BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Pengertian pasar modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya perusahaan-perusahaan komersial beserta seluruh surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal diartikan sebagai suatu pasar yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara (Sunariyah, 2003:4). Pasar modal adalah tempat pertemuan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Tandeilin, 2001:13) Berdasarkan undang-undang (UU) No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal, dinyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan perusahaan publik terkait dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat komersil, saham, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. UU no. 8 Tahun 1995 membedakan antara pasar modal dengan bursa efek. Bursa efek didefinisikan sebagai pihak yang menyelenggarakan serta menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek, atau pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.

2 Pasar modal ada empat jenis (Sunariyah, 2003 : 13), yaitu : 1) Pasar Perdana (Primary Market) adalah pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. 2) Pasar Sekunder (Secondary Market) adalah penawaran surat berharga kepada para pemodal setelah surat berharga tersebut ditawarkan di bursa. Harga surat berharga di pasar sekunder ini ditentukan oleh besarnya penawaran dan permintaan terhadap surat berharga tersebut (mekanisme pasar). 3) Pasar Ketiga (Third Market) adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market) atau disebut juga bursa paralel. 4) Pasar Keempat (Fouth Market) adalah bentuk perdagangan efek antar investor atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek Harga penawaran saham perdana Melihat besar kecilnya return yang akan diterima oleh penjamin emisi, sejumlah harga pasar perdana dinilai terlalu rendah. Pasar penawaran perdana adalah penawaran perdana saham ke publik dan kadang disebut unscasoned offering. Masalah penawaran mengundang pertanyaan bagi para peneliti di bidang keuangan. Hal tersebut karena umumnya penawaran saham di pasar perdana memberikan abnormal return yang positif bagi para pemodal segera setelah saham-saham tersebut diperdagangkan di bursa. Abnormal return menunjukkan selisih tingkat keuntungan yang sebenarnya (estimated return). Dalam penawaran saham perdana estimated return sering diwakili oleh tingkat keuntungan indeks

3 pasar (market return). Dengan demikian maka abnormal return yang positif menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh karena memiliki suatu saham, lebih besar dari keuntungan pasar. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya harga saham pada waktu penawaran perdana relatif murah. Ada beberapa penjelasan yang diberikan untuk fenomena bahwa harga saham pada penawaran perdana relatif terlalu murah, yaitu : 1) Ada mispriced di pasar perdana sebagai akibat asimetri informasi pada pasar perdana, pembentukan harga akan tergantung pada perundingan underwriter dengan emiten. Dalam perundingan tersebut para underwriter mempunyai informasi lebih banyak dibandingkan dengan emiten, mereka memanfaatkan informasi tersebut untuk memperkecil risiko. Risiko ini terjadi pada waktu underwriter akan membeli saham-saham yang tidak laku dijual dapat terjual di pasar perdana. Sebagai akibatnya, mereka cenderung menekan harga pada penawaran perdana sehingga harga saham cenderung unpriced 2) Didasarkan atas kemungkinan perubahan prospek perusahaan setelah dilakukan penawaran perdana. Umumnya perusahaan yang melakukan penawaran perdana bermaksud untuk meningkatkan kapasitas produksi, investasi hanya akan dilakukan apabila diharapkan akan memberikan net present value (NPV) yang positif, NPV positif tersebut merupakan tambahan kemakmuran pemegang saham. Ada dua kemungkinan yang timbul sehubungan dengan dana perusahaan (pemegang saham lama) untuk mengamati investor yang diharapkan memberikan NPV positif, yaitu :

4 (1) Apabila perusahaan mempunyai dana, maka seluruh NPV positif tersebut akan dinikmati pemegang saham lama. (2) Apabila perusahaan tidak mempunyai dana, maka perusahaan bisa memutuskan untuk tidak mengambil investasi tersebut, yang berarti kehilanggan kesempatan untuk menikmati NPV positif atau menerbitkan saham baru (yang akan dibeli oleh pemegang saham baru) dan mengambil investasi tersebut. Apabila pasar modal efisien dan tidak terjadi underpriced maka pemegang saham baru hanya akan menikmati NPV = 0, dan pemegang saham lama akan menikmati seluruh NPV tersebut. Underpriced akan terjadi apabila pemegang saham juga ikut menikmati NPV investasi tersebut. Perubahan prospek tersebut dapat terjadi bukan hanya karena perusahaan melakukan investasi baru, tetapi juga karena terjadi penggantian manajemen. Dengan manajemen (yang mungkin terjadi karena kepemilikan juga berganti) diharapkan kinerja perusahaan tersebut membaik Lembaga yang terlibat di pasar modal Sebagai suatu bisnis yang berdampak sangat luas, pasar modal melibatkan banyak orang dan banyak lembaga. Masing-masing pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling menunjang kepentingan pihak yang lain. Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan pasar modal Indonesia sesuai dengan SK Menteri Keuangan RI Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang pasar modal (Sunariyah, 2003:28) yaitu:

5 1). Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Bapepam merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk: (1) mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum. (2) melakukan pembinan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga dan profesi-profesi penunjang yang terkait dalam pasar modal. (3) memberi pendapat kepada menteri keuangan mengenai pasar modal beserta kebijakan operasionalnya. 2). Pelaksana Bursa Bursa efek menurut Keppres Nomor 53 adalah suatu tempat pertemuan termasuk sistem elektronik tanpa tempat pertemuan yang diorganisir dan digunakan untuk menyelenggarakan pertemuan penawaran jual-beli atau perdagangan efek. 3). Perusahaan yang Go Public (Emiten) Adalah pihak yang melakukan emisi efek atau pihak yang membutuhkan dana guna membiayai operasi maupun rancangan investasi. 4). Perusahaan Efek Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk beberapa kegiatan sebagai penjamin emisi efek (underwriter), perantara pedagang efek, manajer investasi atau penasehat investasi.

6 5). Lembaga Kliring Penjaminan, Penyimpanan dan Penyelesaian Untuk membantu segala proses administrasi serta penyimpanan efek dalam perdagangan efek, maka terdapat dua lembaga pasar modal. Kedua lembaga ini bersifat Self Regulatory Organization (SRO), yang berarti mengatur diri sendiri. Kedua lembaga tersebut adalah: (1) Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) Berfungsi untuk melakukan kliring dan penjaminan efek dari transaksi yang terjadi. (2) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) Berfungsi untuk mempermudah penyelesaian pemindahbukuan serta proses penyimpanan efek. 6). Reksa Dana (Invesment Fund) Adalah pihak yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi kembali (reinvesment) atau perdagangan efek. Reksa dana tertutup (closed end investment fund) adalah reksa dana yang melakukan emisi saham tidak dapat dijual atau dibeli kembali oleh reksa dana yang bersangkutan. 7). Lembaga Penunjang Pasar Modal Adalah tempat penitipan harta, biro administrasi efek, wali amanat dan penanggung yang menyediakan jasanya. Tempat penitipan harta (kustodian) adalah pihak yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Biro administrasi Efek (BAE) adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa

7 melakukan pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagian hak opsi, emisi sertifikasi atas laporan tahunan emiten. Wali amanat (trust agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penanggung (guarantor) adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok dan atau bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji. 8). Profesi Penunjang Pasar Modal Terdiri dari akuntan, notaris, perusahaan penilai (appraisal), dan konsultan hukum. (1) Akuntan adalah pihak yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksaan (auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan emiten dan calon emiten. (2) Notaris adalah pejabat yang berwewenang membuat akta otentik sebagaimana dimaksud dalam staatsblad 1860 Nomor 3 tentang peraturan jabatan notaris. Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaraan dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lainlain. (3) Penilai (apprisal) adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai adalah pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian penilai. (4) Konsultan hukum adalah ahli hukum yang memberikan dan menandatangani pendapat hukum mengenai pemodal atau calon pemodal

8 dari segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akta pendirian, izin usaha dan lain-lain. 9). Pemodal (Investor) Adalah pihak baik perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal Initial Public Offering (IPO) Go Public adalah peristiwa penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaan (emiten) kepada masyarakat umum (investor) untuk pertama kalinya (Sunariyah, 2003:200). Pengertian pertama kali menyatakan bahwa istilah go public hanya digunakan pada waktu pertama kali menjual saham. Arti pertama kali ini disebut pasar perdana. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan emiten untuk menjual sekuritas kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur undang-undang dan peraturan pelaksanaanya. Bagi perusahaan yang belum go public, awalnya saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh manajer-manajernya, pegawai-pegawai kunci, dan hanya sebagian kecil yang dimiliki investor. Sejalan dengan perkembangan perekonomian, semakin meningkat pula upaya perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan melakukan kegiatan dalam rangka memperoleh dana untuk ekspansi bisnis. Pada saat ini perusahaan harus menentukan untuk menambah modal dengan cara utang atau menambah jumlah dari pemilikan dengan menerbitkan saham baru. Rotary dalam Putrayasa (2004:15) menyatakan keputusan untuk go public atau tetap menjadi perusahaan privat merupakan keputusan yang penting. Jika

9 perusahaan memutusakan untuk go public dan melemparkan sahamnya ke publik (initial public offering), isu utama yang muncul adalah tipe saham apa yang akan dilempar, berapa harga yang harus ditetapkan untuk selembar sahamnya, dan kapan waktunya yang paling tepat. Persaingan harga yang wajar di pasar modal ini tergantung pada konsep efisiensi pasar modal. Pasar modal yang efisien menurut Suad Husnan (2001:264) didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut Prosedur penawaran umum Sesuai dengan ketentuan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.013/1991, yang dapat melakukan penawaran umum adalah emiten yang telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk menjual atau menawarkan efek kepada masyarakat dan pernyataan pendaftaran tersebut telah efektif. Perusahaan yang bermaksud menawarkan efeknya kepada masyarakat melalui pasar modal terlebih dahulu mempersiapkan hal-hal yang diperlukan. Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran emisi efek hal-hal yang harus dipersiapkan emiten dalam rangka go public adalah sebagai berikut (Sunariyah, 2003:22): 1) Manajemen perusahaan menetapkan rencana mencari dana melalui go public 2) Rencana go public tersebut dimintakan persetujuan kepada para pemegang saham dan perubahan anggaran dalam RUPS. 3) Emiten mencari profesi penunjang dan lembaga penunjang untuk membantu menyiapkan kelengkapan dokumen:

10 (1) Underwriter adalah pihak yang bertindak sebagai penjamin dan membantu emiten dalam proses emisi. (2) Profesi penunjang terdiri dari: Akuntan publik (Auditor Independent) untuk mengaudit laporan keuangan emiten untuk dua tahun terakhir, Notaris untuk melakukan perubahan anggaran dasar, membuat akte perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulennotulen rapat, Konsultan hukum untuk memberi pendapat dari segi hukum (legal opinion), dan penilai untuk melakukan penilaian atas aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wajar (sound value) dari aktiva tetap tersebut. (3) Lembaga Penunjang terdiri dari : a) Wali amanat akan bertindak selaku wali bagi kepentingan pemegang obligasi (untuk emisi obligasi). b) Penanggung (guarantor) adalah yang menanggung kembali jumlah pokok dan atau bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji. c) Biro Administrasi Efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa melakukan pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagian hak opsi, emisi sertifikasi atas laporan tahunan emiten. d) Tempat penitipan harta (kustodian) adalah pihak yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk

11 kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. 4) Mempersiapkan kelengkapan dokumen emisi 5) Kontrak pendahuluan dengan bursa efek 6) Public expose kepada masyarakat luas 7) Penandatanganan berbagai perjanjian-perjanjian emisi 8) Khusus penawaran obligasi atau efek lain yang bersifat hutang, terlebih dahulu harus memperoleh peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga peringkat efek 9) Menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta dokumen-dokumen kepada bapepam Return saham di pasar perdana Sebuah pasar yang baru berdiri di tempat para pemegang sahamnya menyetor dana dengan nilai nominal, memerlukan waktu bertahun-tahun merugi sebelum mampu memetik keuntungan. Semakin besar perusahaan itu memiliki potensi memetik keuntungan di masa mendatang, semakin mahal pula harga sahamnya. Saham-saham yang boleh dijual di pasar modal Indonesia adalah sahamsaham perusahaan yang telah memetik keuntungan, harga di pasar perdana lebih tinggi dari harga nominalnya. Harga saham di pasar perdana merupakan harga sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten dan penjamin emisi. Para emiten dan penjamin emisi yang biasanya menentukan harga pasar perdana akan melihat sampai berapa besar kekuatan pasar dalam menyerap saham yang ditawarkan.

12 Penentuan harga pasar sepenuhnya diserahkan kepada pihak emiten dan penjamin emisi dan mereka pun menentukan harga perdana suatu saham berdasarkan kekuatan pasar. Biasanya kalau terjadi kelebihan permintaan, harga pasar tersebut meningkat di pasar sekunder. Para investor yang tidak mendapat jatah atau mendapat sedikit jatah pada saat IPO akan menggunakan kelebihan uang tadi untuk memburu saham tersebut di waktu listing. Para penjamin emisi selalu dihadapkan pada konflik kepentingan. Jika para penjamin emisi menetapkan tingkat pendapatan yang paling baik pada perusahaan penerbit surat berharga, mereka akan menempatkan surat berharga pada pasar untuk umum dengan tingkat harga yang tertinggi yaitu dengan cara memaksimumkan pendapatan penerbitan saham yang merupakan realisasi penawaran. Penjamin emisi harus menjual surat-surat berharga tersebut dengan tingkat harga yang telah ditentukan sendiri dengan klien yang telah disepakati. Harga rendah pada penawaran umum, akan mengurangi jumlah modal yang didapatkan, tetapi ada kesempatan besar untuk mendapatkan modal jika surat berharga dapat dijual. Harga yang rendah juga membutuhkan kerja sama untuk mendapatkan investor yang mau membeli surat-surat berharga, pada harga yang cukup rendah investor akan tertarik untuk membeli surat berharga tersebut. Mengenai penawaran saham di pasar perdana, return difokuskan pada initial return saham. Pengertian initial return menurut Trisnawati (1991) dalam Ekayanti (2007:44) didefinisikan sebagai return positif yang diterima investor di pasar perdana yang diperoleh dari selisih antara harga surat berharga pada saat

13 penawaran umum (offering price) dengan harga pada saat penutupan hari pertama listing di pasar sekunder (closing price).menurut Daljono (2000:557) initial return adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana (saat IPO) dengan harga jual saham bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder. Fenomena underpricing (harga saham pada saat penawaran perdana dinilai terlalu rendah) saat IPO biasanya diakibatkan oleh kondisi adanya kelebihan permintaan, karena banyak permintaan saham dari publik pada saat penawaran perdana dari pada setelah saham-saham tersebut ditawarkan di bursa. Harga saham pada waktu penawaran perdana yang terlalu rendah memberikan initial return rata-rata yang positif bagi para investor segera setelah saham tersebut mulai diperdagangkan di bursa. Dalam perhitungan initial return biasanya dihitung dengan persentase dan dasar perhitungannya sebagai berikut: selisih harga saham pada hari pertama (closing price) pada pasar sekunder dibagi dengan harga penawaran perdana (offering price) Underpricing penawaran saham perdana Underpricing adalah fenomena harga saham yang baru tercatat di pasar sekunder pada hari awal listing (terdaftar di bursa) ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan harga perdana yang telah ditetapkan. Underpricing diukur antara harga penawaran perdana dan harga penutupan yang berakhir pada hari pertama setelah IPO (Hwan Yi dalam Putrayasa, 2004:21).

14 Underpricing dapat terjadi karena penetapan harga saham baru yang pertama kalinya ditawarkan di pasar modal berada di bawah harga yang sebenarnya, untuk menjamin agar saham tersebut terjual cepat. Kondisi ini bisa terjadi karena harga perdana adalah hasil dari penawaran-penawaran yang dilakukan calon investor berdasarkan hitungan fundamental perusahaan yang akan listing tersebut. Setelah saham itu mulai diperdagangkan di pasar sekunder, banyak faktor yang kemudian mempengaruhi pergerakan harganya seperti kondisi pasar secara umum pada saat saham tersebut mulai diperdagangkan Teori-teori yang menjelaskan underpricing 1) Teori Keagenan (agency theory) Teori agensi memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antar principal dan agen. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat, sementara agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (principal). Hubungan antara principal dan agen, berkaitan dengan akuntansi keuangan karena kontrak antara principal dan agen seringkali berdasar pada laporan keuangan. Laporan keuangan memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak,

15 termasuk manajemen perusahaan sendiri. Pada kenyataannya, agen (manajer) memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Situasi ini memicu adanya suatu kondisi yang disebut asimetri informasi. Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholders sebagai pengguna informasi (Ali Irfan, 2002 : 288) 2) The Asymetric Information Hypothesis Baron (1982) dalam Ernyan dan Suad Husnan (2002 : 374) menjelaskan asimetri informasi sebagai perbedaan informasi yang dimiliki oleh pihak-pihak yang terlibat dalam penawaran perdana, yaitu emiten, penjamin emisi dan investor. Penjamin emisi memiliki informasi tentang pasar yang lebih lengkap dari emiten, sedangkan terhadap investor, penjamin emisi memiliki informasi yang lebih lengkap tentang kondisi emiten. Penjamin emisi akan memanfaatkan informasi yang dimiliki untuk memperoleh kesepakatan optimal dengan emiten untuk menjual saham yang underpriced. Penjamin emisi melakukan penjualan saham perdana yang underpriced bertujuan untuk memperkecil risiko kemungkinan saham tidak laku dijual serta keharusan membeli saham yang tidak terjual itu (full commitment). Model ini mengimplikasikan bahwa ketidakpastian yang besar dari perusahaan emiten tentang harga saham, maka permintaan terhadap jasa penjamin semakin besar. Kompensasi atas informasi yang diberikan kepada penjamin antara lain dengan mengijinkan penjamin menawarkan saham pada harga dibawah harga

16 ekuilibrium. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat ketidakpastian, semakin banyak masalah dalam penentuan harga dan semakin tinggi tingkat underpriced. Pada model Rock (1986) dalam Putrayasa (2004:11), menyatakan bahwa underpricing yang terjadi pada perusahaan IPO diperlukan untuk mengkompensasi investor yang tidak memiliki informasi dengan pihak yang memiliki informasi yang lebih banyak. Investor terinformasi yang mengetahui informasi lebih banyak mengenai prospek perusahaan emiten akan membeli saham IPO jika after market price yang diharapkan melebihi harag perdana atau dengan kata lain kelompok ini hanya membeli saham IPO yag underpriced saja. 3) The Signalling Hypothesis Hipotesis lain yang digunakan untuk menjelaskan fenomena underpricing adalah signalling hypothesis. Dalam konteks ini underpricing merupakan fenomena ekuilibrium yang berfungsi sebagai sinyal kepada investor bahwa kondisi perusahaan cukup baik atau berprospek bagus. Pemilihan penjamin emisi yang bereputasi baik diharapkan dapat memberikan sinyal yang positif bagi investor karena mengurangi ketidakpastian investor. Carter dan Manaster dalam Ernyan dan Suad Husnan (2002:375), menyatakan bahwa karena underpricing merupakan suatu cost yang sangat mahal bagi emiten, maka perusahaan yang berisiko rendah akan berusaha mengungkap karakteristik tersebut lewat pemilihan penjamin emisi yang bereputasi baik. Ketika perusahaan dengan sengaja melakukan underpricing pada penawaran perdananya, berarti perusahaan menderita kerugian saat itu juga. Namun underpricing bisa menjadi sinyal yang luar biasa bagi investor karena hanya perusahaan yang baik yang

17 dapat diharapkan untuk dapat menutupi kerugian akibat underpricing tersebut melalui kinerjanya di masa yang akan datang. 4) The Regulation Hypothesis Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan fenomena underpricing berikutnya adalah regulation hypothesis. Salah satu kebutuhan perusahaan dalam melaksanakan penawaran saham perdana adalah perspektus yang biasanya dipersiapkan oleh penjamin emisi. Keuntungan yang dapat diperoleh jika perspektus disiapkan oleh penjamin emisi adalah mereka berpengaruh dalam mempersiapkan materi-materi yang dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan informasi publik. Kesalahan informasi yang dimuat dalam perspektus dapat mengakibatkan tuntutan hukum bagi penjamin emisi dan manajemen oleh pemegang saham baru. Oleh karena itu, untuk melindungi dirinya dari tuntutan hukum akibat overprice, penjamin emisi menjaga sedemikian rupa agar harga cukup rendah untuk menyenangkan investor. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya underprice (Triaryati, 2003:20). Regulation Hypothesis menjelaskan bahwa peraturan pemerintah yang diberlakukan dimaksudkan untuk mengurangi asimetri informasi antara pihak manajemen dengan pihak luar, termasuk para calon pemodal. Semakin banyak peraturan yang dikenakan pada suatu perusahaan, semakin banyak pula informasi yang didapatkan oleh publik sebelum emisi saham perdana. Perolehan informasi yang lebih banyak bagi publik sebagai akibat dari regulasi pemerintah ini akan mengurangi ketidakmerataan informasi di pasar, yang selanjutnya akan

18 memperkecil tingkat underpricing perusahaan yang dikenakan regulasi yang lebih banyak oleh pemerintah. Adanya regulasi dan prosedur pemerintah dalam penjaminan dan penetapan harga perdana, mendorong penjamin emisi untuk melakukan underpricing pada emisi saham perdana agar dapat memaksimumkan pendapatan yang diharapkan. Dalam kondisi tidak adanya investor yang tidak memiliki informasi (uninformaed) dan kewajiban hukum, pendapatan penjamin emisi tetapi menjadi maksimum melalui underpricing, oleh karena itu faktor regulasi dan prosedur pemerintah dikatakan juga ikut memberikan kontribusi kepada timbulnya underpricing pada emisi saham perdana Rasio profitabilitas Analisis rasio adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan pos dengan pos atau kelompok pos yang lain baik yang tercantum dalam neraca maupun labarugi (Munawir, 2000:65). Profitabilitas (kemampulabaan) merupakan hasil akhir bersih seberapa baik berbagai kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas menunjukkan seberapa baik perusahaan telah beroperasi sebelum tahun itu. Pada umumnya rasio-rasio ini dihitung atas dasar penjualan atau atas dasar investasi, seperti total aktiva profitabilitas yang sering digunakan sebagai pengujian akhir atas efektifitas manajemen. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Sutrisno (2001) dalam Ekayanti (2007:25) rasio profitabilitas dapat

19 diukur dengan beberapa indikator yaitu : Profit Margin, Return On Assets, Return On Equity, Return On Investement dan Earning Per Share. 1) Profit Margin Profit Margin merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dapat dicapai. Laba setelah pajak Profit Margin = x 100% Penjualan 2) Return On Assets Menurut Sartono (2001) dalam Ekayanti (2007:26) Return On Assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva tetap yang dipergunakan. Sedangkan menurut Sutrisno (2001) dalam Ekayanti (2007:26) Return On Assets (ROA) adalah Rentabilitas ekonomis, merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Laba setelah pajak Return On Assets = x 100% Total aset Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Return On Assets adalah suatu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. 3) Return On Equity Return On Equity merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan total ekuitas yang dimiliki.

20 Laba setelah pajak Return On Equity = x 100% Total ekuitas 4) Return On Investement Return On Investement merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan dipergunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba setelah pajak Return On Investement = x 100% Investasi 5) Earning Per Share Earning Per Share merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Laba setelah pajak Earning Per Share = x 100% Jumlah lembar saham Faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing Faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing menurut Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur diantaranya adalah : 1) Reputasi penjamin emisi Penjamin emisi berperan sangat penting dalam proses penawaran umum saham. Meskipun ada profesi penunjang lain, lolos tidaknya calon emiten menjadi perusahaan publik sangat ditentukan kualitas penjamin emisi karena penjamin emisi ikut menentukan harga saham. Reputasi penjamin emisi dapat dipakai sebagai sinyal untuk mengurangi tingkat ketidakpastian yang tidak dapat diungkapkan oleh informasi yang terdapat dalam prospektus dan

21 memberi sinyal bahwa informasi privat dari emiten mengenai prospek perusahaan di masa mendatang tidak menyesatkan. Beberapa macam kontrak penjamin emisi yang dikenal adalah : 1) Full Commitment (kesanggupan penuh) dimana penjamin emisi efek bertanggung jawab untuk mengambil sisa efek yang tidak terjual. 2) Best Effort Commitment (kesanggupan terbaik), penjamin emisi efek bertanggung jawab atas sisa efek yang terjual. Penjamin emisi efek akan berusaha sebaik-baiknya agar efek yang ditawarkan dapat terjual dalam kualitas yang paling tinggi. 3) Standby Commitment (kesanggupan siaga), penjamin emisi efek berkomitmen agar saham yang tidak terjual di pasar perdana dapat dibeli oleh penjamin emisi efek pada harga tertentu. 4) All or None Commitment (kesanggupan semua atau tidak sama sekali) dimana penjamin emisi efek berusaha menjual semua efek agar laku semuanya, tetapi apabila efek tersebut tidak laku semuanya maka transaksi dengan pemodal yang ada akan dibatalkan jadi semua efek dikembalikan kepada emiten dan emiten tidak mendapatkan dana sedikit pun. Dalam praktiknya komitmen yang banyak dipilih adalah full commitment. Strategi ini dipilih untuk meyakinkan calon investor mengenai kualitas efek yang dikeluarkan, reputasi emiten dan penjamin emisi serta memperlihatkan bonafiditas perusahaan. Pada dasarnya penjamin emisi akan selalu berupaya menjadikan efek yang dikeluarkan emiten bisa diterima oleh masyarakat investor. Penjamin emisi mempunyai beban

22 tanggung jawab saham yang ditawarkan diserap oleh pasar, sehingga pada harga yang ditetapkan di pasar perdana sebenarnya telah terkandung diskon untuk kelancaran penjualan. Dengan demikian terjadi underpricing, yaitu harga yang telah ditetapkan berada di bawah harga sesungguhnya. Penjamin emisi dengan reputasi tinggi lebih mempunyai kepercayaan diri terhadap kesuksesan penawaran saham yang diserap oleh pasar. Dengan demikian ada kecenderungan penjamin emisi bereputasi tinggi menetapkan diskon rendah dan akibatnya underpricing pun rendah. Penjamin emisi bereputasi tinggi lebih mempunyai kemampuan dalam menangani ketidakpastian. Penjamin emisi bereputasi tinggi berasosiasi dengan ketidakpastian yang rendah sehingga ada kecenderungan keuntungan perdana juga cenderung rendah. Perusahaan yang bereputasi lebih tinggi cenderung menawarkan IPO dengan peluang tercipta nilai variasi keuntungan perdana lebih rendah dari penjamin emisi yang bereputasi rendah. 2) Skala Perusahaan Skala perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang tinggi diharapkan akan mampu bertahan dalam waktu yang lama. Sebagian besar investor lebih memilih untuk menginvestasikan modalnya di perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang lebih tinggi. Ukuran perusahaan dijadikan proksi tingkat ketidakpastian, karena perusahaan berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan berskala kecil. Perusahaan berskala besar memiliki informasi yang lebih banyak daripada perusahaan yang berskala

23 kecil. Bila informasi yang ada di tangan investor banyak, maka tingkat ketidakpastian investor akan masa depan perusahaan bisa diketahui. Oleh karena itu, investor bisa mengambil keputusan yang lebih tepat bila dibandingkan dengan pengambilan keputusan tanpa informasi. Dengan demikian, perusahaan yang berskala besar mempunyai tingkat underpricing yang lebih rendah daripada perusahaan berskala kecil. 3) Financial Leverage (total debt to total asset ratio) Financial Leverage didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi semua kewajiban dengan ekuitasnya. Dengan demikian financial leverage menunjukkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan utang yang dimiliki perusahaan. Semakin besar kewajiban (utang) yang dimiliki oleh perusahaan emiten menyebabkan semakin tinggi risiko yang dimilikinya. Keadaan yang seperti ini mengakibatkan penjamin emisi tidak mau menjual saham perusahaan emiten dengan harga tinggi, karena risiko yang dimiliki oleh perusahaan emiten cukup tinggi. Penjamin emisi akan merekomendasikan untuk melakukan underpricing kepada perusahaan emiten dengan risiko tinggi pada saat penawaran perdananya. Semakin besar financial leverage-nya maka semakin tinggi tingkat underpricing yang terjadi. 4) Return On Assets (ROA) ROA merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan (assets yang dimiliki) untuk mendapatkan laba. ROA menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam melakukan investasi terhadap saham-saham di

24 lantai bursa. Para investor dapat menggunakan rasio ini sebagai alat mengevaluasi nilai saham dan obligasi perusahaan. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengukur adanya jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan dalam perusahaan. ROA memberikan informasi kepada calon investor mengenai kinerja keuangan dan masa depan perusahaan tersebut yang akan membantu calon investor untuk mengambil keputusan terhadap pembelian saham perdana perusahaan yang bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa semakin besar ROA maka semakin rendah tingkat underpricing yang harus ditanggung oleh emiten. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang underpricing telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Beberapa diantaranya adalah : Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) berdasarkan data perusahaan yang IPO di BEJ tahun , menguji pengaruh variabel reputasi penjamin emisi, persentase saham yang ditahan founder, skala perusahaan (total aktiva), umur perusahaan, financial leverage (debt to asset ratio), dan profitabilitas yang diproksikan dengan ROA terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian membuktikan reputasi penjamin emisi dan financial leverage signifikansi pada level 10% dengan arah negatif mempengaruhi underpricing. ROA mempengaruhi underpricing pada level segnifikansi 5% dengan arah korelasi negatif. Sedangkan umur perusahaan, skala perusahaan dan persentase saham yang ditahan tidak terbukti signifikan mempengaruhi tingkat underpricing. Hasil penelitian

25 menunjukkan bahwa semua independen variabel secara simultan berpengaruh terhadap underpricing dengan tingkat signifikansi 10%. Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh beberapa variabel yang diduga mempengaruhi tingkat underpricing yang ditandai dengan adanya positif initial return yang terjadi di BEJ tahun sampel yang dioleh dalam penelitian ini yaitu 131 emiten yang listing di BEJ dengan initial return positif. Variabel yang digunakan adalah skala perusahaan yang diproksikan dengan total aktiva, profitabilitas yang diproksikan dengan ROE, tingkat kurs, reputasi penjamin emisi, dan jenis industri terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian adalah tingkat underpricing dalam penelitian ini cukup tinggi, yaitu 38%. Secara simultan variabel bebas terbukti mempengaruhi variabel terikat underpricing. Dari kelima variabel bebas yang diuji, variabel reputasi penjamin emisi ternyata tidak terbukti secara parsial mempengaruhi underpricing. Variabel skala perusahaan (total aktiva), profitabilitas(roe), kurs, dan jenis industri secara parsial mempengaruhi underpricing. Suyatmin dan Suyadi (2006) melakukan penelitian tentang underpricing yang diproksikan dengan initial return yang merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Variabel bebas yang digunakan dibedakan menjadi variabel keuangan dan non keuangan. Variabel keuangan antara lain besaran perusahan, profitabilitas perusahaan (ROI), financial leverage, laba per saham (EPS), ukuran perusahaan (proceeds), dan current ratio. Variabel non keuangan yang digunakan antara lain umur perusahaan, reputasi auditor, reputasi penjamin emisi dan jenis

26 industri. Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana dari tahun Hasil analisis regresi pengaruh variabel keuangan terhadap underpricing membuktikan hanya current ratio berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan tingkat signifikansi 10%. Hasil analisis regresi untuk variabel non keuangan, secara parsial membuktikan bahwa hanya jenis industri yang berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Hasil analisis regresi untuk variabel keuangan dan non keuangan menunjukkan bahwa hanya current ratio dan jenis auditor yang berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Secara simultan semua variabel bebas terbukti berpengaruh terhadap underpricing. Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah sama-sama meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada penawaran saham perdana dan underpricing diproksikan dengan initial return. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode penelitian. Penelitian ini menggunakan periode 2000 sampai Selain itu perbedaan dengan penelitian sebelumnya dilihat dari variabel bebas yang digunakan. Penelitian ini menggunakan variabel bebas reputasi penjamin emisi, skala perusahaan, financial leverage, dan Return On Assets (ROA). Selanjutnya perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah ukuran yang digunakan dalam memeringkatkan reputasi penjamin emisi. Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) mengukur reputasi penjamin emisi berdasarkan JSX most active broaker by total frequency, Suyatmin dan Sujadi (2006) menggunakan ukuran berdasarkan perangkingan yang dilakukan oleh Bapepam atas dasar total value.

27 Secara ringkas pembahasan penelitian-penelitian sebelumnya disajikan pada Tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya No Judul Peneliti Variabel 1 Analisis faktor faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing di Bursa Efek Jakarta Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) Variabel independen : Reputasi penjamin emisi, persentase saham yang ditahan founder, skala perusahaan, umur perusahaan, financial leverage, dan profitabilitas (ROA) Variabel dependen : underpricing Teknik Analisis Regresi berganda Hasil Reputasi penjamin emisi, financial leverage, dan ROA secara signifikan berpengaruh terhadap underpricing, sedangkan umur perusahaan, skala perusahaan dan persentase saham yang ditahan founder secara signifikan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua independen variabel secara simultan berpengaruh terhadap underpricing 2 Variabel variabel yang mempengaruhi fenomena underpricing pada penawaran saham perdana di Bursa Efek Jakarta tahun Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) Variabel independen : Reputasi penjamin emisi, jenis industri, profitabilitas, tingkat kurs, skala perusahaan Variabel dependen : underpricing Regresi berganda Tingkat underpricing dalam penelitian ini cukup tinggi, yaitu 38%. Secara simultan variabel bebas terbukti mempengaruhi variabel terikat underpricing.reputasi penjamin emisi tidak terbukti secara parsial mempengaruhi underpricing, sedangkan skala perusahaan, profitabilitas, tingkat kurs, dan jenis industri secara parsial mempengaruhi underpricing.

28 3 Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing pada penawaran umum di Bursa Efek Jakarta Tahun Suyatmin dan Suyadi (2006) Variabel independen : besaran perusahan, profitabilitas (ROI), financial leverage, laba per saham (EPS), ukuran perusahaan (proceeds), current ratio,umur perusahaan, reputasi auditor, reputasi penjamin emisi dan jenis industri. Variabel dependen : underpricing Regresi berganda Jenis industri, current ratio dan reputasi auditor secara signifikan berpengaruh terhadap underpricing sedangkan untuk besaran perusahan, profitabilitas (ROI), financial leverage, laba per saham (EPS), ukuran perusahaan (proceeds), umur perusahaan, reputasi penjamin emisi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Secara simultan semua independen variabel terbukti berpengaruh terhadap underpricing. 2.3 Hipotesis Penelitian Reputasi underwriter dapat dipakai sebagai sinyal untuk mengurangi tingkat ketidakpastian yang tidak dapat diungkapkan oleh informasi yang terdapat dalam prospektus dan memberi sinyal bahwa informasi emiten mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang tidak menyesatkan. Penelitian Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) membuktikan bahwa reputasi penjamin emisi signifikan mempengaruhi underpricing dengan arah koefisien korelasi negatif. Aktiva merupakan tolak ukur besaran atau skala suatu perusahaan. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) lebih besar

29 daripada perusahaan kecil. Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) berhasil membuktikan bahwa skala perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Financial leverage merupakan rasio yang dipakai untuk menilai sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Penelitian Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) menemukan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing, sedangkan penelitian Suyatmin dan Suyadi (2006) belum berhasil membuktikan bahwa financial leverage berpengaruh terhadap underpricing. Return On Assets sering digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui total aktivanya. Penelitian Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) menemukan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan korelasi negatif. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis alternatif pertama dan kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1 : Reputasi penjamin emisi, skala perusahaan, financial leverage, dan Return On Assets (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada penawaran saham perdana. H2 : Reputasi penjamin emisi, skala perusahaan, financial leverage, dan Return On Assets (ROA) secara simultan berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada penawaran saham perdana.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Underpricing Yolana dan Martani (2005) mendefinisikan underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Signalling Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling hypothesis. Dalam konteks ini underpricing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Perusahaan yang membutuhkan dana atau ingin menambah dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan dana untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan dapat ditempuh dengan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

Lebih terperinci

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana merupakan usaha perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat dengan menerbitkan saham baru.

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-10 Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan mencari keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan didirikan dengan harapan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan berkembang dalam jangka waktu yang panjang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian menegenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian menegenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian menegenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada IPO di BEI telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Di bawah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mencapai atau memperoleh laba maksimal, mengembangkan perusahaan serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Grand Theory Teori-teori yang dapat menjelaskan tentang harga saham IPO yang mengalami underpricing yaitu : 1. Teori Sinyal (Signaling Theory) Theory Signaling menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi saat ini semakin berkembang. Banyak perusahaan mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modal. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai cara dan keinginan untuk mengembangkan usahanya, salah satunya dengan mengadakan ekspansi. Untuk ekspansi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang berbasis bisnis adalah perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalisasi nilai perusahaan dan mencari keuntungan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan semakin lama akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya produktivitas dan performa perusahaan. Modal investasi dulunya dapat dipenuhi dengan utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk memperluas usahanya, hal ini dilakukan dengan mengadakan ekspansi. Untuk melakukan ekspansi ini perusahaan memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan teknologi dan komunikasi telah menciptakan iklim persaingan yang ketat. Hal ini menuntut perusahaan agar tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk mengembangkan dan memperluas usahanya. Salah satu keterbatasan perusahaan dalam mengembangkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu tempat dimana sering terjadinya permintaan dan penawaran modal. Peran pasar modal sangat penting sebagai sumber pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, banyak perusahaan melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modalnya dalam rangka mengembangkan usahanya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran sebagai sarana investasi bagi investor dan alternatif sumber dana bagi perusahaan tentunya sangat memberikan manfaat dan keuntungan bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal Pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk saling mengadakan pertukaran barang dan jasa. Pengertian pasar modal atau bursa efek adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya membutuhkan dana yang besar. Kebutuhan inilah yang mendasari suatu perusahaan untuk menarik investor dari luar

Lebih terperinci

PASAR MODAL INDONESIA

PASAR MODAL INDONESIA PASAR MODAL INDONESIA Struktur Pasar Modal Indonesia Menteri Keuangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) Bursa Efek (BEI) Lembaga Kliring dan Penjamin (KPEI) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan terjadi secara dinamis di segala bidang. Perkembangan tersebut terasa sangat berdampak pada bidang perekonomian dunia, hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi perusahaan semakin bertambah. Salah satu permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI 2000-2004 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan modal suatu perusahaan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Perusahaan diharuskan mampu berkembang dan membuat inovasi-inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan mencapai keuntungan sebesar-besarnya. Untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM ERDIKHA ELIT

PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM ERDIKHA ELIT PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM Keterangan Penting Informasi berikut ini dipersiapkan untuk keperluan penyajian secara umum. Informasi ini tidak ditujukan bagi keperluan investasi, keadaan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Jogiyanto (1998)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar Modal (capital market) merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan usaha pada persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan pada umumnya membutuhkan dana yang besar, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk memperluas usahanya sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini mengharuskan pihak

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta III. Pasar Modal 1. Pendahuluan Pasar Modal (dalam Pasal 1 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 60 tahun 1988 tertanggal 20 Desember 1988) adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penawaran saham ataupun surat utang di pasar modal. Penawaran saham dapat

BAB I PENDAHULUAN. penawaran saham ataupun surat utang di pasar modal. Penawaran saham dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, perusahaan harus mampu menyediakan modal untuk mengembangkan dan mempertahankan usahanya. Kebutuhan modal ini tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Salah satu alternatif pendanaan dari luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Saham adalah satuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Saham adalah satuan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Initial Public Offering (IPO) Menurut Hartono dan Ali (2002), IPO merupakan penawaran saham di pasar perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public.

Lebih terperinci

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA 0 PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengapa perusahaan memutuskan go public adalah: (1) pendiri perusahaan ingin

BAB I PENDAHULUAN. mengapa perusahaan memutuskan go public adalah: (1) pendiri perusahaan ingin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif sumber permodalan yang dipilih oleh perusahaan yaitu melakukan go public atau menawarkan sahamnya ke publik. Dua alasan utama mengapa

Lebih terperinci

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B PENGARUH ROE, ROA, EPS, DER, DAN PROYEKSI PER TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH PENAWARAN PERDANA (INITIAL PUBLIC OFFERING/IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2002-2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan mempunyai berbagai cara alternatif untuk memperoleh sumber pendanaan dalam mengembangkan suatu usaha. Salah satu alternatif pendanaan yang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage Judul : Reputasi Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Size, Return On Assets dan Financial Leverage pada Tingkat Underpricing Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia Nama : Pande Kadek Ary Raditya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan penambahan modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Hal ini mendorong manajemen untuk memilih salah satu alternatif-alternatif

Lebih terperinci

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk memperluas usahanya, hal ini dilakukan dengan mengadakan ekspansi. Untuk melakukan ekspansi ini perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Globalisasi dan Teknologi terus terjadi terutama pada tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang termasuk bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Salah satu alternatif pendanaan dari luar perusahaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

PERBANDINGAN UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERBANDINGAN UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-10 Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Go Public merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pengembangan dana yang diperoleh oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di BEI sekitar 500 perusahaan, hal ini tidak lepas dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di BEI sekitar 500 perusahaan, hal ini tidak lepas dari upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia berkembang pesat setelah ditetapkanya Pakdes 87 dan Pakto 88. Secara umum isi dari kebijakan Pakdes dan Pakto tersebut adala pajak sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara bagi perusahaan yang sedang berkembang untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pembiayaan dan pengembangan usahanya adalah dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berjalannya waktu kebutuhan akan penambahan modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan dalam mengembangkan dan menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings) merupakan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh tambahan modal

Lebih terperinci

Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si.

Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si. Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si. 2-1 PENGERTIAN & INSTRUMEN PASAR MODAL PENGERTIAN PASAR MODAL - Pasar Perdana - Pasar Sekunder INSTRUMEN PASAR MODAL - Saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa proses terlebih dahulu. Transaksi pertama yang dilakukan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa proses terlebih dahulu. Transaksi pertama yang dilakukan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengembangkan usahanya, perusahaan membutuhkan dana yang besar. Dalam mewujudkan usaha ini, perusahaan dapat menempuh usaha tersebut dengan cara

Lebih terperinci

Repositori STIE Ekuitas

Repositori STIE Ekuitas Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2016-02-13 Pengaruh Persentase Saham Yang Ditawarkan Dan Solvability Ratio Terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, faktor keuangan diwakili oleh rasio

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, faktor keuangan diwakili oleh rasio BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Faktor Keuangan Faktor keuangan merupakan faktor-faktor yang terkait dengan keuangan suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ekonomi, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Pada saat itu, perusahaan harus menentukan untuk menambah modal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock exchange). Bursa efek sebenarnya sama dengan pasar-pasar lainnya yaitu tempat bertemunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam (Hartono, 2008:26). Dengan adanya

Lebih terperinci

tunggal (biasanya investor institusi), secara privat (private placement), dan

tunggal (biasanya investor institusi), secara privat (private placement), dan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan memerlukan kebutuhan dana yang besar untuk pembiayaan perusahaannya. Kebutuhan akan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang didukung pula dengan beberapa supporting theory. Teori-teori tersebut akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang didukung pula dengan beberapa supporting theory. Teori-teori tersebut akan 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan grand theory teori agensi dan teori sinyal yang didukung pula dengan beberapa supporting theory. Teori-teori tersebut akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembentukan pasar tunggal atau sering kita sebut sebagai masyarakat ekonomi asean pada tahun 2015 ini secara tidak langsung telah membuat persaingan di beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari

Lebih terperinci

mempengaruhi underpricing saham pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). BAB II TINJAUAN PUSTAKA

mempengaruhi underpricing saham pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). BAB II TINJAUAN PUSTAKA mempengaruhi underpricing saham pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal didefinisikan pada Undang-Undang No. 8 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal menurut Husnan (2003:3) dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang pesat menjadikan suatu perusahaan terus bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengembanagan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengambil topik mengenai Underpricing pada saham perdana antara lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengambil topik mengenai Underpricing pada saham perdana antara lain BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang mengambil topik mengenai Underpricing pada saham perdana antara lain penelitian : 1. Dominique

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang berbasis bisnis yang baik adalah perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalisasi nilai dari pemilik perusahaan dan mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Underpricing adalah selisih harga penawaran perdana lebih rendah dibandingkan harga penutupan saham perusahaan di pasar sekunder pada hari pertama (Jogiyanto, 2009:34).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini setiap negara harus mampu mengacu pada pembangunan dan perekonomian. Pasar modal memiliki peran yang penting dalam kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. antara manajer selaku agen dengan pemilik perusahaan sebagai principal. Para

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. antara manajer selaku agen dengan pemilik perusahaan sebagai principal. Para BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Raharjo (2007) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam proses go public, sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder (Bursa Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar perdana yang

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 PASAR UANG Pasar yang memperjualbelikan surat berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun SURAT BERHARGA PASAR UANG yaitu surat utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Perusahaan saat ini sudah banyak yang berkembang dan berlomba untuk mengembangkan bisnisnya, salah satu cara yaitu, dengan melakukan ekspansi. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya suatu perusahaan tidak hanya dapat dinilai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai mampu menanamkan modalnya ke perusahaan. Rata rata untuk

BAB I PENDAHULUAN. dinilai mampu menanamkan modalnya ke perusahaan. Rata rata untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan menginginkan kemajuan operasional usaha untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik pada khususnya. Untuk dapat bertahan dan meningkatkan nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal saham menjadi objek yang dipedagangkan. abstract, karena yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal saham menjadi objek yang dipedagangkan. abstract, karena yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pasar modal sama saja dengan pasar-pasar lain pada umumnya yaitu yang sesuai dengan namanya adalah tempat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu tempat dimana terjadinya permintaan dan penawaran modal. Peran pasar modal sangat penting sebagai sumber pembiayaan untuk perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mempertahankan eksistensi maupun mengembangkan usahanya, perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan dana bagi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO Pasar Modal di Indonesia Pasar modal Indonesia dibentuk untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada umumnya, tujuan perusahaan adalah untuk mencapai atau memperoleh laba maksimal, mengembangkan perusahaan serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern).

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003-2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi pembiayaan-pembiayaan kegiatan operasional perusahaan melalui penjualan saham mau pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era milenium seperti sekarang ini, dunia perekonomian berkembang secara pesat baik perekonomian di dalam negeri maupun secara global. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang berkembang dan melakukan go-public. Banyak perusahaan yang pada awalnya merupakan bisnis keluarga dengan seiring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perekonomian dewasa ini, banyak perusahaan yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan usahanya. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan mengadakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITI TERDAHULU 2.1.1 Dwi Martani, Ika Leony Sinaga dan Akhmad Syahroza (2012) Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk meneliti faktor-faktor penentu underpricing saham

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Kecenderungan Underpricing: Studi

BAB II URAIAN TEORITIS. Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Kecenderungan Underpricing: Studi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hayati (2007) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Kecenderungan Underpricing: Studi Pada Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Sunariyah (2011:4) mengemukakan bahwa pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut dibutuhkan tambahan dana dalam melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut dibutuhkan tambahan dana dalam melakukan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan menginginkan untuk melakukan ekspansi usaha agar usahanya semakin berkembang dari waktu ke waktu. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan tambahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 2.1.1 Widayanti dan Haryanto (2013) Penelitian Widayanti dan Haryanto (2013)

Lebih terperinci