BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI, DAN MODEL. serta hasil penelitian yang telah ada. Dalam beberapa buku disinggung tentang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI, DAN MODEL. serta hasil penelitian yang telah ada. Dalam beberapa buku disinggung tentang"

Transkripsi

1 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI, DAN MODEL 2.1. Kajian Pustaka Topik tulisan ini belum ditemukan apabila diamati dari buku-buku serta hasil penelitian yang telah ada. Dalam beberapa buku disinggung tentang Gamelan Batel dalam seni pertujukan wayang kulit dalam kajian seni pertunjukan. Sumber pustaka mempunyai peranan penting untuk menunjang penelitian ini, buku-buku atau hasil penelitian yang berhubungan dengan Gamelan Batel dalam seni pertunjukan wayang kulit dapat dijadikan acuan atau sebagai sumber data tertulis disamping melalui studi lapangan. Lisa Gold (1992), dalam disertasi yang berjudul The Gender Wayang Repertoire in Theatre and Ritual: A Study of Balinese musical Meaning. Menyatakan bahwa repertuar gender wayang memiliki peranan yang amat penting dalam mengungkap makna tetrikal dan ritual. Melihat kenyataan bahwa bukan hanya barungan gemelan gender wayang ( seperangkat gamelan atau gender wayang yang terdiri dari empat tungguh) yang digunakan masyarakat Bali dalam kegiatan ritual dan seni pertunjukan, maka eksistensi dan peranan karawitan sebagai paying dalm semua jenis gamelan dan seni suara perlu dikaji dari sudut pandang rasa dan kejiwaan. Colin McPHEE dalam buku Musik in Bali ( 1966 : 202), menyatakan pertunjukan wayang kulit, dilihat dari alat musik iringannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Gamelan Batel dan gamelan gender wayang. Dalam

2 14 pertunjukan cerita Ramayana menggunakan iringan Gamelan Batel dengan instrmentasi antara lain empat tungguh gender wayang, sepasang kendang lanang wadon, kempur, ceng ceng ricik, tawa-tawa, krenet, dan suling. Gamelan batel dalam cerita Ramayana memberikan suasana yang ramai, menggemparkan, dan mampu memberi suasana peperangan yang terdapat dalam peperangan antara raksasa dan pasukan Rama. Buku ini memberi pemahaman yang jelas kepada peneliti tentang Gamelan Batel. Djohan ( dalam bukunya yang berjudul Psikologi Musik yang diterbitkan oleh Best Publisher Yogyakarta. Buku ini secra garis besar banyak mengulas tentang hubungan antar musik dengan emosi, musik dengan kognisi. Buku ini sangat berguna dalam mengulas berbagai dimensi dalam penelitian ini, dimana segala aspek yang termagsud sebagai bentuk dari musik sangat berhubungan dengan berbagai persoalan psikologis. Terlebih lagi dalam memahami musik tradisi yang kita punya. Estetika Sebuah Pengantar karya A.A.M. Djelantik ( 2008). Buku ini mengungkapkan secara umum, keindahan meliputi keindahan alam dan keindahan buatan manusia. Keindahan buatan manusia sering disebut dengan kesenian. Dengan demikian kesenian dapat dikatakan merupakan salah satu wadah yang mengandung unsur-unsur keindahan ( Djelantik, 2008: 17). Ada tiga unsur unsur estetika yang terkandung dalam benda dan peristiwa kesenia yaitu: 1) Wujud atau rupa (appearance) yang terdiri dari bentuk (form) atau unsur yang mendasar dan susunan atau struktur (structure).

3 15 2) Bobot terdiri dari tiga aspek yaitu: suasana (mood), gagasan (idea), ibarat atau pesan (massage). 3) Penampilan yang terdiri dari tiga unsur yaitu: bakat (talent), keterampilan (skill ), saran atau media Buku ini member tambahan wawasan yang dijadikan landasan untuk mengkaji keindahan yang terdapat dalam Gamelan Batel yang ada di Desa Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. I Made Bandem ( 1986) dalam bukunya Prakempa, Sebuah Lontar Gamelan Bali. Prakempa adalah sebuah lontar mitologi gamelan Bali yang di duga cukup tua umurnya. Dalam konteknya dengan gamelan Bali, Prakempa kiranya dimagsud sebagai seluk beluk gamelan Bali yang pada hakekatnya berintikan tatwa (filsafat atau logika), susila (etika) lango (estetika), dan gegebug (teknik), yang bertalian dengan gamelan Bali. Kemunculan lontar prakempa ini member petunjuk yang jelas bahwa suatu masa para ahli gamelan telah mencatat tentang gamelan Bali. Ditemukannya lontar Prakempa merupakan suatu usaha pelestarian dari beberapa aspek gamelan Bali dan naskah ini merupakan literature seni yang tak ternilai harganya. Salah satu aspek yang disebutkan oleh lontar Prakempa yaitu uraian mengenai filsafat atau logika dalam gemelan-gamelan Bali dimulai dengan terciptnya bunyi, suara, nada dan ritma oleh Sang Hyang Tri Wisesa dimana nada-nada itu diwujudkan dengan simbul penganggening Aksara seperti taleng ( ), cecek ( ), tedong ( ), suku ( ), dan ulu ( ). Gamelan yang berfungsi sebagai musikal instrument sebagai musik tak dapat dipisahkan dari konsep kesimbangan hidup orang Bali yang meliputi konsep

4 16 keseimbangan hidup manusia dengan tuhan, manusia dengan alam, manusia dengan manusia itu sendiri. Buku ini sangat relevan dipakai sebagai bahan acuan menyangkut tentang filsafat, atau logika, etika, estetika, tentang gamelan Bali. Soedarsono (2002) dalam buku Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi memaparkan dalam artikel yang berjudul Berbagai Fungsi Seni Pertunjukan Dalam Masyarakat. Secara garis besar seni pertunjukan memiliki tiga fungsi primer yaitu sebagai sarana ritual, sebagai ungkapan pribadi yang pada umumnya berupa hiburan pribadi dan sebagai presentasi estetis. Dijelaskan pula tentang perbedaan seni pertunjukan yang ada di Negara berkembang dengan di negara maju. Di negara berkembang fungsi seni pertunjukan cenderung menitik beratkan pada fungsi ritual, sedangkan di negara maju sebagai hiburan. Disamping itu ciri-ciri khas seni pertunjukan ritual juga diuraikan dengan jelas. Piliang dalam buku Hipersemiotka : Tapsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, (2003 ) menguraikan ada dua aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam proses seni, salah satunya adalah aspek subyektif yang berkaitan dengan kemampuan artistik dan daya kreatifitas seniman, yang dibentuk oleh kebudayaan, mitos, kepercayaan, idiologi atau ketaksadaran seniman itu sendiri. Di samping menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan proses seni sesuai dengan keberadaan penelitian, buku ini juga menguraikan teori yang dipakai untuk membedah penelitian ini. Dari tulisan-tulisan yang pernah dibaca tentang seni karawitan khususnya Gamelan Batel, terlihat perbedaannya dengan penelitian yang akan

5 17 dilakukan. Tulisan-tulisan sebelumnya lebih banyak mengulas tentang seni karawitan secara umum. Di samping itu, penelitian ini menjadi berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena dikaji dalam perspektif kajian budaya. Penelitian ini menjadi lebih menarik untuk diteliti setelah membaca pendapat I Wayan Dibia yang mengatakan berbagai seni pertunjukan yang hingga kini diwarisi oleh masyarakat Bali, dalam kurun waktu yang cukup panjang telah mengalami perubahan yang menyangkut isi, bentuk dan tatanan penyajian kesenian itu sendiri. Sesuai dengan pertunjukan wayang kulit dewasa ini telah mengalami pergeseran dalam bidang pementasan terutama pada iringan dari wayang kulit. Menyadari hal tersebut sangat menarik untuk diteliti. Sumbersumber tersebut diatas merupakan data yang akan diolah dengan melakukan penggabungan, pengkaitan, perbandingan dan analogi. Pustaka lainnya yang sifatnya mendukung, dengan memanfaatkan sumber-sumber diatas, kemudian dipadukan secara cermat dengan studi lapangan, maka hasilnya diharapkan mampu menjawab permasalahan yang diajukan dan mendekati kebenaran. 2.2 Konsep Konsep sangat dipentingkan dalam penelitian, biasanya digunakan sebagai pendukung analisis sehingga dapat memberikan bingkai analisis sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena sosial yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian atau peristiwa, keadaan, kelompok maupun individu tertentu (Hadi,2000: 17). Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati

6 18 sehingga konsep menentukan adanya variable-variabel di mana ditemukan hubungan empiris. Konsep adalah definisi secara singkat dari sekolompok fakta atau gejala. Dalam penelitian ini akan dikembangkan konsep-konsep; 1.Marginalisasi, 2.Gamelan Batel, 3. Seni pertunjukan wayang kulit Marginalisasi Marginal atau keterpinggiran adalah kata sifat yang mengacu pada suatu posisi yang diperbandingkan dengan suatu posisi yang lain. Ia tidak bisa berdiri sendiri. Keberadaan dan pengertiannya sangat tergantung pada antitesenya, yakni posisi yang bukan di pinggir ( biasa disebut pusat atau tengah ). Kontras antara tengah dan pinggir dalam pengertian marginalitas biasanya dikaitkan dengan distribusi kekuasaan atau lebih tepat keberdayaan, yang bergradasi menurun dari pusat ke pinggir. Pusat atau tengah adalah posisi yang paling berdaya. Mereka yang menduduki posisi tersebut dianggap penting sebagai inti atau sumber acuan, dan karenanya mendapat perhatian. Sebaliknya, posisi pinggiran paling jauh dari keberdayaan karena dianggap kurang penting. Marginalitas juga dapat diartikan sebagai suatu posisi yang berada pada perbatasan, yang tidak dimiliki atau memiliki yang berada di tengah karena identitas yang tidak jelas ( Wahyudi,2004: 87-88)) Gamelan Batel Gamelan adalah istilah yang dipakai masyarakat Bali untuk menyebutkan satu barung instrument sedangkan kata batel merupakan salah satu bentuk gending

7 19 yang bisa ditemukan pada jenis-jenis gending pengarjan, bebarongan, pegambuhan, gegandrungan, gender wayang dan petopengan. Jadi Gamelan Batel merupakan sebuah barungan alit yang tergolong gamelan madya dipakai mengiringi wayang kulit, barong bangkal dan barong landung. Dalam banyak hal barungan ini merupakan pengiring prosesi, karena bisa dimainkan sambil berjalan. Dalam mengiringi tari barong landung dan barong bangkal agak berbeda dengan barungan gamelan Bali lainnya, batel barong tidak mempergunakan instrumen pembawa melodi. Oleh karena itu musik yang ditampilkan cenderung ritmis dan dinamis. Untuk mengiringi wayang kulit di tambahkan intrumen berupa 2 pasang Gender Wayang. Gender Wayang adalah barungan yang sangat tua dan sakral, karena gamelan gender wayang ini dipentaskan atau dimainkan pada waktu mengiringi upacara Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, dan Dewa Yadnya. Seperti namanya, gamelan gender wayang sangat erat hubungannya dengan iringan pakeliran di Bali yaitu digunakan untuk mengiringi wayang parwa. Gender Wayang merupakan dua buah kata yang melahirkan suatu pengertian tertentu. Kata Gender jika didalam pengucapan tidak disertai dengan kata wayang, kadang-kadang mempunyai pengertian berbeda, seperti misalnya kata Gender rambat dan Gender Barangan. Gender rambat adalah salah satu jenis instrumen dalam gamelan Pelegongan atau Samara pagulingan, sedangkan Gender Barangan adalah jenis instumen dalam gamelan pelegongan atau pada gender wayang. Gender adalah gamelan yang mempunyai bilah yang dibuat dari perunggu (karawang), yang digantung diatas resonator bambu yang di topang

8 20 dengan tumpuan kayu atau besi, agar tidak bersentuhan antara bilah dengan bilah yang lainnya. Wayang merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional rakyat Bali yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Wayang juga merupakan teater daerah Bali, yang mempunyai fungsi yang sangat komplek di masyarakat, serta di gemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia terutama suku Jawa dan Bali. Gender Wayang, adalah seperangkat gemelan (barungan) yang di paka i untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit di Bali. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Jaap Kunst dalam bukunya yang berjudul Hindu Javanese Musical Instrumens, mengatakan bahwa satu-satunya instumen yang menyertai pertunjukan wayang kulit di Bali pada kenyataannya adalah gender wayang. Seperangkat gender wayang terdiri dari dua tungguh gender yang gede dan dua tungguh gender yang lebih kecil atau gender barangan yang juga biasa di sebut gender cenik. Sedangkan di Bali utara biasanya dipakai dua tungguh gender gede saja. Gender wayang yang terdapat di Bali masing-masing mempunyai karakter tersendiri sesuai selera individu yang memiliki. Dengan demikian gender wayang dari desa satu dengan yang lainya tidak biasa dimainkan bersama. Gender wayang dilaras lima nada yang di sebut saih gender wayang dan mempunyai 10 bilah yang terdiri dari 2 octave. Ombak (gelombang) dalam gender wayang lebih pelan di b andingkan dengan ombak gamelan gong kebyar. Satu tungguh gender lebih tinggi sedikit suaranya (gender pengisep) dari pada gender yang lainnya (pengumbang), apabila

9 21 di pukul bersamaan akan menimbulkan getaran atau gelombang suara. Selain gender wayang dalam barungan batel untuk mengiringi wayang kulit digunakan juga intrumen seperti :2 buah kendang kecil,1buah kajar,1buah kempur,1buah klenang,1buah kemong,dan 1pangkon ricik Seni Pertunjukan Wayang Kulit Konsep pertunjukan dalam tulisan ini yang dijelaskan adalah konsep seni pertunjukan yang diuraikan dalam buku Seni Pertunjukan Dari Perspektif Politik, Sosial, dan Ekonomi dijelaskan bahwa seni pertunjukan merupakan sebuah cabang seni yang selalu hadir dalam kehidupan manusia. Sebagai seni yang hilang dalam waktu, seni pertunjukan hanya bisa dinikmati apabila seni sedang dipertunjukan (Soedarsono, 2003: 1). Menurut Dibia (2004: 3) seni pertunjukan adalah presentasi ide, gagasan atau pesan kepada penonton oleh pelakunya melalui peragaan. Sebagai sebuah karya seni, seni pertunjukan memadukan hampir semua unsur seni yaitu seni rupa, seni sastra, seni gerak, seni suara sehingga mampu memberi kepuasan estetis yang sangat lengkap. Rina Martiara, dalam Kembang Setaman (2003: 170) mengatakan bahwa seni pertunjukan memiliki arti : tontonan yang bernilai seni berupa drama, musik dan seni yang disajikan sebagai pertunjukan didepan penonton. Diungkapkan pula pendapat Sal Murgianto yang mengembangkan pengertian seni pertunjukan menjadi lebih luas mencakup seluruh prilaku manusia yaitu

10 22 performative behavior atau budaya pertunjukan dan cultural performance atau pertunjukan budaya. Wayang kulit merupakan pertunjukan yang sudah dipertunjukan sejak zaman purba, informasi ini diketahui melalui prasasti bebetin yang berangka 916 masehi. Pertunjukan wayang kulit di Bali ada dua yaitu Wayang lemah adalah Wayang yang dipertunjukan pada saat adanya upacara Yadnya, baik Upacara Dewa Yadnya, Manusa yadnya, Pitra Yadnya, Buta yadnya, yang semua pertunjukan ini diiringi oleh barungan gamelan gender wayang. Wayang peteng adalah wayang yang dipentaskan pada waktu malam hari, menggukan kelir, lampu blenjong, jejuluk, tali, pohon pisang dan lain-lain. Dalam pementasannya ada dua iringan wayang peteng, parwa menggunakan gender dan Ramayana dengan menggunakan iringan batel. Di Bali ada beberapa barungan batel seperti Samara Pagulingan, Angklung. Gamelan Batel yang dimaksud dalam penelitian ini, seni pertunjukan karawitan yang mengiringi pertunjukan Wayang kulit, yang beranggotakan dua belas (12) personil,antara lain: Satu pasang kendang lanang wadon, empat tungguh gender wayang, cenceng rincik, klenang, kempur, tawa-tawa,krenet, suling Landasan Teori Landasan teori, dapat memberi kerangka teoritis untuk menganalisa dan mengklasifikasi fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian. Teori juga berfungsi sebagai pendorong proses berpikir deduktif yang bergerak dari alam

11 23 abstrak kealam fakta-fakta kongkrit. Teori bisa dipahami sebagai narasi yang bertujuan memilah-milah dan menguraikan ciri-ciri umum yang mendeskripsikan, mendefinisikan, dan menjelaskan kejadian-kejadian yang terus menerus muncul (Barker,2005:43-44). Dalam penelitian ini dipergunakan beberapa teori yaitu : Dekontruksi, semiotika. Estetika Teori Dekonstruksi Secara garis besar menurut Derrida, dekonstruksi bertujuan untuk membongkar oposisi biner, menolak adanya satu pusat sebagaimana dipahami oleh strukturalisme. Penolakkan dilakukan dengan perbedaan sekaligus penundaan. Penolakkan terhadap adanya satu pusat dilakukan dengan decentering, struktur tanpa pusat dan tanpa hieerki. Dalam dekonstruksi tidak ada yang abadi, semua berupa jejak ( Ratna, 2005 : 595 ). Teori ini ak an digunakan untuk membedah pertunjukan Gamelan Batel dalam mengiringi pementasan wayang kulit sebagai usaha dalam memberikan arti pada kelompok kesenian tradisi, yang selama ini kurang memperoleh pengertian, bahkan diabaikan, karena teori ini merupakan salah satu postrukturalisme yang paling kritis dalam memahami dinamika aspek-aspek kebudayaan. Postrukturalisme membawa kehidupan manusia pada keseimbangan yang dinamis sebab oposisi biner telah diubah gravitasinya. Studi kultural menampung masalah-masalah yang dihasilkan oleh mekanisme dekonstruksi dengan cara menampilkan ke dalam suatu pemahaman yang dapat diterima oleh semua pihak (Ratna, 2005 : 267).

12 24 Jacques Derrida, tokoh utama pendekatan ini menyimpulkan bahwa, masa depan mendesentralisir teater dan dunia tidak dinantikan maupun ditemukan kembali. Magsud Derrida adalah bahwa tidak akan menemukan masa depan di masa lampau, juga tidak boleh berdiam pasif menunggu nasib atau takdir kita untuk berkembang. Masa depan ditemukan, diciptakan menurut apa yang sedang kita lakukan sekarang. Kita semua dalam menulis masa depan, namun kita tidak mengetahui, tidak bisa mengetahui, seperti apa masa depan itu. ( Ritzer, 2004: 209 ). Menurut Derrida, ada dua interpretasi atas interpretasi yang pertama berupaya memaparkan impian-impian mengenai pemaparan suatu kebenaran atas asal-usul, yang kedua mendukung permainan dan berupaya melampaui manusia dan humanisme (Beilharz, 2005:77). Juga menyatakan disini atau di mana saja, pelajaran pertama dekonstruksi adalah bahwa tak ada teks yang dapat ditotalisasikan tanpa melibatkan signifikasi: senantiasa ada yang terabaikan, sebuah aspek atau dimensi teks yang tereduksi, terlewatkan, terberangus atau terdiamkan. Magsud derrida adalah tetap terbuka dan responsive terhadap yang lain ( Beilharz, 2005; 78 ). Dekonstruksi berupaya mengembalikan posisi yang menjadi objek ke dalam posisi yang signifikan. Dalam hal ini, dekonstruksi memberi arti pada kelompok-kelompok yang lemah, termalginalkan dan kelompok-kelompok monoritas. Dekonstruksi tidak serta merta melakkan pembongkaran tetapi dekonstruksi merupakan gerakan perlawanan postmodernisme terhadap pemikiran postmodernisme yang fungsional, stukturalis dan paradigmatic. Dekonstruksi

13 25 memang melakukan pembongkaran, tatapi tujuannya adalah penyusunan kembali kedalam tatanan dan tataran yang lebih signifikan, sesuai dengan hakikat objek sehingga aspek-aspek yang dianalisis dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dekonstruksi berarti sebagai usaha memberikan arti pada kelompok yang lemah, yang selama ini kurang memperoleh perhatian, bahkan diabaikan sama sekali. Dalam penelitian ini teori dekonstruksi dipakai sebagai teori utama dalam membedah rumusan masalah dua dan tiga Teori Semiotika Semiotika adalah ilmu yang mempelajari peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Semiotika ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam penggunaannya dalam masyarakat. Oleh sebab itu, semotika mempelajari relasi di antara komponen-komponen tanda, serta relasi antara komponen-komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya ( Pilliang, 2003:47 ). Menurut Peirce dalam buku semiotika komunikasi, semiotika berdasarkan obyeknya dapat dibagi tiga yaitu ikon, indeks, simbol. Teori semiotika dalam kaitannya dengan seni pertunjukan, semeotika berhubungan dengan proses pemaknaan, yaitu sebagaimana suatu makna ditarik dari tandatanda suatu kesenian tersebut. Sebagaimana dalam konsep bahasa, semiotika dalam seni pertunjukan terdapat proses interpretasi lambang yang didalamnya terdapat bagian yang saling berkaitan yaitu pengamat dan obyek. Oleh sebab itu,

14 26 seniman atau pelaku seni pertunjukan, penonton atau pengamat, interpretasi dari lambang-lambang dalam usaha memahami proses pertunjukan. Dalam aspek-aspek seni pertunjukan juga mempunyai ikon, indeks dan simbol. Ikon merupakan lambang yang wujudnya menyerupai yang dilambangkan, indeks adalah tanda yang menunjukan akan ada sesuatu yang lain dan simbol menunjukan lambang yang tidak menyerupai yang dilambangkan (Subur : 41-42). Teori semiotika dalam penelitian ini dipergunakan sebagai teori pendukung untuk membedah rumusan masalah ketiga yang berkaitan dengan dampak dan makna marginalisasi terhadap gamelan batel yang ada di desa Sibanggede, kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung Teori Estetika Estetika berasal dari kata Yunani aisthetikos, atau kata aistanomai yang berarti mengamati dengan indra. Disamping itu pengertian ini juga dihubungi dengan kata Yunani aisthesis yang berarti pengamatan. Dengan demikian maka ada yang melihat estetika sebagai ilmu pengetahuan pengamatan. Estetika dapat pula dirumuskan sebagai renungan filsafati tentang seni atau filsafat seni. Bersama sama dengan etika dan logika, estetika membentuk apa yang disebut dengan tri tunggal ilmu pengetahuan yang normative. Menurut Hegel etika dan logika tanpa estetika tak akan mampu membentuk totalitas pemikiran yang normative yang utuh. Estetika sebagai sebuah teori ilmu pengetahuan tidak hanya untuk menyimak keindahan dalam pengertian konvensional, melainkan telah

15 27 berkembang kearah wacana dan fenomena. Perubahan pandangan estetika dari masa ke masa ini secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu (1) Estetika klasik/ pramodernisme, dengan prinsip bentuk mengikuti fungsi makna ( form follows meaning), (2) Estetika modernisme dengan prinsip bentuk mengikuti fungsi ( form follows fungtion), (3) Estetika posmodernisme, dengan prinsip bentuk mengikuti kesenangan ( form follows fun) ( S achari,2006:9). Gamelan Batel adalah sebuah gamelan yang lahir dari prinsip estetika posmodernisme yang lahir akibat dari proses kreatif seniman pendukungnya sebagi pengembangan dari bentuk-bentuk estetika klasik. Teori ini dianggap relevan dipakai untuk membedah beberapa hal yang berkaitan dengan bentuk kesenian gamelan batel jika dilihat dari bentuk instrument, penyajian, serta fungsinya dalam seni pertunjukan Wayang Kulit Model Model digunakan sebagai landasan berfikir untuk mengkaji seni batel dalam mengiringi seni pertunjukan wayang kulit sebuah kajian budaya.

16 28 Seni Pertunjukan Faktor Eksternal Gamelan Batel dalam Seni Pertunjukan Wayang Kulit Faktor Internal Marginalisasi Gamelan Batel dalam Seni Pertunjukan Wayang Kulit di Desa Sibanggede Bagaimana Bentuk Marginalisasi Gamelan Batel Faktor faktor apa yang menyebabkan Gamelan Batel Termarginalisasi Apa dampak dan Makna ditinggalkannya Gamelan Batel Penjelasan Kesenian merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan seorang seniman. Sepanjang perjalanan kehidupan seni di Bali umumnya, kesenian telah mengalami perubahan yang Signifikan. Dari banyaknya perubahan, ada beberapa kesenian yang menjadi korban dalam kreatifitas dari seniman itu sendiri.gamelan batel adalah gamelan yang dari tahun 2000 an, menjadi gamelan yang mengalami keterpurukan dalam pertunjukan wayang kulit. Segala aktifitas yang semestinya dilakukan oleh Gamelan Batel, kini telah diambil

17 29 oleh barungan lain. Gamelan batel mengalami pergeseran fungsi, baik dari pertunjukan, filosofi yangdisebabkan oleh adanya kebutuhan iringan yang tidak dimiliki oleh gamelan batel itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Seiring dengan perubahan budaya proses modernisasi tidak saja menuntut dunia kebudayaan untuk selalu menempatkan dirinya secara arif di tengah berbagai perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) ruang lingkup penelitian,

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

ANGKLUNG KEBYAR. Oleh I Wayan Muliyadi Mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK

ANGKLUNG KEBYAR. Oleh I Wayan Muliyadi Mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK ANGKLUNG KEBYAR Oleh I Wayan Muliyadi Mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Seni merupakan sebuah kreatifitas yang terus menerus mengalami perubahan oleh seniman sendiri, dengan terus menggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan oleh alam dengan segala fenomenanya dan bisa timbul dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan oleh alam dengan segala fenomenanya dan bisa timbul dari manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan sebuah karya seni bersumber dari segala hal yang ada di alam makrokosmos (bumi) dan mikrokosmos (manusia), sifatnya tidak terbatas. Sumber yang disediakan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1. Pendahuluan. Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan 1. Pendahuluan Gamelan Semara Pagulingan adalah perangkat gamelan yang berlaras

Lebih terperinci

Gamelan Gong luang Kiriman I Wayan Putra Ivantara, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar.

Gamelan Gong luang Kiriman I Wayan Putra Ivantara, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Gamelan Gong luang Kiriman I Wayan Putra Ivantara, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Gamelan Gong Luang adalah barungan gamelan Bali yang berlaraskan pelog 7 nada dipergunakan untuk mengiringi

Lebih terperinci

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Wujud merupakan salah satu aspek yang paling mendasar, yang terkandung pada semua benda atau peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni karawitan sebagai salah satu warisan seni budaya masa silam senantiasa mengalami proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: 201202010 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR DENPASAR

Lebih terperinci

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan)

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan) Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan) 1 Pengertian Tabuh Angklung Keklentangan Dalam periodisasi gamelan Bali, Gamelan Angklung tergolong sebagai salah satu

Lebih terperinci

MARGINALISASI GAMELAN BATEL DALAM SENI PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA SIBANGGEDE, KABUPATEN BADUNG

MARGINALISASI GAMELAN BATEL DALAM SENI PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA SIBANGGEDE, KABUPATEN BADUNG MARGINALISASI GAMELAN BATEL DALAM SENI PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA SIBANGGEDE, KABUPATEN BADUNG Oleh: Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar e-mail: wulancoe@yahoo.co.id Abstract The marginalization

Lebih terperinci

Gender Wayang di Banjar Kayumas Kaja. Kiriman I Nyoman Gede Haryana BAB I PENDAHULUAN

Gender Wayang di Banjar Kayumas Kaja. Kiriman I Nyoman Gede Haryana BAB I PENDAHULUAN Gender Wayang di Banjar Kayumas Kaja Kiriman I Nyoman Gede Haryana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bali adalah merupakan daerah yang sangat kental dengan tradisi seni dan budaya dimana hal tersebut

Lebih terperinci

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan. Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip

Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan. Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip letak georafisnya Gamelan salendro biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah yang disusun sebagai kerangka garis besar laporan Tugas Akhir Rancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau Banjar memiliki barungan Gong Kebyar. Berdasarkan daftar imformasi seni dan organisasi

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI KELANGEN

SKRIP KARYA SENI KELANGEN SKRIP KARYA SENI KELANGEN OLEH : I NYOMAN ARY SANJAYA NIM : 201102014 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Karya musik

Lebih terperinci

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011. Musik Iringan dan Prosesi Penyajian Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Sebuah pertunjukan hubungan antara tari dan musik tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

RINGKASAN DISERTASI MARGINALISASI WAYANG KULIT PARWA DI KABUPATEN GIANYAR PADA ERA GLOBALISASI

RINGKASAN DISERTASI MARGINALISASI WAYANG KULIT PARWA DI KABUPATEN GIANYAR PADA ERA GLOBALISASI RINGKASAN DISERTASI MARGINALISASI WAYANG KULIT PARWA DI KABUPATEN GIANYAR PADA ERA GLOBALISASI Disertasi ini adalah hasil penelitian terhadap terjadinya keterpinggiran Wayang Kulit Parwa di Kabupaten Gianyar

Lebih terperinci

Genggong Kiriman: I Made Budiarsa, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Jumlah Instrumentasi

Genggong Kiriman: I Made Budiarsa, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Jumlah Instrumentasi Genggong Kiriman: I Made Budiarsa, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Genggong merupakan sebuah instrument musik yang sudah kita warisi sejak zaman yang lampau. Sebagai instrumen musik tua, Genggong

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen Estetika Desain Oleh: Wisnu Adisukma Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen inilah yang seringkali muncul ketika seseorang melihat sebuah karya seni. Mungkin karena tidak memahami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : 201202011 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 Abstrak Tridatu

Lebih terperinci

Bentuk Musikalitas Gambuh Kedisan Kiriman I Wayan Sucipta, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Bentuk Musikalitas Gambuh Kedisan Kiriman I Wayan Sucipta, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar Bentuk Musikalitas Gambuh Kedisan Kiriman I Wayan Sucipta, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar Bentuk dalam bahasa Indonesia memiliki sebuah arti bangun, gambaran, rupa (wujud), sistem (susunan)

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, sebab selalu hadir dan berkembang di tengah-tengah kehidupan manusia itu sendiri. Seni berkembang dari perasaan manusia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup manusia ini memang unik adanya. Keunikan hidup manusia itu berbagai macam corak dan ragamnya, kadang manusia ingin hidup sendirian kadang pula ingin berkelompok,

Lebih terperinci

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif 2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan. Dasar dari pengembangan pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gamelan, seniman, serta pengrajin gamelan merupakan tiga unsur yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Gamelan, seniman, serta pengrajin gamelan merupakan tiga unsur yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gamelan, seniman, serta pengrajin gamelan merupakan tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan, ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat. Terciptanya karya seni, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Musik gamelan telah menjadi identitas budaya masyarakat Indonesia, karena telah hidup membudaya dan menjadi tradisi pada kehidupan masyarakat dalam kurun

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni pertunjukan merupakan sebuah penyajian bentuk karya seni dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Seni pertunjukan merupakan sebuah penyajian bentuk karya seni dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan sebuah penyajian bentuk karya seni dengan cara dipertontonkan. Seni pertunjukan terdiri dari dua suku kata yaitu seni dan pertunjukan, menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan sastra adalah cermin kebudayaan dan sebagai rekaman budaya yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran penting bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah masuknya budaya barat yang ikut mempengaruhi perubahan serta perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

Fenomena dan Dampak Arus Globalisasi Terhadap Perkembangan Kesenian Joged Bumbung

Fenomena dan Dampak Arus Globalisasi Terhadap Perkembangan Kesenian Joged Bumbung Fenomena dan Dampak Arus Globalisasi Terhadap Perkembangan Kesenian Joged Bumbung Oleh I Nyoman Mariyana Mahasiswa Pascasarjana (S2) ISI Denpasar Joged Bumbung Gamelan joged bumbung adalah sebuah barungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG

ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG OLEH: I NYOMAN ARI SETIAWAN NIM: 201202025 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 1 A. Judul

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

Bentuk Dan Deskripsi Karya Tawur Agung Oleh : I Ketut Partha, SSKar., M.Si. Bentuk Karya 4.2 Deskripsi Karya

Bentuk Dan Deskripsi Karya Tawur Agung Oleh : I Ketut Partha, SSKar., M.Si. Bentuk Karya 4.2 Deskripsi Karya Bentuk Dan Deskripsi Karya Tawur Agung Oleh : I Ketut Partha, SSKar., M.Si. Bentuk Karya Bentuk karya adalah hasil dari pengolahan elemen-elemen karawitan dengan pengaturan pola-pola tertentu. Pola-pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain, tak dapat begitu saja terlepas dari beragam unsur kehidupan. Salah satunya yakni unsur kesenian. Dengan kesenian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga, baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Informasi Gamelan Bali Menggunakan Tree Diagram

Pemodelan Sistem Informasi Gamelan Bali Menggunakan Tree Diagram Pemodelan Sistem Informasi Gamelan Bali Menggunakan Tree Diagram Wayan Galih Pratama, A.A. Kompiang Oka Sudana, A.A.K. Agung Cahyawan W. Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês BAB V KESIMPULAN Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês yang diimplementasikan untuk mengubah bentuk pertunjukan Jêmblungan di atas

Lebih terperinci

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Musik sebagai bagian dari kebudayaan suatu bangsa, merupakan ungkapan serta ekspresi perasaan bagi pemainnya. Kebudayaan juga merupakan cerminan nilai-nilai personal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah yang disusun sebagai kerangka garis besar laporan Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianalisis dengan kajian semiotik.semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dianalisis dengan kajian semiotik.semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari berbagai objek maupun peristiwaperistiwa yang dapat berupa tanda. Tidak terlepas dari kebudayaan, berbagai

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran : SMP : VIII (Delapan) / 1 (Satu) : SENI BUDAYA Standar : SENI RUPA 1. Mengapresiasi karya seni rupa Kegiatan 1.1 Mengidentifikasi jenis karya

Lebih terperinci

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi.

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi. PEMATANGAN GERAK DAN IRINGAN WAYANG TOPENG DESA SONEYAN SEBAGAI USAHA PELESTARIAN KESENIAN TRADISI Rustopo, Fajar Cahyadi, Ervina Eka Subekti, Riris Setyo Sundari PGSD FIP Universitas PGRI Semarang fajarcahyadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2012, hlm. 2). Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

Instrumen Pengiring Tari Telek Anak Anak di Desa Jumpai Kiriman: Ayu Herliana, PS. Seni Tari ISI Denpasar

Instrumen Pengiring Tari Telek Anak Anak di Desa Jumpai Kiriman: Ayu Herliana, PS. Seni Tari ISI Denpasar Instrumen Pengiring Tari Telek Anak Anak di Desa Jumpai Kiriman: Ayu Herliana, PS. Seni Tari ISI Denpasar Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai memakai iringan gamelan Tabuh Bebarongan. Dalam buku Mengenal

Lebih terperinci

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

14. Baum Garten mengungkapkan estetika sebagai suatu ilmu, bahwa estetika adalah ilmu tentang pengetahuan indriawi yang tujuannya adalah keindahan.

14. Baum Garten mengungkapkan estetika sebagai suatu ilmu, bahwa estetika adalah ilmu tentang pengetahuan indriawi yang tujuannya adalah keindahan. Teori Seni 3 Part 5 1. Bagian utama dari ilmu-ilmu seni adalah filsafat seni. Pada mulanya, ilmu ini memang merupakan bagian dari kajian filsafat yang spekulatif. Tetapi dalam perkembangannya, kedudukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan Sistim Pendidikan Nasional Tahun 2003 pada pasal 3 yang dikatakan

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya dan juga memiliki berbagai macam kesenian. Keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia terlahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan BAB II LANDASAN TEORI A. Kebudayaan Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi yang majemuk karena bermodalkan berbagai kebudayaan lingkungan wilayah yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya 14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya Alat musik tradisional asal Jawa Tengah (Jateng) mencakup gambarnya, fungsinya, penjelasannya, cara memainkannya dan keterangannya disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006 (SK) dan (KD) Mata Pelajaran Sumber: KTSP 2006 52. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, istilah politik pada konteks ini berarti kekuasaan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, istilah politik pada konteks ini berarti kekuasaan. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah ekologi politik secara etimologis berasal dari dua kata, yaitu ekologi dan politik. Ekologi di sini difokuskan pada konteks sumberdaya alam. Artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) DRAF EDISI 27 FEBRUARI 2016 KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) Dokumen ini telah disetujui Pada tanggal: Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI. Abstrak

KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI. Abstrak KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI Abstrak Globalisasi membawa dampak yang besar dalam berbagai aspek kehidupan penghuni jagat ini, termasuk pada masyarakat Bali dan keseniannya. Kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci