BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sarana menginformasikan keuangan kepada pihak-pihak yang diluar perusahaan. Pemakai laporan keuangan ini meliputi investor, kreditor manajer, serikat pekerja, dan badan-badan pemerintah. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Menurut Kieso et al. (2007:2) laporan keuangan (financial statements) berisikan tentang (1) Neraca (balance sheet) yang kadang-kadang disebut juga sebagai laporan posisi keuangan yang melaporkan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Laporan keuangan ini menyediakan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumberdaya perusahaan, kewajiban kepada kreditor dan ekuitas pemilik dalam sumberdaya bersih. Dengan demikian neraca dapat membantu meramalkan jumlah, waktu dan ketidak pastian arus kas di masa depan, (2) Laporan laba rugi (income statement) yang juga sering disebut statement of income atau statement of earnings adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Laporan laba rugi menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan kreditor untuk membantu mereka memprediksi

2 jumlah, penetapan waktu dan ketidak pastian dari arus kas masa depan, (3) Laporan arus kas (statement of cash flows) tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama satu periode. Untuk meraih tujuan ini laporan arus kas melaporkan (a) kas yang mempengaruhi operasi selama suatu periode, (b) transaksi investasi, (c) transaksi pembiayaan dan (d) kenaikan atau penurunan bersih kas selama satu periode, (4) Laporan perubahan ekuitas pemilik atau pemegang saham (statement of stockholders equity) yang sering juga disebut laporan perubahan ekuitas pemegang saham. Laporan ini melaporkan perubahan dalam setiap akun ekuitas pemegang saham dan total ekuitas pemegang saham selama tahun berjalan. Laporan ekuitas pemegang saham biasanya disajikan dalam format berkolom (columnar form) untuk setiap akun dan total ekuitas pemegang saham. Selain itu catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan. Menurut peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2009, catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapan: (a) informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting, (b) informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, (c) informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian

3 secara wajar. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapanpengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Laporan keuangan dibuat untuk mempertanggung jawabkan atas aktivitas perusahaan terhadap pemilik dan juga memberikan informasi mengenai aktivitas perusahaan dan hasil yang dicapai oleh perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2009, tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Laporan keuangan yang disusun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu investasi dan pedoman dalam pengambilan suatu keputusan. Laba menjadi perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggung jawaban manajemen sehingga laba dapat juga membantu principal

4 atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan dimasa yang akan datang Teori Keagenan Hubungan keagenan adalah adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan diinvestor dan pengendalian dari pihak manajemen. Jensen dan Meckling, (1976) menjelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan. Prinsipal yang dimaksud disini merupakan pemegang saham atau investor sedangkan agen disini manajemen yang mengelola perusahaan atau manajer. Agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak prinsipal sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi. Pihak manajer akan melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran. Sedangkan pihak pemegang saham atau investor yang memiliki sedikit informasi sehingga kesulitan untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajer. Sehingga terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh pihak manajer perusahaan tanpa sepengetahuan dari pemegang saham atau investor. Tujuan utama perusahaan didirikan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, manajer diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Menurut Ali, (2008) terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang

5 dikehendaki. Menurut agency theory adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problems) yakni ketidaksejajaran kepentingan antara principal dan agent (Midiastuty dan Machfoedz, 2003) (dalam Guna dan Herawaty, 2010:53-68). Tiga sifat dasar manusia untuk menjelaskan teori agensi yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan dirinya sendiri, (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang, (3) manusia selalu menghindari resiko. Berdasarkan dari asumsi sifat dasar manusia, manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan opportunistic yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Menurut Jensen dan Meckling, (1976) menyatakan bahwa masalah agensi akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasar maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan dalam perusahaan. Dalam hubungan agensi pihak prinsipal memberikan wewenang atas beberapa pengambilan keputusan terhadap pihak agen. Pihak prinsipal dan pihak agen membuat suatu perjanjian atau kontrak tentang hubungan tersebut. Permasalahan agensi timbul karena pihak agen tidak dapat mengupayakan kepentingan untuk prinsipal karena ingin mementingkan kesejahteraan pribadinya. Sehingga pihak prinsipal maupun pihak agen diasumsikan termotivasi untuk kepentingan dirinya sendiri yakni memaksimalkan kegunaan subyektif mereka dan juga untuk menyadari kepentingan mereka bersama (Belkaoth, 2007:186).

6 Jensen dan Meckling, (1976) menyatakan bahwa kondisi seperti itu merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan disebut dengan the separation of the decision making and risk functions of the firms. Manajemen tidak menanggung risko atas kesalahan dalam pengambilan keputusan, risiko sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen cenderung melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya seperti peningkatan gaji dan status sehingga mengakibatkan merugikan para pemegang saham yang menanamkan modalnya pada perusahaan. Menurut teori keagenan, salah satu mekanisme yang secara luas digunakan dan diharapkan dapat menyelaraskan tujuan prinsipal dan agen adalah melalui mekanisme pelaporan keuangan. Namun, karena dalam akuntansi dikenal dengan adanya dasar akrual yang mewajibkan perusahaan untuk mengakui pendapatan yang sudah menjadi hak atau kewajiban dalam periode sekarang, sehingga angka-angka dalam laporan keuangan mengandung komponen akrual baik yang berada dibawah kebijakan manajemen ataupun tidak (Midiastuty dan Machfoedz, 2003) (dalam Guna dan Herawty, 2010:53-68). Heinrich (2002) mengidentifikasi permasalahan agensi dapat muncul diantara pihak-pihak berikut ini: (1) Antara pemegang saham (shareholders) dan manajemen puncak (top management), (2) Antara pemilik saham mayoritas dan pemilik saham minoritas, dan (3) Antara pemegang saham (shareholders) dan pemberi pinjaman (creditor). Hal tersebut yang dapat menyebabkan konflik antara lain adanya asimetri informasi, perbedaan dalam menghadapi atau menanggapi risiko dan perbedaan dalam hal hak pengambilan suatu keputusan.

7 Menurut Jensen dan Meckling, (1976) cara untuk mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini akan menimbulkan biaya keagenan, yakni yang terdiri dari: 1. Monitoring Cost, yaitu biaya yang timbul dan ditanggung oleh pihak prinsipal untuk memantau perilaku agen dalam perusahaan. Biaya ini dikeluarkan untuk mengurangi tidakan agen yang akan merugikan kepentingan prinsipal. Contoh: biaya audit dan biaya untuk menetapkan rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturan-aturan operasi. 2. Bonding Cost, yaitu biaya yang ditanggung oleh agen dengan beban prinsipal (laba menurun) untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan prinsipal. Contoh: biaya yang dikeluarkan oleh manajer untuk menyediakan laporan keuangan pada pemegang saham. 3. Residual loss, yaitu timbul dari kenyataan bahwa tindakan agen tidak selalu berbeda dengan tindakan yang memaksimumkan kepentingan prinsipal. Contoh: agen tidak memberhentikan rekan kerjanya yang melakukan pekerjaan buruk.

8 2.1.3 Asimetri Informasi Pemisahan kekuasaan antara pemegang saham (principal) dengan pihak manajemen (agent) akan menimbulkan suatu konflik. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi-informasi yang ada dalam perusahaan serta prospeknya di masa depan dibandingkan dengan pemegang saham. Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemegang saham tentang laporan keuangan. Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi ke berbagai pihak termasuk pihak manajemen sebagai pihak internal pada perusahaan namun yang lebih banyak menggunakan adalah pihak eksternal untuk mengetahui keadaan ekonomi perusahaan. Hal tersebut yang dapat mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent disebut dengan asimetri informasi. Dengan adanya asimetri informasi antara agent (manajer) dengan principal (pemilik) memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan tindakan earnings management yang bertujuan untuk menyesatkan pemegang saham (pemilik) mengenai kondisi ekonomi perusahaan. Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara pihak pemilik (principal) dan manajer (agent) untuk saling mencoba memanfaatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Informasi akuntansi yang berkualitas merupakan hal yang penting untuk menurunkan tingkat dari asimetri informasi, hal ini terjadi karena ada asimetri informasi yang menyebabkan stakeholders sebagai pihak eksternal tidak dapat mengamati dan mengawasi seluruh kinerja dan prospek perusahaan sepenuhnya. Sehingga keberadaan asimetri informasi dipercaya sebagai penyebab

9 dari timbulnya praktik earnings management. Fleksibilitas manajemen untuk mengatur laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi akuntansi yang lebih berkualitas bagi pengguna eksternal. Menurut Scott, (2003) ada dua tipe asimetri informasi yakni: (1) Adverse selection, hal ini terjadi karena adanya asumsi-asumsi bahwa individu bertindak memaksimalkan dirinya sendiri yakni karena para agent mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan principal. Hal ini jelas dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pihak principal karena informasi yang diberikan oleh pihak agent tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Laporan dan pelaporan keuangan yang sesuai dengan standar dan ketentuan akuntansi yang berlaku merupakan salah satu mekanisme untuk mencegah adanya penyimpangan terhadap informasi ini. (2) Moral hazard, hal ini terjadi karena kegiatan pihak agent tidak seluruhnya diketahui oleh principal maupun pemberi pinjaman sehingga pihak agent dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan principal yang melanggar kontrak. Penyebabnya juga terjadi karena pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan sehingga terdapat cara yang tepat bagi principal untuk mengukur kinerja dari agent dengan cara menggunakan laporan laba rugi. Pengukuran menggunakan laporan laba rugi dapat mengontrol moral hazard diantara manajer, ada dua cara yakni: laporan laba rugi dapat dijadikan motivasi bagi pihak agent sehubungan dengan kompensasi yang akan diberikan setelahnya, selain itu laporan laba rugi dapat menginformasikan kinerja dari pihak agent sehingga pihak agent yang melalaikan tugasnya akan terdeteksi dari penurunan laba, reputasi, dan nilai pasar.

10 2.1.4 Leverage Leverage merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva pada suatu perusahaan. Leverage merupakan sumber dana eksternal karena leverage mewakili hutang yang ada dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki kriteria baik memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang, hal ini ada keterkaitan dengan keberadaan dan tidaknya suatu persetujuan hutang. Leverage indikator penting untuk melakukan earnings management pada perusahaan jika mengalami default yang terancam tidak dapat melunasi kewajibannya pada jatuh tempo yang telah ditetapkan. Dengan demikian tingkat dari suatu leverage perusahaan berpengaruh besar dalam earnings manangement. Semakin besar rasio leverage pada perusahaan maka semakin tinggi pula nilai hutang suatu perusahaan sehingga semakin besar pula investasi yang didanai dari pinjaman. Konsekuensi yang dapat terjadi adalah membesarnya beban bunga yang harus dibayar kepada kreditur. Sebaliknya jika suatu perusahaan tidak memiliki leverage berarti perusahaan tersebut hanya menggunakan modal sendiri untuk membiayai investasinya seperti pembelian aktiva. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya sehingga cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba dengan tujuan untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang. Perusahaan yang memiliki rasio leverage tinggi mengakibatkan besarnya jumlah hutang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan sehingga melakukan earnings management karena perusahaan terancam default atau

11 bangkrut yaitu tidak dapat memenuhi kewajibannya membayar hutang pada waktunya. Perusahaan akan menghindari permasalahan tersebut dengan membuat kebijaksanaan yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh leverage terhadap manajemen laba telah dilakukan oleh Guna dan Herawati, (2010) menyimpulkan bahwa leverage berbanding lurus dengan risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta laba yang semakin besar Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan dapat menjadi mekanisme internal pendisiplinan dari pihak manajemen, mekanisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas monitoring karena dengan kepemilikan yang besar menjadikan pemegang saham memiliki akses informasi yang cukup signifikan untuk mengimbangi keuntungan informasi yang dimiliki manajemen. Mekanisme ini dapat juga digunakan untuk mengurangi insentif pihak manajemen melakukan earnings management. Struktur kepemilikian memiliki peranan yang penting dalam usaha melakukan earnings management. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh diantara pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan.

12 Struktur Kepemilikan Institusional Struktur kepemilikan institusional merupakan saham dari suatu perusahaan yang dimiliki oleh lembaga institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun Siregar dan Utama, (2005) (dalam Guna dan Herawaty, 2010:53-68). Adanya kepemilikan institusional dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja pihak manajemen sehingga pihak institusional akan mendorong pihak manajemen untuk melakukan tugasnya dengan baik. Menurut Tarjo, (2008) kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki institusi atau lembaga seperti perusahaaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain. Melalui mekanisme kepemilikan institusional, efektifitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba (Boediono, 2005). Karena itu kepemilikan institusional dapat menekan kecenderungan manajemen sehingga memberikan kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham (Jasen dan Meckling, 1976). Investor institusional sering disebut sebagai investor yang canggih (sophisticated) dan seharusnya dapat menggunakan informasi periode sekarang untuk memprediksi laba masa depan jika dibandingkan dengan investor non-institusional. Kepemilikan institusional dianggap memiliki arti penting dalam monitoring yang efektif bagi manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga dapat mengambil setiap keputusan yang

13 diambil oleh manajer. Dapat juga membatasi fleksibilitas manajer dalam memilih metode akuntansi untuk merakyasa laba perusahaan demi kepentingan pribadi mereka, hal tersebut menurunkan motif manajemen untuk melakukan earnings management. Menurut penelitian Lee et al. (1992) (dalam Rachmawati dan Triatmoko, 2007) ada dua pandangan yang menyebutkan dua perbedaan tentang institusional merupakan pemilik sementara sehingga hanya terfokus pada laba sekarang. Hal ini mengakibatkan investor institusional lebih responsive terhadap laba jika dipandang tidak menguntungkan investor institusional biasanya akan melikuidasi sahamnya. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa investor ini biasanya memiliki saham dengan jumlah yang besar dalam pandangan tersebut manajemen dituntut untuk menghasilkan laporan yang menguntungkan investor agar mereka tidak menarik saham sehingga motif untuk melakukan earnings management akan juga sangat besar. Machfoedz dan Midiastuty, (2003) (dalam Guna dan Herawty, 2010:53-68) melakukan penelitian yang menyangkut kepemilikan institusional menyatakan bahwa kepemilikan dapat mengontrol dan meminimalkan terjadinya earnings management. Sedangkan peneliti Siregar dan Utama, (2005) (dalam Guna dan Herawaty, 2010:53-68) menghasilkan penelitian kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang negatif yang tidak signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan penelitian Herawaty, (2008) kepemilikan institusional justru secara signifikan memperkuat manajemen laba sehingga semakin besar kepemilikan institusional semakin mendorong manajemen untuk melakukan earnings management.

14 Struktur Kepemilikan Manajerial Struktur kepemilikan manajerial merupakan suatu bentuk kepemilikan dimana manajer sebagai pihak yang menjalankan perusahaan diberikan hak untuk memiliki saham perusahaan yang beredar dipasar modal. Dengan kata lain pihak manajemen dapat aktif dalam mengambil keputusan tentang perusahaan. Menurut Sujoko dan Soebiantoro, (2007) kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajer yang memiliki kepemilikan saham di perusahaan akan cenderung bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena terdapat kesamaan kepentingan antar keduanya. Siallagan dan Machfoedzs, (2006) menyatakan semakin besar kepemilikan manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri. Kepemilikan manajerial digunakan untuk memberikan kenyamanan pandangan antar pihak manajemen dengan para pemegang saham. Pihak manajemen akan berusaha untuk memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling, (1976) karena adanya hak untuk ikut mengambil keputusan tentang perusahaan, pihak manajemen dapat mempergunakan kekuatan votingnya untuk melakukan ekspropriasi terhadap perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat mengurangi dorongan untuk melakukan tindakan manipulasi sehingga laba yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan yang sebenarnya (Jensen, 1993). Menurut penelitian Warfield et al. (1995) yang menguji pengaruh

15 pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan terhadap keakuratan laba melalui pemilihan metode akuntansi oleh manajer menemukan bahwa semakin tinggi presentase kepemilikan manajerial yang ada dalam perusahaan maka semakin kecil pula kemungkinan untuk melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan. Dalam penelitian Boediono, (2005) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara positif terhadap manajemen laba. Hal tersebut bertentangan dengan penelitian Midiastuty dan Machfoedz, (2003) (dalam Guna dan Herawaty, 2010:53-68) yang mengatakan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Sejalan dengan pernyataan tersebut penelitian Warfield et al. (1995) menemukan bahwa struktur kepemilikan juga memiliki nilai negatif terhadap manajemen laba Kualitas Audit Audit berfungsi sebagai salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi ketidakpastian didalam penyajian informasi keuangan. Menurut Simamora (2002:4) audit sebagai proses sistematik pencarian dan pengevaluasian secara obyektif bukti mengenai asersi tentang peristiwa dan tindakan ekonomik untuk meyakinkan kadar kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Menurut Mayangsari, (2003) (dalam Guna dan Herawaty, 2010:53-68) audit juga merupakan satu proses yang digunakan untuk mengurangi terjadinya ketidakselarasan antara prisipal dan agen dengan cara menggunakan

16 pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Sehingga hasil audit yang berkualitas akan dapat membantu pihak eksternal dalam mendeteksi terjadinya praktik earnings management. Peran dari pihak eksternal yakni memberikan penilaian secara independen dan profesional atas keandalan dan kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan. Auditor eksternal dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar manajemen menyajikan infornasi keuangan secara andal dan terbebas dari praktik kecurangan akuntansi. Peran ini dapat dapat dicapai jika auditor eksternal memberikan jasa audit yang berkualitas. Pendapat yang dikeluarkan oleh auditor eksternal mengenai laporan keuangan membuat laporan tersebut menjadi lebih kredibel bagi pemakai-pemakai seperti pemodal, bankir, kreditor, badan pemerintah, dan masyarakat umum lainnya (Simamora, 2002:15). Salah satu cara untuk memonitoring praktik manajemen laba adalah dengan melakukan audit atas laporan keuangan. Audit laporan keuangan menentukan apakah laporan keuangan sebagai keseluruhan yakni informasi kuantitatif yang akan diperiksa dan dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan, kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi berlaku umum. Laporan keuangan yang diperiksa biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas serta termasuk catatan atas laporan keuangan (Sunarto, 2003:17). Audit yang berkualitas dipengaruhi oleh auditor yang berkualitas pula. Auditor yang berkualitas seharusnya mampu bersikap independen dalam penyampaian hasil audit yang berupa opini. Karena opini yang diberikan oleh auditor atas hasil audit yang dilakukan tersebut sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan

17 didalam pengambilan keputusan. Independen berarti bahwa auditor harus tidak memihak dan tidak bias terhadap informasi keuangan yang diauditnya maupun terhadap penyusun dan pemakai laporan keuangan. Pendapat yang dinyatakan oleh auditor independen mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan akan dipertanyakan jika auditor tidak sungguh-sungguh bersikap independen (Simamora, 2002:29). Tujuan dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan kepastian mengenai integritas dari laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Menurut Simamora, (2002:33) produk akhir dari audit sebuah entitas bisnis adalah laporan yang menyatakan pendapat auditor terhadap laporan keuangan klien. Dalam menerbitkan laporan auditor wajib memenuhi empat standar pelaporan dari standar auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yakni: 1. Laporan auditor wajar tanpa pengecualian Laporan auditor yang paling lazim diterbitkan oleh auditor yang biasanya disebut pula laporan auditor standar, laporan tersebut berisi pendapat wajar tanpa pengecualian yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material mengenai posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas entitas menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Apabila setelah dilakukan pengumpulan bukti, auditor merasa puas dengan laporan keuangan yang disajikan secara wajar menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum maka auditor lantas menerbitkan pendapat wajar tanpa pengecualian yakni laporan yang tidak mengandung frasa dengan pengecualian.

18 2. Laporan auditor wajar dengan pengecualian Pendapat wajar dengan pengecualian muncul akibat (1) auditor tidak mampu mengumpukan bukti yang cukup sebagai dasar bagi pendapatnya, (2) kegagalan entitas untuk mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dalam penyusunan laporan keuangan. Seorang auditor mungkin tidak mampu menghimpun bukti yang yang mencakupi dua hal tersebut yakni tidak tersedia bukti dan klien membatasi lingkup audit. Laporan auditor wajar dengan pengecualian melaporkan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk beberapa unsur material yang berhubungan dengan pengecualian sehingga pendapat wajar dengan pengecualian dikategorikan demikian karena kalimat pendapatnya memuat frasa persyaratan kecuali untuk. 3. Laporan auditor tidak wajar Laporan auditor dengan pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pendapat tidak wajar dipakai jikalau auditor meyakini bahwa entitas menerapkan prinsip akuntansi yang tidak tepat atau pengungkapan dalam penjelasan laporan keuangan tidak memadai atau menyesatkan dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan sangatlah luas sehingga secara keseluruhan menyesatkan. Disclaimer opinion didasarkan atas ketiadaan pengetahuan auditor sedangkan adverse opinion

19 dilandasi pengetahuan auditor, pendapat tidak wajar jarang dikeluarkan karena entitas biasanya berusaha keras untuk menyajikan laporan keuangannya secara wajar. 4. Pernyataan tidak memberikan pendapat Pernyataan tidak memberikan pendapat bermakna bahwa auditor tidak dapat memberikan pendapat terhadap laporan keuangan entitas dengan kata lain auditor tidak memiliki landasan yang memadai bagi suatu pendapat dan tidak mengetahui apakah laporan keuangan entitas disajikan secara wajar atau tidak. Pernyataan seperti ini dikeluarkan bila terdapat satu atau beberapa situasi seperti: (1) auditor tidak independen, (2) ada ketidakpastian yang pemecahannya dapat memiliki imbas material dan meluas terhadap laporan keuangan, (3) auditor tidak mampu mengumpulkan bukti yang memadai untuk merumuskan suatu pendapat terhadap laporan keuangan baik dikarenakan batasan yang dikarenakan oleh klien maupun karena keadaan yang berada diluar kendali klien atau auditor. Kepastian mengenai relevansi dan keandalan dari laporan keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk membantu pihak eksternal dalam mengambil suatu keputusan bisnis (Mayangsari, 2003) (dalam Guna dan Herawaty, 2010:53-68). Auditor yang bekerja pada KAP Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang dianggap lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non Big Four. Menurut Simamora, (2002:23) lima kantor

20 akuntan publik terbesar karena jasa profesional yakni auditing yang jasanya paling signifikan yakni: (1) Arthur Andersen & Co LLP di Indonesia berafiliasi dengan KAP Prasetio Utomo dan rekan, (2) Price Waterhouse Coopers LLP yang merupakan penggabungan dari Coopers & Lybrand LLP dan Price Waterhouse LLP di Indonesia berafiliasi dengan KAP Hadi Sutanto dan rekan, (3) Deloitte & Touche LLP yang merupakan penggabungan Deloitte, Haskins & Sells LLP dengan Touche Ross LLP di Indonesia berafiliasi dengan KAP Hans, Tuankota, Mustofa, (4) Ernest & Young LLP yang merupakan penggabungan Ernst & Whinney LLP dengan Arthur Young & Co LLP di Indonesia berafiliasi dengan KAP Hanadi, Sarwoko, dan Sanjaya, (5) KPMG Peat Marwick LLP di Indonesia berafiliasi dengan KAP Sidharta, Sidharta & Harsono. Namun setelah terdapat skandal yang melibatkan perusahaan yang terkenal yaitu Enron dan Arthur Andersen kualitas audit diragukan kinerjanya karena kredibilitas laporan keuangan yang menyesatkan karena sikap auditor yang tidak memiliki independen. Sekarang menjadi Big Four yang dahulu Big Fiveyakni: (1) Deloitte & Touche Tohmatsu yang di Indonesia berafiliasi KAP Osman Bing Satrio & Eny, (2) PwC yang di Indonesia berafiliasi KAP Tanudiredja, Wibisana dan rekan, (3) Ernst & Young yang di Indonesia berafiliasi KAP Purwantono, Suherman, & Surja, (4) KPMG yang di Indonesia berafiliasi KAP Sidharta dan Widjaja.

21 2.1.7 Earnings Management Earnings management merupakan suatu tindakan campur tangan dari pihak manajemen dalam penyusunan dan pelaporan keuangan untuk mencapai tingkat laba tertentu. Pada umumnya tujuan pihak manajemen melakukan earnings management untuk memaksimalkan kesejahteraan pihak manajemen, memanipulasi besaran laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan mempengaruhi hasil perjanjian yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan, pihak-pihak yang berkepentingan serta nilai pasar. Pemahaman dari earnings management sangat penting bagi akuntan karena dapat memungkinkan pemahaman yang baik untuk pelaporan kepada investor. Earnings management terjadi sebagai bagian dari dampak persoalan keagenan yaitu adanya ketidakseimbangan kepentingan antara pemilik dan manajemen. Penyebabnya karena pihak pemilik dan manajemen ingin memiliki tingkat keuntungan tertentu sehingga pihak manajemen selaku yang mengelola perusahaan melakukan praktik earnings management tujuan pihak manajemen melakukan untuk mencapai kemakmuran dirinya sendiri. Para pemilik sebagian tidak mengetahui sepenuhnya yang ada pada perusahaan karena hanya menanam modal dan tujuannya hanya ingin memperoleh keuntungan atau laba. Pihak manajemen melakukan praktik earnings management dengan cara memanipulasi laporan keuangan dengan mempermainkan nilai keuntungan atau laba dalam perusahaan sehingga ini menyebabkan para pemilik mengalami kerugian atau dapat terancam default atau bangkrut karena tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam membayar hutang. Menurut Scott (2000:351) manajemen laba adalah tindakan manajer untuk

22 melaporkan laba yang dapat memaksimalkan kepentingan pribadi atau perusahaan dengan menggunakan kebijakan metode akuntansi. Earnings management dapat juga diartikan sebagai suatu tindakan manajemen yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat mengganggu bahkan membahayakan perusahaan. Earnings management sebagai pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik (Scott, 2003). Seorang manajer mempunyai perilaku opportunistic dalam mengelola suatu perusahaan yakni seorang manajer memiliki kebebasan untuk memilih dan menggunakan suatu alternatif yang tersedia untuk menyusun laporan keuangan agar laba yang dihasilkan dapat sesuai dengan yang diinginkan walaupun laba yang dihasilkan tersebut tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya dan dapat berakibat kurang baik bagi investor atau pemegang saham akibatnya kemungkinan untuk membuat suatu keputusan yang salah dengan laporan keuangan yang telah dimanipulasi. Menurut Fischer dan Rosenzweig, (1995) (dalam Herawati, 2008) memandang earnings management sebagai serangkaian langkah yang dilakukan manajer untuk meningkatkan atau menurunkan jumlah laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan yang merupakan tanggung jawabnya tanpa menyebabkan penurunan atau peningkatan keuntungan yang dicapai suatu badan usaha dalam waktu jangka panjang. Pandangan seperti ini tidak terbatas pada perilaku manajer saja tetapi lebih luas yaitu mencakup seluruh tindakan yang dilakukan manajemen dalam mengelola laba yang meliputi pemilihan kebijakan akuntansi serta keputusan operasi perusahaan. Hal ini dapat

23 memotivasi seorang manajer untuk melakukan praktik earnings management dengan cara merekayasa hasil laba selama beberapa periode yang sama sekali tidak mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan. Alasan manajer melakukan tersebut karena ingin memperlihatkan kinerjanya yang baik sehingga kesempatan untuk mendapatkan bonus pada perusahaan sangat besar. Menurut Scott (2000: 352) earnings management dapat dipandang dua prospektif, antara lain: 1. Menurut contracting perspective, earnings management dapat digunakan sebagai jalan untuk melindungi perusahaan dari kejadian yang tidak terduga sebagai konsekuensi atas kontrak yang tidak lengkap. 2. Menurut financial reporting perspective, dengan earnings management manajer memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi nilai pasar dari saham perusahaan Motivasi Earnings Management Motivasi seorang manajer untuk melakukan earnings management menurut Scott (2003:334) dalam Financial Accounting Theory adalah : 1. Rencana Bonus Laba sering dijadikan indikator penilaian kinerja perusahaan dengan cara menetapkan tingkat laba yang harus dicapai agar dapat mendapatkan bonus yang akan diterima seorang manajer yang bekerja di perusahaan dengan memiliki rencana bonus. Sehingga manajer termotivasi untuk berbuat kecurangan dengan memaksimalkan laba pada perusahaan agar dapat memperoleh bonus dalam kinerjanya.

24 2. Motivasi Politik Perusahaan-perusahaan yang rentan terhadap isu politik merupakan perusahaan-perusahaaan yang besar karena seluruh aktivitasnya menyangkut banyak orang cenderung untuk melakukan penurunan laba guna memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah. 3. Pergantian CEO CEO yang habis dari masa penugasannya cenderung akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya yang akan diterima. Demikian juga CEO yang masih pada masa penugasannya dan kinerjanya kurang baik cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah pemecatan dari penugasannya. 4. Penawaran saham perdana Perusahaan yang go public informasi keuangan yang ada pada pasar bursa merupakan sumber informasi yang penting. Karena itu pihak manajemen berusaha melakukan earnings management untuk meningkatkan harga saham pada pasar bursa guna mendapatkan keuntungan yang maksimal Pola Earnings Management Menurut Scott (2003:345) ada empat pola yang dilakukan pihak manajemen untuk melakukan earnings management sebagai berikut: 1. Taking a bath, pola ini dilakukan bila terjadi keadaan buruk yang tidak menguntungkan dan tidak dapat dihindari seperti pergantian manajemen dengan mengakui terdapat kegagalan sebagai kesalahan

25 manajemen lama sehingga manajemen baru memperoleh peluang untuk memperoleh laba dengan cara manajemen melakukan pembersihan diri dengan cara membebankan perkiraan biaya di masa yang akan datang dan kerugian periode berjalan. 2. Income minimization, pola ini dilakukan saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan bertujuan agar tidak mendapat perhatian pihak-pihak lain yang berkepentingan (aspek political cost) yakni pemerintah. Kebijakan yang dapat diambil berupa pembebanan beban secara cepat atau menunda pengakuan pendapatan. 3. Income maximization, pola ini dilakukan dengan memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang lebih besar. Menurut teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory) para manajer terlibat dalam maksimalisasi laba bersih yang dilaporkan untuk bertujuan mendapat bonus. Hal ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami penurunan laba sehingga menyebabkan manajer melakukan tindakan praktik earnings management. 4. Income smoothing, pola ini dilakukan dengan cara menaikkan atau menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi. Perusahaan mungkin akan melakukan earnings management bersihnya untuk pelaporan eksternal dengan tujuan menginformasikan ke pasar dalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan. Pola

26 ini sering dilakukan oleh manajer dan paling popular dalam bentuk earnings management Sasaran Earnings Management Menurut penelitian Ayres (1994) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sebagai sasaran untuk dilakukan tindakan earnings management yakni: (1) Kebijakan Akuntansi: keputusan seorang manajer untuk dapat menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut, (2) Pendapatan: dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan, (3) Biaya: menganggap sebagai ongkos atau beban biaya atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortizeor capitalizeof investment) Penelitian Terdahulu Dalam penelitian yang dilakukan Warfield et al. (1995) menemukan adanya hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dan discretionary accrual sebagai ukuran dari manajemen laba, hal yang sama juga diperoleh dari Jensen dan Meckling, (1976). Sejalan dengan itu Nuryaman, (2010) menemukan kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Berbeda dengan peneliti Midiastuty dan Machfoedz, (2003) (dalam Guna dan Herawty, 2010:53-68) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara kepemilikan institusional, kepemilikan

27 manajerial terhadap manajemen laba yang diukur dengan discretionary accrual. Peneliti Machfoedzs, (1998) (dalam Siallagan, 2006:1-23) menemukan leverage berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Sejalan dengan Guna dan Herawaty, (2010) menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara leverage, kualitas auditor terhadap manajemen laba sedangkan kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian Azlina (2010) menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

28 2.2 Rerangka Pemikiran LEVERAGE (X 1 ) KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL (X 2 ) EARNINGS MANAGEMENT (Y) KEPEMILIKAN MANAJERIAL (X 3 ) KUALITAS AUDIT (X 4 ) Gambar 2.2 Rerangka Hubungan Antara Leverage, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, dan Kualitas Audit Terhadap Earnings Management

29 2.3 Perumusan Hipotesis Pengaruh Leverage terhadap Earnings Management Leverage merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar tingkat leverage maka perusahaan mungkin tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktu jatuh tempo yang dapat mengakibatkan perusahaan terancam default atau bangkrut. Leverage indikator penting untuk melakukan earnings management pada perusahaan jika mengalami default yang terancam tidak dapat melunasi kewajibannya pada jatuh tempo yang telah ditetapkan. Dengan demikian tingkat dari suatu leverage perusahaan berpengaruh besar dalam earnings manangement. Leverage merupakan sumber dana eksternal karena leverage mewakili hutang yang ada dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki kriteria baik memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang, hal ini ada keterkaitan dengan keberadaan dan tidaknya suatu persetujuan hutang. Rasio leverage menunjukkan besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai dari leverage maka risiko yang dihadapi investor akan semakin tinggi pula dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar pula. Semakin besar rasio leverage pada perusahaan maka semakin tinggi pula nilai hutang suatu perusahaan sehingga semakin besar pula investasi yang didanai dari pinjaman. Konsekuensi yang dapat terjadi adalah membesarnya beban bunga yang harus dibayar kepada kreditur. Sebaliknya jika suatu perusahaan tidak memiliki leverage berarti perusahaan tersebut hanya menggunakan modal sendiri untuk membiayai investasinya seperti pembelian

30 aktiva. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi mempunyai insentive yang lebih besar dalam mengelola pendapatan untuk menghindari perjanjian pelanggaran atau untuk mencegah efek buruk pada peringkat utang mereka. Sehingga semakin besar leverage maka kemungkinan manajer untuk melakukan earnings manangement akan semakin besar. Berdasarkan dari uraian tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H 1 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap earnings management Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Earnings Management Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking Siregar dan Utama, (2005) (dalam Guna dan Herawaty, 2010:53-68). Adanya kepemilikan institusional dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja pihak manajemen sehingga pihak institusional akan mendorong pihak manajemen untuk melakukan tugasnya dengan baik. Kepemilikan institusional dianggap memiliki arti penting dalam monitoring yang efektif bagi manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga dapat mengambil setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Dapat juga membatasi fleksibilitas manajer dalam memilih metode akuntansi untuk merakyasa laba perusahaan demi kepentingan pribadi mereka, hal tersebut menurunkan motif manajemen untuk melakukan earnings management. Melalui mekanisme kepemilikan institusional, efektifitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui

31 dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba (Boediono, 2005). Karena itu kepemilikan institusional dapat menekan kecenderungan manajemen sehingga memberikan kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Struktur kepemilikan institusional dipercaya dapat mengurangi tingkat manajemen laba karena investor institusional merupakan investor sophisticated atau pintar yang dapat memprediksi laba dimasa yang akan datang. Berdasarkan dari uraian tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H 2 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap earnings management Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Earnings Management Kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya Susiana dan Herawaty, (2005) (dalam Guna dan Herawaty, 2010:53-68). Struktur kepemilikan manajerial merupakan suatu bentuk kepemilikan dimana manajer sebagai pihak yang menjalankan perusahaan diberikan hak untuk memiliki saham perusahaan yang beredar dipasar modal sehingga pihak manajemen dapat aktif dalam mengambil keputusan tentang perusahaan. Kepemilikan manajerial digunakan untuk memberikan kenyamanan pandangan antar pihak manajemen dengan para pemegang saham. Pihak manajemen akan berusaha untuk memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling, (1976) karena adanya hak untuk ikut

32 mengambil keputusan tentang perusahaan, pihak manajemen dapat mempergunakan kekuatan votingnya untuk melakukan ekspropriasi terhadap perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat mengurangi dorongan untuk melakukan tindakan manipulasi sehingga laba yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan yang sebenarnya (Jensen, 1993). Menurut Sujoko dan Soebiantoro, (2007) kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen. Dapat disimpulkan bahwa seorang manajer yang memiliki kepemilikan saham di perusahaan akan cenderung bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena terdapat kesamaan kepentingan antar keduanya. Berdasarkan dari uraian tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H 3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap earnings management Pengaruh Kualitas Audit terhadap Earnings Management Salah satu cara untuk memonitoring praktik manajemen laba adalah dengan melakukan audit atas laporan keuangan. Audit yang berkualitas dipengaruhi oleh auditor yang berkualitas pula. Auditor yang berkualitas seharusnya mampu bersikap independen dalam penyampaian hasil audit yang berupa opini. Karena opini yang diberikan oleh auditor atas hasil audit yang dilakukan tersebut sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan didalam pengambilan keputusan. Tujuan dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan kepastian mengenai

33 integritas dari laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Kepastian mengenai relevansi dan keandalan dari laporan keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk membantu pihak eksternal dalam mengambil suatu keputusan bisnis Mayangsari, (2003) (dalam Guna dan Herawaty, 2010:53-68). Peran dari pihak eksternal yakni memberikan penilaian secara independen dan profesional atas keandalan dan kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan. Auditor eksternal dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar manajemen menyajikan infornasi keuangan secara andal dan terbebas dari praktik kecurangan akuntansi. Peran ini dapat dapat dicapai jika auditor eksternal memberikan jasa audit yang berkualitas. Berdasarkan dari uraian tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H 4 : Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap earnings management

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent 11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) merupakan suatu kontrak yang terjadi antara principal dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik). BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan keagenan (agency theory) menjelaskan adanya pemisahan fungsi antara agen (pihak manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang dilakukan pihak yang berwenang seperti manajer dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak pihak yang berkepentingan atau pemakai laporan keuangan. Pihakpihak

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak pihak yang berkepentingan atau pemakai laporan keuangan. Pihakpihak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi keuangan mengenai posisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan merupakan versi game theory yang memodelkan proses kontrak antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan merupakan versi game theory yang memodelkan proses kontrak antara 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan merupakan versi game theory yang memodelkan proses kontrak antara dua orang atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Laba 2.1.1 Definisi Manajemen Laba Scott (2003) mengungkapkan bahwa manajemen laba adalah keputusan manajer dalam memilih kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) dalam Putri dan Yuyetta (2013). Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) dalam Putri dan Yuyetta (2013). Dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu yang merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen atas

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH LEVERAGE, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT

PENGARUH LEVERAGE, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT PENGARUH LEVERAGE, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT Muntia Wardhani Wmuntia@yahoo.co.id Kurnia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk kepada beberapa penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen mempunyai kewajiban untuk membuat laporan keuangan karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan yang berfungsi sebagai pendanaan perusahaan dalam

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta

II. LANDASAN TEORI. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta 7 II. LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan wewenang pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh kualitas audit dan corporate governance terhadap integritas laporan keuangan membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 1. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan yaitu pihak pemilik dan pengelola, yang berkontribusi dalam modal, keahlian, serta tenaga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Teori agensi adalah teori yang menyatakan hubungan keagenan dengan prinsipal yang di dalamnya agen bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan bagi masyarakat sudah dikenal luas, penggunaannya, istilah yang dipakai, dan untuk sebagaian orang sudah menjadi kebutuhan, baik dalam dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang dihasilkan perusahaan yang berguna untuk proses pengambilan keputusan, hal tersebut tidak terlepas dari proses penyusunannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan mengenai praktik manajemen laba (earnings management)

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan mengenai praktik manajemen laba (earnings management) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai praktik manajemen laba (earnings management) yang dilakukan oleh pihak yang berwenang seperti manajer dan pihak-pihak yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai media komunikasi, laporan keuangan harus dapat mempertemukan dua kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan sumber daya perusahaan dan kinerja manajemen digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara agen dengan principal. Dalam teori keagenan, agen memilki peran sebagai pengambil

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agent (agen yang mengatur manajemen sebuah usaha) dan principal (pemilik usaha). Pemilik usaha disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini tidak mengabaikan adanya penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis. Berikut ini akan diuraikan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka penerapan tata kelola perusahaan yang baik, Bapepam melalui surat edaran Bapepam No.SE-03/PM/2000 merekomendasikan imbauan perusahaan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan sebagai sebuah hasil dari kegiatan operasional sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan menjadi sebuah pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi (PSAK, 2012). Informasi dalam laporan keuangan harus disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi (PSAK, 2012). Informasi dalam laporan keuangan harus disajikan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan gambaran keuangan dari sebuah perusahaan, oleh karena itu dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Belum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Pearce and Robinson,2013 : 38). Teori keagenan mengansumsikan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Pearce and Robinson,2013 : 38). Teori keagenan mengansumsikan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah Penetapan beberapa gagasan pengendalian organisasional yang didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang masih digunakan sampai sekarang adalah laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang masih digunakan sampai sekarang adalah laba yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan disusun sebagai upaya untuk memberikan informasi keuangan bagi pihak yang berkepentingan guna pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu indikator

Lebih terperinci

ISNI WIYATMI B

ISNI WIYATMI B PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan secara mendetail pertama kali dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976). Jensen dan Meckling (1976) menyebut manajer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Teori akuntansi positif adalah teori yang memprediksi tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan tinjauan pustaka. Pada bab ini terdiri dari landasan teori yang menguraikan teori-teori yang relevan dengan penelitian, telaah penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah memperlihatkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang ditandai dengan masuknya dana-dana asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan perusahaan merupakan kunci utama bagi stakeholder untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan perusahaan merupakan kunci utama bagi stakeholder untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kunci utama bagi stakeholder untuk menilai baik buruknya kinerja perusahaan, dan memiliki peranan penting dalam memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian. II.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Abdullah, 2001). Teori keagenan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus berupaya secara efisien dan efektif untuk mengelola perusahaan agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. harus berupaya secara efisien dan efektif untuk mengelola perusahaan agar dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh profitabilitas yang tinggi agar dapat bertahan hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Manajemen harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori keagenan, teori akunntansi positif, manajemen laba, perataan laba, sasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Struktur Modal Teori struktur modal berkaitan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, yaitu dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dan digunakan oleh pihak eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus disusun berdasarkan metode dan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat utama para manajer untuk. menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat utama para manajer untuk. menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi penting dari pihak eksternal dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan: 11 BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Komite Audit Berdasarkan KEP-29/PM/2004 peraturan nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebagian besar perusahaan, terutama perusahaan yang berorientasi bisnis, adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (agency theory) Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Putu (2008) mendefinisikan suatu hubungan keagenan sebagai suatu kontrak atau satu orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori kepatuhan merupakan ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori kepatuhan merupakan ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory) Teori kepatuhan merupakan ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan sosiologis yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sebuah alat penting bagi para pelaku dunia bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang dilakukan oleh sebuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara digilib.uns.ac.id 8 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara prinsipal (pemilik atau pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Theory Agency) Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agen). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk pertanggungjawaban kepada pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan adalah gambaran keuangan dari sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan agent) umumnya mempunyai kepentingan yang berbeda. Hal ini menyebabkan munculnya hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak luar korporasi. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan merupakan kebutuhan yang paling mendasar pada proses pengambilan keputusan bagi investor di pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori

Lebih terperinci

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berangkat dari kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi yang terjadi pada beberapa entitas bisnis, salah satunya adalah perusahaan energi besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini dalam memasuki era pasar bebas mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke periode.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) merupakan proses kontrak antara dua orang atau lebih dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Menurut Pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan informasi yang relevan bagi para pemakai informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Laporan audit adalah hasil akhir dari pemeriksaan seorang auditor laporan keuangan kliennya. Di dalam laporan tersebut biasanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi mengenai kinerja perusahaan dapat diperoleh dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan dengan pihak eksternal dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. wewenang untuk mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. wewenang untuk mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Agency Theory Agency theory adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik atau pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajer perusahaan merupakan pihak yang mengelola suatu perusahaan yang secara langsung banyak mengetahui informasi internal perusahaan di banding dengan pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen (Schipper dan Vincent,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kinerja. yang dapat diamati dari adanya pergerakan harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kinerja. yang dapat diamati dari adanya pergerakan harga saham. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha yang pesat dan semakin kompetitif pada era globalisasi seperti sekarang ini, menuntut setiap perusahaan dan lembaga keuangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency conflict

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan menerima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Muliati (2011) mengatakan bahwa hubungan antara pemilik dan pemegang saham (prinsipal) dengan manajer (agen/investor)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap Kualitas Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap Kualitas Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut: 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Kualitas Auditor dan Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut: 2.1.1 Teori Agensi (Agency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala bentuk kegiatan dan keputusan investasi di pasar modal akan

BAB I PENDAHULUAN. Segala bentuk kegiatan dan keputusan investasi di pasar modal akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Segala bentuk kegiatan dan keputusan investasi di pasar modal akan berpengaruh terhadap pasar dan akan menimbulkan reaksi pasar. Orang yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara principal dan agen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Menurut Jansen dan Meckling (1976) yang dikemukakan oleh januarti (2008:8) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk keperluan modal usaha maupun untuk perluasan usahanya. Ekspansi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan bertujuan menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data kuantitatif atas semua transaksi yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari peningkatan pasar modalnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir bergerak menuju ke arah lebih

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Telaah Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Sebuah perspektif teoretis yang penting pada desain insentif manajemen disediakan oleh konsep biaya agensi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi Laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan manajemen kepada pihak luar perusahaan. Informasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Teori agensi adalah teori yang menyatakan hubungan keagenan dengan prinsipal yang di dalamnya agen bertindak untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sebagai principal dan pihak manajemen sebagai agent. Pihak principal selaku

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sebagai principal dan pihak manajemen sebagai agent. Pihak principal selaku BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan mengenai hubungan antara pemegang saham sebagai principal dan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana penyampaian informasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

1. Pengertian Agency Theory

1. Pengertian Agency Theory 1. Pengertian Agency Theory Agency theory (teori keagenan) merupakan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingannya sendiri. Pemegang saham sebagai diasumsikan hanya bertindak terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan 1 PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan eksternal. Bagi pihak internal, laba digunakan untuk menilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang memberikan

Lebih terperinci