BIROKRASI Max Weber. 1. Karakteristik Birokrasi Fungsi kepegawaian administrasi modern dijelaskan dalam cara sebagai berikut:
|
|
- Liani Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BIROKRASI Max Weber 1. Karakteristik Birokrasi Fungsi kepegawaian administrasi modern dijelaskan dalam cara sebagai berikut: I. Ada prinsip area jurisdiksi tetap dan area jurisdiksi resmi, yang umumnya diatur oleh aturan, yaitu tepatnya, oleh hukum atau regulasi administratif. 1. Aktivitas rutin yang diperlukan untuk tujuan struktur pemerintah birokratik didistribusikan dalam sebuah cara tetap sebagai kewajiban pejabat. 2. Otoritas untuk memberikan perintah demi pelaksanaan kewajiban didistribusikan dalam cara stabil, dan dibatasi oleh aturan yang mengatur cara koersif, cara fisik, atau lainnya, yang bisa ditugaskan saat menempatkan pejabat. 3. Ketentuan metode dibuat demi perwujudan rutin dan kontinyu dari kewajiban dan demi penggunaan hak terkait, dan hanya orang yang memiliki kualifikasi yang dipekerjakan. Dalam pemerintah publik dan berbasis hukum, ada tiga elemen yang merepresentasikan otoritas birokratik. Dalam dominasi ekonomi privat, ini disebut manajemen birokratik. Birokrasi bisa berkembang pesat dalam komunitas politik dan eklesiastik, dan komunitas ini hanya ditemukan di negara modern, dan di dalam ekonomi privat, birokrasi hanya bisa ditemukan dalam institusi paling maju dari kapitalisme. Otoritas kantor publik dan permanen, dengan jurisdiksi tetap, bukanlah aturan historis, tapi merupakan pengecualian. Ini diterapkan dalam struktur politik besar seperti di jaman Oriental Kuno, kekaisaran 1
2 penguasan Jerman dan Mongolia, atau struktur negara feodal. Di semua jaman, penguasa selalu mengambil tindakan seperti mengangkat wakil pribadi, ajudan pertemuan, dan pelayan istana. Komisi dan otoritas tidak pernah dibatasi jumlahnya, tapi itu digunakan dalam setiap kasus dalam cara sementara. II. Prinsip hirarki kantor dan level grade otoritas mencerminkan sebuah sistem atasan dan bawahan dimana ada pengawasan terhadap kantor bawahan oleh kantor atasan. Sistem tersebut memberikan kemungkinan membawa keputusan dari kantor bawahan ke otoritas tinggi, tentunya berdasarkan regulasi terkait. Seiring berkembangnya tipe birokratik, maka hirarki kantor disusun secara monokratik. Prinsip otoritas kantor hirarkis ditemukan di semua struktur birokratik, baik apakah itu struktur negara dan eklesiastik atau organisasi partai besar dan perusahaan privat. Prinsip tersebut juga ditemukan tanpa peduli karakter birokrasinya, apakah otoritasnya disebut publik atau privat. Ketika prinsip kompetensi jurisdiksi dijalankan, subordinasi hirarkis setidaknya di kantor publik tidak berarti bahwa otoritas tinggi akan diotorisasi untuk mentakeover bisnis level bawah. Yang terjadi sebaliknya. Ketika dibentuk dan diberi tugas, sebuah kantor cenderung berkelanjutan dan dijalankan oleh inkumben lainnya. III. Manajemen kantor modern didasarkan pada dokumen tertulis ( file ), yang disimpan dalam bentuk asli atau kasar. Karena itu, selalu ada staff untuk mengurus pejabat dan menulis kegiatannya. Sejumlah pejabat aktif bekerja di kantor publik, bersama dengan perangkat materi dan file-nya, yang memang menjadi penyusun dari sebuah biro. Dalam perusahaan privat, biro sering disebut kantor. 2
3 Dalam prinsipnya, organisasi modern dari layanan sipil memisahkan biro dari domisili privat pejabat, dan secara general, birokrasi memisahkan aktivitas pejabat dari ranah kehidupan privatnya. Uang dan peralatan publik dipisah dari properti privat pejabat. Kondisi ini adalah produk dari pembangunan panjang. Situasi ini ditemukan dalam perusahaan publik atau privat. Di perusahaan privat, prinsip ini bahkan dijalankan oleh pemilik usaha. Dalam prinsipnya, kantor eksekutif dipisah dari keluarga, bisnis dipisah dari korespondensi privat, dan aset bisnis dipisah dari keuntungan privat. Semakin modern tipe manajemen bisnisnya, semakin kuat pemisahan ini. Proses ini sudah ditemukan seawal-awalnya di Abad Pertengahan. Pengusaha modern menjadikan dirinya sebagai pejabat pertama dari perusahaannya, dalam cara sama seperti penguasa negara birokratik modern dalam menggambarkan dirinya sebagai pelayan pertama dari negara. Ide bahwa aktivitas biro dari negara memiliki karakter berbeda dari manajemen kantor ekonomi privat, adalah prinsip Eropa kontinental dan ini berlawanan dengan cara Amerika. IV. Manajemen kantor, setidaknya, adalah manajemen kantor khusus dan manajemen tersebut dikembangkan dalam cara modern biasanya melibatkan training kepakaran dan menyeluruh. Ini sering ditemukan di kalangan eksekutif modern dan pegawai dari perusahaan privat, tapi ini juga mulai diberlakukan bagi pejabat negara. V. Ketika kantor sudah berkembang, aktivitas pejabat membutuhkan kapasitas kerja penuh dari pejabat, tidak peduli fakta bahwa waktu kerjanya di biro adalah terbatas. Dalam kasuk normal, ini hanyalah produk dari perkembangan normal, baik dalam kantor publik atau kantor privat. Di kantor publik, urusan normalnya, 3
4 yaitu urusan publik, sering dipengaruhi bisnis pejabat yang menjadi aktivitas sekunder. VI. Manajemen kantor mengikuti aturan general, yang kurang atau lebih stabil, kurang atau lebih padat, dan yang bisa dipelajari lebih jauh. Pengetahuan tentang aturan general tersebut merepresentasikan hasil sebuah pembelajaran teknis yang dilakukan pejabat. Pengetahuan aturan tersebut bisa meliputi persoalan jurisprudensi, atau manajemen administratif atau bisnis. Imbas dari pengetahuan tersebut adalah bahwa level manajemen kantor modern berkurang menjadi sekadar aturan-aturan dan ini adalah sifat natural. Teori administrasi publik modern, tentu saja, berasumsi bahwa otoritas untuk memberikan perintah yang berdasarkan ketentuan hukum yang diberikan secara legal ke otoritas publik tidak mengharuskan biro untuk meregulasi persoalan lewat perintah di setiap kasus, tapi hanya meregulasi persoalan dalam cara abstrak. Ini berbeda dari regulasi yang mengatur semua hubungan yang dibentuk lewat privilege individu dan pemberian dukungan, yang terlihat dominan dalam patrimonialisme, setidaknya bila mempertimbangkan bahwa hubungan tersebut tidak didasari oleh tradisi yang disucikan. 2. Posisi Pejabat Karakteristik birokrasi yang dijelaskan sebelumnya berimbas ke posisi internal dan eksternal dari pejabat seperti berikut: I. Mengelola kantor adalah vokasi atau pekerjaan Training dibutuhkan untuk memastikan penggunaan kapasitas kerja keseluruhan dalam periode waktu yang lama, dan sekaligus untuk menguji prasyarat pekerjaan. Posisi pejabat adalah sifat dari kewajiban. Ini menentukan struktur internal dari hubungan dalam cara berikut. Secara legal 4
5 dan aktual, pengelolaan kantor bukanlah sumber untuk eksploitasi demi mendapatkan rent (fasilitas) atau emolumen (uang tambahan). Cara pengelolaan kantor demi keuntungan pribadi sering ditemukan di Jaman Pertengahan dan bahkan masih ditemukan sampai sekarang. Mengelola kantor tidak dianggap sebagai pertukaran layanan demi keuntungan ekuivalen, seperti dalam kasus kontrak kerja bebas. Keberhasilan masuk ke dalam tatanan pengelolaan kantor, seperti juga di ekonomi privat, dianggap sebagai sikap menerima kewajiban manajemen dan imbalannya adalah keamanan kerja. Sifat dari loyalitas modern di sebuah kantor, dalam tipe murninya, tidak menciptakan hubungan ke seseorang. Hubungan ke orang yang dimaksud di sini adalah seperti keyakinan budak atau murid dalam hubungan otoritas feodal atau patrimonial. Loyalitas modern ditekankan ke tujuan impersonal dan fungsional. Di balik tujuan fugnsional, ide nilai-kultur biasanya ditegakkan. Ini adalah ersatz untuk majikan personal duniawi atau supra-mundane. Ide seperti negara, gereja, komunitas, partai, atau perusahaan adalah pikiran yang direalisasikan dalam sebuah komunitas, dan ini memberikan efek ideologi bagi para majikan. Pejabat politik setidaknya di negara modern maju bukanlah pelayan pribadi dari penguasa. Saat ini, pastur, pendeta, dan penutur, tidak lagi, seperti di jaman Kristen awal, pemilik karisma personal murni. Nilai supra-mundane dan nilai kesucian sepertinya hanya diberikan ke setiap orang yang pantas menerima dan yang bahkan memintanya. Di jaman dulu, leader bertindak berdasarkan perintah personal dari majikannya. Pada prinsipnya, mereka bertanggungjawab hanya ke majikannya. Sekarang, meski teori lama masih bertahan, meski itu cuma sebagian, leader agama adalah pejabat dalam lingkup layanan tujuan fungsionalnya. Di jaman sekarang, gereja adalah rutinitas dan karena itu, memberikan efek ideologi. 5
6 II. Posisi personal pejabat dipolakan dalam cara berikut: 1. Apakah pejabat berada di kantor privat atau biro publik, pejabat modern selalu memiliki martabat sosial yang lebih tinggi dibanding yang diurus. Posisi sosialnya ini dijamin oleh aturan preskriptif urutan pangkat, dan untuk pejabat politik, kehormatannya diberikan lewat pendefinisian khusus di Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang melarang penghinaan pejabat dan penistaan terhadap otoritas negara dan gereja. Posisi sosial dari pejabat biasanya adalah paling tinggi dimana, seperti dalam negara peradaban lama, kondisinya bisa dijelaskan sebagai berikut; ada tuntutan bahwa administrasi harus dijalankan oleh pakar yang terlatih; ada differensiasi sosal yang kuat dan stabil, dimana pejabat kebanyakan berasal dari strata sosial dan ekonomi yang tinggi karena ada distribusi kekuasaan sosial; atau karena beban training dan pengakuan statusnya harus ditanggung sendiri oleh pejabat. Kepemilikan sertifikat pendidikan biasanya dijadikan kualifikasi untuk masuk kantor. Alaminya, sertifikat atau paten tersebut akanmeningkatkan elemen status dalam posisi sosial pejabat. Faktor status individu biasanya ditunjukkan secara eksplisit atau impasif (diam-diam). Contoh, penerimaan atau penolakan seseorang ke sebuah karir pejabat tergantung pada kesetujuan ( pemilihan ) anggota badan pejabat. Ini terjadi di tentara Jerman, khususnya untuk korp kantornya. Fenomena serupa juga ditemukan di jaman serikat pekerja yang menggantikan kepegawaian administrasi, di jaman patrimonial, dan juga di jaman administrasi prebendal (uang gereja). Keinginan membangkitkan lagi fenomena tersebut dalam bentuk lain jarang ditemukan antar birokrat modern. Contoh, mereka memainkan peran antar kebutuhan proletarian dan pejabat pakar (elemen tretyj) selama revolusi Rusia. Biasanya, martabat sosial pejabat cenderung rendah ketika kebutuhan akan administrasi pakar dan dominansi konvensi status menjadi lemah. Ini terjadi dalam kasus United States. Ini juga sering muncul di saat mencari 6
7 pemukiman baru yang didasarkan pada pencarian profit dan ketidakstabilan stratifikasi sosial. 2. Tipe murni dari pejabat birokratik adalah diangkat oleh otoritas atasan. Seorang pejabat yang dipilih oleh rakyat bukanlah tokoh birokratik murni. Tentu saja, eksistensi formal dari sebuah pemilihan bukan berarti bahwa tidak ada pengangkatan di balik pemilihan. Dalam situasi tertentu, pengangkatan bisa dilakukan oleh ketua partai. Apakah ini dilakukan atau tidak bukan tergantung oleh undang-undang tapi tergantung cara pelaksanaan mekanisme partai. Ketika kedudukannya sudah kuat, partai bisa merubah pemilihan bebas menjadi aklamasi terhadap seorang kandidat yang sudah ditetapkan ketua partai. Sebagai aturan, meski begitu, pemilihan bebas formal dapat berubah menjadi sebuah pertarungan, yang dilakukan berdasarkan aturan, demi mendapat vote yang mendukung kandidat yang diinginkan. Di semua kondisi, penetapan pejabat lewat sarana pemilihan rakyat akan merubah keketatan subordinasi hirarkis. Dalam prinsipnya, seorang pejabat yang dipilih memiliki posisi otonom yang berseberangan dengan pejabat superordinat (level atas). Pejabat yang dipilih tidak mendapat posisi dari atas tapi dari bawah atau setidaknya bukan dari otoritas atasan hirarki pejabat, tapi dari orang partai yang kuat ( bos ), yang juga menentukan karirnya. Karir pejabat terpilih bukan, atau tidak sepenuhnya, tergantung pada kepala administrasi. Pejabat yang tidak dipilih, tapi diangkat oleh ketua, biasanya berfungsi normal, berdasarkan sudut pandang teknis, karena ada kecenderungan bahwa pertimbangan fungsi dan kualitasnya lebih menentukan seleksi dan karirnya. Sebagai orang awam, rakyat memahami kandidat berdasarkan kualifikasinya untuk kantor, pengalaman dan/atau purna tugas. Di setiap seleksi pejabat lewat pemilihan, partai biasanya tidak menggunakan pertimbangan pakar, tapi 7
8 malah memberikan bobot lebih ke sifat layanan follower ke bos partai. Ini terjadi di semua pengadaan pejabat lewat pemilihan umum, di penetapan pejabat terpilih formal oleh bos partai ketika menentukan kandidat, atau di pengangkatan secara bebas oleh ketua partai yang memilih dirinya sendiri. Meski begitu, kebalikannya adalah relatif. Kondisi yang sama bisa terjadi ketika monarki legitimate dan bawahannya mengangkat pejabat, kecuali bila pengaruh bawahannya tidak bisa dikontrol. Bila ada tuntutan agar administrasi diurus pakar terlatih, dan ada permintaan agar pengikut partai harus memahami opini publik yang dilontarkan oleh orang-orang intelektual, berpendidikan, dan yang bergerak bebas, maka penggunaan pejabat yang tidak berkualifikasi malah akan membuat partai tidak menang lagi di pemilihan berikutnya. Secara alami, ini cenderung terjadi ketika pejabat diangkat oleh ketua partai. Kebutuhan akan administrasi yang cakap mulai muncul sekarang di United States, tapi di kota-kota besar, dimana vote imigran mulai menguat, ada yang disebut opini publik yang tidak berpendidikan. Karena itu, pemilihan rakyat untuk kepala administratif dan juga pejabat bawahannya bisa membahayakan kualifikasi pakar dari pejabat atau fungsi penting dari mekanisme birokratik. Ini juga melemahkan dependensi pejabat terhadap hirarki. Ini dirasakan setidaknya di dalam badan administratif besar yang sulit diawasi. Kualifikasi keunggulan dan integritas hakim federal, yang diangkat Presiden, selalu di atas hakim yang dipilih rakyat, bila itu didasarkan pada kasus United States. Itu selalu terjadi meskipun dua pejabat tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan partai. Perubahan besar dalam administrasi metropolitan Amerika, berdasarkan tuntutan reformis, diawali dari walikota terpilih yang bekerja dengan aparat pejabat yang diangkat oleh mereka. Reformasi ini dijalankan dalam cara Caesarist. Bila dilihat secara teknis, sebagai sebuah bentuk organisasi otoritas, efisiensi Caesarism, yang sering tumbuh dari demokrasi, berpijak pada 8
9 posisi Caesar sebagai wakil terpercaya dari masyarakat (biasanya tentara atau rakyat itu sendiri), dan tidak terikat oleh tradisi. Caesar, karena itu, adalah atasan yang tidak bisa diatur apapun dan membawahi perwira militer dan pejabat yang bisa dipilihnya dengan bebas dan personal tanpa mengikuti tradisi atau pertimbangan lainnya. Ini adalah aturan jenius personal yang berlawanan dengan prinsip demokratik formal yang mendasari pemilihan kepegawaian administrasi. 3. Dulu ada anggapan bahwa posisi pejabat dipegang seumur hidup, setidaknya dalam birokrasi publik. Ini ditemukan di segala struktur. Sebagai aturan faktual, jabatan seumur hidup berarti ada kemungkinan pengangkatan kembali secara rutin. Berbeda dari pekerja di perusahaan privat, pejabat normalnya memiliki jabatan. Meski begitu, jabatan legal atau jabatan seumur hidup bukan berarti itu adalah hak pejabat untuk memiliki kantor, meski struktur otoritas di masa lalu mencerminkan tatanan seperti itu. Meski ada jaminan kerja dimana tidak akan ada pemecatan atau pemindahan, pejabat harus bekerja untuk meraih target yang ditentukan oleh kewajiban kantornya dalam cara yang bebas dari pertimbangan personal. Di Jerman, ini terjadi di semua jurisdiksi, dan bahkan di semua pejabat administratif. Dalam birokrasi, karena itu, ukuran independensi, yang dijamin oleh jabatan, tidak selalu menjadi sumber peningkatan status bagi pejabat yang posisinya terjamin. Yang terjadi malah sebaliknya, khususnya di area kultur lama dan di komunitas yang sangat ter-differensiasi. Dalam komunitas tersebut, semakin besar kepatuhan ke aturan majikan yang sewenang-wenang, semakin terjamin gaya hidup mewah pejabat. Karena sekarang tidak ada jaminan legal untuk pekerjaan seumur hidup, maka martabat konvensional pejabat ditentukan seperti cara Abad Pertengahan, yaitu bahwa martabat mulia pejabat adalah lebih tinggi daripada martabat 9
10 orang bebas (freemen), dan putusan raja dianggap lebih tinggi daripada putusan rakyat. Di Jerman, perwira militer atau pejabat administratif bisa diberhentikan dari kantornya setiap saat, atau setidaknya lebih mungkin diberhentikan dibanding hakim independen, yang tidak akan kehilangan kantornya meski ada pelanggaran serius terhadap kode kehormatan atau terhadap konvensi sosial. Karena alasan ini, di mata stratum atasan, hakim pelanggar tersebut hanya dianggap kurang kualifikasi untuk hubungan sosial, dan kadar nilainya lebih kecil dibanding perwira militer dan pejabat administratif yang dependensi besarnya ke atasan menjadi jaminan untuk pemberian statusnya. Tentu saja, pejabat rata-rata berusaha bekerja berdasarkan hukum layanan sipil, yang nantinya akan menjamin hari tuanya dan memberikan jaminan bahwa dia tidak akan diberhentikan dari kantor. Meski begitu, usaha tersebut memiliki batasan. Adanya hak atas kantor sepertinya menyulitkan kantor untuk mencari staff yang menghasilkan efisiensi teknis, dan perkembangan tersebut bisa mengurangi peluang karir kandidat yang ambisius ke tujuan kantor. Ini sesuai fakta bahwa pejabat, secara keseluruhan, tidak merasa dependen terhadap pihak di atasnya. Kurangnya perasaan dependensi ini, meski begitu, terbentuk oleh kecenderungan untuk bergantung pada orang setara, dan bukan pada strata yang di bawah, atau yang disebut rakyat. Gerakan konservatif antar klergi Badenia, yang dipicu oleh kecemasan akan ancaman terpisahnya gereja dan negara, dibentuk oleh keinginan menolak perubahan dari majikan menjadi pelayan jamaah gereja. 4. Pejabat menerima kompensasi uang, yang berbentuk gaji tetap dan tunjangan hari tua yang diberikan saat pensiun. Gaji tidak diukur sebagai upah berdasarkan pekerjaan yang diselesaikan, tapi berdasarkan status, yaitu berdasarkan jenis fungsi ( pangkat ), dan selain itu, berdasarkan lama layanan (pengabdian). Penghasilan pejabat yang sangat aman 10
11 membuat kantor menjadi posisi yang sangat dicari, khususnya di negara yang tidak lagi bisa memberikan peluang profit kolonial. Di negara semacam itu, sering ditemukan pejabat yang bergaji cukup rendah. 5. Pejabat diatur untuk punya karir dalam tatanan hirarkis layanan publik. Pejabat bergerak dari karir bawah yang kurang penting dan bayarannya rendah, dan menuju posisi lebih tinggi. Pejabat rata-rata, secara alaminya, pasti menginginkan perbaikan mekanis dalam hal promosi atau kenaikan, jika tidak dalam pekerjaan kantor, setidaknya di level gaji. Mereka ingin agar kondisi kenaikan tersebut didasarkan pada senioritas atau berdasarkan grade yang ditentukan oleh uji pakar. Pengujian tersebut membentuk karakter indelebilis di pihak pejabat dan efek jangka-panjang terhadap karirnya. Ini juga disertai oleh keinginan memiliki hak atas kantor dan peningkatan kecenderungan menciptakan kelompok status dan keamanan ekonomi. Semua ini membuat kantor menjadi layaknya prebend (pemberi gaji pendeta gereja) bagi orang yang memiliki ijasah pendidikan. Kebutuhan untuk mempertimbangkan kualifikasi personal dan intelektual yang general, tidak peduli karakter ijasah pendidikannya, menciptakan kondisi dimana kantor politik tertinggi, khususnya posisi menteri, malah diisi tanpa merujuk pada ijasah yang dimiliki. 11
GERAKAN REFORMASI BUDGET DI NEGARA BAGIAN Willifam F. Willoughby
GERAKAN REFORMASI BUDGET DI NEGARA BAGIAN Willifam F. Willoughby Pendahuluan: Asal Gerakan Dari sekian gerakan reformasi politik, kita perlu tahu sebab munculnya gerakan tersebut atau memastikan tanggal
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA
POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian
Lebih terperinciUNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Lorosae REGULASI NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN KEJAKSAAN DI TIMOR TIMUR
UNITED NATIONS NATIONS UNIES United Nations Transitional Administration Administration Transitoire des Nations Unies in East Timor au Timor Oriental UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Lebih terperinciPOLITIK DAN ADMINISTRASI Frank J. Goodnow
POLITIK DAN ADMINISTRASI Frank J. Goodnow Jika kita menganalisa organisasi di dalam pemerintah yang konkrit, maka bisa ditemukan bahwa ada tiga jenis otoritas yang terlibat dalam pelaksanaan kepentingan
Lebih terperinciTEORI BIROKRASI WEBER Kuliah Minggu ke-5 dan 6
TEORI BIROKRASI WEBER Kuliah Minggu ke-5 dan 6 1. Prinsip pemikiran Max Weber 2. Lima Keyakinan Dasar dlm Otoritas Legal 3. 8 Dalil Otoritas Legal 4. Batasan bagi Staf Administrasi 5. Beda Weber dgn Ahli
Lebih terperinciStruktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele
Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan melemahkannya. Birokrasi, misalnya dapat menjadi sarana
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Relasi Kekuasaan Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial selalu tersimpul pengertian pengertian kekuasaan dan wewenang. Kekuasaan terdapat disemua bidang
Lebih terperinciPengertian Birokrasi. Ciri-ciri Birokrasi. Aparat birokrasi
Pengertian Birokrasi Ciri-ciri Birokrasi Aparat birokrasi What is bureaucracy? Jay M. Shafrits (1997) : 1. All government s offices 2. All government s officials 3. A general invective What is bureaucracy?
Lebih terperinciRINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA
RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA A. Pendahuluan Alasan/pertimbangan penggantian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan,
Lebih terperinciDiscrimination and Equality of Employment
Discrimination and Equality of Employment Pertemuan ke-3 Disusun oleh: Eko Tjiptojuwono Sumber: 1. Mathis, R.L. and J.H. Jackson, 2010. Human Resources Management 2. Stewart, G.L. and K.G. Brown, 2011.
Lebih terperinciPrinsip Dasar Peran Pengacara
Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7
Lebih terperinciRangkaian Kolom Kluster I, 2012
Beratus-ratus tahun yang lalu dalam sistem pemerintahan monarki para raja atau ratu memiliki semua kekuasaan absolut, sedangkan hamba sahaya tidak memiliki kuasa apapun. Kedudukan seorang raja atau ratu
Lebih terperinciBUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN,
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2010 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2010 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA MATA UJI : BIROKRASI INDONESIA JURUSAN/ CAWU : ILMU PEMERINTAHAN/ V HARI/
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1230, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Perilaku. Kode Etik. Jaksa. Pencabutan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER 014/A/JA/11/2012 TENTANG KODE PERILAKU JAKSA DENGAN
Lebih terperinciPasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.
PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UMUM 1. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan
Lebih terperinciPIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )
PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.
Lebih terperinciMATERI INISIASI KEEMPAT: BIROKRASI ORGANISASI
MATERI INISIASI KEEMPAT: BIROKRASI ORGANISASI PENDAHULUAN Model organisasi birokratis diperkenalkan pertama kali oleh Max Weber. Dia membahas peran organisasi dalam suatu masyarakat dan mencoba menjawab
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK
I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya
Lebih terperinciPERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,
1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN HAKIM AD HOC PENGADILAN PERIKANAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN HAKIM AD HOC PENGADILAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMengapa Sosialisme? Albert Einstein
Mengapa Sosialisme? Albert Einstein Apakah pantas bagi seseorang yang bukan merupakan pakar di bidang persoalan sosial dan ekonomi mengemukakan pandangannya berkaitan dengan sosialisme? Karena berbagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri
Lebih terperinciKontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law
Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law Sistem Common Law: Kebanyakan negara-negara yang dulunya di bawah pemerintahan Kolonial Inggris manganut sistem hukum kasus (common law) Inggris.
Lebih terperinciPEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN. Imam Gunawan
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN Imam Gunawan Pemensiunan pasti PHK PHK belum tentu Pensiun PHK P PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pemberhentian seorang pegawai yang mengakibatkan yang bersangkutan kehilangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan
Lebih terperinciNEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK
NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK IDENTIFIKASI MANUSIA HIDUP : 1. CONFORMITAS KERJASAMA 2. ANTAGONISTIS PERTENTANGAN Negara organisasi dalam suatu wilayah dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesionalisme kerja yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Fakta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah menuntut pemerintah daerah agar meningkatkan mutu sumber daya manusia PNS yang memiliki motivasi kerja, keterampilan kerja dan profesionalisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Apabila manusia yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dibutuhkan tenaga dan pikirannya untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Apabila manusia yang ada dan bekerja di dalam organisasi
Lebih terperinciM A N A J E M E N A S N
ader PNS BAHAN AJAR PELATIHAN DASAR CALON PNS GOLONGAN III M A N A J E M E N A S N Oleh: Ir. DJOKO SUTRISNO, M.Si Widyaiswara Ahli Utama NIP. 19561112 198503 1 006 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran Komisi Kejaksaan Republik Indonesia, perlu
Lebih terperinciKOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.
KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. A. PERKEMBANGAN KONTEMPORER SISTEM ETIKA PUBLIK Dewasa ini, sistem etika memperoleh
Lebih terperinciINOVASI DALAM ORGANISASI
INOVASI DALAM ORGANISASI Banyak inovasi yang telah diadopsi oleh organisasi. Dan dalam banyak kasus, seorang individu tidak bisa mengadopsi ide baru sampai organisasi sebelumnya diadopsi. Bab ini terutama
Lebih terperinciMateri 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia
Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Dengan telah adanya struktur organisasi, manajer harus menemukan orang-orang untuk mengisi pekerjaan yang telah dibuat atau menyingkirkan orang dari pekerjaan
Lebih terperinciDISIPLIN ASN DENGAN BERLAKUNYA PP NOMOR 11 TAHUN 2017
DISIPLIN ASN DENGAN BERLAKUNYA PP NOMOR 11 TAHUN 2017 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 2017 1 APARATUR SIPIL NEGARA APARATUR SIPIL NEGARA (ASN): profesi bagi pegawai negeri
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan
Lebih terperinciRANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.
Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia
101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan
Lebih terperinciKode Etik PT Prasmanindo Boga Utama
Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama POL-GEN-STA-010-00 Printed copies of this document are uncontrolled Page 1 of 9 Kode Etik PT PBU & UN Global Compact Sebagai pelopor katering di Indonesia, perusahaan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I. UMUM 1.1 DEFINISI
BAB I. UMUM 1.1 DEFINISI 1. Audit Mutu Akademik Internal Universitas Bung Hatta adalah suatu kegiatan penjaminan mutu dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif yang disebut dengan AMI. 2. Auditor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesuksesan sebuah penyelenggaraan tugas pemerintahan, terutama pada penyelenggaraan pelayanan public kepada masyarakat sangat tergantung pada kualitas SDM Aparatur.
Lebih terperinciUNOFFICIAL TRANSLATION
UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /
Lebih terperinciMANAJEMEN ILMIAH Frederick W. Taylor
MANAJEMEN ILMIAH Frederick W. Taylor Apa yang ingin dibuktikan di sini adalah prinsip manajemen ilmiah, ketika diterapkan, dan ketika ada waktu untuk membuatnya efektif, akan memberikan hasil besar dan
Lebih terperinciKebijakan Pedoman Perilaku dan Etika Perusahaan
Kebijakan Pedoman Perilaku dan Etika Perusahaan KEBIJAKAN PEDOMAN PERILAKU DAN ETIKA PERUSAHAAN 1. Pendahuluan Amcor mengakui tanggung jawabnya sebagai produsen global dalam bidang layanan dan materi pengemasan,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MELAWI
PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2011 T E N T A N G KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciCERITAKAN MENGENAI JURNAL (+-5 ) KAITKAN DENGAN MATERI, SEBANYAK MUNGKIN PENGKAITAN YANG BENAR ANTARA MATERI JURNAL DENGAN TEORI MAKA MENDAPAT
CERITAKAN MENGENAI JURNAL (+-5 ) KAITKAN DENGAN MATERI, SEBANYAK MUNGKIN PENGKAITAN YANG BENAR ANTARA MATERI JURNAL DENGAN TEORI MAKA MENDAPAT TAMBAHAN NILAI (+- 10 ) Birokrasi berasal dari kata bureaucracy
Lebih terperinciNilai dan Kode Etik Pirelli Group
Nilai dan Kode Etik Pirelli Group Identitas Pirelli Group secara historis dibentuk oleh seperangkat nilai yang selama bertahun-tahun berusaha untuk dicapai dan dijaga oleh kami. Selama bertahun-tahun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN HAKIM AD HOC PENGADILAN PERIKANAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN HAKIM AD HOC PENGADILAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKODE ETIK PEMASOK. Etika Bisnis
KODE ETIK PEMASOK Weatherford telah membangun reputasinya sebagai organisasi yang mengharuskan praktik bisnis yang etis dan integritas yang tinggi dalam semua transaksi bisnis kami. Kekuatan reputasi Weatherford
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 28-1997 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN HAKIM AD HOC PENGADILAN PERIKANAN
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN HAKIM AD HOC PENGADILAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciyang dianggap menguasai permasalahan yang diteliti. Dalam FGD peserta dipilih dari para pejabat politik maupun karier di lingkungan birokrasi, para
Executive Summary Perdebatan tentang hubungan antara politik dan birokrasi telah mempunyai sejarah panjang dan kembali menghangat terjadinya reformasi politik pada akhir tahun 90 an yang telah merubah
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba
No. 427, 2016 Keamanan. Juklak. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Arsip Dinamis. Akses. Klasifikasi PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang. Pada masa awal kemerdekaan ada semacam kesepakatan pendapat bahwa birokrasi merupakan sarana politik yang baik
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005
Menimbang LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 TENTANG KETENTUAN POKOK PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA
Lebih terperinci- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciNo pemberhentian dan pensiun, yang merupakan bagian yang terintegrasi dengan Sistem Informasi ASN. Manajemen PNS dalam Peraturan Pemerintah in
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6037 ADMINISTRASI. Kepegawaian. PNS. Manajemen. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM KEPEGAWAIAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci2015, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang PerKoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tam
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1496, 2015 KEMEN-KUKM. Koperasi. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07PRT/M/2017 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI KEMENTERIAN PEKERJAAN
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.
SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.EKON/12/2008 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan
Lebih terperinci2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se
No.547, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07/PRT/M/2017 TENTANG KODE ETIK DAN KODE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN
Menimbang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK I. UMUM Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinci* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik
Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak
Lebih terperinciSISTEM PENGENDALIAN MUTU. KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN
KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN A. Pendahuluan Untuk menjamin Kantor Jasa Akuntansi (KJA) Dr. Suryo Pratolo & Rekan bekerja secara profesional dan menjaga etika profesi, maka perlu
Lebih terperinciNOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciURGENSI DIKELUARKANNYA PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PPPK.
URGENSI DIKELUARKANNYA PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PPPK http://pemerintah.net/ Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan- RB) dalam waktu dekat akan mengeluarkan Peraturan
Lebih terperinciDiadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH
Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis
Lebih terperinciPENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2
PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Pendahuluan Kemampuan MK menjalankan peran sebagai pengawal konstitusi dan pelindungan hak konstitusional warga negara melalui
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 51 dan Pasal 56 Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian,
Lebih terperinciKEBIJAKAN PRIBADI SILAKAN BACA PERSYARATAN PENGGUNAAN INI (-"KETENTUAN") dengan HATI-HATI SEBELUM MENGGUNAKAN DAN/ATAU BROWSING SITUS WEB INI (SITUS "INI"). Istilah-istilah ini menjelaskan dan menubuhkan
Lebih terperinci2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1041, 2014 KEMENKOPOLHUKAM. Kode Etik. Auditor. Aparat Pengawas Intern Pemerintah. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB 10 KEKUASAAN DAN POLITIK
BAB 10 KEKUASAAN DAN POLITIK Memdefinisikan kekuasaan dan hubungannya dengan otoritas dan pengaruh Menjelaskan sumber-sumber kekuasaan Taktik kekuasaan Perilaku Politik dalam organisasi Definisi Kekuasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada perkembangan perekonomian dan juga sumber daya manusia. Proses perekonomian yang terjadi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.5, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penilai Internal. Ditjen Kekayaan Negara. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 /PMK.06/2014 TENTANG
Lebih terperinci2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Intelijen Negara adalah penyelenggara Intelijen
No.932, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIN. Intelijen Negara. Kode Etik. PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK INTELIJEN NEGARA DENGAN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
FINAL HARMONISASI RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PENGADUAN DI LINGKUNGAN BADAN
Lebih terperinciPERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)
PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )
PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII. KEBERLAKUAN
Lebih terperinciK143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975
K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Perjalanan sejarah hidup umat manusia tidak terlepas dari proses pendidikan yang menjadi salah satu kebutuhan dari setiap manusia. Berdasarkan
Lebih terperinci