Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No
|
|
- Djaja Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Saintech Vol. 6 - No.4-Desember 14 ISSN No PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) UNTUK PENGENDALIAN HAMA TIKUS DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Oleh : Ir.Bukti Hasiholan Rajagukguk, MSi *) *) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Quality Abstract Biological properties of adaptability owl very supportive used pest control agents effective rats in oil palm plantations. Development of an owl in the estate PT.SIMP & Subs (PT. Salim Ivomas Primary and Subsidiaries) with nest box and pen method Decoy has grown exponentially growing up in April has resulted in as many as 14,31 saplings fly. Means the installation of nest-box assure the owl is very effective to control pests on crops to produce mice (TM), especially if done consistently and 1% (not combined with rat poison). The area of free applications rat poison (1% biocontrol) continues to grow each year and in reached ha (97% of the total area of the estate PT.SIMP & Subs). Besides effective and environmentally-friendly, very economical way this biocontrol with ± 16% more cost-effective than chemical means (rat poison). In the total cost of pest control mice using the owl in the estate PT.SIMP & Subs, can be saved by ± Rp. 1.3 billion and does not include the value of damage to fruit / quality CPO (Crude Palm Oil) which is caused by a rat attack on TBS (FFB Keywords :.rats, tyto alba, palm oil plantation I. Pendahuluan Tikus adalah hama terpenting di perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia karena menyebabkan meningkatnya nilai kerusakan buah/kualitas CPO (Crude Palm Oil) akibat serangan tikus pada TBS (Tandan Buah Segar). Spesies hama tikus yang paling dominan di kawasan perkebunan ini adalah Rattus tiomatikus 1). Pada tanaman kelapa sawit muda (TBM), tikus memakai bonggol hingga tanaman mati sedangkan pada tanaman menghasilkan (TM) tikus memakan bunga dan buah sehingga dapat menurunkan produksi ) dan selanjutnya akan meningkatkan kandungan FFA atau menurunkan kualitas CPO 3). Umumnya untuk menanggulangi serangan hama tikus dilakukan secara kimia dengan metode kampanye menggunakan racun tikus yang dipasang dekat setiap pokok kelapa sawit dan dilakukan dua kali dalam setahun. Tetapi berdasarkan pengalaman diperkebunan kelapa sawit PT.SIMP & Subs, pengendalian tikus secara kimia ini tidak memberikan hasil yang memuaskan dan hanya bersifat sementara. Selain biayanya cukup tinggi, bukan merupakan alternatif yang terbaik dari segi lingkungan. Burung hantu (Tyto alba) merupakan predator tikus yang sangat potensial untuk mengendalikan hama tikus secara biologi di perkebunan kelapa sawit. Seekor burung hantu dewasa mampu memangsa hingga 5 ekor tikus setiap harinya dan memiliki kemampuan untuk membunuh mangsanya jauh melebihi kebutuhannya ). Perlu perhatian bahwa dalam penelitian tentang penggunaan burung hantu untuk 1
2 Jurnal Saintech Vol. 6 - No.4-Desember 14 ISSN No mengendalikan hama tikus diperkebunan kelapa sawit, adalah sebagai berikut: - Keterbatasan tingkat perkembangan biakan burung hantu di suatu lokasi umumnya disebabkan keterbatasan jumlah sarang (tempat tinggal) burung hantu baik alami maupun artifical. - Nest box sebagai sarang artifisial dapat dipakai oleh burung hantu sebagai tempat tinggal dan berkembang biak. - Burung hantu dapat hidup dan berkembang dengan baik pada lingkungan perkebunan yang populasi tikusnya cukup banyak dan selalu ada seterusnya. - Prinsip pengelolaan burung hantu adalah dengan menggunakan nest box dan kandang pemikat sebagai alat management populasi dan sebarannya. Di perkebunan PT.SIMP & Subs pengembangan burung hantu untuk tujuan mengendalikan hama tikus secara intensif dimulai sejak tahun 1997 dan berlangsung hingga saat ini dengan hasil yang sangat memuaskan. Keberhasilan ini dicapai karena adanya komitmen perusahaan dan dukungan penuh dari pihak kebun serta kerjasama yang baik antara Operations dan Riset. II. Identifikasi Burung Hantu Di Lapangan Spesies Tyto alba dapat dibedakan dari jenis-jenis burung hantu lainnya, antara lain adalah sebagai berikut: - Memiliki permukaan wajah datar yang berbentuk seperti potongan jantung. 8) - Pada saat terbang malam seolah-olah seluruh bagian tubuhnya tampak berwarna putih, meskipun bulu sayap bagian luar dan punggungnya berwarna agak coklat keemasan bila dilihat pada siang hari. - Tinggi burung hantu dewasa sekitar 35 cm dan berat antara 5 6 gram (jenis betina lebih berat dibandingkan jantan). - Burung hantu mengeluarkan suara pekikan khas bersahut-sahut ketika memanggil burung hantu lain dan seperti anakannya akan berdesis ribut bila sarangnya diganggu. - Keberadaan burung hantu di lingkungan perkebunan kelapa sawit ditandai dengan ditemukannya sisa muntahan dalam bentuk pellet (terdiri dari sisa tulang dan bulu tikus yang tidak dapat dicerna burung hantu) dan cairan kotorannya berwarna putih kapur (basah atau kering) di atas permukaan tanah atau lantai sarangnya 5). III. Sifat-Sifat Burung Hantu 1. Sifat positif - Adaptasi burung hantu sebagai hewan pemangsa tikus di malam hari : - Letak mata menghadap ke depan seperti manusia, sehingga pandangan bi-focal tersebut memberinya kesempatan untuk mengikuti gerak-gerik mangsa. Mata ini juga sangat besar dan dapat beradaptasi dengan cahaya minimum. - Burung hantu mampu menangkap tikus dengan hanya mengandalkan pendengarannya sebagai petunjuk 1). - Karena bulu sayapnya lebih halus dan lembut dibanding burung lain, maka burung hantu mampu terbang hampir tanpa suara. - Cakar dan kaki burung hantu sangat kuat menyebabkan tikus yang disergap biasanya langsung mati, selanjutnya paruh yang kokoh dipakai burung hantu untuk mencabik-cabik dan menelan mangsanya (burung hantu dewasa mampu menghabiskan 1 ekor tikus dalam sekali telan) - Hidup berkelompok dan tidak bersaing dalam kawasan perburuannya 3). Makanan yang spesifik adalah tikus, seekor burung hantu dewasa mampu memangsa 5 ekor tikus setiap hari. Daya jelajah hingga 1 km dari nest box atau dari sarangnya jika tikus sulit didapat. - Setia pada sarangnya dan burung hantu akan selalu kembali kesarangnya setiap musim berkembang biak. - Bersifat monogami dan mulai bertelur setelah berumur 8 1 bulan. Kemampuan bertelur hingga 3 kali dalam setahun dan menghasilkan 6 11 butir setiap bertelur 4).. Sifat negatif - Mudah stress, sehingga penanganan burung hantu didalam kandang atau nest box harus dilakukan oleh petugas khusus yang memiliki pengetahuan cukup tentang sifat burung hantu. Nest box harus aman dari
3 Jurnal Saintech Vol. 6 - No.4-Desember 14 ISSN No gangguan manusia, hewan serta lalu lalang kendaraan bermotor. - Kebiasaannya menyelam di air sewaktu bulan purnama akan beresiko mati bagi burung hantu bila terjebak dalam air berlumpur atau di waduk limbah 8). IV. Sejarah Perkembangbiakan Burung Hantu 1. Periode : Pengujian metode konvensional Pengembangan burung hantu di PT.SIMP dimulai dikebun KYE (Kayangan Estate) sejak April 199, melibatkan 6 pasang burung hantu yang berasal dari PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Medan. Metoda yang diterapkan adalah adaptasi secara langsung 5,8), dimana sepasang burung hantu dikurung dalam satu nest box tertutup dan diberi makan irisan daging tikus selama 1 bulan, sebelum akhirnya dilepaskan. Dengan cara konvensional ini diharapkan burung hantu akan merasa betah untuk menetap disekitar kawasan tersebut dan memakai nest box sebagai tempat berburu dan berkembang biak. Hasil pengamatan selama 4 bulan menunjukkan tidak satupun nest box dihuni oleh burung hantu. Cara ini walaupun dilaporkan berhasil di daerah lainnya (Sumatera Utara) namun ternyata tidak efektif di Riau Utara dimana populasi burung hantu secara alami masih sedikit.. Periode : Pengujian metode kandang pemikat Tahun 1997 mulai dikembangkan metode baru pengelolaan burung hantu yaitu menggunakan Kandang Pemikat yang berbetuk seperti kandang ayam ). Metode ini memanfaatkan kebiasaan burung hantu yang suka berdekatan satu sama lain dan berkumpul sejak sore hari di suatu tempat sebelum berburu tikus. Burung hantu yang dikurung di dalam kandang pemikat biasanya di sore hari mengeluarkan suara khas dan bising. Suara ini mengundang burung hantu lain di sekitar kawasan yang berdekatan untuk bergabung. Situasi seperti ini secara bertahap mendorong burung hantu untuk menemukan pasangannya dan akhirnya mereka akan memakai nest box di sekeliling kandang pemikat sebagai tempat meletakkan telur dan membesarkan anakannya. Setiap lokasi kandang pemikat merupakan pusat-pusat (sentra) pengembangan burung hantu dan di sekeliling kandang pemikat ini didirikan nest box yang selanjutnya secara bertahap didirikan semakin banyak dan menyebar melingkar hingga akhirnya seluruh kawasan perkebunan akan dipenuhi dengan nest box yang aktif dihuni dan dipakai oleh burung hantu untuk berkembang biak. Rata-rata dibangun satu nest box untuk satu blok (3 ha). Potensi burung hantu lokal adalah salah satu faktor terpenting yang menentukan percepatan pengembangan burung hantu menggunakan metode kandang pemikat ini di kawasan baru. Hasil monitoring selama bulan Oktober 1997 Januari 1998 menunjukkan bahwa beberapa nest box telah mulai digunakan burung hantu sebagai tempat berkembang biak dan ± 75 % nest box telah aktif dihuni oleh burung hantu sebagai tempat berburu. Selain itu pada pohon-pohon kelapa sawit di sekitar nest box yang dihuni burung hantu ditemukan tingkat serangan tikus terhadap TBS menjadi rendah (rata-rata 1,3 %), meskipun tanpa aplikasi racun tikus sebagai bukti awal keberhasilan dalam mengembangkan populasi burung hantu di kebun PT.SIMP & Subs. dengan menggunakan metode kandang pemikat. 3. Periode 1998 : Pemantapan Sejak tahun 1998 hingga sekarang ini pengembangan burung hantu di seluruh kawasan perkebunan PT.SIMP dan Subs dilakukan dengan menggunakan metode kandang pemikat dan di tahun seluruh areal Tanaman Menghasilkan telah dbebaskan dari racun tikus (1% biokontrol). V. Hasil Pengembangan Burung Hantu 1. Luas areal bebas aplikasi racun tikus (1% biokontrol) Luas areal TM (Tanaman Meenghasilkan) kebun-kebun PT.SIMP & Subs yang bebas aplikasi racun tikus (1% biokontrol) setiap tahun meningkat sangat signifikan mulai tahun 1999 hingga tahun. Pada tahun 1999 luas TM yang 1% bebas aplikasi racun tikus adalah ha (3 % dari luas total) dan tahun 3
4 Jurnal Saintech Vol. 6 - No.4-Desember 14 ISSN No mencapai ha (97%). Pada tahun 3 areal perkebunan PT.SIMP dan Subs seluas ha seluruhnya bebas aplikasi racun tikus, dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini. Tabel 1. Areal bebas aplikasi racun tikus (1% bikontrol) di 1 kebun PT.SIMP & Subs selama tahun 1999 s/d Ha % Luas Target Target (Ha) TOTAL Serangan hama tikus di 1 kebun PT.SIMP & Subs hingga Mei pada umumnya telah berhasil dikendalikan dari serangan hama tikus hingga dibawah ambang ekonomis (< 5%). Dapat dilihat pada Tabel. berikut ini. Tabel. Persentase serangan tikus pada TBS (Tandan Buah Segar) di 1 kebun PT.SIMP & Subs tahun 1999 s/d April Akhir 1 Jan Feb Mar Apr (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) TOTAL Tingginya persentase serangan hama tikus di BRE (Bukit Raja Estate) dan LRE (Lubuk Raja Estate) dibanding kebun-kebun lainnya disebabkan terjadi eksploitasi burung hantu di BRE dan LRE tahun untuk dikirim ke Kalimantan serta aplikasi racun tikus yang dilakukan di BRE pada akhir tahun dan awal 1. Kondisi ini berdampak amat buruk terhadap perkembangan populasi burung hantu di LRE dan BRE. Induk burung hantu banyak yang mati, sehingga di BRE selama 3 bulan (Maret hingga Mei 1) sama sekali tidak terjadi pertambahan populasi anakan terbang. Untuk mengatasi permasalahan ini maka sejak Mei 1 telah dilakukan percepatan pemasangan nest box dan menambah populasi burung hantu yang didatangkan dari kebunkebun Riau Utara. Upaya ini mulai memperlihatkan tanda-tanda keberhasilan dengan pertambahan jumlah anakan terbang yang signifikan pada bulan Maret dan April. Selanjutnya persentase serangan tikus di 4
5 Jurnal Saintech Vol. 6 - No.4-Desember 14 ISSN No LRE dan BRE telah signifikan memperlihatkan penurunan.. Jumlah nest box dan pertambahan populasi burung hantu Pemasangan dan penyebaran nest box dilakukan secara bertahap dan sistematis, disesuaikan dengan adanya pusat pusat baru tempat perkembang-biakan burung hantu di suatu kawasan dan dinamika perkembangan populasi burung hantu di lapangan. Pemasangan nest box secara komersial di mulai pada tahun 1997 sebanyak 7 unit di LRE dan BRE. Jumlah nest box yang sudah dipasang di kebun-kebun PT.SIMP & Subs hingga April sebanyak.65 unit (96 %) dari rencana total.157 unit, dapat dilihat pada table 3. berikut ini. Tabel 3. Realisasi pemasangan nest box di 1 kebun PT.SIMP & Subs Nest box terpasang Target S/d Total 1 Total % 1999 Jan Feb Mar Apr Total Monitoring populasi burung hantu disetiap nest box dilaksanakan setiap bulan. Populasi burung hantu diseluruh kawasan perkebunan PT.SIMP dan Subs berkembang sangat pesat dan jumlahnya meningkat setiap bulan. Laju pertambahan populasi burung hantu meningkat sangat pesat secara eksponensial mulai tahun 1999 sejalan dengan peningkatan realisasi pemasangan nest box di lapangan yang terprogram dengan baik. Total pertambahan populasi burung hantu yang dihasilkan dari nest box selama periode 1997 hingga April sebanyak ekor, dapat dilihat pada table 4. berikut ini. Tabel 4. Pertambahan populasi burung hantu di 1 kebun PT SIMP & Subs Produksi anakan terbang (ekor) Jan Feb Mar Apr Total Total Pertambahan populasi anakan terbang burung hantu sangat pesat pada tahun 1 sebesar 7,867 ekor, dibanding dengan tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh realisasi pemasangan nest box dalam jumlah besar (95 unit) dan terprogram dengan baik pada tahun. 5
6 Jurnal Saintech Vol. 6 - No.4-Desember 14 ISSN No VI. Analisa Ekonomi Biaya pengendalian tikus (Rot/ha/tahun) dengan cara biologi hanya 15.8% dari biaya pengendalian dengan cara kimia menggunakan racun tikus. Biaya pengendalian tikus yang bisa dihemat karena menggunakan cara biologis adalah Rp ,- per ha. Total biaya pengendalian tikus (1% biokontrol) yang bisa dihemat untuk seluruh perkebunan PT.SIMP dan Subs seluas ha tahun adalah Rp 1.3 milyar. Biaya penghematan ini belum memperhitungkan nilai kerusakan buah dan kualitas CPO yang diakibatkan oleh serangan tikus TBS. Tabel 5. Biaya pengendalian biologis (burung hantu) versus pengendalian chemis (racun tikus) di pertanaman kelapa sawit menghasilkan per Desember 1 Komponen Biaya Standart input Total biaya (Rp / ha / tahun) 1 % Pengendalian dgn burung hantu 1. Persiapan Nest Box (NB) 1 unit/3 ha/3 th (1/3)/3x Rp ,-/unit = Rp Pendirian NB HK/unit/3 ha/3 th (1/3)/3 x x Rp. 3.4,-/HK = Rp Supervisi 1 HK/5. ha/hari (365/5.) x Rp. 3.4,-/HK = Rp..7 Total biaya/ha/tahun = Rp Pengendalian secara kimia 1. Klerat-RMB (chemis) 1 kg/ha/th 1 x Rp. 15.,-/kg Klerat = Rp Biaya aplikasi,5 HK/ha/th,5 x Rp. 3.4,-/HK = Rp Biaya aplikasi,5 HK/ha/th,5 x Rp. 3.4,-/HK = Rp Supervisi 1 HK/3 ha (1/3) x Rp. 3.4,-/HK = Rp. 11 Total biaya /ha/tahun = Rp.3.1 VII. Kesimpulan Burung hantu sangat berperan utama sebagai pengendali hama tikus dalam skala luas di pertanaman kelapa sawit jika diikuti dengan penyebaran nest box dalam jumlah yang memadai dan menggunakan metode kandang pemikat pada awal pengembangannya. Pengendalian serangan hama tikus di perkebunan kelapa sawit pada prinsipnya harus dilakukan 1% secara biologis menggunakan burung hantu dan tidak direkomendasikan memakai cara kombinasi racun tikus dengan burung hantu (integrated). Burung hantu terbukti efektif dapat mengendalikan hama tikus secara berkesinambungan dibawah ambang ekonomis (kerusakan buah digigit tikus < 5%). Biaya pengendalian hama tikus per hektar menggunakan burung hantu hanya 15,7% dibanding racun tikus (karat) atau biaya yang dihemat sebesar Rp ,- per ha, disamping efeknya yang ramah-lingkungan. Daftar Pustaka Duckett, J.E., 198. Barn owls (Tyto alba), a proven natural predator of rats in oil palm. In Pushparajah,E. And Chew Poh Soon (Eds). The oil palm in agriculture in the eighties. Incorporates Society of Planters. Kuala Lumpur, Malaysia Heru, S. B.; Siburian, J.; Wanasuria, S.; Chong, K. C. And Thiagarajan, S.. Large scale use of barn owl (tyto alba) for controlling rat population in oil palm palntations in Riau, Sumatera. In Proceedings of the International Planters Conference to theis use in rodent control. Ph.D. Thesis, Faculty of Science, University of malaya. Kuala Lumpur, Malaysia. Lenton, G.M The ecology of barn owls (Tyto alba) in the Malay Peninsular with reference to their use in rodent control. Ph.D. Thesis, Faculty of Science, University of Malaya. Kuala Lumpur, Malaysia. 6
7 Jurnal Saintech Vol. 6 - No.4-Desember 14 ISSN No Lenton,G.M Report on progress of barn owl project. A report submitted to the Malaysian Oil Palm Grower s Council, Kuala Lumpur. Sipayung, A Burung hantu (Tyto alba) pemangsa tikus di perkebunan kelapa sawit. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat seri Pengendalian Biologis. Sumatera Utara Indonesia. 5 pp. Sipayung, A. And Thohari, M Penelitian pengembanga biakan burung hantu (Tyto alba) dalam perkebunan kelapa sawit. Buletin Pusat Penelitian kelapa Sawit, () : Smal. C. M Research on the use of barn owls (Tyto alba) for biological control of rats in oil palms plantations: In Proceedings of the PORIM International Palm Oil Development Conference, Kuala Lumpur, Palm Oil Research Institute of Malaysia, Kuala Lumpur Syaphon, M. A. W. 199 Burung hantu (Tyto alba) untuk pengendalian tikus di lahan pertanian.pt Supra Matra Abadi (RGM Group), Tanah Datar Talawi - Asahan. Sumatera Utara Indonesia. 75 pp. 7
(Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU. Dhamayanti A.
METODE PENGENDALIAN HAMA TIKUS (Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN oleh Dhamayanti A. PENGENDALIAN TIKUS, Rattus tiomanicus MILLER Sebelum th 1970, rodentisida (Klerat, ratropik dengan
Lebih terperinciPENGENDALIAN HAMA TIKUS DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN BURUNG HANTU (Tyto alba) Sylvia Madusari. Abstrak
PENGENDALIAN HAMA TIKUS DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN BURUNG HANTU (Tyto alba) Sylvia Madusari Abstrak Hama tikus merupakan hama utama pada perkebunan kelapa sawit. Pada tanaman kelapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Yogyakarta) masih memiliki areal pertanian yang cukup luas dan merupakan salah satu daerah pemasok beras dan kebutuhan pangan lainnya di
Lebih terperinciBUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015
1 BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SEBAGAI PENGENDALI HAMA TIKUS DI DESA BABAHAN DAN SENGANAN, PENEBEL, TABANAN, BALI
BULETIN UDAYANA MENGABDI, VOLUME 16 NO. 1, JANUARI 2017 PENGEMBANGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SEBAGAI PENGENDALI HAMA TIKUS DI DESA BABAHAN DAN SENGANAN, PENEBEL, TABANAN, BALI N. M. S. Sukmawati 1, N.W.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ton/hektar turun sekitar 0,13 ton/hektar menjadi 6,17 ton/hektar di tahun 2014
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi Pertanian Padi D.I.Yogyakarta Produktivitas dan produksi padi sawah D.I.Yogyakarta tahun 2013-2014 mengalami penurunan. Pada tahun 2013 produktivitas padi ladang sekitar
Lebih terperinciPEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS. Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPPP Jambi
PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPPP Jambi I. PENDAHULUAN Burung hantu (Tyto alba) kini makin popular di kalangan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan salah satu spesies hewan pengerat yang mengganggu aktivitas manusia terutama petani. Menurut Balai Besar Penelitian
Lebih terperinciPEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS. Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPP Jambi
PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPP Jambi ABSTRAK Pemanfaatan Burung hantu (Tyto alba) sebagai predator tikus merupakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia
Lebih terperinciHA BAB I PENDAHULUAN
1 HA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang memiliki potensi di bidang pertanian. Beberapa dekade yang lalu pertanian menjadi tulang punggung pembangunan nasional yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis hewan yang banyak disukai oleh manusia, hal ini di karenakan burung memiliki beberapa nilai penting, seperti nilai estetika, ekologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya
Lebih terperinciINDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011
INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 Ignatius Ery Kurniawan PT. MITRA MEDIA NUSANTARA 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk
62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciAPLIKASI FUZZY TSUKAMOTO UNTUK PENGGUNAAN JASA BARN OWL (TYTO ALBA) SEBAGAI PENGENDALI HAMA TIKUS DI BIDANG PERTANIAN
APLIKASI FUZZY TSUKAMOTO UNTUK PENGGUNAAN JASA BARN OWL (TYTO ALBA) SEBAGAI PENGENDALI HAMA TIKUS DI BIDANG PERTANIAN S. Nurmuslimah, ST.MT Jurusan Sistem Komputer,Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Produktivitas Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produktivitas
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Produktivitas Berbicara tentang produktivitas, maka akan menyangkut tentang masalah hasil akhir yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh didalamproses
Lebih terperinciSISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA
Suplemen 5 SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA Latar Belakang Sejak tahun 2008, Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan telah menginisiasi program pengembangan ternak sapi yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika
PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika selatan yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAMBANG PRAYUDI 1, NATRES ULFI 2 dan SUPRANTO ARIBOWO 3 1 Balai Pengkajian
Lebih terperincikeadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh
Lebih terperinciTUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT
TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan
Lebih terperinciTugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali
Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies
Lebih terperinciPEMANFAATAN BURUNG HANTU UNTUK MENGENDALIKAN TIKUS DI KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER
PEMANFAATAN BURUNG HANTU UNTUK MENGENDALIKAN TIKUS DI KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Nanang Tri Haryadi 1), Moh. Wildan Jadmiko 2), Titin Agustina 3) 1 Fakultas Pertanian, Universitas Jember email:
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total
15 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total luas
Lebih terperinciStatus Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama
Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
Lebih terperinciPT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI
PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI KOSONG (TANKOS) DI DALAM NO. ISK/AGR-KBN/ 32 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 25 Februari 2015 Dimpos Giarto V. Tampubolon Direktur Utama Disusun Oleh ;
Lebih terperinciRAKITAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA KEONGMAS PENDAHULUAN
RAKITAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA KEONGMAS Oleh: Silman Hamidy, Jamal Khalid, M. Adil, Hamdani PENDAHULUAN Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus terpenuhi kecukupannya untuk menunjang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen
Lebih terperinciuntuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang
untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan
Lebih terperinciPengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan
BAB VII PENUTUP Perkembangan industri kelapa sawit yang cepat ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : (i) secara agroekologis kelapa sawit sangat cocok dikembangkan di Indonesia ; (ii) secara
Lebih terperinciDAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA
DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA Nuzul Hijri Darlan, Iput Pradiko, Muhdan Syarovy, Winarna dan Hasril H. Siregar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Rodensia merupakan salah satu hewan yang tergolong sangat banyak spesiesnya. Terdapat lebih dari 2700 spesies rodensia di dunia Menurut Aplin et al. (2003), 42% dari semua spesies
Lebih terperinciSi Pengerat Musuh Petani Tebu..
Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman
Lebih terperinciPelayanan Jasa&Pelatihan
Pelayanan Jasa&Pelatihan Survei Lahan dan Studi Kelayakan Rekomendasi Pemupukan Bantuan Teknis Aplikasi Drone Untuk Kebun Kelapa Sawit Proyeksi Produktivitas Kelapa Sawit Pelatihan Uji Efikasi Pupuk &
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman hortikultura
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman hortikultura seperti buah-buahan. Komoditi hortikultura diharapkan dapat menjadi komoditas unggulan untuk mendukung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan
Lebih terperincipengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.
BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian Anorganik Dan Organik Padi merupakan salah satu sumber makanan pokok bagi sebagian besar bangsa Indonesia (Idham & Budi, 1994). Menurut Pracaya (2002) upaya untuk mampu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi
3 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang dimiliki, tikus rumah (Rattus rattus diardii) digolongkan ke dalam kelas
Lebih terperinci2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara terbesar pertama sebagai penghasil Crude Palm Oil (minyak kelapa sawit mentah) mengungguli Malaysia, Riau adalah salah satu provinsi penghasil
Lebih terperinciKEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah
12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan
Lebih terperinciPEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV
PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI MAGANG
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling
Lebih terperinciMengenal Tikus Sawah
AgroinovasI Mengenal Tikus Sawah Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mammalia (binatang menyusui), yang mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung
7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung
Lebih terperinciPEMASANGAN PERANGKAP, PEMERIKSAAN (IDENTIFIKASI), DAN PENYISIRAN TIKUS (PENANGKAPAN EKTOPARASIT)
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR PEMASANGAN PERANGKAP, PEMERIKSAAN (IDENTIFIKASI), DAN PENYISIRAN TIKUS (PENANGKAPAN EKTOPARASIT) OLEH AGUS SAMSUDRAJAT S J 410040028 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membuat perekonomian di Indonesia semakin tumbuh pesat. Salah satu sektor agro industri yang cenderung
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,
1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Pemeliharaan dan Pakan Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi, yang berbatasan dengan desa teras bendung di sebelah utara dan desa jeruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Kumbang penggerek pucuk yang menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.
Lebih terperinci2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya
Lebih terperinciPeramalan, Black Bunch Cencus, Indeks Musiman, Tandan Buah Segar.
PERBANDINGAN METODE PERAMALAN PRODUKSI YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN SEASONAL INDEX DAN METODE BLACK BUNCH CENCUS (BBC) UNTUK ESTIMASI PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT M. Hudori 1, Sugiyatno
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,
Lebih terperinciRENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN
RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator
Lebih terperinciABSTRACT SITI ROMELAH. Intensive farming practices system by continuously applied agrochemicals,
ABSTRACT SOIL QUALITY ANALYSIS AND ECONOMIC BENEFITS IN THE COW- PALM OIL INTEGRATED SYSTEM TO ACHIEVE SUSTAINABLE AGRICULTURE (CASE STUDY: KARYA MAKMUR VILLAGE, SUBDISTRICT PENAWAR AJI, TULANG BAWANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang
Lebih terperinciCIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA
BAB 1 CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA Tujuan Pembelajaran: 1) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus hewan dengan lingkungannya; 2) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bunga Kelapa Sawit Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-250 spikelet (tangkai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk
Lebih terperinciTerbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut
Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Karya Ilmiah Di susun oleh : Nama : Didi Sapbandi NIM :10.11.3835 Kelas : S1-TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Abstrak Belut merupakan
Lebih terperinciOleh Prof. Dr. Bungaran Saragih, MEc
Oleh Prof. Dr. Bungaran Saragih, MEc Komisaris Utama PT. Pupuk Indonesia Holding Ketua Dewan Pembina Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute-PASPI P e n d a h u l u a n Sejak 1980 CPO mengalami
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi E. furcellata (Hemiptera : Pentatomidae) Menurut Kalshoven (1981) E. furcellata diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Klass Ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciMETODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN
54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kuntul 2.1.1 Klasifikasi Burung Kuntul Burung kuntul termasuk ordo Ciconiiformes dan famili Ardeidae (Mackinnon, 1993). klasifikasi Kuntul besar (Egretta alba) adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pohon batang lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang memiliki karakteristik secara ekonomis dengan pertumbuhan yang cepat sebagai ayam penghasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),
Lebih terperinciPEMBAHASAN Penetapan Target
54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman
Lebih terperinciVI. REKOMENDASI KEBIJAKAN
158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama perusahaan berdiri pada umumnya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan berdiri pada umumnya adalah memperoleh laba dan mempertahankan eksistensinya. Laba adalah hasil dari rangkaian proses pengambilan keputusan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan
Lebih terperinciHASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan
2 dihitung jumlah kumbang. Jumlah kumbang per spikelet didapat dari rata-rata 9 spikelet yang diambil. Jumlah kumbang per tandan dihitung dari kumbang per spikelet dikali spikelet per tandan. Lokasi pengambilan
Lebih terperinciSakti Hutabarat Staf pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau
Evaluasi Investasi Perkebunan Kelapa Sawit Pola PIR di Desa Gading Sari Kec. Tapung Kab. Kampar (Sakti Hutabarat) EVALUASI INVESTASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT POLA PIR DI DESA GADING SARI KECAMATAN TAPUNG
Lebih terperinci1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)
Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan
Lebih terperinciLampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim
Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Tanam 2009/2010 No Uraian Kegiatan Norma 1 Persiapan Lahan pembersihan lahan 25 Hk pembukaan jaringan drainase 10 Hk 2 Menanam Menanam
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK PENELITIAN
BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian Obyek penelitian yang diambil adalah PT Astra Agro Lestari Tbk, PT BW Plantations Tbk dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. A.kan tetapi
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN LIMBAH CAIR DI KEBUN SAWIT SEI MANDING, RIAU
ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN LIMBAH CAIR DI KEBUN SAWIT SEI MANDING, RIAU MARYADI Peneliti Pada Pusat Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah-BPPT Abstract The growth of the oil palm industry in Indonesia
Lebih terperinciGambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal
Lebih terperinciDEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010
SURVEI INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DAN PERSENTASE SERANGAN RAYAP PADA PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT BILAH PLANTINDO KABUPATEN LABUHAN BATU SKRIPSI OLEH KRISNO JONO ARIFIN
Lebih terperinciTEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT
TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjend Katamso No.51 Medan Telp : (061) 7862466, (061)7862477, Fax (061)7862488 www.iopri.org Permasalahan lahan o Moratorium
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus
5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan memiliki tiga tujuan utama yang ingin dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal, pertumbuhan
Lebih terperinci