MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV Diajukan untuk memenuhi syarat guna menyelesaikan program Strata Satu (S1) Oleh : Nama : HARMAIN SAID NIM : Peminatan : TEKNIK TENAGA LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 007

2 LEMBAR PENGESAHAN Tugas akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana, pada jurusan Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana. Judul Tugas Akhir : MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV Nama : Harmain Said NIM : Peminatan : Teknik Tenaga Listrik Telah Disetuji dan Diterima Oleh : Pembimbing Koordinator Tugas Akhir Ir. Badaruddin Ir. Yudhi Gunardi, MT. Mengetahui Ketua Jurusan Teknik Elektro Ir. Budi Yanto Husodo, Msc.

3 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul : MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV Adalah benar karya pribadi saya dan sepanjang sepengetahuan saya belum pernah dipublikasikan oleh orang lain dan bukan duplikasi karya tulis yang sudah dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana di Universitas lain, kecuali pada bagian-bagian sumber informasi dicantumkan dengan cara referensi yang semestinya. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Jakarta, 1 April 007 Penulis Harmain Said

4 KATA PENGANTAR Dengan mengucap Bismillaahirrahmaanirrahiim penulis mencoba memulai penulisan Skripsi ini. Syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-nya berupa kesehatan, kesempatan dan kelapangan pikiran kepada penulis hingga akhirnya Skripsi ini selesai. Serta shalawat beriring salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk membantu pemahaman dan pengertian mengenai pentingnya andongan pada sistem transmisi. Dalam hal ini penulis mengambil pembahasan tentang MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV Pada penulisan Skripsi ini penulis banyak mendapat dukungan serta bimbingan yang diberikan sehingga memungkinkan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini sesuai dengan rencana. Maka dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahanda (Alm) H. Baharuddin Said yang terus memberikan dukungan serta doa restunya. Semoga Allah SWT memberikan karunia-nya dan memberikan tempat yang baik di sisi-nya.. Ibunda Hj, Nurdahlena Siregar serta saudara-saudara saya yang tercinta yang tidak pernah lelah memberikan dukungan serta doanya. iii

5 3. Bapak Ir. Badaruddin selaku Pembimbing saya yang selalu memberikan masukan-masukan untuk penulisan Skripsi saya ini. 4. Bapak Ir. Budi Yanto Husodo, M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercubuana. 5. Bapak Ir. Yenon Orsa, MT selaku Direktur Perkuliahan Sabtu Minggu Universitas Mercubuana yang selalu aktif memberi masukan kepada mahasiswanya untuk dapat menyelesaikan perkuliahan ini. 6. Seluruh Dosen dan Staf karyawan di Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercubuana. 7. Buat adik Sapitri yang tidak bosan memberikan dukungan dan doanya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. 8. Buat semua sahabat-sahabat dekat saya yang selalu membantu. 9. Buat rekan-rekan mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercubuana dan semua pihak yang turut memberikan bantuan, saran dan kritikan demi sempurnya Skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyajian Skripsi ini baik tulisan maupun materi masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Sehingga kemungkinan dijumpai kekurangan-kekurangan dalam Skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung iv

6 maupun tidak langsung selama penulis menyusun Skripsi ini. Semoga Penulisan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Jakarta, 0 May 007 Penulis Harmain Said NIM : v

7 ABSTRACT The transmission lines was something that was very absolute in some system the electricity power.in the distribution of the electricity power from the centres of the generator to the burden (the consumer), where his distance quite far then was carried out through the transmission channel. In this transmission lines the voltage was increased from the centre of the generator through the transformer to the value of the voltage that was wanted. To more optimised results that will be received in building a transmission lines, here the writer tried to discuss the mechanical criterion in transmission planning especially in Count Andongan the escort's Wire to the Transmission Lines 150 of kva as well as several of his supportive aspects like the escort's clearance, strong attracted the escort and the geographical situation. So as eventually will be received by results that were more optimal to build the transmission lines that in accordance with his geographical condition in order to satisfies the requirement for the electricity power that increasingly increased vi

8 ABSTRAK Saluran transmisi adalah suatu hal yang sangat mutlak dalam suatu system tenaga listrik. Dalam penyaluran tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkit ke beban (konsumen), dimana jaraknya cukup jauh maka dilakukan lewat saluran transmisi. Pada saluran transmisi ini tegangan dinaikkan dari pusat pembangkit melalui transformator ke harga tegangan yang diinginkan. Untuk lebih mengoptimalkan hasil yang akan diperoleh dalam membangun sutau saluran transmisi, disini penulis mencoba membahas kriteria mekanis dalam perencanaan transmisi khususnya dalam Menghitung Andongan Kawat Penghantar Pada Saluran Transmisi 150 kva serta beberapa aspek yang mendukungnya seperti jarak antara penghantar, kuat tarik penghantar dan keadaan geografis. Sehingga nantinya akan diperoleh hasil yang lebih optimal untuk membangung saluran transmisi yang sesuai dengan kondisi geografisnya guna memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang semakin meningkat. vii

9 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN i ii KATA PENGANTAR.. iii ABSTRACT vi ABSTRAK.. vii DAFTAR ISI. viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Batasan Masalah Metode Penulisan Manfaat Penulisan Sistematika Penulisan. 4 BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI Umum. 6.. Diagram Satu Garis Sistem Daya Saluran Transmisi Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Jenis Arus Berdasarkan Tegangan Transmisi Berdasarkan Fungsinya Dalam Operasi. 10 BAB III PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI 1 viii

10 3.1. Kawat Penghantar Pengertian Bahan Jenis Kawat Penghantar Tegangan Tarik Pada Penghantar Jarak Antar Penghantar Jarak Horizontal Jarak Vertikal Menara Transmisi Tekanan Angin Jarak antara Tiang (Span) Andongan Kawat Penghantar Kedua Menara Sama Tinggi Kedua Menara Tidak Sama Tinggi 3.7. Rentangan Vertikal Template untuk Penempatan Menara Penggambaran Template Pemakaian Template 30 BAB IV MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV Menghitung Andongan Kawat Penghantar ACSR Pada Saluran Transmisi 150 kv Perhitungan Andongan Untuk Menara Sama Tinggi.. 36 ix

11 4.1.. Perhitungan Andongan Untuk Menara Tidak Sama Tinggi Menghitung Andongan Kawat Penghantar AAC Pada Saluran Transmisi 150 kv Perhitungan Andongan Untuk Menara Sama Tinggi Perhitungan Andongan Untuk Menara Tidak Sama Tinggi 46 BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 50 DAFTAR PUSAKA 5 DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR.. xx x

12 DAFTAR TABEL Tabel 1. Karakteristik mekanik kawat aluminium Hard Drawn Luas Penampang (mm ) Diamater (mm) Berat (kg/km) Minimum Kuat Tarik (kg) Rata-Rata 15,90 4,5 4, ,85 4, 37, ,57 4,0 33, ,34 3,8 30, ,75 3,7 9, ,61 3,5 15, ,04 3, 1, ,605,9 17, ,309,6 14,33 91,5 97,0 4,155,3 11, 74,5 78,9 3,14,0 8,48 58,5 61,9 xi

13 Tabel. Karakteristik mekanik kawat aluminium campuran Hard Drawn Luas Penampang Terhitung (mm ) Diamater (mm) Berat (kg/km) Kuat Tarik (kg) Tegangan Tarik Minimum (kg/mm ) 19,64 5,0 53, ,5 15,90 4,5 4, ,5 1,57 4,0 33, ,5 10,75 3,7 9, ,5 9,61 3,5 5, ,5 8,04 3, 1, ,5 6,605,9 17, ,5 5,309,6 14, ,5 4,155,3 11, ,5 3,14,0 8, ,5 xii

14 Ukuran Luas Penampang Nominal (mm ) Tabel 3. Karakteristik mekanik kawat baja galvanisasi siberlilit Jumlah Diamater (mm) Luas Penampang Terhitung (mm ) Diameter Luar (mm) Berat (kg/km) Kuat Tarik (kg) 135 7/5,0 137,4 15, /4,5 11,3 1,5 884, /4,0 87,99 1,0 698, /3,5 67,35 10,5 535, /3, 56,30 9,6 447, /,9 46,4 8,7 367, /,6 37,1 7,8 95, /,3 9,09 6,9 31, /,0 1,99 6,0 174,7 470 xiii

15 Tabel 4. Karakteristik mekanik kawat baja galvanisasi siberlilit Hard Dawn Ukuran Luas Penampang Nominal (mm ) Jumlah Diamater (mm) Luas Penampang Terhitung (mm ) Diameter Luar (mm) Berat (kg/km) Kuat Tarik (kg) /3, 490,6 8, /,9 40,9 6, /3,7 397,8 5, /3,5 356,0 4,5 977, /3, 97,6,4 816, /4,0 38,6 0,0 65, /,6 196,4 18, 539, /3,7 04,3 18,5 558, /3,5 18,8 17,5 499, /3, 15,8 16,0 417, /,9 15,5 14,5 34, /.6 100,9 13,0 75, /4,0 87,99 1,0 40, /3,5 67,35 10,5 184, /3, 56,9 9,6 153, /,9 46,4 8,7 16, /,6 37,16 7,8 101, /,3 9,09 6,9 79,5 85 7/,0 1,99 6,0 60,1 64 xiv

16 16 3/,6 15,93 5,6 43, /,3 1,47 5,0 34, /,0 9,43 4,3 5,7 67 xv

17 Ukuran Luas Penampang Nominal (mm ) Tabel 5. Karakteristik mekanik kawat tembaga berlilit Jumlah Diamater (mm) Luas Penampang Terhitung (mm ) Diameter Luar (mm) Berat (kg/km) Kuat Tarik (kg) /3, , /,9 838,8 37, /3, 731,8 35, /,9 601,1 31, /3, 490,6 8, /,9 40,9 6, /,6 33,8 3, /,3 53,5 0, /,6 196,4 18, /,3 153,7 16, /,9 15,5 14, /,0 100,9 13,0 907, /,3 78,95 11,5 710, /,0 59,70 10,0 537, /,6 37,16 7,8 334, /,3 9,09 6,9 61, /,0 1,99 6,0 197, /1,6 14,08 4,8 16, /1, 7,9 3,6 71,1 36 xvi

18 Ukuran Luas Penampang Nominal (mm ) Tabel 6. Karakteristik mekanik kawat tembaga berlilit Hard Dawn Jumlah Diamater (mm) Luas Penampang Terhitung (mm ) Diameter Luar (mm) Berat (kg/km) Kuat Tarik (kg) 40 19/4,0 38,8 0, /3,7 04,3 18, /3,5 18,8 17, /3, 15,8 16, /,9 15,5 14, /4,3 101,6 1,9 914, /3,7 75,5 11,1 677, /3, 56,9 9,6 506, /,9 46,4 8,7 416, /,6 37,16 7,8 334, /,3 9,09 6,9 61, /,0 1,99 6,0 197,9 890 xvii

19 Ukuran Luas Penampang Nominal (mm ) Tabel 6. Karakteristik mekanik kawat tembaga berlilit Hard Dawn Konstruksi (Jumlah/Diameter dalam mm) Luas Penampang Terhitung (mm ) Aluminium Baja Aluminium Baja Kuat Diamater Luar (mm) Tarik Minimum (kg) Aluminium Baja Berat (kg/km) /4,0 19/,4 678,8 85, ,00 1, /3,8 7/3,8 61,4 79, ,0 11, /5,0 19/3,0 589,0 134, ,00 15, /3,5 7/3,5 519,5 67, ,50 10, /4,5 19/,7 477,0 108, ,50 13, /3, 7/3, 434,3 56, ,80 9, /4, 19/,5 415,5 93, ,30 1, /4,5 7/3,5 413,4 67, ,50 10, /4,0 19/,4 377,1 85, ,00 1, /,9 7/,9 356,7 46, ,10 8, /4,0 7/3,1 36,8 5, ,30 9, /,8 7/,8 33,5 43, ,0 8, /3,7 7/3,7 3,5 75, ,90 11, /3,5 7/3,5 88,6 67, ,50 10, /,6 7/,6 86,7 37, ,40 7, /3,5 7/,7 50,1 40, ,16 8, /3, 7/3, 41,3 56,9 1010,40 9, /3, 7/,49 09,1 34, ,7 7,47 847, /,9 7/,9 198, 46, ,30 8,7 911, /,9 7/,6 171,7 8, ,38 6,78 696, /,6 7/,6 159,3 37, ,0 7,8 73, /,6 7/,0 138,0, ,46 6,06 558, /,3 7/,3 14,7 9, ,10 6,0 573,7 xviii

20 10 1/3,5 7/3,5 115,5 67, ,50 10,5 848, /,3 7/1,79 108,0 17, ,57 5,37 437,0 97 1/3, 7/3, 96,50 56, ,00 9,6 708,9 95 6/4,5 1/4,5 95,40 15, ,50 4,5 358, 90 6/4,3 1/4,3 87,1 14, ,90 4,5 351,8 80 6/4, 1/4, 83,10 13, ,60 4,3 335,5 79 1/,9 7/,9 79,6 46, ,50 4, 58,1 75 6/4,0 1/4,0 75,4 1, ,00 8,7 304,6 64 1/,6 7/,6 63,71 37, ,00 4,0 468,0 58 6/3,5 1/3,5 57,73 9, ,50 7,8 33,1 50 1/,3 1/,3 49,86 9, ,50 3,5 366,3 48 6/3, 1/3, 48,5 8, ,6 6,9 194,8 40 6/,9 1/,9 39,63 6, ,7 3, 196,0 3 6/,6 1/,6 31,85 5, ,8,6 18,6 5 6/,3 1/,3 4,93 4, ,9,3 100,7 19 6,0 1,0 18,85 3, ,0,0 76,1 xix

21 DAFTAR GAMBAR Gambar.1. Diagram Satu Garis Sistem Daya Gambar.. Saluran Transmisi Rangkaian Tunggal Gambar.3. Gambar Saluran Transmisi Rangkaian Ganda Gambar 3.1. Kedua Menara Sama Tinggi Gambar 3.. Kedua Menara Tidak Sama Tinggi Gambar 3.3. Rentangan Vertikal Gambar 3.4. Pergeseran Titik Terendah pada Rentangan Gambar 3.5. Rentangan Vertikal Berdasarkan Pergeseran Titik Terendah Gambar 3.6. Jarak Bebas Penghantar Terhadap Permukaan Bumi Gambar 3.7. Template Gambar 3.8. Pemakaian Template Gambar 3.9. Lengkungan Penghantar yang Tidak Memenuhi Persyaratan Jarak Bebas Gambar Pemakaian Menara yang Lebih Tinggi Gambar Penambahan Satu Menara xx

22 xxi

23 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan suatu kegiatan pemikiran yang sistematis, berjangka panjang, berorientasi rasional akan pembangunan, tugas, tujuan dan kebutuhan masa depan dalam rangka mengambil langkah-langkah atau tindakantindakan pelaksanaan yang perlu ditempuh dalam persiapan sebelumnya guna mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara optimal. Perencanaan transmisi yang terdiri atas kriteria listrik dan kriteria mekanis mempunyai tujuan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pengadaan saluran transmisi seoptimal mungkin guna memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik yang terus menerus meningkat membuat perusahaan listrik yang ada lebih memaksimal potensi yang ada lebih memaksimalkan potensi yang ada, antara lain dengan mengurangi rugi-rugi yang timbul pada saat penyaluran tenaga listrik. Salah satu cara adalah dengan memperhatikan sistem transmisi yang merupakan bagian dari system tenaga listrik untuk menyalurkan daya listrik dari pusat pusat tenaga listrik ke gardu induk yang selanjutnya didistribusikan kepada konsumen. Pada perencanaan mekanis adanya tekanan angin yang merupakan gayagaya mekanis pada menara dan penghantar perlu diperhitungkan. Penghantar yang digunakan harus memiliki kekuatan mekanis yang baik. Pemakaian kawat penghantar dibatasi oleh karakteristik mekanis serta beratnya sendiri yang dapat menyebabkan andongan yang berlebihan pada suatu rentangan. Di samping itu

24 penghantar dapat berayun melebihi batas-batas yang telah ditetapkan bila ditiup angina dan mengganggu jarak bebas. Pada daerah-daerah dimana permukaan bumi tidak rata, misalnya daerah pegunungan, andongan kawat dapat mendekati permukaan bumi pada bagianbagian yang tinggi diantara dua menara. Untuk mencegah hal ini, diperlukan penampang peta lokasi saluran udara dan pemakaian template agar pada pemasangan kawat pada suatu rentangan, diperoleh andongan dengan jarak bebas dari permukaan bumi. Pada skripsi ini, penulis mencoba menjelaskan bagian dari perencanaan saluran transmisi yaitu Menghitung Andongan Kawat Penghantar Pada Saluran Transmisi 150 kv yang dapat dipakai sebagai acuan dalam pembangunan saluran transmisi. 1. Tujuan Penulisan Untuk memperoleh hasil yang optimal dari saluran transmisi, maka perlu diperhatikan beberapa hal yang erat kaitannya dengan pembangunan saluran transmisi itu sendiri. Dalam Skripsi ini penulis mencoba menguraikan cara menghitung andongan kawat penghantar yang sebagai perbandingan penulis mengambil data-data di PT. PLN (Persero) P3B Region Jakarta Banten, Cililitan Jakarta Timur, yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan atau bahan pertimbangan dalam membangun saluran transmisi sehingga akan diperoleh hasil yang lebih optimal.

25 1.3 Batasan Masalah Sesuai denan judul skripsi ini, yaitu Menghitung Andongan Kawat Penghantar Pada Saluran Transmisi 150 kv, maka penulisan Skripsi ini hanya terbatas pada aspek-aspek yang berhubungan dengan perencanaan saluran transmisi khususnya perhitungan andongan kawat penghantar sesuai dengan kondisi menara. Hal ini bertujuan agar dalam penulisan Skripsi ini lebih terarah dan lebih mudah dipahami yang juga karena kemampuan dari penulis yang terbatas. 1.4 Metode Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode-metode penelitian sebagai berikut : a. Studi literature, yaitu dengan mengumpulkan, membaca, mengolah data dari buku buku referensi, jurnal, artikel dan lain lain yang berhubungan dengan tugas akhir ini. b. Mengadakan wawancara dan diskusi, yaitu dengan meminta penjelasan mengenai informasi dan data-data yang diperlukan baik secara langsung dengan pimpinan (Kabag) maupun dari petugas terkait PT.PLN (Persero) dan diskusi dengan rekan-rekan mahasiswa. c. Memformulasikan masalah dengan memasukkan rumus-rumus yang akan digunakan dalam analisa. d. Menganalisa dan memahami hasil-hasil yang diperoleh dari data-data yang dimasukkan kedalam formulasi yang sudah dibuat. 3

26 1.5 Manfaat Penulisan Skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Mahasiswa yang ingin mempelajari hal yang sama.. Penulis sendiri, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman agar mampu melakukan penghitungan andongan kawat penghantar. Dan sebagai bahan masukan dan bahan bandingan kelak ketika terjun kelapangan. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, uraian dan isi secara ringkas adalah sebagai berikut : BAB I Pendahulan Bab ini menerangkan mengenai latar belakang pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika pembahasan. BAB II Sistem Saluran Transmisi Bab ini menerangkan tentang sistem saluran transmisi, diagram satu garis dari sistem daya, serta klasifikasi saluran transmisi. BAB III Penghantar Saluran Transmisi Bab ini menerangkan tentang bagian penting dari penghantar saluran transmisi berupa jenis penghantar, tegangan tarik pada penghantar, jarak antar penghantar dan menara transmisi. BAB IV Menghitung Andongan Kawat Penghantar Pada Saluran Transmisi 150 kv 4

27 Bab ini menguraikan perhitungan andongan kawat penghantar yang meliputi tekanan angina, jarak gawang (span), template untuk penempatan menara dan andongan penghantar. BAB V Penutup Bab ini merupakan bab akhir dari penulisan yang merupakan intisari dari Skripsi ini yang berisi Kesimpulan dan Saran. 5

28 BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI.1. Umum Tenaga listrik dapat dibangkitkan dengan mudah dan ekonomis hanya pada tempat-tempat dimana sumber dari pembangkit tenaga seperti batubara dan air tersedia. Ini jelas bahwa sumber dari tenaga listrik tersebut tersedia tidak tersedia pada seluruh tempat, karena itu lokasi pembangkitan dibangun pada tempatyang benar-benar tersedia kebutuhan-kebutuhan untuk pembangkitan itu sendiri. Dan melalui saluran transmisi inilah penyaluran tenaga listrik ini sampai pada konsumen. Adapun komponen utama dari saluran transmisi itu sendiri adalah : a. Menara transmisi atau tiang transmisi beserrta pondasinya, b. Isolator, c. Kawat penghantar (conductor), d. Kawat tanah (ground wire). Pusat-pusat tenaga listrik, terutama yang menggunakan air (PLTA) umumnya terletak jauh dari tempat-tempat dimana tenaga listrik digunakan atau pusat-pusat beban (Load Centers). Dengan demikian tenaga listrik yang dibangkitkan harus disalurkan menggunakan kawat-kawat atau saluran trasnsmisi. Dalam transmisi energi listrik, tegangan yang digunakan adalah tegaangan tinggi agar diperoleh aliran arus yang rendah dan berarti mengurangi rugi daya (Head Loass) I² R yang menyertainya. Mengingat tegangan generator yang 6

29 dihasilkan pada umumnya rendah, antara 6 0 KV, maka tengangan ini biasanya dinaikkan ketingkat yang lebih tinggi antara KV dengan menggunakaan transformator penaik tegangan (Step-Up Transformator). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keandalan sistem tenaga pembangkit yang saling berjauhan dan saling berinterkoneksi. Dan ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut akan diturunkan kembali menjadi tegangan menengah dengan menggunakan transformator penurun tegangan (Step-Down Transformator)... Diagram Satu Garis Sistem Daya Diagram satu garis sistem daya ditunjukkan pada Gambar.1. Diagram satui garis ini terdiri dari sistem transmisi yang dibagi atas: 1. Transmisi sisi primer Pengiriman daya secara besar-besaran dari pusat pembangkit primer gardu induk (Primery Substation), ataupun untuk kerjasama antar beberapa buah (unit) pusat pembangkit (Inter Connection System).. Transmisi sisi sekunder Pengiriman daya listrik dari gardu induk sisi sekunder (Secondary Substation) ke pusat-pusat beban. Step Up Transformator Step Down Transformator Transmissi on line Sisi Primer Sisi Skunder Gambar.1. Diagram satu garis sistem daya 7

30 .3. Saluran Transmisi Transmisi terdiri dari seperangkat konduktor yang membawa energi listrik dan mentransmisikan dari pusat pembangkit ke gardu induk primer. Konduktor dari saluran transmisi tersebut digantungkan pada isolator yang dikaitkan dengan menara. Gambar. dan.3 menunjukkan sketsa dari saluran transmisi. Gambar. memperlihatkan bagian dari menara yang membawa tida bagian dari konduktor (3) tiga phasa R, S dan T, ini disebut rangkaian tunggal. Gambar.3 menunjukkan menara yang membawa 6 (enam) konduktor. Keenam konduktor ini tersusun diatas dua rangkaiaan yang terpisah, masing-masing kawat debgab phasa R, S dan T. Tipe yang ditunjukkan pada Gambar.3 disebut dengan saluran transmisi rangkaian ganda. R S T Gambar.3 Saluran transmisi rangkaian tunggal 8

31 R S R1 S1 T T1 Gambar.3 Saluran Transmisi rangkaian Ganda.4. Klasifikasi Saluran Transmisi Saluran transmisi dapat diklarifikasikan (dibagi) menjadi beberapa bagian, yaitu :.4.1. Berdasarkan Jenis Arus Menurut jenis arus dikenal sistem arus bolak-balik (AC) dan sistem arus searah (DC). Sistem arus bolak-balik merupakan sistem yang banyak digunakan saat ini mengingat beberapa kelebihan-kelebihannya seperti : o mudah pembangkitannya o mudah pengaturan tegangannya o dapat menghasilkan medan putar o dengan sistem tiga phasa, daya yang disalurkan melalui jaringan lebih besar. 9

32 Bukan berarti saluran DC tidak mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan saluran AC, seperti : isolasinya yang lebih sederhana, daya guna (efisiensi) yang lebih tinggi (karena power faktornya 1) serta tidak ada masalah stabilitas sehingga dimunggkinkan untuk penyaluran jarak jauh. Akan tetapiu masalah ekonomisnya masih harus diperhitungkan. Penyaluran energi listrik dengan sistem DC harus dapat dianggap ekonomis bila jarak saluran udara lebih jauh, antara km, atau untuk saluran bawah tanah lebih panjang dari 50 km. Ini disebabkan karena biaya peralatan pengubah AC ke DC dan sebaliknya yang cukup tinggi..4.. Berdasarkan Tegangan Transmisi Di Indonesia standar tegangan transmisi adalah :70 KV, 150 KV, 75 KV dan 500 KV, Penentuan tegangan transmisi ini dengan memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran, keandalan, biaya peralatan serta tegangan-tegangan yang sekarang dan yang direncanakan. Kecuali itu, penentuan tegangan harus dilihat dari standarisasi peralatan yang ada Berdasarkan Fungsinya Dalam Operasi Berdasarkan fungsinya dalam operasi, saluran transmisi sering diber nama antara lain : 1. Transmisi yang menyalurkan daya besar dari pusat-pusat pembangkit ke daerah beban, antaraa dua atau lebih sistem.. Sub transmisi, biasanya merupakan transmisi pencabangan dari saluran yang lebih tinggi ke saluran yang lebih rendah. 10

33 3. Distribusi di Indonesia telah ditetapkan bahwa tegangan distribusi adalah 0 KV. 11

34 BAB III PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI 3.1. Kawat Penghantar Pengertian Kawat penghantar adalah kawat untuk menghantarkan arus listrik dan mempunyai sifat-sifat daya hantar listrik yang baik dan tahan panas serta mempunyai daya mekanis yang baik. Penghantar untuk saluran transmisi adalah kawat tanpa isolasi (bare) yaang terbuat dari bahan tembaga, perunggu, alumunium, logam biasa dan logam campuran yang berbentuk padat, berlilit dan berongga. Pada sistem tegangan listrik, kawat penghantar yang bertegangan dapat dijumpai pada saluran transmisi, gardu induk dan panel daya Bahan Bahan kawat penghantar yang digunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki sifat-sifat berikut : a. Konduktivitas tinggi b. Kekuatan tarik mekanikal yang tinggi c. Mempunyai titik berat d. Biaya murah (rendah), dan e. Tidak mudah patah Untuk keperluan ini yang paling banyak digunakan adalah tembaga aluminium dan berbagai kombinasi dari kedua bahan tersebut. Untuk saluran udara biasanya 1

35 digunakan kawat yang tidak solid, melainkan terdiri atas jalinan beberapa kawat. Kawat penghantar jalinan (stranded wires) biasanya terdiri atas sebuah kawat berpusat dengan sekelilingnya lapisan-lapisan 6,1,18 atau 4 kawat, untuk n lapisan, jumlah kawat adalah sebanyak [3n(n+1)+1]. Bilamana tiap kawat adalah d, maka diameter kawat jalinan seluruhnya adalah (n+1)d Jenis Kawat Penghantar Jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah kawat tembaga dengan konduktivitas 100 % (CU 100%), kawat tembaga yang konduktivitasnya 97,5% atau kawat aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%). Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan lambang sebagai berikut : a. AAC = All Aluminium Conductor, Yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari aluminium. b. AAAC = All Aluminium Alloy Conductor, Yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium. c. ACSR = Aluminium Conductor Steel Reinforced, Yaitu kawat penghantar aluminium berinti kawat baja. d. ACAR = Aluminium Conductor Alloy Reinforced, Yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran. 13

36 Kawat tembaga mempunyaai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kawat aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya ialah, untuk besar tahanan yang sama, kawat tembaga lebih berat dari kawat aluminium dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kaawat aluminium telah menggantikan kedudukan kawat tembaga. Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium digunakan campuran aluminium (Aluminium Alloy). Untuk saluran transmisi teganggan tinggi, dimana jarak antara (dua) tiang / menara jauh (ratusan meter), dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat ACSR Tegangan Tarik Pada Penghantar Penghantar yang digunakan harus cukup aman dalam menyalurkan tenaga listrik. Untuk itu daya kerja maksimum pada kawat karus ditambah kan dengan faktor keamanan, untuk kawat tembaga tarikan keras (hard drawn) dan,5 untuk kawat ACSR serta kawat-kawat lainnya. Bila tarikan sehari-hari pada kawat besar, maka penghantar mudah menjadi letih karena getaran. Hal ini perlu diperhatikan dalam mempertimbangkan besarnya kekuatan kerja maksimum. Apabila tegangan kerja maksimum telah ditetapkan, maka andongan dan tegangan tarik kawat dalam berbagai kondisi dapat dihitung. Untuk kawat yang membentuk lengkungan parabolis andongan dan tariknya adalah : Untuk mencari tegangan tarik kawat dipergunakan rumus ) : Dimana f ² { f1 ² + ( K te ) } = M (3.1) f 1 = Tegangan kerja kawat penghantar [ kg/mm² ] 14

37 f = Tegangan tarik terhadap andongan [ kg/mm² ] t = Suhu maksimum pada andongan tertentu [/ C] E = Koefisien elastisitas penghantar [kg/mm ] α = Koefisien permulaan linier [/ C] K = Koefisien tegangan tarik [kg/mm ] M = Tegangan tarik kawat [kg/mm ] Untuk mencari andongan (D) dipergunakan rumus ) : δqs D = 8 f (3.) Dimana D = Andongan [m] δ = Berat konduktor perluas penampang [kg/mm² ] q = 1,37 untuk ketegangan maksimum q = 1 untuk menghitung andongan S = Rentangan [m] Untuk mencari koefisien tegangan tarik kawat (K) dipergunakan rumus ) : ( q1 δ ) S K = 1 f f 1 E (3.3) Sehingga berdasarkan rumus-rumus diatas didapat rumus untuk mencari tegangan tarik kawat (M) yaitu : ( q δ ) S E M = f 1 (3.4) Untuk mencari berat konduktor perluas penampang (δ ) 15

38 δ = A W (3.5) Dimana : W = Berat Penghantar persatuan panjang [kg/m] A = Luas Penampang penghantar [mm ] Untuk mencari tegangan kerja kawat penghantar ( f 1 ) dipergunakan rumus : f 1 = T A (3.6) 3. Jarak Antar Penghantar Dalam perencanaan saluran transmisi, jarak antar penghantar harus diperhitungkan dengan kemungkinan penghantar saling mendekat terutama di tengah rentangan di mana andongan maksimum. Lompatan api tidak boleh terjadi bila penghantar saling mendekat. Untuk itu harus ditentukan jarak minimal antar kawat sehingga terhindar dari kemungkinan adanya loncatan api. Karena andongan kawat tergantung dari beberapa factor misalnya ukuran dan jenis penghantar, rentangan, cuaca dan lain sebagainya, maka sulit diadakan standar untuk jarak tersebut. Karena itu factor pengalaman sangat penting artinya dalam menentukan jarak antar penghantar. Di bawah ini diterangkan beberapa jarak antar penghantar Jarak Horizontal a. Rentangan Standar.5. Rangkaian Tunggal (Konfigurasi Horizontal) 1) 16

39 C h = 0,4 + v 1,1 k 1 (3.7) Dimana C h = jarak horizontal [m] v = rentangan nominal [m] k 1 = konstanta [0~30].6. Rangkaian Ganda (Konfigurasi Vertikal) C h = 1,5 + v 1,1 k (3.8) Dimana C h = jarak horizontal [m] v = rentangan nominal [m] k = konstanta [0~30] b. Rangkaian Besar C h = 0,065 D + 0,01 v (3.9) Dimana C h = jarak horizontal [m] v = rentangan nominal [m] D = andongan [m] 3... Jarak Vertikal a. Rentangan Standar C v = 1,0 + v 1,1 k 3 (3.10) Dimana C v = jarak horizontal [m] v = rentangan nominal [m] 17

40 b. Rentangan Besar k 3 = konstanta [40~50] C v =,0 + v 1,1 k 4 (3.11) Dimana C v = jarak horizontal [m] v = rentangan nominal [m] k 4 = konstanta [50~60] 3.3 Menara Transmisi Menara atau tiang transmisi merupakan suatu bangunan penopang saluran transmisi berupa menara baja, tiang baja, tiang beton dan tiang kayu. Menurut karakteristiknya menara transmisi terbagi atas : a. Menara kayu (rigid) b. Menara Lentur (flexible) c. Menara setengah lentur (semi flexible) Pemilihan menara untuk transmisi dilakukan secara ekonomis dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : a. Lokasi Saluran b. Pentingnya Saluran c. Umur Saluran d. Pengadaan material e. Keadaan Cuaca f. Biaya Pendidikan g. Sistem tegangan 18

41 Untuk menghitung tinggi menara saluran transmisi, maka harus diperhitungkan jarak bebas terhadap permukaan bumi, jarak antar penghantar dan jarak penghantar dengan kawat tanah. Secara matematis dapat dituliskan ) : T m = jb + j + jt + D max (3.1) Dimana : T m = tinggi minimum [m] jb = jarak bebas terhadap permukaan bumi [m] j = jarak antar penghantar [m] jt = jarak antar penghantar dengan kawat tanah [m] D max = andongan maksimum [m] Untuk saluran transmisi 150 kv dipakai menara baja karena menara baja dapat menahan beban mekanis yang besar yang disebabkan oleh pemakaian kawat besar, tekanan angin yang besar serta rentangan yang jauh. Usianya dapat mencapai 45 tahun dengan pemeliharaan yang tidak terlalu ketat serta biaya perawatan yang rendah. 3.4 Tekanan Angin Dalam perencanaan transmisi cenderung dipakai tegangan yang lebih dengan pemakaian penghantar yang memiliki diameter lebih kecil sehingga tekanan angin pada kawat penghantar dapat dikurangi, karena tekanan angin ini dapat mempengaruhi tegangan dan andongan kawat. Besarnya tekanan angin tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ) : P = 0,05v α (4.1) 19

42 Dimana : P = tekanan angin [ kg/m ] v = kecepatan angin [ m/det ] = faktor keefektifan angin [ < 1 ] Tekanan angin standar ini digunakan untuk perencanaan jenis konstruksi penampang dan jenis kawat direntang. Untuk perencanaan nilai faktor keefektifan angin ( ) diambil 0,6 untuk kecepatan angin sekitar 30 m/det. Dalam penerapan di Indonesia perlu diadakan koreksi terhadap nilaiu yang diperoleh bila digunakan nilai faktor keefektifan angin = 0.6 karena kecepatan angin = 0.6 karena kecepatan angin rata-rata di Indonesia adalah 0 m/det. 3.5 Jarak antara Tiang ( Span) Penentuan jarak antara tiang (span) sangat penting dalam perencanaan saluran transmisi secara keseluruhan. Oleh sebab itu hal ini harus ditetapkan ditinjau dari segi teganga, konstruksi penghantar, tinggi menara transmisi, keadaan udara serta keadaan tanah. 3.6 Andongan Kawat Penghantar Kawat penghantar yang direntangkan antara dua menara transmisi tidak akan mengikuti garis lurus, akan tetapi karena beratnya sendiri akan melengkung kebawah. Itulah yang dikatakan dengan andongan. Besar lengkungan ini tergantung dari berat dan panjang dari kawat penghantar itu sendiri. Secara matematis, lengkungan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan-persamaan tertentu sesuai dengan keadaan dan kondisi menara. 0

43 3.6.1 Kedua Menara Sama Tinggi Dengan menganggap bahwa penghantar adalah satu jenis ( homogen ), maka kurva yang terbentuk merupakan logam lengkungan sempurna.sehingga pada setiap titik yang terletak pada kurva berlaku persamaan-persamaan berikut : Pada Gambar 4.1 1) : y = c x cosh (4.) c Dimana : l = c x cosh (4.3) c x d = y-c = c ( cosh - 1 ) (4.4) c l = panjang garis lengkung dan titik terendah, sampai suatu titik dengan korodinat( ( x, y) d = andongan pada titik dengan koordinat (x,y) Dimensi c memberi nilai yang nyata pada kurva terhadap gaya tarik pada penghantar, maka : Dimana : T c = [m] (4.5) W T W c = gaya tarik horizontal pada penghantar [kg] = berat penghantar per satuan panjang [ kg/m] = dimensi [m] Pada umumnya lengkungan penghantar dapat dinyatakan sebagai suatu lengkung parabola dan persamaan-persamaan berikut dapat diterapkan. 1

44 WS D = [m] 8T (4.6) 8 D L = S(1 + [m] 3 S (4.7) T 1 = T = T + WD [kg] (4.8) Dimana : S L T 1 = rentangan menara [m] = panjang penghantar sebenarnya [m] = T gaya tarik menarik pada penghantar [kg] Gambar 3.1 Kedua menara sama tinggi 3.6. Kedua Menara Tidak Sama Tinggi Bila kedua menara tidak sama tingginya, maka andongan yang dihitung adalah jarak antara garis yang ditarik diantara kedua ujung menara. Karena cukup

45 besar maka pergeseran titik terendah 0 ke titik singgung N pada gambar 4. dapat diabaikan dan andongan D dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 4.6 Hubungan antara titik terendah 0 dengan titik-titik ujung menara dinyatakan dengan persamaan berikut : Gambar 3. Kedua menara tidak sama tinggi H D 1 = D1 [m] (4.9) 4D S H X = 1 1 [m] (4.10) 4D 3

46 Gaya tarik penghantar pada puncak menara : T 1 = T + WD [kg] (4.11) T = T + W ( D + H ) [kg] (4.1) Gaya tarik horizontal pada kedua puncak menara adalah sama. Tetapi gaya tarik vertikan pada puncak menara 1 lebih besar daripada muncak menara karena menara 1 lebih tinggi ( dilihat dari titik 0 tiang terhadap garis x). Maka : T 1 = T + W H [ kg] (4.13) 3.7 Rentangan Vertikal Rentangan vertikal adalah jarak antara titik terendah lengkungan penghantar yang berurutan. Pada menara dengan ketinggian yang sama seperti gambar 4.3 Titik terendah kedua lengkungan penghantar O 1 dan O 3 tepat berada pada titik tengah rentangan sehingga 1) 1 V s = ( S1 + S 3 ) (4.14) Dimana Vs = rentangan vertikal [m] S1 S3 = rentangan menara 1 dan [m] = rentangan menara dan 3 [m] Pada menara dengan ketinggian yang tidak sama seperti pada gambar.4.4 titik terendah O bergeser sejauh S dari titik tengah rentangan M. 4

47 Gambar 3.3 Rentangan Vertikal Pergeseran tersebut dapat dinyatakan dengan HT S = [m] (4.15) WS Dimana S = pergeseran titik terendah [kg] T H = gaya tarik horizontal [kg] = selisih ketinggian menara [m] W = berat penghantar persatuan panjang [ kg/m] S = rentangan menara [rn] Selanjutnya S pada rentangan menara yang lain dipakai dalam suatu persamaan untuk menghitung rentangan vertikal. Pada gambar 4.5 ditarik garis horizontal melalui puncak menara. Garis ini dipakai sebagai garis referensi. 5

48 ? Gambar 3.4 Pergeseran titik terendah pada rentangan?? Gambar 3.5 Rentangan vertikal berdasarkan pergeseran titik terendah 6

49 Apabila diketahui : S 1 S 3 S 1 S 3 H 1 H 3 = rentangan menara 1 dan [m] = rentangan menara dan 3 [m] = pergeseran titik terendah lengkungan menara 1 dan [m] = pergeseran titik terendah lengkungan menara dan 3 [m] = selisih ketinggian menara 1 dan [m] = selisih ketinggian menara dan 3 [m] Maka rentangan vertikal Vs : Vs = 1/ S 1 - S 1 + 1/S 3 + S 3 [m] (4.17) Atau T H1 H 3 ( ) V s = 1 S + 1 S 3 + [m] (4.18) W S1 S Template Untuk Penempatan Menara Pemakaian template untuk penempatan menara terutama untuk mendapatkan jarak bebas yang baik antara penghantar dengan permukaan bumi. Pada daerahdaerah dengan permukaan bumi yang tidak rata, misalnya daerah pegunungan, bisa terjadi bahwa jarak antara lengkungan penghantar terlalu dekat dengan permukaan bumi yang menonjol. Pada gambar 4.6 jarak tersebut adalah h. 7

50 Gambar 3.6. Jarak bebas penghantar terhadap permukaan bumi Untuk mencegah hal yang demikian itu diperlukan suatu templete yang dapat memberikan gambaran mengenai jarak bebas tersebut. Dengan menggunakan template dapat diketahui menara perlu ditinggikan, digeser atau menambah satu menara lagi untuk mendapatkan jarak bebas yang baik Penggambaran Template Untuk rentangan tertentu dengan ukuran dan jenis penghantar yang ditentukan, dihitung andongan maksimum yang terjadi dengan menggunakan persamaan 4.6 seperti yang terjadi dengan menggunakan persamaan 4.6 seperti telah dikemukakan diatas. Andongan maksimum diperhitungkan dengan menggunakan faktor suhu ( suhu maksimum yang dapat terjadi pada lokasi saluran ). 8

51 Untuk perencanaan biasanya digunakan suhu maksimum 75 o C, Suhu dapat mempengaruhi andongan kawat (sag). Oleh karena itu perlu ada jarak bebas (clearence) yang cukup agar kawat tidak menimbulkan gangguan baik dari segi mekanis maupun segi elektrik. Lengkung jarak bebas dilukiskan pada template dengan mengambil jarak bebas vertikal terhadap permukaan bumi seperti pada Tabel 3.1. Gambar 3.7. Template 9

52 Tabel 3.1 Jarak Bebas Vertikal 3) Tegangan Jarak Bebas Vertikal kv 6m (5m bila saluran melalui daerah pegunungan yang jarang didatangi manusia ) Diatas 160 kv 6m ditambah 1,m untuk setiap 10 kv (5,5m bila saluran melalui daerah pegunungan yang jarang didatangi manusia) 3.9 Pemakaian Template Tahap pertama ditetapkan jarak rentangan serta tinggi menara dan dilukiskan pada penampang peta lokasi. Template diletakkan pada penampang peta sedemikian rupa sehingga kedua puncak menara dan 3 pada gambar 4.8 berada pada lengkungan template dengan ketentuan sumbu vertikal template harus tetap tegak lurus terhadap horizontal. 30

53 Gambar 3.8 Pemakaian Template Dapat dilihat bahwa garis lengkung jarak bebas tidak memotong permukaan bumi untuk lengkung penghantar antara menara dan menara 3. Maka dalam hal ini garis lengkung template diantara puncak menara dan 3 merupakan lengkungan penghantar yang akan terjadi dengan persyaratan jarak bebas yang telah terpenuhi. Bila dalam penempatan template terjadi peristiwa seperti pada gambar 4.9 yaitu ada bagian permukaan bumi yang memotong lengkung jarak bebas, maka harus diadakan perubahan terhadap gambar perencanaan. 31

54 Gambar 3.9 Lengkungan penghantar yang tidak memenuhi persyaratan jarak bebas Perubahan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut : 1 Memakai menara yang lebih tinggi sehingga permukaan bumi tidak lagi memotong lengkung jarak bebas dan gambar perencanaan seperti pada Gambar Menambah menara lagi pada lokasi dimana permukaan bumi memotong lengkung jarak bebas. Pada gambar 4.11 lokasi tersebut adalah daerah 5. Disini pelukisan lengkung penghantar untuk rentangan -5 dan 5-3 dilakukan tersendiri. 3

55 Gambar Pemakaian menara yang lebih tinggi Keputusan untuk memakai menara yang lebih tinggi atau menambah 1 menara lagi diambil dengan mempertimbangkan banyak faktor, misalnya - Kemungkinan sambaran petir - Lokasi setempat - Keadaan geologis - Faktor ekonomi 33

56 Gambar 3.11 Penambahan satu menara 34

57 BAB IV MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV 4.1 Menghitung Andongan Kawat Penghantar ACSR Pada Saluran Transmisi 150 kv Pada perhitungan ini yang dicari adalah menentukan andongan dan ketegangan kawat dengan memperhitungkan pengaruh tekanan angin dan pengaruh panas. Konduktor yang digunakan adalah ACSR dan luas penampangnya 40 mm sesuai dengan standar PLN. Data-data yang diambil dari saluran transmisi 150 kv diambil dari PT. PLN (Persero) P3B Region Jakarta dan Banten, Cililitan Jakarta Timur : Luas penampang nominal : 40 mm Tipe kawat penghantar : ACSR Luas penampang terhitung : Aluminium (Aa) = 41,3 Diameter konduktor : Aluminium (da) =,4 Berat konduktor : 1,110 kg/m Koefisien ekspansi linier : Aluminium (α a) = 3x10-6 Koefisien elastisitas konduktor : Aluminium (Ea) = 6300 Panjang span saluran transmisi 150 kv Faktor keamanan Temperatur : S = 00 m :,5 untuk ketegangan maksimum : Maksimum = 75 o C Minimum Sehari-hari = 15 o C = 50 o C 35

58 Tegangan tarik kerja maksimum Kecepatan angin : kg : 40,0 m/s Perhitungan Andongan Untuk Menara Sama Tinggi Untuk menara yang sama tinggi perhitungan dilakukan dengan panjang saluran (span) 300 m. Rumus-rumus pendekatan yang dipergunakan untuk menghitung kuat tarik maksimum sama dengan rumus yang ada pada persamaan (3.1) sampai dengan (3.6). Diketahui : W = 1,11 kg/m S = 00 m A = 40 mm E = 6300 kg/mm t = 75 o C T = kg Maka untuk mencari andongan maksimum dari kawat penghantar dipergunakan rumus (3.) : δqs D = 8 f [m] Dari rumus diatas maka perlu ada besaran-besaran yang harus dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai andongan maksimum (D). Dari data yang diketahui diatas maka dapat dicari nilai dari berat konduktor perluas penampang (δ ) dengan mempegunakan rumus (3.5): W δ = A 36

59 1,11kg / m δ = 40mm δ = 4,65 x 10-3 kg/m/mm Begitu juga dengan nilai tegangan kerja kawat penghantar ( f 1 ) dapat dicari dengan menggunakan rumus (3.6) : f 1 = f 1 = T A 10.10kg 40mm f 1 = 4,54 kg/mm Sehingga setelah didapat nilai dari berat konduktor perluas penampang (δ ) dan juga nilai tegangan kerja kawat penghantar ( f 1 ), maka dapat dicari besar gaya tarik penghantar (K) dengan menggunakan rumus (3.3), nilai q 1 = 1 ( ketegangan kerja maksimum) : ( q1 δ ) S K = 1 F f 1 E K = K = 4,54kg / mm 1,11 kg / m 00m 40mm 4,54kg / mm 4,54kg / mm,979 kg/mm ( ) x6300kg / mm K = 39,561 kg/mm Begitu juga untuk menentukan tegangan tarik penghantar (M) dengan memasukkan nilai q = 1,37 ( ketegangan maksimum) dan menggunakan rumus (3.4) : 37

60 ( q δ ) S E M = f 1 M = 1,11kg / m x1,37 00 m x6300kg / mm 40mm 4 M = kg 3 /mm 6 4 M = 41,54 kg 3 /mm 6 Kemudian dapat ditentukan nilai tegangan tarik terhadap andongan ( f ) dengan menggunakan rumus (3.1) : [ f + ( K αte) ] M f = f 1 6 o 3 6 [ 4,54kg / mm + ( kg / mm x10 x75 x6300kg / mm )] = 41,54kg mm / f = 3 41,54 kg / mm 71,3kg / mm 6,9kg / f = 5 mm 4 f = mm,43kg / Dengan demikian maka harga andongan maksimum dapat ditentukan dengan q =1 dan mempergunakan rumus (3.) : δqs D = 8 f [m] D = 1,11 kg / m 8 40mm (,43kg / mm ) x00 m 185kg / mm. m D = 19.44kg / mm D = 9,5 m 38

61 Dari perhitungan-perhitungan diatas dapat dilihat bahwa untuk menara sama tinggi dengan panjang saluran (span) 00 meter yang menggunakan kawat penghantar ACSR 40 mm, maka andongan maksimumnya adalah 9,5 meter. Temperatur yang dipakai adalah temperature maksimum sebagai faktor safety untuk antisipasi jika temperatur mencapai nilai maksimum, maka saluran menara transmisi dapat bekerja dengan normal dan tidak menimbulkan bahaya bagi saluran transmisi tersebut Perhitungan Andongan Untuk Menara Tidak Sama Tinggi Untuk menara yang tidak sama tinggi perhitungan dilakukan dengan panjang saluran (span) 100 meter. Diketahui W = 1,11 kg/m S = 100 m A = 40 mm E = 6300 kg/mm t = 75 o C T = kg Maka untuk mencari andongan maksimum dari kawat penghantar (D) dapat dipergunakan rumus (3.) : δqs D = 8 f [m] Dari data-data diatas dapat dicari berat konduktor perluas penampang (δ ) dengan menggunakan rumus (3.5) : δ = A W 39

62 1,11kg / m δ = 40mm δ = 4,65 x 10-3 kg/m/mm Setelah itu dapat dicari tegangan kerja kawat penghantar ( f 1 ) dengan menggunakan rumus ( 3.6) : f 1 = f 1 = T A 10.10kg 40mm f 1 = 4,54 kg/mm Kemudian dapat ditentukan gaya tarik penghantar (K) digunakan q 1 = 1 dan dipergunakan rumus (3.3) : ( q1 δ ) S K = 1 F f 1 E K = K = 4,54kg / mm 1,11kg / m 100m 40mm 4,54kg / mm 4,54kg / mm 0,74 kg/mm ( ) x6300kg / mm K = 41,8 kg/mm Setelah itu dicari tegangan tarik penghantar (M) digunakan q = 1,37 dengan menggunakan rumus (3.4) : ( q δ ) S E M = f 1 1,11kg / m x1, m x6300kg / mm 40mm M = 4 40

63 M =.59,3 kg 3 /mm 6 4 M = 105,4 kg 3 /mm 6 Dan dilanjutkan dengan mencari tegangan tarik terhadap andongan ( f ) dengan menggunakan rumus (3.1) : [ f + ( K αte) ] M f = f 1 6 o 3 6 [ 4,54kg / mm + ( 36,468kg / mm x10 x75 x6300kg / mm )] = 105,4kg mm / 3 105,4kg / mm f = 73,44kg / mm 6,4kg / f = 1 mm 4 f = 1 mm,kg / Dengan demikian maka harga andongan maksimum dapat ditentukan dengan q = 1 dan digunakan rumus (3.): δqs D = 8 f [m] D = 1,11 kg / m ( kg / mm ) 8 1, 40mm x100 m 46,5kg / mm. m D = 9,6kg / mm D = 4,8m Dengan menggunakan rumus yang sama seperti diatas maka diperoleh harga andongan maksimum untuk jarak panjang gawang 50 meter adalah,4 meter. 41

64 Dari perhitungan andongan maksimum untuk menara sama tinggi dan menara yang tidak sama tinggi dapat dilihat bahwa nilai andongan yang didapat pada menara sama tinggi lebih tinggi dari nilai andongan pada menara yang tidak sama tinggi. Hal ini untuk mencegah agar andongan tidak terlalu dekat dengan permukaan bumi. 4. Menghitung Andongan Kawat Penghantar AAC Pada Saluran Transmisi 150 kv Pada perhitungan ini yang dicari adalah menentukan andongan dan ketegangan kawat dengan memperhitungkan pengaruh tekanan angin dan pengaruh panas. Konduktor yang digunakan adalah AAC dan luas penampangnya 40 mm sesuai dengan standar PLN. Perhitungan ini untuk melihat besarnya andongan jika menggunakan kawat penghantar AAC pada saluran transmisi 150 kv.data-data yang diambil dari saluran transmisi 150 kv diambil dari internet. Luas penampang nominal : 40 mm Tipe kawat penghantar : AAC Luas penampang terhitung 5) : Aluminium (Aa) = 4,54 Diameter konduktor 5) : Aluminium (da) = 0,5 Berat konduktor : 0.67 kg/m Koefisien ekspansi linier : Aluminium (α a) = 3x10-6 Koefisien elastisitas konduktor : Aluminium (Ea) = 6300 Panjang span saluran transmisi 150 kv Faktor keamanan : S = 00 m :,5 untuk ketegangan maksimum 4

65 Temperatur : Maksimum = 75 o C Minimum Sehari-hari = 15 o C = 50 o C Tegangan tarik kerja maksimum Kecepatan angin : kg : 40,0 m/s 4..1 Perhitungan Andongan Untuk Menara Sama Tinggi Untuk menara yang sama tinggi perhitungan dilakukan dengan panjang saluran (span) 300 m. Rumus-rumus pendekatan yang dipergunakan untuk menghitung kuat tarik maksimum sama dengan rumus yang ada pada persamaan (3.1) sampai dengan (3.6). Diketahui : W = 0,67 kg/m S = 00 m A = 40 mm E = 6300 kg/mm t = 75 o C T = kg Maka untuk mencari andongan maksimum dari kawat penghantar dipergunakan rumus (3.) : δqs D = 8 f [m] Dari rumus diatas maka perlu ada besaran-besaran yang harus dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai andongan maksimum (D). Dari data yang 43

66 diketahui diatas maka dapat dicari nilai dari berat konduktor perluas penampang (δ ) dengan mempegunakan rumus (3.5): δ = A W 0,67kg / m δ = 40mm δ =,791 x 10-3 kg/m/mm Begitu juga dengan nilai tegangan kerja kawat penghantar ( f 1 ) dapat dicari dengan menggunakan rumus (3.6) : f 1 = f 1 = T A 10.10kg 40mm f 1 = 4,54 kg/mm Sehingga setelah didapat nilai dari berat konduktor perluas penampang (δ ) dan juga nilai tegangan kerja kawat penghantar ( f 1 ), maka dapat dicari besar gaya tarik penghantar (K) dengan menggunakan rumus (3.3), nilai q 1 = 1 ( ketegangan kerja maksimum) : ( q1 δ ) S K = 1 F f 1 E K = K = 4,54kg / mm 0.67kg / m 00m 40mm 4,54kg / mm 4,54kg / mm 1,09 kg/mm ( ) x6300kg / mm K = 41,45 kg/mm 44

67 Begitu juga untuk menentukan tegangan tarik penghantar (M) dengan memasukkan nilai q = 1,37 ( ketegangan maksimum) dan menggunakan rumus (3.4) : ( q δ ) S E M = f 1 M = 0.67kg / m x1,37 00 m x6300kg / mm 40mm 4 M = 3686,11 kg 3 /mm 6 4 M = 153,59 kg 3 /mm 6 Kemudian dapat ditentukan nilai tegangan tarik terhadap andongan ( f ) dengan menggunakan rumus (3.1) : [ f + ( K αte) ] M f = f 1 6 o 3 6 [ 4,54kg / mm + ( 41,54kg / mm x10 x75 x6300kg / mm )] = 153,59kg mm / kg / mm f = 73,1kg / mm 6,098kg / f = mm 4 f = 1 mm,45kg / Dengan demikian maka harga andongan maksimum dapat ditentukan dengan q =1 dan mempergunakan rumus (3.) : δqs D = 8 f [m] D = 0,67kg / m 40mm 8 1,45 ( kg / mm ) x400 m 45

68 111.67kg / mm. m D = 11,60kg / mm D = 9,63 m Dari perhitungan-perhitungan diatas dapat dilihat bahwa untuk menara sama tinggi dengan panjang saluran (span) 00 meter yang menggunakan kawat penghantar AAC 40 mm, maka andongan maksimumnya adalah 9,63 meter. Temperatur yang dipakai adalah temperature maksimum sebagai faktor safety untuk antisipasi jika temperatur mencapai nilai maksimum, maka saluran menara transmisi dapat bekerja dengan normal dan tidak menimbulkan bahaya bagi saluran transmisi tersebut. 4.. Perhitungan Andongan Untuk Menara Tidak Sama Tinggi Untuk menara yang tidak sama tinggi perhitungan dilakukan dengan panjang saluran (span) 100 meter. Diketahui W = 0,67 kg/m S = 100 m A = 40 mm E = 6300 kg/mm t = 75 o C T = kg Maka untuk mencari andongan maksimum dari kawat penghantar (D) dapat dipergunakan rumus (3.) : δqs D = 8 f [m] 46

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui

Lebih terperinci

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI 83 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TRAFO ISOLASI UNTUK INSTALASI RUMAH TANGGA

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TRAFO ISOLASI UNTUK INSTALASI RUMAH TANGGA TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TRAFO ISOLASI UNTUK INSTALASI RUMAH TANGGA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : SUDARMADI NIM : 41411120026

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER Widen Lukmantono NRP 2209105033 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng Ir.Teguh Yuwono JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI- RUGI DAYA PADA PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV DARI GARDU INDUK KOTO PANJANG KE GARDU INDUK GARUDA SAKTI PEKANBARU

ANALISIS RUGI- RUGI DAYA PADA PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV DARI GARDU INDUK KOTO PANJANG KE GARDU INDUK GARUDA SAKTI PEKANBARU ANALISIS RUGI- RUGI DAYA PADA PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV DARI GARDU INDUK KOTO PANJANG KE GARDU INDUK GARUDA SAKTI PEKANBARU Muhammad Radil, Riad Syech, Sugianto Jurusan Fisika

Lebih terperinci

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV TUGAS AKHIR RE 1599 ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV IKA PRAMITA OCTAVIANI NRP 2204 100 028 Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN

ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN LAPORAN TUGAS AKHIR Ditulis sebagai syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

EVALUASI PENGARUH KELEMBABAN UDARA TERHADAP TEGANGAN GAGAL IMPULS PADA ISOLATOR GANTUNG 150 KV

EVALUASI PENGARUH KELEMBABAN UDARA TERHADAP TEGANGAN GAGAL IMPULS PADA ISOLATOR GANTUNG 150 KV TUGAS AKHIR EVALUASI PENGARUH KELEMBABAN UDARA TERHADAP TEGANGAN GAGAL IMPULS PADA ISOLATOR GANTUNG 150 KV Disusun guna memenuhi persyaratan akademis dan untuk mencapai gelar sarjana S-1 pada jurusan Teknik

Lebih terperinci

Muhammad Ihsan #1, Ira Devi Sara *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3

Muhammad Ihsan #1, Ira Devi Sara *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 Pengaruh Suhu dan Angin Terhadap Andongan dan Kekuatan Tarik Konduktor Jenis ACCC Lisbon Muhammad Ihsan #1, Ira Devi Sara *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 # Jurusan Teknik Elektro dan Komputer, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN DROP TEGANGAN MENGGUNAKAN RUMUS DAN MENGGUNAKAN APLIKASI ETAP 7.5 PADA PENYULANG SEMERU DI GARDU INDUK SIMPANG TIGA INDRALAYA

ANALISA PERHITUNGAN DROP TEGANGAN MENGGUNAKAN RUMUS DAN MENGGUNAKAN APLIKASI ETAP 7.5 PADA PENYULANG SEMERU DI GARDU INDUK SIMPANG TIGA INDRALAYA ANALISA PERHITUNGAN DROP TEGANGAN MENGGUNAKAN RUMUS DAN MENGGUNAKAN APLIKASI ETAP 7.5 PADA PENYULANG SEMERU DI GARDU INDUK SIMPANG TIGA INDRALAYA LAPORAN AKHIR Laporan akhir ini disusun sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) TUGAS AKHIR ANALISA PERHITUNGAN DAN PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA SISI 20 kv (Studi Kasus Pada PT. PLN (PERSERO) Area Cikokol) Diajukan guna melengkapi sebagian syarat

Lebih terperinci

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh ANALISAA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PADA JARIGAN DISTRIBUSI DAERAH KERJA PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN BARU LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI 11 BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan dari berbagai segi, antara lain adalah : 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

STUDI PENYALURAN DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH PADA PT. PLN (Persero) GARDU INDUK TALANG RATU PALEMBANG

STUDI PENYALURAN DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH PADA PT. PLN (Persero) GARDU INDUK TALANG RATU PALEMBANG STUDI PENYALURAN DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH PADA PT. PLN (Persero) GARDU INDUK TALANG RATU PALEMBANG PROPOSAL LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Laporan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 17-26 PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Di PT PLN (PERSERO) AREA BANGKA Lisma [1], Yusro Hakimah [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh : MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM

Lebih terperinci

KOORDINASI PROTEKSI PADA RELAI ARUS LEBIH PADA JARINGAN SPINDEL. TEGANGAN MENENGAH 20 kv

KOORDINASI PROTEKSI PADA RELAI ARUS LEBIH PADA JARINGAN SPINDEL. TEGANGAN MENENGAH 20 kv TUGAS AKHIR KOORDINASI PROTEKSI PADA RELAI ARUS LEBIH PADA JARINGAN SPINDEL TEGANGAN MENENGAH 20 kv Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Nama kelompok 1 : Ridho ilham 2016330024 Romi eprisal 2015330008 Yuri ramado 2015330005 Rawindra 2015330007 A. KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Sistem penyaluran tenaga

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES Diajukan untuk memenuhi salah satu Persyaratan dalam menyelesaikan Program Strata

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. DESAIN ALTERNATIF TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kv (SUTT) PADA PROYEK PT. PLN PERSERO

TUGAS AKHIR. DESAIN ALTERNATIF TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kv (SUTT) PADA PROYEK PT. PLN PERSERO TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kv (SUTT) PADA PROYEK PT. PLN PERSERO Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh: NAMA : ADE SAPUTRA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV

ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV Diajukan untuk memenuhi persyaratan strata satu Disusun oleh: Nama : HERI KISWANTO Nim : 4140401-013 FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI 1 BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban), merupakan hal penting untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan

Lebih terperinci

Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM : 00530031

Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM : 00530031 Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM : 00530031 Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP ANDONGAN DAN TEGANGAN TARIK PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV

ANALISA PENGARUH EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP ANDONGAN DAN TEGANGAN TARIK PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV ANALISA PENGARUH EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP ANDONGAN DAN TEGANGAN TARIK PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV Hari Anna Lastya Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry halastya@gmail.com

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH USIA KWH METER YANG TERPASANG TERHADAP PENYIMPANGAN KESALAHAN UKUR

TUGAS AKHIR PENGARUH USIA KWH METER YANG TERPASANG TERHADAP PENYIMPANGAN KESALAHAN UKUR TUGAS AKHIR PENGARUH USIA KWH METER YANG TERPASANG TERHADAP PENYIMPANGAN KESALAHAN UKUR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun Oleh : Nama : Irwan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI

PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI Fery Fivaldi 1, Ir. Yani Ridal, MT, Ir, Cahayahati, M.T 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : IGNATIUS

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN TUGAS AKHIR - RE 1599 STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN ARIMBI DINAR DEWITA NRP 2202 109 044 Dosen Pembimbing Ir.Soedibyo, MMT. I Gusti Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN JUMPER SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DENGAN PDKB-TM METODE BERJARAK

LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN JUMPER SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DENGAN PDKB-TM METODE BERJARAK LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN JUMPER SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DENGAN PDKB-TM METODE BERJARAK Diajukan untuk memenuhi persyaratan Penyelesaian Kerja Praktek (S1) Oleh : FAISAL AKHMAD 41412110031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama sistem tenaga listrik adalah untuk memenuhi kebutuhan energi listrik setiap konsumen secara terus menerus. Sebelum tenaga listrik disalurkan ke konsumen

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI DI PENYULANG MERAK PT. PLN RAYON KENTEN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6

ANALISA RUGI-RUGI DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI DI PENYULANG MERAK PT. PLN RAYON KENTEN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6 ANALISA RUGI-RUGI DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI DI PENYULANG MERAK PT. PLN RAYON KENTEN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6 Laporan Akhir Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN TRANSFORMATOR 100 KVA SL383 TERHADAP TRANSFORMATOR 160KVASL098 UNTUK MENGURANGI LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH

ANALISIS PENAMBAHAN TRANSFORMATOR 100 KVA SL383 TERHADAP TRANSFORMATOR 160KVASL098 UNTUK MENGURANGI LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH ANALISIS PENAMBAHAN TRANSFORMATOR 100 KVA SL383 TERHADAP TRANSFORMATOR 160KVASL098 UNTUK MENGURANGI LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Syarat Akhir Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum sistem tenaga listrik tersusun atas tiga subsistem pokok, yaitu subsistem pembangkit, subsistem transmisi, dan subsistem distribusi.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PENGUJIAN KARAKTERISTIK TRIP MINI CIRCUIT BREAKER (MCB) PADA LABORATORIUM PT. PLN PUSLITBANG

TUGAS AKHIR ANALISA PENGUJIAN KARAKTERISTIK TRIP MINI CIRCUIT BREAKER (MCB) PADA LABORATORIUM PT. PLN PUSLITBANG TUGAS AKHIR ANALISA PENGUJIAN KARAKTERISTIK TRIP MINI CIRCUIT BREAKER (MCB) PADA LABORATORIUM PT. PLN PUSLITBANG Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA BEBAN 18,956 kw/ 6,600 V, MENGGUNAKAN CAPACITOR BANK DI PT INDORAMA VENTURES INDONESIA

TUGAS AKHIR. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA BEBAN 18,956 kw/ 6,600 V, MENGGUNAKAN CAPACITOR BANK DI PT INDORAMA VENTURES INDONESIA TUGAS AKHIR PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA BEBAN 18,956 kw/ 6,600 V, MENGGUNAKAN CAPACITOR BANK DI PT INDORAMA VENTURES INDONESIA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Syarat-syarat untuk. Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

TUGAS AKHIR. Disusun untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Syarat-syarat untuk. Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik SIMULASI ALIRAN DAYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION PADA SISTEM DISTRIBUSI 12,5 kv STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.0.0 TUGAS AKHIR Disusun untuk Melengkapi Tugas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini antara lain adalah: 1. Studi literatur, yaitu dengan cara menelaah, menggali, serta mengkaji

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM PENGOPERASIAN RELAY DISTANCE PADA GARDU INDUK 150 KV DI KOTA PEMALANG JAWA TENGAH

TUGAS AKHIR SISTEM PENGOPERASIAN RELAY DISTANCE PADA GARDU INDUK 150 KV DI KOTA PEMALANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR SISTEM PENGOPERASIAN RELAY DISTANCE PADA GARDU INDUK 150 KV DI KOTA PEMALANG JAWA TENGAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S1) Pada Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dalam menunjang kehidupan sehari hari. Kebutuhan akan energi listrik tersebut selalu meningkat setiap

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA ALAT UKUR

PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA kwh dan kvarh meter : sistem induksi kw / kva max meter Volt meter Amper meter : sistem elektrodinamis : sistem elektro magnit, kumparan putar, besi putar : sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain melalui

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Perencanaan Instalasi Listrik Di Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.Salim Ivomas Pratama

TUGAS AKHIR Perencanaan Instalasi Listrik Di Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.Salim Ivomas Pratama TUGAS AKHIR Perencanaan Instalasi Listrik Di Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.Salim Ivomas Pratama Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

ANALISIS PENANGGULANGAN TEGANGAN JATUH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH GARDU DISTRIBUSI HP 41 DI PT PLN (PERSERO) RAYON BINJAI KOTA

ANALISIS PENANGGULANGAN TEGANGAN JATUH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH GARDU DISTRIBUSI HP 41 DI PT PLN (PERSERO) RAYON BINJAI KOTA ANALISIS PENANGGULANGAN TEGANGAN JATUH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH GARDU DISTRIBUSI HP 41 DI PT PLN (PERSERO) RAYON BINJAI KOTA LAPORAN TUGAS AKHIR DisusunGuna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI Hal LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tinjauan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PENAMPANG ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR RANTAI

PENGARUH DIAMETER PENAMPANG ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR RANTAI 1 Bahan Sidang Tugas Akhir PENGARUH DIAMETER PENAMPANG ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR RANTAI OLEH : MUHAMMAD IDRIS RUSLI NIM. 040 422 022 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan terdapat jatuh tegangan (voltage drop) yang besarnya sebanding dengan panjang saluran. Penggunaan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA KONDISI DAN DAMPAK KEGAGALAN PENYALURAN PEMBANGKITAN SEKTOR BELAWAN AKIBAT TERPUTUSNYA JARINGAN TRANSMISI

TUGAS AKHIR ANALISA KONDISI DAN DAMPAK KEGAGALAN PENYALURAN PEMBANGKITAN SEKTOR BELAWAN AKIBAT TERPUTUSNYA JARINGAN TRANSMISI TUGAS AKHIR ANALISA KONDISI DAN DAMPAK KEGAGALAN PENYALURAN PEMBANGKITAN SEKTOR BELAWAN AKIBAT TERPUTUSNYA JARINGAN TRANSMISI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN SUSUT ENERGI PADA JARINGAN MENENGAH PENYULANG KALIBAKAL 03 DI PT. PLN (PERSERO) AREA PURWOKERTO

ANALISIS PERBAIKAN SUSUT ENERGI PADA JARINGAN MENENGAH PENYULANG KALIBAKAL 03 DI PT. PLN (PERSERO) AREA PURWOKERTO ANALISIS PERBAIKAN SUSUT ENERGI PADA JARINGAN MENENGAH PENYULANG KALIBAKAL 03 DI PT. PLN (PERSERO) AREA PURWOKERTO HALAM AN JUDUL SKRIPSI Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM : TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI (STUDI KASUS TRANSMISI 150 KV TITI KUNING-BRASTAGI) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana

Lebih terperinci

RAYON ELEKTRO. Oleh. vii

RAYON ELEKTRO. Oleh. vii ANALISIS GANGGUANN AKIBAT BURUKNYA SISTEM PEMBUMIAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI SERTA PENANGGULANGANNYAA DI PLN RAYON KUALA-BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA Disusun oleh : HERDI SUTANTO (NIM : 41110120016) JELITA RATNA WIJAYANTI (NIM : 41110120017)

Lebih terperinci

Induksi Elektromagnetik

Induksi Elektromagnetik Induksi Elektromagnetik GGL induksi Generator Dinamo Trafo Cara kerja Trafo Jenis-jenis Trafo Persamaan pada Trafo Efisiensi Trafo Kegunaan Trafo A. GGL induksi Hubungan Pergerakan garis medan magnetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan bentuk energi yang cocok untuk dan nyaman bagi manusia. Tanpa listrik, infrastruktur masyarakat sekarang tidak akan menyenangkan. Pemanfaatan secara

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II 10 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 10,. 1, April 2012 Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II Evtaleny R. Mauboy dan Wellem F. Galla Jurusan Teknik Elektro, Universitas Nusa Cendana

Lebih terperinci

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA Wahyono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jalan Prof. Sudarto, SH, Tembalang, kotak pos6199/sms/sematang

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN DAYA OUTPUT TERHADAP EFISIENSI TRANSFORMATOR UNIT 1.3 DI PT. PJB MUARA KARANG

ANALISA PERUBAHAN DAYA OUTPUT TERHADAP EFISIENSI TRANSFORMATOR UNIT 1.3 DI PT. PJB MUARA KARANG TUGAS AKHIR ANALISA PERUBAHAN DAYA OUTPUT TERHADAP EFISIENSI TRANSFORMATOR UNIT 1.3 DI PT. PJB MUARA KARANG Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

STUDI SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 kv AKIBAT PEMBEBANAN LEBIH DI PT.PLN (PERSERO) KOTA PONTIANAK

STUDI SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 kv AKIBAT PEMBEBANAN LEBIH DI PT.PLN (PERSERO) KOTA PONTIANAK STUDI SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 kv AKIBAT PEMBEBANAN LEBIH DI PT.PLN (PERSERO) KOTA PONTIANAK Parlindungan Gultom 1), Ir. Danial, MT. 2), Managam Rajagukguk, ST, MT. 3) 1,2,3) Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang memproduksi aluminium batangan terletak di Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten

Lebih terperinci

Dasar Rangkaian Listrik

Dasar Rangkaian Listrik Dasar Rangkaian Listrik Faktor Pertimbangan Distribusi Sistem Tenaga Listrik Keamanan Energi listrik yang digunakan oleh para pemakai dengan tingkat resiko / bahaya yang minimal Penyediaan Tenaga Listrik

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PERAWATAN TRANSFORMATOR STEP UP 150KV DI PT. PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PENGATURAN BEBAN JAWA DAN BALI AREA PELAKSANAAN PEMELIHARAAN DURIKOSAMBI Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI DENGAN KOMPENSASI TEGANGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI DENGAN KOMPENSASI TEGANGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI DENGAN KOMPENSASI TEGANGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR ( Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) PADA GARDU DISTRIBUSI DT-1 DAERAH KERJA PT.PLN (Persero) RAYON DELITUA

ANALISIS BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) PADA GARDU DISTRIBUSI DT-1 DAERAH KERJA PT.PLN (Persero) RAYON DELITUA ANALISIS BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP LOSSES JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) PADA GARDU DISTRIBUSI DT-1 DAERAH KERJA PT.PLN (Persero) RAYON DELITUA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

Laporan akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan. Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro. Program Strudi Teknik Listrik

Laporan akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan. Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro. Program Strudi Teknik Listrik ANALISA EFISIENSI PENYALURAN DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER DI PENYULANG KALIMANTAN DI PT.PLN (PERSERO) RAYON AMPERA Laporan akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan infrastruktur dasar untuk perkembangan ekonomi suatu negara. Jika suplai energi berkurang atau bahkan berhenti, maka dapat berakibat buruk pada sektor-sektor

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL Analisis Teoritis Penempatan Transformator Distribusi Menurut Jatuh Tegangan Di Penyulang Bagong ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik tenaga listrik sudah mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam sistem penyaluran tenaga listrik. Namun, masih ada daerah yang masih sulit dijangkau

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI

PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI 27 PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 3 PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Perencanaan sistem distribusi energi listrik merupakan bagian yang esensial dalam mengatasi pertumbuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PERAWATAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI PT. APP PLN DURIKOSAMBI

LAPORAN KERJA PRAKTEK PERAWATAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI PT. APP PLN DURIKOSAMBI LAPORAN KERJA PRAKTEK PERAWATAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI PT. APP PLN DURIKOSAMBI Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh Nama : Amsal

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS TERMAL KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH MENGGUNAKAN METODE NUMERIK

TUGAS AKHIR ANALISIS TERMAL KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH MENGGUNAKAN METODE NUMERIK TUGAS AKHIR ANALISIS TERMAL KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH MENGGUNAKAN METODE NUMERIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam Menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN TEGANGAN TERHADAP GALAT KWH-METER ELEKTRONIK

PENGARUH PENURUNAN TEGANGAN TERHADAP GALAT KWH-METER ELEKTRONIK 1 TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN TEGANGAN TERHADAP GALAT KWH-METER ELEKTRONIK O L E H : KRISTIAN ANDI MARTALATA NIM. 050422011 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK A.1 Pembangkit Listrik Bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrikdari berbagai sumber tenaga, seperti PLTU, PLTD, PLTA, dll.

Lebih terperinci