BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan rentang tiga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan rentang tiga"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Konsep Anak Usia Prasekolah Pengertian anak usia prasekolah Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan rentang tiga hingga enam tahun (Potter dan Perry, 2009). Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Hockenberry dan Wilson (2009) bahwa usia prasekolah merupakan usia perkembangan anak antara usia tiga hingga lima tahun. Pada usia ini terjadi perubahan yang signifikan untuk mempersiapkan gaya hidup yaitu masuk sekolah dengan mengkombinasikan antara perkembangan biologi, psikososial, kognitif, spiritual dan prestasi sosial. Anak pada masa prasekolah memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan, dapat mengatur diri dalam toilet training dan mengenal beberapa hal yang berbahaya dan mencelakai dirinya (Mansur, 2011) Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Usia Pra Sekolah Anak usia prasekolah masih dalam peningkatan pertumbuhan dan perkembangan yang berlanjut dan stabil terutama kemampuan kognitif serta aktivitas fisik (Hidayat, 2008). Selain itu anak berada pada fase inisiatif dan rasa bersalah (inisiative vs guilty). Rasa ingin tahu (courius) dan daya imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahui. Selain itu anak dalam usia prasekolah belum mampu membedakan hal yang abstrak dan tidak abstrak. Menurut Wong (2009) 8

2 9 proses pertumbuhan dan perkembangan bersifat dinamis dinamis dimana terjadi sepanjang siklus hidup anak. Anak pada masa prasekolah akan mengalami proses perubahan baik dalam pola makan, proses eliminasi dan perkembangan kognitif menunjukan proses kemandirian (Hidayat, 2008). Proses perkembangan pada anak: (1) Perkembangan biologis Pada anak usia prasekolah akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik yang melambat dan stabil. Dimana pertambahan berat badan 2-3kg pertahun dengan rata-rata berat badan 14,5 kg pada usia 3 tahun, 16,5 kg pada usia 4 tahun dan 18,5 kg pada usia 5 tahun. Tinggi badan tetap bertambah dengan perpanjangan tungkai dibandingkan dengan batang tubuh. Rata-rata pertambahan tingginya 6,5-9 cm pertahun. Pada anak usia 3 tahun, tinggi badan rata-rata adalah 95 cm dan 103 cm pada usia 4 tahun serta 110 cm pada usia 5 tahun (Wong et al, 2009). Pada perkembangan motorik, anak mengalami peningkatan kekuatan dan penghalusan keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya seperti berjalan, berlari dan melompat. Namun pertumbuhan otot dan tulang masih jauh dari matur sehingga anak mudah cedera (Hockenberry dan Wilson, 2007). (2) Perkembangan kognitif Anak usia pra sekolah pada perkembangan kognitif mempunyai tugas yang lebih banyak dalam mempersiapkan anak mencapai kesiapan tersebut. Serta proses berpikir yang sangat penting dalam mencapai kesiapan tersebut (Wong, et al, 2009). Pemikiran anak akan lebih kompleks pada usia ini, dimana mengkategorikan obyek berdasarkan warna, ukuran maupun pertanyaan yang

3 10 diajukan (Potter dan Perry, 2009). Menurut Marry (2005) tinjauan teori mengenai perkembangan kognitif menggunakan tahap berpikir pra operasional oleh Piaget. Dimana dibagi menjadi dua fase yaitu: a. Fase pra konseptual (usia 2-4tahun) dimana pada fase ini konsep anak belum matang dan tidak logis dibandingkan dengan orang dewasa. Mempunyai pemikiran yang berorientasi pada diri sendiri, dan membuat klasifikasi yang masih relatih sederhana. b. Fase intuitif (4-7 tahun): anak mampu bermasyarakat namun belum dapat berpikir timbal balik. Anak biasanya banyak meniru perilaku orang dewasa tetapi sudah mampu memberi alasan pada tindakan yang dilakukan. (3) Perkembangan moral Anak pada usia prasekolah mampu mengadopsi serta menginternalisasi nilai-nilai moral dari orang tuanya. Perkembangan moral anak berada pada tingkatan paling dasar. Anak mempelajari standar perilaku yang dapat diterima untuk bertindak sesuai dengan standar norma yang berlaku serta merasa bersalah bila telah melanggarnya (Kohlberg, 1994 dalam Wong, 2009). (4) Perkembangan psikososial Anak usia prasekolah menurut Hockenberry & Wilson (2009) sudah siap dalam menghadapi dan berusaha keras mencapai tugas perkembangan. Tugas perkembangan yang dimaksud adalah menguasai rasa inisiatif yaitu bermain, bekerja serta mendapatkan kepuasan dalam kegiatannya, serta merasakan hidup sepenuhnya. Konflik akan timbul akibat rasa bersalah, cemas dan takut yang timbul akibat pikiran berbeda dengan perilaku yang diharapkan.

4 Hospitalisasi pada Anak Definisi Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak mengalami perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan serta mekanisme koping yang terbatas dalam menghadapi stresor. Stresor utama dalam hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali dan nyeri (Wong, 2009). Hospitalisasi menurut Supartini (2004) merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk dirawat di rumah sakit dalam menjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah berat dan menimbulkan kecemasan bagi anak. Berdasarkan pengertian hospitalisasi yang dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi merupakan suatu proses baik karena alasan berencana maupun darurat yang mengharuskan anak untuk dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat berdampak pada perubahan psikis pada anak yang terjadi akibat suatu tekanan atau krisis pada anak Reaksi Anak terhadap Hospitalisasi Reaksi anak terhadap penyakit dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pengalaman dirawat dan lama dirawat. Reaksi anak terhadap penyakit dapat berupa rasa cemas, takut akan sakit, kurang kontrol dalam emosi, marah, tidak adaptif dan regresi (Potter & Perry, 2009). Reaksi hospitalisasi pada anak usia prasekolah menunjukan reaksi tidak adaptif dimana dapat berupa menolak untuk makan,

5 12 sering bertanya, menangis, dan tidak kooperatif terhadap petugas. Dirawat di rumah sakit memaksa anak untuk meninggalkan lingkungan yang dicintai, keluarga, dan teman sehingga menimbulkan kecemasan. Selain itu anak berada pada lingkungan rumah sakit yang menyebabkan anak sulit beradaptasi. Reaksi yang sering ditunjukan adalah menolak perawatan atau tindakan dan tidak kooperatif dengan petugas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Hospitalisasi pada Anak Prasekolah Anak usia prasekolah akan mempresepsikan hospitalisasi sebagai hukuman dan pengalaman yang menakutkan (Supartini, 2004). Sehingga respon anak terhadap hospitalisasi pada usia prasekolah akan lebih berat dibandingkan dengan anak usia sekolah. Reaksi anak terhadap hospitalisasi menurut Hockenberry & Wilson (2009) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor usia, pengalaman sakit, perpisahan, pengalaman dirawat di rumah sakit, dan jenis kelamin anak. a. Faktor usia: anak usia prasekolah mempresepsikan hospitalisasi sebagai suatu pengalaman yang menakutkan (Hockenberry & Wilson, 2007). b. Jenis kelamin: jenis kelamin perempuan lebih bersikap adaptif dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki (Handayani & Puspitasari, 2009) c. Pengalaman dirawat di rumah sakit: anak yang pernah memiliki pengalaman dirawat dirumah sakit sebelumnya dengan pengalaman yang tidak menyenangkan menyebabkan anak menjadi takut dan trauma sehingga anak akan sulit beradaptasi dan koopertif dengan tindakan. Anak yang sebelumnya mendapatkan pengalaman hospitalisasi yang menyenangkan

6 13 akan lebih mudah beradaptasi dan kooperatif terhadap tindakan perawatan (Supartini, 2004). d. Lama rawat: tingkat kecemasan anak terhadap respon hospitalisasi tetap tinggi hingga anak menjalani hospitalisasi lebih dari 2 hari (Stubbe, 2008) 2.3.Konsep Terapi Bermain Pengertian Terapi bermain Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik fisik, emosi mental, intelektual, kreativitas maupun sosial (Soetjiningsih, 2014). Terapi merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang dengan tujuan melakukan perubahan. Terapi bermain adalah usaha mengubah tingkah laku yang bermasalah dengan menempatkan anak dalam situasi bermain (Adriana, 2011) Fungsi bermain Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk merangsang perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi, kreativitas, kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik. 1) Perkembangan sensorimotor: aktivitas sensorimotor adalah komponen utama bermain pada semua usia. Permainan aktif penting untuk perkembangan otot dan bermanfaat untuk melepaskan kelebihan energi. Melalui stimulasi taktil, auditorius, visual dan kinestetik, bayi memperoleh kesan. Todler dan prasekolah sangat menyukai gerakan tubuh dan mengeksplorasi segala sesuatu di ruangan.

7 14 2) Perkembangan intelektual: melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar mengenal warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi objek-objek. Ketersediaan materi permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah dua variabel terpenting yang terkait dengan perkembangan kognitif selama masa bayi dan prasekolah. 3) Sosialisasi: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui bermain, anak belajar membentuk hubungan sosial dan menyelesaikan masalah, belajar pola perilaku dan sikap yang diterima masyarakat. 4) Kreativitas: anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain. Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas tunggal, meskipun berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok. Anak merasa puas ketika menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. 5) Kesadaran diri: melaui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuan diri dan membandingkannya dengan orang lain. Kemudian menguji kemampuannya dengan mencoba berbagai peran serta mempelajari dampak dari perilaku mereka terhadap orang lain. 6) Nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari lingkungan. Melalui aktivitas bermain anak memperoleh kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya. Anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan sesuatu dan bertanggung jawab.

8 15 7) Manfaat terapeutik: bermain bersifat terapeutik pad aberbagai usia. Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan sarana untuk melepaskan diri dari ketegangann dan stress yang dihadapi di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara yang dapat diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan keinginan mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan Hal-hal yang Diperhatikan dalam Terapi Bermain Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Soetjianingsih (2014) saat anak dalam aktivitas bermain yaitu: 1. Energi ekstra/tambahan: bermain memerlukan energi tambahan, dimana anak yang sakit, tidak memiliki energi yang banyak untuk bermain, sehingga permainan yang di anjurkan yaitu permainan yang tidak memerlukan banyak energi. 2. Waktu: anak yang hospitalisasi harus mempunyai cukup waktu untuk bermain 3. Alat permainan: untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangan anak. 4. Ruangan untuk bermain: ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain di halaman atau di tempat tidur disesuaikan dengan keadaan anak. 5. Pengetahuan cara bermain: anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau dibimbing oleh orangtua atau pengasuh

9 16 6. Teman bermain: anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain. Anak dapat bermain dengan orang tua, teman sebaya atau saudara sehingga anak tidak kehilangan kesempatan dalam bersosialisasi 7. Reward: pemberian reward akan membuat anak termotivasi, reward dapat diberikan berupa semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil melakukan sebuah permainan Jenis permainan pada anak Usia Prasekolah Permainan anak usia prasekolah menurut Adriana (2011) biasanya bersifat asosiatif (interaktif dan kooperatif) serta memerlukan hubungan dengan teman sebaya. Alat permainan yang dianjurkan untuk anak usia prasekolah yaitu berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, dokter-dokteran atau masak-masakan (Soetjianingsih, 2014). Pemilihan permainan untuk terapi bermain harus disesuaikan dengan usia anak. Perkembangan anak usia prasekolah yang menonjol yaitu perkembangan motorik kasar dan halus (Mary, 2005). Terapi bermain Clay therapy sesuai dengan perkembangan Anak usia prasekolah. Dimana permainan clay therapy merupakan jenis permainan meremas dan membentuk clay yang membantu anak melatih kemampuan motorik halusnya (Kearns, 2004) Terapi bermain di Rumah Sakit Terapi bermain menurut Adriana (2011) membantu anak dalam beradaptasi dengan lingkungan baru di rumah sakit, membantu mengurangi stress terhadap

10 17 perpisahan, dapat sebagai distraksi (pengalihan perhatian) dan relaksasi dan mencapai tujuan terapeutik. Prinsip bermain di rumah sakit yaitu: a. Permainan tidak bertentangan dengan terapi dan perawatan yang dijalani b. Tidak membutuhkan energi yang banyak c. Harus mempertimbangkan keamanan bagi anak d. Dilakukan pada kelompok umur yang sama e. Melibatkan orang tua atau keluarga Standar Operasional Prosedur terapi bermain menurut Andriana (2011) yaitu: Tahap Prainteraksi: 1. Melakukan kontrak waktu 2. Mengecek kesiapan anak 3. Menyiapkan alat Tahap Orientasi: 4. Memberikan salam dan menyapa nama anak 5. Memperkenalkan diri 6. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan terapi bermain clay therapy 7. Menanyakan persetujuan dan kesiapan anak sebelum kegiatan dilakukan Tahap Kerja: 8. Memberi petunjuk pada anak mengenai cara bermain clay therapy 9. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri/ bersama orang tua/ keluarga/ dibantu 10. Memotivasi keterlibatan anak dan keluarga 11. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan permainan clay

11 Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan atau dibuatnya dengan clay 13. Menanyakan perasaan anak setelah bermain clay Tahap Evaluasi: 14. Berpamitan dengan anak 15. Mencuci tangan Clay Therapy Clay therapy merupakan terapi bermain dengan menggunakan media clay sebagai bagian dalam terapi ( Rahmani dan Moheb, 2010). Clay therapy sebagai sebuah terapi dengan menggunakan media clay yang membantu seseorang dalam mengekspresikan suasana hati dan perasaannya (Buchalter, 2009 dalam Wirastania, 2012). Terapi bermain clay therapy akan dilakukan dengan beberapa tema seperti buah-buahan, sayuran, hewan, bunga dan desain lainnya. Penetapan tema dilakukan untuk membantu mengarahkan klien membuat karya dengan clay. Clay merupakan tanah liat, dengan materi alam yang diolah dan dibentuk menjadi macam-macam bentuk yang akan dibuat sebagai keramik (Designs, 2011 dalam Rochayah, 2012). Dalam perkembangannya istilah clay digunakan dalam menyebut adonan yang menyerupai tanah liat atau clay buatan (Wahyuningsih, 2012). Clay sebagai alat terapi yang terbukti efektif bagi anak-anak dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan harga diri, mengurangi kecemasan, pengendalian impuls dan kemarahan (Landerth, 2004). Bainbridge (1996) dalam Suryani (2011) menjelaskan bahwa bermain clay membantu dalam

12 19 mengasah kemampuan otak kanan dalam berkreatifitas, meningkatkan daya imanjinasi dan melatih kerja saraf motorik anak. Macam-macam clay buatan menurut Suryani (2011) yaitu: a. Paper clay: clay ini dibuat dari bubur kertas dan pengeringannya dapat dilakukan dengan diangin-anginkan saja. Pembuatan clay ini hanya dengan kertas koran, air, lem, tepung kanji dan dapat dipercantik dengan warna yang ditambahkan. b. Lilin malam: clay ini biasanya digunakan sebagai mainan anak-anak yang banyak dijual di toko dengan bermacam-macam warna dan mudah dibentuk. Bentuk akhirnya lunak dan tidak akan mengeras sehingga dapat diolah kembali. c. Polymer clay: clay ini dilakukan pengeringan dengan cara di panggang dalam oven. Hasilnya dapat menyerupai batu alam, plastik atau metal. d. Air dry clay: clay ini sering disebut dengan clay jepang atau clay korea karena clay tersebut umumnya didatangkan dari kedua negara tersebut. Pengeringan clay ini cukup dengan diangin-anginkan saja. e. Jumping clay: clay ini menyerupai air dry clay, namun hasil akhirnya akan lebih ringan dan pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan saja. f. Plastisin (clay tepung): clay ini hampir sama dengan lilin malam, namun bentuknya tidak selunak lilin malam dan lebih keras dibandingkan dengan lilin malam. Clay ini dapat dibuat sendiri dengan bahan dasar tepung jagung dan pengeringannya hanya dengan diangin-anginkan saja.

13 20 Clay yang terbuat dari tepung memiliki karakter yang mudah dibentuk, tidak lengket pada tangan dengan hasil akhir yang cukup diangin-anginkan dan clay akan menjadi keras (Widjaja, 2009). Pembuatan maizena clay memerlukan beberapa bahan yaitu: Tepung maizena (tepung jagung), Lem putih, baby oil dan Pewarna makanan. Bahan dicampur hingga kalis, dan tidak lengket. Sehingga akan menghasilkan clay dengan warna-warna yang menarik bagi anak. Pemilihan clay maizena ini karena bahan mudah ditemukan dan aman bagi anak-anak. 2.4.Konsep Perilaku Adaptif Pengertian perilaku adaptif Perilaku adaptif adalah respon seseorang terhadap stimulus yang akan merangsang dan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Adaptif merupakan respon dari individu yang mudah menyesuaikan diri dengan keadaan yang dialami (Skinner, 1938 dalam Sunaryo, 2004). Perilaku adaptif merupakan proses perubahan perilaku individu dalam berespon terhadap beberapa perubahan yang terjadi pada diri individu maupun lingkungannya yang akan mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis (Hidayat, 2008). Perkembangan adaptasi anak prasekolah yaitu adanya kemampuan bermain permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh dan menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan (Wong, 2000 dalam Alimul, 2008). Perilaku adaptif merupakan perilaku yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku dimasyarakat dan individu menyesuaikan

14 21 masalah yang dialami dalam batas internal. Perilaku adaptif meliputi: Solitude (menyepi) sebagai respon yang diperlukan individu dalam menuangkan apa yang telah dilakukan dalam lingkungan sosialnya dan mengevaluasi diri dalam menentukan langkah selanjutnya. Autonomy (Otonomi) merupakan kemampuan individu dalam menentukan atau menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Mutuality (kerjasama) adalah saling memberi dan menerima kerjasama dan interdepedency adalah saling ketergantungan antara individu dengan orang lain Perilaku Anak Usia Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi Anak yang dirawat di rumah sakit akan mengalami beberapa perubahan yang memerlukan penyesuaian dalam kehidupan sehari-harinya. Respon setiap anak terhadap stres diperlihatkan dengan cara yang unik oleh karena usia dan kepribadian individu, namun respon regresif, agresif serta menarik diri merupakan respon yang paling umum muncul pada anak hospitalisasi. Perilaku ini seiring dengan waktu akan berkurang pada saat anak sudah merasa nyaman dan aman (Kail dan Nelson, 1993 dalam Harsono, 2006). Reaksi anak serta keluarga terhadap sakit dan hospitalisasi menurut Suparto (2003) dalam Kartikayani (2012) yang dialami yaitu kecemasan, stress, dan perubahan perilaku. Anak beradaptasi terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit dengan cara: a. Penolakan (Advoidance) merupakan perilaku anak untuk menghindar dalam situasi yang membuat anak tertekan, dan usaha anak dalam menolak

15 22 perawatan yang diberikan seperti: menolak minum obat, disuntik, tidak mau dipasang infus, serta tidak kooperatif dengan petugas kesehatan. b. Pengalihan perhatian (distraction) usaha anak dalam mengalihkan perhatiannya dari pikiran atau hal-hal yang membuat anak tertekan. Perilaku anak lakukan selama dirawat di rumah sakit seperti anak minta diceritakan, menonton televisi, serta bermain permainan yang disukai anak. c. Berupaya aktif (active) merupakan usaha anak dalam mencari jalan keluar dengan melakukan sesuatu yang aktif. Perilaku tersebut seperti anak menanyakan kondisinya pada tenaga medis atau orang tuanya, kooperatif pada tenaga medis, minum obat secara teratur, serta beristirahat sesuai dengan aturan yang diberikan. d. Mencari dukungan (Support) dalam melepaskan tekanan yang dialaminya akibat penyakit yang diderita, anak berusaha mencari dukungan. Dukungan tersebut dapat berupa pendampingan anak oleh orang tua selama hospitalisasi Stressor pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit Saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit menurut Nursalam, Susilaningrum, R. dan Utami, S. (2005) merupakan krisis utama yang dialami anak. Jika anak dirawat di rumah sakit akan mudah mengalami krisis yang diakibatkan karena stress yang dialami anak terhadap perubahan yang terjadi. Perubahan yang dialami anak dapat berupa perubahan kebiasaan sehari-hari. Selain itu anak juga mempunyai keterbatasan dalam mekanisme koping masalah atau kejadiankejadian yang membuat anak tertekan.

16 23 Pemicu stress pada anak yang mengalami hospitalisasi dapat berupa perubahan yang bersifat psiko-sosial, fisik, maupun spiritual. Perubahan lingkungan fisik ruangan seperti fasilitas tempat tidur yang tidak sesuai atau tidak membuat anak nyaman, kurangnya kebersihan, dan kurangnya pencahayaan. Selain itu sesuatu yang membuat anak merasa terganggu yaitu suara yang gaduh hingga anak menjadi ketakutan. Keadaan dan warna dinding atau tirai dapat membuat anak merasa kurang nyaman. Lingkungan fisik tersebut membuat anak merasa tidak nyaman dan tidak aman. Perubahan fisiologis akan tampak dengan tanda dan gejala yang dialami anak. Adanya prosedur yang menimbulkan rasa nyeri sehingga membuat anak terganggu (Lubis, 2007). Selain lingkungan fisik yang mengalami perubahan, anak yang mengalami hospitalisasi dapat mengalami perubahan lingkungan psikososial. Perubahan tersebut akan membuat anak tertekan dan menimbulkan kecemasan. Masa perawatan yang dijalani anak, dimana anak akan merasa terpisah dari lingkungan, kegiatannya sehari-hari dan orang yang dekat dengannya. Hubungan dekat yang dimiliki anak dengan orang tua, anak akan merasa kehilangan orang tuanya akibat perpisahan yang dialaminya dan mengharuskan anak untuk tinggal dalam lingkungan baru di rumah sakit. Hal tersebut dapat menibulkan perasaan cemas dan tidak aman pada anak (Nursalam, Susilaningrum, R., dan Utami, S., 2005) Pola Koping pada Anak Usia Prasekolah Anak usia prasekolah dalam mengatasi stress yang dialaminnya dengan sistem pertahanan berupa perilaku yang tidak adaptif seperti regresi, supresi, penolakan

17 24 dan agresi (Potter & Perry, 2009). Selain itu beberapa anak memiliki koping yang berbedan dimana berupa ketidakaktifan anak (apatis, diam total dan kurang beraktivitas). Dalam orientasi pra-koping (anak mendengar dan melihat, mengamati dan berjalan keliling, serta banyak bertanya), kooperatif (anak kooperatif dengan perawatan), resistensi (anak berusaha menghindari situasi yang dialami dengan serangan fisik atau verbal atau menolak serta mengendalikan Anak juga dapat merasa hilangnya kendali karena mereka mengalami kehilangan kekuatan terhadap diri sendiri. Rasa takut yang timbul akibat cedera tubuh akan membuat anak takut terhadap prosedur yang menimbulkan nyeri dan pengetahuan yang terbatas dapat menimbulkan rasa takut terhadap tindakan-tindakan perawatan (Muscari, 2005) Pengaruh Clay Therapy terhadap Perilaku Adaptif pada Anak Usia Prasekolah Anak usia prasekolah menginterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman (Muscari, 2005). Hospitalisasi yang dialami anak mempengaruhi psikologisnya, dimana stress yang timbul akibat hospitalisasi menyebabkan anak cemas, takut dan akhirnya berperilaku tidak adaptif (Wong, 2009). Bermain sebagai salah satu aktifitas yang menyenangkan bagi anak (Desmita, 2005). Terapi bermain akan membantu anak beradaptasi lebih adaptif terhadap stress dan ketegangan yang dialaminya (Pedro-Carroll & Reddy, 2005 dalam Association for Play Therapy, 2014).

18 25 Clay therapy merupakan jenis permainan yang sesuai dengan perkembangan anak usia prasekolah yaitu motorik halusnya (Kearns, 2004). Clay therapy sebagai salah satu jenis therapy bermain yang telah banyak diteliti. Hasil penelitian Rahmani & Moheb (2010) menunjukan bahwa intervensi clay therapy mampu menurunkan kecemasan pada anak. Selain itu Salvagoni, Denise, Eler, dan Gabrielle (2014) hasil penelitiannya menunjukan penggunaan clay therapy membantu dalam mempromosikan kreativitas, kesadaran diri dan menguntungkan bagi seseorng yang mengalami kecemasan. Selain itu clay therapy membantu anak dalam meningkatkan motorik halusnya, kemampuan memecahkan masalah, menurunkan kecemasan, pengambilan keputusan serta pengendalian impuls dan kemarahannya (Landerth, 2004). Terapi bermain clay akan membantu anak dalam mengurangi ketakutan yang dialaminya, kecemasan anak akan menurun dan membantu anak beradaptasi terhadap lingkungan yang baru. Anak dapat mengeluarkan emosi yang tertahan serta mengekspresikan emosionalnnya dengan bermain clay (Schaefer & Kaaduson, 2006). Berdasarkan penelitian dan sumbersumber diatas diharapkan clay therapy akan membantu anak yang mengalami hospitalisasi mampu bersikap lebih adaptif.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan hingga usia tujuh belas tahun, dimana masing-masing anak tumbuh dan belajar sesuai dengan

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan dipengaruhi dengan segala macam hal yang baru. Anak prasekolah sering menunjukan perilaku yang aktif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Family Centered Care Dalam paradigma keperawatan anak, anak merupakan individu yang masih bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Saat anak dirawat di rumah sakit banyak hal yang baru dan juga asing yang harus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hospitalisasi Pada anak 2.1.1 Konsep Hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun. 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anak Anak merupakan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Discharge Planning 2.1.1 Definisi Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang di tujukan untuk memberikan asuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah anak. Hal ini memberi konsekuensi pada masalah kesehatan anak antara lain masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain merupakan suatu aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia 1-3 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut harus dijaga kelangsungannya dengan upaya stimulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat beresiko terkena kanker. Kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah individu unik yang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Azis, 2010). Bermain merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak memiliki peran yang sangat penting untuk kelangsungan ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah satu tangan panjang PBB bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan cukup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 1 Juli sampai 1 Agustus 213. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Pada saat anak dirawat di Rumah Sakit banyak hal yang baru dan juga

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK MASA KANAK-KANAK AWAL Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a)belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. b)kontak

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Konsep Bermain 1.1. Defenisi Bermain Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya

DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya Hospitalisasi menimbulkan krisis O/K : Stress Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan makhluk yang unik, yang tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Anak memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3 PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H.

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi meningkatnya masalah kesehatan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat menimbulkan dampak, baik terhadap fisik maupun psikologis diantaranya kecemasan, merasa asing akan lingkungan

Lebih terperinci

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan anak pada masa balita sangat berkaitan erat dengan tingkat kesehatannya pada masa bayi baru lahir. Dengan demikian, derajat kesehatan anak tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah tunas bangsa, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa. Oleh karena itu anak perlu mendapat kesempatan yang seluasluasnya untuk tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL 98 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 2. (2) Agustus 2016 ISSN. 2407-7232 KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL CHILD ANXIETY TODDLER VIEWS FROM THE HOSPITAL

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Anak 2.1.Pengertian Anak Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak perlu mendapatkan perhatian khusus, baik dari pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat. Hal ini merupakan dampak dari semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini dibahas tentang desain dan jenis penelitian, subyek penelitian, tempat dan waktu penelitian, fokus studi dan definisi operasional, instrumen penelitian dan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit dan menjalani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Atraumatic Care 1.1 Definisi atraumatic care Atraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan, oleh personel, dan melalui penggunaan intervensi yang menghapuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Anak tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah manusia yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari awal kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu yang sedang

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN. PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN 2 Wiji Lestari ABSTRAK Hospitalisasi yang dialami anak anak menyebabkan

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH Oleh: Sugihartiningsih Abstrak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada setiap mahkluk hidup secara alamiah. Pertumbuhan akanmengalami perubahan

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th MASA KANAK-KANAK AWAL By FH Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a) Belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hospitalisasi dapat menyebabkan kejadian yang traumatik dan stres yang dialami oleh anak dan orang tua, dimana anak harus tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan terapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre PERBEDAAN TERAPI BERMAIN PUZZLE DAN BERCERITA TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) SELAMA HOSPITALISASI DI RUANG ANAK RS TK. III. R. W. MONGISIDI MANADO Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan merawat diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu kebutuhan yang ditujukan pada

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak jika anak di rawat dirumah sakit. Anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sakit dan dirawat di rumah sakit adalah keadaan yang kerap terjadi dan merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat pertama kali dirawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan makhluk rentan dan tergantung yang selalu dipenuhi rasa ingin tahu, aktif, serta penuh harapan. Masa anak-anak suatu awal kehidupan untuk masa-masa berikutnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep guided imagery 2.1.1 Definisi guided imagery Imagery merupakan pembentukan representasi mental dari suatu objek, tempat, peristiwa, atau situasi yang dirasakan melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian motivasi Walgito (2004), mendefinisikan motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Menurut Departemen

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J PENGARUH TERAPI BERMAIN GELEMBUNG SUPER TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG ANAK RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Diah Luki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu, gelisah yang dapat menimbulkan ketegangan fisik yang tinggi. Hal ini ditimbulkan sebagai reaksi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri terhadap prosedur pemasangan infus dan membandingkan antara teori yang sudah ada dengan kenyataan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan HUBUNGAN HOSPITALISASI BERULANG DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PRASEKOLAH YANG MENDERITA LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DI RUANG MELATI 2 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang ASUH ; gizi, perawatan dasar imunisasi, ASIpengobatan bila sakit, kebersihan diri dan lingkungan, sandang, olah tubuh,

Lebih terperinci

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan   ABSTRAK ATRAUMATIC CARE MENURUNKAN KECEMASAN HOSPITALISASI PADA ANAK PRASEKOLAH DI RUANG ANGGREK RSU dr. SOEGIRI LAMONGAN (The Atraumatic Care Reduce Anxiety Hospitalization Preschool Children in Anggrek Room

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Darurat dituntut untuk memiliki kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat (Mahwidhi, 2010). Para perawat tersebut

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN Eliza Hafni*, Nur Asnah Sitohang** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR. HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep KONSEP HOSPITALISASI BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep SAKIT & DIRAWAT DI RUMAH SAKIT MERUPAKAN KRISIS DI DALAM HIDUP ANAK. DI RAWAT DI RUMAH SAKIT BERARTI ANAK HARUS BERURUSAN DENGAN LINGKUNGAN YANG ASING,

Lebih terperinci

Peers and Friends. Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY

Peers and Friends. Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY Peers and Friends Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY Pengantar Para ahli percaya bahwa interaksi yang terjadi di luar lingkungan keluarga adalah hal yang penting bagi perkembangan anak Terlebih kondisi saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian. A. Latar belakang Rumah sakit adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fantasi yang terjadi pada anak usia prasekolah dapat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fantasi yang terjadi pada anak usia prasekolah dapat menyebabkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fantasi yang terjadi pada anak usia prasekolah dapat menyebabkan mengembangkan rasa bersalah. Karena mereka tidak dapat melihat perbedaan antara peyebab dan pengaruhnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta bebas dari penyakit atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit pada anak dapat menimbulkan stress yang disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat, lingkungan yang asing, prosedur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Sekolah 2.1.1 Definisi Anak Usia Sekolah Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari delapan belas tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,

Lebih terperinci