BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular seperti demam berdarah, Japanese encephalitis, malaria,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular seperti demam berdarah, Japanese encephalitis, malaria,"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Nyamuk Nyamuk adalah salah satu komponen lingkungan manusia. Di lingkungan permukiman merupakan tempat perindukan nyamuk. Banyak penyakit khususnya penyakit menular seperti demam berdarah, Japanese encephalitis, malaria, filariasis ditularkan melalui perantara nyamuk (Achmadi. 2013). Nyamuk tersebar luas di seluruh dunia mulai dari daerah kutub sampai ke daerah tropika, dapat dijumpai meter diatas permukaan laut sampai kedalaman meter di bawah permukaan tanah didaerah pertambangan (WHO, 1999). 2.2 Jenis Jenis Nyamuk Nyamuk Aedes Aegypti Nyamuk spp. merupakan vector utama dari demam berdarah dengue (DBD) yang terdiri dari Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir semua di pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembang biak (Siregar. 2004). Nyamuk Ae. Aegypti di sebut black-white mosquito, karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas dasar hitam. Di Indonesia sering disebut sebagai salah satu dari nyamuk-nyamuk rumah (soegijanto, 2004).

2 2.2.2 Nyamuk Culex Nyamuk memiliki tubuh bewarna kecoklatan, promboscis bewarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik bewarna lebih pucat pada bagian bawah, scutum bewarna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan disekitr sisiknya. Sayap bewarna gelap, kaki belakang memiliki femur yang bewarna lebih puct, seluruh kaki bewarna gelap, kecuali pada bagia persendian. Nyamuk ini aktif pada malam hari, dan lebih menyukai menggigit manusia setelah matahari terbenam (Lestari, 2009) Nyamuk Anopheles Nyamuk Anopheles sering juga dikenal dengan salah satu nyamuk yang menularkan penyakit malaria. Cirri nyamuk ini hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut. Warnanya bermacam macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya bercak bercak putih. Nyamuk Anopheles biasanya menggigit pada malam hari (Gandahusada, 1998) Nyamuk Mansonia Nyamuk Mansonia sering ditemui di rawa rawa, sungai besar di tepi hutan atau dalam hutan. Larva dan pupa melekat dengan sifonnya pada akar akar atau ranting tanaman air, seperti eceng gondok, teeratai, kangkung, dan lain sebagainya. Nyamuk Mansonia memiliki bentuk tubuh besar dan panjang, bentuk sayap asimetris dan memiliki warna tubuh kecoklatan. Nyamuk Mansonia bersifat zoofilik / antropofilik, eksofagik, eksofilik, dan aktif pada malam hari (Pasiga, 2013).

3 2.3 Klasifikasi Nyamuk Klasifikasi Nyamuk Ae. Aegypti Menurut Soegijianto (2004) kedudukan nyamuk Ae. Aegypti dalam klasifikasi hewan, yaitu: Filum Kelas Ordo Family Genus : Arthropoda : Insecta : Diptera : Culicidae : Aedes Klasifikasi Nyamuk Culex hewan, yaitu: Menurut Dharmawan (1993) kedudukan nyamuk Culex dalam klasifikasi Kingdom Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insecta : Diptera : Culcidae : Culex : Culex quinquenfasciatus Say Klasifikasi Nyamuk Anopheles Menurut Borror (1992) kedudukan nyamuk Anopheles sp. dalam klasifikasi hewan, yaitu: Kingdom Filum : Animalia : Arthropoda

4 Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Insecta : Diptera : Culcidae : Anopheles : Anopheles sp Klasifikasi Nyamuk Mansonia Kedudukan nyamuk Mansonia dalam klasifikasi hewan yaitu: Phylum Kelas Ordo Genus : Arthropoda : Insecta : Diptera : Mansonia 2.4 Siklus Hidup Nyamuk Pada dasarnya, siklus hidup nyamuk berawal dengan peletakan telur oleh nyamuk betina. Dari telur muncul fase kehidupan air yang masih belum matang disebut larva (jamak = larvae), yang berkembang melalui empat tahap, kemudian bertambah ukuran hingga mencapai tahap akhir yang tidak membutuhkan asupan makanan yaitu pupa (jamak = pupae). Didalam kulit pupa nyamuk dewasa membentuk diri sebagai betina atau jantan, dan tahap nyamuk dewasa muncul dari pecahan di bagian belakang kulit pupa. Nyamuk dewasa makan, kawin, dan nyamuk betina memproduksi telur untuk melengkapi siklus dan memulai generasi baru (Achmadi, 2013).

5 2.4.1 Siklus Hidup Nyamuk Ae. aegypti a. Telur Telur nyamuk Ae. Aegypti berbentuk elips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5 0,8 mm. Permukaan poligonal, tidak memiliki alat pelampung, dan diletakkan satu persatu pada benda benda yang terapung atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air (TPA) yang berbatasan langsung dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85% melekat didinding TPA, sedangkan 15% lainnya jatuh ke permukaan air (Soegijanto. 2004). Telur Aedes spp. Dapat bertahan pada kondisi kering pada waktu dan insensitas yang bervariasi hingga beberapa bulan, tetapi hidup. Jika tergenang air, beberapa telur mungkin menetas dalam beberapa menit, sedangkan yang lain membutuhkan waktu lama terbenam dalam air, kemudian penetasan berlangsung dalam beberapa hari atau minggu. Bila kondisi lingkungan tidak menguntugkan, telur-telur mungkin berada dalam status diapauses dan tidak akan menetas hingga waktu istirahat berakhir. Telur-telur Aedes spp. dapat berkembang pada habitat container kecil (lubang pohon, ketiak daun, dan sebagainya) yang rentan terhadap kekeringan (Sayono, 2008). b. Larva Telur menetas menjadi larva yang sering juga disebut jentik. Larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Larva dan kebanyakan nyamuk menggantungkan diri pada permukaan air. Jentik-jentik nyamuk biasanya menggantungkan tubuhnya agak tegak lurus pada permukaan air, guna untuk mendapatkan oksigen di udara (Sembel, 2009).

6 Larva nyamuk Ae. Aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis), dan larva yang terbentuk berturut turut disebut larva instar I, II, III, dan IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1 2 mm, duri duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernafasan sudah (siphon) belum menghitam. Larva instar II ertambah besar, ukuran 2,5 3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernafasan sudah bewarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat di bagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen) (Soegijanto. 2004). c. Pupa Stadium pupa ini merupakan tahapan akhir dari siklus hidup nyamuk dalam air. Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan, namun tetap membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan pernafasannya pupa berada didekat permukaan air. Umumnya nyamuk jantan yang terlebih dahulu keluar sedangkan nyamuk betina muncul belakangan (Supartha, 2008). d. Nyamuk Dewasa Nyamuk memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan famili Culicidae. Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Nyamuk jantan lebih kecil dari pada nyamuk betina (Lestari, 2010).

7 Nyamuk Ae. Aegypti memiliki ciri khas yaitu mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagiannya badannya terutama pada akinya. Morfologi yang khas adalah gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya (Gandahusada, 2000). Nyamuk ini hidup didalam dan disekitar rumah. Boleh dikatakan bahwa nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (antrothpillic) dari pada darah binatang. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (Soegijanto, 2004). Nyamuk Ae. Albopictus secara morfologis sangat mirip dengan nyamuk Ae. Aegypti yang membedakan hanyalah pada strip putih yang terdapat pada skutumnya. Pada Ae. Albopictus strukturnya juga bewarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal dibagian dorsalnya (Supartha, 2008) Siklus Hidup Nyamuk Culex a. Telur Nyamuk Culex meletakkan telur di atas permukaan air yang dapat mengapung karena di letakkan secara bergerombolan dan bersatu membentuk rakit. Seekor nyamuk mampu meletakkan butir telur. b. larva Larva nyamuk culex memiliki siphon dengan beberapa kumpulan rambut yang membentuk sudut pada permukaan air. Larva culex memiliki 4 tingkatan, yaitu: 1. Larva Instar I, berukuran paling kecil 1 2 mm atau 1 2 hari setelah menetas. Duri-duri pada dada betina belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum jelas

8 2. Larva Instar II, berukursn 2,5 3,4 mm atau 2 3 hari setelah telur menetas. Duri duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam. 3. Larva Instar III, berukuran 4-5 mm atau 3 4 hari setelah telur menetas. Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan bewarna coklat kehitaman. 4. Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 6 mm atau 4 6 hari setelah telur menetas (Kardinan, 2003) c. Pupa Merupakan stadium akhir nyamuk di dalam air. Pada stadium ini pupa tidak membutuhkan makan. Pupa membuuhkan 2 5 hari. Sebagian kecil pupa kontak dengan permukaan air, berbentuk terompet, panjang dan ramping, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk culex (Kardinan, 2003). d. Nyamuk Dewasa Ciri ciri nyamuk culex dewasa adalah bewarna hitam belang- belang putih, kepala bewarna hitam dan bewarna putih pada ujungnya. Pada bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk kurva (Kardinan, 2003) Siklus Hidup Anopheles a. Telur Telur Anopheles berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf dan diletakkan di air langsung yang diletakkan secara terpisah yaitu satu persatu. Nyamuk dewasa mampu menghasilkan telur butir telur. Telur menetas dalam waktu 2 3 hari (Safar, 2010)

9 . b. larva Larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air, karena mereka tidak mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih hari, dan hidup dengan memkan algae, bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat dipermukaan (Safar, 2010). c. pupa Pada stadium pupa terdapat tabung pernafasan yang disebut respiratoru trumpet yang berbentuk lebar dan pendek yang berfungsi untuk mengambil O 2 dari udara. Bentuk fase pupa seperti kma, dan setelah beberapa hari pada bagian terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa (Safar, 2010). d. Nyamuk dewasa Nyamuk Anopheles jantan dapat hidup sampai satu minggu, sedangkan nyamuk betina mampu bertahan hidup selama 1 bulan. Nyamuk dewasa mempunyai prombocis yang berfungsi sebgai menghisap darah atau makanan lainnya (missal: nectar atau cairan lainnya sebagai sumber gula). Perkawinan terjadi setelah beberapa hari menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi sekitar rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk Anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging.

10 2.4.4 Siklus Hidup Nyamuk Mansonia a. Telur Telur Mansonia terdapat pada permukaan bawah daun tumbuhan inang diletakkan saling berdekatan membentuk rakit, bentuk kelompok yang terdiri dari - 6 butir. Telurnya berbentuk lonjong dengan salah satu ujungnya meruncing. b. Larva Larva mansonia mempunyai siphon berujung lancip, bergigi dan berpigmen gelap. Ujung siphon ditusukkan ke akar tumbuhan air. c. Pupa Stadium pupa, Mansonia memiliki cororng pernafasan seperti diri dan bentuk segmen 10 juga seperti duri. Untuk menjadi nyamuk dewasa pupa membutuhkan waktu 1 3 hari (Gandahusada, Illahude, Wira Pribadi, 1998). e. Nyamuk Dewasa Nyamuk dewasa mansonia betina memiliki palpi lebih pendek dari promboscis dan pada jantan palpi lebih panjang dari promboscsi. Sisik dayap lebar asimetris, berselang selang terang dan gelap. 2.5 Perilaku Nyamuk Perilaku nyamuk berkaitan dengan gejala biologis dan selalu ada variasi. Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik di daerah yang sama maupun yang berbeda. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dikenal sebagai ransangan dari luar. Ransangan dari luar ini misalnya, perubahan cuaca/iklim/musim atau perubahan lingkungan baik alamiah maupun karena hasil samping kegiatan manusia. Ada 3 (tiga) macam tempat yang

11 diperlukan untuk siklus kelangsungan hidup nyamuk. Hubungan antara ketiga tersebut dapat dilukiskan dengan bagan sebagai berikut (Sumantri, 2010). Perilaku Berkembang Biak LINGKUNGAN Perilaku Beristirahat Perilaku Mencari Makan Perilaku Nyamuk Ae. Aegypti 1. Perilaku Makan Ae. aegypti sangat antropofilik, walaupun ia juga bisa makan dari hewan berdarah panas lainnya. Sebagai hewan diurnal, nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas menggigit, pertama di pagi hari selama beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari selam beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menggigit yang sebenarnya dapat beragam bergantung lokasi dan musim. Jika masa makannya terganggu Ae. aegypti dapat menggigit lebih dari satu orang. Perilaku ini semakin memperbesar efesiensi penyebaran epidemic. Dengan demikian, bukan hal yang luar biasa jika beberapa anggota keluarga yang sama mengalami awitan penyakit yang terjadi dalam 24 jam, memperlihatkan bahwa mereka terinfeksi nyamuk infektif yang sama. Ae. aegypti biasanya tidak

12 menggigit di malam hari, tetapi akan menggigit saat malam dikamar yang terang (WHO, 2004). 2. Perilaku Istirahat Ae. aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk dikamar tidur, kamar mandi, kamar kecil, maupun didapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, di tumbuhan, atau ditempat terlindung lainnya. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang mereka suka adalah di bawah furniture, benda yang tergantung seperti baju dan gorden, serta dinding (WHO. 2004). 3. Perilaku Berkembang Biak Nyamuk betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya. Ada spesies yang senang dengan tempat tempat yang kena sinar matahri langsung, tetapi ada pula yang senang dengan tempat tempat teduh. Spesies yang satu memilih tempat perindukan cukup baik dari air payau (campuran air tawar dengan air laut), spesies lainnya hanya mau berkembang biak di air tawar. Ae. aegypti senang meletakkan telur di air tawar yang bersih dan tidak langsung menyentuh tanah (Sumantri. 2010) Perilaku Nyamuk Culex 1. Perilaku Makan Nyamuk Culex mempunyai kebiasaan menghisap darah pada malam hari. Jarak terbang nyamuk culex rata rata hanya 7 meter.

13 Nyamuk Culex sp. menggigit beberapa jam setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul (Tanaya, 2013). 2. Perilaku Istirahat Nyamuk Culex sp. setelah menggigit manusia dan hewan nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan beristirahat yang berbeda beda. Nyamuk Culex sp. suka beristirahat didalam rumah, sedangkan diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang bewarna gelap dan lain lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk beristirahat. (Tanaya, 2013) 3. Perilaku Berkembang Biak Nyamuk Culex sp. suka berkembang biak disemarang tempat misalnya di air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka, dan saluran pipa (Tanaya. 2013) Perilaku Nyamuk Anopheles 1. Perilaku Makan Nyamuk Anopheles kebiasaan menghisap darah di dalam rumah, terjadi pada pukul kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul dan dini hari, sedangkan aktivitas menggigit diluar rumah terjadi peningktan pada puku 2400 dan kemudian meningkat lagi pada pukul (Rosa, 2009). 2. Perilaku Beristirahat Nyamuk Anopheles memiliki dua cara beristirahat yaitu istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu prosesperkembangan telur dan

14 istirahat sementara pada sebelum dan sesudah mencari darah. Nyamuk memiliki perilaku istirahat yang berbeda-beda, An. Sundaicus beristirahat ditempat-tempat yang tinggi sedangkan An. Aconitus banyak beristirahat ditempat dekat tanah (Depkes. 1999). 3. Perilaku Berkembang Biak Perilaku berkembang biak Nyamuk Anopheles bermacam macam sesuai dengan jenis anophelesnya. Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus dan Anopheles vagus senang berkembang bikan di air payau. Nyamuk Anopheles sundaicus, anopheles mucaltus menyukai tempat yang langsung mendapatkan sinar mathari. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk Anopheles vagus, indefinites, leucosphirus untuk berkembang biak. Sedangkan air yang tenang atau sedikit mengalir sangat disenangi oleh nyamuk Anopheles acunitus, vagus, barbirotus, anullaris untuk berkembang biak (Nurmaini, 2003) Perilaku Nyamuk Mansonia Nyamuk Mansonia sp berkembang biak dalam kolam kolam air tawar seperti kolam ikan. Larva larva nyamuk ini bernapas dengan penetrasi akar tanaman air (Sembel. 2009). Nyamuk Mansonia menggigit diluar rumah dan pada malam hari (Santoso.2014). 2.6 Suhu Menurut Yotopranoto dalam Yudhastuti (2005) dijelaskan bahwa rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk o C dan pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10 o C atau lebih dari 40 o C.

15 Menurut Sumantri (2010) suhu akan mempengaruhi: 1) Untuk proses metabolisme, temperature berkisar antara o C, apabila lebih tinggi, maka fisiologis menjadi lambat. 2) Proses perkembangan, akan optimum pada suhu o C. 3) Gonotropic cycle. 4) Lama hidup nyamuk, bila suhu selalu lebih dari o C, umur nyamuk akan menjadi lebih pendek. 2.7 Kelembaban Lembab mempengaruhi distribusi dan lama hidup nyamuk. Hutan lebih peka perubahan kelembaban daripada ditempat daerah kering (Sumantri, 2010). Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Menurut Mardhihusodo dalam Yudhastuti (2005) kelembaban yang optimum untuk pertumbuhan embroisasi dan ketahanan hidup embrio nyamuk embrio nyamuk adalah berkisar 81,5% - 89,5%. 2.8 Peran Nyamuk Sebagai Vektor Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthropoda. Beda vektor dari vehicle adalah bahwa vehicle bahwa vehicle suatu penyebar penyakit yang tidak hidup seperti air, udara, makanan, dll. Sedangkan vektor adalah benda hidup yakni serangga (Slamet. 2005) Saat nyamuk betina mencari mangsa untuk menghisap darah, maka nyamuk tersebut dapat membawa dan mentransmisikan (atau menularkan) mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Spesies nyamuk yang menghisap darah secara berkala atau secara oportunistis pada manusia akan lebih

16 besar kemungkinannya menjadi vector penular penyakit. Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Insekta tersebut harus dapat terinfeksi terlebih dahulu oleh mikroorganisme pathogen dan kemudian hidup dalam waktu yang cukup lama untuk dapat menularkannya. Nyamuk menyebarkan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme melalui dua cara mekanis dan biologis. Penyebaran secara mekanis terjadi saat mikroorganisme pathogen pada bagian mulut nyamuk yang menghisap darah dari host yang terinfeksi dan dipindahkan ke host kedua pada saat pencarian darah selanjutnya. Satu-satunya penyakit berbasis nyamuk yang tercatat disebarkan oleh virus pada kelinci, yaitu myxomatosis. Virus-virus lainnya bisa disebarkan melalui penyebaran secara mekanis adalah hanya di laboratorium dengan mengganggu nyamuk-nyamuk yang makan darah dan memaksa mereka untuk makan pada host lainnya. Penyebaran secara mekanis tidak dianggap metode yang berarti dalam penyebaran pathogen oleh nyamuk dari manusia atau binatang ke manusia. Penyebaran secara biologis terjadi pada saat mikroorganisme pathogen mengalami perubahan yang penting pada struktur dan atau berlipat ganda di dalam nyamuk sebelum berpindah ke host yang baru (Achmadi, 2013). 2.9 Peranan Nyamuk Terhadap Kesehatan Manusia Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat, baik diperkotaan maupun dipedesaan. Diantara penyakit yang dapat ditularkan melalui nyamuk, yaitu: 1. DBD (Demam Berdarah Dengue) Demam berdarah dengue merupakan penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak

17 menimbulkan korban pada anak-anak usia dibawah 15 tahun, disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan renjetan (syok) yang dapat mengakibatkan kematian penderita (Sudarto, 1996). Demam berdarah dengue disebabkan oleh salah satu dari empat antigen yang berbeda, tetapi sangat dekat satu dengan yang lain, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dari genus Flavivirus. Demam berdarah dengue adalah bentuk dengue yang parah, berpotensi menyebabkan kematian (Sembel, 2009). Masa inkubasi penyakit DBD, yaitu peridode sejak virus dengue menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis, antara 3-4 hari, rata-rata 4-7 hari. Penyakit DBD tidak ditularkan langsug dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu beberapa saat menjelang timbulnya demam hingga saat masa demam berkhir, biasanya belangsung selama 3-4 hari (Ginanjar, 2008). Demam dengue di Inonesia endemis baik di daerah pekotaan maupun di daerah pedesaan. Di daerh perkotaan vektor penularnya adalah nyamuk Ae.aegypti sedangkan di daerah pedesaan Ae. albopiqtus. Namun sering terjadi bahwa kedua spesies nyamuk tersebut terdapat bersama-sama pada satu daerah, misalnya didaerah yang bersifat semi urban. Hewan primata di daerah kawasan hutan dapat bertindak sebagai sumber infeksi penularan (Sudarto. 2009). Nyamuk demam berdarah biasanya akan terifeksi virus dengue saat menghisap darah dari penderita yang berada dalam fase demam akut. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjtunya virus akan

18 memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurya. Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8-10 hari, kelenjar air liur nyamuk yang terinfeksi menggigit dan menginnjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-4 hari (rata-rata 4-6 hari), sering kali terjadi awitan mendadak penyakit ini yang ditandai dengan demam, sakit kepala, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala non spesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit (WHO, 2004). Nyamuk mendapat virus demam berdarah dengue, demam dengue, maupun orang yang tidak tampak sakit, namun dalam aliran darahnya terdapat virus dengue. Pada saat nyamuk menggigit orang tersebut, virus dengue akan terbawa masuk bersama darah yang diisapnya ke dalam tubuh nyamuk itu. Virus dalam tubuh nyamuk tersebut akan berkembang biak tanpa ia sendiri menjadi sakit demam berdarah. Dalam waktu 7 hari, virus dengue sudah tersebar diseluruh bagian tubuh nyamuk di kelenjar air liurnya. Jika nyamuk ini menggigit orang lain, virus dengue akan diindahkan bersama air nyamuk ke dalam tubuh orang tersebut (Nadesul, 1998). 2. Malaria Malaria berasal dari bahasa Italia yitu mal = buruk dan area = udara. Secara harfiah malaria merupakan suatu penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat luingkungan buruk. Malaria merupakan suatu penyakit infeksi demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkoni, 2010).

19 Penyakit malaria memiliki masa inkubasi yang bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spessies plasmodiumnya. Masa Inkubasi Plasmodium vivax yaitu hari, Plasmodium ovale hari, Plasmodium malariae hari, dan Plasmodium falcifarum hari (Entjang, 2003). Penularan sporozoidt malaria terjadi memalui gigitan nyamuk Anopheles betina, sesuai dengan daerah geografisnya. Penularan dalam bentuk aseksual (trofozoit) menimbulkan tropozoite induced malaria, yang dapat ditularkan melalui transfuse darah (transfusion malaria), melalui jarum suntik atau dari ibu ke bayi yang dikandungnya melalui plasenta (congenital malaria) (Soedarto, 2008). Airport malaria adalah malaria yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles yang membawa parasit malaria dari daerah tropis ersama pesawat udara, menulari pegawai bandara atau orang orang yang tinggal di sekitar bandara yang berada di daerah non-endemik malaria(soedarto, 2009). 3. Filariasis Filariasis merupakan suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang cacing dewasanya hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia, penyakit ini bila tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat mnetap berupa pembesaran kaki (disebut elephantiasis / kaki gajah), pembesaran lengan, payudara dan alat kelamin wanita maupun laki-laki (Zulkoni, 2010). Cacing filaria merupakan parasit pada manusia dan hewan. Parasit yang hidup pada saluran limfatik yaitu whucheria bancrifti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Filarial tersebut dapat menyebabkan kaki gajah dan komplikasi pada saluran limfatik (Ideham, 2007).

20 Filariasis ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk, dan sesuai dengan terdapatnya microfilaria di dalam darah tepi, dikenal periodic nocturnal (mikrofilaria hanya ditemukan malam hari), subperiodic diurnal (microfilaria terutama dijumpai siang hari, malam hari jarang ditemukan) dab subperiodic nocturnal (microfilaria terutama dijumpai malam hari, jarang ditemukan disiang hari) (Soedarto, 2009) Pengendalian Vektor Pengendalian vector adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau menekan populasi vector pada tingkat yang tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat (Kusnoputranto, 2000). Di dalam upaya pengendalian vector nyamuk, beberapa metode yang dapat digunakan antara lain tindakan anti larva, tindakan terhadap nyamuk dewasa, dan tindakan terhadap gigitan nyamuk (Sumantri, 2010). Pengendalian nyamuk dapat dibagi menjadi tiga : 1. Pengendalian Secara Mekanik Program yang di canangkan oleh Pemenrintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI yaitu 3M : 1) Menguras secara teratur seminggu sekali dan menabur bubuk abate ke tempat penampungan air. 2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air. 3) Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak mrnjadi sarang nyamuk. 2. Pengendalian Secara Biologis Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organism pemangsa, parasit, pesaing menurunkan jumlah nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian ini bisa

21 dilakukan dengan memelihara ikan yang relative kuat dan tahan, misalnya ikan mujair di bak atau tempat penampungan air lainnya sehingga sebagai predator bagi jentik dan pupa. Contoh jenis ikan lainnya yang juga cocok dijadikan untuk pengendalian larva ialah Panchax panchax (ikan kepala timah, Lebistus reticularis (Guppy = water ceto), Gambusia affinis (ikan gabus), dll. 3. Pengendalian Secara Kimiawi Pegendalian secara kimia yang berkhasiat membunuh serangga (insektisida) atau hanya untuk menghalau serangga saja (repellent). Kebaikan cara pengendalian ini ialah dapat dilakukan dengan segera dan meliputi daerah yang luas sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu yang singkat. Keburukannya karena cara pengendalian ini hanya bersifat sementara, dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya resistensi serangga terhadap insektisida dan mengakibatkan matinya beberapa pemangsa (Gandahusada, 2000) Fermentasi Gula Fermentasi berasal dari Bahasa Latin yang berarti merebus. Arti kata dari Bahasa Latin tersebut dapat dikaitkan atau kondisi cairan bergelembung atau mendidih. Fermentasi adalah suatu proses terjadinya perubahan kimia sepenuhnya suatu substrat organic melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Sari, 2011)

22 Konversi gula menjadi alcohol dengan cara fermentasi yaitu gula sangat disukai oleh hampir semua makhluk hidup sebagai sumber energy, khamir dapat memecah pentose. Disakarid seperti sukrosa dan maltose difermentasi dengan cepat oleh khamir karena mempunyai enzim sukrase atau invertase dan maltase untuk mengubah maltose menjadi hektosa (Hidayat. 2006). Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hydrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat jugadihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dan bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya (Sari, 2011). Fermentasi alcohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil alcohol) dan karbondioksida. Organisme yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatn tape, roti, atau minuman keras. Reaksi kimia: C 6 H 12 O 6 2C 2 H 5 OH + 2CO 2 + 2H 2 O + 2ATP Etanol disebut juga etil alcohol, alcohol murni, alcohol absolute, atau alcohol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak bewarna, dan merupakan alcohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan seharihari. Etanol termasuk ke dalam alcohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C 2 H 5 OH dan rumus empiris C 2 H 6 O (Iwan, 2007).

23 Fermentasi gula yang menghasilkan bioetanol dan CO 2, diharapkan senyawa tersebut mampu menarik nyamuk (atraktan) dan bersifat mematikan. Setiadi, dkk (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa alat perangkap nyamuk yang ditambahkan CO 2 dari proses fermentasi larutan gula dengan ragi menunjukkan kinerja terhadap jumlah nyamuk yang terperangkap lebih banyak 50 80% dibandingkan dengan alat perangkap nyamuk tanpa CO 2. Karbon dioksida (CO 2 ) menjadi salah satu cara bagi nyamuk untuk menemukan mangsanya, sehingga nyamuk tertarik untuk menggigit manusia dikarenakan manusia menghembuskan CO 2. CO 2 yang dihasilkan dari fermentasi gula diharapkan dapat mengelabui nyamuk untuk mendekat ke alat perangkap nyamuk (Febrinastri. 2014) Kerangka Konsep Variable bebas Fermentasi gula - Konsentrasigula 0% - Konsentrasigula 5% - Konsentrasigula 15% - Konsentrasigula 25% - Konsentrasigula 35% variabel terikat Jumlah nyamuk yang terperangkap Faktor yang mempengaruhi - Suhu - kelembaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup bertahan hidup secara berkegantungan, termasuk nyamuk yang hidupnya mencari makan berupa darah manusia, dan membawa bibit penyakit melalui nyamuk (vektor).

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk 1. Nyamuk sebagai vektor Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae dan Anophelinae.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes sp 1. Klasifikasi Nyamuk Aedes sp Nyamuk Aedes sp secara umum mempunyai klasifikasi (Womack, 1993), sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Upagenus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi DBD adalah demam virus akut yang disebabkan oleh nyamuk Aedes, tidak menular langsung dari orang ke orang dan gejala berkisar

Lebih terperinci

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Morfologi Telur Anopheles Culex Aedes Berbentuk perahu dengan pelampung di kedua sisinya Lonjong seperti peluru senapan Lonjong seperti

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 2.1 Aedes aegypti Mengetahui sifat dan perilaku dari faktor utama penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yakni Aedes aegypti,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Sebagai Vektor Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA kaki) 6) Arthropoda dibagi menjadi 4 klas, dari klas klas tersebut terdapat klas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Nyamuk Arthropoda adalah binatang invertebrata; bersel banyak; bersegmen segmen;

Lebih terperinci

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah? Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah? Upik Kesumawati Hadi *) Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anopheles sp. a. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Aedes aegypti Nyamuk Ae. aegypti termasuk dalam ordo Diptera, famili Culicidae, dan masuk ke dalam subordo Nematocera. Menurut Sembel (2009) Ae. aegypti dan Ae. albopictus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis, sangat cocok untuk berkembangnya berbagai flora dan fauna, termasuk vector yang sangat banyak jumlah dan jenisnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Nyamuk sebagai vektor penyakit 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD atau DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti

Lebih terperinci

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa, PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id Parasitologi Kesehatan Masyarakat KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit Mapping KBM 8 2 Tujuan Pembelajaran Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa mampu menggunakan pemahaman tentang parasit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. , 5 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. Nyamuk masuk dalam ordo Diptera, famili Culicidae, dengan tiga subfamili yaitu Toxorhynchitinae (Toxorhynchites), Culicinae (Aedes, Culex, Mansonia, Armigeres),

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah tropis merupakan tempat mudah dalam pencemaran berbagai penyakit, karena iklim tropis ini sangat membantu dalam perkembangan berbagai macam sumber penyakit.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Nyamuk Dalam daur kehidupan nyamuk mengalami proses metamorfosis sempurna, yaitu perubahan bentuk tubuh yang melewati tahap telur, larva, pupa, dan imago atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah satunya adalah musim penghujan. Pada setiap musim penghujan datang akan mengakibatkan banyak genangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Anopheles 1. Morfologi dan Klasifikasi Nyamuk Anopheles a. Morfologi nyamuk Anopheles sp. Morfologi nyamuk menurut Horsfall (1995) : Gambar 1. Struktur morfologi nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk Nyamuk merupakan serangga yang memiliki tubuh berukuran kecil, halus, langsing, kaki-kaki atau tungkainya panjang langsing, dan mempunyai bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Larva Aedes aegypti 1. Klasifikasi Aedes aegypti Klasifikasi nyamuk Ae. aegypti adalah sebagai berikut (Srisasi Gandahusada, dkk, 2000:217): Divisi : Arthropoda Classis : Insecta

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue, gejalanya adalah demam tinggi, disertai sakit kepala, mual, muntah,

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN VIDEO INFOGRAFIS MENGENAI PENYEBARAN DAN SIKLUS HIDUP NYAMUK

BAB II PERANCANGAN VIDEO INFOGRAFIS MENGENAI PENYEBARAN DAN SIKLUS HIDUP NYAMUK BAB II PERANCANGAN VIDEO INFOGRAFIS MENGENAI PENYEBARAN DAN SIKLUS HIDUP NYAMUK II.1 Pengertian Video Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkab oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti 1. Klasifikasi Aedes aegypti Urutan klasifikasi dari nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Philum : Arthropoda Sub Philum : Mandibulata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk 16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Nyamuk Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi menjadi 109

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Nyamuk Ada lebih dari 2500 spesies nyamuk di seluruh dunia. Semua nyamuk memerlukan air untuk melengkapi siklus hidupnya. Jenis air di mana larva nyamuk ditemukan

Lebih terperinci

Nyamuk sebagai vektor

Nyamuk sebagai vektor Peran Serangga dalam Kedoktera 1.Tularkan penyakit (Vektor dan Hospes perantara). 2. Entomofobia 3. Toksin, menimbulkan kelaian 4. Alergi 5. Penyakit Nyamuk sebagai vektor Vektor Biologi (vektor malaria,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN MENGENAI AEDES AEGYPTI

BAB II TINJAUAN MENGENAI AEDES AEGYPTI BAB II TINJAUAN MENGENAI AEDES AEGYPTI Bab 2 menguraikan beberapa konsep dasar berupa teori maupun metode yang menjadi acuan dalam penelitian, seperti: nyamuk aedes aegypty, siklus hidup nyamuk, morfologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aedes sp Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Super Class Class Sub Class Ordo Sub Ordo Family Sub

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat BAB II TINJAUAN PUSAKA A. Mahoni (Swietenia mahagoni jacg) Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau di tanam di tepi jalan sebagai pohon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE 2.1 Sejarah Demam Berdarah Dengue Penyakit demam berdarah dengue pertama kali di temukan di Filiphina pada tahun 1953 dan menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sirih (Piper bettle L.) 1. Klasifikasi Sirih (Piper bettle L.) Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah sebagai berikut : Regnum Divisio Sub Divisio

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR dr. I NYOMAN PUTRA Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok DEMAM BERDARAH DENGUE (DHF) Definisi Merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK AEDES, ANOPHELES, DAN CULEX

IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK AEDES, ANOPHELES, DAN CULEX LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK AEDES, ANOPHELES, DAN CULEX Oleh : KENDRA WARDHANI (0820025012) VINDA ELISANDI ESKARINDINI (0820025024) NI KADEK ASTITI MULIANTARI (0820025025)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vektor Aedes aegypti merupakan vektor utama Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sedangkan Aedes albopictus adalah vektor sekunder. Aedes sp. berwarna hitam dan belang-belang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti 2.1.1. Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti Menurut Richard dan Davis (1977) yang dikutip oleh Seogijanto (2006), kedudukan nyamuk Aedes aegypti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan adanya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk seperti malaria

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang umumnya ditemukan di daerah tropis dan ditularkan lewat hospes perantara jenis serangga yaitu Aedes spesies.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendrum squamatum Vahl) Deskripsi Morfologi

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendrum squamatum Vahl) Deskripsi Morfologi 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendrum squamatum Vahl) 2.1.1 Deskripsi Morfologi Tanaman Bunga Pagoda Clerodendrum squamatum Vahl temasuk dalam ordo Lamiales dan famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aedes sp Nyamuk Aedes sp tersebar di seluruh dunia dan diperkirakan mencapai 950 spesies. Nyamuk ini dapat menyebabkan gangguan gigitan yang serius terhadap manusia dan binatang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2013) penyakit infeksi oleh parasit yang terdapat di daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes sp Aedes merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [4,6] Aedes sp tersebar luas di wilayah tropis dan subtropis Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Dicotyledoneae. perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh

TINJAUAN PUSTAKA. : Dicotyledoneae. perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Cengkeh Menurut Bulan (2004) klasifikasi dari tanaman cengkeh adalah sebagai berikut : Divisio Sub-Divisio Kelas Sub-Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering muncul pada musim hujan ini antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

Universitas Diponegoro Koresponden :

Universitas Diponegoro Koresponden : PAP Prevent Aedes Pump Sebagai Alat Untuk Memutus Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti Dan Meningkatkan Efisiensi Pembersihan Air Di Bak Mandi Skala Rumahan Yulhaimi Febriantoro *), Lidya Alvira *), Abdul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering terjadi di berbagai daerah. Hal ini dikarenakan nyamuk penular dan virus penyebab penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya diperantarai oleh nyamuk, salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MALARIA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Filariasis 1. Pengertian Filariasis Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Klasifikasi Pandan Wangi (P. amaryllifolius) menurut Van Steenis (1997)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan aegypti dan albopictus. [1] Nyamuk ini bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya dapat menyebabkan rasa gatal saja, nyamuk juga mampu menularkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp. 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini menjadi masalah bagi kesehatan di Indonesia karena dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi, balita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk merupakan vektor penting dan utama untuk penyakit parah dan sangat menular ke manusia (Lokesh et al., 2010). Vektor utama penyakit malaria di daerah Jawa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah Serangga yang termasuk dalam Phylum Arthropoda, yaitu hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen, mempunyai rangka luar dan anggota garak yang berbuku-buku.

Lebih terperinci

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif Definisi DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Definisi DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Frekuensi = Dominasi Spesies Angka dominasi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan. Dominasi

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, namun hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. darah, namun hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk bereproduksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara tropis. Negara ini memiliki wilayah perairan yang luas dan beranekaragam spesies terutama filum Arthropoda. Beberapa diantaranya seperti

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Koentjaraningrat (1994:7) bahwa Metode adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut cara kerja untuk dapat memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Ciri yang khas dari species ini adalah bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Ongole (Bos indicus) Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba ongole dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS KONTAINER DAN MORFOLOGI NYAMUK Aedes sp DI LINGKUNGAN SD AISYIAH KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

IDENTIFIKASI JENIS KONTAINER DAN MORFOLOGI NYAMUK Aedes sp DI LINGKUNGAN SD AISYIAH KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO IDENTIFIKASI JENIS KONTAINER DAN MORFOLOGI NYAMUK Aedes sp DI LINGKUNGAN SD AISYIAH KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO Suharno Zen 1, Agus Sutanto 2 1,2 Universitas Muhammadiyah Metro Alamat : Jl. Ki Hajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah serangga yang bentuknya langsing, halus, distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari 3.000 spesies, stadium larva dan pupanya hidup di air (Garcia

Lebih terperinci