BAB II URAIAN TEORITIS. Utara adalah Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II URAIAN TEORITIS. Utara adalah Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri,"

Transkripsi

1 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. PEMBANGUNAN EKONOMI Rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), visi Pemerintah Sumatera Utara adalah Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam Bhinekaan yang didukung oleh Tata Pemerintahan yang baik. Kemapanan masyarakat Sumatera Utara terwujud melalui agenda Pemerintah Daerah melalui upaya membangun ekonomi daerah termasuk pengentasan kemiskinan dan pengendalian inflasi. Tingginya pertumbuhan penduduk di negara yang sedang berkembang dapat berakibat bagi kesejahteraan penduduk. Kesejahteraan tersebut dapat dilihat dari peningkatan pendapatan per penduduk. Bila terjadi kenaikkan penduduk yang lebih besar dari pada pertumbuhan ekonomi, maka tidak menutup kemungkinan kesejahteraan penduduk akan semakin kecil dengan arti tejadi pengurangan jumlah pendapatan per kapita. 1. Beberapa pengaruh negatif dari pertumbuhan penduduk a. Pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang pesat akan menurunkan pendapatan perkapita. b. Kemiskinan, dengan semakin tingginya pertambahan penduduk akan memebuat angka kemiskinan bertambah, dan menyebabkan pengaruh yang bururk. c. Pendidikan, jumlah keluarga yang semakin besar akan mengurangi kesempatan bagi mereka untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, karena minimnya dana.

2 d. Kesehatan, makin banyak anak akan mengancam keselamatan ibu yang melahirkan dan biaya yang akan dikeluarkan utuk berobat juga akan semakin besar bagi si anak. e. Makanan, semakin banyak jumlah penduduk, maka akan semakin besar pula jumlah pangan yang harus disediakan. f. Lingkungan,dengan bertambahnya penduduk maka akan semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah rumah tangga. g. Migrasi internasional, kebutuhan hidup yang semakin besar mengakibatkan sebahagian penduduk harus melakukan migrasi agar dapat memenuhi kebutuhan hidup INFLASI 1. Pengertian Inflasi inflasi adalah suatu keadaan dalam perekonomian di mana terjadi kenaikan harga-harga secara umum. Kenaikan dalam harga barang dan jasa yang biasa terjadi jika permintaan bertambah dibandingkan dengan jumlah penawaran atau persediaan barang di pasar, dalam hal ini lebih banyak uang yang beredar yang digunakan untuk membeli barang dibanding dengan jumlah barang dan jasa. Ada beberapa pemahaman dalam memahami pengertian inflasi ini, yaitu : 1. bahwa inflasi merupakan suatu proses kenaikan tingkat harga bukanlah bukan pertambahan jumlah uang beredar. 2. bahwa kenaikan tingkat harga tidak sama untuk seluruh sector ekonomi, ada yang naik cepat ada hyang naik lambat. Kenaikan harga di setiap sector dipengaruhi oleh elastisitas permintaan dan penawaran.

3 2. Model Teori Inflasi a. Teori Srukruralis Menurut teori ini inflasi timbul disebabkan oleh adanya kelemahan dan hambatan structural dalam struktur ekonomi. Hambatan-hambatan structural tersebut bias berupa tidak elastisnya penawaran bahan makanan, yang disebabkan oleh cukup besarnya peran factor musim atau cuaca.di lain pihak dengan meningkatnya pendapatan juga akan mendorong kenaikan dari pada permintaan akan bahan makanan, padahal penawaran tidak mencukupi. Menurut Bulmer-Thomas, jika suatu Negara mengalami kekurangan bahan makanan pemerintah boleh melakukan impor dari luar negeri guna mencegah tekanan kelebihan permintaan terhadap harga. Menurutnya untuk mengatasi situasi seperti ini pemerintah boleh melakukan impor dari luar negeri. Namun bagi Negara berkembang hal ini mungkin sulit karena keterbatasan devisa untuk mengimpor barang dari luar negeri. H. Chenery dan A. Strout mengatakan bahwa hambatan-hambatan tersebut timbul akibat pesatnya permintaan impor yang tercermin dalam program pembangunan ekonoi berencana, mobililitas factor produksi yang tak sempurna, dan tidak cukup cepatnya peningkatan penerimaan devisa karena permintaan impor tidak diimbangi oleh ekspor. Sehingga hal ini mendorong kecenderungan terjadinya deficit dalam neraca perdagangan. Dalam meningkatkan perolehan devisa ada beberapa alternative yang dapat di tempuh, yaitu : mengadakan pengawasan lalu lintas barang melalui pengawasan devisa dan melakukan devaluasi. Selain daripada itu golongan strukturalis mengemukakan bahwa suatu ketidakseimbangan neraca perdanganinternasional akan menimbulkan

4 keinginan untuk mendirikan industri dalam negeri yaitu industri substitusi impor. Meskipun seringkali produksi dalam negeri mempunyai onkos produksi yang lebih tinggi. Dan bila proses substitusi impor ini semakin meluas keberbagai barang, sehingga banyak lagi harga barang-barang lain yang naik. Dan akhirnya akan menyebabkan terjadinya inflasi. b. Teori Kuantitas teori ini merupakan teori yang paling tua dan merupakan teori yang mendekti inflasi dari segi permintaan. Teori ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh sekelompok ekonom dari Chicago University, yang juga dikenal sebagai kelompok monetaris. Menurut teori kuantitas ada dua factor yang berperan dalam terjadinya inflasi, yaitu : 1. Jumlah uang beredar Inflasi hanya akan tejadi kalauada pertambahan uang yang beredar baik uang kartal maupun uang giral. Kenaikkan harga karena kegagalan panen atau karena sebab lainnya hanya bersifat sementara. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya. 2. Psikolog (harapan Masyarakat mengenai kenaikkan harga-harga pada masa yang akn dating) Harapan masyarakat mengenai kenaikkan harga-harga pada masa yang dapat mempercepat laju inflasi. Ada tiga kemungkinan harapan masyarakat pada masa yang akan dating:

5 a. apabila masyarakat belum mengharapkan harga-harga untuk naik pada bulan mendatang, sehingga sebahagian besar dari penambahan jumlah uang beredar akan diterima masyarakat untuk menambah uang kas yang disimpannya. Hal ini berarti tidak akan meningkatkan permintaan masyarakat terhadap barang sehingga harganya tidak naik. b. Masyarakat yang mengharapkan adanya kenaikkan harga pada masa yang akan dating mengakibatkan adanya pertambahan uang kas yang dipegang tetapi dipergunakan untuk membeli barang-barang yang diperkirakan akan naik pada masa yang akan dating sehingga dengan demikian masyarakat terhindardari kerugian. c. Teori Keynes Teori inflasi menurut pendekatan ini mengatakan bahwa inflasi terjadi karena sesuatu kelompok masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya, sehingga proses inflasi merupakan proses tarik-menarik antar golongan masyarakat untuk memperoleh bagian dana masyarakat sendiri. Kalau hal ini selalu terjadi makan timbul kesenjangan inflasi. Tekanan dari golongan ini akan mengakibatkan kenaikkan biaya. Kesenjangan inflasi ini dapat ditimbulkan oleh pemerintah yang menjalankan devisit dalam anggaran belanja yang dibiayai untuk mencetak uang baru. Selain itu dapat ditimbulkan oleh pengusaha swasta yang ingin melakukan investasi baru dan memperoleh kenaikkan gaji yang melebihi produktifitas buruh. 3. Jenis-jenis inflasi A. berdasarkan penyebabnya

6 1. Demand Pull Inflation ( Inflasi Tarikan Permintaan ) Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi disuatu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh ( full employment ). Jika kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output ( produksi ), tetapi hanya mendorong kenaikanharga-harga yang biasa akibatnya sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung terus menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karenanya untuk mengatasi itu diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan menambah tenaga kerja yang baru. Harga S D1 P2 P1 D2 0 Output

7 Q1 Q2 Gambar 1 : Inflasi Tarikan Permintaan Karena permintaan masyarakat akan barang-barang bertambah maka kurva permintaan agregat bergeser dari D1 ke D2. bertambahnya permintaan ini mungkin disebabkan adanya kenaikan pengeluaran pemerintah yang dibiayai melalui percetakan uang atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor atau bertambahnya infestasi swasta akibatnya tingkat harga naik dari P1 ke P2. 2. Cost Push Inflation ( Inflasi Dorongan Biaya ) Cost Push Inflation ( Inflasi Dorongan Biaya ) adalah inflasi yang terjadi akibat pergeseran kurva penawaran agregat. Pada kondisi ini, tingkat penawaran lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini terjadi karena kenaikan harga factor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu. Penawaran total terus menurun karena semakin mahalya biaya produksi. Apabila keadaan tersebut berlangsung cukup lama mak terjadilah inflasi disertai resesi. Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation didorong oleh beberapa factor, yaitu : a. adanya tuntutan kenaikan upah dari para pekerja yang biasanya dikoordinir oleh organisasi serikat buruh. b. Adanya industri yang monopolis, yang memberi kekuatan kepada pengusaha untuk menguasai pasar dan selanjutnya menaikkan harga lebih tinggi. c. Kenaikan harga barang baku industri.

8 Harga S2 P2 P1 S1 0 Output D Q2 Q1 Gambar 2 : Inflasi Dorongan Biaya Apabila biaya produksi naik, maka kurva penawaran agregat bergeser dari S1 ke S2. jika dibandingkan dengan inflasi tarikan permintaan,inflasi penawaran kalau sudah terjadi relative lebih sulit diatasi. Yang paling berbahaya adalah apabila organisasi produk melibatkan diri secara langsung terutama serikat-serikat buruh. Dengan naiknya harga-harga barang mendorong biaya hidup semakin tinggi sehingga serikat buruh menuntut kenaikan upah. Akibatnya sector industri akan menaikkan harga jual barangbarang produksi sehingga akan mendorong kenaikan harga umum dan suatu saat jika keadaan yang seperti ini terus berlangsung, maka bisa mengakibatkan pengangguran semakin tinggi dan akhirnya kehidupan ekonomi bias jadi lumpuh sama sekali. B. Berdasarkan Asal Terjadinya 1. Domestic Inflation ( Inflasi Domestik ) Inflasi Domestik ialah inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan harga disebabkan karena adanya kejutan dari dalam negeri, baik karena perilaku masyarakat

9 maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang secara psikologis berdampak inflatoar. Kenaikan harga terjadi secara absolut, akibatnya terjadilah inflasi atau semakin meningkatnya angka (laju) inflasi. 2. Imported Inflation Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi didalam negeri karena adanya pengaruh harga dari luar negeri, terutama barang-barang ipor atau bahan baku industri yang masih belum dapat diproduksi didalam negeri. C. Berdasarkan Intensitasnya 1). Creeping Inflation atau Mild Inflation Inflasi ini sering disebut sebagai merayap, yaitu inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat. 2). Hyper Inflation atau Galloping Inflation Inflasi ini sangat berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum yang berlangsung sangat cepat. Inflasi ini dapat merusak struktur perekonomian Negara. D. Berdasarkan Sudut Bobotnya a. Inflasi Ringan disebut juga creeping inflation, yaitu inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau dibawah 10% per tahun. b. Inflasi sedang adalah inflai dengan tingkat laju pertumbuhan berada diantara 10%- 30% per tahun atau melebihi 2 digit dan sangat mengancam perekonomian Negara.

10 c. inflasi berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30%-100% per tahun. Pada kondisi demikian sector-sektor produksi hamper lumpuh total kecuali yang dikuasai oleh pemerintah. d. inflasi sangat berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui100% per tahun yang pernah terjadi pada perang dunia ke II ( ). 4. Efek Inflasi Distribusi pendapatan, alokasi factor produksi dan produk nasional dapat dipengaruhi oleh inflasi. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut juga dengan equity effect, sedang efek terhadap alokasi factor produksi dan produk nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan output effect. A. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect) Equity Effect adalah dampak inflasi terhadap pendapatan. Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada juga yang diuntungkan oleh adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seseorang yang pendapatannya tetap Rp ,00 per tahun sedangkan laju inflasi sebesar 20% akan menderita kerugian penurunan pendapatan rill sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp ,00. Selain itu,inflasi akan menyebabkan terjadinya perubahan pada distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat. Inflasi seolah-olah berfungsi sebagai pajak bagi seseorang dan merupakan subsidi bagi orang yang berpenghasilan rendah. Namun jika

11 keadaan tersebut tidak segera diatasi, dalam jangka panjang akan semakin memperlebar kesenjangan antara kelompok yang berpenghasilan menengah kebawah, antara kelompok kaya dan kelompok miskin dan antara kelompok konglomerat dan kelompok pengusaha menegah kebawah yang semakin lama akan merusak tatanan perekonomian dan melumpuhkan sector ekonomi. B. Efficiency Effect Inflasi selain berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat dan rumah tangga perusahaan karena lemahnya daya beli masyarakat, juga berpengaruh terhadap biaya produksi. Harga-harga factor produksi semakin meningkat sehingga dapat mengubah pola alokasi factor produksi. Perubahan tersebut dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang selanjutnya akan mendorong perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi, permintaan barang-barang tertentu akan mendorong peningkatan prodiksi terhsdsp barang-barang tersebut. Kenaikan produksi yang demikian akan mengubah pola alokasi factor produksi barangbarang tersebut akan menjadi efisien yang disebut efficiency Effect. 5. Metode Penghitungan Inflasi 1. Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah suatu indeks harga yang mengukur biaya sekelompok barang-barang dan jasa di pasar, termasuk harga-harga makanan, pakaian, perumahan, transportasi, perawatan kesehatan, pendidikan, komoditi, yang dibeli untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

12 2. Indeks Harga Produsen, adalah suatu indeks dari harga bahan baku, produk setengah jadi, peralatan modal seperti mesin yang dibeli oleh sector bisnis atau perusahaan. 3. GDP Deflator, adalah suatu indeks yang merupakan perbandingan atau ratio antara GDP nasional dan GDP rill dikalikan dengan 100. GDP rill adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian, yang diperoleh keika output dinilai dengan menggunakan harga tahun dasar. Sedangkan GDP nominal adalah GDP yang dinilai berdasarkan harga yang berlaku. Jadi singkatnya GDP deflator merupakan suatu ukuran tentang tingkat harga. Inflasi di Indonesia diukur berdasarkan penggunaan berrbagai indicator yang disebutkan diatas walaupun sebagaimana di banyak Negara lainnya, IHK lebih sering menjadi basis perhitungan inflasi tersebut. IHK mengukur perkembangan harga barang dan jasa di daerah perkotaan dimana banyaknya barang-barang tergantung pada kota dan tahun dasar. Inflasi sebagai bagian dari keadaan perekonomian tentu akan dialami oleh setiap negara, hanya saja setiap negara memiliki tingkat inflasi yang berbeda-beda. Untuk mengukur tingkat inflasi dapat menggunakan indek harga konsumen. Rumus untuk menentukan indek harga konsumen. Harga sekarang x 100 IHK = Harga pada Tahun Dasar Kegiatan Belajar 2 Contoh: Harga suatu jenis barang pada tahun 2002 sebesar Rp ,- dan pada tahun dasar harga barang tersebut Rp ,-, maka Indek harga pada tahun 2002 adalah

13 Harga sekarang x 100 IHK = Harga pada Tahun Dasar Rp ,- x 100 = Rp ,- = Rp. 150,00 Artinya pada tahun 2002 telah terjadi kenaikan harga sebesar 50%. Dalam menyajikan IHK, jenis barang dan jasa yang disurvey tersebut, dikelompokkan menjadi 7 kelompok, yaitu : 1. Bahan makanan 2. Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 3. Perumahan 4. Sandang 5. Kesehatan 6. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga 7. Transportasi dan komunikasi Di Indonesia secara umum terdapat 4 kelompok barang yang mempunyai peran yang besar terhadap tingkat harga, yaitu :

14 1. Komoditi yang berpengaruh dalm menentukan tingkat upah seperti beras. 2. Komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah seperti bahan baker minyak, tariff listrik, dan beberapa jasa public. 3. Barang-barang yang tergolong traded goods dimana harganya ditentukan melalui keseimbangan di pasar global. Sebagian barang-barang tersebut dikenakan tata niaga baik dalam bentuk hambatan tarif maupun non tariff. 4. barang-barang yang tergolong nontraded goods yang harganya merupakan keseimbangan permintaan dan penawaran dalam negeri KEBIJAKAN MONETER DALAM PEMBANGUNAN Untuk memudahkan analisa permasalahan pengendalian inflasi dalam perspektif kebijakan moneter, maka penulis terlebih dahulu akan memabahas secara singkat berkaitan dengan pengertian moneter dan inflasi ini. Mengatakan kebijakan moneter (monetary policy) adalah suatu pengaturan di bidang moneter yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara kestabilan nilai uang dan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Inflasi adalah merupakan suatu proses dimana nilai uang semakin turun, dan untuk mengatasinya harus diperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan uang. Penyebab perubahan nilai uang dipengaruhi oleh tiga factor yaitu M, V dan T. factor M dan V adalah vaktor uang, sedangkan factor T adalah factor jumlah barang yang diperdagangkan. Kenaikan harga atau adanya inflasi disebabkan oleh

15 naiknya M dan V, ataupun mungkin karena kenaikan T tidak sebanding dengan kenaikan kedua factor M dan V. untuk mengatasi inflasi ini dapat dilakukan dengan mengurangi M atau V atau pula dengan menaikkan T. Cara-cara mengatasi inflasi dengan kebijaksanaan moneter sebagian besar sebenarnya berhubungan dengan politik bank sentral. Tujuanyya adalah untuk mengurangi pengeluaran dari masyarakat seluruhnya. Bank sentral dapat menyempitkan pemberian kredit atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalm masyarakat dengan 3 cara, yaitu : 1. Politik Diskonto Keinginan dari orang-orang atau badan-badan usaha untuk mengadakan pinjaman kepada badan-badan kredit berhubungan erat dengan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan dijalankan dan besarnya bunga yang harus dibayar dari modal yang dipinjam. Jika bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan tertahannya aktivitas yang besar yang pembiayaannya didasarka atas pinjaman dari badan kredit. Dengan demikian jika bank sentral menetapkan bunga kredit yang tinggi maka akan menyebabkan bank-bank umum mengurangi pinjamannya dari bank sentral. Hal ini akan menyebabkan pinjaman kemasyarakatpun akan berkurang dari bank-bank umum atau badan-badan kredit, yang berarti akan mengurangi tekanan inflasi. 2. Politik Pasar Terbuka Salah satu cara umum yang dipergunakan untuk mengatasi inflasi oleh Bank Sentral adalah dengan mengadakan Politik Pasar Terbuka. Politik pasar terbuka yang digunakan untuk mengatasi inflasi ini kadang-kadang disebut juga sabagai tight money policy. Dengan kebijakan ini diharapkan bank sentral diharapkan akan menjual surat-

16 surat berharga seperti obligasi kepada masyarakat. Karena penjualan surat-surat berharga ini ditujukan pula kepada bank-bank umum maka hal ini mengakibatkan berkurangnya uang dari tangan masyarakat dan juga dari bank-bank tersebut. 3. Menaikkan Cash Ratio Cash Ratio adalah perbandingan antara uang tunai bank-bank ditambah dengan dmand deposit pada bank sentral terhadap demand deposit daripada masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. Menaikkan cast ratio daripada bank-bank dagang merupakan suatu tindakan anti inflasi, oleh karena hal ini selain mengurangi reserve yang berlebihan dari bank, juga dapat mengurangi kemungkinan memenuhi permintaan kredit daripada masyarakat. Selain dari kebijaksanaan moneter usaha untuk mengatasi masalah inflasi dapat juga dilakukan dengan suatu kebijaksanaan fiscal, yaitu: 1. Penurunan Pengeluaran Pemerintah Ada 2 sektor yang manimbulkan inflasi yaitu sector pemerintah dan sector swasta. Dalam mempengaruhi sector pengeluaran sector swasta ini dapat dilakukan dengan kebijaksanaan moneter. Tetapi upaya pengeluaran tersebut benar-benar dapat dikurangi kebijaksanaan tersebut harus dibarengi dengan kebijaksanaan fiscal berupa pengeluaran pemerintah, untuk bias menetralisir kenaikan pengeluaran swasta sehingga pengeluaran agregat dalam perekonomian bias dikendalikan. 2. Menaikkan Pajak Dalam keadaan dimana dalam perekonomian jumlah uang beredar terlalu besar, sehingga menyebabkan terjadinya inflasi, sehingga dengan mengurangi jumlah uang beredar dengan jalan menaikkan pajak dapat mengurangi tingkat inflasi tersebut. Dengan

17 adanya kenaikkan pajak, berarti penghasilan seseorang akan berkurang oleh karena sebagian dari penghasilannya itu dalam bentuk pajak diberikan kepadapemerintah. 3. Mengadakan Pinjaman Pemerintah Suatu cara untuk mengatasi masalah inflasi yang cukup efektif adalah dengan mengadakan pinjaman pemerintah, terutama pinjaman paksaan. Hal ini juga dianjurkan oleh Keynes dalam rencananya untuk membiayai peperangan, yaitu sebagian dari gaji pegawai dan buruh dipotong untuk disimpan menjadi pinjaman pemerintah selama jangka waktu yang ditentukan. Kebijaksanaan Non-Moneter, Non-Fiskal juga merupakan kebijakan untuk menanggulangi inflasi, Kebijaksanaan Non-Moneter, Non-Fiskal yang ditujukan untuk mengatasi inflasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : 1. Menaikkan hasil produksi Salah satu cara untuk menaikkan nilai uang adalah dengan cara menaikkan T, yaitu menaikkan produksi. Cara ini cukup efektif karena inflasi pada dasarnya terjadi karena kenaikkan jumlah barang yang diperdagangkan tidak seimbang dengan banyaknya uang yang beredar di masyarakat. Untuk bias mencapai tujuan tersebut terutama dapat dilakukan dengan pengelolaan factor-faktor produksi pada kapasitas penuh, atau dengan jalan reallocation of recources, artinya menaikkan hasil barang yang sejenis dengan jalan menarik sebagian factor-faktor produksi dari sector lain untuk menghasilkan barang yang persediaannya sangat terbatas atau dapat juga dilakukan dengan cara system pemberian prioritas atau dengan memberikan subsidi atau bantuan kepada sector produksi yang sangat sensitive terhadap inflasi.

18 2. Kebijaksanaan upah Kebijaksanaan ini menyangkut tidak dinaikkannya upah/ gaji. Setidak tidaknya kenaikkan gaji dapat dilakukan hanya apabila produktivitas umum bertambah. Jadi sejalan dengan naiknya hasil produksi para pekerja upah boleh dinaikkan sebanding dengan peningkaan produktivitas tersebut. Hal ini dapat juga dilakukan dengan menganjurkan kepada orghanisasi-organisasi buruh agar mereka tidak melakukan tuntutan kenaikkan upah. 3. Pengawasan harga dan distribusi barang-barang Kecenderungan naiknya harga barang-barang dapat pula diatasi melalui penetapan dan pengawasan harga oleh pemerintah dengan sangsi yang cukup berat. Pengawasan harga oleh pemerintah sering kemudian menimbulkan pasar gelap. Dan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya pasar gelap, pemerintah dapat mendistribusikan barang kebutuhan masyarakat, sebagaimana dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan didirikannya Bulog. Namun menurut Keynes cara ini tidak akan menghasilkan suatu keseimbangan antara permintaan dan penawaran.keynes lebih setuju jika pengendalian inflasi dilakukan dengan cara pemajakan dan simpanan paksaan untuk mengurangi daya beli masyarakat PENGANGGURAN 1. Pengertian Pengangguran Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

19 Seseorang yang tidak bekerja tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran. Sebagai contoh, seorang ibu rumah tangga yang tidak ingin bekerja karena ingin mengurus keluarganya tidak tergolong sebagai pengangguran. 2. Sebab dan Akibat Buruk Pengangguran a. Sebab Pengangguran Factor utama yang menyebabkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat. Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh keuntungsn. Keuntungan tersebut hanya akan dapat di peroleh apabila para pengusaha dapat menjual barang yang mereka produksikan. Semakin besar permintaan semakin banyak barang dan jasa yang mereka wujudkan. Kenaikkan produksi yang dilakukan akan menambah penggunaan tenaga kerja. Dengan demikian terdapat perhubungan yang erat diantara tingkat pendpatan nasional yang dicapai dengan menggunakan tenaga kerja yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan nasional semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian. Pada umumnya pengeluaran agregat yang terwujud dalam perekonomian adalah lebih rendah dari pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan permintaan agregat ini adalah factor penting yang menimbulkan pengangguran. Selain pernyataan diatas, ada beberapa factor-faktor lainnya yang menyebabkan pengangguran, yaitu : 1. Factor pendidikan Khususnya pemahaman masyarakat akan pendidikan dan juga pelatihan

20 keterampilan. 2. Faktor Pembangunan Dimana adanya anggapan bahwa pemerintah mengalami kegagalan dalam melakukan pembangunan disuatu Negara, padahal pemerintah merupakan agen of change yang seharusnya melaksanakan perubahan-perubahan. 3. Sikap Pekerja Dimana mereka tidak lagi berjuang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dasar mereka masing-masing tetapi berjuang menuntut persamaan hak terkadang sehingga mereka lebih baik memilih menganggur daripada bekerja. Disamping factor-faktor lain yang menimbulkan pengangguran adalah : 1. Menganggur karena ingin mencari pekerjaan yang jauh lebih baik 2. Pengusaha menggunakan peralatan produksi moderen yang mengurangi penggunaan tenaga kerja 3. Ketidaksesuaian diantara keterampilan pekerja yang sebenarnya dengan keterampilan yang diperlukan dalam industri-industri b. Akibat buruk pengangguran Salah satu factor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat pengangguran tenaga kerja panuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat., dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai. Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan beberapa masalah ekonomi dan social kepada yang mengalaminya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan

21 para penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Disamping itu juga mereka dapat menggangu taraf kesehatan keluarga. Pengangguran yang berkepanjangan menimbulkan efek psikologis yang buruk keatas diri penganggur dan keluarganya. Apabila keadaan pengangguran di suatu Negara adalah buruk, kekacauan politik dan social selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk pada kesejahteraan masyarakat dan prospek pengangguran ekonomi dalam jangka panjang. Nyatalah masalah pengangguran adalah masalah yang sangat buruk efeknya kepada perekonomian dan masyarakat. Dan oleh sebab-sebab itu secara terusmenerus usaha-usaha harus terus dilakukan untuk mengatasinya. 3. Macam-macam Pengangguran 1. Pengangguran Struktural Pengangguran structural adalah pengangguran yang terjadi karena adanya structural perekonomian, sebagai akibat dari gelombang conjungtur ( pasang surutnya perekonomian ), atau didunia pertanian produksi kurang sehingga menimbulkan terjadinya pengangguran. 2. Pengangguran Frictionil Pengangguran Frictionil adalah pengangguran yang terjadi karena pada disuatu pihak disuatu lapangan pekerjaan terjadi pergeseran. 3. Pengangguran Seasonal Pengangguran Seasonal adalah pengangguran musiman oleh karena pada waktu

22 tertentu tidak dibutuhkan lagi tenaga tersebut. Ada 2 macam pengangguran musiman ini yaitu : a. Natural b. Artificial (buatan) 4. Pengangguran Potential Pengangguran Potential,missal penemuan takhnik baru dalam pertanian akan menimbulkan pengangguran. Dimana tenaga penganggur ini adalah potential. 4. Upaya Mengatasi Pengangguran Masalah pengangguran ini juga terjadi di Indonesia, tingginya jumlah pengangguran tentunya juga akan membawa pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi makro Indonesia. Pemerintah telah menargetkan dan mengupayakan adanya peningkatan aktifitas ekonomi di Indonesia. Dilihat secara ekonom biasanya menganalisis pertumbuhan ekonomi dengan melihat menggunakan Produk Nasional, yakni : Untuk konsumsi masyarakat ( C ) Investasi ( I ) Pengeluaran Pemerintah ( G ) Ekspor ( X ) Dikurangi dengan Impor ( M ) atau disebut Ekspor Netto Pernyataan ini sering disebut dibuat dengan sebuah persamaan identitas, yaitu Y = C + I + G + ( X M ) Adanya inflasi ini tentunya akan berpengaruh pada dunia perekonomian lainnya,

23 termasuk kedunia industri, diantaranya inflasi akan mempengaruhi biaya produksi sehingga akan menyebabkan kenaikkan harga pokok produksi dan harga jual barang ataupun jasa. Naiknya harga di dua kelompok harga ini akan berpengaruh pada biaya angkutan barang ataupun orang, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga jual barang. Pengaruh-pengaruh ini mempunyai efek domino,yang akan terus melebar pada berbagai harga lainnya. Proses kenaikkan harga ini tidak berjalan sekali tetapi berkali-kali sehingga persentase kenaikkan harga barang ataupun jasa akan lebih besar dari persentase kenaikkan harga BBM maupun listrik. Semua kenaikkan harga-harga ini tentu akan dipikul oleh konsumen, akhirnya masyarakat akan berupaya sendiri untuk mempertahankan hidupnya. Komponen lain yang kurang mendapat perhatian adalah Investasi ( I ). Hal ini berkaitan dengan adanya penutupan perusahaan asing. Akibat hal ini juga beberapa rencana investasi dalam negeri justru akan semakin terganggu akibat hal itu. Hengkangnya beberapa perusahaan modal asing di Indonesia tersebut dan juga terhambatnya rencana investasi dari dalam negeri tentunya akan menyebabkan masalah baru yaitu masalah pengangguran. Hilangnya daya dorong investor untuk berinvestasi akan mempersulit Indonesia memperkecil jumlah penganggur yang ada pada saat ini. Disamping mempengaruhi perekonomian masyarakat dan tingkat kesejahteraan rakyat adalah sangat potensial mengganggu stabilitas social dan keamanan.

24 2.5. HUBUNGAN INFLASI DENGAN PENGANGGURAN 1. Hubungan Inflasi dengan Pengangguran dalam ( Kurva Philips ) Menurut A. W. Philips terdapat suatu trade off antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran, yaitu bila tingkat pengangguran tinggi maka laju inflasi akan rendah, sedang jika tingkat pengangguran rendah maka laju inflasi akan tinggi. Philips memperoleh penemuannya ini pada tahun 1958 dengan meneliti hubungan antara tingkat perubahan upah dengan tingkat perubahan kesempatan kerja. I Kurva Philips 0 U Gambar 3 : Kurva Philips Tingkat inflasi dicerminkan dari adanya kenaikkan tingkat upah. Menurut Philips ia menemukan keadaan jika tingkat upah naik tajam apabila tingkat pengangguran rendah, karena bila tidak banyak orang yang menganggur perusahaan akan sulit untuk mendapatkan tenaga kerja. Maka perusahaan harus menetapkan gaji yang tinggi. Gaji yang tinggi mencerminkan terciptanya inflasi yang tinggi pula. Kemudian, jika banyak orang yang menganggur maka tingkat upah akan semakin arendah, karena perusahaan sangan mudah untuk memperoleh kariawan. Dan orang akan mau bekerja walaupun dengan gaji yang rendah. Penurunan gaji mencerminkan adanya penurunan inflasi.

25 2. Dasar Teori Kurva Philips Tujuan utama dari kebijakaan ekonomi makro adalah untuk memecahkan masalah inflasi sebagai penyebab terjadinya ketidakstabilan harga dan untuk memecahkan masalah pengangguran. Jadi kebijakan ekonomi makro harus dapat mencapai sasarannya, yaitu menciptakan stabilitas harga dan dalam waktu bersamaan menciptakan kesempatan kerja. Pandangan demikian berlangsung cukup lama dan berakhir sampai dengan tahun 1950-an. Kurva Philips membuktikan bahwa antara stabilitas harga dan kesempatan kerja yang tinggi tidak mungkin terjadi secara bersamaan karena harus ada trade off. Jika ingin mencapai kesempatan kerja yang tinggi, berarti sebagai konsekuensinya harus bersedia menanggung beban inflasi yang tinggi. Demikian implikasi dari kurva philips yang mendasarkan teorinya pada hasil study empiric. Kemudian pada tahun 1960, Lipsey berusaha memperkuat landasan teori kurva Philips dengan menggunakan teori pasar tenaga kerja sebagai landasan dasarnya. Dipasar tenaga kerja penurunan tingkat upah akan menyebebkan meningkatnya pengangguran karena adanya kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya, tingkat upah akan naik jika terjadi kelebihan permintaan tenaga kerja. Jadi apabila dipasar terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja atau jumlah pengangguran meningkat dan jumlah pencari kerja bertambah. Maka tingkat upah akan turun. Demikian pula sebaliknya jika penawaran tenaga kerja menurun upah tenaga kerja akan meningkat. Namun Lipsey berpendapat bahwa kenyataannya pasar tenaga kerja tidaklah sempurna. Karena meskipun tingkat penawaran tenaga kerja sama dengan tingkat permintaan tenaga kerja

26 tetap saja masih terapat pengangguran. Kondisi demikian disebut dengan Natural Unemployment disebabkan oleh beberapa factor, seperti tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM ) yang ditawarkan tidak sesuai dengan kebutuhan dunia industri, informasi pasar yang tidak transparan dna mahalnya biaya untuk memperoleh informasi pasar. Natural Rate of Unemployment atau Frictional Unemployment dalam kurva Philips digambarkan sebagai perpotongan antara kurva Philips dan sumbu horizontal sebagaimana dijelaskan pada gambar 4 berikut: W UN = Natural Rate Of Unemployment W = Tingkat Kstabilan Upah = 0 U = Upah 0 UN U Gambar 4: Natural Rate Of Unemployment UN merupakan tingkat pengangguran yang didalamnya terdapat tingkat upah yang stabil, yaitu W = 0 Lipsey dalam analisisnya tentang kurva Philips menggunakan teori pasar tenaga kerja yang didasarkan pada dua asumsi sebagai berikut : 1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja akan menentukan tingkat upah. 2. perubahan tingkat upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan tenaga kerja yang disebut Excess Demand.

27 Perubahan tingkat upah dan kelebihan permintaan mempunyai hubungan yang positif ( searah ), yaitu semakin besar kelebihan permintaan tenaga kerja akan semakin besar pula perubahan tingkat upah. Sedangkan kelebihan permintaan tenaga kerja dengan tingkat pengangguran mempunyai hubungan negative ( tidak searah ), yaitu semakin besar kelebihan permintaan tenaga kerja tingkat pengangguran akan semakin kecil. Jadi perubahan tingkat upah mempunyai hubungan terbalik. ( negative ) dengan perubahan tingkat pengangguran sebagaimana digambarkan dalam kurva Philips. Hasil analisa Lipsey berbeda dengan hasil analisis kurva Philips, yaitu : 1. Teori pasar tenaga kerja klasik yang dijadikan landasan analisis Lipsey mencerminkan tingkah laku upah rill. 2. Kurva Philips mencerminkan tingkah laku upah nominal. Upah rill dan upah nominal akan sama jika dipasar tenaga kerja terdapat stabilitas harga-harga, inilah kelemahan lipsey, jadi untuk dapat melakukan analisis hubungan antara tingkat inflasi atau tingkat harga dan tingkat pengangguran, maka sumbu vertical dengan perubahan tingkat upah rill atau upah nominal dibagi dengan harga sebagaimana banyak dilakukan oleh ekonom sejak akhir tahun 1960-an. 3. Pergeseran Kurva Philips Pada awal analisis kurva Philips dijelaskan bahwa terdapat trade off antara inflasi dan pengangguran, yaitu kenaikkan tingkat inflasi akan diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran. Namun kenyataanya di AS selama periode menunjukkan bahwa kwnaikkan tingkat inflasi diikuti dengan kenaikkan tingkat pengangguran. Jadi tidak terdapat trade off, kurva Philips telah bergeser kekanan atas. Dengan demikian hasil

28 analisis kurva Philips perlu diuji lagi kebenarannya. Pergeseran kurva Philips pertama kali terjadi pada awal tahun 1976 dan kemudian terjadi lagi pada periode tahun sebagai dampak embargo minyak Arap terhadap Negara-negara industri yang berpihak pada Israel dalam perang Timur Tengah. Banyak industri mengalami kebangkrutan karena dilanda resesi ekonomi dunia yang sangat parah. Pergeseran kurva Philips berakhir pada periode tahun selama kurun waktu tersebut terjadi kenaikkan tingkat inflasi bersamaan dengan kenaikkan tingkat pengangguran dengan bentuk pergeseran kuva Philips yang berbeda-beda. Terjadi perbedaan pergeseran kurva Philips tersebut disebabkan dua factor yaitu: 1. Demografi Terjadi kenaikan tingkat pertumbuhan penduduk AS, khususnya kaum wanita dan anak-anak yang selanjutnya meningkatkan angka pertumbuhan angkatan kerja. Angkatan kerja wanita dan anak-anak yang sebahagian tidak dapat diserap pasar tenaga kerja semakin memperparah jumlah pengangguran, karena bidang industri lebih mengutamakan tenaga kerja dewasa dan pria. 2. Keseimbangan pasar tenaga kerja Dalam kondisi keseimbangan pasar tenaga kerja, secara alamiah terdapat pengangguran yang oleh Milton Friedmsn disebut Natural Rate of Unemployment. Dalam kurva Philips pengangguran alamiah tersebut dibuktikan dengan adanya titik perpotongan antara kurva Philips dan sumbu

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan; INFLASI Pengertian Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan kenaikan harga itu berlangsung dalam jangka panjang. Inflasi secara umum terjadi

Lebih terperinci

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;. Bab V INFLASI Jika kita perhatikan dan rasakan dari masa lampau sampai sekarang, harga barang barang dan jasa kebutuhan kita harganya terus menaik, dan nilai tukar uang selalu turun dibandingkan nilai

Lebih terperinci

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P INFLASI Minggu 15 Pendahuluan Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali

Lebih terperinci

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen,

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen, MAKRO EKONOMI Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen, suatu perusahaan atau suatu pasar Analisis

Lebih terperinci

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI INFLASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. A. INFLASI

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Penger:an Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara- cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi Inflasi merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi Nuhfil Hanani 1 V. TEORI INFLASI 5.1. Pengertian Inflasi Inflasi menunjukkan kenaikan dalam tingkat harga umum. Laju inflasi adalah tingkat perubahan tingkat harga umum, dan diukur sebagai berikut: tingkat

Lebih terperinci

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi 23/12/2013 1 Pengangguran Salah satu ukuran keberhasilan pengelolaan ekonomi suatu negara tingkat pengangguran Pengangguran (unemployment), tidak berkaitan dengan

Lebih terperinci

Pengant eng ant Ilmu E o k nomi

Pengant eng ant Ilmu E o k nomi PIEw12 1 PIEw12 2 Pengantar Ilmu Ekonomi PIEw12 3 Pengantar Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi PIEw12 4 Pengangguran Tingkat pengangguran Salah satu ukuran keberhasilan pengelolaan ekonomi suatu negara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan meningkatnya

Lebih terperinci

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya 1. Mikroekonomi vs Makroekonomi Untuk dapat memahami ilmu makro ekonomi, sebaiknya kita mengenali terlebih

Lebih terperinci

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Pengertian Inflasi Sumber dan Dampak Inflasi Jenis Jenis Inflasi Kebijakan Pemerintah Mengatasi Inflasi Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. 1 Inflasi Inflasi Dapat Didefinisikan Sebagai Suatu Kondisi Dimana

Lebih terperinci

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi Xpedia Ekonomi Makroekonomi Doc. Name: XPEKO0399 Doc. Version : 2012-08 halaman 1 01. Pengangguran friksional / frictional unemployment ialah... (A) diasosiasikan dengan penurunan umum di dalam ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Inflasi Salah satu peristiwa modern yang sangat penting dan yang selalu dijumpai dihampir semua negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat dari inflasi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Inflasi Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus. kenaikan harga pada satu atau dua barang

Lebih terperinci

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH BAB 10 PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH KELOMPOK 9 DICKY 21216349 EZHA 21216363 NAUFAL 21216351 PENGANGGURAN PENGERTIAN PENGANGGURAN Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

INFLASI.

INFLASI. INFLASI DEFINISI MENURUT A.P. LERNER: kelebihan permintaan (excess demand) trhd penyediaan barangbarang dalam suatu perekonomian secara keseluruhan INFLASI ADLH: Kenaikan hargaharga barang umum secara

Lebih terperinci

BAB 11 LANDASAN TEORI

BAB 11 LANDASAN TEORI BAB 11 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Inflasi Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam

Lebih terperinci

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang 1. a-c a. apa saja berbedaan dari kedua teori tersebut? INDIKATOR Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang Subtitusi Rumus (persamaan saldo uang riil) / Kesimpulan penting MILTON FRIEDMAN

Lebih terperinci

Dasar Bisnis & Manajemen. Bentuk Sistem Perekonomian dan Pengaruh Faktor Ekonomi terhadap Bisnis Domestik dan Global. Tatap Muka.

Dasar Bisnis & Manajemen. Bentuk Sistem Perekonomian dan Pengaruh Faktor Ekonomi terhadap Bisnis Domestik dan Global. Tatap Muka. Tatap Muka Dasar Bisnis & Manajemen 2 Bentuk Sistem Perekonomian dan Pengaruh Faktor Ekonomi terhadap Bisnis Domestik dan Global Fakultas Ekonomi Bahan Kajian Sistem perekonomian merkantilisme, kapitalisme,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Sistem Moneter Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 13 84041 Abstraksi Modul ini membahas tentang

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 2.1. Telaah Teoritis Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). Istilah ini mengacu pada kondisi yang berkonotasi

Lebih terperinci

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi Pengantar Makro Ekonomi Pengantar Ilmu Ekonomi Makroekonomi Mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan Bertujuan memahami peristiwa ekonomi dan memperbaiki kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Inflasi Pada tahun awal Perang Dunia II Lerner mengutarakan definisi inflasi. Menurut Lerner, inflasi adalah keadaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan atau referensi untuk melakukan penelitian ini. Dengan adanya penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang mengacu kepada trilogi pembangunan. Demi mewujudkan

Lebih terperinci

Ekonomi. untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini. Dibuat oleh:

Ekonomi. untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini. Dibuat oleh: Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Dibuat oleh: Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini Disclaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indikator indikator ekonomi makro sangat berperan dalam menstabilkan perekonomian. Menurut Lufti dan Hidayat ( 2007 ), salah satu indikator ekonomi makro yang

Lebih terperinci

Inflasi dan Indeks Harga

Inflasi dan Indeks Harga Inflasi dan Indeks Harga Pokok Bahasan 1. Pengertian Inflasi dan Deflasi 2. Jenis Inflasi 3. Teori Inflasi 4. Sebab timbulnya Inflasi 5. Cara Mengatasi Inflasi 6. Dampak Inflasi dan Cara Menghitung Inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Menjelaskan jenis dan instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan antara inflasi dan pengangguran mulai menarik perhatian para ekonom pada akhir tahun 1950an, ketika A W Phillips dalam tulisannya dengan judul The Relationship

Lebih terperinci

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM EKONOMI MAKRO Ekonomi Tertutup : Ekonomi yang tidak berinteraksi dengan ekonomi lain di dunia Ekonomi Terbuka : Ekonomi yang berinteraksi secara bebas dengan ekonomi lain

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG Katalog BPS : 7102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG No. Katalog : 7102004.3322 No. Publikasi : 33224.13.04 Ukuran Buku : 5,83 inci x 8,27 inci Jumlah

Lebih terperinci

INFLATION. Izza Mafruhah, SE, MSi

INFLATION. Izza Mafruhah, SE, MSi INFLATION Izza Mafruhah, SE, MSi INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π = Pt P(t-1) Pt-1 Pt

Lebih terperinci

A. Indeks Harga dan Inflasi

A. Indeks Harga dan Inflasi A. Indeks Harga dan Inflasi A. Pilihan Ganda 1. Jawaban: b 1) Indeks harga yang harus dibayar dan diterima petani adalah indeks harga barang-barang yang dibayar oleh petani untuk biaya proses produksi.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro

BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro Satuan Acara Perkuliahan 2 Tujuan kegiatan belajar ini adalah untuk membahas : Akar Ilmu Ekonomi Makro Definisi Ekonomi Makro Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro Permasalahan

Lebih terperinci

Suku Bunga dan Inflasi

Suku Bunga dan Inflasi Suku Bunga dan Inflasi Pengertian Suku Bunga Harga dari uang Bunga dalam konteks perbankan dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akandibahas mengenai teori yang menjadi dasar pokok permasalahan. Teori yang akan dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Suriname. Yunani. Libya. Cekoslovakia

Suriname. Yunani. Libya. Cekoslovakia 1. SMA/MA IPS kelas 10 - EKONOMI IPS BAB 7. PENDAPATAN NASIONAL DAN INDEKS HARGALatihan Soal 7.1 Tabel berikut menunjukkan koefisien gini beberapa Negara : NEGARA GINI Inggris 0,32 Yunani 0,37 Cekoslovakia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil kebijakan ekonomi. Laju inflasi tinggi dan biasanya juga cenderung tidak stabil dapat menimbulkan

Lebih terperinci

TEORI PENGELUARAN NEGARA

TEORI PENGELUARAN NEGARA 1 TEORI PENGELUARAN NEGARA Musgrave dan Rostow Perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran KTSP Kelas X ekonomi KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami instrumen kebijakan moneter. 2. Memahami kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-25 Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI

PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI Teori Ekonomi Isu isu utama 1. Mewujudkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya Mikro Ekonomi 2. Mencapai kepuasan yang maksimum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi. Fenomena inflasi terbukti telah menggerogoti nilai riil pendapatan, menjadikan semua orang

Lebih terperinci

Bab 6 INFLASI. Gambar 6.1. Perkembangan Inflasi Dan Output Gap Nasional. Bahan Kuliah Ekonomi Moneter Aris B. Setyawan 66

Bab 6 INFLASI. Gambar 6.1. Perkembangan Inflasi Dan Output Gap Nasional. Bahan Kuliah Ekonomi Moneter Aris B. Setyawan 66 Bab 6 INFLASI Seperti telah dijelaskan di banyak Bab sebelumnya, tiba saatnya dijelaskan secara lebih mendetail mengenai satu variabel yang memiliki hubungan yang erat dengan kebijakan moneter, serta memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. Sistem perekonomian terbuka sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK

II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK Nuhfil Hanani 1 II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK 2.1. Dasar Filsafat Mazhab Klasik Mazhab Klasik yang dipelopori oleh Adam Smith ( 1732-1790) yang tercermin dalam bukunya yang diterbitkan th. 1776 dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sering terjadi pada perekonomian suatu negara. Gejala-gejala inflasi pada perekonomian ditandai dengan kenaikan harga-harga secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. beberapa hasil penelitian terdahulu: Penelitian Nugroho dan Basuki (2012) dengan judul Analisis Faktorfaktor

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. beberapa hasil penelitian terdahulu: Penelitian Nugroho dan Basuki (2012) dengan judul Analisis Faktorfaktor BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu: Penelitian Nugroho dan Basuki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beredar dan hubungan jumlah uang beredar dengan laju inflasi. diketahui definisi uang dan fungsi uang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beredar dan hubungan jumlah uang beredar dengan laju inflasi. diketahui definisi uang dan fungsi uang. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas tentang teori yang mendasari dari pokok permasalahan yang akan diambil. Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas terdiri dari definisi dan fungsi

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan KEBIJAKAN PEMERINTAH Kebijakan pemerintah yg berkaitan dengan APBN untuk mempengaruhi jalannya perekonomian guna mencapai sasaran atau tujuan tertentu Misal: 1. menaikkan/menurunkan budget 2. menaikkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro PENGANTAR EKONOMI MAKRO Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Pengertian Ekonomi Makro ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Inflasi Inflasi memiliki definisi yang sangat beragam yang dapat ditemukan dalam literature ekonomi. Keanekaragaman dari definisi inflasi ini pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas tingkat inflasinya. Inflasi secara umum dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga-harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. harga. Badan Pusat Statistik (2005) mendefinisikan inflasi sebagai angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. harga. Badan Pusat Statistik (2005) mendefinisikan inflasi sebagai angka BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Inflasi Mankiw (2007) menyebutkan bahwa inflasi adalah seluruh kenaikan dalam harga. Badan Pusat Statistik (2005) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA E K O N O M I PROGRAM STUDI IPS PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua negara di dunia adalah inflasi. Inflasi berasal dari bahasa latin inflance yang berarti meningkatkan.

Lebih terperinci