurs tertentu dalam perjanjian, maka eksportir dan importir yang menandatangani perjanjian akan terhindar dari kerugian besar akibat perubahan kurs. 3. PASAR TENAGA KERJA Pelaku-pelaku di pasar tenaga kerja terdiri dari: 1. Pengusaha yang mencari kerja (permintaan tenaga kerja) 2. Pencari kerja (penawaran tenaga kerja) 3. Perantara atau pihak ketiga yang memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling berhubungan. 35

178 Beberapa kegiatan Departemen Tenaga Kerja yang berkaitan dengan tenaga kerja antara lain: 1. AKAD (Antar Kerja Antar Daerah) yaitu mengurusi pengiriman tenaga kerja dari daerah satu ke daerah lain yang dibutuhkan. 2. AKAN (Antar Kerja Antar Negara) yaitu mengurusi pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Pasar Kerja Dalam dan Luar Negeri Pasar kerja dalam negeri pelaksanaan pasarnya di dalam negeri meliputi pasar kerja tenaga terdidik, terlatih dan tidak terdidik. Lain halnya dengan pasar kerja luar negeri, biasanya pasar kerja tenaga terdidik dan terlatih, karena menyangkut nama baik bangsa dan negara sehingga tenaga kerja yang dikirim harus selektif seperti pengiriman TKI ke Arab Saudi (Timur Tengah), Singapore, Malaysia, Amerika atau negara-negara Eropa. Minat untuk mencari pekerjaan bagi lulusan SMA adalah terbanyak yaitu mencapai 67,51% termasuk di dalamnya adalah lulusan SMK (SMEA, STM dan sejeninya) (dalam berita pasar kerja bulan Januari 2002). Kebaikan dan Keburukan Pasar Tenaga Kerja Kebaikan 1. Tempat memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan baik di dalam negeri maupun luar negeri. 2. Membantu dengan cepat mengisi posisi pekerjaan dengan tenaga kerja yang berbobot. 3. Membantu mengurangi pengangguran. 4. Menambah devisa negara. 5. Meningkatkan kesejahtearan masyarakat. Keburukan 1. Munculnya kegiatan percaloan tenaga kerja dan penyalur tenaga kerja ilegal seperti banyak kasus yang merugikan calon tenaga kerja. 36

179 2. Munculnya tindakan kekerasan, penipuan dan pelecehan terhadap calon tenaga kerja. Hubungan Majikan dan Pekerja Hubungan majikan dan pekerja di Indonesia diatur dalam hubungan industrial Pancasila, yaitu hubungan yang sesuai dengan norma-norma yang ada dalam Pancasila, sehingga antara majikan dan pekerja terjalin adanya hubungan yang harmonis. Hubungan industrial Pancasila memungkinkan terciptanya hubungan yang saling menguntungkan antara pekerja dengan majikan. Untuk memenuhi tuntutan pekerja, pihak pekerja dapat menggunakan aksi berikut ini: 1. Pemogokan, yang dapat berupa mogok duduk atau mogok dengan bekerja lamban tidak sesuai dengan biasanya. 2. Melancarkan aksi boikot, yaitu menganjurkan untuk tidak mau membeli atau memakai suatu produk tertentu. 3. Melakukan sabotase dengan merusak alat-alat produksi atau bekerja serampangan sehingga mutu produksi jelek dan tidak laku dijual. 4. Unjuk rasa (demonstrasi), yaitu aksi yang dilakukan pekerja dengan beramai-ramai menyuarakan keinginannya kepada yang pihak terkait dengan membawa posterposter dan slogan-slogan yang berisi tuntutan pekerja. Untuk menghadapi tuntutan pekerja, pengusaha/majikan dapat melakukan hal berikut: 1. Lock out (penutupan), yaitu pemecatan semua pekerja dalam suatu perusahaan dengan maksud menerima mereka lagi apabila syarat-syarat yang diajukan oleh majikan disetujui. 2. Black list (daftar hitam), yaitu daftar yang memuat nama-nama pekerja yang dianggap pembuat kerusuhan dan memimpin aksi pekerja dan memberitahu daftar itu kepada perusahaan lain. 37

180 Referensi : Sukirno, Sadono, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Salvatore, Domonick Teori Mikro Ekonomi, Jakarta: Penerbit Erlangga 38

181 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB IV PENDAPATAN NASIONAL Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

182

183 BAB IV PENDAPATAN NASIONAL Kompetensi Inti 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikirkeilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Kompetensi Dasar 1. Mendiskripsikan tujuan pembengunan ekonomi negara sedang berkembang 2. Disajikan data pendapatan nasional peserta dapat menghitung besarnya pendapatan nasional dengan metode pengeluaran. 3. Disajikan data pendapatan masyarakat di dalam dan di luar negeri, peserta dapat menghitung besarnya GDP. 4. Disajikan sebuah fungsi pendapatan nasional, peserta dapat menentukan besarnya tabungan masyarakat. 5. Menentukan faktor eksternal yang sangat mempengaruhi investasi A. PEMBANGUNAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI 1. Pengertian Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan dalam pendapatan total dan pendapatan per kapita dengan menghitung adanya pertambahan penduduk disertai adanya perubahan fundamental dalam struktur ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan di mana terjadi kenaikan PDB tanpa memadang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk 2. Perbedaan pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi adalah : Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan Ekonomi Merupakan proses naiknya produk per Merupakan proses perubahan yang terus kapita dalam jangka panjang menerus menuju perbaikan termasuk usaha Tidak memperhatikan pemerataan pendapatan Tidak memperhatikan pertambahan penduduk meningkatkan produk per kapita Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya Memperhatikan pertambahan penduduk 1

184 Belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Pemtumbuhan ekonomi belum tentu disertai dengan pembangunan ekonomi Setiap input dapat menghasilkan output yang lebih banyak Meningkatkan taraf hidup masyarakat Pembangunan ekonomi selalu diikuti dengan pertumbuhan ekonomi Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi perubahan perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi : Faktor ekonomi : a. Sumber daya manusia b. Sumber daya alam c. Sumber daya modal d. Keahlian atau kewirausahaan teknologi e. Distribusi pendapatan Faktor non ekonomi : a. Lembaga-lembaga sosial b. Keadaan politik c. Institusional 4. Masalah Pembangunan di Negara Sedang Berkembang a. Kurangnya Modal dan Rendahnya Kualitas Penduduk b. Kepincangan dalam Tingkat Pertumbuhan antara berbagai Sektor Ekonomi c. Kepincangan dalam distribusi Pendapatan d. Kelemahan Kelembagaan dalam Masyarakat, sifat dan Kebiasaan hidup 5. Tujuan Pembangunan Ekonomi a. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya b. Memperluas distribusi sebagai barang kebutuhan pokok c. Memperluas kesempatan kerja d. Meningkatkan pendapatan masyarakat e. Meningkatkan pemahaman dan tingkah laku masyarakat dalam menjunjung nilainilai luhur 2

185 f. Memperluas pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan 6. Kriteria keberhasilan pembangunan ekonomi a. Pendapatan nasional Pendapatan nasional yang tinggi merupakan salah satu tanda bahwa produksi nasional yang tinggi berarti tingkat jumlah barang dan jasa yang dihasilkan jumlahnya besar dan tingkat kesempatan kerja tinggi. b. Pendapatan perkapita Tinggi rendahnya pendapatan perkapita menggambarkan kemampuan penduduk untuk mengkonsumsi barang dan jasa hasil produksi. c. Distribusi pendapatan Distribusi pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat merata. d. Peranan sektor industri dan jasa Makin besar kontribusi sektor industri dan jasa maka makin maju negara tersebut. e. Kesempatan kerja Kesempatan kerja yang tinggi menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi dan menunjukkan juga berkurangnya tingkat pengangguran. f. Stabilitas ekonomi Pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika dapat menjaga stabilitas ekonomi. g. Neraca pembayaran luar negeri Pada umumnya negara menginginkan neraca pembayaran yang seimbang. 7. Rumus laju pertumbuhan ekonomi GDP t GDP t-1 GDP t-1 X 100% ΔPDB t X 100% PDB t0 3

186 Keterangan: ΔPDB t = PDB t - PDB t0 PDB t = nilai PDB tahun t PDB t0 = nilai PDB tahun dasar yang umumnya adalah nilai PDB tahun sebelumnya Diketahui PDB tahun 2002 senilai Rp miliar dan PDB tahun 2003 senilai Rp miliar. Berapa pertumbuhan ekonomi tahun 2003 Jawab: ΔPDB t X 100% PDB t miliar miliar miliar 500 = 11,2% % B. PDB (Produk Domestik Bruto), PNB (Produk Nasional Bruto), PN (Pendapatan Nasional), Pendapatan Disposibel dan Pendapatan Perkapita Sebagai gambaran keterkaitan antar sektor ekonomi dalam proses produksi kita ambil contoh perekonomian dua sektor, yaitu perekonomian yang hanya terdiri dari sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, seperti bagan sebagai berikut: Gambar di bawah terdapat beberapa aliran / arus yaitu: 1) arus produksi, 2) arus pendapatan dan 3) arus pengeluaran. Jika kegiatan perekonomian untuk seluruh negara maka ukuran tersebut menjadi ukuran nasional (makro). Dengan demikian pendapatan nasional dapat ditinjau dari tiga pendekatan tersebut. 4

187 Bagan Alir Model Perekonomian Dua Sektor Faktor Produksi (tanah, modal, tenaga, petindak) Pendapatan (sewa, bunga, upah, keuntungan) Rumah tangga Perusahaan Barang dan jasa Pengeluaran (barang dan jasa) Definisi Pendapatan Nasional 1. Pendekatan Produksi Ditinjau dari pendekatan produksi, pendapatan nasional adalah jumlah nilai dari barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu negara pada periode tertentu, biasanya satu tahun dinyatakan dalam satuan mata uang. 2. Pendekatan Pendapatan Ditinjau dari pendekatan pendapatan, pendapatan nasional adalah jumlah semua pendapatan yang diperoleh pelaku ekonomi suatu negara selama periode tertentu, biasanya satu tahun. Pendapatan tersebut berupa pendapatan dari sewa, bunga, upah, keuntungan dan lain-lain, dinyatakan dalam satuan mata uang. 3. Pendekatan Pengeluaran Ditinjau dari pendekatan pengeluaran, pendapatan nasional adalah jumlah seluruh pengeluaran sektor ekonomi, yakni sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah, dan sektor luar negeri suatu negara selama periode tertentu, biasanya satu tahun. 5

188 Beberapa istilah dalam pendapatan nasional Istilah-istilah yang sering digunakan untuk mengetahui berapa besarnya barang dan jasa yang telah dihasilkan oleh suatu perekonomian pada periode tertentu dan berapa besarnya pendapatan yang diterima seluruh masyarakat sebagai pemilik faktorfaktor produksi adalah istilah-istilah sebagai berikut: 1. PDB (Produk Domestik Bruto) atau GDP (Gross Domestic Product) PDB (Produk Domestik Bruto), adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di wilayah tertentu (tanpa memperhatikan kewarganegaraan) selama 1 tahun. Termasuk jasa dari perusahaan asing yang beroperasi di negara tersebut juga dijumlahkan. Komposisi GDP terdiri dari: a. sektor primer (pertanian, perikanan dan pertambangan). b. sektor sekuder (manufaktur, listrik, gas, air, dan kontruksi) c. sektor tersier (perdagangan, perbankan, jasa) Sebenarnya perhitungan pendapatan nasional yang menghasilkan besarnya Produk Domestik Bruto (PNB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah menghitung pendapatan nasional dengan menggunakan konsep kewilayahan yaitu menghitung jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh penduduk yang ada di wilayah tersebut, baik kegiatan produksi oleh warga negara sendiri maupun warga negara asing. 2. PNB (Produk Nasional Bruto) atau GNP (Gross National Product) PNB (Produk Nasional Bruto) atau GNP (Gross National Product), adalah perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan konsep kewarganegaraan, yaitu dengan menghitung besarnya nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara sendiri, baik di dalam negeri sendiri maupun di luar negeri. Yang membedakan antara GDP dengan GNP adalah pendapatan neto terhadap luar negeri dari faktor produksi (net factors income from broad). Variabel ini menunjukkan besarnya pendapatan yang diperoleh dari faktor produksi yang ada di luar negeri dikurangi pendapatan yang diperoleh dari faktor produksi yang berasal dari di luar negeri di dalam negeri. Atau dapat ditulis : 6

189 GNP = GDP Pendapatan neto terhadap luar negeri dari faktor produksi. Dengan memperhatikan persamaan tersebut, apabila GDP lebih besar dari pada GNP, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan dari faktor produksi di dalam negeri yang berasal dari luar negeri lebih besar dibandingkan dengan pendapatan dari faktor produksi dalam negeri yang ada di luar negeri. Keadaan semacam ini biasanya sering ditemui di negera sedang berkembang. 3. PNN (Produk Nasional Neto) atau NNP (Net National Product) Produk nasional neto adalah produk nasional bruto (PNB) atau GNP dikurangi dengan penyusutan dan replacement (penggantian peralatan yang telah aus/usang atau biaya pengganti barang modal). Dengan demikian Produk Nasional Neto dapat ditulis : NNP = GNP (penyusutan + replacement) PNN (Produk Nasional Neto) dapat dibuat skema sebagai berikut: Produk Nasional Bruto Barang Modal Barang Konsumsi Untuk penggantian Untuk perluasan Produk Nasional Neto 4. PN (Pendapatan Nasional) atau National Income (NI) Penadapatan nasional adalah jumlah nilai balas jasa yang diterima oleh pemilik faktorfaktor produksi selama satu tahun. Buruh menerima upah, pemiliki modal menerima bunga modal, pemilik tanah/rumah menerima sewa tanah dan pengusaha menerima 7

190 laba. Jika pendapatan nasional ditambah dengan pajak tak langsung maka nilai sama dengan NNP, sehingga dapat ditulis: NI = NNP pajak tak langsung 5. Pendapatan Perseorangan (PS) atau Personal Income (PI) Pendapatan Perseorangan (PS) atau Personal Income (PI) adalah jumlah penerimaan yang diperoleh setiap orang dalam masyarakat. Balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi tidak seluruhnya merupakan pendapatan perseorangan, karena masih ada sebagian laba yang ditahan sebagai simpanan intern, pajak perseorangan, dan iuran untuk jaminan sosial. Di samping itu terdapat penerimaan yang tidak merupakan balas jasa dalam proses produksi, tetapi merupakan bantuan/subsidi dari pemerintah bagi para bekas pejuang, dana sosial yang disediakan oleh pemerintah yang disebut dengan transfer payment. Jika ditulis dalam notasi sebagai berikut: PI = NI (laba yang ditahan, pajak langsung, iuran jaminan sosial) + transfer payment 6. Pendapatan Disposibel atau Disposible Income (DI) Pendapatan Disposibel disebut juga pendapatan yang tersedia bagi rumah tangga atau pendapatan yang dapat dibelanjakan, yaitu penerimaan perseorangan setelah dikurangi dengan pajak langsung (misalnya pajak pendapatan, pajak bumi dan bangunan, pajak rumah tangga dan lain-lain). Jika pendapatan disposibel ini dikurangi dengan tabungan (saving) maka sisanya merupakan pengeluaran untuk konsumsi. Jika ditulis dalam notasi : Pendapatan perseorangan pajak langsung = pendapatan disposibel (D.I) D.I simpanan perseorangan /tabungan (saving) = pengeluaran konsumsi 8

191 Secara ringkas istilah dalam pendapatan nasional dapat dinotasikan sebagai berikut:.... (Penyusutan + Replacement)... Pajak tidak langsung + Pajak Langsung Pembayaran Transfer Pajak Langsung/ pajak pribadi Pengeluaran Konsumsi Tabungan GNP NNP N I Personal Income (PI) Pendapatan Disposibel 7. Pendapatan Per Kapita Pendapatan perkapita adalah hasil bagi pendapatan nasional dan jumlah penduduk suatu negara, jika ditulis dalam notasi sebagai berikut: Pendapatan per kapita = Pendapatan Nasional Jumlah penduduk suatu negara Pendapatan per kapita merupakan ukuran internasional yang biasanya dipakai untuk menentukan tingkat kemakmuran suatu negara. 1. GDP Rp 2. Produk neto thd LN Rp (-) 3. GNP Rp 4. Penyusutan Rp (-) 5. NNP Rp 6. Pajak tdk langs Rp (-) 7. NNI Rp 8. IA Rp 9. IJS Rp 10. PPers Rp 11. Laba thn Rp (+) Rp (-) 12. Transfer payment Rp (+) 13. PI Rp 14. Pajak langsung Rp (-) 15. DI Rp 16. Tabungan Rp 9

192 17. Tingkat konsumsi Rp Di tingkat provinsi ada istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di wilayah tertentu yaitu Provinsi atau Kabupaten / Kota selama 1 tahun. Sehingga ada sebutan PDRB provinsi misalnya PDRB Jawa Tengah, PDRB DKI Jakarta, PDRB DI Yogyakarta, PDRB Sumatera Utara, PDRB Sulawesi Selatan dan sebagainya. Sedangkan untuk kabupaten/kota misalnya PDRB Kota Bekasi, Surakarta, Medan, dan sebagainya. Komposisi PDRB terdiri dari: a. sektor primer (pertanian, perikanan dan pertimbangan/penggalian). b. sektor sekuder (manufaktur, listrik, gas, air, dan kontruksi) c. sektor tersier (perdagangan, perbankan, perhotelan dan jasa) Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tingkat provinsi adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh penduduk yang ada di wilayah tersebut, baik kegiatan produksi oleh warga negara sendiri maupun warga negara asing. Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan cerminan kemampuan suatu daerah tertentu dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki sebagai bahan perencanaan pembangunan. Salah satu indikator yang dipergunakan dengan mengacu hasil analisis pendapatan daerah, sehingga PDRB dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Istilah-istilah lain yang ada kaitannya dengan pembahasan pendapatan nasional: Value Added (nilai tambah), adalah tambahan nilai dari suatu barang dan jasa yang diperoleh dari suatu proses produksi. Atau dengan kata lain nilai tambah adalah nilai produksi barang akhir dikurangi bahan mentah dan bahan penolong lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Injection adalah suntikan atau tambahan aliran uang (dana) dalam satu sistem perekonomian, yang sifat mendorong kegiatan ekonomi supaya bergerak lebih cepat. Suntikan dapat berupa : investasi, pengeluaran pemerintah atau pajak neto. 10

193 Net Factor Income from Abroad adalah selisih antara nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara sendiri di negara asing dan nilai dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara asing di dalam negeri. Metode Perhitungan Pendapatan Nasional Ada 3 Metode atau pendekatan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu : 1. Metode Produksi (Production Approach) 2. Metode Pendapatan (Income Approach) 3. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach) Menghitung besarnya Pendapatan Nasional dengan menggunakan ketiga metode atau pendekatan tersebut secara teoritis akan menghasilkan besarnya angka sama. 1. Metode Produksi (Production Approach) Perhitungan pendapatan nasional dengan metode produksi adalah perhitungan didasarkan pada jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan negara pada periode tertentu (biasanya 1 tahun). Dalam perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan metode produksi dimungkinkan terjadi perhitungan ganda (double counting). Untuk menghindari perhitungan ganda tersebut ada dua cara yang digunakan, yaitu: 1. Menghitung nilai akhir dan/atau 2. Menghitung nilai tambah, ialah nilai yang berasal dari sumbangan faktor-faktor produksi yaitu tenaga kerja, modal, tanah dan petindak. Dengan ke dua cara perhitungan tersebut di atas akan menghasilkan angka yang sama, perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan metode produksi dapat kita lihat pada contoh sebagai berikut: Contoh: Hasil 11 Nilai (Milyar Rp) Nilai Tambah (Milyar Rp) Produsen I Kapas Produsen II Benang Produsen III Kain

194 Produsen IV Pakaian Jadi Jumlah Nilai Tambah 1250 Berdasarkan contoh kegiatan produksi di atas menunjukkan perhitungan terhadap nilai barang akhir dengan menjumlahkan nilai tambah menghasilkan angka yang sama, yaitu sebesar 1250 juta. Angka yang diperoleh sebesar 1250 juta ini menunjukkan besarnya produksi yang diperoleh dari beberapa proses produksi dari perekonomian masyarakat tersebut. 2. Metode Pendapatan (Income Approach) Perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan metode pendapatan adalah menghitung pendapatan nasional dengan menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh oleh semua pelaku ekonomi dalam suatu masyarakat atau negara selama 1 tahun. Pendapatan tersebut berupa pendapatan dari sewa, bunga, upah keuntungan, dan lain-lain. Angka yang diperoleh dari perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan metode pendapatan menunjukkan besarnya pendapatan nasional (National Income = NI). Perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan metode pendapatan (dalam milyar rupiah) kita ambil contoh sebagai berikut: Kompensasi kepada pegawai Bunga dan sewa. 921 Laba Perusahaan. 882 Pendapatan dari kekayaan Jumlah : Jumlah pendapatan yang diperoleh menunjukkan besarnya pendapatan nasional (NI), yaitu sebesar milyar. 3. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach) 12

195 Perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan metode pengeluaran yaitu dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi, yakni sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah, dan sektor luar negeri pada masyarakat atau negara selama 1 tahun. Angka yang diperoleh dalam dari perhitungan pendapatan nasional dengan metode pengeluaran menunjukkan besarnya Produksi Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) masyarakat dalam perekonomian tersebut. Contoh perhitungan pendapatan nasional dengan metode pengeluaran ( dalam milyar rupiah ) : Pengeluaran Konsumsi (Rumah tangga) atau C Investasi (Perusahaan) atau I Pengeluaran Pemerintah (Pemerintah) atau G Ekspor Neto (Luar negeri) atau X M. 425 Jumlah Pengeluaran : Angka yang diperoleh dari menjumlahkan semua pengeluaran sektor ekonomi di atas, yaitu sebesar menunjukkan besarnya Produksi Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) masyarakat dalam perekonomian tersebut. Pengeluaran Konsumsi (sektor rumah tangga) diberi simbol ( C ), Investasi merupakan pengeluaran dari sektor perusahaan diberi simbol ( I ), pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran dari pemerintah (Government) diberi simbol ( G )dan ekspor neto menunjukkan pengeluaran sektor luar negeri berupa selisih antara Ekspor ( X ) dan Impor ( M ) sehingga sektor luar negeri simbolnya ( X M ). Dengan demikian pendapatan nasional yang terdiri dari komponen-komponen pengeluaran dari sektor-sektor tersebut secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : GNP = C + I + G + ( X M ) Dimana: C adalah pengeluaran sektor rumah tangga 13

196 I adalah pengeluaran sektor perusahaan G adalah pengeluaran sektor pemerintah (X M ) adalah sektor luar negeri atau ekspor neto Dari persamaan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) di atas tidak terlihat adanya pendapatan neto terhadap luar negeri atas faktorfaktor produksi (net factor income to abroad). Apabila komponen ini hendak kita masukan dalam persamaan, maka persamaan matematisnya sebagai berikut: GNP = C + I + G + ( X M ) + F dimana: F adalah pendapatan neto terhadap luar negeri atas faktor produksi atau pembayaran ke luar negeri dikurangi pembayaran dari luar negeri. Unsur F ini menyatakan adanya investasi asing di dalam negeri pada perekonomian negara tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Nasional 1. Permintaan dan Penawaran Agregat Permintaan agregat (Aggregate Demand, selanjutnya disingkat AD) adalah keseluruhan permintaan terhadap barang dan jasa pada berbagai tingkat harga konsumen. Penawaran agregat (Aggregate Supply, selanjutnya disingkat AS) adalah keseluruhan penawaran barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen pada berbagai tingkat harga. Dengan mengetahui kurva permintaan agregat dan penawaran agregat kita dapat menentukan pendapatan nasional riil dan tingkat-tingkat harga umum. Pendapatan nasional riil adalah hasil bagi antara pendapatan nasional dengan harga rata-rata seluruh barang yang diproduksi di negara yang bersangkutan. Keseimbangan pendapatan nasional riel dan tingkat harga rata-rata suatu perekonomian ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan agregat (AD) dan kurva penawaran agregat (AS), seperti terlihat pada Gambar berikut: 14

197 P P * E AS Keterangan Gambar : Y = garis pendapatan nasional riil P = tingkat harga rata-rata umum E = keimbangan pendapatan nasional Y * = pendapatan nasional riil pada equilibrium/keseimbangan. 0 Y * AD Y P * = harga rata-rata umum pada equilibrium/keseimbangan. AD = kurva permintaan agregat AS = kurva penawaran agregat 2. Konsumsi dan Tabungan Konsumsi adalah bagian pendapatan masyarakat yang digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhannnya. Bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil/rendah keseluruhan pendapatannya akan habis dipergunakan untuk keperluan konsumsi, biasanya dilambangkan dengan notasi Y = C. Untuk konsumsi dikenal adanya istilah marginal propensity to consume (MPC) yaitu kecenderungan masyarakat untuk berkonsumsi. Konsumsi seorang akan dipengaruhi oleh faktor-faktor : a. Pendapatan seseorang atau tingkat kekayaannya b. Tingkat sosial ekonomi orang tersebut c. Tingkat harga yang berlaku dan harga barang lain/ barang substitusi d. Selera konsumen. e. Tingkat suku bunga yang berlaku Tabungan (saving) adalah bagian pendapatan masyarakat yang tidak digunakan untuk konsumsi. Masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih besar dari kebutuhan konsumsi, maka masyarakat tersebut mempunyai kesempatan untuk menabung. Perubahan tabungan dalam masyarakat bisa terjadi karena dua hal yaitu : 1. Berubahnya pendapatan masyarakat 2. Berubahnya pola hidup masyarakat Tabungan dalam kaitannya dengan pendapatan nasional dapat dinotasikan Y = C + S. Jika pendapatan nasional naik sebesar (delta)y, maka tabungan akan naik sebesar S. Kalau untuk konsumsi dikenal adanya istilah marginal propensity to consume 15

198 (MPC), maka dalam tabungan dikenal istilah marginal propensity to save (MPS), yaitu kecenderungan menabung yang merupakan rasio antara tambahan dalam tabungan ( S) dengan tambahan dalam pendapatan ( Y), atau di notasikan sebagai berikut: S MPS Y Karena Y = C + S, berarti Y = C + S, dan dengan demikian kita dapat melihat hubungan antara MPC dan MPS sebagai berikut: C Y S S MPC 1 1 MPS, atau MPC + MPS = 1 Y Y Y 3. Investasi Investasi ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu investasi riil dan investasi finansial. Investasi riil adalah investasi terhadap barang-barang yang tahan lama (barang-barang modal) yang akan digunakan untuk proses produksi. Jenis investasi ini dibedakan lagi menjadi 3 komponen, yaitu: a. Investasi tetap perusahaan b. Investasi untuk perumahan c. Investasi perubahan bersih persediaan perusahaan Sedangkan investasi finansial merupakan investasi terhadap surat-surat berharga, misalnya pembelian saham, obligasi atau sertifikat BI. Investasi riil dan investasi finansial yang meningkat akan meningkatkan pendapatan nasional, demikian juga sebaliknya jika investasi tersebut menurun maka pendapatan nasional akan turun juga. Dalam investasi ada yang disebut dengan ekspektasi masa depan, artinya tingkat harapan dan kepercayaan dalam dunia bisnis/usaha. Jika kalangan pengusaha beranggapan bahwa kondisi ekonomi akan membaik di masa depan, maka investasi cenderung meningkat. Sebaliknya, jika diperkirakan ekonomi akan mengalami depresi, maka investasi tidak akan dilakukan. Faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah tingkat suku bunga, tetapi ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat investasi, yaitu : 1) Inovasi dan teknologi 2) Tingkat perekonomian 16

199 3) Ramalan atau harapan perekonomian di masa datang 4) Tingkat keuntungan perusahaan 5) Situasi politik negara, jika situasi politik aman, dan pemerintah banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi dunia usaha dan industri, tingkat investasi akan tinggi. Tetapi jika situasi politik tidak aman, dan pengusaha menghadapi birokrasi berbelit-belit, tingkat investasi akan turun. Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional Perhitungan Pendapatan Nasional suatu negara perlu dipelajari, karena mempunyai tujuan untuk: 1.) Mengetahui Tingkat Kemakmuran 2.) Mengetahui Struktur Perekonomian 3.) Mengetahui Tingkat Pertumbuhan 4.) Mengetahui Perbandingan Kemajuan Perekonomian Antarnegara 5.) Dasar Pertimbangan dalam Pengambilan Kebijakan Ekonomi Manfaat Mempelajari Pendapatan Nasional 1.) Mengetahui Kemajuan Ekonomi 2.) Mengetahui Tingkat Kemakmuran 3.) Sebagai Pedoman Pelaksanaan Pembangunan 4.) Mengetahui Penggunaan Pendapatan Masyarakat C. Arti, Fungsi dan Tujuan APBN dan APBD 1. Pengertian APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah suatu daftar sistematis yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun. Seperti disebutkan dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat (1) disebutkan bahwa: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui APBN yang 17

200 diusulkan oleh pemerintah maka pemerintah memakai pelaksanaan APBN tahun lalu. 2. Pengertian APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Pembagian daerah berdasarkan pemerintahan daerah menurut UU No. 32 tahun 2004 adalah: a. Daerah Provinsi yang dipimpin oleh Gubernur b. Daerah Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh Bupati/Walikota Dari pembagian daerah di atas berarti APBD di tingkat provinsi ditetapkan bersama antara Gubernur dengan DPRD I. APBD ditingkat Kabupaten/Kota ditetapkan bersama antara Bupati /Walikota dengan DPRD II. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambat-lambatnya satu bulan setelah ditetapkan APBN. 3. Fungsi dan Tujuan APBN dan APBD APBN disusun dengan tujuan untuk mengatur pembelanjaan negara dari penerimaan yang direncanakan supaya dapat mencapai sasaran yang ditetapkan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan fungsi APBN dapat dikelompokkan menjadi: a. Fungsi alokasi 1) Sebagai alat untuk mengetahui alokasi yang diperlukan masing-masing sektor pembangunan. 2) Sebagai alat untuk mengetahui sasaran dan prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan pemerintah. b. Fungsi stabilisasi 1) Sebagai pedoman penerimaan dan pembelanjaan negara supaya teratur. 2) Sebagai alat untuk menjaga stabilitas perekonomian. 3) Sebagai alat untuk mencegah terjadinya inflasi dan deflasi yang tinggi. c. Fungsi regulasi 1) Sebagai alat pendorong pertumbuhan ekonomi. 18

201 2) Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. d. Fungsi distribusi 1) Dari penerimaan-penerimaan sebagai pendapatan negara didistribusikan ke pos-pos pengeluaran yang sudah direncanakan. 2) Sebagai alat untuk pemerataan pengeluaran supaya tidak terpusat pada salah satu sektor saja. Sedangkan APBD disusun bertujuan untuk mengatur pembelanjaan daerah dari penerimaan daerah yang direncanakan. Adapun fungsi APBD seperti fungsi APBN. Lingkup wilayahnya hanya mencakup pada satu daerah yaitu daerah tingkat I atau daerah tingkat II. 4. Sumber-sumber Pendapatan dan Belanja Negara atau Daerah a. Sumber Pendapatan Negara dan Belanja Negara Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dengan pemberian Otonomi Daerah tersebut, maka struktur dan format APBN juga mengalami perubahan. Sumber-Sumber Pendapatan Dari berbagai jenis pendapatan negara dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Penerimaan perpajakan a) Pajak Dalam Negeri: i) Pajak Penghasilan; ii) Pajak Pertambahan Nilai; iii) Pajak Bumi dan Bangunan; iv) Bea Peralihan Hak atas Tanah dan Bangunan; (v) Cukai; dan (vi) Pajak lain. b) Pajak Perdagangan Internasional: i) Bea Masuk; dan ii) Pajak/ Pungutan Ekspor. 2) Penerimaan bukan pajak a) Penerimaan SDA: a) minyak bumi; b) gas alam; c) pertambangan umum; d) kehutanan; e) perikanan b) Bagian laba BUMN. c) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). 19

202 3) Hibah adalah pemberian dari masyarakat atau negara donatur yang tidak mengikat. Pembelanjaan Negara Pembelanjaan negara dapat dikelompokkan sebagai berikut: Anggaran Belanja Pemerintah Pusat a. Pengeluaran Rutin 1) Belanja Pegawai 2) Belanja Barang 3) Pembayaran Bunga Utang - Utang Dalam Negeri - Utang Luar Negeri 4) Subsidi - Subsidi BBM - Subsidi Non BBM 5) Pengeluaran rutin lainnya b. Pengeluaran Pembangunan 1) Pembiayaan Pembangunan Rupiah 2) Pembiayaan Proyek Sumber Pendapatan Daerah terdiri atas: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yakni: 1) hasil pajak daerah 2) hasil retribusi daerah 3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan 4) lain-lain PAD yang sah b. Dana Perimbangan, dan c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam yang dibagi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. b. Dana Alokasi Umum (DAU) 20

203 DAU dialokasikan berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN, berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan. c. Dana Alokasi Khusus (DAK) DAK dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi untuk: 1) mendanai kegiatan khusus yang ditentukan pemerintah pusat atas dasar prioritas nasional 2) mendanai kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu. 5. Sumber Pendapatan dan Belanja Daerah Penyelenggaraan tugas daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Penyelenggaraan tugas pemerintah di daerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan untuk penyelenggaran roda pemerintah daerah dapat berasal dari: a. APBN b. APBD Sumber Pendapatan dan Belanja Negara sudah dibahas di depan. Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari: 1) Hasil Pajak Daerah 2) Hasil Retribusi Daerah 3) Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah b. Dana Perimbangan c. Pinjaman Daerah d. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 21

204 Belanja Daerah Dari sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah, antara lain: a. Untuk Aparatur Daerah Dapat berupa: 1) Belanja Administrasi dan Umum 2) Belanja Operasi dan Pemeliharaan 3) Belanja Modal b. Pelayanan Publik 1) Belanja Administrasi dan Umum 2) Belanja Operasi dan Pemeliharaan 3) Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 4) Belanja Tidak Tersangka 6. Pengaruh APBN dan APBD terhadap Perekonomian 1. Pengaruh APBN terhadap perekonomian Disusunnya APBN akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara. Beberapa pengaruh dapat dilihat dari beberapa aspek yakni: a. Aspek asas penyusunan APBN Dari aspek penyusunan akan dapat berpengaruh terhadap perekonomian yaitu: 1) Inflasi Anggaran Defisit Kekurangan Uang Cetak Uang Inflasi 2) Deflasi Anggaran Surplus Pengeluaran Sedikit Uang Beredar Berkurang Deflasi 22

205 b. Aspek prioritas Dari prioritas yang ditekankan dalam APBN akan tampak berpengaruh pada kegiatan perekonomian, antara lain: 1) Pertanian Akan menunjukkan pada peningkatan di bidang pertanian. 2) Industri Prioritas bidang industri akan meningkatkan kegiatan industri. 3) Sarana dan prasarana Prioritas bidang sarana dan prasarnaa tampak dari para investor menginvestasikan modalnya untuk pembangunan sarana dan prasarana. Secara umum, pengaruh APBN terhadap perekonomian adalah: a. Meningkatkan hasil produksi. b. Meningkatkan kesempatan kerja. c. Meningkatkan kemakmuran rakyat. d. Menciptakan pemerataan pendapatan. Pengaruh positif, antara lain: a. Terjadi perubahan struktur ekonomi. b. Peningkatan hasil produksi. c. Peningkatan kesempatan kerja. d. Peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. e. Menciptakan pemerataan pendapatan. Pengaruh negatif, antara lain: a. Dapat terjadi inflasi atau deflasi. b. Dari perubahan struktur ekonomi dapat menganggu ketenangan masyarakat, misalnya perubahan dari agraris ke industri dapat menimbulkan: 1) polusi/pencemaran 2) banyak tanah tergusur 3) kerusakan lingkungan 7. Pengaruh APBD terhadap perekonomian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun sebagai pedoman pembiayaan dari penerimaan yang diperoleh. Dalam pembiayaan tersebut akan sangat 23

206 berpengaruh pada perekonomian di daerah yang bersangkutan. Setiap terjadi perkembangan suatu daerah mesti terjadi perubahan sosial yang dapat berpengaruh positif dan dapat pula berpengaruh negatif. Pengaruh positif, antara lain: a. Akan terjadi perkembangan dan pembangunan daerah. b. Penyelenggaraan pembangunan daerah melibatkan partisipasi masyarakat dan swasta. Dampak positifnya, antara lain: 1) pemerataan pendapatan masyarakat; 2) memperluas kesempatan kerja. Pengaruh negatif, antara lain: Disamping pengaruh positif, juga terdapat pengaruh negatif, antara lain: a. Banyak lahan pertanian yang tergusur oleh pembangunan sehingga mengurangi lahan pertanian. b. Dengan semakin majunya suatu daerah, maka biaya hidup menjadi tinggi, sehingga upah tenaga kerja tinggi dan harga barang akan tinggi. c. Orang yang kurang mampu akan tergusur dari pusat perekonomian dan harus berada di daerah pinggiran. 8. Kebijakan Anggaran APBN disusun untuk pembiayaan pembangunan yang berlangsung terusmenerus. Pembiayaan harus menggunakan skala prioritas yang sesuai dengan rencana penerimaan, kemampuan, dan kebutuhan. Untuk menentukannya diperlukan suatu kebijakan anggaran. Yang dimaksud dengan kebijakan anggaran adalah suatu kebijakan yang mengatur APBN supaya dapat tercapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan kemakmuran masyarakat. Macam-macam Kebijakan Anggaran Ada empat macam kebijakan penyusunan anggaran: No Macam Anggaran Kebijakan Keterangan (Uraian) 24

207 Anggaran Seimbang Anggaran Dinamis Anggaran Defisit Anggaran Surplus Penerimaan Negara = Pengeluaran Negara - Dianut Indonesia sebelum tahun 2000 Jumlah penerimaan diusahakan meningkat dari tahun ke tahun melalui tabungan pemerintah. Penerimaan Negara < Pengeluaran Negara - Mulai tahun 2000 Indonesia menganut anggaran defisit Penerimaan Negara > Pengeluaran Negara INDEKS HARGA Angka indeks adalah angka yang diharapkan dapat memberitahukan perubahanperubahan variable sebuah atau lebih karakteristik pada waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan. Ada 3 macam indeks yang diperlukan dalam bidang ekonomi yaitu indeks harga, indeks jumlah, dan indeks nilai 1. Indeks harga adalah angka yang diharapkan dapat dipakai untuk memperlihatkan perubahan mengenai harga-harga barang, baik harga untuk semacam maupun berbagai macam barang dalam waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan. 2. Indeks jumlah adalah angka yang diharapkan dapat memperlihatkan perubahan mengenai jumlah barang sejenis atau sekumpulan barang yang dihasilkan, digunakan, diekspor, dan dijual untuk waktu yang sama ataupun yang berlainan. 3. Indeks nilai adalah angka yang digunakan untuk mengetahui perubahan nilai barang yang sejenis atau sekumpuan barang dalam jangka waktu yang diketahui. Indeks harga I 0/n = Pn x 100 Po Indeks jumlah I 0/n = Qn x 100 Qo Indeks nilai I 0/n = Vn x

208 Vo Po = harga barang pada tahun atau waktu dasar Pa = harga barang pada tahun yang lain atau tahun diketahui Qo = jumlah barang pada tahun dasar Qa = jumlah barang pada tahun diketahui Vo = nilai barang pada tahun dasar Va = nilai barang pada tahun diketahui Indeks ditimbang Menghitung indeks harga sepert tersebut di atas merupakan contoh perhitungan indeks harga sederhana, artinya belum memasukkan unsur timbangan (weight) ke dalam harga-harga yang dipakai untuk menghitung indeks yang menunjukkan tingkat penting tidaknya barang yang dihitung indeksnya. berikut: Ada bebeapa cara untuk menghitung indeks harga ditimbang, antara lain sebagai 1. Indeks Laspeyers (Laspeyers Index) adalah indeks yang dihitung dengan menggunakan kuantitas pada tahun dasar sebagai timbangannya Rumusnya sebagai berikut : I( L) P. Q n 0. 0 p Q 0 x Indeks Paasche (Paasche Index) adalah indeks yang dalam perhitungannya menggunakan kuantitas pada tahun ke-n atau tahun yang dicari indeksnya sebagai weight. Rumusnya adalah sebagai berikut: Pn IP. Q n p Q 0. n x Indeks Irving Fisher (Irving Fisher Index) I( IF) P.. x x n Qn Pn Qn p Qn p Qn Peranan Indeks Harga dalam Ekonomi 1. indeks harga merupakan petunjuk atau barometer kondisi ekonomi umum 2. indeks harga dapat digunakan sebagai deflator 26

209 3. indeks harga dapat digunakan sebagai pedoman bagi pembelian barang Persoalan Penting yang Perlu diperhatikan dalam Penyusunan (Perhitungan Angka Indeks 1. Perumusan tentang tujuan penyusunan angka indeks 2. Sumber dan syarat perbandingan data 3. Pemilihan periode dasar 4. Pemilihan timbangan Referensi Sukirno, Sadono Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Prenada Media. Sukirno, Sadono Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Rajawali Press. 27

210

211 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB V KESEMPATAN KERJA Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

212

213 BAB V KESEMPATAN KERJA KOMPETENSI INTI Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi KOMPETENSI DASAR menjelaskan penyebab terjadinya pengangguran musiman. A. Pengertian Kesempatan Kerja Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan tenaga kerja (demand for labour), yaitu suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya lapangan kerja yang siap diisi oleh para penawar kerja (pencari kerja). Hal ini berarti terjadi hubungan kausalitas antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja. Peristiwa ini menggambarkan terjadinya mekanisme tenaga kerja dan lapangan pekerjaan. B. Hubungan antara Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan Pengangguran Untuk memperoleh gambaran hubungan antara jumlah penduduk, tenaga kerja, angkatan kerja, kesempatan kerja, dan pengangguran dapat dilihat pada bagan berikut ini. 1

214 Penduduk (total population) Penduduk usia kerja (working age population)/ tenaga kerja (manpower) Penduduk di luar usia kerja Di bawah usia kerja (0 14 th) Di atas usia kerja, pensiun, dll (65 th) Angkatan kerja (labour force) Bukan angkatan kerja (not in the labour force) Anak sekolah Ibu rumah tangga Lain-lain Tenaga kerja (employment) Mencari pekerjaan/menganggur (unemployment) Siklus Friksional Teknologi Musiman Terbuka Struktural Bekerja penuh (full employment) Setengah menganggur Setengah pengangguran menurut jam kerja = jam kerja kurang = Setengah pengangguran menurut pendapatan = upah kurang = Setengah pengangguran menurut produktivitas = produktivitas rendah = Setengah pengangguran menurut pendidikan dan jenis pekerjaan Bagan Pembagian Penduduk dan Tenaga Kerja C. Definisi Pengangguran Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan, tetapi belum dapat memperolehnya (Sadono Sukirno: 14). Seseorang yang tidak bekerja tetapi tidak sedang aktif mencari pekerjaan dan tidak tergolong sebagai penganggur adalah para ibu rumah tangga. Mereka tidak mau bekerja karena ingin mengurus keluarganya, atau para anak orang kaya, mereka tidak ingin bekerja karena gajinya lebih rendah dari yang diinginkannya. Kelompok ibu rumah tangga dan anak orang kaya tersebut dikategorikan sebagai penganggur sukarela. Pengangguran akan menimbulkan masalah ekonomi dan sosial bagi individu yang mengalaminya. Pengangguran juga akan berdampak negatif terhadap keadaan ekonomi, politik, dan sosial bagi negara yang mempunyai tingkat pengangguran tinggi. Pengangguran sangat berpengaruh terhadap pencapaian kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan di negara yang bersangkutan. 2

215 D. Macam-macam Pengangguran Macam-macam pengangguran berdasarkan faktor-faktor yang menimbulkannya, dapat dibedakan dalam tiga jenis. 1. Pengangguran Konjungtural (Cycle Unemployment) Pengangguran konjungtural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik turunnya) kehidupan perkeonomian. 2. Pengangguran Struktural Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh dua kemungkinan: a. Akibat permintaan berkurang b. Akibat kemajuan dan penggunaan teknologi 3. Pengangguran Formal (Friksional) Jika perkembangan ekonomi suatu negara terus-menerus mengalami peningkatan dengan pesat, tingkat pengangguran akan semakin rendah, dan pada akhirnya perekonomian akan mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment). Dalam keadaan full employment, tingkat pengangguran tidak lebih dari 4%. Jika kondisi perekonomian mencapai tingkat full employment, walaupun terjadi pengangguran, pengangguran yang ada hanyalah pengangguran normal atau friksional (frictional unemployment). Pengangguran ini sering juga disebut dengan pengangguran sukarela. Pengangguran normal adalah seseorang yang tidak bekerja tetapi bukan berarti ia tidak mampu bekerja. Dia tidak bekerja karena ingin memperoleh (mencari) pekerjaan lebih baik. Oleh karena itu, pengangguran normal ini sering juga disebut pengangguran mencari (search unemployment). E. Dampak Pengangguran terhadap Perkembangan Perekonomian Masyarakat 1. Dampak pengangguran terhadap perekonomian suatu negara 3

216 a. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dapat dicapainya. b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang. c. Pengangguran tidak meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan pengangguran menyebabkan daya beli masyarakat berkurang, sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi pun berkurang. 2. Dampak pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan masyarakat a. Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian dan pendapatan individu yang mengalaminya. b. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan. c. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik. F. Cara-cara Mengatasi Pengangguran 1. Cara mengatasi pengangguran struktural Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan perubahan struktur ekonomi, misalnya dari ekonomi agraris berubah menjadi ekonomi industri. Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah: a. peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja, b. segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan, c. mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan d. segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran. 2. Cara mengatasi pengangguran siklus Penyebab awal terjadinya pengangguran siklus adalah kurangnya permintaan masyarakat (aggregat demand), sehingga untuk mengatasi jenis pengangguran ini, antara lain dengan cara: a. mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan 4

217 b. meningkatkan daya beli masyarakat. 3. Cara mengatasi pengangguran musiman Jenis pengangguran ini bisa diatasi, antara lain dengan cara: a. pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan b. melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu. 4. Cara mengatasi pengangguran teknologi Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang diakibatkan oleh adanya kemajuan teknologi karena adanya mekanisasi (penggantian tenaga manusia dengan mesin), robotisasi, dan komputerisasi. Untuk mencegah dan mengatasi jenis pengangguran ini, kita harus selektif memilih teknologi. Alangkah lebih baiknya, jika kita terus mengembangkan industri-industri yang padat karya (labour intensive). 5. Cara mengatasi pengangguran sukarela Pengangguran sukarela dan pengangguran normal (friksional) merupakan jenis pengangguran yang tidak perlu dirisaukan karena kedua jenis pengangguran ini biasanya bersifat sementara saja. Berikut ini akan diungkapkan cara-cara mengatasi pengangguran secara umum. Untuk mengatasi pengangguran secara umum dapat digunakan cara-cara sebagai berikut: 1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya. 2. Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru. 3. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jalan raya, jembatan, irigasi, PLTA, dan PLTU, sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta. 4. Pengembangan sektor informal, seperti pengembangan home industry. 5. Pengembangan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor informal lainnya. 5

218 G. Peningkatan Mutu Kerja Abad ke-21 ditandai dengan adanya Era Globalisasi Ekonomi Dunia (Era perdagangan bebas dunia) diawali dengan munculnya organisasi-organisasi perdagangan bebas seperti berikut ini. 1. Asean Free Trade Area (AFTA) / Kawasan Perdagangan Bebas di ASEAN, yaitu suatu organisasi yang menghendaki adanya kawasan perdagangan bebas di antara negara-negara ASEAN, yang mulai diberlakukan tahun Masyarakat Ekonomi Asean mulai tahun Asia Pacific Economy Cooperation (APEC) / Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik, yaitu suatu organisasi yang pada dasarnya menghendaki adanya kerja sama perdagangan bebas antara negara-negara yang ada di kawasan Asia dan Pasifik. Kegiatan ini akan dmulai diberlakukan tahun 2010 untuk negara-negara maju dan tahun 2020 untuk negara-negara berkembang. 3. Asia Europe Meeting (AEM) / Pertemuan Asia dan Eropa, yaitu suatu organisasi yang pada prinsipnya menghendaki adanya kerja sama perdagangan bebas di antara negara-negara yang berada di kawasan Eropa dan Asia. 4. General Agreement On Tariff and Trade (GATT) / Kesepakatan Umum Tentang Tarif dan Perdagangan, yaitu suatu organisasi dunia yang menghendaki adanya perdagangan bebas di seluruh dunia. Kesepakatan GATT ini akan mulai diberlakukan tahun Implikasi dari keadaan tersebut akan menyebabkan kecenderungan lapangan kerja yang tersedia menuntut tenaga kerja yang siap pakai, dan memiliki kualitas yang baik. Rendahnya mutu tenaga kerja akan menurunkan produktivitas dan daya saing. Dengan demikian, tenaga kerja yang berkualitas rendah tidak akan laku di pasaran. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berusaha meningkatkan kualitas tenaga kerja. Peningkatan kualitas (mutu) tenaga kerja dapat ditempuh dengan cara: 1. melalui jalur pendidikan formal, baik yang bersifat umum maupun kejuruan; 2. bisa juga melalui pendidikan nonformal, seperti latihan kerja, magang, peningkatan gizi dan kesehatan, serta peningkatan kualitas mental dan spiritual. 6

219 Referensi Sukirno, Sadono Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Prenada Media. Sukirno, Sadono Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Rajawali Press. 7

220 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB VI Uang dan Perbankan Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

221 BAB VI UANG DAN PERBANKAN Kompetensi Inti 1. Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi 2. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ekonomi. Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi fungsi uang berdasarkan deskripsi penggunaan uang dalam perekonomian. 2. Mengidentifikasi dengan tepat cara-cara mengatasi inflasi yang ditempuh BI 3. Menganalisis kebijakan politik pasar terbuka 4. Mendiskripsikan peranan bank sentral sebagai bankers bank. 5. Diinformasikan kasus kondisi perekonomian, peserta dapat menentukan secara tepat pengambilan kebijakan diskonto oleh BI. 6. Menjelaskan dengan tepat sistem pemungutan PPh yang progresif A. PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG 1. Pengertian Uang Uang adalah sebagai alat tukar, untuk itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. tidak mudah rusak (durability) b. nilainya relatif stabil (stability of value) c. mempunyai nilai yang cukup tinggi (high of value) d. mudah dibagi dengan tidak mengurangi nilainya (divisibility) e. mudah dibawa atau dipindahkan (portability) f. diterima dan disenangi umum (acceptability) Dalam ilmu ekonomi yang dimaksud dengan uang adalah semua alat tukar yang dapat diterima secara umum untuk transaksi. Alat tukar tersebut diterima secara luas oleh masyarakat sebagai penukar barang dan jasa. Berarti yang dimaksud dengan uang dalam ilmu ekonomi adalah semua benda yang dapat diterima secara umum sebagai alat 1

222 pembayaran, meskipun tidak diterbitkan oleh pemerintah (bank sentral). Dalam pengertian yang lebih legal, uang yang diterima secara luas karena dinyatakan oleh pemerintah sebagai alat pembayaran yang sah disebut uang fiat. Alat pembayaran yang sah maksudnya semua jenis benda yang secara hukum harus diterima bila diserahkan untuk pembelian suatu barang atau jasa ataupun untuk pelunasan hutang. 2. Fungsi Uang Secara umum uang mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi uang sebagai alat tukar 2. Fungsi uang sebagai penyimpan nilai/kekayaan (store of value) 3. Fungsi uang sebagai satuan hitung 3. Jenis-jenis Uang Jenis-jenis uang dibedakan menurut keberlakuannya sebagai alat pembayaran, nilainya, bahan pembuatnya dan lembaga yang mengeluarkan sebagai berikut: 1. Menurut keberlakuannya sebagai alat pembayaran. a. Uang kartal b. Uang giral 2. Menurut nilainya a. Full bodied money b. Taken money (Ficucier Money) 3. Menurut bahan pembuatnya a. Uang kertas. b. Uang logam 4. Menurut lembaga yang mengeluarkan a. Bank Sentral b. Bank Umum 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang Teori permintaan uang dari Keynes yang dikenal dengan liquidity of preference disebutkan bahwa secara teoritis uang merupakan satuan ukur pendapatan seseorang hanya digunakan untuk dua hal yaitu untuk konsumsi dan sisanya ditabung. Uang yang 2

223 dimiliki seseorang tidak segera dihabiskan untuk konsumsi karena adanya motif menyimpan uang sebagai berikut: 1. Motif Transaksi (Transaction Motive) 2. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive) 3. Motif Spekulasi (Speculation Motive) 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Uang Setelah kita mengetahui tentang permintaan akan uang, maka ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran akan uang. Penawaran uang tidak berbeda dengan variabel-variabel ekonomi lain seperti pengeluaran investasi, pengeluaran konsumsi dan sebagainya yang memiliki sejumlah persoalan. Dalam mengkaji penawaran uang, banyak para pemikir ekonomi berdiskusi mengenai apakah pemerintah dapat mempengaruhi penawaran uang? Beberapa asumsi yang digunakan untuk menganalisis penawaran uang sebagai berikut: 1. Yang dimaksud penawaran uang di sini adalah jumlah uang kartal dan uang giral yang beredar di masyarakat. 2. Melalui kebijakan moneter pemerintah mampu mempengaruhi jumlah uang beredar di masyarakat. Ada empat cara untuk mempengaruhi penawaran uang atau money supply, dari keempat cara akan sangat tergantung dari perundang-undangan yang berlaku dan kebiasaan masyarakat dalam mengadakan transaksi dengan bank dan transaksi surat-surat berharga sebagai berikut: a. Politik diskonto b. Operasi pasar terbuka c. Cash ratio (cadangan minimum bank umum) d. Kredit selektif 3. Sistem pengawasan devisa 4. Jumlah uang yang beredar di masyarakat dipengaruhi oleh neraca pembayaran luar negeri. 3

224 5. Jumlah uang yang dapat dipengaruhi oleh pemerintah adalah jumlah uang nominal bukan jumlah uang riil dan diasumsikan tidak ada perubahan harga sehingga asumsi ini pemerintah juga mampu mempengaruhi jumlah uang riil. 6. Teori Nilai Uang Ada beberapa faktor yang mempengaruhi turun naiknya nilai uang, faktor tersebut dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: 1. Jumlah uang yang beredar atau penawaran uang 2. Kecepatan uang yang beredar atau permintaan uang 3. Jumlah barang yang diperdagangkan. Meskipun demikian secara teori uang mempunyai nilai yang berubah-ubah, dan para pemikir ekonomi mempunyai pengertian yang berbeda pula mengenai nilai uang, yang akan kita bahas pada bab ini sebagai berikut: 1. Teori Barang Inti ajaran teori barang ini adalah bahwa uang berasal dari barang sehingga orang beranggapan bahwa uang harus memiliki nilai nominal yang sama dengan nilai intrinsiknya (full bodied money). Teori barang dibahas oleh tiga golongan sebagai berikut: a. Golongan Metalistik (Logam) Golongan ini berpendapat bahwa uang yang dapat diterima masyarakat adalah uang yang dibuat dari logam. Karena uang berasal dari logam murni, nilai intrinsiknya akan sama atau mendekati nilai nominalnya. Jadi nilai uang didasarkan pada nilai intrinsik. Teori ini dibahas oleh Adam Smith, David Ricardo dan John Stuart Mill. b. Golongan Nonmetalistik (Bukan Logam) Golongan ini berpendapat bahwa uang terbuat dari barang, namun tidak berdasarkan pada logam untuk membuat uang tersebut atau nilai intrinsiknya. Nilai uang ditentukan oleh kegunaannya sebagai alat tukar. Tokoh ekonomi yang termasuk golongan nonmetalistik adalah kaum Austria. Teori ini disebut juga dengan teori nilai batas. c. Golongan Nominalis 4

225 Golongan ini berpendapat bahwa nilai uang tidak didasarkan pada nilai bahan untuk membuat uang tersebut, tetapi didasarkan pada kemampuan daya beli uang itu sendiri, sehingga nilai tukar sangat relatif. Ada beberapa golongan nominalis, yaitu: 1) Teori kartalisme dan nominalis ortodoks Teori ini beranggapan bahwa nilai uang ditetapkan oleh pemerintah atau negara yang merupakan kesepakatan antara pemerintah dan masyarakat yang menjadikan uang sebagai alat kesatuan hitung. 2) Teori konvensi (perjanjian) Thomas Aquinas mengartikan bahwa nilai uang ditentukan oleh adanya kesepakatan antara pemerintah dengan masyarakat untuk mempermudah pertukaran. 3) Teori fungsi Teori ini dikemukakan oleh David Humme bahwa nilai uang bukan didasarkan pada nilai intrinsiknya, tetapi didasarkan pada nilai tukar atau daya beli uang itu sendiri. 4) Teori kepercayaan Teori ini beranggapan bahwa uang mempunyai nilai karena masyarakat percaya bahwa yang mereka miliki dapat ditukarkan dengan barang maupun jasa yang diperjual belikan. 5) Teori klaim Teori ini mengemukakan bahwa uang mempunyai daya beli pada setiap transaksi pembelian/penjualan barang, sedangkan barang yang diperjual belikan kemungkinan ada cacat tersembunyi, maka dapat penjual dituntut ganti rugi atau menukar barang lain. Tokoh dalam teori ini adalah John Stuart Mill, Schumpeter dan Bardixon. 2. Teori Kuantitas a. Teori Kuantitas dari David Ricardo Teori kuantitas Ricardo dikenal dengan teori kuantitas sederhana, dalam teori ini Ricardo menyatakan bahwa nilai uang tergantung dari jumlah uang yang beredar 5

226 di masyarakat. Semakin banyak jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka semakin tinggi harga barang. Sebaliknya semakin sedikit jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin rendah harga barang-barang. Jika uang yang beredar naik dua kali lipat maka harga pun akan naik dua kali lipat pula dan sebaliknya. Dengan kata lain jumlah uang proporsional terhadap harga. Jumlah uang yang beredar dirumuskan sebagai berikut: M = k.p atau P = 1 k.m Keterangan: M (money) = jumlah uang yang beredar P (Price) = tingkat harga barang k = konstanta (faktor tetap bila segala sesuatu tidak berubah) b. Teori Kuantitas dari Irving Fisher Irving Fisher mengatakan bahwa nilai uang sangat dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar, kecepatan peredaran uang, dan jumlah barang yang diperdagangkan. Untuk mengetahui tingkat harga dan sekaligus mengetahui kemampuan daya beli uang dapat digunakan rumus sebagai berikut: M x V = P x T Keterangan: M (money) = Jumlah uang yang beredar V (velocity of circulation) = Kecepatan perputaran uang P (price) = Tingkat harga T (trade of goods) = Jumlah barang yang diperdagangakan Selanjutnya, Irving Fisher menyempurnakan rumus pertamanya, yaitu dengan memasukkan unsur uang giral. Jika uang kartal adalah M, maka untuk uang giral adalah M 1. Demikian pula kecepatan peredarannya (V), ia memasukkan kecepatan 6

227 peredaran uang giral, yakni V 1, sehingga rumus kedua dari Irving Fisher adalah sebagai berikut: (M x V) + (M 1 x V 1 ) = P x T Keterangan: M 1 = uang giral V 1 = kecepatan perputaran uang giral. Contoh: M = Rp ,00 V = 15 M 1 = Rp ,00 T = Berapakah tingkat harga (P)? Jawab: (M x V) + (M 1 x V 1 ) = P x T ( ,00 x 15) + ( ,00 x 6) = P x , ,00 = P c. Teori Kuantitas dari D.H. Robertson P = Rp ,00 Robertson melihat nilai uang dari segi cash balance (jumlah uang yang disimpan untuk persediaan kas atau lama rata-rata menganggur). V dalam rumus Fisher diubah menjadi K dalam cash balance approach. K adalah kebalikan dari V. Jika V menunjukkan berapa kali tiap rupiah berpindah tangan yang satu ke tangan yang lain dalam suatu jangka waktu tertentu, maka K menunjukkan berapa lama rata-rata tiap rupiah berhenti/ menganggur di dalam kas untuk jangka waktu tertentu. Rumus dari Robertson sebagai berikut: M = K x T x P atau P = M TK Keterangan: M (money) = jumlah uang yang beredar T (trade of goods) = jumlah barang yang diperdagangkan P (price) = tingkat harga K = lama rata-rata uang menganggur di kas d. Teori Kuantitas dari Alfred Marshall Teori dari Marshall menyoroti hubungan antara jumlah uang dengan pendapatan nasional. Teori ini menyebutkan bahwa tinggi rendahnya nilai uang 7

228 tergantung pada jumlah uang yang disimpan (ditahan) untuk persediaan kas. Rumus Marshall adalah sebagai berikut: M = ky Keterangan: M = jumlah uang yang beredar Y = pendapatan uang k = koefisien yang mengatur keseimbangan antara kedua sisi persamaan Y = PO, P (price) dikalikan dengan O (hasil produksi) Berdasarkan rumus Marshall tersebut maka ia menitik beratkan perhatian pada hubungan antara perubahan M dengan perubahan pendapatan (Y). Perubahan permintaan terhadap uang untuk disimpan dalam kas membawa pengaruh terhadap pendapatan dan harga. Naiknya permintaan akan uang sebagai persediaan kas membawa pengaruh turunnya pendapatan dan kemudian diikuti turunnya harga barang. e. Teori Pendapatan oleh J.M. Keynes Teori dari Keynes merupakan penyempurnaan dari teori kuantitas yang dikemukakan oleh Irving Fisher, sebagai berikut: MV y = P y T y Keterangan: M = jumlah uang V y = kecepatan peredaran pendapatan uang P y = harga rata-rata barang dan jasa T y = jumlah barang dan jasa yang diperdagangkan Jumlah Uang yang Beredar (M) Secara mudah dan sederhana dapat dikatakan bahwa jumlah uang yang beredar adalah total persediaan uang dalam suatu perekonomian pada suatu saat tertentu (dalam satu tahun anggaran). Jadi, berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa jumlah yang beredar itu bukanlah uang yang hanya beredar dan berada di tangan masyarakat, tetapi dalam pengertian keseluruhan jumlah uang yang dikeluarkan secara 8

229 resmi, baik oleh bank sentral berupa uang kartal maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan, valas, dan sebagainya). Jumlah uang beredar dalam arti sempit dan sering dinotasikan M 1 adalah berupa uang kartal dan giral, sedangkan uang beredar dalam arti luas adalah M 1 ditambah dengan uang kuasi (terkadang disebut juga near money), yaitu deposito berjangka pendek, pinjaman semalam antar bank, tabungan dan rekening valas pihak swasta domestik. Dalam arti lebih luas lagi disebut M 3, yaitu M 2 ditambah sertifikat deposito. Total uang beredar (penawaran uang) adalah sebesar: M 1 + M 2 + M Mn = M t 7. Sistem Standar Moneter Standar moneter atau standar mata uang adalah benda yang dijadikan sebagai dasar dalam menentukan perbandingan nilai uang pada suatu negara. Setiap negara mempunyai standar sebagai penentuan nilai mata uang yang berbeda-beda. Jenis-jenis Sistem Standar Moneter a. Standar Tunggal Standar tunggal (mono metalism) adalah sistem standar moneter yang didasarkan pada satu jenis logam saja. Negara yang memakai standar tunggal umumnya menetapkan bahwa negara tersebut hanya memakai satu mata uang yang berlaku sebagai alat tukar. Benda yang digunakan sebagai uang standar dapat berupa emas atau perak. Pada standar tunggal ada kecenderungan nilai mata uang sama dengan nilai intrinsiknya. Jika suatu negara mendasarkan pada nilai perak maka disebut standar perak dan bila nilai uang didasarkan pada nilai emas maka disebut standar emas. Oleh sebab itu orang bebas membuat/mengubah emas atau perak untuk dijadikan mata uang. Jika yang dipakai adalah standar emas maka ada tiga kategori yaitu (1) standar emas penuh (full gold standar) yaitu uang sepenuhnya terbuat dari emas, maka pemerintah mengizinkan masyarakat untuk mengubah emas menjadi mata uang; (2) standar inti emas (gold bullion standar) yaitu hak masyarakat untuk mengubah emas menjadi mata uang dicabut namun pemerintah tetap bersedia 9

230 memperjual belikan emas sesuai dengan undang-undang dalam jumlah tidak terbatas; (3) dan standar wesel emas (gold exchange standar) yaitu bank sentral tidak menukar emas dengan uang kertas, namun emas disimpan sebagai persediaan untuk membeli saham-saham investasi luar negeri. Jadi saham tersebut dapat disamakan dengan emas yang berfungsi sebagai alat pembayar ke luar negeri. b. Standar Kembar Sistem standar kembar (bimetallism) adalah sistem keuangan yang menggunakan dua jenis standar mata uang yaitu standar emas dan standar perak secara bersamasama. Hal ini dilakukan untuk mencegah kurangnya supply salah satu logam. Perbandingan antara nilai mata uang emas dan nilai mata uang perak ini ditetapkan oleh pemerintah dengan undang-undang. Kelemahan standar Kembar dikemukakan oleh Gresham yang intinya bahwa mata uang perak akan mengusir mata uang emas dari peredaran (mata uang yang jelek akan mengusir mata uang yang baik dari peredaran atau bad money drives out good money. c. Standar Pincang Negara yang menganut sistem standar pincang adalah negara yang menetapkan satu logam saja yang dipakai sebagai dasar untuk menetapkan nilai mata uang menurut undang-undang. Dalam pelaksanaannya, di negara tersebut tetap beredar logam lain yang bukan merupakan mata uang standar tetapi berlaku sah sebagai alat pembayaran. Misalnya, suatu negara menetapkan emas sebagai standar mata uang yang sah, tetapi di negara tersebut selain mata uang emas beredar pula mata perak sebagai alat pertukaran/pembayaran yang sah. Standar Tunggal Standar Logam Standar Kembar Emas penuh Inti emas Wesel emas penuh Standar Pincang 10

231 Kelebihan Standar Emas 1. Nilai uang emas stabil dan convertible (mata uang yang dapat ditukarkan), nilai uang atau kurs uang mungkin hanya naik atau turun sedikit saja karena kestabilan tersebut. Hal ini akan mendorong dan meningkatkan perdagangan internasional. 2. Standar emas sederhana dan secara otomatis menyeimbangkan antara defisit dan surplus, karena: a. Persediaan emas stabil dan sulit meningkatkan persediaan emas secara mendadak karena ongkos produksinya mahal, dengan demikian emas yang ditawarkan akan tetap stabil. b. Permintaan akan emas relatif stabil, emas untuk tujuan industri, untuk disimpan di rumah dan untuk tujuan lain tidak menunjukkan perubahan yang menyolok baik permintaan dan penawaran sehingga harganyapun juga stabil. c. Hutang piutang yang terjadi antar negara mudah diselesaikan dengan standar emas. 3. Dengan standar emas hubungan ekonomi internasional dan perdagangan internasional akan saling menguntungkan antar negara karena nilainya yang stabil. Kekurangan Standar Emas Di samping ada beberapa kelebihan pada standar emas, namun juga terdapat beberapa kekurangan sebagai berikut: 1. Sistem standar emas ternyata tidak secara otomatis. Bagi negara maju pengaruh masuknya terhadap peredaran uang menjadi terbatas. Emas yang masuk pada negara tersebut tidak otomatis menjadikan naiknya impor. Sifat otomatis hanya berlaku pada negara berkembang yang tergantung pada emas. Pada akhirnya ada negara yang memiliki emas berlebih dan ada negara yang kehabisan emas. 2. Negara yang mengeluarkan emas harus mengurangi kreditnya dan untuk memperoleh kembali cadangan emasnya, sebaliknya negara penerima emas harus memperluas kredit, perluasan kredit di suatu negara berhubungan erat dengan kemampuan para penanam modal untuk menginvestasikan uang tersebut. Dengan demikian negara penerima emas akan menghadapi inflasi dan negara yang mengeluarkan emas akan menghadapi masalah pengangguran. 11

232 3. Ekonomi dapat berjalan baik jika cadangan emas banyak, hal ini menjadi masalah bagi negara bukan penghasil emas. Pada saat emas tidak cukup untuk menutupi semua transaksi, maka akan terjadi krisis dan hubungan ekonomi internasional tidak berjalan sesuai dengan harapan. d. Standar Kertas Standar kertas adalah sistem keuangan di setiap nilai satuan uang tidak lagi ditentukan dengan berat tertentu logam mulai/emas. Bila negara menetapkan standar kertas sebagai dasar dalam menetapkan nilai mata uang, berarti negara tersebut menggunakan uang kertas sebagai alat pembayaran yang sah. Penetapan nilai mata uang tersebut semata-mata bukan karena nilai intrinsiknya, tetapi karena adanya kepercayaan masyarakat. Untuk menjaga kepercayaan masyarakat, pencetakan uang kertas harus didukung oleh adanya cadangan emas (safety gold) sebagai jaminan (agunan) yang diberikan oleh lembaga pembuat uang kertas tersebut. Lebih tegas lagi bahwa jaminan bank sentral hanya merupakan peringatan bagi penguasa moneter atau di Indonesia adalah Bank Indonesia. Sistem keuangan seperti ini kita jumpai di Indonesia saat ini. Kelebihan Standar Kertas a. Bahan untuk membuat uang kertas murah dan mudah memperolehnya. b. Uang kertas cenderung lebih stabil. c. Uang kertas ringan dan mudah dibawa atau dipindah-pindah dengan aman. d. Walaupun dari kertas tidak mudah dipalsukan. Kekurangan Standar Kertas a. Pecetakan uang kertas murah dan mudah dapat menimbulkan jumlah uang yang beredar melebihi kebutuhan dan berakibat inflasi. b. Sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat, bila kepercayaan masyarakat terhadap uang menurun, maka uang tidak bernilai. c. Untuk mencapai kestabilan nilai uang lebih rumit karena harus menerapkan kebijakan moneter yang harus diikuti kebijakan fiskal, dan non moneter. INFLASI 12

233 Inflasi adalah gejala kenaikan tingkat harga umum dari barang atau jasa serta faktor-faktor produksi secara terus-menerus. Sedang deflasi adalah suatu proses atau peristiwa penurunan tingkat harga secara umum. Jenis Inflasi Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan berdasarkan tingkat keparahannya atau derajatnya sebagai berikut: Timbulnya Inflasi No. Jenis Inflasi Persentase 1 Inflasi ringan Di bawah 10% setahun 2 Inflasi sedang 10% - 30% setahun 3 Inflasi tinggi 31% - 100% setahun 4 Hyper inflasi Di atas 100% setahun 1. Menurut Penyebabnya a. Demand pull inflation (Inflasi karena kenaikan permintaan) Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya permintaan masyarakat terhadap berbagai barang hasil produksi di pasar barang. Akibatnya akan menarik (pull) kurva permintaan ke arah kanan atas, sehingga terjadi kelebihan permintaan (excess demand). b. Cost push inflation (Inflasi karena kenaikan biaya produksi) Yaitu inflasi yang disebabkan karena bergesernya kurva penawaran ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan adalah meningkatnya harga faktorfaktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikan harga barang. 2. Menurut Asalnya a. Domestic Inflation (Inflasi berasal dari dalam negeri) Yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik sektor riil maupun sektor moneter di dalam negeri oleh pelaku ekonomi di masyarakat. b. Imported Inflation (Inflasi berasal dari luar negeri) Yaitu inflasi yang disebabkan adanya kenaikan harga barang di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan) menyebabkan kenaikan harga di dalam negeri. Inflasi ini hanya 13

234 dapat terjadi pada negara adanya aktivitas perdagangan internasional (dua negara atau lebih). Sumber-sumber Inflasi di Indonesia Apabila ditelaah lebih lanjut, terdapat beberapa faktor utama yang menjadi penyebab timbulnya inflasi di Indonesia, yaitu: 1. Jumlah Uang Beredar 2. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah 3. Faktor-faktor dalam Penawaran dan Luar Negeri a. Imported Inflation b. Administrated Goods c. Output Gap d. Interest rate Cara Mengatasi Inflasi Secara teori cara mengatasi inflasi berhubungan erat dengan perubahan nilai uang. Kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi inflasi sebagai berikut: 1. Kebijakan Moneter a. Politik Diskonto b. Politik Pasar Terbuka c. Menaikkan Cash Ratio (persediaan kas minimum) 2. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal ditempuh melalui pengaturan pengeluaran pemerintah dan perpajakan sebagai berikut: a. Mengurangi pengeluaran pemerintah, maka permintaan secara keseluruhan (agregat) dapat berkurang. b. Menaikkan pajak 3. Kebijakan Non Moneter Kebijakan ini tidak termasuk dalam kebijakan moneter mapun fiskal, sering disebut juga dengan kebijakan riil. a. Meningkatkan hasil produksi b. Mengendalikan harga Cara Mengatasi Inflasi di Indonesia 14

235 1. Meningkatkan Supply Bahan Pangan 2. Mengurangi Defisit APBN 3. Meningkatkan Cadangan Devisa 4. Memperbaiki dan Meningkatkan Kemampuan Sisi Penawaran Agregat. Cara Menghitung Inflasi Angka inflasi dihitung berdasrkan angka indeks yang dikumpulkan dari beberapa macam barang yang diperjual belikan di pasar dengan masing-masing tingkat harga. Barang-barang yang dimaksud adalah barang yang paling banyak dan merupakan kebutuhan pokok utama bagi masyarakat. Berdasarkan data harga itu disusunlah suatu angka yang di indeks. Angka indeks yang digunakan adalah indeks harga konsumen (IHK). Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI). Berdasarkan indeks harga konsumen dapat dihitung berapa besarnya laju kenaikan harga-harga secara umum dalam periode tertentu (1 bulan, 3 bulan atau 1 tahun). Adapun rumus untuk menghitung laju inflasi sebagai berikut: IHKn IHK Inflasi IHK n 1 n 1 X 100% Dampak Inflasi terhadap Masyarakat Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian suatu negara. Beberapa dampak adanya inflasi sebagai berikut: 1. Dampak Inflasi bagi Masyarakat Berpenghasilan Tetap dan Tidak Tetap Bagi masyarakat yang mempunyai penghasilan tetap inflasi sangat merugikan, sebagai contoh pegawai negeri, pensiunan. Ini disebabkan bahwa dalam inflasi harga barang-barang naik, sedangkan gaji tetap atau dengan kata lain penghasilan riil turun. Sebaliknya dengan orang yang mempunyai penghasilan dari keuntungan perusahaan seperti pengusaha, tidak begitu terasa, karena tinggal menaikkan harga produk mengikuti besarnya inflasi bahkan pengusaha tersebut cenderung memanfaatkan kesempatan menaikkan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran sehingga harga akan terus menerus naik. Namun perlu diperhatihatikan oleh produsen, bila inflasi berkepanjangan maka produsen banyak yang bangkrut atau menutup 15

236 perusahaannya karena biaya produksi mahal sehingga harga produk menjadi mahal, sedangkan daya beli masyarakat menurun akibat kenaikan harga barang secara terus menerus. 2. Dampak Inflasi bagi Masyarakat Luas a. Harga barang yang naik terus menerus membuat masyarakat panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena di satu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong barang, sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang, akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya. b. Masyarakat/penabung di bank banyak yang menarik tabungannya guna membeli dan menumpuk barang, akibatnya bank kekurangan dana dan berdampak pada tutup atau bangkrut atau rendahnya dana investasi yang tersedia sehingga menyebabkan perekonomian tidak stabil penuh kekacauan. c. Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang. e. Jurang antara masyarakat miskin dan kaya semakin lebar dan curam (nyata) yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan sosial dan ekonomi yang pada gilirannya dapat terjadi penjarahan, perampasan/perampokan, anarkis dan stabilitas keamanan secara umum akan terganggu. B. PERAN BANK UMUM DAN BANK SENTRAL Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpun dana ini, bank sering pula disebut lembaga kepercayaan. Berbeda dengan usaha lain, bank senantiasa berkaitan dengan uang, karena memang komoditi usaha bank adalah bank. Sejalan dengan karakteristik usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. Pengaturan secara ketat oleh penguasa moneter terhadap kegiatan perbankan ini tidak terlepas dari perannya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar yang merupakan salah satu pengaturan oleh penguasa moneter dengan menggunakan berbagai piranti kebijakan moneter. 16

237 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank Sentral (Bank Indonesia) Bank sentral adalah lembaga keuangan yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah dengan fungsi utama sebagai penerbit dan penguasa tunggal uang yang diakui sebagai alat pembayaran yang sah dan mengendalikan sistem perbankan di mana bank sentral tersebut berada (di Indonesia bank sentral adalah Bank Indonesia atau BI ) Selain fungsi utama di atas, bank sentral juga diberi tugas oleh pemerintah untuk hal-hal berikut: 1. Bertindak sebagai bank kepada pemerintah. 2. Sebagai bank kepada bank umum. 3. Mengawasi bank umum. 4. Regulator pasar uang/valuta asing (valas). 5. Mencetak, mengedarkan dan menarik uang. Bank Umum Menurut UU No. 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum sering disebut juga bank komersial, sumber dana utama yang dimiliki oleh bank umum adalah dana masyarakat (pegiro/penabung atau pemakai jasa bank tersebut). Fungsi Bank Umum 1. Sebagai Agen Pembangunan 2. Sebagai Pembuat dan Pengedar Uang Giral 3. Sebagai Perantara Transaksi Perdagangan Luar Negeri Bank Syariah 17

238 Prakarsa untuk mendirikan bank Islam di Indonesia dilakukan tahun Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua Bogor Jawa Barat, dibentuk kelompok yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan kosultasi dengan semua pihak terkait. Bank Muamalat didirikan pada tanggal 1 November 1991 dengan modal disetor awal sebesar Rp ,00. Dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September 1999, Bank Muamalat Indonesia memiliki lebih dari 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, dan Makasar. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan sebagai bank dengan sistem bagi hasil, tidak terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis usaha yang diperbolehkan. Hal ini jelas tercermin dari UU No. 7 Tahu 1992, di mana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu dan merupakan sisipan belaka. Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Syariah 18 Bank Konvensional 1. Melakukan investasi yang halal-halal saja. Investasi yang halal dan haram. 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa. Memakai perangkat bunga. 3. Profit dan falah oriented. Profit oriented. 4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan. Hubungan dengan nasabah dalam hubungan kreditur debitur. 5. Penghimpun dan penyaluran dana harus Tidak terdapat dewan sejenis. sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas syariah. Perbedaan Bunga Bank dengan Bagi Hasil Bunga Bank (Interest) 1. Penentuan bunga dibuat oleh bank pada waktu perjanjian diadakan tanpa berdasar-kan pada untung atau rugi 2. Jumlah persentase bunga berdasarkan bunga berdasarkan jumlah uang atau modal yang ada. 3. Pembayaran bunga tetap bahkan naik seperti yang ada pada perjanjian tanpa mengambil pertimbangan apakah proyek yang dilaksana-kan pihak kreditor/investor mengalami kerugian atau keuntungan. 4. Jumlah pembayaran bunga kepada penabung tidak akan meningkat meskipun Bagi Hasil (Mudharabah) Penentuan bagi hasil dibuat oleh bank pada waktu perjanjian diadakan dengan berdasarkan pada untung atau rugi. Jumlah nisbah/persentase bagi hasil berdasarkan keuntungan yang telah dicapai. Bagi hasil tergantung pada hasil proyek. Jika proyek tidak mengalami keuntungan atau bahkan mengalami kerugian, risikonya ditanggung kedua belah pihak (bank dan investor) Jumlah pemberian bagi hasil kepada penabung meningkat sesuai dengan peningkatan

239 keuntungan bank meningkat. Sumber: Brosur Artikel Bank Muamalat, 1996 keuntungan yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara Konvensional atau berdasarkan pimpinan syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Indonesia mendorong kerjasama (linkage program) antara Bank Umum dan BPR dalam rangka penyaluran kredit kepada usaha kecil dan mikro (UKM). Kegiatan usaha yang dapat dilakukan BPR 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; 2. Memberikan kredit; 3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain. Kegiatan usaha yang dilarang dilakukan BPR 1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran; 2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing; 3. Melakukan penyertaan modal; 4. Melakukan usaha perasuransian; 5. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh BPR. C. PERPAJAKAN 1. Pengertian Pajak dan Fungsinya Ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yakni sebagai berikut: 19

240 1. Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara, artinya yang berhak memungut pajak adalah negara, dengan alasan apapun swasta atau masyarakat tidak boleh memungut pajak. 2. Pemungutan berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan), artinya apabila hutang pajak, hutang tersebut dapat ditagih dengan paksa dan kekerasan dan harus diatur dengan undang-undang. 3. Tanpa jasa timbal balik (kontra prestasi) langsung dari negara, artinya jasa timbal balik yang diberikan negara kepada rakyatnya tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan besarnya pajak yang dibayar oleh rakyat. Pemerintah memberikan pelayanan yang ditujukan kepada seluruh rakyat. 4. Untuk membiayai pembangunan negara, artinya bahwa pajak yang dibayar oleh rakyat digunakan oleh negara untuk membiayai pembangunan negara yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Fungsi Pajak Pajak yang dipungut oleh pemerintah bukan untuk memberi beban kepada para wajib pajak, tetapi pajak tersebut mempunyai fungsi: 1. Fungsi Budgeter 2. Fungsi Reguler (mengatur) 3. Fungsi sebagai Alat Pemerataan Pembagian Pendapatan Nasional (Redistribusi) Syarat Pemungutan Pajak 1. Pemungutan pajak harus adil 2. Pemungutan pajak berdasarkan undang-undang 3. Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian 4. Pemungutan pajak harus efisien 5. Pemungutan pajak harus sederhana Macam-Macam Pajak 1. Ditinjau dari cara pemungutannya. 20

241 1) Pajak langsung 2) Pajak tidak langsung, 2. Ditinjau dari obyek yang dikenakan pajak. 1). Pajak subyektif 2). Pajak obyektif 3. Ditinjau dari lembaga pemungutnya 1). Pajak Pusat 2). Pajak Daerah Asas Pemungutan Pajak 1. Menurut Adam Smith memungut pajak hendaknya memperhatikan 4 asas sebagai berikut: 1) Asas keadilan atau asas kemampuan bayar (Ability to Payment) 2) Asas Kepastian (Certainty) 3) Asas Kesenangan atau Pemungutan pajak tepat waktu (Convenience of Payment) 4) Asas Ekonomi atau efisien (Economy or efficiency) 2. Menurut W.J. Langen, mengemukakan asas-asas pemungutan pajak sebagai berikut. 1) Asas Kesamaan 2) Asas Daya Pikul 3). Asas Manfaat 4). Asas Kesejahteraan 5). Asas Beban yang sekecil-kecilnya 6). Asas Pelaksanaan 3. Menurut Adolf Wagner, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut: 1) Asas Politik Finansial 2). Asas Ekonomis 3). Asas Keadilan 4). Asas Administrasi 5). Asas Yuridis 21

242 Sistem Pemungutan Pajak Sifat adil yang harus tercermin dalam sistem pemungutan pajak dapat terlaksana, ada tiga (3) alternatif dalam sistem pemungutan pajak yaitu: 1. Sistem pemungutan pajak proporsional 2. Sistem pemungutan pajak progresif. 3. Sistem pemungutan pajak degresif. 2. Pungutan Resmi Selain Pajak Selain pajak ada beberapa pungutan resmi lainnya yang merupakan sumber pendapatan negara dan daerah antara lain: 1. Bea Ekspor dan Bea Impor 2. Cukai 3. Retribusi 4. Iuran Pembangunan Daerah (Ipeda) 3. Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 1. Pajak Penghasilan (PPh) Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan usaha. Pajak penghasilan diatur dalam Undang-undang No. 17 tahun Pajak penghasilan Pasal 21 UU No. 17 tahun 2000 adalah pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dengan nama dan bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Sedangkan pajak penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah pajak penghasilan atas deviden, bunga termasuk premi, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, royalty, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan, hadiah dan penghargaan pensiun dan pembayaran berkala lainnya yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia. Subyek pajak penghasilan (PPh) adalah: a. Orang pribadi 22

243 b. Warisan yang belum terbagi sebagai kesatuan menggantikan yang berhak. c. Badan usaha, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, bentuk badan usaha lainnya atau sejenisnya. d. Bentuk usaha tetap, adalah bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Yang tidak termasuk subyek pajak penghasilan adalah: a. Badan Perwakilan negara asing. b. Pejabat-pejabat Perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing. c. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat: - Indonesia menjadi organisasi tersebut. - Tidak menjalankan usaha atau tuntutan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota. d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan melalui keputusan Menteri Keuangan. Obyek pajak penghasilan (PPh) Yang termasuk obyek pajak ini antara lain gaji, upah, honorarium, deviden, bunga deposito, royalty, sewa, premi asuransi dan lain-lain yang diatur dalam undang-undang. Menghitung Pajak Penghasilan & Tarif Pph 21 Terbaru 2016 Pajak Penghasilan Pribadi Setiap warga negara Indonesia yang memiliki penghasilan dan sesuai dengan Undang- Undang No. 36 tahun 2008 maka diwajibkan untuk membayar pajak atas penghasilan bruto yang diperolehnya. 23

244 Undang-Undang Pajak Penghasilan Pajak penghasilan pertama kali diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 dan beberapa kali mengalami amandemen dan perubahan sebagai berikut: Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tarif Pajak Penghasilan Pph 21 Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008, tarif pajak penghasilan pribadi perhitungannya dengan menggunakan tarif progresif sebagai berikut: Penghasilan Netto Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan 50 juta 5% 50 juta sampai dengan 250 juta 15% 250 juta sampai dengan 500 juta 25% Diatas 500 juta 30% Artikel Terkait : Cara menghitung Pajak Badan PPh Pasal 25 dan 29 Terbaru 2016 Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Tahun 2015 Masyarakat Indonesia saat ini yang memiliki penghasilan rendah wajib bersyukur dengan adanya peraturan pemerintah baru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015 mengenai tarif penyesuaian besarnya penghasilan tidak Kena Pajak (PTKP). Perubahan tarif PTKP setahun sebelumnya Rp. 24,3 juta menjadi sebesar Rp. 36 juta (3 juta per bulan) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi, dan berlaku efektif untuk tahun Pajak 2015 atau per tanggal 1 Januari Perhitungan Perubahan PTKP terbaru Tahun 2015 Wajib Pajak Tidak Kawin dan memiliki tanggungan Uraian Status PTKP Wajib Pajak TK ,- + Tanggungan 1 TK ,- 24

245 + Tanggungan 2 TK ,- + Tanggungan 3 TK ,- Wajib Pajak Kawin dan memiliki anak / tanggungan Uraian Status PTKP + WP Kawin K ,- + Tanggungan 1 K ,- + Tanggungan 2 K ,- + Tanggungan 3 K ,- Wajib Pajak Kawin, istri memiliki penghasilan dan digabung dengan suami Uraian Status PTKP + WP Kawin K/I/ ,- + Tanggungan 1 K/I/ ,- + Tanggungan 2 K/I/ ,- + Tanggungan 3 K/I/ ,- Catatan: Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak - PTKP 2016 Usul kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk Wajib Pajak yang semula Rp.36 juta berubah menjadi Rp.54 juta pertahun (setara dengan Rp. 4,5 juta per bulan) telah disetujui DPR. Menurut Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro, PTKP ini akan diberlakukan mulai Bulan Juni 2016 mendatang, dan perhitungannya berlaku surut mulai dari Bulan Januari Kalau diperhatikan dan dianalisa kenaikan PTKP 2016 ini lebih kurang 50% dari PTKP 2015, dan kenaikan PTKP 2015 juga demikian lebih kurang 50% dari PTKP 2014 (data aktual PTKP 2014 : 24,3 juta, 2015 : 36 juta, 2016 : 54 juta). Kenaikan PTKP 2016 ini ditanggapi positip dari berbagai kalangan masyarakat terutama karyawan atau buruh yang saat ini masih memperoleh penghasilan lebih kurang senilai Upah Minimum Regional (UMR). Dengan adanya penyesuaian tarif PTKP 2016 ini secara hitungan matematis sudah pasti menyebabkan pendapatan negara dari Wajib Pajak orang pribadi akan turun, namun diharapkan dengan adanya kenaikan tarif ini dapat mensejahterakan masyarakat kurang mampu dan meningkatkan kesadaran bagi Wajib Pajak untuk melapor SPT PPh sesuai dengan penghasilan yang diperolehnya. Perhitungan Perubahan PTKP 2016 Terbaru : 25

246 PTKP 2016 bagi Wajib Pajak Tidak Kawin dan memiliki tanggungan Uraian Status PTKP Wajib Pajak TK ,- + Tanggungan 1 TK ,- + Tanggungan 2 TK ,- + Tanggungan 3 TK ,- PTKP 2016 bagi Wajib Pajak Kawin dan memiliki anak / tanggungan Uraian Status PTKP + WP Kawin K ,- + Kawin Anak 1 K ,- + Kawin Anak 2 K ,- + Kawin Anak 3 K ,- Catatan: PTKP 2016 bagi Wajib Pajak Kawin, penghasilan istri digabung dengan suami Uraian Status PTKP + WP Kawin K/I/ ,- + Kawin Anak 1 K/I/ ,- + Kawin Anak 2 K/I/ ,- + Kawin Anak 3 K/I/ ,- Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang TK : Tidak Kawin K : Kawin K/I : Kawin dan penghasilan pasangan digabung Cara Menghitung Pajak Penghasilan Pph 21 Tahun 2015 Untuk menghitung pajak penghasilan Pph 21 langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Hitung penghasilan bruto Anda dalam sebulan, seperti gaji pokok ditambah dengan tunjangan-tunjangan lainnya. Hitung Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), sesuai dengan status Anda. Hitung pengurang lainnya seperti : Tunjangan Biaya Jabatan 5% & Iuran Pensiun 5% dari penghasilan bruto, catatan: Tunjangan Biaya Jabatan Maksimal Rp. 6 juta per tahun, dan Tunjangan Iuran Pensiun maksimal 2,4 juta per tahun. Hitung Penghasilan netto Anda : Penghasilan Bruto PTKP Iuran Jabatan & Pensiun. Kalikan Penghasilan Netto dengan tarif Pajak Penghasilan yang berlaku. 26

247 Contoh Menghitung Pajak Penghasilan Pph 21 Tahun 2015 Agar Anda dapat lebih memahami cara perhitungan pajak penghasilan, berikut ini kami berikan contoh perhitungan pajak penghasilan Pph 21: Misalnya A adalah seorang karyawan status kawin dengan anak 1, dengan data penghasilan sebagai berikut: Gaji Pokok Rp. 5 juta Tunjangan Transportasi, Uang Makan dan lain-lain : Rp. 2 juta Total Penghasilan Bruto : Rp. 7 juta Dari data di atas perhitungan pajak penghasilan Pph 21 atas penghasilan dalam setahun adalah sebagai berikut: (dalam Rupiah) Gaji Pokok Tunjangan Penghasilan-Bruto Pengurangan (-) PTKP Biaya Jabatan Iuran Pensiun Total Penghasilan Kena Pajak-Netto Pajak Pph (5%) Per Tahun Pajak Pph (5%) Per Bulan , , , , , , , , , ,- Catatan : Perhitungan diatas dengan asumsi pegawai A memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP), namun apabila tidak memiliki NPWP maka wajib pajak tersebut dikenakan biaya tambahan 20% dari perhitungan normal. Apabila Karyawan A asumsi perhitungan Penghasilan Kena Pajak (Netto) di atas nilainya di atas Rp. 50 juta, maka tarif pajak disesuaikan dengan tabel pajak progresif di atas sesuai dengan undang-undang yang berlaku. 2. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 27

248 Subyek Pajak Pertambahan Nilai ( PPN) Subyek PPN adalah Pengusaha kena Pajak (PKP). Pengusaha yang dimaksud adalah orang pribadi atau badan usaha dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, dan melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Beberapa singkatan yang berkaitan dengan PPn dan PPnBM: a. BKP : Barang Kena Pajak b. JKP : Jasa Kena Pajak c. KPKN :Kantor Perbendahaan dan Kas Negara d. PKP : Pengusaha Kena Pajak e. SSP : Surat Setoran Pajak f. SPM : Surat Perintah Membayar Dasar Pemungutan Dasar Pemungutan PPN dan PPnBM adalah jumlah pembayaran yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah atau jumlah pembayaran yang dilakukan oleh KPKN sebagaimana disebut dalam SPM. Jumlah PPN atau PPN BM yang dipungut adalah: a. Dalam hal penyerahan BKP hanya terutang PPN, maka jumlah PPN yang dipungut adalah 10/110 bagian dan jumlah pembayaran. b. Dalam hal penyerahan BKP yang tergolong mewah dari pengusaha yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah tersebut, di samping terutang PPN juga terutang PPNBM, maka jumlah PPN dan PPnBM yang dipungut sebagai berikut: Dalam hal terutang PPnBM sebesar 20%, maka jumlah PPN yang dipungut sebesar 10/130 bagian dari jumlah pembayaran sedangkan jumlah PPnBM yang dipungut sebesar 20/130 bagian dari jumlah pembayaran. c. Dalam hal pembayaran berjumlah paling banyak Rp ,00 dan tidak merupakan jumlah yang terpecah-pecah, maka PPN dan PPnBM tidak perlu dipungut. Batas jumlah pembayaran sebesar Rp ,00 tersebut hendaknya diartikan termasuk PPN dan PPnBM. 28

249 3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan. Pajak ini merupakan pajak negara yang sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara lain digunakan untuk menyediakan fasilitas pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pajak bumi dan bangunan diatur dalam UU No. 12 tahun 1994 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari Menurut UU No. 12 tahun 1994 yang dimaksud bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa tambak perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan perairan untuk tempat tinggal dan tempat usaha. Obyek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Obyek PBB adalah bumi dan bangunan. Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya yang digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan perhitungan pajak yang terutang. Penentuan klasifikasi bumi/tanah meliputi: letak peruntukan pemanfaatan kondisi lingkungan Obyek yang pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah obyek pajak yang: 1. Digunakan untuk melayani kepentingan umum seperti tempat ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang dimaksud tidak untuk memperoleh keuntungan. 2 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau sejenis dengan itu. 3 Merupakan hutan lindung, hutan suaka lam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalian yang dikuasai desa dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak. 29

250 4 Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. 5 Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan. Subyek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Subyek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan memperoleh manfaat atas bumi serta memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan. Tarif pajak yang dikenakan obyek pajak bumi dan bangunan adalah 0,5%. Istilah-istilah yang terkait dengan Pajak Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pajak ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan undang-undang PBB. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat keputusan kepala kantor pelayanan pajak PBB mengenai besarmya pajak terutang yang harus dibayar dalam 1 (satu) tahun pajak. Nomor Obyek Pajak (NOP) adalah nomor identifikasi obyek pajak yang mempunyai karakteristik unik, permanent dan standar dengan satuan blok dalam wilayah desa atau kelurahan yang berlaku secara nasional. Zone Nilai Tanah (ZNT) adalah suatu wilayah/kelompok area tanah yang mempunyai nilai indikasi rata-rata (NIR) yang sama (dengan variasi +10%) dalam satu desa/ kelurahan. Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek pajak lain sejenis atau nilai perolehan baru. 30

251 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah bagi wajib pajak yang membuka rekening giro akan memperoleh NPWP tersebut. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) adalah nilai jual yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) adalah batas NJOP atas bumi dan atau bangunan yang tidak kena pajak, dalam UU No. 12 tahun 1994 NJOPTKP sebesar Rp ,00 (delapan juta rupiah) Referensi Nopirin Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE Mukhlis ekonomi Keuangan & Perbankan (Teori & Aplikasi), Jakarta: Salemba Empat. 31

252

253 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB VII Perdagangan Internasional Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

254

255 BAB VII PERDAGANGAN INTERNASIONAL Kompetensi Inti 1. Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi 2. Membedakan pendekatan-pendekatan Ekonomi Kompetensi Dasar 1. Menghitung keuntungan berjual beli mata uang dolar jika diketahui kurs beli dan kurs jual. 2. Disajikan data perbandingan kemampuan produksi dua barang di dua negara, peserta dapat menganalisis suatu negara ekspor atau impor. 3. Menganalisis dampak diimplementasikannya MEA terhadap produk dalam negeri yang memiliki daya saing tinggi A. Pengertian, Manfaat, dan Faktor Pendorong Perdagangan Internasional 1. Pengertian Perdagangan Internasional Dewasa ini banyak sekali barang-barang impor yang beredar di sekitar kita. Memang tidak ada negara yang dapat menghasilkan sendiri segala apa yang dibutuhkan. Suatu perekonomian (negara) yang terlibat secara luas dalam perdagangan internasional disebut perekonomian terbuka (open economy). Perdagangan internasional ditandai adanya ekspor impor. Tolok ukurnya adalah perbandingan ekspor dan impor terhadap total pendapatan nasional. Semakin besar rasio ekspor impor terhadap pendapatan nasional, maka dikatakan perekonomian lebih terbuka. 2. Manfaat Perdagangan Internasional a. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi/dipenuhi sendiri b. Memperluas pasar c. Mengimpor teknologi modern d. Memperoleh manfaat dari spesialisasi 3. Faktor-faktor yang Mendorong Perdagangan Internasional a. Adanya perbedaan harga b. Keanekaragaman kondisi geografis 1

256 c. Penghematan biaya d. Perbedaan selera B. Teori Perdagangan Internasional 1. Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage) Teori absolute advantage Adam Smith secara sederhana menggunakan teori tenaga kerja yang dapat dijelaskan berikut ini. Umpamakan hanya ada dua negara yang melakukan perdagangan, yaitu Amerika dan Brasilia. Keduanya menghasilkan dua jenis barang, yaitu gandum dan kentang. Untuk menghasilkan satu ton gandum, Amerika membutuhkan delapan orang tenaga kerja dan untuk menghasilkan satu ton kentang dibutuhkan empat orang tenaga kerja. Sedangkan di Brasilia, untuk menghasilkan satu ton gandum serta satu ton kentang masing-masing dibutuhkan sepuluh orang dan dua orang tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya, hal tersebut disajikan pada tabel berikut ini. Banyaknya Tenaga Kerja untuk Menghasilkan Barang Per Tonnya Barang Amerika Brasilia Gandum 8 10 Kentang 4 2 Coba perhatikan, untuk menghasilkan satu ton kentang, Brasilia memerlukan dua tenaga kerja. Sedangkan Amerika membutuhkan empat tenaga kerja. Dengan demikian dalam memproduksi kentang, tenaga kerja Brasilia lebih produktif dibandingkan tenaga kerja Amerika. Sebaliknya, untuk menghasilkan gandum, tenaga kerja Amerika lebih produktif dibandingkan tenaga kerja Brasilia karena di Amerika untuk memproduksi satu ton gandum cukup dengan delapan orang, sementara di Brasilia diperlukan sepuluh orang. 2. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) Perdagangan internasional juga bisa dilakukan oleh negara-negara meskipun tidak memiliki keunggulan absolut (mutlak). Hal inilah yang 2

257 dikemukakan oleh J.S. Mills dalam teori keunggulan komparatif atau comparative advantage. Spesialisasi dalam perdagangan internasional akan terjadi apabila masing-masing negara mempunyai keunggulan komparatif dalam menghasilkan suatu barang. C. Kebijakan Perdagangan Internasional Kebijakan perdagangan internasional mencakup segala tindakan atau kebijakan ekonomi pemerintah untuk mempengaruhi arah, komposisi, serta bentuk kegiatan ekspor/impor barang dan jasa yang tercatat dalam neraca perdagangan internasional. Beberapa tujuan kebijakan ekonomi internasional antara lain untuk menghindarkan dari pengaruh-pengaruh negara lain terutama pengaruh ekonomi; untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; untuk melindungi industri dalam negeri; untuk mencapai keseimbangan neraca pembayaran; serta untuk mendukung pembangunan ekonomi suatu negara. Di bawah ini akan diuraikan berbagai kebijakan perdagangan internasional. Beberapa diantaranya sudah tidak diperkenankan lagi karena melanggar prinsip perdagangan bebas dunia. 1. Kebijakan tarif Tarif merupakan pembebanan pajak (custom duties) terhadap barang-barang yang melewati batas suatu negara. Pembebanan tarif pada suatu komoditas akan berpengaruh pada pembentukan harga komoditas tersebut di negara tujuan. Semakin tinggi beban tarif yang dikenakan akan semakin tinggi harga jual komoditas tersebut. a. Penggolongan tarif 1) Bea ekspor (export duties) 2) Bea impor (import duties) b. Pembebanan tarif menurut jenisnya 1) Ad valorem duties 2) Specific duties 3

258 3) Specific ad valorem atau compound duties 2. Kebijakan kuota Kebijakan perdagangan internasional yang selanjutnya adalah kuota. Kuota merupakan pembatasan jumlah fisik terhadap barang yang masuk (kuota impor) dan barang yang keluar (kuota ekspor). Oleh karena itu, kuota dapat digolongkan menjadi: a. Kuota impor b. Kuota ekspor 3. Larangan ekspor/impor Terhadap barang tertentu, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan larangan ekspor atau impor. Kebijakan larangan impor umumnya bertujuan untuk melindungi produsen di dalam negeri. Larangan impor juga diberlakukan untuk barang-barang yang dapat merugikan masyarakat, misalnya minuman beralkohol dan limbah berbahaya. Sedangkan larangan ekspor ditujukan untuk melindungi konsumen di dalam negeri. Terutama jika kebutuhan barang di dalam negeri belum terpenuhi. 4. Subsidi dan premi ekspor Untuk menekan harga jual barang ekspor, pemerintah dapat memberikan subsidi untuk keperluan ekspor, baik secara terang-terangan maupun secara terselubung. Subsidi secara terselubung misalnya dalam bentuk pengenaan bunga bank bersubdidi atas pinjaman modal kerja untuk keperluan ekspor. Dengan subsidi ini maka harga ekspor menjadi lebih rendah daripada harga jual di dalam negeri. Kebijakan apa pun yang menyebabkan harga jual ekspor menjadi lebih murah daripada harga jual di dalam negeri disebut dumping. Cara ini dianggap sebagai praktik perdagangan internasional yang tidak adil sehingga dilarang. Sedangkan yang dimaksud premi ekspor merupakan pembayaran sejumlah uang tertentu oleh pemerintah kepada produsen atas ekspor yang dilakukannya. Secara alternatif pembayaran tersebut dapat dilakukan dengan pemberian keringanan pajak atas barang yang dijual di dalam negeri berdasarkan jumlah barang yang diekspor. 4

259 5. Devaluasi Devaluasi terjadi jika nilai tukar (kurs) mata uang nasional secara resmi diturunkan terhadap valuta lain (harga valuta asing dinaikkan). 6. Diskriminasi harga Kebijakan diskriminasi harga adalah penetapan harga yang berbeda antara satu negara dengan negara lain. Dalam perdagangan internasional, hal ini dilakukan melalui pengenaan bea masuk (import duties) yang berbeda. Sebagai contoh, sesama negara ASEAN mengenakan bea masuk yang lebih rendah untuk berbagai komoditas dibandingkan komoditas yang sama dari negara lain di luar ASEAN. D. Devisa 1. Pengertian dan Fungsi Devisa Devisa merupakan aset atau kewajiban finansial yang digunakan dalam transaksi internasional. Perpindahan aset dan kewajiban finansial antara penduduk di satu negara dengan penduduk di negara lain akan menimbulkan lalu lintas devisa. Devisa dapat berbentuk valuta asing, surat-surat berharga (obligasi, commercial papers, saham, dan sebagainya), serta surat-surat wesel luar negeri. Pada dasarnya, setiap penduduk atau perusahaan dapat dengan bebas memiliki atau menggunakan devisa. Namun, Bank Indonesia berhak mengadakan pengawasan terhadap kegiatan lalu lintas devisa yang dilakukan oleh penduduk. Bagi suatu negara, devisa mempunyai beberapa fungsi, antara lain: a. sebagai perantara dalam transaksi internasional; b. sebagai cadangan kekayaan nasional; c. sumber dana pembangunan; d. sumber pendapatan pemerintah dalam bentuk pajak devisa. 2. Sumber-sumber Devisa Devisa yang masuk ke suatu negara dapat berasal dari: a. Ekspor 5

260 Salah satu sumber devisa Indonesia adalah kegiatan ekspor, yaitu menjual barang dan jasa ke luar negeri. Sebagai pembayaran, para eksportir menerima uang dalam bentuk rupiah atau mata uang asing. Semakin besar volume ekspor dalam kurun waktu tertentu, maka aliran devisanya akan semakin besar. b. Pendanaan luar negeri Pendanaan luar negeri yang dimaksudkan di sini adalah pinjaman atau bantuan yang diterima oleh pemerintah dan pinjaman atau investasi swasta. Pinjaman pemerintah biasanya memiliki syarat-syarat yang lebih longgar dan jangka waktu pembayaran yang lebih lama dibanding pinjaman swasta. Pinjaman pemerintah dapat dibagi menjadi bantuan bilateral dan bantuan multilateral. Dapatkah kamu membedakannya? Jika pemerintah Indonesia mendapat pinjaman dari pemerintah Jepang, maka pinjaman ini disebut pinjaman bilateral. Nah, jika pemerintah Indonesia mendapat pinjaman dari lembaga internasional seperti Bank Dunia atau Bank Pembangunan Asia yang sumber dananya dari beberapa negara, maka pinjaman ini disebut pinjaman multilateral. Sumber pendanaan swasta asing terdiri atas beberapa jenis, yaitu: 1) Investasi asing langsung yang dilakukan oleh perusahaan multinasional di Indonesia. 2) Investasi portofolio, yaitu pembelian obligasi atau saham-saham oleh investor asing. 3) Pinjaman komersial, seperti kredit Eurocurrency. Pinjaman komersial umumnya bersifat jangka pendek. Besarnya bunga yang dibayar oleh peminjam tergantung pada perkiraan risiko pasar. Oleh karena itu, pinjaman komersial ke negara berkembang umumnya memiliki bunga yang lebih tinggi. c. Kunjungan wisatawan asing Indonesia merupakan negara di wilayah tropis yang memiliki banyak daerah tujuan wisata. Kamu tentu mengetahui beberapa tempat terkenal 6

261 seperti Pulau Bali, Pulau Lombok, Tanah Toraja, Bunaken, Keraton Yogyakarta, ataupun Danau Toba. Kunjungan wisatawan mancanegara ke daerah tersebut dan daerah-daerah lain di Indonesia akan mendatangkan devisa. d. Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri Devisa juga dapat bersumber dari tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri (TKI). Mereka mendapatkan pembayaran/gaji dalam satuan mata uang masing-masing negara. Pada tahun 2004, penerimaan devisa dari TKI mencapai US$ 170,869,287. Devisa ini berasal dari TKI yang bekerja di berbagai kawasan terutama Timur Tengah, Afrika, Asia Pasifik, Amerika, dan Eropa. 3. Penggunaan Devisa Devisa yang dimiliki oleh suatu negara dapat dimanfaatkan untuk: a. Pembayaran kegiatan impor barang maupun jasa. b. Penyelesaian kewajiban luar negeri yang timbul dari transaksi pembelian surat-surat berharga oleh investor dalam negeri dari penduduk di negara lain. c. Penyelesaian kewajiban luar negeri yang timbul akibat utang-utang luar negeri yang jatuh tempo atau untuk membayar bunga utang. d. Wisatawan-wisatawan dalam negeri yang akan melawat ke luar negeri. e. Membiayai perwakilan-perwakilan pemerintah di luar negeri. E. Valuta Asing Jenis-jenis mata uang asing apa saja yang kamu ketahui? Pernahkah kamu mengamati perkembangan nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang rupiah? Tahukah kamu, bahwa perkembangan nilai kurs ternyata dapat mempengaruhi perekonomian secara luas? 1. Kurs Valuta Asing Mata uang negara-negara di dunia sangat beragam. Kita menyebut mata uang selain rupiah sebagai mata uang asing. Tentu saja, mata uang asing tersebut tidak berlaku sebagai alat pembayaran di Indonesia. Oleh karena adanya perbedaan mata uang di berbagai negara, maka dikenallah apa yang disebut kurs atau nilai tukar. Nilai tukar menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri 7

262 (domestik) yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. Misalnya, 1 US$ = Rp ,00. Artinya, untuk Rp ,00 dapat ditukar dengan 1 US$, atau untuk Rp 1,00 dapat ditukar dengan US$ 1/13.000, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kurs a. Perubahan harga barang-barang ekspor; b. Kenaikan harga-harga umum (inflasi); c. Perubahan tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi; d. Perubahan cita rasa masyarakat; e. Faktor non-ekonomis. Referensi Salvatore, Domonick Ekonomi Internasional. (terjemahan Rudy Sitompul) Jakarta: Salemba Empat Halwani, Hendra Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia. 8

263 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB VIII MANAJEMEN Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

264

265 BAB VIII MANAJEMEN KOMPETENSI INTI Menunjukkan manfaat mata pelajaran ekonomi KOMPETENSI DASAR 1. Diberikan contoh hubungan kerja antara atasan dan bawahan, peserta dapat menganalisis fungsi manajemen. 2. Memberi contoh implementasi dari fungsi manajemen. 3. Membedakan peran dari manajemen keuangan, personalia, produksi, dan manajemen pemasaran. 4. Memberikan contoh implementasi prinsip koperasi dalam pengelolaan koperasi A. Manajemen sebagai Ilmu Hampir di dalam setiap kegiatan, khususnya kegiatan usaha, tidak terlepas dari kerja sama beberapa orang yang dapat bergabung di dalam suatu tim kerja. Setiap orang yang terlibat di dalamnya saling mendukung walaupun peran yang dimainkannya berbeda. Oleh karena itu, demi tercapai tujuan suatu kegiatan, akan ada kegiatan pengorganisasian ataupun pengelolaan. Tentu di dalamnya ada seorang atau beberapa orang pemimpin. Pada dasarnya, manajemen merupakan kegiatan pemimpin dalam menggerakkan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu dengan memanfaatkan sarana dan prasarana secara efektif dan efisien. Dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu. Berkaitan dengan hal ini, Shrode (1972) mengatakan bahwa Manajemen dapat dipandang sebagai seperangkat kegiatan atas proses untuk mengkoordinasikan dan menginterpretasikan penggunaan sumber-sumber dalam mencapai tujuan organisasi (produktivitas) dengan menggunakan orang-orang melalui teknik dan informasi dalam saluran organisasi. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mengetahui dan menguasai pekerjaan agar lebih mudah menggerakkan orang-orang. Namun, seorang pemimpin tidak cukup hanya mengetahui dan menguasai pekerjaan, tetapi lebih dari itu. Ia harus 1

266 tahu caranya, dalam hal ini seni menggerakkan orang-orang. Salah satu cara adalah dengan mengenal secara mendalam pribadi bawahannya. James A.F. Stoner (1986) menyatakan bahwa Manajemen adalah seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang-orang. Agar rangkaian kegiatan dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik, seorang manajer harus menerapkan prinsip manajemen. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. pembagian kerja sesuai dengan spesialisasi seseorang di dalam organisasi; 2. pelimpahan wewenang biasanya dari atasan ke bawahan; 3. disiplin atau kepatuhan; 4. kesatuan perintah dan tertib (penempatan sesuatu sesuai tempat dan waktu); 5. kesatuan arah; 6. pengutamaan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi; 7. pemberian upah/jasa; 8. keadilan dan kebebasan; 9. kestabilan staf dan semangat korps; 10. pemusatan (mengurangi peran bawahan dalam pengambilan keputusan); 11. hirarki (adanya garis wewenang yang jelas dalam struktur organisasi). B. Fungsi Manajemen 1. Fungsi Perencanaan (Planning) Fungsi perencanaan berkaitan dengan peramalan sejauh mana tujuan dapat dicapai, baik dilihat dari aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan politik. Dengan demikian, fungsi ini memberikan arah yang jelas dalam upaya mencapai sasaran yang ditetapkan. Setiap organisasi harus dapat melakukan perencanaan yang baik karena dengan perencanaan yang memadai kemungkinan akan dapat: a. memperoleh serta mengikat sumber daya yang diperlukan dalam mencapai tujuan; b. melanjutkan kegiatan secara konsisten dengan tujuan dan prosedur yang telah dipilih; 2

267 c. kemajuan ke arah tujuan dapat dimonitor dan diukur sehingga dapat dilakukan perbaikan dan peningkatan; d. memperkecil risiko yang dihadapi. 2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing) Tugas seorang pemimpin adalah menghimpun dan mengkoordinasikan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Jika mengingat pengorganisasin berkaitan dengan masalah penempatan orang-orang, diperlukan fungsi staffing, yaitu fungsi yang memisahkan tugas dan tanggung jawab setiap orang di dalam organisasi. 3. Fungsi Penggerakan (Actuating) Fungsi ini berkaitan dengan kegiatan yang bertujuan agar orang-orang yang terlibat di dalam organisasi dapat bekerja dengan cara membantu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin bertindak mengarahkan dan mempengaruhi bawahan agar bekerja sebaik-baiknya. Oleh karena itu, fungsi ini dikenal dengan sebutan pemimpin (leading), pengarahan (directing), ataupun pemotivasian (motivaty). 4. Fungsi Pengawasan (Controlling) Fungsi pengawasan dimaksudkan untuk mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi agar pelaksanaan kegiatan tersbut sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Begitu pula dengan seluruh unsur yang ada di dalamnya agar saling mendukung dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa fungsi ini berusaha untuk menjamin kegiatan organisasi bergerak ke arah tujuannya. Oleh karena itu, fungsi pengawasan meliputi tindakan, antara lain: a. menetapkan standar prestasi; b. mengukur prestasi yang sedang berjalan dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan; c. mengambil tindakan untuk memperbaiki prestasi yang tidak sesuai standar. C. Bidang-bidang Manajemen 1. Manajemen Produksi 3

268 Manajemen produksi dapat diartikan sebagai kegiatan pengaturan secara maksimal dari faktor-faktor produksi agar dapat menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Tujuan lain manajemen produksi adalah agar konsumen maupun produsen/perusahaan merasa puas atau memperoleh keuntungam. Konsumen puas dengan barang dan jasa yang dibelinya. Produsen mendapatkan laba dari produk yang dihasilkan dan dijualnya. Oleh karena itu, hal yang menjadi ruang lingkup manajemen produksi adalah sebagai berikut. a. Perencanaan Sistem Produksi Perencanaan sistem produksi diperlukan karena adanya keterkaitan antara kegiatan-kegiatan lain dan kegiatan produksi itu sendiri. Perencanaan ini, antara lain meliputi kegiatan: 1) perencanaan lokasi pabrik; 2) perencanaan letak fasilitas produksi; 3) perencanaan lingkungan kerja; 4) perencanaan standar produksi; 5) perencanaan produk. b. Pengendalian Produksi Tujuan pengendalian produksi adalah untuk mendapatkan hasil produksi yang sesuai dengan rencana, baik jumlah, kualitas, harga, maupun waktunya. Kegiatan yang termasuk pengendalian produksi adalah: 1) pengendalian bahan; 2) pengendalian proses produksi; 3) pengendalian tenaga kerja; 4) pengendalian kualitas; 5) pengendalian biaya produksi; 6) pengendalian pemeliharaan peralatan. c. Sistem Informasi Produksi 4

269 Sistem informasi produksi diperlukan karena pada saat produksi berjalan ada kegiatan di bagian lain yang saling menunjang demi tercapai tujuan perusahaan. Hal yang perlu diperhatikan dalam suatu sistem produksi adalah: 1) struktur organisasi; 2) produksi berdasarkan kebutuhan pesanan; 3) produksi berdasarkan kebutuhan pasar. 2. Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan pengaturan secara maksimal fungsi pemasaran agar kegiatan pertukaran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dapat berjalan lancar dan memuaskan. Permasalahan manajemen pemasaran, antara lain: a. bagaimana cara menciptakan keseimbangan antara permintaan dan penawaran; b. bagaimana cara koordinasi/pengarahan permintaan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan; c. bagaimana cara produsen mendapat laba (keuntungan) dan konsumen merasa bangga; dengan kata lain, produsen dan konsumen mendapat kepuasan. Proses manajemen pemasaran menurut Philip Kotler, terdiri atas: a. pengorganisasian proses perencanaan pemasaran; b. penganalisisan peluang pasar; c. pemilihan pasar sasaran; d. pengembangan marketing mix 4P: (product, price, place, promotion); e. pengelolaan usaha pemasaran. Menurut J. Paul Peter & Donnelly, manajemen pemasaran terdiri atas analisis, perencanaan, implementasi, dan pengawasan program yang dibuat guna membawa perubahan dengan target pemasaran untuk pencapaian tujuan organisasi. 3. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dikenal dengan istilah pembiayaan, pembelanjaan, atau permodalan. Manajemen keuangan, pembiayaan, pembelanjaan, atau 5

270 permodalan perusahaan oleh Suad Husnan diartikan sebagai Kegiatan untuk memperoleh dan menggunakan dana dengan tujuan meningkatkan atau memaksimalkan nilai perusahaan. Maksud manajemen keuangan dalam perusahaan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Pengertian ini menunjukkan bahwa kegiatan menyangkut masalah keuangan (dana) di dalam suatu organisasi atau perusahaan perlu dikelola dengan baik. Manajemen keuangan tidak hanya perlu bagi organisasi yang berorientasi pada laba atau profit individu, tetapi juga bagi pemerintah. Dari pengertian manajemen tersebut ada dua kegiatan utama yang merupakan fungsi manajemen keuangan, yaitu: a. fungsi mendapatkan dana: bagaimana cara memperoleh dana/modal yang paling menguntungkan; b. fungsi menggunakan dana: bagaimana menggunakan dana yang ada secara efektif dan efisien. Dengan demikian, tujuan manajemen keuangan adalah: a. untuk memaksimalkan keuntungan, dan b. untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Ruang lingkup manajemen keuangan berkaitan dengan pembicaraan mengenai keputusan dalam bidang keuangan, yaitu: a. keputusan investasi menyangkut masalah penggunaan dana; b. keputusan pembelanjaan menyangkut masalah sumber dana; c. kebijakan dividen berkaitan dengan apakah laba akan dibagikan atau ditahan. 4. Manajemen Personalia Ilmu dan seni atau proses memperoleh, memajukan atau mengembangkan, dan memelihara tenaga kerja yang kompeten sedemikian rupa hingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien dan ada kepuasan diri pribadi. Manajemen personalia aau sumber daya manusia mempunyai ruang lingkup kegiatan sebagai berikut: a. seleksi dan penerimaan yang dilanjutkan dengan penempatan personal baru; b. pelaksanaan mutasi, promosi, dan pemberhentian personal; 6

271 c. pemanfaatan sumber tenaga kerja; d. pemberian kesempatan mengikuti pendidikan dan latihan; e. pelaksanaan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab. 5. Manajemen Administrasi Perkantoran Manajemen administrasi atau manajemen perkantoran dapat diartikan sebagai berikut Cabang dari seni dan ilmu manajemen yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan perkantoran secara efisien, bilamana dan di mana pun pekerjaan itu harus dilakukan. Tujuan manajemen perkantoran menurut G.R. Terry dalam bukunya Office Management and Control adalah: a. memberikan semua keterangan lengkap dan diperlukan siapa saja, kapan dan di mana hal itu diperlukan untuk pelaksanaan perusahaan secara efisien; b. memberikan catatan dan laporan yang cukup dengan biaya serendahrendahnya; c. membantu perusahaan memelihara saingan; d. memberikan pekerjaan ketatausahaan yang cermat; e. membuat catatan makin baik dengan biaya makin rendah. D. Organisasi Koperasi Sudah jelas kiranya bahwa antara BUMN, BUMS, dan koperasi memiliki perbedaan tertentu. Khusus untuk koperasi, ia merupakan suatu badan usaha yang unik, serta keberadaannya diakui dalam UUD Namun demikian, suatu organisasi kerja sama sebagaimana badan usaha lain tunduk pada prinsip manajemen yang diakui secara umum. Dalam pengelolaan usaha koperasi, seperti BUMN maupun BUMS, tidak boleh diabaikan adanya kelebihan yang diperoleh dari kegiatan usaha atau laba, yang dalam koperasi disebut Sisa Hasil Usaha (SHU). Faktor yang membedakan koperasi dengan badan usaha lain adalah laba dalam koperasi dikembalikan kepada anggota sesuai dengan jasa yang telah diberikan setiap anggota kepada koperasi. Dapat disimpulkan bahwa organisasi koperasi adalah: 1. badan hukum yang beranggotakan orang-orang, bukan perkumpulan modal; 7

272 2. badan usaha yang selain untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, bertujuan untuk memperoleh keuntungan; 3. lembaga yang memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi sosial; 4. memiliki ciri khas yang dinyatakan dalam prinsip dasar koperasi sebagai jati dirinya. Berkaitan dengan pengelolaan koperasi, dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. untuk tercipta kerja sama yang baik antarpara pengelola (pengurus, pengawas, dan manajer), mereka harus merupakan suatu tim manajemen yang memiliki satu pandangan dalam pengelolaan koperasi; 2. pengelolaan harus bersifat terbuka (open management); 3. koperasi bekerja sama dan bergotong royong berdasarkan persamaan derajat, hak, dan kewajiban; 4. semua anggota memiliki hak suara yang sama, satu orang satu suara; 5. pengurus merupakan pemegang amanat rapat anggota yang melakukan kegiatan untuk kepentingan koperasi; 6. apabila perlu, pengurus dapat mengangkat pengurus untuk mengelola koperasi. E. Organisasi dan Pengelolaan Koperasi Sekolah Koperasi sekolah adalah koperasi yang anggotanya terdiri atas murid sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan tingkat atas, dan sekolah yang setingkat dengannya. Pendirian koperasi sekolah dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kegairahan, dan kemampuan berkoperasi di kalangan siswa. Oleh karena itu, koperasi sekolah tidak memiliki badan hukum. Selain sebagai kegiatan ekonomi dari, oleh, dan untuk siswa, koperasi berfungsi sebagai sarana pendidikan. Koperasi sekolah diharapkan dapat digunakan sebagai wahana bagi para siswa untuk lebih mengenal koperasi secara langsung. Pada prinsipnya, tata cara pendirian koperasi sekolah tidak berbeda dengan pendirian koperasi pada umumnya, yaitu dimulai dengan adanya pemprakarsa. 8

273 Kemudian, dilakukan rapat pembentukan yang dihadiri oleh siswa, guru, petugas dari Depdikbud, dan pejabat dari Direktorat Koperasi. Peran pimpinan atau kepala sekolah, antara lain: 1. berusaha mewujudkan dan mengembangkan koperasi sekolah sebagai satu kegiatan ekonomi yang maju, mandiri, dan berakar dalam diri siswa; 2. menciptakan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan koperasi sekolah; 3. memberikan bimnbingan, kemudahan, dan perlindungan kepada koperasi sekolah; 4. bertanggung jawab atas kelancaran jalannya koperasi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan mengenai organisasi dan pengelolaan koperasi sekolah, antara lain sebagai berikut: 1. koperasi sekolah bertujuan mendidik, menanamkan, dan memelihara kesadaran hidup bergotong royong dan setia kawan di antara siswa; 2. koperasi sekolah merupakan wahana bagi siswa untuk mengenal koperasi secara langsung; 3. koperasi sekolah beranggotakan seluruh siswa sekolah dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat lanjutan atas; 4. kepengurusan koperasi sekolah berasal dari siswa sekolah bersangkutan dan jika keadaan memaksa dapat diisi oleh guru dari sekolah tersebut; 5. pengelolaan dan kegiatan usaha koperasi sekolah bersifat mendidik; 6. kepala sekolah bertindak selaku penanggung jawab pelaksanaan koperasi sekolah; 7. pengawasan dan pebinaan koperasi sekolah dilakukan secara bersama oleh Direktorat Koperasi dengan Depdiknas. Referensi Terry, George R Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bina Aksara Stonier, James F Manajemen. Jakarta: Erlanga Sukamdiyo Manajemen Koperasi. Jakarta: Erlangga 9

274

275 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB IX AKUNTANSI Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

276

277 BAB IX AKUNTANSI KOMPETENSI INTI 1. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 2. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. KOMPETENSI DASAR (KD)/KELOMPOK KOMPETENSI DASAR (KKD) 1. Mengidentifikasi kegunaan informasi keuangan bagi perusahaan. 2. Mengidentifikasi jenis akuntansi berdasarkan fungsinya. 3. Mengidentifikasi elemen laporan keuangan. 4. Mengidentifikasi ciri akuntansi perusahaan dagang. 5. Mengidentifikasi komponen pembentuk harga pokok pembelian dan harga pokok penjualan. 6. Menghitung harga pokok pembelian dan harga pokok penjualan. 7. Menghitung laba kotor pada perusahaan dagang. 8. Menghitung laba bersih pada perusahaan dagang. 9. Memahami siklus akuntansi perusahaan dagang. A. KONSEP DASAR AKUNTANSI 1. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi Akuntansi saat ini sangat penting dan dibutuhkan bagi perusahaan maupun organisasi nir-laba, khususnya dalam memberikan jaminan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan. Dan melalui akuntansi, sebuah perusahaan akan dapat menghasilkan laporan yang sangat penting dalam pengambilan keputusan bisnis dan strategis, baik bagi manajemen perusahaan maupun investor. Banyak definisi mengenai akuntansi. Reevve dkk. (2009:9) mendefinisikan akuntansi (accounting) sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktifitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Akuntansi adalah bahasa bisnis (language of business) karena melalui akuntansilah 1

278 informasi bisnis dikomunikasikan kepada para pemangku kepentingan.akuntansi menyediakan informasi melalui proses sebagai berikut: (1) mengidentifikasi pemangku kepentingan; (2) menilai kebutuhan pemangku kepentingan; (3) merancang sistem informasi akuntansi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan; (4) mencatat data ekonomi mengenai aktivitas dan peristiwa perusahaan; dan (5) menyiapkan laporan akuntansi bagi para pemangku kepentingan. Wahyudin dan Khafid (2013:2) mendefinisikan akuntansi secara umum sebagai suatu proses kegiatan mengolah data (keuangan) (input) agar menghasilkan informasi keuangan (output), yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan atau organisasi ekonomi yang bersangkutan. Data keuangan (input) merupakan transaksi keuangan yang dibuktikan dengan dokumen dasar (faktur, nota, kuitansi, cek dan lainnya). Sedangkan output akuntansi adalah informasi keuangan, yang meliputi laporan keuangan (laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan (neraca), laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan), maupun informasi keuangan lainnya. Penjelasan akuntansi sebagai sistem informasi tampak seperti gambar berikut ini. 2

279 2. Bidang-bidang Akuntansi Pengelompokan bidang-bidang akuntansi paling tidak terdiri dari dua bidang utama, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan menyediakan informasi khususnya bagi pihak eksternal dan akuntansi manajemen adalah penyedia informasi bagi kepentingan internal perusahaan. Kemudian dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Akuntansi Keuangan. Bidang akuntansi yang berfungsi menjalankan keseluruhan proses akuntansi sehingga dapat menghasilkan ifnormasi keuangan bagi pihak eksternal. Contohnya menghasilkan laporan keuangan. b) Akuntansi Manajemen. Bidang akuntansi yang berfungsi menyediakan data dan informasi untuk pengambilan keputusan manajemen menyangkut operasional harian dan perencanaan operasi/usaha di masa yang akan datang. Contohnya adalah menyediakan data biaya untuk penentuan harga jual produk. c) Akuntansi Biaya. Merupakan bidang akuntansi yang berfungsi penyedia informasi aktivitas dan proses pengendalian biaya produksi. Contohnya menyediakan laporan harga pokok produksi. d) Auditing. Adalah bidang akuntansi yang berfungsi melakukan pemeriksaan (audit) atas laporan keuangan yang telah dihasilkan oleh perusahaan agar sesuai dengan aturan yang berlaku. Audit dapat dilakukan oleh bagian pemeriksa internal maupun pemeriksa independen (kantor akuntan publik). e) Sistem Akuntansi. Yaitu bidang akuntansi yang berfokus pada aktivitas mendesain dan mengimplementasikan prosedur dan pengamanan data keuangan perusahaan. f) Akuntansi Sektor Publik. Merupakan bidang akuntansi yang berfokus pada pencatatan dan pelaporan transaksi orgranisasi pemerintahan dan organisasi nirlaba lainnya. g) Teori Akuntansi. Merupakan bidang akuntansi yang menyediakan dasar-dasar kebenaran terhadap setiap konsep yang digunakan dalam akuntansi keuangan. 3

280 3. Pengguna Informasi Akuntansi Informasi yang disediakan akuntansi sangat bermanfaat bagi penggunanya (Reeve dkk, 2009; Wahyudin dan Khafid, 2013 dan Rudianto, 2013). Pihak pengguna informasi akuntansi adalah sebagai berikut. a) Manajemen. Informasi yang diperlukan diantaranya adalah laporan biaya produksi beserta rinciannya, laporan laba dan rugi serta penjelasannya secara detail, dan informasi lainnya. b) Pemilik/ Pemegang Saham. Informasi yang dibutuhkan diantaranya mengenai laba usaha yang diperoleh dan perubahan kekayaan perusahaan dalam beberapa tahun. c) Kreditor. Informasi yang diperlukan mencakup besarnya kekayaan perusahaan, kemampuan menghasilkan laba usaha, perbandingan utang dan total kekayaan perusahaan, dan lainnya. d) Pemerintah. Informasi yang dibutuhkan yaitu mengenai taksiran pajak yang akan dipungut seperti jumlah laba usaha yang diperoleh dan beban yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan. e) Karyawan. Informasi yang diperlukan bagi karyawan diantaranya mengenai laba dan perkembangan usaha. f) Pihak Lainnya. Informasi yang diperlukan oleh pemasok (supplier) mengenai besarnya kekayaan perusahaan, kemampuan menghasilkan laba usaha, serta perbandingan utang dan total kekayaan. Informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (termasuk siswa atau mahasiswa) adalah mengenai kinerja keuangan dan informasi penting lainnya untuk pembelajaran dan penelitian. 4. Jenis dan Bentuk Perusahaan Dalam perspektif mencari keuntungan, terdapat tiga jenis perusahaan yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan manufaktur. Perusahaan jasa (service business) merupakan perusahaan yang menyediakan jasa tertentu bagi pelanggannya. Contohnya adalah perusahaan jasa telekomunikasi (PT Telkom Tbk, PT Indosat Ooreedoo Tbk, PT XL Axiata Tbk), perusahaan jasa keuangan (Bank Mandiri, 4

281 BNI, BRI), perusahaan jasa transportasi (PT KAI, PT Garuda Indonesia Tbk, PT Lion Air Tbk), dan perusahaan lainnya. Perusahaan dagang (merchandising business) merupakan perusahaan yang menjual barang yang diperoleh dari pihak lain. Contohnya adalah perusahaan di bidang pakaian dan kebutuhan sehari-hari (PT Matahari Putra Prima Tbk, PT Hero Supermarket Tbk), perusahaan di bidang buku dan alat-alat tulis (Toko Gunung Agung, Toko Buku Gramedia), perusahaan di bidang perangkat elektronik (Ace Hardware Indonesia Tbk, Erafone), dan lainnya. Sedangkan perusahaan manufaktur (manufacturing business) yaitu perusahaan yang mengubah input dasar (bahan mentah) menjadi produk yang dijual kepada pelanggan. Contohnya adalah Sepatu Bata Tbk (sepatu), Mustika Ratu Tbk (kosmetik), Kalbe Farma Tbk (obat-obatan), dan lain sebagainya. Bentuk perusahaan yang umum ada di Indonesia adalah perusahaan perseorangan, persekutuan, perseroan, dan koperasi. Masing-masing memiliki karakter utama yang berbeda. Perusahaan perseorangan (proprietorship) biasanya dimiliki oleh satu individu, diterapkan oleh usaha kecil, dan bergantung pada sumberdaya keuangan pemilik usaha. Perusahaan persekutuan (partnership) hampir mirip dengan perusahaan perseorangan namun dimiliki oleh dua atau lebih individu. Di Indonesia biasanya dalam bentuk Firma dan CV. Perusahaan Perseroan (corporation) diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagai entitas hukum terpisah yang dikenakan pajak. Kepemilikan berdasrkan jumlah saham (sero) yang dijual ke pemegang saham dan dapat memperoleh sumber dana dalam jumlah besar dengan cara mengeluarkan saham. Sedangkan koperasi merupakan usaha yang dimiliki oleh sekelompok orang (yang diakui sebagai anggota) dan dijalankan oleh dan untuk anggota. 5. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output akuntansi (keuangan). Berdasarkan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang berlaku di Indonesia, laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan laba rugi (komprehensif), laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan (neraca), laporan arus kas dan catatan atas laporan 5

282 keuangan. Laporan keuangan tersebut disiapkan oleh perusahaan dalam waktu tertentu untuk menginformasikan aktivitas yang telah dijalankannya selama periode tertentu (bulan, triwulanan, semester, atau tahun). a) Laporan Laba Rugi (income statement) Merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar pendapatan dan beban suatu entitas selama periode tertentu. Laporan laba rugi disebut juga statement of earnings atau statement of operations. Dan memuat salah satu informasi penting mengenai perusahaan; laba bersih ata rugi bersih. Contoh laporan laba rugi tampak pada gambar berikut ini. Elemen utama dalam laporan laba rugi adalah pendapatan dan beban. Setiap elemen terdiri dari beberapa akun (account) yang terkait. Pendapatan terdiri dari akun pendapatan jasa, pendapatan bunga, dan pendapatan lainnya. Beban terdiri dari akun beban bagian pemasaran (beban gaji dan komisi, beban sewa, beban iklan, beban asuransi) dan beban bagian administrasi umum (beban perlengkapan kantor, beban penyusutan peralatan kantor, beban rupa-rupa, dan beban lainnya). 6

283 b) Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owner s Equity) Laporan perubahan ekuitas merupakan rangkuman dari perubahan ekuitas pemilik selama periode waktu tertentu. Perubahan tersebut bisa berupa kenaikan atau penurunan ekuitas. Kenaikan ekuitas pemilik berasal dari; investasi pemilik dan laba bersih (pendapatan melebihi beban).penurunan ekuitas pemilik disebabkan; penarikan pemilik dan rugi bersih (beban melebihi pendapatan). Elemen utama dari laporan perubahan ekuitas selain modal adalah prive. Contoh laporan ekuitas adalah sebagai berikut. c) Laporan Posisi Keuangan (balance sheet) Merupakan daftar dari aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu.bisa diibaratkan sebagai potret tentang entitas. Dan disebut juga Neraca. Elemen utama dari laporan posisi keuangan adalah aset, liabilitas, dan ekuitas. Aset terdiri dari kelompok akun aset lancar (kas, piutang usaha, perlengkapan, persediaan barang dagangan, beban dibayar dimuka), aset tetap (peralatan, kendaraan, gedung dan tanah), dan aset tak berwujud (goodwill, hak cipta, hak siar). Contoh laporan posisi keuangan adalah seperti berikut ini. 7

284 d) Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows) Merupakan laporan yang menggambarkan perubahan arus kas perusahaan selama periode tertentu. Perubahan arus kas disebabkan karena aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasimelaporkan rangkuman penerimaan dan pengeluaran kas dari operasi.arus kas dari aktivitas investasi melaporkan transaksi kas untuk akuisisi dan penjualan aset yang relatif permanen.arus kas dari aktivitas pendanaan melaporkan transaksi kas yang berkaitan dengan investasi kas oleh pemilik, pinjaman, dan penarikan kas oleh pemilik. Contoh laporan arus kas adalah sebagai berikut. 8

285 6. Elemen Laporan Keuangan Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa elemen laporan keuangan. Elemen yang dimaksud adalah aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban. Uraiannya adalah sebagai berikut. a) Aset (Harta/Aktiva) Aset (assets) atau yang juga dikenal dengan harta atau aktiva merupakan sumber daya atau kekayaan yang dimiliki, dikuasai, dan digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Aset dapat dikelompokkan menjadi aset lancar, aset tetap, dan aset tetap tidak berwujud. Aset lancar (current assets) adalah uang tunai atau harta lainnya yang dapat segera dicairkan menjadi uang kas atau harta lainnya yang dapat terjual atau terpakai dalam kurun waktu satu tahun atau satu periode operasi normal perusahaan. Yang termasuk aset lancar diantaranya adalah kas, piutang usaha, perlengkapan, persediaan barang dagangan, dan beban dibayar dimuka. Aset tetap (fixed assets) merupakan aset yang umurnya, pemakaiannya atau manfaatnya lebih dari satu tahun atau lebih dari periode operasi normal perusahaan. Aset tetap ditujukan untuk menunjang operasional perusahaan. Yang termasuk aset tetap adalah peralatan, mesin, kendaraan, tanah dan gedung. Aset tidak berwujud yaitu aset yang dimiliki, dikuasai, dinikmati atau digunakan perusahaan, namun aset tersebut secara fisik tidak berwujud. Yang termasuk aset 9

286 tetap tak berwujud diantaranya adalah hak cipta, hak siar, goodwill, merk dagang dan lisensi. Aset lainnya merupkan aset yang tidak termasuk dalam uraian di atas seperti investasi jangka panjang (saham atau obligasi) serta aset lainnya. b) Liabilitas (Hutang/Kewajiban) Liabilitas (liability) atau kewajiban merupakan utang kepada pihak luar (pemberi pinjaman atau kreditor). Liabilitas dapat mudah dikenali pada laporan posisi keuangan (neraca) dengan sebutan utang. Liabilitas dapat dikelompokkan menjadi utang lancar dan utang jangka panjang. Yang termasuk utang lancar diantaranya adalah utang usaha (account payable), utang wesel (notes payable), utang gaji (wages payable), dan pendapatan diterima dimuka. Sedangkan akun yang termasuk utang jangka panjang adalah utang bank, utang obligasi, utang hipotek, dan lain sebagainya. c) Ekuitas (Modal) Ekuitas atau modal pemilik (owner s equity) merupakan hak pemilik terhadap aset perusahaan. Dalam perusahaan perseorangan, akun yang termasuk dalam kelompok ekuitas adalah modal pemilik. Akun lain yang terkait adalah prive. d) Pendapatan Pendapatan (revenues) merupakan kenaikan dalam ekuitas pemilik sebagai hasil dari menjual barang atau jasa ke pelanggan. Akun yang termasuk dalam elemen pendapatan adalah pendapatan sewa, pendapatan honor, atau penjualan dan akun yang terkait (retur penjualan dan potongan penjualan). e) Beban Beban (expenses) adalah hasil dari penggunaan aset atau jasa dalam proses menghasilkan pendapatan. Yang termasuk dalam beban diantaranya beban bagian pemasaran (beban gaji dan komisi, beban sewa, beban iklan, beban asuransi) dan beban bagian administrasi umum (beban perlengkapan kantor/bahan habis pakai/supplies, beban penyusutan peralatan kantor, beban rupa-rupa, dan beban lainnya. Elemen laporan keuangan dan akun pembentuknya dapat dirangkum dalam gambar berikut ini. 10

287 ELEMEN LAPORAN KEUANGAN KELOMPOK AKUN Aset Lancar Aset Tetap JENIS AKUN ASET (1) LIABILITAS (2) EKUITAS PEMILIK (3) Aset Tetap Tak Utang Jangka Utang Lancar Modal Pemilik Berwujud Panjang Kas Peralatan Hak Cipta Utang Usaha Utang Bank Modal Saham Piutang Usaha Kendaraan Merk Dagang Utang Wesel Utang Obligasi Persediaan Mesin Hak Siar Utang Gaji Utang Hipotek Prive Pemilik Bahan Habis Pakai Biaya dibayar dimuka Gedung Lisensi Pendapatan diterima dimuka Tanah ELEMEN LAPORAN KEUANGAN KELOMPOK AKUN JENIS AKUN PENDAPATAN (4) BEBAN (5) Pendapatan Usaha Pendapatan di luar usaha Beban Pemasaran Beban Administrasi Pendapatan Pendapan Beban gaji Beban gaji Jasa bunga pemasaran administrasi Penjualan Beban Iklan Beban Asuransi Retur Beban Sewa Beban telepon Penjualan Potongan Beban Beban Penjualan Perlengkapan perlengkapan Toko Kantor Bebang Angkut beban lainnya Penjualan Beban di Luar Usaha Beban bunga 11

288 B. AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG 1. Karakteristik Perusahaan Dagang Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang menjual barang (produk) kepada pelanggan setelah mendapatkannya dari pihak lain. Perusahaan tidak membuat suatu produk atau mengolahnya dari bahan mentah menjadi produk siap jual. Perusahaan hanya memperolehnya dari pihak lain kemudian langsung menjualnya kepada pelanggan. Dengan demikian, karakteristik utama yang membedakan dengan perusahaan jasa adalah bahwa produk yang dijual oleh perusahaan dagang adanya nyata dan berwujud. Contoh perusahaan dagang seperti telah disinggung pada bab sebelumnya adalah perusahaan di bidang pakaian dan kebutuhan sehari-hari (PT Matahari Putra Prima Tbk, PT Hero Supermarket Tbk), perusahaan di bidang buku dan alat-alat tulis (Toko Gunung Agung, Toko Buku Gramedia), perusahaan di bidang perangkat elektronik (Ace Hardware Indonesia Tbk, Erafone), dan lainnya. Pendapatan pada perusahaan dagang diperoleh dari penjualan. Sehingga akun yang digunakan untuk mencatat pendapatan adalah akun penjualan, tidak lagi akun pendapatan seperti pada perusahaan jasa. Akun yang terkait dengan transaksi penjualan diantaranya retur penjualan dan potongan penjualan. Karakteristik lainnya yang sangat membedakan dengan perusahaan jasa adalah adanya persediaan barang dagangan. Barang tersebut diperoleh dari pembelian. Sehingga pada perusahaan dagang terdapat sistem pencatatan persediaan barang dagangan. Sistem pencatatan tersebut yaitu sistem periodik dan sistem perpetual. Pada sistem periodik, perubahan akun persediaan barang dagangan hanya dilakukan pada periode tertentu (biasanya pada akhir periode). Sehingga akun persediaan barang dagangan tidak menunjukkan saldo pada tanggal tertentu. Sedangkan pada sistem perpetual, aku persediaan barang dagangan digunakan untuk mencatat setiap perubahan yang terjadi, baik bertambah dikarenakan pembelian maupun berkurang dikarenakan penjualan. Akun persediaan barang dagangan menunjukkan saldo pada tanggal tertentu. Wahyudin dan Khafid (2013:139) menunjukkan perbedaan karakteristik akuntansi perusahaan dagang dengan akuntansi perusahaan jasa dengan tabel berikut ini. 12

289 Keterangan Pendapatan Beban Laba Akuntansi Perusahaan Jasa Pendapatan Jasa Pendapatan Lainnya Beban usaha Beban di luar usaha Laba Usaha Laba Bersih Akuntansi Perusahaan Dagang Penjualan Pendapatan Lainnya Harag Pokok Penjualan Beban bagian pemasaran Beban bagian administrasi Laba Kotor Penjualan Laba Usaha Laba Bersih 2. Harga Pokok Pembelian dan Harga Pokok Penjualan Perbedaan karakteristik usaha dan akuntansi pada perusahaan dagang juga menyebabnkan dikenalnya harga pokok pembelian (dikenal juga harga pokok barang yang dibeli) dan harga pokok penjualan (cost of goods sold). Harga pokok pembelian menunjukkan jumlah harga perolehan barang dagangan yang dibeli setelah dikurangi dengan retur dan potongan pembelian serta ditambah dengan beban angkut pembelian. Sedangkan harga pokok penjualan merupakan jumlah yang menunjukkan berapa harga pokok barang yang dijual setelah mempertimbangkan ada (atau tidaknya) persediaan barang dagangan awal dan harga pokok pembelian. Perhitungan harga pokok pembelian dan harga pokok penjualan adalah sebagai berikut: 13

290 Harga Pokok Barang Dibeli (dalam jutaan Rp) Pembelian Retur pembelian Potongan pembelian ( ) Pembelian bersih Ditambah Beban angkut pembelian Harga pokok barang dibeli Harga Pokok Penjualan (dalam jutaan) Persediaan barang dagangan, 1/1/07 Rp Pembelian Rp Retur pembelian Rp Potongan pembelian Rp (Rp ) Pembelian bersih Rp Beban angkut pembelian Rp Harga pokok barang dibeli Rp Barang dagangan tersedia untuk dijual Rp Persediaan barang dagangan, 31/12/07 (Rp ) Harga pokok penjualan Rp Perhitungan Laba Kotor dan Laba Bersih (dalam jutaan) Penjualan bersih Rp Harga Pokok Penjualan (Rp ) Laba Kotor Penjualan Rp Beban Usaha (Rp ) Laba Bersih usaha Rp Pencatatan Transaksi pada Jurnal Siklus akuntansi tampak pada berikut ini. siklus dimulai dari adanya bukti transaksi. Bukti transaksi diidentifikasi dan dianalisis untuk dicatat ke dalam jurnal (jurnal umum atau jurnal khusus). Setelah selesai melakukan pencatatan ke jurnal, siklus berikutnya 14

291 adalah pemindahbukuan (posting) ayat jurnal ke buku besar. Setelah itu pengikhtisaran akun buku besar dengan menyiapkan neraca saldo. Penyesuaian dan kertas kerja disusun jika terdapat data penyesuian. Artinya, jika tidak ada data penyesuaian, kita tidak perlu menyusun jurnal penyesuaian dan kertas kerja. Siklus berikutnya adalah penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan yang disusun pertama adalah laporan laba rugi, kemudian laporan perubahan ekuitas dan laporan posisi keuangan (neraca). Siklus terakhir adalah penutupan buku dengan menyusun jurnal penutup (closing journal) dan menyiapkan neraca saldo setelah penutupan. Periode akuntansi berikutnya akan dimulai lagi dengan menyiapkan jurnal pembalik (reverse journal) jika diperlukan. Siklus akuntansi ini akan terus berulang hingga perusahaan dianggap mati atau berhenti operasi. Analisis bukti transaksi sangat diperlukan sebelum melakukan pencatatan ke dalam jurnal. Tahapan analisis transaksi adalah sebagai berikut; 1) Tentukan apakan akun aset, kewajiban, ekuitas pemilik, pendapatan, atau beban terpengaruh oleh suatu transaksi. 2) Untuk setiap akun yang terpengaruh oleh suatu transaksi, tentukan apakah akun tersebut mengalami kenaikan atau penurunan. 3) Tentukan apakah kenaikan atau penurunan yang terjadi dalam suatu transaksi dicatat sebagai debit atau kredit. Kaidah pencatatan (mendebit dan mengkredit) pada akun pembentuk laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan laba rugi adalah tampak pada gambar berikut ini. 15

292 Elemen LK Debit Kredit Aset kenaikan (+) penurunan (-) Liabilitas penurunan (-) kenaikan (+) Ekuitas Pemilik penurunan (-) kenaikan (+) Pendapatan penurunan (-) kenaikan (+) Beban kenaikan (+) penurunan (-) Akun-akun Laporan Posisi Keuangan (Neraca) ASET LIABILITAS Akun-akun Aset Akun-akun Liabilitas Debit untuk kenaikan Kredit untuk penurunan Debit untuk penurunan Kredit untuk kenaikan (+) (-) (-) (+) EKUITAS Akun-akun Ekuitas Debit untuk Kredit untuk penurunan kenaikan (-) (+) Akun-akun Laporan Laba Rugi BEBAN PENDAPATAN Akun-akun Beban Akun-akun Pendapatan Debit untuk kenaikan Kredit untuk penurunan Debit untuk penurunan Kredit untuk kenaikan (+) (-) (-) (+) Pencatatan transaksi pada jurnal merupakan siklus pertama setelah identifikasi dan analisis bukti transaksi. Akuntansi saat ini menggunakan prinsip akuntansi berpasangan. Akuntansi dengan jurnal berpasangan didasarkan pada konsep yang sederhana: setiap pihak dalam suatu transaksi bisnis akan menerima sesuatu dan memberikan sesuatu sebagai imbalannya. Dalam istilah pembukuan, apa yang diterima adalah debit dan apa yang diberikan adalah kredit. Akun T mencerminkan timbangan atau neraca. Luca Pacioli Sang Penemu Akuntansi dengan Jurnal Berpasangan. Akuntansi berpasangan maksudnya adalah setiap transaksi akan mengakibatkan paling tidak dua sisi (debit dan kredit) dengan jumlah yang sama. Dengan demikian, tidak ada transaksi yang dicatat hanya pada satu sisi saja (debit atau kredit saja). Debit artinya meletakkan di sisi kiri, dan kredit artinya meletakkan pada sisi kanan. 16

293 Format jurnal untuk mencatat transaksi keuangan yang adalah seperti berikut ini. Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Keterangan: Kolom tanggal untuk mencatat tanggal transaksi. Terdiri dari dua sub kolom. Sub kolom pertama untuk menuliskan nama bulan, dan sub kolom berikutnya adalah tanggal transaksi. Pencatatan dilakukan secara urut kronologis berdasarkan tanggal transaksi. Kolom keterangan digunakan untuk menuliskan nama akun-akun yang terkait. Untuk membedakan mana akun yang di debit dan yang di kredit, penulisannya adalah akun yang dikredit agak menjorok ke tengah. Kolom ref (referensi) untuk menuliskan kode akun setelah ayat jurnal tersebut dipindahbukukan (posting) ke buku besar. Kolom debit dan kredit untuk menuliskan jumlah nominal dari masing-masing akun. Jumlah debit dan kredit harus sama. Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat dua sistem pencatatan persediaan barang dagangan pada akuntansi perusahaan dagang, yaitu sistem periodik dan perpetual. Pencatatan ke dalam jurnal secara detail tampak pada tabel di bawah ini. KETERANGAN/TRANSAKSI METODE PERIODIK METODE PERPETUAL Pembelian barang dagangan tunai/kredit Pembelian Kas/Utang Dagang xxx xxx Persediaan Barang Dagangan Kas/Utang Dagang xxx xxx Retur Pembelian Kas/Utang Dagang xxx Retur Pembelian xxx Potongan pembelian Kas xxx Potongan Pembelian xxx Kas/Utang Dagang xxx Persediaan Barang Dagangan xxx Kas xxx Persediaan Barang Dagangan xxx Beban angkut pembelian Beban angkut pembelian xxx Kas xxx Persediaan Barang Dagangan Kas xxx xxx Penjualan tunai/kredit Kas/Piutang xxx Penjualan xxx Kas/Piutang xxx Penjualan xxx Harga Pokok Penjualan xxx Persediaan Barang Dagangan xxx Retur Penjualan Retur Penjualan xxx Kas/Piutang Dagang xxx Retur Penjualan Kas/Piutang Dagang Persediaan Barang Dagangan Harga Pokok Penjualan xxx xxx xxx xxx 17

294 Potongan Penjualan Potongan Penjualan xxx Kas xxx Beban angkut penjualan Beban angkut penjualan xxx Kas xxx Potongan Penjualan Kas Beban angkut penjualan Kas xxx xxx xxx xxx Contoh Jurnal pada Perusahaan Dagang: Transaksi-transaksi berikut ini dilakukan oleh Tanujaya Berjaya selama bulan Desember tahun berjalan: 3 Des. Membeli barang secara kredit dari Septiana, harga sesuai daftar Rp , diskon dagang 25%, dengan syarat FOB titik pengiriman, 2/10, n/30, dengan ongkos kirim dibayar di muka oleh Tanujaya sebesar Rp ditambahkan pada faktur. 5 Membeli barang secara kredit dari Kynan senilai Rp dengan syarat FOB tujuan, 2/10, n/30. 6 Menjual barang secara kredit kepada Mona, harga sesuai daftar Rp , diskon dagang 35%, dengan syarat 2/10, n/30. Harga pokok penjualan sebesar Rp Mengembalikan barang yang dibeli tanggal 5 Desember dari Kynan sebesar Rp Membayar Septiana atas pembelian tanggal 3 Desember, dikurangi diskon. 15 Membayar Kynan atas pembelian tanggal 5 Desember, dikurangi retur tanggal 7 Desember dan diskon. 16 Menerima kas dari Mona atas penjualan tanggal 6 Desember, dikurangi diskon. 22 Menjual barang secara kredit kepada Mayasari sebesar Rp Diminta: dengan syarat 2/10, n/30. Harga pokok penjualan sebesar Rp Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi Tanujaya Berjaya di atas. Sistem periodik digunakan dalam pencatatan persediaan barang dagangan. Jawaban: Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Des 3 Pembelian Utang Usaha

295 Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Bebang Angkut Pembelian Kas Pembelian Utang Usaha Piutang Usaha Penjualan Utang Usaha Retur Pembelian Utang Usaha Potongan Pembelian Kas Utang Usaha Potongan Pembelian Kas Kas Potongan Penjualan Piutang Usaha Piutang Usaha Penjualan Pemindahbukuan Ayat Jurnal Pemindahbukuan merupakan tahapan setelah menyelesaikan jurnal pada siklus akuntansi, yaitu dengan memindahkan (posting) angka-angka pada ayat jurnal ke dalam daftar akun buku besar. Posting ke buku besar dapat dilakukan secara periodik. Jika baru pertama kali melakukan posting, dan terdapat saldo awal maka, terlebih dahulu saldo awal tersebut telah diposting terlebih dahulu sebelum memposting ayat jurnal. 19

296 Format buku besar yang biasanya digunakan paling tidak terdapat empat bentuk, yaitu bentuk akun T, skontro, saldo 1 kolom (saldo tunggal), dan saldo 2 kolom (saldo rangkap). Format buku besar (saldo rangkap) tampak pada tabel berikut ini. Nama Akun : KAS Kode Akun : 101 Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Debit Saldo Kredit Keterangan: Nama dan kode akun merupak identitas penting buku besar. Nama akun digunakan untuk mencatat nama akun yang terkait. Dan kode akun untuk menuliskan kode akun yang terkait. Kolom tanggal digunakan untuk mencatat tanggal transaksi (bukan tanggal dilakukannya posting). Kolom keterangan digunakan untuk mencatat keterangan singkat tentang transaksi yang diposting. Kolom ref (referensi) digunakan untuk mencatat kode atau identitas jurnal yang diposting (jurnal umum atau jurnal lainnya). Kolom Debit digunakan untuk mencatat jumlah angka kolom debit pada ayat jurnal. Dan kolom kredit untuk mencatat jumlah angka kololm kredit pada ayat jurnal. Kolom saldo (debit atau kredit) digunakan untuk mencatat saldo (sisa) akibat dari satu transaksi tertentu. 20

297 Jika jurnal umum sebelumnya dilakukan posting, maka akan tampak sebagai berikut: Jurnal Umum Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Des 3 Pembelian Utang Usaha Bebang Angkut Pembelian Kas Buku Besar Nama Akun : Kas Kode Akun : 101 Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Debit Saldo Kredit Des 1 Saldo Beban angkut pemb JU Nama Akun : Utang Usaha Kode Akun : 201 Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Saldo Debit Kredit Des 3 Pembelian kredit JU Nama Akun : Pembelian Kode Akun : 501 Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Saldo Debit Kredit Des 3 Pembelian JU Nama Akun : Beban Angkut Pembelian Kode Akun : 504 Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Saldo 21

298 Debit Kredit Des 3 Beban angkut JU Prosedur pemindahbukuan ayat jurnal ke buku besar adalah sebagai berikut: 1. Siapkan form buku besar untuk akun yang diperlukan. 2. Pindahkan tanggal transaksi dari ayat jurnal ke akun yang terkait. 3. Tuliskan kolom keterangan pada buku besar sesuai dengan transaksi. 4. Tuliskan kode referensi dari jurnal terkait. Jurnal Umum biasanya disingkat JU. 5. Pindahkan jumlah yang tercantum pada ayat jurnal ke kolom yang sesuai di buku besar (di debit atau kredit). Biasakan memposting sisi debit terlebih dahulu. 6. Hitunglah saldo akibat dari transaksi tersebut dengan cara mencari selisih dari saldo sebelumnya (jika ada) dengan menambah atau mengurangi jumlah yang baru saja dipindah dari ayat jurnal. 7. Tuliskan kode akun buku besar terkait pada kolom ref di jurnal. 5. Pengikhtisaran ke Neraca Saldo Menyiapkan neraca saldo di akhir periode dilakukan setelah ayat jurnal selesai diposting ke buku besar. Neraca saldo merupakan ikhtisar dari semua akun pada tanggal tertentu. Contohnya adalah sebagai berikut. PD GEMILANG NERACA SALDO 31 Desember 2014 No Nama Akun Debit Kredit 101 Kas di tangan Kas di Bank Piutang Dagang Persediaan Barang Dagang Sewa Dibayar dimuka Perlengkapan Toko Perlengkapan Kantor Peralatan Toko Akum.Peny.Peralatan Toko Peralatan Kantor Akum.Peny.Peralatan Kantor Kendaraan Akum.Peny. Kendaraan

299 201 Utang Dagang Wesel Bayar Utang Hipotek Modal Gemmy Prive Gemmy Penjualan Potongan Penjualan Pembelian Retur Pembelian Potongan Pembelian Beban angkut pembelian Beban Asuransi Beban Iklan Beban Pemeliharaan Kendaraan Beban Gaji bagian Toko Beban Gaji Bagian Kantor Beban Listrik, Air dan Telepon Jumlah Penyesuaian Tahapan berikutnya pada siklus akuntansi adalah penyesuaian (adjustment) dan penyiapan kertas kerja (work sheet). Namun, penyesuaian ini tidak harus dilakukan jika memang tidak ada data penyesuaian. Pada tahapan ini yang dilakukan adalah menyiapkan jurnal penyesuaian (adjusting journal) dan menyelesaikan kertas kerja untuk menyiapkan laporan keuangan. Jurnal penyesuaian yang telah dibuat juga harus diposting ke buku besar yang terkait. Kenapa perlu penyesuaian? Paling tidak ada beberapa alasan berikut ini. a) Jumlah angka pada setiap rekening yang terdapat di Neraca Saldo, terkadang tidak semuanya menunjukkan jumlah yang seharusnya. b) Penyesuaian angka-angka tersebut dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun jurnal penyesuaian berdasarkan data yang disediakan. c) Tahapan berikutnya adalah penyesuaian dengan bantuan daftar yang disebut Neraca Lajur (work sheet). d) Uang kas perusahaan pada umumnya disimpan di bank. Pengambilan sewaktuwaktu dapat dilakukan dengan menggunakan cek. Akun yang biasanya mengalami penyesuaian adalah Kas, Piutang, Perlengkapan, Aktiva Tetap, Beban dibayar dimuka, Pendapatan Diterima Dimuka, dan Beban yang masih harus dibayar. Dan penyesuian yang berbeda pada akuntansi perusahaan 23

300 dagang adalah penyesuaian mengenai akun Persediaan Barang Dagangan. Jurnal penyesuian akun persediaan pada sistem periodik dapat menggunakan akun ikhtisar laba/rugi atau akun harga pokok penjualan. Pada sistem perpetual akun persediaan seharusnya tidak memerlukan penyesuaian dikarenakan akun tersebut telah menunjukkan perubahan setiap waktu. Namun demikian, persediaan barang dagangan merupakan komoditas yang senantiasa mengalami perubahan harga. Jika terjadi penurunan harga (harga pasar lebih rendah dari harga di pembukuan), maka diperlukan penyesuaian. Jurnal penyesuaian untuk akun persediaan barang dagangan dengan menggunakan sistem periodik adalah sebagai berikut: MELALUI IKHTISAR LABA/RUGI Ikhtisar Laba/Rugi xxx Persediaan Barang Dagangan xxx (Menghapus saldo awal persediaan) MELALUI HARGA POKOK PENJUALAN Harga Pokok Penjualan xxx Persediaan Barang Dagangan xxx (Menghapus saldo awal persediaan) Persediaan Barang Dagangan Ikhtisar Laba/Rugi (Mencatat saldo akhir persediaan) xxx xxx Harga Pokok Penjualan xxx Pembelian xxx Retur Pembelian xxx Harga Pokok Penjualan xxx Potongan Pembelian xxx Harga Pokok Penjualan xxx Harga Pokok Penjualan xxx Beban Angkut Pembelian xxx (Menghapus akun pembentuk HPP) Persediaan Barang Dagangan xxx Harga Pokok Penjualan xxx (Mencatat saldo akhir persediaan) Contoh Jurnal Penyesuaian: Dengan menggunakan neraca saldo sebelumnya, data penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut: 1) Rekening koran yang diterima dari bank menunjukkan saldo kredit Rp ,00. Selisih tersebut disebabkankarena bank mendebit PD Gemilang Rp ,00 sebagai beban administrasi dan mengkredit Rp ,00untuk jasa giro dan terdapat pelunasan dari Debitur melalui bank senilai RP ,00. 2) Kerugian piutang dagang ditaksir 2% dari saldo piutang dagang. 3) Berdasarkan inventarisasi fisik, nilai persediaan barang dagang yang ada di gudang Rp ,00. 4) Sewa yang telah kadaluarsa Rp ,00 dibebankan sebagai beban sewa toko dan kantor dengan perbandingan 3:2. 24

301 5) Nilai pelengkapan toko yang masih ada Rp ,00. 6) Nilai perlengkapan kantor yang terpakai Rp ,00. 7) Peralatan toko dan kantor masing-masing disusutkan 10% dari harga perolehan. 8) Kendaraan disusutkan 12.5% dari harga perolehan. 9) Gaji pegawai toko bulan Desember yang belum dibayar Rp ,00. Diminta: Buatlah ayat jurnal penyesuaian. Tambahkan akun lain jika diperlukan, tidak terbatas pada akun yang di bawah ini: Cadangan Kerugian Piutang Asuransi dibayar dimuka Iklan dibayar dimuka Utang Gaji Utang Bunga HPP Beban Sewa Toko Beban Sewa Kantor Beban Perlengkapan Toko Beban Perlengkapan Kantor Beban Administrasi Bank Beban Peny.Peralatan Toko Beban Peny. Peralatan Kantor Beban Peny.Kendaraan Beban Kerugian Piutang Beban Administrasi Bank Beban Bunga Pendapatan Jasa Giro JAWABAN: PD GEMILANG JURNAL PENYESUAIAN 31 DESEMBER 2014 Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Des 31 Beban administrasi bank Kas Pendapata Jasa Giro Piutang Dagang Beban Kerugian Piutang Cadangan Kerugian Piutang Harga Pokok Penjualan

302 Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Persediaan Barang Dagangan Harga Pokok Penjualan Pembelian Retur Pembelian Harga Pokok Penjualan Potongan Pembelian Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Penjualan Beban Angkut Pembelian Persediaan Barang Dagangan Harga Pokok Penjualan Beban Sewa Toko Beban Sewa Kantor Sewa Dibayar Dimuka Beban Perlengkapan Toko Perlengkapan Toko Beban Perlengkapan Kantor Perlengkapan Kantor Beban Penyusutan Peralatan Toko Beban Penyusutan Peralatan Kantor Akum. Peny. Peralatan Toko Akum. Peny. Peralatan Kantor Beban Penyusutan Kendaraan Akum. Peny. Kendaraan Beban Gaji Pegawai Toko Utang Gaji Penyusunan Laporan Keuangan Siklus berikutnya adalah penyusunan laporan keuangan, setelah penyesuaian dilakukan dan penyiapan kertas kerja selesai. Laporan yang disiapkan paling tidak 26

303 terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan posisi keuangan (neraca). Berikut ini adalah contoh laporan keuangan perusahaan dagang. Perusahaan dagang Shafira Lapora Laba Rugi Untuk periode yang berakhir 31 Januari 2006 PENJUALAN; Penjualan 106,000,000 Retur Penjualan 1,000,000 ( Potongan Penjualan 1,350,000) ( 2,350,000) Penjualan Bersih 103,650,000 HARGA POKOK PENJUALAN; Persediaan Barang Dagangan, 1 Jan 100,000,000 Pembelian 63,000,000 Retur Pembelian 1,100,000 Potongan tunai pembelian 670,000 ( 1,770,000) Pembelian bersih 61,230,000 Beban angkut pembelian 200,000 Harga Pokok Pembelian 61,430,000 Barang tersedia untuk dijual 161,430,000 Persediaan Barang Dagangan, 31 Jan 125,000,000) Harga Pokok Penjualan (36,430,000) Laba Kotor Penjualan 67,220,000 BEBAN USAHA Beban pemasaran; Beban gaji 10,000,000 Beban sewa 2,400,000 beban iklan 500,000 Beban kerugian piutang 500,000 Beban perlengkapan toko 1,000,000 Beban asuransi 1,000,000 Beban peny. Gedung 1,250,000 Beban peny peral. Toko 208,000 jumlah beban pemasaran 16,858,000 Beban Administrasi dan Umum; Beban Listrik 27

304 1,000,000 Beban telepon 500,000 Beban perlengkapan kantor 600,000 Beban peny peral. Kantor 125,000 Jumlah beban administrasi umum 2,225,000 Jumlah Beban Usaha (19,083,000) Laba Usaha 48,137,000 PENDAPATAN DAN BEBAN DI LUAR USAHA ( Pendapatan bunga 5,000,000) Laba bersih sebelum pajak 53,137,000 Perusahaan dagang Shafira Lapora Perubahan Ekuitas Untuk periode yang berakhir 31 Januari 2006 Modal Ny. Shafira, 1 Januari ,000,000 Laba bersih 53,137, ,137,000 Prive Ny. Shafira 1,000,000 Modal Ny. Shafira, 31 Januari ,137, Penutupan Buku Ayat jurnal penutup untuk perusahaan dagang sama dengan ayat jurnal untuk perusahaan jasa. Setelah itu tahapan berikutnya adalah menyiapkan neraca saldo setelah penutupan. Ayat jurnal penutup yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Menutup akun-akun sementara dengan saldo kredit seperti Penjualan dan pendapatan lainnya ke akun Ikhtisar laba rugi. b) Menutup akun-akun sementara dengan saldo debit seperti retur penjualan, potongan penjualan, pembelian, dan lain-lain ke akun ikhtisar laba rugi. c) Menutup saldo akun ikhtisar laba rugi ke akun Modal pemilik. d) Menutup akun prive (penarikan pemilik) ke akun modal pemilik. Ayat jurnal penutup yang diperlukan untuk kasus di atas (PD Gemilang) adalah sebagai berikut: PD GEMILANG 28

305 JURNAL PENUTUP 31 DESEMBER 2014 Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Des 31 Penjualan Pendapatan jasa giro Ikhtisar laba rugi Ikhtisar Laba Rugi Potongan Penjualan Harga Pokok Penjualan Beban Asuransi Beban Iklan Bebank Pemeliharaan Kendaraan Beban Gaji bagian toko Beban Gaji bagian kantor Beban listrik, air dan telepon Beban administrasi bank Beban kerugian piutang Beban sewa toko Beban sewa kantor Beban perlengkapan toko Beban perlengkapan kantor Beban penyusutan peralatan toko Beban penyusutan peralatan kantor Beban penyusutan kendaraan Ikhtisar laba rugi Modal Gemmy Modal Gemmy Prive Gemmy Pencatatan Transaksi pada Jurnal Khusus Frekuensi transaksi pada perusahaan dagang terkadang sangat tinggi. Oleh karena itu, jika pencatatannya hanya menggunakan jurnal umum maka dianggap tidak efisien. Jurnal khusus merupakan solusi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini. 29

306 artinya jurnal khusus merupakan jurnal yang mempunyai fungsi khusus untuk mencatat transaksi-transaksi sejenis yang jumlahnya sangat banyak. Jurnal khusus terdiri dari jurnal pembelian, jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, dan jurnal umum. Jurnal pembelian difungsikan untuk menampung semua transaksi pembelian kredit, khususnya pembelian persediaan barang dagangan. Jurnal penjualan ditujukan untuk mencatat semua transaksi penjualan kredit (khususnya penjualan barang dagangan). Jurnal penerimaan kas difungsikan untuk menampung transaksi penerimaan kas dari pihak lain seperti penjualan tunai, pelunasan piutang, dan lainnya. Jurnal pengeluaran kas digunakan untuk mencatat semua transaksi yang terkait dengan pengeluaran kas, baik yang terkait dengan pembelian secara tunai, pelunasan utang, atau pembayaran beban. Sedangkan jurnal umum adalah untuk mencatat semua transaksi yang tidak dapat ditampung pada empat jurnal sebelumnya. Transaksi tersebut misalnya retur pembelian kredit atau retur penjualan kredit. Contoh jurnal khusus tampak pada gambar berikut ini. JURNAL PEMBELIAN Hal : Tanggal No. Serba-serbi (D) Kreditur Ref Termin Pembelian (D) Faktur Nama akun Ref Jumlah Utang Dagang (K) 2010 Jan 4 Toko Ayodya Toko Dewata Peralatan Toko Toko Ayodya Jumlah JURNAL PENJUALAN Hal : Tanggal No. Faktur Debitur Ref Termin Piutang Dagang (D) Penjualan (K) 2010 Jan 9 Toko Dewata 3/10, n/ Jumlah

307 JURNAL PENERIMAAN KAS Tanggal Keterangan Ref Halaman : JPrK-1 D e b i t K r e d i t No. Lain-lain Debit Lain-lain Kredit Cek Kas Pot. Penjualan Piutang Dagang Penjualan Pendapatan Jasa Nama Akun Jumlah Nama Rekening Jumlah 2015 Jan 6 penjulan tunai Toko Fina v Toko Raja v Toko Ada v Piutang dagang bank Titil Utang Bank Jumlah (101) JURNAL PENGELUARAN KAS Tanggal Keterangan Ref Halaman : JPlK-1 D e b i t K r e d i t No. Lain-lain Debit Potongan Lain-lain Kredit Cek Utang Dagang Pembelian Kas Nama Rekening Ref Jumlah Pembelian Nama Rekening Ref Jumlah 2010 Jan 8 Toko Ayodya Utang Dagang Toko Ayodya Jumlah (201) REFERENSI Wahyudin, Agus dan Muhammad Khafid Akuntansi Dasar. Semarang: Unnes Press. Reeve, James M. dkk Pengantar Akuntansi (Adaptasi Indonesia). Jakarta: Salemba Empat. Rudianto Pengantar Akuntansi; Konsep & Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga. 31

308

309 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Pendalaman Materi Pedagogik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

310 Daftar Isi Bab I Pendahuluan Bab II Karakteristik Siswa Bab III Teori Belajar Bab IV Kurikulum 2013 Bab V Desain Pembelajaran Bab VI Media Pembelajaran Bab VII Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Bab VIII Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran Bab IX Refleksi Pembelajaran dan PTK

311 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB I PENDAHULUAN Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

312

313 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Gurulah yang menjadi ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar. Sebagai pengajar guru dituntut harus menguasai bahan ajar yang diajarkan dan terampil dalam mengajarkannya. Cara mengajar seorang guru akan tercermin dalam proses mengajar belajar. Dalam proses mengajar belajar, penguasaan materi pelajaran dan cara menyampaikannya merupakan syarat yang sangat essensial. Oleh karena itu proses mengajar belajar harus diupayakan sebaik mungkin dan perlu mendapat perhatian yang serius. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran dan pengelolaan kelas sangatlah penting, namun demikian belum cukup untuk menghasilkan pembelajaran yang optimal. Komponen lain dalam pembelajaran yang sangat penting dikusai oleh guru adalah tentang pemahaman mereka tentang karakteristik siswa yang diajarnya, penguasaan terhadap teori-teori belajar agar dapat mengarahkan peserta didik berpartisipasi secara intelektual dalam belajar, sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa. Guru juga harus mampu merencanakan pembelajaran, memilih media pembelajaran yang tepat, melaksanakan proses dan melakukan penilaian. Guru juga perlu mengerti bagaimana seharusnya melakukan refleksi pembelajaran sehingga guru dapat melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. 1

314 B. Tujuan Tujuan penyusunan bahan ajar kompetensi pedagogik ini adalah membantu guru calon peserta PLPG mendapatkan sumber belajar untuk menambah wawasan para guru tentang: (1) kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran, (2) karakteristik siswa dan teori-teori belajar (3) pengelolaan kegiatan pembelajaran agar lebih profesional di bidangnya sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dan (4) bagaimana melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan. C. Peta Kompetensi Peta kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru sesuai dengan permendikbud No16 tahun 2007 adalah sebagai berikut. Standar Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN 1. Menguasai karakteristik 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya. 1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 1.4 Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 2

315 2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. 3.1 Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. 3.2 Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu. 3.3 Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu. 3.4 Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. 3.5 Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik. 3.6 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. 4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik. 4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran. 4.3 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. 3

316 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi Untuk kepentingan pembelajaran. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 4.4 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan. 4.5 Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh. 4.6 Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang. 5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu. 6.1 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. 6.2 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya. 7.1 Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain. 7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons 4

317 8. 9. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 8.3 Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8.4 Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8.5 Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen. 8.6 Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. 8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar. 9.1 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar 9.2 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. 9.3 Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan. 9.4 Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 5

318 10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. (Sumber: Permendikbud No. 16 Tahun 2007) D. Ruang Lingkup Penyusunan sumber belajar ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran ringkas bagi guru tentang kompetensi pedagogik yang harus dikuasai Guru. Dalam sumber belajar ini akan dibahas secara singkat 8 kegiatan pembelajaran dimana pada masing-masing kegiatan pembelajaran akan diberikan Tujuan, Indikator Pencapaian Kompetensi, Uraian Materi, Latihan, Umpan Balik dan Tindak Lanjut, serta Daftar Pustaka yang bisa dirujuk untuk mempelajari lebih jauh uraian materi yang telah diberikan. Materi yang dibahas dalam sumber belajar ini tertuang dalam 8 kegiatan belajar sebagai berikut ini. Kegiatan Belajar 1 : Karakteristik Siswa Kegiatan Belajar 2 : Teori Belajar Kegiatan Belajar 3 : Kurikulum 2013 Kegiatan Belajar 4 : Desain Pembelajaran Kegiatan Belajar 5 : Media Pembelajaran Kegiatan Belajar 6 : Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan Belajar 7 : Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran Kegiatan Belajar 8 : Refleksi Pembelajaran dan PTK 6

319 E. Saran Cara Penggunaan Sumber Belajar Sumber belajar ini secara khusus diperuntukkan bagi guru yang akan mengikuti pendidikan dan pelatihan kompetensi guru (PLPG) setelah menempuh Ujian Kompetensi Guru (UKG) atau sedang belajar mandiri secara individu atau dengan teman sejawat. Berikut ini beberapa saran dalam cara penggunaan dan pemanfaatan sumber belajar ini. 1. Bacalah sumber belajar ini secara runtut, dimulai dari Pendahuluan, agar dapat lebih mudah dan lancar dalam mempelajari kompetensi dan materi dalam sumber belajar ini. 2. Materi di dalam sumber belajar ini lebih bersifat ringkas dan padat, sehingga dimungkinkan untuk menelusuri literatur lain yang dapat menunjang penguasaan kompetensi. 3. Setelah melakukan aktivitas membaca sumber belajar, barulah berusaha sekuat pikiran, untuk menyelesaikan latihan dan/atau tugas yang ada. Jangan tergoda untuk melihat kunci dan petunjuk jawaban. Kemandirian dalam mempelajari sumber belajar ini akan menentukan seberapa jauh penguasaan kompetensi. 4. Setelah memperoleh jawaban atau menyelesaikan tugas, bandingkan dengan kunci atau petunjuk jawaban. 5. Lakukan refleksi berdasarkan proses belajar yang telah dilakukan dan penyelesaian latihan/tugas.. Hasil refleksi yang dapat terjadi antara lain ditemukan beberapa bagian yang harus direviu dan dipelajari kembali, ada bagian yang perlu dipertajam atau dikoreksi, dan lain lain. 6. Setelah mendapatkan hasil refleksi, rencanakan dan lakukan tindak lanjut yang relevan. 7

320

321 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB II KARAKTERISTIK SISWA Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

322

323 KEGIATAN BELAJAR 1: KARAKTERISTIK SISWA A. Tujuan Modul ini disusun untuk menjadi bahan belajar bagi guru terkait materi karakteristik siswa dalam program Guru Pembelajar. Tujuan belajar yang akan dicapai adalah memahami tahap-tahap perkembangan siswa sehingga dapat menyediakan materi pelajaran dan metode penyampaian yang sesuai dengan karakteristik siswa sesuai dengan tahap perkembangannya B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Kompetensi Inti Menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual 2. Kompetensi Guru Mata Pelajaran a. Memahami karateristik siswa yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial budaya sesuai dengan tahap perkembangannya b. Menyiapkan dan materi pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangannya. c. Marancang kegiatan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa berdasarkan pada tahap perkembangannya. C. Uraian Materi Siswa sebagai subyek pembelajaran merupakan individu aktif dengan berbagai karakteristiknya, sehingga dalam proses pembelajaranjh terjadi interaksi timbal balik, baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Oleh karena itu, salah satu dari kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru adalah memahami karakteristik anak didiknya, sehingga tujuan pembelajaran, materi yang disiapkan, dan metode yang dirancang untuk menyampaikannya benar-benar sesuai dengan karakteristik siswanya. Perbedaan karakteristik anak salah satunya dapat dipengaruhi oleh perkembangannya. Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu 1

324 sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemkuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa. 1. Metode dalam psikologi perkembangan Ada dua metode yang sering dipakai dalam meneliti perkembangan manusia, yaitu longitudinal dan cross sectional. Dengan metode longitudinal, peneliti mengamati dan mengkaji perkembangan satu atau banyak orang yang sama usia dalam waktu yang lama. Misalnya penelitan Luis Terman (dalam Clark, 1984) yang mengikuti perkembangan sekelompok anak jenius dari masa prasekolah sampai masa dewasa waktu mereka sudah mencapai karier dan kehidupan yang mapan. Perbedaan karakteristik setiap saat itulah yangt diasumsikan sebagai tahap perkembangan. Penelitian dengan metode longitudinal mempunyai kelebihan, yaitu kesimpulan yang diambil lebih meyakinkan, karena membandingkan karakteristik anak yangbvsama pada usia yang berbeda-beda, sehingga setiapo perbedaan dapat diasumsiukan sebagai hasil perkembangan dan pertumbuhan. Tetapi, metode ini memerlukan waktu sangat lama untuk mendapat hasil yang sempurna. Dengan metode cross sectional, peneliti mengamati dan mengkaji banyak anak dengan berbagai usia dalam waktu yang sama. Misalnya, penelitian yang pernah dilakukan oleh Arnold Gessel (dalam Nana Saodih Sukmadinata, 2009) yang mempelajari ribuan anak dari berbagai tingkatan usia, mencatat ciri-ciri fisik dan mentalnya, pola-pola perkembangan dan memampuannya, serta perilaku mereka. Perbedaan karakteristik setiap kelompok itulah yang diasumsikan sebagai tahapan perkembangan. Dengan pendekatan cross-sectional, proses penelitian tidak memerlukan waktu lama, hasil segera dapat diketahui. Kelemahannya, peneliti menganalisis perbedaan karakteristik anak-anak yang berbeda, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam menarik kesimpulan, bahwa perbedaan itu semata-mata karena perkembangan. 2. Pendekatan dalam psikologi perkembangan Manusia merupakan kesatuan antara jasmani dan rohani yang tidak dapat dipisahpisahkan. Manusia merupakan individu yang kompleks, terdiri dari banyak aspek, termasuk jsamani, intelektual, emosi, moral, social, yang membentuk keunikan 2

325 pada setiap orang. Kajian perkembangan manuasi dapat menggunakan pendekatan menyeluruh atau pendekatan khusus (Nana Sodih Sukmadinata, 2009). Menganalisis seluruh segi perkembangan disebut pendekatan menyeluruh / global. Segala segi perkembangan dideskripsikan dalam pendekatan ini, seperti perkembangan fisik, motorik, social, intelektual, moral, intelektual, emosi, religi, dsb. Walaupun demikian, untuk mempermudah penelitian, pembahasan dapat dilakukan per aspek perkembangan. Misalnya, ada peneliti yang memfokuskan kajiannya pada perkambangan aspek fisik saja, aspek intelektual saja, aspek moral saja, aspek emosi saja, dsb. Inilah yang dikenal dengan pendekatan khusus (spesifik). 3. Teori perkembangan Ada berbagai teori perkembangan. Dalam buku ini akan dibahas beberapa teori yang sering menjadi acuan dalam bidang pendidikan, yaitu teori yang termasuk teori menyeluruh / global ( Rousseau, Stanley Hall, Havigurst), dan teori yang termasuk khusus / spesifik (Piaget, Kohlbergf, Erikson), seperti yang diuraikan dalam Nana Saodih Sukmadinata (2009). a. Jean Jacques Rousseau Jean Jacques Rousseau merupakan ahli pendidikan beraliran liberal yang menjadi pendorong pembelajaran discovery. Rousseau mulai mendakan kajian pada 1800an. Menurutn Rousseau, perkembangan anak terbagi menjadi empat tahap, yaitu 1) Masa bayi infancy (0-2 tahun). Oleh Rousseau, usia antara 0-2 tahun adalah masa perkembangan fisik. Kecepatan pertumbuhan fisik lebih dominan dibandingkan perkembangan aspek lain, sehingga anak disebut sebagai binatang yang sehat. 2) Masa anak / childhood (2-12 tahun) Masa antara 2-12 tahun disebut masa perkembangan sebagai manusia primitive. Kecuali masih terjadi pertumbuhan fisik secara pesat, aspek lain sebagai manusia juga mulai berkembang, misalnya kemampuan berbicara, berfikir, intelektual, moral, dll. 3

326 3) Masa remaja awal / pubescence (12-15 tahun) Masa usia 12-15, disebut masa remaja awal / pubescence, ditandai dengan perkembangan pesat intelektual dan kemampuan bernalar juga disebut masa bertualang. 4) Masa remaja / adolescence (15-25 tahun) Usia tahun disebut maswa remaja / adolescence. Pada masa ini tejadi perkembangan pesat aspek seksual, social, moral, dan nurani, juga disebut masa hidup sebagai manusia beradab. b. Stanley Hall Stanley Hall, seorang psikolog dari Amerika Serikat, merupakan salah satu perintis kajian ilmiah tentang siklus hidup (life span) yang berteori bahwa perubahan menuju dewasa terjadi dalam sekuens (urutan) yang universal bagian dari proses evolusi, parallel dengan perkembangan psikologis, namun demikian, factor lingkungan dapat mempengaruhi cepat lambatnya perubahan tersebut. Misalnya, usia enam tahun adalah usia masuk sekolah di lingkungan tertentu, tetapi ada yang memulai sekolah pada usia lebih lambat di lingkungan yang lain. Konsekuensinya, irama perkembangan anak di kedua lingkungan tersebut dapat berbeda. Stanley Hall membagi masa perkembangan menjadi empat tahap, yaitu: 1) Masa kanak-kanak / infancy (0-4 tahun) Pada usia-usia ini, perkembangan anak disamakan dengan binatang, yaitu melata atau berjalan. 2) Masa anak / childhood (4-8 tahun) Oleh Hall, masa ini disebut masa pemburu, anak haus akan pemahaman lingkungannya, sehingga akan berburu kemanapun, mempelajari lingkungan sekitarnya. 3) Masa puber / youth 8-12 tahun) Pada masa ini anak tumbuh dan berkembang tetapi sebhagai makhluk yang belum beradab. Banyak hal yang masih harus dipelajari untuk menjadi 4

327 makhluk yang beradab di lingkungannya, seperti yangt berkaitan dengan social, emosi, moral, intelektual. 4) Masa remaja / adolescence (12 dewasa) Pada masa ini, anak mestinya sudah menjadi manusia beradab yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dunia yang selalu berubah. Perspektif life span seperti yang dipelopori oleh Stanley Hall dkk. Dapat dibuktikan pada tahap masa remaja sampai dewasa. Misalnya, pada masyarakat tertentu yang masih terbelakang, anak justru cepat menjadi dewasa. Karena pendidikan hanya tersedia sampai sekolah dasar, masayrakat cenderung mulai bekerja dan berkeluarga dalam usia muda. Sebaliknya, pada masyarakat yang semua warganegaranya mencapai pendidikan tinggi, anak-anak menjadi dewasa pada usia yang lebih lanjut. c. Robert J. Havigurst Robert J. Havigurst dari Universitas Chicago mulai mengembangkan konsep developmental task (tugas perkembangan) pada tahun 1940an, yang menggabungkan antara dorongan tumbuh / berkembang sesuai dengan kecepatan pertumbuhannya denga tantangan dan kesempatan yang diberikan oleh lingkungannya. Havigurst menyusun tahap-tahap perkembangan menjadi lima tahap berdasarkan problema yang harus dipecahkan dalam setiap fase., yaitu: 1) Masa bayi / infancy (0 ½ tahun) 2) Masa anak awal / early childhood (2/3 5/7 tahun) 3) Masa anak / late childhood (5/7 tahun pubesen) 4) Masa adolesense awal / early adolescence (pubesen pubertas_) 5) Masa adolescence / late adolescence (pubertas dewasa) Menurut teori ini, dalam perkembangan, anak melewati delapan tahap perkembangan (developmental stages) Aada sepuluh tugas perkembangan yang harus dikuasai anak pada setiap fase, yaitu: 1) Ketergantungan kemandirian 2) Memberi menerima kasih saying 3) Hubungan social 5

328 4) Perkembangan kata hati 5) Peran biososio dan psikologis 6) Penyesuaian dengan perubahan badan 7) Penguasaan perubahan badan dan motorik 8) Memahai dan mengendalikan lingkungan fisik 9) Pengembangan kemampuan konseptual dan sistem symbol 10) Kemampuan meolihat hubungan denganh alam semesta Dikuasai atau tidaknya tugas perkembangan pada setiap fase akan mempengaruhi penguasaan tugas-tugas pada fase berikutnaya. d. Jean Piaget Jean Piaget latar belakangnya adalah pakar biology dari Swiss yang hidup pada tahun 1897 sampai tahun 1980 (Harre dan Lamb), 1988). Teri-teorinya dikembangkan dari hasil pengamatan terhadap tiga orang anak kandungnya sendiri, kebanyakan berdasarkan hasil pengamatan pembicaraanya dengan anak atau antar anak-anak sendiri. Piaget lebih memfokuskan kajiannya dalam aspek perkembangan kognitif anak dan mengelompokkannya dalam empat tahap, yaitu: 1) Tahap sensorimotorik (0-2 tahun) Tahap ini juga disebut masa discriminating dan labeling. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak reflex, bahasa awal, dan ruang waktu sekarang saja. 2) Tahap praoperasional (2-4 ahun) Pada tahap praoperasional, atau prakonseptual, atau disebut juga dengan masa intuitif, anak mulai mengembangkan kemampuan menerima stimulus secara terbatas. Kemampuan bahasa mulai berkembang, pemikiran masih statis, belum dapat berfikir abstrak, dan kemampuan persepsi waktu dan ruang masih terbatas. 6

329 3) Tahap operasional konkrit (7-11 tahun) Tahap ini juga disebut masa performing operation. Pada masa ini, anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi. 4) Tahap operasonal formal (11-15 tahun) Tahap ini juga disebut masa proportional thinking. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, seperti berfikir secara deduktif, induktif, menganalisis, mensintesis, mampu berfikir secara abstrak dan secara reflektif, serta mampu memecahkan berbagai masalah. e. Lawrence Kohlberg Mengacu kepada teori perkembangan Piaget yang berfokus pada perkembangan kognitif, Kohlberg lebih berfokus pada kognitif moral atau moral reasoning. Kemampuan kognitif moral seseorang dapat diukur dengan menghadapkannya dengan dilemna moral hipotesis yang terkait dengan kebenaran, keadilan, konflik terkait aturan dan kewajiban moral. Manurut Kohlberg, perkembangan moral kognitif anak terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: 1) Preconventional moral reasoning a) Obidience and paunisment orientation Pada tahap ini, orientasi anak masih pada konsekuensi fisik dari perbuatan benar salahnya, yaitu hukuman dan kepatuhan. Mereka hormat kepada penguasa, penguasalah yang menetapkan aturan / undang-undang, mereka berbuat benar untuk menghindari hukuman. b) Naively egoistic orientation Pada tahap ini, anak beorientasi pada instrument relative. Perbuatan benar adalah perbuatan yang secara instrument memuaskan keinginannya sendiri dan (kadang-kadang) juga orang lain. Kepeduliannya pada keadilan / ketidakadilan bersifat pragmatic, yaitu apakah mendatangkan keuntungan atau tidak. 7

330 2) Conventional moral reasoning a) Good boy orientation Pada tahap ini, orientasi perbuatan yang baik adalah yang menyenangkan, membantu, atau diepakati oleh orang lain. Orientasi ini juga disebut good / nice boy orientation. Anak patuh pada karakter tertentu yang dianggap alami, cenderung mengembangkan niat baik, menjadi anak baik, saling berhubungan baik, peduli terhadap orang lain. b) Authority and social order maintenance orientation Pada tahap ini, orientasi anak adalah pada aturan dan hukum. Anak menganggap perlunya menjaga ketertiban, memenuhi kewajiban dan tugas umum, mencegah terjadinya kekacauan system. Hukum dan perintah penguasa adalah mutlak dan final, penekanan pada kewajiban dan tugas terkait dengan perannya yang diterima di masyarakat dan public. 3) Post conventional moral reasoning a) Contranctual legalistic orientation Pada tahap ini, orientasi anak pada legalitas kontrak social. Anak mulai peduli pada hak azasi individu, dan yang baik adalah yang disepakati oleh mayoritas masyarakat. Anak menyadari bahwa nilai (benar/salah, baik/buruk, suka/tidak sukad, dll) adalah relative, menyadari bahea hukum adalah intrumen yang disetujui untuk mengatur kehidupan masyarakat, dan itu dapat diubha melalui diskusi apabila hukum gagal mengetur masyarakat. b) Conscience or principle orientation Pada tahap ini, orientasi adalah pada prinsip-prinsip etika yang bersifat universal. Benar-salah harus disesuaikan dengan tuntutan prinsipprinsip etika yang bersifat ini sari dari etika universal. Aturan hukum legal harus dipisahkan dari aturan moral. Masing-masing (kukum legal dan moral) harus diakui terpisah, masing-masing mempunyai 8

331 penerapannya sendiri, tetapi tetap mengacu pada nilai-nilai etika / moral. f. Erick Homburger Erickson Erickson merupakan salah seorang tokoh psikoanalisis pengikut Sigmund Freud. Dia memusatkan kajiannya pada perkembangan psikososial anak. Menurut Erickson (dalam Harre dan Lamb, 1988), dalam perkembangan, anak melewati delapan tahap perkembangan (developmental stages), disebut siklus kehidupan (life cycle) yang ditandai dengan adanya krisis psikososial tertentu. Teori Erickson ini secara luas banyak diterima, karena menggambarkan perkembangan manuasia mencakup seluruh siklus kehidupan dan mengakui adanya interaksi antara individu dengan kontek social. Kedelapan tahap tersebut digambarkan pada table 1.1. Tabel 1.1: Perkembangan Psikososial Erickson TAHAP USIA KRISIS PSIKOSOSIAL KEMAMPUAN I 0-1 Basic trust vs mistrust Menerima, dan sebaliknya, memberi II 2-3 Autonomy vs shame and Menahan atau doubt membiarkan III 3-6 Initiative vs guilt Menjadikan (seperti) permainan IV 7-12 Industry vs inferiority Membuat atau merangkai sesuatu V Identity vs role confusion Menjadi diri sendiri, berbagi konsep diri VI 20an Intimacy vs isolation Melepas dan mencari jati diri VII Generativity vs stagnation Membuat, memelihara VII >50 Ego integrity vs despair 9

332 Pada tahap Basic trust vs mistrust (infancy bayi), anak baru mulai mengenal dunia, perhatian anak adalah mencari rasa aman dan nyaman. Lingkungan dan sosok yang mampu menyediakan rasa nyaman / aman itulah yang dipercaya oleh anak, sebalinya, yang menjadikan sebaliknya, cenderung tidak dipercaya. Rasa aman dan nyaman ini terkait dengan kebutuhan primer seperti makan, minum, pakaian, kasih sayang. Sosok ibu atau pengasuh biasanya sangat dipercaya karena setiap mendatangkan kenyamanan. Sedangkan orang yang dianggap asing akan ditolaknya. Pada tahap Autonomy vs shame and doubt (toddler masa bermain), anak tidak ingin sepenuhnya tergantung pada orang lain. Aanak mulai mempunyai keinginan dan kemauan sendiri. Dalam masa ini, orangtua perlu memberikan kebebasan yang terkendali, karena apabila anak terlalu dikendalikan / didikte, pada diri anak dapat tumbuh rasa selalu was-was, ragu-ragu, kecewa. Pada tahap Initiative vs guilt (preschool prasekolah), pada diri anak mulai tumbuh inisiatif yang perlu difasilitasi, didorong, dan dibimbing oleh orang dewasa disekitarnya. Anak mulai bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Berbagai aktifitas fisik seperti bermain, berlari, lompat, banyak dilakukan. Kurangnya dukungan dari lingkungan, misalnya terlalu dikendalikan, kurangnya fasilitas, sehingga inisiatifnya menjadi terkendala, pada diri anak akan timbul rasa kecewa dan bersalah. Pada tahap ini, Industry vs inferiority (schoolage masa sekolah), anak cenderung luar biasa sibuk melakukan berbagai aktifitas yang diharapkan mempunyai hasil dalam waktu dekat. Keberhasilan dalam aktifitas ini akan menjadikan anak merasa puas dan bangga. Sebaliknya, jika gagal, anak akan merasa rendah diri. Oleh karena itu, anak memerlukan bmbngan dan fasilitasi agar tidak gagal dan setiap aktifitasnya. Pada tahap Identity vs role confusion (asolescence remaja), anak dihadapkan pada kondisi pencarian identittas diri. Jatidiri ini akan akan berpengaruh besar pada masa depannya. Pengaruh lingkungan sangat penting. Lingkungan yang baik akan menjadikan anak memiliki jati diri sebagai orang baik, sebaliknya lingkunganh yang tidak baik anak membawanya menjadi pribadi yang kurang 10

333 baik. Orang tua harus menjamin bahwa anak berada dalam lingkungan yang baik, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi, misalnya menjadi anggota geng anak nakal, anak jalanan, pemabuk, narkoba, dll., adalah disebabkan karena anak keliru dalam membangun identitas diri. Pada tahap Intimacy vs isolation (young adulthood dewasa awal), anak mulai menyadari bahwa meskipun dalam banyak hal memerlukan komunikasi dengan masyarakat dan teman sebaya, dalam hal-hal tertentu, ada yang memang harus bersifat privat. Ada hal-hal yang hanya dibicarakan dengan orang tertentu, ada orang tertentu tempat mencurahkan isi hati, memerlukan orang yang lebih dekat secara pribadi, termasuk pasangan lawan jenis. Kegagalan pada tahp ini dapat mengakibatkan anak merasa terisolasi di kehidupan masyarakat. Tahap Generativity vs stagnation (middle adulthood dewasa tengah-tengan) menandai munculnya rasa tanggungjawab atas generasi yang akan datang. Bentuk kepedulian ini tidak hanya dalam bentuk peran sebagai orangtua, tetapi juga perhatian dan kepeduliannya pada anak-anak yang merupakan generasi penerus. Ada rasa was-was akan generasi penerusnya (keturunannya), seperti apakah mereka nanti, bahagiakah, terpenuhi kebutuhannyakah? Atau akan stagnan, bertenti sama sekali. Tahap ini, Ego integrity vs despair (later adulthood dewasa akhir), adalah tahap akhir dari siklus kehidupan. Individu akan melakukan introspeksi, mereview kembali perjalanan kehidupan yang telah dilalui dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, dari karier satu ke karier lainnya. Yang pali ng diharapkan adalah jika tidak ada penyesalan. D. Daftar Pustaka 1. Clark, b. (1984). Growing Up Gifted. Boston, MA:. Prentice Hall. 2. Harre, R. & Lamb, R. (eds). (1988). The encyclopedic Dictionary of Psychology. Cambridge, MA: MIT Press. 11

334 3. Sugiman, Sumardiyono, Marfuah (2016). Guru Pembelajar : Modul Matematika SMP Karakteristik Siswa. Jakarta: Dtjen Guru Dan Tenaga Kependidikan. 4. Sukmadinata, N.S.(2009). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. 12

335 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB III TEORI BELAJAR Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

336

337 KEGIATAN BELAJAR 2: TEORI BELAJAR A. Tujuan Peserta pelatihan dapat menjelaskan teori belajar dan mampu memberikan contoh penerapannya dalam pembelajaran matematika. B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Mampu mendeskripsikan teori belajar behavioristik 2. Mampu mendeskripsikan teori belajar Vygotsky 3. Mampu mendeskripsikan teori belajar van Hiele 4. Mampu mendeskripsikan teori belajar Ausubel 5. Mampu mendeskripsikan teori belajar Bruner 6. Mampu menerapkan teori belajar dalam pembelajaran matematika C. Uraian Materi Dalam proses mengajar belajar, penguasaan seorang guru dan cara menyampaikannya merupakan syarat yang sangat essensial. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran dan pengelolaan kelas sangatlah penting, namun demikian belum cukup untuk menghasilkan pembelajaran yang optimal. Selain menguasai materi matematika guru sebaiknya menguasai tentang teori-teori belajar, agar dapat mengarahkan peserta didik berpartisipasi secara intelektual dalam belajar, sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa. Hal ini sesuai dengan isi lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang menyebutkan bahwa penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik menjadi salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Jika seorang guru akan menerapkan suatu teori belajar dalam proses belajar mengajar, maka guru tersebut harus memahami seluk beluk teori belajar tersebut sehingga selanjutnya dapat merancang dengan baik bentuk proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan. Psikologi belajar atau disebut dengan Teori Belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) 1

338 siswa. Di dalamnya terdiri atas dua hal, yaitu: (1) uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi padaintelektual anak, (2) uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tertentu. Terdapat dua aliran dalam psikologi belajar, yakni aliran psikologi tingkah laku (behavioristic)dan aliran psikologi kognitif. 1. Teori belajar behavioristik Psikologi belajar atau disebut juga dengan teori belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) individu (Suherman, dkk: 2001: 30). Didalamnya terdapat dua hal, yaitu 1) uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada intelektual; dan 2) uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tertentu. Dikenal dua teori belajar, yaitu teori belajar tingkah laku (behaviorism) dan teori belajar kognitif. Teori belajar tingkah laku dinyatakan oleh Orton (1987: 38) sebagai suatu keyakinan bahwa pembelajaran terjadi melalui hubungan stimulus (rangsangan) dan respon (response). Berikut dipaparkan empat teori belajar tingkah laku yaitu teori belajar dari Thorndike, Skinner, Pavlov, dan Bandura. a. Teori Belajar dari Thorndike Edward Lee Thorndike ( ) mengemukakan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan sebutan Law of effect. Belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan ini bisa timbul sebagai akibat anak mendapatkan pujian atau ganjaran lainnya. Stimulus ini termasuk reinforcement. Setelah anak berhasil melaksanakan tugasnya dengan tepat dan cepat, pada diri anak muncul kepuasan diri sebagai akibat sukses yang diraihnya. Anak memperoleh suatu kesuksesan yang pada gilirannya akan mengantarkan dirinya ke jenjang kesuksesan berikutnya. Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Thorndike ini disebut juga teori belajar koneksionisme.pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum yang terkait dengan teori koneksionisme yaitu hukum kesiapan 2

339 (law of readiness), hukum latihan (law of exercise) dan hukum akibat (law of effect). 1) Hukum kesiapan (law of readiness) menjelaskan kesiapan seorang anak dalam melakukan suatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai kecenderungan untuk bertindak atau melakukan kegiatan tertentu kemudian melakukan kegiatan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya. Tindakan-tindakan lain yang dia lakukan tidak menimbulkan kepuasan bagi dirinya. 2) Hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa jika hubungan stimulus- respon sering terjadi, akibatnya hubungan akan semakin kuat, sedangkan makin jarang hubungan stimulus-respon dipergunakan, maka makin lemah hubungan yang terjadi. Hukum latihan pada dasarnya menggunakan dasar bahwa stimulus dan respon akan memiliki hubungan satu sama lain secara kuat, jika proses pengulangan sering terjadi, makin banyak kegiatan ini dilakukan maka hubungan yang terjadi akan bersifat otomatis. Seorang anak yang dihadapkan pada suatu persoalan yang sering ditemuinya akan segera melakukan tanggapan secara cepat sesuai dengan pengalamannya pada waktu sebelumnya. 3) Hukum akibat (law of effect) menjelaskan bahwa apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan maka asosiasi akan semakin meningkat. Hal ini berarti bahwa kepuasan yang terlahir dari adanya ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan bagi anak, dan anak cenderung untuk berusaha melakukan atau meningkatkan apa yang telah dicapainya itu. Selanjutnya Thorndike mengemukakan hukum tambahan sebagai berikut: 1) Hukum reaksi bervariasi (law of multiple response) Individu diawali dengan proses trial and error yang menunjukkan bermacam- macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi. 3

340 2) Hukum sikap (law of attitude) Perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dan respon saja, tetapi juga ditentukan oleh keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya. 3) Hukum aktivitas berat sebelah (law of prepotency element) Individu dalam proses belajar memberikan respons pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif). 4) Hukum respon melalui analogi (law of response by analogy) Individu dapat melakukan respons pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Semakin banyak unsur yang sama, maka transfer akan semakin mudah. 5) Hukum perpindahan asosiasi (law of associative shifting) Proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur lama. Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyampaian teorinya, Thorndike mengemukakan revisi hukum belajar antara lain: 1) Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus-respons, sebaliknya tanpa pengulangan belum tentu akan memperlemah hubungan stimulus-respons. 2) Hukum akibat (law of effect) direvisi, karena dalam penelitiannya lebih lanjut ditemukan bahwa hanya sebagian saja dari hukum ini yang benar. Jika diberikan hadiah (reward) maka akan meningkatkan hubungan stimulusrespons, sedangkan jika diberikan hukuman (punishment) tidak berakibat apaapa. 4

341 3) Syarat utama terjadinya hubungan stimulus-respons bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respons. 4) Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada individu lain. Implikasi dari aliran pengaitan ini dalam kegiatan belajar mengajar seharihari adalah bahwa: 1) Untuk menjelaskan suatu konsep, guru sebaiknya mengambil contoh yang sekiranya sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alat peraga dari alam sekitar akan lebih dihayati. 2) Metode pemberian tugas, metode latihan (drill dan practice) akan lebih cocok untuk penguatan dan hafalan. Dengan penerapan metode tersebut siswa akan lebih banyak mendapatkan stimulus sehingga respon yang diberikan pun akan lebih banyak. 3) Hierarkis penyusunan komposisi materi dalam kurikulum merupakan hal yang penting.materi disusun dari materi yang mudah, sedang, dan sukar sesuai dengan tingkat kelas, dan tingkat sekolah. Penguasaan materi yang lebih mudah sebagai akibat untuk dapat menguasai materi yang lebih sukar. Dengan kata lain topik (konsep) prasyarat harus dikuasai dulu agar dapat memahami topik berikutnya. b. Teori Belajar Pavlov Pavlov terkenal dengan teori belajar klasik. Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan (conditioning). Terkait dengan kegiatan belajar mengajar, agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan soal pekerjaan rumah dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya, menjelaskannya, atau memberi nilai terhadap hasil pekerjaannya. 5

342 c. Teori Belajar Skinner Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Terdapat perbedaan antara ganjaran dan penguatan. Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subjektif, sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah pada hal-hal yang dapat diamati dan diukur. Skinner menyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku anak dalam melakukan pengulangan perilakunya itu. Dalam hal ini penguatan yang diberikan pada anak memperkuat tindakan anak, sehingga anak semakin sering melakukannya. Contoh penguatan positif diantaranya adalah pujian yang diberikan pada anak. Sikap guru yang bergembira pada saat anak menjawab pertanyaan, merupakan penguatan positif pula. Untuk mengubah tingkah laku anak dari negatif menjadi positif, guru perlu mengetahui psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan (memprediksi) dan mengendalikan tingkah laku anak. Guru di dalam kelas mempunyai tugas untuk mengarahkan anak dalam aktivitas belajar, karena pada saat tersebut, kontrol berada pada guru, yang berwenang memberikan instruksi ataupun larangan pada anak didiknya. Penguatan akan berbekas pada diri anak. Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas atau menjawab pertanyaan biasanya akan berusaha memenuhi tugas berikutnya dengan penuh semangat. Penguatan yang berbentuk hadiah atau pujian akan memotivasi anak untuk rajin belajar dan mempertahankan prestasi yang diraihnya. Penguatan seperti ini sebaiknya segera diberikan dan tak perlu ditunda-tunda. Karena penguatan akan berbekas pada anak, sedangkan hasil penguatan diharapkan positif, maka penguatan yang diberikan tentu harus diarahkan pada 6

343 respon anak yang benar. Janganlah memberikan penguatan atas respon anak jika respon tersebut sebenarnya tidak diperlukan. Skinner menambahkan bahwa jika respon siswa baik (menunjang efektivitas pencapaian tujuan) harus segera diberi penguatan positif agar respon tersebut lebih baik lagi, atau minimal perbuatan baik itu dipertahankan. Sebaliknya jika respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak menunjang tujuan pengajaran, harus segera diberi penguatan negatif agar respon tersebut tidak diulangi lagi dan berubah menjadi respon yang sifatnya positif. Penguatan negatif ini bisa berupa teguran, peringatan, atau sangsi (hukuman edukatif). d. Teori belajar Bandura Bandura mengemukakan bahwa siswa belajar melalui meniru. Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan santun dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, tingkah laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematik, maka siswa akan menirunya. Jika contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik ia pun menirunya. Dengan demikian guru harus menjadi manusia model yang profesional. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Teori belajar sosial dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi perilaku.teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep, yaitu: 1) Reciprocal determinism Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara kognitif, tingkah laku, dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya 7

344 dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. 2) Beyond reinforcement Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung pada reinforcement. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilahpilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun. Menurutnya, reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satusatunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi. 3) Self-regulation/cognition Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidakmampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, dan mengadakan konsekuensi bagi bagi tingkah lakunya sendiri. Prinsip dasar belajar sosial (social learning) adalah: 1) Sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). 2) Dalam hal ini, seorang siswa mengubah perilaku sendiri melalui penyaksian cara orang/sekelompok orang yang mereaksi/merespon sebuah stimulus tertentu. 3) Siswa dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya: guru/orang tuanya. Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya pembiasaan merespons (conditioning) dan peniruan (imitation). 8

345 Teori belajar sosial memiliki banyak implikasi untuk penggunaan di dalam kelas, yaitu: 1) Siswa sering belajar hanya dengan mengamati orang lain, yaitu guru. 2) Menggambarkan konsekuensi perilaku yang dapat secara efektif meningkatkan perilaku yang sesuai dan menurunkan yang tidak pantas. Hal ini dapat melibatkan berdiskusi dengan pelajar tentang imbalan dan konsekuensi dari berbagai perilaku. 3) Modeling menyediakan alternatif untuk membentuk perilaku baru untuk mengajar. Untuk mempromosikan model yang efektif, seorang guru harus memastikan bahwa empat kondisi esensial ada, yaitu perhatian, retensi, motor reproduksi, dan motivasi 4) Guru dan orangtua harus menjadi model perilaku yang sesuai dan berhatihati agar mereka tidak meniru perilaku yang tidak pantas, 5) Siswa harus percaya bahwa mereka mampu menyelesaikan tugastugas sekolah. Sehingga sangat penting untuk mengembangkan rasa efektivitas diri untuk siswa. Guru dapat meningkatkan rasa efektivitas diri siswa dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri siswa, memperlihatkan pengalaman orang lain menjadi sukses, danmenceritakan pengalaman sukses guru atau siswa itu sendiri. 6) Guru harus membantu siswa menetapkan harapan yang realistis untuk prestasi akademiknya. Guru harus memastikan bahwa target prestasi siswa tidak lebih rendah dari potensi siswa yang bersangkutan. 7) Teknik pengaturan diri menyediakan metode yang efektif untuk meningkatkan perilaku siswa. 2. Teori belajar Vygotsky Menurut pandangan konstruktivisme tentang belajar, individu akan menggunakan pengetahuan siap dan pengalaman pribadiyang telah dimilikinya untuk membantu memahami masalah atau materi baru. King (1994) menyatakan bahwa individu dapat membuat inferensi tentang informasi baru itu, menarik perspektif dari beberapa aspek pada pengetahuan yang 9

346 dimilikinya, mengelaborasi materi baru dengan menguraikannya secara rinci, dan menggeneralisasi hubungan antara materi baru dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Aktivitas mental seperti inilah yang membantu siswa mereformulasi informasi baru atau merestrukturisasi pengetahuan yang telah dimilikinya menjadi suatu struktur kognitif yang lebih luas/lengkap sehingga mencapai pemahaman mendalam. Lev Semenovich Vygotsky merupakan tokoh penting dalam konstruktivisme sosial. Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan aktual (yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri) dan tingkat perkembangan potensial (yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu). Yang dimaksud dengan orang dewasa adalah guru atau orang tua. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap- tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri. Gambar 2.Tiga Tahap Pengkonstruksian Pengetahuan 10

347 Berdasarkan uraian di atas, Vygotsky menekankan bahwa pengkonstruksian pengetahuan seorang individu dicapai melalui interaksi sosial. Proses pengkonstruksian pengetahuan seperti yang dikemukakan Vygotsky paling tidak dapat diilustrasikan dalam beberapa tahap seperti pada Gambar 2. Tahap perkembangan aktual (Tahap I) terjadi pada saat siswa berusaha sendiri menyudahi konflik kognitif yang dialaminya. Perkembangan aktual ini dapat mencapai tahap maksimum apabila kepada mereka dihadapkan masalah menantang sehingga terjadinya konflik kognitif di dalam dirinya yang memicu dan memacu mereka untuk menggunakan segenap pengetahuan dan pengalamannya dalam menyelesaikan masalah tersebut. Perkembangan potensial (Tahap II) terjadi pada saat siswa berinteraksi dengan pihak lain dalam komunitas kelas yang memiliki kemampuan lebih, seperti teman dan guru, atau dengan komunitas lain seperti orang tua. Perkembangan potensial ini akan mencapai tahap maksimal jika pembelajaran dilakukan secara kooperatif (cooperative learning) dalam kelompok kecil dua sampai empat orang dan guru melakukan intervensi secara proporsional dan terarah. Dalam hal ini guru dituntut terampil menerapkan teknik scaffolding yaitu membantu kelompok secara tidak langsung menggunakan teknik bertanya dan teknik probing yang efektif, atau memberikan petunjuk (hint) seperlunya. Proses pengkonstruksian pengetahuan ini terjadi rekonstruksi mental yaitu berubahnya struktur kognitif dari skema yang telah ada menjadi skema baru yang lebih lengkap. Proses internalisasi (Tahap III) menurut Vygotsky merupakan aktivitas mental tingkat tinggi jika terjadi karena adanya interaksi sosial. Jika dikaitkan dengan teori perkembanga mental yang dikemukakan Piaget, internalisasi merupakan proses penyeimbangan struktur-struktur internal dengan masukan-masukan eksternal. Proses kognitif seperti ini, pada tingkat perkembangan yang lebih tinggi diakibatkan oleh rekonseptualisasi terhadap masalah atau informasi sedemikian sehingga terjadi keseimbangan (keharmonisan) dari apa yang sebelumnya dipandang sebagai pertentangan atau konflik. Pada level ini, diperlukan intervensi yang dilakukan secara sengaja oleh 11

348 guru atau yang lainnya sehingga proses asimilasi dan akomodasi berlangsung dan mengakibatkan terjadinya keseimbangan (equilibrium). Aplikasi pemikiran Vygotsky untuk mempelajari matematika menumbuhkan pemahaman matematika dari koneksi pemikiran dengan bahasa matematika yang baru dalam mengkreasipengetahuan.mengkonstruksi pengetahuan merupakan fokus yang krusial dari pembelajaran Matematika. Vygotsky percaya bahwa siswa belajar untuk menggunakan bahasa baru dengan internalisasi pengetahuan dari kata yang mereka katakan, pengembangan budaya siswa dari pengetahuan kata dua proses fungsi. Pertama, pada tingkat sosial dan kedua, pada tingkat individual dimana pengetahuan kata digeneralisasikan sebagai pemahaman. Siswa menggunakandan menginternalisasikan kata-kata baru yang saat itu diperoleh dari orang lain. Mereka selalu menemukan diri mereka sendiri dalam Zona Pengembangan Proksimal (ZPD) sebagai pelajaran baru. ZPD merupakan tempat pengetahuan seseorang di antara pengetahuan saat itu dengan pengetahuan potensialnya. 3. Teori Belajar Van Hiele Dalam pembelajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh van Hiele (1954) yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri. van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang mengadakan penelitiandalam pembelajaran geometri. Penelitian yang dilakukan van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. van Hielemenyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu: pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan akurasi. a) Tahap Visualisasi (Pengenalan) Pada tingkat ini, siswa memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan (holistic). Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan komponenkomponen dari masing-masing bangun. Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama sesuatu bangun, siswa belum mengamati ciriciri dari bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa tahu suatu bangun 12

349 bernama persegipanjang, tetapi ia belum menyadari ciri-ciri bangun persegipanjang tersebut. b) Tahap Analisis (Deskriptif) Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciriciri dari masing-masing bangun. Dengan kata lain, pada tingkat ini siswa sudah terbiasa menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa suatu bangun merupakan persegipanjang karena bangun itu mempunyai empat sisi, sisi-sisi yang berhadapan sejajar, dan semua sudutnya siku-siku. c) Tahap Deduksi Formal (Pengurutan atau Relasional) Pada tingkat ini, siswa sudah bisa memahami hubungan antar ciri yang satu dengan ciri yang lain pada sesuatu bangun. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu segiempat sisi-sisi yang berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu sama panjang. Di samping itu pada tingkat ini siswa sudah memahami pelunya definisi untuk tiap-tiap bangun. Pada tahap ini, siswa juga sudah bisa memahami hubungan antara bangun yang satu dengan bangun yang lain. Misalnya pada tingkat ini siswa sudah bisa memahami bahwa setiap persegi adalah juga persegipanjang, karena persegi juga memiliki ciri-ciri persegipanjang. d) Tahap Deduksi Pada tingkat ini (1) siswa sudah dapat mengambil kesimpulan secara deduktif, yakni menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus, (2) siswa mampu memahami pengertian-pengertian pangkal, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan terorema-teorema dalam geometri, dan (3) siswa sudah mulai mampu menyusun bukti-bukti secara formal. Ini berarti bahwa pada tingkat ini siswa sudah memahami proses berpikir yang bersifat deduktif-aksiomatis dan mampu menggunakan proses berpikir tersebut. 13

350 Sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa jumlah sudut-sudut dalam jajargenjang adalah 360 secara deduktif dibuktikan dengan menggunakan prinsip kesejajaran. Pembuktian secara induktif yaitu dengan memotong-motong sudut-sudut benda jajargenjang, kemudian setelah itu ditunjukkan semua sudutnya membentuk sudut satu putaran penuh atau 360 belum tuntas dan belum tentu tepat. Seperti diketahui bahwa pengukuran itu pada dasarnya mencari nilai yang paling dekat dengan ukuran yang sebenarnya. Jadi, mungkin saja dapat keliru dalam mengukur sudut- sudut jajargenjang tersebut. Untuk itu pembuktian secara deduktif merupakan cara yang tepat dalam pembuktian pada matematika. Anak pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau problem, dan teorema. Anak pada tahap ini belum memahami kegunaan dari suatu sistem deduktif. Oleh karena itu, anak pada tahap ini belum dapat menjawab pertanyaan: mengapa sesuatu itu perlu disajikan dalam bentuk teorema atau dalil? e) Tahap Akurasi (tingkat metamatematis atau keakuratan) Pada tingkat ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsipprinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Sudah memahami mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil. Dalam matematika kita tahu bahwa betapa pentingnya suatu sistem deduktif. Tahap keakuratan merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Pada tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit, siswa mampu melakukan penalaran secara formal tentang sistem-sistem matematika (termasuk sistem-sistem geometri), tanpa membutuhkan model-model yang konkret sebagai acuan. Pada tingkat ini, siswa memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih dari satu geometri. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa menyadari bahwa jika salah satu aksioma pada suatu sistem geometri diubah, maka seluruh geometri tersebut juga akan berubah. Sehingga, pada tahap ini 14

351 siswa sudah memahami adanya geometri-geometri yang lain di samping geometri Euclides. Selain mengemukakan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif dalam memahami geometri, van Hiele juga mengemukakan bahwa terdapat tiga unsur yang utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode penyusun yang apabila dikelola secara terpadu dapat mengakibatkan meningkatnya kemampuan berpikir anak kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya. Menurut van Hiele, semua anak mempelajari geometri dengan melalui tahaptahap tersebut, dengan urutan yang sama, dan tidak dimungkinkan adanya tingkat yang diloncati. Akan tetapi, kapan seseorang siswa mulai memasuki suatu tingkat yang baru tidak selalu sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Proses perkembangan dari tahap yang satu ke tahap berikutnya terutama tidak ditentukan oleh umur atau kematangan biologis, tetapi lebih bergantung pada pengajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui siswa. Bila dua orang yang mempunyai tahap berpikir berlainan satu sama lain, kemudian saling bertukar pikiran maka kedua orang tersebut tidak akan mengerti. Menurut van Hiele seorang anak yang berada pada tingkat yang lebih rendah tidak mungkin dapat mengerti atau memahami materi yang berada pada tingkat yang lebih tinggi dari anak tersebut. Kalaupun anak itu dipaksakan untuk memahaminya, anak itu baru bisa memahami melalui hafalan saja bukan melalui pengertian. Adapun fase-fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam pembelajaran dalam mencapai tujuan itu. Fase-fase pembelajaran tersebut adalah: 1) fase informasi, 2) fase orientasi, 3) fase eksplisitasi, 4) fase orientasi bebas, dan 5) fase integrasi. Berdasar hasil penelitian di beberapa negara, tingkatan dari van Hiele berguna untuk menggambarkan perkembangan konsep geometrik siswa dari SD sampai Perguruan Tinggi. Van de Walle (1990:270) membuat deskripsi aktivitas yang lebih sederhana dibandingkan dengan deskripsi yang dibuat Crowley. Menurut Van de Walle aktivitas pembelajaran untuk masing-masing tiga tahap pertama adalah: 15

352 a. Aktivitas tahap 0 (visualisasi) Aktivitas siswa pada tahap ini antara lain: 1) Melibatkan penggunaan model fisik yang dapat digunakan untuk memanipulasi. 2) Melibatkan berbagai contoh bangun-bangun yang bervariasi dan berbeda sehingga sifat yang tidak relevan dapat diabaikan. 3) Melibatkan kegiatan memilih, mengidentifikasi dan mendeskripsikan berbagai bangun, dan 4) Menyediakan kesempatan untuk membentuk, membuat, menggambar, menyusun atau menggunting bangun. b. Aktivitas tahap 1 (analisis) Aktivitas siswa pada tahap ini antara lain: 1) Menggunakan model-model pada tahap 0, terutama model-model yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan berbagai sifat bangun. 2) Mulai lebih menfokuskan pada sifat-sifat dari pada sekedar identifikasi 3) Mengklasifikasi bangun berdasar sifat-sifatnya berdasarkan nama bangun tersebut. 4) Menggunakan pemecahan masalah yang melibatkan sifat-sifat bangun. c. Aktivitas tahap 2 (deduksi informal) Aktivitas siswa pada tahap ini antara lain: 1) Melanjutkan pengklasifikasian model dengan fokus pada pendefinisian sifat, membuat daftar sifat dan mendiskusikan sifat yang perlu dan cukup untuk kondisi suatu bangun atau konsep. 2) Memuat penggunaan bahasa yang bersifat deduktif informal, misalnya semua, suatu, dan jika maka, serta mengamati validitas konversi suatu relasi. 3) Menggunakan model dan gambar sebagai sarana untuk berpikir dan mulai mencari generalisasi atau kontra. 16

353 4. Teori Belajar Ausubel David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ausubel memberi penekanan pada proses belajar yang bermakna. Teori belajar Ausubel terkenal dengan belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Menurut Ausubel belajar dapat dikalifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada, yang meliputi fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu, tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Menurut Ausubel & Robinson (dalam Dahar: 1989) kaitan antar kedua dimensi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. 17

354 Gambar 3. Bentuk-bentuk belajar (menurut Ausubel & Robinson, 1969) Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsume-subsume yang telah ada. Ausubel membedakan antara belajar menerima dengan belajar menemukan. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal menghapalkannya, sedangkan pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi siswa tidak menerima pelajaran begitu saja. Selain itu terdapat perbedaan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna, pada belajar menghapal siswa menghafalkan materi yang sudah diperolehnya, sedangkan pada belajar bermakna materi yang telah diperoleh itu dikembangkannya dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih dimengerti. Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1988:116) prasyarat-prasyarat belajar bermakna ada dua sebagai berikut. (1) Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial; kebermaknaan materi tergantung dua faktor, yakni materi harus memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. (2) Siswa yang akan 18

355 belajar harus bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna. Dengan demikian mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna. Prinsip-prinsip dalam teori belajar Ausubel Menurut Ausubel faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang sudah diketahui siswa. Jadi agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Dalam menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, terdapat konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah: a.pengaturan Awal (advance organizer). Pengaturan Awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan mengingatkan siswa pada materi sebelumnya yang dapat digunakanm siswa dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. b.diferensiasi Progresif. Pengembangan konsep berlangsung paling baik jika unsur-unsur yang paling umum,paling inklusif dari suatu konsep diperkenalkan terklebih dahulu, dan kemudian barudiberikan hal-hal yang lebih mendetail dan lebih khusus dari konsep itu. Menurut Sulaiman (1988: 203) diferensiasi progresif adalah cara mengembangkan pokok bahasan melalui penguraian bahan secara heirarkhis sehingga setiap bagian dapat dipelajari secara terpisah dari satu kesatuan yang besar. c. Belajar Superordinat. Selama informasi diterima dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif (subsumsi), konsep itu tumbuh dan mengalami diferensiasi. Belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas, lebih inklusif. d. Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif). Mengajar bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsepbaru dihubungkan pada konsepkonsep superordinat. Guru harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan dipertentangkan dengan arti-arti sebelumnya 19

356 yang lebih sempit, dan bagimana konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi sekarang mengambil arti baru. Penerapan Teori Ausubel dalam Pembelajaran Untuk menerapkan teori Ausubel dalam pembelajaran, Dadang Sulaiman (1988) menyarankan agar menggunakan dua fase, yakni fase perencanaan dan fase pelaksanaan. Fase perencanaan terdiri dari menetapkan tujuan pembelajaran, mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa, membuat struktur materi dan memformulasikan pengaturan awal. Sedangkan fase pelaksanaan dalam pemebelajaran terdiri dari pengaturan awal, diferensiasi progresif, dan rekonsiliasi integratif. 5. Teori Belajar Bruner Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dari Universitas Haevard, Amerika Serikat, yang telah mempelopori aliran psikologi belajar kognitif yang memberikan dorrongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berpikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar atau memperoleh pengetahuan, menyimpan pengetahuan dan mentransformasikan pengetahuan. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antar konsep-konsep dan struktur-struktur. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat anak. Menurut Bruner (dalam Hudoyo, 1990:48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat 20

357 di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur- struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur dalam materi yang sedang dibicarakan. Dengan demikian materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami oleh anak. Dalam bukunya (Bruner, 1960) mengemukakan empat tema pendidikan, yakni: (1) Pentingnya arti struktur pengetahuan. Kurikulum hendaknya mementingkan struktur pengetahuan, karena dalam struktur pengetahuan kita menolong para siswa untuk melihat. (2) Kesiapan (readiness) untuk belajar. Menurut Bruner (1966:29), kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang memungkinkan seorang untuk mncapai keterampilanketerampilan yang lebih tinggi. (3) Nilai intuisi dalam proses pendidikan. Intuisi adalah teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasiformulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih atau tidak, serta (4) motivasi atau keinginan untuk belajar beserta cara-cara yang dimiliki para guru untuk merangsang motivasi itu. Belajar sebagai Proses Kognitif Menurut Bruner dalam belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi, dan (3) menguji relevan informasi dan ketepatan pengetahuan. Dalam belajar informasi baru merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan agar cocok atau sesuai dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah menjadi bentuk lain. 21

358 Kita menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan dengan minilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan itu cocok dengan tugas yang ada. Bruner menyebut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu: (1) pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada model-model tentang kenyataan yang dibangunnya dan (2) model-model semacam itu mulamula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model-model itu diadaptasi pada kegunaan bagi orang yang bersangkutan. Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang menurut Bruner adalah sebagai berikut. a. Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Dalam hal ini ada kalanya seorang anak mempertahankan suatu respons dalam lingkungan stimulus yang berubah-ubah, atau belajar mengubah responnya dalam lingkungan stimulus yang tidak berubah. Melalui pertumbuhan, seseorang memperoleh kebebasan dari pengontrolan stimulus melalui proses-proses perantara yang mengubah stimulus sebelum respons. b. Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjdi suatu sistem simpanan (storage system) yang sesuai dengan lingkungan. Sistem inilah yang memungkinkan peningkatan kemampuan anak untuk bertindak di atas informasi yang diperoleh pada suatu kesempatan. Ia melakukan ini dengan membuat ramalan-ramalan, dan ektrapolasi-ekstrapolasi dari model alam yang disimpannya. c. Pertumbuhan intelektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol, apa yang telah dilakukan atau apa yang dilakukan. Bruner (1966) mengemukakan bahwa terdapat tiga sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuan secara sempurna. Ketiga sistem 22

359 keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presents), yaitu: a. Cara penyajian enaktif Cara penyajian enaktif adalah melalui tindakan, anak terlibat secara langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik )objek, sehingga bersifat manipulatif. Anak belajar sesuatu pengetahuan secara aktif, dengan menggunakan bendabenda konkret atau situasi nyata. Dengan cara ini anak mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Dalam cara penyajian ini anak secara langsung terlihat. b. Cara penyajian ikonik Cara penyajian ikonik didasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik, yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif. Bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir. c. Cara penyajian simbolik Cara penyajian simbolik didasarkan pada sistem berpikir abstrak, arbitrer, dan lebih fleksibel. Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek lain. Dari hasil penelitiannya Bruner mengungkapkan dalil-dalil terkait penguasaan konsep-kosep oleh anak. Dalil-dalil tersebut adalah dalil-dalil penyusunan (construction theorem), dalil notasi (notation theorem), dalil kekontrasan dan dalil variasi (contrast and variation theorem), dalil pengaitan (connectivity theorem). 23

360 Menerapkan Metode Penemuan dalam Pembelajaran Salah satu dari model-model instruksional kognitif yang paling berpengaruh adalah model belajar penemuan Jerome Bruner (1966). Selanjutnya Bruner memberikan arahan bagaimana peran guru dalam menerapkan belajar penemuan pada siswa, sebagai berikut. a. Merencanakan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya menggunakan sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa, kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan, sehingga terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbullah masalah, yang akan merangsang siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah tersebut. b. Urutan pengajaran hendaknya menggunakan cara penyajian enaktif, ikonik, kemudian simbolik karena perkembangan intelektual siswa diasumsikan mengikuti urutan enaktif, ikonik, kemudian simbolik. c. Pada saat siswa memcahkan masalah, guru hendaknya berperan sebagai pembimbing atau tutor. Guru hendaknya tidak mengungkap terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, guru hendaknya memberikan saransaran jika diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada saat yang tepat untuk perbaikan siswa. d. Dalam menilai hasil belajar bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes esay, karena tujuan-tujuan pembelajaran tidak dirumuskan secara mendetail. Tujuan belajar penemuan adalah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri generalisasi-generalisasi itu. D. Daftar Pustaka Bruner, J.S the Process of Education. Cambridge. Havard University Press. Crowly, L. Mary The van Hiele Model of The Development of Geometric Thought. Learning and Teaching Geometry. K-12. pp NCTM, USA. Dahar, Ratnawilis Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. 24

361 Flavell, J. H. (1963). The Developmental Psychology of Jean Piaget. New York: D. Van Nostrand Company. Fuys, D., Geddes, d., and Tischler The van Hiele Model Tinking in Geometry among Adolescent. Journal for research in Mathematics Education. Number 3. Volume XII. Imam Sujadi, dkk Teori Belajar, himpunan, dan Logika Matematika. Guru Pembelajar Modul Matematika SMP. Jakarta: PPPPTK Kemdikbud. Schunk, D. H Learning Theories an Educational Perspective sixth edition. Diterjemahkan oleh : Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suherman, dkk Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: JICA. Sulaiman, Dadang Teknologi/Metodologi Pengajaran. Jakarta:P2LPTK. Sweller, J. (2004). Instructional Design Consequences of an Analogy between Evolution by Natural Selection and Human Cognitive Architecture. Instructional Science, 32(1-2), Taylor Vygotskian Influences in Mathematics Education with Particular 25

362

363 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB IV KURIKULUM 2013 Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

364

365 KEGIATAN BELAJAR 3 : KURIKULUM 2013 A. Tujuan Setelah membaca sumber belajar ini diharapkan Guru mempunyai wawasan tentang rasional dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum khususnya kurikulum 2013 dengan tepat dan jelas, memahami tentang SKL, KI, dan KD pada tingkat satuan pendidikan, serta mampu menganalisis keterkaitan SKL, KI, KD, dan indikator pencapaian kompetensi B. Indikator Pencapaian Kompetensi Diharapkan setelah membaca modul ini guru dapat: 1. Menjelaskan rasional dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum khususnya kurikulum 2013 dengan tepat dan jelas 2. Menjelaskan pengertian SK, KI, dan KD. 3. Menganalisis keterkaitan SKL dengan KI dan KD. 4. Menganalisis kesesuaian indikator pembelajaran dengan KD. C. Uraian Materi Kurikulum sebagai satu kesatuan dari beberapa komponen pastilah ada memiliki peran dan fungsi. Peran kurikulum yaitu: a. Peran konservatif. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai budaya sebagai warisan masa lalu. b. Peran kreatif. Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa bergerak maju secara dinamis. c. Peran kritis dan evaluatif. Kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan mana yang harus dimiliki oleh siswa. Sedangkan fungsi kurikulum yaitu: a. Fungsi umum pendidikan. Maksudnya untuk mempersiapkan peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan baik. 1

366 b. Suplementasi. Kurikulum sebagai alat pendidikan harus dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa. c. Eksplorasi. Kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa. d. Keahlian. Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. Adapun prinsip pengembangan kurikulum, yaitu. a. Relevansi. Kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah harus memiliki kesesuaian (relevansi) sehingga kurikulum tersebut bisa bermanfaat. Ada dua relevansi: relevansi internal, yaitu kesesuaian antara setiap komponen (anatomi) kurikulum; kedua relevansi eksternal, yaitu program kurikulum harus sesuai dan mampu menjawab terhadap tuntutan dan perkembangan kehidupan masyarakat. b. Fleksibilitas. Kurikulum harus bisa diterapkan secara lentur disesuaikan dengan karakteristik dan potensi setiap siswa, juga dinamika kehidupan masyarakat. c. Kontinuitas. Isi program dan penerapan kurikulum di setiap sekolah harus memberi bekal bagi setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya secara berkesinambungan dan berkelanjutan (kontinuitas). Setiap satuan pendidikan mengembangkan kurikulum dengan membaca dan mengetahui bagaimana program kurikulum di satuan pendidikan yang lainnya. d. Efisiensi dan Efektivitas. Kurikulum harus memungkinkan setiap personil untuk menerapkannya secara mudah dengan menggunakan biaya secara proporsional dan itulah efisien. Penggunaan seluruh sumber daya baik piranti kurikulum, sumber daya manusia maupun sumber finansial harus menjamin bagi tercapainya tujuan atau membawa hasil secara optimal dan itulah makna dari prinsip efektivitas Kurikulum yang diberlakukan di Indonesia sejak Indonesia merdeka telah mengalami beberapa kali perubahan. Kurikulum tersebut secara berturut turut diberlakukan di 2

367 Indonesia disesuaikan dengan tuntutan perubahan jaman. Kurikulum tyang telah diberlakukan sampai saat ini adalah Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (Kurikulum berbasis kompetensi/kbk), Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP), dan saat ini diterapkan Kurikulum 2013 secara berjenjang. Komponen terpenting implementasi kurikulum adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang diselenggarakan di dalam dan/atau luar kelas untuk membantu peserta didik mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Di antara pendekatan dan metode yang dianjurkan dalam Standar Proses tersebut adalah pendekatan saintifik, inkuiri, pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis projek pada semua mata pelajaran. Pendekatan/metode lainnya yang dapat diimplementasikan antara lain pembelajaran kontekstual dan pembelajaran kooperatif. Walaupun banyak guru SMP di Indonesia telah mengenal metode-metode tersebut, pengimplementasian metode-metode tersebut di kelas merupakan hal yang belum biasa. Untuk mengimplementasikannya, guru memerlukan panduan operasional yang memberikan gambaran utuh kegiatan-kegiatan pembelajaran operasional apa saja yang dilaksanakan pada tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diterbitkan panduan proses pembelajaran yang secara rinci memberikan petunjuk operasional bagaimana metode-metode tersebut diimplementasikan pada kegiatan belajar mengajar pada tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Di dalam kerangka pengembangan kurikulum 2013, hanya 4 standar yang berubah, yakni Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan 3

368 keterampilan. Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai SKL. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan SKL berdasarkan kesiapan siswa, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang memberatkan guru. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Tantangan internal. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi SI, standar proses, SKL, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan lainnya terkait perkembangan penduduk usia produktif Indonesia. Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun pada saat angkanya mencapai 70%. 2. Tantangan eksternal. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait pendidikan. Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anakanak Indonesia tidak menggembirakan. Hal ini antara lain dikarenakan banyak 4

369 materi uji yang ditanyakan tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut. 1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; 3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; 5. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam KI; 6. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara soft skills serta hard skills siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecapakan berpikir sains, terkembangkannya sense of inquiry dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran harus mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana hal itu diperoleh siswa. Penguatan materi pada Kurikulum 2013 dilakukan dengan pengurangan materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. 5

370 Juga menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional, serta penguatan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Cakupan materi di SMP meliputi bilangan rasional, real, pengenalan aljabar, himpunan, geometri dan pengukuran (termasuk transformasi, bangun tidak beraturan), dan statistika dan peluang (termasuk metode statistik sederhana. Secara umum, perbaikan Kurikulum 2013 bertujuan agar selaras antara ide, desain, dokumen, dan pelaksanaannya. Secara khusus, perbaikan Kurikulum 2013 bertujuan menyelaraskan KI-KD, silabus, pedoman mata pelajaran, pembelajaran, penilaian, dan buku teks. Perbaikan tersebut dilaksanakan berdasarkan prinsip perbaikan kurikulum sebagai berikut. 1. Keselarasan Dokumen KI-KD, Silabus, Buku Teks Pelajaran, Pembelajaran, dan Penilaian Hasil Belajar harus selaras dari aspek kompetensi dan lingkup materi. 2. Mudah Dipelajari Lingkup kompetensi dan materi yang dirumuskan dalam KD mudah dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis dan aspek pedagogis. 3. Mudah Diajarkan Lingkup kompetensi dan materi yang dirumuskan pada KD mudah diajarkan oleh guru sesuai dengan gaya belajar peserta didik, karakteristik mata pelajaran, karakteristik kompetensi, dan sumber belajar yang ada di lingkungan. 4. Terukur Kompetensi dan materi yang diajarkan terukur melalui indikator yang mudah dirumuskan dan layak dilaksanakan. 5. Bermakna untuk Dipelajari Kompetensi dan materi yang diajarkan mempunyai kebermaknaan bagi peserta didik sebagai bekal kehidupan. Di dalam kerangka pengembangan kurikulum 2013, terdapat 4 standar yang berubah, yakni Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan 6

371 Standar Penilaian. 1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Berdasarkan analisis kebutuhan, potensi, dan karakteristik sosial, ekonomi, dan budaya daerah, maka ditetapkan SKL sebagai kriteria kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL sebagai acuan utama pengembangan ketujuh standar pendidikan lainnya. SKL terdiri 3 ranah yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Ranah sikap mencakup 4 elemen yaitu proses, individu, sosial, dan alam. Ranah pengetahuan mencakup 3 elemen yaitu proses, obyek, dan subyek, sedangkan ranah ketrampilan terbagi 3 elemen yaitu proses, abstrak, dan kongkrit. Setiap elemen digunakan kata-kata operasional yang berbeda. Selanjutnya SKL diterjemahkan kedalam Kompetensi Inti yang berada dibawahnya. Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas: a. Dimensi Sikap. Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya, yang dicapai melalui: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. b. Dimensi Pengetahuan. Manusia yang memiliki pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban, yang dicapai melalui: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi. c. Dimensi Keterampilan. Manusia yang memiliki pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret, yang dicapai melalui: mengamati; menanya; mencoba dan mengolah; menalar; mencipta; menyajikan dan mengomunikasikan Perumusan kompetensi lulusan antarsatuan pendidikan mempertimbangkan gradasi setiap tingkatan satuan pendidikan dan memperhatikan kriteria sebagai berikut: perkembangan psikologis anak, lingkup dan kedalaman materi, kesinambungan, dan fungsi satuan pendidikan. 7

372 Tabel. 1. Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan SMA/MA/SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi sikap SD/MI/SDLB/ Paket A Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. berkarakter, jujur, dan peduli, 3. bertanggungjawab, 4. pembelajar sejati sepanjang hayat, dan 5. sehat jasmani dan rohani SMP/MTs/SMPLB/ Paket B RUMUSAN Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. berkarakter, jujur, dan peduli, 3. bertanggungjawab 4. pembelajar sejati sepanjang hayat, dan 5. sehat jasmani dan rohani SMA/MA/SMALB/ Paket C Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. berkarakter, jujur, dan peduli, 3. bertanggungjawab, 4. pembelajar sejati sepanjang hayat, dan 5. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara. sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional. sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional. Tabel 2. Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/ SMPLB/Paket B; dan SMA/MA/ SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan. SD/MI/SDLB/ Paket A SMP/MTs/SMPLB/ Paket B RUMUSAN SMA/MA/SMALB/ Paket C 8

373 Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar berkenaan dengan: 1. ilmu pengetahuan, 2. teknologi, 3. seni, dan 4. budaya. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara. Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berkenaan dengan: 1. ilmu pengetahuan, 2. teknologi, 3. seni, dan 4. budaya. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional. Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkenaan dengan: 1. ilmu pengetahuan, 2. teknologi, 3. seni, 4. budaya, dan 5. humaniora. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional. Tabel 3. Istilah pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif. PENJELASAN SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB/ SMA/MA/SMALB/ Paket A Paket B Paket C Faktual Pengetahuan dasar Pengetahuan teknis Pengetahuan teknis berkenaan dengan dan spesifik tingkat dan spesifik, detail ilmu pengetahuan, sederhana berkenaan dan kompleks teknologi, seni, dan dengan ilmu berkenaan dengan budaya terkait dengan pengetahuan, ilmu pengetahuan, 9

374 diri sendiri, keluarga, teknologi, seni, dan teknologi, seni, dan sekolah, masyarakat budaya terkait dengan budaya terkait dengan dan lingkungan alam masyarakat dan masyarakat dan sekitar, bangsa, dan lingkungan alam lingkungan alam negara. sekitar, bangsa, sekitar, bangsa, negara, dan kawasan negara, kawasan regional. regional, dan internasional. Konseptual Terminologi/ Terminologi/ Terminologi/ istilah yang istilah dan klasifikasi, istilah dan klasifikasi, digunakan, klasifikasi, kategori, prinsip, kategori, prinsip, kategori, prinsip, dan generalisasi dan teori, generalisasi, generalisasi yang digunakan teori,model, dan berkenaan dengan terkait dengan struktur yang ilmu pengetahuan, pengetahuan teknis digunakan terkait teknologi, seni dan dan spesifik tingkat dengan pengetahuan budaya terkait dengan sederhana berkenaan teknis dan spesifik, diri sendiri, keluarga, dengan ilmu detail dan kompleks sekolah, masyarakat pengetahuan, berkenaan dengan dan lingkungan alam teknologi, seni, dan ilmu pengetahuan, sekitar, bangsa, dan budaya terkait dengan teknologi, seni, dan negara. masyarakat dan budaya terkait dengan lingkungan alam masyarakat dan sekitar, bangsa, lingkungan alam negara, dan kawasan sekitar, bangsa, regional. masyarakat negara, kawasan dan lingkungan alam regional, dan sekitar, bangsa, internasional. negara, dan kawasan regional. 10

375 Prosedural Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang cara melakukan cara melakukan cara melakukan sesuatu atau kegiatan sesuatu atau kegiatan sesuatu atau kegiatan yang berkenaan yang terkait dengan yang terkait dengan dengan ilmu pengetahuan teknis, pengetahuan teknis, pengetahuan, spesifik, algoritma, spesifik, algoritma, teknologi, seni, dan metode tingkat metode, dan kriteria budaya terkait dengan sederhana berkenaan untuk menentukan diri sendiri, keluarga, dengan ilmu prosedur yang sesuai sekolah, masyarakat pengetahuan, berkenaan dengan dan lingkungan alam teknologi, seni, dan ilmu pengetahuan, sekitar, bangsa dan budaya terkait dengan teknologi, seni, dan negara. masyarakat dan budaya, terkait lingkungan alam dengan masyarakat sekitar, bangsa, dan lingkungan alam negara, dan kawasan sekitar, bangsa, regional. kawasan negara, kawasan regional. regional, dan internasional. sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional. Metakognitif Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang kekuatan dan kekuatan dan kekuatan dan kelemahan diri sendiri kelemahan diri sendiri kelemahan diri sendiri dan menggunakannya dan menggunakannya dan menggunakannya dalam mempelajari dalam mempelajari dalam mempelajari ilmu pengetahuan, pengetahuan teknis pengetahuan teknis, teknologi, seni dan dan spesifik tingkat detail, spesifik, budaya terkait dengan sederhana berkenaan kompleks, kontekstual diri sendiri, keluarga, dengan ilmu dan kondisional 11

376 sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara. pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional. berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional. Tabel 4. Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan SMA/MA/ SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan. SD/MI/SDLB/ Paket A Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. kreatif, 2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri, 5. kolaboratif, dan 6. komunikatif SMP/MTs/SMPLB/ Paket B RUMUSAN Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. kreatif, 2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri, 5. kolaboratif, dan 6. komunikatif SMA/MA/SMALB/ Paket C Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. kreatif, 2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri, 5. kolaboratif, dan 6. komunikatif melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan tahap perkembangan anak yang relevan dengan tugas yang diberikan melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri 12

377 2. Kompetensi Inti (KI) Kompetensi inti (KI) merupakan standar penilaian yang harus dimiliki secara berbeda pada setiap tingkatan dan kelas. KI merupakan komponen penilaian yang akan dapat mengejawantahkan/mewujudkan isi dari SKL. Isi KI harus mencerminkan harapan dari SKL Kompetensi inti (KI) terdiri dari KI-1 sampai dengan KI-4. Rumusan setiap KI berbeda sesuai dengan aspeknya. Untuk mencapai kemampuan yang terdapat di dalam KI perlu diterjemahkan kedalam KD yang sesuai dengan aspek pada setiap KI. KI merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai SKL yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan Kompetensi Dasar. Rumusan KI meliputi: a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. KI berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) KD. Sebagai unsur pengorganisasi, KI merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal KD. Organisasi vertikal KD adalah keterkaitan KD satu kelas dengan kelas di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antarkompetensi yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara KD satu mata pelajaran dengan KD dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu kelas yang sama sehingga saling memperkuat. Uraian tentang KI untuk jenjang SMP/MTs dapat dilihat pada tabel berikut. KOMPETENSI INTI KELAS VII 1. Menghargai dan menghayati ajaran KOMPETENSI INTI KELAS VIII 1. Menghargai dan menghayati ajaran KOMPETENSI INTI KELAS IX 1. Menghargai dan menghayati ajaran 13

378 KOMPETENSI INTI KELAS VII KOMPETENSI INTI KELAS VIII KOMPETENSI INTI KELAS IX agama yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami pengetahuan 3. Memahami dan 3. Memahami dan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 4. Mencoba, mengolah, 4. Mengolah, menyaji, dan 4. Mengolah, menyaji, 14

379 KOMPETENSI INTI KELAS VII dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori KOMPETENSI INTI KELAS VIII menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori KOMPETENSI INTI KELAS IX dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori Kompetensi inti sikap spiritual (KI-1) dan kompetensi inti sikap sosial (KI-2) dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu: keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. 3. Kompetensi Dasar (KD) Kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 SMP/MTs berisi kemampuan dan muatan pembelajaran untuk mata pelajaran pada SMP/MTs yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. 15

380 Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masing-masing mata pelajaran. Kompetensi dasar untuk Mata Pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan meliputi empat kelompok sesuai dengan pengelompokan kompetensi inti sebagai berikut. a. Kelompok 1: kelompok KD sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; b. Kelompok 2: kelompok KD sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2; c. Kelompok 3: kelompok KD pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; d. Kelompok 4: kelompok KD keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. Kompetensi dasar yang berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung KI-1) dan sikap sosial (mendukung KI-2) ditumbuhkan melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada saat peserta didik belajar tentang pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4). Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI- 2. Pembelajaran KI-1 dan KI-2 terintegrasi dengan pembelajaran KI-3 dan KI Indikator Indikator pencapaian kompetensi (IPK) merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. IPK dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Dalam mengembangkan IPK perlu mempertimbangkan: (a) tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; (b) karakteristik mata pelajaran, siswa, dan sekolah; (c) potensi dan kebutuhan siswa, masyarakat, dan lingkungan/daerah. Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator, yaitu: indikator pencapaian kompetensi yang terdapat dalam RPP, dan 16

381 indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang dikenal sebagai indikator soal. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian kompetensi dasar. IPK berfungsi sebagai berikut: a. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran. Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan. IPK yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan siswa, sekolah, serta lingkungan. b. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai IPK yang dikembangkan, karena IPK dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. IPK yang menuntut kompetensi dominan pada aspek prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi discoveryinquiry. c. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi siswa. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan IPK sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal. d. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar. Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar. Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan IPK harus mengakomodasi kompetensi yang tercantum dalam KD. IPK dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan kata kerja operasional. Rumusan IPK sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi 17

382 dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Kata kerja operasional pada IPK pencapaian kompetensi aspek pengetahuan dapat mengacu pada ranah kognitif taksonomi Bloom, aspek sikap dapat mengacu pada ranah afektif taksonomi Bloom, aspek keterampilan dapat mengacu pada ranah psikomotor taksonomi Bloom. IPK pada Kurikulum 2013 untuk KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap yang gejalanya dapat diamati sebagai dampak pengiring dari KD pada KI-3 dan KI-4. IPK untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang dapat diamati dan terukur. 5. Silabus Mata Pelajaran Silabus mata pelajaran merupakan pedoman dalam menyusun rencana kegiatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Hubungan logis antarberbagai komponen dalam silabus dari setiap mata pelajaran merupakan langkah yang harus dipersiapkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Silabus mata pelajaran juga dapat dijadikan pedoman dalam menyusun buku siswa yang memuat materi pelajaran, aktivitas peserta didik, dan evaluasi. Kompetensi dasar merupakan kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah kegiatan pembelajaran baik kompetensi pengetahuan maupun keterampilan. Materi pembelajaran yang diturunkan dari kompetensi dasar berisi materi-materi pokok pada setiap mata pelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran, dapat dilakukan melalui pendekatan saintifik, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran penemuan, atau pembelajaran penyelidikan, termasuk pembelajaran kooperatif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut. 18

383 Silabus disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum, kemudahan bagi guru dalam mengajar, kemudahan bagi peserta didik dalam belajar, keterukuran pencapaian kompetensi, kebermaknaan, dan kebermanfaatan untuk dipelajari sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik. Komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan belajar berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspirasi bagi guru dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Kompetensi sikap spiritual dan sompetensi sikap sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. 6. Keterkaitan antara SKL, KI-KD, dan Silabus Standar kompetensi kulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 19

384 Kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar. Kompetensi inti mencakup: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai standar kompetensi lulusan. Kompetensi dasar adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Dalam setiap rumusan kompetensi dasar terdapat unsur kemampuan berpikir dan materi. Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan kompetensi dasar. Alur pencapaian kompetensi lulusan, kompetensi inti, dan kompetensi dasar melalui proses pembelajaran dan penilaian adalah sebagai berikut. (1) Kompetensi inti (KI-3 dan KI-4) memberikan arah tingkat kompetensi pengetahuan dan keterampilan minimal yang harus dicapai peserta didik. (2) Kompetensi dasar dari KI-3 adalah dasar pengembangan materi pembelajaran, sedangkan kompetensi dasar dari KI-4 mengarahkan keterampilan dan pengalaman belajar yang perlu dilakukan peserta didik. Dari sinilah pendidik dapat mengembangkan proses belajar dan cara penilaian yang diperlukan melalui pembelajaran langsung. (3) Dari proses belajar dan pengalaman belajar, peserta didik akan memperoleh pembelajaran tidak langsung berupa pengembangan sikap sosial dan spiritual yang relevan dengan berpedoman pada kompetensi dasar dari KI-2 dan KI-1. (4) Rangkaian dari KI-KD sampai dengan penilaian tertuang dalam silabus, kecuali untuk tujuan pembelajaran, tidak diwajibkan dicantumkan baik dalam RPP maupun dalam Silabus. 20

385 KETERKAITAN SKL, KI, DAN KD DALAM PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN S K L KI1- KD1*) KI2- KD2*) KI3-KD- 3 KI4-KD- 4 IPK*) IPK*) IPK IPK Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sikap*) Pengeta huan Keterampilan S K L *) UNTUK MAPEL: PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. S I L A B U S Gambar 2. Keterkaitan SKL, KI dan KD dalam Pembelajaran dan Penilaian Pada bagian ini akan diberikan contoh analisis keterkaitan KI dan KD dengan indikator pencapaian kompetensi dan materi pembelajaran pada topik kekongruenan dan kesebangunan. 21

386 Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi Materi Pembelajaran 1. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 3.6 Memaham i konsep kesebanguna n dan kekongruena n geometri melalui pengamatan Menjelaskan syarat kongruen dua bangun segibanyak (polygon) Menentukan sisisisi dan sudut-sudut yang bersesuaian pada dua bangun datar yang kongruen Menentukan panjang sisi dan besar sudut yang belum diketahui pada dua bangun yang kongruen Menjelaskan syarat-syarat dua segitiga yang kongruen Membuktikan dua segitiga kongruen Menyelesaikan masalah Menentukan yang sisisisi dan sudut-sudut yang bersesuaian pada dua bangun yang sebangun Menentukan panjang sisi yang belum diketahui dari dua bangun sebangun Menjelaskan syarat-syarat dua segitiga yang sebangun Menentukan sisisisi dan sudut-sudut yang bersesuaian pada dua segitiga yang sebangun Menentukan panjang sisi yang belum diketahui dari dua segitiga sebangun Topik: Kekongruenan dan Kesebangunan Sub Topik: Kekongruenan Bangun Datar Kekongruenan Dua Segitiga Kesebangunan Bangun Datar Kesebangunan Dua Segitiga 22

387 4 Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut 4.5. Menyelesa ikan permasalahan nyata hasil pengamatan yang terkait penerapan kesebangunan dan kekongruenan Memilih srategi yang tepat dalam menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan kekongruenan dan kesebangunan Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kekongruenan dan kesebangunan. Pengembangan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dan Materi Pembelajaran Pengembangan indikator dan materi pembelajaran merupakan merupakan 2 kemampuan yang harus dikuasai seorang guru sebelum mengembangkan RPP dan melaksanakan pembelajaran. Melalui pemahaman keterkaitan kompetensi (SKL-KI- KD), maka pendidik yang mengampu mata pelajaran Matematika dapat merumuskan indikator pencapaian kompetensi pengetahuan terkait dengan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif serta indikator keterampilan berkaitan tidak hanya keterampilan bertindak tetapi juga keterampilan berpikir yang juga dikatakan sebagai keterampilan abstrak dan konkret. Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan SKL berdasarkan kesiapan siswa, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang memberatkan guru. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Tantangan internal. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 23

388 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi SI, standar proses, SKL, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan lainnya terkait perkembangan penduduk usia produktif Indonesia. Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun pada saat angkanya mencapai 70%. 2. Tantangan eksternal. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait pendidikan. Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anakanak Indonesia tidak menggembirakan. Hal ini antara lain dikarenakan banyak materi uji yang ditanyakan tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut. 1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; 3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; 5. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam KI; 24

389 6. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/ menalar, dan mengomunikasikan. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara soft skills serta hard skills siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecapakan berpikir sains, terkembangkannya sense of inquiry dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran harus mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana hal itu diperoleh siswa. Penguatan materi pada Kurikulum 2013 dilakukan dengan pengurangan materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Juga menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional, serta penguatan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Cakupan materi di SMP meliputi bilangan rasional, real, pengenalan aljabar, himpunan, geometri dan pengukuran (termasuk transformasi, bangun tidak beraturan), dan statistika dan peluang (termasuk metode statistik sederhana). D. Daftar Pustaka Anglin, W. S Mathematics: A Concise History and Philosophy. New York: Springer-Verlag. Boyer, Carl B A History of Mathematics. New York: John Wiley & Sons, Inc. Cooke, R The History of Mathematics. A Brief Cource. New York: John Wiley & Sons, Inc. 25

390 Sumardyono Sejarah Topik Matematika Sekolah. Seri Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika (PPPG Matematika) Sumardyono Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Matematika. Seri Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika (PPPG Matematika) Sumardyono Sejarah dan Filsafat Matematika. Modul Diklat Pasca UKA. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika (PPPPTK Matematika) Tim Penyusun Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Jakarta: Direktorat PSMP. Yogi Anggraena Kurikulum Matematika 1 dan Aljabar 1. Bahan ajar diklat. Jakarta: Kemdikbud PPPPTK 26

391 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB V DESAIN PEMBELAJARAN Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

392

393 KEGIATAN BELAJAR 4: DESAIN PEMBELAJARAN A. Tujuan Setelah membaca sumber belajar ini diharapkan Guru mempunyai wawasan tentang desain pembelajaran. Diantaranya mengetahui pengertian dan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik, pembelajaran Problem-based Learning, pembelajaran Project-based Learning, Inquiry, Discovery Learning, serta menerapkan pendekatan dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan KD B. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah membaca sumber belajar ini diharapkan Guru dapat: 1. Menjelaskan pengertian dan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik 2. Menjelaskan pengertian dan langkah-langkah pembelajaran Problem-based Learning 3. Menjelaskan pengertian dan langkah-langkah pembelajaran Project-based Learning 4. Menjelaskan pengertian dan langkah-langkah Inquiry 5. Menjelaskan pengertian dan langkah-langkah Discovery Learning 6. Menerapkan pendekatan dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan KD C. Uraian Materi 1. Pendekatan saintifik (dalam pembelajaran) dan metode saintifik Pada Permendikbud No.103 tahun 2014 dinyatakan bahwa Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya, misalnya Discovery Learning, Project-based Learning, Problem-based Learning, Inquiry learning. Pada kalimat di atas tersua tiga istilah yang disusun secara hirarkis, yakni pendekatan, strategi, dan model. Dalam beberapa buku teks pembelajaran, 1

394 istilah pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang (perspektif) terhadap proses pembelajaran (Sanjaya, 2007: 127). Dalam ranah pendidikan bahasa, Douglas Brown (2001: 14) yang merujuk pendapat Edward Anthony (1963), juga menyatakan tiga komponen hirarkis yang kurang lebih sama yakni pendekatan, metode, dan teknik. Di sini pendekatan dipandang sebagai seperangkat asumsi atau prinsip tentang bahasa dan pembelajaran bahasa. Dua istilah di bawahnya yakni metode dan teknik, kurang lebih mempunyai kedudukan yang sejajar dengan istilah strategi dan model dalam Permendikbud. Pendekatan saintifik disebut juga pendekatan berbasis proses keilmuan. Artinya, proses untuk memperoleh pengetahuan (ilmiah) secara sistematis. Dalam konteks ini, tidak sulit untuk menyatakan bahwa pendekatan saintifik ini berakar pada metode ilmiah (saintific method), sebuah konsep yang menekankan ilmu pengetahuan lebih sebagai kata kerja ketimbang kata benda. Metode saintifik sendiri merupakan prosedur atau proses, yakni langkah-langkah sistematis yang perlu dilakukan untuk memperoleh pengetahuan (ilmiah) yang didasarkan pada persepsi inderawi dan melibatkan uji hipotesis serta teori secara terkendali (Sudarminta, 2002 : 164). Karena pengamatan inderawi biasanya mengawali maupun mengakhiri proses kerja ilmiah, maka cara kerja atau proses ilmiah sering juga disebut lingkaran atau siklus empiris. Pendekatan saintifik sangat relevan dengan teori belajar Bruner, Piaget, dan Vygotsky berikut ini. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok yang berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses kognitif dalam proses penemuan, peserta didik akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan, retensi ingatan peserta didik akan 2

395 menguat. Empat hal di atas bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Berdasarkan teori Piaget, belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah. Skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan semata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus, yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip, atau pengalaman baru, ke dalam skema yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi terjadi jika ciri-ciri stimulus tersebut cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada. Apabila ciri-ciri stimulus tidak cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada, seseorang akan melakukan akomodasi. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi. Apabila pada seseorang akomodasi lebih dominan dibandingkan asimilasi, ia akan memiliki skemata yang banyak tetapi kualitasnya cenderung rendah. Sebaliknya, apabila asimilasi lebih dominan dibandingkan akomodasi, seseorang akan memiliki skemata yang tidak banyak, tetapi cenderung memiliki kualitas yang tinggi. Keseimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi diperlukan untuk perkembangan intelek seseorang, menuju ke tingkat yang lebih tinggi. Piaget (Carin & Sund, 1975) menyatakan bahwa pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi kecuali peserta didik dapat beraksi secara mental dalam bentuk asimilasi dan akomodasi terhadap informasi atau stimulus yang ada di 3

396 sekitarnya. Bila hal ini tidak terjadi, guru dan peserta didik hanya akan terlibat dalam belajar semu (pseudo-learning) dan informasi yang dipelajari cenderung mudah terlupakan. Proses kognitif yang dibutuhkan dalam rangka mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip dalam skema seseorang melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan yang terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik selalu melibatkan proses asimilasi dan akomodasi. Oleh karena itu, teori belajar Piaget sangat relevan dengan pendekatan saintifik. Vygotsky (Nur dan Wikandari, 2000:4) menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, tetapi tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan, atau tugas itu berada dalam zone of proximal development, yaitu daerah yang terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini, yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada teori Vygotsky menerapkan apa yang disebut dengan scaffolding (perancahan). Perancahan mengacu kepada bantuan yang diberikan teman sebaya atau orang dewasa yang lebih kompeten. Artinya, sejumlah besar dukungan diberikan kepada anak selama tahap-tahap awal pembelajaran, yang kemudian bantuan itu semakin dikurangi untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukannya sendiri. (Nur, 1998:32). 2. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut. a. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik, 4

397 b. Membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, c. Memperoleh hasil belajar yang tinggi, d. Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah, serta e. Mengembangkan karakter peserta didik. 3. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut. a. Berpusat pada peserta didik yaitu kegiatan aktif peserta didik secara fisik dan mental dalam membangun makna atau pemahaman suatu konsep, hukum/prinsip b. Membentuk students self concept yaitu membangun konsep berdasarkan pemahamannya sendiri. c. Menghindari verbalisme, d. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, e. Mendorong terjadinya peningkatan kecakapan berpikir peserta didik, f. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik, g. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, serta h. Memungkinkan adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya. i. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip, j. Melibatkan proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik. 4. Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan melalui sejumlah langkah sebagai berikut. 5

398 a. Melakukan pengamatan terhadap aspek-aspek dari suatu fenomena untuk mengidentifikasi masalah b. Merumuskan pertanyaan berkaitan dengan masalah yang ingin diketahui dan menalar untuk merumuskan hipotesis atau jawaban sementara berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, c. Mencoba/mengumpulkan data atau informasi dengan berbagai teknik, d. Mengasosiasi/menganalisis data atau informasi untuk menarik kesimpulan, e. Mengkomunikasikan kesimpulan, f. Mencipta. Hasil yang diperoleh dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik berupa konsep, hukum, atau prinsip yang dikonstruk oleh peserta didik dengan bantuan guru. Pada kondisi tertentu, data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan tidak mungkin diperoleh secara langsung oleh peserta didik karena kadang-kadang data tersebut perlu dikumpulkan dalam waktu yang lama. Dalam hal ini guru dapat memberikan data yang dibutuhkan untuk kemudian dianalisis oleh peserta didik. 5. Contoh Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh, ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira, mengecek kehadiran para peserta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran karena terkait langsung dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti dalam pendekatan saintifik ditujukan untuk memperoleh konsep, hukum, atau prinsip oleh peserta didik dengan bantuan guru melalui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka. Pada akhir kegiatan inti validasi terhadap konsep, hukum, atau prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik dilakukan. 6

399 Kegiatan penutup ditujukan untuk beberapa hal pokok. Pertama, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai peserta didik. Pengayaan dapat dilakukan dengan memberikan tugas kepada peserta didik membaca buku-buku pelajaran atau sumber informasi lainnya untuk memantapkan pemahaman materi yang telah dibelajarkan atau memahami materi lain yang berkaitan. Guru juga dapat meminta peserta didik mengakses sumber-sumber dari internet, baik berupa animasi maupun video yang berkaitan dengan materi yang telah dibelajarkan. Dalam hal ini, sebaiknya guru memberikan situs-situs internet yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah dibelajarkan. Pengayaan dapat juga dilakukan dengan meminta peserta didik melakukan percobaan di rumah, yang berkaitan dengan materi yang telah dibelajarkan, yang dapat dilakukan dengan aman. Kedua, guru dapat memberikan kegiatan remedi apabila ada peserta didik yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu, guru dapat memberi PR dan memberitahuhan materi/ kompetensi berikutnya yang akan dipelajari. Beberapa buku teks menyatakan terdapat empat atau lima langkah dalam metode ilmiah. Salah satunya seperti yang dikemukakan oleh Gay, Mills, dan Airasian (2012: 6) yang mengemukakan 5 langkah metode ilmiah yakni : a. Mengidentifikasi masalah. Pada tahap ini boleh dikata muncul sebuah situasi yakni situasi masalah yang dapat muncul sebagai hasil dari pengamatan terhadap fenomena atau gejala yang menarik atau yang aneh. Ada bagian dari perstiwa atau fenomena itu yang belum dapat dijelaskan secara masuk akal. Maka perlu menetapkan atau merumuskan apa masalah yang ingin dipecahkan. b. Merumuskan hipotesis. Hipotesis atau jawaban sementara ini bersifat tentatif, yang diduga dapat menjawab permasalahan di atas. Hipotesis berfungsi untuk memprediksi atau menjelaskan sebab-sebab dari masalah yang telah dirumuskan. Dikatakan sementara karena hipotesis ini dapat dibentuk berdasarkan akal sehat, dugaan murni, spekulasi, imajinasi, maupun asumsi tertentu. Dalam kesempatan tertentu kegiatan ini kepustakaan. mencakup pula studi 7

400 c. Mengumpulkan data. Langkah ini dimaksudkan untuk mengumpulkan fakta atau data sebanyak mungkin dari lapangan dengan teknik-teknik tertentu misalnya wawancara, kuesioner, observasi, dan sebagainya. Data merupakan fakta yang sudah diolah dan disajikan dalam bentuk dan cara yang sistematis. Bentuknya dapat berupa statistik, gambar, tabel, grafik, dan dokumendokumen. Sedangkan fakta biasanya sering disebut data mentah. Fakta atau data inilah yang harus diolah pada langkah berikutnya. d. Menganalisis data. Langkah ini dimaksudkan pertama-tama untuk menjawab masalah yang telah ditetapkan pada langkah awal. Dengan kata lain untuk membuktikan apakah hipotesis yang dirumuskan sebelumnya benar atau tidak. e. Menarik simpulan. Lima langkah inilah yang dijadikan sudut pandang atau asumsi dasar (=pendekatan) pembelajaran seperti yang dimaksudkan dalam Permendikbud No. 103 Tahun Sebagai sebuah pendekatan pembelajaran, pendekatan saintifik terdiri atas lima langkah kegiatan belajar yakni mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), menalar atau mengasosiasi (associating), mengomunikasikan (communicating). Mengamati. Siswa menggunakan panca indranya untuk mengamati fenomena yang relevan dengan apa yang dipelajari. Fenomena yang diamati pada mata pelajaran satu dan lainnya berbeda. Misalnya, untuk mata pelajaran IPA, siswa mengamati pelangi, untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, mendengarkan percakapan. Contoh untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah membaca teks, untuk prakarya adalah mencicipi iga bakar, dan untuk mata pelajaran IPS adalah mengamati banjir, dan lain-lainnya. Fenomena dapat diamati secara langsung maupun melalui media audio visual. Hasil yang diharapkan adalah siswa mendapatkan pengetahuan faktual, pengalaman, dan serangkaian informasi yang belum diketahui (gap of knowledge). Membantu siswa menginventarisasi segala sesuatu yang belum diketahui (gap of knowledge). Agar kegiatan mengamati dapat berlangsung baik, sebelumnya guru perlu menemukan fenomena yang 8

401 diamati, merancang, mempersiapkan, menunjukkan, atau menyediakan sumber belajar yang relevan dengan KD atau materi pembelajaran yang akan diamati oleh siswa. Menanya. Siswa merumuskan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat mencakup yang menghendaki jawaban tentang pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural, sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian pertanyaan siswa terutama yang mengarah ke atau relevan dengan indikatorindikator KD yang sudah dirumuskan. Guru Membantu siswa merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu/ingin diketahui agar dapat melakukan/menciptakan sesuatu. Misalnya, guru membantu siswa dengan merumuskan pertanyaan pancingan terkait dengan apa yang sedang diamati. Mengumpulkan informasi/mencoba. Siswa mengumpulkan data melalui berbagai teknik, misalnya: melakukan eksperimen; mengamati objek/kejadian/aktivitas; wawancara dengan nara sumber; membaca buku pelajaran, dan sumber lain di antaranya kamus, ensiklopedia, media masa, buku pintar, atau serangkaian data statistik. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, lembar kerja (worksheet), media, alat peraga/peralatan eksperimen, dan sebagainya. Guru juga membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengesi lembar kerja, menggali informasi tambahan yang dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai siswa memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian data atau informasi yang relevan dengan serangkaian KD. Menalar/mengasosiasi. Siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan. Dalam langkah ini siswa memecah, memilah dan memilih informasi, mengklasifikasikan, atau menghitung dengan cara tertentu untuk menjawab pertanyaan. Pada langkah ini guru mengarahkan agar siswa dapat mengidentifikasi, mengklasifikasi, atau menghubung-hubungkan data/informasi yang diperoleh. Hasil akhir dari tahap ini adalah simpulan-simpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang dirumuskan. 9

402 Mengomunikasikan. Siswa menyampaikan simpulan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau menyampaikan melalui media lain. Pada kegiatan ini, siswa dapat juga memajang/memamerkan hasilnya di ruang kelas, atau mengunggah (upload) di blog yang dimiliki. Guru memberikan umpan balik, memberikan penguatan, serta memberikan penjelasan/informasi lebih luas. membantu peserta didik untuk menentukan butir-butir penting dan simpulan yang akan dipresentasikan, baik dengan atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi. Karena sudut pandang atau asumsi dasar (pendekatan)-nya berupa langkahlangkah operasional yang berurutan, maka yang disebut pendekatan (saintifik) dalam pembelajaran dengan mudah dipahami sebagai sebuah sintak yang dapat digunakan sebagai praksis pembelajaran. Dengan kata lain istilah pendekatan menjadi identik dengan model, seperti model Discovery Learning, Project-based Learning, Problem-based Learning, Inquiry learning seperti yang termaktub dalam Permendikbud No. 103 tahun Paparan berikut akan menitikberatkan pada apa dan bagaimana model-model tersebut. 6. Model-model Pembelajaran f. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya disingkat PBM, mula-mula dikembangkan di sekolah kedokteran, McMaster University Medical School di Hamilton, Canada pada 1960-an (Barrows, 1996). PBM dikembangkan sebagai respon atas fakta bahwa mahapeserta didik mengalami kesulitan di tahun pertama perkuliahan, seperti pada mata kuliah Anatomi, Biokimia, dan Fisiologi. Mereka tidak termotivasi menempuh mata kuliah-mata kuliah tersebut karena tidak melihat relevansinya dengan profesi mereka kelak. Selain itu, juga didapati fakta bahwa para dokter muda yang baru lulus dari sekolah kedokteran itu memiliki pengetahuan yang sangat kaya, tetapi kurang memiliki keterampilan memadai untuk memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam praktik sehari-hari. Atas dasar itu, para pengajar merancang pembelajaran yang mendasarkan pada masalah atau kasus aktual. Pembelajaran dimulai dengan penyajian masalah klinis yang dapat 10

403 diselesaikan dengan menggunakan pengetahuan medis yang relevan. Perkembangan selanjutnya, PBM secara lebih luas diterapkan di berbagai mata kuliah di perguruan tinggi dan di berbagai mata pelajaran di sekolah. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik dalam rangka mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Pemilihan masalah nyata tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar. Contoh masalah nyata yang dapat digunakan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran matematika: Dalam keadaan darurat seseorang harus diselamatkan melalui pintu jendela yang tingginya 4m dengan menggunakan tangga. Dengan pertimbangan keselamatan, tangga tersebut harus ditempatkan minimum 1m dari dasar bangunan. Berapa panjang tangga yang mungkin? Tujuan utama PBM adalah mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membentuk atau memperoleh pengetahuan baru. Prinsip-prinsip PBM adalah sebagai berkut. a. Penggunaan masalah nyata (otentik) b. Berpusat pada peserta didik (student-centered) c. Guru berperan sebagai fasilitator d. Kolaborasi antarpeserta didik e. Sesuai dengan paham konstruktivisme yang menekankan peserta didik untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri. Secara umum, berikut langkah-langkah PBM yang mengadaptasi dari pendapat Arends (2012) dan Fogarty (1997). 11

404 Kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Tahap-tahap orientasi terhadap masalah, organisasi belajar, penyelidikan individual maupun kelompok, dan pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah merupakan tahap inti pembelajaran. Tahap analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah merupakan tahap penutup. Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Tahap 1 Orientasi terhadap masalah Tahap 2 Organisasi belajar Tahap 3 Penyelidikan individual maupun kelompok Tahap 4 Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah Tahap 5 Analisis dan evaluasi proses Deskripsi Guru menyajikan masalah nyata kepada peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah nyata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut. Guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan data/informasi (pengetahuan, konsep, teori) melalui berbagai macam cara untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang peserta didik temukan. Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk gagasan, model, bagan, atau Power Point slides. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan. 12

405 Tahap Deskripsi penyelesaian masalah g. Pembelajaran Berbasis Projek (Project-based Learning) Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivias peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam menghasilkan produk nyata. Pembelajaran Berbasis Projek merupakan model pembelajaran yang menggunakan projek sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan baru berdasarkan pengalaman nyata. PBP dilakukan secara sistematik yang mengikutsertakan peserta didik dalam pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui investigasi dalam perancangan produk. PBP merupakan pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran berbasis projek memberi kesempatan peserta didik berpikir kritis dan mampu mengembangkan kreativitasnya melalui pengembangan inisiatif untuk menghasilkan produk nyata berupa barang atau jasa. Pada PBP, peserta didik terlibat secara aktif dalam memecahkan masalah dalam bentuk suatu projek. Peserta didik aktif mengelola pembelajarannya dengan bekerja secara nyata yang menghasilkan produk riil. PBP dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan mengarahkan peserta didik lebih 13

406 kolaboratif daripada bekerja sendiri-sendiri. Di samping itu PBP dapat juga dilakukan secara mandiri melalui bekerja mengkonstruk pembelajarannya melalui pengetahuan serta keterampilan baru, dan mewujudkannya dalam produk nyata. Pembelajaran Berbasis Projek merupakan metode pembelajaran yang berfokus pada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah terkait dengan projek dan tugas-tugas bermakna lainnya. Pelaksanaan PBP dapat memberi peluang pada peserta didik untuk bekerja mengkonstruk tugas yang diberikan guru yang puncaknya dapat menghasilkan produk karya peserta didik. Tujuan Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) adalah sebagai berikut: a. Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah projek. c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah projek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa. d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/projek. e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat kelompok. Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis projek adalah sebagai berikut. a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas projek pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran. b. Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran. c. Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu kompetensi dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran, atau gabungan beberapa kompetensi dasar antarmata pelajaran. Oleh karena itu, tugas projek dalam satu semester dibolehkan hanya satu penugasan dalam suatu mata pelajaran. 14

407 d. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan produk. e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan tatap muka dapat dilakukan di awal pada langkah penentuan projek dan di akhir pembelajaran pada langkah penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek, serta evaluasi proses dan hasil projek. Dalam PBP, peserta didik diberikan tugas dengan mengembangkan tema/topik dalam pembelajaran dengan melakukan kegiatan projek yang realistik. Di samping itu, penerapan pembelajaran berbasis projek ini mendorong tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada peserta didik. Secara umum, langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Penentuan Projek 2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek 3. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Projek 5. Penyusunan laporan dan presentasi/publikas i hasil projek 4. Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru Bagan 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek Diadaptasi dari Keser & Karagoca (2010) Berikut disajikan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah PBP. 15

408 a. Penentuan projek Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik projek bersama guru. Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menentukan projek yang akan dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan tidak menyimpang dari tema. Pada bagian ini, peserta didik memilih tema/topik untuk menghasilkan produk (laporan observasi/penyelidikan, rancangan karya seni, atau karya keterampilan) dengan karakteristik mata pelajaran dengan menekankan keorisinilan produk. Penentuan produk juga disesuaikan dengan kriteria tugas, dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan sumber/bahan/alat yang tersedia. b. Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan projek ini berisi perumusan tujuan dan hasil yang diharapkan, pemilihan aktivitas untuk penyelesaian projek, perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas projek, dan kerja sama antaranggota kelompok. Pada kegiatan ini, peserta didik mengidentifikasi bagian-bagian produk yang akan dihasilkan dan langkah-langkah serta teknik untuk menyelesaikan bagian-bagian tersebut sampai dicapai produk akhir. c. Penyusunan jadwal pelaksanaan projek Peserta didik dengan pendampingan guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya.berapa lama projek itu harus diselesaikan tahap demi tahap. Peserta didik menyusun tahap-tahap pelaksanaan projek dengan mempertimbangkan kompleksitas langkah-langkah dan teknik penyelesaian produk serta waktu yang ditentukan guru. d. Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru Langkah ini merupakan pelaksanaan rancangan projek yang telah dibuat. Peserta didik mencari atau mengumpulkan data/material dan kemudian 16

409 mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan bagian demi bagian sampai dihasilkan produk akhir. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan projek di antaranya dengan: a) membaca, b) membuat disain, c) meneliti, d) menginterviu, e) merekam, f) berkarya, g) mengunjungi objek projek, dan/atau h) akses internet. Guru bertanggung jawab membimbing dan memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas projek mulai proses hingga penyelesaian projek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas projek. e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek Hasil projek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, disain, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lan dipresentasikan dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk presentasi, publikasi (dapat dilakukan di majalah dinding atau internet), dan pameran produk pembelajaran. f. Evaluasi proses dan hasil projek Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek. Proses refleksi pada tugas projek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selama menyelesaikan tugas projek yang berkembang dengan diskusi untuk memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas projek. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dilakukan. Proses pembelajaran berbasis projek meliputi tahap-tahap pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Langkah-langkah PBP secara keseluruhan berada dalam tahap kegiatan inti. Dengan demikian tahap kegiatan inti meliputi kegiatan menemukan tema/topik projek, kegiatan merancang langkah penyelesaian projek, menyusun jadwal projek,proses penyelesaian projek dengan difasilitasi dan dimonitor oleh guru, penyusunan laporan dan 17

410 presentasi/publikasi hasil projek, dan evaluasi proses dan hasil kegiatan projek. Tabel 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek Langkah-langkah Langkah -1 Penentuan projek Deskripsi Guru bersama dengan peserta didik menentukan tema/topik projek Langkah -2 Perancangan langkahlangkah penyelesaian projek Langkah -3 Penyusunan jadwal pelaksanaan projek Langkah -4 Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru Langkah -5 Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek Langkah -6 Evaluasi proses dan hasil projek Guru memfasilitasi Peserta didik untuk merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek beserta pengelolaannya Guru memberikan pendampingan kepada peserta didik melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya Guru memfasilitasi dan memonitor peserta didik dalam melaksanakan rancangan projek yang telah dibuat Guru memfasilitasi Peserta didik untuk mempresentasikan dan mempublikasikan hasil karya Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek h. Pembelajaran Inkuiri Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuaan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan 18

411 sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan peserta didik berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh karena itu dalam proses perencanaan pembelajaran, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Pembelajaran adalah proses memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaranyang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan yang meliputi sikap, pengetahuan,dan keterampilan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusiaatau peristiwa), secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Karakteristik dari Pembelajaran Inkuiri: 1) Menekankan kepada proses mencari dan menemukan. 2) Pengetahuan dibangun oleh peserta didik melalui proses pencarian. 3) Peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik dalam belajar. 4) Menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk merumuskan kesimpulan. Tabel 3. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Tahap 1 Orientasi Tahap Deskripsi Guru mengondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaran, menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai oleh peserta didik, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik 19

412 Tahap Deskripsi untuk mencapai tujuan, menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar, hal ini dapat dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar peserta didik. Tahap 2 Merumuskan masalah Tahap 3 Merumuskan hipotesis Tahap 4 Mengumpulkan data Tahap 5 Menguji hipotesis Tahap 6 Merumuskan kesimpulan Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik untuk merumuskan dan memahami masalah nyata yang telah disajikan. Guru membimbing peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis dengan cara menyampaikan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Guru membimbing peserta didik dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Guru membimbing peserta didik dalam proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang diberikan. Guru membimbing peserta didik dalam proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebiknya guru mempu menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan. 20

413 i. Pembelajaran Menemukan (Discovery Learning) Pembelajaran menemukan (Discovery Learning), adalah Pembelajaran untuk menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal melalui pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Karakteristik dari pembelajaran menemukan (Discovery Learning): 5) Peran guru sebagai pembimbing. 6) Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan. 7) Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan. Tabel 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Menemukan (Discovery Learning) Tahap Tahap 1 Persiapan Tahap 2 Stimulasi/pemberian rangsangan Tahap 3 Identifikasi masalah Deskripsi Guru Menentukan tujuan pembelajaran, identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan Guru Mengidentifikasi sumber belajardan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda 21

414 Tahap Deskripsi masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) Tahap 4 Mengumpulkan data Tahap 5 Pengolahan data Tahap 6 Pembuktian Tahap 7 Menarik kesimpulan Guru Membantu peserta didik mengumpulan dan mengeksplorasi data. Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya Guru membimbing peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil Guru membimbing peserta didik merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya. D. Daftar Pustaka Anglin, W. S Mathematics: A Concise History and Philosophy. New York: Springer-Verlag. Courant, Richart & Robbins, Herbert What is Mathematics, An Elementary Approach To Ideas and Methods. New York: Oxford University Press. Sumardyono Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Matematika. Seri Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika (PPPG Matematika) Sumardyono Sejarah dan Filsafat Matematika. Modul Diklat Pasca UKA. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika (PPPPTK Matematika) 22

415 Yogi Anggraena Kurikulum Matematika 1 dan Aljabar 1. Guru Pembelajar Modul Matematika SMP. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika (PPPPTK Matematika) 23

416

417 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB VI MEDIA PEMBELAJARAN Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

418

419 KEGIATAN BELAJAR 5 : MEDIA PEMBELAJARAN A. Tujuan Tujuan belajar yang ingin dicapai adalah peserta dapat: 1. Menyebutkan perbedaan media pembelajaran dengan media pada umumnya, 2. menyebutkan macam-macam media pembelajaran beserta contohnya baik menurut bentuk maupun fungsinya, 3. menyebutkan perbedaan media pembelajaran yang merupakan alat peraga manipulatif dengan yang bukan. B. Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti sesi ini, peserta pelatihan akan dapat: 1. Membedakan media dan media pembelajaran 2. Membedakan macam-macam media pembelajaran 3. Membedakan media pembelajaran yang merupakan alat peraga manipulatif dengan yang bukan. C. Uraian Materi Proses pembelajaran tentunya akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik apabila telah dirancang dengan baik pula. Selain itu, guru perlu memerluas wawasan tentang berbagai pendekatan, model, metode, maupun strategi pembelajaran. Pembelajaran perlu dibuat agar siswa dapat membangun pengetahuannya sehingga pembelajaran dapat berpusat pada siswa. Oleh sebab itu, guru perlu mencari cara lain dalam mengajar agar lebih efektif. Menurut Forsyth, Jolliffe, & Stevens (2004: 69), learning is an active process. In order to learn a person has to take part in various learning activities. Interaction is an essential element of learning. Pendapat tersebut memberi pengertian bahwa belajar merupakan suatu proses aktif. Untuk belajar, seseorang perlu mengambil bagian dalam berbagai aktivitas belajar. Interaksi merupakan unsur penting dalam belajar. Akibatnya, seseorang perlu berinteraksi secara langsung dengan apa yang sedang dipelajarinya. Keterlibatan pebelajar dalam aktivitas secara aktif dapat membantunya untuk belajar. Kegiatan belajar seharusnya dirancang agar bervariasi agar memungkinkan pebelajar untuk mendapatkan pengalaman yang bervariasi pula. 1

420 Pernyataan-pernyataan tersebut sejalan dengan Piaget yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses pengonstruksian dimana seseorang membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan (Arends, 2012: 330; Kryiacou, 2009: 24). Menurut Piaget, siswa usia SMP sudah dapat melakukan operasi formal dimana anak sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal abstrak sehingga penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Akan tetapi, Brunner mengungkapkan dalam teorinya bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Dalil ini menyatakan bahwa manipulasi benda-benda diperlukan dalam pengonstruksian pemahaman siswa (Suherman, et al., 2001: 43-45). Hal ini didukung oleh pernyataan Boggan, Harper, dan Whitmire (2010: 5) bahwa siswa pada segala tingkat pendidikan dan kemampuan akan mendapat keuntungan dari penggunaan alat peraga manipulatif. Dengan kata lain, penggunaan alat peraga manipulatif dapat berpengaruh positif terhadap kualitas pembelajaran. Selain media pembelajaran berupa media fisik alat peraga, terdapat pula media pembelajaran ICT. Media tersebut memanfaatkan potensi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengefektifkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat hubungan yang positif antara penggunaan teknologi dengan prestasi belajar seperti yang terjadi di Singapura jika teknologi digunakan secara tepat. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi di Amerika Serikat di mana tidak terdapat hubungan di antara keduanya (Alsafran & Brown, 2012: 1). Artinya, belum tentu siswa yang mendapat pembelajaran yang menggunakan teknologi, dalam hal ini komputer, selalu mendapat prestasi yang baik jika tidak digunakan secara tepat. Penggunaan alat tersebut baik media fisik alat peraga maupun media ICT dapat dilakukan pada semua tingkat pendidikan, bukan hanya di Sekolah Dasar saja. Bahkan, siswa baik yang berkemampuan tinggi, sedang, maupun rendah akan mendapat keuntungan jika mendapat pembelajaran dengan menggunakan alat peraga maupun media ICT. Keuntungan ini mungkin saja dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Media pembelajaran dapat digunakan sebagai jembatan siswa dalam memahami konsep abstrak dari obyek matematika melalui pemanipulasian benda- 2

421 benda nyata baik secara individu, kelompok, maupun klasikal. Oleh sebab itu penggunaan media pembelajaran baik media fisik berupa alat peraga maupun media ICT dalam pembelajaran matematika perlu dipelajari oleh para guru. 1. Pengertian Media Pembelajaran Media merupakan kata jamak dari medium yang berasal dari bahasa latin yang berarti antara yaitu segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber informasi dan penerima (Smaldino, et al., 2005: 9). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa segala sesuatu yang dapat menjembatani informasi antara sumber informasi dan penerima dapat dikatakan sebagai media. Pendapat lain mengatakan bahwa media diartikan sebagai alat fisik dari komunikasi antara lain buku, modul cetak, teks terprogram, komputer, slide/pita presentasi, film, pita video, dan sebagainya (Gagne & Briggs, 1979: 175). Dengan kata lain, media merupakan benda fisik yang dapat menjadi penghubung komunikasi dari sumber informasi kepada orang lain yang melihat, membaca, atau menggunakannya. Benda tersebut dapat berbentuk cetak maupun noncetak. Newby, et al. (2006: 308) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan pemilihan dan pengaturan informasi, kegiatan, metode, dan media untuk membantu siswa mencapai tujuan belajar yang telah direncanakan. Dalam pembelajaran terjadi pengaturan siswa untuk dapat belajar melalui kegiatan yang akan dilaksanakan, pemilihan metode dan media yang akan digunakan, serta adanya target pengetahuan atau kemampuan yang akan diperoleh setelah mengikuti serangkaian kegiatan. Semua hal tersebut dilakukan atau digunakan agar dapat membantu siswa untuk mencapai target berupa tujuan belajar yang telah direncanakan sebelum pembelajaran dilaksanakan. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan guna mencapai suatu tujuan pembelajaran didefinisikan sebagai media pembelajaran (Smaldino, et al., 2005: 9). Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala alat yang dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Senada dengan definisi tersebut, Newby, et al. (2006: 308) mendefinisikan media pembelajaran sebagai saluran dari komunikasi yang membawa pesan dengan tujuan yang berkaitan den gan pembelajaran yang dapat berupa cara atau alat lain yang dengannya informasi dapat disampaikan atau dialami siswa. 3

422 Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa media pembelajaran juga dapat berupa cara atau alat untuk berkomunikasi dengan siswa. Segala sesuatu yang digunakan sebagai penyampai pesan pembelajaran diidentifikasi sebagai media pembelajaran. Dengan kata lain, media pembelajaran membantu siswa dalam mendapat atau membangun informasi atau pengetahuan. Dari beberapa pendapat tersebut, media dapat diartikan sebagai alat fisik komunikasi yang berfungsi menyampaikan informasi (pengetahuan) dari sumber ke penerima informasi. Adapun media pembelajaran merupakan alat atau perantara untuk memfasilitasi komunikasi dari sumber belajar ke siswa dan mendukung proses belajar guna mencapai tujuan belajar. 2. Macam Media Pembelajaran Menurut bentuknya, media yang digunakan dalam belajar dan pembelajaran secara umum dibedakan menjadi media cetak dengan noncetak serta media audio dengan nonaudio. Secara lebih spesifik, media dapat berupa antara lain teks, audio, visual, media bergerak, obyek/media yang dapat dimanipulasi (media manipulatif), dan manusia. Media teks merupakan jenis media yang paling umum digunakan. Media ini berupa karakter huruf dan bilangan yang disajikan dalam buku, poster, tulisan di papan tulis, dan sejenisnya (Smaldino, et al., 2005: 9; Newby, et al., 2006: 21). Media audio meliputi segala sesuatu yang dapat didengar misalnya suara seseorang, musik, suara mesin, dan suara-suara lainnya. Media visual meliputi berbagai bagan, gambar, foto, grafik baik yang disajikan dalam poster, papan tulis, buku, dan sebagainya. Media bergerak merupakan media yang berupa gambar bergerak misalnya video/film dan animasi. Adapun media manipulatif adalah benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan digunakan dengan tangan oleh siswa. 4

423 Manusia juga dapat berperan sebagai media pembelajaran. Siswa dapat belajar dari guru, siswa yang lain, atau orang lain. Adapun menurut fungsinya, Suherman, et al. (2001: 200) mengelompokkan media menjadi dua bagian yaitu: pembawa informasi (ilmu pengetahuan) alat untuk menanamkan konsep Contoh media sebagai pembawa informasi yaitu papan tulis, kapur, spidol, jangka, mistar, komputer/laptop, dan LCD Proyektor. Terkadang media ini digolongkan sebagai sarana atau alat bantu. Adapun contoh media yang sekaligus alat penanaman konsep misalnya alat peraga matematika, lembar kerja, bahkan kapur pun selain merupakan pembawa informasi dapat pula menjadi alat penanaman konsep operasi bilangan bulat atau model bangun ruang tabung. 3. Pengertian Alat Peraga Gerakan fisik merupakan salah satu dasar dalam belajar. Untuk belajar secara efektif, siswa harus ikut berpartisipasi dalam kegiatan, bukan hanya sebagai penonton. Manipulasi peralatan yang digunakan dalam pembelajaran harus dapat mengabstraksikan suatu ide atau model. Kontak dengan benda nyata dapat membantu pemahaman terhadap ide-ide abstrak. Van Engen menegaskan peran sensory learning dalam pembentukan konsep. Reaksi terhadap dunia benda konkret merupakan dasar darimana struktur ide-ide abstrak muncul (Jackson & Phillips, 1973: 302). Lebih lanjut, guru perlu merancang aktivitas belajar yang memanfaatkan benda fisik, memfasilitasi terjadinya interaksi sosial, dan memberi kesempatan siswa untuk berpikir, memberi alasan, dan membentuk kesadaran akan pentingnya matematika, bukan hanya diceritakan oleh guru (Burns, 2007: 32). Benda fisik dalam pernyataan ini dapat diartikan sebagai benda yang dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuan. Alat peraga merupakan istilah dari Bahasa Indonesia yang terdiri dua kata yaitu alat dan peraga sehingga secara harfiah alat peraga adalah alat yang digunakan untuk memperagakan. Dalam konteks pembelajaran matematika, alat peraga matematika adalah alat yang memperagakan konsep dan prinsip matematika. Maksud dari 5

424 memperagakan dalam konteks ini adalah menjadikan konsep dan prinsp matematika jelas secara visual, atau konkrit (dapat disentuh), atau bekerja pada suatu konteks. Dalam media pembelajaran, terdapat pula istilah hands-onmaterials yang dapat diartikan sebagai material atu benda yang dapat dipegang. Istilah ini dapat pula diartikan sebagai alat (peraga) manipulative karena dapat dioperasikan (dimanipulasi) menggunakan tangan untuk memperagakan suatu hal. Menurut Posamentier, Smith, dan Stepelman (2010: 6), hand-on materials atau alat peraga manipulatif adalah benda nyata yang memungkinkan siswa dapat menyelidiki, menyusun, memindah, mengelompokkan, mengurutkan, dan menggunakannya ketika mereka menemui konsep model dan soalsoal matematika. Alat peraga manipulatif di sini dapat dimaknai sebagai alat yang digunakan untuk membantu siswa memahami matematika melalui benda nyata yang tidak hanya dapat digunakan oleh guru saja, tetapi juga siswa. Siswa dapat menyentuh, mengontrol, dan mengoperasikan alat peraga manipulatif tersebut dalam rangka mempelajari benda itu sendiri atau membantu mempelajari hal lain yang terkait dengannya. Alat peraga manipulatif membantu penyelidikan dalam pembelajaran. Alat peraga berupa model dalam kaitannya dengan media mengacu pada representasi konkret konstruksi mental atau ide-ide (Johnson, Berger, & Rising, 1973: 235). Representasi konkret dari konstruksi mental atau ide dapat diartikan sebagai gambar atau benda nyata yang dapat menggambarkan obyek atau konsep abstrak, di mana kedua hal ini ada dalam matematika. Salah satu tipe media yang memfasilitasi untuk melakukan gerakan fisik untuk belajar adalah alat peraga manipulatif. Media ini berupa benda tiga dimensi yang dapat disentuh maupun dikontrol oleh pebelajar ketika belajar (Smaldino, et al., 2005: 9, 214). Lebih lanjut, alat peraga manipulatif mengacu pada benda-benda konkret yang, ketika digunakan siswa dan guru, dapat memberikan kesempatan siswa untuk mencapai tujuan tertentu (Jackson & Phillips, 1973: 301). Dengan belajar menggunakan media tersebut diharapkan dapat mempermudah siswa dalam mengonstruksi pemahamannya. Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga manipulatif adalah media berupa benda nyata tiga dimensi yang dapat menggambarkan secara konkret suatu obyek, ide, model, atau konsep abstrak dan memungkinkan untuk 6

425 digerakkan atau dimanipulasi secara fisik dalam kaitannya dengan pembentukan konsep bagi penggunanya, dalam hal ini siswa. 4. Fungsi Alat Peraga Menurut Pujiati dan Hidayat (2015: 32), secara umum fungsi alat peraga adalah: a. memudahkan memahami konsep matematika yang abstrak b. menjadi sumber konkrit untuk mempelajari satu atau lebih konsep matematika c. memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran matematika Secara lebih khusus, alat peraga dapat dikelompokkan menurut fungsinya sebagai berikut. a. Alat peraga sebagai model Dalam hal ini, alat peraga berfungsi untuk membantu dalam memvisualkan atau mengkonkretkan (physical) konsep matematika. Menurut Smaldino, et al. (2005: ), model merupakan benda tiga dimensi yang berupa representasi dari benda nyata. Dengan demikian, model merupakan suatu benda yang mirip atau dapat menggambarkan benda lainnya. Contoh alat peraga jenis ini antara lain adalah model bangun ruang padat dan model bangun ruang rangka. Kegunaan alat peraga jenis ini adalah untuk memodelkan ataupun menunjukkan bentuk bangun yang sesungguhnya. b. Alat peraga sebagai jembatan Alat peraga ini bukan merupakan wujud konkrit dari konsep matematika, tetapi merupakan sebuah cara yang dapat ditempuh untuk memperjelas pengertian suatu konsep matematika. Beberapa contoh penggunaan alat peraga jenis ini adalah adalah kuadrat lengkap Al-Khwarizmi, model 7

426 Pythagoras, jumlah sudut bangun datar. Gambar 1. Alat Peraga Pembuktian Teorema Pythagoras c. Alat peraga untuk mendemonstrasi konsep/prinsip Dalam hal ini, alat peraga digunakan untuk memperagakan konsep matematika sehingga dapat dilihat secara jelas (terdemonstrasi) karena suatu mekanisme teknis yang dapat dilihat (visible) atau dapat disentuh (touchable). Gambar 2. Penemuan Rumus Volum Limassama dengan Sepertiga Volum Balok Selain media pembelajaran matematika berupa alat peraga matematika, juga terdapat alat yang juga digunakan dalam pembelajaran matematika tetapi bukan merupakan alat peraga karena bukan merupakan model, jembatan, dan tidak memperagakan konsep/prinsip matematika tertentu. Alat tersebut yaitu: a. Alat bantu untuk menerampilkan konsep-konsep matematika 8

427 Media pembelajaran ini secara jelas dimaksudkan agar siswa lebih terampil dalam mengingat, memahami atau menggunakan konsep- konsep matematika. Jenis alat ini biasanya berbentuk permainan ringan dan memiliki penyelesaian yang rutin (tetap). Gambar 3. Kartu Permainan Bilangan b. Alat yang merupakan aplikasi konsep/prinsip matematika Jenis media pembelajaran ini tidak secara langsung tampak berkaitan dengan suatu konsep, tetapi ia dibentuk dari konsep matematika tersebut. Contoh alat ini yaitu alat bantu pengukuran misalnya klinometer untuk mengukur sudut elevasi dan depresi antara pengamat dan suatu obyek yang dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi obyek tersebut. Gambar 4. Seorang Siswa sedang Menggunakan Klinometer 9

428 c. Alat sebagai sumber masalah untuk belajar Media pembelajaran yang digolongkan ke dalam jenis ini adalah alat yang menyajikan suatu masalah yang tidak bersifat rutin atau teknis tetapi membutuhkan kemampuan problem-solving yang heuristik dan bersifat investigatif. Contoh alat ini adalah permainan menara hanoi yaitu permainan menemukan langkah yang paling sedikit dalam memindahkan semua cakram dari tiang A (awal) ke tiang C (akhir) dengan bantuan tiang B (tengah). Selain menemukan cara yang efektif untuk memindah cakram (menyelesaikan masalah), pola bilangan akan terbentuk jika permainan ini dilakukan beberapa kali dengan banyak cakram yang berbeda dan berurutan yang diperoleh dari banyak langkah minimal yang diperlukan. Gambar 5. Alat Permainan Menara Hanoi D. Daftar Pustaka Bell, H. (1978). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School). Dubuque, Iowa: Wim. C. Brown Company Publisher. Cooney, Davis Anderson. (1975). Dynamics of Teaching Secondary School Mathematics. Boston:Hougton Mifflin Company. Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Pedoman Memilih dan Menyusun bahan Ajar.Jakarta: Direktorat Sekolah menengah Pertama, Novak. J.D. (1986). Learning How to Learn. Melbourne: The Press Syndicate of University of Cambridge. Nanang Priatna Pemanfaatan Media dan Pengembangan Materi Pembelajaran. Bahan ajar diklat. Jakarta: Kemdikbud PPPPTK 10

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN EKONOMI SMA

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN EKONOMI SMA KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN EKONOMI SMA No Kompetensi Utama KOMPETENSI INTI GURU STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK Indikator Esensial/ Indikator Pencapaian

Lebih terperinci

Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Pendidikan Kewarganegaraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

KISI KISI PROFESIONAL UKG 2015 EKONOMI No Kompetensi Utama STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS

KISI KISI PROFESIONAL UKG 2015 EKONOMI No Kompetensi Utama STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS KISI KISI PROFESIONAL UKG 2015 EKONOMI No Kompetensi Utama STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS Indikator Esensial/ Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) b

Lebih terperinci

Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Matematika. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Matematika. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Matematika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Bahasa Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Bahasa Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

KINERJA GURU SEBELUM DAN SESUDAH SERTIFIKASI GURU DI SMU NEGERI I POSO. Serlia R. Lamandasa *)

KINERJA GURU SEBELUM DAN SESUDAH SERTIFIKASI GURU DI SMU NEGERI I POSO. Serlia R. Lamandasa *) KINERJA GURU SEBELUM DAN SESUDAH SERTIFIKASI GURU DI SMU NEGERI I POSO Serlia R. Lamandasa *) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja guru sebelum dan sesudah sertifikasi di SMU Negeri

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN. MATEMATIKA

MATA PELAJARAN. MATEMATIKA MATA PELAJARAN. MATEMATIKA Mata Pelajaran Matematika Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Mata Pelajaran Matematika Konsorsium Sertifikasi Guru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 2015

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN INDIKATOR ESENSIAL UKG 2015 EKONOMI SMA

KOMPETENSI DAN INDIKATOR ESENSIAL UKG 2015 EKONOMI SMA NO Kompetensi utama Kompetensi Inti Kompetensi Guru Indikator Esensial 1. Profesional Menguasai materi, struktur, 2. Profesional Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

Lebih terperinci

Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Ilmu Pengetahuan Sosial. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Ilmu Pengetahuan Sosial. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Ilmu Pengetahuan Sosial Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Tahun 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Tahun 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Tahun 2012 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

P a g e 1 PENDAHULUAN

P a g e 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada peradaban bangsa manapun, termasuk Indonesia, profesi guru bermakna strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU MODUL PLPG PENDIDIKAN EKONOMI BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU Penyusun: Tim Pendidikan Ekonomi Unesa KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU 2013 Kebijakan Pengembangan Profesi Guru 4 PENDAHULUAN 1. Latar

Lebih terperinci

Mata Pelajaran. Matematika

Mata Pelajaran. Matematika Mata Pelajaran Matematika Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Mata Pelajaran Matematika Konsorsium Sertifikasi Guru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 015 Kebijakan Pengembangan Profesi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Tahun 2012 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan

Lebih terperinci

MODUL BAHAN AJAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU (PLPG) KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

MODUL BAHAN AJAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU (PLPG) KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TAHUN KEMENTERIAN AGAMA RI Jln. Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Telp. (021) 3812344, 3811642, 3811654 Pes.331 Fax: 34833981 JAKARTA Website: diktis.kemenag.go.id QUR AN HADITS MODUL BAHAN AJAR PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar. Penulis:

PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar. Penulis: Penulis: Ade Dwi Utami, M.Pd Azizah Muis, M.Pd Dr. Hapidin, M.Pd Dra. Nurbiana Dhieni, M.Psi Dr. Sofia Hartati, M.Si Sri Indah Pujiastuti, M.Pd Dra. Winda Gunarti Dra. Sri Wulan, M.Si Dr. Asep Supena,

Lebih terperinci

Kompet. Guru. Inti/SK FORMAT PENULISAN UK ONLINE. Indikator Esensial. Kompetensi Utama. Standar Kompetensi Guru PROFESIONAL

Kompet. Guru. Inti/SK FORMAT PENULISAN UK ONLINE. Indikator Esensial. Kompetensi Utama. Standar Kompetensi Guru PROFESIONAL FORMAT PENULISAN UK ONLINE MATA PELAJARAN : EKONOMI Kompetensi Utama Komp PROFESIONAL Standar Kompetensi Guru Stan. Inti/SK Menguasai struktur, konsep, dan keilmuan mata diampu. Kompet. Guru keilmuan mata

Lebih terperinci

Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Guru Kelas SD. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Guru Kelas SD. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Guru Kelas SD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran Guru Kelas

Lebih terperinci

Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Sejarah Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016

Sumber Belajar. Penunjang PLPG. Sejarah Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Sejarah Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran Sejarah

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

Panitia Sertifikasi Guru Sub Rayon 149 Universitas Ahmad Dahlan KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU

Panitia Sertifikasi Guru Sub Rayon 149 Universitas Ahmad Dahlan KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU Panitia Sertifikasi Guru Sub Rayon 149 Universitas Ahmad Dahlan KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU PENGAKUAN GURU SEBAGAI PROFESI GURU MEMPUNYAI KEDUDUKAN SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL (Pasal 2 Ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guru yang profesional, secara ideal, adalah seorang guru yang telah memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

DEVELOPPING OF TEACHERS HP DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB I PENDAHULUAN Prof Dr Sunardi, MSc Dr Imam Sujadi, MSi KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN riaumandiri.co I. PENDAHULUAN Tujuan pemerintah negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (2),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Perjalanan sejarah hidup umat manusia tidak terlepas dari proses pendidikan yang menjadi salah satu kebutuhan dari setiap manusia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp fax Bandung 40171

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp fax Bandung 40171 PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp. 022-426481112 fax. 022-4264881 Bandung 40171 PEMILIHAN GURU BERPRESTASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2006 Materi : Wawasan Pendidikan

Lebih terperinci

~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU ~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR Draf 03 12 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki abad-21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Tantangan yang dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran Satuan Pend Kompetensi : EKONOMI : SMA/MA/SMK/MAK : PAEDAGOGIK Kompetensi Inti Guru 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1 SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1 Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. 2 PENDAHULUAN Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (2),

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BAGI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (2),

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU 3 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CALON TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL GURU KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan titik berat pembangunan dalam memasuki era global. Era globalisasi dan pasar bebas tingkat AFTA dan AFLA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya suatu negara ditentukan oleh peran pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam negara tersebut. Begitu pula negara indonesia

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tahun 2017 Pembinaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan 1 KONSEP PENDIDIKAN Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul

Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul Panduan Penulisan Rencana Implementasi Daftar Isi Daftar Isi Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Tujuan Error! Bookmark not defined. Kebutuhan dan Penyediaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 ProfesiKeguruan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur

Lebih terperinci

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan 1 KONSEP PENDIDIKAN Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan formal mempunyai proses bimbingan yang terencana dan sistematis mengacu pada kurikulum. Kurikulum merupakan unsur yang siknifikan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR PADA KURSUS DAN PELATIHAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK DR. IMRAN AKHMAD, M.PD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN RB @2017 PENDAHULUAN BAGAIMANA TRANSFORMASI BIROKRASI INDONESIA? 2025 2018 2013 Dynamics bureaucracy Vision and Performance based

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN APRESIASI GURU PAI DAN PENGAWAS PAI TAHUN 2013

PEDOMAN PENYELENGGARAAN APRESIASI GURU PAI DAN PENGAWAS PAI TAHUN 2013 PEDOMAN PENYELENGGARAAN APRESIASI GURU PAI DAN PENGAWAS PAI TAHUN 2013 A. Latar Belakang Pendidikan agama Islam pada sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam sistem pendidikan nasional, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya diperoleh dari guru yang profesional dan sekolah berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. hanya diperoleh dari guru yang profesional dan sekolah berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia berkualitas menjadi tututan abad ke -21 agar mampu menghadapi tantangan global dalam memenuhi kebutuhan Dunia Usaha dan/ atau Dunia Industri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sesuai tanggung jawabnya bahwa guru adalah tenaga pendidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sesuai tanggung jawabnya bahwa guru adalah tenaga pendidik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai tanggung jawabnya bahwa guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki peran besar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU Oleh : Dwi Yunanto Abstrak Pendidikan di Indonesia pada umumnya di artikan sebagai sebuah proses untuk memanusiakan manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Giya Afdila, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Giya Afdila, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan pendidikan merupakan kompleksitas daripada segenap para kontributor pendidikan, dalam hal ini guru. Pembangunan melalui pendidikan dapat dilihat

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK DR. IMRAN AKHMAD, M.PD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Regulasi utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013 aminhaedari@yahoo.com PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013 DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 164 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bagian akhir dari tesis, berisi tiga bagian meliputi kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi. A. Kesimpulan Merujuk pada hasil penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan suatu sistem pendidikan nasional

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR MAKALAH PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR OLEH: MUHAMMAD NURSA BAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 13-17 OKTOBER, 2011 Makalah disampaikan dalam Bimbingan Teknis

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOPENTENSI GURU TAHUN Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu

KISI-KISI SOAL UJI KOPENTENSI GURU TAHUN Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu KISI-KISI UJI KOPENTENSI GURU TAHUN 2011 MATERI POKOK : EKONOMI KOPERASI KOMPETENSI GURU : PEDAGOGIK 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penguasaan, pemanfaatan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru Berprestasi 1. Pengertian Guru Berprestasi Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru Berprestasi Pendidikan Dasar Tingkat Nasional Tahun 2013 yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER RENCANA STRATEGIS 2012-2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JEMBER 2012 RENSTRA PS PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci