BAB I PENDAHULUAN. menanggapi yang lain, kemampuan berurutan dengan kerumitan-kerumitan atau. dengan abstrak, kemampuan kecakapan berpikir.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. menanggapi yang lain, kemampuan berurutan dengan kerumitan-kerumitan atau. dengan abstrak, kemampuan kecakapan berpikir."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecerdasan ialah perbuatan pandai yang terdiri dari pemahaman hal-hal yang pokok di dalam suatu keadaan dan penanggapan secara tepat terhadap keadaan tersebut. 1 Kecerdasan juga dapat diartikan sebagai suatu kecakapan untuk menanggapi yang lain, kemampuan berurutan dengan kerumitan-kerumitan atau dengan abstrak, kemampuan kecakapan berpikir. 2 Kecerdasan merupakan karunia tertinggi yang diberikan Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Kecerdasan akan mencapai puncak aktualisasinya jika digunakan sebagaimana visi keberadaan manusia belajar atau meningkatkan kecerdasan yang didorong oleh hal-hal yang murni, manusiawi dan rasa ingin tahu untuk mencapai kebenaran dan berdasarkan fitrah itu sendiri, maka kecerdasan akan aktual secara optimum dan murni. 3 Gardner mengatakan bahwa : Masyarakat cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika-matematika dan bahasa. Seharusnya masyarakat memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam hlm Malcolm Hardy dan Steve Hayes, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 1985), 2 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 3 Suharsono, Melejitkan IQ, IE, IS, (Depok: Inisiasi Press, 2005), hlm

2 2 kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, designer, penari, ahli alam, dan lain-lain. Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak memiliki talenta (gift) tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya. Banyak sekali anak yang pada kenyataannya dianggap sebagai anak yang Learning Disabled pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasikan oleh sekolah. Pihak sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika-matematika dan bahasa. Dengan demikian sistem pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-mata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi. Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut diatas, tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musikal, spasial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. 4 Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun Penelitian Gardner telah menguak rumpun kecerdasan manusia yang lebih luas daripada kepercayaan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep yang sungguh pragmatis dan menyegarkan. Definisi Gardner tentang kecerdasan manusia menegaskan hakekat teorinya. Gardner tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan skor tes standar semata, namun Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut: 5 1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia. 2. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan. 2003), hlm Howard Gardner, Multiple Intelligences, alih bahasa Alexander, (Batam: Inter Aksara, 5 Linda Campbell, Bruce Campbell, dan Dee Dickinson, Multipple Intelligences; Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan, (Depok: Inisiasi Press, 2002), hlm. 2.

3 3 3. Kemampuan untuk menciptakan suatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang. Konsep multiple intelligences yang menitikberatkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak. Lebih jauh lagi, konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat terdeteksi sejak awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi kepandaian anak. Atas dasar itu seharusnya sekolah menerima siswa barunya dalam kondisi apapun. Tugas sekolah meneliti kondisi siswa secara psikologis dengan cara mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa secara psikologis melalui metode riset yang dinamakan Multiple Intelligence Research (MIR). Hasil riset tersebut dapat digunakan para gurur untuk mempelajari gaya belajar setiap siswa sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. 6 Pendidikan Agama Islam sebagai pendidikan nilai yang membentuk karakter peserta didik mengandung nilai-nilai atau norma ajaran agama Islam yang mengatur tata cara pergaulan hidup sehari-hari salah. Menurut Marimba dalam bukunya Ramayulis menjelaskan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk kepribadian yang memilii nilai-nilai Islam, berbuat dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. 7 Melalui pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan di sekolah dengan baik, diharapkan peserta didik akan dapat menghindari sifat-sifat tercela dengan membentuk kepribadian 6 Ibid., 7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hlm. 9.

4 4 muslim yang jelas. Peran Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat mengatasi dampak negatif perubahan zaman. Berdasarkan pengamatan di lapangan, Pendidikan Agama Islam selama ini dilaksanakan menggunakan pendekatan pembelajaran yang kurang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemudian materi pembelajaran PAI yang lebih banyak bersifat teori, terpisah-pisah dan kurang terkait dengan mata pelajaran lain. Selain itu model pembelajarannya bersifat konvensional yakni lebih menekankan pada pengetahuan (kognitif) saja daripada pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Sehingga Pendidikan Agama Islam yang bertujuan untu membentuk siswa yang memiliki pengetahuan tentang ajarab Agama Islam serta mampu mengaplikasikan dalam bentuk akhla mulia belum dapat dicapai. Teori Howard Gardner tentang Multiple Intelligences tersebut sangat bermanfaat jika diterapkan dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah, sehingga guru tidak konsisten dalam satu metode dalam mengajar karena adanya kesadaran dari guru tentang kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh anak didiknya. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang kecerdasan majemuk dan bagaimana implikasinya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dan dengan ini penulis memberinya judul KONSEP KECERDASAN MENURUT HOWARD GARDNER DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

5 5 Adapun alasan penulis memilih judul tersebut yaitu : 1. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences). 2. Menambah wawasan pengetahuan bagi guru agar tidak monoton pada satu metode dalam memberikan pembelajaran karena peserta didik memiliki kecerdasan majemuk. B. Rumusan Masalah Dalam penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti. Sehubungan dengan hal ini maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep kecerdasan menurut Howard Gardner? 2. Bagaimana penerapan konsep kecerdasan menurut Howard Gardner dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam? C. Tujuan Penelitian Suatu tindakan atau kegiatan yang tidak mempunyai arah dan tujuan akan sulit mencapai hasil yang diharapkan. Adapun tujuan diadakan penelitian adalah: 1. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang konsep kecerdasan menurut Howard Gardner. 2. Untuk mendeskripsikan penerapan konsep kecerdasan menurut Howard Gardner dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

6 6 D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1. Bersifat Teoretis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam bidang pendidikan terutama mengenai konsep kecerdasan majemuk, juga sebagai alat atau sarana yang bisa dijadikan rujukan untuk memperoleh informasi-informasi yang terkait dengan konsep kecerdasan majemuk. Dan dapat manambah wawasan dalam segi keilmuan khususnya di bidang psikologi tentang kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences. 2. Bersifat Praktis a. Dapat memberikan masukan bagi guru atau tenaga pendidik dalam rangka meningkatkan keberhasilan belajar Pendidikan Agama Islam. b. Memotivasi para guru dan praktisi pendidikan untuk menciptakan dan mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada kecerdasan majemuk. c. Untuk menambah perbendaharaan perpustakaan sekaligus sebagai masukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah ini. d. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian sejenis. E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoretis Susanto dalam tulisannya yang berjudul Penerapan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran menyatakan bahwa teori Multiple

7 7 Intelligences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikir yang unik. 8 Syurfah menyatakan bahwa Multiple Intelligence merupakan sebuah teori yang digagas oleh Howard Gardner dan rekan-rekannya di Harvard University. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya. Ia mengatakan bahwa psikologi dan pendidikan telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mempelajari kecerdasan di dalam ruang tes dan bahwa kedua disiplin ini seharusnya lebih banyak melihat ke dalam dunia nyata untuk mencari contoh-contoh cara manusia menciptakan masalah dan menciptakan berbagai produk penting bagi perkembangan budaya. 9 Dunia pendidikan pada umumnya menilai kecerdasan manusia terlalu sempit. Manusia dianggap hanya memiliki satu kecerdasan yaitu kecerdasan logika-matematika, sedangkan alat pengukur yang digunakan untuk mengukur kecerdasan tersebut adalah tes IQ. Tes IQ ini diyakini sebagai satusatunya tes yang hanya dapat mendeteksi keberhasilan seseorang. Seperti pada tahun 1904 Alferd Binet seorang psikolog Prancis mengembangkan suatu alat untuk menentukan siswa SD mana yang berisiko mengalami kegagalan, agar mereka dapat diberi perhatian khusus. Jerih payahnya 8 Handy Susanto, Penerapan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Penabur, (No. 04/Thlm.IV/Juli 2005), hlm Ariyani Syurfah, Multiple Intelligences For Islamic Teaching, (Bandung: Syamil Publishing, 2007), hlm vii.

8 8 membuahkan tes kecerdasan yang pertama. Setelah sampai ke Amerika beberapa tahun kemudian tes ini segera tersebar luas di seluruh dunia. Masyarakat menjadi beranggapan ada hal yang disebut kecerdasan, dan bahwa kecerdasan itu dapat diukur secara objektif serta dapat dinyatakan dalam satu angka atau nilai IQ. 10 Hampir delapan puluh tahun setelah dikembangkannya tes kecerdasan tersebut, kemudian Howard Gardner memberikan sebuah kritik. Gardner mengungkapkan: Sebagian besar pengujian kita didasarkan pada penghargaan yang tinggi pada keterampilan verbal dan matematika. Bila anda pandai dalam dalam logika dan bahasa, tes IQ anda pasti bagus, dan anda mungkin berhasil dengan baik masuk perguruan tinggi yang bergengsi, tetapi apakah anda berhasil setelah lulus? Mungkin akan tergantung pada sejauh mana anda memiliki dan menggunakan kecerdasan lain. 11 Dalam Alquran surat as-sajdah ayat 9 : Artinya : Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)- Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. 10 Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara, (Bandung: Kaifa, 2004), hlm Howard Gardner, op. cit., hlm. 24.

9 9 Menurut Toto Tasmara, ayat di atas memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utama kecerdasan yaitu: 12 a. Kecerdasan Ruhiyah (Spiritual Question) b. Kecerdasan Intelektual (Intelligence Question) c. Kecerdasan Emosional (Emotional Question) d. Kecerdasan Sosial e. Kecerdasan Fisik Zakaria dalam skripsinya yang berjudul Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak di Lingkungan Keluarga menyebutkan bahwa peran orang tua dalam keluarga sebagai pemelihara dan pelindung serta pendidik dalam keluarga. Multiple Intelligence anak di lingkungan keluarga dapat dioptimalkan pada masa pertumbuhan anak karena faktor keturunan dan berbagai rangsangan dari dan oleh lingkungannya secara terus menerus. Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam mengembangkan Multiple Intelligence anak melalui jalinan komunikasi yang harmonis dan pemahaman tentang onsep Multiple Intelligence, orang tua dapat menemukan, mengarahkan, dan mengembangkan Multiple Intelligence Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhiyah; Transendental Intelligence, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm Moch.Zaki Zakaria, Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak di Lingkungan Keluarga, Skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2009), hlm. 86.

10 10 Kemudian skripsi Sukhirno yang berjudul Peran Edukatif Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak menyebutkan bahwa peran orang tua dalam keluarga sebagai pemelihara, pelindung dan pendidik dalam keluarga. Orang tua memiliki peran yang sangat penting di lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya, dan orang tua sebagai pemimpinnya. Faktor peran edukatif orang tua dalam menemukan dan mengembangkan Multiple Intelligence anak adalah mengembangkan kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematik, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestik jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensi. 14 Chasanah dalam skripsinya yang berjudul Peran Pendidikan Sekolah Islam Terpadu Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences menyebutkan bahwa pengaruh Multiple Intelligence dalam pembelajaran, meliputi: kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis. Peran sekolah Islam terpadu dalam mengembangkan Multiple Intelligence adalah bahwa setiap peserta didik diberi bekal berupa prinsip-prinsip pembelajaran, yakni: belajar untuk menghargai dan memahami orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai keagamaannya. Pembelajaran dengan penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu Islam, belajar untuk mengenali ilmu Islam dan mengaplikasikan 14 Sukhirno, Peran Edukatif Orang Tua dalam Mengembangkan Multiple Intelligences, Skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 53.

11 11 ilmu Islam, bekerja sama dalam tim serta belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi belajar untuk dapat mandiri menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama sehingga menjadi pembelajar sejati. 15 Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 16 Islam diyakini bahwa manusia terdiri dari dua bagian yaitu jasmani dan rohani. Jasmani merupakan jasad yang terlihat dan terjamah oleh indera manusia, sedangkan rohani merupakan kekuatan yang bersifat spiritual yang menghidupkan manusia. Rohani diyakini terdiri dari qalbu, akal, hati, nafsu, dan jiwa yang walaupun tidak terlihat dengan mata secara empiris namun gejalanya dapat diukur. Dalam proses pembelajaran yang efektif jika para guru menginginkan siswa mereka senang belajar, maka mereka harus mengetahui karakteristik dari kecintaan atau kesenangan peserta didik tersebut. Pembelajaran yang 15 Astri Nurul Chasanah, Peran Pendidikan Sekolah Islam Terpadu dalam Mengembangkan Multiple Intelligences, Skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2011), hlm Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengaktifkan Pendidikan PAI di Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2001), hlm. 75.

12 12 lebih dalam adalah segala sesuatu menyangkut membantu para siswa mencapai kesukaan mereka akan pembelajaran. 17 Dalam tahap perencanaan dan penentuan metode untuk mengembangkan seluruh aspek kecerdasan peserta didik maka seorang guru harus memahami konsep mengenai kecerdasan majemuk, ketersediaan waktu dan kemampuan memanfaatkan sumber beajar, serta kemampuan memilih metode. Pengembangan pemilihan metode dalam Pendidikan Agama Islam didasarkan pada analisis kondisi pembelajaran pendidikan agama yang diharapkan. 2. Kerangka Berpikir Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan di masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut kemudian Gardner melakukan riset terhadap dokter ahli bedah, penari, atlet, kepala suku, pemburu, dan seorang pelaut di Laut Selatan yang dapat mengenali jalan diantara ratusan atau bahkan ribuan pulau dengan mengamati gugusan bintang di angkasa, merasakan jalan yang dilewati perahu di atas air, dan memperhatikan sedikit tanda di daratan. Dari hasil riset Howard Gardner diketahui bahwa setiap manusia yang lahir membawa potensi kecerdasan yang tidak hanya satu melainkan beberapa. Ia menemukan adanya delapan kecerdasan yang dimiliki setiap individu, diantaranya adalah kecerdasan bahasa, logis-matematik, ruang, kinestetik, musik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. 17 Eric Jensen, Deep Learning: 7 Strategi Luar Biasa Untuk Pembelajaran yang Mendalam dan Tak Terlupakan, (Jakarta: Indeks, 2008), hlm. 5-7.

13 13 Dalam proses belajar mengajar memang sulit bagi seorang guru untuk mengetahui kecerdasan majemuk dari peserta didiknya. Maka dari itu, dibutuhkan contoh penerapan kecerdasan majemuk terlebih dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam disertai dengan metode yang cocok. Sebagai contoh, pada kecerdasan kinestetik dapat diamati dalam mata pelajaran Fiqih materi wudhu dan shalat. Pada proses pembelajaran tersebut guru dapat menggunakan metode simulasi agar tidak monoton pada metode ceramah saja. Kemudian peserta didik diajak untuk mempraktekkan langsung bagaimana cara berwudhu dan shalat yang benar. Untuk lebih jelasnya contoh penerapan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dilihat pada bagan di bawah ini. Pada bagan tersebut disertai pula mata pelajaran PAI yang cocok dengan masing-masing kecerdasan majemuk dan juga metode yang cocok.

14 Howard Gardner Kecerdasan Majemuk Kecerdasan Bahasa Kecerdasan Matematik Kecerdasan Ruang Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan Musik Kecerdasan Interpribadi Kecerdasan Intrapribadi Kecerdasan Naturalis PAI Semua Mapel PAI Mapel Fiqih Mapel Fiqih Mapel Fiqih Mapel A. Akhlak Mapel SKI dan Akhlak Mapel A. Akhlak Mapel Alqur an Hadits Metode Metode Diskusi Metode Drill Metode Sosiodrama Metode Simulasi Metode Drill Metode Sosiodrama Metode Resitasi Metode Observasi 14

15 15 F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian a. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati dan diteliti agar mudah dipahami. 1 b. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yaitu teknik penelitian sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah kemudian menganalisisnya dari dokumen dan perangkat media lainnya. 2 Studi pustaka digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data-data mengenai konsep kecerdasan majemuk. 2. Sumber Data Penelitian Data adalah bahan keterangan tentang suatu obyek penelitian. 3 Sedangkan sumber data adalah salah satu yang paling fital dalam penelitian. Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh akan meleset dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti 1 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 4. hlm Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989, Ed. Revisi), 3 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Air Langga, 2001), hlm.

16 16 harus mampu memahami sumber data mana yang mesti digunakan dalam penelitian itu. 4 Untuk mendapatkan data-data yang valid maka diperlukan sumber data penelitian yang valid pula. Dalam penelitian ini ada dua sumber data, yaitu: a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber-sumber yang diamati dan dicatat. Menurut Bungin, sumber data primer adalah sumber data pertama dimana sumber data dihasilkan. 5 Dalam penelitian ini, sumber data primer yang diperoleh adalah dari buku karya Howard Gardner yang berjudul Multiple Intelligence. b. Sumber Data Sekunder Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitian, biasanya berupa data dokumentasi, arsip-arsip resmi maupun buku-buku penunjang yang relevan dengan penelitian ini. 6 Adapun buku-buku tersebut di antaranya : 1) Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara 2) Thomas Amstrong, Setiap Anak Cerdas 4 Ibid., hlm Ibid., 6 Saifuddin Anwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 91.

17 17 3) Linda Campbell, et. all., Multiple Intelligences Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk menentukan data yang mendukung peneliti menggunakan cara telaah dokumen, di mana dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku. 7 Kemudian dikumpulkan dengan cara studi pustaka yakni dengan cara membaca, mengidentifikasi, menganalisa, dan membandingkan dari data-data yang dipandang relevan dengan pembahasan masalah, setelah data itu terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan sifat masing-masing dalam bentuk bab-bab untuk selanjutnya dianalisa guna memprmudah dalam proses analisa. 4. Teknik Analisis Data Analisis dalam penelitian merupakan bagian dalam proses penelitian yang sangat penting, karena analisis data yang ada akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian. 8 Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis data menggunakan metode: a. Metode Deduktif Metode deduktif yaitu cara berpikir analitik yang berangkat dari dasar-dasar pengetahuan yang bersifat khusus. 9 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1998), hlm Lexy J Moleong, op.cit., hlm. 5 9 Wiharso Suharman, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar, Metode dan Tekhnik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998), hlm. 95.

18 18 b. Metode Deskriptif Metode deskriptif yaitu memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti. 10 Analisis ini hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. c. Metode Analisis Isi (Content Analysis) Metode analisis isi yaitu proses analisis terhadap makna dan kandungan buku yang dijadikan rujukan sehingga diketahui ide pokoknya. 11 Secara garis besar dapat disimpulkan bahwasannya corak kajian penelitian ini berupa deskriptif analysis. G. Sistematika Penulisan Sistematika ini dibahas untuk mempermudah memahami keseluruhan hasil penelitian. Sebagaimana lazimnya karya tulis ilmiah lainnya, pada penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang tersusun sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi. 10 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm Soejono Abdurrahman, Metode Penelitian; Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 34.

19 19 Bab III Bahasan Inti atau Penyajian Data Penelitian yang membahas tentang Konsep Kecerdasan Menurut Howard Gardner, yang bahasannya meliputi: Biografi Howard Gardner dan Macam-macam kecerdasan menurut Howard Gardner serta Penerapan konsep kecerdasan menurut Howard Gardner dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bab IV Analisis hasil penelitian mengenai Konsep Kecerdasan Perspektif Howard Gardner Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang bahasannya meliputi: Analisis konsep kecerdasan menurut Howard Gardner dan Analisis penerapan konsep kecerdasan menurut Howard Gardner dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bab V Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Pendidikan menjadi

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan kehidupan selalu muncul secara alami seiring dengan berputarnya waktu. Berbagai tantangan bebas bermunculan dari beberapa sudut dunia menuntut untuk

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wahana perubahan tingkah laku manusia adalah "pendidikan", baik formal, nonformal, maupun informal. Jika tujuan pendidikan nasional ingin dicapai dengan maksimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003, Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3. merupakan kebutuhan yang mutlak yang harus dikembangkan dan dikelola

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3. merupakan kebutuhan yang mutlak yang harus dikembangkan dan dikelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3 Pendidikan juga bagian dari sistem sosial yang dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh manusia dewasa untuk membina kepribadian anak didik yang belum dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk mengembangkan dirinya sehingga mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan pendidikan global, pendidikan di Indonesia mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik strategi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar sistematis, dilakukan orang-orang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan nasional secara bertahap yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu keharusan bagi setiap insan manusia, baik itu dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah pengalaman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik baik pada aspek kognitif, aspek

BAB I PENDAHULUAN. prilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik baik pada aspek kognitif, aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi hasil belajar yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui perubahan prilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik baik pada aspek kognitif, aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era informasi dan komunikasi yang kian maju telah mempengaruhi kehidupan manusia di segala bidang tidak terkecuali

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. Artinya : Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaik-baiknya.(qs. AT-tin/95:4) 1

PENDAHULUAN BAB I. Artinya : Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaik-baiknya.(qs. AT-tin/95:4) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa saat ini tidak lagi ditentukan oleh seberapa banyak kekayaan alam yang bangsa itu miliki, akan tetapi ditentukan oleh kualitas sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu bangsa, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan perhatian utama dan pertama dalam rangka memajukan kehidupan dari generasi ke generasi sejalan dengan kemajuan masyarakat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk waktu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa (peserta didik) untuk memperoleh kedewasaan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pendidikan. Menurut Sumarna Surapranata (2004: 19), penilaian pendidikan erat kaitannya dengan academic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk mencerdaskan dan memanusiakan manusia. pendidikan sebab manusia bukan termasuk makhluk instintif. 2

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk mencerdaskan dan memanusiakan manusia. pendidikan sebab manusia bukan termasuk makhluk instintif. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian luas yaitu proses pembelajaran yang diberikan pendidik kepada peserta didik sebagai usaha untuk mendewasakan dan mencerdaskan peserta

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu karya kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi proses perkembangan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, bahkan tidak hanya penting melainkan masalah pendidikan itu tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, bahkan tidak hanya penting melainkan masalah pendidikan itu tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, bahkan tidak hanya penting melainkan masalah pendidikan itu tidak dapat dipisaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan masalah yang kompleks karena setiap individu yang belajar melibatkan aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental sehingga akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran mengenai profil Multiple Intelligence pada siswa kelas 4 SD Kuntum Cemerlang Bandung. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian membutuhkan data yang obyektif, pembahasan penelitian dibahas secara teoritis dan empiris. Pembahasan teoritis bersumber pada kepustakaan yang merupakan karangan ahli

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... halaman i ii iii iv vi x xiii xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan manusia, pendidikan mempunyai peran penting dalam usaha membentuk manusia yang berkualitas. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti yang disebutkan dalam firman-nya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan merupakan upaya untuk membangun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ekstrakurikuler PAI di sekolah ini cukup tinggi dan beragam.

BAB III METODE PENELITIAN. ekstrakurikuler PAI di sekolah ini cukup tinggi dan beragam. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Jenis Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP 17 1 Pagelaran Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa tingkat intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas manusia menyongsong kehidupan masa depan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an hadits yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam turut memberikan sumbangan tercapainya pendidikan nasional. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Jenis Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMPN 17 Kota Bandar Lampung Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung dengan mengambil subjek populasi seluruh siswa kelas VIII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir semua kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan sikap manusia dibentuk, dimodifikasikan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian adalah sebuah cara untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan ilmiah. Rumusan masalah penelitian hanya dapat dijawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam suatu kehidupan mempunyai peran yang sangat penting dalam menghadapi perkembangan jaman yang semakin cepat. Usaha untuk mencapai suatu pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang di Gunakan Secara umum metode penelitian di artikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Untuk mendapatkan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Baik buruknya hasil suatu penelitian ( research) sebagian tergantung kepada metode pengumpulan data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Sebuah penelitian pastilah memerlukan metode-metode penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk menentukan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap anak selalu memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI i PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Secara eksplisit pendidikan karakter adalah amanat Undang-undang Nomor 23

Lebih terperinci

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K KONTRIBUSI IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DAN EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : SITI FATIMAH NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, pencerahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua umat manusia dan semua zaman. Nilai-nilai dan aturan yang terkandung dalam ajaran Islam dijadikan pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia senantiasa berproses, salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan Nasional, eksistensinya sangat urgensif dalam rangka mewujudkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu eksak yang menjadi dasar perkembangan segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam tatanan kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan kemampuan untuk menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang, untuk dapat mengikuti perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang, untuk dapat mengikuti perubahan-perubahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup dalam suatu masa dimana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya untuk digunakan secara konstruktif maupun destruktif, suatu adaptasi kreatif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu tertentu dengan menggunakan metode ilmiah serta aturanaturan yang berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian agar hasil yang dilakukan benar-benar valid dan

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian agar hasil yang dilakukan benar-benar valid dan 38 BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang pokok dan penting dalam melaksanakan penelitian agar hasil yang dilakukan benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perencanaan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu Bunayya adalah bahwa kurikulum yang dipakai dari

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk menjawab permasalahan yang ada serta untuk membuktikan hipotesa yang penulis ajukan, diperlukan data yang akurat sehingga menghasilkan data yang signifikan sebagai jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan awal yang akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, tujuan dari pendidikan anak usia dini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena tingkat kecerdasan anak yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangat di perlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif

Lebih terperinci

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif, berpikir kritis-reflektif. Di samping itu, belajar IPS juga dimaksudkan agar siswa

Lebih terperinci