BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Latar Belakang
|
|
- Yuliani Devi Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Latar Belakang Minyak terpentin merupakan salah satu minyak atsiri yang banyak diproduksi di Indonesia sebagai hasil penyulingan getah pohon pinus ( famili pinaceae). Sekitar 80% dari terpentin di Indonesia selama ini diekspor ke negaranegara di Eropa, India, Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat (AS). Di pasar internasional, harga minyak terpentin kini mencapai US$ 2200 per ton. Minyak terpentin digunakan untuk bahan baku industri kosmetik, minyak cat, campuran bahan pelarut, antiseptik, kamper dan farmasi. Usaha untuk meningkatkan nilai ekonomi dari minyak terpentin adalah dengan melakukan transformasi senyawa -pinena. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan reaksi hidrasi senyawa -pinena (Avila et al., 2010; Ramachandran, 2002; Tan and Lin, 2000; Lindmark, 2003; Li et al., 2005). Transformasi α-pinena melalui reaksi hidrasi menjadi senyawa derivatnya melibatkan perubahan struktur yang komplek pada kondisi reaksi yang cukup mudah. Hidrasi α-pinena menggunakan katalis asam dapat menghasilkan senyawa terpineol. Terpineol merupakan senyawa alkohol yang volatil dari golongan terpenoid dengan toksisitas rendah dan merupakan senyawa bahan dasar parfum (Bhatia, 2008). Terpineol digunakan secara luas dalam industri parfum, kosmetik, industri sabun, pengobatan tradisional dan aromaterapi (Moreira et al., 2001; Dagne et al., 2000; Golshani et al., 2004; Raina et al., 2004; Yuasa et al., 2006). Terpineol juga merupakan salah satu bahan yang ada pada komposisi obat anti kanker payudara (Brentwood dan Franklin, 2004). Terpineol juga mempunyai aktivitas sitotoksik dan antikonvulsant (Damiao et al., 2007; Bagheri et al., 2010). 1
2 2 Sintesis terpineol dari α-pinena dengan adanya beberapa katalis telah dipelajari oleh beberapa peneliti. Arias et al. (2000), menghidrasi minyak terpentin dengan menggunakan katalis faujasit dealuminasi dalam reaksi hidrasi α-pinena. Produk utama adalah alkohol monosiklik -terpineol dengan selektivitas paling tinggi 44 pada konversi 70%. Vital et al. (2001) menggunakan katalis zeolit dalam reaksi hidrasi α-pinena, menghasilkan α-terpineol dengan selektivitas antara 55% pada konversi 100% dalam waktu reaksi 150 jam. Robles- Dutenhefner et al. (2001) menggunakan asam fosfotungstat (HPW 12 O 40 ) sebagai katalis dengan mencampurkan asam asetat dan air untuk hidrasi α-pinena. Konversi 90% telah teramati dalam reaksi homogen ini, dengan selektivitas α-terpineol 30%. Roman-Aguirre et al. (2005) menggunakan asam kloroasetat (MCA) untuk transformasi α-pinena dan memperoleh α-terpineol dengan selektivitas 70% pada konversi 99% dalam waktu reaksi 4 jam. Mochida et al. (2007) menggunakan katalis zeolit FAU dengan Si/Al 30, memperoleh α-terpineol dengan selektivitas 42% dengan konversi 100%. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian tentang katalis sangat berkembang. Penelitian katalis saat ini dititikberatkan pada pemilihan katalis dengan aktivitas, selektivitas serta stabilitas termal yang tinggi. Hal ini disebabkan tiga karakter utama tersebut sangat diperlukan selama proses katalitik berlangsung. Katalis yang baik adalah katalis yang memiliki kemampuan optimal dalam beberapa proses selama katálisis, antara lain sifat adsorpsi umpan dan produk, kecepatan transpor molekul dari dan ke sisi aktif oleh difusi dan sifat intrinsik dari beberapa reaksi. Preparasi katalis sangat diperlukan agar reaktan dapat mencapai sisi aktif secara maksimal. Salah satu katalis yang dapat digunakan adalah zeolit (Li et al., 2008; Prokešová et al., 2003). Menurut asal usulnya zeolit dapat dibedakan menjadi zeolit alam dan zeolit sintetik. Salah satu tipe zeolit sintetik adalah zeolit Y. Penelitian tentang zeolit Y sebagai katalis heterogen berkembang dalam rangka meningkatkan aktivitas zeolit Y ( Silva et al., 2012; Peng et al., 2008). Bahkan dalam proses
3 3 katalisis, zeolit juga dapat sekaligus berperan sebagai katalis (Zhang et al., 2012; Rahman et al., 2012; Mochida et al., 2007). Salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas katalitik dari katalis zeolit adalah dengan impregnasi atau pengembanan asam pada permukaan katalis. Castanheiro et al. (2003), menggunakan HPMo yang diembankan pada zeolit USY (HPMo/USY) yang terdispersi dalam matriks polidimetilsiloksan (PDMS) untuk katalis dalam reaksi hidrasi pinena. Penggunaan katalis HPMo-USY/PDMS dalam reaksi tersebut menunjukkan aktivitas yang tinggi yaitu memperoleh -terpineol dengan selektivitas 65% pada konversi 80%. Avila et al. (2010) menggunakan asam trikloroasetat yang diembankan pada ZrO 2.nH 2 O sehingga diperoleh TCA/ZrO 2.nH 2 O, untuk katalis pada reaksi hidrasi -pinena. Reaksi hidrasi α-pinena dengan katalis TCA/ZrO 2.nH 2 O menghasilkan -terpineol dengan selektivitas 57% pada konversi 57%. Pada penelitian ini peningkatan aktivitas katalis dilakukan dengan pengembanan TCA pada zeolit Y (TCA/ZHY). Pemilihan katalis zeolit Y sebagai katalis heterogen disebabkan mempunyai luas permukaan, hidrofobisitas, dan keasaman yang tinggi (Zhao and Donald, 2008; Su et al., 2012). Pengembanan TCA pada ZHY diperkirakan dapat meningkatkan rasio Si/Al dari katalis. Jika rasio Si/Al meningkat, maka permukaan katalis menjadi lebih hidrofobik, sehingga meningkatkan afinitas terhadap reaktan. Hal ini menyebabkan konsentrasi α-pinena dalam pori zeolit akan menjadi lebih tinggi sehingga diperkirakan selektivitas terpineol lebih besar. Jika rasio Si/Al rendah, adsorpsi air dan molekul polar akan menjadi penghalang dari difusi -pinena ke dalam sistem pori zeolit (Peters et al., 2006; Mochida et al., 2007). Alfa pinena merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, hal ini menyebabkan fase organik terpisah dalam reaktor. Reaksi hidrasi α-pinena terjadi pada permukaan katalis dalam fase cair. Komponen pelarut seringkali mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap kelangsungan proses difusi pinena. Interaksi yang kuat antara molekul pelarut dengan situs aktif permukaan
4 4 adsorben merupakan salah satu rintangan dan menurunkan adsorpsi α-pinena (Mochida et al., 2007). Jika molekul reaktan tidak teradsorpsi di bagian luar permukaan, molekul tersebut akan berdifusi ke dalam pori, untuk kemudian diadsorpsi dan bereaksi dalam pori-pori permukaan internal ( Nasikin dan Susanto, 2010). Adanya air dalam sistem reaksi akan mengganggu interaksi alkena dengan ZHY. Hal ini karena air yang teradsorpsi terlebih dahulu pada sisi aktif zeolit akan menghalangi interaksi -pinena dengan air. Penggunaan pelarut isopropanol pada reaksi hidrasi sangat diperlukan untuk meningkatkan afinitas katalis terhadap α-pinena. Afinitas katalis terhadap reaktan juga dapat ditingkatkan dengan peningkatan temperatur (Zhang et al., 2002). Semakin tinggi temperatur diperkirakan reaksi hidrasi α-pinena dengan air dapat menghasilkan senyawa α-terpineol dengan selektivitas yang lebih tinggi. Selama ini, reaksi hidrasi α-pinena dengan katalis asam menghasilkan campuran produk yaitu produk hidrasi (senyawa alkohol ) dan produk isomerisasi ( hidrokarbon). Semakin lama waktu reaksi, produk isomerisasinya juga semakin tinggi (Vital et al., 2001; Avila et al., 2010). Hal ini menarik untuk dikaji, oleh karena itu pada penelitian ini, mempelajari pengaruh waktu reaksi, temperatur dan pelarut isopropil alkohol pada reaksi hidrasi pinena dengan katalis asam untuk menghasilkan senyawa α-terpineol dengan selektivitas yang lebih tinggi. Alfa terpineol merupakan senyawa atsiri yang mempunyai kemampuan sebagai agen penghambat aktivitas bakteri ( Bathia et al., 2009). Gugus hidroksi pada α-terpineol yang dimungkinkan dapat merusak lapisan peptidoglikan sehingga mengakibatkan rusaknya komponen penting dalam sel bakteri yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel bakteri ( David, 1995; Park et al., 2012). B. subtilis merupakan bakteri Gram positif yang dapat mengkontaminasi daging, apabila daging yang sudah terkontaminasi masuk ke tubuh manusia, maka akan menyebabkan diare ( Madigan et al., 2005). B. megaterium merupakan jenis bakteri Gram positif yang terdapat pada tanah, air,
5 5 udara, sehingga bakteri ini dapat dengan mudah masuk ke makanan yang kita konsumsi dan menyebabkan penyakit gangguan pencernaan ( Vary et al., 2007), sedangkan P. aeruginosa merupakan bakteri jenis Gram negatif yang merupakan penyebab terjadinya infeksi pada saluran kemih dan infeksi saluran nafas terutama pada penurunan sistem imun individu (Madigan et al., 2008). Kebaharuan Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu, dapat dikemukakan bahwa sintesis terpineol dengan katalis asam dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah jenis katalis, waktu reaksi, temperatur dan pelarut. Dari aspek sintesis, penggunaan α-pinena sebagai bahan dasar sintesis α-terpineol dalam penelitian ini, menjamin ketersediaan bahan dasar, mengingat kelimpahan α-pinena dari minyak terpentin lebih dari 80%. Namun tantangan utama yang dihadapi adalah diperlukan teknik sintesis agar dapat menghasilkan senyawa α-terpineol dengan selektivitas > 50% dengan waktu yang relatif singkat (<1 jam). Di sisi lain reaksi samping dari hasil sintesis ini adalah produk isomerisasi, maka diperlukan suatu teknik untuk meminimalkan produk isomer tersebut. Berbeda dengan yang dilakukan oleh Roman-Aguirre et al. (2005), sintesis α terpineol menggunakan katalis asam oksalat, asam klorida dan asam kloroasetat (MCA). Dalam penelitian ini, sintesis α terpineol dilakukan menggunakan katalis homogen asam trikloroasetat (TCA) yang mempunyai sifat keasaman yang lebih tinggi dari MCA. Reaksi hidrasi α-pinena dengan katalis TCA dibandingkan dengan katalis asam sulfat (SA) dan MCA. Walaupun secara operasional katalis homogen lebih mudah, namun jarang digunakan dalam industri, sehingga pada penelitian ini diuji pula penggunaan katalis heterogen. Katalis heterogen yang dipelajari adalah Zeolit Y (ZHY) dan TCA yang diembankan ke dalam zeolit Y (TCA/ZHY)
6 6 van de Waal et al. (1996) menggunakan katalis zeolit Y dalam reaksi hidrasi α-pinena, tetapi belum memperoleh α-terpineol, karena reaksi dilakukan tanpa air. Avila et al. (2010) menggunakan katalis TCA/ZrO 2.nH 2 O dalam reaksi hidrasi α-pinena, menghasilkan α-terpineol dengan selektivitas 57%. Jika katalis TCA diembankan ke zeolit Y ( TCA/ZHY), maka diperkirakan akan meningkatkan aktivitas ZHY pada reaksi hidrasi -pinena, sehingga dapat meningkatkan selektivitas α-terpineol. Pengubahan struktur molekul α-pinena menjadi terpineol melalui tahapan pembentukan karbokation, yang selanjutnya dapat mengalami penataan ulang dan pembukaan cincin empat karbon. Semua karbokation dapat kehilangan proton dan dengan adanya nukleofil (H 2 O) akan menghasilkan alkohol. Tahapan proses sintesis terpineol telah lazim dilakukan, tetapi reaksi hidrasi terhadap α-pinena yang kemungkinan dihasilkan beberapa produk isomer merupakan kajian yang sangat menarik. Selain itu mengingat bahwa sistem bisiklik α-pinena sangat rentan mengalami pembukaan cincin, maka pemilihan reagen dan kondisi reaksi dalam pengubahan gugus fungsi alkena menjadi gugus fungsi alkohol juga menjadi kajian dalam penelitian ini. Secara struktural senyawa yang dihasilkan dari penelitian ini dapat dikategorikan sebagai senyawa antibakteri dan dapat digunakan sebagai bahan fragrance. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif (B. subtilis, B. megaterium) dan Gram negatif (P. aeruginosa) Permasalahan Pada penelitian ini reaksi hidrasi dilakukan dengan menggunakan katalis homogen ( SA, MCA dan TCA) dan katalis heterogen ( ZHY, dan TCA/ZHY)). Fenomena ini menarik karena dalam kondisi reaksi yang tidak rumit terjadi perubahan struktur yang kompleks. Masalah yang diteliti adalah tentang:
7 7 1. Pengaruh jenis katalis asam homogen (SA, MCA dan TCA) terhadap hasil sintesis -terpineol melalui reaksi hidrasi -pinena. a. Pengaruh waktu reaksi terhadap hasil reaksi sintesis -terpineol dari -pinena dengan katalis SA, MCA dan TCA. b. Pengaruh temperatur reaksi terhadap hasil reaksi sintesis -terpineol dari -pinena dengan katalis TCA. 2. Pengaruh jenis katalis asam heterogen (ZHY dan TCA/ZHY) terhadap hasil sintesis -terpineol melalui hidrasi -pinena. a. Membedakan sifat hidrofobisitas katalis asam heterogen (ZHY dan TCA/ZHY) b. Pengaruh waktu reaksi terhadap hasil reaksi sintesis -terpineol dari -pinena dengan katalis asam ZHY dan TCA/ZHY c. Pengaruh temperatur pada hasil reaksi sintesis -terpineol dari -pinena dengan katalis asam (ZHY dan TCA/ZHY). d. Pengaruh pelarut isopropil alkohol pada reaksi sintesis terpineol dari -pinena dengan ZHY dan TCA/ZHY. 3. Uji aktivitas antibakteri dari -terpineol terhadap bakteri B. subtilis, B. megaterium, dan P. aeruginosa. 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. mengetahui pengaruh jenis katalis homogen (SA, MCA dan TCA) terhadap selektivitas -terpineol melalui reaksi hidrasi α-pinena. 2. mengetahui pengaruh jenis katalis asam heterogen (ZHY dan TCA/ZHY) terhadap selektivitas -terpineol melalui reaksi hidrasi -pinena 3. mengetahui pengaruh TCA yang diembankan pada ZHY pada sifat hidrofobisitas katalis
8 8 4. mengetahui pengaruh waktu reaksi hidrasi terhadap hasil reaksi sintesis -terpineol dari -pinena dengan katalis asam TCA, ZHY dan TCA/ZHY 5. Mengetahui pengaruh temperatur pada hasil reaksi sintesis -terpineol dari -pinena dengan katalis asam TCA, ZHY dan TCA/ZHY. 6. Mengetahui pengaruh pelarut isopropil alkohol pada reaksi sintesis terpineol dari -pinena dengan katalis ZHY dan TCA/ZHY. 7. Mengetahui aktivitas antibakteri hasil reaksi sintesis terpineol dari -pinena terhadap bakteri B. subtilis, B. megaterium, dan P. aeruginosa Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah a. Dalam bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berikut ini: (1) pengembangan potensi dari minyak terpentin, (2) pengembangan teknologi transfo rmasi gugus fungsional, (3) mendapatkan parameter desain yang tepat untuk reaksi sintesis -terpineol dari -pinena. b. Dalam bidang pembangunan nasional, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, yaitu peningkatan nilai ekonomis minyak terpentin sebagai bahan dasar dalam sintesis -terpineol. Penggunaan bahan baku lokal berupa minyak terpentin yang relatif murah harganya akan mendorong berkembangnya industri yang memproduksi senyawa terpineol. Kemandirian industri nasional dalam memproduksi -terpineol sangat diperlukan mengingat -terpineol merupakan bahan kimia yang prospektif.
Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa
Lebih terperincidapat mencapai hingga 90% atau lebih. Terdapat dua jenis senyawa santalol dalam minyak cendana, yaitu α-santalol dan β-santalol.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tanaman Cendana (Santalum album L.) adalah tanaman asli Indonesia yang memiliki aroma yang khas, dimana sebagian besar tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional dewasa ini dan semakin dirasakan pada masa mendatang adalah masalah energi. Perkembangan teknologi, industri dan transportasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) saat ini terus mengalami peningkatan, baik bensin (gasoline), minyak solar (diesel), maupun minyak mentah (kerosene). Peningkaan
Lebih terperinciJurnal MIPA 37 (2) (2014): Jurnal MIPA.
Jurnal MIPA 37 (2) (2014): 146-153 Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PADA REAKSI HIDRASI α-pinena DARI MINYAK TERPENTIN DENGAN KATALIS ZEOLIT ALAM N
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
PENGARUH KATALIS ZEOLIT ALAM TERAKTIVASI DAN TCA-ZEOLIT ALAM DALAM REAKSI HIDRASI α-pinena MENJADI α-terpineol SKRIPSI disusun dalam rangka penyelesaian studi strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Energi merupakan salah satu kebutuhan wajib bagi seluruh masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kehidupan manusia yang mana merupakan kunci utama dalam berbagai sektor ekonomi yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan manusia. Kebutuhan
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA REAKSI SISTEM HETEROGEN DENGAN KATALIS ZEOLIT ALAM TERAKTIVASI SKRIPSI
PENGARUH TEMPERATUR PADA REAKSI HIDRASI α-pinena MENJADI α-terpineol SISTEM HETEROGEN DENGAN KATALIS ZEOLIT ALAM TERAKTIVASI SKRIPSI Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu atau dua dekade terakhir, banyak penelitian diarahkan untuk produksi bahan bakar kendaraan bermotor dari bahan alam yang terbarukan, khususnya minyak nabati.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mono- dan diasilgliserol merupakan molekul amfifilik, yaitu memiliki gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang lainnya. Mono- dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri kimia yang membutuhkan adiponitril sebagai bahan baku di dalam
I. PENDAHULUAN Pertumbuhan industri kimia yang membutuhkan adiponitril sebagai bahan baku di dalam negeri semakin berkembang, menyebabkan konsumsi adiponitril semakin besar pula dan diperkirakan akan terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang dikenal sebagai fossil fuel merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui dalam waktu yang cepat. Penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan
Lebih terperinciButadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas
Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada sistem reaksi untuk meningkatkan laju reaksi tanpa ikut berubah secara kimia pada akhir reaksi. Dan menurut Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan industri di Indonesia, pemerintah berupaya meningkatkan pertumbuhan industri kimia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN Lipid, ester gliserol dengan asam lemak, berdasarkan titik lelehnya dikelompokkan menjadi lemak atau minyak. Lipid pada suhu kamar berwujud padat disebut lemak sedangkan lipid berwujud cair
Lebih terperinciInfo Artikel. Indonesian Journal of Chemical Science
Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs SINTESIS -TERPINEOL MELALUI REAKSI HIDRASI -PINENA MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT ALAM
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unjuk Kerja Pervaporasi Unjuk kerja pemisahan dengan pervaporasi dapat dilihat dari nilai fluks dan selektivitas pemisahan. Membran yang digunakan adalah membran selulosa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS II. 1 Tinjauan Pustaka II.1.1 Biodiesel dan green diesel Biodiesel dan green diesel merupakan bahan bakar untuk mesin diesel yang diperoleh dari minyak nabati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Limbah pelumas bekas yang jumlahnya semakin meningkat seiring dengan perkembangan industri dan transportasi merupakan salah satu masalah serius. Pelumas bekas ini jika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rut, 2014 Peningkatan Kadar Mentol Pada Minyak Permen Dementolized Menggunakan Katalis Raney Nikel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan berbagai tanaman rempah-rempah selain India, Cina, dan Brazil. Salah satu produk rempah-rempah
Lebih terperinciIndonesian Journal of Chemical Science
Indo. J. Chem. Sci. 6 (2) (2017) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs Kajian Pengaruh Konsentrasi Zeolit Alam Lampung pada Hidrasi Terpentin Menjadi α-terpineol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam bidang sintesis material, memacu para peneliti untuk mengembangkan atau memodifikasi metode preparasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas telah muncul sebagai salah satu logam yang paling mahal dengan mencapai harga tinggi di pasar internasional. Kenaikan harga emas sebanding dengan peningkatan permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian, disertai dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini. Latar belakang menjelaskan
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan industri kimia di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Salah satu bahan yang banyak digunakan dalam industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Padatan anorganik mesopori (2-50 nm) tergolong padatan berpori yang semakin banyak dan luas dikaji. Hal ini didasarkan pada kebutuhan riset dan industri akan material
Lebih terperinci2015 KONVERSI LIGNOSELULOSA TANDAN PISANG MENJADI 5-HIDROKSIMETIL-2-FURFURAL (HMF) : OPTIMASI KOMPOSISI
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan bahan bakar saat ini masih sangat bergantung pada sumber daya fosil. Sumber energi berbasis fosil masih merupakan sumber energi utama yang digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Saat ini biomassa telah banyak menarik perhatian para peneliti. Hal ini
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini biomassa telah banyak menarik perhatian para peneliti. Hal ini dikarenakan sifatnya yang ramah terhadap lingkungan dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks alam adalah subtansi yang diperoleh dari getah karet (Hevea Brasilliensis). Lateks alam tersusun dari hidrokarbon dan mengandung sejumlah kecil bagian bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi untuk beberapa abad ke depan, semakin meningkat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi untuk beberapa abad ke depan, semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia dan berkembangnya negaranegara maju menuju negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk, pengembangan wilayah, dan pembangunan dari tahun ke tahun. Selama
Lebih terperinciSenyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si
Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa yang sumber utamanya berasal dari tumbuhan, hewan, atau sisa-sisa organisme
Lebih terperinciIndonesian Journal of Chemical Science
Indo. J. Chem. Sci. 6 (3) (2017) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs AKTIVITAS KATALITIK P 2 O 5 -ZEOLIT ALAM PADA REAKSI HIDRASI TERPENTIN MENJADI α-terpineol
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Rancangan penelitian yang dijalankan untuk memberikan alternatif sintesis pelumas dasar bio melalui proses esterifikasi asam lemak (asam karboksilat) berkatalis heterogen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan berlangsung selama sintesis, serta alat-alat yang diperlukan untuk sintesis.
II TINJUN PUSTK 2.1 Rancangan nalisis Dalam sintesis suatu senyawa kimia atau senyawa obat yang baik, diperlukan beberapa persiapan. Persiapan tersebut antara lain berupa bahan dasar sintesis, pereaksi,
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Memasuki era globalisasi sektor industri mengalami perkembangan pesat, termasuk didalamnya perkembangan sub sektor industri kimia. Sejalan dengan
Lebih terperinciDAFTAR PUBLIKASI. Publikasi dalam seminar
DAFTAR PUBLIKASI Publikasi dalam seminar 1. Utami, H., Budiman, A., Sutijan, Roto, Sediawan, W.B., Kinetics Modeling for Synthesis of Terpineol from Turpentine, ISSN: 2094-3660, Proceedings 16 th ASEAN
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dalam era industrialisasi sekarang ini, industri kimia mengalami perkembangan yang sangat pesat, jumlah dan jenis industri kimia dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Identifikasi Fitokimia Uji identifikasi fitokimia hasil ekstraksi lidah buaya dengan berbagai metode yang berbeda dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif kandungan senyawa
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak sereh merupakan salah satu komoditas minyak atsiri Indonesia dengan total luas lahan sebesar 3492 hektar dan volume ekspor mencapai 114 ton pada tahun 2004 (Direktorat
Lebih terperinciInstructor s Background
Instructor s Background (in CATALYST TECHNOLOGY Lecture ) BEng. (1995): Universitas Diponegoro Meng. (2000): Institut Teknologi Bandung PhD. (2006): Universiti Teknologi Malaysia Instructor: Dr. Istadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi peningkatan presentase penyakit tidak menular (PTM) secara cepat yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan dimasa yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari
Lebih terperinciSINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL
SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL SUSI NURUL KHALIFAH 1408 201 001 Dosen Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc PENDAHULUAN Minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Minyak Jarak (castor oil) dihasilkan dari biji tanaman jarak (Ricinus Communis) yang dengan mudah tumbuh di daerah tropis dan sub tropis salah satunya seperti di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit Komoditas kelapa sawit memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan/oleochemical serta produk samping/limbah. Limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang banyak digunakan berbagai negara di dunia pada saat ini. Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya energi baik energi yang bersifat terbarukan maupun energi yang bersifat tidak terbarukan. Namun demkian, eksplorasi
Lebih terperinciSINTESIS α-pinene MENJADI α-terpineol MENGGUNAKAN KATALIS H 2 SO 4 DENGAN VARIASI SUHU REAKSI DAN VOLUME ETANOL
SINTESIS α-pinene MENJADI α-terpineol MENGGUNAKAN KATALIS H 2 SO 4 DENGAN VARIASI SUHU REAKSI DAN VOLUME ETANOL Elvianto Dwi Daryono Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan katalis asam dengan asetaldehida. Paraldehida digunakan sebagai antioksidan
Lebih terperinciSTUDI KINETIKA REAKSI HETEROGEN α-pinene MENJADI TERPINEOL DENGAN KATALISATOR ASAM KHLORO ASETAT
Reaktor, Vol. 13 No. 4, Desember 011, Hal. 48-53 STUDI KINETIKA REAKSI HETEROGEN α-pinene MENJADI TERPINEOL DENGAN KATALISATOR ASAM KHLORO ASETAT Herti Utami 1*), Arief Budiman 1), Sutijan 1), Roto ),
Lebih terperinciInfo Artikel. Indonesian Journal of Chemical Science
Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs PENGARUH KATALIS H-ZA DAN TCA-ZA DALAM REAKSI HIDRASI -PINENA MENJADI -TERPINEOL Afriani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Aktivitas sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari ancaman serangan radikal bebas. Mulai dari paparan sinar ultraviolet (UV), polusi lingkungan, asap rokok, makanan
Lebih terperinciKIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN
MAKALAH PENDAMPING KIMIA FISIKA (Kode : C-5) ISBN : 978-979-533-85- MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN Imelda H. Silalahi, * Aladin Sianipar, Endah Sayekti Jurusan Kimia, Fakultas
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A.
A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan BAB I PENGANTAR Dalam era globalisasi, penting bagi indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk meningkatkan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ester gula asam lemak merupakan non-ionik emulsifier yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ester gula asam lemak merupakan non-ionik emulsifier yang bersifat biodegradable dan tidak beracun yang telah banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang 70 % dari wilayahnya terdiri dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang 70 % dari wilayahnya terdiri dari lautan. Sebagai negara yang dikelilingi oleh lautan, Indonesia memiliki sumberdaya laut yang sangat melimpah.
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun memiliki dampak yang sangat besar terhadap berbagai aspek dalam kehidupan. Salah satu dampak yang dapat dirasakan adalah
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN
1 Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan air dengan Proses Hidrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang sedang
Lebih terperinciPerbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan
Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Tania S. Utami *), Rita Arbianti, Heri Hermansyah, Wiwik H., dan Desti A. Departemen Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Senyawa antibakteri ialah senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme dan dalam konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh suatu mikroorganisme (Jawetz
Lebih terperincidapat mendorong berdirinya pabrik kimia lainnya, sehingga dapat mengurangi
IAgung Surya Jaelani ( 02 521 039 ) Azhar (02 521222) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak dari krisis multidimensi di Indonesia sangat berpengaruh pada bidang industri kimia. Pabrik Butil Etanoat
Lebih terperinciStruktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.
Kamu tentunya pernah menyaksikan berita tentang penyalah gunaan formalin. Formalin merupakan salah satu contoh senyawa aldehid. Melalui topik ini, kamu tidak hanya akan mempelajari kegunaan aldehid yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bahan bakar transportasi umumnya masih bergantung pada sumber daya fosil. Ketergantungan terhadap energi berbasis fosil dialami hampir di setiap negara termasuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam. Sumbangsih potensi sumberdaya hayati yang ada di Indonesia terhadap kekayaan keanekaragaman sumberdaya hayati
Lebih terperinciPEMBUATAN DIETIL ETER DENGAN BAHAN BAKU ETANOL DAN KATALIS ZEOLIT DENGAN METODE ADSORBSI REAKSI
PEMBUATAN DIETIL ETER DENGAN BAHAN BAKU ETANOL DAN KATALIS ZEOLIT DENGAN METODE ADSORBSI REAKSI Ananta Kharismadi (2306100112) Agy Yogha Pradana (2306100114) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi,
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang
Lebih terperinci(in CATALYST TECHNOLOGY Lecture ) Instructor: Dr. Istadi.
(in CATALYST TECHNOLOGY Lecture ) Instructor: Dr. Istadi (http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi id/ ) Email: istadi@undip.ac.id Instructor s t Background BEng. (1995): Universitas Diponegoro Meng. (2000):
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PRARENCANA PABRIK ASETON DARI ISOPROPIL ALKOHOL
I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang pesat, khususnya di bidang perindustrian. Pemerintah berharap dengan adanya perkembangan yang pesat
Lebih terperinciSintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas
ISBN 978-979-98300-2-9 EL-06 Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas Tri Hadi Jatmiko*, Qodri F. Errahman Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Medan, Medan,
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) Mataram, Lombok 1-7 September 2014.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2015 Mataram, Lombok 1-7 September 2014 Kimia LEMBAR JAWAB Teori Waktu: 240 menit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Menurut laporan status global WHO (2016), perilaku merokok telah membunuh sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Semakin meningkatnya jumlah penduduk akan mengakibatkan kebutuhan energi juga meningkat. Selama ini, Indonesia sebagai salah satu Negara Agraris besar masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan
7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Surfaktan atau surface active agent adalah senyawa amfifatik yang terdiri atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang
I.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Limbah cair yang mengandung zat warna telah banyak dihasilkan oleh beberapa industri domestik seperti industri tekstil dan laboratorium kimia. Industri-industri tekstil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel dapat dibuat dengan empat cara utama, yaitu secara langsung dengan pencampuran, mikroemulsi, pirolisis dan transesterifikasi. Metode yang paling umum digunakan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan mikroorganisme. Pada umumnya mikroorganisme yang patogen bersifat merugikan karena dapat menimbulkan
Lebih terperinciInfo Artikel. Indonesian Journal of Chemical Science
Indo. J. Chem. Sci. 4 (3) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs KARAKTERISASI TCA-ZA PADA HIDRASI -PINENA DAN UJI HASIL HIDRASI SEBAGAI ANTIBAKTERI
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri leokimia leokimia adalah bahan kimia yang dihasilkan dari minyak dan lemak, yaitu yang diturunkan dari trigliserida menjadi bahan oleokimia. Secara industri, sebagian
Lebih terperinciREAKSI ESTERIFIKASI Α-PINENA MENJADI Α-TERPENIL ASETAT DENGAN KATALIS ZEOLIT ALAM
REAKSI ESTERIFIKASI Α-PINENA MENJADI Α-TERPENIL ASETAT DENGAN KATALIS ZEOLIT ALAM Nanik Wijayati 1, Ristia Purwodiningsih 2, Nuni Widiarti 3, Ella Kusumastuti 4 1234 Jurusan Kimia, Fakultas Matematika
Lebih terperinciPendahuluan BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia sebagai bagian negara-negara di dunia harus siap untuk menghadapi era perdagangan bebas yang sudah dimulai. Indonesia bisa dikatakan masih
Lebih terperincitetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada
I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Memahami pemisahan berdasarkan ekstraksi asam asetat. 1.2 Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur (ekstraksi cair - cair) II. DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material mesopori menjadi hal yang menarik untuk dipelajari terutama setelah ditemukannya material mesopori berstruktur nano yang kemudian dikenal sebagai bahan M41S
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya
Lebih terperinci