BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang akan datang untuk kehidupan yang lebih baik menjadi hal utama dalam
|
|
- Suparman Hengki Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep Konsep Pembangunan Berkelanjutan Begitu banyak definisi dari Pembangunan Berkelanjutan. Namun, semua definisi menitikberatkan pada bagaimana agar perekonomian dapat tetap berlanjut dalam waktu yang lama atau jangka panjang. Memberi kesempatan pada generasi yang akan datang untuk kehidupan yang lebih baik menjadi hal utama dalam konsep ini. World Commission on Environtment and Development (WECD), sejak 1987 memberikan deskripsi dari Pembangunan Berkelanjutan sebagai berikut: The economic development in a specified area (region, nation, the globe) is sustainable if the total stock of resources human capital. Physical reproducible capital. Environmental resource. Exhaustible resource does not decrease over time (pembangunan ekonomi disuatu daerah tertentu (wilayah, negara, dunia) dikatakan berkelanjutan bila jumlah total sumber daya tenaga kerja, barang modal yang dapat diproduksi kembali, sumber daya alam. Sumber yang dipakai tdak berkurang dari waktu ke waktu. Beberapa ciri umum negara-negara berkembang yang umumnya masih memiliki standar hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan Negara-negara maju. Ciri-ciri tersebut adalah: standar hidup yang rendah, produktivitas yang rendah, tingkat pertumbuhan penduduk dan beban ketergantungan yang tinggi, tingkat pengangguran yang tinggi, sangat tergantung pada roduksi pertanian, dan barang ekspor primer. Ciri-ciri tersebut sekaligus dapat diturunkan menjadi indikator keberhasilan pembangunan dari negara-negara berkembang tersebut, yaitu: Pendapatan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Perkapita, Distribusi Pendapatan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Kesehatan 12
2 Masyrakat, Pendidikan Masyarakat, Produktivitas Masyarakat, Pertumbuhan Penduduk, Pengangguran dan Setengah Menganggur (An- Naf, 2005) Fertilitas Fertilitas menunjukan jumlah anak yang dilahirkan hidup dan lebih mudah dihitung untuk wanita, sebab merekalah yang melahirkan sang anak. Fertilitas ialah suatu istilah yang dipergunakan didalam bidang demografi untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup, Lucas (1982:53). Model Easterlin yang digunakan untuk menganalisa tingkah laku fertiltas di negara berkembang, menggabungkan peralatan yang banyak digunakan oleh kaum ekonom (melihat fertilitas dari segi permintaan anak) dengan yang sering digunakan oleh demografer (fertilitas sebagai suatu pencerminan fertilitas alamiah). Jelasnya fertilitas diuraikan atas fertilitas alamiah dan pengendalian kelahiran secara sadar, dimana keputusan pengendalian kelahiran secara sadar tergantung baik kepada fertilitas alamiah, permintaan akan anak, dan biaya melakukan pengendalian secara sadar tersebut. Fertilitas alamiah adalah jumlah anak yang akan dilahirkan seseorang wanita selama masa reproduksinya bila wanita itu dan suaminya tidak pernah melakukan pengendalian kelahiran secara sadar. Fertilitas alamiah sering dihipotesakan berhubungan positif dengan moderenisasi, seperti pendidikan, pengaruh perkotaan dan pendapatan. Menurut Agusyahbana, dkk. (1998) fertilitas penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain norma besar keluarga (dicerminkan dalam jumlah anak yang diinginkan), variabel antara (misalnya lama perkawinan, pemakaian alat kontrasepsi) dan variabel non-demografi (misalnya status sosial dan ekonomi). 13
3 Variabel antara ini memiliki pengaruh lanngsung terhadap fertilitas, namun pengaruh variabel antara ini akan berbeda-beda akibat adanya perbedaan suku, status sosial, ekonomi, agama, dan sebagainya. Teori lain yang masih menjelaskan tentang fertilitas yang berkaitan dengan fenomena ekonomi adalah teori yang dikemukakan oleh Leibenstein dalam Mundiharno (2011) yang pada dasarnya menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menentukan jumlah anak yang dilahirkan hidup pada setiap keluarga. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah upaya seseorang dalam merencanakan jumlah anak yang ingin dimiliki. Perhitungan dalam merencanakan hal tersebut tidak bisa lepas dari keseimbangan antara kepuasan atau kegunaan yang didapat dengan tambahan biaya akibat tambahan satu orang anak dalam satu keluarga, baik berupa tambahan psikis maupun tambahan uang. Pertama, kegunaan yang diperoleh dari seorang anak sebagai barang konsumsi, misalnya sebagai pelipur lara bagi orang tuanya. Kedua, kegunaan dari seorang anak sebagai sarana produksi, yakni seorang anak nantinya diharapkan dalam masyarakat dapat bekerja guna menambah pendapatan keluarga. Ketiga, kegunaan seorang anak sebagai sumber ketentraman orang tua pada hari tua kelak Usia Kawin Pertama (UKP) Indonesia adalah negara dengan pernikahan usia muda yang tinggi di dunia (rangking 37) serta tertinggi kedua diasean setelah Kamboja. Kehamilan di usia yang sangat muda berkorelasi dengan angka kematian dan kesakitan ibu. Anak perempuan berusia tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia tahun, sementara 14
4 risiko ini meningkat dua kali lipat pada kelompo kusia tahun. Pernikahan pada usia muda meningkatan risiko terjadinya keguguran, obstetric fistula, kanker leher rahim dan berbagai masalah lainnya. Pernikahan di usia muda juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan kepribadian dan menempatkan anak yang dilahirkan berisiko terhadap kejadian kekerasan, keterlantaran, keterlambatan perkembangan, kesulitan belajar, gangguan perilaku, dan cenderung menjadi orangtua pula diusia dini. Konsekuensi yang luas dalam berbagai aspek kehidupan tersebut akan menjadi hambatan dalam mencapai tujuan Millennium Developmental Goals (Nurjanah dkk, 2013). Usia kawin pertama adalah usia ketika seseorang memulai atau melangsungkan pernikahan (perkawinan pertama). Masalah pernikahan merupakan salah satu bagian dari masalah kependudukan yang perlu diberi perhatian khusus, karena nantinya pernikahan dapat menimbulkan masalah baru dibidang kependudukan yang nantinya dapat menghambat pembangunan. Usia kawin pertama merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi tingkat produktifitas pada pasangan usia subur (PUS). Usia kawin pertama nantinya akan memberikan sumbangan terhadap angka kelahiran, Iswarati (2010). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasir (2012) memberikan hasil bahwa umur kawin pertama di Aceh berkisar kurang dari 21 tahun (69,30 persen), cukup tingginya angka umur kawin pertama diusia 21 tahun ini mungkin disebabkan oleh masih sedikitnya kesempatan wanita untuk merebut lapangan pekerjaan dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Umur kawin pertama ini sangat penting karena pada umumnya pada wanita umur menikah 15
5 terlalu muda mempunyai waktu reproduksi yang panjang sehingga angka kelahirannya akan tinggi dibanding wanita yang menikah pada usia tua. Umur menikah terlalu muda dapat menjadi masalah bila tidak berkb. Umur Kawin Pertama akan menjadi alternatif untuk mengatur jarak kelahiran selain berkb (Sukarno, 2014). Secara umum terdapat perbedaan pola fertilitas menurut umur pada negara sedang berkembang dan negar maju. Hal ini disebabkan karena pada umumnya wanita dinegara berkembang menikah pada usia muda sehingga kelompok usia muda ini tingkat fertilitasnya tinggi, sedangkan dinegara maju umumnya wanita menikah diusia muda, namun tidak langsung mempunyi anak wanita dinegara maju sudah menghentikan kelahiran bayi pada usia 30-an, sedangkan dinegara berkembang mulai berhenti melahirkan kalau dirasa anaknya sudah cukup banyak (Endang, 2009). Sukarno (2014) menjelaskan bahwa semakin tinggi umur kawin pertama semakin sedikit atau rendah jumlah anak yang dilahirkan sehingga akan memperkecil angka fertilitas yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap rendahnya laju pertumbuhan penduduk Status Bekerja Di jaman sekarang ini, kegiatan ekonomi dan pembangunan tidak hanya melibatkan laki-laki saja, tetai peranan wanita juga semakin meningkat. Kondisi ini dapat dilihat dari meningkatnya pekerja wanita dari tahun ke tahun yang semakin banyak. Peningkatan ini umumnya terjadi pada wanita usia produktif yaitu usia antara tahun. Wanita yang mengurus rumah tangga saja cenderung untuk mempunyai anak lebih banyak, sedangkan wanita yang bekerja mempunyai anak lebih sedikit (Hatmaji dalam Mirah, 2013) 16
6 Wanita Indonesia bekerja sebelum mereka kawin, kemudian setelah kawin dan mempunyai anak yang masih kecil (balita) mereka mengundurkan diri dari angkatan kerja. Dengan demikian alokasi rumah tangga akan meningkat. Kehadiran anak-anak dalam rumah tangga juga cenderung mengurangi semangat bekerja dikalangan wanita bersuami. Kehadiran buah hati didalam rumah tangga mewajibkan orang tua terutama sang Ibu untuk merawat anaknya, apalagi anak tersebut masih balita. Bahkan ketika hamilpun kebanyakan dari mereka mengundurkan diri sementara dari angkatan kerja hingga sang anak lahir dan berumur sekian bulan, setelah itu mereka masuk ke angkatan kerja kembali. menyatakan bahwa peranan wanita dalam pembangunan saat ini mengakibatkan wanita lebih banyak bekerja di luar rumah untuk tambahan pendapatan maupun karir. Wanita pada zaman sekarang ingin mengembangkan diri mereka agar tidak terkekang oleh urusan rumah tangga, hal inilah yang membuat mereka mempertimbangkan untuk memiliki jumlah anak yang lebih sedikit (Endang, 2009) Pendidikan Terakhir Tingkat pendidikan perempuan akan mempengaruhi umur kawin. Perempuan yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung menikah pada umur yang lebih tua, sehingga fertilitasnya juga cenderung lebih rendah. Perempuan dengan pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki tingkat fertilitas lebih rendah karena mereka umumnya menggunakan alat kontrasepsi (Sudibia, dkk 2013). Pentingnya pengembangan tingkat pendidikan dalam usaha untuk membangun keluarga yang sehat dan sejahtera meliputi beberapa faktor. Pertama, 17
7 pengetahuan yang lebih tinggi mambantu memperluas pandangan masyarakat dalam mempertinggi rasionalitas pemikiran atau pilihan mereka untuk membatasi keluarga. Kedua, pendidikan memungkinkan masyarakat mempelajari pengetahuan teknik yang diperlukan untuk menjalakan usaha-usaha peningkatan kesejahteraan keluarga dan peningkatan pemakaian kontrasepsi. Ketiga, pengetahuan yang lebih baik yang diperoleh dari pendidikan formal atau informal dapat merangsang dan menciptakan pembangunan teknologi tepat guna dan berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti pandangan tentang keluarga ideal, nilai anak dan sebagainya (Endang, 2009). Ahli kapendudukan Bouge, mengatakan bahwa pendidikan menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap fertilitas dari pada variabel-variabel yang lain. Penelitian di Indonesia, menunjukkan bahwa wanita yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan menengah mempunyai anak yang lebih sedikit daripada yang berpendidikan Sekolah Dasar dalam Endang (2009). Menurut Todaro (1994:21) semakin tinggi tingkat pendidikan wanita maka cenderung untuk merencanakan jumlah anan yang jumlahnya lebih sedikit. Hal ini diduga disebabkan oleh cara pandang yang lebih luas sehingga wanita dengan pendidikan tinggi akan lebih berkonsentrasi pada kualitas anak dengan cara memperkecil jumlah anak, sehingga akan mempermudah dalam perawatannya, membimbing dan memberi pendidikan serta kesehatan yang layak (dalam Adi, 2013). 18
8 2.1.6 Etnis Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehatsakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan reproduksi ibu dankesehatan anak. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk polamakan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu. Etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, niai, kebiasaan adat istiadat, norma bahasa, sejarah, geografis dan hubungan kekerabatanmenurut Pasal 1 Angka 3 Undang- Undang No.4 tahun Setiap warga negara memiliki hak untuk bebas memeluk agama. Sama halnya seperti etnis, biasanya etnis sudah ada sejak kita lahir turun temurun dari nenek moyang kita (Khasanah, 2011). Etnis tentu saja merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap fertilitas. Kebanyakan penelitian menunjukan bahwa orang islam cenderung memiliki fertilits yang lebih tinggi dibanding non-muslim (Lucas, 1982: 70). 1) Etnis Bali Purusa sebagai benih laki-laki dan pradana sebagai benih perempuan. Sehingga dengan adanya pertemuan antara purusa dan pradana disebutkan melahirkan kehidupan yang harmoni. Purusa itu adalah jiwa atau atman yang 19
9 berasal dari paramaatma atau Tuhan Yang Maha Esa. Pradana artinya badan raga yang menjadi wadah dari purusa. Bila dinamika jiwa dan raga ini senantiasa terpadu secara seimbang maka kehidupan manusiapun menjadi dinamis yang harmonis. Beberapa keluarga Hindu di Bali yang tidak mempunyai anak atau tidak mempunyai anak laki-laki (purusa) sering merasa sedih, putus asa, dan seperti tidak mempunyai harapan untuk masa depan. Mereka berusaha dengan segala macam jalan untuk bisa mempunyai anak laki-laki, walaupun mereka mempunyai anak perempuan.bagi mereka hanya memiliki anak perempuan sama dengan tidak mempunyai anak, karena dipandangannya anak perempuan akan menjadi milik keluarga suaminya. Mereka merasa tidak akan ada yang meneruskan purusa. Mereka merasa keluarganya putung (tidak ada penerus). Dalam hal ini beberapa orang tua tidak akan berhenti bereprouksi sebelum memiliki anak laki-laki, hal ini menyebabkan jumlah anak cenderung lebih banyak. 2) Etnis Jawa Budaya Jawa adalah salah satu budaya di Indonesia yang memandang anak sebagai nilai psikologis ketika anak masih dalam masa kanak-kanak. Sikap batin lain yang ada dalam budaya jawa adalah sikap nrimo, yang berarti menerima apapun yang ada atau yang dimiliki tanpa membantahnya atau dengan kata lain bersyukur. Selain itu, dalam Budaya Jawa juga terdapat mitos banyak anak banyak rezeki. Mitos ini berarti semakin banyak memiliki anak memiliki banyak kesempatan untuk memiliki banyak rezeki juga (Windy, 2013). Adat kebiasaan yang berlaku didaerah bisa berperan kuat terhadap usia kawin pertama.seperti 20
10 yang terjadi di Jawa Barat, ada kebiasaan yang mengatakan bahwa kawin muda di daerah ini dianggap ideal. Bilamana seorang gadis belum juga menikah sampai usia 17 tahun, ia disebut perawan tua dan hal ini memalukan bagi orang tua (Guritnaningsih dalam Endang 2009). Akibat usia kawin pertama yang rendah inilah mereka memiliki masa reproduksi yang lebih panjang. 3) Etnis Cina Dalam budaya asli Tionghoa kedudukan nilai laki-laki dan perempuan diibaratkan sebagai unsur Yang dan Yin, yaitu unsur-unsur yang bersifat aktif dan unsur-unsur yang bersifat pasif. Dalam hal ini Yang (aktif) diumpamakan sebagai laki-laki dan Yin (pasif) diumpamakan sebagai wanita. Perumpamaan tersebut kemudian dibingkai dalam struktur sosial dengan sistem kekerabatan patrilineal dimana keluarga sebagai lembaga dipimpin laki-laki, sehingga laki-laki lebih memiliki kekuasaan daripada wanita. Keluarga merupakan lembaga yang sangat penting, karena pada hakekatnya keluarga merupakan tempat manusia dilahirkan serta dibesarkan. Penghormatan terhadap keluarga ini juga terkait dengan etik bahwa laki-laki harus menghormati istrinya sebagai orang yang melahirkan manusia. Walaupun demikian, bila istri tidak dapat melahirkan anak laki-laki, maka suaminya boleh menikah lagi (Titik, 2002) Faktor Ekonomi dan Fertilitas Pandangan bahwa faktor-faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap fertilitas bukanlah suatu hal yang baru. Dasar pemikiran utama dari teori transisi demografis yang sudah terkenal luas adalah bahwa sejalan dengan 21
11 diadakannya pembangunan sosial-ekonomi, maka fertilitas lebih merupakan suatu proses ekonomis dari pada proses biologis. Berbagai metode pengendalian fertilitas seperti penundaan perkawinan, senggama terputus dan kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan suami isteri yang tidak menginginkan mempunyai keluarga besar, dengan anggapan bahwa mempunyai banyak anak berarti memikul beban ekonomis dan menghambat peningkatan kesejahteraan sosial dan material (dalam Mundiharno, 2011). Teori perilaku konsumen menjelaskan bahwa setiap orang (dalam hal ini orang tua), masing-masing telah memiliki sumber yang terbatas dan dapat berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan kepuasan dengan cara memilih antara berbagai barang. Pilihan mereka dipengaruhi oleh harga barang dan penghasilannya. Dengan meningkatkan penghasilan, orang tua berkeinginan agar anaknya mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, sehingga mereka lebih tertuju pada kualitas anak daripada kuantitas anak. Pendekatan lainnya yang lebih sesuai dengan keadaan di negara berkembang, anak merupakan barang investasi atau aktiva ekonomi. Manfaat tersebut akan terlihat jika anak berkeja tanpa upah untuk membantu orang tua di sawah ataupun di perushaan milik keluarga, atau memberikan sebagian penghasilannya untuk orang tua ataupun membantu keuangan orang tua ketika usia senja (Lucas, 1982:157). Menurut penelitian Bollen Kenneth AJ et.al (dalam Suandi, 2002) menunjukan bahwa pekerjaan kepala rumah tangga atau sang suami merupakan indikator dari penghasilan dan fertilitas, dengan kata lain status pekerjaan suami 22
12 berpengaruh positif terhadap penghasilan kemudian melalui penghasilan inilah berpengaruh negatif dengan fertilitas. Hasil penelitian sebelumya yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2010 menyatakan bahwa vaksinasi terhadap anak dan ibu hamil telah mencapai target 90 persen dari seluruh jumlah negara anggota WHO. Permasalahan-permasalahan yang terkait dengan gagalnya tindakan vaksinasi pada anak dan ibu hamil banyak ditemukan di negara-negara yang memiliki pendapatan keluarga dari tingkat terendah hingga menengah (Rainey et.al, 2011). Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya, dapat dibentuk kerangka konsep variabel penelitian seperti pada Gambar 2.1 Gambar 2.1 Kerangka Konsep Variabel Penelitian Usia Kawin Pertama (X 1 ) Status Bekerja (X 2 ) Pendidikan Terakhir (X 3 ) Jumlah Anak Yang Dilahirkan Hidup (Y) Etnis (X 4 ) Pendapatan Keluarga (X 5 ) 23
13 2.2 Hipotesis 1) Usia kawin pertama berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan hidup di Kota Denpasar 2) Status bekerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan hidup di Kota Denpasar 3) Pendidikan terakhir berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan hidup di Kota Denpasar 4) Etnis berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan hidup di Kota Denpasar 5) Pendapatan keluarga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan hidup di Kota Denpasar 24
BAB I PENDAHULUAN. mengajarkan kepada orang bagaimana memanfaatkan pandangan yang begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Capital Development merupakan faktor yang sangat penting untuk pembangunan nasional. Selain itu pengembangan sumber daya manusia (SDM) mengajarkan kepada
Lebih terperincimengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi penduduk yang termasuk empat atau lima besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian Indonesia. Sejak
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penduduk ialah orang atau individu yang tinggal atau menetap pada suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Kependudukan Teori kependudukan dibagi ke dalam tiga kelompok besar: (1) aliran Malthusian yang dipelopori oleh Thomas Robert Malthus; (2) aliran Marxist yang dipelopori
Lebih terperinciPP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu diantara tujuh manusia penduduk dunia yang berjumlah 6,75 miliar ini adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara yang tidak mampu
Lebih terperinciKonferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari
Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, tetapi meliputi aspek mental
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika
Lebih terperinciBAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran yang penting
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tresia (2006), jumlah anak didefinisikan sebagai banyaknya anak
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jumlah Anak Menurut Tresia (2006), jumlah anak didefinisikan sebagai banyaknya anak kandung yang pernah dilahirkan dalam keadaan hidup oleh seorang ibu pada saat pencacahan baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan dini merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, 2008:56). Pola pikir zaman primitif dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar atau hak fundamental warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan tentang Persepsi. Sebuah proses internal yang dinamakan persepsi, yang bermanfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Persepsi Sebuah proses internal yang dinamakan persepsi, yang bermanfaat sebagai sebuah alat penyaring (filter) dan sebagai metode untuk mengorganisasi stimuli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk yang begitu besar di Negara yang sedang berkembang seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Dalam Wicaksono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kualitas SDM sangat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hidup perempuan karena perempuanlah yang hamil, melahirkan dan menyusui anak sejak bayi sampai
Lebih terperinciPolicy brieft FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UMUR KAWIN PERTAMA WANITA DI BALI
Latar belakang. Policy brieft FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UMUR KAWIN PERTAMA WANITA DI BALI BPS mendefinisikan umur perkawinan pertama sebagai umur pada saat wanita melakukan perkawinan secara hukum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penentuan Jarak Kehamilan Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi batasan sela antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan yang akan datang (Alwi,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Fertilitas Fertilitas atau yang sering dikenal dengan kelahiran dapat diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari penduduk (actual reproduction performance)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kependudukan pada dasarnya terkait dengan kualitas, kuantitas dan mobilitas penduduk (BKKBN, 2011). Dilihat dari sisi kuantitas penduduk Indonesia berdasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA. a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA Menurut WHO (world Health Organization) Expert Committee Tahun 1970 keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami
Lebih terperinciPERKAWINAN DAN PERCERAIAN
PERKAWINAN DAN PERCERAIAN 1. Pendahuluan Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh fertilitas. Perkawinan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mencitrakan (to describe), menerangkan sifat bumi, serta menganalisa gejalagejala
I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Lingkup Penelitian Geografi Menurut (Bintarto (1977:9) geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat
Lebih terperinciSgmendung2gmail.com
Sgmendung2gmail.com sgmendung@yahoo.co.id PUSDIKLAT KEPENDUDUKAN DAN KB BKKBN 2011 Menjelaskan Konsep Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) Menjelaskan masalah-masalah dalam memenuhi hak-hak reproduksi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu sasaran program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja di Indonesia sekitar 27,6%,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah pembangunan kesehatan di Indonesia mempunyai delapan tujuan, dimana dua diantaranya adalah untuk menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia ternyata lebih tinggi daripada perkiraan. Revisi prediksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan, pertumbuhan jumlah penduduk dunia ternyata lebih tinggi daripada perkiraan. Revisi prediksi pertumbuhan tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang ditandai dengan pendapatan yang rendah, kurangnya pendidikan, kurangnya kesehatan, dan kurangnya
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN REMAJA DAN EKONOMI KELUARGA DENGAN SIKAP REMAJA UNTUK MEMUTUSKAN MENIKAH DI USIA MUDA DI DESA PRAPAG KIDUL - LOSARI - BREBES S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak reproduksi perempuan. Hal ini menunjukkan sudah adanya perhatian dunia dalam meningkatkan derajat kesehatan
Lebih terperinciTingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar utama dalam pembangunan suatu negara. Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga dengan produktifitasnya yang
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP DI KOTA DENPASAR
E-Jurnal EP Unud, 5 [1] : 167-194 ISSN: 2303-0178 PENGARUH FAKTOR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP DI KOTA DENPASAR Ni Putu Angelica Indah Putri 1 I Gst Wayan Murjana Yasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan. Dengan pernikahan, seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan- Nya. Dalam kehidupan ini secara alamiah manusia mempunyai daya tarik menarik antara satu individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati
Lebih terperincilamban. 1 Pada tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia mengalami lonjakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Cina, India
Lebih terperinciKOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA
KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang terlalu muda. Usia muda artinya, usia yang belum matang secara medis dan psikologinya. Usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk melangsungkan hidupnya setiap manusia tidak terlepas dari kehidupan social. Salah satu bentuk hidup bersosialisasi dengan orang lain adalah sebuah pernikahan.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian-pengertian Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan merupakan bahan acuan dalam mengembangkan aplikasi yang ada.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung tumbuh menjadi kota yang memiliki pusat aktivitas pemerintahan dan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang bertambah dengan pesat. Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ketahun semakin bertambah
Lebih terperinciABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK
ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Sebuah pernikahan akan membuat individu memperoleh keseimbangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan salah satu tahap yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Sebuah pernikahan akan membuat individu memperoleh keseimbangan hidup baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah kepuasan perkawinan, ialah sesuatu yang merujuk pada sebuah perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna lebih luas daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciBoleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya
INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan penerus generasi bangsa di masa mendatang. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) remaja adalah suatu fase
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Arti dan Tujuan Demografi Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau penduduk dan Grafein adalah menulis. Demografi adalah ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian total unmet need di Indonesia menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan sampel penelitiannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang sah guna melanjutkan silsilah garis keturunan dalam memelihara keberlangsungan kehidupan (Tamrin, 2009). Permasalahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh rakyat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gambaran umum pernikahan usia dini di Jawa Barat menurut Kepala seksi advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Santoso (dalam BKKBN) mengatakan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Bintarto dan Hadisumarno (1987:9) menyatakan bahwa geografi adalah suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia.
Lebih terperinciAni Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Persoalan nikah bukanlah persoalan baru yang diperbincangkan publik, tetapi merupakan persoalan klasik yang telah dikaji sejak lama.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental dimana terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu secara seksual
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI TENGAH
GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA SEMINAR SEHARI OPTIMALISASI PEMANFAATAN DATA SDKI 2007 DAN HASIL SENSUS 2010 PROVINSI SULAWESI TENGAH SABTU, 26 MARET 2011 ASSALAMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Badan Pusat Statistik (2010) mencatat jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit"
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan ekonomi, masalah
Lebih terperinciPOKOK BAHASAN II PROFIL DAN MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
POKOK BAHASAN II PROFIL DAN MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA Masalah kependudukan yang menjadi perhatian dunia saat ini adalah tetap tingginya angka kelahiran. Dengan didasarkan pada hasil perhitungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitment internasional untuk mewujudkan sasaran pembangunan global telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai MDGs (Millenium
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Georgafi dan Keluarga Berencana Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki
Lebih terperinciyang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkawinan Usia Dini 1. Pengertian Perkawinan Usia Dini Menurut Ali Akbar dalam Rouf (2002) untuk menentukan seseorang melaksanakan kawin usia dini dapat dilihat dari sudut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang diperkirakan selama kurun waktu 40 tahun program keluarga berencana (KB) telah berperan penting dalam peningkatan contraceptive prevalence
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan
Lebih terperinciBUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah kependudukan merupakan masalah yang terus mendapatkan perhatian pemerintah dan lembaga terkait. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas
Lebih terperinciKoordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan sebuah pernikahan, namun memutuskan untuk terikat dalam sebuah ikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,
Lebih terperinci