BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil penggunaan panca inderanya, yang sangat berbeda dengan kepercayaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil penggunaan panca inderanya, yang sangat berbeda dengan kepercayaan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Pengetahuan Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang sangat berbeda dengan kepercayaan (belief), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation). Perilaku yang dilandasi oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, karena perilaku ini terjadi akibat adanya paksaan atau aturan yang mengharuskan seseorang untuk bertindak (Mubarak, 2006). Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan adalah hasil tahu diri manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yang terdiri dari indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata. Dari beberapa pengertian oleh para ahli yang telah disebutkan, dapat disimpulkan pengetahuan adalah hasil interaksi dari penginderaan tubuh manusia terhadap suatu objek, baik itu diperoleh melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, maupun perasa yang memiliki suatu kebenaran, makna, dan kesan tertentu dimana dari hasil yang diperoleh akan terbentuk sebuah perilaku yang berlandaskan pengetahuan. 8

2 Tingkatan Pengetahuan Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif menurut Notoatmojo (2007), diantaranya: 1. Tahu (know) Cara mengukur bahwa seseorang mengetahui sesuatu dilihat dari kemampuannya menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. 2. Memahami (comprehension) Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan. 3. Aplikasi (application) Aplikasi yaitu kemampuan untuk menerapkan materi yang telah dipelajari ke dalam situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata. 4. Analisis (analysis) Ukuran kemampuan analisis adalah dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologis dan fisiologis. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis merujuk pada kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi sebelumnya yang telah ada.

3 10 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang telah ada atau kriteria yang ditentukan sendiri Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan 1. Umur Bertambahnya umur maka bertambah pula pengalaman yang dimiliki oleh seseorang sehingga pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah. Namun, pertambahan umur seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan pertambahan pengetahuan, artinya tidak selalu dengan bertambahnya umur seseorang, pengetahuannya juga ikut bertambah. Ketika seseorang sudah memasuki usia lanjut yaitu lebih dari 60 tahun menurut WHO dan 65 tahun menurut Depkes RI, maka sudah terjadi berbagai penurunan fungsi dalam tubuh orang tersebut termasuk produktivitas dan intelegensia sehingga secara tidak langsung pengetahuan orang tersebut juga akan menurun (Utama, 2006). 2. Pekerjaan Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Erich dalam Mubarak, 2006). 3. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi, sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang

4 11 dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak, 2006). 4. Informasi Apabila seseorang benyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoadmodjo, 2010). 5. Minat Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan perhatian yang besar terhadap obyek. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari obyek tersebut. 6. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulangi kembali pengetahuan yang diperoleh memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu (Notoatmodjo, 2010). 7. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut (Notoatmodjo, 2010).

5 Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang bersangkutan mengungkap akan hal-hal yang diketahuinya dalam bentuk atau jawaban baik lisan maupun tulisan (Efendi dan Makhfudli, 2009). Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Pertanyaan subjektif Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga cara menilainya akan berbeda-beda. 2. Pertanyaan objektif Pertanyaan pilihan ganda, menjodohkan, benar atau salah, disebut pertanyaan objektif karena pertanyaan ini dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas. Pengukuran tingkat pengetahuan menurut Nursalam (2013), terdiri dari: a. Baik, jika % pertanyaan dapat dijawab dengan benar. b. Cukup, jika 56-75% pertanyaan dapat dijawab dengan benar. c. Kurang, jika <56% pertanyaan dapat dijawab dengan benar Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan dikelompokkan menjadi dua, diantaranya:

6 13 1. Cara memperoleh kebenaran nonilmiah a. Cara Coba Salah (Trial and Error) Metode ini telah digunakan oleh orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. b. Kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun c. Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Para pemegang otoritas, baik pemerintah, tokoh agama, maupuan ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. d. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

7 14 yang telah diperoleh sebelumnya dalam memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi di masa lalu. e. Cara akal sehat Akal sehat atau common sense terkadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Terdapat metode seperti pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment) yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f. Kebenaran melalui wahyu Ajaran agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui manifestasinya. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. g. Kebenaran secara intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh dengan cepat oleh manusia melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati. h. Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan, cara berpikir seseorang pun ikut berkembang, dimana seseorang telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

8 15 i. Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Proses berpikir induksi berasal dari hasil pengamatan indera atau hal-hal yang nyata, maka dapat dinyatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkrit menuju hal yang abstrak. j. Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Contohnya, sesuatu yang dianggap benar secara umum pada suatu kelas tertentu juga berlaku kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap hal yang termasuk dalam kelas tersebut. 2. Cara Ilmiah dalam memperoleh Pengetahuan Sebuah cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis, logis, dan ilmiah, disebut metode penelitian ilmiah atau lebih dikenal dengan istilah metodologi penelitian (research methodology). Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diteliti. Pencatatan yang dilakukan mencakup tiga hal pokok, yaitu: a. Segala sesuatu yang positif, yaitu gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan b. Segala sesuatu yang negatif, yaitu gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan

9 16 c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Perilaku kesehatan dapat terwujud karena terdapat beberapa faktor yang menstimulasi, salah satunya oleh pengetahuan. Apabila ibu hamil mengetahui, memahami akibat dari anemia, dan cara mencegah anemia, maka ibu hamil tersebut akan memiliki perilaku kesehatan yang baik dengan harapan dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko dari terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil (Purbadewi dan Ulvie, 2013). 2.2 Konsep Dasar Perilaku Pengertian Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak dan merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan dan Dewi, 2010). Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup termasuk manusia

10 17 terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan memiliki frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan baik disadari ataupun tidak dan merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Lawrence Green (dalam Maulana, 2009), perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni: 1. Faktor pendorong (predisposing factors) Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain: pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi, dan sebagainya. 2. Faktor pemungkin (enabling factors) Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya: Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olah raga, dan sebagainya. 3. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Menurut Sunaryo (2004), faktor yang mempengaruhi perilaku dibedakan menjadi 2, yaitu:

11 18 1. Faktor genetik atau faktor endogen Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup. Faktor genetik yang berasal dari dalam individu (endogen), diantaranya jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan, intelegensi, dan pengetahuan. 2. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi, dan kebudayaan Bentuk Perilaku Menurut Wawan dan Dewi (2010), respon yang perilaku berbentuk dua macam, yaitu: 1. Bentuk pasif Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. 2. Bentuk aktif Dalam bentuk aktif, sebuah perilaku dapat diamati atau diobservasi dengan jelas secara langsung. Misalnya seperti contoh diatas ibu hamil sudah mau untuk mengonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak zat besi untuk mencegah terjadinya anemia saat kehamilan.

12 Pengukuran Perilaku Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan pengamatan (observasi) yaitu mengamati tindakan yang dilakukan oleh subjek. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan suatu hal yang ingin diketahui (Notoatmodjo, 2010). 2.3 Ibu Hamil Pengertian Ibu hamil adalah seorang wanita yang membawa embrio atau fetus didalam tubuhnya (Danarti, 2010). Sedangkan menurut Kusmiyati (2009), ibu hamil adalah seseorang yang mengalami perubahan terutama pada alat kandungan dan juga organ lainnya. Seorang wanita dikatakan hamil dan mengandung janin saat terjadi pembuahan sel telur oleh spermatozoa dalam rahim. Jadi, ibu hamil adalah seseorang yang mengalami pembuahan atau pembentukan fetus di dalam rahimnya sehingga terjadi perubahan bentuk alat kandungan dan organ-organ tubuh lainnya Kehamilan Kehamilan adalah suatu kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang tumbuh dalam rahimnya. Waktu hamil pada manusia sekitar 40 minggu atau

13 20 9 bulan yang dihitung saat awal periode menstruasi terakhir hingga melahirkan (Manuaba, 2008). Pada akhir kehamilan, ibu dan janin mempersiapkan diri untuk menghadapi proses persalinan. Janin mulai tumbuh dan berkembang pada masa ini menghadapi kehidupan diluar rahim. Persalinan dan kelahiran adalah fase akhir dari kehamilan dan fase awal dimulainya kehidupan baru di luar rahim bagi bayi baru lahir (Bobak, dkk, 2005) Proses Kehamilan Suatu kehamilan dapat terbentuk oleh karena adanya spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen fimbria infundibulum tuba kearah ostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus ke arah medial. Kemudian jutaan spermatozoa menuju forniks vagina dan disekitar porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat berlanjut ke kavum uteri dan tuba, dan hanya sedikit spermatozoa yang dapat sampai ke bagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi, dan hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan untuk membuahi. Untuk mencapai ovum, sperma harus melewati korona radiata (lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida. Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan mieosis kedua) sesudah anafase kemudian timbul telofase dan benda kutub (polar body) kedua menuju ruang perivitelina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus

14 21 spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid. Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki (Prawirohardjo, 2008). Beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah proses pembelahan zigot. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula, lalu disalurkan ke pars ismika dan pars interstisial tuba dan disalurkan kearah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Selanjutnya, hasil konsepsi mencapai stadium blastokista, dan berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Sejak tropoblas terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hcg) dimulai. hcg adalah suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan menerima (resesif) dalam proses implantasi embrio (Prawirohardjo, 2008). Setelah proses implantasi selesai, maka pada tahap selanjutnya akan terbentuk amnion dan cairan amnion. Amnion aktif secara metabolis, terlihat dalam transpor air dan zat terlarut untuk mempertahankan homeostatis cairan amnion, dan menghasilkan berbagai senyawa bioaktif menarik, termasuk peptide vasoaktif, faktor pertumbuhan dan sitoin. Cairan amnion normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion akan meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal. Cairan amnion ini berfungsi sebagai bantalan bagi janin, yang kemungkinan perkembangan sistem muskuloskletal dan melindungi pertahanan suhu dan memiliki fungsi nutrisi yang minimal (Cunningham, 2006).

15 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Beberapa kebutuhan gizi yang harus terpenuhi selama menjalani masa kehamilan menurut Morris (2013), yaitu: 1. Kalori Asupan kalori pada trimester pertama sama besarnya dengan wanita yang tidak hamil, yaitu sebesar kal/kg berat badan. Selama trimester kedua dan ketiga, ibu hamil membutuhkan tambahan kal/hari. 2. Protein Kebutuhan protein meningkat saat masa kehamilan karena adanya pertumbuhan jaringan maternal dan pertumbuhan jaringan janin yang cepat. Selain kacang-kacangan dan daging, kedelai, beras, atau susu almond merupakan sumber protein yang baik. Dietary Reference Intakes (DRI) Departemen Pertanian Amerika Serikat menganjurkan asupan 71 gram protein per hari bagi ibu hamil dan menyusui. 3. Serat Terjadi peningkatan risiko konstipasi pada ibu hamil akibat dari penggunaan tablet zat besi dan penurunan aktivitas sehingga dianjurkan untuk mengatur diet yang mengandung gram serat per hari. Selain itu asupan cairan yang dikonsumsi per hari juga harus ditingkatkan karena konsumsi serat meningkat. 4. Vitamin dan mineral Menurut Kristiyanasari (2010), sebagian besar suplemen prenatal mengandung berbagai jenis vitamin dan mineral, sehingga diet yang dikonsumsi

16 23 juga harus mengandung zat besi, asam folat, vitamin larut lemak (A, D, E, dan K); vitamin B; dan vitamin C yang tinggi. Menurut Morris (2013), vitamin yang larut dalam lemak diantaranya: a. Vitamin A Vitamin A dari ibu dibutuhkan oleh janin yaitu kurang dari 25 mg/hari, sedangkan vitamin A yang dibutuhkan pada trimester tiga yaitu berkisar 200 mg/hari. Vitamin A berfungsi untuk membantu proses pertumbuhan sel dan jaringan tulang, mata, rambut, kulit, dan organ dalam, dan fungsi rahim. Sumbernya adalah kuning telur, ikan, dan hati. b. Vitamin D Kebutuhan vitamin D selama kehamilan belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan sebesar 10 mg/hari, sedangkan RDA (Recommended Daily Allowance atau Asupan Harian yang Disarankan) menganjurkan 5 mg/hari untuk wanita hamil pada usia 25 tahun atau lebih. c. Vitamin E Vitamin E mulai diakumulasikan oleh fetus pada akhir minggu ke 8-10 usia gestasi, ketika terjadi peningkatan akumulasi lemak. Untuk tetap menjaga pertumbuhan dan perkembangan fetus yang baik diperlukan RDA vitamin E yaitu sebanyak 2 mg/hari. Untuk ibu hamil, kebutuhan akan vitamin E sebesar 15 mg (22.5 IU). d. Vitamin K Vitamin K belum terlalu optimal fungsinya pada masa kehamilan.

17 24 Menurut Morris (2013), vitamin yang larut dalam air diantaranya: a. Vitamin C Ibu hamil membutuhkan vitamin C sebanyak 70 mg/hari. Asupan vitamin C dapat mencegah anemia, berperan dalam proses penyembuhan luka, membangun kekuatan plasenta, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan stress, serta membantu penyerapan zat besi. Sumber vitamin C adalah buah dan sayuran segar, antara lain jeruk, kiwi, papaya, bayam, kol, brokoli, dan tomat. b. Vitamin B 6 Vitamin B 6 dibutuhkan oleh tubuh untuk mengatasi mual dan muntah. c. Asam Folat RDA folat untuk wanita hamil yaitu 400 mg/hari. Sumber asam folat meliputi kacang polong, buncis, sayur hijau, dan brokoli. Selain vitamin, mineral juga diperlukan oleh ibu hamil selama pertumbuhan janin dalam perut. Beberapa mineral tersebut diantaranya: a. Kalsium Pada usia kehamilan 20 minggu, penyaluran kalsium dari ibu ke fetus mencapai 50 mg/hari dan mencapai puncaknya apabila mendekati kelahiran yaitu 330 mg/hari. Kalsium pada fetus digunakan untuk pembentukan tulang. RDA untuk kalsium selama adalah 1000 mg per hari bagi ibu hamil berusia tahun. Sedangkan untuk ibu hamil yang berumur dibawah 19 tahun dianjurkan mengonsumsi kalsium 1300 mg per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan bakal gigi janin yang dimulai sejak usia kehamilan 8 minggu. Sumber

18 25 kalsium diantaranya, susu dan produk susu seperti keju, yoghurt, teri, dan kacangkacangan. b. Magnesium Konsentrasi magnesium meningkat selama kehamilan dengan RDA 320 mg dan 50% dari magnesium diserap oleh tubuh ibu. Magnesium dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dari jaringan lunak. c. Phospor RDA phosphor pada wanita hamil sama dengan wanita yang tidak hamil yaitu 1250 mg/hari untuk wanita yang hamil dibawah 19 tahun, dan 700 mg/hari untuk wanita yang lebih dari 19 tahun. d. Seng RDA seng pada wanita hamil mencapai 15 mg/hari. Selama kehamilan dan menyusui, kebutuhan seng meningkat sebesar 50%. e. Sodium Selama kehamilan, kebutuhan sodium yang diperlukan sebesar meq/hari sehubungan dengan terjadinya peningkatan volume darah maternal. f. Zat Besi Kebutuhan zat besi ibu naik dari 18 mg/hari menjadi mg/hari. Sumber-sumber zat besi antara lain daging merah, ikan, kuning telur, sayuran berwarna hijau, tempe, roti, dan sereal. Kebutuhan zat besi selama kehamilan tidak dapat terpenuhi hanya dari diet mengingat sebagian besar wanita memiliki simpanan besi yang rendah bahkan sebelum kehamilan. Suplemen zat besi

19 26 biasanya diberikan dan wajib dikonsumsi selang 1-2 jam dengan suplemen kalsium. Selama trimester I dan II, anemia defisiensi zat besi meningkatkan risiko persalinan premature, bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dan kematian bayi (Gautam, Saha, Sekhri, dan Saha, 2008). 5. Cairan Asupan cairan yang cukup diperlukan selama kehamilan untuk menurunkan risiko konstipasi dan infeksi saluran kemih. Ibu hamil direkomendasikan minum 8 hingga 10 gelas air putih. 6. Asam lemak Omega-3 Asam dokosaheksanoat (DHA) dan asam arakidonat (AA) penting untuk perkembangan sistem saraf pusat. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Pediatrics menunjukkan bahwa suplementasi asam lemak polyunsaturated n-3 rantai sangat panjang selama kehamilan dan masa menyusui meningkatkan kecerdasan anak pada usia 4 tahun. Sumber utama DHA adalah ikan berlemak. Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi dua sampai tiga porsi ikan per minggu. Namun, Food and Drug Administration mengeluarkan peringatan bagi ibu hamil untuk tidak makan ikan tertentu yang sudah terpajan merkuri dan polychlorinated biphenyl (PCB), yang berpotensi membahayakan janin (U.S. Environmental Protection Agency, 2004).

20 Dampak Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil Kekurangan zat gizi pada ibu hamil dapat menimbulkan masalah baik pada ibu maupun janin (Kristiyanasari, 2010). Adapun masalah yang dapat terjadi, antara lain: 1. Terhadap ibu Gizi yang tidak tercukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. 2. Terhadap persalinan Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. 3. Terhadap janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir meninggal, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (kematian bayi dalam kandungan), bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Kekurangan gizi selama masa kehamilan akan memberi dampak jangka panjang bagi pertubuhan anak. Kekurangan gizi pada masa kehamilan dan anak usia dini menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan gangguan perkembangan kognitif. Selain itu, akibat kekurangan gizi dapat berdampak pada perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan

21 28 kemampuan belajar sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar (Kodyat, Thaha, dan Minarto, 1998). Dari penjelasan oleh para ahli, dampak kekurangan gizi pada ibu hamil dapat terjadi pada ibu hamil, pada persalinan, dan pada janin dalam kandungan. Efek jangka panjang dapat timbul dari kondisi kekurangan gizi tersebut, diantaranya keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan gangguan perkembangan kognitif. Selain itu, akibat kekurangan gizi dapat berdampak pada perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan kemampuan belajar sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar anak ketika telah memasuki usia sekolah. 2.4 Anemia Dalam Kehamilan Pengertian Anemia merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan jumlah eritrosit atau disfungsi eritrosit (sel darah merah) bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kehilangan eritrosit tanpa destruksi eritrosit, defisiensi produksi eritrosit, dan peningkatan destruksi eritrosit melebihi produksi (Chang, Daly, dan Elliott, 2009). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar kurang dari 10,5 gr% pada trimester II sedangkan untuk ibu yang tidak hamil kadar hemoglobinnya 12 gr% (Saifuddin, 2007).

22 29 Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa anemia adalah suatu kelainan sel darah merah (eritrosit) yang produksinya berkurang (dibawah jumlah normal pada umumnya) yang dapat bersifat akut dan kronis. Dalam kondisi hamil, anemia dapat terjadi pada trimester I sampai III, dengan klasifikasi kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III dan kurang dari 10,5 gr% pada trimester II Klasifikasi Anemia Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Manuaba (2008) adalah sebagai berikut: 1. Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan zat besi untuk wanita hamil, wanita tidak hamil dan dalam fase laktasi yang dianjurkan adalah dengan pemberian tablet besi. 2. Anemia Megaloblastik Anemia Megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, dan jarang terjadi karena kekurangan vitamin B Anemia Hipoplastik Anemia Hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal dan pemeriksaan retikulosi.

23 30 4. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Menurut Prawirohardjo (2009), penyebab terbanyak anemia dalam kehamilan adalah defisiensi zat besi dan perdarahan akut. Ibu hamil cenderung mengalami anemia pada tiga bulan terakhir kehamilannya karena pada masa tersebut janin menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Pada awal kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin yang masih lambat. Ketika umur kehamilan 4 bulan keatas, volume darah dalam tubuh ibu akan meningkat 35%. Hal ini terjadi karena ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan memerlukan tambahan zat besi mg akibat kehilangan darah. Mulai dari kehamilan hingga persalinan, ibu hamil memerlukan zat besi sekitar 800 mg besi atau 2-3 mg besi per hari atau dua kali lipat kebutuhan tidak hamil.

24 Anemia Defisiensi Besi (ADB) Pengertian Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat menurunnya jumlah besi total dalam tubuh sehingga cadangan besi untuk eritropoesis berkurang. ADB ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun, total iron binding capacity (TIBC) meningkat, saturasi transferrin menurun, dan cadangan besi sumsum tulang negatif atau ferritin menurun serta adanya respon terhadap pengobatan tablet besi (Ani, 2013). Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun (Abdulmuthalib, 2009) Penyebab Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi besi disebabkan oleh kehilangan besi, faktor nutrisi, peningkatan kebutuhan zat besi, serta gangguan absorbsi besi. Kehilangan besi dapat diakibatkan oleh kehilangan darah. Kehilangan darah dapat terjadi karena perdarahan menahun yang bersumber dari saluran cerna, yaitu akibat dari tukak peptik, karsinoma lambung, kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang. Faktor nutrisi yang dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan dan kualitas besi yang tidak baik. Hal ini berhubungan dengan makanan yang banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging. Dilihat dari segi etiopatogenesis, pokok

25 32 penyebab anemia defisiensi besi adalah adanya ketidakseimbangan antara masukan besi melalui absorpsi usus dengan jumlah besi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mengimbangi kehilangan besi fisiologis atau patologis, juga kebutuhan akibat pembentukan jaringan (Ani, 2013) Gejala Klinis Anemia Defisiensi Besi Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah (Bakta, 2006): 1. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergarisgaris vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok. 2. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang. 3. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan. 4. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring Efek Anemia Defisiensi Besi Terhadap Ibu dan Janin Anemia defisiensi besi mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan ibu maupun janinnya antara lain risiko prematuritas, peningkatan morbiditas dan mortalitas fetomaternal. Menurut Allen (2007), perkembangan plasenta, berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematuritas kesakitan dan kematian wanita hamil, kesehatan bayi, hipoksia dan stress merupakan efek negatif dari anemia defisiensi besi (ADB) pada wanita hamil.

26 33 Anemia dan kekurangan besi selama kehamilan juga mempengaruhi lebarnya plasenta dan besarnya rasio antara berat plasenta dan berat badan lahir. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya hubungan negatif antara kadar hemoglobin wanita hamil dengan derajat human chorionic gonadotropin (hcg) dan human placental lactogen (hpl). Hormon hcg dan hpl diketahui sebagai faktor yang mempengaruhi ukuran plasenta. Semakin tinggi kadar hormon hcg dan hpl maka semakin rendah konsentrasi hemoglobin pada wanita hamil. Rendahnya konsentrasi hemoglobin pada wanita hamil akan menyebabkan rendahnya kandungan oksigen pada darah ibu dimana kondisi ini akan mempengaruhi perkembangan plasenta. Berat plasenta pada wanita hamil dengan anemia lebih tinggi dibandingkan dengan plasenta wanita hamil yang tidak anemia, sebagai respon terhadap hipoksia. Dalam kondisi hipoksia, bilus plasenta sedikit, membran vilus lebih tipis untuk menjaga kemampuan difusi (Upadhyaha, Mishra, Ajmera, dan Sharma, 2004). Jadi, dapat disimpulkan bahwa hormon hcg dan hpl memegang peranan penting dalam peredaran oksigen pada darah ibu hamil. Hemoglobin mempengaruhi hormon-hormon tersebut. Konsentrasi hemoglobin yang rendah akan menyebabkan rendahnya kandungan oksigen yang selanjutnya kondisi ini akan mempengaruhi perkembangan plasenta menjadi lebih besar sebagai suatu respon hipoksia.

27 Pemenuhan Kebutuhan Zat Besi pada Ibu Hamil Pengertian Zat besi adalah sebuah nutrien esensial yang diperlukan oleh setiap manusia. Besi dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembawa oksigen dan elektron, serta sebagai katalisator untuk oksigenasi, hidroksilasi, dan proses metabolik lain melalui kemampuannya berubah bentuk antara fero (Fe ++ ) dan fase oksidasi Fe +++ (Ani, 2013). Menurut Charlish dan Kim Davies (2005), zat besi merupakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk hemoglobin yang bertugas untuk mendistribusikan oksigen ke dalam sel-sel darah merah. Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata 4-5 gram dan sebanyak 65% dijumpai dalam bentuk hemoglobin. Sekitar 4% dalam bentuk myoglobin, 1% dalam bentuk macam-macam senyawa heme yang meningkatkan oksidasi intraseluler, 0,1% bergabung dengan protein transferrin dalam plasma darah dan 15-30% terutama disimpan dalam sistem retikuloendotelial dan sel parenkim hati, khususnya dalam bentuk ferritin (Guyton dan Hall, 2007). Jadi, zat besi adalah suatu nutrisi esensial yang diperlukan oleh seluruh organ-organ tubuh sebagai pembentuk hemoglobin yang bertugas mendistribusikan oksigen ke sel darah merah Fungsi Zat Besi Zat besi mempunyai fungsi yaitu untuk pembentukan hemoglobin, mineral, dan pembentukan enzim. Hemoglobin bertindak sebagai unit pembawa

28 35 oksigen dari paru-paru ke sel-sel membawa CO 2 kembali ke paru-paru. Defisiensi besi dapat menyebabkan cadangan zat besi dalam darah menurun sehingga pembentukan sel darah merah terganggu yang mengakibatkan pembentukan kadar hemoglobin rendah atau dibawah normal. Dalam metabolisme energi di dalam setiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolism energi (Yanuarti, 2014) Metabolisme Zat Besi Untuk mencegah terjadinya anemia, maka keseimbangan zat besi didalam tubuh perlu dipertahankan. Keseimbangan dalam hal ini diartikan bahwa jumlah zat besi yang dikeluarkan dari dalam tubuh sama dengan jumlah besi yang diperoleh tubuh Makanan 10 mg Usus halus 1 mg Tinja 9 mg dari Fe bahan makanan. Berikut merupakan skema metabolisme zat besi dalam tubuh. Fe dalam darah (Turn over 35 mg) Hati Disimpan sebagai Feritin, 1 mg Sumsum tulang Seluruh jaringan Hemoglobin 34 mg Sel-sel mati Hilang bersama menstruasi Dikeluarkan melalui kulit, sal. pencernaan dan air seni 1 mg

29 36 Gambar 1. Metabolisme zat besi Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya harus didapatkan dari makanan dengan kandungan 10 mg, sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapat dari penghancuran sel-sel darah merah, yang kemudian disaring oleh tubuh untuk dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel-sel darah merah yang baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel-sel darah merah yang dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air kencing. Sebesar 9 mg dikeluarkan melalui feses (Guyton dan Hall, 2007) Komposisi Zat Besi Dalam Tubuh Jumlah zat besi dalam tubuh berkisar antara 3-5 gram tergantung dari jenis kelamin, berat badan, dan hemoglobin. Besi didalam tubuh terdapat dalam hemoglobin sebanyak 1,5-3 gram, dan sisanya terdapat didalam plasma dan jaringan. Di dalam plasma, besi terikat dengan protein yang disebut dengan transferrin sebanyak 3-4 gram, sedangkan didalam jaringan berada dalam suatu status esensial (nonavailable) dan bukan esensial (available). Zat besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk ferritin dan hemosiderin, terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, misalnya pada wanita hamil, menstruasi, anak yang sedang tumbuh, jumlah reserve biasanya rendah (Almatsier, 2010).

30 Kebutuhan Zat Besi pada Ibu Hamil Sekitar 95% kasus anemia selama kehamilan adalah karena kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi). Penyebab umum anemia ini karena asupan makanan yang tidak memadai, kondisi kehamilan sebelumnya, dan kehilangan zat besi saat haid (Proverawati, 2011). Kebutuhan akan zat-zat selama kehamilan meningkat, peningkatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan janin untuk bertumbuh (pertumbuhan janin memerlukan banyak darah zat besi, pertumbuhan plasenta dan peningkatan volume darah ibu, jumlahnya enzim 1000mg selama hamil. Kebutuhan zat besi akan meningkat pada trimester dua dan tiga yaitu sekitar 6,3 mg perhari. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi ini dapat diambil dari cadangan zat besi dan peningkatan adaptif penyerapan zat besi melalui saluran cerna. Apabila cadangan zat besi sangat sedikit atau tidak ada sama sekali sedangkan kandungan dan serapan zat besi dari makanan sedikit, maka pemberian suplemen sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu hamil (Arisman, 2007). Kebutuhan zat besi menurut Waryana (2010) adalah sebagai berikut: 1. Trimester I: Kebutuhan zat besi ± 1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah 2. Trimester II: Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan konseptus 115 mg 3. Trimester III: Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan konseptus 223mg.

31 Program Pemenuhan Kebutuhan Zat Besi Menurut Ani (2013), program intervensi untuk menanggulangi ataupun mencegah kekurangan zat besi terdiri atas diet tinggi zat besi, fortifikasi makanan, suplementasi, dan perbaikan status kesehatan. 1. Peningkatan konsumsi makanan kaya gizi Untuk menanggulangi masalah anemia defisiensi besi melalui peningkatan asupan makanan dapat diupayakan dengan mengonsumsi bahan makanan yang mengandung zat besi tinggi dan/atau meningkatkan konsumsi bahan makanan yang bersifat meningkatkan absorpsi zat besi. Bahan-bahan makanan yang kaya zat besi antara lain daging ternak, unggas, ikan, sayur-sayuran berwarna hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, tuna salmon, almond, telur, serta kacang-kacangan. Sedangkan bahan makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi antara lain buah-buahan, sayur-sayuran yang kaya akan vitamin A, C serta asam folat. 2. Mengelola faktor pendorong dan penghambat absorpsi besi Perbaikan dalam persiapan dan metode memasak serta memodifikasi pola konsumsi untuk meningkatkan faktor pendorong zat gizi yang tersedia dan meningkatkan ambilan besi dalam tubuh. Disamping itu, terdapat pula beberapa bahan makanan yang menghambat penyerapan zat besi seperti pitrat dan tannin yang banyak terdapat pada beberapa buah dan sayuran. Kalsium juga menghambat penyerapan zat besi sehingga disarankan untuk mengatasi efek negatif kalsium dengan meningkatkan asupan besi, meningkatkan

32 39 bioavailabilitas, dan memastikan makanan kaya besi terdapat dalam makanan yang dikonsumsi. 3. Fortifikasi makanan Fortifikasi makanan adalah penambahan zat gizi pada makanan dengan kadar yang lebih tinggi dari kadar aslinya. Fortifikasi makanan memiliki peran penting dalam memenuhi zat besi folat, iodium, dan zink sehingga perlu direkomendasikan jika besi diet tidak mencukupi atau diet zat besi harian rendah bioavailabilitas, terutama pada masyarakat di negara berkembang yang sebagian besar penduduknya berada pada status ekonomi rendah. Contoh makanan yang telah difortifikasi adalah tepung, jagung, nasi, garam, gula, roti, bubuk cuury, kecap ikan, dan sale kacang. Walaupun makanan telah difortifikasi dengan besi, konsumsi faktor pendorong penyerapan zat besi seharusnya selalu dipromosikan untuk mendapatkan manfaat yang terbaik dari makanan yang dikonsumsi. 4. Suplementasi besi Sumber besi tubuh terdiri atas besi diet dan suplementasi. Besarnya suplementasi zat besi pada kelompok wanita prahamil dan wanita hamil disesuaikan dengan kebutuhan. Peningkatan hemoglobin, hematokrit, mean cospuscular volume (MCV), ferritin serum, dan saturasi transferrin biasanya terjadi dalam 3 bulan kehamilan. Tablet besi disarankan diberikan 30 mg/hari untuk semua wanita hamil tanpa memandang status besi. Hal ini didasarkan atas menfaatnya bagi kesehatan ibu dan anak serta kesulitan dan biaya yang diperlukan untuk menetapkan diagnosis defisiensi besi selama kehamilan.

33 40 Dosis 30 mg/hari diberikan karena alasan efisiensi absorpsi besi menurun pada dosis yang lebih tinggi. Dengan dosis tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan besi 6 mg yang terabsorpsi per hari. Untuk di Indonesia, Departemen Kesehatan menyarankan pemberian tablet zat besi pada semua wanita hamil sekitar 60 mg/hari selama 90 hari. Suplementasi harus diberikan pada trimester II dan III, saat efisiensi absorpsi meningkat dan risiko terjadinya mual muntah berkurang Pengukuran Perilaku Pemenuhan Zat Besi Menurut Supariasa, Bakri, dan Fajar (2001), terdapat beberapa metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu, salah satunya metode frekuensi makanan (Food Frequency). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang frekuensi sejumlah bahan makanan selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, atau tahun. Food Frequency Questionaire memuat tentang daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut dalam periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden. Terdapat dua jenis Food Frequency Questionaire, yaitu: 1. Qualitative Food Frequency Questionaire. Metode ini sifatnya spesifik (fokus pada kelompok-kelompok makanan tertentu, atau makanan yang dikonsumsi secara berkala) atau luas (memungkinkan perkiraan jumlah asupan makanan dan keragaman makanan). Frekuensi penggunaannya dalam harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.

34 41 2. Semi Quantitative Food Frequency Questionaire (SQ FFQ). Metode ini adalah FFQ Kualitatif dengan penambahan perkiraan sebagai ukuran porsi seperti standar atau kecil, sedang, dan besar (sesuai dengan URT). Modifikasi ini memungkinkan penurunan energi dan asupan gizi yang dipilih. Langkah-langkah dalam menggunakan Food Frequency Questionaire, yaitu: 1. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya. 2. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Anemia secara praktis didefenisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas normal. Namun, nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan suatu masalah gizi yang tersebar di seluruh dunia, baik di negara berkembang dan negara maju. Penderita anemia di seluruh dunia diperkirakan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007). 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia A. Topik : Sistem Hematologi B. Sub Topik : Anemia C. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan peserta diharapkan dapat mengtahui cara mengatasi terjadinya

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan dan menggambarkan penggunaan obat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Ibu yang sedang hamil mengalami proses pertumbuhan yaitu pertumbuhan fetus

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Defenisi motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti menggerakan (Winardi, 2007). Swanburg 2002 mendefenisikan motivasi sebagai

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi 2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Anemia pada kehamilan a. Pengertian anemia Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan di mana darah merah kurang dari normal, dan biasanya yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi sangat berkaitan erat dengan status kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu faktor yang menenutkan kualitas sumber daya manusia, status gizi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zat Besi 2.1.1. Fungsi Zat Besi Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan (konsepsi) adalah pertemuan antara sel telur dengan sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan (konsepsi) adalah pertemuan antara sel telur dengan sel BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan (konsepsi) adalah pertemuan antara sel telur dengan sel spermatozoa yang diikuti dengan perubahan fisiologis dan psikologis (Mitayani, 2012). Peristiwa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Jarak Kehamilan Pengertian jarak kehamilan a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesehatan Reproduksi Ibu Hamil Kesehatan ibu hamil yang dimulai dari konsepsi hingga melahirkan, ibu dan anak merupakan satu kesatuan yang erat dan tak terpisahkan.kesehatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). Selama proses kehamilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan ibu terhadap zat besi mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang sedang tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan pada ibu akan terjadi apabila terjadi pembuahan yaitu bertemunya sel telur (ovum) dan spermatozoa. Yang secara normal akan terjadi di tuba uterina. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal masa sebelum menjelang persalinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan / atau vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Mengkonsumsi Asam Folat 1. Pengertian Perilaku Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Anemia Gizi Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan berkaitan erat dengan mewujudkan kesehatan anak sejak dini, sejak masih dalam kandungan. Untuk itulah upaya kesehatan ibu sebaiknya dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Anemia Pada Kehamilan Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan dimana darah merah kurang dari normal, dan biasanya yang digunakan sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Masa Nifas Masa nifas disebut juga masa postpartum yaitu waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,

Lebih terperinci

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin.

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin. Jus Sehat Untuk IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin. A Publication of Nutrisi penting dalam segelas jus sehat Kesehatan janin pada masa kehamilan sangatlah penting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik

b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik A. PENGERTIAN Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobinnya dibawah 10 gr/dl. ( Arief Masjoer, dkk, 2001 ). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Lebih terperinci

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Eko Winarti, SST.,M.Kes (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Nutrisi Ibu Hamil Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Nutrisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Ibu Hamil Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Anemia pada ibu hamil a. Definisi anemia pada ibu hamil Anemia didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb dalam darah dibawah normal. Sebagian besar anemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Anemia Defisiensi Besi (ADB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Anemia Defisiensi Besi (ADB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka 1. Anemia Defisiensi Besi a. Pengertian Anemia Defisiensi Besi (ADB) Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Rasmaliah,2004). Anemia dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gizi seimbang merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, perkembangan, menurunkan produktifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu 1. Pengertian ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garamgaram organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Anemia 1. Definisi Anemia gizi adalah keadaan kadar hemoglobin dalam darah yang lebih rendah dari normal akibat kekurangan satu macam atau lebih zat-zat gizi yang diperlukan

Lebih terperinci

GENITALIA EKSTERNA GENITALIA INTERNA

GENITALIA EKSTERNA GENITALIA INTERNA GENITALIA EKSTERNA..... GENITALIA INTERNA..... Proses Konsepsi Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi korona radiata mengandung persediaan nutrisi Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan penyakit, tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan anatomik serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada empat masalah gizi utama yang ada di Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. Kedua, kurang vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kondisi berbahaya yang sering dialami ibu hamil adalah anemia. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang asupan zat besi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anemia Gizi Besi (AGB) masih menjadi masalah gizi yang utama di Indonesia. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi.

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat setiap tahun. Anemia yang paling banyak terjadi baik di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 OLEH : KELOMPOK 15 D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU Pengertian Gizi ibu hamil Zat gizi adalah : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan keadaan dimana kebutuhan ibu terhadap besi meningkat dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan fetal, plasenta, dan penambahan jumlah eritrosit selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ibu Dalam Pemberian MP-ASI 1. Perilaku Ibu a. Pengertian Respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

makalah KEK dalam kehamilan

makalah KEK dalam kehamilan makalah KEK dalam kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap satu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dunia karena prevalensinya masih tinggi terutama di negara berkembang

PENDAHULUAN. dunia karena prevalensinya masih tinggi terutama di negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anemia adalah suatu keadaan di dalam tubuh yang ditandai dengan terjadinya defisiensi pada ukuran dan jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk melakukan pertukaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Tenaga kesehatan a. Pengertian Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan posisi yang dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi

Lebih terperinci

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap BAB Ι PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap wanita, menurut Depkes RI kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada masa ini ibu harus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehamilan Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan pada ibu maupun lingkungannya. Dengan adanya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil Pengertian Anemia Klasifikasi anemia

TINJAUAN PUSTAKA Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil Pengertian Anemia Klasifikasi anemia 4 TINJAUAN PUSTAKA Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil Kehamilan merupakan hal yang diharapkan oleh setiap calon ibu. Namun pada kenyataannya ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang paling rawan terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci