BAB II DASAR TEORI 2.2. Latar Belakang Pemeliharaan Bangunan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI 2.2. Latar Belakang Pemeliharaan Bangunan"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Menurut Permen PU 24/PRT/M/2008 pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta sarana dan prasarananya agar bangunan gedung selalu layak fungsi. Sedangkan perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau sarana dan prasarana agar bangunan gedung tetap layak fungsi. Menurut Sjafei Amri (2006), perbaikan ringan (repairing) adalah suatu usaha untuk mengembalikan kinerja bangunan atau komponennya kepada keadaan awalnya, sedangkan perbaikan dengan perkuatan (strengthening) adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan bangunan atau komponennya untuk melampaui kemampuan awalnya. Sehingga maksud dari pekerjaan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kualitas suatu bahan atau komponen pada suatu bangunan, sedangkan perbaikan & perkuatan dimaksudkan untuk mencegah meluasnya penurunan mutu serta mengembalikannya pada kondisi semula. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komponen adalah bagian dari keseluruhan; unsure. Sedangkan elemen adalah bagian (yang penting, yang dibutuhkan) dari keseluruhan yang lebih besar; unsur. Jadi dalam satu komponen terdapat beberapa elemen-elemen Latar Belakang Pemeliharaan Bangunan Bangunan direncanakan dapat melakukan unjuk kerja selama masa layan tertentu. Namun selama masa layan bangunan dapat mengalami berbagai kerusakan hingga berpengaruh terhadap life time-nya. Kerusakan yang dimaksud adalah tidak berfungsinya komponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur dari komponen tersebut, atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih kebakaran, gempa bumi atau sebab lain yang sejenis. 5

2 BAB II DASAR TEORI 6 Keragaman penyebab kerusakan diatas tentu berpengaruh terhadap keragaman panjang service life time-nya serta besarnya biaya perawatan yang harus dikeluarkan. Untuk itu perlu dilakukan secara berkala pemeriksaan/pemeliharaan komponen bangunan guna mendeteksi kerusakan secara dini yang terjadi. Pemeliharaan bangunan merupakan salah satu aspek yang menjadi masukan (input) bagi pemanfaatan bangunan dan pelestarian bangunan. Pemeliharaan bangunan pada dasarnya bertujuan mempertahankan kualitas bahan atau komponen konstruksi pada suatu bangunan dan mencegah meluasnya penurunan kualitas bahan (deterioration) serta mengembalikannya pada kondisi semula. (Hestin & Rully, 2010) Pemeliharaan dan perawatan harus direncanakan, dijalankan secara teratur dengan berbagai pertimbangan, kontrol, dan penggunaan catatan/rekaman untuk mencapai kinerja sebagaimana dinyatakan dalam perencanaan pemanfaatan gedung. Karena itu, pemeliharaan dan perawatan sebaiknya dipertimbangkan sejak proses awal konstruksi untuk menjamin kualitas bangunan Tujuan Pemeliharaan Tujuan dari pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan adalah untuk mengupayakan tercapainya atau memperpanjang umur pakai rencana bahan, konstruksi bangunan atau meningkatkan fungsi serta kekuatan bangunan. Tujuan utama pemeliharaan adalah sebagai berikut: Memperpanjang usia bangunan. Menjaga fungsi bangunan agar sesuai dengan rencana. Untuk menjamin ketersediaan perlengkapan yang ada dan mendapat keuntungan investasi yang maksimum. Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan, seperti dalam menghadapi keadaan darurat atau bencana. Untuk menjamin keselamatan manusia yang mempergunakan fasilitas bangunan tersebut.

3 BAB II DASAR TEORI 7 Menghindari kerugian yang lebih besar dan gangguan kenyamanan pengguna akibat kerusakan bangunan Konsep Dasar Pemeliharaan dan Perbaikan Menurut Sjafei Amri (2006) konsep dasar kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1) Bahan atau konstruksi akan mengalami penurunan kualitasnya, sesuai dengan lamanya waktu yang dicapai oleh bahan atau konstruksi tersebut. 2) Pemeliharaan harus dilakukan secara terencana sesuai dengan spesifikasi bahan yang dipakai, dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang mungkin mempengaruhi selama masa pakainya. 3) Pengabaian terhadap rencana pemeliharaan akan memperluas dan memperparah tingkat kerusakan bahan atau komponen konstruksinya. 4) Pemeliharaan mutu bahan dan mutu pelaksanaan pekerjaan yang tinggi, secara relatif mengurangi atau memliki umur pakai lebih panjang, sehingga mengurangi interval jadual pemeliharaan. 5) Pekerjaan perbaikan baru dapat dilakukan setelah diketahui secara tepat tentang penyebab kerusakannya dan penyebab tersebut telah ditanggulangi Tipe Pemeliharaan Pemeliharaan dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Pemeliharaan terencana Pemeliharaan yang diorganisasikan dan dilaksanakan dengan perencanaan, kontrol dan pengunaan laporan-laporan untuk suatu rencana yang ditentukan sebelumnya. Pemeliharaan ini dibagi menjadi dua kategori: a. Pemeliharaan Pencegahan (preventive maintenance) Pemeliharaan yang dilaksakan pada interval yang ditentukan sebelumnya atau yang sesuai untuk kriteria yang ditentukan dan ditujukan untuk mengurangi kemungkinan kegagalan atau degradasi performansi suatu bangunan.

4 BAB II DASAR TEORI 8 b. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance) Pemeliharaan yang dilakukan setelah suatu kegagalan terjadi dan ditujukan untuk memperbaiki suatu item untuk suatu keadaan yang item tersebut dapat melakukan fungsinya yang diperlukan 2. Pemeliharaan tidak terencana Pemeliharaan yang dilaksanakan untuk rencana yang tidak ditentukan sebelumnya. Pemeliharaan dilakukan apabila diperlukan untuk mencegah akibat yang lebih besar. Kegiatan perawatan selanjutnya dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu : 1. Servicing Servicing merupakan pelayanan keberhasilan yang dilakukan secara teratur dengan interval waktu tertentu. Biasanya disebut sebagai pemeliharaan harian. 2. Rectification Rectification merupakan kegiatan yang sering terjadi pada awal usia gedung yang diakibatkan oleh kesalahan disain, ketidak sesuaian komponen, kerusakan pada saat instalasi, dan kesalahan pemasangan. 3. Replacement Replacement merupakan kegiatan penggantian bagian yang berharga dari bangunan yang tidak dapat dihindari karena kondisi layanan material yang menurun pada tingkat yang berbeda. Menurut Sirmas Munthe, Denny W. Utama, Idayani Pane (2009) setiap mesin / peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan mengalami kerusakan sejalan dengan semakin menurunnya kemampuan mesin dan peralatan. Tetapi usia penggunaan mesin / peralatan tersebut dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan secara berkala melalui aktivitas pemeliharaan (maintenance) yang tepat. Bentuk-bentuk pemeliharaan itu sendiri dibedakan sebagaimana berikut :

5 BAB II DASAR TEORI 9 1. Preventive Maintenance, merupakan perawatan terhadap mesin yang dilakukan secara benar agar mesin dapat dipertahankan dan berfungsi sesuai yang diharapkan. 2. Predictive Maintenance, merupakan perawatan dengan cara menentukan kehandalan masing-masing komponen dan melakukan penggantian sesuai dengan jadwal kehandalan komponen. 3. Total Productive Maintenance, adalah membangun sistem pemeliharaan yang menyeluruh untuk mendapatkan manfaat yang paling efisien dengan mengikutsertakan semua orang yang berkaitan dengan mesin/peralatan mulai dari manajer sampai kebawah dengan dasar kegiatan kelompok kecil yang mandiri dengan sasaran total efektifitas, total perawatan dan total partisipasi seluruh karyawan. 4. Perawatan Mandiri, merupakan kegiatan yang dirancang untuk melibatkan operator dalam merawat mesinnya sendiri disamping kegiatan yang dilaksanakan oleh departemen perawatan. Kegiatan tersebut antara lain : Pengecekan harian Pembersihan Pelumasan Pengencangan mur / baut Reperasi sederhana Pekerjaan perawatan menurut Permen PU No. 16/PRT/M/2010 meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi. A. Rehabilitasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.

6 BAB II DASAR TEORI 10 B. Renovasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya. C. Restorasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah Maintenance Planning Proses membuat perencanaan pemeliharaan didasarkan pada kondisi dari bangunan tersebut, apabila terdapat bangunan yang spesifik maka program pemeliharaan disesuaikan dengan karakteristik dari bangunan itu sendiri. Kelengkapan setiap komponen bangunan beserta fasilitasnya sudah seharusnya dijaga dengan baik agar setiap saat sepanjang bangunan tersebut difungsikan dapat bekerja sesuai dengan persyaratan operasionalnya. Periode pemeliharaan dari setiap bagian bangunan berbeda satu dengan yang lain bergantung pada siklus hidupnya. Untuk memudahkan keperluan perencanaan, kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan dengan mengelompokan elemen-elemen bangunan sebelumnya : 1. Elemen-elemen yang didesain secara tepat masa layannya sesuai rencana dari bangunan tanpa memerlukan perhatian dan pemeliharaan khusus. 2. Elemen-elemen yang kekuatan atau masa layannya dapat diperpanjang dengan penggantian sebagian kecil elemen-elemennya pada jangka waktu tertentu. Contoh: Elemen seperti genteng. 3. Elemen-elemen yang dipakai oleh manusia dan peralatan mesin. Contoh: Elemen lantai, dimana usia layannnya tergantung pada kepadatan dan jenis lalu lintas diatasnya.

7 BAB II DASAR TEORI Elemen-elemen yang mudah kuno karena adanya teknologi baru atau perubahan mode. Elemen seperti ini dimanfaatkan semaksimal mungkin selama masih berfungsi dengan baik. 5. Elemen-elemen yang banyak bersentuhan langsung dengan cuaca yang menyebabkan kerusakan atau perubahan bentuk dari semula. Dalam hal ini kegiatan pemeliharaan dan pembersihan yang teratur sangat diperlukan. Contoh: Pemeliharaan dengan pelapis pada genting dan dinding luar. 6. Elemen-elemen yang memerlukan lapisan pelindung. Untuk elemen pengguna lapisan pelindung memerlukan perhatian khusus. Walaupun lapisan ini mungkin memiliki nilai eksentrik (sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lannya), tetapi tujuan utama dari pemeliharaan adalah untuk memperpanjang usia layan elemen yang dipelihara tersebut. Pastinya kegiatan ini memerlukan proporsi pengeluaran yang sangat besar. Jika hal ini dilakukan secara teliti maka akan memudahkan pengelola bangunan dalam menyusun jadwal pemeliharaan dan perawatan secara periodik. Keteraturan dalam menyusun jadwal pemeliharaan atau perawatan secara preventive maintenance akan mencegah terjadinya kerusakan yang berdampak pada pemborosan biaya operasional, dan diharapkan umur bangunan tersebut dapat bertahan lebih lama Sistem Manajemen Pengoperasian, Pemeliharaan & Perawatan Sistem pengelolaan pemeliharaan dapat diterapkan dalam empat tahapan: a. Tahap inisiasi, yang meliputi dua kegiatan yaitu proses melakukan identifikasi atas seluruh sistem bangunan dan peralatan/perlengkapan bangunan gedung yang terpasang dengan menggunakan kodefikasi dan penomoran. Proses selanjutnya adalah pengumpulan dan penyusunan data-data, seperti gambar-gambar, standar prosedur pengoperasian dan manual-manual pemeliharaan/perawatan lainnya.

8 BAB II DASAR TEORI 12 b. Tahap perencanaan dan penjadwalan, baik untuk pekerjaan yang termasuk dalam preventive maintenance maupun yang termasuk dalam corrective maintenance. c. Tahap pelaksanaan pekerjaan, dengan memperhatikan rencana kerja yang telah dibuat, kondisi yang ada, dan hal-hal yang tak terduga serta yang terkait dengan perijinan. d. Tahap penyelesaian pekerjaan, yang ditandai dengan persetujuan hasil kerja dan kemudian disimpan dalam laporan ( data base history record ). Pendataan diperlukan untuk keperluan perhitungan, informasi tentang kondisi komponen atau peralatan utilitas, yang biasanya disusun sebagai berikut: a. Data Bangunan Untuk lingkup pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal dibutuhkan data yang lebih banyak dan lebih rinci, seperti: - Jadwal penggunaan komponen mekanikal dan elektrikal di dalam ruangan/gedung. - Sistem peralatan dan perlengkapan bangunan serta utilitas gedung, seperti: lift, pengkondisian udara, tata suara, pompa air, penginderaan dini, pencegahan dan penanggulangan kebakaran, daya listrik cadangan, dll. - Spesifikasi perlengkapan dan peralatan bangunan yang meliputi merek, tipe, kapasitas, dan tahun pembuatan. - Riwayat dari setiap peralatan dan perlengkapan bangunan, termasuk riwayat perbaikan. - Jumlah dari seluruh peralatan dan perlengkapan bangunan yang terpasang. - Kondisi peralatan dan perlengkapan bangunan. - Dan lain-lain. b. Data material Setelah data komponen mekanikal dan elektrikal selesai dibuat, maka diperlukan pula data bahan dan suku cadang yang digunakan pada peralatan

9 BAB II DASAR TEORI 13 dan perlengkapan bangunan, yang pada jadwal tertentu perlu diganti atau diperbaiki karena adanya kerusakan, yang meliputi: - Daftar material peralatan dan perlengkapan komponen mekanikal dan eletrikal - Spesifikasi komponen-komponen mekanikal dan eletrikal - Usia pakai material dari setiap peralatan dan perlengkapan komponen mekanikal dan eletrikal - Dan lain-lain. c. Data Prosedur dan Metode Data yang diperlukan mencakup: - Uraian pekerjaan, baik berupa pekerjaan inspeksi berkala atau servis (pembersihan, penggantian, penambahan, atau perbaikan). - Metode kerja, yang mengacu pada petunjuk manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat peralatan dan perlengkapan komponen mekanikal dan eletrikal. d. Data Sumber Daya Manusia Data sumber daya manusia yang terdiri dari tenaga terampil dan tenaga ahli diperlukan untuk optimasi pekerjaan. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja pada umumnya disusun berdasarkan lingkup pekerjaan, sebagai berikut: - Jumlah tenaga kerja. - Biaya tenaga kerja, yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan, asuransi, pajak, bantuan kesehatan, seragam, dll. e. Data Peralatan Bantu Kerja ( Tools ) Data biasanya disusun berdasarkan: - Jenis alat kerja. - Jumlah alat kerja. - Biaya penyusutan alat kerja. f. Data Waktu Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan/perawatan bangunan:

10 BAB II DASAR TEORI 14 - Waktu pelaksanaan, yang ditentukan berdasarkan aktivitas bangunan, umur pemakaian komponen mekanikal dan eletrikal, suku cadang, dan fixtures. - Durasi waktu pekerjaan, yang ditentukan berdasarkan jumlah/ volume dan tingkat kesulitan. Dari data tersebut di atas akan dihasilkan program kerja yang meliputi: - Penetapan prosedur pelaksanaan - Penentuan jadwal pelaksanaan - Penetapan anggaran biaya pelaksanaan (Jimmy S. Juwana, 2004) Lingkup Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung Menurut Peraturan Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008 Tata cara dan metode pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung meliputi: a. Prosedur dan metode pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung; b. Program kerja pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung; c. Perlengkapan dan peralatan untuk pekerjaan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung; dan d. Standar dan kinerja pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung. Pekerjaan pemeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung. Agar kegiatan perawatan dapat terselenggara dengan lancar maka tinjauan terhadap komponen bangunan yang akan dirawat dibagi berdasarkan lingkupnya. Permen PU 24/PRT/M/2008 menjelaskan lingkup pemeliharaan bangunan secara struktural, arsitektural, mekanikal, elektrikal, tata ruang luar, tata graha. Berikut lingkup-lingkup pemeliharaan bangunan gedung diantaranya mekanikal dan elektrikal: Mekanikal 1. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara, agar mutu udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan teknis

11 BAB II DASAR TEORI 15 dan kesehatan yang disyaratkan meliputi pemeliharaan peralatan utama dan saluran udara. 2. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem distribusi air yang meliputi penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor, sistem hidran, sprinkler dan septik tank serta unit pengolah limbah. 3. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi dalam gedung, baik berupa lif, eskalator, travelator, tangga, dan peralatan transportasi vertikal lainnya Pengkondisian Udara (AC) 1) Pemeriksaan a. Periksa apakah ada suara bising terdengar. b. Periksa apakah saringan udara tertutup debu. c. Periksa apakah temperaturnya tidak bisa mencapai derajat yang diinginkan. d. Periksa apakah terjadi pengembunan. e. Periksa apakah ada kebocoran pada jalur shaft. 2) Pemeliharaan/Perbaikan a. Ganti komponen bushing pada unit. b. Bersihkan debu pada saringan udara secara berkala. c. Tambah gas bila temperatur tidak dingin atau tekanan pada alat manometer sudah rendah Saluran Jaringan Air Bersih 1) Pemeriksaan a. Periksa apakah ada tangki atau pipa yang bocor atau pecah. b. Periksa apakah tekanan air konstan dan cukup kuat. c. Bila menggunakan pompa air, periksa apakah mesin tetap hidup walaupun tidak ada penggunaan air. d. Periksa pelampung tangki air, apakah berfungsi atau tidak. 2) Pemeliharaan/Perbaikan

12 BAB II DASAR TEORI 16 a. Ganti pipa atau tangki yang bocor, perbaiki sambungan yang bocor, atau ganti pipa utama dengan ukuran yang besar dari pipa sekunder. b. Bila mesin tetap hidup walaupun air tidak digunakan, maka tabung air pada mesin diisi bila kosong, atau saringan pada ujung pipa pemasukan paling bawah harus dibersihkan bila tersumbat. c. Atur posisi pompa agar dapat memenuhi kemampuan hisap dan dorong dari mesin. Untuk itu dapat dibantu dengan mesin pompa tambahan untuk mengangkat, atau menurunkan mesin pompa agar mendeteksi sumber air. d. Perbaiki atau ganti pelampung pada tangki air bila telah macet (berkarat/aus) Komponen Instalasi Saniter 1) Pemeriksaan a. Periksa apakah ada bau yang masuk kedalam ruangan yang tercium. b. Periksa apakah ada pipa penyalur, pipa feksibel yang bocor. c. Periksa apakah ada pipa yang tersumbat. d. Periksa bak kontrol yang tersumbat. 2) Pemeliharaan/Perbaikan a. Perbaiki atau ganti pipa-pipa bila tersumbat, pecah atau bocor. b. Perbaiki/ganti keran, pipa fleksibel yang bocor. c. Bersihkan pipa-pipa yang tersumbat oleh kotoran. d. Kuras bak kontrol bila tersumbatatau penuh dengan kotoran Saluran Jaringan Pipa Pembuangan 1) Pemeriksaan a. Periksa apakah ada bau yang masuk kedalam ruangan yang tercium.

13 BAB II DASAR TEORI 17 b. Periksa apakah ada pipa penyalur, pipa fleksibel yang bocor atau pecah. c. Periksa apakah ada pipa yang tersumbat. d. Periksa apakah floor drain tersumbat. e. Periksa apakah saringan penangkap atap atau tanah tersumbat. f. Periksa bak kontrol yang tersumbat. 2) Pemeliharaan/Perbaikan a. Kuras atau ganti saluran leher angsa bila tersumbat atau pecah dan bocor. b. Perbaiki atau ganti pipa yang bocor. c. Kuras dan bersihkan pipa-pipa, bak kontrol dan saringan yang tersumbat. d. Bila pada saluran terdapat endapan dari lemak dari limbah dapur, maka dapat digunakan larutan asam hidroklorik. Cara lain pembersihan dapat juga digunakan pompa dengan meniupkan udara dan mendorong sumbatan. e. Perbaiki sudut kemiringan pipa bila terlalu kecil. f. Perbaiki hubungan antara pipa horizontal. g. Cara penyambungan pipa: a) Pipa dapat disambungkan dengan sambungan mekanis untuk pipa galvanis. Panjang drat penghubung harus cukup panjang, dan sebelum disambungkan harus terlebih dahulu dibungkus dengan plester polymer agar tidak terjadi kebocoran. b) Pipa disambungkan dengan perekat adhesive untuk pipa PVC. Ujung pipa bagian dalam pipa penyambung dan bagian luar pipa yang disambung harus dibersihkan dengan kertas pasir, lalu diberi lem adhesive. Pipa disambungkan dengan memasukkan pipa penyambung

14 BAB II DASAR TEORI 18 kedalam pipa yang disambung dengan menekan beberapa saat agar pipa tersambung secara sempurna. h. Bila air tidak dapat mengalir atau tergenang, maka lantai harus dibongkar dan dipasang kembali dengan yang baru dengan memperbaiki kemiringan lantai yang mengarah pada lubang floor drain Elektrikal 1. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan pembangkit daya listrik cadangan. 2. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan penangkal petir. 3. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi listrik, baik untuk pasokan daya listrik maupun untuk penerangan ruangan. 4. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan instalasi tata suara dan komunikasi (telepon) serta data. 5. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan sistem tanda bahaya dan alarm Komponen-Komponen Elektrikal 1) Pemeriksaan a. Periksa apakah ada kabel yang terkelupas. b. Periksa apakah ada komponen stop kontak atau saklar susah dihidupkan. c. Apakah sekring sering turun. d. Apakah ada bau hangus pada komponen. e. Apakah ada lampu yang berkedip-kedip. 2) Pemeliharaan dan Perbaikan a. Ganti kabel yang terkelupas. b. Bersihkan unit saklar atau stop kontak bila ada kotoran atau menjadi sarang semut. c. Ganti starter neon bila lampu berkedip-kedip.

15 BAB II DASAR TEORI 19 d. Ganti lampu neon bila ujung-ujung tabung mulai kelihatan hitam. e. Ganti lampu pijar bila berkedip-kedip. f. Ganti sekring dengan sekring baru bila putus sesuai dengan kapasitas yang terpasang. g. Kurangi jumlah pemakaian peralatan listrik bila tombol sekring kerap turun Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir 1) Pemeriksaan a. Periksa apakah tahan kabel arde masih memenuhi persyaratan. b. Periksa apakah tidak ada kabel yang putus. 2) Pemeliharaan/Perbaikan a. Bila hasil penelitian kabel arde tidak memenuhi persyaratan, maka kedalam kabel harus ditambah. b. Ganti kabel bila putus Persayaratan Komponen Mekanikal Elektrikal Instalasi Air Bersih Perhitungan perkiraan kebutuhan air dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai volume tangki penyimpanan air bersih yang perlu disediakan dalam suatu bangunan dan kapasitas pompa yang diperlukan. Menurut Jimmy S. Juwana (2005) kebutuhan air bersih untuk kantor per hari adalah 90 liter/org/hr, sebagaimana tertera pada tabel berikut: Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih (Air Dingin) per Hari Fungsi Bangunan Unit Kebutuhan (liter) Apartemen Orang Bioskop Kursi 15 Hotel Orang Kantor Orang 45-90

16 BAB II DASAR TEORI 20 Restoran Kursi 70 Rumah sakit Tempat tidur Sekolah -tanpa asrama -dengan asrama Murid Murid Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Jimmy S. Juwana, Peralatan Sanitair Setiap hunian, harus dilengkapi sekurang-kurangnya dengan kloset dan bak cuci tangan untuk karyawannya. Alat plambing yang dipasang untuk hunian usaha, harus memenuhi persyaratan SNI tentang sistem plambing. Sebagaimana tertera pada tabel berikut: Tabel 2.2 Jumlah Kebutuhan Peralatan Untuk Plambing Sumber : SNI Fire Protection Rancangan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran harus mengikuti persyaratan. Menurut Jimmy S. Juwana (2005), pemasangan detektor panas (heat detector) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Dipasang pada posisi 15 mm hingga 100 mm dibawah permukaan langit-langit. b. Pada satu kelompok sistem ini tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah.

17 BAB II DASAR TEORI 21 c. Untuk setiap luas lantai 46 m 2 dengan tinggi langit-langit 3,00 meter. d. Jarak antar detektor tidak lebih dari 7,00 meter untuk ruang aktif, dan tidak lebih dari 10,00 meter untuk ruang sirkulasi. e. Jarak detektor dengan dinding minimum 30 cm. f. Pada ketinggian berbeda, dipasang satu buah detektor untuk 92 m 2 luas lantai. g. Di puncak lekukan atap ruangan tersembunyi, dipasang sebuah detektor untuk setiap jarak memanjang 9,00 meter. Sedangkan untuk pemasangan detektor asap (smoke detector) menurut Jimmy S. Juwana (2005), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Untuk setiap luas lantai 92 m 2. b. Jarak antar detektor maksimum 12,00 meter di dalam ruang aktif dan 18,00 meter untuk ruang sirkulasi. c. Jarak detektor dengan dinding maksimum 6,00 meter untuk ruang aktif dan 12,00 meter untuk ruang sirkulasi. d. Setiap kelompok sistem dibatasi maksimum 20 buah detektor untuk melindungi ruang seluas meter. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dilihat dan dicapai serta tidak terhalang. Menurut Jimmy S. Juwana (2005) penempatan APAR dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.3 Penempatan APAR Jenis bangunan Berat minimum Luas jangkauan Jarak Maksimum Industri 2 kg 150 m 2 15 m Umum 2 kg 100 m 2 20 m Perumahan 2 kg 250 m 2 25 m Campuran 2 kg 100 m 2 20 m Parkir 2 kg 135 m 2 25 m Bangunan tinggi 2 kg 100 m 2 20 m Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Jimmy S. Juwana, 2005

18 BAB II DASAR TEORI 22 Springkler disyaratkan untuk dipasang pada bangunan yang tingginya lebih dari 25 meter. Di Indonesia, panduan pemasangan sistem springkler untuk pencegahan bahaya kebakaran bangunan ditentukan berdasarkan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI): yang disahkan dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 378/KPTS/1987, sebagaimana tertera pada tabel 2.4 Tabel 2.4 Klasifikasi Bangunan Klasifikasi Bangunan Tinggi/Jumlah Lantai Penggunaan Springkler A. Tidak Bertingkat Ketinggian sampai dengan 8 meter atau satu lantai Tidak diharuskan B. Bertingkat Rendah Ketinggian sampai dengan 8 meter atau dua lantai Tidak diharuskan C. Bertingkat Rendah Ketinggian sampai dengan 14 meter atau 4 lantai Tidak diharuskan D. Bertingkat Tinggi Ketinggian sampai dengan Diharuskan, mulai dari 40 meter atau 8 lantai lantai satu E. Bertingkat Tinggi Ketinggian lebih dari 40 Diharuskan, mulai dari meter atau di atas 8 lantai lantai satu Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Jimmy S. Juwana, Pompa Hal hal yang perlu dipertimbangkan dalam instalasi pompa antara lain sebagai berikut: a. Lokasi pompa sedekat mungkin dengan sumber yang akan dipompa dengan pipa isap sependek mungkin. b. Pompa ditempatkan pada tempat yang mana terdapat ruangan yang cukup untuk mengoperasikan, pemeliharaan dan inspeksi. c. Motor listrik penggerak pompa tidak diletakkan pada tempat yang berdebu. d. Pondasi harus kuat menahan beban pompa dan dapat menyerap Genset getaran serta memiliki permukaan yang stabil agar pompa tetap dalam level yang tetap. Pada saat terjadinya pemadaman listrik diperlukan daya listrik darurat berupa tenaga Generator Set (Genset). Menurut Jimmy S. Juwana (2005) kapasitas yang diperlukan adalah sebagai berikut:

19 BAB II DASAR TEORI 23 Kantor : sekitar 40%-50% kebutuhan daya listrik Apartemen : sekitar 20%-30% kebutuhan daya listrik Hotel/rumah sakit : sekitar 40%-60% kebutuhan daya listrik Tata Udara (AC) Kenyamanan bagi orang di dalam ruangan umumnya sekitar 10 o C di bawah suhu rata-rata tubuh manusia (sekitar 26 o C). Namun tentunya persyaratan suhu dan kelembaban udara dalam ruangan kadangkadang ditentukan pula oleh persyaratan yang dibutuhkan oleh peralatan/perlengkapan bangunan yang ada di dalamnya (khusunya peralatan/perlengkapan elektronik). Zona kenyamanan untuk tiap daerah juga berbeda, sehingga persyaratan tata udara perlu dirancang sesuai dengan kondisi setempat. Biasanya satuan daya AC yang dikenal di pasaran adalah PK. 1/2 PK = Btu/hr, 3/4 PK = Btu/hr, 1 PK = Btu/hr, 1,5 PK = Btu/hr, 2 PK = Btu/hr dan 2,5 PK = dengan Btu/hr. Menurut Jimmy S. Juwana (2005) untuk perhitungan beban pendingin secara rinci, perlu diketahui ukuran ruangan (panjang, lebar, dan tinggi), suhu (t 0 ) dan kelembaban (RH 0 ) di luar ruangan, suhu (t 1 ) dan kelembaban di dalam ruangan, kulit bangunan, tinggi jendela dan langit-langi, serta tingkat penghunian bangunan (okupansi). Namun secara sederhana untuk menghitung besarnya kapasitas pendinginan AC (dalam satuan Btu/hr atau PK) yang dibutuhkan untuk mengkondisikan suatu ruangan adalah sebagai berikut: Langkah pertama adalah menghitung luasan ruang yang akan dipasangi AC. Selanjutnya kalikan dengan standar panas dalam ruangan seluas 1 meter 2, dengan asumsi 1 m 2 = 250 Btu/hr. Misal, ruangan berukuran 3 4 meter dengan tinggi 3 meter. Untuk menghitung AC yang dibutuhkan: luas ruangan (3 4 x 3) x 250 Btu/hr = Btu/hr.

20 BAB II DASAR TEORI Biaya Pemeliharaan Layaknya sebuah bangunan fasilitas pada umumnya yang digunakan oleh berbagai pihak untuk melaksanakan berbagai aktifitasnya, bangunan kantor juga diperlukan pemeliharaan terhadap semua fasilitasnya. Tujuan utama diadakannya pemeliharaan / perawatan tidak lain adalah agar semua pengguna bangunan tersebut merasa nyaman dan aman selama menjalankan aktifitasnya. Menurut Yatna Supriyatna (2008) keterbatasan dana yang tersedia menyebabkan para pemilik bangunan/gedung cenderung untuk mengabaikan untuk mengikutsertakan ahli pemeliharaan bangunan dimulai sejak awal perencanaan pembangunannya. Akibatnya, pada saat gedung yang bersangkutan mengalami masalah dalam hal pemeliharaan, maka baru pemilik gedung itu berupaya mencari cara untuk menyelenggarakan pemeliharaannya. Untuk menjalankan kegiatan pemeliharaan diperlukan biaya yang disebut maintenance cost. Maintenance Cost merupakan biaya perawatan total yang dikeluarkan oleh suatu bangunan, yaitu terdiri dari biaya perawatan selama umur bangunan tersebut dan biaya perawatan rutin. Menurut Reginald Lee (1986). Berikut rumus maintenance cost yang akan digunakan pada perhitungan biaya pemeliharaan ini: Maintenance cost = PV + CM+ RC Dimana: PV (Preventive maintenance) = biaya pemeliharaan rutin setiap tahun CM (Corrective maintenance) = biaya perbaikan kecil setiap tahun RC (Renewal cycle) = biaya pembaharuan komponen setiap tahun Berikut struktur Biaya Pemeliharaan:

21 BAB II DASAR TEORI 25 Biaya Pemeliharaan Preventive maintenance Corrective mainteance Renewal cycle Alat Bahan Tenaga kerja Alat Bahan Tenaga kerja Usia komponen Daur pembaharuan Gambar 2.1: Struktur Biaya Pemeliharaan Sumber: Olah Data Peneliti, 2013 Untuk biaya pelaksanaan perawatan bangunan gedung yang terdiri dari biaya kegiatan pemeliharaan, perbaikan kecil, dan pembaharuan komponen dibebankan pada anggaran rutin. Besarnya biaya-biaya untuk pekerjaan tersebut dihitung berdasarkan rincian volume kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar. Menurut Dinas Pekerjaan Umum khusus bangunan negara, biaya pemeliharaan yang dikeluarkan adalah: Biaya pemeliharaan per m 2 bangunan gedung setiap tahun 2% dari harga satuan per m 2 tertinggi yang berlaku. Besarnya biaya perawatan disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang ditentukan sebagai berikut : 1. Kerusakan ringan Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen nonstruktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi. Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama. 2. Kerusakan sedang Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen nonstruktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain. Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan

22 BAB II DASAR TEORI 26 bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama. 3. Kerusakan berat Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama. 4. Perawatan Khusus Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam usaha meningkatkan wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi atau restorasi (misal yang berkaitan dengan perawatan bangunan gedung bersejarah), besarnya biaya perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata dan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Instansi Teknis setempat. Menurut Direktorat Jendral Cipta Karya (2007) terdapat 3 (tiga) jenis klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat kompleksitas yang dapat dibedakan menurut fungsi dan kegunaan. Berikut adalah ketiga klasifikasi bangunan gedung tersebut. Tabel 2.5 Klasifikasi bangunan gedung menurut Departemen Pekerjaan Umum 1. BANGUNAN SEDERHANA Gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau gedung sd. 2 lantai dengan luas sd. 500 m2 Bangunan rumah dinas tipe C, D, E yang tidak bertingkat Puskesmas Gedung pendidikan tingkat dasar tingkat lanjutan sd. 2 lantai 2. BANGUNAN TIDAK SEDERHANA Gedung kantor yang belum ada disain propertinya, atau gedung kantor dengan luas di atas dari 500 m 2 atau gedung kantor bertingkat di atas 2

23 BAB II DASAR TEORI 27 lantai Bangunan rumah tipe A dan B atau rumah dinas tipe C, D dan E yang bertingkat Gedung rumah sakit kelas A, B, C dan D Gedung pendidikan tinggi universitas/akademi atau gedung pendidikan dasar/lanjutan bertingkat di atas 2 lantai 3. BANGUNAN KHUSUS Istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil presiden Wisma negara Gedung instalasi nuklir Gedung laboratorium Gedung terminal udara/laut/darat Stasiun kereta api Stadion olah raga Rumah tahanan Gudang benda berbahaya Gedung bersifat monumental Gedung pertahanan Gedung kantor perwakilan negara RI di luar negeri Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Daur Pembaharuan Komponen Bangunan Umur bangunan adalah jangka waktu bangunan dapat tetap memenuhi fungsi dan keandalan bangunan, sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk bangunan gedung negara (termasuk bangunan rumah negara) umur bangunan diperhitungkan 50 tahun dan terdapat pembaharuan-pembaharuan besar. Selain pembaharuan-pembaharuan besar terdapat banyak pembaharuanpembaharuan kecil yang tidak pasti waktunya dan cenderung konstan dari tahun ke tahun. Berikut contoh daur pembaharuan komponen bangunan pada tabel 2.6.

24 BAB II DASAR TEORI 28 Tabel 2.6 Daur Pembaharuan Komponen Bangunan Bobot terhadap NO Komponen Sistem Bangunan Biaya Investasi (%) Usia Bangunan (tahun) Prosentase penggantian (%) 1 Fondasi 7 2 Struktur 8 3 Lantai 8 4 Konstruksi Atap Penutup Atap 2 6 Tangga 1 7 Pengecatan Dinding Luar Jendela 6 9 Pintu bagian luar Pintu bagian dalam 2 11 Dinding pemisah/partisi 4 12 Perlengkapan dari metal Finishing dinding Finishing lantai Finishing langit-langit Dekorasi eksterior Dekorasi interior Peralatan sanitasi Instalasi pemipaan Boiler/Pemanas air Instalasi air panas Instalasi listrik Peralatan listrik Drainage 3 25 Pekerjaan ruang luar Sumber : Reginald Lee, Building Maintenance Building

ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG

ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG bidang TEKNIK ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Pesatnya pembangunan gedung-gedung baru umumnya tidak disertai dengan peningkatan

Lebih terperinci

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat Sabtu, 02 Januari 2016 Pada artikel kali ini saya akan membahas sedikit masalah kelengkapan sistem utilitas bangunan khususnya jenis bangunan gedung bertingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan konstruksi telah dikenal sejak lama dan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan konstruksi telah dikenal sejak lama dan terus berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan konstruksi telah dikenal sejak lama dan terus berkembang. Bangunan dianggap sebagai salah satu aset yang paling berharga bagi kehidupan bangsa yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang diharapkan mampu memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara. dan/atau perolehan lainnya yang sah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara. dan/atau perolehan lainnya yang sah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007) Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi (preventive

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi (preventive BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Bangunan Gedung Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, pemeliharaan bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengelolaan Aset Terintegrasi Pengelolaan aset terintegrasi dimulai dengan pengumpulan data dan sistem yang dimulai dari pembelian atau pengadaan asset. Setelah asset ada, kemudian

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA

PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA FORM EVALUASI SARANA & PRASARANA VENUE. PERIODE BULAN. 201 FORM - 1 : DATA UMUM DOKUMENTASI DALAM - LUAR DAN HALAMAN GEDUNG TAMPAK DEPAN TAMPAK BELAKANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ground Tank Ground tank atau dalam bahasa Indonesia lebih sering disebut Tangki bawah tanah, merupakan salah satu bentuk bak penampungan air yang dibangun atau diletakkan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

Page 1 of 14 Penjelasan >> PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

AQA-KC105AGC6 AQA-KC105AG6 AQA-KC109AG6. Trouble shooting Air Conditioner. Split Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER

AQA-KC105AGC6 AQA-KC105AG6 AQA-KC109AG6. Trouble shooting Air Conditioner. Split Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER Trouble shooting Air Conditioner Split Type Air Conditioner AQA-KC05AGC6 AQA-KC05AG6 AQA-KC09AG6 Trouble shooting Page Unit indoor tidak dapat menerima sinyal dari remote kontrol atau remote kontrol tidak

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Pertanyaan : 1. Apakah RSUP H Adam Malik mempunyai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Perancangan Asrama Mahasiswa Universitas Mercu Buana ini diharapkan dapat menjadi hunian asrama yang nyaman aman dan mudah dijangkau bagi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

128 Universitas Indonesia

128 Universitas Indonesia BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung

Lebih terperinci

11. PEMECAHAN MASALAH

11. PEMECAHAN MASALAH 11. PEMECAHAN MASALAH Sejumlah masalah terjadi akibat kurangnya pemeliharaan yang sederhana, atau tidak terperhatikan, yang sesungguhnya dapat dengan mudah diselesaikan tanpa memanggil teknisi. Sebelum

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah

Lebih terperinci

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR KONSEP EKSTERIOR Konsep wujud pada masa rancangan memiliki elemen yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yaitu kesamaan warna, tekstur, masiv void, pola, dan juga material. Ini terlihat pada detail

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Bangunan Gedung Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, pemeliharaan bangunan

Lebih terperinci

Trouble shooting Air Conditioner AQA-FC2400BG AQA-FC4800BG. Standing Floor Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER

Trouble shooting Air Conditioner AQA-FC2400BG AQA-FC4800BG. Standing Floor Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER Trouble shooting Air Conditioner Standing Floor Type Air Conditioner AQA-FC2400BG AQA-FC4800BG Unit indoor tidak dapat menerima sinyal dari remote kontrol atau remote kontrol tidak berfungsi Trouble shooting

Lebih terperinci

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI... i BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 1.1. LATAR BELAKANG... 1-1 1.2. PERMASALAHAN UMUM... 1-2 1.3. MAKSUD TUJUAN DAN SASARAN... 1-2 1.3.1. Maksud... 1-2 1.3.2. Tujuan... 1-3 1.3.3. Sasaran...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung

BAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung A III LANDASAN TEORI A. Evaluasi Sistem Proteksi ebakaran Gedung Evaluasi terhadap sistem proteksi kebakaran dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jenis pedoman. Salah satu pedoman yang bisa dipakai

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG HARGA SATUAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG HARGA SATUAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG HARGA SATUAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK, Menimbang:

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan

Lebih terperinci

Malafungsi Kemungkinan penyebabnya Solusi

Malafungsi Kemungkinan penyebabnya Solusi BAHASA INDONESIA 61 PEMECAHAN MASALAH Sejumlah masalah terjadi akibat kurangnya pemeliharaan yang sederhana, atau tidak terperhatikan, yang sesungguhnya dapat dengan mudah diselesaikan tanpa memanggil

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR 3.1 Pemeriksaan Pada Operasi Harian Operasional kompresor memerlukan adanya perawatan tiap harinya, perawatan tersebut antara lain: a. Sediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai aset negara yang sangat melimpah, baik aset sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun aset milik negara yang di kelola oleh pemerintah, baik

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2005:854).

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION

PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION. PERATURAN BANGUNAN NASIONAL NATIONAL BUILDING REGULATION. UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2002 BANGUNAN GEDUNG.. KEPUTUSAN MENTERI PU NO 441/KPTS/1998 PERSYARATAN TEKNIS

Lebih terperinci

UTILITAS 02 ELECTRICAL SYSTEM PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA. Veronika Widi Prabawasari

UTILITAS 02 ELECTRICAL SYSTEM PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA. Veronika Widi Prabawasari UTILITAS 02 ELECTRICAL SYSTEM PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA Veronika Widi Prabawasari Sistem elektrikal pada suatu bangunan adalah pemasok energi untuk penerangan, pendinginan,

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AC MOBIL

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AC MOBIL M O D U L PERAWATAN DAN PERBAIKAN AC MOBIL Oleh: Drs. Ricky Gunawan, MT. Ega T. Berman, S.Pd., M.Eng. BIDANG KEAHLIAN TEKNIK REFRIGERASI DAN TATA UDARA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant Fire Protection Pencegahan dan penaggulangan bahaya kebakaran aktif Penanggulangan bahaya kebakaran dilakukan dengan media air( dari pasokan air utama tendon atas). Adapun alat yang dipersiapkan untuk

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa seiring dengan pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Massa Bangunan Konsep massa bangunan di ambil dari axis terhadap site di Tapak dan lingkungan sekitar. 1. Letak site yang berdempetan dengan kawasan candi prambanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Muara Enim, Juli 2016 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN MUARA ENIM. Dr. Ir. H. ABDUL NADJIB, MM NIP

KATA PENGANTAR. Muara Enim, Juli 2016 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN MUARA ENIM. Dr. Ir. H. ABDUL NADJIB, MM NIP KATA PENGANTAR Bangunan Gedung Negara merupakan salah satu aset milik negara yang mempunyai nilai strategis sebagai tempat berlangsungnya proses penyelenggaraan negara yang diatur dan dikelola agar fungsional,

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL No. 11 / Tahun VI. April 2013 ISSN 1979-2409 IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Akhmad Saogi Latif Pusat Teknologi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil Penilaian

Lampiran 1 Hasil Penilaian Lampiran 1 Hasil Penilaian FORMULIR ISIAN DATA ANGUNAN Tanggal : 12 s.d. 16 September 2017 Pemeriksa : Akhid Gunawan Tanda Tangan : DATA ANGUNAN Nama bangunan : Hotel UNY Alamat : Jl arangmalang aturtunggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Bangunan Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, pemeliharaan bangunan gedung

Lebih terperinci

D. BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH A. PENGERTIAN

D. BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH A. PENGERTIAN D. BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH A. PENGERTIAN 1. BANGUNAN GEDUNG Yang dimaksud dengan bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat dan kedudukannya, sebagian atau

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI 4.1 In Service / Visual Inspection 4.1.1 Pengertian Merupakan kegiatan inspeksi atau pengecekan yang dilakukan dengan menggunakan 5 sense (panca

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.

Lebih terperinci

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan. Hasil ini berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep tampilan eksterior dan interior bangunan berdasarkan hasil temuan analisis yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Cafe and Chocolate Factory di Semarang dibagi menjadi 2 bagian yaitu program ruang dan tapak terpilih.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERAWATAN MESIN KAPAL PENGERTIAN MANAJEMEN

MANAJEMEN PERAWATAN MESIN KAPAL PENGERTIAN MANAJEMEN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN KAPAL PENGERTIAN MANAJEMEN Manajemen adalah suatu proses atau kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan Relokasi Pasar Ikan Higienis Rejomulyo ini didasarkan pada

Lebih terperinci

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. BUKU PANDUAN SOLAR WATER HEATER Pemanas Air Dengan Tenaga Matahari S o l a r W a t e r H e a t e r Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. Pengenalan

Lebih terperinci

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu, tempat atau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran di sana-sini masih banyak terjadi.

Lebih terperinci

SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT Unknown Add Comment Arsitek, sipil Sistem struktur pada bangunan gedung secara garis besar menggunakan beberapa sistem utama seperti dibawah berikut ini

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa bencana kebakaran

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI LS-13 = Pranata Pembangunan PELATIHAN SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN (LANDSCAPE SUPERVISOR) 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

Dalam proyek pembangunan gedung kantor PT. Jasa Raharja, progres pekerjaan elektrikal pada bulan Maret - May 2017 (pada masa kerja praktik), telah men

Dalam proyek pembangunan gedung kantor PT. Jasa Raharja, progres pekerjaan elektrikal pada bulan Maret - May 2017 (pada masa kerja praktik), telah men BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN ELEKTRIKAL 4.1. Lingkup Pekerjaan MEP Masa kerja praktik Start 28 Sep 2016 6 Maret 2017 6 May 2017 Finish 29 Agus 2017 Gambar 12. Waktu pelaksanaan kerja praktik Pada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

Physical Security and Biometrics. Abdul Aziz

Physical Security and Biometrics. Abdul Aziz and Biometrics Abdul Aziz Email : abdulazizprakasa@ymail.com Definisi: Tindakan atau cara yang dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi dan menjaga hardware, program, jaringan dan data dari bahaya fisik

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

Pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung

Pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung Pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung 1 Ruang lingkup Pedoman ini mencakup langkah-langkah pemeriksaan keselamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

Lebih terperinci

organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan. Tata atur ruang pusat perbelanjaan

organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan. Tata atur ruang pusat perbelanjaan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Tata Atur Ruang Pusat perbelanjaan kerajinan Konsep tata atur ruang pusat perbelanjaan kerajinan dihasilkan dan organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemeliharan (maintenance) bangunan adalah sangat penting dan perlu setelah bangunan tersebut selesai dibangun dan dipergunakan. Pemeliharaan ini akan membuat

Lebih terperinci

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. PRODUCED BY AN AUTODESK EDUCATIONALPRODUCT PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. Berangkat Dari Ide Ban Kendaraan yang Bersifat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Azham Umar Abidin 1, Fahmi R. Putranto 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Departemen

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur. BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2017 TENTANG 1 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERPANJANGAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG BANGUNAN GEDUNG BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi peralatan plambing Menyediakan air bersih ke tempat 2 tertentu dg tekanan cukup dan air panas bila diperlukan Menyalurkan

Lebih terperinci

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Jarak Antar Bangunan minimal

Lebih terperinci

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI NOMOR : P.20.INDO3.00201.0212 DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI HAL. Kata Pengantar Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Bagian 5 Bagian 6 Bagian

Lebih terperinci