BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Sepakbola Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010: 2) sepakbola

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Sepakbola Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010: 2) sepakbola"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Sepak Bola Pengertian Sepak Bola Pengertian Sepakbola Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010: 2) sepakbola merupakan permainan beregu masing- masing regu terdiri dari 11 orang pemain. Wujud permainannya adalah menendang bola kian kemari yang diperebutkan dengan lawan dengan tujuan mendapatkan nilai. Nilai itu sendiri diperoleh dengan cara memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya. Bersama itu mereka juga menjaga gawang supaya tidak kemasukan bola dari pihak lawan. Dalam permainan yang sebenarnya sepak bola dilakaukan dilapangan yang berbentuk empat persegi panjang serta bola yang yang digunakan mempunyai ukuran tertentu. Ukuran lapangan dan bola sebagai berikut, panjang garis samping meter, lebar lapangan meter, jari-jari lingkaran tengah 9,15 meter, daerah gawang dengan ukuran 18,32 x 5,5 meter, daerah hukuman (Penalty area) 40,39 x 15,5 meter, jarak titik tendang pinalti dari gawang 11 meter. Sedangkan untuk ukuran gawang, tinggi gawang 2,44 meter, lebar gawang 7,32 meter serta diameter tiang dan palang gawang 12 meter. Ketentuan bola sebagai berikut bola terbuat dari kulit atau sejenisnya berbentuk bundar. Bentuk bola bulat dengan berat gram, keliling lingkaran cm dan untuk tekanan udara: 0,60-0,70 atmosfer.

2 Gerak Dasar Sepak Bola. Pada prinsipnya, gerakan dasar pada manusia adalah lokomosi (locomotion), yaitu gerakan siklus atau perputaran dari kaki ke kaki yang lain secara silih berganti. Untuk itu diperlukan kemampuan keterampilan yang baik agar pemain dapat melakukan setiap gerak yang di ajarkan. Menurut Martens (1990: 170) keterampilan gerak memiliki dua makna, yaitu kemampuan pada tugas gerak tertentu dan kualitas individu dalam menampilkan kemampuan motorik. Menurut Sucipto, dkk (2000: 8) menyatakan bahwa gerakan-gerakan dalam permainan sepakbola meliputi: lari, lompat, loncat, menendang, menghentakkan dan menangkap bola bagi penjaga gawang. Semua gerakan tersebut diperlukan oleh semua pemain untuk menjalankan tugasnya bermain sepakbola gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat Teknik Dasar Menendang bola Mengoper berarti memindahkan bola dari kaki Anda ke kaki pemain lain dengan cara menendangnya (Koger, 2007:19). Menendang bola paling banyak dilakukan dalam permaian sepakbola bila dibandingkan dengan teknik lain, maka wajarlah bila dalam setiap latihan banyak banyak diajarkan teknik menendang bola. Menurut Abdoellah, (1981: 421) menendang bola berfungsi untuk: memberikan (passing) bola, menembak (shooting) bola kegawang, membersihkan (clearing), dan tendangan- tendangan khusus. Dilihat dari perkenaan kaki kebola, menendang dibedakan beberapa macam yaitu: a. Menendang dengan Kaki Bagian Dalam

3 10 Menurut Sucipto dkk (2000: 17-18), pada umumnya teknik menendang dengan kaki bagian dalam digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing). Analisis gerak menendang dengan kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: 1) Badan menghadap sasaran di belakang bola. 2) Kaki tumpu berada di samping bola ± 15 cm, ujung jari kaki menghadap sasaran, lutut sedikit ditekuk. 3) Kaki tending ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola. 4) Perkenaan kaki pada bola tepat pada mata kaki dan tepat di tengah bola. 5) Pergelangan kaki ditegangkan pada sat mengenai bola. 6) Gerak lanjut kaki tendang diangkat menghadap sasaran. 7) Pandangan ditujukan ke bola dan mengikuti arah jalannya bola terhadap sasaran. 8) Kedua lengan terbuka di samping badan.

4 11 Gambar 2.1. Menendang dengan Kaki Bagian Dalam Sumber: Sucipto dkk, (2000: 18) b. Menendang dengan Kaki Bagian Luar Menurut Sucipto dkk (2000: 19), pada umumnya teknik menendang dengan kaki bagian luar digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing). Analisis gerak menendang dengan kaki bagian luar adalah sebagai berikut: 1) Posisi badan di belakang bola, kaki tumpu di samping belakang bola ± 25 cm, ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut sedikit ditekuk. 2) Kaki tendang berada di belakang bola, dengan ujung kaki menghadap ke dalam. 3) Kaki tending ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola. 4) Perkenaan kaki pada bola tepat pada punggung kaki bagian luar dan tepat pada tengah-tengah bola, pada saat perkenaan dengan bola pergelangan kaki ditegangkan. 5) Gerak lanjut kaki tending diangkat serong ± 45 menghadap sasaran. 6) Pandangan ke bola dan mengikuti jalannya bola ke sasaran. 7) Kedua lengan terbuka menjaga keseimbangan

5 12 Gambar 2.2. Menendang dengan Kaki Bagian Luar Sumber: Sucipto dkk, (2000: 19) c. Menendang dengan Punggung Kaki Menurut Sucipto dkk (2000: 20), pada umumnya menendang dengan punggung kaki digunakan untuk menembak ke gawang (shooting at the goal). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki adalah sebagai berikut: 1) Badan di belakang bola sedikit condong ke depan, kaki tumpu diletakkan di samping bola dengan ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut sedikit ditekuk. 2) Kaki tending berada di belakang bola dengan punggung kaki menghadap ke depan/sasaran. 3) Kaki tending tarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola.

6 13 4) Perkenaan kaki tepat pada punggung kaki penuh dan tepat pada tengahtengah bola dan pada saat mengenai bola pergelangan kaki ditegangkan. 5) Gerak lanjut kaki tending diarahkan dan diangkat ke arah sasaran. 6) Pandangan mengikuti jalannya bola dan ke sasaran. Gambar 2.3. Menendang dengan Punggung Kaki Sumber: Sucipto dkk, (2000: 20) d. Menendang dengan punggung kaki bagian dalam Menurut Sucipto dkk (2000: 21), pada umumnya menendang dengan punggung kaki bagian dalam digunakan untuk mengumpan jarak jauh (long passing). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: 1) Posisi badan berada di belakang bola, sedikit serong ± 40 dari garis lurus bola. Kaki tumpu diletakkan di samping belakang bola ± 30 cm dengan ujung kaki membuat sudut 40 dengan garis lurus bola.

7 14 2) Kaki tendang berada di belakang bola dengan ujung kaki serong ± 40 ke arah luar. Kaki tending tarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola. Perkenaan kaki pada bola tepat di punggung kaki bagian dalam dan tepat pada tengah bawah bola dan pada saat kaki mengenai bola, pergelangan kaki ditegangkan. 3) Gerak lanjutan kaki tending diangkat dan diarahkan ke depan. 4) Pandangan mengikuti jalannya bola ke sasaran. 5) Lengan dibuka berada di samping badan sebagai keseimbangan. Gambar 2.4. Menendang dengan Punggung Kaki Bagian Dalam Sumber: Sucipto dkk, (2000: 21) Tendangan Sepak bola a. Akurasi Tendangan pada Sepakbola Akurasi tendangan pada sepakbola adalah keberhasilan tendangan yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan. Secara umum tujuan dari tendangan dalam sepakbola terbagi 3 jenis yaitu mengumpan, menembak ke arah gawang

8 15 dan menghalau serangan lawan. Keberhasilan sebuah tendangan tentunya juga diukur dari berhasil tidaknya sebuah tendangan dilakukan. b. Komponen Akurasi Tendangan Akurasi tendangan dapat dilakukan secara maksimal jika komponen akurasi tendangan mempunyai kemampuan yang optimal juga, untuk itu perlu diketahui komponen-komponen utama akurasi tendangan. Komponen terbesar yang mempengaruhi kemampuan akurasi tendangan didasari oleh faktor genetik, artinya akurasi tendangan akan dipengaruhi oleh rasio dari otot tonic (red muscle) dan otot phasic (white muscle). Koordinasi neuromuscular berperan penting dalam kerjasama otot yang efektif. Koordinasi, gerakan dan proprioseptif merupakan hal yang penting untuk memahami bagaimana otot bekerja pada waktu yang tepat dan meningkatkan penampilan kerjanya secara menyeluruh. Kekuatan otot tungkai juga merupakan komponen pendukung utama untuk meningkatkan akurasi tendangan, dalam hal ini yang berperan utama adalah otot Quadriceps Femoris, Hamstring, Gastrocnemius serta Tibialis Anterior. Kekuatan otot yang menghasilkan power dan stabilitas, penempatan kaki serta kekuatan ankle berpengaruh terhadap akurasi tendangan. Diluar komponen genetik dan kekuatan otot tungkai, komponen lain yang juga mempengaruhi akurasi tendangan adalah core stability. Peningkatan pola aktivasi core stability akan menghasilkan peningkatan level aktivasi pada anggota gerak sehingga mengembangkan kapabilitas untuk mendukung atau menggerakkan anggota gerak

9 16 c. Faktor- faktor yang mempengaruhi akurasi tendangan Selain komponen dari akurasi tendangan, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akurasi tendangan. Jika faktor-faktor ini meningkat maka akan meningkatkan kemampuan akurasi tendangan juga. Faktor-faktor tersebut adalah : 1) Technical skills (keterampilan teknis) Keterampilan teknis diartikan sebagai kemampuan teknis seseorang dalam melakukan suatu aktivitas. Dalam hal tendangan sepakbola, skill berarti kemampuan seseorang dalam melakukan tendangan sesuai dengan tehnik dasar tendangan sepak bola. Hal ini dipengaruhi beberapa hal, diantaranya adalah: a) Pandangan mata Pandangan mata diperlukan untuk membantu memastikan posisi bola yang akan ditendang, arah sasaran dan juga arah bola menuju sasaran. b) Kaki tumpu Kaki tumpu merupakan letak titik berat badan (center of gravity). Posisi kaki tumpu terhadap letak bola akan mempengaruhi arah lintasan bola dan tinggi rendahnya lambungan bola. c) Kaki yang menendang Hal utama terkait dengan kaki yang menendang adalah perkenaan bagian kaki dengan bola, yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

10 17 kaki bagian dalam, kura-kura kaki bagian dalam, kurakura kaki bagian luar, kura-kura kaki penuh, ujung jari dan tumit. d) Bagian bola yang ditendang Hal ini akan menentukan arah jalannya bola serta tinggi rendah lambungan bola. e) Sikap badan Sikap badan saat menendang sangat dipengaruhi oleh posisi atau letak kaki tumpu terhadap bola. Posisi kaki tumpu tepat disamping bola maka pada saat menendang badan akan berada tepat diatas bola dan sikap badan sedikit condong. Sikap badan ini untuk tendangan mengalir rendah atau melambung sedang. Bila posisi kaki berada sedikit di belakang samping bola maka badan berada di atas belakang bola sehingga sikap badan condong ke belakang dan tendangan bola akan melambung tinggi. 2) Keterampilan Fisik Keterampilan fisik diartikan sebagai kapasitas dan kemampuan fisik dalam melakukan aktifitas. Dalam hal ini keterampilan fisik dalam tendangan sepak bola diantaranya adalah: 3) Daya tahan jantung paru Merupakan kemampuan sistem tubuh untuk mendapatkan, memproses dan mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Kemampuan sistem subuh yang terkait dengan oksigen ini akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan otot, daya tahan otot dan juga power atau daya ledak otot. Daya tahan jantung

11 18 dan paru juga bisa diartikan kemampuan untuk melakukan kegiatan yang ringan sampai dengan tingkat intensitas submaksimal, dengan melibatkan kelompok otot-otot besar secara terus menerus tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Tendangan sepakbola melibatkan otot-otot besar pada trunk dan extremitas bawah, sehingga dengan daya tahan jantung paru yang baik tingkat akurasi tendangan juga lebih baik. 4) Kekuatan otot Kekuatan otot merupakan kemampuan otot atau group otot untuk menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis.39 Kekuatan maksimal otot ditunjang oleh crosssectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan beban maksimal pada aksis sendi. Saat melakukan kontraksi otot menghasilkan tegangan dan kekuatan. Tenaga yang dihasilkan dari kontraksi otot dan secara langsung berhubungan dengan jumlah tegangan yang dihasilkan oleh kontraksi otot, sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot berupa level tegangan, hipertropi dan rekruitmen serabut otot. Kekuatan selain dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: faktor biomekanik, faktor neuromuskular, faktor metabolisme (ketersediaan energi) serta faktor psikologis. Kekuatan otot merupakan salah satu komponen dari power yang akan dihasilkan. Semakin besar kekuatan dalam melakukan suatu gerakan maka semakin

12 19 besar pula tenaga eksplosif yang terjadi sehingga akan mampu mempengaruhi akurasi tendangan pada sepakbola. 5) Daya tahan otot Daya tahan otot merupakan kemampuan otot untuk melakukan gerakan/bekerja secara berulang dengan intensitas rendah dalam waktu yang lama. Untuk menghasilkan kinerja yang optimal tidak hanya diperlukan tingkat kekuatan yang tepat namun juga kesanggupan mempertahankan dan mengontrol tingkat persentase yang tinggi dari kekuatan tersebut selama beberapa waktu atau selama serangkaian usaha otot itu melakukan pengulangan aktivitas. Karena itulah daya tahan otot juga berperan penting dalam peningkatan akurasi tendangan. 6) Power atau Daya ledak otot Power merupakan fungsi dari kekuatan dan kecepatan suatu gerakan. Power atau daya ledak otot adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan yang dilakukan dengan mengerahkan gaya (force) otot secara maksimum dengan kecepatan maksimum. Power adalah unsur yang penting dalam menilai kapasitas seseorang saat melakukan olahraga. Kualitas power seseorang tergantung kemampuan otot untuk berkontraksi dengan kuat dan cepat. Artinya dalam power tidak hanya memerlukan kekuatan otot saja tetapi juga dibutuhkan kecepatan kontraksi otot. Hal ini dihubungkan dengan tipe serabut otot yaitu otot tonic (red muscle) dan otot phasic (white muscle), semakin tinggi kualitas power yang dihasilkan akan semakin kuat dan cepat

13 20 suatu gerakan yang akan dilakukan. Kecepatan saat otot berkontraksi dan timbulnya tenaga sepanjang luas gerak sendi (Range Of Motion/ROM) 7) Proprioseptik Propriosepsi diartikan sebagai sadar akan posisi dan gerak yang dilakukan yang terkait dengan sistem neuromuskuloskeletal. Propriosepsi merupakan satu tipe khusus sensitivitas yang menginformasikan tentang sensasi dan kedalaman organ serta hubungan antara otot dan sendi. Propriosepsi akan berpengaruh terhadap gerak yang dilakukan, gerakan yang ditimbulkan akibat impuls yang diberikan oleh stimulus yang diterima dari reseptor, dan selanjutnya informasi tersebut akan diolah di otak yang kemudian akan informasi tersebut akan diteruskan oleh reseptor kembali ke bagian tubuh yang bersangkutan. Propriosepsi sangat dibutuhkan dalam melakukan tendangan agar saat melakukan tendangan reseptor sendi dan otot sudah siap untuk digerakkan karena informasi yang sudah diolah dan direkam otak akan memudahkan untuk memberikan stimulus kembali kepada reseptor agar gerakan tendangan menjadi terkendali sehingga tendangan lebih akurat. 8) Kelenturan Kelenturan merupakan kemampuan untuk menggerakkan sendisendi dalam jangkauan gerakan penuh dan bebas. Kelenturan otot dan kebebasan gerak sendi sering dikaitkan dengan hasil pergerakan yang terkoordinasi dan efisien. Kelenturan diarahkan pada kebebasan luas gerak sendi. Kelenturan juga menjadi faktor yang penting dalam akurasi tendangan. Dalam hal latihan, penguatan dan kelenturan saling berhubungan, sehingga jika

14 21 seseorang melakukan latihan kelenturan juga berpengaruh terhadap penguatan. 9) Kelincahan (agility) Kelincahan diartikan sebagai kemampuan mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan bersama-sama dengan gerakan lainnya. Tendangan sepakbola adalah gerakan dinamis dan selalu ada perubahan posisi dari fase awal (fase preparation) sampai fase akhir (follow through). Dengan kelincahan yang baik, pesepakbola mampu mengubah posisi tubuh dengan cepat sehingga memudahkan untuk melakukan tendangan yang akurat. 10) Koordinasi Koordinasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan gerakan secara halus, tepat dan terkendali. Sebagai gerak dinamis yang ditujukan untuk mencapai sasaran tertentu, tendangan sepakbola menuntut koordinasi yang baik dari masing-masing komponen yang terkait. 11) Keseimbangan Keseimbangan didefinisikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Saat dilakukan tendangan dengan kaki kanan maka kaki kiri akan berperan sebagai bidang tumpu. Dengan kemampuan keseimbangan yang baik akan didapatkan tumpuan/stabilisasi yang baik sehingga akan terjadi fasilitasi pada kaki yang menendang untuk mencapai tendangan yang akurat.

15 22 12) Mental skills (Keterampilan mental) Keterampilan mental adalah keterampilan praktis dan metode yang membantu atlet untuk bisa mengeksplorasi keterampilan fisik, teknik dan taktik sehingga dapat mencapai hasil terbaik serta bersaing mencapai hasil terbaik.40 Keterampilan mental meliputi: berpikir positif, motivasi, pengendalian emosi, kepercayaan diri serta konsentrasi. 13) Environment (lingkungan) Faktor lingkungan umumnya memberikan pengaruh tidak langsung terhadap akurasi tendangan, kecuali hal tersebut merupakan kondisi yang ekstrim. Beberapa faktor yang menjadi perhatian diantaranya adalah: cuaca, kecepatan angin, suhu udara serta ketinggian lokasi. 14) Sensory Motor Channel Sensory motor channel yang terdiri atas sensoris, body scheme, body preparation dan biomekanik akan mempengaruhi komponenkomponen dalam faktor fisik untuk mencapai kinerja yang optimal. Terkait dengan komponen yang mempengaruhi akurasi tendangan diatas maka sistem muskuloskeletal akan berperan sangat besar disamping juga komponen pendukung lain. Oleh karena itu perlu diketahui mengenai anatomi muskuloskeletal yang mendukung terjadinya akurasi tendangan pada sepakbola. d. Biomekanika Tendangan pada sepak bola Saat menendang awalnya tubuh berperan sebagai pivot/sumbu untuk kaki yang menedang dan dalam posisi yang seangat kuat untuk gerak dalam bidang sagital. Saat menendang, kaki yang mengayun/ menendang tidak menyentuh

16 23 tanah. Otot-otot fleksor panggul dan ekstensor lutut akan terekrut secara maksimal dan menempatkan kekuatan yang utama pada kaki ketika menendang. gluteus maksimus, hamstring dan adductor harus bergerak secara lambat ketika kaki kontak dengan bola. Gerakan menendang pada sepak bola dapat diuraikan dalam tiga fase, yaitu: 1) Fase preparation Dimulai dari jarak 3-4 meter yang dilakukan sambil berlari untuk memperoleh percepatan. Lari yang dilakukan seenaknya dengan percepatan yang diatur sedemikian rupa dengan tetap melihat letak bola. Sambil berlari ayunkan tangan seenaknya mengikuti irama langkah kaki. Jika melangkah kaki kanan, maka tangan kiri mengayun ke depan demikian sebaliknya saat melangkah kaki kiri maka ayunan tangan pada sisi kanan. Posisi fase ini sebaiknya dibelakang bola dan jika ditarik garis lurus, sejajar dengan sasaran. Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase preparation dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja a) Trunk Gerak yang terjadi adalah stabilisasi untuk rotasi trunk ke arah kanan, dimana otot-otot yang bekerja adalah otot-otot abdominal, otot-otot postural, erector spine serta dibantu m. iliopsoas b) Hip dextra Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot-otot yang bekerja meliputi m. gluteus maksimus serta hamstring. c) Hip sinistra

17 24 Gerak yang terjadi adalah external rotasi serta extensi eksentrik/memanjang dengan otot-otot yang bekerja meliputi m. gluteus medius, m. gluteus minimus serta hamstring. d) Knee dextra Gerak yang terjadi adalah flexi dengan otot-otot yang bekerja meliputi hamstring dan m. popliteus. e) Knee sinistra Gerak yang terjadi adalah extensi eksentrik/memanjang dengan otot yang bekerja adalah m. quadriceps. f) Ankle dextra Gerak yang terjadi adalah plantar flexi konsentrik/memendek dengan otot yang terjadi adalah plantar flexor. g) Ankle sinistra Gerak yang terjadi adalah plantar flexi eksentrik/memanjang dengan otot yang bekerja adalah plantar flexor. 2) Fase Kicking Sebelum melakukan tendangan (menggunakan kaki kanan) maka letakkanlah kaki kiri disisi kiri dan agak ke belakang dari bola yang jika ditarik garis lurus membentuk sudut 45. Posisi kaki kiri akan menentukan luncuran bola. Jika kaki kiri berada di belakang bola, maka jalannya bola akan melambung karena dengan sendirinya perkenaan bola tepat di bagian bawah. Jika kaki tepat di sisi kiri bola, jalannya bola akan mendatar atau menggelinding di tanah, karena perkenaannya berada pada bagian atas bola. Jika letak kaki kiri agar ke

18 25 belakang sekitar 45 maka dapat diprediksi jalannya bola lurus dan mendatar, sebab perkenaan bola pada bagian tengah antara atas dan bawah. Menendang dengan punggung kaki maksudnya adalah perkenaan bola pada kaki tepat pada bagian punggung kaki. Menendang dengan punggung kaki adalah yang paling sering digunakan bila yang diharapkan adalah tendangan dengan kekuatan maksimal dan laju bola yang cepat. Setelah dirasa letak kaki kiri cukup nyaman maka ayunlah kaki kanan yang masih di belakang sekuat-kuatnya dengan tetap memperhatikan perkenaan kaki dengan bola dan perkenaan bola dengan kaki. Perkenaan pada punggung kaki berarti keadaan ankle adalah ekstensi atau jika ditarik garis lurus sejajar dengan tulang kering. Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase kicking dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja. a) Trunk Gerak yang terjadi adalah stabilisasi dengan otot-otot yang bekerja adalah otot-otot abdominal, otot-otot postural, erector spine serta dibantu m. ilio psoas. b) Hip dextra Gerak yang terjadi adalah internal rotasi dan flexi dengan otot-otot yan bekerja meliputi m. tensor fascia lata, m. rectus femoris, m. ilio psoas, m. Sartorius serta grup adductor. c) Hip sinistra, gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot-otot yang bekerja meliputi m. gluteus maksimus, m. hamstring serta m. adductor magnus. d) Knee dextra

19 26 Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot yang bekerja adalah m. quadriceps. e) Knee sinistra Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot yang bekerja adalah m. quadriceps. f) Ankle dextra Gerak yang tejadi adalah plantar flexi dengan otot yang bekerja adalah plantar flexor. 3) Fase follow through Dimulai dari pelepasan obyek/bola sampai dengan flexi hip secara penuh. Setelah bola ditendang oleh kaki kanan, bisa diikuti dengan melangkah ke depan satu atau dua langkah. Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase follow through dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja. a) Hip dextra Gerak yang terjadi adalah external rotasi eksentrik, extensi eksentrik serta abduksi eksentrik. Otot yang bekerja meliputi hamstring, m. gluteus medius, m quadratus lumborum, m. gluteus maximus serta m. piriformis. b) Knee dextra Gerak yang terjadi adalah flexi eksentrik dengan otot yang bekerja adalah hamstring. Tiap perbedaan variasi tendangan akan menghasilkan perbedaan/variasi lamanya tiap fase. Seperti pada kebanyakan latihan rantai terbuka (open

20 27 chain exercise), kebebasan dari segmen sebelah distal memberikan variasi inti dalam performa skill Neurac (Neuromuscular Activation) Neurac adalah metode terapi atau pengobatan yang melibatkan stimulasi neuromuscular pada level yang tinggi dalam mengatur pelaksanaan pola gerak fungsional normal. Metode ini digunakan untuk menangani masalah musculoskeletal yang menyebabkan nyeri dan atau tidak aktifnya otot. Sub kelompok terbesar yang dapat menggunakan metode neurac adalah kondisi gangguan muskuloskeletal mencakup pasien dengan masalah leher, punggung, panggul, dan gangguan bahu, kondisi untuk latihan kekuatan dan pengkondisian, serta pelatihan pribadi dan spesialis olahraga (Gitle Kirkesola, 2009). Tindakan neurac atau neurac treatment merupakan unsur penting dari metode yang dikenal dengan sebutan S-E-T (Sling -Exercise- Therapy) dan dikenal dengan nama redcord. Pada awalnya ini dikembangkan oleh fisioterapis dan dokter di Norwegia. Ditemukan pada 1991, (belum lama ini disebut TerapiMaster). Neurac merupakan dasar dari tehnik tindakan redcord. Terapi selempang Tradisional yang sudah ada sebelumnya berfokus terutama pada tehnik latihan dalam rantai kinetik terbuka (Open Kinetic Chain (OKC)) dan latihan yang dilakukan tanpa efek gravitasi. Namun sebaliknya pada prosedur Redcord, berfokus pada rantai kinetik tertutup (Closed Kinetic Chain (CKC)) latihan secara sistematis memanfaatkan manfaat dari fenomena biomekanik dan fisiologi fungsional yang tidak bergantung pada gravitasi (yaitu, berat tubuh individu karena perlawanan diterapkan ke dalam pelaksanaan

21 28 selama gerakan). Konfigurasi workstation redcord atau pelatih tunggal redcord menggunakan sistem tahanan pada neuromuskuler-skeletal untuk meningkatkan kondisi fisik aktif neuromuskular dan rehabilitasi. Sistem redcord menggunakan paten dari neurac method untuk menstimulasi otot yang tidur atau tidak aktif dan mengembalikan fungsi normal mereka. Manusia diprogram untuk bergerak yang dikendalikan dan dimodifikasi oleh neuromuskular dan sensorimotor (visual, vestibular, dan mechanoreceptor atau proprioceptor) sistem. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa penstabil otot cenderung untuk beralih "off" ketika nyeri timbul (Moseley, 2005; Botti, 2004; Berhala, 2002; le, 2001, Moseley, 2006). Hal ini dapat menyebabkan kualitas gerakan yang buruk, penurunan kekuatan otot dan kontrol neuromuskular, kelelahan, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan. Bahkan jika nyeri yang sesungguhnya mereda, "program saraf" bisa tetap dimatikan, hal ini dapat menyebabkan cedera kembali dan mengalami sakit tambahan. kondisi Ini, tampaknya sering berulang dan tidak pernah berakhir dan akan tetap kronis bila tidak ada intervensi pengobatan aktif. Ini adalah salah satu alasan mengapa kesehatan Uni Eropa guidelines merekomendasikan pengobatan aktif untuk nyeri non-spesifik punggung bawah Latar belakang untuk pengobatan neurac (aktivasi neuromuskuler) Neurac adalah metode pengobatan/penanganan yang bertujuan untuk mencapai atau mendapatkan kembali fungsi pola gerak normal dari pasien dengan masalah musculoskeletal dengan menggunakan stimulasi neuromuscular pada tingkat atau level yang tinggi.

22 29 Pendekatan pengobatan /tindakan aktif yang memiliki empat elemen utama : a. Latihan menumpu berat badan menggunakan system sling redcord b. Control vibrasi dipilih pada bagian-bagian tubuh tertentu c. Peningkatan resisten/tahanan secara bertahap d. Tidak ada nyeri atau tidak ada peningkatan nyeri Selain itu, aparat getaran yang baru dikembangkan, Redcord stimulasi, bisa digunakan untuk meningkatkan adaptasi saraf. Neurac method selalu disertai dengan prosedur tes untuk mengevaluasi fungsi rantai kinetic neuromuscular, dengan penekanan pada integrasi fungsi otot lokal dan otot global. Neurac didirikan berdasarkan penelitian terbaru yang mendukung penggunaan tubuh dalam menahan beban latihan ketika menggunakan rantai biomekanik. Selain itu, neuroscience dan uji klinis menyarankan penggunaan getaran untuk meningkatkan dorongan saraf dan untuk mengurangi rasa sakit Latihan Kekuatan pada rantai kinetik tertutup Fokusnya adalah pada pelatihan fungsi dimana beberapa otot direkrut dalam rantai tertutup dan otot-otot bekerja bersama sebagai latihan yang sedang dilakukan. Pelatihan dalam rantai kinetik tertutup didefinisikan sebagai berikut dimana, segmen distal tetap dan menumpu semua berat atau sebagian dari berat tubuh. Ini mencapai kompresi lebih pada sendi bersama dengan stabilisasi yang dinamis dan aktivasi agonis, antagonis dan synergists.

23 30 Gambar Latihan pada rantai kinetic tertutup Sumber :(Neurac 1, 2008) a. Latihan stabilisasi Studi terbaru menunjukkan bahwa otot-otot tertentu memiliki fungsi stabilisasi yang sangat khusus. Otot Ini disebut otot-otot "lokal", yang dekat dengan sendi dan dianggap penting untuk stabilitas sendi, sedangkan otot "global" untuk melakukan gerakan. Cedera pada sistem muskuloskeletal dapat mengubah mekanisme ini, menyebabkan kerusakan abadi dalam berfungsi. Terapi Master, diterapkan dalam konsep SET, menunjukkan hasil yang baik dalam mempengaruhi dalam sistem stabilisasi Gambar 2.22 Latihan stabilisasi Sumber :(Neurac 1, 2008) b. Latihan sensorimotor

24 31 Kontrol neuromuskular yang tepat sangat penting untuk mempertahankan tingkat fungsi normal. Keluhan kronis mempengaruhi fungsi sensorimotor. Efektivitas pelatihan Neuromuskuler yang terkontrol pada ekstremitas bawah didokumentasikan dengan baik. Studi terbaru menunjukkan bahwa jenis pelatihan ini juga penting untuk leher, punggung dan bahu. Pelatihan sensorimotor ialah elemen penting dari konsep S-E-T. Ketidakstabilan dicapai pada kain TerapiMaster itu. Selain itu, bantalan karet berisi udara, tikar karet tebal / matras dan menggunakan papan miring. Gambar 2.23 Latihan sensorimotor. Sumber : (Neurac 1, 2005) Sling Exercise Terapi (SET) Sebuah metode baru yang dikembangkan SET disebut Neurac, yang merupakan singkatan dari aktivasi neuromuskuler. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa dalam banyak situasi telah memungkinkan untuk mencapai perbaikan spontan dalam kontrol neuromuskular saat menstabilkan otot-otot inti

25 32 dan juga fungsi otot. Hal ini didasarkan pada latihan yang dilakukan dalam rantai kinetik tertutup, dengan beban seberat yang dapat dikelola oleh pasien, dengan ketidakstabilan maksimum dan tanpa meningkatkan atau memprovokasi rasa sakit. Untuk mendapatkan hasil yang baik hal terpenting adalah individu harus mengatur pembagian beban latihan terhadap ketidakstabilan sling TerapiMaster. Penelitian telah menunjukkan bahwa aliran sinyal ke otot meningkat jauh ketika latihan dilakukan pada permukaan penyangga yang tidak stabil. Inti dari teknik neurac melibatkan dua progresi pelatihan neuromuskuler yang disesuaikan: a. Terus menerus tergantung dengan berat tubuh individu selama latihan dan terapi b. Selempang dan tali yang Adjustable (dapat disesuaikan) untuk memberikan gerakan olahraga yang aman, semakin menantang untuk menjaga keseimbangan dan kontrol postural. Keberhasilan neurac tergantung pada integrasi dari tiga faktor berikut: 1) Merencanakan gerakan ekstremitas atas dan bawah dan atau dasar (corset) yang melibatkan berat tubuh dalam lingkungan yang tidak stabil dengan menggunakan sling Redcord, tali dan bantal keseimbangan. 2) Bebas rasa sakit, intensitas kontraksi otot dengan upaya yang tinggi dilakukan dalam gerakan CKC. 3) Getaran variabel diterapkan pada tali dan sling. Redcord telah mengembangkan sistem evaluasi disfungsi otot yang disebut Weak Link Testing (WTL) untuk mengidentifikasi otot yang tidak

26 33 aktif atau sleeping muscles dan secara simultan, kemampuan usaha atau kerja otot individu yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan kelemahan otot serta keterbatasan gerak. Ketika kelemahan otot teridentifikasi terapis mulai melaksanakan proses neurac treatment Prosedur penerapan latihan Neurac a. Tehnik Aplikasi 1) Sebelum latihan terlebih dahulu melakukan pemanasan berupa peregangan pada otot trunk dan anggota gerak bawah 2) Latihan neurac terdiri dari: push-up standing, prone bridging, supine pelvic lift, side lying bridging 3) Fisioterapis memberikan instruksi dalam penggunaan sling yaitu dengan b. Dosis 1) Frekwensi : 3 X seminggu 2) Intensitas : 3 set latihan 3) Time : tiap posisi ditahan selama 6 detik 4) Repetisi : 6 kali 5) Rest : 30 detik/ pengulangan satu posisi c. Tehnik latihan Neurac ( Neuromuskuler Activation) 1) Push-up standing Posisi awal peserta berdiri tegak sambil memegang tali sling kemudian tubuh bergerak miring ke depan sejauh 45 0 dari posisi awal, gerakan ini diulang 6x/set. Masing masing posisi dipertahankan selama 6 detik

27 34 kemudian kembali ke posisi awal dan istirahat selama 30 detik, 3 set, frekuensi latihan 3x seminggu dengan waktu atau durasi latihan 20 sampai 30 menit Gambar : Push-Up Sumber: A Practical Guide for Physical Therapy 2) Prone bridging Posisi awal posisi tengkurap dengan kedua lutut menggantung pada sling, lengan bawah menyangga pada matras, flexi 90 0 kemudian tubuh dan panggul diangkat lurus setinggi bahu pertahankan selama 6 hitungan turunkan dan istirahat 30 detik ulangi 4x dalam 1 set latihan, gerakan ini dapat dilakukan 4set latihan, kemudian pindahkan sling dibawah pergelangan kaki dengan posisi awal sama kemudian angkat panggul dan tubuh setinggi punggung lalu dipertahankan 6 detik, turunkan dan istirahat 30 detik, ulangi kembali gerakkan sebanyak 6x dalam 1 set latihan, lakukan selama menit

28 35 Gambar.2. 25: Prone Bridging Sumber: Redcord medical active sport,2013 3) Supine pelvis lift Posisi awal pasien terlentang dengan sling diletakkan di bawah lutut kemudian pasien disuruh mengangkat pantat dan pertahankan posisi selama 4-6 hitungan kemudian istirahat selama 30 detik dan ulang kembali sebanyak 4x pengulangan untuk satu set pertama, set kedua posisi sling di letakkan di bawah pergelangan kaki kemudian pasien disuruh mengangkat pantat dan mempertahankan posisi 6 detik, istirahat 30 detik dan diulang 6x gerakan. Latihan dilakukan selama menit Gambar gggg Gambar Supine pelvis lift Sumber: A Practical Guide for Physical Therapy

29 36 4) Side lying bridging Posisi awal tidur miring dengan sling diletakkan pada lutut bagian lateral kemudian angkat panggul dan pertahankan posisi tersebut selama 6 hitungan dengan istirahat 30 detik dan pegulangan gerak 4x setiap set latihan, setelah itu untuk meningkatkan beban latihan sling digeser ke pergelangan kaki lateral kemudian angkat panggul dan pertahankan posisi selama 6 detik dengan istirahat 30 detik dan gerakan di ulang sebanyak 6x dalam tiap set. Latihan dilakkukan selama menit Gambar. 2.26: Side lying Bridging Sumber: Redcord medical active sport, Mekanisme latihan Neurac terhadap ketepatan tendangan pada olahraga sepak bola. Neurac adalah metode latihan/penanganan yang bertujuan untuk mencapai atau mendapatkan kembali fungsi pola gerak normal dari pasien dengan masalah musculoskeletal dengan menggunakan stimulasi neuromuscular pada tingkat atau level yang tinggi dengan aktifasi otot-otot core trunk. Fisiologi otot-otot core menghasilkan beberapa efek biomekanik lokal yang efisien dan fungsional pada

30 37 bagian distal gerakan atau eksekusi gerak terjadi, aktivasi otot menghasilkan penyesuaian antisipasi postural/anticipatory postural adjustments (APAs), yang memberikan posisi tubuh bertahan dari gangguan untuk membuat keseimbangan baik berupa menendang, melangkah atau berlari. Otot-otot core menghasilkan stabilisasi yang fungsi utamanya bekerja untuk menghasilkan APAs. APAs menciptakan stabilisasi proksimal untuk mobilisasi pada distal., sehingga saat eksekusi gerak menendang proses menjadi tidak terganggu oleh faktor eksternal lain. Menendang bola melibatkan banyak komponen. Pada tendangan yang dilakukan dengan kaki kanan maka kaki kanan yang melakukan tendangan akan menjadi bagian mobilitas, sementara kaki kiri menjadi bagian stabilitas. Stabilitas tungkai kiri bisa terjaga jika didukung oleh stabilitas postur yang adekuat karena faktor perubahan letak center of gravity (COG) saat menendang akan mempengaruhi stabilitas tungkai kiri. Hal ini dapat diminimalisir dengan aktivasi dari core stability. Dengan kata lain akurasi menendang dapat dicapai jika eksekusi gerak menendang tidak dipengaruhi oleh instabilitas postur. Adanya perpindahan saat menendang merupakan bagian dari aktivasi otot-otot core yang saling bersinergis. Aktivasi otot-otot core digunakan untuk menghasilkan rotasi spine. Aktivasi otot sebuah pola gerak dalam tendangan akan saling cross-sectional dari bagian mobilitas. Hal ini memberikan pengaruh alignment dari kepala sampai pelvis dalam membentuk alignment postur. Saat dilakukan gerak ayunan tungkai, akan

31 38 terjadi pelvic tilt dimana otot-otot core sisi kontra lateral berkontraksi sebagai stabilisasi terhadap mobilitas distal. Di sisi lain dibutuhkan banyak dan lebih kecil di dalam pheriperal segment, pergerakan dari inersia dalam area distal tersebut berkurang, mengakibatkan penyajian dalam kecepatan tinggi. Pengaruh aktivasi otototot postural akan membentuk suatu pola midline dimana adanya suatu antisipasi postural akan mempengaruhi persiapan anggota gerak bagian distal dalam membentuk midline sebagai perkembangan potensial dari linear akselerasi dalam persiapan untuk bergerak Core Stability Core stability secara definisi adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerakan batang badan melalui panggul dan kaki untuk memungkinkan produksi optimal, transfer dan control kekuatan dan gerakan ke segmen terminal dalam aktifitas rantai kinetic terintegrasi (Kibler, 2006). Core adalah daerah lumbo-pelvic-hip kompleks. Daerah core adalah letak atau tempat dari pusat perkenaan gaya gravitasi dan tempat dari awal semua gerakan. Pada daerah ini terdapat 29 otot yang terkait atau terdapat pada daerah lumbo-pelvic- hip kompleks. Efisiensi daripada core dimaksudkan untuk memelihara hubungan pemanjangan normal dari fungsi agonis dan antagonis, yang mana akan meningkatkan hubungan dari kedua kekuatan pada daerah lumbo-pelvic-hip complex. ( Kibler, 2006)

32 39 Core stability yang baik berfungsi untuk meningkatkan penampilan gerak serta untuk mencegah terjadinya cedera, kekuatan daripada otot-otot inti batang badan berasal dari regio batang badan dan sesungguhnya bertugas untuk membantu mengontrol kondisi kekuatan, memperhalus gerakan, serta koordinasi gerak yang efisien dan lebih baik pada anggota gerak. Selebihnya kondisi core muscle yang baik juga membantu mengurangi resiko terjadinya cedera akibat posisi postur yang buruk. Otot utama dari Core Muscle adalah otot panggul, transversus abdominis, multifidus, internal dan eksternal obliques, rektus abdominis, sacrospinalis khususnya longissimus thoracis, dan diafragma. Minor core muscle termasuk latisimus dorsi, gluteus maximus, dan trapezius. Dilihat dari letak core muscle tersebut, maka tidak heran jika setiap gerakan fungsional dari anggota gerak akan berkaitan erat dengan core muscle ini. Core muscle merupakan "inti" atau bagian pusat untuk semua kekuatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan melaksanakan kegiatan fisik yang berbeda. Fungsi umum dari core muscle untuk menstabilkan dada dan panggul selama gerakan dinamis dan juga memberikan tekanan internal untuk mengusir zat (muntah, kotoran, udara penuh karbon, dll). Berdasarkan pergerakan tubuh, fungsi core musle dapat dibagi menjadi dua, yaitu; static core function dan dynamic core function a. Static core muscle

33 40 Fungsi statis core adalah kemampuan seseorang untuk menyelaraskan dan menstabilisasi atau menjaga tubuh tetap diam melawan dorongan kekuatan dari luar. Contoh fungsi statis adalah ketika atlet menembak menjaga tubuhnya tetap diam melawan dorongan tolakan yang ditimbulkan dari tembakan peluru. b. Dinamik core muscle Sifat gerakan dinamis harus memperhitungkan struktur kerangka kita (sebagai tuas) di samping kekuatan resistensi eksternal, dan akibatnya menggabungkan sebuah kompleks yang sangat berbeda dari otot-otot dan sendi melawan posisi statis. Karena itu desain fungsional, selama gerakan dinamis ada ketergantungan lebih pada otot inti dari hanya kekakuan kerangka seperti dalam situasi statis. Hal ini karena tujuan gerakan ini tidak melawan tahanan, statis tidak berubah, tapi untuk melawan kekuatan yang berhubungan dengan perubahan bidang gerak. Dengan menggabungkan gerakan, tulang-tulang tubuh harus menyerap perlawanan dengan cara cairan, dan dengan demikian tendon, ligamen, otot, dan persarafan mengambil tanggung jawab yang berbeda. Tanggung jawab ini meliputi reaksi postural dengan perubahan dalam kecepatan (kecepatan dari kontraksi), gerak (reaksi waktu kontraksi) dan kekuatan (jumlah perlawanan menolak dalam periode waktu). Fungsi dinamis core muscle adalah menjaga keseimbangan tubuh saat bergerak. Sebelum seseorang melakukan gerakan yang lebih dulu mesti dilakukan adalah menciptakan keseimbangan tubuh untuk dapat

34 41 menggerakkan anggota tubuh lainya secara fungsional. Sebagai contoh dari ini adalah berjalan di lereng. Tubuh harus melawan gravitasi sambil bergerak dalam arah, serta menyeimbangkan dirinya sendiri di tanah yang tidak rata. Hal ini akan memaksa tubuh untuk menyesuaikan tulang dengan cara yang menyeimbangkan tubuh, sementara pada saat yang sama mencapai momentum melalui mendorong terhadap tanah yang berlawanan arah gerakan dengan yang dikehendaki. Pada awalnya, mungkin tampak bahwa kaki adalah penggerak utama dari tindakan ini, tetapi tanpa keseimbangan, kaki hanya akan menyebabkan orang jatuh. Oleh karena itu, penggerak utama berjalan adalah inti mencapai stabilitas, dan kemudian kaki melangkah hal menjelaskan tentang inti yang stabil dengan menggunakan otot kaki. Dalam kasus lereng licin, seseorang mungkin harus bereaksi dan menangkap diri mereka sendiri untuk menjaga keseimbangan. Ini adalah fungsi dari seberapa cepat otot-otot seseorang dapat bereaksi terhadap situasi, ukuran kecepatan dan kecepatan (seberapa cepat mereka bereaksi dan seberapa cepat mereka dapat merekrut otot-otot yang diperlukan). Seseorang yang dapat bereaksi dengan cepat tetapi tidak merekrut cukup cepat otot-otot mereka akan tahu bahwa mereka sedang jatuh, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Seseorang yang tidak dapat bereaksi cukup cepat (atau tepat) tetapi dapat merekrut otot-otot mereka dengan kecepatan, akan bereaksi berlebihan dengan mudah. Akhirnya, dengan asumsi subjek memiliki reaksi dalam waktu dan dengan kecepatan, mereka harus memiliki kekuatan untuk menerima berat badan mereka, karena

35 42 tergelincir mengurangi beban pada otot-otot mereka, namun singkat. Kemampuan otot untuk memiliki kekuatan, akan memastikan bahwa beban langsung dapat diambil oleh otot dan mereka akan mampu mengembalikan keseimbangan dan, akhirnya, mencapai tujuan mereka Manfaat melatih core muslce a. Memperkuat core muscles akan memperbaiki postur tubuh dan mencegah sakit pinggang (low back). b. Membantu menjaga kesehatan otot, sehingga mencegah cidera pinggang lebih lanjut. c. Meningkatkan kinerja tubuh d. Latihan memperkuat core muscle tidak menyebabkan sakit nyeri otot. e. Memperpanjang otot dan mencegah ketidak seimbangan pijakan saat anda menjadi tua Fisiologi Core Stability Otot Inti digunakan untuk menstabilkan dada dan panggul selama gerakan dinamis dan juga memberikan tekanan internal untuk mengusir zat (muntah, kotoran, karbon-saratudara, dll). a. Valsava manuver Otot inti sangat penting dalam manuver Valsava, yang adalah ketika thorax seseorang mengencangkan sementara menahan napas mereka. Tindakan ini biasanya sukarela dapat diinduksi dengan menghubungkan

36 43 tangan seseorang di depan dada sambil berdiri, dan kemudian menarik terhadap tangan tanpa melepaskan. Manuver Valsava membantu dalam mengangkat, ekskresi, mendorong, dan melahirkan. b. Tarak (kemampuan menahan buang air) Kontinensia adalah kemampuan untuk menahan buang air besar, dan inkontinensia stres kemih (kurangnya kontrol kandung kemih karena dasar panggul dapat menyebabkan disfungsi otot inti lemah). c. Kehamilan Wanita menggunakan otot inti mereka, khususnya transversus abdominis, selama persalinan dan melahirkan. Sebuah contoh dari fungsi inti statis adalah menembak senapan dalam posisi tengkurap. Untuk menjaga akurasi, penembak harus mampu mentransfer berat tubuh mereka sendiri dan berat senapan ke tanah. Gambar 2.5. Contoh fungsi inti statis. Dari Tentara dalam posisi tiarap akan menembak Pada daerah lumbar spine, otot local dan global bekerja dalam harmony untuk memberikan keseimbangan biomekanik. Dengan mempertimbangkan lumbar spine sebagai contoh; distribusi kekuatan pada sistem local menunjukkan respon untuk mempertahankan atau memelihara kondisi

37 44 postural, selama system global menghasilkan gerakan dan membantu dalam stabilisasi seperti yang seharusnya atau dibutuhkan. Local muscles (segmental stabilization) dan Otot global mengontrol range of movement dan alignment. (Comerford MJ, Mottram SL, 2001) d. Proses pembentukan stabilisasi pada core muscle Postural Adjustments External Loads Lumbopelvic Region Muscle Activation Spinal Ligament Deformation Muscle Spindles Golgi Tendon Organs Neural Feedback Stability Requirement Gambar 2.6. Model of core stability (Core Stability Training: Application To Sport Condition Programs) (Jeffrey, 2007) Berdasarkan gambar diagram tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa mekanisme terbentuknya stabilisasi oleh otot inti (core muscle) terjadi karena stimulasi dari gerak ekstremitas ( aktifitas proprioceptor) melalui pembebanan(external load) serta kondisi postural adjustments yang kemudian di interpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai keputusan akan adanya kebutuhan untuk melakukan stabilisasi pada regio lumbopelvic, lalu di sampaikan ke otot inti

38 45 (stabilisator) serta mengaktivasi otot tersebut yang kemudian akan menghasilkan stabilisasi serta kontrol saraf. Hal tersebut di atas juga dikenal sebagai mekanisme feed forward mechanism (FFM) yang memiliki hubungan erat dengan otot-otot inti pada tubuh manusia Stabilisasi Lumbo Pelvic Pada tahun 1970-an, para peneliti mulai menggambarkan konsep stabilitas Spinal. Bahwa stabilitas adalah sebuah proses dinamis yang meliputi dua hal : posisi statis dan gerakan yang terkontrol, mereka berteori bahwa cedera punggung dan nyeri dapat disebabkan oleh degenerasi sendi dan secara bertahap jaringan lunak dari waktu ke waktu mengalami microtrauma berulang, yang disebabkan oleh kontrol yang kurang dari struktur tulang belakang. (Barr, 2005) Berdasarkan penelitian biomekanik Punjab dan kawan-kawan, maka diperkenalkan konsep stabilitas lumbopelvic fungsional. Stabilitas sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh kerja antara tiga subsistem; pasif, aktif dan persarafan. subsistem pasif terdiri dari struktur osseus atau vertebrae dan diskus atau artikular, ligamen dan tulang belakang, serta pembatasan gerakan segmental mereka. Adapun tugas daripada subsistem pasif adalah memonitor gerak dan posisi spine. Struktur aktif mengacu pada otot dan tendo sendiri, yang menstabilkan segmen tulang belakang saat bergerak. Otot-otot harus memiliki ketahanan dan kekuatan yang memadai untuk melakukan fungsi ini agar memuaskan (karakteristik fungsional otot). Subsistem kontrol mengacu pada kontrol otot yang menyediakan sokongan pada tulang belakang. Neuromuskular

39 46 kontrol menyediakan aksi bersama antara input aferen (proprioception) dan output eferen dari sistem saraf (koordinasi), dan memungkinkan otot untuk berkontraksi dengan kekuatan yang diperlukan dan pada waktu yang tepat. Dengan kata lain bahwa stabilitas tulang belakang dan juga daerah lumbo-pelvic adalah hasil kerja yang sinergis dari 3 elemen utama menurut Punjab, 1992: Dukungan dari struktur pasif osseoligamentous. (Osteo-ligamentous subsystem (passive)), dukungan aktif dari sistem otot. (muscle subsystem (active)), pengendalian sistem otot oleh SSP (Central Nervous Subsystem) Stabilitas lumbo pelvic atau panggul mengacu pada kemampuan otot-otot punggung dan panggul untuk menjaga tulang belakang dan panggul dalam posisi yang optimal selama aktivitas gerak dan olahraga. Jika struktur ini dipertahankan atau dijaga dalam keselarasan yang optimal maka otot-otot dan sendi pada tungkai bawah dapat berfungsi secara efisien. Jika struktur ini tidak dijaga dalam keselarasan yang optimal, maka sendi kurang berhasil dan fungsi otot dapat menyebabkan cedera dan nyeri di tulang belakang serta tungkai bawah. Ketika lumbo-pelvis kompleks stabil, otot-otot perifer memerlukan kontraksi yang sedikit untuk menghasilkan jumlah gerak yang dibutuhkan. Stabilitas panggul yang memadai memungkinkan untuk transfer efisien daya dari ekstremitas bawah ke ekstremitas atas. Misalnya, tindakan melempar membutuhkan kaki dan dasar untuk memulai gerakan dan untuk mentransfer kekuatan sampai lengan untuk melempar bola. Postur tubuh yang kurang baik di saat istirahat atau bergerak, misalnya, saat berdiri dengan otot fleksor pinggul dalam kondisi kontraksi dan kurangnya

40 47 tahanan pada glutealis dapat menunjukkan rendahnya kontraksi aktif otot gluteal. Hal ini menjadi lebih nyata saat menjalankan aktivitas dengan level yang tinggi. kontrol postural, adalah kapasitas untuk menjaga proyeksi pusat gravitasi tubuh terhadap base of support. Spasme otot dan contoh di atas, yaitu keterbatasan fleksor pinggul dapat berarti kontrol otot yang buruk pada otot panggul dan ketidakseimbangan antara pinggul dan otot-otot panggul. Hal lain yang harus dicari adalah kelemahan otot. Melakukan beberapa tes sederhana dapat mengidentifikasi masalah, namun melakukan tes fungsional yang lebih, seperti; satu langkah kaki turun atau kegiatan melompat akan mengidentifikasi masalah yang lebih halus yang perlu dikoreksi. Stabilisasi tulang belakang lumbopelvic melibatkan co-kontraksi otot lumbar multifidus dan transversus abdominis. Secara mekanis, stabilitas tergantung pada posisi, gerak, dan beban. Pola gerakan yang berubah oleh karena kekuatan dan fleksibilitas yang salah, kelelahan oleh karena kurangnya daya tahan, atau kontrol saraf yang abnormal pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan akan mengakibatkan penurunan stabilitas struktur tulang belakang, meningkatkan tahanan atau beban ke otot-otot yang sudah tidak efisien, dan mengakibatkan kelangsungan dari proses degenerasi. Keseimbangan agonis dan antagonis diperlukan untuk membantu ligamen dalam memberikan stabilitas sendi dan untuk menyeimbangkan distribusi tekanan pada permukaan artikular (Barrata, 1988) Stabilitas sendi merupakan akibat dari mekanisme kerja baik statis maupun dinamis.

41 48 Stabilitas statis berasal dari struktur pasif seperti kesesuaian tulang, ligamen, dan kapsul sendi. Stabilitas dinamis diciptakan oleh kontraksi otot dan sendi yang disebut sebagai stabilisasi fungsional. Postural stabilitas (biasanya disebut sebagai keseimbangan) didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk mempertahankan pusat gravitasi (COG) dalam bidang tumpu (BOS) pada batas-batas stabilitas (line of stability) (LOS)) pengaturan ini disebut sebagai kerucut terbalik Stabilitas postural adalah hasil dari input, proses, dan output informasi dari PNS dan SSP. khususnya, informasi yang terlibat dalam stabilitas postural meliputi visual, vestibular dan informasi somatosensori.(neurac 1, 2008) Anatomi Lumbo-pelvic a. Tulang : Secara anatomi, struktur kolumna vertebralis terdiri atas 33 ruas, dibagi menjadi 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang thorakalis, 5 ruas lumbalis, 5 ruas tulang sakrum dan 4 ruas tulang koksigeus. Secara fungsional kolumna vertebralis merupakan satu kesatuan, baik dalam fungsi dinamik maupun fungsi statis. Secara keseluruhan tulang belakang harus menggerakan dan meneruskan berat badan dan melindungi medula spinalis. Pada posisi berdiri tegak segmen lumbal akan lordosis dan kolumna vertebralis bekerja seperti derek, otot paravertebral merupakan kabel-kabel yang mengimbangi setiap beban yang dibawa ke depan. b. Persendian

42 49 Pada kolumna vertebra ada dua jenis persendian, yaitu persendian antara dua korpus vertebra dan antara 2 arkus vertebra, yang mana dihubungkan oleh fibrokartilago diskus atau oleh ligamentum interoseus. Gambar.2.7 Kurva Spine di lihat dari anterior, posterior dan lateral Sumber (Jason M. Highsmith, MD) Gambar. 2.8 Struktur tulang Vertebra Lumbal Sumber (Jason M. Highsmith, MD) c. Diskus Intervertebralis Tiap diskus intervertebralis terdiri dari lapisan luar annulus fibrosus dan inti lunak serta licin seperti jeli, nucleus pulposus yang berisi sisa notochord (Chordda Dorsalia). Annulus fibrosus mengandung lapisan serabut kolagen dan kartilago fibrosa tersusun konsentris melingkari nukleus pulposus yang

43 50 berada dalam tegangan. Diskus intervertebralis terletak antara tiap-tiap korpus vertebra. Pada potongan sagital tampak seperti kerucut. d. Foramen Intervertebralis Gambar 2.9 Discus Intervertebralis Sumber. Foramen intervertebralis terletak disebelah dorsal kolumna vertebralis antara vertebra atas dan bawahnya. Pada bagian superior dibatasi oleh pediculus vertebra bawahnya dan pada bagian anterior oleh sisi dorso lateral discusserata sebagian korpus dan pada bagian dorsal oleh prosesus artikularis dan sendi facetnya dan tepi lateral ligamentum flavum. e. Radiks Radiks merupakan sepertiga sampai setengah isi foramen yang terdiri atas saraf sensorik dan motorik, diselubungi oleh jaringan ikat fibrosus dan setinggi foramen masih terdapat cairan serebrospinal sebagai lanjutan dura.

44 51 Gambar Persyarafan pd regio Lumbal Sumber. Com f. Saraf Sinuvertebra Saraf sinuvertebra merupakan cabang rami vertebralis yang melewati foramen ke kanalis vertebra kemudian bercabang dan mensarapi satu segmen di atasnya, segmen yang bersangkutan dan dua segmen di bawahnya. g. Pembuluh darah Pada bagian bawah foramen terdapat lebih dari dua vena yang cukup besar. Selain itu terdapat pula cabang kecil dari arteri segmental. Arteri ini terbagi menjadi tiga cabang, yaitu satu cabang mensuplai corpus vertebra, satu cabang lagi mensuplai bagian posterior. Kemudian juga terdapat arteri vertebralis pada sisi kiri dan kanan medulla spinalis dan batang otak. Kedua arteri ke atas bersama-sama setelah memasuki foramen magnum bergabung membentuk arteri basilaris. h. Facet Merupakan bagian yang sensitif pada spine dan memiliki banyak jaringan pengikat untuk membentuk sendi yang normal. Facet terdiri dari kartilago, kapsule, cairan sendi dan ligamen. Facet joint merupakan sendi yang terdapat pada tubuh yang dapat bergerak dan termasuk jenis sendi datar dengan gerak utamanya adalah gerak geser atau glide dan menekuk atau tilting serta banyak

45 52 mengandung cairan sinovium. Ketika mengalami iritasi, kompresi, trauma atau injuri dapat mengakibatkan nyeri yang hebat dan bengkak. Facet dibentuk oleh facies artikularis inferior pada vertebra atas dan facies artikularis superior dari vertebra bawahnya. Tidak semua facet berada dalam bidang yang sama, pada segmen tertentu lebih convex atau concave. i. Ligamen 1) Ligamentum interspinosus, ligamentum ini berperan dalam mencegah terpisahnya dua vertebra. 2) Ligamentum supraspinosus, 3) Ligamentum intertransversus, 4) Ligamentum iliolumbal, merupakan ligamentum penting yang mengikat prosesus transversus L3 ke ilium. Ligamentum ini menahan meluncurnya ke depan menekuk ke lateral dan rotasi aksial vertebra L5 terhadap sakrum. 5) Ligamentum flapum, Berperan sedikit dalam menahan fleksi lumbal tetapi tidak membatasi gerakan. Peran utamanya memelihara keutuhan dan permukaan yang mulus sepanjang atap kanalis vertebralis. 6) Ligamentum longitudinale anterior, 7) Ligamentum longitudinal posterior, ligamen ini berfungsi untuk membatasi gerakan utama pada gerakan fleksi ektensi dan melindungi diskus intervertebralis. Ligamen ini kaya akan capiler dan saraf afferen IVC.

46 53 Gambar Ligamen-ligamen pada columna Vertebra Sumber. j. Innervasi Persarafan mengikuti saraf segmental dimana segmen of junghan disarafi oleh sinuvertebral nerve segmen yang bersangkutan dan satu segmen atas, serta satu segmen bawahnya. Saraf persegmen yang terdapat pada columna vertebra terdiri dari saraf sensorik, motorik dan vegetatif. Pada lumbal bagian posterior terdapat foramen intervertebral dan semua persarafan yang percabangannya terletak disana. Setiap dorsal ramus berjalan menyilang dan dapat bercabang dua hingga tiga percabangan. Sisi lateral percabangan berjalan hingga ke lateral lumbal dan mensarafi otot erector spine hingga iliocostalis. Percabangan lateral L1 L3 muncul dari otot dan menyilang ke iliaca dan menjadi cutaneus dan berakhir di bokong. Percabangan bagian tengah berdiri sendiri berasal dari dari setiap percabangan lateral dan mensarafi bagian medial lumbal otot longissimus thorasic. Percabangan medial mensarafi otot multifidus dan interspinosus, ligamen dan facet joint.

47 54 Bagian anterior terdapat korfus vertebra dan diskus intervertebralis juga ligamen. Persarafan bagian anterior mensarafi ligament longitudinal antereior, sedangkan bagian posterior mensarafi ligament longitudinal posterior. Dari kedua bagian itu interior dan posterior pleksus banyak terdapat percabangan yang masuk pada korpus dan diskus intervertebralis. Percabangan yang di diskus hanya mensarafi bagian luar yaitu pada bagian anulus fibrosus dan tidak sampai ke dalam. Untuk persarafan pada korpus tidak terlalu dalam hanya sampai pada spongiosa. Gambar Radiks Vertebra Lumbal Sumber. k. Otot otot Para lumbal Otot secara umum dibagi atas 3 jenis yaitu, otot rangka, otot jantung dan otot polos. Otot rangka merupakan masa besar yang menyusun jaringan otot somatic. Otot merupakan jaringan yang kerjanya dapat diatur dan kerja otot adalah berkontraksi, yaitu memendekan dirinya, sehingga dengan demikian kerja otot dapat dimanfaatkan untuk memindahkan bagian bagian skelet, yang

48 55 berarti bahwa suatu gerakan terjadi. Otot spine terdiri atas otot intrinsik dan ekstrensik muscle dengan fungsi utama sebagai stabilisator, di samping sebagai penggerak. Otot spine termasuk otot tipe I sehingga bila ada patologi akan terjadi tighness dan contraktur. Otot otot spine terdiri atas : 1) M.Rectus abdominis untuk fleksi dan lateral fleksi, berasal dari krista iliaka dan simpisis pubis dan berinsersio di kosta 5-7, procesus xyphoideus. 2) M.Obliquus externus abdominis untuk fleksi dan rotasi. Dengan origo dari slips bagian luar diantara costa 8 dan berinsersio di abnominal aponeurosis, anterior dari krista illiacum. 3) M.Obliquus internus untuk fleksi dan lateral fleksi, 4) M. Transversus Abdominis, berfungsi untuk gerak flexi 5) M. Semispinalis (thoracic) bila berkontraksi secara bilateral berfungsi untuk ektensi kolumna vertebra, bila secara unilateral berfungsi untuk rotasi kolumna vertebra pada sisi yang berlawanan. 6) M.Quadratus lumborum bila bilateral action untuk ekstensi lumbar spine dan bila unilateral action untuk lateral fleksi lumbar spine dan elevasi pelvis. 7) M. Multifidus bila berkontraksi secara bilateral untuk ektensi kolumna vertebrae dan bila secara unilateral untuk lateral fleksi dan rotasi pada sisi yang berlawanan. 8) M.Erector spine terdiri atas M. Illiocostalis thoracis berfungsi untuk

49 56 ekstensi trunk bila berkontraksi secara bilateral dan lateral fleksi-rotasi bila berkontraksi secara unilateral. 9) M.Illiocostalis lumborum berfungsi untuk ekstensi bila berkontraksi secara bilateral dan lateral fleksi-rotasi-elevasi pelvis bila berkontraksi secara unilateral, M.Longisimus thoracis dan prosessus tranversus vertebrae thorakal, berfungsi untuk ekstensi trunk bila berkontraksi secara bilateral dan lateral fleksi bila berkontraksi secara unilateral, M.Spinalis thoracis Berfungsi untuk ekstensi trunk. 10) M. Psoas sebagai otot pembantu termasuk otot tipe I berfunsi untuk fleksi hip. Gambar A Otot-otot Spine bagian posterior Sumber. Gambar 2.14 Otot-otot Spine bagian anterior dan penampang otot Sumber.

50 Fisiologi Lumbo-pelvic Aktivasi Otot dalam fungsi rantai kinetik didasarkan pada program sebelum pola aktifasi otot yang berorientasi pada tugas, khususnya untuk kegiatan atletik, dan ditingkatkan dengan pengulangan gerak. Pola-pola ini dikelompokkan ke dalam dua kelas berikut: Pola memanjang-tergantung, yang memberikan stabilitas di satu sendi, dan dimediasi oleh masukan gamma afferent serta melibatkan hambatan timbal balik otot untuk memberikan kekakuan di sekitar sendi; Pola kekuatan-menggantung merupakan aktivasi terintegrasi pada beberapa otot, untuk menggerakkan beberapa sendi dan meningkatkan kekuatan, serta dimediasi oleh reseptor tendon golgi. Dalam pola aktivasi Kekuatan-menggantung lebih banyak ditunjukkan pada aspek yang berhubungan dengan kegiatan inti. Evaluasi pola aktivasi otot dalam hubungan dengan gerakan lengan yang cepat menunjukkan bahwa otot-otot pertama yang diaktifkan adalah gastrocnemius kontralateral / soleus, dan bahwa pola aktivasi dilanjutkan sampai ke lengan melalui otot - otot pada daerah sangkar torax (corset). Kecepatan Kaki maksimum dalam menendang sangat berkaitan dengan aktivasi otot fleksor pinggul daripada ekstensi lutut. Pada sebuah penelitian tentang melempar cepat bola bisbol - didemonstrasikan bahwa di semua tingkat kesulitan ada pola aktivasi otot yang dimulai dari eksternal oblik kontralateral dan memberikan hasil kerja untuk lengan.

51 58 Pola aktivasi otot ini juga mengakibatkan peningkatan tingkat aktivasi otot di ekstremitas, meningkatkan kemampuan mereka untuk mendukung atau memindahkan ekstremitas. Gerakan plantarflexi maksimal otot gastrocnemius merupakan hasil stimulasi dari otot-otot pinggul. Aktivasi lebih dari dua puluh enam persen dapat terjadi di pergelangan kaki sebagai akibat dari aktivasi otot proksimal. Demikian pula, peningkatan 23-24% dalam aktivasi rotator cup maksimal terjadi ketika skapula distabilkan oleh otot trapezius dan rhomboid, baik pada individu tanpa gejala atau dengan gejala. Selain itu, aktivitas otot distal dapat lebih diarahkan presisi dan terkontrol, dari pusat, ketika aktivasi otot proksimal maksimum. Hal ini dapat dilihat dalam fungsi otot-otot siku saat melempar. Aktivasi otot inti digunakan untuk menghasilkan torsi rotasi sekitar tulang belakang. Sebagian besar dari studi aktivasi otot menunjukkan pola diferensial intensitas dan waktu aktivasi otot, yang dimulai pada sisi kontralateral, yang menciptakan rotasi serta generasi kekuatan. Akhirnya, aktivasi otot inti memberikan kekakuan ke seluruh pusat massa, membuat silinder kaku yang membuat tuas lengan panjang disekitar daerah rotasi dapat terjadi dan terhadap otot-otot yang dapat distabilkan karena mereka berkontraksi. (Kibler, 2006) Biomekanik Lumbo-pelvic Secara fisiologis hasil aktivasi otot dalam beberapa efek biomekanik memungkinkan fungsi lokal dan distal menjadi efisien. Program sebelum aktivasi otot mengakibatkan penyesuaian postur antisipatif (APAs-anticipatory postural adjustments), dimana posisi tubuh untuk menahan gangguan dalam

52 59 menyeimbangkan tubuh diciptakan oleh kekuatan menendang, melempar, atau berlari. APAs menciptakan stabilitas proksimal untuk mobilitas distal. Pada aktivasi otot juga menciptakan momen interaktif yang mengembangkan dan mengendalikan kekuatan serta beban pada sendi. Momen interaktif pada sendi dibuat oleh gerakan dan posisi segmen yang berdekatan. Momen interaktif dikembangkan dalam segmen pusat tubuh dan merupakan kunci untuk mengembangkan gaya yang tepat pada sendi distal dan relatif untuk menciptakan pengurangan momen inersia dari posisi tulang di daerah-daerah distal, serta memungkinkan kecepatan penjumlahan yang lebih tinggi. Akhirnya, memungkinkan untuk mengendalikan gaya bersama yang akan sangat dipengaruhi dan dikendalikan oleh program sebelum pola aktivasi otot dan saat interaktif dikembangkan melalui aktivasi inti, bukannya berdasarkan ukuran ligamen lokal atau umpan balik berbasis aktivasi otot lokal, ligamen bisa lebih kecil dalam ukuran, dan otot-otot lokal yang lebih kecil dapat diaktifkan untuk presisi dan kontrol kinerja variabel. ( Kibler, 2006) a) Osteokinematik dan arthrokinematik Vertebra Lumbal Osteokinematik adalah gerak sendi yang dilihat dari gerak tulangnya saja. Pada osteokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak rotasi ayun, rotasi putar, dan rotasi spin. b) Arthrokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi, pada arthrokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak roll dan slide. Dari kedua gerak tersebut dapat diuraikan lagi menjadi gerak traksi-kompresi, translasi dan spin. Gerak fisiologis spine dalam klinis berupa fleksi-ekstensi, lateral

53 60 fleksi dan rotasi. Hal ini terjadi karena facet pada lumbal berada dalam bidang sagital. Saat gerakan fleksi di bagian anterior akan terjadi kompresi pada korpus vertebra, diskus intervertebralis, ligamen anterior memendek dan otototot abdominal terjadi kontraksi pemendekan. Sedangkan bagian posterior terjadi penguluran pada ligamen longitudinal posterior, ligament plavum, interspinosus, supraspinosus dan otot-otot back ekstensor, facet membuka, foramen intervertebralis menjadi lebar, spinal cord teregang. Saat gerakan ekstensi bagian anterior terjadi peregangan pada otot-otot abdominal, ligamentum longitudinal anterior dan diskus intervertebralis terjadi peregangan dan korpus vertebra membuka sedangkan pada bagian posterior terjadi kompresi pada diskus intervertebralis, facet, prosessus spinosus, foramen intervertebralis menyempit, ligamen longitudinal posterior memendek serta otot-otot back ekstensor kontraksi memendek. Saat lateral fleksi terjadi kompresi facet homolateral, gapping facet kontra lateral, penyempitan foramen intervertebralis homolateral, diskus kontra lateral merenggang, kompresi ligamen intertranverse homo lateral kompresi, ligamen intertransverse kontralateral terulur dan ipsi lateral relaksasi. Saat rotasi facet bagian superior menghadap ke posterior, dan medial facet ini tidak datar tapi cenderung konkaf dan tegak lurus. Saat terjadi rotasi pada bagian atas lumbal dengan bagian bawah terlihat gerakan yang kecil disebabkan karena bentuk disebabkan karena bentuk dari facet yang tidak datar melainkan cenderung konkaf. Gerak Osteokinematik vertebra lumbal yaitu :

54 61 1) Gerak fleksi, terjadi kompresi pada pilar anterior, dari beberapa penelitian telah dilakukan pengukuran tekanan intradiskal untuk mendukung teori mengenai pengaruh perubahan postur terhadap fungsi diskus. Tekanan paling kecil terjadi pada saat terlentang (25%) dan terbesar pada posisi berdiri tegak (100%), ini terjadi dalam postur lordosis Pada otot-otot abdominal terjadi kontraksi memendek, sedangkan pada bagian posterior terjadi penguluran yaitu pada ligamen longitudinal posterior, ligamen plavum, supra spinalis dan otot-otot back ekstensor, facet membuka dan spinal cord teregang. 2) Gerak ekstensi, pada bagian anterior terjadi peregangan sedang pada bagian posterior terjadi kompresi, pada otot-otot back ekstensor akan terjadi kontraksi yang kuat karena menahan beban ke arah anterior. 3) Gerak fleksi kemudian melakukan gerakan lateral fleksi maka akan terjadi gerakan rotasi kearah sisi konkaf. Gambar 2.15 Gerakan nukleus karena pengaruh tekanan Sumber:

55 Mekanisme core stability dalam tendangan sepak bola Aktifasi fisiologi otot-otot core menghasilkan beberapa efek biomekanik lokal yang efisien dan fungsional pada bagian distal ya gerakan atau eksekusi gerak terjadi, aktivasi otot menghasilkan penyesuaian antisipasi postural/anticipatory postural adjustments (APAs), yang memberikan posisi tubuh bertahan dari gangguan untuk membuat keseimbangan baik berupa menendang, melangkah atau berlari. Otot-otot core menghasilkan stabilisasi yang fungsi utamanya bekerja untuk menghasilkan APAs. APAs menciptakan stabilisasi proksimal untuk mobilisasi pada distal., sehingga saat eksekusi gerak menendang proses menjadi tidak terganggu oleh faktor eksternal lain. Menendang bola melibatkan banyak komponen. Pada tendangan yang dilakukan dengan kaki kanan maka kaki kanan yang melakukan tendangan akan menjadi bagian mobilitas, sementara kaki kiri menjadi bagian stabilitas. Stabilitas tungkai kiri bisa terjaga jika didukung oleh stabilitas postur yang adekuat karena faktor perubahan letak center of gravity (COG) saat menendang akan mempengaruhi stabilitas tungkai kiri. Hal ini dapat diminimalisir dengan aktivasi dari core stability. Dengan kata lain akurasi menendang dapat dicapai jika eksekusi gerak menendang tidak dipengaruhi oleh instabilitas postur. Adanya perpindahan saat menendang merupakan bagian dari aktivasi otot-otot core yang saling bersinergis. Aktivasi otot-otot core digunakan untuk menghasilkan rotasi spine. Aktivasi otot sebuah pola gerak dalam tendangan

56 63 akan saling cross-sectional dari bagian mobilitas. Hal ini memberikan pengaruh alignment dari kepala sampai pelvis dalam membentuk alignment postur. Saat dilakukan gerak ayunan tungkai, akan terjadi pelvic tilt dimana otot-otot core sisi kontra lateral berkontraksi sebagai stabilisasi terhadap mobilitas distal. Di sisi lain dibutuhkan banyak dan lebih kecil di dalam pheriperal segment, pergerakan dari inersia dalam area distal tersebut berkurang, mengakibatkan penyajian dalam kecepatan tinggi. Pengaruh aktivasi otot-otot postural akan membentuk suatu pola midline dimana adanya suatu antisipasi postural akan mempengaruhi persiapan anggota gerak bagian distal dalam membentuk midline sebagai perkembangan potensial dari linear akselerasi dalam persiapan untuk bergerak Resistance Tube Exercise Resistance Tube Exercise merupakan bentuk latihan dengan menggunakan elastis tube sebagai tahanan/beban. Latihan dengan menggunakan elastis tube resistance bertujuan untuk mempertahankan massa otot, merehabilitasi dan memulihkan otot dan fungsi tubuh, meningkatkan kekuatan dinamik, meningkatkan stabilitas, endurance dan power otot dengan menggunakan tahanan yang berasal dari external force (Wess 2006). Perbedaan dasar dari tabung resistance dengan bentuk lain dari latihan resistance adalah tabung yang digunakan menghasilkan kontrol dan konsistensi dari kekuatan sesuai dengan kebutuhan (Patterson, 2001)

57 64 Elastis tube merupakan bahan elastis yang terbuat dari karet lateks berbentuk tabung dengan pemegang pada kedua ujungnya. Secara progresif produk Elastis tube resistance memiliki elastisitas dan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk latihan pada atlit. Hal ini dikarenakan karet elastic resistance dapat di gunakan secara mandiri. Untuk latihan harus di sesuaikan dengan warna karet yang berdasarkan elastisitas karet dan kekuatan otot. Tersedia berbagai warna elastis tube resistance sesuai dengan progresif tingkat tahanan yaitu warna kuning, merah, hijau, biru, hitam dan perak. Intensitas yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan repetisi maksimal (RM), yaitu beban maksimal yang dapat dilakukan/diangkat selama satu kali gerakan atau kontraksi. Repetisi untuk meningkatkan kekuatan otot repetisi yang harus diberikan adalah 60% sampai 100% dari 1 RM. Latihan isotonik adalah suatu bentuk latihan dimana adanya kontraksi otot dengan beban konstant dari awal sampai akhir gerakan. Latihan isotonik bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dinamik, endurance otot dan power sehingga dapat meningkatkan tekanan intramuskuler dan menyebabkan meningkatakan aliran darah, mencegah peradangan, dan peningkatan kelenturan jaringan yang dapat menurunkan nyeri (Sherwood, 2009) Prosedur penerapan latihan elastis tube resistance pada anggota gerak bawah

58 65 a. Teknik Aplikasi 1) Sebelum latihan terlebih dahulu melakukan pemanasan berupa peregangan pada otot anggota gerak bawah (hamstrings, quadriceps, calf muscle dan adductor) 2) Latihan elastis tube resistance terdiri dari: one-leg press, knee lift, seat leg extension, side leg raise, dan standing leg curl) 3) Fisioterapis memberikan instruksi dalam penggunaan elastis tube resistance yaitu dengan gerakan menarik karet elastis sampai batas regangan tertentu sesuai dengan lingkup gerak sendi yang ditentukan, kemudian kembali keposisi awal secara perlahan-lahan. 4) Elastis tube resistance yang dipakai adalah warna merah b. Dosis 1) Frekwensi : 3 X seminggu 2) Intensitas : 3 set latihan 3) Time : 30 menit 4) Repetisi : 10 kali 5) Rest : 30 detik per 1 set latihan c. Teknik latihan elastis tube resistance 1) One-leg press Peserta duduk di lantai dengan tungkai ke depan dan lutut sedikit ditekuk. Elastis tube resistence diletakkan di sekitar telapak kaki kanan untuk menjaga lutut kanan tetap posisi sedikit menekuk. Masingmasing ujungnya elastis tube dipegang tangan. Peserta meluruskan

59 66 lutut kanan tetapi tidak sampai penguncian pada lutut. Sambil mempertahankan regangan elastis tube perlahan-lahan tungkai kembali ke posisi semula. Gambar One leg press 2) Knee lift Peserta duduk nyaman dengan posisi pinggul dan lutut tegak lurus satu sama lain. Elastis tube resistance diletakkan pada bagian paha kanan, dan ujung masing-masing elastis tube dipegang masing-masing tangan. Peserta menarik lutut kana kearah dada dengan melawan tahanan ari elastis tube resistance. Kemudian dengan perlahan kembali ke posisi semula dengan mempertahankan tahanan elastis tube.

60 67 Gambar Knee lift 3) Seat leg extension Peserta duduk tegak dengan pinggul dan lutut posisi fleksi. Letakkan elastis tube resistance pada telapak kaki dan ujung tube elastis dipegang masing-masing tangan. Peserta diminta meluruskan kaki kiri perlahan-lahan sampai tungkai terangkat pada posisi 90 derajat dengan batang tubuh. Kemudian kembali ke posisi awal sambil mempertahankan tahanan pada elastis tersebut.

61 68 Gambar Seat leg extension 4) Standing leg curl Dua peserta terlibat dalam latihan. Peserta pertama memegang kedua ujung elastis tube resistance yang diletakkan pada kaki peserta kedua dengan posisi lutut menekuk 90 derajat dan sendi paha menekuk ke depan sekitar 45 derajat. Peserta kedua diminta menurunkan tumit perlahan-lahan kemudian kembali ke posisi semula dengan perlahan. Selama gerakan di pertahankan posisi lutut dan paha tetap stabil. Gambar Standing leg curl 5) Side leg raise Peserta berdiri tegak. Ujung elastis tube resistance dilingkarkan pada pergelangan kaki kanan sementara kaki kiri menginjak elastis tube resistance. Gerakkan kaki kanan kesamping kanan sampai kaki terangkat sekitar 30cm dari lantai. Kemudian perlahan-lahan kembali ke posisi awal. Saat melakukan gerakan posisi tubuh dan tungkai tetap dalam posisi stabil.

62 69 Gambar Side leg raise Mekanisme Resistance Tube Exercise terhadap ketepatan tendangan Latihan resistance tube dalam bentuk isotonic kontraksi dapat mempertahankan massa otot, merehabilitasi dan memulihkan otot dan fungsi tubuh, meningkatkan kekuatan dinamik, meningkatkan stabilitas, endurance dan power otot dengan menggunakan tahanan yang berasal dari external force. Peningkatan recruitment motor unit akan meningkatkan kekuatan otot. Kontraksi otot dengan tenaga kecil akan mengaktifkan sedikit mototr unit, tetapi kontraksi otot dengan tenaga yang besar akan mengaktifkan banyak motor unit. Tidak semua motor unit pada serabut otot aktif pada saat yang sama. Hal ini berarti kontrol neural fast twitch fiber dan slow twitch fiber akan memodulasi secara selektif jenis serabut yang akan digunakan sesuai dengan karakteristiknya. Jenis latihan akan mempengaruhi motor unit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat popular di dunia. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat popular di dunia. Di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat popular di dunia. Di Indonesia olahraga sepak bola masih memerlukan perhatian yang besar baik dalam mencari bibit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran bahwa hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reguler PS D-IV, Fisioterapi UEU

BAB I PENDAHULUAN. Reguler PS D-IV, Fisioterapi UEU 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh ideal merupakan impian semua orang di dunia ini, tidak termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu mereka tidak segan- segan melakukan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas olahraga sudah dikenal sejak jaman dulu kala. Olahraga memiliki sekumpulan peraturan, kebiasaan, sampai aktifitas tubuh yang sudah diatur sedemikian rupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa memiliki beranekaragam aktivitas sehingga dituntut memiliki gerak fungsi yang baik dalam hal seperti mengikuti perkuliahan, melaksanakan tugas-tugas kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai suatu prestasi maksimal. Power adalah kemampuan mengatasi hambatan dalam kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari berbagai jenis olahraga prestasi, beladiri merupakan salah satu cabang olahraga yang berkembang di Indonesia. Olahraga beladiri yang ada di Indonesia antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai dewasa terutama laki-laki. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global angka pertumbuhan lansia semakin hari semakin meningkat dan sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia, atau 58 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Futsal adalah variasi sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan di lapangan yang lebih kecil. Futsal mulai dimainkan di Amerika Selatan pada tahun 1930 dan sejak itu

Lebih terperinci

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI 1 ILMU GERAK KINESIOLOGI : Adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas perkuliahan yang begitu padat membuat mahasiswa kekurangan waktu untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga tetapi

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk

BAB VI PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui perbedaan kombinasi Mc.Kenzie dan William flexion exercise dengan pilates exercise dalam meningkatkan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sehat yaitu slogan baru untuk Negara Indonesia dalam upaya mensejaterahkan dan menyehatkan warga negaranya. Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG WHO menyatakan Health is a state of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of deaseas or infirmity. Sehat adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu bergerak dan beraktivitas dalam kehidupannya. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak usia sekolah dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa

Lebih terperinci

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah salah satu olahraga yang paling terkenal di dunia. Olahraga ini dapat menarik perhatian banyak penonton, memiliki sisi tontonan atau hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak dan berpindah tempat dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan baik secara volunter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia di masa yang modern dan berkembang seperti saat ini banyak memiliki aktivitas yang beragam dan berbeda-beda, tentunya harus memiliki energi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi menyebabkan perubahan gaya hidup manusia, dampak besar yang terjadi terlihat jelas pada status kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 63 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1.Kerangka Berpikir Permainan sepakbola didominasi oleh tendangan baik yang ditujukan untuk mengumpan, menembak ke arah gawang maupun menghalau serangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak akan terlepas dari masa remaja. Masa remaja merupakan saah satu periode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak pernah terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Kecepatan lari merupakan unsur kemampuan gerak yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Kecepatan lari merupakan unsur kemampuan gerak yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecepatan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi gerak. Kecepatan lari merupakan unsur kemampuan gerak yang merupakan keterampilan dasar yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan masing-masing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang (Rofa, 2008). Sepakbola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, dari semenjak usia muda manusia telah mengenal olahraga namun saat melakukan olahraga itu sendiri diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi kunci pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat adalah tujuan semua orang. Salah satu yang mempengaruhi kualitas hidup individu adalah kondisi fisiknya sendiri. Sehingga manusia yang sehat sudah tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi olahraga yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi olahraga yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini telah banyak penelitian yang dilakukan dalam bidang olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi olahraga yang tinggi. Masalah dalam peningkatan prestasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa merupakan periode di mana tidak terjadi lagi perubahan karena faktor pertumbuhan setelah masa adolesensi yang mengalami pertumbuhan cepat. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Permainan sepakbola merupakan permainan yang paling populer dewasa ini di seluruh

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Permainan sepakbola merupakan permainan yang paling populer dewasa ini di seluruh BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Permainan Sepak Bola Permainan sepakbola merupakan permainan yang paling populer dewasa ini di seluruh dunia. Sepakbola adalah suatu

Lebih terperinci

Basket merupakan salah satu cabang olahraga yang popular di seluruh dunia. Menurut International Basketball Federation (FIBA) pada tahun 2014, basket

Basket merupakan salah satu cabang olahraga yang popular di seluruh dunia. Menurut International Basketball Federation (FIBA) pada tahun 2014, basket BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk mencapai 237,6 juta jiwa dan 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja dengan rentang usia 10-24 tahun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan dalam setiap siklus kehidupan, diawali dari masa bayi, kanak-kanak, masa remaja (pubertas) dan menuju proses

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya

BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui pelatihan core stability dan balance board exercise lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,

Lebih terperinci

Sepakbola. Oleh: Rano Sulisto,S.Pd.

Sepakbola. Oleh: Rano Sulisto,S.Pd. Sepakbola Oleh: Rano Sulisto,S.Pd Untuk bermain bola dengan baik pemain harus dibekali dengan teknik dasar yang baik. Pemain yang memiliki teknik dasar yang baik pemain tersebut cenderung dapat bermain

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kemampuan gerak fungsional tubuh yang dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kemampuan gerak fungsional tubuh yang dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diprogram untuk bergerak yang dikendalikan dan dimodifikasi oleh sistem neuromuskular dan sensorimotor (visual, vestibular, dan mechanoreceptor atau proprioceptor).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan. BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Permainan Sepakbola Sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh 11 orang termasuk penjaga gawang. Dalam bermain sepakbola hanya diizinkan melakukan gerakan kaki, kepala,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Sepakbola 1. Pengertian Sepakbola Pada hakikatnya permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak. Sepakbola dimainkan dilapangan rumput oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran bahwa hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang drastis pada pertumbuhannya, baik pertumbuhan fisik, mental dan psikis. Pertumbuhan fisik yang cepat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat manusia dituntut untuk hidup lebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Manusia sebagai makhluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Manusia sebagai makhluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia sebagai makhluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang optimal untuk berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan kebutuhan dasar dalam

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. regu, masing masing regu terdiri dari sebelas orang pemain termasuk

BAB II KAJIAN TEORI. regu, masing masing regu terdiri dari sebelas orang pemain termasuk BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Permainan Sepakbola Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu, masing masing regu terdiri dari sebelas orang pemain termasuk penjaga gawang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, Bab 1 Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, Bab 1 Pasal BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Istilah kesehatan dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sepak bola adalah olahraga terpopuler di jagad raya ini. Hampir semua

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sepak bola adalah olahraga terpopuler di jagad raya ini. Hampir semua BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi teoritis 2.1.1 Hakikat Permainan Sepak Bola Sepak bola adalah olahraga terpopuler di jagad raya ini. Hampir semua orang bisa memainkan olahraga yang mengandalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk biopsikososial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang optimal untuk dapat berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepakbola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Sepakbola adalah permainan

Lebih terperinci

BIOMEKANika olahraga. dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO. Biomekanika/ikun/2003 1

BIOMEKANika olahraga. dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO. Biomekanika/ikun/2003 1 BIOMEKANika olahraga dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO Biomekanika/ikun/2003 1 Definisi Ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip mekanika terhadap struktur tubuh manusia pada saat melakukan olahraga. Penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang melakukan aktifitas fisik untuk menunjang hidup sehat, karena Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia untuk hidup dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan bangsa yang lain. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kemajuan,

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan bangsa yang lain. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kemajuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menunjukkan prestasi dan bersaing dengan bangsa yang lain. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kemajuan, kecerdasan dan prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sepakbola merupakan olahraga yang sangat digemari oleh masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Fakta membuktikan bahwa saat ini sepakbola menduduki peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia olahraga yang sifatnya persaingan satu dengan lainnya, termasuk dalam olahraga permainan sepakbola untuk mencapai prestasi dibutuhkan kemampuan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta KETERAMPILAN DASAR ATLETIK Lempar (Throw) Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LEMPAR (THROW) Lempar Lembing (Javelin Throw) Tolak Peluru (Shot Put) Lempar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) merupakan indikator keberhasilan pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh penurunan angka kematian serta

Lebih terperinci

TITIK BERAT DAN STABILITAS (CENTER OF GRAVITY DAN STABILITY)

TITIK BERAT DAN STABILITAS (CENTER OF GRAVITY DAN STABILITY) TITIK BERAT TITIK BERAT DAN STABILITAS (CENTER OF GRAVITY DAN STABILITY) Definisi titik berat Lokasi titik berat pada manusia STABILITAS DAN EQUILIBRIUM Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola Sepak Bola Sepak bola termasuk salah satu permainan bola besar. Sepak bola merupakan olahraga yang paling akbar di dunia. Setiap kejuaraan sepak bola akan mengundang banyak penonton. Jumlah penonton sepak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS/ Hakekat Heading Dalam Permainan Sepak Bola

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS/ Hakekat Heading Dalam Permainan Sepak Bola 6 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS/ 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Heading Dalam Permainan Sepak Bola Sepak bola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai tuntutan lingkungan hidup terhadap dirinya, untuk dapat. dimiliki antara lain kemampuan untuk melakukan gerak, aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai tuntutan lingkungan hidup terhadap dirinya, untuk dapat. dimiliki antara lain kemampuan untuk melakukan gerak, aktivitas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. manusia merupakan paduan antara mahluk material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk yang utuh dan unik, dikatakan utuh karena manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena setiap manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Jump Heading Tehnik dasar heading (jump heading) sangat penting dalam permainan sepak bola. Karena dengan jump heading

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran bahwa hal tersebut bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia harus memiliki kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan tumpuan masa depan dan generasi selanjutnya bagi kehidupan dunia dimasa yang akan datang. Dalam hal ini kesehatan bagi anak merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia dalam bekerja dan beraktivitas selalu melibatkan anggota gerak tubuhnya. Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak karena hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan fase tumbuh dan kembang setiap makhluk tersebut. Demikian pula dengan manusia sebagai makhluk hidup. Manusia tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dibutuhkan kesegaran jasmani dan tubuh yang sehat. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesegaran jasmani hendaknya melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga tuntutan lingkungan agar dapat melakukan aktifitas dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga tuntutan lingkungan agar dapat melakukan aktifitas dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk biopsikososial memerlukan kondisi yang sehat agar mampu menjalankan berbagai peranannya dalam masyarakat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam mengahadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika manusia. Sudut pandang manusia telah menyoroti perkembangan olahraga dengan pemanfaatan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini telah memasuki era baru yaitu era reformasi dengan ditandai oleh adanya perubahan-perubahan yang cepat disegala bidang menuju kepada keadaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai lanjut usia (lansia). Lanjut usia (lansia) merupakan kejadian yang pasti akan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Sepakbola di indonesia sekarang sudah banyak mengalami kemajuan prestasi di bandingkan beberapa tahun lalu, banyak pemain sepakbola Indonesia yang sudah mulai membuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci