BAB I PENDAHULUAN. Berburu merupakan salah satu kegiatan masyarakat yang telah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Berburu merupakan salah satu kegiatan masyarakat yang telah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berburu merupakan salah satu kegiatan masyarakat yang telah berlangsung sejak zaman dahulu dan sampai saat sekarang ini masih tetap bertahan. Pada masa dahulu berburu merupakan mata pencaharian hidup yang khusus, yang biasanya mengumpulkan tumbuh-tumbuhan dan akar-akaran yang bisa di makan. Berburu juga dilakukan sebagai suatu cara tambahan untuk mencari pangan. Demikian dalam ilmu Antropologi ketiga sistem mata pencaharian itu sering juga di sebut dengan satu sebutan "Ekonomi Pengumpulan Pangan", atau Food Gathering Economics. (Koentjaraningrat, 1985:11-16). Berburu babi sebenarnya hampir terdapat pada semua masyarakat yang tinggal di pedesaan yang berbatasan langsung dengan daerah areal hutan. Seperti misalnya Suku "Bena" di pulau Flores. Kegiatan berburu babi yang mereka lakukan disebut dengan "Gabo" (TV 7, jejak petualangan, Sabtu, 21 Februari, WIB). Masyarakat suku Kubu yang masih hidup di Bukit Dua Belas propinsi Jambi juga melakukan hal yang sama, mereka memburu babi dengan cara menjerat atau memanah. Namun tujuan dan fungsi berburu babi bagi masyarakat ini adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Berbeda dengan berburu babi yang dilakukan masyarakat di Minangkabau tujuan dan fungsinya adalah untuk membantu para petani memberantas babi hutan guna melindungi usaha-usaha para petani dikawasan areal pertanian

2 mereka. Disamping itu berburu babi bagi sebagian kalangan adalah untuk menyalurkan hobi atau kesenangan saja. Hasil-hasil buruan yang didapat dalam setiap perburuan bukanlah untuk dikonsumsi, akan tetapi hanya diberikan kepada binatang pemburu mereka yaitu anjing. Berburu babi sebagai salah satu bentuk permainan rakyat Sumatera Barat, merupakan salah satu bentuk kebudayaan kolektif masyarakat Minangkabau yang masih hidup dan berkembang hingga saat ini. Dan merupakan salah satu bentuk folklor masyarakat Minangkabau. Dalam hal ini Danandjaja (1984:2) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan folklor adalah sebagian budaya kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun, secara tradisional dalam versi maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu mengingat (Mnemonic folklor). Lebih jauh dikatakan bahwa sebagai bagian dari budaya, foklor itu dapat berupa bahasa rakyat, ungkapan tradisional (peribahasa dan lain-lain), teka teki, cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng (lelucon dan anekdot), nyanyian rakyat, permainan rakyat, kepercayaan (keyakinan rakyat), seni rupa dan seni lukis rakyat, musik rakyat, gerak isyarat (Gesture) dan sebagainya. Bagi masyarakat Minangkabau berburu merupakan salah satu bentuk permainan rakyat yang telah membudaya, karena merupakan salah satu bentuk kegiatan yang telah dilakukan secara turun temurun dari generasi kegenerasi sampai saat sekarang ini. Permainan ini kebanyakan dilakukan oleh penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedesaan yang hidup dekat dengan kawasan hutan maupun bagi masyarakat yang telah bermukim diperkotaan khususnya di

3 Kanagarian Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam. Berburu diminati oleh kaum laki-laki baik generasi yang masih muda maupun yang sudah tua. Sasaran atau objek yang akan di buru adalah binatang-binatang yang hidup di hutan atau di rimba belantara yang meresahkan atau yang merugikan masyarakat terutama masyarakat yang hidup di sektor pertanian. Permainan rakyat adalah suatu hasil budaya masyarakat, yang berasal dari zaman yang sangat tua, yang telah tumbuh dan hidup hingga sekarang, dengan masyarakat pendukungnya tua, muda, laki-laki dan perempuan, kaya miskin, rakyat biasa maupun bangsawan (Yunus, 1982:4). Berburu babi bagi masyarakat Minangkabau sudah dilakukan oleh nenek moyang orang Minangkabau, namun tidak ada literatur yang mencatat kapan persis kegiatan ini dimulai. Sekarang kegiatan ini sudah menjadi bagian tradisi masyarakatnya yang secara turun temurun telah menjadi suatu bentuk permainan rakyat. Hal ini terungkap dalam suatu pepatah masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat dengan menyatakan bahwa "Berburu babi suntiang niniak mamak pamenan dek nan mudo dalam nagari" (berburu babi merupakan kebanggaan dari ninik mamak, permainan bagi kaum muda). Makna yang dapat diambil dari pepatah tersebut dapat diartikan sebagai kebanggaan bagi ninik mamak (tertua adat) karena kata "Suntiang" dalam bahasa Minangkabau sama maknanya dengan kata mahkota dalam bahasa Indonesia yang berarti dan bermakna suatu kebanggaan. Sementara kata "Pamenan de nan mudo" berarti permainan bagi kaum muda, dalam Nagari menunjukkan tempat permainan berburu itu dilakukan. "Nagari" dalam bahasa Minangkabau merujuk kepada daerah, tempat, wilayah

4 atau lebih tepatnya kepada kampung halaman yaitu Ranah Minang ( wilayah asal orang Minangkabau ). Berburu babi tersusun dari dua buah rangkaian kata yaitu kata "berburu" dan kata "babi". Pengertian berburu yang ditemui dalam kamus umum Bahasa Indonesia yang berasal dari kata "buru" yang kemudian mendapat awalan ber yang berarti mengejar atau mencari. Mengejar atau mencari itu dilakukan oleh manusia yang memakai alat dan sarana-sarana tertentu. Babi adalah sejenis binatang liar yang mempunyai kaki empat. Babi itu banyak pula macamnya, seperti babi hutan biasa, babi janggut, babi rusa dan babi peliharaan. Dari sekian banyak babi, yang diburu oleh masyarakat adalah babi hutan biasa. Didalam buku Mamalia Darat Indonesia, babi hutan biasa ini termasuk binatang yang berkuku genap atau disebut dengan istilah Artiodactyla. Babi hutan biasa dalam bahasa Latin disebut Sus scrofi. Ia terdapat diseluruh Kepulauan Indonesia. Diluar tanah air kita babi hutan biasa ini terdapat di Eropa, Afrika bagian Utara dan seluruh Asia. Babi hutan biasa sebenarnya adalah masih sejenis dengan segala macam babi peliharaan yang diternakkan diberbagai tempat. Binatang ini sangat pandai menyesuaikan diri dan makan segala macam makanan, cepat sekali berkembang biak, meskipun sering diburu oleh manusia ataupun dijadikan mangsa oleh binatang buas dirimba (Carter, 1978:55). Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa babi adalah salah satu jenis binatang liar yang cukup ganas dan sering mengganggu ketentraman masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang sering terganggu mata pencaharian mereka oleh binatang ini. Binatang ini sering merusak tanaman

5 masyarakat seperti padi dan umbi-umbian. Dengan demikian binatang tersebut perlu dikurangi populasinya guna menjaga keamanan dan ketentraman masyarakat serta mengurangi perusakan-perusakan terhadap tanaman-tanaman, untuk itulah diambil kesepakatan untuk mengadakan perburuan terhadap binatang yang merugikan ini. Pada awalnya berburu babi dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan jerat dan tombak. Namun cara yang demikian nampaknya tidak mendatangkan hasil yang memuaskan, karena banyak menyita waktu dan tenaga untuk mencari habitat babi tersebut. Untuk memudahkan menemukan tempat dimana babi tersebut berada, dipakailah tenaga anjing. Seperti kita ketahui anjing merupakan salah satu binatang yang mempunyai daya penciuman dan pendengaran yang tajam sekali bila dibandingkan dengan binatang-binatang yang sejenisnya. Berburu babi merupakan permainan anak-anak nagari yang mempunyai kode etik yang cukup kuat dalam arti mempunyai nilai-nilai luhur budaya Minangkabau di Sumatera Barat dengan segala aturan yang melingkupinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa permainan berburu babi merupakan bagian dari adat budaya masyarakat Minangkabau. Hal ini seperti dikemukakan (NAVIS, 1978/1980:103), sebagai berikut adanya upacara adat, misalnya berupa tari-tarian (tarian pasambahan) untuk menghormati para peserta buru babi yang datang dari daerah tetangga yang harus dilakukan dalam setiap pelaksanaannya sebelum dilaksanakan perburuan. Sementara itu Peursen (1989:92) mengatakan, berbagai tahapan dalam perkembanggan kebudayaan mengambarkan bagaimana manusia mencari hubungan yang tepat terhadap daya-

6 daya kekuatan disekitarnya. Dalam semua sikap itu tampaklah sebagai aspek pertama dalam strategi serupa itu bagaimana manusia ingin memperlihatkan daya-daya kekuatan sekitarnya atau menjadikan semuanya itu sesuatu yang dapat dialami. Dalam alam pikiran mistis, daya-daya kekuatan gaib itu dijadikan sesuatu yang dapat diraba-raba karena manusia dapat mengambil bagian dalam kekuatan tersebut (partisipasi), misalnya tari-tarian dan sebagainya. Sementara ini Johan Huizinga (terj.) (1990:5), menyatakan bahwa kita mau tidak mau juga mengakui adanya sesuatu yang rohani. Sebab apapun hakikatnya permainan bukan materi. Dari segi pandangan dunia yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan, semata-mata secara deterministis, suatu yang tidak diperlukan. Dengan masuknya roh yang meniadakan prinsip deterministis, kehadiran permainan menjadi mungkin dapat dipikirkan, dapat dipahami. Dengan demikian jelas bahwa dalam permainan buru babi tersebut dalam pelaksanaannya terdapat upacara adat yang harus dilakukan terlebih dahulu. Fenomena ini yang memberikan sinyal bahwa ada keterkaitan bentuk permainan berburu babi dengan adat dan budaya masyarakat pendukungnya serta penggunaan kekuatan mistis dalam upacara perburuan untuk menentukan posisi babi yang akan diburu melalui pawang-pawang yang memimpin upacara perburuan sebelum dilakukan. Sebagai bagian dari adat dan kebudayaan Minangkabau. Memang telah banyak literatur menulis tentang permainan tradisional masyarakat Minangkabau, Tetapi masih banyak juga yang belum tersampaikan atau belum tercatat. Tidak seperti dalam permainan rakyat yang lain yang tumbuh dan berkembang di

7 tengah-tengah masyarakat Minangkabau, sebagai contoh permainan layanglayang dan adu kerbau. Dari bentuk dan fungsi permainan berburu babi yang dimainkan oleh masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, terlihat sebuah bentuk identitas budaya masyarakat yang terbentuk dari aktifitas permainan tersebut, dimana dalam permainan ini melibatkan lembaga-lembaga adat dan merupakan kebanggaan bagi ninik mamak di Minangkabau. Identitas inilah yang membedakan bentuk permainan ini dengan permainan serupa yang dilakukan masyarakat etnis lainnya. Tetapi rasanya masih ada yang tertinggal atau belum tersampaikan, salah satu yang belum tersampaikan ini adalah tradisi berburu babi di Kanagarian Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, yang letaknya beberapa puluh kilometer sebelah Selatan kota Bukittinggi. Apabila dibandingkan dengan daerah lain di Minangkabau, pelaksanaan permainan berburu babi di Kanagarian Kamang Mudiak cukup unik dan mempunyai pola tersendiri didalam pelaksanaannya. Kegiatan berburu yang dilaksanakan dua kali seminggu sangat digemari oleh masyarakat pecandu permainan ini. Penggemar permainan ini begitu banyak, yang berasal dari berbagai lapisan sosial ekonomi yang ada di masyarakat baik pedagang, pegawai, pensiunan, petani, bahkan para pelajar juga terlibat dalam permainan ini. Untuk ikut serta dalam kegiatan berburu babi setiap minggu tentu memerlukan biaya yang cukup besar, terutama untuk ukuran petani pedesaan. Kadang-kadang arena perburuan jauh dari lokasi tempat tinggal dan untuk menuju ke lokasi perburuan diperlukan ongkos untuk menyewa mobil sewaan. Selain itu

8 biaya untuk perawatan anjing setiap hari cukup besar, baik itu untuk membeli susu, telur dan obat-obatannya. Cara hidup seperti ini perlu dipertanyakan dalam keadaan zaman seperti sekarang ini. Kegiatan berburu babi sepertinya kegiatan yang membuang uang saja, yang sebenarnya bisa ditukar dengan permainan lain yang tidak memerlukan biaya. Bahkan tidak jarang banyak pameo terlontar ditengah masyarakat tentang para perburu tersebut. Salah satu pameo yang sering terdengar ditengah masyarakat adalah "Orang berburu tersebut lebih sayang kepada anjing dari pada anaknya, anjing di mandikan pagi hari dan diberi minum susu sedangkan anaknya tidak". Akan tetapi pameo tersebut tidak ada artinya bagi masyarakat pecandu buru babi bahkan peminatnya semakin bertambah banyak pula. Berarti permainan berburu babi tersebut mempunyai fungsi didalam kehidupan masyarakat setempat. Dalam hal ini fungsi diartikan sebagai kegunaan suatu hal (Suyono, 1985:127) Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proses permainan buru babi itu berlangsung? 2. Apa fungsi permainan berburu babi dalam kehidupan masyarakat setempat?

9 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan permainan berburu babi, dan proses permainan tersebut berlangsung. Selain itu akan di deskripsikan pula fungsi berburu babi sebagai salah satu Permainan Rakyat di Sumatera Barat, sehingga permainan buru babi sebagai bentuk Permainan Rakyat yang tetap terpelihara sebagai suatu warisan budaya. Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah khasanah Referensi di bidang ilmu sosial umumnya dan di bidang ilmu Antropologi pada khususnya. Dan diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat dipakai sebagai bahan acuan bagi mereka yang ingin mempelajari dunia folklor secara lebih mendalam. Dan dapat memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu sosial dan ilmu politik Departemen Antropologi dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Tinjauan Pustaka Pada saat sekarang ini permainan berburu babi cukup dikenal oleh masyarakat Minangkabau pada umumnya. Baik dalam kalangan bawah sampai pada kalangan atas. Bahkan pada saat sekarang ini tidak hanya orang-orang yang berada di desa saja yang gemar melakukan permainan buru babi ini, tetapi orangorang yang bertempat tinggal di kotapun terlihat aktif melakukan kegiatan tersebut bahkan dikota besarpun seperti di ibu kota propinsi telah ada persatuan-persatuan buru babi yang langsung berada dibawah pembinaan Kapolda. Dapat dikatakan bahwa permainan berburu babi ini dengan segala ketradisionalannya terus

10 berkembang dan diminati oleh banyak orang. Dunia bermain dengan segala bentuk permainnya merupakan fenomena budaya yang timbul ditengah-tengah masyarakat pendukungnya dan ini merupakan bagian dari bentuk foklor. Hal ini seperti dikatakan Brunvard dalam Danadjaja (1984:34) yang mengatakan foklor adalah bagian dari kebudayaan yang bersifat tradisional, tidak resmi (unofficial) dan noninstusional. Selanjutnya oleh foklor adalah suatu ciptaan (creations) dari suatu kelompok atau seorang individu yang berorientasi pada kelompok dan berdasarkan pada tradisi suatu komunitas sebagai suatu ungkapan jati diri dari kebudayaan masyarakatnya, batasan-batasan dan nilai yang di wariskan secara lisan, mencontoh (immitation) atau dengan cara lain bentuk-bentuknya mencakup antara lain: bahasa, kesusasteraan, tari, permainan-pcrmainan, mitologi, ritual, adat-istiadat, seni karya, arsitektur dan kesenian lainnya. Berkembangnya permainan berburu babi ini disebabkan oleh fungsi yang terkandung didalam permainan tersebut. Menurut Ritzer, fungsi adalah akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem (Ritzer, 1985:28). Dalam hal ini masyarakat dianggap suatu sistem, dimana pendapat ini adalah asumsi dasar dari kaum fungsionalis. Selanjutnya dikatakan bahwa, masyarakat dianggap sebagai suatu sistem yang terdiri dari bahagianbahagian yang tergantung satu sama lain artinya bahwa bagian-bagian tersebut saling terkait yang membentuk suatu struktur dan berfungsi satu sama lainnya. Dalam hal ini suatu sistem haruslah selalu dalam keadaan equalibrium. Sistem terdiri dari elemen-elemen apabila suatu elemen tidak bekerja sebagaimana

11 mestinya, maka sistem tersebut menunjuk kearah ketidakseimbangan, maksudnya adalah apabila satu elemen dalam suatu sistem tidak berfungsi maka akan terjadi gangguan ataupun ketidakseimbangan ( Poloma, 1987:25-26). Menurut James DanandJaja (1984:181) permainan rakyat berfungsi sebagai sarana rekreasi, hiburan, olahraga dan mengembangkan daya berfikir, terutama bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pedalaman yang jauh dari keramaian. Begitu juga dengan permainan berburu babi, juga merupakan permainan rakyat, dapat dilihat pada permainan berburu babi banyak fungsi yang terkandung di dalamnya seperti sebagai sarana rekreasi, olahraga membasmi hama tanaman sehingga permainan ini dapat di katakan sebagai permainan rakyat, karena diminati oleh lapisan masyarakat, terutama masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah pedesaan. Di samping itu permainan rakyat berburu babi ini merupakan warisan budaya dari nenek moyang orang Minangkabau dan telah ada sejak dahulu dan bertahan sampai saat ini. Selain itu tata cara pelaksanaan permainan, aturan-aturan yang mengatur, serta peralatan yang digunakan tidak banyak mengalami perubahan sampai saat sekarang ini. Dari kenyataan diatas dapat dikatakan bahwa permainan berburu babi merupakan salah satu aktifitas dari kebudayaan Minangkabau. Adanya kegiatan berburu babi yang terus berlangsung di daerah-daerah pedesaan serta di lokasi penelitian sendiri, selain dirasakan manfaatnya yang besar oleh para petani, juga haruslah dipandang sebagai suatu tradisi adat kebiasaan yang melembaga pada kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Pedoman yang berlaku dalam kebudayaan kemudian diwujudkan ke dalam

12 pranata-pranata sosial tertentu yang menyangkut kegiatan masyarakat. Pranata sosial merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktifitas-aktifitas untuk memenuhi komplek-komplek kebutuhan khusus masyarakat. Dalam pranata sosial ini diatur pula aktifitas-aktifitas tertentu, di mana aktifitas itu diatur pula oleh peranan dan status individu yang terlibat. Interaksi yang ada didalam aktifitas tersebut berpola pada satu hak dan kewajiban tertentu yang di katakan sebagai stuktur sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jaringan hubungan sosial diantara anggota-anggota masyarakat (Brown dalam Koentjaraningrat, 1985:173). Dalam struktur sosial itulah tindakan-tindakan manusia diwujudkan berdasarkan pola hak dan kewajiban menurut status dan peran yang dimainkan dalam suatu interaksi sosial. Pengertian dan kewajiban para pelaku dikaitkan dengan masing-masing status dan peranan para pelaku. Status dan peranan bersumber pada sistem penggolongan yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, dan yang berlaku menurut masing-masing pranata dan situasi situasi sosial di mana interaksi sosial itu terwujud (Suparlan, dalam Widjaja, 1986:90). Status di konsepsikan sebagai posisi yang di tempati, sedangkan peranan adalah tingkah laku individu yang mementaskan suatu kedudukan atau posisi tertentu dalam suatu stuktur sosial. Sedangkan interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut antara orang perorangan, antara kelompok dengan kelompok maupun antara orang perorangan dengan kelompok (Gillin dan Gillin, 1954:489).

13 Koentjaraningrat membagi pranata kebudayaan ke dalam delapan penggolongan yaitu: l. Pranata kekerabatan 2. Pranata ekonomi 3. Pranata pendidikan 4. Pranata ilmu pengetahuan 5. Pranata seni dan rekreasi 6. Pranata Agama 7. Pranata Politik 8. Pranata pemenuhan Kebutuhan fisik manusia (Koentjaraningrat, 1986: ). Sesuai dengan pengelompokan pranata tersebut, maka permainan berburu babi yang berkembang dewasa ini dapat di masukan ke dalam Pranata Ekonomi dan Pranata Rekreasi. Permainan berburu babi yang berkembang pada saat sekarang ini di samping berorientasi kepada penyelamatan sumber-sumber ekonomi masyarakat, terutama masyarakat yang bermata pencaharian sebagai sarana Rekreasi dan Hiburan yang menarik bagi sebagian masyarakat yang hidup bukan dari sektor Pertanian. Dalam masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak ada sejenis pranata yang mengatur suatu aktivitas tertentu. Pranata sosial berburu babi ini ada suatu aturanaturan tertentu yang harus dipahami oleh anggotanya dalam berinteraksi, misalnya seperti aturan yang mengatur pengolongan para pelaku menurut status dan peranannya dan yang membatasi bermacam tindakan-tindakan yang boleh dan yang tidak boleh serta yang seharusnya diwujudkan oleh para pelaku (Suparlan, dalam Widjaja, 1986:90). Maksudnya di Kanagarian Kamang Mudiak ini telah ada peraturan yang mengatur tentang kedudukan para peserta buru babi berdasarkan kemampuannya, misalnya ada yang berperan sebagai "Tuo Buru", pengurus dan sebagai anggota para peserta yang telah dipilih tersebut akan menjalankan peranannya masing-masing sesuai dengan kesepakatan yang telah di

14 setujui secara bersama-sama. Keterkaitan antara elemen-elemen sebagai pranata sosial terhadap pranata sosial yang lainnya akan membentuk suatu stuktur dalam sistem sosial masyarakat yang bersangkutan. Dari keterkaitan itu akan tergambar dua fungsi yang dapat di katakan berbeda yaitu fungsi yang terlihat secara langsung dan fungsi tersembunyi. Dalam permainan berburu babi, fungsi yang terlihat langsung adalah fungsi membasmi hama tanaman, dalam hal ini berburu babi. Sedangkan fungsi yang tidak terlihat atau tersembunyi didalam permainan berburu babi adalah fungsi prestise, pamer kekayaan, dan sebagainya. Merton membagi dua jenis fungsi yang selalu terdapat dalam setiap sistem. Yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Lebih jauh Merton menyatakan, fungsi manifes adalah konsekuensi objektif yang membantu penyesuaian atau adaptasi dari sistem dan disadari oleh para partisipan dalam sistem tersebut, fungsi laten adalah fungsi yang tidak dimaksudkan atau tidak disadari (Merton, dalam Poloma, 1987:39). Semua bentuk aktifitas dari kebudayaan dapat dianalisa dari perspektif fungsi manifes dan fungsi laten ini. Demikian juga dengan permainan berburu babi yang terdapat di Kanagarian Kamang Mudiak bisa di analisa fungsi manifes dan fungsi latennya. Fungsi manifes adalah fungsi yang berhubungan erat dengan tujuan-tujuan dari kegiatan. Dalam hal ini adalah fungsi yang berkaitan erat dengan tujuan-tujuan yang memang diharapkan dapat terpenuhi dalam hubungannya dengan kegiatan berburu babi. Hal ini disebabkan karena keberadaan fungsi permainan ini di tengah-tengah masyarakat memiliki saling keterikatan yang tinggi karena itu terus bertahan dan berkembang dalam masyarakat hingga saat sekarang ini.

15 Manfaat yang dirasakan dari fungsi-fungsi berburu babi ini sangat luas dan beragam di kalangan masyarakat. Fungsi berburu tidak hanya dinikmati oleh para peserta berburu babi saja, tetapi juga oleh masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak dimana kegiatan berburu ini dilakukan. Misalnya para warga yang hidup dari bertani di desa, mereka sangat tertolong dari serangan hama babi hutan. Beberapa fungsi manifes dari permainan rakyat berburu babi ini adalah: - Gotong royong memberantas hama babi hutan. - Olahraga dan kesehatan - Rekreasi dan periwisata dan - Fungsi Sosial. Sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang sebenarnya tidak diharapkan kehadirannya dari suatu gejala yang terjadi dalam permainan rakyat berburu babi. Berikut ini akan dipaparkan beberapa fungsi laten dari permainan rakyat berburu babi yang tumbuh dan berkembang di tengahtengah masyarakat Minangkabau saat ini: fungsi prestise, pamer kekayaan, pasar terselubung dan disinyalir terdapat pasar taruhan dalam permainan rakyat ini. Dalam mengkaji masalah fungsi, antara fungsi manifes dan fungsi laten tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana yang ditekankan oleh Merton, studi fungsi manifes saja yang mengabaikan fungsi laten adalah menyesatkan, lebih dari itu juga harus waspada untuk tidak melupakan fungsi laten ketika sedang terbius oleh fungsi manifes yang lebih jelas terlihat itu. Oleh karena praktek kebudayaan

16 bisa tidak secara total bersifat integratif dan disintegratif, maka penilaian fungsionalitasnya harus dilihat dalam keseimbangan konsekunsinyakonsekuensinya (Poloma, 1987:39-42). Sehubungan dengan hal di atas, untuk melihat dan mengkaji fungsi dalam studi ini dipakai pendekatan kebudayaan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Moleong, bahwa pendekatan kebudayaan adalah pendekatan yang berusaha menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan (Moleong,1990:13). Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan merupakan keseluruhan sistam gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan poses belajar ( Koentjaraningrat, 1986:180 ). Manusia dalam menghadapi lingkungannya, yang terwujud berupa tingkah lakunya, ditentukan oleh sejumlah aturan-aturan dan petunjuk-petunjuk yang ada dalam kebudayaan masyarakat di mana ia tinggal. Jadi ia bertingkah laku menurut kebudayaannya, karena kebudayaan tersebut mereka yakini kebenarannya, yang didapat dengan cara belajar dari masyarakat yang bersangkutan. Dalam hal ini kebudayaan dilihat sebagai tiga wujud. Pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan yang sifatnya abstrak yaitu komplek ide-ide, yaitu gagasan, nilai, peraturan, norma dan sebagainya yang memberi jiwa pada masyarakat tersebut, yang disebut dengan sistem budaya atau disebut juga adat istiadat. Wujud yang kedua adalah wujud yang kongkrit, yaitu komplek aktifitas dan tindakan yang terpola, yang disebut juga dengan sistem sosial. Sebagai wujud yang ketiga adalah benda-benda hasil karya manusia yang disebut juga dengan kebudayaan fisik (Koentjaraningrat, 1986:187).

17 Adat istiadat yang berisikan norma-norma yang mengatur permainan berburu babi pada masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak merupakan suatu komplek ide, yang diatur oleh nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak ini. Sedangkan aktifitas permainan rakyat berburu babi tersebut mereka pelajari dan mereka yakini kebenarannya yang merupakan suatu kompleks aktifitas yang dilakukan secara berulang-ulang dan menurut pola yang sudah ada. Terakhir benda-benda dan alat-alat yang dipakai selama kegiatan berburu berlangsung, merupakan bentuk dari kebudayaan fisik masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak. Aktifitas (norma, personil, alat) buru babi ini dinamakan pranata buru babi. Selain itu Talcot Parson menyatakan bahwa dalam menganalisa kebudayaan dalam keseluruhan perlu dibedakan secara tajam antara adanya keempat komponen, yaitu 1. sistem budaya 2. sistem sosial 3. sistem kepribadian dan 4. sistem organisma (Parson, dalam Koentjaraningrat, 1981: ). Sistem budaya atau Cultural System merupakan komponen yang abstrak dari kebudayaan terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, konsep-konsep, tematema berfikir dan keyakinan-keyakinan. Dengan demikian sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan yang disebut dengan adat istiadat. Diantara adat istiadat ada sistam nilai budayanya, sistem normanya, yang secara lebih khusus lagi dapat diperinci ke dalam berbagai macam norma menurut pranata-pranata yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Fungsi dari sistem budaya menata dan menetapkan tindakan-tindakan secara tingkah laku manusia. Sistem sosial atau Social System, terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia atau tindakan-tindakan dan tingkah

18 laku berinteraksi antar individu dalam rangka kehidupan bermasyarakat. Sistem kepribadian, atau Personality system, mengenai soal isi jiwa dan watak individu yang berinteraksi sebagai warga masyarakat. Dengan demikian sistem kepribadian manusia berfungsi sebagai sumber motivasi dari tindakan sosialnya. Sistem organik atau organic system, melengkapi seluruh kerangka dengan mengikutsertakan ke dalam proses biologik serta biokimia dalam organisma manusia, apabila difikirkan lebih mendalam, juga ikut menentukan kepribadian individu, pola-pola tindakan manusia dan bahkan juga gagasan-gagasan yang dicetuskan. Semua norma dan nilai, sebagai sistem budaya atau adat istiadat, dan segala aktifitas, maupun benda-benda yang dipakai saat permainan berlangsung akan dideskripsikan dan dianalisa, untuk mengetahui fungsi berburu babi pada masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak tersebut Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kanagarian Kamang Mudiak Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam. Adapun alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan merupakan daerah-daerah pedesaan yang terletak atau langsung berbatasan dengan hutan. Kondisi letak ini secara langsung memang beresiko tinggi terhadap serangan babi hutan setiap saat, disamping itu posisi geografis kabupaten Agam yang wilayahnya terletak didaerah kawasan pegunungan Bukit Barisan. Memberikan peluang berkembangnya populasi babi hutan dengan cepat, sehingga daerah ini juga dikenal sebagai daerah yang memiliki populasi babi

19 hutan yang tinggi. Untuk itu di Kanagarian ini sering dilaksanakan buru besarbesaran Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti memberi gambaran secara terperinci apakah fungsi permainan rakyat terhadap masyarakat Sumatera Barat. Sebagaimana yang dikemukakan Koentjaraningrat (1983:29) penelitian bersifat deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifatsifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala, dengan adanya hubungan tertentu antara gejala yang satu dengan gejala yang lainnya dalam suatu masyarakat. Metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif dipergunakan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam tentang tatacara, adat istiadat dan nilai, sikap serta persepsi masyarakat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan buru babi. Teknik penelitian yang digunakan dalam pencarian data dilapangan antara lain: Teknik Observasi Pengamatan dilakukan dengan cara observasi partisipasi terbatas, yaitu dengan cara mengamati setiap kegiatan yang dilakukan oleh para peserta buru babi tersebut. Kemudian informan diharapkan dengan sukarela, memberikan

20 kesempatan kepada peneliti untuk mengamati secara langsung aktifitas yang terjadi baik di arena perburuan maupun sebelum atau sesudah perburuan selesai. Menurut Spradley, setiap situasi sosial dapat di identifikasi dengan tiga elemen penting yaitu: tempat, pelaku, dan aktifitas. Untuk melakukan observasi, peneliti melihat pelaku-pelaku antara satu dengan yang lainnya dan menjadi bagian dari mereka, serta mengamati aktifitas mereka. Memfokuskan diri pada satu situasi sosial menjadi sangat penting untuk memulai penelitian etnograf, hal ini menolong untuk berpikir tentang situasi-situasi sosial yang lain. Tempat, setiap setting fisik akan menjadi dasar untuk situasi-situasi sosial sepanjang hal tersebut di gunakan oleh masyarakat dalam beraktifitas. Pelaku setiap situasi sosial mencakup masyarakat yang bertindak sebagai aktor. Ketika kita pertama kali masuk ke dalam situasi sosial, kadang sulit untuk mengetahui bentuk-bentuk pelaku pada saat itu, semuanya terlihat sebagai orang-orang atau masyarakat. Lama-lama mulai terlihat pada pakaian, tingkah laku, simbol-simbol sebagai identitas dan variasi lain dalam situasi sosial itu. Aktivitas, pertama-tama para etnograf melihat ratusan tindakan, dengan memulai mengenali pola-pola tindakan perindividu, akan kelihatan pola-pola aktivitas yang ada, seperti berburu. Cara yang terbaik untuk memulai itu adalah dengan observasi (mengamati) aktifitas dan merekam aktifitas tersebut dalam situasi sosial sebagai rangkaian kerja, sehingga struktur dan kejadian akan nampak jelas (Spradley, 1980).

21 Teknik Wawancara Wawancara yang dipergunakan adalah wawancara mendalam (depth interview) tanpa berstruktur tetapi berfokus dan wawancara bebas. Sebagai pelengkap dalam wawancara ini selain menggunakan alat perekam juga dipergunakan daftar pertanyaan (interview guide) sebagai pedoman wawancara untuk menghindarkan kehabisan pertanyaan dan menjaga data yang dikumpulkan tidak mengambang atau lari dari tujuan pokok. Kemudian wawancara bebas dapat dipergunakan dimana saja, dirumah, di arena perburuan, dan lain-lain. Dari wawancara bebas diperoleh data yang memperkuat data yang diperoleh sebelumnya. Studi kepustakan juga tidak kalah pentingnya, dalam kajian perpustakaan yang di lakukan sebelum, selama dan sesudah penelitian. Berupa buku-buku, hasil penelitian maupun artikel yang mempunyai relevansi dengan permasalahan penelitian, yang datanya bersifat sekunder. Data-data sekunder yang ada kurang memadai, sehingga lebih banyak tergantung kepada data primer. Dalam pengumpulan data juga dipergunakan kamera photo Penentuan informan Informan untuk menjawab permasalahan penelitian ini seperti yang telah dijelaskan diatas adalah masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak yang mengikuti permainan buru babi. Spradley mengatakan satu dari lima syarat memilih informan yang baik adalah informan itu mengetahui budayanya dengan baik. Secara umum seorang informan paling tidak harus mempunyai keterlibatan dalam satu budaya selama beberapa tahun (Spradley 1980:61-63).

22 Informan kunci dalam penelitian ini adalah masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak yang mengikuti permainan berburu babi, yaitu orang-orang yang terlibat dalam permainan buru babi. Secara lebih rinci yang dijadikan informan kunci adalah orang yang menjadi anggota persatuan buru babi di Kanagarian Kamang Mudiak. Dan diharapkan dari informan didapat konsep tentang fungsi atau guna permainan buru babi dalam kehidupan masyarakat setempat dan proses permainan buru babi itu berlangsung. Informan biasa adalah orang-orang tua masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak yang pernah menjadi peserta berburu babi dan diharapkan dari informan biasa ini didapat konsep tentang apakah peran serta masyarakat, organisasi dan lembaga adat dalam pelaksanaan kegiatan perburuan. Dan juga yang dijadikan informan biasa adalah Orang-orang yang datang bertandang untuk ikut serta dalam kegiatan berburu babi di daerah yang mengadakan acara perburuan. Orangorang ini adalah para pecandu permainan berburu babi yang datang dari daerah lain, baik yang berasal dari kota maupun desa-desa tetangga Analisa Data Pada tahap analisis ini, penulis akan memeriksa ulang data untuk melihat kelengkapan data. Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis secara kualitatif data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara akan disusun sesuai dengan kategori-kategori tertentu. Kemudian dilakukan penganalisaan hubungan dari setiap bagian yang telah disusun untuk memudahkan saat mendeskripsikannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Suku bangsa Minangkabau mendiami daratan tengah Pulau Sumatera bagian barat yang sekarang menjadi Propinsi Sumatera Barat. Daerah asli orang Minangkabau ada tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Ada beberapa buku yang penulis pakai dalam memahami dan langsung mendukung penelitian ini, diantaranya buku yang berkaitan dengan revitalisasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Modul ke: 03 Primi Fakultas FTPD ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Vernakular dalam Arsitektur Tradisional Artiningrum Program Studi Teknik Arsitektur Tradisi berasal dari bahasa Latin: traditio, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. duduk di salah satu warung kopi. Pembicaraan pengunjung warung tersebut

BAB I PENDAHULUAN. duduk di salah satu warung kopi. Pembicaraan pengunjung warung tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep diri merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi proses komunikasi interpersonal seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Konsep diri tersebut terbentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sangat kaya dengan limpahan budaya yang bernilai tinggi, beraneka ragam dan unik. Budaya yang menyatu membentuk suatu kearifan manusia dalam mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnik Lampung selalu bekerja sama, tolong menolong, bergotong royong,

BAB I PENDAHULUAN. etnik Lampung selalu bekerja sama, tolong menolong, bergotong royong, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pribadi masyarakat etnik Lampung akan merasa kurang terpandang apabila ia tidak berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Prilaku ini menggambarkan sikap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin ikut serta dalam aktivitas buru babi ini. Masing-masing pemburu

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin ikut serta dalam aktivitas buru babi ini. Masing-masing pemburu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buru babi merupakan kegiatan berburu babi hutan yang dilakukan sekelompok orang dengan menggunakan anjing. Biasanya yang melakukan aktivitas buru babi ini adalah kaum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis sastra oral, berbentuk kisah-kisah yang mengandalkan kerja ingatan, dan diwariskan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keauntetikan sebuah karya ilmiah. Kajian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan keanekaragaman budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Tradisi adalah adat atau kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi yang masih dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

Kebudayaan (2) Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Kebudayaan (2) Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Kebudayaan (2) Pengantar Antropologi Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Unsur-unsur Kebudayaan Integrasi Kebudayaan Kerangka Teori Tindakan Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 2 Sebagaimana yang telah dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti pangan, tempat tinggal dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Manusia merupakan makhluk individu dan juga makhluk sosial yang hidup saling membutuhkan. Sebagai makhluk sosial manusia saling berinteraksi satu dengan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam kegiatan,di antaranya adalah seni yang di dalamnya termasuk seni tari. Batasan seni tari sudah

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus sebagai salah satu unsur pokok dalam pembangunan manusia Indonesia dalam kehidupan berbangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

ESSAY PHOTOGRAPHY: BABURU KANDIAK DI MINANGKABAU SKRIPSI TUGAS AKHIR KARYA SENI. Mai Hidayati UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

ESSAY PHOTOGRAPHY: BABURU KANDIAK DI MINANGKABAU SKRIPSI TUGAS AKHIR KARYA SENI. Mai Hidayati UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta ESSAY PHOTOGRAPHY: BABURU KANDIAK DI MINANGKABAU SKRIPSI TUGAS AKHIR KARYA SENI Mai Hidayati 1210618031 JURUSAN FOTOGRAFI FAKULTAS SENI MEDIA REKAM INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2017 ESSAY PHOTOGRAPHY:

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di dunia memiliki khazanah cerita prosa rakyat. Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki masyarakat majemuk. Kemajemukan masyarakat di negara Indonesia terdiri dari berbagai etnis, suku, adat dan budaya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) - organisasi kekuatan (politik)

- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) - organisasi kekuatan (politik) 1. Unsur Kebudayaan Terdapat 7 unsur-unsur universal, yaitu sebagai berikut: 1. Bahasa 2. Sistem pengetahuan 3. Organisasi sosial 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi 5. Sistem mata pencaharian hidup

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya MODUL PERKULIAHAN Masyarakat & Budaya FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ MK 42005 Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 5 Abstract Dalam pokok bahasan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki beragam budaya, diantaranya keberagaman dalam bentuk tarian, makanan, budaya, olahraga, dan banyak hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci