Notulensi Pertemuan Kegiatan Narasumber Paparan/Pertanyaan Tanggapan/Masukan Bagian III: Proses dan Hasil Penyusunan RKPD 2015

Transkripsi

1 Notulensi Pertemuan Kegiatan : Penilaian Tahap III Provinsi Tempat : Ruang Utama I Bappenas Tanggal : 9 April 2015 Pembukaan Kegiatan Narasumber Paparan/Pertanyaan Tanggapan/Masukan Pemaparan APN 2015 Pak Herman Saat ini yang menghadiri dari Bappeda Jabar: Kepala Bappeda, Bu Linda (Sekretaris Bappeda), Bu Teti (ITB), Bu. (yang pegang e-musrenbang) Kepala Bappeda Jawa Barat - Sandingan RPJMD Provinsi Jawa Barat dengan RPJMN - Sosok Masa Depan Jawa Barat Tema 2015: Meningkatkan Kualitas Hasil Pembangunan untuk Kemajuan dan Kesejahteraan Masyarakat Jabar - Menambahkan komunitas sebagai salah satu dari 4 pilar pembangunan - 4 keyword pembangunan: Melanjutkan, Menuntaskan, Memberi Dukungan, Reposisi, Reorientasi Bagian III: Proses dan Hasil Penyusunan RKPD Meyakinkan DPRD untuk masuk dalam proses penyusunan RKPD dimana pokokpokok pikiran DPRD harus masuk RKPD online baru dapat diproses - Proses Teknokratik: Tahapan Piramida

2 Terbalik Penyusunan RKPD Proses Politik Bagian IV: Penutup - Inovasi: jadwal reses DPRD dimajukan sebelum musrenbang. Ini membutuhkan proses selama 2 tahun. - Inovasi: RKPD online Tanya Jawab Pak Paulus 1. Masalah kemiskinan: ada yang bersifat struktural apabila berlangsung lama menjadi bersifat kultural. Bagaimana pengentasan kemiskinan struktural dan kultural? Apabila sistem tidak mendukung, individu apakah akan berubah? 1. Tidak ada dinas yang menangani kemiskinan, ini lintas. Hanya satu sistem mengurangi kemiskinan. Dana yang diberikan ke kabupaten diberi label. Dapat dilihat pada slide no. 60 mengenai pusatpusat kemiskinan. Untuk yang sulit: dipaksa kerja, namanya: Program Masyakarat Bekerja. Ada juga Program Jabar Mengembara apabila tidak ingin bekerja di Jabar. Dibikin wali orang miskin, bagaimana membuat orang miskin berpikir untuk menjadi kaya. Pendekatannya individu. Kebetulan Pak Gubernur ustadz, tidak akan berubahn suatu kaum bila orangnya tidak mau berubah. Jadi pendekatannya lebih ke individu untuk berubah. Dengan clustering bekerja. Di Pantura, lumbung padi dan mangga gincu. Lintas kabupaten yang dipegang. Individu digunakan pendekatan jejaring seperti pesantren, dengan pembekalan keagamaaan. Akhirnya mereka berpikir berubah itu untuk diri sendiri berdasarkan kemampuan dirinya. Ada dana bansos berdasarkan program. Misal: jalan provinsi: 0 pro-poor Jabar, dapat

3 Pak Herman Kebutuhan orang berbeda-beda, termasuk orang miskin. Bagaimana membangun Jabar secara fleksibel? Bagaimana membuat SKPD fleksibel? Hal ini membutuhkan komunikasi aktif dengan masyarakat? Apakah menggunakan e-monev untuk melihat perubahan (hasil pembangunan)? Ada banyak perubahan tapi bagaimana sisi respon dari pilar pembangunan yang lain (swasta, dan lainnya)? Bagaimana respon terhadap RKPD online? diketaui desa-desanya, dan dapat diketaui juga nama-nama orang miskinnya. Ini dapat award dari Menpan. Dinas diwajibkan orang-orang di sekitar proyek kegiatan APBD dipekerjakan. Mengenai fleksibilitas, Kepala bappeda dapat back up penuh dari Gubernur. Saya pegang RPJMD tapi double agent, mengakomodasi baik Gubernur maupun DPRD. Pak Gubernur memberikan dana sinergitas perencanaan. Halhal terkait RKPD online dibiayai oleh provinsi. Cirebon ingin menjadi provinsi, kami datangi dan sandingkan tantangan/kendalanya dan menyatakan bahwa kita bersatu akan lebih baik daripada terpisah-pisah. Raja di Cirebon diangkat jadi Ketua Pengembangan Wilayah, bantuan keuangan kami jamin akan lebih transparan. Ke SKPD, kami melakukan pendekatan orientasi RPJMD. Pak Gubernur juga memegang RPJMD dalam menghadapi Dewan. Ke Bupati2 membuat MoU, ada tematik kewilayahan dalam RKPD. Perencana tersebar di dinas-dinas, Gubernur membuat aturan seluruh kasubag perencanaan SKPD tanggung jawabnya ada di Kepala Bappeda. Jabar Masagi, payung hukum banyak termasuk berbagai SOP. Kerjasama dengan 4 pilar ini tidak ada SOPnya. Dengan pengusaha, kami membuat semacam CSR. Bersinergi derajat tinggi, koordinasi derajat rendah. Tidak ada satu

4 Bagaimana adaptasi perubahan terhadap NAWACITA? Apakah target yang ditentukan akan tercapai melalui mekanisme keterbukaan dan sebagainya yang telah dipaparkan? Bagaimana mengatasi masalah politik, apakah RKPD ini lebih banyak ide Gubernur, ide Bappeda atau ide masyarakat? Bagaimana menjaga keberlanjutan pembangunan antar periode Gubernur? Pada tahun sebelumnya, rencana bagus tapi implementasi kurang. Untuk tahun ini, implementasi diusahakan lebih baik, salah satunya untuk pertumbuhan ekonomi? Kesempatan kerja: banyak yang dari Pantura bekerja ke Jakarta. Bagaimana membangun daerah Pantura agar pekerjanya tidak lari ke Jakarta? Bagaimana upaya untuk menghentikan arus pekerja ini? Sertifikasi/pengakuan dari institusi: Bappeda bagaimana? RAM-IP: bagaimana mekanisme ini bisa berjalan? Bagaimana menyatukan berbagai SKPD terkait dalam mengurangi kemiskinan? rupiahpun CSR masuk APBD. Kami menitipkan ke para pengusaha, terutama 48 perusahaan besar (Forum CSR Jabar). Secara online koordinasinya. Kami bikin MoU dengan mereka. Pak Gubernur Jabar tidak pernah mengganggu secara politik ke Bappeda. RPJMD menjadi pegangan. Ada 5 kebijakan operasional Pemprov untuk kelanjutan pembangunan Jawa Barat. Jawa Bali sebaiknya B to B (business to business) untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Biasanya lulus SD langsung ke Jakarta. Bagaimana membuat magnet di lokal? Kami sesuaikan dengan tema kewilayah tadi dalam membangun kesempatan kerja di daerah. Ketika pemilihan Gub, semua calon kami buatkan RPJMDnya. Bappeda Provinsi sudah ISO Dewan dan Sekwanpun kami ISO-kan. Filosofi: tulis yang akan dikerjakan, kerjakan yang sudah ditulis, lakukan monev, pertanggungjawabkan dunia dan akhirat. SKPD hanya sebagai LO, yang sebenarnya kerja adalah swasta. Tidak menggunakan istilah kegiatan, tapi pekerjaan. Fungsi ruang, waktu,

5 institusi, dan sumber dana dapat diketahui semua. Tenaga kerja di Jabar produktivitasnya rendah. Kalau dibandingkan dengan orang Singapur, jauh perbedaan kapasitasnya. Apakah ada pekerjaan yang cocok dengan mereka? Masalah pendekatan: orang bisa bekerja dimana saja asalkan aksesnya ada. Akses ini yang bikin pemerintah atau bagaimana? Sampai tahun ini, statusnya RAM-IP masih exercise. Di Jabar ada proyek Jatigede 33 tahun. Bahkan tukang nge-lasnya dari Cina karena pekerja kita tidak bersertifikat. Dengan Jabar Masagi, kita melakukan pendekatan melalui komunitas dan menyesuaikan dengan kebutuhannya. Kami mencari tahu muatan lokalnya kami tanya ke orang miskin sebenernya mereka butuhnya apa. Kami menggunakan pendekatan lewat BLK, di kawasan industri dimana guru-gurunya dan alat-alatnya kami minta ke industri. Bu Teti punya pengalaman Program Hibah Kompetisi Dikti. Bu Teti: PHKI kami diminta kerjasama dengan Pemda. Kami melihat kasus Cikarang dimana produktivitasnya tinggi apabila dilihat pendapatan per kapitanya namun industri skala kecilnya tidak selalu berhasil. Industri skala kecil juga ternyata banyak yang modalnya dari asing sehingga linkage antara industri skala kecil dan besar dapat dikatakan tertutup hanya untuk yang bermodal dari negara yang sama. Kami mendorong pembuatan asosiasi industri skala kecil agar bisa mendekati industri skala menengah dan besar. Kita akan menghadapi MEA di akhir tahun, score-card Indonesia baru 60%. Kepala Bappeda: Gubernur sebagai poin awal, tiap minggu ada Rapim dimana dinas-dinas

6 Pak Herman: Starbucks memberikan CSR cukup besar tapi ditangkap oleh LSM Pak Oswar: perencanaan yang baik itu 50% dari keberhasilan pembangunan. Apakah pernah diukur dampaknya terhadap pembangunan Jabar? Jangan sampai hanya berputar di prosesnya saja? Pak Oswar: pesimis hal ini tidak tercermin di kabupaten/kota. Yang Bappeda Provinsi lakukan tidak terinternalisasi ke kabupaten/kota sedangkan ujung tombak ada di kabupaten/kota. Bagaimana mendorong kab/kota untuk megikuti? tidak dilibatkan. Ok infonya. Kami membagi dua. Ada indikator pembangunan yang berkaitan erat dengan aktivitas lokal, ada yang komposit. Setiap tahun, kami mencapai target pembangunan kecuali IPM, khususnya daya beli. Saat ini, IPM melebihi target. Secara kolektif, Bappeda ditugaskan Perda merencanakan dan melaporkan (LKPJ). Kami melihat tahun ini paling bagus capaiannya kecuali yang berkaitan dengan nasional seperti investasi. Kami punya data statistik, pembangunan monumental tidak pernah kurang dari 15 tahun. Jalur Jabar Selatan 32 tahun, jalan layang 72 tahun. Rata-rata lama sekolah lamban karena kesalahan koletif dimana pusat juga salah karena dihitung untuk 15 tahun ke atas sedangkan dana nasional lebih untuk 15 tahun ke bawah. Kami ingin membuat SMP dan SMA IPM, buka selama 10 tahun tutup hanya untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah. Kami sudah berkoordinasi dengan UNDP dan BPS. Paket B dan C tidak menarik bagi masyarakat Jabar. UNDP menggunakan formula baru, rata-rata lama sekolah 25 tahun ke atas, apabila ini digunakan maka capaian Jabar akan jauh menurun. Kelemahan kab/kota adalah dalam menulis dokumen RKPD. Kami memberikan advisor. Garut sudah minta dan kami berikan advisor. Terima kasih, akan kami tindaklanjuti lagi mengenai hal ini.

7 Bagaimana menyikapi UU 23/2014 dengan kewenangan banyak ditarik ke provinsi (perikanan, tata ruang, dsb)? Bapak mengatakan pembangunan untuk rakyat tapi bukan berbasis rakyat? Saya tidak melihat bagaimana masyarakat berkontribusi dalam proses ini? Yang terlihat hanya teknokratiknya. Jabar bertetangga dengan gajah-gajah seperti DKI, bagaimana sinergi perencanaan dengan mereka? Apakah besar benturannya? Bodetabekjur Kami sedang berproses dengan berbekal RPJMD. Misal: yang terkait dengan peralihan SMA & SMK. Yang pertama, lulusan SMA dan SMK akan dibuat pandai 3 bahasa (Inggris, Arab, dan Mandarin). Ada beasiswa untuk guru, lulusan harus melek lingkungan. Di Jabar ada 2 kubu, ada yang people centered, ada yang regional development for people. Kalau people centered: itu apabila rakyatnya sudah maju. Didiskusikan dan diputuskan Jabar memilih regional development for people. Kami membuat forum perbatasan. Dapat dilihat di slide 160 mengenai Inovasi Baru 14. Antar provinsi dan juga antar kabupaten. Yang masalah dengan DKI: pembagian pajak ekspor hanya DKI, akhirnya DKI memberikan bantuan kepada kabupaten/kota di Jabar seperti Depok dan sebagainya yang sebenarnya DKI Jakarta juga ada kepentingan. Bodebekkarpur luasnya 5x dari Jakarta. Kami sangat ingin dibangun Cilamaya agar Jkt tidak terlslu crowded di Tanjung Priok. Dengan Banten, ada keluhan jalan rusak terkait galian golongan C. BKSP memang organisasinya kurang tegas, di zaman otda antar Gubernur kurang koordinasi. Ada tapi produktivitasnya tidak tinggi, jadi hanya memberikan inspirasi. Inginnya 3 provinsi bersatu bangun Badan Pengembangannya dan Ketuanya yang dapat berkoordinasi langsung dengan Presiden. Sekarang ketuanya hanya Eselon 2b.