BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pengertian Pasar Modal Pasar modal umumnya adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individuindividu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten (Sunariyah, 2011:5). Pasar modal berperan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Selain memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia, pasar modal juga menjalankan dua fungsi yaitu pertama sebagai sarana pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Kedua menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan (Martalena dan Malinda, 2011:3). Berikut pengertian tentang pasar modal yang dikemukakan oleh para ahli : Pengertian pasar modal menurut Martalena dan Malinda (2011:2) menyatakan bahwa: Pasar modal merupakan pasar untuk berbagi instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrument derivatif maupun instrument lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi, dengan demikian pasar modal memfasilitasi 13

2 14 berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. bahwa : Adapun pengertian pasar modal menurut Fahmi (2015:48) menyatakan Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan. Menurut UU No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan menyatakan bahwa : Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan bahwa: Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Perusahaan publik yang berkaitan dengan efek. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasar modal merupakan mekanisme transaksi jual beli instrument pasar modal jangka panjang antara penjual dan pembeli baik itu individu, korporasi maupun pemerintah. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara. Selain sebagai sarana untuk berinvestasi, pasar modal juga merupakan sumber dana bagi perusahaan. Sekaligus berperan dalam menjalankan kedua fungsinya yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

3 Manfaat Pasar Modal Menurut (Hadi, 2013:14) sebagai wadah yang terorganisir berdasarkan Undang-undang untuk mempertemukan antara investor sebagai pihak yang surplus dana untuk berinvestasi dalam instrument keuangan jangka panjang, pasar modal memiliki manfaat antara lain : 1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. 3. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat. 4. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik. 5. Memberikan akses control social. 6. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara Fungsi Pasar Modal Menurut (Hadi, 2013:16) Pasar modal juga memberikan fungsi besar bagi pihak-pihak yang ingin memperoleh keuntungan dalam investasi. Fungsi pasar modal tersebut antara lain :

4 16 1. Bagi perusahaan Pasar modal memberikan ruang dan peluang bagi perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang relatif memiliki resiko investasi (cost of capital) rendah dibandingkan sumber dana jangka pendek dari pasar uang. 2. Bagi investor Alternatif investasi bagi pemodal, terutama pada instrument yang memberikan likuiditas tinggi. Pasar modal memberikan ruang investor dan profesi lain memanfaatkan untuk memperoleh return yang cukup tinggi. 3. Bagi Perekonomian Nasional Dalam daya dukung perekonomian nasional, pasar modal meliki peran penting dalam rangka meningkatkan dan mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Hal tesebut ditunjukan dengan fungsi pasar modal yang memberikan sarana bertemunya antara lender dengan borrower Jenis Jenis Pasar Modal Umumnya penjualan instrument pasar modal dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana instrument tersebut diperjual-belikan. Jenis jenis pasar modal menurut (Sunariyah, 2011:12) adalah sebagai berikut : 1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdangankan di pasar sekunder.

5 17 2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. 3. Pasar Ketiga (Third Market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh lembaga keuangan. 4. Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasannya dilakukan dalam jumlah besar (block sale).

6 18 Tabel 2.1 Jenis Pasar Modal Pasar Perdana Pasar Sekunder Pasar Ketiga Pasar Keempat Harga saham tetap Tidak dikenakan komisi biaya Hanya untuk pembeli saham/obligasi Pemesanan dilakukan melalui agen penjual Harga saham berfluktuasi sesuai kekuatan permintaan dan penawaran Dikenakan komisi biaya Berlaku untuk pembeli maupun penjual saham Pemesanan dilakukan anggota bursa (pialang/broker) Harga saham terbentuk oleh market atau disebut dealer driven Tidak dikenakan komisi biaya Investor membeli dan menjual dari market maker Pemesanan dilakukan melalui anggota bursa (market maker) Jangka waktu terbatas Jangka waktu tidak terbatas Jangka waktu tidak terbatas Sumber : Hermunigsih, Sri Pengantar Pasar Modal Indonesia. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Harga terbentuk dari tawar menawar investor beli dan jual Tidak dikenakan komisi biaya Investor jual dan investor beli bertransaksi langsung melalui (Electronic Communication Network) Investor menjadi anggota ECN, Central Custodian, Central Clearing Jangka waktu tidak terbatas 2.2 Initial Public Offering (IPO) Pengertian Initial Public Offering (IPO) Menurut UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan penawaran umum adalah kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur oleh undang-undang dan peraturan pelaksanaanya. Kegiatan ini lebih disebut dengan go public. Go public cara yang dilakukan perusahaan agar mendapatkan tambahan dana baru yang bersumber dari masyarakat.

7 19 Perusahaan didirikan dengan harapan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Seiring dengan berjalannya waktu, persaingan usaha yang semakin meningkat, diperlukan strategi-strategi yang tidak hanya membuat perusahaan tersebut bertahan. Melainkan menentukan strategi untuk memenangkan persaingan. Ketika perusahaan akan menerapkan strategi persaingannya, banyak sekali kendala yang akan dihadapi perusahaan. Salah satu kendalanya adalah kebutuhan pendanaan. Penambahan modal dari para pendiri dan pihak ketiga hanya mampu memberikan solusi pendanaan sementara, karena keterbatasan para pihak tersebut untuk menambahkan dananya bagi perusahaan tersebut. Maka dengan adanya pasar modal memfasilitasi perusahaan untuk melakukan penawaran kepada publik, diharapkan perusahaan tersebut mendapatkan tambahan dana dari masyarakat untuk keperluan pengembangan usahanya. Emiten adalah pihak (perusahaan) yang melakukan penawaran umum dengan tujuan untuk memperoleh dana melalui pasar modal. Sedangkan masyarakat memberikan dana kepada perusahaan dengan membeli saham atau obligasi yang diterbitkan dan dijual oleh perusahaan disebut pemodal (investor) Manfaat Melakukan IPO Manfaat yang diperoleh perusahaan dengan melakukan go public, diambil dalam ( Public.pdf) yaitu :

8 20 1. Memperoleh Sumber Pendanaan Baru Dana untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja maupun untuk ekspansi usaha adalah faktor yang sering menjadi kendala banyak perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik, kendala pendanaan tersebut akan lebih diselesaikan. 2. Memberikan Keunggulan Kompetitif Untuk Pengembangan Usaha Perusahaan akan memperoleh banyak competitive advantages untuk pengembangan usaha di masa yang akan datang yaitu melalui penjualan saham kepada publik. Perusahaan berkesempatan untuk mengajak para partner kerjanya seperti pemasok dan pembeli untuk turut menjadi pemegang saham perusahaan. 3. Melakukan Merger Atau Akuisisi Perusahaan Lain Dengan Pembiayaan Melalui Penerbitan Saham Baru Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah satu cara yang cukup banyak diminati untuk mempercepat pengembangan skala usaha perusahaan. 4. Peningkatan kemampuan Going Concern Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah kemampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam kondisi yang dapat mengakibatkan likuidasi perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik, kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan perusahaan tertutup.

9 21 5. Meningkatkan Citra Perusahaan Go public suatu cara agar perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan komunitas keuangan. Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut untuk mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citra perusahaannya. 6. Meningkatkan Nilai Perusahaan Perusahaan publik sahamnya diperdagangkan di Bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan Kegiatan dan Tahap Melakukan IPO Perusahaan yang akan melakukan penawaran umum, perlu mempersiapkan persiapan internal dan dokumen-dokumen sesuai dengan persyaratan untuk melakukan penawaran umum serta syarat yang telah ditetapkan oleh OJK. Kegiatan yang dilakukan dalam proses penawaran umum yang diakses dalam ( Public.pdf), mencakup tahapan sebagai berikut : 1. Periode Pasar Perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk. 2. Penjatahan Saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai jumlah efek yang tersedia.

10 22 3. Pencatatan Efek di Bursa, yaitu efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa. Proses penawaran umum dapat dikelompokan menjadi beberapa tahap seperti disebutkan dalam sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Tahapan ini merupakan awal dalam mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penawaran umum. Hal yang pertama kali dilakukan oleh calon perusahaan tercatat adalah melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah mendapat persetujuan, calon perusahaan tercatat melakukan penujukan lembaga dan profesi penunjang pasar modal, antara lain : a. Penjamin emisi (underwriter). b. Akuntan Publik (Auditor Independen). c. Penilaian independen. d. Konsultan hukum merupakan pihak yang memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion). e. Notaris f. Biro Administrasi Efek 2. Tahapan Pengajuan Pernyataan Pendaftaran Dalam tahap ini, calon perusahaan tercatat melengkapi dokumen pendukung untuk menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada OJK sampai dengan OJK menyatakan bahwa pernyataan pendaftaran telah menjadi efektif.

11 23 3. Tahap Penawaran Saham Tahap ini merupakan tahap utama karena calon perusahaan tercatat menawarkan sahamnya kepada masyarakat (investor). Investor dapat membeli saham melalui agen penjual yang telah ditunjuk. Masa penawaran umum ini paling kurang 1 hari kerja dan paling lama 5 hari kerja. 4. Tahapan Pencatatan Saham Di Bursa Efek. Setelah selesainya penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. 2.3 Underpricing Pengertian Underpricing Underpricing merupakan salah satu fenomena yang sering ditemui ketika perusahan akan melakukan IPO (Initial Public Offering). Saham yang nanti nya akan ditawarkan di pasar sekunder sebelumnya akan ditawarkan di pasar perdana. Harga saham yang ditawarkan pada saat IPO ditentukan oleh emiten dengan underwriter. Fenomena harga rendah terjadi karena harga penawaran perdana ke publik secara rerata murah (Hartono, 2014:36). Banyak para ahli mengemukakan tentang underpricing, berikut pengertian yang dipaparkan: Menurut Manurung (2013:8) mengemukakan pengertian underpricing sebagai berikut : Bila harga Initial Public Offering (IPO) saham lebih rendah dari harga penutupan saham pada hari pertama diperdagangkan.

12 24 Adapun menurut Purwanto dkk (2015:92) menyatakan bahwa : Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat penawaran perdana lebih rendah dibandingkan ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Sedangkan Menurut Risqi dan Harto (2013:1) menyatakan bahwa : Apabila harga saham pada saat IPO lebih rendah dibandingkan dengan harga saham di pasar sekunder hari pertama, makan akan terjadi fenomena yang disebut underpricing. Pada penelitian terdahulu, underpricing diukur dengan initial return. Initial return adalah keuntungan yang didapat pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana dengan harga jual saham yang bersangkutan di pasar sekunder (Retnowati, 2013:183). Sedangkan menurut Hartono (2014:37) initial return adalah return dari aktiva dipenawaran perdana mulai dari saat dibeli di pasar primer sampai pertama kali di daftarkan di pasar sekunder. Menurut Purwanto dkk (2015:98) initial retun dihitung berdasarkan selisih antara harga saham pada hari pertama penutupan (closing price) pada pasar sekunder dibagi dengan harga saham perdana (offering Price). Dapat dirumuskan Initial Return Sebagai berikut :

13 25 Keterangan : IR = Initial Return OP = Offering Price CP = Closing Price Teori Underpricing Peneliti sebelumnya meneliti tentang underpricing dari berbagai teori. Berikut merupakan teori-teori yang berhubungan dengan underpricing : 1. Asimetri Informasi Antara Underwriter Dengan Emiten. Underwriter menjalankan tugasnya untuk menjual saham perdana yang diterbitkan oleh emiten. Kondisi asimetri informasi menyebabkan underpricing, dimana underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko (Purwanto dkk, 2015:92). Artinya underwriter memiliki kemampuan untuk meyakinkan emiten untuk menjual harga saham perdananya lebih murah. Seperti dibahas dalam Isfatun dan Hatta (2010:67) mengenai model baron bahwa, penjamin emisi dianggap memiliki informasi yang lebih baik mengenai permintaan saham-saham perusahaan emiten dibandingkan perusahaan emiten sendiri. Model ini mengimplikasikan bahwa ketidakpastian

14 26 yang besar dari suatu perusahaan emiten tentang harga saham maka permintaan terhadap jasa penjamin saham akan semakin besar. Semakin tinggi ketidakpastian maka akan semakin banyak masalah dalam penentuan harga dan akan semakin besar underpricing. 2. Asimetri Informasi antara informed investor dengan uniformed investor. Asimetri informasi antara investor dengan invetor lainnya yaitu terjadi ketika salah satu investor memiliki informasi lebih mengenai prospek perusahaan kedepannya. Seperti dibahas dalam Isfatun dan Hatta (2010:67) mengenai model Rock menyatakan bahwa terdapat 2 kelompok invetor yaitu informed dan uninformed. Kelompok informed memiliki banyak informasi mengenai kewajaran harga saham sehingga mereka akan membeli sahamsaham perusahaan IPO yang underpriced. Artinya, informed investor mempunyai informasi sempurna tentang realisasi nilai dari penawaran saham baru. Sebaliknya kelompok uninformed melakukan penawaran secara sembarangan, baik pada saham-saham IPO yang underpriced maupun overpriced. Artinya, uninformed investor mempunyai informasi yang terbatas tentang prospek perusahaan baru dibandingkan dengan investor lainnya. 3. Signalling Theory Signalling Theory yang dibahas dalam Risqi dan Harto (2013:1) adalah informasi mengenai perusahaan merupakan sinyal bagi investor dalam keputusan berinvestasi. Sinyal dapat berupa informasi bersifat financial maupun non financial yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik

15 27 daripada perusahaan lain. Menurut Kim (1999) dalam Hapsari (2012:39) tentang signal yang baik harus dapat memenuhi 2 syarat yaitu : 1. Signal tersebut harus dapat ditangkap oleh investor sehingga biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia. 2. Signal tersebut sulit atau terlalu mahal untuk dapat ditiru oleh perusahaan yang berkualitas rendah. Signal positif yang dibuat oleh emiten dengan underwriter dapat mengurangi tingkat ketidakpastian bagi investor, sehingga investor dapat membedakan perusahaan yang baik dan yang kurang baik. Perusahaan yang baik akan memberi sinyal positif bagi investor dengan melakukan IPO yang underpricing. Sedangkan perusahaan yang kurang baik tidak menginginkan kondisi underpricing. Hal ini dilakukan untuk menghindari biaya underpricing yang terlalu tinggi. 2.4 Prospektus Ketika perusahaan akan melakukan go public, perusahaan perlu membuat informasi dan dokumen-dokumen yang diwajibkan oleh hukum dan peraturan yang berlaku. Salah satu dokumen itu adalah prospektus. Prospektus adalah dokumen yang berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang ditawarkan (Hartono, 2014:66).

16 28 Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa : Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek. Menurut Hermuningsih (2012:60) penyusunan prospektus harus mengacu kepada hal-hal berikut : 1. Prospektus harus memuat semua rincian dan fakta material mengenai penawaran umum. 2. Prospektus harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan komunikatif. 3. Fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan yang paling penting harus dibuat ringkasannya dan diungkapkan pada bagian awal prospektus. Jadi prospektus berguna saat perusahaan akan melakukan go public, sebagai dokumen yang berisikan informasi mengenai perusahaan. Informasi berisikan mengenai keuangan dan non keuangan perusahaan yang dapat dipublikasikan kepada investor, sebagai pertimbangan pemilihan investasi yang akan dipilihnya. 2.5 Saham Pengertian Saham Pengertian saham secara umum adalah tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Menurut Fahmi (2015:80) saham adalah :

17 29 1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan. 2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya. 3. Persediaan yang siap untuk dijual Sedangkan pengertian saham menurut Hermuningsih (2012:78) saham adalah : Saham merupakan salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang bersifat kepemilikan. Menurut Martalena dan Malinda (2011:12) saham adalah: Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Jenis Saham Dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik yaitu saham biasa (ordinary shares) dan saham istimewa (preference shares). Seperti disebutkan dalam Kieso, Donald E et al. (2013:527) menyatakan bahwa:

18 30 Share capital is cash and other assets paid in to the corporation by shareholders in exchange for shares. As noted earlier, when a corporation has only one class of shares, it is ordinary shares. Jadi dapat dikatakan bahwa, modal saham dapat berupa kas maupun aset lainnya yang dibayarkan untuk perusahaan oleh pemegang saham, dengan harapan mendapatkan imbalan dari hasil investasinya tersebut. Ketika suatu perusahaan memiliki hanya satu kelas saham maka disebut dengan saham biasa. Sedangkan Menurut Fahmi dan Hadi (2012:68) menyebutkan bahwa : Saham biasa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal, dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS dan RUPSLB serta berhak untuk menentukan membeli right issue atau tidak, yang selanjutnya diakhir tahun akan memperoleh dividen Adapun pengertian preference shares menurut Kieso, Donald E et al. (2013:536) menyatakan bahwa : Preference shares have provisions that give them some preference or priority over ordinary shares Jadi, preference shares dikatakan mempunyai ketentuan yang memberi mereka beberapa prioritas atas saham biasa. Sedangkan pengertian preference shares menurut Fahmi dan Hadi (2012:68) menyatakan bahwa : Saham istimewa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan). Adapun menurut Kieso, Donald E et al. (2014:716) beberapa karakteristik preference shares:

19 31 1. Cumulative Preference Shares 2. Participating Preference Shares 3. Convertible Preference Shares 4. Callable Preference Shares 5. Redeemable Preference Shares 2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing ROE (Return On Equity) Menurut Kasmir (2014:115) ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi modal sendiri, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Tingginya minat investor akan meningkatkan harga saham sehingga perubahan harga diantara transaksi yang terjadi semakin kecil (Hapsari dan Mahfud, 2012:3). Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat underpricing (Purwanto dkk, 2015:96). ROE mengkaji sejauh mana suatu perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki agar mampu memberikan laba atas ekuitas (Fahmi, 2015:95). Menurut Fahmi (2015:96) perhitungan dirumuskan sebagai berikut:

20 32 Dalam memperhitungkan pengaruh ROE dalam penelitian ini. Peneliti akan menggunakan rumus tersebut sebagai perhitungan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia DER (Debt to Equity Ratio) Leverage rasio dalam penelitian ini menggunakan DER (Debt to Equity Ratio). DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas, rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan (Kasmir, 2014:112). DER memberi jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri yang digunakan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar DER mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai DER yang tinggi (Indriyanti, Isti dkk, 2013:4). Menurut Kasmir (2014:124) rumus DER yang digunakan sebagai berikut: Dalam memperhitungkan pengaruh DER dalam penelitian ini. Peneliti akan menggunakan rumus tersebut sebagai perhitungan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.

21 EPS (Earning Per Shares) Menurut Fahmi (2015:93) adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Menurut Kasmir (2014:115) EPS disebut juga dengan rasio nilai buku, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa atau laba bersih per lembar saham biasa (Retnowati, 2013:185). Sedangkan menurut Kieso, Donald E et al. (2014:770) menyatakan bahwa : Earning per share indicates the income earned by each ordinary share. Thus, companies report earnings per share only for ordinary shares. Jadi laba per lembar saham menunjukan pendapatan yang diterima oleh setiap saham biasa. Dengan demikian, perusahaan melaporkan laba bersih per saham hanya untuk saham biasa. Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan, dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik. Menurut Kieso, Donald E et al. (2014:775) EPS dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Basic EPS

22 34 2. Diluted EPS Net Income Preference dividend EPS= Weighted Average Shares Outsanding Impact of Convertible Impact of Option, Warrant, and Other Dilutives Securities Dalam memperhitungkan pengaruh EPS dalam penelitian ini. Peneliti akan menggunakan pengaruh Basic EPS sebagai perhitungan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia Reputasi Underwriter Menurut Fahmi (2015:53) Underwriter adalah penjamin emisi bagi setiap perusahaan yang akan menerbitkan sahamnya di pasar modal. Penentuan harga saham pada saat IPO ditentukan oleh emiten dengan underwriter. Sedangkan menurut Pasal No.17 UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan bahwa : Underwriter adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum perdana bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang terjual. Dalam IPO, underwriter bertanggungjawab terhadap terjualnya seluruh saham yang dikeluarkan oleh emiten. Dalam praktiknya, underwriter akan membantu suatu sindikasi penjaminan yang terdiri dari beberapa underwriter

23 35 dengan porsi penjaminan yang berbeda-beda. Underwriter mengambil keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual dari saham yang disebut spread. Menurut Fahmi (2015:53-54) disebutkan bahwa ada 2 tipe penjamin yaitu: 1. Agen Best Efforts, berarti penjaminan emisi hanya sebatas pada saham yang terjual saja. 2. Full Commitment, berarti penjamin emisi menjamin penjualan seluruh saham yang ditawarkan. Bila ada yang tidak terjual, maka penjamin emisi yang membelinya. Jadi, tipe penjaminan emisi yang biasa diberikan oleh undewriter yaitu tipe penjaminan Agen Best Efforts dan Full Commitment. Underwriter yang belum bereputasi biasanya cenderung menghindari resiko tidak terjualnya saham, sedangkan underwriter bereputasi tinggi berani menetapkan harga saham yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya (Yasa, 2008) dalam Cahyanda (2013:7). Berdasarkan hal tersebut maka dengan menggunakan underwriter berkualitas baik dapat menurunkan tingkat resiko perusahaan sehingga dapat mengurangi initial return bagi investor. Pengukuran untuk menilai reputasi underwriter ini ditentukan berdasarkan top 50 most active brokerage house quarterly IDX berdasarkan total frekuensi perdagangan yang dilihat dalam ( Pengukuran dilakukan dengan memberi nilai 1 untuk underwriter yang masuk top 10 sedangkan nilai 0 diberikan untuk underwriter non top 10. Skala pengukuran ini juga pernah diteliti oleh Purwanto dkk (2015).

24 Reputasi Auditor Salah satu syarat untuk go public adalah penjelasan dan pernyataan bahwa kondisi kinerja keuangan perusahaan layak (fesible) untuk go public (Fahmi, 2012:7). Menurut Balvers dkk (1998) dalam Johnson (2011:2) ketika suatu auditor memiliki reputasi tinggi, maka akan memberikan tingkat kepercayaan yang lebih besar terhadap kebenaran informasi dalam laporan keuangan. Pemakaian auditor yang berkualitas akan diinterpretasikan oleh investor, bahwa emiten mempunyai informasi yang tidak menyesatkan mengenai prospeknya dimasa mendatang. Perusahaan menyewa auditor independen untuk memeriksa kesesuaian laporan keuangan berdasarkan standar keuangan. Hal ini akan memberikan pendapat atas keabsahan laporan keuangannya. Sehingga diharapkan hal ini akan mengurangi ketidakpastian yang akan berpengaruh mengurangi terjadinya underpricing. Auditor bereputasi baik mempunyai peran meningkatkan kepercayaan masyarakat akan keakuratan informasi yang disajikan dalam prospektus sebagai dasar analisis untuk mengambil keputusan untuk berinvestasi. Maka, jika emiten menggunakan auditor bereputasi baik maka akan mengurangi tingkat underpricing (Risqi dan Harto, 2013:2). Dalam hal ini, reputasi auditor dipertaruhkan karena jika suatu saat perusahaan yang dijamin tersebut bermasalah pada laporan keuangannya, maka auditor beserta KAP tersebut yang akan mengalami efek negatifnya, seperti turunnya reputasi yang dimiliki (Fahmi, 2015:54).

25 37 Pengukuran untuk menilai reputasi auditor ini ditentukan berdasarkan KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four dan KAPA (Kantor Akuntan Publik Asing) yang dilihat dalam : 1.( 2.( AP%20dan%20KAP% pdf). Pengukuran dilakukan dengan memberikan nilai 1 untuk KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four dan KAPA, sedangkan 0 untuk KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP Big Four dengan KAPA. Skala pengukuran ini juga pernah diteliti oleh Yustisia dan Roza (2012).

26

27

28 40

29 41

30 42

31 43

32 44

33 45

34 46

35 47

36 48

37 49

38 50

39 51

40 52

41 53

42 Kerangka Pemikiran Perusahaan akan membutuhkan dana untuk operasionalnya sesuai dengan bertambahnya perkembangan perusahaan tersebut. Pendanaan didapat dari internal maupun eksternal perusahaan. Pendanaan cukup besar dengan waktu yang cukup singkat diperoleh perusahaan dengan cara melakukan IPO (Initial Public Offering) atau biasa disebut dengan Go public. Saat melakukan IPO perusahaan memilih underwriter sebagai penjamin emisi yang ditetapkan pada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Serta menyiapkan persiapan internal dengan menerbitkan prospektus. Penentuan Harga saham pada saat IPO ditentukan oleh kesepakatan antara emiten dengan underwriter. Namun, harga saham pada saat IPO cenderung lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada hari pertama di pasar sekunder, kondisi tersebut biasa disebut dengan Underpricing. Menurut Prastica (2012:99) adanya Asimetri Informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak dibandingkan dengan pihak lainnya. Asimetri informasi dapat terjadi antara Emiten, Underwriter, dan Investor. Underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko (Purwanto dkk, 2015:92). Artinya underwriter memiliki kemampuan untuk meyakinkan emiten untuk menjual harga saham perdananya lebih murah. Isfatun dan Hatta (2010:67) membahas mengenai Model Rock menyatakan bahwa terdapat 2 kelompok invetor yaitu informed dan uninformed. Kelompok informed memiliki banyak informasi mengenai kewajaran harga saham sehingga mereka akan membeli

43 55 saham-saham perusahaan IPO yang underpriced. Sebaliknya, kelompok uninformed melakukan penawaran secara sembarangan, baik pada sahm IPO yang underpriced maupun overpriced. Signalling Theory yang dibahas dalam Risqi dan Harto (2013:1) adalah informasi mengenai perusahaan merupakan sinyal bagi investor dalam keputusan berinvestasi. Sinyal positif yang dibuat oleh emiten dengan underwriter dapat mengurangi tingkat ketidakpastian bagi investor, sehingga investor dapat membedakan perusahaan yang baik dan yang kurang baik. Penerbitan prospektus dilakukan oleh emiten yang akan go public untuk memberikan sinyal positif nya bagi investor. Informasi yang dimuat dalam prospektus akan membantu investor dalam membuat keputusan yang rasional mengenai resiko nilai saham yang sesungguhnya yang ditawarkan emiten (Kim, Krinsky dan Lee, 1995) dalam Retnowati (2013:183) Pengaruh ROE Terhadap Tingkat Underpricing Menurut Kasmir (2014:115) menyatakan bahwa ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi modal sendiri, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. ROE mengkaji sejauh mana suatu perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki agar mampu memberika laba atas ekuitas (Fahmi, 2015:95). Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat underpricing (Purwanto dkk, 2015:96).

44 56 Pengujian ROE ini pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu Hapsari dan Mahfud (2012) yang menunjukan bahwa hasil ROE berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2008) dan Hapsari (2012) yang menunjukan hasil ROE berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu serta teori yang bersangkutan, maka semakin tinggi ROE semakin rendah tingkat underpricing Pengaruh DER Terhadap Tingkat Underpricing DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas, rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan (Kasmir, 2014:112). DER memberi jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri yang digunakan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar DER mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai DER yang tinggi (Indriyanti, Isti dkk : 2013). Faktor ini pernah diteliti oleh Ihsany (2013) yang menunjukan hasil bahwa DER berpengaruh positif terhadap underpricing. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011) dan Wahyusari (2013) yang menunjukan hasil bahwa DER berpengaruh positif terhadap underpricing. Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu serta teori yang bersangkutan, maka semakin tinggi DER semakin rendah tingkat underpricing.

45 Pengaruh EPS Terhadap Tingkat Underpricing Menurut Fahmi (2015:93) adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Menurut Kasmir (2014:115) EPS disebut juga dengan rasio nilai buku, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Menurut Kieso, Donald E et al. (2014:770) menyatakan bahwa: Earning per share indicates the income earned by each ordinary share. Thus, companies report earnings per share only for ordinary share. Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan, dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik. EPS ini pernah diteliti oleh Retnowati (2013) menunjukan bahwa EPS berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto (2010) bahwa EPS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap initial return. Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu serta teori yang bersangkutan, maka semakin tinggi EPS semakin rendah tingkat underpricing Pengaruh Reputasi Underwriter Terhadap Tingkat Underpricing Underwriter yang memiliki reputasi tinggi biasanya memiliki informasi lebih mengenai pasar modal. Dalam IPO, underwriter bertanggung jawab terhadap terjualnya seluruh saham yang dikeluarkan oleh emiten. Ketika

46 58 underwriter memiliki reputasi yang tinggi dan berpengalaman, maka yang diharapkan oleh emiten adalah memberikan pelayanan terbaik bagi para investor. Semakin banyaknya perusahaan go public yang memakai jasa penjaminan emisi dari suatu perusahaan underwriter yang dipilih menunjukan bahwa mereka puas akan jasa yang diberikan (Prastica, 2012:100). Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto, dkk (2015) menunjukan bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat underpricing, Penelitian ini sejalan dengan Risqi dan Harto (2013), Junaeni dan Agustian (2013), Razzafindrambinina dan Kwan (2013), Yustisia dan Roza (2012), Hapsari dan Mahfud (2012). Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu serta teori yang bersangkutan, maka semakin tinggi reputasi underwriter semakin rendah tingkat underpricing Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Tingkat Underpricing Menurut (Balvers dkk,1998) dalam Johnson (2011:2) ketika suatu auditor memiliki reputasi tinggi maka akan memberikan tingkat kepercayaan yang lebih besar terhadap kebenaran informasi dalam laporan keuangan. Pemakaian auditor yang berkualitas akan diinterpretasikan oleh investor, bahwa emiten mempunyai informasi yang tidak menyesatkan mengenai prospeknya dimasa mendatang. Hal ini akan mengurangi ketidakpastian sehingga akan berpengaruh pada tingkat underpricing saham. Auditor bereputasi baik mempunyai peran meningkatkan kepercayaan masyarakat akan keakuratan informasi yang disajikan dalam prospektus sebagai dasar analisis untuk mengambil keputusan untuk berinvestasi.

47 59 Maka, jika emiten menggunakan auditor bereputasi baik maka akan mengurangi tingkat underpricing (Risqi dan Harto, 2013:2). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Johson (2011) menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh negatif dan signifikan, sejalan dengan penelitian Hapsari dan Mahfud (2012), Razzafindrambinina dan Kwan (2013). Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu serta teori yang bersangkutan, maka semakin tinggi reputasi auditor semakin rendah tingkat underpricing.

48 60 ` Emiten Internal Pendanaan Eksternal Investor Kreditor Prospektus IPO (Initial Public Offering) Underwriter Informasi Keuangan Informasi Non Keuangan ROE DER EPS Reputasi Underwriter Reputasi Auditor H1: (-) H2: (+) H3: (-) H4: (-) H5: (-) Underpricing Keterangan : : Diteliti : Tidak Diteliti Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

49 61 H6 ROE DER EPS Reputasi Underwriter Reputasi Auditor H1: (-) H2: (+) H3: (-) H4: (-) H5: (-) Underpricing Gambar 2.2 Paradigma Penelitian 2.9 Hipotesis Penelitian Dari kerangka pemikiran yang telah diuraikan oleh peneliti, maka peneliti menarik hipotesis untuk diteliti sebagai berikut : H 1 : Return on Equity secara parsial berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. H 2 : Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing. H 3 : Earning Per Shares secara parsial berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

50 62 H 4 : Reputasi Underwriter secara parsial berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. H 5 : Reputasi Auditor secara parsial berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. H 6 : ROE, DER, EPS, Reputasi Underwriter, dan Reputasi Auditor berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing..

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk BAB I PENDAHULUAN ` 1.1 Latar Belakang Era Globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk pengembangan usahanya. Dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan mencari keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mencapai atau memperoleh laba maksimal, mengembangkan perusahaan serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan didirikan dengan harapan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan berkembang dalam jangka waktu yang panjang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Underpricing Yolana dan Martani (2005) mendefinisikan underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai cara dan keinginan untuk mengembangkan usahanya, salah satunya dengan mengadakan ekspansi. Untuk ekspansi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk memperluas usahanya, hal ini dilakukan dengan mengadakan ekspansi. Untuk melakukan ekspansi ini perusahaan memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan penambahan modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Hal ini mendorong manajemen untuk memilih salah satu alternatif-alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berjalannya waktu kebutuhan akan penambahan modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan dalam mengembangkan dan menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk mengembangkan dan memperluas usahanya. Salah satu keterbatasan perusahaan dalam mengembangkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock exchange). Bursa efek sebenarnya sama dengan pasar-pasar lainnya yaitu tempat bertemunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan terjadi secara dinamis di segala bidang. Perkembangan tersebut terasa sangat berdampak pada bidang perekonomian dunia, hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B PENGARUH ROE, ROA, EPS, DER, DAN PROYEKSI PER TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH PENAWARAN PERDANA (INITIAL PUBLIC OFFERING/IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2002-2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan teknologi dan komunikasi telah menciptakan iklim persaingan yang ketat. Hal ini menuntut perusahaan agar tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada berbagai tantangan di tengah persaingan yang semakin ketat. Perusahaan yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan semakin lama akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya produktivitas dan performa perusahaan. Modal investasi dulunya dapat dipenuhi dengan utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Go Public merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pengembangan dana yang diperoleh oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Salah satu alternatif pendanaan dari luar perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI 2000-2004 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kondisi pasar modal di Indonesia berkembang dengan cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya jumlah perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya membutuhkan dana yang besar. Kebutuhan inilah yang mendasari suatu perusahaan untuk menarik investor dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan mempunyai berbagai cara alternatif untuk memperoleh sumber pendanaan dalam mengembangkan suatu usaha. Salah satu alternatif pendanaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran sebagai sarana investasi bagi investor dan alternatif sumber dana bagi perusahaan tentunya sangat memberikan manfaat dan keuntungan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya perekonomian di Indonesia, investasi dalam pasar modal pun turut mengalami perkembangan. Keberadaan pasar modal memiliki peran penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang berbasis bisnis adalah perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalisasi nilai perusahaan dan mencari keuntungan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Signalling Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling hypothesis. Dalam konteks ini underpricing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Underpricing adalah selisih harga penawaran perdana lebih rendah dibandingkan harga penutupan saham perusahaan di pasar sekunder pada hari pertama (Jogiyanto, 2009:34).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan memerlukan modal yang jumlahnya cukup besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan memerlukan modal yang jumlahnya cukup besar. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan didirikan dengan harapan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan usahanya, berkembang dengan pesat, dan dapat bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk memperluas usahanya sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini mengharuskan pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan usaha pada persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan pada umumnya membutuhkan dana yang besar, baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Saham adalah satuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Saham adalah satuan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Initial Public Offering (IPO) Menurut Hartono dan Ali (2002), IPO merupakan penawaran saham di pasar perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal Pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk saling mengadakan pertukaran barang dan jasa. Pengertian pasar modal atau bursa efek adalah suatu

Lebih terperinci

KONSEP PASAR MODAL. Pengertian Pasar Modal.

KONSEP PASAR MODAL. Pengertian Pasar Modal. KONSEP PASAR MODAL Pengertian Pasar Modal. Husnan (2003) adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

Repositori STIE Ekuitas

Repositori STIE Ekuitas Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2016-02-13 Pengaruh Persentase Saham Yang Ditawarkan Dan Solvability Ratio Terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan dana untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan dapat ditempuh dengan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan mencapai keuntungan sebesar-besarnya. Untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Grand Theory Teori-teori yang dapat menjelaskan tentang harga saham IPO yang mengalami underpricing yaitu : 1. Teori Sinyal (Signaling Theory) Theory Signaling menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, pihak menguntungkan para investor (Johnson,2011).

BAB I PENDAHULUAN. underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, pihak menguntungkan para investor (Johnson,2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Underpricing adalah selisih positif antara harga saham dibursa efek dengan harga saham di pasar perdana pada saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi saat ini semakin berkembang. Banyak perusahaan mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modal. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk memperluas usahanya, hal ini dilakukan dengan mengadakan ekspansi. Untuk melakukan ekspansi ini perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian menegenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian menegenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian menegenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada IPO di BEI telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Di bawah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar Modal (capital market) merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era milenium seperti sekarang ini, dunia perekonomian berkembang secara pesat baik perekonomian di dalam negeri maupun secara global. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing telah banyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing telah banyak dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional perusahaan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembentukan pasar tunggal atau sering kita sebut sebagai masyarakat ekonomi asean pada tahun 2015 ini secara tidak langsung telah membuat persaingan di beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings) merupakan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh tambahan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi perusahaan semakin bertambah. Salah satu permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Salah satu alternatif pendanaan dari luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

ATA 2014/2015 M1/IT /NICKY/ Pasar modal

ATA 2014/2015 M1/IT /NICKY/ Pasar modal Pasar modal 1. Pengertian pasar modal Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pencari dana dengan para penanam modal, dengan instrument utama saham dan obligasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai mampu menanamkan modalnya ke perusahaan. Rata rata untuk

BAB I PENDAHULUAN. dinilai mampu menanamkan modalnya ke perusahaan. Rata rata untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan menginginkan kemajuan operasional usaha untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik pada khususnya. Untuk dapat bertahan dan meningkatkan nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Sunariyah (2011:4) mengemukakan bahwa pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ekonomi, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Pada saat itu, perusahaan harus menentukan untuk menambah modal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan modal suatu perusahaan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Perusahaan diharuskan mampu berkembang dan membuat inovasi-inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Dengan semakin ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Dengan semakin ketatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang belakangan ini, membuat perusahaan semakin terpacu untuk mengembangkan bisnisnya. Globalisasi akan semakin mendorong ketatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penawaran saham ataupun surat utang di pasar modal. Penawaran saham dapat

BAB I PENDAHULUAN. penawaran saham ataupun surat utang di pasar modal. Penawaran saham dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, perusahaan harus mampu menyediakan modal untuk mengembangkan dan mempertahankan usahanya. Kebutuhan modal ini tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 2.1.1 Widayanti dan Haryanto (2013) Penelitian Widayanti dan Haryanto (2013)

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu sumber dana eksternal yang sering dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah yang besar untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang pesat menjadikan suatu perusahaan terus bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengembanagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage Judul : Reputasi Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Size, Return On Assets dan Financial Leverage pada Tingkat Underpricing Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia Nama : Pande Kadek Ary Raditya

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. lainnya. Laporan neraca dapat menggambarkan posisi keuangan suatu

II. LANDASAN TEORI. lainnya. Laporan neraca dapat menggambarkan posisi keuangan suatu II. LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan diperlukan sebagai bahan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, dan kondisi keuangan tersebut mengindikasikan kondisi keuangan secara umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Perusahaan yang membutuhkan dana atau ingin menambah dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar modal

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEI Nama : Putu Iin Sulistyawati Nim : 1306305118 Abstrak Perusahaan yang akan go

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan. Ada 2 meode untuk

BAB I PENDAHULUAN. diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan. Ada 2 meode untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penetapan harga saham perdana pada saat Initial Public Offering atau IPO sangat sulit, karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pasar modal merupakan salah satu industri yang diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. Industri pasar modal merupakan salah satu industri yang diminati oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pasar modal merupakan salah satu industri yang diminati oleh masyarakat. Menurut Husnan (2004), Pasar modal dapat didefinisikan juga sebagai pasar untuk berbagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003-2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-10 Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam proses go public, sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder (Bursa Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar perdana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu tempat dimana terjadinya permintaan dan penawaran modal. Peran pasar modal sangat penting sebagai sumber pembiayaan untuk perusahaan

Lebih terperinci

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana merupakan usaha perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat dengan menerbitkan saham baru.

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-10 Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menciptakan persaingan yang semakin ketat. Persaingan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menciptakan persaingan yang semakin ketat. Persaingan perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan bisinis pada masa masa sekarang sangat berkembang sehingga menciptakan persaingan yang semakin ketat. Persaingan perusahaan tidak hanya terjadi pada

Lebih terperinci

1 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm Ibid.

1 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm Ibid. A. Pengertian Perseroan Terbatas Tertutup dan Perseroan Terbatas Terbuka Menurut Munir Fuady, yang dimaksud dengan perusahaan tertutup yakni suatu perusahaan terbatas yang belum pernah menawarkan saham-saham

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Penambahan dana,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mempertahankan eksistensi maupun mengembangkan usahanya, perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan dana bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi.

BAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi. BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Menurut Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal dapat digunakan sebagai tempat menjual saham bagi perusahaan yang memerlukan dana, begitu juga investor dapat membeli surat berharga di pasar modal.

Lebih terperinci

PENGARUH CURRENT RATIO

PENGARUH CURRENT RATIO PENGARUH CURRENT RATIO, EARNINGS PER SHARE DAN RASIO PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 2014 AHSAN ARYA GUNA NPM: 141090292 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Jogiyanto (1998)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan dan mengelola kegiatan bisnis dengan baik. Hal ini perlu didukung oleh ketersediaan

Lebih terperinci

tunggal (biasanya investor institusi), secara privat (private placement), dan

tunggal (biasanya investor institusi), secara privat (private placement), dan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan memerlukan kebutuhan dana yang besar untuk pembiayaan perusahaannya. Kebutuhan akan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Kecenderungan Underpricing: Studi

BAB II URAIAN TEORITIS. Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Kecenderungan Underpricing: Studi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hayati (2007) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Kecenderungan Underpricing: Studi Pada Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. antara manajer selaku agen dengan pemilik perusahaan sebagai principal. Para

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. antara manajer selaku agen dengan pemilik perusahaan sebagai principal. Para BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Raharjo (2007) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PERUBAHAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PERUBAHAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manejemen keuangan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting bagi perusahaan, karena untuk mencapai tujuan perusahaan

Lebih terperinci