BAB II PERATURAN TENTANG MENGEDARKAN PRODUK HORTIKULTURA YANG TIDAK SESUAI DENGAN STANDAR MUTU DAN/ATAU KEAMANAN PANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PERATURAN TENTANG MENGEDARKAN PRODUK HORTIKULTURA YANG TIDAK SESUAI DENGAN STANDAR MUTU DAN/ATAU KEAMANAN PANGAN"

Transkripsi

1 36 BAB II PERATURAN TENTANG MENGEDARKAN PRODUK HORTIKULTURA YANG TIDAK SESUAI DENGAN STANDAR MUTU DAN/ATAU KEAMANAN PANGAN A. Hirarki Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan kegiatan mengedarkan produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan dihubungkan dengan Undangundang No.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan Dalam kehidupan masyarakat selalu terdapat berbagai macam norma yang mempengaruhi tata cara berperilaku atau bertindaknya masyarakat. Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam hubungannya dengan sesama ataupun dengan lingkungannya. Norma sering disebut sebagai pedoman, aturan, ukuran bagi seseorang dalam bertindak atau bertingkah laku dalam masyarakat yang harus dipatuhi. Norma yang paling tegas adalah norma hukum negara yang bersifat mutlak bahwa setiap norma hukum berlaku bagi seluruh masyarakat yang berada di suatu negara. Norma hukum dapat dilekati dengan sanksi pidana ataupun sanksi pemaksa secara fisik. Teori Hans Kelsen dan Hans Nawiansky 84 mempengaruhi sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Hans Kelsen mengemukakan teori norma hukum 84 Dalam Bukunya Maria Farida Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan Dasar-dasar dan Pembentukannya Disarikan dari Perkuliahan A.Hamid S. Attamimi, Teori Hans Nawiasky disebutkan bahwa norma hukum dari negara manapun selalu berjenjang atau berlapis, dimana norma yang dibawah berlaku, berdasar dan bersumber pada norma yang lebih tinggi sampai pada suatu norma yang tertinggi yang disebut norma dasar yang dikelompokkan dalam 4 (empat) kelompok besar yaitu Norma fundamental Negara ( Staatsfundamentalnorm), Undang-undang Formal (Formell Gesetz), Aturan Dasar atau Pokok Negara (Staatsgrundgesetz), Aturan Pelaksana dan Aturan Otonom (Verordnung & Autonome Satzung). 36

2 37 yaitu teori norma hukum berjenjang (Stufentheorie) berpendapat bahwa norma hukum berjenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hirarki tata susunan, dimana norma ditingkat lebih tinggi mengatur norma ditingkat lebih rendah. Norma ditingkat lebih rendah tidak bertentangan logis asli dengan norma ditingkat lebih tinggi. 85 Norma ditingkat lebih tinggi diterapkan dan norma ditingkat rendah diciptakan. Norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar dari norma yang lebih tinggi dan norma yang lebih tinggi lagi didasari oleh norma dasar (Grundnorm). 86 A.Hamid S.Attamimi membandingkannya dengan teori Hans Kelsen 87 dan menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia yang digambarkannya dengan bentuk piramida. 88 Sistem norma hukum yang berlaku di Indonesia berada dalam suatu sistem yang berlapis-lapis dan berjenjang, berkelompok dimana suatu norma selalu berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi sampai pada suatu norma dasar negara (Staatsfundamentalnorm) yaitu Pancasila. 89 Rumusan Pancasila yang berlaku secara sah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang 85 Hans Kelsen diterjemahkan oleh Siwi Purwandari (2), Pengantar Teori Hukum, (Penerbit: Nusa Media, 2010), hlm Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan Dasar-dasar dan Pembentukannya Disarikan dari Perkuliahan A. Hamid S. Attamimi, (Penerbit: Kanisius, 1998), hlm Dalam Bukunya Maria Farida Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan Dasar-dasar dan Pembentukannya Disarikan dari Perkuliahan A.Hamid S. Attamimi, Teori Hans Kelsen diilhami oleh muridnya bernama Adolf Merkl mengemukakan suatu norma hukum selalu mempunyai dua wajah (das Doppelte Rechtsantlitz), suatu norma hukum keatas ia bersandar dan berdasar pada norma yang diatasnya, tetapi kebawah ia juga menjadi dasar dan menjadi sumber bagi norma hukum dibawahnya sehingga suatu norma hukum mempunyai masa berlaku yang relatif tergantung oleh pada norma hukum diatasnya, apabila norma hukum yang berada diatasnya dicabut atau dihapus maka normanorma hukum yang berada dibawahnya dicabut atau terhapus pula A.Hamid S.Attamimi dalam Jimly Assidiqqie dan Ali Safa at, hlm.155, dan Maria Farida, Ilmu Perundang-undangan, hlm. 38 dan Maria Farida, Op.cit., hlm. 39.

3 38 ditegaskan dengan Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968 Tanggal 13 April 1968 yaitu sebagai berikut: 90 1) Ketuhanan Yang Maha Esa 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab 3) Persatuan Indonesia 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tata urutan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia diatur berdasarkan Undang-undang No.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia. 91 Setiap jenis peraturan perundangundangan didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Pancasila norma fundamental Negara sebagai dasar mengatur penyelenggaraan negara. Sumber dari segala sumber hukum di Negara Indonesia adalah Pancasila. 92 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea ke Empat menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara dan dasar filosofis sehingga setiap materi muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Jenis 90 M.Solly Lubis, Manajemen Strategis Pembangunan Hukum, (Penerbit: Mandar Maju, 2011), hlm Sebelumnya diatur pada Ketetapan MRRS No.XX/MPRS/1996 kemudian diganti dengan Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang Sumber hukum dan tata Peraturan Perundang-undangan dan Pada tahun 2003 ditetapkan Undang-undang No.10 tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 92 Pasal 2 Undang-undang No.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan.

4 39 dan Hirarki Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia menurut Pasal 7 Undang-undang No.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan adalah sebagai berikut: 93 a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus c) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Materi muatan yang diatur merupakan pengaturan lebih lanjut dari UUD 1945, pengesahan perjanjian internasional yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat terkait dengan beban keuangan negara dan/atau perjanjian mengharuskan perubahan atau pembentukan Undangundang di Indonesia dengan persetujuan DPR. 93 Pasal 7 Undang-undang No.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan.

5 40 d) Peraturan Pemerintah Materi muatan untuk menjalankan Undang-undang, merupakan bentuk kewenangan yang dideligasikan (delegated legislation) oleh pembentuk undang-undang kepada Presiden selaku kepala pemerintahan yang akan menjalankan undang-undang (principal legislator). 94 e) Peraturan Presiden Materi muatan berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. Peraturan Presiden ada yang bersifat mengatur (regeling) dan bersifat penetapan administratif (beschikking). 95 f) Peraturan Daerah Provinsi Materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. g). Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. 94 Jimly Asshiddiqie (3), Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara I, (Jakarta: Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), hlm Ibid, hlm.217 dan 219.

6 41 Hirarkhi peraturan perundang-undangan di Indonesia menurut Pasal 2 dan Pasal 7 Undang-undang No.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada gambar 1 (satu) adalah sebagai berikut: Gambar 1 Hirarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia Menurut Pasal 2 dan Pasal 7 UU NO.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pancasila (Pembukaan UUD 1945) merupakan Sumber Dari Segala Sumber Hukum (Pasal 2) UUD 1945 Ketetapan MPR UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU Pasal 7 Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Peraturan Peraturan Daerah Provinsi Peraturan kabupaten/kota Sumber: A.Hamid A.Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara: Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I sampai Pelita I V, Disertasi Ilmu Hukum Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia Jakarta, 1990 dan Pasal 2, Pasal 7 UU NO.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan di Indonesia didasarkan asas peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan

7 42 perundang-undangan yang lebih tinggi (asas lex superior derogat legi inferior). Pancasila merupakan norma fundamental Negara, sebagai dasar mengatur penyelenggaraan negara dan merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sila-sila yang terkandung dalam Pancasila baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama, baik tunggal maupun berpasangan merupakan norma dasar atau norma tertinggi bagi berlakunya semua norma hukum dalam kehidupan rakyat di Indonesia, berbangsa dan bernegara. Pancasila terkandung dalam Alinea ke Empat Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 mencerminkan Pancasila dan menciptakan pasal-pasal dalam batang tubuh UUD 1945 sehingga Pancasila mempunyai kedudukan sebagai norma fundamental negara (staatsfundamentalnorm). 96 Penjabaran pokok-pokok yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 termasuk juga penjabaran dari Kelima Sila dari Pancasila ditegaskan, dirincikan dan dijabarkan dalam pasal-pasal batang tubuh UUD 1945 dalam norma-norma yang ada didalamnya. 97 Setiap aturan perundang-undangan (norma hukum) didasari atas Nilai dan Asas. Nilai Pancasila menjadi dasar bagi pembentukan norma hukum di Indonesia. Terdapat hubungan yang Sequential hubungan yang berurutan sebagai berikut: Maria Farida Indrati Soeprapto, Op.cit. hlm A.Hamid A.Attamim, Op.cit., hlm M.Solly Lubis, Hubungan Nilai, Asas dan Norma, Catatan Perkuliahan pada Mata Kuliah Politik Hukum Universitas Sumatera Utara Tanggal 10 Oktober 2011.

8 43 Skema 1 Hubungan Nilai, Asas dan Norma Nilai/ Value Asas/ Principle Beginsel Norma Norma Asas Nilai Sumber : Hubungan Nilai, Asas dan Norma Catatan pada Perkuliahan Politik Hukum Universitas Sumatera Utara Tanggal 10 Oktober Hirarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia menurut Pasal 2 dan Pasal 7 Undang-undang No.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan mengedarkan produk segar hortikultura impor tertentu yang tidak memenuhi standar mutu dan/atau keamanan pangan sebagai berikut: 1. Pancasila Mengedarkan Produk segar Hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yang diatur dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura Pasal 88 (4) jo Pasal 128, 129 didasarkan pada Pasal 27 ayat 2 dan 33 UUD 1945 yang didasari atas Nilai Pancasila Sila kedua dan Sila ke Lima Pancasila. Pancasila merupakan norma fundamental Negara, sebagai

9 44 dasar mengatur penyelenggaraan negara dan merupakan sumber dari segala sumber hukum. 99 Pancasila terkandung dalam Alinea ke Empat Pembukaan Undang-undang Dasar Sila-sila yang terkandung dalam Pancasila baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama, baik tunggal maupun berpasangan merupakan norma dasar atau norma tertinggi bagi berlakunya semua norma hukum dalam kehidupan rakyat di Indonesia, berbangsa dan bernegara. Penjabaran pokok-pokok yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 termasuk juga penjabaran dari Kelima Sila dari Pancasila ditegaskan, dirincikan dan dijabarkan dalam pasal-pasal batang tubuh UUD 1945 dalam norma-norma yang ada didalamnya. 100 Setiap jenis peraturan perundangundangan di Indonesia didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sila Kedua dan Kelima Pancasila adalah sebagai berikut: a. Sila Kedua Pancasila yaitu: Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila Kedua yang didasari dan dijiwai oleh Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Mengedarkan Produk segar Hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan bersumber pada nilai filosofis antropologis bahwa hakekat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Negara 99 Pasal 2 Undang-undang No.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan. 100 A.Hamid A.Attamimi, Op.cit., hlm. 310.

10 45 menjamin bahwa dalam kehidupan kenegaraan terutama peraturan perundangundangan harus mewujudkan tercapainya harkat dan martabat manusia, terutama hakhak kodrat manusia sebagai hak dasar. 101 Dalam Sila Kedua kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan baik terhadap diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan. Hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap sesama, masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya. Konsekuensi nilai yang terkandung dalam kemanusiaan yang adil dan beradab adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama, mengembangkan sikap saling mencintai terhadap sesama manusia, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 102 Pada prinsipnya kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sikap dan perilaku manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi, sadar nilai dan budayanya. 103 Setiap orang yang mengedarkan produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan tidak sesuai dengan sikap moral, nurani manusia baik dalam hubungannya dengan sesama dan lingkungannya sebab dapat membahayakan kesehatan 101 H.Kaelan, Op.cit., (Paradigma: Yogyakarta, 2001), hlm Darmodihardjo Darji dalam bukunya Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma Yogyakarta, 2001), hlm Darmodihardjo Darji, Pokok-pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008), hlm. 241.

11 46 manusia/konsumen, tidak menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yaitu harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan. b. Sila ke Lima Pancasila yaitu: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia didasari dan dijiwai oleh Sila Pertama sampai ke Empat Pancasila. Terkandung tujuan negara dalam hidup bersama, dan terkandung nilai keadilan dalam kehidupan bersama yang didasari dan dijiwai oleh keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, sesama manusia, masyarakat, bangsa dan negara, serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Konsekuensi keadilan terwujud dalam hidup bersama meliputi: 104 1) Keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap warga negaranya, baik dalam bentuk kesejahteraan, kesempatan dalam hidup bersama, keadilan memberikan bantuan kepada masyarakatnya. 2) Keadilan Legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara, warga negara wajib menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lain secara timbal balik. Nilai keadilan merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warga negara serta melindungi seluruh warga, wilayah negara dan mencerdaskan warganya. Setiap orang yang mengedarkan produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan dapat merugikan dan membahayakan kesehatan setiap orang yang mengkonsumsinya hal ini tidak mencerminkan rasa keadilan kemanusiaan dalam hubungan dengan sesama, 104 Kaelan, Op.cit., hlm. 189.

12 47 bermasyarakat, bangsa dan negara, serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Hubungan antara konsumen dan pelaku usaha seimbang, masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Keadilan sosial mengandung arti bahwa setiap orang khususnya masyarakat Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam segala bidang baik dalam bidang politik, sosial, hukum dan termasuk dalam bidang perekonomian perdagangan, perlakuan yang adil antara pelaku usaha yang menjalankan usaha dengan konsumen sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing. 2. Undang-undang Dasar 1945 Sila kedua dan Kelima dari Pancasila dijabarkan dalam Undang-undang Dasar Pancasila memuat Dasar Negara dan Garis-garis Besar Hukum dalam penyelenggaraan negara khususnya dibidang ekonomi dan kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan hak hak asasi setiap orang. Undang-undang Dasar 1945 merupakan sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang-undangan dibawah Undangundang Dasar. Pasal-pasal dari UUD 1945 yang berkaitan dengan kegiatan mengedarkan produk segar hortikultura impor yang tidak memenuhi standar mutu dan/atau keamanan pangan adalah sebagai berikut: a. Pasal 33 UUD 1945 yaitu: 1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. 2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

13 48 4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Pasal 33 UUD 1945 merupakan landasan konstitusional perekonomian Nasional di Indonesia dengan didasari demokrasi ekonomi. Didasari atas usaha bersama dan asas kekeluargaan dan kemakmuran masyarakat yang diutamakan. Pelaksanaan ketentuan konstitusi di bidang ekonomi akan selalu bersentuhan dengan kecendrungan perkembangan masyarakat, 105 demi mencapai kesejahteraan rakyat maka negara melakukan pengaturan dan atau pembatasan untuk mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD Negara mempunyai kewenangan untuk menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak hal ini adalah merupakan kewajiban negara sebagaimana yang disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu:... Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum... dan juga mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 106 Negara harus menjadikan penguasaan terhadap cabangcabang produksi yang dikuasainya itu untuk memenuhi 3 hal yang menjadi kepentingan masyarakat yang merupakan cita hukum dari UUD 1945 yaitu: 105 Jimly Asshiddiqie (2), Op.cit., hlm Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 Alinea ke Empat.

14 49 ketersediaan yang cukup, distribusi yang merata dan terjangkaunya harga bagi banyak orang. 107 Disektor Pertanian khususnya produk segar hortikultura, negara mempunyai kewenangan untuk membuat kebijakan, tindakan pengurusan, ketersediaan produk pertanian kebutuhan sehari-hari masyarakat (kebutuhan pangan pokok masyarakat), pengaturan dan pengelolaan serta melakukan pengawasan terhadap kegiatan produksi distribusi dan konsumsi hasil pertanian khususnya produk hortikultura yang merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia yang sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan. Produk hasil pertanian sangat penting bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat, produk pertanian juga berhubungan dengan kegiatan ekonomi (sektor perdagangan). Pada tahun 1981 di Universitas Sumatera Utara mengadakan suatu pendidikan hukum tentang Hukum Ekonomi Pertanian (Agrobisiness Law atau Agro Economic Law) sebagai pengembangan bahwa sektor pertanian amat penting dalam kehidupan masyarakat. 108 Produk pertanian merupakan bagian dari kebutuhan pokok yang penting karena menguasai hajat hidup orang banyak. 109 Banyak aturan-aturan yang berhubungan dengan pengaturan di sektor pertanian khususnya mengatur hubungan antara negara dengan faktor produksi, pemasaran 107 Jimly Asshiddiqie (2), Op.cit., hlm Mariam Darus Badrulzaman, Pembentukan Hukum Nasional Dan Permasalahannya, Hukum Ekonomi Pertanian Sebagai Penjabaran Pola Ilmiah Pokok, (Medan: Alumni, 1981 ), hlm Pasal 33 (2) UUD 1945, Produk Pertanian adalah salah satu cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak yang harus dikuasai oleh negara.

15 50 dan konsumsihasil-hasil pertanian, hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen. 110 Produk Hortikultura khususnya produk segar hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, bahan obat nabati baik produksi hortikultura dalam negeri maupun produk hortikultura impor, negara mempunyai kewenangan untuk melakukan fungsi pengurusan dengan kewenangan untuk mengeluarkan izin dan mencabut fasilitas perizinan khususnya izin usaha, izin impor dan termasuk sanksi pidana jika melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Fungsi pengawasan oleh negara dilakukan oleh pemerintah dan penegak hukum untuk mengawasi dan mengendalikan agar pelaksanaan produksi dan peredaran produk hortikultura dalam negeri maupun produk hortikultura impor yang memiliki manfaat yang penting bagi kebutuhan dan kesehatan masyarakat yang sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan. Produk Hortikultura merupakan cabang produksi penting, menguasai hajat hidup orang banyak benarbenar harus sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan termasuk penegakan hukum pidana. Fungsi pengelolaan yaitu dengan mendayagunakan penguasaan dalam sektor pertanian untuk kesejahteraan masyarakat. Fungsi pengaturan oleh negara dilakukan melalui kewenangan legislasi oleh DPR bersama Pemerintah dan regulasi oleh Pemerintah (Eksekutif). 110 Mariam Darus Badrulzaman menyebutnya dengan Hukum Ekonomi dalam bukunya Pembentukan Hukum Nasional Dan Permasalahannya, Hukum Ekonomi Pertanian Sebagai Penjabaran Pola Ilmiah Pokok, (Medan: Alumni, 1981 ), hlm. 225.

16 51 Prinsip efisiensi berkeadilan dinyatakan dalam Pasal 33 (4) UUD 1945 yang menyatakan perekonomian diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. b. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 adalah sebagai berikut: tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan dapat membahayakan kesehatan masyarakat/ konsumen, membahayakan kehidupan masyarakat/konsumen juga mengancam kualitas kehidupan dan kelangsungan bagi generasi yang akan datang sehingga tidak sesuai dengan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Produk hortikultura yang tidak sesuai dengan standar mutu misalnya produk yang di impor ke Indonesia terkandung/terdapat organisme pengganggu tumbuhan yang dapat menyebabkan masuknya hama penyakit, organisme pengganggu tanaman yang dapat merusak tanaman masuk ke Indonesia, hama penyakit atau organisme pengganggu tanaman itu dapat menyebar ke tanaman petani yang ada di Indonesia dan dapat merusak lingkungan sebagai media tanam dari tumbuhan, penggunaan bahan tambahan berbahaya pada produk segar hortikultura misalnya formalin dapat membahayakan kesehatan konsumen yang

17 52 mengkonsumsinya. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat merusak lingkungan dan membahayakan kesehatan konsumen/masyarakat. Kegiatan mengedarkan produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan tidak sesuai dengan pasal 27 (2) UUD 1945 yang terkandung nilai dari Sila ke Dua Pancasila yaitu nilai kehidupan yang layak bagi kemanusiaan (prinsip peri kemanusiaan) karena dapat mengancam keselamatan masyarakat/konsumen. 3. Undang-undang Undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat. 111 Undang-undang merupakan pengaturan lebih lanjut dari UUD Undang-undang yang berkaitan dengan kegiatan mengedarkan produk segar hortikultura impor yang tidak memenuhi standar mutu dan/atau keamanan pangan adalah sebagai berikut: a. Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang ini merupakan payung hukum bagi perundang-undangan yang lain yang bertujuan untuk melindungi konsumen baik yang sudah ada sebelum Undang-undang No.8 Tahun 1999 ini diundangkan maupun undang-undang yang akan datang. 112 Dapat dilihat dalam penjelasan umum alinea ke sepuluh Undang-undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen bahwa: 111 Dapat dilihat Pasal 5, Pasal 20 (1),( 2) UUD Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Citra Aditya Bakti: Bandung, 2010), hlm. 51.

18 53 Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur tentang perlindungan konsumen sebab telah ada sebelumnya beberapa undang-undang yang materinya melindungi kepentingan konsumen. Seperti Undang-undang tentang Pangan, Kesehatan, Pengelolaan Lingkungan hidup dan lainnya. Undang-undang perlindungan konsumen memuat garis-garis besar tentang perlindungan konsumen sehingga memungkinkan lagi untuk diatur didalam perundang-undangan baru tersendiri secara khusus yang berkaitan tentang konsumen. Mengintegrasikan perundangundangan tersebut dapat memperkuat penegakan hukum dibidang perlindungan konsumen. Ketentuan impor diatur pada Pasal 21 Undang-undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sebagai berikut: 1) Importir barang bertanggung jawab sebagai pembuat barang yang diimpor apabila importasi barang tersebut tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan produsen luar negeri. 2) Importir jasa bertanggung jawab sebagai penyedia jasa asing apabila penyediaan jasa asing tersebut tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan penyedia jasa asing. b. Undang-undang No.18 Tahun 2012 Tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5360). Sebelumnya Undang-undang No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan. c. Undang-Undang No.13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5170).

19 54 d. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang telah di ubah dengan Undang-undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063). e. Undang-undang No.44 Tahun 2007 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.1 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undangundang No.36 Tahun 2000 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 Tahun 2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4775). f. Undang-undang No.4 Tahun 2006 Tentang Pengesahan International Treaty On Plant Denetic Resources For Food And Agriculture (Perjanjian Mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman Untuk Pangan dan Pertanian). (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4612). g. Undang-undang No.17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No.10 Tahun 1995 Tentang Kepabeaan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4661). h. Undang-undang No.36 Tahun 2006 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063). i. Undang-undang No.29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman, (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 241). j. Undang-undang No.7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan

20 55 Organisasi Perdagangan Dunia). Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 35. k. Undang-undang No. 16 Tahun 1992 Tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482). l. Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478). m. Undang-undang No.36 Tahun 2000 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.1 Tahun 2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-undang, (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4053). 4. Peraturan Pemerintah Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah untuk menjalankan Undangundang. Adapun peraturan pemerintah yang berkaitan dengan mengedarkan produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan adalah sebagai berikut: a. Peraturan Pemerintah No.102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional. b. Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman, (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3586).

21 56 c. Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida (Lembaran Negara Tahun 1973 Nomor 12). d. Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2002 Tentang Karantina Tumbuhan, (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4196). e. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4424). f. Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2007 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4757). g. Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2007 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4758). h. Peraturan Pemerintah No.48 Tahun 2007 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4759). i. Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhan, (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 511, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5070).

22 57 j. Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4196). k. Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3867 ). l. Peraturan Pemerintah No.102 Tahun 2000 Tentang Standarisasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020). m. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. n. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Untuk menjalankan peraturan pemerintah terdapat peraturan-peraturan lain sebagai pelaksanaan peraturan pemerintah yang dapat dilihat sebagai berikut: a. Keputusan Presiden Untuk pelaksanaan dan menjalankan Peraturan Pemerintah (PP) Presiden dapat mengeluarkan peraturan yang disebut sebagai Surat Keputusan Presiden. Keputusan Presiden yang berkaitan dengan mengedarkan produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yaitu:

23 58 1. Keputusan Presiden No.58 Tahun 1992 Tentang Pengesahan Asian Plant Protection Convention. b. Peraturan Menteri Presiden dalam menjalankan pemerintahan negara dibantu oleh Menteri Negara, 113 Menteri Negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden 114 dan setiap Menteri ditugasi membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. 115 Menteri dapat mengeluarkan Peraturan, dan peraturan itu hanya diakui keberadaannya sepanjang yang diperintahkan (delegasi). Peraturan yang dikeluarkan Menteri disebut dengan Keputusan Menteri yang merupakan kewenangan atributif menteri untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi tugas dan fungsinya. Keputusan Menteri bersifat Atribusi yaitu pemberian kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan yang diberikan oleh peraturan perundangundangan kepada suatu lembaga negara/lembaga pemerintahan. Kewenangan atribusi ini melekat terus menerus dan dapat dilakukan atas prakarsa sendiri setiap waktu diperlukan. 116 Di Indonesia Kementerian Negara diatur dalam Undangundang No.39 Tahun 1998 Tentang Kementeri Negara, Lembaran Negara RI No.166 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara No Dalam menjalankan tugas dan fungsinya diantara kementerian yang membidangi urusan tertentu (yang 113 Pasal 17 (1) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Pasal 17 (2) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Undang-undang No.39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara (LN nomor 166, TLN No. 4916). 116 Gunawan Suswantoro, Kedudukan Peraturan/keputusan Menteri, Peraturan Daerah dan Peraturan Desa, (Jakarta: Biro Hukum Departemen Dalam Negeri, 2005), dalam Diakses hari kamis tanggal 16 Mei 2013, Pukul 20:00 Wib.

24 59 memimpin lembaga departemen) saling berkordinasi antara yang satu dengan yang lain. Di Indonesia Presiden juga dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh Menteri baik yang merupakan Lembaga Departemen maupun Lembaga Pemerintahan Nondepartemen. Lembaga Pemerintah Departemen dan Lembaga Pemerintah Nondepartemen dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat berkoordinasi satu dengan yang lain dan bertanggungjawab kepada Presiden sebagai Kepala Pemerintahan. Lembaga Non Departemen yang diatur dalam Keputusan Presiden No.3 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Kepres No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Lembaga pemerintah nondepartemen diantaranya adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan yang diatur dalam Keputusan Presiden No.3 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Kepres No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Dalam melaksanakan tugasnya BPOM dikordinasi oleh Menteri Kesehatan. Peraturan Menteri yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan dari Tahun 2012 sampai Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

25 60 1) Peraturan Menteri Pertanian Peraturan Menteri Tahun 2012 Yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yaitu: a) Peraturan Menteri Pertanian No.03/Permentan/OT.140/1/2012 Tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura. b) Peraturan Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/2/2012 Pemasukan dan Pengeluaran Benih Hortikultura. c) Peraturan Menteri Pertanian No.42/Permentan/OT.140/6/2012 Tentang Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah Segar Dan Sayuran Buah Segar Kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia (Berita Negara tahun 2012 Nomor 631) dengan adanya peraturan tersebut maka Peraturan Menteri Pertanian No. 15/Permentan/OT.140/3/2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian No. No. 89/ Permentan/OT.140/12/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian No. 37/Kpts/HK.060/1/2006 Tentang Persyaratan Teknis Dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah-buahan Dan/Atau Sayuran Buah Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia dinyatakan tidak berlaku lagi. d) Peraturan Menteri Pertanian No.43/Permentan/OT.140/6/2012 Tentang Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Sayuran Umbi Lapis Segar Kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia Dengan Adanya

26 61 peraturan tersebut maka Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/3/2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 90/Permentan/OT.140/12/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18/Permentan/OT.140/2/2008 Tentang Persyaratan dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia dinyatakan tidak berlaku lagi. e) Peraturan Menteri Pertanian No.48/Permentan/SR.120/8/2012 Tentang Produksi, Sertefikasi Dan Pengawasan Peredaran Benih Hortikultura. f) Peraturan Menteri Pertanian No.60/Permentan/OT.140/9/2012 Tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (Berita Negara Tahun 2012 Nomor 947). Dengan adanya peraturan tersebut maka Peraturan Menteri Pertanian No.03/Permentan/OT.140/2/2012 Tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (Berita Negara tahun 2012 Nomor 148) dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. g) Peraturan Menteri Pertanian No. 73/Permentan/OT.140/12/2012 Tentang Persyaratan Teknis Penetapan Instalasi Karantina Tumbuhan Milik Perseorangan Atau Badan Hukum, (Berita Negara tahun 2012 Nomor 1296). h) Peraturan Menteri Pertanian No. 75/Permentan/OT.140/12/2012 Tentang Pedoman dan Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Dan Sertifikasi Kompetensi Sumber Daya Manusia Hortikultura, (Berita Negara RI Tahun 2012 No. 1335).

27 62 i) Peraturan Menteri Pertanian No.76/Permentan/OT.140/12/2012 Tentang Syarat Dan Tata Cara Penetapan Produk Unggulan Hortikultura, (Berita Negara RI Tahun 2012 No. 1354). j) Peraturan Menteri Pertanian No.77/Permentan/OT.140/12/2012 Tentang Sistem Informasi Hortikultura, (Berita Negara RI Tahun 2012 No. 1355). Peraturan Menteri Tahun 2011 yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yaitu: a) Peraturan Menteri Pertanian No.18/Permentan/OT.140/3/2011 Tentang Pelayanan Dokumen Karantina Pertanian Dalam Sistem Elektronik Indonesia National Single Window (INSW), (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 178). b) Peraturan Menteri Pertanian No.20/Permentan/OT.140/3/2011 Tentang Pengawasan Keamanan Pangan Segar Asal Hewan Dan/atau Pangan Segar Asal Tumbuhan dari Negara Jepang Terhadap Kontaminan Zat Radioaktif, (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 180). c) Peraturan Menteri Pertanian No.24/Permentan/SR.140/4/2011 Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 232). d) Peraturan Menteri Pertanian No.38/Permentan/OT.140/7/2011 Tentang Pendaftaran Varietas Tanaman Hortikultura, Berita Negara Tahun 2011 Nomor 436).

28 63 e) Peraturan Menteri Pertanian No.88/Permentan/PP.340/12/2011 Tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 842), dengan dikeluarkannya peraturan ini maka Peraturan Menteri Pertanian No.27/Permentan/PP.340/5/2009 Error! Bookmark not defined. dan Peraturan Menteri Pertanian No.38 Tahun 2009 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pertanian No.27/Permentan/PP.340/5/ 2009 Tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan dinyatakan tidak berlaku lagi. f) Peraturan Menteri Pertanian No.93/Permentan/OT.140/12/2011 Tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (Berita Negara Tahun 2012 Nomor 6). g) Peraturan Menteri Pertanian No.94/Permentan/OT.140/12/2011 Tentang Tempat-tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (Berita Negara Tahun 2012 Nomor 7). Peraturan Menteri Tahun 2010 Yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yaitu: a) Peraturan Menteri Pertanian No.20/Permentan/OT.140/2/2010 Tentang Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian.

29 64 b) Peraturan Menteri Pertanian No.46 Tahun 2010 Tentang Tempat-tempat Pemasukan Dan Pengeluaran Media Pembawa Hama Dan Penyakit Hewan Karantina Dan Organisme Pengganggu Tumbuhan. c) Peraturan Menteri Pertanian No.56/Permentan/OT.140/9/2010 Tentang Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan Diluar Tempat Pemasukan Dan Pengeluaran, Pengeluaran Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina & Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Peraturan Menteri Tahun 2009 Yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yaitu: a) Peraturan Menteri Pertanian No.09/Permentan/OT.140/2/2009 Tentang Persyaratan Dan Tatacara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 35). b) Peraturan Menteri Pertanian No.11/Permentan/OT.140/2/2009 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pengeluaran dan Pemasukan Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina di Suatu Area Lain di Dalam Wilayah Negara Indonesia.

30 65 c) Peraturan Menteri Pertanian No. 12/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan Kemasan Kayu ke Dalam Wilayah NKRI. d) Peraturan Menteri Pertanian No.37/Permentan/OT.140/7/2009 Tentang Pestisida Berbahan Aktif Metil Bromida Untuk Tindakan Perlakuan Karantina Tumbuhan Dan Perlakuan Pra Pengapalan. e) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Permentan/PP.340/8/2009 Tentang Perubahan Permentan No.27/Permentan/PP.340/5/2009 Tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan, peraturan ini tidak berlaku lagi dengan keluarnya Peraturan Menteri Pertanian No.88/Permentan/PP.340/12/2011 Tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 842). f) Peraturan Menteri Pertanian No. 48/Permentan/OT.140/10/2009 Tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur Yang Baik (Good Agriculture Pratices For Fruit and Vegetables). g) Peraturan Menteri Pertanian No. 3237/Kpts/HK.060/9/2009 Tentang Bentuk Dan Jenis Dokulen Tindakan Karantina Tumbuhan Dan Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan.

31 66 Peraturan Menteri Tahun 2008 yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yaitu: a) Peraturan Menteri Pertanian No. 13/Permentan/OT.140/2/2008 Tentang Persyaratan Dan Penetapan Pihak Lain Dalam Membantu Pelaksanaan Tindakan Karantina Hewan. b) Peraturan Menteri Pertanian No.18 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis segar Ke Dalam Wilayah Republik Indonesia, sudah tidak berlaku lagi dengan keluarnya Peraturan Menteri Pertanian No.43/Permentan/OT.140/6/2012 Tentang Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Sayuran Umbi Lapis Segar Kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia. c) Peraturan Menteri Pertanian No. 22/Permentan/OT.140/4/2008 Tentang Organisasi Teknis Karantina Pertanian. d) Peraturan Menteri Pertanian No. 51/permentan/OT.140/10/2008 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pendaftaran Pangan Segar Asal Tumbuhan. Peraturan Menteri Tahun 2007 Yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yaitu:

32 67 a) Peraturan Menteri Pertanian No.01/Permentan/OT. 140/1/2007 Tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida Yang Dilarang Dan Pestisida Terbatas. b) Peraturan Menteri Pertanian No.07/Permentan/SR.140/2/2007 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida. c) Peraturan Menteri Pertanian No.58/Permentan/OT.140/8/2007 Tentang Pelaksanaan Sistem Standarisasi Nasional di Bidang Pertanian. Peraturan Menteri Tahun 2006 Yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yaitu: a) Peraturan Menteri Pertanian No.18/Permentan/OT.140/5/2006 Tentang Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan Diluar Tempat Pemasukan Dan Pengeluaran telah diganti dengan Peraturan Menteri Pertanian No.56/Permentan/OT.140/9/2010 Tentang Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan Diluar Tempat Pemasukan Dan Pengeluaran, Pengeluaran Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina & Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. b) Peraturan Menteri Pertanian No. 41/Permentan/OT.140/9/2006 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Standar Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. c) Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/OT.140/9/2006 Tentang Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian.

33 68 d) Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.160/11/2006 tentang Pedoman Budidaya Buah Yang Baik (Good Agriculture Practices). Keputusan Menteri Pertanian a) Keputusan Menteri Pertanian NOMOR : 276/Kpts/OT.160/4/2008 Komisi Pestisida. b) Keputusan Menteri Pertanian No.348/Kpts/TP.240/6/2003 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Hortikultura. c) Keputusan Menteri Pertanian NO. 511/Kpts/PD.310/9/2006 Tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Dan Direktorat Jenderal Hortikultura. d) Keputusan Menteri Pertanian No.517/kpts/TP.270/9/2002 Tentang Pengawasan Pestisida. e) Keputusan Menteri Pertanian 434.1/Kpts/TP.270/7/2001 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida. f) Keputusan Menteri Pertanian No.940/Kpts/OT.210/10/97 Tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian. g) Keputusan bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Pertanian No.881/MENKES/SKB/VIII/1996, 771/Kpts/TP.270/8/1996 Tentang Batas Maksimum Residu Pertisida Pada Hasil Pertanian. h) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.1409/KPTS/ OT.160/L/

34 69 10/2012 Tentang Pedoman Kegiatan Pre-Emtif Dalam Membina Kesadaran Masyarakat Di Bidang Karantina Hewan, Karantina Tumbuahan Dan Pengawasan Keamanan Hayati. 2) Peraturan Menteri Perdagangan Peraturan Menteri Perdagangan Tahun 2013 yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yaitu: a) Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/1/2013 Tentang Pemberian Surat Pertimbangan Teknis Impor Produk Hortikultura, (Berita Negara Tahun 2013 Nomor 71). b) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor.06/M.Dag/PER/1/2013 Tentang Pelimpahan Kewenangan Penerbitan Perizinan Impor Produk Hortikultura Kepada Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. c) Peraturan Menteri Perdagangan No.16/M-Dag/PER/4/2013 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. d) Peraturan Menteri Perdagangan No.47/M-Dag/PER/8/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan No.16/M- Dag/PER/4/2013 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura.

35 70 Peraturan Menteri Perdagangan Tahun 2012 yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yaitu: a) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-Dag/PER/5/2012 Tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir (API). b) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 54/M-Dag/PER/10/2012 Tentang Ketentuan Umum Dibidang Impor. c) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60/M-Dag/PER/9/2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30/M- Dag/PER/5/2012 Tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. d) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 38/M-Dag/PER/6/2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30/M- Dag/PER/5/2012 Tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir (API). e) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 84/M-Dag/PER/12/2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M- Dag/PER/5/2012 Tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir (API). f) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 59/M-Dag/PER/9/2012 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M- Dag/PER/5/2012 Tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir (API). g) Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 59/M-DAG/PER/9/2012 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Perdagangan No.27/M-DAG/PER/5/2012 Tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir (API).

36 71 h) Peraturan Menteri Perindustrian No.24/M-IND/PER/2/2010 Tentang Pencantuman Logo Tara Pangan dan Kode Daur Ulang Pada Kemasan Pangan Dari Plastik. 3) Peraturan Menteri Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 2012 yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan pangan yaitu: (1) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan. 4) Peraturan Lembaga Non Departemen Peraturan Lembaga Non Departemen yang berkaitan dengan mengedarkan Produk segar hortikultura Impor yang tidak sesuai dengan standar mutu dan/atau keamanan adalah Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan merupakan lembaga pemerintah non departemen yang diatur dalam Keputusan Presiden No.3 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Kepres No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.

37 72 Dalam melaksanakan tugasnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dikordinasi oleh Menteri Kesehatan. Peraturan tersebut yaitu: a) Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor Hk Tahun 2012 Tentang Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik. b) Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor Hk Tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148,2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Rekomendasi. Impor. Produk. Hortikultura. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/OT.140/1/2012 TENTANG REKOMENDASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.946, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Hortikultura. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pelimpahan Kewenangan. Sebagian. Kawasan Perdagangan. Pelabuhan. Bebas. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/1/2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1071, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Impor. Hortikultura. Rekomendasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2017 KEMTAN. Impor Produk Hortikultura. Rekomendasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI

Lebih terperinci

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI KEBIJAKAN PANGAN INDONESIA Kebijakan pangan merupakan prioritas

Lebih terperinci

BAB III KONSEKUENSI YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI. Nomor 52/PUU-IX/2011 TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BATU

BAB III KONSEKUENSI YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI. Nomor 52/PUU-IX/2011 TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BATU 62 BAB III KONSEKUENSI YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Nomor 52/PUU-IX/2011 TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BATU 3.1. Kekuatan berlakunya Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R No.1706, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Wajib Kemasan. Minyak Goreng. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG MINYAK GORENG WAJIB

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan. No.81, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 47/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 47/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 47/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka importasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.548,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/M-DAG/PER/5/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN BUAH SEGAR DAN SAYURAN BUAH SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PRODUK IMPOR HORTIKULTURA DAN PEMBERDAYAAN USAHA HORTIKULTURA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GAYA PERUMUSAN KALIMAT PERINTAH PEMBENTUKAN PERATURAN YANG MENJALANKAN DELEGASI DARI UNDANG-UNDANG DI INDONESIA

GAYA PERUMUSAN KALIMAT PERINTAH PEMBENTUKAN PERATURAN YANG MENJALANKAN DELEGASI DARI UNDANG-UNDANG DI INDONESIA GAYA PERUMUSAN KALIMAT PERINTAH PEMBENTUKAN PERATURAN YANG MENJALANKAN DELEGASI DARI UNDANG-UNDANG DI INDONESIA Fitriani Ahlan Sjarif Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jalan Prof. Djoko Soetono, Depok

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 5

BAHAN TAYANG MODUL 5 Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA PENJABARAN PADA PASAL- PASAL UUD 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA SEMESTER GASAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN SAYURAN UMBI LAPIS SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1990, 2014 KEMENDAG. Impor. Ekspor. Hewan. Produk Hewan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95/M-DAG/PER/12/2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/M-DAG/PER/4/2013 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/M-DAG/PER/4/2013 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/M-DAG/PER/4/2013 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 68/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 68/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR : 68/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, SERTA LAMPIRAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 54/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG KETENTUAN UMUM DI BIDANG IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 54/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG KETENTUAN UMUM DI BIDANG IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 54/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG KETENTUAN UMUM DI BIDANG IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Or

-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Or No. 2000, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Gula. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117/M-DAG/PER/12/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR GULA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20/M-DAG/PER/7/2011 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20/M-DAG/PER/7/2011 TENTANG MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20/M-DAG/PER/7/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 45/M-DAG/PER/9/2009

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg No.501, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Jagung. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-DAG/PER/3/20166/M-DAG/PER/2/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

2016, No /Permentan/PP.340/2/2015 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan; Mengingat

2016, No /Permentan/PP.340/2/2015 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan; Mengingat No.563, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Keamanan Pangan. Asasl Tumbuhan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/Permentan/KR.040/4/2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem norma hukum di Indonesia, norma-norma hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem norma hukum di Indonesia, norma-norma hukum yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem norma hukum di Indonesia, norma-norma hukum yang berlaku berada dalam sistem yang berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang, sekaligus berkelompok-kelompok,

Lebih terperinci

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag 3.2 Uraian Materi 3.2.1 Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag dari negara, ideologi negara, staatsidee. Dalam hal

Lebih terperinci

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA (Penyusun: ) Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Dasar Negara Indikator: Untuk dapat menguji pengetahuan tersebut, mahasiswa akan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Sistem Norma Hukum Hierarki Peraturan dalam Sistem Norma Hukum di Indonesia

Pokok Bahasan. Sistem Norma Hukum Hierarki Peraturan dalam Sistem Norma Hukum di Indonesia Hierarki Peraturan R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Mata Kuliah: Hukum Perundang-Undangan Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 18 September 2007 Pokok Bahasan Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak mempunyai konstitusi atau Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/2007................... TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 8 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA Pancasila Material ; Filsafat hidup bangsa, Jiwa bangsa, Kepribadian bangsa, Sarana tujuan hidup bangsa, Pandangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Norma Hukum dan Hierarki Norma Hukum dalam Masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat ada banyak macam-macam norma baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Norma Hukum dan Hierarki Norma Hukum dalam Masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat ada banyak macam-macam norma baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Norma Hukum dan Hierarki Norma Hukum dalam Masyarakat 1. Norma Hukum Dalam kehidupan masyarakat ada banyak macam-macam norma baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat

Lebih terperinci

Kewenangan Pembentukan Peraturan Menteri Sebagai Jenis Peraturan Perandung-undangan

Kewenangan Pembentukan Peraturan Menteri Sebagai Jenis Peraturan Perandung-undangan Kewenangan Pembentukan Peraturan Menteri Sebagai Jenis Peraturan Perandung-undangan Nindya Chairunnisa Zahra, Sony Maulana Sikumbang Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424,

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 5360); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2016, No Indonesia Nomor 5360); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.1027, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Minuman Beralkohol. Keamanan dan Mutu. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KEAMANAN

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 51/M-DAG/PER/12/2007 TENTANG KETENTUAN IMPOR METIL BROMIDA UNTUK KEPERLUAN KARANTINA DAN PRA PENGAPALAN MENTERI

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PANGAN SEGAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan atas Peratur

2017, No Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan atas Peratur No.788, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Sayuran Umbi Lapis Segar. Pemasukan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMENTAN/KR.040/6/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara No.239, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Pengawasan Pangan Olahan Organik. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.911, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Nilam. SNI. Pascapanen. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS

Lebih terperinci

2017, No Bintan, dan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun, perlu mendelegasikan kewenangan penerbitan perizinan di bidang perd

2017, No Bintan, dan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun, perlu mendelegasikan kewenangan penerbitan perizinan di bidang perd No.914, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Penerbitan Izin bidang Perdagangan LN. Pendelegasian Kewenangan kepada KPBPB- BBK. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kata Kunci: Perundang-Undangan Dan Norma

Kata Kunci: Perundang-Undangan Dan Norma 1 KEDUDUKAN DAN RUANG LINGKUP PERGUB DALAM PERSPEKTIF PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Indra Lorenly Nainggolan Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya lorenly.nainggolan@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kewenangan. Izin Usaha. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kewenangan. Izin Usaha. Pencabutan. No.404, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kewenangan. Izin Usaha. Pencabutan. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3480/Kpts/HK.300/10/2009 TENTANG PENDELEGASIAN

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 T

2017, No Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 T No.1568, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor Tembakau. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN IMPOR TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam Pasal UUD 1945 dan Kebijakan Negara Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2011 TENTANG HASIL PERIKANAN DAN SARANA PRODUKSI BUDIDAYA IKAN DARI NEGARA JEPANG YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pestisida. Metil. Bromida. Karantina. Tumbuhan. Penggunaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pestisida. Metil. Bromida. Karantina. Tumbuhan. Penggunaan. No.226, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pestisida. Metil. Bromida. Karantina. Tumbuhan. Penggunaan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2009 TENTANG PENGGUNAAN

Lebih terperinci

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam BAB XA mengenai Hak Asasi Manusia pada pasal

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 8 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA Pancasila Material ; Filsafat hidup bangsa, Jiwa bangsa, Kepribadian bangsa, Sarana tujuan hidup bangsa, Pandangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1553,2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Minyak Goreng Sawit. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-IND/PER/12/2013 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembentukan peraturan

Lebih terperinci

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) MINYAK GORENG SAWIT SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

RANGKUMAN / KESIMPULAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NASIONAL

RANGKUMAN / KESIMPULAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NASIONAL RANGKUMAN / KESIMPULAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NASIONAL Melalui perjalanan panjang negara Indonesia sejak merdeka hingga saat ini, Pancasila ikut berproses pada kehidupan bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN I. UMUM Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan merupakan pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P No.1730, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Air Mineral Demineral. Air Mineral CAlami. Air Minum Embun. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.910, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Pala. SNI. Pascapanen. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 30/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.908, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Kakao. SNI. Pascapanen, Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un No.836, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Budidaya. Hortikultura. Perizinan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa pembentukan peraturan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/PERMENTAN/OT.140/7/2009 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN PESTISIDA BERBAHAN AKTIF METIL BROMIDA UNTUK TINDAKAN PERLAKUAN KARANTINA TUMBUHAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5234 ADMINISTRASI. Peraturan Perundang-undangan. Pembentukan. Teknik Penyusunan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.842, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Keamanan Pangan. Pengawasan Pemasukan. Pangan Segar. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Formatted: Left: 3,25 cm, Top: 1,59 cm, Bottom: 1,43 cm, Width: 35,56 cm, Height:

Lebih terperinci

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Page 1 of 10 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembentukan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Logo Tara. Kode. Kemasan Pangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Logo Tara. Kode. Kemasan Pangan. No.92, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Logo Tara. Kode. Kemasan Pangan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/M-IND/PER/2/2010 TENTANG PENCANTUMAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. UU NOMOR 10 TAHUN 2004 1. Menimbang: Menimbang: a. bahwa pembentukan peraturan perundang undangan merupakan salah satu syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional

Lebih terperinci

TENTANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL HEWAN DAN/ATAU PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DARI NEGARA JEPANG TERHADAP KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF

TENTANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL HEWAN DAN/ATAU PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DARI NEGARA JEPANG TERHADAP KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL HEWAN DAN/ATAU PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DARI NEGARA JEPANG TERHADAP KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF

Lebih terperinci

ILMU PERUNDANG- UNDANGAN DALAM HAN

ILMU PERUNDANG- UNDANGAN DALAM HAN ILMU PERUNDANG- UNDANGAN DALAM HAN Depok, 16 Mei 2014 TIM PENGAJAR ILMU PERUNDANG-UNDANGAN Prof. Dr. Maria Farida Indrati, SH., MH Sony Maulana Sikumbang, SH., MH. Fitriani Achlan Sjarif, SH., MH. Muhammad

Lebih terperinci

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan kerakyatan adalah bersifat cita-cita kefilsafatan, yaitu bahwa negara adalah untuk keperluan rakyat. Oleh karena itu maka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi,

Lebih terperinci

Riki Yuniagara: Jenis dan Hirarki Peraturan...

Riki Yuniagara: Jenis dan Hirarki Peraturan... Buku Saku: Studi Perundang-Undangan, Edisi Ke-3 1 Buku Saku: Studi Perundang-undangan Edisi Ke-3 JENIS DAN HIRARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA DALAM LINTAS SEJARAH (TAP MPR dari Masa ke Masa)

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DISTRIBUSI PRODUK IMPOR DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DISTRIBUSI PRODUK IMPOR DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DISTRIBUSI PRODUK IMPOR DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa dalam rangka menjaga stabilitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ekspor. Barang Dilarang. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/M-DAG/PER/7/2012 TENTANG BARANG DILARANG EKSPOR

Lebih terperinci

2 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik

2 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1629, 2014 KEMENPERIN. Kopi Instan. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-IND/PER/10/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XI/2013 Tentang Penetapan Batam, Bintan dan Karimun Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XI/2013 Tentang Penetapan Batam, Bintan dan Karimun Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XI/2013 Tentang Penetapan Batam, Bintan dan Karimun Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas I. PEMOHON Ta in Komari, S.S. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

2015, No DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang da

2015, No DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang da No.1518, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Barang dan Jasa. SNI. Pengawasan. Jasa Bidang Perdagangan. Standardisasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/M-DAG/PER/9/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) telah melahirkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) telah melahirkan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) telah melahirkan sebuah lembaga baru yang menjadi bagian dari kekuasaan kehakiman. Sebuah lembaga dengan kewenangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.227, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Pupuk Anorganik Majemuk. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-IND/PER/2/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212,2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PUPUK ANORGANIK TUNGGAL SECARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1107, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Ekspor. Hewan. Produk Hewan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/M-DAG/PER/8/2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa produk pangan segar asal tumbuhan

Lebih terperinci