KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS(Plucea indica. L) PADA TARAF BERBEDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS(Plucea indica. L) PADA TARAF BERBEDA"

Transkripsi

1 KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS(Plucea indica. L) PADA TARAF BERBEDA SKRIPSI ELVA RISKAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN ELVA RISKAWATI. D Komposisi Kimia Daging dan Kulit Paha Itik Lokal Jantan yang diberi Pakan Mengandung Tepung Daun Beluntas (Plucea indica. L) pada Taraf Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota : Ir. Rukmiasih, MS. : Prof. Emer. Peni. S. Hardjosworo, MSc. Itik merupakan salah satu hewan unggas air (waterfowls) yang memiliki potensi berkembang lebih baik sebagai ternak penghasil daging daripada ayam. Itik memiliki ketahanan terhadap penyakit lebih tinggi daripada ayam. Namun sampai saat ini budidaya itik lokal masih sebagai penghasil telur, padahal itik juga memiliki potensi yang besar sebagai penghasil daging, terutama dari itik jantan dan betina afkir. Sebagai penghasil daging, itik mempunyai nilai gizi yang tinggi dan seharusnya dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kenyataannya daging itik memiliki bau amis yang menyengat sehingga penerimaan daging itik oleh masyarakat masih terbatas. Upaya yang sering dilakukan untuk mengurangi bau amis tersebut adalah dengan melakukan pengolahan dan pemberian bumbu-bumbu. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan memanipulasi pakan dengan penambahan tepung daun beluntas (Plucea indica. L). Beluntas merupakan sejenis tanaman perdu yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman pagar dan sebagai obat tradisional. Sejak lama tanaman beluntas dipercaya dapat mengurangi bau badan, menambah nafsu makan, mengatasi gangguan pencernaan, menurunkan panas serta manfaat lainnya. Namun, penambahan daun beluntas kedalam pakan itik diduga akan memberikan pengaruh lain selain mengurangi bau amis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penggunaan tepung daun beluntas dalam pakan itik lokal jantan terhadap komposisi kimia daging dan kulit paha. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapangan Ilmu Produksi Ternak Unggas Komplek Kandang B Fakultas Peternakan, sedangkan pengambilan data dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Petanian Bogor. Waktu penelitian yaitu pada akhir Juli hingga November Itik yang digunakan adalah itik lokal jantan umur satu hari (DOD) sebanyak 45 ekor, yang dipelihara selama 10 minggu kemudian dipotong. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan tiga perlakuan penambahan tepung daun beluntas (0%, 1% dan 2%) dalam pakan. Masing-masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari lima ekor itik. Peubah yang diukur berupa analisis proksimat kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu dari daging paha itik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan sebesar 1 dan 2% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu daging dan kulit paha itik. Kata-kata kunci : itik lokal jantan, tepung daun beluntas, komposisi kimia, daging, Kulit

3 ABSTRACT Chemical Composition in Meat and Skin Thigh of Domestic Male Duck Which Given The Feed Contains of Beluntas Leaf Meal (Pluchea indica L.) on Different Level Riskawati, E., Rukmiasih, and Peni S. Hardjosworo Duck meat has undesire odor. One of the effort that is used to reduce it, is by adding beluntas leaf meal in feed diet. However, the chemical composition of meat and skin need to be learned. Therefore, The purpose of this research is to figure the effect of adding beluntas leaf meal in feed diet to meat and skin chemical composition of domestic male ducks. This reaserch was conducted in Faculty of Animal Science, Bogor Agricultrural University from Juli until November Fourty five Day Old Ducks (DOD) were raised and given additional beluntas leaf meal to their feed in their 5-10 weeks of age, before being killed. Completely randomize designs was used with three beluntas leaf meal concentration adding treatment (0%; 1% and 2 %). Each treatment consist of three replication and each of it contains five ducks. The result shows that chemical composition of meat and skin thigh is not effected from this adding treatment. Keywords : domestic male duck, beluntas leaf meal, chemical composition, mea and skin thigh.

4 KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS (Plucea indica. L) PADA TARAF BERBEDA ELVA RISKAWATI D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

5 KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) PADA TARAF BERBEDA Oleh ELVA RISKAWATI D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 22 Desember 2006 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Ir. Rukmiasih, MS NIP Prof. Emer. Peni S. Hardjosworo, MSc. Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc NIP

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 7 Agustus Penulis merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara dari pasangan H. Sulaeman Damanhuri dan Hj. Yeyen Nuryeni. Penulis memulai pendidikan formal tahun 1989 di TK Amaliah, Ciawi. Tahun 1990 melanjutkan ke sekolah dasar SDN Cibogo, Megamendung dan pada tahun 1996 melanjutkan ke SLTP Megamendung I. Tiga tahun berselang tepat tahun 1999 penulis tercatat sebagai siswa di SMU Negeri Ciawi I. Penulis lulus dari SMU pada tahun 2002 dan pada tahun yang sama penulis terpilih menjadi salah satu mahasiswa IPB di Fakultas Peternakan pada Program Studi Teknologi Hasil Ternak melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama di kampus penulis mengikuti dan menjadi pengurus di beberapa Organisasi Mahasiswa. Penulis tercatat sebagai Staf Departemen Olah Raga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) TPB IPB tahun dan tahun menjadi anggota Club THT Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi Ternak (Himaproter). Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Teknologi Hasil Ternak pada tahun Beberapa pelatihan dan seminar pernah diikuti oleh penulis, diantaranya Pelatihan Inseminasi Buatan pada Domba yang diadakan Himaproter Fakultas Peternakan IPB tahun 2003 dan Pelatihan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) tahun 2005.

7 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam yang menguasai seluruh ilmu pengetahuan atas bumi, langit beserta semua isinya. Salawat serta salam penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, yang menjadi tauladan dan membawa kebenaran di dunia bagi seluruh umat manusia. Penelitian ini berawal dari ketertarikan penulis terhadap dunia unggas. Penulis dengan bangga mendapat bimbingan dan kesempatan bekerjasama dengan dosen di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor khususnya Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas. Penulis bersama rekan-rekan melakukan serangkaian penelitian mengenai ternak itik. Beberapa hal yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini adalah bahwa budidaya itik lokal sampai saat ini masih sebagai penghasil telur, padahal itik juga memiliki potensi yang besar sebagai penghasil daging, terutama dari itik jantan dan itik betina afkir. Sebagai penghasil daging, itik mempunyai nilai gizi yang tinggi dan seharusnya dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Namun, pada kenyataannya daging itik memiliki bau amis yang menyengat sehingga penerimaan daging itik oleh masyarakat masih terbatas. Upaya yang paling sering dilakukan untuk mengurangi bau amis tersebut adalah dengan melakukan pengolahan dan pemberian bumbu-bumbu. Pada penelitian ini penulis melakukan upaya mengurangi bau amis pada daging itik melalui pemberian pakan yang telah dimodifikasi dengan tambahan tepung daun beluntas. Beluntas merupakan tanaman yang sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional yang berkhasiat diantaranya untuk mengurangi bau badan. Oleh karena itu peneliti bersama tim mencoba mengaplikasikannya kepada ternak itik dengan harapan antioksidan yang terkandung dalam tanaman beluntas tersebut mampu mengurangi bau amis itik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemberian tepung daun beluntas dalam pakan terhadap komposisi kimia daging dan kulit paha itik lokal jantan. Penelitian mengalami beberapa kendala diawal pemeliharaan, namun secara umum kendala tersebut mampu penulis dan tim hadapi sehingga penelitian yang

8 dilakukan dapat diselesaikan dengan baik. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langaung maupun tidak langsung. Penulis sadar bahwa tiada kesempurnaan abadi yang pernah dicapai manusia. Bogor, Desember 2006 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... i ABSTRACT... iii RIWAYAT HIDUP... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 2 Itik Lokal... 2 Komposisi Kimia Daging Itik... 3 Kadar air... 4 Kadar protein... 4 Kadar lemak... 5 Kadar Abu... 5 Struktur Kimia Kulit Unggas... 6 Beluntas (Plucea indica. Less)... 7 METODE... 9 Lokasi dan Waktu... 9 Materi... 9 Kandang dan Peralatan... 9 Rancangan Perlakuan Peubah yang Diamati dan Analisa Data Model Prosedur Pembuatan Tepung Daun Beluntas Persiapan Kandang dan Peralatan Pengacakan Ternak Pemeliharaan dan Pengambilan Data Pengukuran Peubah HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Kimia Daging Paha Kompopsisi Kimia Kulit paha... 17

10 KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 23

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Hasil Analiss Proksimat Bagian yang dapat Dimakan dari Unggas Hasil Analisis Proksimat dari Daging Dada, paha dan kulit itik yang Berumur 12 Minggu Kandungan Mineral Utama dalam Daging Komposisi Nutrisi Pakan Perlakuan Rataan Komposisi Kimia Daging Paha Itik Jantan Rataan Komposisi Kimia Daging Paha Itik Jantan... 17

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tanaman Beluntas Tepung Daun Beluntas... 11

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Analisis Ragam Rataan Kadar Air Daging Paha Itik Lokal Jantan Analisis Ragam Rataan Kadar Protein Daging Paha Itik Lokal Jantan Analisis Ragam Rataan Kadar Lemak Daging Paha Itik Lokal Jantan Analisis Ragam Rataan Kadar Abu Daging Paha Itik Lokal Jantan Analisis Ragam Rataan Kadar Air Kulit Paha Itik Lokal Jantan Analisis Ragam Rataan Kadar Protein Kulit Paha Itik Lokal Jantan Analisis Ragam Rataan Kadar Lemak Kulit Paha Itik Lokal Jantan Analisis Ragam Rataan Kadar Abu Kulit Paha Itik Lokal Jantan... 24

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Itik merupakan salah satu ternak unggas air (waterfowls) yang memiliki potensi berkembang lebih baik sebagai ternak pengahasil daging daripada ayam. Itik memiliki ketahanan terhadap penyakit lebih baik daripada ayam. Sampai saat ini budidaya itik lokal masih sebagai penghasil telur, padahal itik juga memiliki potensi yang besar sebagai penghasil daging, terutama dari itik jantan dan betina afkir. Sebagai penghasil daging, itik mempunyai nilai gizi tinggi dan seharusnya dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kenyataannya daging itik memiliki bau amis yang menyengat sehingga penerimaan daging itik oleh masyarakat masih terbatas. Upaya yang paling sering dilakukan untuk mengurangi bau amis tersebut adalah dengan melakukan pengolahan dan pemberian bumbubumbu. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan memanipulasi pakan dengan penambahan tepung daun beluntas (Plucea indica. L). Beluntas adalah sejenis tanaman perdu yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman pagar dan sebagai obat trdisional. Sejak lama tanaman beluntas dipercaya dapat mengurangi bau badan, menambah nafsu makan, mengatasi gangguan pencernaan, menurunkan panas serta manfaat lainnya. Penelitian yang penulis lakukan merupakan bagian dari rangkaian penelitian yang mengkaji pengaruh beluntas terhadap bau daging itik. Penulis mencoba mengkaji bagaimana komposisi kimia daging dan kulit paha itik lokal jantan yang pakannya ditambahkan tepung daun beluntas 1 dan 2%. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun beluntas dalam pakan terhadap komposisi kimia (kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu) daging dan kulit paha itik lokal jantan pada taraf berbeda.

15 TINJAUAN PUSTAKA Itik Lokal Itik merupakan salah satu unggas air (waterfowls) yang menurut Srigandono (1998) memiliki susunan taksonomi sebagai berikut : Kingdom : Animalia Philum : Chordata Klas : Aves Ordo : Anseriformes Famili : Anatidae Subfamili : Anatinae Tribus : Anatini Genus : Anas Spesies : Anas plathyrynchos. Itik lokal Indonesia hampir seluruhnya merupakan keturunan dari bangsa itik Indian Runner, yang merupakan bangsa itik terkenal sebagai penghasil telur (Samosir, 1984). Srigandono (1998) menyatakan bahwa ciri khas yang dimiliki itik Indian Runner adalah postur tubuhnya yang hampir tegak, dan bila dilihat dari arah depan seperti botol anggur, serta paruh dan kakinya berwarna hitam. Itik Indian Runner dijuluki sebagai pelari (Runner) karena kemampuannya berjalan dan berlari cukup jauh. Menurut Setioko et a.l (1994) setelah sekian lama dipelihara dan dikembangkan di Indonesia maka itik ini disebut itik rakyat atau itik lokal. Menurut Anggraeni (1999), populasi itik di Indonesia sebagian besar dijumpai di Pulau Jawa dan kepulauan Indonesia bagian barat. Selanjutnya Srigandono (1997) menambahkan bahwa itik lokal menggunakan nama daerah masing-masing, misalnya itik Mojosari yang berkembang di daerah Mojosari, itik Tegal yang berkembang di daerah Tegal dan itik Alabio yang berkembang di daerah Hulu Sungai Utara Propinsi Kalimantan Selatan. Itik merupakan ternak unggas yang mempunyai kemampuan mencerna serat lebih baik dibanding dengan ayam (Lesson dan Summer, 1997).

16 Komposisi Kimia Daging Itik Daging unggas merupakan sumber protein hewani yang baik, karena mengandung asam amino yang lengkap dengan perbandingan jumlah yang baik Struktur daging pada hewan unggas dan mamalia pada umumnya adalah sama, yang membedakan pada daging unggas serat dagingnya pendek dan lunak serta jaringan ikatnya bersifat lebih tipis sehingga mudah dicerna. Daging unggas tersusun atas komponen-komponen bahan pangan seperti protein lemak, karbohidrat, mineral dan air. Komposisi daging tersebut akan tergantung pada macam otot atau daging, jenis kelamin, umur dan spesies (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Menurut Moutney (1976), kelebihan daging unggas dibanding dengan daging yang berasal dari ruminansia adalah kadar protein yang lebih tinggi dan kadar lemak yang lebih rendah. Lemak tersebut sebagian besar lemak subkutan dan tidak banyak didistribusikan pada jaringan seperti pada ruminansia. Nilai gizi daging yang tinggi karena daging mengandung asam amino esensial, air, karbohidrat, lemak dan komponen anorganik yang lengkap dan seimbang (Forrest et al., 1975). Komposisi kimia daging dari beberapa unggas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Bagian yang dapat Dimakan dari Unggas Tipe Air (%) Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Ayam (fryer) 75,7 18,6 4,9 0,8 Ayam (roaster) 63,0 18,2 17,9 0,9 Ayam (Jantan dan Betina) 56,9 17,4 24,8 0,9 Itik 54,3 16,0 28,6 1,0 Angsa 51,1 16,4 31,5 0,9 Kalkun 64,2 20,1 14,7 1,0 Sumber: USDA (1975) dalam Triyantini et al,. (1997) Daging ternak itik tergolong daging dark meat atau daging suram (Samosir, 1984). Daging itik sebagian besar mengandung serabut merah dan sebagian kecil serabut putih. Lawrie (1995) menjelaskan bahwa perbedaan warna daging diikuti oleh perbedaan kadar pigmen daging (myoglobin), pigmen darah (hemoglobin) dan komponen lain yaitu lemak, vitamin B 12 dan flavin. Komposisi kimia daging dada, daging paha dan kulit itik umur dua belas hari disajikan pada Tabel 2.

17 Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat dari Daging Dada, Paha dan Kulit Itik yang Berumur 12 Minggu Lokasi Otot Air (%) Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Dada 73,97 19,11 0,50 1,11 Paha 73,91 20,19 1,72 1,09 Kulit 60,19 13,63 22,0 0,54 Sumber: Triyantini et al., (1997) Kadar Air Menurut Winarno (2002), air dalam bahan makanan dibagi atas empat tipe menurut derajat keterikatan air. Tipe I adalah molekul air yang terikat pada molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein dan garam. Air tipe ini dapat dihilangkan dengan cara pengeringan biasa. Tipe II, yaitu molekulmolekul air membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air lain, terdapat pada mikrokapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni. Air tipe ini sulit dihilangkan. Tipe III, adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matrik bahan seperti membran kapiler, serat dan lain-lain, air tipe inilah yang disebut dengan air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan. Tipe IV, adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni, dengan sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh. Armin (1996) menyatakan kadar air daging dapat berbeda diantara serat otot, dan kadar air berkurang dengan bertambahnya umur. Kadar Protein Protein adalah substansi organik mirip lemak maupun karbohidrat dalam hal kandungan unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Semua protein juga mengandung nitrogen dan beberapa diantaranya mengandung fosfor dan belerang. Protein lebih bervariasi dan lebih kompleks strukturnya dibanding lemak atau karbohidrat (Gaman dan Sherrington, 1992). Belitzh dan Grosch (1999) membagi protein daging dalam tiga grup besar yaitu: 1) protein kontraktil larut dalam larutan garam (aktomiosin, tropomiosin dan troponin); 2) protein larut air atau larutan garam lemah (mioglobin dan enzim); dan 3) protein tak larut (jaringan ikat dan protein membran). Struktur protein umumnya dipertahankan oleh dua ikatan yang kuat (peptida dan disulfida) dan tiga ikatan lemah (hidrogen, hidrofobik dan elektrostatik atau

18 garam). Protein dapat dikelompokkan menurut fungsi biologisnya yaitu, sebagai protein struktural dan katalitik atau transport. Protein katalitik (enzim), yang merupakan mayoritas jenis protein dapat dikelompokkan berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisis (Martin et al., 1984). Fungsi utama protein adalah membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein juga merupakan zat gizi yang penting bagi tubuh karena berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein dapat digunakan sebagai bahan bakar jika keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein merupakan komponen terbesar setelah air dalam tubuh, diperkirakan sekitar 50% dari berat kering sel yang terdapat dalam jaringan seperti daging dan hati terdiri dari protein, dan bila dalam tenunan segar berjumlah sekitar 20% (Winarno,2002). Kadar Lemak Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam eter, kloroform dan benzen (Anggorodi, 1994; Lehninger, 1997). Muchtadi dan Sugiyono, 1992 menjelaskan bahwa lemak dapat dibagi menjadi dua golongan, pertama adalah golongan trigleserida sederhana atau lemak netral yang terdapat di bawah kulit dan rongga badan yang merupakan sumber penyimpanan energi. Golongan kedua adalah lemak majemuk seperti fosfolipid yang merupakan bagian penting untuk tubuh dalam proses metabolisme. Lemak adalah unsur makanan yang penting, tidak hanya karena nilai kalorinya tinggi, tetapi juga karena vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dan asam-asam lemak esensial yang terdapat dalam lemak makanan alami (Martin et al., 1984). Belitzh dan Grosch (1999) menambahkan bahwa lemak juga merupakan komponen yang sangat mempengaruhi aroma makanan atau prekursor yang mempengaruhi degradasi substansi aroma makanan. Kadar Abu Unsur-unsur mineral adalah unsur-unsur kimia selain karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen, yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam makanan unsur-unsur tersebut kebanyakan terdapat berupa garam organik, misalnya natrium klorida, tetapi beberapa mineral terdapat dalam senyawa organik, seperti sulfur dan fosfor yang

19 merupakan penyusun berbagai protein (Gaman dan Sherrington, 1992). Kandungan mineral utama daging disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Kandungan Mineral Utama dalam Daging Mineral mg/ 100g Kalsium total 8,6 Kalsium terlarut 3,8 Magnesium total 24,4 Magnesium terlarut 17,7 Sitrat total 8,2 Sitrat terlarut 66 Fosfor organik total 233,0 Fosfor organik terlarut 95,2 Natrium 168 Kalium 244 Klorida 48 Sumber: de Man (1997) De Man (1997) menjelaskan bahwa natrium, kalium dan fosfor terdapat dalam jumlah nisbi besar. Jaringan otot lebih besar mengandung kalium daripada natrium. Daging juga lebih banyak mengandung magnesium daripada kalsium. Tabel 3 memberikan informasi mengenai penyebaran mineral ini antara bentuk terlarut dan tak terlarut. Mineral yang tak terlarut berasosiasi dengan protein karena mineral terutama berasosiasi dengan bagian daging nonlemak. Jika cairan hilang dari daging, unsur utama yang hilang adalah natrium, dan kehilangan kalsium, fosfor dan kalium lebih kecil. Jaringan otot terdiri sekitar 40% cairan intrasel, cairan ekstrasel 20% dan padatan 40%. Kalium terdapat hampir seluruhnya dalam cairan intrasel, begitu juga magnesium, fosfat dan sulfat. Natrium terutama terdapat dalam cairan ekstrasel bersama-sama dengan klorida dan bikarbonat. Struktur dan Komposisi Kimia Kulit Unggas Secara histologis, kulit hewan pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga yaitu lapisan epidermis, dermis (korium) dan hipodermis (subkutis). Lapisan epedermis adalah lapisan luar kulit yang tersusun dari lapisan epitel. Sel-sel epitel ini tidak

20 hanya tumbuh menjadi epidermis, tetapi juga merupakan protein yang disebut keratin. Lapisan dermis terdiri dari jaringan serat kolagen yang dibangun oleh tenunan pengikat. Lapisan hipodermis berfungsi pokok sebagai batas antara tenunan kulit dan tenunan daging. Lapisan kulit unggas umumnya bersifat longgar, terdapat banyak tenunan lemak dan pembuluh-pembuluh darah (Judoamidjoyo, 1981). Kulit unggas mempunyai struktur yang sama dengan kelompok hewan vertebrata lainnya, kecuali pada bagian yang tidak terlindungi bulu-bulu seperti kaki bagian bawah yang lebih tipis (Hodges, 1974). Komposisi kimia kulit hewan secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian protein dan non protein. Bagian non protein terdiri atas lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan enzim. Protein kulit dapat dibedakan atas protein berbentuk (fibrous protein) dan protein tak berbentuk (globular protein). Fibrous protein terdiri atas kolagen, elastin dan keratin. Globular protein terdiri atas albumin dan globulin (Judoamidjoyo, 1981). Beluntas ( Pluchea indica L. ) Tanaman Beluntas (Pluchea Indica L.) menurut Asiamaya (2003) memiliki susunan taksonomi sebagai berikut : Kingdom : Planta Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subklas : Asteridae, Ordo : Asterales Familia : Asteraceae Genus : Pluchea Cass Spesies : Pluchea Indica (L.) Less. Beluntas merupakan tanaman perdu tegak, berkayu, bercabang banyak, dengan ketinggian tanaman dapat mencapai 2 m. Selanjutnya disebutkan pula bahwa beluntas memiliki daun tunggal, bulat berbentuk telur, ujung runcing, berbulu halus, daun muda berwarna hijau kekuningan dan setelah tua akan berwarna hijau pucat. Panjang daun beluntas mencapai 3,8-6,4 cm (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

21 Di Indonesia tanaman ini tumbuh di tempat yang terkena sinar matahari panas pada ketinggian 800 m di atas permukaan laut (Asiamaya, 2003). Selanjutnya Hayne (1987) menyatakan bahwa di Pulau Jawa tanaman beluntas tumbuh di daerah pantai yang secara berkala menjadi kering sekali, keras atau berbatu dengan cahaya matahari yang cukup. Gambar 1. Tanaman Beluntas Beluntas telah dikenal mempunyai banyak kegunaan baik sebagai tanaman pagar maupun tanaman obat dengan menggunakan seluruh bagian tanamannnya baik dalam bentuk segar maupun kering. Beluntas mengandung asam amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, alumunium, kalsium, magnesium, fosfor, besi, vitamin A dan C (Asiamaya, 2003). Menurut hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak daun beluntas mengandung fenol hidrokuinon, tanin, alkaloid dan steroid (Ardiansyah, 2002). Sastroamidjojo (1997) menyatakan bahwa beluntas sebagai tanaman obat khususnya bermanfat dalam menurunkan suhu tubuh (diaforetika). Daunnya dapat menambah nafsu makan dan membantu pencernaan. Selanjutnya disebutkan bahwa beluntas dapat digunakan sebagai obat kencing darah, mencret, TBC pada kelenjar leher, nyeri pada rematik, nyeri haid, sakit perut, nyeri pinggang dan pinggul, menghilangkan bau badan, obat pegel linu, dan obat kuat untuk orang yang baru sembuh sakit. Dalam penggunaanya daun beluntas direbus atau diseduh seperti teh (untuk menurukan suhu tubuh, penghilang rasa nyeri dan perangsang urat syaraf), dikukus atau ditumbuk kemudian dimakan (sebagai penghilang bau busuk dan gangguan pencernaan).

22 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapangan Ilmu Produksi Ternak Unggas komplek Kandang B, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian yaitu pada akhir bulan Juli hingga November Materi Penelitian ini menggunakan tepung daun beluntas yang dicampurkan kedalam pakan, adapun daun beluntas didapatkan dari daerah Cinagara, Bogor. Itik lokal jantan yang digunakan sebanyak 45 ekor yang berasal dari kota Cianjur, Jawa Barat. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah pakan jenis BP 11 yang diproduksi oleh PT. Charoen Pokhand Indonesia untuk umur 0-4 minggu, sedangkan pada umur 4-10 minggu pakan yang digunakan adalah pakan khusus itik periode grower yang diproduksi oleh PT. Indofeed yang telah ditambahkan tepung daun beluntas dengan konserntrasi 0%; 1% dan 2%. Komposisi nutrisi pakan pada perlakuan disajikan pada tabel 4. Bahan yang digunakan untuk analisis kimia adalah selenium, H 2 SO 4, brom kresol hijau, pelarut heksan, NaOH, asam borat, HCl dan akuades. Peralatan yang digunakan untuk analisis kimia antara lain cawan, tanur, oven, alat ekstraksi Soxhlet, labu Kjeldhal, erlenmeyer, eksikator, desikator, batu didih dan kertas saring. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan selama penelitian sebanyak 9 kandang dengan ukuran masing-masing 100x100x75 cm. Setiap kandang berisi lima ekor itik dan dilengkapi dengan tempat makan, tempat minum dan lampu yang berkekuatan 60 watt. Peralatan lain yang digunakan terdiri dari alat semprot (sprayer), plastik ukuran 500 gram, timbangan, sedangkan untuk pembuatan tepung daun beluntas digunakan mesin penggiling, plastik, wadah dan timbangan. Peralatan yang digunakan dalam penanganan karkas adalah pisau, kompor, panci, ember, termometer, nampan plastik dan timbangan elektrik kapasitas 5 kg dan 120 gram.

23 Tabel 4. Komposisi Nutrisi pakan perlakuan Komponen TDB* Pakan Kontrol 99%pakan + 98%pakan + 2%TDB 2%TDB Bahan Kering (%) 85,83 85,52 85,52 85,53 Abu (%) 15,69 6,17 6,27 6,36 Protein Kasar (%) 19,02 20,18 20,17 20,16 Serat Kasar (%) 15,80 2,85 2,98 3,11 Lemak Kasar (%) 3,70 3,25 3,25 3,26 Beta-N (%) 31,62 53,07 52,86 52,64 Kalsium (%) 2,40 0,97 0,97 1,00 Fosfor (%) 0,29 0,94 0,93 0,93 Energi Bruto (kkal/kg) Keterangan : * Setiyanto (2005) Rancangan Perlakuan Pada saat itik mencapai umur 4 minggu, itik diberi pakan khusus periode grower produksi PT. Indofeed yang ditambahkan tepung daun beluntas dengan konsentrasi 0%; 1% dan 2%. Pemberian pakan dengan tepung daun beluntas ini dilakukan setelah itik mencapai umur 4 minggu dengan pertimbangan bahwa pada usia ini organ pencernaan itik telah sempurna. Tiap-tiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan dan masing-masing ulangan terdiri atas lima ekor itik. Peubah yang Diamati dan Analisis Data Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah komposisi kimia daging dan kulit paha yang meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diuji asumsi. Kemudian dilakukan Analisis Ragam (ANOVA). Model Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan 3 perlakuan penambahan tepung daun beluntas dalam pakan pada taraf berbeda yaitu 0%; 1% dan 2%. Masing-masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan.

24 Model matematika Matjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut: Yij = µ + σi + εij Keterangan : Yij = nilai pengamatan penambahan tepung daun beluntas dalam pakan ke-i ulangan ke-j µ = rataan umum σi = pengaruh penambahan tepung daun beluntas dalam pakan ke-i (i=1,2,3) εij = pengaruh acak pada penambahan tepung daun beluntas ke-i dan ulangan ke-j (j=1,2,...,6) Prosedur Pembuatan Tepung Daun Beluntas Tanaman beluntas diambil daunnya kemudian dilayukan selama dua hari pada suhu kamar. Daun yang telah layu dijemur di bawah sinar mataahari selama satu hari, kemudian dioven pada suhu 60 C selama lebih kurang 5 jam. Daun yang telah kering digiling menjadi tepung daun beluntas. Gambar 2. Tepung Daun Beluntas Persiapan Kandang dan Peralatan Sebelum ternak datang, kandang dan peralatan yang terdiri atas tempat pakan dan tempat minum dibersihkan terlebih dahulu. Pengapuran dan penyemprotan kandang digunakan larutan desinfektan, sedangkan tempat pakan dan tempat air minum hanya dicuci dengan larutan desinfektan.

25 Pengacakan Ternak Ternak yang digunakan dalam percobaan sebanyak 45 ekor itik lokal jantan. Itik diberi nomor sayap (wingband) dan ditimbang pada umur 1 hari untuk mendapatkan bobot badan awal dari masing-masing ternak, kemudian dihitung rataan dan standar deviasinya. Data rataan dan standar deviasi tersebut digunakan untuk menentukan keseragaman bobot awal itik yang digunakan dalam penelitian. Itik dibagi ke dalam 9 kandang berdasarkan homogenitas bobot badan awal dan didistribusikan secara acak. Perlakuan yang dicobakan yaitu penambahan tepung daun beluntas dalam pakan yang terdiri atas tiga taraf 0%; 1% dan 2%. Masingmasing perlakuan terdiri atas tiga ulangan dan masing-masing ulangan berisi lima ekor itik percobaan. Pemeliharaan dan Pengambilan Data Itik dipelihara dari umur satu hari hingga 10 minggu. Umur 0-3 minggu itik diberi pakan BP 11 ad libitum. Pada umur 3-4 minggu dilakukan adaptasi dengan menggati pakan secara bertahap dengan pakan khusus grower, dua hari pertama diberi pakan campuran BP 11 dan pakan khusus grower dengan perbandingan 75% dan 25%. Dua hari berikutnya diberi pakan campuran dengan perbandingan 50% BP 11 dan 50% pakan khusus grower. Dua hari berukutnya diberi pakan campuran dengan perbandingan 25% BP 11 dan 75% pakan khusus pakan khusus grower, dan hari berikutnya diberikan pakan khusus grower 100%. Itik umur 4-10 minggu pakan yang diberikan adalah pakan khusus grower yang ditambahkan tepung daun beluntas dengan konsentrasi 0%; 1% dan 2%. Itik ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik setiap minggu selama penelitian guna memperoleh data bobot badan, sehingga diketahui pertambahan bobot badannya. Pemotongan dilakukan setelah itik berumur 10 minggu. Sebelumnya itik dipuasakan lebih kurang selama 12 jam. Sesaat sebelum dipotong dilakukan penimbangan guna mengetahui bobot potong. Pemotongan dilakukan dengan metode Khoser Style, yaitu dengan memotong trachea, vena jugolaris, arteri carotidea dan oesophagus di daerah perbatasan antara kepala dan leher. Setelah itik mati dan seluruh darah telah ke luar, itik dicelupkan ke dalam air panas dengan suhu 60 C selama 30 detik dan dilakukan pembuluan. Bobot karkas didapatkan setelah proses pemotongan, pembuluan, pengeluaran darah, pemotongan leher, kepala dan kaki

26 serta pengeluaran jeroan. Bagian dada dan paha serta punggung dipotong kemudian ditimbang. Pada bagian paha selanjutnya dilakukan deboning kemudian ditimbang bobot daging dan bobot kulit. Sebanyak 20 gram daging dan 20 gram kulit dari tiga ekor masing-masing ulangan dari setiap perlakuan dipisahkan untuk dianalisis kimia secara komposit. Pengukuran Peubah Kadar Air (AOAC, 1995). Sebanyak satu gram sampel segar dalam botol timbang dimasukkkan ke dalam oven dengan suhu 105 C selama 4 jam, lalu ditimbang. Kadar air dihitung dengan rumus: Bobot sampel (segar-kering) Kadar air = X 100% Bobot sampel segar Kadar Protein (AOAC, 1995). Sebanyak 0,25 gram sampel, ditempatkan dalam labu Kjeldahl 100 ml dan di tambahkan 0,25 gram campuran bahan (5 g K 2 SO 4 ; 0,25 g CuSO 4 ; 0,1 g selenium) dan 3 ml H 2 SO 4 pekat. Kemudian dilakukan destruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) selama 1 jam sampai larutan jernih. Setelah dingin ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH 40%, lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu erlenmeyer yang berisi campuran 10 ml H 3 BO 3 dan 2 tetes brom kresol hijau berwarna merah muda. Setelah volume tampungan (destilat) menjadi 25 ml dan berwarna kebiruan, destilasi dihentikan dan destilat dititrasi dengan HCl 0,02 N sampai merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan juga terhadap blangko. Dengan metode ini diperoleh kadar nitrogen total yang dihitung dengan rumus: (S B) X N HCl X 14 % Nitrogen = X 100% W X 1000 Kadar protein = % Nitrogen X faktor protein Keterangan: S: volume titran sampel B: volume titran blangko w: bobot sampel kering N: normalitas HCl

27 Kadar Lemak (AOAC, 1995). Sebanyak 2 gram sampel disebar di atas kapar yang beralas kertas saring digulung membentuk thimble, lalu dimasukkan ke dalam labu Soxhlet. Kemudian dilakukan ekstraksi selama enam jam dengan menggunakan pelarut lemak berupa heksana sebanyak 150 ml. Lemak yang terekstraksi kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100 C selama 1 jam. Bobot lemak ekstrak Kadar lemak = X 100% Bobot sampel kering Kadar Abu (AOAC, 1995). Sebanyak 2 gram sampel ditempatkan ke dalam cawan porselen kemudian dimasukkan ke dalam tanur dan dipijarkan pada suhu 600 C hingga bobotnya konstan. Cawan diambil dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Kadar abu dihitung dengan rumus: Bobot abu Kadar abu = X 100% Bobot sampel

28 HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Kimia Daging Paha Rataan komposisi kimia yang meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu dari daging paha itik lokal jantan dengan penambahan pakan tepung beluntas dengan konsentrasi 0%, 15 dan 2% ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Komposisi Kimia Daging Paha Itik Lokal Jantan Peubah Penambahan Tepung Daun Beluntas 0% 1% 2% % Kadar air 74,98 ± 0,53 75,66 ± 1,04 74,88 ± 3,03 Kadar protein 20,39 ± 0,57 20,37 ±1,10 19,76 ± 1,65 Kadar lemak 0,44 ± 0,06 0,40 ± 0,06 0,43 ± 0,09 Kadar abu 0,80 ± 0,20 0,85 ± 0,09 0,89 ± 0,11 Kadar Air Tabel diatas menunjukkan bahwa kadar air yang didapatkan dari penelitian ini berkisar antara 74,88-75,66%. Hasil analisis terhadap kadar air ini menunjukkkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dengan taraf 0%, 1% dan 2% tidak nyata mempengaruhi kadar air daging paha itik. Kadar air daging paha itik kontrol dan perlakuan penambahan tepung daun beluntas 1 dan 2% masing-masing sebesar 74,98%, 75,66% dan 74,88%. Kadar air yang diperoleh dari hasil penelitian ini masih lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Triyantini et al (1997) untuk daging paha itik berumur 12 minggu yaitu sebesar 73,91%. Kadar air yang diperoleh oleh Triyantini et al lebih rendah karena itik yang diteliti umurnya lebih tua yaitu 12 minggu, sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik umur 10 minggu. Hal ini terjadi karena semakin tua umur ternak kadar airnya akan semakin berkurang. Kadar Protein Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar protein daging paha itik lokal jantan pada setiap perlakuan penambahan tepung daun beluntas dalam pakan dengan konsenttasi 0%, 1% dan 2% masing-masing 20,39%, 20,37% dan 19,76%. Dari hasil tersebut terlihat adanya penurunan namun uji statistik menyatakan bahwa penurunan kadar

29 protein tersebut tidak berbeda nyata. Hasil ini membuktikan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan sampai taraf 2% tidak mempengaruhi kadar protein daging paha itik lokal jantan. Rataan kadar protein dari hasil penelitian ini berkisar antara 19,76-20,39%. Kadar protein yang didapat dari hasil penelitian ini lebih besar dari yang dinyatakan Damayanti (2003) pada daging paha itik umur 8 minggu yang diberi pakan starter ayam broiler dengan kandungan protein pakannya 22,56% dan energi metabolis 2946 kkal/kg yaitu 16,19%. Lukman (1995) melaporkan bahwa kadar protein daging paha itik afkir sebesar 20,02%. Penelitian yang dilakukan oleh Cobos et al (2000) terhadap itik Anas platyrhynchos kadar protein daging paha berkisar antasr 18,9-22,5%. Hasil penelitian Lukman (1995) juga menyatakan bahwa kadar protein daging pada itik afkir berbeda nyata dengan daging paha ayam petelur afkir. Daging paha ayam petelur afkir menurut Lukman adalah 20,97% Kadar Lemak Kadar lemak yang diperoleh dari masing-masing perlakuan penambahan tepung daun beluntas 0%, 15 dan 2% yaitu 0,44%, 0,40% dan 0,43%. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara kadar lemak daging setiap perlakuan. Rataan kadar lemak daging paha itik pada penelitian ini berkisar antara 0,40-0,44%, lebih kecil dari yang dinyatakan Triyantini et al (1997) pada umur 12 minggu yaitu 1,72%. Damayanti (2003) melaporkan bahwa kadar lemak daging itik umur 8 minggu yang dipelihara dengan pakan starter ayam broiler dengan kandungan protein pakan sebesar 22,56% dan energi metabolis 2946 kkal/kg yaitu 8,47%. Cobos et al (2000) mengemukakan hasil penelitiannya pada itik liar Anas platyrhinchos kadar lemak daging paha sebesar 3,24-4,00%. Laela (2000) mendapatkan rataan kadar lemak daging paha sebesar 9,10% pada itik umur 8 minggu yang diberi kayambang 10% dalam ransumnya dan 4,22% pada itik kontrol atau tidak diberi perlakuan pemberian kayambang pada ransumnya. Kadar Abu Rataan kadar abu daging paha pada setiap perlakuan penambahan tepung daun beluntas dalam pakan dengan konsentrasi 0%, 1% dan 2% tidak jauh berbeda

30 masing-masing 0,80%, 0,85% dan 0,89%. Hasil tersebut menunjukkan adanya kenaikan kadar abu pada setiap perlakuan penambahan tepung daun beluntas. Namun setelah di analisis peningkatan tersebut tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan tidak mempengaruhi kadar abu dalam daging. Cobos et al (2000) menyatakan bahwa kadar abu daging paha dan kadar abu daging dada itik liar Anas platyrhynchos adalah sama yaitu sekitar 1,27%. Menurut Soeparno (1992) perbedaan umur ternak dan perlakuan nutrisi, walaupun kecil dapat memungkinkan mengubah komponen kimia karkas kecuali kadar abu. Komposisi Kimia Kulit Paha Rataan komposisi kimia yang meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu dari daging paha itik lokal jantan dengan penambahan tepung daun beluntas dalam pakan dengan konsentrasi 0%, 1% dan 2% ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Komposisi Kimia Kulit Paha Itik Lokal Jantan Peubah Penambahan Tepung Daun Beluntas 0% 1% 2% % Kadar air 61,39 ± 5,21 62,45 ± 2,88 61,15 ± 2,59 Kadar protein 11,98 ± 1,29 11,42 ± 0,29 12,29 ± 1,65 Kadar lemak 20,76 ± 2,27 20,47 ± 1,59 20,43 ± 0,84 Kadar abu 0,17 ± 0,05 0,26 ± 0,05 0,34 ± 0,13 Rataan kadar air kulit paha itik setiap perlakuan penambahan tepung daun beluntas dengan taraf 0%, 1% dan 2% tidak jauh berbeda masing-masing yaitu 61,39%, 62,45% dan 61,15%. Rataan kadar protein kulit paha itik lokal jantan pada penelitian ini berkisar antara 11,42-12,29%. Kadar protein kulit yang didapat terlihat meningkat sejalan dengan meningkatnya konsentrasi tepung daun beluntas dalam pakan. Namun hasil uji statistik menyatakan peningkatan kadar protein kulit ini tidak berbeda nyata. Hal ini berarti penambahan tepung daun beluntas dalam pakan sampai taraf 2% tidak mempengaruhi kadar protein kulit paha itik.

31 Kadar protein kulit itik terlihat lebih rendah bila dibanding kadar protein daging, hal ini terlihat jelas karena kadar lemak kulit tinggi. Sejalan dengan yang diungkapakan Smith et al (1993) bahwa kadar air dan kadar protein akan tergantung pada kadar lemak yang ada karena kadar lemak merupakan komponen yang bervariasi dibanding protein maupun air. Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan lemak subkutan dipengaruhi umur, lemak subkutan meningkat dari 13,25 pada umur 3 minggu menjadi 33,87% pada umur 9 minggu. Kadar lemak kulit merupakan komponen terbesar kedua setelah kadar air. Kadar lemak kulit itik pada setiap perlakuan penambahan tepung daun beluntas 0%, 1% dan 2% masing-masing yaitu 20,76%, 20,47% dan 20,43%. Angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan kadar lemak daging masing-masing perlakuan yaitu 0,40%, 0,44% dan 0,43%. Sesuai dengan yang dinyatakan Muchtadi dan Sugiyono (1992) bahwa lemak unggas sebagian besar disimpan dibawah kulit, bukan didistribuikan pada jaringan-jaringan otot seperti pada ternak besar. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara kadar lemak kulit kontrol dengan kadar lemak perlakuan penambahan tepung daun beluntas 1% dan 2%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan sampai taraf 2% tidak mempengaruhi kadar lemak kulit paha itik. Rataan kadar abu kulit paha pada setiap perlakuan penambahan tepung daun beluntas dalam pakan dengan konsentrasi 0%, 1% dan 2% masing-masing 0.26%, 0,17% dan 0,34%. Hasil tersebut menunjukkan adanya kenaikan kadar abu pada setiap perlakuan penambahan tepung daun beluntas. Namun setelah dianalisis peningkatan tersebut tidak signifikan.

32 KESIMPULAN Penambahan tepung daun beluntas sampai dengan taraf 2% dalam pakan sebagai upaya mengurangi bau amis pada daging itik lokal tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan komposisi kimia seperti kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu dari daging dan kulit paha itik lokal jantan

33 UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kehadirat Nabi Muhammad SAW, Rasul akhir zaman pembawa cahaya dalam kegelapan dunia. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Ir. Rukmiasih, MS selaku pembinmbing utama serta Ibu Prof. Peni S. Hardjosworo selaku pembimbing anggota yang senantiasa sabar membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih pula penulis persembahkan kepada Ibu Ir. Niken Ulupi, MS selaku dosen penguji dan pembahas seminar serta Ibu Ir. B. N. Polii, SU sebagai dosen penguji Ujian Akhir.. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Bapak dan Ibu tercinta dirumah yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, memberi dukungan dan perhatian. Bapak dan Ibu A. R Ramli yang telah memberikan dukungan materil selama penulis kuliah. Kakakku Leni, Andri, Earlen dan adikku tercinta Febrian serta seluruh keluarga besar Hasan Aziz dan Damanhuri, terimakasih atas do a dan dukungannya. Teman sekaligus kakak iparku Astri, Ika, Anto sahabat setiaku yang selalu ada disaat penulis membutuhkan. Teman-temanku di Gg. Menteng terimakasih atas semua keceriaan yang menjadi motivasi tersendiri bagi penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Asep, Atik dan keluarga yang telah memberikan cinta, doa dan semangat diakhir masa penulisan skripsi ini. Teman-teman seperjuangan, Dina, Arif dan Chandra yang telah membantu penulis. Terimaksih atas kerja keras, kesetiaan dan kerjasamanya. Terimakasih pula untuk teman-teman THT 39 dan TPT 39. adik dan kakak kelasku. Pak Rahmat, Pak Hamzah, Pak Jamhar, Pak Maya Serta Unang dan kawan-kawan terimakasih atas bantuannya selama penelitian. Terimakasih juga penulis ucapkan untuk Mas Eka yang telah memberikan keceriaan di Lab. Terimaksaih penulis sampaikan kepada semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal ibadah yang kita lakukan di terima oleh-nya. Amin. Bogor, Desember 2006 Penulis

34 DAFTAR PUSTAKA Anggorodi Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. Anggraeni Pertumbuhan alometri dan tinjauan morfologi serabut otot dada (Muscullus Pectoralis dan Muscullus Supracorarideus) pada itik dan entok lokal. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ardiansyah Kajian aktivitas antimikroba ekstrak daun beluntas (Pluchea Indica Less). Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor Armin Kualitas daging. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. 2: Asiamaya Beluntas. Indica Less.htm ( 25 Sept 2005 ). Association of Official Analitycal Chemist (AOAC) Official Method of Analysis of the Association of Official Analysis Chemist. Published by The Association of Official Analysis Chemist, Inc. Arlington. Virginia. USA Belitz, H. D dan W. Grosch. Food Chemistry. Second Edition. Tranlation from the fourth German edition by M.M Burghagen, D. Hadzyev, P. Hessel. S. Jordan and C. Sprinz. Springer, Jerman. Budhiarso, E. N Karakteristik kimiawi daging dada tanpa kulit ayam hasil silang balik (backcross) antara ayam pelung-merawang dan merawang pelung dengan tetuaya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Cobos, A., A Veiga dan O. Diaz Chemical and Fatty Acid Composition of Meat and Liver of Wild ducks (Anas platyrhynchos). J. Food Chem. (68): Damayanti, A.P Kinerja komparatif antara itik, entog dan mandalung. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. de Man, J.M Kimia Makanan. Terjemahan: Kosasih Padmawinata. Penerbit Insitut Teknologi Bandung, Bandung. Forrest, J.C., E.D. Aberle., H.B. Hedrick., M.D Judge dan R.A Merkel Principle of Meat Science. W.H Freeman and Company, San Francisco. Gaman, P.M dan K.B Sherrington Ilmu Pangan; Pengantar ilmu pangan nutrisi dan mikobiologi. Edisi kedua. Gajahmada University Press, Yogyakarta. Hafez, E.S.E Animal Growth and Nutrition. Lea & Febiger, Philadelphia. Hayne, K Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Yayasan Sarana Warna Jaya, Jakarta. Hodges, R.D The Histology of the Fowl. Wye College. Near asford, Kent, England. Hustiany, R Identifikasi dan karakterisasi komponen off-odor pada daging itik. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

35 Judoamijoyo, R.M Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Laela, F Kadar lemak beberapa bagian tubuh itik lokal jantan (Anas plathyrhychos) yang diberi berbagai taraf kayambang (Slavina molesta) dalam ransumnya. Skripsi Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lawrie, R.A Ilmu Daging. Edisi Kelima. Terjemahan: A. Parakkasi. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Lukman, H Perbedaan karakteristik daging, karkas dan sifat olahannya antara itik afkir dan ayam petelur afkir. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Mattjik, A.A. Dan Sumertajaya Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Jurusan Statistika FMIPA IPB, Bogor. Martin, D.W., P.A Mayes dan V.W Rodwell Biokimia Edisi 19. Terjemahan: Adji Dharma dan A.S Kurniawan. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Mountney, G.J Poultry Product and Technology. 3 rd Edition. AVI Publishing Company Inc. Westport, Connecticut. Muchtadi, T.R dan Sugiyono Petunjuk Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Samosir, D.J Ilmu Ternak Itik. PT. Gramedia, Jakarta. Setioko, A.R.S. Iskandar dan T. Antawijaya Unggas air sebagai alternatif sumber pendapatan petani, Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid I. No Balai Penelitian Ternak, Bogor. Srigandono, B Produksi Unggas air. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Syamsuhidayat, S.S dan Hutapea Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid I. Departemen Kesehatan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Soeparno Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Triyantini, A. Bakar, I.A.K. Bintang dan T. Antawidjaya Studi komparatif preferensi, mutu dan gizi beberapa jenis daging unggas. J. Ilmu Ternak dan Veteriner. 2(3) : Winarno, F.G Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

36 LAMPIRAN

37 Lampiran 1. Analisis Ragam Rataan Kadar Air Daging Itik Lokal Jantan Sumber Derajat Keragaman Bebas JK KT F P Keterangan Perlakuan 2 1,0808 0,5404 0,15 0,8609 Galat 6 21,1054 3,5176 Total 8 22,186 Keterangan : JK=jumlah kuadrat; KT=kuadrat tengah; F= F hitung Lampiran 3. Analisis Ragam Rataan Kadar Lemak Daging Itik Lokal Jantan Sumber Derajat Keragaman Bebas JK KT F P Keterangan Perlakuan 2 0,7776 0,3888 0,27 0,7691 Galat 6 8,5048 1,4174 Total 8 9,2825 Keterangan : JK=jumlah kuadrat; KT=kuadrat tengah; F= F hitung Lampiran 4. Analisis Ragam Rataan Kadar Abu Daging Itik Lokal Jantan Sumber Derajat Keragaman Bebas JK KT F P Keterangan Perlakuan 2 0,0026 0,0013 0,28 0,7619 Galat 6 0,0274 0,0045 Total 8 0,03 Keterangan : JK=jumlah kuadrat; KT=kuadrat tengah; F= F hitung Lampiran 5. Analisis Ragam Rataan Kadar Air kulit Itik Lokal Jantan Sumber Derajat Keragaman Bebas JK KT F P Keterangan Perlakuan 2 2,8864 1,4432 0,10 0,938 Galat 6 84, ,0346 Total 8 87,0940 Keterangan : JK=jumlah kuadrat; KT=kuadrat tengah; F= F hitung Lampiran 6. Analisis Ragam Rataan Kadar Protein kulit Itik Lokal Jantan Sumber Derajat Keragaman Bebas JK KT F P Keterangan Perlakuan 2 4,6024 2,3112 1,35 0,3284 Galat 6 10,2403 1,7076 Total 8 14,8427 Keterangan : JK=jumlah kuadrat; KT=kuadrat tengah; F= F hitung

KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS(Plucea indica. L) PADA TARAF BERBEDA

KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS(Plucea indica. L) PADA TARAF BERBEDA KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS(Plucea indica. L) PADA TARAF BERBEDA SKRIPSI ELVA RISKAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN

DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN SKRIPSI ARIF WAHYUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN

DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN SKRIPSI ARIF WAHYUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos) TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Menurut Achmanu (1997), itik termasuk ke dalam unggas air (waterfowl) yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

Lebih terperinci

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 26 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014 bertempat di Labolaturium Teknologi Pascapanen (TPP) dan analisis Kimia dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 29-34 ISSN 2303 1093 Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging Rukmiasih 1, P.R.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas. Pemotongan puyuh dan penelitian persentase karkas dilakukan di Laboratorium Unggas serta uji mutu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang evaluasi komposisi nutrisi kulit ubi kayu dengan perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Mei

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di Laboratorium Teknologi Produksi Ternak dan Laboratorium Teknologi Pasca Panen,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai subtitusi jagung dalam ransum terhadap kecernaan PK, SK dan laju digesta ayam broiler dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas daging ayam kampung super dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2015 sampai dengan 3 Maret 2016

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan September 2010. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. kecap dalam ransum dilaksanakan pada tanggal 28 November 28 Januari 2017.

BAB III MATERI DAN METODE. kecap dalam ransum dilaksanakan pada tanggal 28 November 28 Januari 2017. 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang kadar kimia kuning telur itik dengan penggunaan ampas kecap dalam ransum dilaksanakan pada tanggal 28 November 28 Januari 2017. Penelitian dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi tepung kaki ayam broiler terhadap ketebalan kerabang, kadar protein dalam

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Fermentasi terhadap Penggunaan Protein pada Ayam Kampung Super dilaksanakan pada tanggal 18 November

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) PADA PAKAN SKRIPSI GILANG MARADIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea canaliculata) dan tepung paku air (Azolla pinnata) terfermentasi terhadap produktivitas,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Itik

TINJAUAN PUSTAKA Itik TINJAUAN PUSTAKA Itik Itik merupakan salah satu unggas air (waterfowls) yang termasuk ke dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, subfamili Anatinae, tribus Anatini, genus Anas dan spesies

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO

KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak itik yang digunakan sebanyak 120 ekor yang berumur 0-8 minggu

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak itik yang digunakan sebanyak 120 ekor yang berumur 0-8 minggu III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Bahan Penelitian 1.1.1. Ternak Percobaan Ternak itik yang digunakan sebanyak 120 ekor yang berumur 0-8 minggu dan dialokasikan ke dalam 24 unit kandang masing-masing

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di III. MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Laboratorium Nutrisi dan Kimia serta Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik Itik Alabio ( Anas platirinchos Borneo

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik Itik Alabio ( Anas platirinchos Borneo TINJAUAN PUSTAKA Ternak Itik Ternak itik merupakan unggas air yang tersebar luas di pedesaan yang dekat dengan sungai, rawa, atau pantai dengan pengelolaan yang masih tradisional. Populasi ternak itik

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang untuk pengujian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan dan penyembelihan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas,

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di rumah kaca Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Pengujian secara

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012. Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah Laboratorium Percobaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di I. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di Kandang Percobaan Laboratorium UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS)

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging bagian paha sebanyak 18 ayam Sentul jantan yang berumur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengujian Balai Besar Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2012. Cangkang kijing lokal dibawa ke Laboratorium, kemudian analisis kadar air, protein,

Lebih terperinci

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. III. MATERI METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen dan Laboratorium Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei-Juli 2014.

MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei-Juli 2014. III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei-Juli 2014. Pemeliharaan ayam pedaging bertempat di Laboratorium UIN Agriculture Research and Development

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa. Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa. Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar. 3.2. Bahan dan Alat Anak ayam

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH

HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur 14 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Terpadu, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu unggas yang sangat efisien dalam menghasilkan daging dan digemari oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN HUBUNGAN ANTARA LAMA PENYIMPANAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA SUHU RUANG SKRIPSI SAMSUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan pupuk cair dan karakteristik pupuk cair ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 200 yang dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itik Itik merupakan salah satu jenis unggas yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Selain sebagai alat pemenuh kebutuhan konsumsi namun juga berpotensi

Lebih terperinci

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian in. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September 2013--Oktober 2013. Pengambilan sampel onggok diperoleh di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Jantan Lokal

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Jantan Lokal 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Jantan Lokal Itik adalah salah satu unggas air (waterfowls) yang termasuk dalam: Kelas : Aves Ordo : Anseriformes Famili : Anatidae Subfamili : Anatinae Tribus : Anatini

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, rumpun Anatini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, rumpun Anatini, 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Itik merupakan salah satu unggas air yang lebih dikenal dibanding dengan jenis unggas air lainnya seperti angsa dan entog. Itik termasuk ke dalam kelas Aves,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Itik ( Anas platyrhynchos

TINJAUAN PUSTAKA Itik ( Anas platyrhynchos TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Itik merupakan salah satu unggas air yang lebih dikenal dibanding dengan jenis unggas air lainnya seperti angsa atau entog. Menurut Srigandono (1998), itik termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu 28 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengaruh penambahan level protein dan probiotik pada ransum itik magelang jantan periode grower terhadap kecernaan lemak kasar dan energi metabolis dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci