Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP EXECUTIVE SUMMARY.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP EXECUTIVE SUMMARY."

Transkripsi

1 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP EXECUTIVE SUMMARY. (A) (B) Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan (SDP); 311 Halaman, 5 Tabel, 25 Gambar; (C) Kata Kunci : Konsep Standar, Sumber Daya Manusia (SDM), Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI), Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan (SDP); (D) Daftar Acuan : 39 ( ); (E) Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan (SDP), adalah Penelitian yang dikonstruksikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan dengan Pihak Ketiga dalam hal ini PT. Indo Desain Nusantara, tahun anggaran 2012; PERMASALAHAN : Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan (SDP) belum tersusun. Padahal peningkatan kualitas pelayanan transportasi SDP tidak hanya dilakukan dengan peningkatkan sarana dan prasarana saja, tetapi harus diimbangi dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusianya. Oleh karena itu perlu adanya standar yang jelas mengenai SDM transportasi sungai, danau, dan penyeberangan sehingga kualitas pelayanan dapat ditingkatkan. Secara rinci rumusan masalah di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Bagaimana gambaran mengenai kompetensi SDM Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan pada unit kerja pemerintah dan penyelenggara ASDP? (2) Bagaimana rumusan standar kompetensi SDM Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan pada unit kerja pemerintah dan penyelenggara ASDP? MAKSUD DAN TUJUAN STUDI : Maksud kegiatan adalah melakukan studi penyusunan konsep standar di bidang SDM transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan. Adapun tujuan studi ini adalah: (1) Untuk mengetahui gambaran mengenai kompetensi SDM Transportasi 1

2 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP Sungai Danau dan Penyeberangan pada unit kerja pemerintah dan penyelenggara ASDP; (2) Merumuskan standar kompetensi SDM Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan pada unit kerja pemerintah dan penyelenggara ASDP, dalam hal ini adalah penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan (SDP). KEGUNAAN STUDI : Kegunaan dari studi ini sebagai sumbangan pemikiran bagi Kementerian Perhubungan sebagai aparatur dalam penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan (SDP). RUANG LINGKUP PENELITIAN : 1. Inventarisasi kegiatan - kegiatan penyelenggaraan transportasi SDP; 2. Inventarisasi kebijakan di bidang SDM transportasi SDP; 3. Melakukan studi literatur/benchmarking SDM transportasi SDP dari negara lain 4. Merumuskan minimal 10 (sepuluh) naskah akademis konsep standar di bidang SDM transportasi SDP, yang meliputi: a. Standar kompetensi tenaga pengoperasian sarana SDP; b. Standar kompetensi tenaga pengawas sarana SDP; c. Standar kompetensi tenaga penguji sarana SDP; d. Standar kompetensi tenaga pengoperasian prasarana SDP; e. Standar kompetensi tenaga pengawas prasarana SDP; f. Standar kompetensi tenaga penguji prasarana SDP; g. Standar SDM pemelihara rambu SDP; h. Standar SDM pelaksanaan pemeliharaan dan pengerukan alur SDP; i. Standar ABK angkutan SDP; j. Standar ABK angkutan Sungai yang mengangkut Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 5. Obyek Penelitian dilakukan pada wilayah Jakarta, Palembang, Banjarmasin, Balikpapan, Biak, dan Jayapura,. PROSES PEMAHAMAN DALAM PENYELESAIAN STUDI : Kualifikasi dan Kompetensi SDM Bidang ASDP merupakan komponen yang penting dalam mendukung efektivitas dan efisiensi 2

3 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP kegiatan pelayanan jasa transportasi SDP. Dalam rangka pemberian pelayanan yang efektif dan efisien tersebut pemerintah perlu menyusun konsep standar terkait dengan kualifikasi dan kompetensi SDM bidang ASDP. Kualifikasi dan kompetensi SDM bidang ASDP yang disusun ke dalam suatu standar pada hakikatnya akan mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Kemampuan atau kompetensi memiliki banyak pengertian yang masing-masing menyoroti aspek dan penekanan yang berbeda.. Namun pada dasarnya terdapat suatu kesepakatan umum mengenai elemen kompetensi yang terdiri dari pengetahuan ( Knowledge), keahlian ( Skill), dan tingkah laku ( personal attributs). Skill dan knowledge dipertimbangkan sebagai karakteristik penting yang dibutuhkan setiap orang agar efektif dalam pekerjaan. Standar kompetensi meliputi faktor-faktor yang mendukung seperti pengetahuan dan kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal di tempat kerja serta kemampuan mentransfer dan menerapkan kemampuan dan pengetahuan pada situasi dan lingkungan yang berbeda. Standar kompetensi merupakan rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas/pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja, sesuai dengan kriteria unjuk kerja yang dipersyaratkan. Hal yang lebih penting lagi melalui standar Kualifikasi dan kompetensi SDM bidang ASDP ini, menjadikan pemerintah mempunyai kemampuan melakukan pengaturan, pengendalian, acuan pengawasan dan pedoman dalam mengukur efektivitas dan efisiensi atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya di bidang ASDP. Pada akhirnya pemerintah dapat mengevaluasi atas kemampuan, keahlian, keterampilan, perilaku dan tanggungjawab SDM di bidang ASDP berdasarkan standar tersebut. Kemudian meningkat atau menurunnya tingkat kepuasan masyarakat atau stake holder dapat dipengaruhi oleh kualitas jasa pelayanan transportasi ASDP yang diberikan oleh Aparatur Direktorat Jenderal Perhubungan Darat berserta Unit Kerja di lapangan. Gambaran Kerangka Berpikir di atas dan Pola Pikir Pemecahan Masalah tertuang pada Gambar 1 dan Gambar 2 dengan Pola pikir pemecahan masalah studi ini, dengan mengikuti beberapa tahapan sebagai berikut: 3

4 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP INSTRUMENTAL INPUT Kebijakan Transportasi Sungai dan danau serta penyeberangan: Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran; Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 1999 Tentang Angkutan di Perairan; PP No. 69 Tahun 2001 Tentang Kepelabuhanan International Maritime Organization (IMO); Keputusan Menteri Perhubungan No. 73 Tahun2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai; Kepmenhub No. 53 Tahun 2002 tentang TatananKepelabuhanan; Kepmenhub No. 52 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan; Kepmenhub No. 32 tahun 2001 Tentang Angkutan Penyeberangan. INPUT Standar kompetensi sdm Di bidang Transportasi sungai dan danau serta penyeberangan yang ada saat ini SUBYEK 1. Kementrian Perhubungan 2. Pemda 3. Penyelenggara ASDP OBYEK Standar kompetensi SDM di bidang transportasi sungai dan danau serta penyebrangan METODA Metoda penelitian kualitatif; Pengumpulan data (deskriptif dokumen, catatan lapangan, dll) FGD OUTPUT Tersusunnya Konsep Standar kompetensi SDM di bidang Transportasi sungai dan danau serta penyeberangan ENVIRONMENTAL INPUT Iptek perkapalan, tingkat kecelakaan kapal, pencemaran, adanya otonomi daerah, lemahnya pengawasan, lemahnya koordinasi antar instansi. Rendahnya tingkat pendidikan SDM ASDP Feed Back GAMBAR 1 : Kerangka Berpikir Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP 4

5 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP KEBUTUHAN PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI SDM BIDANG TRANSPORTASI SDP LOKASI PENELITIAN 5 DAERAH DENGAN RESPONDEN PEJABAT PEMERINTAH DAN PENYELENGGARA BAGAIMANA GAMBARAN KOMPETENSI KERJA SDM ASDP SAAT INI? BAGAIMANA RUMUSAN STANDAR KOMPETENSI SDM ASDP PADA UNIT KERJA PEMERINTAH DAN PENYELENGGARA ASDP ANALISIS DAN PEMBAHASAN REKOMENDASI : TERSUSUNNYA KONSEP STANDARDISASI SDM BIDANG TRANSPORTASI SDP Gambar 2 : Alur Pikir Penyelesaian Masalah METODOLOGI PENELITIAN : Secara umum, metodologi studi ini jenis penelitiannya kualitatif dengan metode Analisis Model Spradley (Sugijono, 2009:345) yaitu Ana lisis Domain, Taksonomi, Komponensial dan Tema Kultural sebagai berikut : a. Kajian Kepustakaan yang meliputi review studi terdahulu, studi literatur dan kebijakan yang berkaitan dengan standar kompetensi SDM SDP. b. Pengumpulan data, karena pendekatan penelitian kualitatip maka menggunakan istilah situasi sosial (Sugijono 2009:297) yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku ( actors) dan aktivitas ( activity), Pengumpulan sampel sumber data dalam penelitian kualitatip masih bersifat sementara oleh karena itu teknik pengambilan sumber data penelitian kualitatip bersifat purposive dan snowball (Sugijono, 2009:302) 5

6 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP B G I A D E H J C F Gambar 3 : Proses Pengambilan Sampel Sumber Data DalamPenelitian Kualitatif ( Purposive dan Snowball) Kemudian pelaksanaan pengumpulan data dengan tehnik penggabungan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada atau disebut triangulasi, tepatnya triangulasi sumber yaitu dengan satu teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam pada bermacam-macam sumber data, (Sugijono, 2009:331). A WAWANCARA MENDALAM B C Gambar 4 : Triangulasi Sumber Berkaitan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatip maka tahapan analisis dan evaluasi data dilakukan dengan model Spradley (Sugijono, 2009:345) yaitu analisis domain, taksonomi, komponensial dan tema cultural. Tahapan Penelitian Kualitatip- Spradley adalah sebagai berikut: 1. Memilih Situasi Soaial (Place, Actor, Activiy) 2. Melakukan Observasi Partisipan 3. Mencata hasil Observasi dan Wawancara 4. Melakukan Obesrvasi Deskriptif 5. Melalkukan Analisis Domain 6

7 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP 6. Melakukan Observasi Terfokus 7. Melakukan Analisis Taksonomi 8. Melakukan Observasi Terseleksi 9. Melakukan Analisis Komponensial 10.Melakukan Analisis Tema 11. Temuan Budaya 12. Menulis Laporan Penelitian Kualitatip Mengingat studi ini penyusunan standar kompetensi SDM SDP, maka ada 2 (dua) cara yang dilakukan yaitu: a. Benchmarking dengan mengambil contoh bentuk standar kompetensi dari bidang-bidang lainnya. b. Brainstorming atau Focus Group Discussion (FGD) dengan nara sumber informan setingkat manajer atau ahli (Para Pakar SDP dan Masyarakat/Stake Holder SDP. Penelitian ini dilakukan pada unit kerja pelayanan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan unit kerja Dinas Perhubungan Pemda/kab/kota berkaitan dengan kebutuhan data sekunder dan primer untuk pelaksanaan penyusunan konsep standar SDM bidang ASDP, yang mayoritas mewakili ciri pelaksanaan penyusunan konsep standar tersebut yaitu pada 6 (enam) kota di Indonesia, yaitu: Palembang, Banjarmasin, Balikpapan, Jayapura, Biak, dan Jakarta. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian meliputi : 1. Inventarisasi kebijakan tranportasi ASDP sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2. Inventarisasi kebijakan pelaksanaan tugas kerja aparat di bidang tranportasi ASDP pada Direktorat Jenderal Perhubungan DaratKementerian Perhubungan; 3. Inventarisasi standar profesi,kompetensi, keahlian SDM di bidang sungai dan danau serta penyeberangan sesuai bidang kerjanya masing-masing; 4. Penyusunan konsep persiapan pelaksanaan rencana kerjastudi (tujuan untuk pemantapan metodologi penelitian) 5. Survai data sekunder meliputi tugas pokok dan fungsi aparat Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, mekanisme kerja dan fasilitas peralatan pendukung dan standar yang ada. 6. Analisis dan evaluasi standar SDM di bidang ASDP dan penyusunan format standar SDM di bidang ASDP dalam mendukung efektivitas dan efisiensi jasa pelayanan transportasi laut. 7

8 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP 7. Menyusun kesimpulan dan rekomendasi konsep standar SDM bidang ASDP diharapkan memberikan efektivitas dan efisiensi jasa pelayanan transportasi bagi kepentingan masyarakat/stake holders. A. AKTIVITAS INVENTARISASI KEBIJAKAN SURVAI DATA SEKUNDER KAJIAN KEBIJAKAN BIDANG SDP INVENTARISASI KEBIJAKAN PELAKSANAAN TUGAS KERJA TUPOKSI MEK.KERJA FAS, ALAT, DUKUNGAN STANDAR YG ADA KAJIAN KOMPETENSI DAN KEAHLIAN SDM INVENTARISASI STANDAR KOMPETENSI SDM SURVAI DATA KUALITATIF PROFESIONAL, KOMPETENSI, FGD PENYUSUNAN KONSEP PERSIAPAN PELAKSANAAN RENCANA KERJA STUDI (PEMANTAPAN KOMPILASI DATA SURVAI GAMBARAN PROF, KOMP DAN AHLI SDM TRANS. SDP KAJIAN FORMAT STANDAR SDM TRANS SDP PENYUSUNAN REKOMENDASI STANDAR KOMPETENSI SDM BID, TRANSPORTASI GAMBARAN ATAS STANDAR YANG ADA C. PRODUK TAHAP LAPORAN TAHAP LAPORAN TAHAP LAPORAN TAHAP LAPORAN PENDAHULUAN ANTARA SEMI RAMPUNG AKHIR B. TAHAPAN PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA ANALISIS DAN EVALUASI REKOMENDASI Gambar 5 : Rancangan dan Tahapan Penelitian 8

9 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP RINGKASAN HASIL SURVEY a. Kompetensi SDP yang ada lebih ke Penyeberangan, sementara Sungai dan Danau relatif belum ada standar kompetensinya. Peraturan dan perundangan yang terbaru sudah memisahkan Sungai Danau dengan Penyeberangan. b. Kompetensi SDP secara umum merujuk ke kompetensi pelayaran dan pelabuhan laut, sesuai dengan STCW dan IMO, demikian juga dengan pelatihan-pelatihan kompetensi dan kecakapan pelaut. c. Secara umum kompetensi SDP dapat dibagai ke dalam 3 bidang, yaitu: Sarana / Kapal, Prasarana / Pelabuhan / Dermaga, dan lain-lain / khusus, seperti: pengerukan, perambuan, pengangkutan barang berbahaya dll. (Pada PP No. 8 Tahun 2010 tentang Angkutan Multimoda, disebutkan Barang Berbahaya atau Dangerous Goods mengikuti standar internasionl. Barang Beracun sudah termasuk bagian Barang Berbahaya / IMDG). d. Bidang kompetensi sarana dan prasarana / kapal dan pelabuhan lebih memiliki standar kompetensi SDM, sedangkan bidang khusus, seperti pengerukan dan perambuan belum ada. Sebagai dasar penyusunan kompetensi menggunakan aturan perundangan yang berlaku. e. Tugas pokok dan fungsi berikut pencapaian masing-masing bidang kompetensi sudah ada, namun untuk uraian kerja dan SOP yang lebih rinci masih belum ada. f. Survei dilaksanakan di instansi pemerintah Pemda: Dinas perhubungan provinsi / Kabupaten, Adpel, Kanpel; PT ASDP Ferry Persero; dan BP2TD / D.III LLSDP. Instansi Pemda yang paling kurang SDM yang memiliki kompetensi / kualifikasi SDP. g. Banyak petugas di lapangan yang belum mengetahui aturan terbaru serta belum mempunyai kompetensi dan kecakapan yang sesuai dengan jabatan yang diembannya. h. Komposisi Kapal / Sarana berdasarkan umur: 40% di bawah 20 tahun dan 51 % di atas 20 tahun. i. Mayoritas pengelola sarana adalah pihak swasta sebanyak 51%, kemudian PT. ASDP Ferry (persero) 44%, dan PEMDA sebanyak 5%. j. Pelabuhan penyeberangan / prasarana umumnya dikelola oleh Pemda sebanyak 76 pelabuhan. Diikuti oleh PT ASDP Ferry (Persero) sebanyak 34 unit, terakhir UPT Pelabuhan Penyeberangan hanya mengeloala 3 unit pelabuhan penyeberangan. k. Pada tahun 2011 dan 2012 terdapat beberapa regulasi baru yang berkaitan dengan angkutan sungau danau dan penyeberangan. Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor. 9

10 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP 85 Tahun 2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan Penyeberangan, maka pengelolaan pelabuhan penyeberangan akan dikelola oleh kantor Otoritas Pelabuhan Penyeberangan. Dengan demikian pengelolaan pelabuhan / prasarana, termasuk dengan pengawasan penyebrangan sudah bukan di PT ASDP lagi, semuanya akan dikelola oleh Kantor Otoritas Pelabuhan Penyeberangan. Pada saat survey ini dilaksanakan, otoritas pelabuhan penyeberangan belum diterapkan. l. Di dalam Peraturan Pemerintah terbaru mengenai SDM Transportasi, sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Manusia Di Bidang Transportasi, SDM SDP tidak dibahas. Di dalam PP tersebut SDM SDP dikategorikan di dalam SDM di bidang pelayaran dan perairan. Sumber daya manusia di bidang transportasi, meliputi: 1) sumber daya manusia di bidang lalu lintas dan angkutan jalan; 2) sumber daya manusia di bidang perkeretaapian; 3) sumber daya manusia di bidang pelayaran; 4) sumber daya manusia di bidang penerbangan; dan; 5) sumber daya manusia di bidang multimoda transportasi m. Dari PP Nomor 51 Tahun 2012 tentang SDM Transportasi dapat dikembangkan suatu gambar besar 22 subsektor SDM transportasi berikut kode 2 huruf unik yang dapat dipergunakan sebagai kodifikasi kompetensi SDM Tranportasi sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 di bawah. 10

11 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP Tabel 1: Kode 2 huruf 22 Subsektor SDM Transportasi No Rincian Kode 2. Huruf 1 a. sumber daya manusia di bidang lalu lintas dan LJ angkutan jalan 2 a. lalu lintas jalan; LL 3 b. angkutan umum; UM 4 c. kendaraan; KE 5 d. prasarana lalu lintas jalan; dan PL 6 e. keselamatan lalu lintas jalan KL 7 b. sumber daya manusia di bidang perkeretaapian KA 8 a. sarana kereta api; dan SK 9 b. prasarana kereta api. PK 10 c. sumber daya manusia di bidang pelayaran AL 11 a. angkutan di perairan / Sungai Danau Penyeberangan SD 12 b. kepelabuhanan; KP 13 c. keselamatan dan keamanan pelayaran; dan KK 14 d. perlindungan lingkungan maritim LM 15 d. sumber daya manusia di bidang penerbangan TE 16 a. pesawat udara; PU 17 b. angkutan udara; AU 18 c. kebandarudaraan; BU 19 d. navigasi penerbangan; NP 20 e. keselamatan penerbangan; dan SP 21 f. keamanan penerbangan. AP 22 e. sumber daya manusia di bidang multimoda MM transportasi 1 a. bidang lalu lintas dan angkutan jalan; LL 7 b. bidang perkeretaapian; KA 10 c. bidang pelayaran; dan/atau LA 15 d. bidang penerbangan. TE 11

12 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP Untuk memudahkan kodifikasi dan klasifikasi kompetensi SDM SDP dapat dipetakan menjadi : SDM SDP pada bidang Sarana (Kapal pengangkut) dan SDM SDP Prasarana (Pelabuhan SDP) sebagai berikut: Gambar 6: Pemetaan Kompetensi ASDP Klasifikasi SDM SDP menjadi dua bagian: sarana dan prasarana SDP ini akan dipergunakan dalam kodifikasi kompetensi. RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (RSKKNI) DI BIDANG SDM SDP Di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), terdapa t empat tahapan di dalam penetapannya, meliputi: a.perencanaan penyusunan RSKKNI ; b.penyusunan RSKKNI; c.pembakuan RSKKNI; d.penetapan SKKNI ; 12

13 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP Studi Konsep awal Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ( RSKKNI) di bidang SDM SDP ini, mencoba penyusunannya dengan mengacu kepada Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Dan Produktivitas nomor : Kep.297/LATTAS/XII/2007, tentang Pedoman Tata Cara Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Dalam menyusun SKKNI, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan antara lain adalah : 1. Komite SKKNI sangat perlu melakukan pemetaan terlebih dahulu untuk mengidentifikasi lingkup sektor, sub sektor, bidang dan sub bidang pekerjaan yang akan disusun RSKKNI nya, sehingga diperoleh kejelasan bidang pekerjaan apa saja yang menjadi target penyusunan RSKKNI nya, untuk menghindari dibelakang hari terjadi duplikasi dan tumpang tindih. Disamping itu bagi instansi Pembina akan lebih mudah untuk mengadakan pemantauan, pembinaan dan pengendalian aspek kelanjutan setelah disahkannya RSKKNI menjadi SKKNI. 2. Acuan untuk melakukan pemetaan terhadap sektor, sub sektor, bidang dan sub bidang menggunakan pedoman Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). 3. Penentuan Sektor, sub sektor, bidang dan sub bidang pekerjaan akan sangat membantu mengindentifikasi jumlah dan jenis unit kompetensi serta ruang lingkup cakupan kompetensi untuk suatu bidang pekerjaan yang akan disusun dan dituangkan dalam RSKKNI nya. 4. Departemen Teknis Pembina sektor sebagai instansi pembina melalui Komite Teknis di sektornya dianggap pihak yang paling mengetahui dan wajib melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap Tim Penyusun/konsultan yang ditunjuk untuik melakukan penyususn RSKKNI yang menjadi domain pembinaannya. 5. Struktur SKKNI dalam penyusunannya mempunyai urutan sebagai berikut : a. Sektor ; b. Sub Sektor ; c. Bidang ; d. Sub Bidang ; e. Pekerjaan /Bidang keahlian/profesi ; f. Unit Kompetensi; g. Elemen kompetensi ; h. Kriteria untjuk kerja ; i. Batasan variabel ; j. Panduan penilaian dan k. Kompetensi Kunci ; 13

14 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP Struktur SKKNI lebih jelas digambarkan sebagaimana bagan di bawah ini : 1. Sektor Gambar 7 Bagan Struktur SKKNI 2. Sub Sektor 3. Bidang 4. Sub Bidang 5.Pekerjaan/Jabatan/Profesi 6.Unit Kompetensi 7. Elemen Kompetensi 8. Kriteria Unjuk Kerja 9. Batasan Variabel 10. Panduan Penilaian 12. Level Kompetensi Kunci 13. Kualifikasi Kompetensi 11. Kompetensi Kunci Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ini disusun berdasarkan acuan pola RMCS (Regional Model Competency Standard) sebagaimana yang telah disepakati oleh negara dikawasan Asia Pasifik Penyusunan Unit Kompetensi dengan menggunakan pola RMCS, memuat unsur-unsur : 1. Kode unit 2. Judul unit 14

15 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP 3. Deskripsi unit 4. Elemen kompetensi 5. Kriteria unjuk kerja 6. Batasan variabel 7. Panduan penilaian 8. Kompetensi kunci Unsur-unsur tersebut dalam unit kompetensi harus tercermin pada SKKNI, karena unit kompetensi tersebut akan ditindaklanjuti dalam langkah selanjutnya, untuk keperluan penyusunan program pelatihan, materi uji kompetensi dalam rangka jaminan kualitas tenaga kerja. Pengelompokan unit kompetensi pada SKKNI untuk satu bidang keahlian/pekerjaan dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu: 1. Kelompok Kompetensi Umum (General) Pada Kelompok Kompetensi Umum ini mencakup unit-unit kompetensi yang berlaku dan dibutuhkan pada hampir semua sub bidang keahlian/pekerjaan. Sebagai contoh kompetensi yang terkait dengan penerapan dan pelaksanaan kebijakan Keselamatan Pelayaran oleh unit kerja, perencanaan tugas yang bersifat rutin, penerapan prosedur-prosedur baku/mutu, komunikasi kerja sesama petugas di tempat kerja dan/atau sesuai kondisi bidang pekerjaan tertentu. 2. Kelompok Kompetensi Inti (Fungsional) Kelompok Kompetensi Inti ini mencakup unit-unit kompetensi yang diperlukan untuk mengerjakan tugas pokok fungsi pada bidang keahlian/pekerjaan tertentu dan merupakan unit-unit yang harus /wajib tercantum pada bidang keahlian/pekerjaan dimaksud. Sebagai contoh: menerapkan sistem mutu, mengatur dan menganalisis informasi, membuat laporan, membuat rencana kegiatan yang lengkap dan dipersyaratkan pada bidang pekerjaan/keahlian/profesi tersebut. Unit kompetensi inti keberadaannya tidak bisa ditawar dan harus tercantum serta harus dilaksanakan oleh setiap orang/individu yang akan menyandang profesi tersebut. 3. Kelompok Kompetensi Khusus (Spesifik) Kelompok Kompetensi Khusus ini mencakup unit-unit kompetensi yang dapat ditambahkan ke dalam sub bidang keahlian/pekerjaan tertentu yang memerlukan kekhususan/spesialisasi dan memerlukan kemampuan analisis yang mendalam dan terstruktur. Unit-unit ini sebagai tambahaan khusus yang diperlukan oleh setiap pengguna yang berbeda pada sektor tersebut (muatan lokal). Sebagai contoh pada keahlian pengukuran kapal sektor tertentu memerlukan tambahan persyaratan, misal untuk sektor perhubungan/sub sektor perhubungan laut pekerja pengukuran kapal harus menguasai 15

16 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP kompetensi pengukuran konstruksi kapal secara teknis (panjang, lebar, dan lain sebagainya dan sebagainya). 4. Kelompok Kompetensi Pilihan (Optional) Kompetensi Pilihan ini mencakup unit kompetensi yang dipilih oleh pekerja, pengguna, sektor tertentu yang bersifat sangat penting dan pada keahlian tertentu/kualifikasi tinggi. Kompetensi pilihan biasanya dipakai untuk mencapai kualifikasi yang dipersyaratkan pada jenis keahlian. Sebagai contoh seorang yang dipersyaratkan untuk menduduki jenjang kualifikasi/jabatan tertentu harus menguasai kompetensi dari salah satu disiplin ilmu, keahlian dan pengalaman di bidangnya selama kurun waktu tertentu. KUALIFIKASI I II Kerangka Kualifikasi pada dasarnya adalah penetapan terhadap tingkat/jenjang kualifikasi pada suatu bidang pekerjaan yang akan disusun Rancangan SKKNI nya. Berdasarkan amanat PP No. 31 Tahun 2006 tentang Sislatkernas pasal 5 ayat (2), bahwa Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) ditetapkan sebanyak 9 (sembilan) jenjang yaitu dari jenjang terendah sertifikat I sampai dengan jenjang tertinggi sertifikat IX. Sebagai acuan penuangan kerangka kualifikasi, berikut ini kisi-kisi parameter nya ( lihat tabel dibawah ini). Tabel 2 Rumusan parameter KKNI berdasarkan PP 31 Tahun PARAMETER-PARAMETER KEGIATAN PENGETAHUAN TANGGUNG JAWAB Melaksanakan Mengungkap Terhadap kegiatan kegiatan: kembali sesuai arahan Lingkup terbatas Menggunakan Dibawah Berulang dan pengetahuan pengawasan sudah biasa terbatas langsung Dalam konteks Tidak memerlukan Tidak ada tanggung yang terbatas gagasan baru jawab terhadap Melaksanakan kegiatan : Lingkup agak luas Mapan dan sudah biasa Dengan pilihanpilihan yang terbatas terhadap sejumlah tanggapan rutin Menggunakan pengetahuan Dasar operasional Memanfaatkan informasi yang tersedia Menerapkan pemecahan masalah yang sudah baku Memerlukan pekerjaan orang lain Terhadap kegiatan sesuai arahan Dibawah pengawasan tidak langsung dan pengendalian mutu Punya tanggung jawab terbatas terhadap kuantitas dan mutu Dapat diberi tanggung jawab 16

17 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP KUALIFIKASI III IV V PARAMETER-PARAMETER KEGIATAN PENGETAHUAN TANGGUNG JAWAB sedikit gagasan membimbing orang lain Melaksanakan kegiatan: Dalam lingkup yang luas dan memerlukan keterampilan yang sudah baku Dengan pilihanpilihan terhadap sejumlah prosedur Dalam sejumlah konteks yang sudah biasa Melakukan kegiatan : Dalam lingkup yang luas dan memerlukan kete-rampilan dan penalaran khusus Dengan pilihanpilihan yang banyak terhadap sejumlah prosedur Dalam berbagai konteks yang sudah biasa maupun yang tidak biasa Melakukan kegiatan : Dalam lingkup yang luas dan memerlukan keterampilan baru Menggunakan pengetahuanpengetahuan teoritis yang relevan Menginterpretasi kan informasi yang tersedia Menggunakan perhitungan dan pertimbangan Menerapkan sejumlah pemecahan masalah yang sudah baku Menggunakan basis pengetahuan yang luas dengan mengaitkan sejumlah konsep teoritis Membuat interpretasi analisis terhadap data yang tersedia Pengambilan sejumlah pemecahan masalah yang bersifat inovatif terhadap masalah-masalah yang konkrit dan kadang-kadang tidak biasa Menerapkan basis pengetahuan yang luas dengan pendalaman yang Terhadap kegiatan sesuai arahan dengan otonomi terbatas Di bawah pengawasan tidak langsung dan pemeriksaan mutu Bertanggung jawab secara memadai terhadap kuantitas dan mutu hasil kerja Dapat diberi tanggung jawab terhadap hasil kerja orang lain Terhadap kegiatan yang direncanakan sendiri Dibawah bimbingan dan evaluasi yang luas Bertanggung jawab penuh terhadap kualitas dan mutu hasil kerja Dapat diberi tanggung jawab terhadap kualitas dan mutu hasil kerja orang lain Melakukan : Kegiatan yang diarahkan sendiri dan kadang-kadang memberikan arahan kepada orang lain 17

18 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP KUALIFIKASI VI VII PARAMETER-PARAMETER KEGIATAN PENGETAHUAN TANGGUNG JAWAB penalaran teknis khusus (spesialisasi) Dengan pilihanpilihan yang sangat luas terhadap sejumlah prosedur yang baku dan tidak baku Yang memerlukan banyak pilihan prosedur standar maupun non standar Dalam konteks yang rutin maupun non rutin Melakukan kegiatan : Dalam ruang lingkup yang sangat luas dan memerlukan keterampilan penalaran teknis khusus Dengan pilihanpilihan yang sangat luas terhadap sejumlah prosedur yang baku dan tidak baku serta kombinasi prosedur yang tidak baku Dalam konteks rutin dan tidak rutin yang berubah-ubah sangat tajam cukup di beberapa area Membuat interpretasi analitik terhadap sejumlah data yang tersedia yang memiliki cakupan yang luas Menentukan metode-metode dan prosedur yang tepat guna dalam pemecahan sejumlah masalah yang konkrit yang mengandung unsur-unsur teoritis Menggunakan pengetahuan khusus yang mendalam pada beberapa bidang Melakukan analisis, mem-buat ulang dan mengevaluasi informasiinformasi yang cakupannya luas Merumuskan langkah-langkah pemecahan yang tepat, baik untuk masalah yang konkrit maupun abstrak Dengan pedoman atau fung-si umum yang luas Kegiatan memerlukan tanggung jawab penuh baik sifat, jumlah maupun mutu dari hasil kerja Dapat diberi tanggung jawab terhadap pencapaian hasil kerja kelompok Melaksanakan : Pengelolaan kegiatan/ proses kegiatan Dengan parameter yang luas untuk kegiatan-kegiatan yang sudah tertentu Kegiatan dengan penuh akuntabilitas untuk menentukan tercapainya hasil kerja pribadi dan atau kelompok Dapat diberi tanggung jawab terhadap pencapaian hasil kerja organisasi Mencakup keterampilan pengetahuan dan tanggung jawab yang 18

19 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP KUALIFIKASI VIII IX PARAMETER-PARAMETER KEGIATAN PENGETAHUAN TANGGUNG JAWAB memungkinkan seseorang untuk: Menjelaskan secara sistemik dan koheren atas prinsip-prinsip sesama dari suatu bidang dan, Melaksanakan kajian, penelitian dan kegiatan intelektual secara mandiri di suatu bidang, menunjukkan kemandirian intelektual secara analisis yang tajam dan komunikasi yang baik Mencakup keterampilan, pengetahuan dan tanggung jawab yang memungkinkan seseorang untuk: Menunjukkan penguasaan suatu bidang dan, Merencanakan dan melaksanakan proyek penelitian dan kegiatan intelektual secara original berdasarkan standar-standar yang diakui secara internasional Mencakup keterampilan, pengetahuan dan tanggung jawab yang memungkinkan seseorang untuk: Mengembangkan pengetahuan original melalui penelitian dan kegiatan intelektual yang dinilai oleh ahli independen berdasarkan standar internasional Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi baku kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia. KBLI disusun untuk menyediakan satu set kerangka klasifikasi kegiatan ekonomi yang komprehensif di Indonesia agar dapat digunakan untuk penyeragaman pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data statistik menurut kegiatan ekonomi, serta untuk mempelajari keadaan atau perilaku ekonomi menurut kegiatan ekonomi. Dengan penyeragamanan tersebut, data statistik kegiatan ekonomi dapat dibandingkan dengan format yang standar pada tingkat internasional, nasional, maupun regional. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Tahun 2009 yang diterbitkan dalam Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia merupakan revisi dari KBLI Tahun Revisi klasifikasi dilakukan karena terjadinya pergeseran lapangan usaha dan munculnya beberapa lapangan usaha baru, yang menyebabkan banyak kegiatan ekonomi belum ada klasifikasinya. Revisi juga menghasilkan klasifikasi yang lebih rinci dan lebih lengkap dibandingkan versi sebelumnya untuk mengidentifikasi pergeseran lapangan usaha dan munculnya kegiatan ekonomibaru. Dengan demikian data ekonomi dapat dikumpulkan dan disajikan dalam format yang didesain untuk tujuan analisis, pengambilan keputusan, dan perencanaan kebijakan, yang dapat lebih merefleksikan fenomena perekonomian terkini. 19

20 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP Struktur dan pemberian kode KBLI adalah sebagai berikut : a. Kategori, menunjukkan garis pokok penggolongan kegiatan ekonomi. Penggolongan ini diberi kode satu digit kode alfabet. Dalam KBLI, seluruh kegiatan ekonomi di Indonesia digolongkan menjadi 21 kategori. Kategori-kategori tersebut diberi kode huruf dari A sampai dengan U. b. Golongan Pokok, merupakan uraian lebih lanjut dari kategori. Setiap kategori diuraikan menjadi satu atau beberapa golongan pokok (sebanyak-banyaknya lima golongan pokok, kecuali industri pengolahan) menurut sifat masing-masing golongan pokok. Setiap golongan pokok diberi kode dua digit angka. c. Golongan, merupakan uraian lebih lanjut dari golongan pokok (butir b). Kode golongan terdiri dari tiga digit angka, yaitu dua digit angka pertama menunjukkan golongan pokok yang berkaitan, dan satu digit angka terakhir menunjukkan kegiatan ekonomi dari setiap golongan yang bersangkutan. Setiap golongan pokok dapat diuraikan menjadi sebanyak-banyaknya sembilan golongan. d. Subgolongan, merupakan uraian lebih lanjut dari kegiatan ekonomi yang tercakup dalam suatu golongan (butir c). Kode Subgolongan terdiri dari empat digit, yaitu kode tiga digit angka pertama menunjukkan golongan yang berkaitan, dan satu digit angka terakhir menunjukkan kegiatan ekonomi dari Subgolongan bersangkutan. Setiap golongan dapat diuraikan lebih lanjut menjadi sebanyakbanyaknya sembilan Subgolongan. e. Kelompok, dimaksudkan untuk memilah lebih lanjut kegiatan yang dicakup dalam suatu Subgolongan menjadi beberapa kegiatan yang lebih homogen. Sehingga kodifikasi SDP menjadi: 20

21 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP H I 01 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) KBLI Pakar, Praktisi dan LDP/Stakeholder (1) H : (2) 50 : (3) 02 : (4) 01 : (5) 02 : (6) 01 : 00 (7) : I (8) : (9) 01 : Kategori, kegiatan JASA TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN diisi dengan kategori H Golongan Pokok: 50 ANGKUTAN AIR Golongan,. 02: Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Sub Golongan : 01: ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN UNTUK PENUMPANG Kelompok:. 02: ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU UNTUK PENUMPANG DENGAN TRAYEK TIDAK TETAP DAN TIDAK TERATUR Sub Kelompok: 01: Sarana Angkutan / Kapal 02: Prasarana / Pelabuhan SDP Bagian: 00 Semua Golongan 01 Golongan A, Perahu kecil 02 Golongan B. Perahu sedang 03 Golongan C, Perahu besar, > 7 GT 04 Golongan D, Penyeberangan Kualifikasi kompetensi, untuk menetapkan jenjang kualifikasi kompetensi kerja dan yang terendah s/d yang tertinggi untuk masing-masing nama pekerjaan/jabatan/profesi, diisi dengan 1 digit angka romawi dengan mengacu pada perjenjangan KKNI, yaitu: - Kualifikasi I untuk Sertifikat 1 - Kualifikasi II untuk Sertifikat 2 - Kualifikasi III untuk Sertifikat 3 - Kualifikasi IV untuk Sertifikat 4 - Kualifikasi V s/d IX untuk Sertifikat 5 s/d 9 Versi, untuk Paket SKKNI diisi dengan nomor urut versi dan menggunakan 2 digit angka, mulai dari 01, 02 dan seterusnya. 21

22 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP Standar Kompetensi Kerja disusun menggunakan format standar kompetensi kerja. Untuk menuangkan standar kompetensi kerja menggunakan urutan-urutan sebagaimana struktur SKKNI. Dalam SKKNI terdapat daftar unit kompetensi yang terdiri atas unit-unit kompetensi yang sebelumnya telah teridentifikasi dan disepakati masuk dalam cakupan bidang pekerjaan yang disusun RSKKNI nya. Setiap unit kompetensi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari susunan daftar unit kompetensi sebagai berikut : a. Kode Unit Kompetensi Kode unit kompetensi mengacu kepada kodifikasi yang memuat sektor, sub sektor/bidang, kelompok unit kompetensi, nomor urut unit kompetensi dan versi., yaitu : T R A. S D ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) 1) Sektor/Bidang Lapangan Usaha : Untuk sektor (1) mengacu sebagaimana dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), diisi dengan 3 huruf kapital dari nama sektor/bidang lapangan usaha. TRANSPOR & PERGUDANGAN (TRA). 2) Sub Sektor/Sub Bidang Lapangan Usaha : Untuk sub sektor (2) mengacu sebagaimana dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), diisi dengan 2 huruf kapital dari nama Sub Sektor/Sub Bidang. SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN: SD 3) Kelompok Unit Kompetensi : Untuk kelompok kompetensi (3), diisi dengan 1 digit angka pertama untuk masing-masing kelompok, yaitu : 1: Untuk kode Kelompok unit kompetensi umum (general) 2: Untuk kode Kelompok unit kompetensi inti (fungsional). 3. Untuk kode kelompok unit kompetensi khusus (spesifik) 4. Untuk kode kelompok unit kompetensi pilihan (optional) Satu digit angka kedua untuk pilihan : 1: Untuk kode Kelompok Sarana SDP 2: Untuk kode Kelompok Prasarana SDP 4) Nomor urut unit kompetensi Untuk nomor urut unit kompetensi (4), diisi dengan nomor urut unit kompetensi dengan menggunakan 3 digit angka, mulai dari angka 001, 002, 003 dan seterusnya pada masing-masing kelompok unit kompetensi. Nomor urut unit kompetensi ini 22

23 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP disusun dari angka yang paling rendah ke angka yang lebih tinggi. Hal tersebut untuk menggambarkan bahwa tingkat kesulitan jenis pekerjaan pada unit kompetensi yang paling sederhana tanggung jawabnya ke jenis pekerjaan yang lebih besar tanggung jawabnya, atau dari jenis pekerjaan yang paling mudah ke jenis pekerjaan yang lebih komplek. 5) Versi unit kompetensi Versi unit kompetensi (5), diisi dengan 2 digit angka, mulai dari angka 01, 02 dan seterusnya. Versi merupakan urutan penomoran terhadap urutan penyusunan/penetapan unit kompetensi dalam penyusunan standar kompetensi yang disepakati, apakah standar kompetensi tersebut disusun merupakan yang pertama kali, revisi dan atau seterusnya. b. Judul Unit Kompetensi Judul unit kompetensi, merupakan bentuk pernyataan terhadap tugas/pekerjaan yang akan dilakukan. Judul unit kompetensi harus menggunakan kalimat aktif yang diawali dengan kata kerja aktif yang terukur. 1) Kata kerja aktif yang digunakan dalam penulisan judul unit kompetensi diberikan contoh antara lain : memperbaiki, mengoperasikan, melakukan, melaksanakan, menjelaskan, mengkomunikasikan, menggunakan, melayani, merawat, merencanakan, membuat dan lain-lain. 2) Kata kerja aktif yang digunakan dalam penulisan judul unit kompetensi sedapat mungkin dihindari penggunaan kata kerja antara lain : memahami, mengetahui, menerangkan, mempelajari, menguraikan, mengerti dan atau yang sejenis. c. Diskripsi Unit Kompetensi Diskripsi unit kompetensi merupakan bentuk kalimat yang menjelaskan secara singkat isi dari judul unit kompetensi yang mendiskripsikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu tugas pekerjaan yang dipersyaratkan dalam judul unit kompetensi. d. Elemen Kompetensi Elemen kompetensi adalah merupakan bagian kecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan aktivitas yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut. Elemen kompetensi ditulis menggunakan kalimat aktif dan jumlah elemen kompetensi untuk setiap unit kompetensi terdiri dari 2 sampai 5 elemen kompetensi. 23

24 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP Kandungan dari elemen kompetensi pada setiap unit kompetensi dapat mencerminkan unsur : merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan. e. Kriteria Unjuk Kerja Kriteria unjuk kerja merupakan bentuk pernyataan yang menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk memperagakan hasil kerja/karya pada setiap elemen kompetensi. Kriteria unjuk kerja harus mencerminkan aktivitas yang dapat menggambarkan 3 aspek yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Untuk setiap elemen kompetensi dapat terdiri 2 s/d 5 kriteria unjuk kerja dan dirumuskan dalam kalimat terukur dengan bentuk pasif. Pemilihan kosakata dalam menulis kalimat KUK harus memperhatikan keterukuran aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja, yang ditulis dengan memperhatikan level taksonomi Bloom dan pengembangannya yang terkait dengan aspek-aspek psikomotorik, kognitif dan afektif sesuai dengan tingkat kesulitan pelaksanaan tugas pada tingkatan/urutan unit kompetensi. f. Batasan Variabel Batasan variabel untuk unit kompetensi minimal dapat menjelaskan: 1) Konteks variabel yang dapat mendukung atau menambah kejelasan tentang isi dari sejumlah elemen unit kompetensi pada satu unit kompetensi tertentu, dan kondisi lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan tugas. 2) Perlengkapan yang diperlukan seperti peralatan, bahan atau fasilitas dan materi yang digunakan sesuai dengan persyaratan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan unit kompetensi. 3) Tugas yang harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan unit kompetensi. 4) Peraturan-peraturan yang diperlukan sebagai dasar atau acuan dalam melaksanakan tugas untuk memenuhi persyaratan kompetensi. g. Panduan Penilaian Panduan penilaian ini digunakan untuk membantu penilai dalam melakukan penilaian/pengujian pada unit kompetensi antara lain meliputi: 1) Penjelasan tentang hal-hal yang diperlukan dalam penilaian antara lain : prosedur, alat, bahan dan tempat penilaian serta penguasaan unit kompetensi tertentu, dan unit kompetensi yang 24

25 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP harus dikuasai sebelumnya sebagai persyaratan awal yang diperlukan dalam melanjutkan penguasaan unit kompetensi yang sedang dinilai serta keterkaitannya dengan unit kompetensi lain. 2) Kondisi pengujian merupakan suatu kondisi yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi kerja, dimana, apa dan bagaimana serta lingkup penilaian mana yang seharusnya dilakukan, sebagai contoh pengujian dilakukan dengan metode test tertulis, wawancara, demonstrasi, praktek di tempat kerja dan menggunakan alat simulator. 3) Pengetahuan yang dibutuhkan, merupakan informasi pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung tercapainya kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi tertentu. 4) Keterampilan yang dibutuhkan, merupakan informasi keterampilan yang diperlukan untuk mendukung tercapainya kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi tertentu. 5) Aspek kritis merupakan aspek atau kondisi yang harus dimiliki seseorang untuk menemukenali sikap kerja untuk mendukung tercapainya kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi tertentu. h. Kompetensi Kunci Kompetensi kunci merupakan persyaratan kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai unjuk kerja yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan tugas pada unit kompetensi tertentu yang terdistribusi dalam 7 (tujuh) kriteria kompetensi kunci antara lain: 1) Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi. 2) Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3) Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan. 4) Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 5) Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 6) Memecahkan masalah 7) Menggunakan teknologi Masing-masing dari ketujuh kompetensi kunci tersebut, memiliki tingkatan dalam tiga katagori. Katagori sebagaimana dimaksud tertuang dalam tabel gradasi kompetensi kunci berikut (Lihat tabel gradasi kompetensi kunci). Tabel gradasi kompetensi kunci merupakan daftar yang menggambarkan: Kompetensi kunci (berisi 7 kompetensi kunci) Tingkat/nilai (1, 2 dan 3). 25

26 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP KOMPETENSI KUNCI 1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 2. Mengkomunikasika n informasi dan ideide 3.Merencanakan dan meng-organisasikan kegiatan 4.Bekerjasama dengan orang lain & kelompok 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 6. Memecahkan masalah Tabel 3 Gradasi (Tingkatan) Kompetensi Kunci TINGKAT 1 Melakukan Kegiatan Mengikuti pedoman yang ada dan merekam dari satu sumber informasi Menerapkan bentuk komunikasi untuk mengantisipasi kontek komunikasi sesuai jenis dan gaya berkomunikasi. Bekerja di bawah pengawasan atau supervisi Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah dipahami /aktivas rutin Melaksanakan tugastugas yang sederhana dan telah ditetapkan Memecahkan masalah untuk tugas rutin di bawah pengawasan /supervisi TINGKAT 2 Mengelola Kegiatan Mengakses dan merekam lebih dari satu sumber informasi Menerapkan gagasan informasi dengan memilih gaya yang paling sesuai. Mengkoordinir dan mengatur proses pekerjaan dan menetapkan prioritas kerja Melaksanakan kegiatan dan membantu merumuskan tujuan Memilih gagasan dan teknik bekerja yang tepat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang komplek Memecahkan masalah untuk tugas rutin secara mandiri berdasarkan pedoman/ panduan TINGKAT 3 Mengevaluasi dan Memodifikasi Proses Meneliti dan menyaring lebih dari satu sumber dan mengevaluasi kualitas informasi Memilih model dan bentuk yang sesuai dan memperbaiki dan mengevaluasi jenis komunikasi dari berbagai macam jenis dan gaya cara berkomunikasi. Menggabungkan strategi, rencana, pengaturan, tujuan dan prioritas kerja. Bekerjasama untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang bersifat komplek. Bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang lebih komplek dengan menggunakan teknik dan matematis Memecahkan masalah yang komplek dengan menggunakan pendekatan metoda yang sistimatis 26

27 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP KOMPETENSI KUNCI 7. Menggunakan teknologi TINGKAT 1 Melakukan Kegiatan Menggunakan teknologi untuk membuat barang dan jasa yang sifatnya berulang-ulang pada tingkat dasar di bawah pengawasan/ supervisi TINGKAT 2 Mengelola Kegiatan Menggunakan teknologi untuk mengkonstruksi, meng-organisasikan atau membuat produk barang atau jasa berdasarkan desain TINGKAT 3 Mengevaluasi dan Memodifikasi Proses Menggunakan teknologi untuk membuat desain/merancang, menggabungkan, memodifikasi dan mengembangkan produk barang atau jasa Berdasarkan uraian di atas, maka penerapan SKKNI, kemampuan telusur, dan ekivalensi dengan sistem diklat sertifikasi, SOP industri, serta penerapan pada aparatur, maka dapat dibuat matriks sebagai berikut: Pada dasarnya kompetensi berdasarkan jabatan serta pendidikan dan pelatihan dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu: (1) kompetensi berdasarkan diklat untuk masyarakat (non-aparatur); (2) kompetensi berdasarkan diklat untuk aparatur. 27

28 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP Variabel kompetensi aparatur banyak ditentukan dan diatur oleh pemerintah, sehingga dalam penelitian ini lebih ditekankan kompetensi berdasarkan diklat untuk masyarakat / non-aparatur. Sebagaimana telah dibahas di atas, khusus untuk kompetensi SDM transportasi SDP dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu: (1) Kelompok kompetensi SDM Sarana / Kapal SDP (2) Kelompok kompetensi SDM Prasarana / Pelabuhan SDP Berdasarkan pengelompokkan tersebut dapat disusun kompetensi SDP sebagai berikut: KOMPETENSI SDM SARANA SDP Secara umum, SDM sarana SDP adalah awak kapal atau petugas yang pernah menjadi awak kapal untuk SDM pengawas dan penguji. Susunan dan jabatan awak kapal SDP terdiri dari: a. Nakhoda, yaitu pimpinan tertinggi diatas kapal dan bertanggung jawab atas pengoperasian kapal beserta muatannya b. Juru Mudi, yaitu pembantu utama nakhoda untuk mengemudikan kapal dan bertanggungjawab atas muatan kapal c. Juru Mesin, yaitu pembantu nakhoda yang bertanggungjawab untuk mengoperasikan mesin penggerak kapal dan mesin-mesin lain yang ada. d. Awak kapal lainnya, yaitu awak kapal selain nakhoda, Juru Mudi dan Juru Mesin 1. Unit Kelompok Kompetensi Umum (6) No. Kode Unit Nama Unit Kompetensi Level Kualifikasi TRA.SD Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di atas Kapal 2 TRA.SD Penerapan Prosedur Teknik Penyelamatan Diri di Kapal 3 TRA.SD Penerapan Pelayanan Medis di atas Kapal 4 TRA.SD Melakukan Pencegahan Pemadaman Kebakaran 5 TRA.SD Menerapkan Prosedur Darurat dan SAR 6 TRA.SD Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Sungai dan Danau 28

29 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP 2. Unit Kelompok Kompetensi Inti (13) Level Kualifikasi No. Kode Unit Nama Unit Kompetensi TRA.SD Melaksanakan Kegiatan di Pelabuhan Sesuai Peraturan Yang Berlaku 8 TRA.SD Melakukan pekerjaan awal sebelum berlayar 9 TRA.SD Merencanakan Trek Pelayaran, Menentukan Posisi Dan Arah Haluan Kapal 10 TRA.SD Mengoperasikan sistem kelistrikan 11 TRA.SD Mengoperasikan mesin penggerak utama kapal SDP 12 TRA.SD Melakukan Berbagai Jenis Komunikasi di Kapal 13 TRA.SD Mengolah Gerak dan Mengendalikan Kapal 14 TRA.SD Melakukan Dinas Jaga Mesin 15 TRA.SD Melakukan Dinas Jaga Dek 16 TRA.SD Memberikan dan memonitor pelayanan kepada pelanggan (pengguna jasa SDP) 17 TRA.SD Mengidentifikasi Konstruksi Bangunan Kapal Dan Menghitung Stabilitas Kapal SDP 18 TRA.SD mengoperasikan perlengkapan pemindahan muatan tetap/dapat bergerak 19 TRA.SD membantu dalam kegiatan penambatan dan lego jangkar 3. Unit Kelompok Kompetensi Khusus (2) Level Kualifikasi No. Kode Unit Nama Unit Kompetensi TRA.SD Penerapan hukum pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan 21 TRA.SD Melakukan Pengangkutan Barang Berbahaya 29

30 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP KOMPETENSI SDM PRASARANA SDP 1. Unit Kelompok Kompetensi Umum (4) Level Kualifikasi No. Kode Unit Nama Unit Kompetensi TRA.SD Memenuhi Persyaratan Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan di Tempat Kerja 2 TRA.SD Melakukan Pencegahan Pemadaman Kebakaran 3 TRA.SD Menerapkan Prosedur Darurat dan SAR 4 TRA.SD Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Sungai dan Danau 2. Unit Kelompok Kompetensi Inti (6) No. Kode Unit Nama Unit Kompetensi 5 TRA.SD Membuat perencanaan kerja kepelabuhanan beserta fasilitasnya 6 TRA.SD mengelola urusan administrasi pelabuhan Level Kualifikasi TRA.SD melaksanakan koordinasi dalam penjaminan ketertiban, keamanan dan kelancaran arus kendaraan dan penumpang di pelabuhan 8 TRA.SD melaksanakan pengelolaan kegiatan lalu lintas dan angkutan penyeberangan; 9 TRA.SD Melakukan perawatan dan perbaikan fasilitas kepelabuhanan 10 TRA.SD Memahami Sistem Komunikasi 30

31 Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang SDM Transportasi SDP 3. Kelompok Kompetensi Khusus (5) No. Kode Unit Nama Unit Kompetensi Level Kualifikasi TRA.SD Penerapan hukum pelayaran sungai dan danau 12 TRA.SD Melakukan pengujian Sarana SDP 13 TRA.SD Melakukan Pengerukan Alur 14 TRA.SD Melakukan Perawatan Perambuan 15 TRA.SD Melakukan Pemeriksaan Pengangkutan Barang v Berbahaya HASIL PENELITIAN : 1. Pada laporan akhir (Final Report) telah disusun sebanyak 36 (tiga puluh enam) Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) di bidang Transportasi perairan Sungai Danau dan Penyeberangan (SDP) pengembangan dari kerangka acuan kerja yang ada. 2. Sesuai dengan aturan perundangan, kompotensi SDM transportasi SDP termasuk dalam subsektor Pelayaran, bidang Angkutan Perairan, sehingga ketentuan nasional dan internasional kelautan (IMO dan ILO) yang dipergunakan sebagai acuan dasar penyusunan standar kompetensi ini. 3. Khusus untuk kompetensi pelaut sudah terdapat standar kompetensi serta sertifikat kecakapan dan keterampilan sesuai STCW. Demikian pula dengan standar kompetensi SDM Penyeberangan antar pulau (ferry) mengikuti standar STCW. Sehinggga kajian ini lebih memfokuskan standar kompetensi SDM SDP untuk kualifikasi Awak Kapal Di Bawah GT.7 35 GT Yang Berlayar Tidak Melebihi 12 30Mil dari Garis Pantai. 4. Konsep awal Rancangan Studi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) di bidang SDM transportasi, sungai, danau, dan penyeberangan diusun mengacu kepada Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Dan Produktivitas nomor: Kep.297/LATTAS/XII/2007, tentang Pedoman Tata Cara Penyusunan 31

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.21/MEN/X/2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.21/MEN/X/2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR : KEP. 297 /LATTAS/ XII /2007 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR : KEP. 297 /LATTAS/ XII /2007 TENTANG DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jln. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. VII.B Telp/Fax. (021) 52961311, 5255733 (Ext.734) Jakarta Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN (RESEARCH DESIGN).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN (RESEARCH DESIGN). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN (RESEARCH DESIGN). Rancangan (design) riset studi ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan pelaksanaan, sebagaimana tertuang pada tabel berikut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

PEDOMAN PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEDOMAN PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS PEGAWAI NEGERI SIPIL 2013, No.298 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS PEGAWAI NEGERI SIPIL PEDOMAN PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.139/MEN/VII/2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.139/MEN/VII/2010 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.139/MEN/VII/2010 TENTANG PENETAPAN SKKNI SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR

Lebih terperinci

TENAGA*"#ffiff**r*"*o'

TENAGA*#ffiff**r**o' TENAGA*"#ffiff**r*"*o' REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEp. ]ta / MEN/ rx /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

NOMOR KEP. r 67lMENA/llll201O TENTANG

NOMOR KEP. r 67lMENA/llll201O TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSIVIIGRASI REPTJBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. r 67lMENA/llll201O TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR JASA KESEHATAN SUB SEKTOR JASA KESEHATAN LAINNYA BIDANG PENGOBATAN TRADISIONAL RAMUAN

STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR JASA KESEHATAN SUB SEKTOR JASA KESEHATAN LAINNYA BIDANG PENGOBATAN TRADISIONAL RAMUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR JASA KESEHATAN SUB SEKTOR JASA KESEHATAN LAINNYA BIDANG PENGOBATAN TRADISIONAL RAMUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah Negara tropis

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 91 /MEN/ IV/ 2008

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 91 /MEN/ IV/ 2008 1 2 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 91 /MEN/ IV/ 2008 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR JASA KEMASYARAKATAN DAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN I. PENDAHULUAN A. UMUM STANDAR KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN 1. Berdasarkan Pasal 12 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

K E p u ru sa N H,r e r.rr e nflihlr"ftilflild.fi DAN r RAN s M I c RAS I

K E p u ru sa N H,r e r.rr e nflihlrftilflild.fi DAN r RAN s M I c RAS I TENAGAKER.fffiT*r*"*ort K E p u ru sa N H,r e r.rr e nflihlr"ftilflild.fi DAN r RAN s M I c RAS I REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEPI.bg /MENA/ily2010 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Acuan dari pelaksanaan studi ini adalah Kerangka Acuan yang tim konsultan lampirkan dalam Laporan Pendahuluan ini, di mana secara garis besar catatan waktu pelaksanaan dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1499, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Arsip. Penyusutan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.94 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP

Lebih terperinci

TENAGAKER#ffif*^r*"*o'

TENAGAKER#ffif*^r**o' TENAGAKER#ffif*^r*"*o' REPTJBLIK IITDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. r59 /MENnrIy2o10 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

TENAGAKER.fffillo r*"*r,

TENAGAKER.fffillo r**r, TENAGAKER.fffillo r*"*r, REPTJBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.?t2o IMEN/ rx 12009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan.

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

onn"t##i*ffi'f crasr KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11Ep. t4t /MENFI201o TENTANG

onnt##i*ffi'f crasr KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11Ep. t4t /MENFI201o TENTANG MENTERI onn"t##i*ffi'f crasr KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11Ep. t4t /MENFI201o TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) - 35-7. BIDANG PERHUBUNGAN 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan kabupaten 2. Pemberian izin penyelenggaraan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.170/MEN/VIII/2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.170/MEN/VIII/2010 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.170/MEN/VIII/2010 TENTANG PENETAPAN SKKNI SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR

Lebih terperinci

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas

Lebih terperinci

TENAGAo*m^tf* REPTJBLIK INDONESIA

TENAGAo*m^tf* REPTJBLIK INDONESIA TENAGAo*m^tf* REPTJBLIK INDONESIA.*"*o' KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 119 / MEN/ TX /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 30/MEN/ II/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 30/MEN/ II/2008 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 30/MEN/ II/2008 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR PERANTARA KEUANGAN SUB SEKTOR PERANTARA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 610 TAHUN 2012

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 610 TAHUN 2012 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 610 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2013 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5448) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

TENAGA KERffiNE lo"r*o*r, REPTJBLIK II\DOIYESIA

TENAGA KERffiNE lor*o*r, REPTJBLIK II\DOIYESIA TENAGA KERffiNE lo"r*o*r, REPTJBLIK II\DOIYESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 115 / MEN/ rx /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

KEp uru san M E NrE Ri'+HfAbi'RffiiA onru rran s M I c RAS I

KEp uru san M E NrE Ri'+HfAbi'RffiiA onru rran s M I c RAS I TENAGAKERfffi t*r*r*"*o' KEp uru san M E NrE Ri'+HfAbi'RffiiA onru rran s M I c RAS I REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP J 68/MENA/IIII2O1 O TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

TENAGA KER.ffiNEf**r*"*r, REPTJBLIK II{DONESIA

TENAGA KER.ffiNEf**r**r, REPTJBLIK II{DONESIA TENAGA KER.ffiNEf**r*"*r, REPTJBLIK II{DONESIA KEPUTUSANMENTER TENAGAKERJADANTRANSM GRAS REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 1t4 /MEN/ rx /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2012 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2012 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR INDUSTRI INDUSTRI KECIL DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki wilayah laut yang sangat luas maka salah satu moda transportasi yang sangat diperlukan adalah angkutan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara Departemen Perhubungan telah ada sejak periode awal kemerdekaan Indonesia yang dibentuk

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5310 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 104) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN 5 2013, No.15 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN I. PENDAHULUAN A. UMUM STANDAR KOMPETENSI KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan.

Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan. G. PEMBAGIAN URUSAN BIDANG PERHUBUNGAN - 135-1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KARJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

K E R A N G K A A C U A N K E G I A T A N

K E R A N G K A A C U A N K E G I A T A N K E R A N G K A A C U A N K E G I A T A N Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Perhubungan Unit Eselon I : Badan Litbang Perhubungan Unit Eselon II : Puslitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian.

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan daerah. 2.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN KABUPATEN BANYUWANGI

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan 2. Pemberian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FORMAT PENULISAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

STRUKTUR DAN FORMAT PENULISAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) 15 2012, No.364 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA STRUKTUR DAN FORMAT

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. IbI TENTANG / MEN/vf rr /2010 PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

TENAGA KERfffi lloonr*.*.,

TENAGA KERfffi lloonr*.*., TENAGA KERfffi lloonr*.*., REPIJBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 325 /MEN/ rx /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki lebih dari 17.000 (tujuh belas ribu) pulau yang membentang dari 6 LU sampai 11 LS dan 92 BT sampai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SELAKU KOORDINATOR PELAKSANA TINGKAT NASIONAL ANGKUTAN LEBARAN TERPADU TAHUN 2006 (1427 H) TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SELAKU KOORDINATOR PELAKSANA TINGKAT NASIONAL ANGKUTAN LEBARAN TERPADU TAHUN 2006 (1427 H) TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SELAKU KOORDINATOR PELAKSANA TINGKAT NASIONAL ANGKUTAN LEBARAN TERPADU TAHUN 2006 (1427 H) NOMOR : SK.2652/AJ.201/DRJD/2006 TENTANG PEMBENTUKAN POSKO TINGKAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.280/LATTAS/XI/2014

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.280/LATTAS/XI/2014 LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.280/LATTAS/XI/2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA KAJI ULANG STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Maksud dan tujuan ditetapkannya Standar Kompetensi Kerja Nasional Bidang Air Minum adalah:

Maksud dan tujuan ditetapkannya Standar Kompetensi Kerja Nasional Bidang Air Minum adalah: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu unit dalam pengembangan sistem penyediaan air minum adalah unit produksi yang merupakan bangunan instalasi pengolahan air minum dan bangunan penampungan air

Lebih terperinci

M E N T E R I P E K E R J A A N U M U M R E P U B L I K I N D O N E S I A PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO : 14/PRT/M/2009 T E N T A N G

M E N T E R I P E K E R J A A N U M U M R E P U B L I K I N D O N E S I A PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO : 14/PRT/M/2009 T E N T A N G M E N T E R I P E K E R J A A N U M U M R E P U B L I K I N D O N E S I A PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO : 14/PRT/M/2009 T E N T A N G PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN BAKUAN KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

Syahrul Bahroen Ketua Umum

Syahrul Bahroen Ketua Umum i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah, SWT Tuhan Yang Maha Esa. Berkat karunia dan ijin-nya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Perantara Keuangan Subsektor Perantara

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.38/MEN/II/ 2008

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.38/MEN/II/ 2008 2 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.38/MEN/II/ 2008 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR JASA KEMASYARAKATAN DAN PERORANGAN

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DA}t TRANSMIGRASI REPTJBLIK II\DONESIA. / MEN/ vrr /2009

MENTERI TENAGA KERJA DA}t TRANSMIGRASI REPTJBLIK II\DONESIA. / MEN/ vrr /2009 MENTERI TENAGA KERJA DA}t TRANSMIGRASI REPTJBLIK II\DONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 2T.I / MEN/ vrr /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM

LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM 114 LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM Dinas Perhubungan Pemadam Kebakaran 1. KEPALA DINAS Kepala Dinas Perhubungan Pemadam

Lebih terperinci

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER 1.1 Rasional Perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) telah satu tahun diberlakukan. Era Globalisasi dalam perdagangan bebas Asia Tenggara telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. amanat Undang-Undang No.17 Tahun 2008 menjadi suatu yang sangat strategis

I. PENDAHULUAN. amanat Undang-Undang No.17 Tahun 2008 menjadi suatu yang sangat strategis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayaran merupakan bagian dari sarana transportasi laut sebagaimana amanat Undang-Undang No.17 Tahun 2008 menjadi suatu yang sangat strategis bagi wawasan nasional serta

Lebih terperinci

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI 1.1 Rasional Perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang telah berjalan selama empat tahun merupakan bagian dari era

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.218/LATTAS/XII/2012

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.218/LATTAS/XII/2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 51 Lt. 6A Telepon (021) 52961311, Faximile (021) 52960456 Jakarta

Lebih terperinci

Melaksanakan Urusan Pemerintah di Bidang Perhubungan, Komunikasi dan Informatika berdasarkan azas Otonomi dan Tugas Pembantuan

Melaksanakan Urusan Pemerintah di Bidang Perhubungan, Komunikasi dan Informatika berdasarkan azas Otonomi dan Tugas Pembantuan PROFIL DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Sesuai dengan Peraturan Daerah Tanah Datar Nomor: 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG PERHUBUNGAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG PERHUBUNGAN GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Contoh 1: UNIT KEARSIPAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN UNIT KEARSIPAN I : BIRO UMUM SEKRETARIAT JENDERAL UNIT KEARSIPAN II :

Contoh 1: UNIT KEARSIPAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN UNIT KEARSIPAN I : BIRO UMUM SEKRETARIAT JENDERAL UNIT KEARSIPAN II : 19 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.94 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Contoh 1: UNIT KEARSIPAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.XXXXXXXXX TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.XXXXXXXXX TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.XXXXXXXXX TENTANG PENETAPAN SKKNI SEKTOR JASA PENDIDIKAN SUB SEKTOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI ISTIMEWA ACEH NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

PERATURAN DAERAH PROPINSI ISTIMEWA ACEH NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PERATURAN DAERAH PROPINSI ISTIMEWA ACEH NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

TENAcAKERfffillo r*"*r,

TENAcAKERfffillo r**r, TENAcAKERfffillo r*"*r, REPTJBLIK II\DONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 11 /MENATT2OIO TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan 18 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan KNKT berdasarkan : Keputusan Presiden nomor 105 tahun 1999 Bab I Psl 1 ayat (1) Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

Lebih terperinci

No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman.

No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman. No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK.16 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver. STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Investigasi Investigation Tanggal Kejadian Date of Occurrence Sumber Source Tanggal Dikeluarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci