Analisis Determinan Kecondongan Tingkat Pengembalian Pasar (Skewness of Market Return) (Studi Empiris Negara Berkembang Periode )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Determinan Kecondongan Tingkat Pengembalian Pasar (Skewness of Market Return) (Studi Empiris Negara Berkembang Periode )"

Transkripsi

1 Analisis Determinan Kecondongan Tingkat Pengembalian Pasar (Skewness of Market Return) (Studi Empiris Negara Berkembang Periode ) Sani Qinthara Aprilia Program Studi S1 Reguler Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Penelitian ini menganalisa determinan kecondongan tingkat pengembalian (skewness of return) indeks pasar pada beberapa negara berkembang seperti Bangladesh, China, Filipina, India, Indonesia, Korea, Malaysia, Pakistan, Thailand dan Turki, dengan menggunakan variabel seperti tingkat pengembalian (return), volatilitas tingkat pengembalian (return), kecondongan tingkat pengembalian (skewness of return), volume perdagangan, volatilitas volume perdagangan, dan kecondongan (skewness) volume perdagangan dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya hubungan tidak langsung antar variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan metode regresi dan vector autoregression (VAR), dan didapatkan hasil bahwa volume perdagangan berpengaruh positif terhadap kecondongan tingkat pengembalian (skewness of return), baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kata Kunci: kecondongan (skewness), volume perdagangan, vector autoregression, regresi linear, indeks pasar 1. Latar Belakang Tingkat pengembalian (return) memiliki karakteristik distribusi tertentu yang dapat diukur dengan beberapa cara, dimana salah satunya adalah kecondongan (skewness), yang merupakan sebuah pengukuran asimetri dari distribusi probabilitas. Kecondongan (skewness) ini dapat muncul sebagai akibat dari dampak tekanan finansial perusahaan, pemilihan proyek yang dilakukan oleh perusahaan, maupun karena adanya preferensi risiko yang asimetris dari para investor. Selain itu kecondongan (skewness) juga muncul karena adanya perubahan pada volum perdagangan, sebagaimana secara umum dipercaya bahwa volum perdagangan berhubungan secara positif dengan tingkat pengembalian (return), juga sebagai akibat dari adanya distribusi informasi yang baik dan buruk (Damodaran, 1985), yang juga dijelaskan dalam teori investor heterogeneity oleh Hong dan Stein (2003). Karakteristik distribusi tingkat pengembalian (return), seperti kecondongan (skewness) memegang peranan penting dalam teori dan praktik di bidang keuangan, hal ini

2 dikarenakan banyak model asset pricing seperti model CAPM (Capital Asset Pricing Model) yang mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian (return) berdistribusi secara normal dan kurang memperhatikan adanya momen yang lebih tinggi dari tingkat pengembalian (return). Karakteristik ini menjadi penting untuk diperhatikan karena apabila tingkat pengembalian (return) memiliki kecondongan (skewness) tertentu, maka model asset pricing yang menghitung adanya momen yang lebih tinggi seharusnya dapat memberikan valuasi yang lebih akurat. Pentingnya kecondongan (skewness) ini juga karena analisis berdasarkan distribusi normal tidak dapat melakukan estimasi expected return secara tepat dan juga tidak dapat menggambarkan true-risk dari distribusi tingkat pengembalian (return) karena dalam asumsi distribusi normal maka risiko yang ada dipertimbangkan secara sama oleh semua investor, sedangkan pada kenyataannya investor memiliki preferensi risiko masing-masing, yaitu dengan melihat kecondongan tingkat pengembalian (skewness of return) dimana investor yang rasional akan lebih memilih aset yang memiliki kecondongan yang positif (positive skewness) dari tingkat pengembalian (return). Selain itu, sesuai dengan apa yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tingkat pengembalian pasar (market return) secara agregat terdistribusi secara asimetris, akan tetapi masih belum terdapat penjelasan yang pasti mengenai mekanisme ekonomi apa yang mendasarinya. Selain itu, mengapa kecondongan tingkat pengembalian (skewness of return) menjadi penting untuk dibahas adalah karena sifat kecondongan ini tidak lantas hilang walaupun perhitungannya menggunakan rentang data yang cukup panjang, hal ini dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Hutson et al. (2008) dimana penelitian menggunakan dats selama 24 tahun dan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) masih ditemukan. Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kecondongan tingkat pengembalian (skewness of return) ditemukan secara konsisten, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang sehingga hal ini penting untuk diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return), selain itu juga untuk melakukan konfirmasi mengenai penjelasan teori investor heterogeneity mengenai literatur volumvolatilitas dimana volum perdagangan berkorelasi terhadap perubahan pada harga pasar yang secara lebih lanjut dapat menjelaskan bagaimana hubungan dan pengaruh volum perdagangan terhadap kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market

3 return) pada market-level khususnya negara berkembang. Selain itu penelitian yang dilakukan juga bertujuan untuk melihat interaksi antara tiga momen pertama dari tingkat pengembalian pasar (market return) dan volum perdagangan, dimana peneliti ingin melihat apakah interaksi antara ke tiga momen tersebut memegang peranan penting dalam terjadinya hubungan volum-kecondongan (skewness). Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah modifikasi dari model yang dikembangkan oleh Chen et al. (2001) dan Charoenrook dan Daouk (2004) serta vector autoregression (VAR) serta menggunakan metode impulse response function (IRF) dari Pesaran dan Shin (1998) untuk efek dari perubahan volum perdagangan terhadap kecondongan tingkat pengembalian pasar (market return skewness). Penelitian kali ini menggunakan data indeks pasar pada negara berkembang. Data negara berkembang digunakan dengan tujuan untuk melihat bagaimana kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) dapat dijelaskan melalui variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 The leverage effect, volatility feedback effect, and the fluctuation of uncertainty effect Di dalam leverage effect, Black (1976) dan Christie (1982) menjelaskan bahwa apabila perusahaan memiliki leverage, maka penurunan harga saham akan meningkatkan financial and operating leverage perusahaan, dimana hal ini berakibat pada meningkatnya volatilitas saham perusahaan. Adanya peningkatan leverage ini menyebabkan terjadinya hubungan negatif antara lagged tingkat pengembalian (return) dengan kecondongan tingkat pengembalian (return skewness), hubungan negatif ini dapat muncul karena peningkatan volatilitas menyebabkan perusahaan untuk memberikan premi yang lebih tinggi kepada investor, yaitu berupa tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi di masa depan sehingga distribusinya akan lebih memiliki kecondongan negatif (negatively skewed). Volatility feedback effect yang dikemukakan oleh French et al. (1987), dan Campbell and Hentschel (1992) menjelaskan bahwa apabila terdapat berita signifikan yang masuk ke pasar, baik berita baik maupun berita buruk, maka volatilitas saham menjadi lebih tinggi dimana volatilitas ini cenderung membuat penurunan harga saham menjadi lebih tajam dan menghambat peningkatan harga saham sehingga volatilitas ini kemudian perlu untuk dinilai yaitu dengan meningkatkan required rate of return. Untuk meningkatkan required

4 rate of return ini maka diperlukan adanya penurunan harga saham secara cepat untuk mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi di masa depan. Veronesi (1999) mengajukan sebuah teori mengenai fluktuasi ketidakpastian kondisi ekonomi, ia memodelkan proses dividen dengan menggunakan Markov switching models antara kondisi perekonomian yang baik dan buruk. Dalam modelnya, Veronesi (1999) menjelaskan bahwa apabila investor menerima kabar baik maka akan terjadi peningkatan pada harga pasar dan investor akan semakin percaya bahwa perekonomian sedang dalam kondisi baik, namun apabila investor menerima kabar buruk maka akan menyebabkan terjadinya penurunan harga pasar dan menyebabkan investor tidak memiliki kepastian akan kondisi perekonomian saat ini. Ia juga mengemukakan bahwa dalam kondisi ekuilibrium, keinginan investor untuk melakukan hedge atas ketidakpastian dalam kondisi ekonomi menyebabkan harga pasar saham overreact terhadap berita buruk dan underreact terhadap berita baik, sehingga menyebabkan tingkat pengembalian (return) akan memiliki kecondongan negatif yang lebih besar (more negatively skewed) pada saat harga turun. 2.2 Cao, Coval, and Hirshleifer (2002) Model yang dikemukakan oleh Cao, Coval, and Hirshleifer (2002) menjelaskan bahwa saat investor menerima berita baik, maka investor yang memiliki biaya trading lebih rendah akan membeli saham di pasar, sedangkan investor yang memiliki biaya trading lebih tinggi akan tetap berada di luar pasar (sidelined investor). Pada saat harga saham meningkat, hal ini menandakan bahwa informasi yang diterima oleh investor adalah informasi yang akurat, akan tetapi saham menjadi lebih mahal bagi sidelined investor. Harga saham ini kemudian direvisi kembali oleh market maker yang tidak memiliki informasi dan mengambil aksi yang berlawanan dengan investor yang memiliki informasi, karena harga telah terkoreksi maka sidelined investor ini kemudian masuk ke dalam pasar karena adanya kepastian akurasi informasi yang diterima sebelumnya dan menyebabkan harga menjadi lebih tinggi dari sebelumnya dan tingkat pengembalian (return) memiliki kecondongan negatif yang lebih besar (more negatively skewed). Apabila yang diterima oleh investor adalah berita buruk, maka harga akan mengalami penurunan dan tingkat pengembalian (return) akan memiliki kecondongan yang positif (positively skewed). 2.3 Hong dan Stein (2003) Hong dan Stein membentuk sebuah model yang mengemukakan hubungan antara lagged volum perdagangan dan kecondongan (skewness), dimana asimetri distribusi ini muncul karena investor memiliki kepercayaan yang berbeda-beda dan mereka juga tidak

5 dapat melakukan short sell. Di dalam model ini, terdapat tiga trader di dalam pasar, yaitu investor A, investor B, dan arbitrageurs. Investor A dan investor B diasumsikan memiliki kepercayaan yang berlebih terhadap pasar dan menggunakan informasi-informasi yang mereka miliki untuk menilai saham, dan arbitrageurs diasumsikan memiliki sifat rasional, risk-neutral dan tidak memiliki informasi apapun, arbitrageurs juga menyadari bahwa estimasi terbaik dari nilai saham adalah rata-rata sinyal dari investor A dan investor B, akan tetapi arbitrageurs terkadang tidak dapat mengobservasi sinyal dari investor A dan investor B karena investor tersebut tidak dapat melakukan short sale. Mekanisme yang dikemukakan adalah pada waktu 1 investor yang menerima kabar baik (A) akan membeli saham di pasar, sedangkan investor yang menerima kabar buruk (B) akan tetap berada di luar pasar, pada waktu 1 ini berarti informasi yang tercermin pada harga saham hanyalah informasi milik investor A. Kemudian pada waktu 2 apabila investor A tetap menerima kabar baik, informasi yang tercermin pada harga tetap sama, sedangkan apabila investor A menerima kabar buruk dan mulai menjual saham yang dimilikinya dengan tingkat harga yang lebih rendah, maka pada saat ini arbitrageurs mulai dapat mengobservasi informasi investor B dengan melihat pada tingkat harga berapa investor B akan mulai membeli saham yang dijual oleh investor A atau dapat dikatakan informasi yang sebelumnya tersembunyi akan terungkap pada saat pasar sedang turun. Berdasarkan skenario ini, Hong dan Stein mengemukakan bahwa apabila kepercayaan investor A dan investor B sepenuhnya berbeda, maka pada waktu 2 akan terjadi kecondongan yang negatif (negative skewness). Hong dan Stein juga berpendapat bahwa perbedaan opini para investor dapat diukur melalui turnover volum perdagangan dan model ini juga memberikan prediksi bahwa tingkat pengembalian (return) akan memiliki kecondongan yang semakin negatif (more negatively skewed) setelah adanya peningkatan turnover. 3. Metodologi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah data indeks pasar di negara berkembang (Bangladesh, China, India, Indonesia, Korea, Malaysia, Pakistan, Filipina, Thailand, dan Turki) pada periode Januari 2007 Desember Data yang digunakan merupakan data volum perdagangan saham harian dan data harga indeks pasar harian, data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui Datastream.

6 3.1 Model Penelitian Model yang digunakan dalam penelitian merupakan modifikasi dari model yang dikembangkan oleh Chen et al. (2001) dan Charoenrook dan Daouk (2004) dimana dalam penelitian ini ditambahkan variabel momen dari volum perdagangan yang didasarkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Chordia et al. (2001) yang menyatakan bahwa momen yang lebih tinggi dari volum perdagangan dapat mempengaruhi tingkat pengembalian (return) yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kecondongan tingkat pengembalian (skewness of return) Variabel Dependen R1 : tingkat pengembalian pasar (market return) bulanan Variabel Independen R2 : volatilitas tingkat pengembalian pasar (market return) R3 : kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) V1 : volum perdagangan bulanan V2 : volatilitas volum perdagangan V3 : kecondongan (skewness) volum perdagangan 3.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis 1 H 0 : Tidak terdapat pengaruh antara lag tingkat pengembalian pasar (market return) dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). H 1 : Terdapat pengaruh positif antara lag tingkat pengembalian (return) dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). Hipotesis 2 H 0 : Tidak terdapat pengaruh antara lag volatilitas tingkat pengembalian pasar (market return) dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return).

7 H 1 : Terdapat pengaruh positif antara lag volatilitas tingkat pengembalian pasar (market return) dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). Hipotesis 3 H 0 : Tidak terdapat pengaruh antara lag kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). H 1 : Terdapat pengaruh positif antara lag kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). Hipotesis 4 H 0 : Tidak terdapat pengaruh antara lag volum perdagangan dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). H 1 : Terdapat pengaruh positif antara lag volum perdagangan dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). Hipotesis 5 H 0 : Tidak terdapat pengaruh antara lag volatilitas volum perdagangan dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). H 1 : Terdapat pengaruh positif antara lag volatilitas volum perdagangan dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). Hipotesis 6 H 0 : Tidak terdapat pengaruh antara lag kecondongan (skewness) volum perdagangan dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). H 1 : Terdapat pengaruh positif antara lag kecondongan (skewness) volum perdagangan dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). 4. Hasil Penelitian 4.1 Regresi Individual Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian regresi untuk masing-masing pasar dengan menggunakan model penelitian 3.1, penggunaan pengujian regresi untuk masing-masing pasar dikarenakan masing-masing negara memiliki karakteristik yang berbeda, seperti perbedaan norma perdagangan maupun perbedaan struktur pasar yang mungkin dapat

8 mempengaruhi variabel dependen penelitian yaitu kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). Bangladesh China India Indonesia Korea Malaysia Pakistan Filipina Thailand Turki Tabel 4.1 Regresi Individual prob-f R1 R2 R3 V1 V2 V [1] (-4.63) [2] [1] (-2.73) (-2.45) [3] (-2.21) [4] (-3.93) [1] (-2.92) [3] (-1.85) [1] (1.76) [3] (-2.47) [4] (2.01) [3] (1.7) [3] (-2.84) [2] (3.21) [1] (2.98) [1] (1.73) [2] (-1.83) [2] (2.01) [3] (2.55) [2] (1.71) [2] (-1.92) [1] (-3.04) 0.00 [3] (1.71) [1] (-2.62) 0.00 [3] (1.99) 0.00 [1] (2.37) 0.00 [2] (2.93) [2] (-2.36) 0.00 [1] (2.49) [4] (-2.37) [2] (-2.13) [2] (-2.82) 0.17 [2] (2.21) [1] (-1.69) [2] (-2.45) 0.27 [4] 1.88 Berdasarkan uji global yang telah dilakukan untuk masing-masing pasar, ternyata tidak semua pasar dapat menggunakan model tersebut, dimana pada beberapa negara seperti India, Korea, Filipina, Thailand, dan Turki nilai prob-f dari hasil regresi bernilai lebih besar dari alpha. Hal ini mungkin terjadi karena adanya misspecified model, atau model tidak dapat menjelaskan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return).

9 Dengan melihat tabel diatas, terlihat bahwa lag momen pertama tingkat pengembalian pasar (market return) ditemukan secara signifikan pada semua negara, sedangkan lag momen yang lebih tinggi dari tingkat pengembalian pasar (market return) yaitu volatilitas dan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness market return) ditemukan hanya pada negara Bangladesh, Indonesia, dan Pakistan. Tanda negatif pada koefisien sesuai dengan teori mengenai leverage effect dan volatility feedback effect, sedangkan tanda positif pada koefisien diduga berkaitan dengan preferensi risiko investor yang kemudian mempengaruhi keputusan aksi yang dilakukannya. Selain itu, ditemukan pula bahwa lag momen pertama volum perdagangan ditemukan secara signifikan hanya pada negara Indonesia dan Pakistan dan tanda negatif pada koefisien sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hong dan Stein (2003) mengenai investor heterogeneity. Sedangkan lag momen kedua dan ketiga volume perdagangan ditemukan signifikan pada kelima negara tersebut. 4.2 Regresi Panel Dalam melakukan pengujian regresi panel, dilakukan penggabungan data dari 11 negara yang digunakan dalam penelitian pada periode Januari 2007 sampai Desember Sample Period Total Pool Observations 600 R-square (adjusted) Prob > chi Tabel 4.2 Regresi Panel 2007(1) to 2011(12) Variabel Lag Tanda t - statistik Prob - t Return (R1) Volatility of Return (R2) Skewness of market return (R3) Volum (V1) Volatility of Volum (V2) Skewness of Volum (V3) Tabel diatas merupakan tabel hasil pengujian regresi dengan menggunakan data panel, dari pengujian ini ditemukan bahwa lag tingkat pengembalian pasar (market return) signifikan pada lag 1 dan 3 dan memiliki koefisien yang bernilai negatif, hal ini sesuai dengan penemuan pada penelitian yang dilakukan oleh Charoenrook dan Daouk (2004).

10 Selain itu ditemukan pula bahwa lag volatilitas dan lag kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) memiliki hasil yang signifikan. Sedangkan lag momen volum perdagangan ditemukan hanya signifikan pada momen pertama dimana pada lag 1 koefisiennya bernilai negatif dan kemudian pada lag 3 koefisiennya bernilai positif, adanya perbedaan tanda pada nilai koefisien lag yang signifikan diduga muncul karena adanya aksi koreksi dari investor, selain itu penemuan ini juga konsisten dengan penelitian Hutson et al. (2008). 4.3 Vector Autoregression (VAR) Di dalam penelitian ini, digunakan juga metode vector autoregressive (VAR), pemilihan penggunaan metode VAR adalah untuk meneliti apakah dalam pengaruh volum perdagangan terhadap kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) terdapat mekanisme transmisi yang lebih kompleks. Sama seperti apa yang dilakukan dalam regresi panel, juga digunakan beberapa lag untuk masing-masing variabel dan membatasi model secara sekuensial untuk mendapatkan model VAR yang paling simpel (parsimonious VAR structures). Tabel 4.3 Sistem VAR Panel A: The influence of volums on returns Bangladesh V1 R1; V2 R1; V3 R2 China India Indonesia Korea Malaysia Pakistan Filipina Thailand Turki V1 R2; V2 R2; V2 R3; V1 V2 R2; V3 V2 R2; V2 V1 R2; V3 V1 R2 V1 R2 V3 R2; V3 R2 R1; V1 V3 R2; V2 V3 R2 V1 R2; V3 V1 R2 None V1 R1; V1 R2 V1 R2; V1 R3; V2 R1; V2 R2; V3 R2 None V1 R1; V3 R3 Panel B: The influence of returns on volums Bangladesh R2 V1; R2 V2; R3 V2; R3 V3 China R1 V1; R1 V3; R1 V1 V2; R1 V3 V1; R1 V3 V2 India Indonesia Korea Malaysia Pakistan Filipina Thailand None None R2 V1; R2 V2; R2 V1 V2 R1 V2; R3 V1; R3 V2; R3 R1 V2 None R3 V1 R1 V3

11 Turki R1 V1; R2 V1; R2 V3; R3 V1; R3 V3 Panel C: Direct interactions between volum moments Bangladesh None China V1 V2; V2 V1; V3 V2; V3 V1 India None Indonesia V1 V3; V2 V3; V3 V2; V3 V1 Korea V1 V2; V3 V2; V3 V1 Malaysia None Pakistan None Filipina V3 V1; V3 V2 Thailand V1 V3; V2 V3 Turki None Berdasarkan interaksi antar variabel pada tabel di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, di antaranya adalah bahwa volum perdagangan pada momen yang lebih tinggi saling berinteraksi dan pada sebagian besar pasar, interaksi yang terjadi adalah momen yang lebih tinggi mempengaruhi level dari volum perdagangan, yang kemudian secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap volatilitas tingkat pengembalian pasar (market return). Interaksi antara momen volum perdagangan ini berguna sebagai transmisi interaksi antara volum perdagangan dengan berbagai momen tingkat pengembalian pasar (market return) ataupun sebaliknya. Selain itu, ditemukan bukti yang kuat mengenai hubungan antara volum perdagangan dengan volatilitas tingkat pengembalian pasar (market return) yang dibuktikan melalui hubungan langsung yang terjadi di lima pasar yaitu China, India, Korea, Pakistan, dan Filipina, serta hubungan tidak langsung yang terjadi di Indonesia. Sedangkan feedback effects terjadi di Bangladesh, Korea, dan Turki. Berdasarkan pengujian sistem VAR yang telah dilakukan, ditemukan pula hubungan volum perdagangan dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return), yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan, akan tetapi hubungan kedua variabel ini cenderung lemah sebagaimana hubungan antara volum perdagangan dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) hanya ditemukan pada satu pasar yaitu Filipina. Selain itu, ditemukan pula pengaruh momen volum perdagangan yang lebih tinggi (volatilitas volum perdagangan dan kecondongan (skewness) volum perdagangan) terhadap kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) dan juga terdapat pengaruh kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) terhadap volum perdagangan yang cukup signifikan.

12 4.4 Impulse Response Function (IRF) Impulse response function (IRF) digunakan untuk mendeteksi respon saat ini dan masa depan dari setiap variabel sebagai akibat dari perubahan atau shock dari suatu variabel, atau dalam kata lain IRF berguna untuk melihat dampak perubahan satu standar deviasi dari sebuah variabel terhadap perubahan saat ini dan masa depan dari variabel lain di dalam persamaan VAR, dan dalam penelitian kali ini adalah respon dari kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) terhadap perubahan dari volum perdagangan. S k e w n e s s Impulse Response Months Grafik 4.1 Impulse Response Function Grafik impulse response tersebut menunjukkan dampak dari peningkatan volum perdagangan terhadap kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return), yang merupakan nilai rata-rata dari impulse response dari semua negara objek penelitian pada tabel 4.4. Tanda negatif pada tabel tersebut menunjukkan bahwa peningkatan volum perdagangan menyebabkan kecondongan tingkat pengembalian pasar menjadi lebih negatif (more negatively skewed return), sedangkan tanda positif pada tabel menunjukkan bahwa peningkatan volum perdagangan menyebabkan kecondongan tingkat pengembalian pasar menjadi lebih positif (more positively skewed return). Berdasarkan grafik impulse response terlihat bahwa peningkatan volum perdagangan berpengaruh secara fluktuatif dimana dari waktu ke waktu kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) terus berubah dari negatif ke positif, kejadian dapat terjadi arena sebagaimana yang dikemukakan oleh Bekaert dan Harvey (1998), fluktuasi ini terjadi karena keadaan negara berkembang yang lebih volatile sehingga mempengaruhi kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return).

13 Tabel 4.4 Impulse Response Function Market Months Bangladesh China India Indonesia Korea Malaysia Pakistan Filipina Thailand Turki Average

14 Secara rata-rata dampak perubahan volum perdagangan terhadap kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) yang terbesar terjadi pada bulan ke sebelas dan dua belas dimana pada bulan sebelas kecondongan tingkat pengembalian pasar menjadi lebih negatif (negatively skewed) dan pada bulan dua belas efeknya berbalik menjadi positif, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan pada volum perdagangan menyebabkan kecondongan tingkat pengembalian pasar yang positif (positively skewed). 5. Kesimpulan Hasil pengolahan data yang dilakukan pada objek penelitian, yaitu negara berkembang, ditemukan bahwa distribusi tingkat pengembalian pasar (skewness of return) tidak bersifat normal dan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) cenderung memiliki kecondongan yang positif (positively skewed), hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bae, Lim, dan Wei (2006) bahwa kecondongan positif (positively skewed) ini diduga muncul karena faktor tata kelola perusahaan yang lemah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel lag tingkat pengembalian pasar (skewness of return) berpengaruh secara negatif terhadap kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). Selain itu, juga ditemukan hasil bahwa terdapat pengaruh positif antara lag volatilitas tingkat pengembalian pasar (market return) dengan kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) yang diduga karena adanya sikap reaktif dari investor melalui aksi jual saham yang dimiliki. Pengaruh yang sama juga ditemukan pada lag kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return). Ditemukan pula pengaruh volum perdagangan terhadap kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return) dengan arah yang berlawanan, akan tetapi kemudian arah tersebut berbalik menjadi searah. Selain itu, tujuan penelitian ini juga ingin melihat bagaimana interaksi yang terjadi antara tiga momen pertama dari tingkat pengembalian pasar (market return) dan volum perdagangan, berdasarkan pengujian yang telah dilakukan juga ternyata ditemukan bahwa momen tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Selain itu berdasarkan pengujian impulse response juga didapatkan penemuan bahwa volum perdagangan berpengaruh secara positif terhadap kecondongan tingkat pengembalian pasar (skewness of market return).

15 6. References Bekaert, G., Harvey, C. R., et. al., (1998). Distributional Characteristics of Emerging Market Returns and Asset Allocations, CIBER Working Paper. Bodie, Zvi., Alex Kane, Alan J. Marcus, (2010). Essentials of Investments, 8 th Edition. McGraw-Hill, Singapore. Brooks, C. (2007). Introductory Econometrics for Finance, 2 nd Edition. Camridge University Press Charoenrook, A., Daouk, H. (2004). Conditional skewness of aggregate market returns, Working Paper, Vanderbilt University. Chen, J., Hong, H., Stein, J.C. (2001). Forecasting crashes: Trading volum, past returns, and conditional skewness in stock prices. Journal of Financial Economics 61 (3), Cooper, D.R., Schindler, P.S. (2011). Business Research Methods. 11 th Edition, McGraw Hill, Singapore. Gujarati, Damodar. (2009). Basic Econometrics, 5 th Edition. McGraw-Hill, New York Gumiwang, Adi Gemilang. (2009). Respon tingkat pengembalian saham sektor perbankan terhadap fluktuasi variabel-variabel makroekonomi di Indonesia periode Januari 2000 Desember 2008: analisa vector autoregression (VAR). Universitas Indonesia. Harvey, C.R., Siddique, A. (2000). Conditional skewness in asset pricing tests. Journal of Finance 55, Hong, H., Stein, J. (2003). Differences of opinion, short-sales constraints and market crashes. Review of Financial Studies 16, Hueng, C.J., McDonald, J.B. (2005). Forecasting asymmetries in aggregate stock market returns: Evidence from conditional skewness. Journal of Empirical Finance 12, Hutson, E., Kearney, C., Lynch, M. (2008). Volum and skewness in international equity markets. Journal of Banking and Finance 32, Irkham, Affif Rifakhudin. (2006). Pengaruh variabel-variabel makroekonomi terhadap tingkat pengembalian saham perbankan di Indonesia: analis impulse response dan variance decomposition. Universitas Indonesia. Juanda, B., Junaidi. (2012). Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi. IPB press, Bogor. Lind, D.A., Marchal W.G., Wathen S.A. (2010). Statistical Techniques in Business and Economics. 14 th Edition, McGraw Hill, Singapore.

16 Pardede, Harry Tumpak Pascal. (2010). Hubungan imbal balik antara return saham dan volum transaksi pada indeks harga saham gabungan (IHSG) dan saham-saham LQ45. Universitas Indonesia. Pesaran, H.H., Shin, Y. (1998). Generalized impulse response analysis in linear multivariate models. Economics Letters 58, Xu, X.E., Chen, P., Wu, C. (2006). Time and dynamic volum volatility relation. Journal of Banking and Finance 30, Zubir, Zalmi. (2010). Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

BAB V KESIMPULAN. Pada bab ini akan membicarakan tentang kesimpulan dari hasil penelitian,

BAB V KESIMPULAN. Pada bab ini akan membicarakan tentang kesimpulan dari hasil penelitian, BAB V KESIMPULAN 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan membicarakan tentang kesimpulan dari hasil penelitian, implikasi kebijakan, keterbatasan serta agenda penelitian mendatang. 5.2 Kesimpulan Dari hasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian mengenai CAPM salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Irawati (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode CAPM

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Oleh karena itu investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai fenomena market

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai fenomena market BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai fenomena market overreaction dan pengaruh firm size dan likuiditas terhadap fenomena price reversal pada indeks sektor manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti di negara negara berkembang lainnya, para investor di Pasar Modal Indonesia mengharapkan keuntungan yang lebih besar karena ada dua alasan (Mobius, 1996 ).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.8 Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.8 Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Maju atau tidaknya perekonomian suatu negara, dapat dilihat dari perkembangan pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan di beberapa jenis pasar keuangan, mulai dari pasar uang, pasar modal, hingga pasar derivatif. Dalam setiap jenis pasar ini, investasi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari perkembangan pasar modalnya. Pasar modal merupakan suatu wadah atau tempat untuk memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi berkaitan dengan penempatan dana ke dalam bentuk aset yang lain selama periode tertentu dengan harapan tertentu. Aset yang menjadi objek investasi seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resiko portofolio yang tidak dapat divariasikan, semakin tinggi pula laba yang

BAB I PENDAHULUAN. resiko portofolio yang tidak dapat divariasikan, semakin tinggi pula laba yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu implikasi penting dalam teori keuangan modern adalah semakin tinggi resiko portofolio yang tidak dapat divariasikan, semakin tinggi pula laba yang diharapkan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL.i LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR iii

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL.i LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR iii DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL.i LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR iii ABSTRAK v ABSTRACT..vi KATA PENGANTAR.vii DAFTAR ISI..1 DAFTAR TABEL.Error! DAFTAR GAMBAR.Error! i DAFTAR LAMPIRAN..Error! BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

2016 VOLATILITAS HARGA SAHAM EMERGING MARKET PADA

2016 VOLATILITAS HARGA SAHAM EMERGING MARKET PADA 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Investasi merupakan penanaman dana pada salah stau atau lebih obyek investasi yang dimiliki untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang (Reilly

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sektor ekonomi global saat ini didominasi oleh peranan pasar modal. Globalisasi telah memungkinkan hubungan saling terkait dan saling mempengaruhi dari hampir

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO MELALUI MOMEN IMBAL HASIL PASAR DAN FAMA-FRENCH THREE FACTOR MODEL PERIODE

ANALISIS RISIKO MELALUI MOMEN IMBAL HASIL PASAR DAN FAMA-FRENCH THREE FACTOR MODEL PERIODE ANALISIS RISIKO MELALUI MOMEN IMBAL HASIL PASAR DAN FAMA-FRENCH THREE FACTOR MODEL PERIODE 2002-2012 Lanni Palmitha Rosetty Sianipar 1 & Rizky Luxianto 2 1. Department of Management, Faculty of Economics,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi global saat ini telah mendorong para investor untuk berinvestasi di pasar modal. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa menjadi acuan untuk

Lebih terperinci

BAB6 PENUTUP. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan return momentum

BAB6 PENUTUP. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan return momentum BAB6 PENUTUP BAB6 PENUTUP Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan return momentum berdasarkan winner portfolio pada pasar saham di Indonesia. Return momentum juga tidak ditemukan pada jangka waktu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan analisi data pada Bab IV maka dapat ditarik kesimpulan sebagai. berikut:

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan analisi data pada Bab IV maka dapat ditarik kesimpulan sebagai. berikut: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisi data pada Bab IV maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian pada return indeks JKSE menemukan pengaruh Ramadhan Effect pada volatilitas

Lebih terperinci

PENGARUH ANALISIS FUNDAMENTAL DAN MAKROEKONOMI TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN (STUDI KASUS PADA BURSA EFEK INDONESIA) TAHUN

PENGARUH ANALISIS FUNDAMENTAL DAN MAKROEKONOMI TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN (STUDI KASUS PADA BURSA EFEK INDONESIA) TAHUN PENGARUH ANALISIS FUNDAMENTAL DAN MAKROEKONOMI TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN (STUDI KASUS PADA BURSA EFEK INDONESIA) TAHUN 2011-2014 Lie Welly, Mohamad Heykal Binus University, Jln. Kebon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi likuiditas global telah diakui memiliki kontribusi yang besar terhadap lonjakan arus masuk modal di negara-negara pasar berkembang atau emerging markets. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah uang atau dana yang dilakukan pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim,

Lebih terperinci

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memajukan pasar modal di Indonesia. Menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. memajukan pasar modal di Indonesia. Menurut Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar saham Indonesia di dalam perkembangannya terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh dukungan investor, analis, dan pemerintah di dalam memajukan pasar modal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sering terjadi ketidak-akuratan hasil peramalan, tetapi mengapa peramalan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sering terjadi ketidak-akuratan hasil peramalan, tetapi mengapa peramalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan adalah salah satu input penting bagi para manajer dalam proses pengambilan keputusan investasi. Dalam proses peramalan dapat disadari bahwa sering terjadi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Ekspor impor pertanian menurut subsektor, (juta Ton)

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Ekspor impor pertanian menurut subsektor, (juta Ton) 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Selama periode 2008-2013, kinerja Sektor Pertanian mengalami pertumbuhan positif sebesar 5.89% per tahun. Pada tahun 2012 kontribusi Sektor Pertanian terhadap total PDB Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian yang berkaitan dengan fenomena market overreaction di Bursa Efek Indonesia ini, yang menjadi objeknya adalah seluruh saham yang pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saham adalah surat berharga yang menjadi bukti seseorang berinvestasi pada suatu perusahaan. Harga saham selalu mengalami perubahan harga atau biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini telah menguji interaksi antara return indeks saham, volume perdagangan indeks saham, dan volatilitas indeks saham dari 10 negara yang dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pasar modal dianggap sebagai sarana pembentuk modal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian yang akan dicapai, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menginginkan return yang tinggi, baik dalam bentuk capital gain maupun

I. PENDAHULUAN. menginginkan return yang tinggi, baik dalam bentuk capital gain maupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu alasan investor melakukan investasi dalam saham yaitu menginginkan return yang tinggi, baik dalam bentuk capital gain maupun deviden. Capital gain tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dilakukan pembahasan teori yang berkaitan dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dilakukan pembahasan teori yang berkaitan dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dilakukan pembahasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini seperti random walk theory, efficeint market hypothesis (EMH), risiko, volatilitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dipertimbangkan industri keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Jorion

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dipertimbangkan industri keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Jorion BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Risk management atau manajemen risiko saat ini merupakan salah satu prioritas utama yang dipertimbangkan industri keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Jorion

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Secara umum risiko merupakan ketidakpastian tentang peristiwa masa depan atas

BAB V PENUTUP. Secara umum risiko merupakan ketidakpastian tentang peristiwa masa depan atas BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Secara umum risiko merupakan ketidakpastian tentang peristiwa masa depan atas hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan (Griffin, 2002: 715). Dalam konteks keuangan, risiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan kondisi keseluruhan aktivitas dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan penting bahwa TFM merupakan sebuah asset pricing model yang valid dan dapat diaplikasikan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGARUH NILAI SAHAM BIASA DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGARUH NILAI SAHAM BIASA DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGARUH NILAI SAHAM BIASA DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO PENDAHULUAN Mengukur nilai suatu saham adalah hal yang penting dilakukan oleh seorang investor, karena hal ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu selalu dihadapkan dalam beberapa pilihan dalam hidupnya, misalnya saja pilihan dalam menentukan proporsi dana dan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, keduanya sama-sama memerlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Menurut Fahmi dan Hadi (2009) investasi merupakan suatu bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian saham (stock return) pada sebuah portofolio saham yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian saham (stock return) pada sebuah portofolio saham yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fama-French Three-Factor Model adalah sebuah model yang menjelaskan pengembalian saham (stock return) pada sebuah portofolio saham yang dikembangkan oleh Eugene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, yaitu modal sendiri dan utang. Utang bisa didapatkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, yaitu modal sendiri dan utang. Utang bisa didapatkan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pendanaan suatu perusahaan bisa didapatkan dari dua jenis pendanaan, yaitu modal sendiri dan utang. Utang bisa didapatkan melalui sistem perbankan dalam bentuk

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH. Disusun Oleh : MAR ATUS SHOLIHAH B

KARYA ILMIAH. Disusun Oleh : MAR ATUS SHOLIHAH B ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA, INFLASI, DAN NILAI TUKAR TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN JASA PERHOTELAN DAN PARIWISATA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA KARYA ILMIAH Disusun dan Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data. Dalam pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data. Dalam pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel 57 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Data Dengan data historis yang telah tersedia pada instrumen investasi saham LQ 45 dan deposito dalam periode tahun 2013 sampai dengan 2015 kemudian dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Sebagai salah satu elemen

II. TINJAUAN PUSTAKA. guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Sebagai salah satu elemen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari faktor-faktor ekonomi makro seperti Interest Rate dan Foreign Exchange Rate selain itu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana efektif sebagai penggalang dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif. Aktivitas pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjelaskan mengenai hubungan risiko dan harapan pengembalian (expected

BAB I PENDAHULUAN. yang menjelaskan mengenai hubungan risiko dan harapan pengembalian (expected BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan suatu model penilaian aset yang menjelaskan mengenai hubungan risiko dan harapan pengembalian (expected return) pada tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko investasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko investasi. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investor dalam melakukan investasi akan mempertimbangkan dua hal utama, yaitu hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko investasi. Pada umumnya investor

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Volatilitas Laba, Konvergensi IFRS-PSAK, Biaya Modal Ekuitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Volatilitas Laba, Konvergensi IFRS-PSAK, Biaya Modal Ekuitas ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara empiris pengaruh dari volatilitas laba dan proses konvergensi IFRS-PSAK terhadap biaya modal ekuitas di Industri Perbankan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersumber dari investor ke berbagai pilihan sektor investasi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. yang bersumber dari investor ke berbagai pilihan sektor investasi yang tersedia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal dapat berfungsi sebagai sebuah sarana untuk mobilisasi dana yang bersumber dari investor ke berbagai pilihan sektor investasi yang tersedia yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN.... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Manfaat

Lebih terperinci

HUBUNGAN VOLATILITAS DAN VOLUME PERDAGANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

HUBUNGAN VOLATILITAS DAN VOLUME PERDAGANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA Esensi: Jurnal Bisnis dan Manajemen Volume 7 (1), April 2017 P-ISSN: 2087-2038; E-ISSN:2461-1182 Halaman 15-26 HUBUNGAN VOLATILITAS DAN VOLUME PERDAGANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA Bambang Sutrisno Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Reksa dana yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah reksa dana yang dikelola oleh PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia. Dari 15 reksa dana yang dikelola

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya Tentang Imbal Hasil Saham dan Kinerja Perusahaan 2.1.1 Lamont (1998), Lamont and Owen (1992) Lamont melakukan studi tentang hubungan antara pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham favorit mereka. Seperti pada Reuters dan media lainnya, informasi saham

BAB I PENDAHULUAN. saham favorit mereka. Seperti pada Reuters dan media lainnya, informasi saham BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum menetapkan untuk berinvestasi pada suatu aset, tentunya investor akan mencari informasi mengenai aset tersebut. Investor saham pada umumnya akan membaca koran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang dikembangkan oleh Sharpe (1964), Lintner (1965), dan Mossin (1966) telah menjadi model utama dalam bidang keuangan sampai sekarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM)

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM) mula-mula adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Markowitz (1952). Secara sederhana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan yang signifikan ditunjukkan dengan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 5.071 triliun (Oktober

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Andri Yuwono (2013), meneliti mengenai Reaksi pasar modal di Bursa Efek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Andri Yuwono (2013), meneliti mengenai Reaksi pasar modal di Bursa Efek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Andri Yuwono (2013), meneliti mengenai Reaksi pasar modal di Bursa Efek Indonesia terhadap pengumuman peristiwa bencana banjir yang melanda daerah khusus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap return saham dan beta saham di Jakarta Islamic Index.

BAB V PENUTUP. terhadap return saham dan beta saham di Jakarta Islamic Index. 63 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji analisis pengaruh varibel makro ekonomi yang terdiri dari sensitivitas tingkat inflasi dan sensitivitas kurs terhadap return saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor keuangan dan pasar modal adalah bagian yang menjadi salah satu poros dalam tolak ukur perkembangan dunia dalam segala bidang. Sektor keuangan dan pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perekonomian, selalu ada pihak-pihak yang kelebihan dana (surplus of

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perekonomian, selalu ada pihak-pihak yang kelebihan dana (surplus of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perekonomian, selalu ada pihak-pihak yang kelebihan dana (surplus of funds) dan pihak-pihak yang kekurangan dana (needs of funds). Pihak yang kelebihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan. Pada bab ini akan mencakup pembahasan mengenai difinisi dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan. Pada bab ini akan mencakup pembahasan mengenai difinisi dan jenis BAB III METODE PENELITIAN Didalam bab ini akan menjelaskan bagaimana cara penelitian ini akan dilakukan. Pada bab ini akan mencakup pembahasan mengenai difinisi dan jenis variabel yang digunakan, populasi

Lebih terperinci

RISET ITU MUDAH. Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah:

RISET ITU MUDAH. Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah: Rangga Handika Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah: Apakah berinvestasi pada saham bisa menutup penurunan pendapatan real kita yang tergerus inflasi? Untuk itu, marilah

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Universitas Indonesia

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Universitas Indonesia BAB 4 PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai hasil pengolahan data serta pengujian statistik yang telah dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan pada bab sebelumnya. Dalam melakukan pengujian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan utama, yaitu investasi dalam bentuk real assets dan investasi dalam bentuk financial assets (Bodie, 2005).

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku dari harga suatu aset finansial dapat dilihat dari dua parameter,

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku dari harga suatu aset finansial dapat dilihat dari dua parameter, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perilaku dari harga suatu aset finansial dapat dilihat dari dua parameter, yaitu mean dan standar deviasi harga aset tersebut. Dalam bahasa keuangan, standar deviasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia Nilai tukar rupiah adalah perbandingan nilai mata uang rupiah dengan negara lain. Nilai tukar mencerminkan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu untuk menganalisis pengaruh kredit bermasalah (NPF), faktor ekonomi makro (INF, INT, Nilai Tukar), likuiditas (CR) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga jaga dengan mencadangkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga jaga dengan mencadangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada dasarnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis statistik, analisis data dan pembahasan, maka ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Variabel dividend per share, ukuran perusahaan, earning

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor properti merupakan sektor yang menarik mengingat sektor ini sangat ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku yang mencerminkan shadow economy mudah menyebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku yang mencerminkan shadow economy mudah menyebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Shadow economy telah menjadi masalah yang sangat serius dengan berbagai dimensi di semua kelompok penghasilan negara dan memiliki efek yang signifikan pada pengembangan

Lebih terperinci

Anis Nur Aini, Sugiyanto, dan Siswanto Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

Anis Nur Aini, Sugiyanto, dan Siswanto Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta MENDETEKSI KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR SIMPANAN BANK, NILAI TUKAR RIIL, DAN NILAI TUKAR PERDAGANGAN Anis Nur Aini, Sugiyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan kerangka teoritik yang telah dijelaskan pada Bab II maka tujuan penelitian yang hendak dicapai antara lain : 1. Memberikan bukti empiris baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) dengan judul Transaction

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) dengan judul Transaction 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh. manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. dari penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh. manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang dari penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh faktor makro ekonomi terhadap harga saham properti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor yang menentukan nilai perusahaan. Sejak Modigliani dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor yang menentukan nilai perusahaan. Sejak Modigliani dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendanaan digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non operasional. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Indonesian Stock Exchange (IDX) atau dari BEI (Bursa Efek Indonesia) dari tahun 2006 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikenal dengan model penilaian harga aset (model asset pricing) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikenal dengan model penilaian harga aset (model asset pricing) dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika seorang investor melakukan investasi dalam suatu aset, maka kemampuan untuk mengestimasi tingkat pengembalian aset menjadi hal yang sangat penting dilakukan oleh

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN BI RATE TERHADAP MARKET RETURN DAN VOLATILITAS INDEKS LQ45

PENGARUH PERUBAHAN BI RATE TERHADAP MARKET RETURN DAN VOLATILITAS INDEKS LQ45 PENGARUH PERUBAHAN BI RATE TERHADAP MARKET RETURN DAN VOLATILITAS INDEKS LQ45 Alan Fatih Fitri Ismiyanti Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga ABSTRACT This study aimed

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN BI RATE TERHADAP MARKET RETURN DAN VOLATILITAS INDEKS LQ45

PENGARUH PERUBAHAN BI RATE TERHADAP MARKET RETURN DAN VOLATILITAS INDEKS LQ45 PENGARUH PERUBAHAN BI RATE TERHADAP MARKET RETURN DAN VOLATILITAS INDEKS LQ45 Alan Fatih Email: alan-f-11@feb.unair.ac.id Email: fitri.ismiyanti@feb.unair.ac.id Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

PENERAPAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING

PENERAPAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING PENERAPAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING DALAM PENDETEKSIAN DINI KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR M1, M2 PER CADANGAN DEVISA, DAN M2 MULTIPLIER Esteti Sophia Pratiwi,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PROYEK MENGGUNAKAN TEORI PREFERENSI DAN CAPM EFFICIENT FRONTIER

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PROYEK MENGGUNAKAN TEORI PREFERENSI DAN CAPM EFFICIENT FRONTIER ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PROYEK MENGGUNAKAN TEORI PREFERENSI DAN CAPM EFFICIENT FRONTIER Elis Ratna Wulan Jurusan Matematika Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung e-mail: elisrwulan@yahoo.com

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Ferikawita Magdalena Sembiring

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Ferikawita Magdalena Sembiring Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 ANALISIS PERFORMANCE DAN SYSTEMATIC RISK PORTOFOLIO INDEKS LQ-45 BERDASARKAN JENSEN MODEL Ferikawita Magdalena Sembiring Jurusan Manajemen,

Lebih terperinci

Model Black Litterman dengan Estimasi Theil Mixed

Model Black Litterman dengan Estimasi Theil Mixed Model Black Litterman dengan Estimasi Theil Mixed S 7 Retno Subekti Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Abstrak Formula return model black litterman dapat ditelusuri melalui berbagai pendekatan, Selain

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. saham selalu mengalami fluktuasi, naik dan turun dari satu waktu ke

Bab I. Pendahuluan. saham selalu mengalami fluktuasi, naik dan turun dari satu waktu ke 1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai surat berharga yang ditransaksikan di pasar modal, harga saham selalu mengalami fluktuasi, naik dan turun dari satu waktu ke waktu yang lain. Fluktuasi

Lebih terperinci