PENGARUH INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN"

Transkripsi

1 PENGARUH INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN Disusun Oleh: 1. Jumrotul Ismawati ( ) 2. Ichlasul Amal Bazargan ( ) 3. Fitri Liz Indriani ( ) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus Surabaya

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Makro. Dalam makalah kami ini kami akan mencoba menguraikan tentang Kebijakan Mengatasi Inflasi. Kami akan membahasnya secara rinci. Semoga makalah ini dapat membantu kita semua untuk mengerti tentang inflasi. Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga Tuhan senantiasa meridhai segala usaha kalian dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat bagi pihak yang memerlukannya. Surabaya, 29 November 2015 Penulis i Universitas 17 Agustus Surabaya

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penulisan... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Inflasi dan Pengangguran Pengertian Inflasi Pengertian Pengangguran Jenis-jenis Inflasi dan Jenis-jenis Pengangguran Jenis-jenis Inflasi Jenis-jenis Pengangguran Teori Inflasi Penargetan Inflasi Hubungan Inflasi dan Pengangguran Kebijakan dalam Mengatasi Inflasi Kebijakan dari Segi Permintaan Kebijakan dari Segi Penawaran Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Kebijakan Fiskal, Moneter dan Segi Penawaran Tujuan Kebijakan Pemerintah BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA REFERENSI ii Universitas 17 Agustus Surabaya

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi dan pengangguran adalah masalah dua ekonomi utama yang dihadapi setiap masyarakat. Masalah ekonomi tersebut dapat mewujudkan beberapa efek yan bersifat negatif pada bidang ekonomi, politik dan sosial. Untuk menghindari berbagai efek negatif yang mungkin terjadi, berbagai kebijakan ekonomi perlu dijalankan. Analisis dalam makalah ini bertujuan untuk menerangkan tentang bentuk-bentuk masalah inflasi yang dihadapi suatu perekonomian dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut. Tiga bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan yaitu kebijakan fiscal, kebijakan moneter dan kebijakan segi penawaran. Seperti telah diketahui secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga barang dan jasa umum yang terjadi secara terus menerus. Data mengenai perkembangan harga dapat didasarkan pada cakupan barang dan jasa secara komponen pembentuk PDB (deflator PDB), cakupan barang dan jasa yang diperdagangkan antara produsen dengan pedagang besar atau antar pedagang besar (Indeks Harga Perdagangan Besar/IHPB), ataupun cakupan barang dan jasa yang dijual secara eceran dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat (Indeks Harga Konsumen/IHK). Dalam kaitan ini, cara penghitungan inflasi didasarkan pada perubahan indeks pada periode tertentu dengan indeks periode sebelumnya. Dengan diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999 tersebut, sejak tahun 2000 Bank Indonesia pada mulanya menetapkan sasaran inflasi pada awal tahun yang akan dicapainya untuk tahun yang bersangkutan. Sasaran ditetapkan untuk inflasi yang diukur dengan indeks harga konsumen (IHK) dengan mengeluarkan dampak dari kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan (administered prices and income policy). 1 Universitas 17 Agustus Surabaya

5 1.2 Rumusan Masalah Dalam pembahasan materi mengenai Kebijakan Masalah Inflasi kami mengangkat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: a. Apakah pengertian dari inflasi dan pengangguran? b. Bagaimana konsep dan pengaruh inflasi terhadap pengangguran? c. Bagaimana kebijakan ekonomi dalam menghadapi inflasi? d. Bagaimana peranan pemerintah dalam mengatasi inflasi? 1.3 Tujuan Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang pengertian inflasi dan pengangguran, jenis-jenis inflasi, mengetahui pengaruh inflasi terhadap pengangguran, serta kebijakan-kebijakan dalam mengatasi masalah inflasi. 2 Universitas 17 Agustus Surabaya

6 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Inflasi dan Pengangguran Pengertian Inflasi Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecali bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan kenaikan besar dari harga barang-barang lain. Lawan dari inflasi adalah deflasi, deflasi adalah penurunan harga secara terus menerus. Berikut adalah beberapa pengertian inflasi menurut beberapa ahli: Menurut Rimsky K. Judisseno, mengatakan bahwa inflasi merupakan salah satu dari peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan menaikkan harga barang-barang secara umum yang menyebabkan terjadinya penurunan harga barang. Menurut Rahardja dan Manurung, mengatakan bahwa pengertian inflasi adalah kenaikan harga-harga barang yang bersifat umum dan terjadi secara terus menerus. Menurut Eachern, mengatakan bahwa pengertian inflasi adalah kenaikan terus menerus dalam rata-rata tingkat harga, jika tingkat harga berfluktasi, bulan ini naik dan bulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja tidak sebagai inflasi. Menurut Weston dan Sopeland, yang mengatakan bahwa pengertian inflasi adalah suatu keadaan ekonomi yang mengalami kenaikan tingkat harga tinggi dan tidak bisa dicegah atau dikendalikan lagi. Menurut Sadano sukirno, mengatakan dalam bukunya makroekonomi bahwa pengertian inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. 3 Universitas 17 Agustus Surabaya

7 2.1.2 Pengertian Pengangguran Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. 2.2 Jenis-jenis Inflasi dan Jenis-jenis Pengangguran Jenis-jenis Inflasi Berdasarkan sifat inflasi a. Inflasi merayap/rendah (creeping inflation) yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun. b. Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10-30% pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai dengannaiknya harga-harga dengan cepat dan relatif besar. c. Inflasi berat (high Inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara % pertahun. d. Inflasi sangattinggi (Hyper Inflation) yaitu inflasi yangditandai dengan naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100% pertahun). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang. Berdasarkan sebab inflasi a. Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi disatu pihak, dipihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh. Akibatnya, sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. b. Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadikarena tidak efisiennya perusahaan, 4 Universitas 17 Agustus Surabaya

8 nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi maka dua hal yang bisa dilakukan produsen adalah:pertama, langsung menaikan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi. c. Imported Inflation, Inflasi ini disebabkan terjadinya inflasi diluar negeri. Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga memiliki peranan yang penting dalam kegiatan peneluaran diperusahaan. d. Structural Inflation, Inflasi ini terjadi sebagai akibat dari adanya berbagai kendala atau kekuatan struktural yang menyebabkan penawaran di dalam perekonomian menjadi kurang atau tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat. e. Spiralling Inflation, Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya. Berdasarkan asal inflasi a. Inflasi berasal dari dalam negeri yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri karena negara-negara yang merupakan mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi maka mempengaruhi harga-harga barang dan ongkos produksi menjadi mahal Jenis-jenis Penganggran Berdasarkan jam kerja a. Pengangguran terselubung (disguised unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. b. Pengangguran setengah menganggur (under unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. c. Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguhsungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena 5 Universitas 17 Agustus Surabaya

9 memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal. Berdasarkan penyebab terjadinya a. Pengangguran friksional (frictional unemployment) adalah pengangguran karena pekerja menunggu pekerjaan yang lebih baik. b. Pengangguran struktural (Structural unemployment) adalah pengangguran yang disebabkan oleh penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. c. Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi d. Pengangguran total adalah pengangguran yang benar-benar tidak mendapat pekerjaan, karena tidak adanya lapangan kerja atau tidak adanya peluang untuk menciptakan lapangan kerja. e. Pengangguran keahlian adalah pengangguran yang disebabkan karena tidak adanya lapangan kerja yang sesuai dengan bidang keahlian. f. Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya siklus ekonomi. g. Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. h. Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur. i. Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja. j. Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. 6 Universitas 17 Agustus Surabaya

10 2.3 Teori Inflasi Berikut adalah teori-teori yang menerangkan mengenai inflasi: Teori Kuantitas (persamaan pertukaran dari Irving Fisher MV = PQ). Menurut persamaan ini sebab naiknya harga barang secara umum yang cenderung akan mengarah pada inflasi ada 3, yaitu: 1. Bila dimisalkan dalam perekonomian jumlah uang beredar (M) dan jumlah produksi relative tetap, maka harga (P) akan naik bila sirkulasi uang atau kecepatan perpindahan uang dari satu tangan ke tangan yang lain begitu cepat (dengan kata lain, masyarakat terlalu konsumtif) maka harga-harga relatif akan naik. 2. Bila dalam perekonomian V dan jumlah produksi (Q) tetap maka kenaikan harga disebabkan oleh terlalu banyaknya uang yang dicetak-edarkan ke masyarakat. 3. Bila dalam perekonomian jumlah M dan V tetap maka kenaikan harga disebabkan oleh turunnya jumlah produksi secara nasional. Dengan demikian berdasarkan teori ini, presentase kenaikan harga hanya akan sebanding dengan kenaikan jumlah uang beredar atau sirkulasi uang, tapi tidak terhadap jumlah produksi nasional. Teori Keynes, mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan perekonomiannya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antar golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan aggregate yang lebih besar dari pada jumlah barang yaitu bila I > S. Selama gap inflasi masih tetap ada maka besar kemungkinan inflasi dapat terjadi apabila kekuatan-kekutan pendukung dalam perekonomian tidak digalakkan. Teori Struktualis atau Teori Inflasi Jangka Panjang, teori ini menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekuatan struktur ekonomi, khususnya ketegaran suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab structural pertambahan barang-barang produksi ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. 7 Universitas 17 Agustus Surabaya

11 2.4 Penargetan Inflasi Penargetan inflasi (inflation targeting) mencakup beberapa unsur: Pengumuman kepada public mengenai target-target numerik jangka menengah untuk inflasi Komitmen institusi atas stabilitas harga sebagai tujuan utama dan jangka panjang kebijakan moneter dan komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan inflasi. Pendekatan penyertaan informasi dimana banyak variabel (tidak hanya agregat moneter) digunakan dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan moneter. Transparansi mengenai strategi kebijakan moneter yang meningkat melalui komunikasi dengan publik dan pasar mengenai rencana dan tujuan pengambil keputusan moneter. Akuntabilitas Bank Sentral yang meningkat untuk mencapai tujuan-tujuan inflasi. Penargetan inflasi mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan penargetan moneter sebagai strategi untuk melaksanakan kebijakan moneter. Dengan penargetan inflasi, stabilitas hubungan antara uang dan inflasi tidak penting untuk keberhasilannya, karena stabilitas tidak bergantung pada hubungan ini. Target inflasi memingkinkan otoritas moneter untuk menggunakan semua informasi yang tersedia, tidak hanya satu variabel, untuk menentukan penetapan terbaik bagi kebijakan moneter. Oleh karena target inflasi numerik yang eksplisit meningkatkan akuntabilitas bank sentral, penargetan inflasi mempunyai potensi untuk mengurangi kemungkinan bahwa bank sentral akan masuk ke dalam perangkap ketidakkonsistenan waktu dalam rangka melakukan ekspansi output dan penyediaan lapangan kerja pada jangka pendek dengan melakukan kebijakan moneter ekspansif. Keunggulan penting dari penargetan inflasi adalah bahwa penargetan tersebut dapat membantu menitikberatkan pada debat politik mengenai apa yang dapat dilakukan oleh bank sentral pada jangka panjang yaitu, pengendalian inflasi, daripada apa yang tidak dapat dilakukan oleh bank sentral, yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara permanen dan penyediaan lapangan kerja melalui kebijakan moneter ekspansif. Dengan demikian, penargetan inflasi mempunyai potensi untuk melaksanakan kebijakan moneter yang inflasioner dan mengurangi kemungkinan masalah ketidakkonsistenan waktu. 8 Universitas 17 Agustus Surabaya

12 2.5 Hubungan Inflasi dan Pengangguran Hubungan inflasi dan pengangguran ini dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan akibat inflasi. Berikut adalah beberapa dampak positif dan negatif dari inflasi: Bila harga barang secara umum naik terus menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal. Banyak masyarakat yang menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan dana dan tutup. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan mempermainkan harga pasar sehingga harga akan terus naik. Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penimbunan barang. Banyak produsen bangkrut jika inflasi berkepanjangan. Jurang kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin lebar. Masyarakat akan lebih selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan lebih efisien dan konsumtifisme dapat ditekan. Dapat menumbuhkan industri kecil. Masyarakat akan tergerak untuk membuka usaha sendiri sehingga tingkat pengangguran menurun dll. Secara garis besar dari dampak tersebut dapat dilihat bahwa pengangguran sangat berpengaruh akibat inflasi. Dari beberapa teori dapat kita lihat bahwa dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian, namun dalam jangka.panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor. Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih murah. Harga yang lebih mahal menyebabkan turunnya daya saing barang domestik di pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun sebaliknya turun, sebaliknya nilai impor cenderung naik. Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik 9 Universitas 17 Agustus Surabaya

13 menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan. Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong Bank Sentral menaikkan tingkat bunga. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil. Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu negara. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh banyak orang. Pada tahun 1958, A.W. Phillips berhasil menemukan hubungan yang erat antara tingkat pengangguran dengan tingkat perubahan upah nominal. Kurva phillips yang menghubungkan persentase perubahan tingkat upah nominal dengan tingkat pengangguran seperti diuraikan di atas biasa disebut dengan kurva phillips dalam bentuk asli. 10 Universitas 17 Agustus Surabaya

14 Gambar 1. Kuva Phillips A.W. Phillips menggambarkan bagaimana hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agregat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satusatunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) maka, pengangguran berkurang. Menggunakan pendekatan A.W.Phillips dengan menghubungkan antara pengangguran dengan tingkat inflasi untuk kasus Indonesia kurang tepat. Hal ini didasarkan pada hasil analisis tingkat pengangguran dan inflasi di Indonesia dari tahun 1995 hingga 2010, ternyata secara statistik maupun grafis tidak ada pengaruh yang signifikan antara inflasi dengan tingkat pengangguran. Berbeda dengan di Indonesia, adanya kenaikan harga-harga atau inflasi pada umumnya disebabkan karena adanya kenaikan biaya produksi misalnya naiknya Bahan Bakar Minyak (BBM), bukan karena kenaikan permintaan. Dengan alasan inilah, maka tidaklah tepat bila perubahan tingkat pengangguran di Indonesia dihubungkan dengan inflasi. Karena itu, perubahan tingkat pengangguran lebih tepat bila dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Sebab, pertumbuhan ekonomi merupakan akibat dari 11 Universitas 17 Agustus Surabaya

15 adanya pe-ningkatan kapasitas produksi yang merupakan turunan dari peningkatan investasi. Gambar 2. Hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran Dari Gambar 2 diketahui bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran memiliki hubungan yang negatif. Artinya jika tingkat inflasi tinggi, maka pengangguran akan menjadi rendah. Atau sebaliknya, penganggguran akan menjadi tinggi jika perekonomian suatu negara mengalami inflasi yang rendah. Menurut pembahasan dalam karya ilmiah diatas, setelah penulis membandingkan mengenai pola hubungan antara inflasi dan pengangguran di Indonesia dengan teori Phillips yang dikemukakan oleh A.W Phillips, hasilnya tidak dapat dikaitkan ataupun dihubungkan dengan teori tersebut. Artinya, teori Phillips tidak berlaku di negara-negara berkembang terutama untuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena Phillips menggunakan asumsi untuk teorinya bahwa inflasi sangat dipengaruhi oleh agregat demand atau permintaan agregat, padahal di negara negara berkembang, utamanya Indonesia inflasi lebih dipengaruhi oleh biaya produksi. Jika menurut Phillips saat teradi inflasi, perusahaan akan berupaya meningkatkan outputnya demi memenuhi kebutuhan pasar, asumsi agregat demand, sehingga perusahaan akan berupaya meningkatkan sumber daya atau tenaga kerja demi memenuhi kebutuhan masyarakat, akibatnya pengangguran kian menurun, karena dianggap dalam jangka pendek nilai nominal yang dibayarkan perusahaaan kepada 12 Universitas 17 Agustus Surabaya

16 tenaga kerja meskipun tetap namun nilai riil upah yang dibayarkan tersebut menurun. Akan tetapi berbeda dengan Indonesia, seperti yang disebutkan di atas, inflasi terjadi karena menigkatnya biaya produksi, sehingga secara tidak langsung harga bahan untuk memenuhi output atau permintaan pasar juga meningkat, sehingga perusahaan akan berupaya menekan biaya produksi guna efisiensi perusahaan, akibatnya demi menjaga efisiensi tersebut salah satu langkah yang bisa ditempuh oleh perusahaan adalah mengurangi tenaga kerja dan mengganti dengan mesin, sehingga biaya yang dianggarkapun juga berkurang, dalam artian perusahaan harus mengurangi tenaga keranya dengan cara mem PHK. Namun hal ini tidak dapat diartikan, bahwa di Indonesia hubungan antara inflasi dan pengangguran adalah positip, sebab dalam kenyataannya di Indonesia tidak ada hubungan yang pasti antara inflasi dan pengangguran. 2.6 Kebijakan dalam Mengatasi Inflasi Kebijakan dari Segi Permintaan Mewujukkan inflasi nol persen secara terus-menerus dalam perekonomian yang sedang berkembang adalah sulit untuk dicapai. Oleh karena itu, dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah. Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu menjalankan kebijakan menurunkan tingkat inflasi karena bagaimanapun pemerintah mempunyai peranan penting dalam mengendalikan laju inflasi sebab terjadi atau tidaknya inflasi tergantung dari kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian. Kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mengatasi masalah inflasi yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan Fiskal Ada dua kebijakan fiskal yang bisa dilaksanakan oleh pemerintah untuk menekan tingkat inflasi, yaitu: 1. Meningkatkan Pajak Jika ada penambahan pendapatan masyarakat dengan naiknya jumlah uang beredar, setiap penambahan pendapatan masyarakat Rp10,00, jika diikuti dengan pajak 20%, maka penambahan pendapatan Rp10,00 akan menambah 13 Universitas 17 Agustus Surabaya

17 Rp6,4 lebih kecil bila dibandingkan dengan tidak adanya penambahan pajak yaitu Rp8,00. Makin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan, maka semakin kecil konsumsi masyarakat. Dengan naiknya pajak yang dikenankan pemerintah terhadap pendapatan masyarakat akan dapat menekan tingkat konsumsi. 2. Mengurangi Pengeluaran Pemerintah Kebijakan yang akan dilaksanakan adalah dalam bentuk mengurangi pengeluaran pemerintah, langkah ini menimbulkan efek yang cepat dalam mengurangi pengeluaran dalam perekonomian. Maka untuk menerangkan tentang efek dari kebijakan fiskal dalam mengatasi inflasi berlaku tanpa control pemerintah, kedua inflasi diatas melalui kebijakn fiskal Kebijakan Moneter Kebijakan moneter ialah peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar ekonomi tumbuh lebih cepat, bank sentral bisa memberikanlebih banyak kredit kepada system perbankan melalui operasi pasar terbuka atau bank sentral menurunkan persyaratan cadangan dari bank-bank atau menurunkan tingkat diskonto, yang harus dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari bank sentral. Akan tetepi, apabila ekonomi tumbuh lebih cepat dan inflasi menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral dapat melakukan operasi pasar terbuka, manarik uang dari system perbankan, menaikkan persyratan cadangan minimum atau menaikkan tingkat diskonto sehingga dengan demikian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Kebijakan Segi Penawaran Kebijakan Segi Penawaran adalah Langkah Pemerintah yang berusaha meningkatkan efisiensi kegiatan Perusahaan-perusahaan dan tenaga kerja sehingga Produksi Nasional dapat ditingkatkan, Biaya Produksi dikurangkan dan teknologi semakin berkembang. Stagflasi adalah keadaan inflasi yang sangat tinggi dan berkepanjangan, ditandai dengan macetnya kegiatan perekonomian yang menyebabkan pengangguran. 14 Universitas 17 Agustus Surabaya

18 2.6.3 Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Kebijakan Fiskal, Moneter dan Segi Penawaran. Dalam Kebijakan Fiskal akan dibuat Perubahan dalam pengeluaran pemerintah atau pajak untuk mempengaruhi tingkat pengeluaran Agregat. Dalam Kebijakan Moneter yang dilakukan adalah membuat perubahan dalam penawaran uang atau Suku Bunga untuk mempengaruhi pengeluaran agregat. Dalam Kebijakan Segi Penawaran yang akan kita bahas Selanjutnya, Kebijakan Pemerintah dalam hal tersebut adalah melakukan pengurangan pajak, memberikan insentif fiskal, memberikan subsidi dan menyediakan insfrastruktur yang baik untuk menaikan efisiensi kegiatan Perusahaanperusahaan Tujuan Kebijakan Pemerintah 1. Tujuan Bersifat Ekonomi Tujuan bersifat ekonomi adalah tujuan yang didasarkan pada pertimbanganpertimbangan yang bersifat ekonomi Dengan menyediakan lowongan pekerjaan adalah usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran agar tidak berlanjut terus menerus sehingga mengalami jangka panjang. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat adalah kenaikan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran yang berhubungan dengan pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Memperbaiki Pembagian Pendapatan. Pengangguran yang semakin tinggi menimbulkan efek yang buruk pada kesamarataan pembagian pendapatan. Semakin besar pengangguran, semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa usaha menaikan kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat. 2. Tujuan Bersifat Sosial dan Politik Tujuan Bersifat Sosial dan Politik adalah suatu kepentingan bersama, untuk semua Masyarakat tanpa memandang status sosial Masyarakat, serta untuk kepentingan Bangsa dan Negara. Meningkatkan Kemakmuran Keluarga dan Kestabilan Keluarga. Bila Anggota dalam suatu Rumah Tangga terlalu banyak dan tidak mempunyai Pekerjaan, maka berbagai masalah akan timbul. Misalnya: Keluarga tersebut kemampuannya terbatas untuk melakukan pembelanjaan dalam mencukupi Kehidupan mereka sehari-hari. Maka hal tersebut akan mengurangi kemampuan Keluarga untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Akibatnya 15 Universitas 17 Agustus Surabaya

19 Keluarga tersebut akan mengalami perselisihan dalam Berumah Tangga, sehingga secara otomatis pengangguran mengurangi taraf Kemakmuran Keluarga. Menghindari Masalah Kejahatan. Pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan pendapatan. Akan tetapi, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk berbelanja. Contohnya Sewa Rumah harus dibayar, namun selain sewa Rumah. Keluarga juga perlu melakukan pengeluaran lain untuk biaya Makanan, biaya Sekolah, dll. yang harus dibayar. Apabila tiada tabungan dan sumber pendapatan lain, pengangguran menggalakan kegiatan kejahatan. Inti nya semakin tinggi pengangguran, maka semakin tinggi tingkat kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi pengangguran secara tak langsung menyebabkan pengurangan dalam kejahatan. Mewujudkan Kestabilan Politik. Pengangguran merupakan salah satu sumber dan penyebab dari ketidak Stabilan Politik. Tanpa kestabilan politik tidak mungkin suatu NEGARA dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dan terus menerus. Hal tersebut menjadikan masyarakat seringkali tidak merasa puas dengan pihak Pemerintah yang tidak melakukan tindakan yang cukup untuk masyarakat. Misalnya dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi, masyarakat seringkali melakukan Demonstrasi dan mengemukakan kritik kepada Pemimpin-peminpin Pemerintah. 16 Universitas 17 Agustus Surabaya

20 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Setelah penulis mengemukakan dan menguraikan secara keseluruhan tentang Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran Penulis dapat menarik kesimpulan : Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi oleh segolongan tenaga kerja, yang telah mencari pekerjaan, tetapi tidak memperolehnya. Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari satu periode ke periode yang lain. Kebijakan Pemerintah adalah kebijakan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi terutama pada Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter, dan Kebijakan Segi Penawaran Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah. Namun negara berkembang khusunya Indonseia, teori Philips ini sangat bertolak belakang. Di Indonesia, adanya kenaikan harga-harga atau inflasi pada umumnya disebabkan karena adanya kenaikan biaya produksi misalnya naiknya Bahan Bakar Minyak (BBM), bukan karena kenaikan permintaan. Dengan alasan inilah, maka tidaklah tepat bila perubahan tingkat pengangguran di Indonesia dihubungkan dengan inflasi. Karena itu, perubahan tingkat pengangguran lebih tepat bila dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Sebab, pertumbuhan ekonomi merupakan akibat dari adanya pe-ningkatan kapasitas produksi yang merupakan turunan dari peningkatan investasi. 17 Universitas 17 Agustus Surabaya

21 3.2 Saran Menurut kami dengan sudah ditetapkannya kebijakan-kebijakan untuk mengatasi inflasi khusunya yang berpengaruh besar terhadap pengangguran di negara berkembang pemerintah sebaiknya dapat mengatasi masalah tersebut khususnya di Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau menyediakan lapangan kerja dan menghapus sistem kerja kontrak. Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global. 18 Universitas 17 Agustus Surabaya

22 DAFTAR PUSTAKA Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, dalam buku M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, 105. Rianto Al Arif, M. Nur. Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori dan Analisis. Bandung: Alfabeta Karim, Adiwarman. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Rajawali Pers Putong, Iskandar. Economics Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra wacana media Nanga, Muana. Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta: RajaGrafindo Persada Bangun Wilson.2007.Teori ekonomi makro.bandung:refika Aditama Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Collins. Penerbit Erlangga : Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta: Rudiger Dombusch, Stanley Fischer, J. mulyadi. Makro ekonomi. Penerbit Erlangga: Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta: Universitas 17 Agustus Surabaya

23 REFERENSI Google.2013.Slide share.pengangguran dan Inflasi Google.2013.Slide share.kebijakan Pemerintah 20 Universitas 17 Agustus Surabaya

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH BAB 10 PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH KELOMPOK 9 DICKY 21216349 EZHA 21216363 NAUFAL 21216351 PENGANGGURAN PENGERTIAN PENGANGGURAN Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi

Lebih terperinci

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen,

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen, MAKRO EKONOMI Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen, suatu perusahaan atau suatu pasar Analisis

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI INFLASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. A. INFLASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan; INFLASI Pengertian Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan kenaikan harga itu berlangsung dalam jangka panjang. Inflasi secara umum terjadi

Lebih terperinci

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;. Bab V INFLASI Jika kita perhatikan dan rasakan dari masa lampau sampai sekarang, harga barang barang dan jasa kebutuhan kita harganya terus menaik, dan nilai tukar uang selalu turun dibandingkan nilai

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Penger:an Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara- cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya 1. Mikroekonomi vs Makroekonomi Untuk dapat memahami ilmu makro ekonomi, sebaiknya kita mengenali terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi Xpedia Ekonomi Makroekonomi Doc. Name: XPEKO0399 Doc. Version : 2012-08 halaman 1 01. Pengangguran friksional / frictional unemployment ialah... (A) diasosiasikan dengan penurunan umum di dalam ekonomi

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Inflasi Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus. kenaikan harga pada satu atau dua barang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2000-2014 NADIA IKA PURNAMA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi Nuhfil Hanani 1 V. TEORI INFLASI 5.1. Pengertian Inflasi Inflasi menunjukkan kenaikan dalam tingkat harga umum. Laju inflasi adalah tingkat perubahan tingkat harga umum, dan diukur sebagai berikut: tingkat

Lebih terperinci

Ekonomi. untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini. Dibuat oleh:

Ekonomi. untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini. Dibuat oleh: Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Dibuat oleh: Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini Disclaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI

PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI Teori Ekonomi Isu isu utama 1. Mewujudkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya Mikro Ekonomi 2. Mencapai kepuasan yang maksimum

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Sistem Moneter Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 13 84041 Abstraksi Modul ini membahas tentang

Lebih terperinci

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Pengertian Inflasi Sumber dan Dampak Inflasi Jenis Jenis Inflasi Kebijakan Pemerintah Mengatasi Inflasi Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. 1 Inflasi Inflasi Dapat Didefinisikan Sebagai Suatu Kondisi Dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi 23/12/2013 1 Pengangguran Salah satu ukuran keberhasilan pengelolaan ekonomi suatu negara tingkat pengangguran Pengangguran (unemployment), tidak berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P INFLASI Minggu 15 Pendahuluan Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang mengacu kepada trilogi pembangunan. Demi mewujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dipersiapkan dan dilaksanakan untuk menganalisis penerapan kebijakan moneter berdasarkan dua kerangka perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil kebijakan untuk selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan. Karena apabila salah langkah,

Lebih terperinci

Pokok Bahasan 1 RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO

Pokok Bahasan 1 RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO Pokok Bahasan 1 RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO Dosen Pengasuh: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Guru Besar FKIP Universitas Riau RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO Teori Ekonomi Makro adalah salah satu cabang

Lebih terperinci

Inflasi dan Indeks Harga

Inflasi dan Indeks Harga Inflasi dan Indeks Harga Pokok Bahasan 1. Pengertian Inflasi dan Deflasi 2. Jenis Inflasi 3. Teori Inflasi 4. Sebab timbulnya Inflasi 5. Cara Mengatasi Inflasi 6. Dampak Inflasi dan Cara Menghitung Inflasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan kisaran BI Rate yaitu

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III. SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan

PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III. SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas tingkat inflasinya. Inflasi secara umum dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga-harga

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara

BABI PENDAHULUAN. Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara maju maupun negara berkembang adalah Inflasi. Dimana inflasi merupakan indikator stabilitas perekonomian

Lebih terperinci

Dasar Bisnis & Manajemen. Bentuk Sistem Perekonomian dan Pengaruh Faktor Ekonomi terhadap Bisnis Domestik dan Global. Tatap Muka.

Dasar Bisnis & Manajemen. Bentuk Sistem Perekonomian dan Pengaruh Faktor Ekonomi terhadap Bisnis Domestik dan Global. Tatap Muka. Tatap Muka Dasar Bisnis & Manajemen 2 Bentuk Sistem Perekonomian dan Pengaruh Faktor Ekonomi terhadap Bisnis Domestik dan Global Fakultas Ekonomi Bahan Kajian Sistem perekonomian merkantilisme, kapitalisme,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

A. Indeks Harga dan Inflasi

A. Indeks Harga dan Inflasi A. Indeks Harga dan Inflasi A. Pilihan Ganda 1. Jawaban: b 1) Indeks harga yang harus dibayar dan diterima petani adalah indeks harga barang-barang yang dibayar oleh petani untuk biaya proses produksi.

Lebih terperinci

Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Syariah

Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Syariah Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Syariah Disusun oleh: Rifka Kusumawardani (109084000012) Dimas Prabowo (109084000052) Rhomdon Kurniawan (109084000064) Ilmu Ekonomi dan studi pembangunan Semester 6 Konsentrasi

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro PENGANTAR EKONOMI MAKRO Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Pengertian Ekonomi Makro ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi

Lebih terperinci

EKONOMI. unlimited human s wants and needs. scarcity resources

EKONOMI. unlimited human s wants and needs. scarcity resources EKONOMI EKONOMI 1 2 3 unlimited human s wants and needs scarcity resources CHOICES Faktor Penggerak Kegiatan Ekonomi Kebutuhan Ekonomi, sifatnya tidak terbatas Kelangkaan (Scarcity), ketersediaannya terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA Pengantar Ekonomi Makro INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA NAMA : Hendro Dalfi BP : 0910532068 2013 BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai Tukar adalah harga mata uang dari suatu negara yang diukur, dibandingkan, dan dinyatakan dalam nilai mata uang negara lainnya. 1 Krisis moneter yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan Ke 7

By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan Ke 7 By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan Ke 7 Menjelaskan faktor ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja bisnis. Menjelaskan bagaimana harga pasar ditentukan. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi Inflasi merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam bentuk peningkatan pendapatan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, siklus ekonomi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang memegang peranan yang sangat penting di sepanjang kehidupan manusia. Uang digunakan sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum, yang dimana alat tukarnya

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro

BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro Satuan Acara Perkuliahan 2 Tujuan kegiatan belajar ini adalah untuk membahas : Akar Ilmu Ekonomi Makro Definisi Ekonomi Makro Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Pengant eng ant Ilmu E o k nomi

Pengant eng ant Ilmu E o k nomi PIEw12 1 PIEw12 2 Pengantar Ilmu Ekonomi PIEw12 3 Pengantar Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi PIEw12 4 Pengangguran Tingkat pengangguran Salah satu ukuran keberhasilan pengelolaan ekonomi suatu negara

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 2.1. Telaah Teoritis Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). Istilah ini mengacu pada kondisi yang berkonotasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi dalam suatu negara tidak terlepas dengan peran perbankan yang mempengaruhi perekonomian negara. Segala aktivitas perbankan yang ada di suatu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator sebuah negara apakah negara tersebut berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang meningkat setiap tahunnya

Lebih terperinci

Perdagangan, Globalisai, dan Neraca Pembayaran Internasional. Pengantar Ilmu Ekonomi

Perdagangan, Globalisai, dan Neraca Pembayaran Internasional. Pengantar Ilmu Ekonomi Perdagangan, Globalisai, dan Neraca Pembayaran Internasional. Pengantar Ilmu Ekonomi Pokok bahasan pertemuan ke-13 Manfaat perdagangan internasional. Keunggulan dalam perdagangan internasional. Globalisasi

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan KEBIJAKAN PEMERINTAH Kebijakan pemerintah yg berkaitan dengan APBN untuk mempengaruhi jalannya perekonomian guna mencapai sasaran atau tujuan tertentu Misal: 1. menaikkan/menurunkan budget 2. menaikkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menggunakan sistem perekonomian terbuka dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya sehingga hal tersebut memungkinkan terjadinya interaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran KTSP Kelas X ekonomi KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami instrumen kebijakan moneter. 2. Memahami kebijakan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

INFLATION. Izza Mafruhah, SE, MSi

INFLATION. Izza Mafruhah, SE, MSi INFLATION Izza Mafruhah, SE, MSi INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π = Pt P(t-1) Pt-1 Pt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi. Fenomena inflasi terbukti telah menggerogoti nilai riil pendapatan, menjadikan semua orang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sejarah banyak memuji kemampuan kebijakan ketentuan atau yang dikenal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sejarah banyak memuji kemampuan kebijakan ketentuan atau yang dikenal 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Moneter Taylor Sejarah banyak memuji kemampuan kebijakan ketentuan atau yang dikenal dengan sebutan rule. Karena rule dapat membantu pembuat kebijakan mendukung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang

Lebih terperinci