BAB III PERAN DAN TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PT. KARYA TANAH SUBUR TERHADAP TIMBULNYA PENYAKIT AKIBAT KERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERAN DAN TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PT. KARYA TANAH SUBUR TERHADAP TIMBULNYA PENYAKIT AKIBAT KERJA"

Transkripsi

1 BAB III PERAN DAN TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PT. KARYA TANAH SUBUR TERHADAP TIMBULNYA PENYAKIT AKIBAT KERJA A. Peran dan Tanggungjawab Perusahaan Dalam Mengelola Sistem K3 Pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur 1. Peran Pimpinan Perusahaan PT. Karya Tanah Subur Dalam Mengelola Sistem Keselamatan Undang-undang, peraturan, pengawasan, rekomendasi, nasehat, riset, peranan, konferensi, seminar, lokakarya, dan lain-lain tidak ada artinya, jika di tempat kerja tidak ada usaha untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Perusahaan harus aktif dengan segala organisasinya untuk membuat tempat kerja yang selamat. Pimpinan perusahaan atau pengurus perusahaan harus menjadi pemimpin aktivitas keselamatan. Setiap orang diperusahaan harus tahu bahwa pimpinan perusahaan tidak hanya tertarik kepada produksi, kepada kualitas dan kuantitas produk, kepada pencegahan terbuangnya material, kepada pemeliharaan mesin-mesin, dan peralatan dengan baik tetapi juga kepada keselamatan. Untuk keselamatan di tempat kerja terdapat komponen-komponen penting yaitu tanggungjawab pimpinan perusahaan, pelimpahan wewenang kepada staf pengawasan, status dan kegiatan panitia keselamatan, peranan ahli keselamatan dan lain-lainnya. 74) 74) Suma mur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta : Haji Masagung 1981), hal. 311.

2 Materi bagi peningkatan keselamatan di tempat kerja adalah perencanaan yang baik oleh pimpinan perusahaan, penerapan cara-cara kerja yang aman oleh tenaga kerja, keteraturan dan kerumahtanggaan yang baik dan pemasangan pagar pengaman atau pelindung, terhadap mesin-mesin yang berbahaya. Pimpinan perusahaan harus mengorganisasi proses secara efisien dengan mengkombinasikan produksi maksimum dengan biaya minimum dan dengan memasukan keselamatan kerja tidak sebagai ekstra tetapi merupakan suatu bagian dari proses. Kebiasaan berkerja secara benar harus ditimbulkan oleh latihan kerja yang tepat dan selanjutnya diteruskan dalam praktek di tempat kerja. Keteraturan dan ketata-rumah-tanggaan sebagaimana juga alat-alat pengamanan penting bagi produksi dan juga keselamatan. Mengenai aspek psikologis kondisi kerja yang berakibat ketenangan mental sangat membantu meningkatkan keselamatan. Pada perusahaan besar mungkin terdapat bagian keselamatan dalam organanisasi perusahaan atau seorang ahli keselamatan kerja, dan biasanya bagian Personalia bertanggungjawab tentang pengangkatan tenaga kerja baru dan mengenai latihan kerja di dalam perusahaan. Peran dari pimpinan perusahaan untuk mengelola sistem keselamatan kerja dapat dilakukan dengan aneka pendekatan antara lain : 75) 75) Ibid, hal. 292.

3 a) Perencanaan b) Ketata-rumah-tanggaan yang baik dan teratur c) Pakaian kerja d) Peralatan perlindungan diri e) Pemakaian warna, peringatan, tanda-tanda, dan label f) Penerangan g) Ventilasi dan pengaturan suhu h) Kebisingan i) Bekerja pada ruang wadah yang besar Perencanaan Pada Fase ini ahli keselamatan sudah ikut aktif dan adanya nasehat dari pengawas keselamatan sangat membantu dan perencanaan yang baik penting bagi keselamatan kerja untuk menghindari kecelakaan akibat kerja. Banyak hal yang mempengaruhi keselamatan dan produksi dan haruslah diperhitungkan pada banyak tingkat perencanaan seperti lokasi, fasilitas untuk pengolahan dan untuk penyimpanan material dan peralatan, lantai, penerangan, ventilasi, lif, ketel uap, bejana bertekanan, instalasi listrik, mesin-mesin, fasilitas perawatan perbaikan, dan pencegahan kebakaran. Contoh perencanaan yang tepat sebagai berikut : 1) Untuk Pabrik Pengolah Karet, bensin dipakai dan bukan benzene. Hal ini menguntungkan, dapat mencegah resiko kebakaran 2) Untuk Bengkel Mobil, dipakai minyak tanah untuk pembersihan dan bukan bensin agar dikurangi kemungkinan kebakaran

4 Ketata-Rumah-Tanggaan yang Baik dan Teratur Pemeliharaan tata-rumah-tangga yang baik dan keteraturan adalah sangat penting bagi keselamatan kerja. Jika bagi segala sesuatunya disediakan tempat dan segala sesuatunya berada di tempat yang diperuntukan baginya dan kecelakaan kerja cenderung menghilang. Contoh Ketata-rumah-tanggaan yang yang baik dan berakibat perbaikan-perbaikan dalam keselamatan kerja, yaitu : 76) a) Wadah yang tepat untuk oli yang tertumpah atau keluar dari kebocoran dan ditaruh di bawah tong yang berisikan oli pelicin dalam kamar mesin mencegah lantai berlumuran oli dan juga menghindari kemungkinan terpeleset. b) Usaha mengurangi uap dalam ruangan pencelupan tekstil tidak hanya membantu memudahkan penglihatan dan meningkatkan keselamatan kerja tetapi juga membantu mengurangi biaya perbaikan dan perawatan bangunan. c) Pada pekerjaan perbaikan atau perawatan kendaraan bermotor, kecelakaan terkena alat akan pecah dengan penyediaan kotak untuk alat-alat kerja. 76) Ibid, hal. 294.

5 Pakaian Kerja Pakaian kerja termasuk sepatu seringkali tidak memadai untuk melakukan pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang bekerja sambil berpakaian tua yang sudah usang bagi dipakai sehari-hari. Keadaan ini selain merugikan dilihat dari keselamatan juga menunjukan suatu mutu yang rendah. Peralatan Perlindungan Diri Cara pencegahan kecelakaan kerja terbaik adalah peniadaan bahaya seperti pengamanan mesin atau peralatan lainnya. Dan alat pelindungan diri misalnya : kaca mata, sepatu pengaman, sarung tangan, topi pengaman, sekor, pelindung telinga, pelindung paru-paru, dan alat perlindungan lainnya. Pemakaian Warna, Peringatan, Tanda-tanda, dan Label Pemakaian warna dipakai untuk keselamatan dalam hal ini terdapat penggunaan warna sebagai berikut : 77) 1. Warna menandakan daerah bahaya, jalan keluar, lalu lintas angkutan dan lainnya. 2. Warna yang tepat dapat memperbaiki indra penglihatan seperti di tempat kerja, di jalan-jalan lalu lintas. 3. Merah untuk tanda berhenti, Jingga untuk menunjukan bahaya, dan Putih untuk garis-garis jalan. 77) Ibid, hal. 298.

6 Peringatan dan tanda-tanda juga dapat untuk berbagai tujuan dan dapat membawa suatu pesan instruksi,peringatan, dan pemberian keterangan secara umum. Contohnya peringatan Dilarang Merokok dan Awas Tekanan Tinggi. Label dapat diberi pada bahan-bahan yang berbahaya misalnya pada bahan-bahan yang beracun, korosif, dapat terbakar, atau lainnya. Penerangan Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik bagi keselamatan kerja, penerangan yang tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang maksimal dan ketidakefisienan yang minimal dan dengan begitu membantu mengurangi terjadinya kecelakaan. Ventilasi dan Pengaturan Suhu Ventilasi merupakan suatu cara meniadakan debu-debu yang eksplosif dan pengaturan suhu udara membantu mencegah keadaan terlalu dingin atau terlalu panas yang dapat membantu timbulnya kecelakaan. Kebisingan Kebisingan mempengaruhi konsentrasi dan dapat membantu terjadinya kecelakaan. Kebisingan yang lebih dari 85 db(a) dan dapat mempengaruhi daya dengar dan menimbulkan ketulian.

7 Bekerja Pada Ruang atau Wadah yang Besar Bekerja di dalam ruang yang besar untuk pengolahan bahan-bahan sangat berbahaya, bila tidak disertai usaha keselamatannya dan untuk pengamanannya perlu diterapkan cara bekerja khusus dengan tali dan sabuk pengaman. 2. Peran Perusahaan Dalam Mengelola Sistem Kesehatan Peran dari pimpinan perusahaan untuk mengelola sistem kesehatan kerja dapat dilakukan dengan aneka pendekatan antara lain : 78) a) Kebersihan perusahaan b) Alat-alat pelindung diri c) Evaluasi lingkungan dengan pengukuran-pengukuran a) Kebersihan Perusahaan Kebersihan dalam perusahaan sangatlah bermanfaat dalam mengurangi kecelakaan-kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebagian besar dapat dicegah, kebersihan dalam industri mengandung arti adanya fakta bahwa tingkat kebersihan sesuatu perusahaan sangat tergantung dari pada kepandaian perusahaan itu dalam menggunakan bahan-bahan sampah industri yang pada hakikatnya tidak lain dari pada pembuangan atau pemborosan bahan-bahan, kebersihan tersebut meliputi kebersihan luar dan dalam gedung, seperti air minum, WC, tempat mencuci, loker, gang-gang, dan tempat istirahat. 78) Suma mur, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Cetakan ke-2) (Jakarta : Gunung Agung 1967), hal. 221.

8 Karena kecelakan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebabnya, oleh karena hal itu kecelakaan dapat dicegah asal kita cukup kemauan untuk mencegahnya dan sebab-sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan agar untuk selanjutnya dengan usaha koreksi yang ditujukan terhadap sebab-sebab kecelakaan dapat dicegah dan tidak terulang kembali agar kecelakaan tidak terjadi sangat memerlukan peran dari berbagai pihak salah satunya adalah peran pimpinan perusahaan. b) Alat-alat Pelindung Diri Cara pencegahan kecelakaan kerja terbaik adalah peniadaan bahaya seperti pengamanan mesin atau peralatan lainnya. Dan alat pelindungan diri misalnya : kaca mata, sepatu pengaman, sarung tangan, topi pengaman, sekor, pelindung telinga, pelindung paru-paru, dan alat perlindungan lainnya. Adapun alat perlindungan diri haruslah memenuhi persyaratan anatar lain : a. Enak dipakai b. Tidak mengganggu kerja c. Dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya c) Evaluasi Lingkungan dengan Pengukuran-pengukuran Evaluasi lingkungan kerja ditujukan kepada faktor fisik, kimia, dan lain-lainnya. Adapun faktor fisik meliputi suara, radiasi, suhu, tekanan, dan penerangan, Sedangkan faktor kimia meliputi debu, uap, gas, larutan, padat, awan, kabut, dan lainnya.

9 Evaluasi faktor penyebab sakit yang bersifat kimia dapat dilakukan dengan cara, yaitu : 1. Subyektif oleh indra manusia 2. Dengan menggunakan hewan 3. Dengan memakai alat detektor dan indikator 4. Dan dengan pengambilan sample dan pemeriksaan laboratorium B. Dampak Dari Tidak Terlaksananya Pelaksanaan K3 Pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur Dampak dari tidak terlaksananya pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja pada perusahaan antara lain : 79) 1. Timbulnya penyakit akibat kerja 2. Terjadinya kecelakaan kerja 3. Turunnya produksi dan produktivitas kerja 1. Timbulnya Penyakit Akibat Kerja Penyakit Kerja adalah penyakit yang timbul akibat pekerjaan seseorang baik saat atau setelah berkerja. 80) Keserasian sebaik-baiknya yang berarti menjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tinginya, maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor, yaitu : 81) Penyakit kerja dapat juga disebabkan oleh kapasitas kerja, beban kerja dan pemajanan lingkungan kerja, kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja serta kemampuan fisik yang 79) Ibid, hal ) Ibid 81) J.M Harrington dan F.S. Gill, Buku Saku Kesehatan Kerja, Edisi ke-3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 73.

10 prima diperlukan agar terhindar dari timbulnya penyakit akibat bekerja sedangkan beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental, sedangkan kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu dan alat kimia lainnya) dapat menimbulkan gangguan atau penyakit kerja. 82) Dalam ruangan atau tempat kerja (lingkungan kerja) terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja sebagai berikut : 83) a. Golongan Fisik seperti : 1. Suara dapat menyebabkan pekak atau tuli, 2. Radiasi sinar radioaktif menyebabkan penyakit susunan darah dan kelainan kulit 3. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stoke atau hyperpyresia dan suhu yang rendah menyebabkan frostbite 4. Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease 5. Penerangan lampu yang kurang baik menyebabkan kelainan kepada indera penglihatan b. Golongan Chemis seperti : 1. Debu menyebabkan pneumoconioses diantaranya silicosis 2. Uap menyebabkan metal fume fever atau keracunan 3. Gas menyebabkan keracunan oleh CO dan H 2 S 4. Larutan menyebabkan Dermatis 5. Awan atau Kabut misalnya racun serangga (insecticides) dan racun jamur menyebabkan keracunan 82) Abdul Rachman, Pedoman Studi Hiperkes pada Instutusi Pendidikan Tenaga Kerja Sanitasi (Jakarta, 1990). 83) Suma mur, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Cetakan ke-2) (Jakarta : Gunung Agung, 1967), hal. 53.

11 c. Golongan Infeksi misalnya oleh bibit penyakit anthax atau brucella pada pekerja penyamak kulit d. Golongan Fisiologis yang disebabkan oleh kesalahan konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah melakukan pekerjaan dan lain-lain yang bisa menyebabkan kelelahan fisik dan lambat laun menyebabkan perubahan fisik tubuh pekerja. e. Golongan Mental-Psikologis adapun hal ini terlihat pada hubungan yang kurang baik atau misalnya keadaan membosankan monotoni. Dan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-01/Men/1981 mencantumkan 30 jenis penyakit akibat kerja, sedangkan Keputusan Presiden RI No. 22/1993 tentang Penyakit yang timbul karena Hubungan Kerja memuat jenis penyakit yang sama, ditambah : Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. Jenis penyakit akibat kerja tersebut adalah : 84) 1. Pneumokonisis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan perut yang merupakan faktor utama penyebab cacat dan kemudian 2. Penyakit paru dan saluran pernafasan yang disebabkan oleh debu logam keras 3. Penyakit paru dan saluran pernafasan yang disebab debu kapas, vlas, henep, dan sisal (bisinosis) 4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sentitasi dan zat peransang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan. 84) Peraturan Menaker No. Per 01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.

12 5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar akibat penghirupan debu organik 6. Penyakit berilium yang disebabkan persenyawaan yang beracun 7. Penyakit kadmium yang disebabkan persenyawaan yang beracun 8. Penyakit krom yang disebabkan persenyawaan yang beracun 9. Penyakit fosfor yang disebabkan persenyawaan yang beracun 10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan, arsen, raksa, timbal, flour, karbon difusida, benzana, alkohol, gas/uap penyebab asfiksa 11. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen, derivat nitro, nitrogliserin, atau ester asam nitrat 12. Kelainan pendengaran yang disebabkan kebisingan 13. Dan kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah atau syaraf tepi yang disebabkan oleh getaran mekanik 2. Terjadinya Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan, sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih dalam bentuk perencanaa, maka untuk itu peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya dan disertai kerugian material ataupun penderitaan paling ringan sampai paling berat.

13 3. Menurunnya Produksi dan Produktivitas Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja erat hubungannya dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Produktivitas adalah perbandingan diantara hasil kerja (output) dan upaya yang digunakan (input). Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar : 85) a. Dengan tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi, kecelakaan ataupun penyakit kerja maupun cacat, dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil-kecilnya, sehingga pengeluaran pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari. b. Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan pengunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efesien dan bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi. c. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi pula. d. Praktek keselamatan dan kesehatan tidak bisa dipisahkan dari ketrampilan, keduanya berjalan dengan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan proses produksi. 85) Suma mur Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1981), hal. 4.

14 e. keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja, sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat terjadinya kelancaran produksi. C. Konsekuensi Yuridis Atas Tidak Dipatuhinya Aturan K3 Pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur Di dalam undang-undang Keselamatan Kerja Pasal 15 Bab XI Ketentuan Penutup Memberikan ancaman pidana atas pelanggaran peraturan perundang-undangan dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan, dan denda setinggi- tingginya Rp ,- (seratus ribu rupiah) karena dianggap tindak pidana pelangaran ancaman pidana dianggap terlalu berat. berupa : 86) Selain adanya sanksi pidana juga ada juga sanksi administrasi yaitu 1) Teguran dan peringatan tertulis 2) Pembatasan kegiatan usaha 3) Pembatalan persetujuan dan pembatalan pendaftaran 4) Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi 5) Dan pencabutan izin 86) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 190.

15 Jadi, pelanggaran terhadap undang-undang Nomor 1 tahun 1970 ini beserta peraturan pelaksanaannya dapat diancam dengan ancaman pidana, ancaman pidana tersebut tidak akan membuat efek jera bagi pengusaha yang melanggar UU tersebut, karena dilihat dari ancaman hukuman yang terlalu singkat dan denda yang dikenakan terlalu sedikit mengingat dimungkinkan banyak tenaga kerja pada suatu tempat kerja (perusahaan) yang mengalami cedera berat bahkan kematian serta juga menderita penyakit akibat kerja. Tidak adil jika semua masalah kesehatan dan keselamatan dilimpahkan kepada perusahaan saja, karena masalah K3 juga tanggungjawab pekerja sebagai objek dari K3. Untuk itu pekerja juga memiliki hak dan kewajiban terkait dengan K3 yaitu : 1. Memberikan keterangan apabila diminta oleh pengawas atau ahli K3 2. Memakai alat pelindung diri 3. Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang diwajibkan 4. Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat K3 dan alat-alat pelindung diri tidak menjamin keselamatannya. Tentang pekerja penyandang cacat perusaha harus menyediakan keperluan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Apabila perusahaan tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 14 UU No. 4 Tahun 1997 diancam dengan ancaman berupa pidana kurungan selama-lamanya 6 bulan dan denda setingi-tingginya Rp (dua ratus juta rupiah) karena mereka mempunyai kesamaan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan derajat kecacatannya. 87) 87) UU No.4 Tahun 1999 tentang Penyandang Cacat Pasal 13

16 BAB IV PERAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI DAN MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA PT. KARYA TANAH SUBUR A. Fungsi dan Peran Pemerintah Daerah Dalam Melindungi dan Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT. Karya Tanah Subur 1. Fungsi Pemerintah Daerah Dalam Melindungi dan Mencegah Kecelakaan Kerja PT. Karya Tanah Subur Dengan kata singkat Pemerintah mempunyai fungsi yaitu Pembinaan dalam keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Fungsi ini meliputi : 88) a. Pengawasan b. Pendidikan c. Penyuluhan d. Penggalakan kerjasama e. Pembentukan organisasi f. Pengujian dan penelitian Pada tingkat daerah di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja terdapat pengawas-pengawas keselamatan kerja yang memeriksa perusahaan-perusahaan tentang dipatuhinya ketentuan keselamatan kerja, selain itu ada juga pengawas perburuhan yang memeriksa tentang akibat kecelakaan kerja. 88) Suma mur Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta : Haji Masagung, 1981), hal. 319.

17 Disamping itu ada juga organisasi Perusahaan Umum Asuransi Tenaga Kerja yang berkantor di Jakarta dan cabangnya di daerah-daerah kecelakaan akibat kerja dipertanggungjawabkan kepada Perusahaan Umum tersebut akan membayar ganti rugi serta ongkos perawatan dan lain-lainnya. Fungsi dari direktorat tersebut antara lain : 89) 1. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan di bidang mekanik 2. Melakukan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam bidang listrik 3. Melaksanakan pembinaan pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan di bidang uap 4. Melaksanakan pembinaan pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan di bidang pencegahan kebakaran 2. Peran Pemerintah Daerah Dalam Melindungi Keselamatan Kerja PT. Karya Tanah Subur Dalam keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan peran pemerintah sangatlah penting, Adapun peran tersebut adalah : 90) a. Pengumpulan dan pengunaan Informasi tentang sebab-sebab dan perincian keadaan kecelakaan kerja. b. Penelitian dengan menggunakan statistik kecelakaan menurut industri secara keseluruhan tentang bahaya-bahaya khusus yang ada dalam berbagai industri, faktor yang mempengaruhi peristiwa kecelakaan kerja dan pengaruh dari tindakan-tindakan untuk mencegahnya. 89) Ibid 90) Ibid

18 c. Penyelengaraan penelitian tentang cara-cara penyelidikan dengan bantuan lembaga-lembaga atau penitia-penitia yang dibentuk oleh cabang-cabang industri atau swasta. d. Penyelidikan tentang faktor fisik, fisiologi, dan psikologi dalam terjadinya kecelakaan. e. Pengalakan penelitian ilmiah untuk menemukan cara paling tepat bagi penyeluhan jabatan dan seleksi tenaga kerja dengan maksud agar metode itu dapat diterapkan. f. Pengadaan organisasi atau pusat untuk pengumpulan dan pengerjaan statistik yang bertalian dengan kecelakaan industri g. Pembentukan dan penggalakan kerjasama diantara segenap pihak yang bertalian dengan pencegahan kecelakaan dan terutama diantara pengusaha dan pekerja. h. Penyelengaraan pertemuan periodik diantara pemerintah, pengusaha dan pekerja untuk menilai perkembangan keadaan dan membahas tindak lanjutnya i. Pengairahan penerapan usaha keselamatan dengan pembentukan organisasi seperti organisasi profesi keselamatan kerja, kerjasama organisasi pengusaha dengan pekerja j. Penciptaan dan pemeliharaan perhatian yang cukup terhadap keselamatan terhadap pekerja dengan ceramah-ceramah, publikasi, film, kunjungan perusahaan dan lain-lainnya

19 k. Pengandaan dan peningkatan pameran keselamatan yang menetap l. Penanaman pengertian pada pengusaha untuk meningkatkan pendidikan tenaga kerja khususnya dalam keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan m. Pengadaan pedoman pencegahan kecelakaan pada industri menurut kekhususan atau cabang industri atau proses yang khusus n. Pemasukan pelajaran keselamatan pada umumnya dalam kurikulum sekolah-sekolah dasar untuk menanam kewaspadaan umum dan dalam kurikulum latihan kerja dalam pencegahan kecelakaan dan bantuan pertama pada kecelakaan o. Pengaturan ketentuan perundang-undangan yang menjamin standar keselamatan yang tinggi p. Penelahaan terhadap rencana pembangunan atau perubahan yang berarti dari suatu perusahaan q. Penyelenggaraan konsultasi dengan wakil organisasi pengusaha dan tenaga kerja sebelum pengaturan perundangan yang diterbitkan. r. Pemberian dorongan kerjasama tenaga kerja untuk berpartisipasi dalam pencegahan kecelakaan. s. Pembinaan dorongan agar lembaga asuransi bekerjasama dan berpartisipasi dalam pencegahan kecelakaan t. Dan lain-lainnya.

20 3. Peran dan Tugas Balai K3 Balai K3 merupakan salah satu unit organisasi dari Depnaker dan Transmigrasi RI yang mempunyai tugas melaksanakan analisa, pengkajian, pelayanan teknis dan pengembangan sumber daya manusia dan penyebaran informasi di bidang keselamatan kerja dan higene perusahaan, ergonomi dan keselamatan kerja. Balai K3 juga memiliki berbagai fasilitas pendukung seperti perpustakaan, fasilitas latihan dan penginapan. Adapun visi dan misi dari Balai K3 antara lain : 91) a. Peningkatan pendukung kebijakan standart K3 b. Peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja c. Peningkatan kwalitas dan kwantitas SDM di bidang K3 d. Peningkatan pengujian pelayanan teknis, dan informasi di bidang K3 e. Peningkatan kwalitas dan kwantitas SMK3 f. Dan peningkatan analisis, pengkajian, dan perekayaan teknologi 4. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan cara : a. Peraturan Perundangan yaitu ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi, PPPK dan pemeriksaan kesehatan. 91) Ibid

21 b. Standarlisasi yaitu penetapan standar resmi, setengah resmi, atau tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higene umum atau alat pelindungan diri c. Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan d. Penelitian Teknik yang meliputi sifat dan cir-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau penelaahan tentang bahan- bahan dan desain paling tepat untuk tambang- tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya e. Riset Medis yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan. f. Penelitian Psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. g. Penelitian secara statistic untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa saja, dan apa saja penyebabnya.

22 h. Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus pertukangan i. Latihan-latihan yaitu latihan-latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja j. Pengairahan yaitu pengunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat k. Asuransi yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahan, jika tindakan keselamatan sangat baik l. Usaha Keselamatan dan kesehatan kerja pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja, pada perusahaanlah kecelakaan itu terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran dan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan. Jelaslah, bahwa untuk mencegah kecelakaan diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat Undang-Undang, Pengawai Pemerintah, Ahli-ahli Teknik, Dokter, Ahli Ilmu Jiwa, Ahli Statistik, Guru-guru, dan kerjasama antara pengusaha dengan buruh.

23 B. Sebab-sebab dan Kerugian Akibat Terjadinya Kecelakaan Pada PT. Karya Tanah Subur 1. Sebab-Sebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Sebab-sebab terjadiannya kecelakaan kerja antara lain ada dua yaitu penyebab langsung (immediete causes) dan penyebab dasar (basic cause). 1) Penyebab Langsung (Immediete Cause) Penyebab langsung ada dua faktor yaitu : a. Kondisi berbahaya (unsafe condition) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan seperti : 92) 1. Keamanan yang tidak memadai 2. Peralatan yang tidak seharusnya 3. Ventilasi kurang 4. Sistem tanda peringatan kurang memadai 5. Iklim kerja tidak sesuai 6. Getaran 7. Kebisingan cukup tinggi 8. Pakaian tidak sesuai 9. Ketata-rumah-tangaan yang buruk (poor house keeping) 10. Dan Lingkungan yang berbahaya b. Tindakan Berbahaya (unsafe act) atau tindakan yang tidak standar adalah tingkah laku, atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya : 93) 92) Benet Silalahi & Rumondang Silalahi, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Jakarta : PT. Pustaka Binaman Presindo; 1985), hal ) Ibid

24 1. Mengoperasikan alat tanpa wewenang 2. Gagal untuk memberi peringatan 3. Bekerja dengan kecepatan yang salah 4. Menyebabkan alat keamanan tidak berfungsi 5. Memindahkan alat-alat keselamatan, 6. Menggunakan alat yang rusak 7. Menggunkan alat dengan cara yang salah 8. Dan kegagalan memakai alat pelindung 2) Penyebab Dasar (Basic Cause) Penyebab dasar ada dua faktor yaitu : b. Faktor manusia/pribadi antara lain karena kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologi. Lemahnya ilmu pengetahuan dan ketrampilan, stres, motivasi yang tidak cukup c. Faktor kerja atau lingkungan yaitu tidak cukup kepimpinan dan pengawasan, tidak cukup rekayasa (engineering), tidak cukup pembelian barang atau alat, tidak cukup perawatan dan tidak cukup standar kerja dan penyalahgunaan. 2. Kerugian Akibat Terjadinya Kecelakaan Kerja yaitu : Sedangkan kerugian akibat Kecelakaan kerja ada lima kerugian

25 a. Kerusakan adalah dimana terjadinya kerugian baik dari pihak pekerja maupun dari pihak pengusaha yang bisa berupa fisik, materil, moril, dan lain-lain. b. Kekacauan organisasi adalah terjadinya kekacauan di dalam tubuh organisasi baik langsung atau tidak langsung. c. Keluhan dan kesedihan adalah dimana menyebabkan seseorang merasa kesedihan dan keeluhan yang bisa diakibatkan oleh pekerjaan atau lainnya d. Kelainan dan cacat adalah tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang menderita kecelakaan baik cacat sementara maupun cacat total. e. Kematian adalah yaitu kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya bisa meninggal dunia. C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut : 94) 1. Menurut Jenis Kecelakaan a. jatuh b. tertimpa benda jatuh c. menginjak atau terantuk d. terjepit 94) Suma mur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta : Haji Masagung, 1981), hal. 7.

26 e. gerakan berlebihan f. kontak suhu tinggi g. kontak aliran listrik h. kontak dengan bahan berbahaya 2. Menurut Jenis Media Penyebab a. Kecelakaan Penyebab Dari Faktor Mesin 1) pembangkit tenaga 2) mesin penyalur (transmisi) 3) mesin untuk mengerjakan logam 4) mesin pengolah kayu 5) mesin pertanian 6) mesin pertambangan 7) dan mesin-mesin yang lainnya b. Alat Angkut dan Alat Angkat 1) mesin angkat dan peralatannya 2) alat angkutan di atas rel 3) alat angkat angkutan lain yang beroda terkecuali keretaapi 4) alat angkutan udara 5) alat angkutan air 6) dan alat angkuatan lainnya

27 c. Peralatan lain 1) bejana bertekanan 2) dapur pembakaran dan pemanas 3) instalasi pendingin 4) instalasi listrik termasuk motor listrik 5) alat-alat listrik tangan 6) alat-alat kerja dan perlengkapanya, kecuali alat-alat listrik 7) tangga 8) perancah (steger) d. Bahan, Subtansi dan Radiasi 1) bahan peledak 2) debu, gas, cairan, dan zat kimia. 3) benda-benda melayang 4) dan radiasi e. Lingkungan Kerja 1) di luar bangunan 2) di dalam bangunan 3) di dalam bawah tanah f. Penyebab Lainnya 1) hewan 2) dan penyebab yang belum termasuk golongan tersebut

28 3. Menurut Sifat Luka atau Kelainan a. patah tulang b. keseleo/dislokasi c. rengang otot/urat d. luka dipermukaan e. gegar atau remuk f. memar g. amputasi h. luka bakar i. keracunan akut atau keracunan mendadak j. kematian/mati lemas k. pengaruh radiasi l. luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya m. dan lain-lain 4. Menurut Letak Kelainan di Tubuh a. kepala b. leher c. badan d. anggota gerak atas e. anggota gerak bawah f. banyak tempat g. kelainan umum h. dan letak lain yang tidak dapat dimasukan dalam klasifikasi tersebut

29 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan dan Perlindungan K3 di PT. Karya Tanah Subur sudah sangat baik hal ini dapat dibuktikan dengan berkurangnya tingkat kecelakaan tiap tahunnya dan meningkatnya produksi dan produktivitas pekerja yang dapat dirasakan perbedaannya sebelum dan sesudah melaksanakan K3 dan SMK3 dengan baik. 2. Peran dan tanggungjawab perusahaan terhadap timbulnya Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada Perusahaan PT. Karya Tanah Subur berperan aktif di setiap level manajerial untuk melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terutama melalui P2K3L dengan kegiatan Safety Patrol. Apabila timbul Penyakit Akibat Kerja (PAK) maupun Kecelakaan Kerja Perusahaan PT. Karya Tanah Subur akan mengobati melalui pelayanan kesehatan yang terdapat di kebun yaitu Poliklinik, apabila tidak bisa ditangani oleh Polibun (Poliklinik Kebun) maka tenaga kerja yang bersangkutan yang mengalami kecelakaan kerja termasuk penyakit yang timbul akibat kerja akan dirujuk ke Rumah Sakit (RS) dengan biaya ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan PT. Karya Tanah Subur dan setiap tahun para pekerja atau buruh selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

30 3. Peran pemerintah dalam melindungi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja antara perusahaan dengan Depnakertrans dan Balai K3 hanya dalam hal sertifikasi peralatan proses dan pengecekan kondisi lingkungan kerja serta Koordinasi dan konsultasi saja. Perusahaan dalam melindungi K3 dan mencegah terjadinya Kecelakaan Kerja bersama dengan Ahli K3 melaksanakan beberapa hal : a) Awareness K3 melalui Five Minute Talk, Training, dan Pengadaan Rambu-rambu dan poster yang menyangkut dengan pelaksanaan K3 dan SMK3 b) Pelaksanaan Unsafe Patrol untuk perbaikan kondisi lokasi kerja c) Teguran kepada Karyawan yang melakukan Unsafe Action d) Penyediaan APD yang layak sesuai Standart Keselamatan e) Pemberitahuan legal terkait K3 f) Sertifikasi operator/karyawan yang bekerja pada alat yang berdampak K3 besar seperti di pabrik yang berkaitan dengan alat boiler, crane, alat berat. g) Pemeriksaan kondisi fisik lingkungan kerja h) Penerapan aspek argonomi pada proses panen Dalam menerapkan K3 dan SMK3 pada PT. Karya Tanah Subur masih menghadapi berbagai macam kendala, misalnya :

31 1) Kebiasaan karyawan dalam mentaati peraturan yang berkaitan dengan K3 2) Peraturan yang menyangkut dengan K3 masih dianggap sebagai beban dan aturan yang tidak menyenangkan 3) Pengetahuan tentang K3 oleh karyawan masih rendah 4) Budaya kerja yang belum budaya K3. Apabila budaya K3 diterapkan maka semua tindakan yang dilakukan karyawan menjadi lebih safety. B. Saran 1. Perusahaan PT. Karya Tanah Subur harus tetap konsisten dalam melaksanakan Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat besar, oleh sebab itu masalah kesehatan diperhatikan sebaik mungkin agar terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan baik bagi pekerja maupun perusahaan. Karena Perusahaan PT. Karya Tanah Subur bergerak di bidang perkebunan yang menghasilkan barang mentah (minyak mentah/cpo). 2. Perusahaan hendaknya mengelola dengan baik sistem K3 baik melalui perencanaan, ketatarumahtanggaan yang baik dan teratur, menyediakan pakaian kerja, APD, dan bagi yang bekerja di dalam ruangan perusahaan harus membuat ventilasi dan pengaturan suhu serta penerangan dan mensosialisasi budaya K3 dalam melakukan pekerjaan agar terhindar dari resiko kecelakaan pekerjanya.

32 3. Pemerintah daerah harus lebih mensosialisasikan, penyelenggaraan penelitian, pelatihan, penyuluhan, pengawasan, dan mengumpulkan semua data dan informasi yang menyangkut tentang K3 di suatu perusahaan agar dapat mengurangi, mencegah dann menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident).

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Menimbang : a. bahwa penyakit akibat kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1993 TENTANG PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1993 TENTANG PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1993 TENTANG PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa untuk lebih meningkatkan perlindungan terhadap

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan

Lebih terperinci

KEPPRES 22/1993, PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 22/1993, PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 22/1993, PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 22 TAHUN 1993 (22/1993) Tanggal: 27 PEBRUARI 1993 (JAKARTA) Sumber: Tentang: PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 Tentang : Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja

Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 Tentang : Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 Tentang : Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 22 TAHUN 1993 (22/1993) Tanggal : 27 PEBRUARI 1993 (JAKARTA) DENGAN

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kecelakaan Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higene Perusahaan Dalam Higene Perusahaan adalah yang menyangkut secara luas faktor-faktor kimia dan fisik yang mungkin dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi tenaga kerja.

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH KESEHATAN KERJA oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH Disampaikan dalam Perkuliahan Kesehatan Masyarakat Jurusan D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang 2013 Pengantar Kesehatan kerja adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran 1 Tujuan Pembelajaran 2 Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemahaman terhadap urgensi konsep manajemen K3. dari Pemahaman terhadap prinsip manajemen K3. 6623 - Taufiqur Rachman 1 Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (T.INDUSTRI/S1) KODE / SKS AK /2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (T.INDUSTRI/S1) KODE / SKS AK /2 SKS Minggu ke Pokok Bahasan dan TIU 1 Pendahuluan TIU : Memahami faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja baik faktor teknis, non teknis & lingkungan. Sub Pokok Bahasan dan TIK Tujuan & pembatasan Mahasiswa

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1 Urgensi dan Prinsip K3 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta (Halaman 1 24) Tujuan Pembelajaran Pengantar Keselamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan. BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional,

Lebih terperinci

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan Penerapan K3 sekurang-kurangnya 3 buah 2. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

Kesehatan Lingkungan Kerja

Kesehatan Lingkungan Kerja Kesehatan Lingkungan Kerja 1. Pelarut dan kesehatan di lingk. kerja 2. Debu penyebab Pneumoconiosis (wordversion) 3. Dermatitis industri 4. Kebisingan industri 5. Konsep dasar keamanan radiasi pengion

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan aset yang penting bagi perusahaan, tenaga kerja juga merupakan faktor produksi yang memiliki peran dalam kegiatan perusahaan. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : TEKNIK DAN PROSES KESELAMATAN KERJA KODE / SKS : AK / 2

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : TEKNIK DAN PROSES KESELAMATAN KERJA KODE / SKS : AK / 2 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : TEKNIK DAN PROSES KESELAMATAN KERJA KODE / SKS : AK042147 / 2 Pertemuan Pokok Bahasan dan TIU 1 Pendahuluan 2 Sejarah Perkembangan K3 Sub Pokok Bahasan dan TIK Tujuan

Lebih terperinci

Peralatan Perlindungan Pekerja

Peralatan Perlindungan Pekerja Oleh: 2013 Peralatan Proteksi Keselamatan Kerja Reference : Hamid R. Kavianian & Charles A. Wentz. 1990. Occuputional & Enviromental Safety Engineering & Management. 1. John Wiley & Sons Inc. New York

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Widodo (2015:234), Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia

Lebih terperinci

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi I. PPM. Jakarta (Bab 2, Halaman 11 34)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap data sekunder dan data primer dengan menggunakan analisa kualitatif serta setelah melalui validasi kepada para

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Perusahaan Perusahaan adalah proses-proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan, dari permulaan sekali sampai lepada terakhir. Harus diketahui pasti tentang

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESELAMATAN KERJA RUANG PLATTING MENGGUNAKAN FREQUENCY RATE & SEVERITY RATE

MEMPELAJARI KESELAMATAN KERJA RUANG PLATTING MENGGUNAKAN FREQUENCY RATE & SEVERITY RATE MEMPELAJARI KESELAMATAN KERJA RUANG PLATTING MENGGUNAKAN FREQUENCY RATE & SEVERITY RATE Created by: Nama : Anak Agung T K NPM : 30410629 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik Industri Pembimbing

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI,

Lebih terperinci

DASAR HUKUM - 1. Peraturan Pelaksanaan. Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan. UU No.

DASAR HUKUM - 1. Peraturan Pelaksanaan. Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan. UU No. DASAR HUKUM - 1 Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945 Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan UU No.1 Tahun 1970 Peraturan Pelaksanaan Peraturan Khusus PP; Per.Men ; SE; UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh

PENDAHULUAN. beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh PENDAHULUAN Latar Belakang Pada umumnya kegiatan pemanenan hutan dicirikan oleh kombinasi beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh salah satu faktor dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Sebuah perusahaan yang beroperasi dalam bidang konstruksi mempunyai kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Setiap orang dimanapun berada, siapapun bisa mengalami

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Judul Resume

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

Undang-undang Nomor I Tahun 1970 KESELAMATAN KERJA Undang-undang Nomor I Tahun 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA (K3)

PERATURAN KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA (K3) PERATURAN KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA (K3) Isu kesehatan & keselamatan kerja : Problem K3 : Tidak ada sistem Kurangnya standar kerja Kurang peduli tentang masalah K3 Isu kesehatan kerja : gangguan kesehatan

Lebih terperinci

PENTINGNYA IMPLEMENTASI K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) DALAM PERUSAHAAN

PENTINGNYA IMPLEMENTASI K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) DALAM PERUSAHAAN PENTINGNYA IMPLEMENTASI K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) DALAM PERUSAHAAN Oleh: DHONI YUSRA Dosen di Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul ABSTRAK Adalah hal yang sangat penting bagi setiap

Lebih terperinci

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja) MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Prinsip Keselamatan Kerja) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai berbagai macam alat pelindung diri (APD) terutama dalam bidang busana 2. Memahami pentingnya penggunaan APD dalam pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat

Lebih terperinci

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG. Oleh

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG. Oleh 15 PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG Oleh Supriyadi Dosen Pasca Sarjana USBRJ dan STIE Umitra ABSTRAK CV.Sriwijaya Utama merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

ISNANIAR BP PEMBIMBING I: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA, LINGKUNGAN, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWATDI RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS OLEH: ISNANIAR BP.

Lebih terperinci

ALAT / MATERIAL / PROSES / LINGKUNGAN Halaman 2 Rp. PENJELASAN CEDERA / KERUSAKAN NAMA KORBAN / KOMPONEN (JIKA ADA) CEDERA / KERUSAKAN....... SKETSA KEJADIAN / DENAH / GAMBAR / FOTO SKETSA / DENAH / GAMBAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak sesuai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja PEMELIHARAAN SDM Fungsi Pemeliharaan (maintenance) berkaitan dengan upaya mempertahankan kemauan dan kemampuan kerja karyawan melalui penerapan beberapa program yang dapat meningkatkan loyalitas dan kebanggaan

Lebih terperinci

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA. TERBITAN UNDANG-UNDANG No. 1 TAHUN 1970 tentang KESELAMATAN KERJA serta TERJEMAHAN dalam BAHASA INGGRIS, DISYAHKAN untuk DIEDARKAN dan DIPAKAI. Jakarta, 3 Mei 1972. DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Pabrikan Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri seperti manusia, alat, material, energi uang (modal/capital), informasi dan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pencegahan dan pengawasan dalam melakukan berbagai hal. berkaitan dengan pekerjaan. Mangkunegara (2011:161), Keselamatan kerja

BAB II LANDASAN TEORI. pencegahan dan pengawasan dalam melakukan berbagai hal. berkaitan dengan pekerjaan. Mangkunegara (2011:161), Keselamatan kerja BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan Keselamatan adalah suatu bentuk perlindungan dengan upaya pencegahan dan pengawasan dalam melakukan berbagai hal. 2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Kecelakaan dan P3K) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 2 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Kecelakaan dan P3K) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 2 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Kecelakaan dan P3K) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO 2. Kecelakaan dan P3K Pakaian

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT Kecelakaan kerja di Indonesia telah menghabiskan uang negara sebesar 280 triliun rupiah (Kemenkes RI 2014). Dalam rangka memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya tingginya tingkat kecelakaan kerja dan rendahnya tingkat derajat kesehatan kerja di indonesia disebabkan minimnya kesadaran pengusaha untuk menerapkan Kesehatan

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan Volume 4 No. 1, Juli 2003 (11 18) Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan Retna Hapsari 1 Abstrak - Peranan jasa konstruksi dimasa sekarang dan nanti akan semakin terasa

Lebih terperinci

PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA

PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA KESELAMATAN KERJA PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA Menurut Achmadi (1991) Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan perkakas kerja, bahaya dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa zat radioaktif mengandung bahaya radiasi, baik terhadap

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri berlomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas menggunakan alat yang semakin

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai peraturan perundang-undangan yang mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Menguasai

Lebih terperinci

Analisis Kecelakaan Kerja di Stasiun Pengisian Tabung LPG

Analisis Kecelakaan Kerja di Stasiun Pengisian Tabung LPG Analisis Kecelakaan Kerja di Stasiun Pengisian Tabung LPG Afan Kurniawan Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta pakafan@gmail.com

Lebih terperinci

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4(2) Juli 2005 : 1 5 ISSN 1412-7814 Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Harrys Siregar Program

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.04/MEN/1987

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.04/MEN/1987 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.04/MEN/1987 T E N T A N G PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA TATA CARA PENUNJUKAN AHLI KESELAMATAN KERJA MENTERI TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 164 mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja

Lebih terperinci

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Kesehatan Kerja Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakulyas Kedokteran dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS

PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 612~618 613 PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS Suparman HL ASM BSI Jakarta suparman@bsi.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2004), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB I KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggitingginya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat

Lebih terperinci

TENTANG KESELAMATAN KERJA

TENTANG KESELAMATAN KERJA UNDANG.UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Dalam penelitian terdahulu, ada dua penelitian yang meneliti tentang analisis keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA BANDAR LAMPUNG

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA BANDAR LAMPUNG Utama Bandar Lampung 69 PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA BANDAR LAMPUNG Oleh FAHRIZI Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan. Industri menimbulkan polusi udara baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja sehingga

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Modul ke: Hubungan Industrial KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Tujuan K3 2. Macam-Macam Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja yang baik pekerja dapat melaksanakan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang di tetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan dan barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecelakaan Kerja 1. Pengertian Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. 1)

Lebih terperinci

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Husni (2006 : 138) ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat

Lebih terperinci