FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN FOOD PRODUCTION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN FOOD PRODUCTION"

Transkripsi

1 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN FOOD PRODUCTION 1 (FP1) / MASAKO PACKING (Sebuah Studi di Pabrik PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto) Lilis Sulistioningsih *) Abstrak Kelelahan kerja merupakan keluhan kelelahan akibat kerja yang dirasakan oleh responden berdasarkan gejala gejala kelelahan yang didapat pada saat selesai bekerja.. Kelelahan kerja dapat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu. Faktor dari dalam diantaranya umur dan masa kerja, sedangkan faktor dari luar yaitu lama kerja dan suhu ekstrim. Penelitian menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh tenaga kerja yang ada dibagian Food Production 1 (FP1) Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto yang berjumlah 133 orang. Teknik sampling yang digunakan yaitu propability sampling dengan teknik simple random sampling diperoleh sampel sebesar 60 orang. Pengumpulan data dengan kuesioner dan data sekunder (studi dokumentasi). Teknik pengolahan data menggunakan teknik analisis data yaitu Chi Square. Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa umur berhubungan dengan kelelahan kerja dengan nilai P=0,002 < 0,05; sedangkan masa kerja tidak berhubungan dengan kelelahan kerja karena nilai P=0,513 > 0,05; lama kerja berhubungan dengan kelelahan kerja dengan nilai P=0,019 < 0,05; dan suhu ekstrim berhubungan dengan kelelahan kerja dengan nilai P=0,006 < 0,05. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat hubungan yang bermakna antara umur, lama kerja, dan suhu ekstrim dengan kelelahan kerja. Sedangkan masa kerja tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kelelahan kerja. Saran yang ditawarkan kepada pihak perusahaan supaya sesering mungkin mengadakan penilaian terhadap kelelahan kerja agar dapat diketahui seberapa besar kelelahan tersebut terjadi dan bagaimana mengatasinya. Kata kunci : pekerja, faktor, kelelahan kerja A. PENDAHULUAN Lingkungan kerja yang nyaman dan memenuhi syarat dapat memberikan kepuasan bagi tenaga kerja, disamping itu tenaga kerja dapat terhindar dari gangguan kesehatan dan keselamatan selama bekerja dan secara tidak langsung maka akan terjadi peningkatan produktivitas perusahaan, sebaliknya lingkungan kerja yang tidak nyaman dan tidak memenuhi syarat mengakibatkan tenaga kerja menjadi tidak bergairah untuk bekerja, mempercepat terjadinya kelelahan serta memperbesar risiko timbulnya gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja yang pada akhirnya produktivitas perusahaan pun akan menurun ( Ikhram Hardi, 2006). Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan kerja diatur dalam Bab XII yang terdiri dari 3 pasal yaitu pasal , antara lain menetapkan pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja dan menjamin lingkungan kerja yg sehat, bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja, wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja, termasuk menggunakan hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan pemilihan calon pegawai; serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan kerja. Sejajar dengan kewajiban pemberi kerja, pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku ditempat kerja. Sedangkan pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk perlindungan kerja (Kurniawidjaja, 2011). Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Kyla, 2011). *) Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto 57

2 Data dari ILO menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan karena faktor kelelahan. Penelitian tersebut menyatakan dari sampel 32,8% diantaranya atau sekitar sampel menderita kelelahan. Penelitian mengenai kecelakaan transportasi yang dilakukan di New Zeland antara tahun 2002 sampai 2004 menunjukkan bahwa dari 134 kecelakaan fatal, 11% diantaranya disebabkan faktor kelelahan, dan dari 1703 cidera akibat kecelakaan, 6% disebabkan oleh kelelahan pada operator (Baiduri, 2008). Pada survei di USA, kelelahan merupakan problem yang besar. Ditemukan sebanyak 24 % dari seluruh orang dewasa yang datang ke poliklinik menderita kelelahan kronis. Data yang hampir sama terlihat dalam komunitas yang dilaksanakan oleh Kendel di Inggris yang menyebutkan bahwa 25 % wanita dan 20 % Pria selalu mengeluh lelah ( Setyawati, 1994). Penelitian lain yang mengevaluasi 100 orang penderita kelelahan menunjukkan bahwa 64 % kasus kelelahan disebabkan karena faktor psikis, 3 % karena faktor fisik dan 33 % karena kedua faktor tersebut (Setyawati dalam Ikhram Hardi, 2006). Berdasarkan data mengenai kecelakaan kerja yang tercatat dikompas tahun 2004, di Indonesia setiap hari rata- rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi. Lebih kurang 9,5% atau 39 orang mengalami cacat. Hasil penelitian mengenai hubungan umur, lama kerja dan masa kerja terhadap kelelahan oleh I Made Pujawan dan Rajen Nimrod pada pengrajin perahu pinisi di Bulukumba, diperoleh bahwa keluhan kelelahan terbesar dirasakan oleh semua pekerja kelompok umur di atas 30 tahun dibandingkan dengan kelompok umur dibawah 30 tahun setelah bekerja dalam sehari kerja. Sedangkan mengenai hubungan masa kerja terhadap kelelahan diperoleh bahwa dari responden yang mengalami kelelahan, keluhan kelelahan tertinggi dialami oleh tenaga kerja dengan masa kerja kategori lama ( > 5 tahun ) yaitu sebanyak 46 % ( I Made & R. Nimrod dalam Ikhram Hardi, 2006 ). Penelitian dari I Ketut dan Tarwaka di daerah Bali dan NTB pada pekerja yang terpapar panas yang berasal dari alat-alat kerja seperti oven, tungku pemanas dan mesin produksi sebesar 35,1 0 C sampai 36,8 0 C dengan kelembaban udara yang rendah ( 55% 65 % ) didapatkan sebanyak 75 % dari obyek mengalami penurunan berat badan yang menyebabkan terjadinya kelelahan yang cukup berarti karena banyak kehilangan cairan tubuh dan keringat setelah bekerja 4 jam terus-menerus ( I Ketut dan Tarwaka dalam Ikhram Hardi, 2006 ). Penelitian mengenai korelasi paparan suhu terhadap tingkat kelelahan kerja yang dilakukan oleh Darmawan Syafiuddin dan Muh. Yahya pada Tenaga Kerja wanita berkeluarga pada Industri di Makassar, diperoleh bahwa dengan paparan suhu sebesar 27,6 0 C sampai 29,4 0 C tingkat kelelahan yang dirasakan adalah kurang lelah ( Syafiuddin dan Muh. Yahya dalam Ikhram Hardi, 2006 ). PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto adalah Perusahaan yang berusaha untuk memenuhi komitmen dalam memberikan kontribusi yang berarti dalam bidang makanan dan kesehatan secara global guna mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi kita semua. Hal itu dibuktikan dengan produk yang berkualitas tinggi dan memenuhi standar internasional sehingga konsumen Indonesia tetap setia menggunakan produk-produk Ajinomoto. Dari tahun ke tahun perkembangan dan inovasi produk terus dilakukan, terbukti dengan munculnya beragam produk bumbu mulai dari bumbu kaldu penyedap "MASAKO", bumbu praktis siap saji "SAJIKU", dan bumbu masakan Asia "SAORI". Selain itu, produk minumannya yaitu minuman susu fermentasi "CALPICO" dan minuman kopi susu "BIRDY". Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto pada tanggal 19 Juni 2012, diperoleh data tentang kecelakaan kerja yang ada di PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto periode 1 April 2011 sampai 31 Maret 2012, pada satu periode tersebut didapat sebanyak 8 orang mengalami kecelakaan kerja dan kebanyakan pekerja tersebut mengalami kecelakaan pada saat masuk kerja shift I yaitu pagi hari dan shift III yaitu malam hari, dan dari pekerja tersebut banyak disebabkan karena kondisi tubuh yang lelah dan mengantuk sehingga tidak dapat konsentrasi penuh. 58

3 Tabel 1 Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja di Bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Jumlah responden keluhan Prosentase Lelah 7 orang Sering pusing, mengantuk, dan 70% susah berkonsentrasi Tidak lelah 3 orang - 30% Total 10 orang 100% Dari tabel diatas, dijelaskan bahwa dari 10 tenaga kerja, terdapat 7 pekerja (70%) mengalami kelelahan dan 3 pekerja (30%) tidak mengalami kelelahan. Beberapa keluhan yang muncul dikalangan tenaga kerja adalah sering pusing, mengantuk, susah berfikir dan susah berkonsentrasi. Setiap perusahaan harus melindungi tenaga kerjanya terhadap setiap gangguan kesehatan yang dapat timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerjanya, meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik yang ditujukan untuk pencapaian efisiensi dan produktivitas kerja yang tinggi (Ikhram Hardi, 2006). Untuk mengatasi kelelahan kerja oleh perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai langkah berikut; melakukan analisis kinerja karyawan dan organisasi, menelaah hubungan kinerja dengan kelelahan kerja karyawan, menganalisis jenis uraian kerja dan beban kerja hubungannya dengan kinerja, menyusun program peningkatan kinerja khususnya subprogram mengurangi kelelahan kerja, melaksanakan program peningkatan kinerja secara teratur; dan mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program dan kinerja karyawan/organisasi (Kyla, 2011). Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, maka penting untuk dilakukan penelitian tentang tingkat kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian food production 1 (FP1)/masako packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto. B. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independent dan dependent dinilai sacara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2010). (x) 1. Usia 2. Masa kerja 3. Lama kerja 4. Suhu ekstrim (y) Kelelahan kerja Gambar 1 Kerangka Kerja Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Hipotesis pada penelitian ini adalah : H1 : Ada hubungan antara usia dengan kelelahan kerja H1 : Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja H1 : Ada hubungan antara lama kerja dengan kelelahan kerja H1 : Ada hubungan antara suhu ekstrim dengan kelelahan kerja 59

4 Tabel 2 Definisi Operasional Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja di Bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojoker Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala Variabel independent (bebas): Usia, masa kerja, lama kerja, dan suhu ekstrim. Usia: Lamanya responden hidup sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan yang dihitung dari ulang tahun terakhir responden dengan menggunakan satuan tahun (Ikhram Hardi, 2008). Muda = jika < 40 tahun Tua = jika 40 tahun (Ikhram Hardi, 2006). Nominal Masa kerja: lamanya waktu yang digunakan untuk bekerja terhitung dari mulainya responden bekerja sampai pada saat penelitian ini dilakukan, dinyatakan dalam satuan tahun (Ikhram Hardi,2008). Baru, jika masa kerja 5 tahun Lama, jika masa kerja > 5 tahun (Ikhram Hardi, 2006). Nominal Lama kerja: Lamanya responden bekerja dalam sehari (Ikhram Hardi, 2008). Memenuhi syarat: 6 8 jam/hari dan Tidak memenuhi syarat: diatas 8 jam/hari. (Ikhram Hardi, 2006). Nominal Suhu ekstrim: Adalah suhu tinggi (lingkungan tempat kerja panas) atau juga suhu rendah (lingkungan tempat kerja dingin) (Soeripto, 2008). Tinggi = >28 0 C Rendah= < 28 0 C (Soeripto, 2008). Nominal Variabel dependent (terikat): Kelelahan kerja Kelelahan kerja: Keluhan kelelahan akibat kerja yang dirasakan oleh responden berdasarkan gejala gejala kelelahan yang didapat pada saat selesai bekerja (Ikhram Hardi, 2008). Lelah, jika nilai jawaban 50 Tidak lelah, jika nilai jawaban < 50 (Ikhram Hardi, 2006) Nominal Penelitian dilaksanakan di pabrik PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto di kabupaten Mojokerto Jawa Timur pada tanggal 1-3 Agustus Populasi dalam penelitian adalah seluruh pekerja yang ada di bagian food production1 (FP1) /masako packing PTAjinomoto Indonesia Mojokerto yang berjumlah 133 orang. Sampel pada penelitian ini adalah pekerja yang ada di bagian Food Production1 (FP1) /Masako Packing. Teknik pengambilan sampel Dalam penelitian ini peneliti menggunakan probability sampling dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple randoom sampling adalah suatu teknik pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi 60

5 itu. Anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian (Sugiyono, 2010). Simple random sampling dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: menggunakan cara undian dan menggunakan tabel bilangan random. Pada penelitian ini menggunakan cara undian, dimana langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Peneliti mendaftar semua anggota populasi 2. Setelah selesai didaftar, kemudian masing-masing anggota populasi diberi nomor, masingmasing dalam satu kertas kecil-kecil 3. Kertas-kertas kecil yang masing-masing telah diberi nomor tersebut kemudian digulung atau dilinting 4. Gulungan atau lintingan kertas yang telah berisi nomor-nomor tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam suatu tempat (misalnya kotak atau kaleng) yang dapat digunakan untuk mengaduk sehingga tempatnya tersusun secara acak (sembarang) 5. Setelah proses pengadukan dianggap sudah merata, kemudian peneliti atau orang lain yang diawasi peneliti, mengambil lintingan kertas satu per satu sampai diperoleh sejumlah sampel yang diperlukan. Untuk menentukan besarnya sampel pekerja, digunakan rumus Taro Yamane (Nursalam, 2011) : Keterangan : n = besarnya sampel N = jumlah populasi penelitian d = Presisi yang dikehendaki (tingkat kesalahan) ditetapkan sebesar = 10% (0,1). = 57,08 Dari hasil perhitungan dan pembulatan didapatkan jumlah sampel pada penelitian ini adalah pekerja shift pagi, di bagian Food Production (FP1) /Masako Packing yang berjumlah 60 orang. 1. Kriteria Inklusi a. Karyawan yang ada dibagian food production1 (FP1) /masako packingpt. Ajinomoto Indonesia Mojokerto. b. Karyawan yang bersedia menjadi responden pelelitian. 2. Kriteria Eksklusi a. Karyawan yang sedang terminal atau sakit dan belum sembuh hingga batas waktu pengumpulan data yang ditentukan. b. Karyawan yang tidak bersedia menjadi responden penelitian. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan dokumentasi.kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 30 pernyataan yang terbagi menjadi 10 pernyataan tentang pelemahan kegiatan, 10 pernyataan tentang pelemahan motivasi, dan 10 pernyataan tentang pelemahan secara fisik. Skala pengukuran kelelahan ini dikeluarkan Industrial Fatigue Research Commite (IFRC) dari jepang yang di adopt Tarwaka (2008). Dalam penelitian ini menggunakan Uji Chi Square, yakni teknik statistik yang digunakan untuk menguji perbedaan atau hubungan dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar (Sugiono, 2010). Adapun rumus dasar Chi Kuadrat adalah sebagai berikut : Dimana : X 2 = Chi Kuadrat F 0 = Frekuensi yang di observasi = Frekuensi yang diharapkan F h 61

6 Dalam hal ini berlaku ketentuan bila Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari tabel, maka H 0 diterima, dan apabila lebih besar atau sama dengan ( ) harga tabel maka H 0 ditolak, dengan tingkat kepercayaan 0,05. C. HASIL PENELITIAN PT. Ajinomoto indonesia berlokasi di Jl. Raya Mlirip Jetis, Mojokerto, Jawa Timur. Lokasi ini terletak sekitar 50 km ke arah tenggara kota surabaya, dengan luas area pabrik sebesar +35 ha. PT. Ajinomoto indonesia berada pada ketinggian +22 meter diatas permukaan laut. Batas lokasi perusahaan : Sebelah utara : Desa Mlirip Sebelah timur : Desa Mlirip Sebelah selatan : Sungai Brantas Sebelah barat : Desa padangan Jumlah tenaga kerja yanga ada di PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto adalah 1623 karyawan, berdasarkan pekerjaannya karyawan juga dibagi menjadi : 1. Karyawan field, karyawan golongan ini terdiri atas : a. Karyawan field shift b. Karyawan field non shift 2. Karyawan non field Waktu kerja untuk staf yang digolongkan ke dalam field non shift dan non field, mempunyai jam kerja hari senin jum at pukul Untuk karyawan shift mempunyai jam kerja yang terbagi dalam 3 shift, yaitu : Tabel 3 Jam kerja untuk karyawan shift Shift Jam kerja Istirahat Shift Shift Shift Sumber : PT. Ajinomoto indonesia 1. Deskripsi Variabel yang Diteliti a. Umur Tabel 4 Distribusi responden menurut kelompok umur di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Umur Frekuensi (N) Persentase (%) Muda Tua ,3 11,7 Total Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang berumur muda lebih banyak yaitu 53 orang (88,3%), dibanding responden yang berumur tua yaitu 7 orang (11,7%). b. Masa Kerja Tabel 5 Distribusi responden menurut masa kerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Masa Kerja Frekuensi (N) Persentase (%) Baru Lama Total

7 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa persentase responden dengan masa kerja 5 tahun (baru) yaitu sebesar 75 % atau sebanyak 45 orang dibandingkan persentase responden dengan masa kerja > 5 tahun (baru) yaitu hanya sebesar 25 % atau sebanyak 15 orang. c. Lama Kerja Tabel 6 Distribusi responden menurut lama kerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Lama Kerja Frekuensi (N) Persentase (%) Memenuhi syarat (6-8 jam/hari) Tidak memenuhi syarat (> 8jam/hari) ,7 33,3 Total Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden sebagian besar bekerja selama 6 8 jam per hari (memenuhi syarat) yaitu sebanyak 40 orang (66,7%), sedangkan responden yang bekerja lebih dari 8 jam per hari (tidak memenuhi syarat) sebanyak 20 orang (33,3%). d. Suhu Ekstrim Tabel 7 Distribusi responden menurut keterpaparan suhu di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Suhu ekstrim Frekuensi (N) Persentase (%) Tinggi Rendah Total Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang bekerja di bagian Food Production 1 (FP1)/ Masako Packing yang terpapar dengan suhu tinggi (>28,0 0 C) lebih banyak yaitu 39 orang (65%) jika dibandingkan dengan responden yang terpapar suhu rendah (< 28,0 0 C). e. Kelelahan Kerja Kelelahan kerja dari tenaga kerja ditandai dengan ada atau tidak adanya keluhan kelelahan berdasarkan gejala yang dirasakannya pada saat selesai bekerja. Berikut distribusi responden menurut Keluhan kelelahan akibat kerja : Tabel 8 Distribusi responden menurut keluhan kelelahan akibat kerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Kelelahan Kerja Frekuensi (N) Persentase (%) Lelah Tidak Lelah ,7 23,3 Total Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tenaga kerja yang ada dibagian Food Production 1 Masako Packing yang mengalami kelelahan kerja yaitu sebanyak 46 orang (76,7%), sedangkan responden yang tidak mengalami kelelahan kerja sebanyak 14 orang (23,3%). 63

8 2. Analisis Variabel yang Diteliti a. Tabulasi silang antara umur dengan kelelahan kerja Tabel 9 Tabulasi silang antara umur dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Kelelahan Kerja Umur Lelah Tidak Lelah Jumlah P N % N % N % Muda , ,3 Tua 4 6, ,7 Total 46 76, , ,002 Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang berumur muda atau berumur < 40 tahun yang mengalami kelelahan kerja sebanyak 42 orang atau 70%, sedangkan responden yang berumur tua atau 40 tahun sebagian besar tidak mengalami kelelahan kerja. Hasil statistik yang menggunakan Chi-Square test diperoleh (P= 0,002). Karena nilai P yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Interpretasi : Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto. b. Tabulasi silang antara masa kerja dengan kelelahan kerja Tabel 10 Tabulasi silang antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Kelelahan Kerja Masa Jumlah P Lelah Tidak Lelah Kerja N % N % N % Baru 34 56, , Lama Total 46 76, , ,513 Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang mempunyai masa kerja baru lebih banyak mengalami kelelahan kerja yaitu 56,7% atau 34 orang dibandingkan dengan responden yang mempunyai masa kerja yang lama. Hasil statistik yang menggunakan uji Chi Square test diperoleh (P = 0.513). Karena nilai P yang dihasilkan > 0.05 maka H 0 diterima dan Ha ditolak. Interpretasi : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto. c. Tabulasi silang antara lama kerja dengan kelelahan kerja Tabel 11 Tabulasi silang antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Kelelahan Kerja Lama Kerja Lelah Tidak Lelah Jumlah P N % N % N % Memenuhi syarat , ,7 Tidak memenuhi syarat 13 21,7 7 11, ,3 Total 46 76, , ,019 64

9 Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang mempunyai lama kerja yang memenuhi syarat (6-8 jam perhari) sebanyak 33 orang atau 55% mengalami kelelahan kerja dan 7 orang atau 11,7% tidak mengalami kelelahan kerja, sedangkan yang mempunyai lama kerja yang tidak memenuhi syarat (> 8 jam perhari) sebanyak 13 orang atau 21,7% mengalami kelelahan kerja dan 7 orang atau 11,7% tidak mengalami kelelahan kerja. Hasil statistik yang menggunakan uji Chi Square test diperoleh (P = 0.019). Karena nilai P yang dihasikan < 0.05 maka H 0 ditolak dan Ha diterima. Interpretasi : Terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto. d. Tabulasi silang antara suhu ekstrim dengan kelelahan kerja Tabel 12 Tabulasi silang antara suhu ekstrim dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Kelelahan Kerja Suhu Ekstrim Lelah Tidak Lelah Jumlah P N % N % N % Tinggi 29 48, , Rendah 17 28,3 4 6, Total 46 76, , ,006 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang bekerja pada suhu tinggi maupun rendah lebih banyak mengalami kelelahan kerja. Hasil statistik yang menggunakan uji Chi Square test diperoleh (P = 0.006). Karena nilai P yang dihasikan < 0.05 maka H 0 ditolak dan Ha diterima. Interpretasi : Terdapat hubungan yang bermakna antara suhu ekstrim dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto. D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tenaga kerja dibagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto dari 60 responden terdapat 53 (88,3) responden yang berumur muda dan 70% dari responden tersebut mengalami kelelahan kerja. Sedangkan responden yang berumur tua hanya 7 orang (5%) dan 4 orang (6,7%) dari mereka mengalami kelelahan kerja. Dari hasil uji statistik chisquare diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan kerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai P (0,002) yang lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikhram Hardi pada tahun 2006 pada tenaga kerja dibagian produksi PT. Sermani Steel Makasar, mengatakan bahwa tedapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan kerja. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pangesti Putri pada tahun 2008 dalam skripsinya yang berjudul hubungan faktor internal dan eksternal terhadap kelelahan pada operator alat berat PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Suralaya, menyebutkan bahwa terdapat pengaruh antara umur tehadap kelelahan pada operator alat berat. Faktor umur dapat mempengaruhi tingkat kelelahan seseorang. Proses semakin menuanya seseorang menyebabkan berkurangnya kemampuan kerja yang disebabkan karena terjadinya perubahan pada fungsi alat-alat tubuh, sistem kardiovaskuler, dan sistem hormonal tubuh. Hal ini menyebabkan kelelahan lebih cepat terjadi. Beberapa kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi menurun setelah berumur 40 tahun atau lebih. Kapasitas aerobik maksimum seorang laki-laki terjadi pada umur tahun 65

10 dan pada usia 70 tahun nilainya menjadi setengah dari yang berusia 20 tahun, sedangkan pada wanita puncaknya ditemukan pada masa pubertas, tetapi penurunan terjadi pada saat menopause. Karena terjadinya penurunan kapasitas fisik dan terjadinya perubahan fungsi dan sistem pada alat-alat tubuh sejalan dengan bertambahnya usia maka terjadi pula perubahan pada kapasitas kerja seseorang. Pada usia tua, tingkat kemampuan kerjanya kurang karena kondisi fisik semakin menurun sehingga menyebabkan kelelahan lebih cepat terjadi sedangkan pada tenaga kerja yang lebih muda kondisi fisiknya masih baik sehingga kapasitas kerja lebih tinggi dan terjadinya kelelahan akan lebih lambat (Suma mur, 2010). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa bukan hanya tenaga kerja yang berumur tua yang mengalami kelelahan kerja, akan tetapi tenaga kerja yang berumur muda juga mengalami kelelahan kerja. Kelelahan tersebut bisa terjadi dikarenakan keadaan yang monoton, beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental, keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan, keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik, penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi. Suatu pengalaman yang sudah dikenal umum bahwa kelelahan yang terus menerus tiap hari berakibat keadaan kelelahan yang kronis. Untuk itu kelelahan harus dapat dikurangi seminimal mungkin agar tercapainya kesejahteraan tenaga kerja dan produktivitas yang tinggi. 2. Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tenaga kerja dibagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto diperoleh bahwa dari 45 responden yang mempunyai masa kerja baru terdapat 34 (56,7%) responden yang mengalami kelelahan kerja dan 12 (20%) responden yang mempunyai masa kerja lama yang tidak mengalami kelelahan kerja. Dari hasil statistik diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan kerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai P = yang lebih besar dari 0.05 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Verawati Rahmat (2002) pada tenaga kerja di unit polish Firma Kali Djaja & Co Makassar yang diperoleh bahwa tidak ada pengaruh bermakna antara masa kerja dengan tingkat kelelahan kerja. Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu kantor, badan dan sebagainya (Depdikbud,1990). Masa kerja seseorang dalam organisasi perlu diketahui karena masa kerja merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan pekerja, misalnya dikaitkan dengan produktivitas kerja, semakin lama seseorang berkarya semakin tinggi pula produktivitasnya karena ia semakin berpengalaman dan mempunyai keterampilan yang baik dalam menyelsaikan tugas yang dipercayakan kepadanya. Waktu kerja seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Memperpanjang waktu kerja dari kemampuan dan tidak disertai efisiensi yang tinggi biasanya memperlihatkan penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan (Suma mur, 2010). Penelitian ini memperlihatkan bahwa ternyata masa kerja tidak lagi menjadi sebuah beban bagi tenaga kerja, tetapi justru telah membuat para tenaga kerja semakin terampil dalam bekerja karena telah bekerja lama dan pengalaman yang diperoleh pun semakin bertambah sehingga mereka telah dapat menyiasati beberapa keadaan yang dapat membuat mereka cepat lelah. Hal ini juga didukung oleh peran perusahaan yang tidak pernah lepas dalam memberikan motivasi kepada para tenaga kerja serta adanya peraturan yang cukup tegas sehingga para pekerja dapat bekerja dengan cukup disiplin. 3. Hubungan Lama Kerja dengan Kelelahan Kerja Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa persentase tertinggi responden berada pada tenaga kerja yang mempunyai lama kerja yang memenuhi syarat (6-8 jam/hari), dimana terdapat sebanyak 33 orang (55%) yang mengalami kelelahan kerja. Dari hasil statistik diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kelelahan kerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai P = 0,019 yang lebih kecil dari 0.05 Lama kerja dalam sehari yang dianggap ideal sekarang ini adalah 8 (delapan) jam sehari atau 40 jam dalam seminggu. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan 66

11 tersebut, biasanya akan disertai dengan efisiensi yang rendah, bahkan biasanya terjadi penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbul rasa nyeri pada bagian-bagian tertentu dari tubuh yang digunakan dalam bekerja bahkan lebih fatal dapat mengakibatkan kecelakaan kerja pada tenaga kerja yang melakukan pekerjaannya dengan posisi yang tidak ergonomis (Suma mur, 2010). Seseorang yang bekerja terus menerus pada suatu ketika akan mengalami kelelahan. Baik pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik maupun pekerjaan yang menuntut kerja otak. Kelelahan dapat berupa kelelahan fisik dan mental, pada saat itulah orang membutuhkan istirahat sebelum seluruh tenaganya habis. Penelitian ini memperlihatkan bahwa tenaga kerja yang bekerja di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing sebagian besar telah bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yakni 6-8 jam sehari akan tetapi para tenaga kerja masih banyak yang mengalami kelelahan kerja. Hal ini memperlihatkan bahwa penerapan akan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) belum sepenuhnya diperhatikan oleh pihak perusahaan yang bersangkutan. Adapun tenaga kerja yang bekerja dengan lama kerja yang tidak memenuhi syarat biasanya disebabkan karena lama kerja mereka ditambah atau bekerja secara lembur sehingga hal ini berpengaruh pada kemampuannya dalam bekerja yang dapat memicu terjadinya kelelahan dan bila ini terjadi secara terus-menerus maka dapat menyebabkan terjadinya kelelahan kronis. Makin lama waktu kerja berarti makin besar kemungkinan untuk mengalami gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan menurunnya produktivitas kerja. 4. Hubungan Suhu Ekstrim dengan Kelelahan Kerja Dari hasil pengukuran suhu yang ada di bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto diperoleh bahwa suhu tertinggi yaitu 30 0 C dan suhu terendah yaitu 26 0 C. Dari hasil statistik diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara suhu ekstrim dengan kelelahan kerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai P = 0,006 yang lebih kecil dari Suhu di dalam badan yang sehat dan nyaman berada disekitar 37 0 C. Suhu itu bisa naik bisa turun oleh suhu diluar badan atau karena gerakan yang kita lakukan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula panas tubuh akan hilang. Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh. ( Ikhram Hardi, 2006 ). Sebagian besar (65%) responden yang bekerja pada bagian Food Production 1 (FP1)/Masako Packing PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto bekerja pada tingkat suhu yang tinggi (> 28,0 0 C). Tekanan panas/suhu yang tinggi timbul dari berprosesnya mesin-mesin produksi yang ada di bagian tersebut. Karena suhu yang tinggi tersebut menyebabkan tenaga kerja akan mudah mengalami kelelahan. Kini semakin disadari bahwa cuaca kerja penting artinya bagi kesejahteraan dan produktivitas tenaga kerja. Suhu nyaman merupakan suatu daerah di mana tenaga kerja berada pada kondisi Termonetral, yaitu tidak ada rasa panas atau rasa dingin. Pengalaman yang disepakati oleh para ahli di Indonesia menyatakan bahwa daerah cuaca nyaman seperti itu adalah C suhu kering (Soeripto, 2008). Penelitian lain mengenai korelasi paparan suhu terhadap tingkat kelelahan kerja yang dilakukan oleh Darmawan Syafiuddin dan Muh. Yahya pada Tenaga Kerja wanita berkeluarga pada Industri di Makassar, diperoleh bahwa dengan paparan suhu sebesar 27,6 0 C sampai 29,4 0 C tingkat kelelahan yang dirasakan adalah kurang lelah (Syafiuddin dan Muh. Yahya dalam Ikhram Hardi, 2006). Penelitian dari I Ketut dan Tarwaka di daerah Bali dan NTB pada pekerja yang terpapar panas yang berasal dari alat-alat kerja seperti oven, tungku pemanas dan mesin 67

12 produksi sebesar 35,1 0 C sampai 36,8 0 C dengan kelembaban udara yang rendah (55% 65%) didapatkan sebanyak 75% dari obyek mengalami penurunan berat badan yang menyebabkan terjadinya kelelahan yang cukup berarti karena banyak kehilangan cairan tubuh dan keringat setelah bekerja 4 jam terus-menerus (I Ketut dan Tarwaka, 1998). Menurut WHO sering ditemukan bahwa respon setiap orang terhadap panas berbeda, meskipun terpapar dalam lingkungan panas yang sama. Hal ini menggambarkan adanya perbedaan kondisi fisiologi dari masing-masing individu misalnya faktor aklimatisasi, kesegaran jasmani, perbedaan jenis kelamin, umur, ukuran tubuh atau suku bangsa (Ikhram Hardi, 2006). Untuk menghindari hal tersebut, dapat dilakukan dengan berbagai upaya, seperti memperbanyak ventilasi pada lingkungan kerja, jarak antara lantai dan atap yang tinggi sehingga penguapan panas dan kecepatan aliran udara menjadi lebih baik. Pengeluaran keringat akibat panas juga telah dapat diatasi oleh tenaga kerja dengan meminum air minum setiap mereka haus yang tempatnya berada di salah satu bagian pada bagian tersebut, sehingga mereka akan senantiasa segar dalam bekerja. E. PENUTUP Dari hasil penelitian di ketahui bahwa : 1. Dari 60 responden, yang berumur 40 tahun (muda) terdapat sebanyak 42 (70%) responden yang mengalami kelelahan kerja. Sedangkan yang berumur > 40 tahun (tua) terdapat sebanyak 4 (6,7 %) responden yang mengalami kelelahan kerja. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan kerja. 2. Dari 60 responden, responden dengan masa kerja baru (< 5 tahun) terdapat sebanyak 34 (56,7%) responden yang mengalami kelelahan kerja. Sedangkan responden dengan masa kerja lama ( 5 tahun) terdapat sebanyak 12 (20%) responden yang mengalami kelelahan kerja. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan kerja. 3. Dari 60 responden, responden dengan lama kerja yang memenuhi syarat (6 8 jam/hari) terdapat sebanyak 33 (55%) responden yang mengalami kelelahan kerja. Sedangkan responden dengan lama kerja yang tidak memenuhi syarat (> 8 jam/hari) terdapat sebanyak 13 (21,7%) responden yang mengalami kelelahan kerja. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kelelahan kerja. 4. Dari 60 responden, responden yang bekerja pada suhu tinggi (> 28,0 0 C) terdapat sebanyak 29 (48,3%) responden yang mengalami kelelahan kerja. Sedangkan responden yang bekerja pada suhu rendah (> 28,0 0 C) terdapat sebanyak 17 (28,3%) responden yang mengalami kelelahan kerja. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara suhu ekstrim dengan kelelahan kerja. Sebaiknya diupayakan penambahan exhausted fan atau kipas angin yang lebih banyak khususnya di sekitar bagian Food Production 1 (FP1)/ Masako Packing guna menurunkan suhu ruangan mengingat dampak suhu yang tinggi dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan agar pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja sehingga produktivitasnya juga dapat meningkat. Untuk meminimalisir terjadinya kelelahan kerja penulis menyaran kan supaya pihak manajemen sesering mungkin melakukan penilaian terhadap kelelahan kerja dengan menggunakan protap penilaian kelelahan kerja yang telah penulis tawarkan pada lampiran akhir skripsi agar dapat diketahui seberapa besar kelelahan tersebut terjadi dan bagaimana cara mengatasinya. Setiap tenaga kerja sebaiknya memperhatikan waktu istirahat di luar jam kerjanya dengan menggunakannya untuk refreshing dan olahraga yang cukup agar pikiran dan tubuh menjadi lebih segar dan tidak mudah lelah. 68

13 DAFTAR PUSTAKA. Abidin, Zainal. (2011). Tinjauan Umum Tentang Tenaga Kerja di Indonesia (online). ( diakses tanggal 11 Mei 2012) Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hardi, Ikhram. (2006). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi PT. Sermani Steel Makassar. Skripsi Tidak diterbitkan. Makassar : FKM Unhas. Harrianto, R. (2008). Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hidayat, A. Aziz. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Kurniawidjaja, L. M. (2010). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: Universitas Indonesia. Kyla. (2011). Kelelahan Kerja (online).( diakses tanggal 15 April 2012). M. Soeripto. (2008). Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurmala,. (2010). Pengertian dan Definisi Pabrik (online). ( diakses tanggal 10 Mei 2012) Nurmianto, E Manajement Shift Kerja. Edisi Kedua. Guna Widya: Surabaya. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pangesti, D. P. (2008). Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kelelahan Pada Operator Alat Berat Pt. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Suralaya. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Indonesia. Profil Perusahaan PT. Ajinomoto Indonesia Tahun Mojokerto. Ramli, S. (2009). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Dian Rakyat. Setyawati, L. (2011). Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Lakassidaya. Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA. Suma mur, P.K. (2010). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. Tarwaka, dkk. (2008) ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 69

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya, baik alam maupun manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di segala aspek mendorong kita untuk dapat mengimbanginya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi kerja, keterampilan, kebosanan, serta peningkatan kecemasan. Kata lelah memiliki arti tersendiri

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO Mahar Ranum Ayuningtyas 1 Abdul Muhith 2 * ) Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (www.indonesiapower.co.id).

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (www.indonesiapower.co.id). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam kebutuhan diciptakan dan dikondisikan untuk memenuhi kehidupan manusia, salah satunya adalah energi. Energi merupakan hal esensial dalam seluruh aktifitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1). BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin meningkat saat ini terasa sangat kompleks dan memberikan manfaat serta kemudahan bagi manusia, tetapi di lain pihak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desain stasiun kerja yang ergonomis merupakan suatu hal yang sangat penting untuk pencapaian suatu produktivitas kerja yang tinggi. Desain stasiun kerja akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI (studi pada pengemudi Bus Jurusan Tasikmalaya-Bandung PT. Hs Budiman 45 Tasikmalaya) Oleh : Rena Meiliani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelelahan kerja merupakan permasalahan yang umum di tempat kerja yang sering kita jumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif observasional untuk mengetahui tingkat kelelahan (fatigue) kerja akibat kegiatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN LAUNDRI RUMAH SAKIT DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2014

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN LAUNDRI RUMAH SAKIT DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN LAUNDRI RUMAH SAKIT DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 The Relation Between Heat Stress with Employee Exhaution in Laundry Instalation Hospital in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif.kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif.kebijakan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan untuk peningkatan, pembentukan, dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif.kebijakan yang mendorong tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

BAB I PENDAHULUAN. tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam suatu proses operasional, baik disektor tradisional maupun moderen (Silalahi, 1991). Menurut ILO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah descriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel independent dan variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

HUBUNGAN ANTARA SHIFT HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DAN STRES KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA TERHADAP KARYAWAN DI INFORMA FURNISHING MANADO Jessica Vena Florencia Ukus*, Paul A.T. Kawatu*, Ricky C. Sondakh* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan industri di Indonesia, mendorong

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan industri di Indonesia, mendorong BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan industri di Indonesia, mendorong munculnya industri baik industri berskala besar, menengah ataupun industri kecil. Hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013 HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 203 Paulinus Masa Sato, Adriani Kadir 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *) ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO Arief Fardiansyah 1 *) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA Yuli Suryani*, Yamtana**, Purwanto** *Alumni Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Salafi Nugrahani, pembangunan Nasional kini sudah memasuki era Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja baik pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, terdapat perubahan gaya hidup masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga mempengaruhi jumlah pesanan pada katering (Tristar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi,

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi, merekognisi, menilai, dan mengendalikan suatu bahaya yang berasal atau terdapat di tempat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS MANUAL HANDLING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA PEMBUATAN BATU BATA

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS MANUAL HANDLING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA PEMBUATAN BATU BATA HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS MANUAL HANDLING DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA PEMBUATAN BATU BATA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP Yulianto Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Dian Husada Mojokerto Email : yulisiip@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin banyak aktivitas manusia, maka kemungkinan seseorang mengalami kelelahan semakin besar. Kelelahan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik. Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DUSUN CANDI WINANGUN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DUSUN CANDI WINANGUN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DUSUN CANDI WINANGUN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DENI RAMDHANI FITRIYATI NIM: 201410104011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya pembangunan industri tentunya akan semakin meningkat pula risiko yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja. Bahaya di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Secara umum, faktor bahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Secara umum, faktor bahaya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempat kerja selalu memiliki berbagai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek penelitian hanya di observasi

Lebih terperinci

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

Universitas Diponegoro   2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 13, Volume, Nomor 1, Tahun 13 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEKERJA DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) dalam model kesehatan yang dibuat sampai tahun 2020 meramalkan gangguan psikis berupa perasaan lelah yang berat dan berujung pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Tinjauan Umum Perusahaan Sejarah singkat perusahaan PT AJINOMOTO. Berawal dari sebuah penemuan besar di Jepang, Dr. Kikunae Ikeda pada tahun 1908 menemukan sumber rasa gurih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif korelasi. Penelitian korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bekerja merupakan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan metode cross-sectional dimana setiap subjek penelitian hanya di observasi satu kali dan

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panas adalah faktor pekerjaan yang dihadapi oleh banyak pekerja hutan di seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di bidang kehutanan

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN Hafriani 1, Defiyani 2 1 Dosen Program Studi D III Kebidanan STIKes Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah. 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat lingkungan semakin hari semakin menimbulkan problema kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) Umumnya di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan makin meningkatnya perkembangan industri di indonesia, kemajuan dari industri tersebut antara lain ditandai pemakaian mesin-mesin yang dapat mengolah dan memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR, TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS PERNIKAHAN, STATUS GIZI DAN KEJADIAN ANEMIA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA BURUH PABRIK PEREMPUAN

HUBUNGAN UMUR, TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS PERNIKAHAN, STATUS GIZI DAN KEJADIAN ANEMIA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA BURUH PABRIK PEREMPUAN HUBUNGAN UMUR, TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS PERNIKAHAN, STATUS GIZI DAN KEJADIAN ANEMIA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA BURUH PABRIK PEREMPUAN Lilis Suryani 1), Rina Marlina 2), Maria Alia Rahayu 3) Prodi Diploma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang di gunkan dalam penelitian ini survei analitik, yaitu penelitian yang menggali bagaimana tingkat pengetahuan dan kualitas hidup lansia.

Lebih terperinci

Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat IGD di RSUD Haji Makassar Tahun 2014

Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat IGD di RSUD Haji Makassar Tahun 2014 Al-Sihah : Public Health Science Journal 39-48 Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat IGD di RSUD Haji Makassar Tahun 2014 Fatmawaty Mallapiang 1, Syamsul Alam 2, Andi Agustina Suyuti

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini responden berjenis kelamin perempuan dikarenakan hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah perempuan. Rata-rata responden berusia produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian observasional, karena di dalam penelitian ini dilakukan observasi berupa pengamatan, wawancara

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan metode diskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (karakteristik

Lebih terperinci

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN : HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN, BEBAN KERJA, DAN SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. BATANG HARI TEMBESI KOTA JAMBI TAHUN 2016 Ummu Kalsum 1), Diah Merdekawati 2), Nur Hidayati

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO Asih Setyorini, Deni Pratma Sari ABSTRAK Perubahan pada masa remaja adalah hormon reproduksi

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DAN STRES KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA TERHADAP KARYAWAN DI PT. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI LAHENDONG KOTA TOMOHON. Herry Kurnia Pondaag*, Paul A. T. Kawatu*, Nancy

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA SHIFT KERJA PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RSU. HERMANA LEMBEAN Beatrice C. Winerungan *, Benedictus S. Lampus,*, Paul A.T Kawatu, * *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. Namun dalam penerapan teknologi tinggi tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO Dwi Helynarti, S.Si *) Abstrak Kanker serviks uteri merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Metode Survai Analitik dengan mengunakan pendekatan cross sectional merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja. Iklim kerja panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No. 13 tahun 2003 (pasal 86,ayat (1) a) bahwa setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI Sukmal Fahri dan Eko Pasha Politeknik Kesehatan Jambi Abstract Pengaruh kebisingan berkaitan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. mencoba meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Karena penelitian ini

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. mencoba meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Karena penelitian ini BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.7 Bentuk Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu mencoba meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Karena penelitian

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional adalah penelitian yang dilakukan tanpa melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM Naga Mas Di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dalam perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam macam

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam macam aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan gerakan yang dinamakan kerja. Bekerja

Lebih terperinci

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG

MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG Eko Arma Rohmawan 1, Widodo Hariyono 2 1,2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci