BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Diabetes Melitus a. Definisi DM adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya (Purnamasari, 2009). Menurut WHO (2014) DM adalah suatu penyakit kronis yang terjadi karena ketidakmampuan insulin untuk memproduksi insulin yang cukup atau ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan insulin secara efektif yang mengakibatkan keadaan hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia yang kronis ini berhubungan dengan disfungsi dan kerusakan beberapa organ, khusunya mata, ginjal, saraf, pembuluh darah, dan jantung (ADA, 2014). b. Klasifikasi Berdasarkan etiologi dan patogenesisnya, DM diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan DM tipe lain. DM tipe 1 merupakan DM yang kejadiannya hanya 5 10% dari seluruh tipe DM. DM tipe 1 disebabkan karena defisiensi insulin absolut akibat reaksi autoimun yang menyebabkan rusaknya sel beta 4

2 5 pankreas. Kasus DM tipe 1 ditemukan paling sering pada anak-anak sampai remaja, sehingga DM tipe 1 sering juga disebut sebagai juvenile-onset diabetes (ADA, 2015). Tipe DM yang kejadiannya paling banyak yaitu DM tipe 2 atau yang sering disebut sebagai Non-Insulin Dependet Diabetes Mellitus (NIDDM) dengan persentase kejadian 90-95% dari seluruh tipe DM. DM tipe 2 disebabkan karena resistensi insulin dan/atau defisiensi insulin relatif akibat berbagai faktor antara lain seperti obesitas, sedikit aktifitas fisik, usia, dan genetik (ADA, 2015). DM gestasional merupakan DM yang terjadi selama periode kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan (biasanya trimester kedua dan ketiga). Pasien DM gestasional memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan (ADA, 2015). c. Patogenesis Hiperglikemia pada DM tipe 2 menyebabkan kerusakan jaringan melalui 2 mekanisme yaitu perubahan glukosa yang berulang akut pada metabolisme seluler dan perubahan glukosa kronis yang akan merubah makromolekul stabil. Perubahan glukosa yang terjadi secara akut, yaitu kurang dari 24 jam menyebabkan terbentuknya schiff base sebagai hasil reaksi glukosa terhadap protein tubuh. Pada fase akut ini sudah mulai terbentuk radikal bebas

3 6 yang sudah mampu mematikan sel sel pada jaringan tubuh. Kerusakan jaringan pada fase akut ini bersifat reversibel, sehingga pengaturan glukosa menjadi normal pada fase ini sangat penting. Sedangkan perubahan glukosa yang terjadi secara kronis, yaitu berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan sampai bertahun-tahun, dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang irreversibel. Kerusakan yang irreversibel ini disebabkan karena terbentuknya Advance Glycosilation End-products (AGEs) yang bersifat toksik dan merusak protein tubuh (Subiyantoro, 2002). Terdapat beberapa patogenesis terjadinya DM tipe 2, yaitu resistensi insulin, peran Reactive Oxygen Species (ROS), peran lemak, dan peran inflamasi. 1) Resistensi Insulin Resistensi insulin merupakan sindrom yang berhubungan dengan gangguan metabolik, termasuk DM tipe 2, obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan atherosklerosis. Resistensi insulin terjadi akibat jaringan mengalami kekurangan respons terhadap aktivitas insulin. Sebagai kompensasinya, pankreas akan memproduksi insulin lebih banyak sehingga terjadi hiperinsulinemia. Ketika pankreas sudah tidak bisa lagi memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi resistensi insulin, maka terjadilah gangguan toleransi glukosa

4 7 yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah setalah makan. Resistensi insulin terjadi jauh sebelum seseorang menderita DM. Penelitian prospektif menyebutkan bahwa resistensi insulin terjadi tahun sebelum DM (Sugiarto, 2010). 2) Peran ROS Keadaan hiperglikemia ekstraseluler akan menyebabkan keadaan hiperglikemia intraseluler di sel beta pankreas sehingga menyebabkan peningkatan ROS pada islet pankreas. ROS ini menyebabkan kerusakan sel beta pankreas melalui aktivasi C- Jun Terminal Kinase (JNK). Aktivasi JNK akan menyebabkan penurunan gen ekspresi insulin pada sel beta pankreas sehingga sekresi insulin berkurang dan terjadilah gangguan toleransi glukosa (Sugiarto, 2010). 3) Peran Lemak Peningkatan glukosa darah dan Free Fatty Acid (FFA) dapat melemahkan fungsi islet sel beta pankreas. Konsentrasi FFA yang tinggi akan melemahkan aktifitas insulin dan disfungsi sel beta pankreas. Hal ini yang mendasari terjadinya intoleransi glukosa (Sugiarto, 2010). 4) Peran Inflamasi

5 8 Hiperglikemi kronis akan menyebabkan meningkatnya AGEs. Peningkatkan AGEs ini dapat mengaktifasi makrofag, meningkatkan stress oksidatif, mengatur sintesis IL-1, IL-6, dan TNF-α, serta meningkatkan produksi C-Reactive Protein (CRP). CRP adalah marker chronic low grade inflammation, dimana low grade inflammation inilah yang ikut berperan terhadap pathogenesis DM tipe 2. Pada berbagai penelitian disebutkan bahwa terjadinya peningkatan CRP dan low grade inflammation merupakan risiko terjadinya DM tipe 2 (Sugiarto, 2010). d. Faktor Risiko Faktor risiko DM tipe 2 terbagi atas 3 yaitu: 1) Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, usia >45 tahun, riwayat keluarga dengan diabetes, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat berat badan lahir rendah <2,5 kg, dan riwayat pernah menderita DM gestasional. 2) Faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m2), kurang aktivitas fisik, hipertensi ( 140/90 mmhg), dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan/atau trigliserida > 250 mg/dl, serta diet tinggi gula rendah serat. 3) Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti pasien sindrom ovarium poli-kistik, atau keadaan klinis lain

6 9 yang terkait dengan resistensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa terganggu dan riwayat penyakit kardiovaskuler (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung, pembuluh darah arteri kaki) (Tedjapranata, 2009). e. Gejala dan Tanda DM Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik dari defisiensi insulin. Pasien DM tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma darah puasa dan toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat dalam kadar normal. Ketika kadar glukosa darah melebihi ambang toleransi ginjal, maka akan terjadi glikosuria atau terdapatnya glukosa dalam urin. Glukosuria akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan ekskresi urin (poliuria) sehingga kadar air di dalam tubuh menjadi berkurang. Berkurangnya kadar air di dalam tubuh memicu rasa haus (polidipsi) dan dapat menyebabkan dehidrasi. Glukosa yang hilang bersama urin menyebabkan pasien juga mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien juga akan mengeluh lelah dan mengantuk (Schteingart, 2012). Berdasarkan konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indoesia (Perkeni) (2011), gejala DM dikelompokkan menjadi dua, yaitu gejala klasik dan gejala lain.

7 10 1) Gejala klasik, meliputi: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penuruan berat badan yang tidak diketahui sebabnya. 2) Gejala lain, meliputi: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita, dan luka yang sulit sembuh. f. Diagnosis Menurut ADA (2015) diagnosis DM dapat ditegakkan dengan beberapa cara yaitu : 1) Jika ditemukan gejala klasik dan hasil pemeriksaan glukosa plasma sewaktu (GDS) 200mg/dL (11,1 mmol/l). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir, atau 2) Jika ditemukan gejala klasik dan hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dl (7.0 mmol/l). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam, atau 3) Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) 200 mg/dl (11,1 mmol/l). TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air, atau 4) Kadar HbA1C 6,5 %. Pemeriksaan HbA1C harus dilakukan menggunakan metode yang sudah disersertifikasi oleh National Glycohemoglobin Standardization Program (NGSP) dan

8 11 dilakukan di laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik. g. Komplikasi Komplikasi-komplikasi pada DM dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) Komplikasi Metabolik Akut Komplikasi akut terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia. Hipoglikemi yaitu apabila kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg % dan gejala yang muncul yaitu palpitasi, takikardi, mual muntah, lemah, lapar dan dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma.sedangkan hiperglikemia dapat berupa Keto Asidosis Diabetik (KAD) dan Hiperosmolar Non Ketotik (HNK). KAD ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi yaitu mg/dl, disertai dengan adanya tanda gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat, peningkatan osmolaritas plasma ( mg/dl) dan peningkatan anion gap. HNK ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah yang sangat tinggi yaitu mg/dl, tanpa tanda gejala asidosis, osmolaritas meningkat sangat tinggi yaitu mg/dl, plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat (Perkeni, 2011). 2) Komplikasi Metabolik Kronik

9 12 Komplikasi kronik pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh (angiopati diabetika). Angiopati diabetika dibagi menjadi dua yaitu: makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler), yang tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan. a) Makroangiopati, meliputi penyakit jantung koroner, stroke, dan claudicatio intermittens. b) Mikroangiopati, meliputi neuropati diabetika, nefropati diabetika, dan retinopati diabetika (Perkeni, 2011). 2. DPN a. Definisi Definisi DPN secara sederhana adalah istilah yang menunjukkan adanya gejala klinis maupun sub klinis gangguan fungsi saraf perifer yang terjadi pada orang dengan DM, tanpa adanya penyebab neuropati perifer lainnya (Quan, 2015). Berdasarkan Toronto Consensus Panel on Diabetic Neuropathy, DPN didefinisikan sebagai polineuropati sensori-motor simetrik distal kronik yang diakibatkan oleh perubahan metabolik dan mikrovaskuler sebagai akibat dari hiperglikemi kronis dan risiko kardiovaskuler (Tesfaye dan Selvarajah, 2012). Menurut Subekti (2009), DPN didefinisikan sebagai polineuropati sensori-motor simetris distal yang ditandai dengan berkurangnya fungsi sensorik

10 13 secara progresif dan fungsi motorik yang berlangsung pada bagian distal yang berkembang ke arah proksimal. b. Epidemiologi DPN merupakan salah satu komplikasi kronik mikroangiopati yang paling sering ditemui pada pasien DM tipe 2. Data epidemiologi menyatakan bahwa lebih dari 50% orang dengan DM dan % orang dengan prediabetes mengalami DPN. Jumlah pasien DM di dunia diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 472 juta jiwa. Jika proporsi DPN sebesar 50% maka jumlah pasien DPN di dunia pada tahun 2030 akan mencapai 236 juta jiwa. Dengan meningkatnya jumlah pasien DPN seperti disebutkan di atas, angka kematian, kesakitan, dan gangguan kualitas hidup akan ikut meningkat (Tesfaye dan Selvarajah, 2012). Pada pasien DPN pertama kali gejala yang dirasakan adalah hilangnya sensasi pada bagian distal kaki. Pada 80 % pasien DPN akan mengalami gejala berupa rasa kebal atau mati rasa; tidak merasakan nyeri pada ujung kaki dan akan berkembang sampai ke setengah bagian betis. Rasa kebal atau mati rasa juga dirasakan di ujung ujung jari tangan. Pola kelainan sensorik tersebut disebut stocking and glove distribution. Gejala-gejala tersebut menjadi faktor mudahnya terjadi infeksi di kaki dan jika tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi ulkus diabetik. Hal ini yang

11 14 menyebabkan DPN menjadi penyebab paling sering dilakukannya amputasi non traumatik. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pirart pada 4400 orang, ditemukan 12% dari jumlah tersebut telah mengalami DPN pada saat didiagnosis DM dan lebih dari 50 % nya telah mengalami DPN setelah menderita DM selama 25 tahun atau lebih (Tesfaye dan Selvarajah, 2012). Sedangkan menurut penelitian lain yang dilakukan oleh Oquejiofor et al. (2010), menyatakan bahwa pasien yang telah menderita DM selama lebih dari 10 tahun hampir seluruhnya mengalami DPN. c. Patogenesis Proses kejadian neuropati diabetika berawal dari hiperglikemi kronik yang berakibat peningkatan aktivasi jalur poliol, sintesis AGEs, pembentukan radikal bebas, dan aktivasi PKC. Aktivasi berbagai jalur tersebut berujung pada kurangnya vasodilatasi, sehingga aliran darah ke saraf menurun dan bersama rendahnya mioinositol dalam sel terjadilah neuropati diabetika (Subekti, 2009). Proses dan faktor yang berperan dalam neuropati diabetika yaitu: 1) Faktor Metabolik Proses terjadinya neuropati diabetika berawal dari hiperglikemia kronis. Hiperglikemia persisten menyebabkan aktivasi jalur poliol meningkat, yaitu terjadi aktivasi enzim

12 15 aldosereduktase, yang merubah glukosa menjadi sorbitol, yang kemudian dimetabolisme oleh sorbitol dehidrogenase menjadi fruktosa. Akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel saraf merusak sel saraf melalui beberapa mekanisme.salah satu kemungkinannya adalah akumulasi sorbitol dalam sel saraf menyebabkan keadaan hipertonik intaseluler yang berakibat pada edem saraf. Penimbunan sorbitol dalam saraf berakibat pada terhambatnya mioinositol masuk ke dalam sel saraf. Penimbunan sorbitol dan penurunan mioinositol dalam sel saraf menimbulkaan stress osmotik yang merusak mitokondria, dan menstimulasi PKC. Aktifasi PKC menekan fungsi sodiumpotassium-atp-ase, sehingga jumlah Na di dalam sel berlebihan dan akibatnya mioinositol terhambat masuk ke dalam sel saraf sehingga terjadi gangguan transduksi sinyal saraf (Subekti, 2009). Keadaan hiperglikemia kronis tidak hanya mengaktifasi jalur poliol, namun juga menyebabkan terbentuknya AGEs. AGEs bersifat sangat toksik dan merusak protein tubuh, salah satunya protein di sel saraf. Terbentuknya AGEs dan sorbitol menyebabkan sintesis dan fungsi Nitric Oxide (NO) menurun sehingga mengakibatkan vasodilatasi berkurang, aliran darah ke saraf menurun, dan bersama dengan rendahnya mioinositol di dalam sel saraf, maka terjadilah DPN (Subekti, 2009).

13 16 2) Kelainan Vaskuler Hiperglikemia juga mempunyai hubungan dengan kerusakan mikrovaskular. Hiperglikemia kronis memicu terbentuknya radikal bebas oksidatif yang disebut ROS. ROS ini membuat kerusakan endotel pembuluh darah dan menetralisir NO yang menyebabkan terganggunya vasodilatasi mikrovaskuler. Mekanisme kelainan mikrovaskuler tersebut dapat melalui penebalan membrana basalis, thrombosis pada arteriol intraneural, peningkatan agregrasi trombosit dan berkurangnya deformabilitas eritrosit, berkurangnya aliran darah ke saraf dan peningkatan resistensi vaskuler, stasis aksonal, edem saraf dan demielinisasi pada saraf akibat iskmeik akut (Subekti, 2009). 3) Mekanisme Imun Mekanisme patogeniknya ditemukan adanya antineural antibodies pada serum sebagian pasien DM. Autoantibodi yang beredar ini secara langsung dapat merusak struktur saraf motorik dan sensorik yang bisa dideteksi dengan imunoflorensens indirek dan juga adanya penumpukan antibodi dan komplemen pada berbagai komponen saraf suralis (Subekti, 2009). 4) Peran Nerve Growth Factor (NGF) NGF diperlukan untuk mempercepat dan mempertahankan pertumbuhan saraf. Pada pasien DM, kadar NGF serum

14 17 cenderung turun dan berhubungan dengan derajat DPN. NGF juga berperan dalam regulasi gen Substance P dan Calcitonin- Gen-Regulated Peptide (CGRP). Peptid ini mempunyai efek terhadap vasodilatasi, motilisasi intestinal dan nosiseptif, yang kesemuanya itu mengalami gangguan pada neuropati diabetika (Subekti, 2009). d. Faktor Risiko Faktor faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya DPN yaitu durasi/ lama menderita DM, kontrol gula darah yang buruk ditinjau dari kadar HbA1C, dislipidemia, merokok, hipertensi, obesitas, usia, dan komplikasi mikrovaskuler lain (Bansal et al., 2014). e. Manifestasi Klinis Pada DPN terjadi gangguan sensorik (paling sering) dan motorik. Manifestasi yang muncul tergantung bagian saraf mana yang mengalami gangguan. Berdasarkan besar kecilnya serabut saraf sensorik yang terkena, gejala DPN dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Serabut saraf besar : hilangnya rasa getar dan sentuhan, rasa raba ringan, rasa terhadap posisi sendi, dan mati rasa. 2) Serabut saraf kecil : nyeri tertusuk, terbakar, tersengat listrik, hilangnya sensasi suhu, alodinia.

15 18 Gejala gangguan sensorik tersebut di atas menyebar simetris kanan dan kiri sesuai pola stocking and glove distribution, menyebar dari distal ke proksimal pada kaki dan tangan. Gangguan pada saraf motorik menimbulkan manifestasi klinis berupa kelemahan dan atrofi otot terutama otot kaki dan tungkai bawah, kram, degenerasi tulang, perubahan pada kulit, rambut, dan kuku, serta hilang atau menurunnya reflek tendo (Wirayana, 2013). f. Klasifikasi DPN atau juga sering disebut chronic, simetrical, length dependent sensorimotor polyneuropathy merupakan salah satu jenis dari neuropati diabetika yang paling sering terjadi. Berikut beberapa klasifikasi neuropati diabetika : 1) Menurut perjalanan penyakitnya, neuropati diabetika dibagi menjadi: a) Neuropati fungsional/subklinis, yaitu gejala timbul sebagai akibat perubahan biokimiawi. Pada fase ini belum ada kelainan patologik sehingga masih reversibel. b) Neuropati struktural/klinis, yaitu gejala timbul sebagai akibat kerusakan struktural serabut saraf. Pada fase ini masih ada komponen yang reversibel. c) Kematian neuron atau tingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan serabut saraf akibat kematian neuron. Pada fase ini ireversibel. Kerusakan serabut saraf pada umumnya

16 19 dimulai dari distal menuju ke proksimal, sedangkan proses perbaikan mulai dari proksimal ke distal. Oleh karena itu lesi distal paling banyak ditemukan, seperti polineuropati simetris distal (Subekti, 2009). 2) Menurut jenis serabut saraf yang terkena lesi : a) Neuropati Difus 1) Polineuropati sensori-motor simetris distal atau DPN, 2) Neuropati otonom : Neuropati sudomotor, neuropati otonom kardiovaskuler, neuropati gastrointestinal, neuropati genitourinaria, 3) Neuropati lower limb motor simetris proksimal (amiotropi). b) Neuropati Fokal 1) Neuropati kranial, 2) Radikulopati/pleksopati, 3) Entrapment neuropathy (Subekti, 2009). 3) Menurut Tesfaye et al. (2010), neuropati diabetika dapat diklasifikasikan secara umum menjadi menjadi dua yaitu tipikal DPN dan non tipikal DPN. a) Tipikal DPN Tipikal DPN adalah chronic, simetrical, length dependent sensorimotor polyneuropathy, jenis yang paling umum dan paling sering terjadi. Tipikal DPN disebabkan

17 20 karena keadaan hiperglikemi kronis yang berakibat pada gangguan metabolik (peningkatan jalur poliol, akumulasi AGEs, pembentukan radikal bebas, aktivase protein kinase, dan perubahan metabolism lipid) dan gangguan mikrovaskuler.tipikal DPN dikaitkan dengan durasi menderita DM, kontrol glukosa darah, hipertensi, hiperlipidemia, dan obesitas. b) Non-Tipikal DPN Non tipikal DPN berbeda dengan tipikal DPN dalam hal onset, gejala, faktor risiko, dan patogenesisnya. Non tipikal DPN muncul bersama dengan penyakit lainnya dan waktu munculnya tidak dapat dipastikan. Gejala dapat muncul sewaktu waktu, baik akut, subakut, maupun kronik.kriteria diagnosis, derajat keparahan, epidemiologi, dan pathogenesis dari non tipikal DPN masih belum diketahui, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. g. Diagnosis Diagnosis DPN dapat ditegakkan bila terdapat gejala dan tanda klinik berupa gangguan sensorik dan motorik ditambah dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam mendiagnosis DPN yaitu pemeriksaan saraf motorik yang meliputi tes kekuatan otot dan refleks motorik

18 21 serta pemeriksaan saraf sensorik yang meliputi tes fungsi serabut saraf besar (tes rasa getar dan rasa tekan menggunakan monofilamen Semmes-Weinstein) dan tes fungsi serabut saraf kecil (tes sensasi suhu dan nyeri) (Wirayana, 2013). Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk menentukan sifat dan tingkat neuropati. Beberapa pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam mendiagnosis neuropati perifer yaitu Elektromiografi (EMG), Nerve Conduction Velocity (NCV), CT Scan, biopsi saraf dan biopsi kulit. EMG dilakukan dengan memasukkan jarum halus ke dalam otot untuk membandingkan jumlah aktivitas listrik yang ada pada saat otot relaksasi dan kontraksi. Pemeriksaan EMG dapat membedakan antara kerusakan saraf dan otot. NCV dilakukan dengan menggunakan sebuah probe listrik yang akan merangsang serabut saraf sehingga dengan sendirinya dapat menghasilkan impuls listrik dan sebuah elektroda diletakkan di sepanjang jalur saraf untuk mengukur kecepatan transmisi impuls saraf sepanjang jalur akson. Biopsi saraf dilakukan dengan mengambil dan menilai sebagian jaringan saraf dari tungkai bawah.pemeriksaan ini dapat memberikan informasi tentang tingkatan kerusakan saraf, namun sangat sulit, invasif, dan dapat menyebabkan komplikasi neuropati. Biopsi kulit dilakukan dengan mengambil suatu jaringan kulit tipis untuk mengukur serabut saraf akhir yang bertujuan untuk melihat kerusakan serabut saraf yang

19 22 lebih kecil. Pemeriksaan ini tidak invasif dan efek samping yang ditimbulkan sedikit (Wirayana, 2013). Pemeriksaan penunjang yang telah disebutkan di atas, semuanya diperlukan keahlian khusus, peralatan khusus yang mahal dan hanya dimiliki oleh pusat pelayanan kesehatan rujukan, serta harus dilakukan oleh tenaga medis profesional sehingga kurang praktis dilakukan jika digunakan klinis sehari-hari (Yang et al., 2014). Pada saat ini telah banyak ditemukan berbagai sistem skoring untuk skrining neuropati diabetika yang lebih praktis dan mudah digunakan dalam klinis sehari-hari diantaranya yaitu MNSI (Michigan Neuropathy Screening Instrumen), DNE (Diabetic Neuropathy Examination), DNS (Diabetic Neuropathy Symptoms score), CNE (Clinical Neurological Examination), NDS (Neuropathy Disability Score), dan masih banyak lainnya (Yang et al., 2014). 1) MNSI MNSI adalah salah satu sistem skoring yang sering digunakan sebagai alat diagnostik DPN yang simple, murah, dan tidak invasif. MNSI terdiri dari dua bentuk yaitu kuesioner dan pemeriksaan fisik. Kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan yang berisi tentang keluhan keluhan neuropati yang dialami pasien. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi inspeksi, penilaian sensasi getar, reflek ankle, dan pemeriksaan Semmes-Weistein

20 23 monofilament. Interpretasi dari hasil kuesioner dan pemeriksaan MNSI yaitu jika terdapat > 4 jawaban positif pada kuesioner dan didapatkan > 2 skor pada pemeriksaan maka DPN dapat ditegakkan. Berdasarkan penelitian Al-Geffari M (2012), kuesioner MNSI dalam mendiagnosis DPN memiliki tingkat sensitivitas sebesar 38% dan spesifisitas 96%. Jika kuesioner dan pemeriksaan MNSI dilakukan kedua-duanya, sensitivitas dan spesifisitasnya akan meningkat yaitu menjadi 50% dan 92%. Namun salah satu pemeriksaan dalam MNSI, yaitu pemeriksaan monofilamen membutuhkan keahlian khusus dan alat yang masih belum ada di Indonesia. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan kuesioner MNSI untuk diagnosis DPN (Yang et al., 2014). 2) DNE DNE adalah sebuah pemeriksaan yang diadaptasi dari Neuropathy Disability Score (NDS), terdiri dari 8 pemeriksaan. Pada pemeriksaan ini hanya kaki kanan yang diperiksa, kemudian dilakukan skoring berdasarkan DNE. Nilai maksimum dari pemeriksaan DNE yaitu 16. Jika didapatkan skor lebih dari 3, dapat dikatakan abnormal (Yang et al., 2014). 3) DNS DNS adalah sebuah kuesioner untuk menilai adanya gejala neuropati. Kuesioner DNS terdiri dari 4 pertanyaan untuk

21 24 menilai ada tidaknya gejala seperti nyeri, mati rasa, kesemutan, dan ataksia. Skor maksimum dari DNS adalah 4. Jika pasien mendapat skor 1, dapat dikatakan terdapat kelainan neurologi (Yang et al., 2014). 4) CNE CNE adalah sistem skoring yang digunakan untuk menilai gangguan sensorik dan reflek pada tungkai bawah. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk menilai ada tidaknya gangguan neurologis, meliputi pemeriksaan tes sensorik, kekuatan otot, dan reflek ankel. Skor maksimum dari CNE adalah 33. Jika didapatkan skor 0 maka dapat dikatakan tidak ada neuropati, skor 1 9 dikatakan derajat ringan, skor dikatakan derajat sedang, dan dikatakan neuropati derajat berat (Yang et al., 2014). 5) NDS NDS adalah sebuah sistem skoring untuk menilai ada tidaknya gangguan neuropati dengan melakukan pemeriksaan seperti refleks ankel, tes vibrasi, tes sensasi suhu dan nyeri pada ibu jari kedua kaki. Skor maksimum dari NDS adalah 10. Jika didapatkan skor 6, dapat dikatakan terdapat gangguan nerupati (Yang et al., 2014).

22 25 3. Hubungan lama menderita DM tipe 2 dan kadar gula darah dengan kejadian DPN DM merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia kronis. Hiperglikemia yang kronis pada pasien DM berhubungan dengan kerusakan dan disfungsi beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Kerusakan pada saraf akibat hiperglikemia kronis ini dapat berlanjut menjadi neuropati diabetika melalui berbagai jalur baik melalui metabolik maupun vaskuler. Peningkatan jalur poliol, sintesis AGEs, pembentukan radikal bebas dan aktivasi PKC akibat hiperglikemi kronis berujung pada kurangnya vasodilatasi, sehingga aliran darah ke saraf menurun dan bersama rendahnya mioinositol dalam sel maka terjadilah DPN (Subekti, 2009). Berbagai penelitian telah menyatakan bahwa kejadian DPN berhubungan erat dengan lama dan beratnya DM (Subekti, 2009). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Pirart pada 4400 pasiennya, dihasilkan 12% dari pasiennya yang baru pertama kali didiagnosis DM, telah mengalami DPN, sedangkan lebih dari 50% pasiennya telah mengalami DPN setelah menderita DM selama 25 tahun atau lebih (Tesfaye dan Selvarajah, 2012). Hal ini membuktikan bahwa kejadian DPN terus meningkat seiring dengan lamanya menderita DM (Feldman dan Vincent, 2004). Penelitian lain yang dilakukan pada 294 orang dengan DM tipe 2 menunjukkan bahwa lamanya menderita DM dan kadar HbA1c

23 26 merupakan faktor risiko yang signifikan pada kejadian DPN. Hasil penelitian tersebut menyebutkan dari 294 pasien DM tipe 2, 19,7%nya mengalami DPN. Prevalensi DPN meningkat seiring dengan meningkatnya durasi menderita DM yaitu dari 14,1% (pasien telah terdiagnosis DM tipe 2 selama 5 tahun) menjadi 27,8% (pasien telah terdiagnosis DM tipe 2 selama 9-11 tahun). Kemudian hasil penelitian tersebut juga menunjukan hubungan usia dengan kejadian DPN yaitu 11% dari pasien DPN berusia tahun, dan prevalensinya meningkat menjadi 32,3% pada pasien DPN yang berusia tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DPN. Ditemukan jumlah pasien DPN yang lebih tinggi pada pasien dengan kebiasaan merokok, hipertensi, dan hiperkolestrolemia, mikroalbuminuria, namun faktor-faktor tersebut bukan merupakan faktor risiko DPN yang signifikan (Morkrid et al., 2010).

24 27 B. Kerangka Berpikir DM tipe 2 Kontrol Gula Darah Buruk Kontrol Gula Darah Baik Lama Menderita DM Hiperglikemi kronis Tidak DPN Aktivasi Jalur Poliol AGEs Reactive oxygen spescies (ROS) Sorbitol di dalam sel saraf Fungsi dan Sintesis Nitrit Oxide(NO) Kerusakan endotel vaskuler dan menetralisir NO Mioinositol terhambat Kadar mioinositol dalam sel saraf Usia >60 tahun Vasodilatasi mikrovaskuler Aliran darah ke saraf Iskemik pada saraf perifer DPN Faktor risiko kardiovaskuler : Hipertensi, Hiperlipidemia, Merokok, Obesitas. 1. Kelainan mikrovaskuler Kerusakan vasa nervosum

25 28 Keterangan: Garis tebal : Variabel yang diteliti Tanda panah : Urutan peristiwa Tanda panah di dalam kotak : panah ke atas berarti peningkatan, panah ke bawah berarti penurunan. C. HIPOTESIS Ada hubungan antara lama menderita DM tipe 2 dan kadar gula darah dengan kejadian DPN.

26 29

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

Definisi Diabetes Melitus

Definisi Diabetes Melitus Definisi Diabetes Melitus Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit menahun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mencapai lebih dari 50% (Tesfaye dan Selvarajah, 2012). Pada penelitian ini,

BAB V PEMBAHASAN. mencapai lebih dari 50% (Tesfaye dan Selvarajah, 2012). Pada penelitian ini, BAB V PEMBAHASAN Sebesar 56,7% pasien DM tipe 2 telah mengalami DPN. Hal ini sama dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa prevalensi DPN di dunia mencapai lebih dari 50% (Tesfaye dan Selvarajah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat tidak terbentuknya insulin oleh sel-β pankreas atau

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi insulin,

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak bisa secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 44 pasien dengan polineuropati diabetika DM

BAB V PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 44 pasien dengan polineuropati diabetika DM BAB V PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 pasien dengan polineuropati diabetika DM tipe 2 setelah dialokasikan secara acak 23 penderita masuk ke dalam kelompok perlakuan dan 21 penderita lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolik BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal. Terdapat beberapa tipe diabetes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DASAR TEORI 1. Diabetes Melitus a. Pengertian Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh orang di seluruh dunia. DM didefinisikan sebagai kumpulan penyakit metabolik kronis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarakteristik dengan produksi insulin yang menurun atau kegagalan

BAB I PENDAHULUAN. dikarakteristik dengan produksi insulin yang menurun atau kegagalan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Diabetes melitus (DM) merupakan kelompok penyakit yang dikarakteristik dengan produksi insulin yang menurun atau kegagalan respons insulin yang adekuat, sehingga menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Mellitus Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul pada pasien penderita diabetes mellitus (DM). Komplikasi ini terjadi pada 50% pasien dengan DM tipe

Lebih terperinci

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena BAB 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun negara berkembang. Satu dari 10 kematian disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Diabetes Melitus a. Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara epidemiologi,

Lebih terperinci

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke DM tahap komplikasi à dapat masuk semua jalur sistem tubuh manusia Komplikasi DM berat à kematian Mata Kadar gula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diabetes Melitus 2.1.1 Definisi Diabetes Melitus Menurut ADA (2010) DM merupakan penyakit metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat gangguan pada sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Chang, Daly,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

Lebih terperinci

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tanya-Jawab seputar. Diabetes

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tanya-Jawab seputar. Diabetes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tanya-Jawab seputar Diabetes Diabetes adalah suatu kondisi di mana kadar gula (glukosa) dalam darah tinggi. Tubuh memproduksi insulin, suatu hormon yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bersifat analitik, karena penelitian ini akan mengaitkan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta atau Rumah Sakit Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan timbulnya hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, dan atau peningkatan resistensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Diabetes melitus atau DM merupakan penyakit metabolisme karbohidrat yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang terdiagnosis dokter mencapai 1,5%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lesi destruktif sel sel beta pankreas yang menyebabkan insufisiensi sekresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lesi destruktif sel sel beta pankreas yang menyebabkan insufisiensi sekresi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Diabetes Melitus a. Definisi Diabetes melitus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang berhubungan dengan hiperglikemia kronik, yang terjadi sebagai konsekuensi

Lebih terperinci

ANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena

ANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena ANALISA KASUS 1. Diabetes Melitus tipe I Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolic yang ditandai dengan terjadinya keadaan hiperglikemi akibat kekurangan sekresi insulin, kerja insulin, maupun keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 patofisiologi dasar : sekresi insulin yang terganggu, resistensi

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. mendukung Tugas Akhir ini, seperti : Literatur berupa media cetak yang berasal dari buku-buku referensi yang

BAB 2 DATA DAN ANALISA. mendukung Tugas Akhir ini, seperti : Literatur berupa media cetak yang berasal dari buku-buku referensi yang BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Sumber Data Penulis menggunakan beberapa data literatur dan informasi guna mendukung Tugas Akhir ini, seperti : 2.1.1. Literatur Buku Literatur berupa media cetak yang berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan kondisi yang progresif meskipun pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi diabetes menimbulkan beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) adalah gannguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diabetes Melitus a. Pengertian Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan adanyan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 adalah suatu kelompok kondisi metabolik yang heterogen dan kompleks ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah akibat kerusakan kerja insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai

Lebih terperinci

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DAN KADAR GULA DARAH DENGAN TERJADINYA ULKUS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Saifudin Zukhri* ABSTRAK Latar Belakang : Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan jumlah penderita yang semakin meningkat tiap tahun. Menurut WHO pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

Lebih terperinci

CLINICAL SCIENCE SESSION DIABETES MELITUS

CLINICAL SCIENCE SESSION DIABETES MELITUS CLINICAL SCIENCE SESSION DIABETES MELITUS Lhara raffany 12100114097 Lina yuliana 12100114098 Lisa Valentin Sihombing 12100113001 Maretta Prihardini Hendriawati 12100113025 Preseptor : dr Dartyaman, Sp.PD

Lebih terperinci

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala diabetes sering kali tidak terlihat secara jelas di awalnya. Kadang kita baru sadar atau terindikasi diabetes ketika sudah mengalami komplikasi diabetes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus (DM) juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, penyakit gula darah yang ditandai dengan hiperglikemi ( peningkatan kadar gula darah).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I EPIDEMIOLOGI WHO DEGENERATIF Puluhan juta ORANG DEATH DEFINISI Penyakit degeneratif penyakit yg timbul akibat kemunduran fungsi sel Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. melitus tipe 2 (DM) di seluruh dunia. Jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta penderita

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. melitus tipe 2 (DM) di seluruh dunia. Jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta penderita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini menempati posisi keempat dari jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 (DM) di seluruh dunia. Jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta penderita dan akan

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus (DM) Oleh Dr. Sri Utami, B.R. MS

Diabetes Mellitus (DM) Oleh Dr. Sri Utami, B.R. MS Diabetes Mellitus (DM) Oleh Dr. Sri Utami, B.R. MS Penyakit DM Kelainan kronik mengenai metabolisme karbohidrat, lemak dan protein Gambaran khas DM: Gangguan atau kekurangan respon sekresi insulin, merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang telah menjadi masalah global dengan jumlah penderita lebih dari 240 juta jiwa di dunia. Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya ( American Diabetes Association, 2013). Pasien DM

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya ( American Diabetes Association, 2013). Pasien DM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Diabetes Mellitus a. Pengertian Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolik yang kronik dan progresif, ditandai dengan hiperglikemia oleh karena kekurangan

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Penyakit Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Mellitus Diabetes mellitus adalah istilah kedokteran untuk sebutan penyakit yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi hormon insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes merupakan penyebab kematian nomor 6 di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008). Sekitar 30%

Lebih terperinci