CERITA RAKYAT BATAK 27 TENTANG MIGRASI ORANG BATAK KE TANAH GAYO DI KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CERITA RAKYAT BATAK 27 TENTANG MIGRASI ORANG BATAK KE TANAH GAYO DI KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH"

Transkripsi

1 CERITA RAKYAT BATAK 27 TENTANG MIGRASI ORANG BATAK KE TANAH GAYO DI KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Said Mubin JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2013

2 PERSETUJUAN Jurnal Ini Diajukan Oleh: Said Mubin, NIM Jurusan Pendidikan Sejarah Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Mempertahankan Skripsi Said Mubin Medan, Juli 2013 Dosen Pembimbing Skripsi Dr. Phil Ichwan Azhari, MS NIP

3 CERITA RAKYAT BATAK 27 TENTANG MIGRASI ORANG BATAK KE TANAH GAYO DI KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui migrasi orang Batak ke tanah Gayo berdasarkan literatur, untuk mengetahui folklor Batak 27 tentang migrasi orang Batak ke tanah Gayo, untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat pada Folklor Batak 27 tentang migrasi orang Batak ke tanah Gayo. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode Sejarah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dan penelitian studi pustaka dengan menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan wawancara, observasi lapangan, dokumentasi foto, dan studi kepustakaan. Untuk menganalisis data dilakukan beberapa tahapan yaitu pengumpulkan sumber, melakukan verifikasi data, menginterpretasi data, dan menarik kesimpulan. Dari hasil penelitian dilapangan diperoleh data bahwa migrasi orang Batak ke tanah Gayo terjadi pada masa Sultan Alaudin Riyatsyah Alkahar memerintah pada abad ke XVI Masehi, pada masa itu Batak Karo (Batak 27) menang dalam peperangan melawan kerajaan Bukit, sehingga Batak Karo membentuk suatu kerajaan yang disebut dengan kerajaan Cik Bebesen. Selain itu, orang Batak datang ke tanah Gayo sebagai budak belian (temulok). Folklor Batak 27 mengambarkan aktivitas orang Batak di tanah Gayo yang menggambarkan tentang migrasi orang Batak ke tanah Gayo menurut tradisi lisan orang Gayo. Di dalam Folklor Batak 27 tersebut menceritakan tentang kedatangan orang Batak ke tanah Gayo sebanyak 27 orang Batak Karo yang diawali dari pembunuhan beberapa orang Batak di tanah Gayo sehingga terjadinya peperangan antara orang Gayo dengan orang Batak karo yang diakhiri atas kemenangan orang Batak karo (Batak 27) sehingga orang Batak Karo (Batak 27) membentuk suatu kerajaan yang disebut dengan kerajaan Cik Bebesen. Fakta-fakta yang ada dalam folklor Batak 27 adalah keberadaan Klen (belah) kelompok masyarakat yang terdapat di tanah Gayo, terutama di daerah Bebesen adanya nama lima buah klen utama (belah) yaitu belah Linge, Munthe, Cebero, Tebe, dan Melala. Belah ini sama seperti marga yang terdapat di dalam marga-marga Batak Karo. Kata kunci : Folklor Batak 27

4 PENDAHULUAN Tanah Gayo meliputi pusat pegunungan Bukit Barisan bagian Utara yang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian diatas meter diatas permukaan laut. Wilayahnya terpotong-potong oleh punggung-punggung bukit. Punggung-punggung bukit dimaksud merupakan hulu-hulu sungai besar dan penting, seperti Sungai Peusangan, Meulaboh, Jambu Aye/Jemer, Tripa, Temiang, dan Sungai Perlak dengan beberapa anak sungainya. Jajaran bukit barisan yang membentang disebelah Utara merupakan batas alam yang memisahkan Tanah Gayo dengan pesisir Aceh bagian Utara. Kemudian dibagian Barat melengkung dibagian hulu Sungai Senangan, arah ke Timur Bur Ni Alas, dan Bur Ni Serbe Langit yang langsung berbatasan dengan Tanah Alas dan Tanah Batak. Secara tradisional, wilayah Tanah Gayo terbagi atas empat bagian yaitu Wilayah Lut Tawar, Wilayah Deret, (daerah jambu aye), Wilayah Gayo Lues dan Gayo Tanyo serta Wilayah Serbe Jadi (Hurgroje, 1996 : 2-7). Dalam sejarah, penduduk yang mendiami kampung Kebayakan dan Bebesen merupakan kampung inti di Gayo Laut, mempunyai satu anggapan bahwa asal usul mereka berbeda. Penduduk kampung Kebayakan mengatakan mereka adalah penduduk asli di daerah Gayo, sedangkan yang satu pihak lagi, yakni penduduk kampung Bebesen, memang menyadari bahwa mereka berasal dari daerah Batak dengan sebutan Batak 27. Batak 27 merupakan cerita rakyat yang dikenal cukup luas di Tanah Gayo, cerita tentang Batak 27 juga di tulis oleh C. Snouck Hurgronje (1996: 53-54), H. AR. Latief (1995 : 81) dan di tulis juga oleh H. Mahmud Ibrahim (2007 : 65-69). Karena cerita ini berkaitan dengan kedatangan suku Batak ke Tanah Gayo maka saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Cerita Rakyat Batak 27 Tentang Migrasi Orang Batak Ke Tanah Gayo Di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: (1). Bagaimana migrasi orang Batak ke Tanah Gayo berdasarkan literatur? (2).

5 Bagaimana folklor Batak 27 tentang migrasi orang Batak ke Tanah Gayo? (3). Fakta-fakta apa saja yang dapat dijadikan sebagai bukti dari folklor Batak 27 tentang migrasi orang Batak ke tanah Gayo? Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode Sejarah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dan penelitian studi pustaka dengan menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan wawancara, observasi lapangan, dokumentasi foto, dan studi kepustakaan. Untuk menganalisis data dilakukan beberapa tahapan yaitu pengumpulkan sumber, melakukan verifikasi data, menginterpretasi data, dan menarik kesimpulan. PEMBAHASAN A. Migrasi Orang Batak Ke Tanah Gayo Berdasarkan Literatur Menurut Latief dalam Pelangi Kehidupan Gayo dan Alas (1996 : 81-90), dapat disimpulkan bahwa migrasi orang Batak ke tanah Gayo terjadi pada masa Sultan Alaudin Riyatsyah Al Kahar memerintah pada abad ke XVI Masehi dari hasil kemenangan Batak Karo (Batak 27) dalam peperangan melawan Kerajaan Bukit, yang berakhir atas dengan kesepakaan membayar diyat atas tewasnya enam orang Batak Karo yang di bunuh dan digantung oleh penduduk Bukit. Dalam kesepakatan pembayaran diyat tersebut Kerajaan Bukit memberikan sebahagian wilayah Bukit Kepada Batak 27, sehingga Batak 27 membentuk suatu kerajaan yang disebut dengan kerajaan Cik Bebesen yang Rajanya yang pertama adalah Lebe Kader. Di sisi lain, mendengar Batak 27 memenangkan peperangan dengan Raja Bukit, sebagian penduduk Batak Karo berduyun-duyun datang ke tanah Gayo yaitu ke daerah Bebesen. Rombongan yang pertama datang dengan jumlah yang sangat besar yang berasal

6 dari marga Tebe Balohan yang dipimpin oleh seorang penghulu Balohan, sedangkan rombongan berikutnya dimasukan kedalam belah-belah sesuai dengan asal belahnya di tanah Karo seperti belah Munte, Melala dan Cibro (Latief, 1996 : ). Menurut Ibrahim dalam Mujahid Dataran Tinggi Gayo (2007 : 65), Kerajaan Cik Bebesen berdiri sekitar tahun 1607 M. Yang berawal dari kedatangan lima orang remaja Batak Karo ke tanah Gayo, sesampainya di tanah Gayo kelima orang remaja Batak Karo bermain judi dengan remaja Bebesen, karena remaja Bebesen selalu kalah maka remaja Bebesen sangat marah sehingga terjadi perkelahian antara remaja Karo dengan remaja Bebesen sehingga pada akhirnya ketiga remaja orang Karo terbunuh dan dua orang remaja Karo bisa melarikan diri dan pulang ke tanah Karo melaporkan kajadian tersebut, sehingga orang Batak Karo datang ke tanah Gayo untuk menuntut balas atas perbuatan remaja Bebesen yang membunuh anggota keluarga Batak Karo yang membawa sebanyak dua puluh enam orang Batak Karo ke Tanah Gayo untuk memerangi orang Gayo yang dipimpin oleh Lebe Kader. Menurut Hurgronje Terjemahan Budiman, Tanah Gayo dan Penduduknya (Het Gayo Land en Zijne Bewoners, 1996 : 51-56), mengatakan bahwa: satu unsur lain yang penting bagi penambahan penduduk Gayo diwujudkan oleh orang Batak. Sebagaimana mereka datang ke Aceh, orang Batak juga datang ke tanah Gayo sebagai Budak belian (temulok). Tetapi sementara di Aceh sejak zaman dulu, orang Nias menjadi kelompok terbesar dengan golongan abdi dan sementara orang Batak disitu sama juga dengan budak Negro merupakan kekecualian, maka diantara orang Gayo sejak zaman dulu kebanyakan budak adalah orang Batak. Ini meskipun beberapa diantara para pemilik suku Aceh ada yang mengambil alih budak belian dari Nias. Untuk sebagian orang Batak tersebut dirampok, untuk sebagian yang lebih besar mereka adalah budak atau orang gadaian yang oleh orang Gayo Alas dan melayu

7 dibeli dari para majikannya orang Batak, akhirnya mereka tiba ditanah Gayo. Semuanya diharuskan masuk agama Islam. B. Folklor Batak 27 Tentang Migrasi Orang Batak ke Tanah Gayo 1. Folklor Batak 27 Berdasarkan Literatur Dalam buku Gayo, Masyarakat Dan Kebudayaannya (1996 : 35-37) yang tulis oleh C. Snock Hurgronje terjemahan dari Hatta Hasan Aman Asnah, menuliskan tentang folklor Batak 27 yaitu sebagai berikut : Orang Gayo seluruhnya memeluk agama Islam dan merupakan pengikut yang setia dari Raja Aceh, ketika tujuh orang Batak yang salah satunya bernama Lebe Kader lewat Alas dan Tanah Gayo berangkat menuju Aceh dengan tujuan masuk Islam dan belajar mengaji. Belakangan menyusul 20 orang Batak lainnya dengan tujuan yang sama. Selain untuk ongkos dan belanja sendiri, mereka juga membawa titipan ongkos untuk pulang bagi ketujuh temannya tadi. Melihat pundi-pundi yang berisi penuh ini, timbul niat jahat dalam hati salah seorang Reje Gayo, yaitu Reje Bukit, yang memerintah dibagian barat Danau Laut Tawar dan mengajaknya bermain judi. Ternyata Reje Bukit waktu itu bernasib sial. Dia kalah dan mau tidak mau harus merelakan sebagian kekayaannya berpindah ke dalam pundi-pundi orang Batak tadi. Dihantui oleh perasaan marah, kesal, malu, dan iri, reje bukit nekat memancung salah seorang diantara mereka lalu menggantungkan kepalanya diatas sebatang pohon bambu tidak jauh dari Bebesen. Karena itulah tempat ini disebut pegantungen hingga saat ini. Kesembilan belas orang Batak yang lain sangat ketakutan dan langsung melarikan diri menuju Aceh untuk menemui kawan-kawannya, sekaligus bermaksud untuk mengadukan kezaliman Reje Gayo tersebut kepada Raja Aceh. Sultan memberi mereka restu untuk memerangi Reje Gayo dan yakin bahwa mereka akan dapat mengalahkannya, tetapi Reje Bukit sendiri tidak Boleh di bunuh.

8 Dalam perjalanan pulang ke Tanah Gayo, musuh pertama yang mereka jumpai berada di Beruksah, namun dapat mereka usir dan mendesaknya sampai ke kampung Ketol. Disini orang Gayo kembali membuat pertahanan disuatu tempat yang sampai saat ini bernama Kute Gelime yang pada akhirnya terpaksa mereka tinggalkan juga karena terdesak dan mundur terus ke satu tempat yang bernama Bebesen, tempat kedudukan Reje Bukit. Disini Reje Gayo itu mengumpulkan kekuatan di Ujung Bebulon, sebuah lapangan yang sekarang hanya di gunakan untuk tempat penyembelihan kerbau pada saat-saat hari raya. Orang Batak ini terus maju dan berkesempatan untuk membuat sebuah benteng di suatu tempat yang bernama Kute Malaka. Disini dengan diam-diam mereka berhasil menjalin hubungan rahasia dengan beberapa orang Batak, budak dari Reje Bukit. Dengan kesepakatan mereka bersama, maka diaturlah siasat bagaimana cara mengalahkan Reje Bukit tanpa membunuhnya. Siasat itu ialah menaikan bendera putih (pepanyi) di puncak sebuah bukit di antara pertahanan mereka dan danau, yang apabila terlihat bendera berkibar nanti, budak-budak tersebut harus berpura-pura panik dan berlari ke sana-kemari seolah-olah mengetahui bahwa pasukan musuh amatlah besarnya. Kalau ini tidak berhasil, budakbudak tadi secara diam-diam harus membukakan pintu kute (pintu gerbang) Reje Bukit dan berusaha untuk mengatakan kepada mereka bahwa terbukannya pintu gerbang ini adalah karena kesaktian ilmu dari musuh. Di bukit tempat orang Batak menaikan pepanyi ini sampai sekarang bernama Bur ni Pepanyi (bukit bendera). Lalu semua siasat secara secara seksama dijalankan, namun Reje Bukit tidak tergeming sedikitpun. Akhirnya, tidak ada jalan lain pertempuran tidak terelakkan lagi, sebagaimana menurut adat yang berlaku di Tanah Gayo dan Tanah Batak, perang harus dilakukan dilapangan terbuka. Di Paya Tumpi kedua pasukan ini bertemu. Agar tidak melanggar pesan Raja Aceh, orang-orang Batak tadi tidak mengisi senjatanya dengan peluru sungguhan, tetapi mengisinya dengan terong peret (sejenis

9 tomat kecil, kalau sudah matang warnanya merah) yang kalau kena badan gatalnya bukan kepalang. Doa restu raja terkabul, tidak seorang pun orang Batak terkena peluru orang Gayo. Sebaliknya, peluru terong peret dari pasukan Batak mengenai sebagian besar orang Gayo. Disamping itu, kawanan orang Batak yang menjadi budak Reje Bukit membuat keadaan menjadi panik berlari kesana-kemari sambil membawa bendera putih (alam) mengatakan bahwa orang-orang Gayo telah kalah. Sementara itu, wanita dan anak-anak berlari menuju Aceh untuk mengadukan halnya kepada Daulat. Reje Bukit sendiri dalam keadaan panik lari dan tersesat ke dalam sebuah paya (rawa-rawa) di ekat kampung Kebayakan. Yang karenanya disebut Paya Reje sampai saat ini. Wanita dan anak-anak yang telah lari tadi dihimbau oleh orang Batak untuk pulang kembali karena antara Reje Bukit dan kedua puluh enam orang batak itu telah dibuat suatu perjanjian perdamaian. Sampai saat ini, tempat dimana wanita dan anak-anak ini berbalik disebut balik. Setelah itu maka dibuatlah perjanjian, Reje Bukit bersama anak buahnya ditunjuk untuk menempati kampung kebayakan yang sekarang, dan kedua puluh enam orang Batak tersebut (yang sisanya sudah semua masuk Islam) menempati tempat yang sekarang ini sudah menjadi kampung induk Reje Cik, yaitu kampung Bebesen. Akhirnya, orang Batak yang telah menjadi orang Gayo itu berkembang dengan aman dan sejahtera. Walaupun mereka selalu berdampingan dengan Reje Bukit, dalam hati mereka senantiasa teringat akan janji suci leluhur mereka kepada Raja Aceh tentang apa yang telah diperbuat oleh Reje Bukit. 2. Folklor Batak 27 Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Tokoh-Tokoh Masyarakat Gayo Menurut versi yang disampaikan oleh Bapak Drs. H. Ibnu Hadjar Laut Tawar pada tanggal 3 Mei 2013, mengatakan bahwa: pada awalnya ada sebuah Kerajaan di tanah Gayo yaitu Kerajaan Linge, anak Raja Linge ada empat. Yang pertama bernama Johansyah yang

10 kedua bernama Joharsyah yang ketiga bernama Alisyah dan yang ke empat bernama Merah Linge. Pada saat Joharsyah lahir ada sarungnya dan dia kebal yang tidak bisa dimakan oleh pisau sehingga pada saat beliau mau di khitan (kemaluannya) tidak mau terputus, joharsyah merasa sangat malu dan akhirnya dia pergi ke daerah Pakpak (daerah Batak) sesampainya disana dia menikah dengan orang Pakpak sampai dengan melahirkan anak cucu mereka. Pada suatu saat cucunya datang ke tanah Gayo untuk melihat negeri kakeknya. Setelah mereka sampai di tanah Gayo mereka bermain judi dengan orang Gayo. Sehingga pada akhirnya orang Gayo selalu kalah dalam permainan judi tersebut dan pada akhirnya orang Gayo marah kepada orang Batak Karo sehingga orang Gayo membunuh beberapa orang Batak Karo tersebut dan sebagian orang Batak Karo dapat meloloskan diri dan pulang ke daerah asalnya yaitu ke tanah Karo. Sehingga pada akhirnya orang Batak Karo yang meloloskan diri tersebut mengadukan kejadian itu kepada saudara-saudara mereka yang berada di tanah Karo, orang Batak Karo tidak terima terhadap perlakuan msyarakat Gayo, sehingga mereka mengirim beberapa orang ke tanah Gayo untuk menuntut bela atas kematian saudara-saudaranya yang di bunuh di tanah Gayo dengan membawa rombongan sebanyak 27 orang Batak Karo yang dipimpin oleh Talpan atau yang disebut dengan Lebe Kader. Sesampainya di tanah gayo terjadilah pertempuran antara orang Batak Karo dengan orang Gayo di bawah pemerintahan Kerajaan Bukit yang Rajanya bernama Sengeda. Dalam pertempuran itu dimenangkan oleh orang Batak Karo sehingga Raja Bukit melarikan diri dari daerah kekuasannya untuk bersembunyi. Sehingga atas kemenangan orang Batak karo tersebut terjadilah musyawarah antara petua-petua kerajaan Bukit dengan orang Batak Karo tersebut.

11 Dari hasil musyawarah antara orang Batak Karo dengan petua-petua masyarakat Gayo kerajaan Bukit tersebut sebagian wilayah kerajaan Bukit diberikan kepada orang-orang Batak karo yaitu wilayah yang diberikan adalah wilayah disekitar Bebesen. Sehingga pada saat itu wilayah Bebesen diduduki oleh orang batak Karo yang dipimpin oleh Talpan (Lebe Kader). Sehingga mereka membentuk kerajaan Cik Bebesen. Menurut versi yang disampaikan oleh Bapak Ir. M. Yusin Saleh pada tanggal 4 Mei 2013, mengatakan bahwa: Nenek Moyang orang Gayo sama dengan Nenek Moyang orang Batak yaitu datang dari Hindia Belakang (Vietnam, Laos dan Kamboja). Angkatan yang pertama datang ke tanah Gayo adalah orang Batak Karo kemudian datang lagi orang Batak Toba, kemudian datang lagi kelompok Marga Mandailing (Nasution, Lubis dan Hasibuan). Tempat menyebrang orang Batak ke tanah Gayo yaitu di Besitang. Sesampainya di Besitang mereka bermukim kemudian yang datang ke tanah Gayo adalah Batak Karo dan Batak Toba, yang datang melalui aliran Sungai Pesangan menuju ke Ketol, sesampai di Ketol mereka datang ke Bebesen sebanyak 27 orang. Setelah sampai di daerah Bebesen, terjadilah perkelahian antara orang Batak dengan orang Gayo Kebayakan Kerajaan Bukit. Sebenarnya yang datang pertama adalah sebanyak dua puluh enam orang Batak Karo kemudian mereka membawa pimpinan mereka yang bernama Talpan atau Lebe Kader untuk membantu mereka dalam perperangan/perkelahian antara orang Batak dengan orang Gayo Kebayakan Kerajaan Bukit. Dalam perkelahian tersebut melahirkan perdamaian antara orang Gayo Kerajaan Bukit dengan orang Batak Karo tersebut dengan memberikan sebagian wilayah kekuasaan kerajaan Bukit kepada orang Batak Karo tersebut. Pada saat itu terjadilah perebutan wilayah daerah Pantai Danau Lut Tawar. Kemudian Raja Linge memekarkan wilayah Gayo menjadi empat Kerajaan yaitu yang pertama adalah Kerajaan Linge, Kerajaan Bukit, Kerajaan Cik Bebesen dan Kerajaan Syah Utama. Dari keempat kerajaan tersebut hanya Kerajaan Cik Bebesenlah

12 yang tidak mempunyai Bawar. Bawar merupakan tanda bukti dari kerajaan tradisional secara Resmi. Kemudian pembagian wilayah Kerajaan menurut cerita zaman dulu berdasarkan kesepakatan bersama dengan cara melepaskan kuda, sampai mana kuda tersebut berlari maka sampai disitulah wilayah kerajaan tersebut. Makanya wilayah ke empat kerajaan tersebut berliku-liku. Setelah batak 27 tersebut menempati daerah Bebesen kemudian datang lagi saudara-saudara mereka dari tanah Karo ke tanah Gayo. C. Fakta-Fakta Yang Terdapat Pada Folklor Batak 27 Tentang Migrasi Orang Batak Ke Tanah Gayo Di tanah Gayo, terutama di daerah Bebesen adanya nama lima buah klen utama (belah) yaitu belah Linge, Munthe, Cebero, Tebe, dan Melala, tetapi pada saat sekarang ini belah (marga) ini sudah jarang di pakai di dalam nama belakang penduduk Bebesen tetapi nama-nama dari belah (marga) ini hanya di ingat berdasarkan keturunan mereka sendiri yang diwariskan atau disebarluaskan berdasarkan dari mulut ke mulut dari keturunan mereka sendiri. Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama Kepala Kampung Desa Bebesen bapak Riduansyah dan masyarakat sekitarnya pada tanggal 30 April 2013, mengatakan bahwa: memang ada belah (Marga) di dalam masyarakat Bebesen yaitu belah Melala Toa, Belah Melala Uken, Belah Melala Sagi dan ada juga belah (Marga) yang lainnya seperti Munthe, dan Cibro. Bapak Ridwansyah juga menegaskan bahwa beliau juga merupakan bagian dari belah Melala. Di daerah Bebesen, sebagian warga tidak mau mengatakan bahwa mereka berasal dari Batak 27 karena sebagian penduduk Bebesen menganggap bahwa kesan dari Batak 27 merupakan suatu hal yang tidak mengenakan (aib) bagi mereka.

13 Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Ir. M. Yusin Saleh dan bapak Drs. H. Ibnu Hajar Laut Tawar pada tanggal 3 dan 4 Mei 2013, mengatakan bahwa: dari dulu hingga saat sekarang ini orang Bebesen tidak mau di bilang berasal dari keturunan Batak 27 meskipun nama belah mereka sama seperti marga yang ada di dalam Batak Karo, dan sering terjadi pertentangan dan bahkan pertengkaran antara penduduk Bebesen dengan penduduk Kebayakan yang merupakan penduduk asli dari keturunan Kerajaan Bukit. Pada saat sekarang ini penduduk Bebesen yang memiliki belah (marga) sudah menyebar di daerah penduduk Gayo lainnya, baik penduduk Aceh Tengah maupun penduduk Bener Meriah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Abd. Rahman pada tanggal 2 Mei 2013, mengatakan bahwa: dulu beliau berasal dari Bebesen tetapi sekarang beliau pindah ke desa Tensaren, beliau juga mengatakan bahwa dia merupakan salah satu keturunan dari belah Munthe yang ada di daerah Bebesen tetapi nama Munthe itu sendiri tidak di tulis di nama belakang beliau, beliau hanya mengetahuinya dari mulut kemulut dari keturunanya. PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan keterangan dan analisis yang telah dilakukan maka peneliti dapat membuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Migrasi orang Batak ke tanah Gayo terjadi pada masa Sultan Alaudin Riyatsyah Alkahar memerintah pada abad ke XVI Masehi, pada masa itu Batak Karo (Batak 27) menang dalam peperangan melawan kerajaan Bukit, sehingga Batak Karo membentuk suatu kerajaan yang disebut dengan kerajaan Cik Bebesen. Selain itu, orang Batak datang ke tanah Gayo sebagai budak belian (temulok). 2. Folklor Batak 27 mengambarkan aktivitas orang Batak di tanah Gayo yang menggambarkan tentang migrasi orang Batak ke tanah Gayo menurut tradisi lisan

14 orang Gayo. Di dalam Folklor Batak 27 tersebut menceritakan tentang kedatangan orang Batak ke tanah Gayo sebanyak 27 orang Batak Karo yang diawali dari pembunuhan beberapa orang Batak di tanah Gayo sehingga terjadinya peperangan antara orang Gayo dengan orang Batak karo yang diakhiri atas kemenangan orang Batak karo (Batak 27) sehingga orang Batak Karo (Batak 27) membentuk suatu kerajaan yang disebut dengan kerajaan Cik Bebesen. 3. Fakta-fakta yang ada dalam folklor Batak 27 adalah keberadaan Klen (belah) kelompok masyarakat yang terdapat di tanah Gayo, terutama di daerah Bebesen adanya nama lima buah klen utama (belah) yaitu belah Linge, Munthe, Cebero, Tebe, dan Melala. Belah ini sama seperti marga yang terdapat di dalam marga-marga Batak Karo. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Ara, L.K. dan Medri Ensiklopedi Aceh: adat, Hikayat dan Sastra. Banda Aceh: Yayasan Mata Air Jernih (YMAJ). Bangun, Payung Kebudayaan Batak. Dalam Koentjaranigrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djamban. Danandjaja, James Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti. Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-PRES). Gayo, M.H Perang Gayo Alas Melawan Kolonialis Belanda. Jakarta: PN Balai Pustaka. Hurgronje, C. Snock Tanah Gayo dan Penduduknya. Jakarta : Indonesia Nederlands Coopertion in Islamic Studies. Hurgronje, C. Snock Gayo, Masyarakat dan Kebudayaannya Awal Abad ke-20. Jakarta: Balai Pustaka.

15 Ibrahim, Mahmud Mujahid Dataran Tinggi Gayo. Takengon: Yayasan Maqamammahmuda. Kartodirdjo, Sartono Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Latief, H. AR Pelangi Kehidupan Gayo dan Alas. Bandung: Kurnia Bupa Bandung. Munir, Rozy Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Moleong, J Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Purba, O.H.S dan Purba, Elvis F Migran Batak Toba di Luar Tapanuli Utara: Suatu Deskrepsi. Medan : Onora. Rusli, Said Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta : LP3ES. Susanto, Hary Mitos, pemikiran Mircea Eliade. Yogyakarta: Kanisius. Simanjuntak, Bungaran Antonius dan Sosrodihardjo, Soedjito Metode Penelitian Sosial. Medan : Bina Media Perintis. Sjamsuddin, Helius Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Syukri Sarakopat, Sistem Pemerintahan Tanah Gayo dan Relevansi Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta: Hijri Pustaka Utama. Titus, Milan J Migrasi Antar Daerah Di Indonesia Sebagai Cerminan Ketimpangan Regional dan Sosial. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Wiradnyana, Ketut dan TaufikurrahmanSetiawan Gayo Merangkai Identitas. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. km dari Ibu Kota takengon Provensi Aceh yaitu Kota Banda Aceh dengan ketinggian ±

BAB 1 PENDAHULUAN. km dari Ibu Kota takengon Provensi Aceh yaitu Kota Banda Aceh dengan ketinggian ± BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Takengon terletak di sebelah barat Danau Laut Tawar, yang jaraknya ± 330 km dari Ibu Kota takengon Provensi Aceh yaitu Kota Banda Aceh dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tanah Gayo meliputi pusat pegunungan Bukit Barisan bagian Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tanah Gayo meliputi pusat pegunungan Bukit Barisan bagian Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah Gayo meliputi pusat pegunungan Bukit Barisan bagian Utara yang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian diatas 1.000 Meter diatas permukaan laut. Wilayahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikenal juga dengan nama Dataran Tinggi Gayo. kontak satu dengan yang lain, karena tiadanya prasarana perhubungan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. ini dikenal juga dengan nama Dataran Tinggi Gayo. kontak satu dengan yang lain, karena tiadanya prasarana perhubungan yang baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah yang merupakan wilayah tempat tinggal orang Gayo pada umumnya, terletak di tengah tengah wilayah adminstratif yang kini di sebut Provinsi Nanggroe Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Nama: ika Putri k Nim: 09.11.2577 Kelas: S1 TI 01 PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Pada suatu hari terjadi perang antara rakyat Indonesia dengan Malaysia dikarenakan Malaysia sering kali merebut wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI STUDI. setempat maupun pendatang. Suku asli yang mendiami provinsi Aceh terdiri dari 10 suku,

BAB II DESKRIPSI LOKASI STUDI. setempat maupun pendatang. Suku asli yang mendiami provinsi Aceh terdiri dari 10 suku, BAB II DESKRIPSI LOKASI STUDI 2.1 Latar Belakang Sejarah Suku Gayo Provinsi Aceh memiliki populasi ± 4,9 juta penduduk yang terdiri dari suku asli setempat maupun pendatang. Suku asli yang mendiami provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah kabupaten dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

Melayu Dan Batak Dalam Strategi Kolonial. Written by Thursday, 22 July :51

Melayu Dan Batak Dalam Strategi Kolonial. Written by Thursday, 22 July :51 Dr.Perret dari Paris mencatat; orang Melayu di pesisir Sumatera Timur menganggap dirinya berbudaya (civilized), sedang semua non Melayu dipandang sebagai orang yang tidak berpengetahuan, berperilaku kasar

Lebih terperinci

MENGALAHKAN ORANG AMALEK

MENGALAHKAN ORANG AMALEK CERITA 37 MENGALAHKAN ORANG AMALEK KELUARAN 17:1-16 ANALISA PERBUATAN PERBUATAN ALLAH AY PERBUATAN MANUSIA AY +/- TUHAN menyuruh Musa pergi berjalan di depan bangsa Israel dan membawa sertanya beberapa

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Tengah

Profil Kabupaten Aceh Tengah Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Tengah : Takengon : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa

BAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan sejarah tidak akan pernah sampai pada puncak kebenaran, sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa lalu, dan supaya

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan dengan suku bangsa lainnya, juga memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn FERI JULLIANTO Disusun oleh : GREGORIAN ANJAR P NIM 14148107

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku yang berada di

Lebih terperinci

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh : Desy Dwijayanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Cahyo_desy@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebanggaan bangsa Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat Aceh

BAB I PENDAHULUAN. kebanggaan bangsa Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat Aceh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tari Saman atau lebih dikenal dengan tarian seribu tangan merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah turun temurun menjadi kebanggaan

Lebih terperinci

TRADISI PEMBUATAN TANGKAL UNTUK IBU HAMIL PADA SUKU MELAYU DI DESA SEI BEROMBANG KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHAN BATU

TRADISI PEMBUATAN TANGKAL UNTUK IBU HAMIL PADA SUKU MELAYU DI DESA SEI BEROMBANG KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHAN BATU TRADISI PEMBUATAN TANGKAL UNTUK IBU HAMIL PADA SUKU MELAYU DI DESA SEI BEROMBANG KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHAN BATU Oleh: Rosramadhana, Payerli Pasaribu, dan Waston Malau Abstrak Pada masyarakat

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran Tinggi di Bukit Barisan, Sumatera Utara yang di kelilingi oleh pegunungan. Kabupaten Karo beribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah tertentu. Masing-masing daerah (wilayah) tersebut yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di sepanjang pulau sumatera dengan posisi yang jauh lebih dekat ke pantai Barat. disebelah utara

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan persebaran

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA Oleh Sandro Tamba Hendra K. Pulungan, S. Sos., M.I.Kom Pengkajian terhadap sastra merupakan kajian yang cukup menarik dengan memperhatikan segi media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang penuh dengan keanekaragaman suku bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai merauke mempunyai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum. A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum

BAB II. Gambaran Umum. A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum BAB II Gambaran Umum A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca 1998 Menurut buku Badai Pembalasan Laskar Mujahidin Ambon dan Maluku karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku,golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA.

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA. 1 PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA Oleh Boy Syahputra Surbakti Drs. Syamsul Arif, M.Pd Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

membahas lebih dalam mengenai pengetahuan lokal Orang Gayo tentang ikan Depik dan

membahas lebih dalam mengenai pengetahuan lokal Orang Gayo tentang ikan Depik dan membahas lebih dalam mengenai pengetahuan lokal Orang Gayo tentang ikan Depik dan ekosistem Danau Laut Tawar. Sumber daya alam merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia, dengan tujuan agar

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 2, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible

Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 2, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 2, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan membicarakan Pembahasan No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu tempat. Kebudayaan

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN SUKU BATAK

KEBUDAYAAN SUKU BATAK KEBUDAYAAN SUKU BATAK ranang@isi-ska.ac.id Suku Batak 1. Tapanuli Selatan: Batak Toba, Angkola, dan Mandailing 2. Tapanuli Utara: Batak Dairi, Pak-Pak, dan Karo 3. Timur danau Toba: Batak Simalungun >>

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mandailing merupakan salah satu bagian dari suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan salah satu Propinsi yag memiliki beraneka macam suku

Lebih terperinci

PEDOMAN BELAJAR. Menghadapi Raksasa (Pelajaran 1) Ucapkan doa singkat bersama anak-anak sebelum Anda memulai pelajaran.

PEDOMAN BELAJAR. Menghadapi Raksasa (Pelajaran 1) Ucapkan doa singkat bersama anak-anak sebelum Anda memulai pelajaran. PEDOMAN BELAJAR Menghadapi Raksasa (Pelajaran 1) Pelajaran 1: Samuel pergi ke Bethlehem Ayat Panduan: 1 Samuel 16: 1 11 Pengajar: Waktu Belajar: 40 menit Tujuan Belajar: Tujuan 1: Agar anak-anak tahu betapa

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Umum Indonesia adalah negara yang memiliki banyak suku bangsa dan kebudayaan yang tentunya diikuti dengan berbagai ragam cerita rakyat dan cerita daerah, dan salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis memiliki cerita rakyat dan folklore yang berbeda-beda, bahkan setiap etnis

BAB I PENDAHULUAN. etnis memiliki cerita rakyat dan folklore yang berbeda-beda, bahkan setiap etnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia meupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan Indonesia juga merpakan Negara yang multikultural yang masih menjunjung tinggi nilainilai pancasila. Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

Winda Setya M. / Najwa Ilham K. /

Winda Setya M. / Najwa Ilham K. / Winda Setya M. / 14148128 Najwa Ilham K. /14148157 Masyarakat Nias dianggap berasal dari sekelompok keturunan suku birma dan assam, tapi berbeda dengan asal usul orang batak. Ada banyak teori tentang asal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas suku bangsa yang beragam dan memiliki bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Langkat didirikan oleh Raja Kahar pada pertengahan abad ke- 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat kepemimpinan diteruskan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Masyarakat Kabupaten Brebes mayoritas beragama Islam, kekayaan folklor yang dimiliki daerah tersebut adalah CRJP. Tokoh Jaka Poleng bekerja sebagai pengurus kuda bupati K.A.Arya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agustono, B., Suprayitno., Dewi, H., dkk, (2012), Sejarah Etnis Simalungun, Penerbit Hutarih Jaya, Pematang Siantar

BAB I PENDAHULUAN. Agustono, B., Suprayitno., Dewi, H., dkk, (2012), Sejarah Etnis Simalungun, Penerbit Hutarih Jaya, Pematang Siantar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Batak adalah salah satu kelompok gelombang proto Melayu. Menurut Ichwan Azhari

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KEMUKIMEN DALAM KABUPATEN ACEH TENGAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KEMUKIMEN DALAM KABUPATEN ACEH TENGAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KEMUKIMEN DALAM KABUPATEN ACEH TENGAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH, Menimbang : a. bahwa berdasarkan qanun

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (5/6)

Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus Memiliki Semua Kuasa dan Penakluk Kematian Kode Pelajaran : SYK-P05 Pelajaran 05 - YESUS MEMILIKI SEMUA KUASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang pariwisata tidak dapat lepas dari perkembangan sejarah pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Naskah Drama Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1]

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

TRILOGI NOVEL MARITO

TRILOGI NOVEL MARITO TRILOGI NOVEL MARITO Izinkan Aku Memelukmu Ayah Dalam Pelarian Ketika Aku Kembali Marito, terlahir sebagai perempuan di suku Batak. Ia memiliki empat kakak perempuan. Nasibnya lahir di masa terpelik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN MORAL DALAM LEGENDA PULAU LIPAN DESA PENUBA KECAMATAN SELAYAR KABUPATEN LINGGA

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN MORAL DALAM LEGENDA PULAU LIPAN DESA PENUBA KECAMATAN SELAYAR KABUPATEN LINGGA ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN MORAL DALAM LEGENDA PULAU LIPAN DESA PENUBA KECAMATAN SELAYAR KABUPATEN LINGGA e-jurnal Oleh: KAMELIA NIM 120388201196 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRAINDONESIA

Lebih terperinci

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( )

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( ) Oleh : Jumbuh Karo K (13148134) Tommy Gustiansyah P (14148114) Suku Nias adalah suku bangsa atau kelompok masyarakat yang mendiami pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara. Gugusan pulaupulau yang membujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas masing-masing yang menjadi pembeda dari setiap suku.

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas masing-masing yang menjadi pembeda dari setiap suku. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak Toba merupakan salah satu bagian dari suku Batak. Seperti yang di ketahui suku Batak memiliki 6 sub suku diantaranya Batak Pak-pak, Batak Karo, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Minangkabau kita kenal sebagai sebuah suku yang mayoritas masyarakatnya berasal dari wilayah Provinsi Sumatera Barat. Orang Minangkabau juga sangat menonjol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan uraian simpulan dari skripsi yang berjudul Perkembangan Islam Di Korea Selatan (1950-2006). Simpulan tersebut merujuk pada jawaban permasalahan

Lebih terperinci

kediaman tuhan Hindu iaitu Brahma, Siva dan Vishnu. Latihan: Pelanduk Mitos Hindu Pokok Melaka 1. Senarai di atas berkaitan dengan A asal usul Parames

kediaman tuhan Hindu iaitu Brahma, Siva dan Vishnu. Latihan: Pelanduk Mitos Hindu Pokok Melaka 1. Senarai di atas berkaitan dengan A asal usul Parames samsudin abd kadir Page 1 14/06/2008 BAB EMPAT PENGASASAN KESULTANAN MELAYU MELAKA 1.3 Zaman Kesultanan Melayu Melaka a. Pengasasan Kesultanan Melayu Melaka i. Kedatangan Parameswara ii. Asal usul Melaka

Lebih terperinci

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Perubahan Cara Pandang Masyarakat Terhadap Mitos dalam Tradisi Bersih Makam Ki Hajar Welaran di Gunung Paras Desa Karangsambung Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen Oleh : Siti Masriyah Program Studi

Lebih terperinci

Bukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) - Warta Jemaat - Minggu, 9 Oktober 2011

Bukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) - Warta Jemaat - Minggu, 9 Oktober 2011 Bukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) Pasal 21 kitab Hakim-Hakim dalam susunan Tabernakel adalah Tabut Perjanjian yang terdiri dari Tutup Pendamaian dan Peti Perjanjian. Kalau kita merenungkan

Lebih terperinci

MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN

MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN CROSS AND ADU MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN Sudah siap membahas Kondisi Ono Niha sebelum Kekristenan? KATANYA: BERASAL DARI TETEHOLI ANA A YANG DITURUNKAN DI GOMO SIHAYA-HAYA, DAN KEMUDIAN MENYEBAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 072/Pdt.G/2012/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 072/Pdt.G/2012/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 072/Pdt.G/2012/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Blambangan Umpu yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis sastra oral, berbentuk kisah-kisah yang mengandalkan kerja ingatan, dan diwariskan.

Lebih terperinci

Kitab Tentang Sumpah (Qosamah), Kelompok Penyamun, Kisas Dan Diyat 1. Qasamah (sumpah)

Kitab Tentang Sumpah (Qosamah), Kelompok Penyamun, Kisas Dan Diyat 1. Qasamah (sumpah) Kitab Tentang Sumpah (Qosamah), Kelompok Penyamun, Kisas Dan Diyat 1. Qasamah (sumpah) Hadis riwayat Rai` bin Khadij ra. dan Sahal bin Abu Hatsmah ra. mereka berkata: Abdullah bin Sahal bin Zaid dan Muhaishah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

Asal Mula Candi Prambanan

Asal Mula Candi Prambanan Asal Mula Candi Prambanan Zaman dahulu ada sebuah kerajaan di Pengging. sang raja mempunyai seorang putera bernama Joko Bandung. Joko bandung adalah seorang pemuda perkasa, seperti halnya sang ayah, ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup luas dari Sabang sampai Merauke dan dari Mianggas hingga Pulau Rote. Indonesia memiliki tidak kurang dari 400 suku

Lebih terperinci

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala 1. Tulislah terlebih dahulu identitas diri Anda. 2. Isilah kolom kolom yang tersedia dengan cara memberikan tanda silang ( X ) 3. Pilihan jawaban hendaknya disesuaikan

Lebih terperinci