ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK JELANTAH (Waste Cooking Oil) MENJADI BIODIESEL (Kasus: PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Bogor)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK JELANTAH (Waste Cooking Oil) MENJADI BIODIESEL (Kasus: PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Bogor)"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK JELANTAH (Waste Cooking Oil) MENJADI BIODIESEL (Kasus: PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Bogor) SKRIPSI PERDANA SURYA PUTRA WIDODO H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN PERDANA SURYA PUTRA WIDODO. ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK JELANTAH (Waste Cooking Oil) MENJADI BIODIESEL(Kasus: PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA) Kegiatan-kegiatan di sektor industri, jasa, perhubungan dan rumah tangga salah satunya memerlukan pemanfaatan energi. Berdasarkan Handbook Of Energy & Economics Statistics Of Indonesia (2009) salah satu konsumsi energi nasional terbanyak berasal dari sektor industri, yaitu membutuhkan juta Barel Oil Equivalent (BOE). Menurut Siagan, (2003) kebutuhan energi nasional 74 persen tergantung kepada minyak bumi. Pemerintah sendiri telah mengumumkan rencana untuk mengurangi ketergantungan Indonesia dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi. Salah satunya adalah berkembangnya penelitian bahan bakar yang berasal dari nabati, minyak nabati merupakan sumber bahan baku alternatif yang dapat menggantikan penggunaan minyak bumi karena jumlahnya yang dapat diperbarui, misalnya dalam penggunaan bahan baku biodiesel. Bahan baku pembuat biodiesel yang dinilai potensial di Indonesia adalah minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit dinilai potensial karena berdasarkan kontinyuitas saat ini sudah tersedia banyak perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan buah sawit menjadi CPO, tetapi selain keunggulan yang ada pada kelapa sawit, terdapat pula beberapa hal yang kurang mendukung pemanfaatannya sebagai bahan baku biodiesel. Kebutuhan CPO dalam negeri saat ini sebagaian besar terserap oleh pabrik minyak goreng dengan kebutuhan ratarata 3,5 juta ton per tahun. Bila harga CPO naik maka harga biodiesel yang dihasilkan akan menjadi mahal. Salah satu pemanfaatan bahan dari jenis minyak nabati sebagai pengganti solar adalah limbah minyak goreng atau biasa disebut juga minyak goreng bekas (Jelantah). Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan mentah pembuatan biodiesel kira kira mencapai persen total biaya produksi, sehingga untuk menekan biaya produksi maka dengan alternatif menggunakan minyak goreng bekas (Jelantah), yang secara ekonomis tidak bernilai tinggi. Di Kota Bogor terdapat perusahaan yang mengolah atau memproduksi dengan memanfaatkan minyak jelantah menjadi biodiesel. Perusahaan tersebut adalah PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) yang berdiri pada tahun 2006 dan terletak di Curug Mekar No 6 Bogor. PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) juga merupakan perusahaan satu-satunya di Kota Bogor yang memproduksi biodiesel dengan memanfaatkan limbah minyak goreng (Jelantah). Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kelayakan bisnis biodiesel dari minyak jelantah di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dilihat dari aspek non-finansial 2) Menganalisis kelayakan bisnis biodiesel dari minyak jelantah di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dilihat dari aspek finansial. 3) Menganalisis nilai pengganti (switching value) kelayakan bisnis biodiesel dari minyak jelantah di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE).

3 Analisis aspek non finansial yang dilakukan terhadap usaha di PT. BEE yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan dapat disimpulkan bahwa usaha tersebut dapat dijalankan dengan baik. Analisis aspek finansial yang dilakukan di usaha PT. BEE ini akan menggunakan dua skenario penerimaan perusahaan. Skenario I (pertama) penerimaan dari penjualan biodiesel dan gliserin, skenario II (kedua) penerimaan dari penjualan biodiesel dan eco wash. Dari aspek finansial didapatkan hasil : skenario pertama mempunyai nilai NPV , IRR sebesar 6,16 persen, Net B/C sebesar 0,05 atau kurang dari satu sedangkan Payback Period diperoleh hasil bahwa usaha tersebut tidak akan bisa mengembalikan investasi selama umur proyek 10 tahun karena perusahaan tiap tahunnya mengalami kerugian. Berdasarkan hasil analisis finansial skenario pertama didapatkan hasil bahwa usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Skenario kedua mempunyai nilai NPV , IRR sebesar 6,08 persen, Net B/C hanya sebesar 0,07 atau kurang dari satu. Payback Period menunjukkan hasil bahwa usaha tersebut tidak akan bisa mengembalikan investasi selama umur proyek 10 tahun karena perusahaan tiap tahunnya mengalami kerugian, berdasarkan hasil analisis finansial skenario kedua didapatkan hasil usaha ini juga tidak layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis switching value dengan cara menurunkan variabel harga input, baik skenario I maupun skenario II masing-masing menghasilkan NPV kurang dari nol (NPV<0), skenario I NPV yang dihasilkan Rp dan pada skenario II NPV yang dihasilkan Rp Berdasarkan analisis switching value dengan cara meningkatan variabel harga output (biodiesel) baik skenario I maupun skenario II masing-masing dapat menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV=0), pada skenario I perusahaan menaikan harga output sebesar 143,1 persen sehingga mempunyai harga jual sebesar Rp ,00 dan pada skenario II perusahaan menaikan harga output (biodiesel) sebesar 127,8 persen yang mempunyai harga jual sebesar Rp ,00. Berdasarkan analisis switching value dengan cara peningkatan variabel jumlah input (minyak jelantah) didapat hasil pada skenario I perusahaan menaikan jumlah input (minyak jelantah) sebesar 381,1 persen menjadi liter/bulan sehingga NPV sama dengan 0 (NPV=0) dan pada skenario II perusahaan menaikan jumlah (input) sebesar 182,2 persen menjadi liter/bulan sehingga NPV sama dengan nol (NPV=0). Berdasarkan analisis switching value dapat direkomendasikan kepada perusahaan bahwa cara yang memungkinkan untuk digunakan adalah dengan meningkatkan variabel jumlah input (minyak jelantah) baik di skenario I maupun di skenario II.

4 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK JELANTAH (Waste Cooking Oil) MENJADI BIODIESEL (Kasus: PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Bogor) PERDANA SURYA PUTRA WIDODO H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Jelantah (Waste Cooking Oil) Menjadi Biodiesel (Kasus: PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Bogor) : Perdana Surya Putra Widodo : H Disetujui, Pembimbing Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal lulus:

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Jelantah (Waste Cooking Oil) Menjadi Biodiesel (Kasus: PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Bogor) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, November 2011 Perdana Surya Putra Widodo

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sidoarjo pada tanggal 28 April Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Alm Bapak Widodo dan Ibu Indriyati Suryaningsih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Wedoro I Waru Sidoarjo pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 1 Waru Sidoarjo. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 15 Surabaya diselesaikan pada tahun Penulis diterima pada program Diploma III Agribisnis Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang pada tahun Selepas menempuh program Diploma III, Pada tahun 2007 penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Jelantah (Waste Cooking Oil) Menjadi Biodiesel (Kasus: PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Bogor). Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha yang akan dilakukan dari aspek finansial dan aspek non finansial, serta seberapa besar sensitivitas yang terjadi karena adanya perubahan input dan output. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, mahasiswa, institusi dan pihak-pihak lain yang berhubungan pada umumnya. Bogor, November 2011 Perdana Surya Putra Widodo

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Heny K Daryanto, Mec selaku dosen penguji utama dan Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji akademik yang telah bersedia menjadi penguji. 3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan koreksi dan saran demi perbaikan skripsi. 4. Ir. Dwi Rachmina, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis. 5. Ibunda (Indriyati Suryaningsih), Ade Ria, Om, Tante, Ayah, Ibu, Eyang Kakung dan Eyang Uti, LAVONITA serta keluarga tercinta lainnya untuk setiap dukungan dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Bapak Nasar, Bapak Ade, Bapak Ali, Mas Edo, Zarkasih, Usman, Ika serta seluruh staf PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 7. Teman-teman seperjuangan di Ekstensi Agribisnis Rudi, Agus, Syafi i dan seluruh anggota Beta House atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya. Bogor, November 2011 Perdana Surya Putra Widodo

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN.... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Minyak Jelantah Biodiesel Gliserin (Eco Wash) Kajian Penelitian Terdahulu Studi Empiris Mengenai Kelayakan Usaha Evaluasi Penelitian Terdahulu Halaman III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Aspek Kelayakan Bisnis Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi, Dan Budaya Aspek Lingkungan Aspek Finansial Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi Dan Tempat Penelitian Jenis Dan Sumber Data Metode Pengolahan Dan Analisi Data Analisis Kualitatif Analisis Aspek Pasar Analisis Aspek Teknis Analisis Aspek Manajemen Analisis Aspek Sosial Analisis Aspek Lingkungan... 32

11 4.5 Analisi Kuantitatif Net Present Value (NPV) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Internal Rate Of Return (IRR) Payback Period Analisis Switching Value Asumsi-Asumsi Dasar V. Gambaran Umum Sejarah Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Lokasi Struktur Organisasi Kegiatan Perusahaan Fasilitas Produksi Peralatan Produksi Fasilitas Pendukung Proses Produksi VI. Hasil dan Pembahasan Analisis Aspek Non Finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Aspek Lingkungan Analisis Aspek Finansial Arus Penerimaan Arus Pengeluaran Analisis Laba Rugi Analisis Kelayakan Finansial Analisis Switching Value (Nilai Pengganti) VII. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perbandingan Emisi Yang Dihasilkan Oleh Biodiesel Dari Minyak Jelantah (Altfett Methyl Ester/AME) Dan Solar Hasil Uji Laboratorium Perbandingan Berbagai Macam Parameter Antara Biodiesel Minyak Jelantah, Solar Dan Persyaratan SNI Untuk Biodiesel Standar Biodiesel Menurut SNI Karateristik Yang Terdapat Pada Gliserin Gaji yang diterima di PT. Bumi Energi Equatorial (PT. BEE) Penerimaan PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) Biaya Investasi di PT Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) Rincian Biaya Tetap PT Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) Rincian Biaya Variabel PT Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) Pada Proses Produksi Biodiesel dan Gliserin Rincian Biaya Variabel PT Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) Pada Proses Produksi Biodiesel dan Eco Wash Hasil Analisis Kelayakan Finansial di PT Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) Hasil Analisis Switching Value Dengan Penurunan Harga Input (Minyak Jelantah) Hasil Analisis Switching Value Dengan Peningkatan Harga Output (Biodiesel) Hasil Analisis Switching Value Dengan Peningkatan Jumlah Input (Minyak Jelantah)... 64

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Proses Input dan Output Produksi Biodiesel Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi Garis Pada PT. Bumi Energi Equatorial Rangkaian Mesin Produksi Tabung Gas Elpiji Banker Penyimpanan Drum Penyaringan Drum Penampungan Gliserin Proses Pemanasan Proses Pencucian Limbah Air Yang dibuang Setelah Proses Pencucian Drum Pengolahan Eco Wash Proses Pencampuran... 46

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuisioner Lapang Laba Rugi Skenario I Laba Rugi Skenario II Cash Flow Skenario I Cash Flow Skenario II Switching Value Penurunan Harga Minyak Jalantah Sebesar 74,3 persen pada Skenario I Switching Value Peningkatan Harga Biodiesel Sebesar 143,1 persen pada Skenario I Switching Value Peningkatan Jumlah Produksi Sebesar 381,1 persen pada Skenario I Switching Value Penurunan Harga Minyak Jalantah Sebesar 74,3 persen pada Skenario II Switching Value Peningkatan Harga Minyak Biodiesel Sebesar 127,8 persen pada Skenario II Switching Value Peningkatan Jumlah Produksi Sebesar 182,2 persen pada Skenario II

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan-kegiatan di sektor industri, jasa, perhubungan dan rumah tangga salah satunya memerlukan pemanfaatan energi. Berdasarkan Handbook Of Energy & Economics Statistics Of Indonesia (2009) salah satu konsumsi energi nasional terbanyak berasal dari sektor industri, yaitu membutuhkan juta Barel Oil Equivalent (BOE). Menurut Siagan, (2003) kebutuhan energi nasional 74 persen tergantung kepada minyak bumi. Pemerintah sendiri telah mengumumkan rencana untuk mengurangi ketergantungan Indonesia akan bahan bakar minyak (BBM) dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi sebagai pengganti BBM. Pemerintah juga memberikan perhatian serius kepada pengembangan bahan bakar nabati (BBN) dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tertanggal 25 Januari 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan BBN sebagai Bahan Bakar Lain. Minyak nabati merupakan sumber bahan baku15alternatif yang dapat menggantikan penggunaan minyak bumi karena jumlahnya yang dapat diperbarui, misalnya dalam penggunaan bahan baku biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar pengganti solar yang memiliki sifat kimia yang mirip dengan solar dan ramah lingkungan karena memiliki emisi dan gas buang lebih baik dibandingkan dengan solar. Biodiesel dapat digunakan dengan mudah karena bercampur dengan minyak solar, pengunaan B20 (20% biodiesel dan 80% solar) akan mengurangi paling sedikit 16% CO 2, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan solar biasa sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin-mesin diesel yang ada hampir tanpa modifikasi (Prakoso dan Hidayat, 2005). Dalam proses pembutan biodiesel selain menghasilkan Methyl Ester (Biodiesel) juga menghasilkan Gliserine (Eco Wash) yang dapat digunakan untuk bahan baku sabun pembersih. Eco Wash adalah salah satu bahan pembersih yang mengandung lemak dan berbahan metal serta sangat efektif untuk digunakan sebagai pembersih antara lain pembersih mesin, peralatan bengkel, gemuk, aspal, dan peralatan dapur. Eco wash juga menggunakan biodegradable

16 yang diformulasikan khusus untuk produk non-berbahaya, tidak beracun serta menghilangkan hidrokarbon. Sifat-sifat yang dimiliki oleh biodiesel menurut Prakoso dan Hidayat (2005) antara lain dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable), 10 kali tidak beracun dibandingkan dengan minyak solar biasa, asap buangan biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta senyawa aromatik sehingga pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan. Selain itu, pembakaran biodiesel tidak menambah akumulasi gas karbondioksida di atmosfer sehingga mengurangi efek pemanasan global atau sering disebut dengan zero CO 2 emission. Penelitian dan pengembangan tentang biodiesel telah dimulai sejak tahun 1980 diberbagai negara dan pada tujuh tahun terakhir ini 28 negara telah menguji coba, 21 diantaranya kemudian memproduksi. Amerika Serikat dan beberapa negara eropa telah menetapkan Standart Biodiesel. Kebutuhan akan biodiesel juga semakin meningkat dari tahun ke tahun, tahun 2007 kebutuhan biodiesel di Indonesia mencapai 30,40 juta liter dan diestimasi akan meningkat menjadi 34,89 juta liter tahun Minyak tumbuhan atau minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi biodiesel antara lain Crude Palm Oil (CPO) di Malaysia dan Indonesia, minyak kanola di Eropa, minyak kedelai di Amerika Serikat, minyak kelapa di Filipina dan lain-lain. Minyak jelantah (minyak goreng bekas) juga telah digunakan di Amerika Serikat khusunya di Hawai, dengan nama perusahaan Pasific Biodiesel Incorporation yang memiliki kapasitas produksi 40 ton/bln, di jepang khususnya di Nagano, jelantah dari 60 restoran cepat saji telah digunakan sebagai bahan baku biodiesel (Prakoso dan Hidayat, 2005). Beberapa bahan baku pembuat biodiesel yang dinilai potensial di Indonesia adalah minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit dinilai potensial karena berdasarkan kontinyuitas saat ini sudah tersedia banyak perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan buah sawit menjadi CPO. Tetapi selain keunggulan yang ada pada kelapa sawit, terdapat pula beberapa hal yang kurang mendukung pemanfaatannya sebagai bahan baku biodiesel. Kebutuhan CPO dalam negeri saat 1 Workshop Nasional Bisnis Biodiesel dan Bioethanol di Indonesia, Jakarta 21 November 2008

17 ini sebagaian besar terserap oleh pabrik minyak goreng dengan kebutuhan ratarata 3,5 juta ton per tahun. Bila harga CPO naik maka harga biodiesel yang dihasilkan akan menjadi mahal. Penggunaan jarak pagar sebagai bahan baku pembuatan biodiesel juga mempunyai kendala yaitu belum tersedianya jumlah jarak yang mencukupi. Saat ini areal penanaman jarak masih terbatas, untuk memproduksi liter/hari dibutuhkan 2700 ha areal pertanaman jarak. Jika kebutuhan mencapai 2 juta kiloliter minyak jarak dengan rendemen 25 persen, maka diperlukan sebanyak 2-3 juta ha lahan pada tahun 2009, artinya harus tersedia lahan penanaman jarak minimal 500 ribu ha per tahun. Bila dikaji dari segi biaya, produksi minyak jarak jauh lebih murah, yaitu Rp. 3800/liter, tetapi tanaman jarak belum dibudidayakan secara luas. Salah satu pemanfaatan bahan dari jenis minyak nabati sebagai pengganti solar adalah limbah minyak goreng atau biasa disebut juga minyak goreng bekas (Jelantah). Minyak jelantah (waste cooking oil) merupakan limbah dan bila ditinjau dari pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, serta dapat mengurangi kecerdasan. Penggunaan minyak goreng bekas merupakan17alternatif untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan mentah kira kira mencapai persen total biaya produksi, sehingga untuk menekan biaya produksi maka dengan menggunakan minyak goreng bekas (Jelantah) yang secara ekonomis tidak bernilai tinggi 2. Menurut Kayun (2007), Minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel dapat dikumpulkan dari beberapa sumber yaitu rumah tangga, restoran, hotel dan industri pengolahan makanan. Jumlah minyak jelantah yang dihasilkan dari rumah tangga adalah sebanyak 305 ribu ton, jumlah minyak jelantah yang dihasilkan dari industri pengolahan makanan adalah sebanyak 2 juta ton dan jumlah minyak jelantah yang dihasilkan dari penggunaan minyak goreng oleh hotel dan restoran adalah sebanyak 1,5 juta ton. Total jumlah minyak jelantah yang tersedia dari berbagai pihak yang menggunakan minyak goreng adalah sebanyak: 3,8 juta ton per tahun. Dengan besarnya potensi minyak jelantah di Indonesia, maka dapat 2 Hariyadi P, Andarwulan N, Nuraida L, Sukmawati Y Kajian Kebijakan dan Kumpulan Artikel Penilitian Biodiesel. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Hlm 326

18 dijadikan acuan untuk dilakukannya pemanfaatan yang bertujuan untuk mensubsitusi akan kebutuhan bahan bakar dari fosil yang cukup tinggi, yaitu dengan mengolah minyak jelantah menjadi bahan bakar biodiesel. Hal ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan biodiesel yang cukup tinggi terutama di sektor18industri dan perhubungan atau transportasi. Biodiesel yang berasal dari minyak jelantah terbukti lebih ramah lingkungan, dalam hal emisi Nitrogen Monoksida misalnya, biodiesel dari minyak jelantah menghasilkan emisi 12 persen lebih rendah dari pada yang dihasilkan minyak solar. Emisi gas buang berupa karbon tak terbakar yang dihasilkan biodiesel minyak jelantah ternyata 25 persen lebih rendah dari pada minyak solar. Demikian pula dengan emisi partikulat/debu yang dihasilkan biodiesel minyak jelantah yang jumlahnya 40 persen lebih rendah dari minyak solar. Selain itu biodiesel minyak jelantah tidak mengandung belerang sehingga dalam pembakarannya tidak menghasilkan emisi sulfur dioksida. Dengan beberapa kelebihan itu, biodiesel dari minyak jelantah dapat dijadikan sebagai sumber alternatif utama dimasa yang akan datang. Pemanfaatan jelantah untuk digunakan sebagai biodiesel, salah satunya telah dilakukan pemerintah Kota Bogor, uji coba penggunaan minyak jelantah yang diolah menjadi biodiesel sebagai bahan bakar bus transpakuan dilakukan mulai Selasa (12/ ), yang di Launching oleh Sekretaris Daerah Kota (Sekdakot) Bogor H Dody Rosadi usai memimpin apel pagi pegawai Pemkot Bogor, di Plaza Balaikota. Kota Bogor sendiri mendapatkan apresiasi positif atas konsistensi dari PBB dalam upaya mencegah pemanasan global (Global Warming), aktif di Commision on Sustainable, International Climate Enviremental Invitiate (ICLEI) dalam upaya pencegahan pemanasan pemanasan global, serta telah melakukan beberapa langkah nyata didalam pengurangan emesi gas buang yaitu pengoperasion angkuatan bus (transpakuan). Berkat program ini pula, Kota Bogor dideklarasikan sebagai kota hijau oleh Muslim Association for Climate Change Action (MACCA). Asosiasi internasional itu menggelar konferensi pada tanggal 9-10 April 2010 di Kota Hujan. Di Kota Bogor juga terdapat perusahaan yang mengolah atau memproduksi dengan memanfaatkan minyak jelantah menjadi biodiesel. Perusahaan tersebut adalah PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) yang berdiri pada

19 tahun 2006 dan terletak di Curug Mekar No 6 Bogor. PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) juga merupakan perusahaan satu-satunya di Kota Bogor yang memproduksi biodiesel dengan memanfaatkan limbah minyak goreng (Jelantah). 1.2 Perumusan Masalah PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dalam menjalankan usaha pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel membutuhkan biaya investasi yang antara lain digunakan untuk pengadaan mesin pengolah biodiesel dan biaya produksi, semua itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Selain itu keterbatasan mendapatkan minyak jelantah dialami oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). Hal ini ditunjukkan dengan tingkat produksi yang rendah, yang tidak setiap hari PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) melakukan produksi akibat keterbatasan memperoleh minyak jelantah. Usaha pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel ini perlu dilakukan analisis kelayakan bisnis, hal ini diharapkan dapat melihat dari berbagai aspek kelayakan yang ada baik aspek finansial maupun aspek non-finansial. Manfaat dalam analisis kelayakan ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi untuk PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) apakah usaha yang dijalankan mampu mendatangkan keuntungan atau kerugian. Kelayakan bisnis pada PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) akan dilihat melalui dua skenario yang menjadi sumber penerimaan perusahaan. Skenario I adalah penerimaan perusahaan yang didapat dari penjualan biodiesel dan gliserin. Sedangkan skenario II adalah penerimaan perusahaan yang didapat dari penjualan biodiesel dan eco wash. Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana kelayakan bisnis biodiesel dari minyak jelantah di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dilihat dari aspek non-finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan?

20 2) Bagaimana kelayakan bisnis biodiesel dari minyak jelantah di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dilihat dari aspek finansial? 3) Bagaimana sensitivitas kelayakan bisnis biodiesel dari minyak jelantah di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE), apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi biaya? 1.3 Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menganalisis kelayakan bisnis biodiesel dari minyak jelantah di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dilihat dari aspek non-finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan. 2) Menganalisis kelayakan bisnis biodiesel dari minyak jelantah di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dilihat dari aspek finansial. 3) Menganalisis nilai pengganti (switching value) kelayakan bisnis biodiesel dari minyak jelantah di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang didapat dengan adanya penelitian ini adalah : 1. Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dalam menganalisis kelayakan usaha perusahaan tersebut. 2. Manfaat untuk Peneliti adalah menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dan melatih kemampuan analisis tentang permasalahan usaha. 3. Pihak lainnya yang membaca penelitian ini sebagai pengetahuan dalam memperluas wawasan, bahan masukan dan informasi untuk penelitian selanjutnya.

21 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Jelantah Minyak jelantah (waste cooking oil) merupakan limbah dari penggunaan minyak goreng dan minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Hal ini memperlukan pemanfaatan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satu bentuk pemanfaatan minyak jelantah agar dapat bermanfaat adalah dengan mengubahnya menjadi biodiesel. Hal ini dapat dilakukan karena minyak jelantah juga merupakan minyak nabati, turunan dari CPO (crude palm oil). Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah ini menggunakan reaksi transesterifikasi seperti pembuatan biodiesel pada umumnya dengan pretreatment untuk menurunkan angka asam pada minyak jelantah. Tabel 1. Perbandingan Emisi Yang Dihasilkan Oleh Biodiesel Dari Minyak Jelantah (Altfett Methyl Ester/AME) Dan Solar : Hal AME Solar Emisi NO 1005,8ppm 1070ppm Emisi CO 209ppm 184ppm Emisi CH 13,7ppm 18,4ppm Emisi partikulat/debu 0,5 0,93 Emisi SO2 tidak ada ada Sumber : Berdasarkan tabel 2 tersebut, biodiesel dari minyak jelantah ini merupakan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan. Hasil uji gas buang menunjukkan keunggulan AME dibanding solar, terutama penurunan partikulat/debu sebanyak 65%. Dengan berbagai keunggulan ini maka biodiesel dari minyak jelantah (Waste Cooking Oil) dapat demanfaatkan untuk bahan bakar kendaraan maupun untuk industri, dengan pemakaian yang cukup mudah karena tidak perlu melakukan modifikasi terhadap mesin yang digunakan.

22 Biodiesel dari minyak jelantah ini juga telah memenuhi persyaratan SNI untuk Biodiesel. Dalam tabel 3 menunjukkan bagaimana biodiesel dari minyak jelantah mempunyai perbedaan yang tidak segnifikan terhadap Minyak Solar pada umumnya. Tabel 2. Hasil Uji Laboratorium Perbandingan Berbagai Macam Parameter Antara Biodiesel Minyak Jelantah, Solar Dan Persyaratan SNI Untuk Biodiesel Sifat Fisik Unit Hasil ASTM Standar SNI Biodiesel (Biodiesel (Minyak Solar) Minyak Jelantah) Flash point C 170 Min.100 Min. 100 Viskositas (40 C) cst. 4,9 1,9-6,5 2,3-6,0 Bilangan setana - 49 Min.40 Min.48 Cloud point C 3,3 - Maks.18 Sulfur content % m/m <<> 0.05 max Maks.0,05 Calorific value kj/kg Density (15 C) Kg/l 0,85 0,84 0,86-0,90 Gliserin bebas Wt.% 0,00 Maks.0,02 Maks 0,02 Sumber : Hasil uji coba pada kendaraan Izusu yang telah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Trisakti menunjukkan adanya penghematan bahan bakar dari 1 liter untuk 6 kilometer menjadi 1 liter untuk 9 kilometer dengan menggunakan biodiesel dari minyak jelantah, demikian juga BBM perahu nelayan berkurang sekitar 20 persen apabila digunakan oleh para nelayan. Bahkan telah diuji coba pada kendaraan bermesin diesel sampai 40% campuran dengan solar selama kurang lebih 3 tahun tanpa masalah sadikit pun. 2.2 Biodiesel Rudolf Diesel sebagai penemu mesin diesel, menyatakan bahwa minyak nabati dapat menjalankan dan mengoperasikan mesin-mesinnya selayaknya bahan fosil. The american society for testing and materials (ASTM) (1998) mendefinisikan biodiesel sebagai mono-alkil ester yang terdiri dari asam lemak rantai panjang, didapat dari lemak terbarukan, seperti minyak nabati atau lemak hewani. Mono-alkil ester dapat berupa metil ester atau etil ester, tergantung dari sumber alkohol yang digunakan. Metil ester atau etil ester adalah senyawa yang

23 relatif stabil, berwujud cairan pada suhu ruang (titik leleh antara 4 o -18 o C), nonkorosif, dan titik didihnya rendah. Biodiesel secara kimia didefinisikan sebagai metil ester yang diturunkan dari minyak/lemak alami, seperti minyak nabati, lemak hewan, atau minyak goreng bekas. Biodiesel merupakan bahan bakar yang bersih dalam proses pembakaran, bebas dari sulfur dan benzen karsinogenik, dapat didaur ulang dan tidak menyebabkan akumulasi gas rumah kaca. Biodiesel dapat digunakan langsung atau dicampur dengan minyak diesel. Tabel 3. Standar Biodiesel Menurut SNI No Parameter Satuan Nilai 1 Massa Jenis Pada 15 o C kg/m Viskositas Kinematik Pada 40 o C mm 2 /s (cst) 2,3 6,0 3 Angka Setana min Titik Nyala (Mangkok Tertutup) 5 Titik Kabut o C min. 100 o C maks Residu Carbon * Dalam Contoh Asli, Atau %-massa maks. 0,05 * Dalam 10% Ampas Distilasi maks. 0,30 7 Air Dan Sedimen %-vol maks. 0,05 8 Temperatur Distilasi 90 % o C maks Abu Tersulfatkan %-massa maks. 0,02 10 Belerang ppm-m (mg/kg) maks Fosfor ppm-m (mg/kg) maks Angka Asam mg-koh/g maks. 0,8 13 Gliserol Bebas %-massa maks. 0,02 14 Gliserol Total %-massa maks. 0,24 15 Kadar Ester Alkil %-massa min. 96,5 16 Angka Iodium %-massa (g-i 2 /100g) maks Uji Halphen Negatif Sumber : SNI (2006) Sebagai produk alam, biodiesel diolah dengan bahan baku minyak atau lemak yang diperoleh dari berbagai hasil pertanian dan peternakan. Pengolahan bahan baku menjadi faktor penting untuk menghasilkan biodiesel yang berkualitas

24 dan memenuhi standar. Menurut Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian (2002), teknologi produksi dari biodiesel atau alkil ester telah sangat maju dimana metil ester dari asam lemak dapat diproduksi secara esterifikasi langsung dari asam lemak (fatty acid) atau secara tidak langsung melalui transesterifikasi. Menurut pengertian ilmiah, biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang dibuat dari sumber daya hayati. Sedangkan menurut populer, biodiesel merupakan bahan bakar mesin diesel yang terdiri dari ester-ester metil (atau etil) asam-asam lemak. Biodiesel dapat dimanfaatkan secara murni ataupun dalam bentuk campuran dengan solar tanapa mengharuskan adanya modifikasi signifikan pada mesin. Selain itu bentuknya cair dan dapat dicampur dalam berbagai perbandingan dengan solar, membuat pemanfaatannya tidak memerlukan penyediaan infrastruktur baru 3. Peralihan penggunaan solar dengan biodiesel telah melalui penelitian dan tes uji spesifikasi perbandingan antara kedua jenis bahan bakar tersebut. Selain penggunaan biodiesel dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan, biodiesel juga memiliki sifat lubrikasi lebih baik dari solar sehingga kemampuan untuk melindungi mesin dari korosi lebih baik. Selain itu biodiesel dapat terdegradasi dengan mudah (biodergradable), sepuluh kali tidak beracun dibandingkan dengan minyak solar biasa, memiliki asap buangan yang tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta senyawa aromatik sehingga emisi pembakaran yang dihasilkan lebih ramah lingkungan. Biodiesel tidak menambah akumulasi gas karbondioksida di atmosfer sehingga dapat mengurangi efek pemanasan global atau sering disebut dengan Zero CO 2 Emission 4. 3 Biodiesel. Biofuel. Agustus Biodiesel energi alternatif. Pikiran Rakyat Agustus 2010

25 Minyak Mentah Methanol Katalis (NaOH /KOH) 1 Kg 0,15 Kg 0,003 Kg Minyak dengan angka asam <3 Metoksida Dicampur dan diaduk pada suhu konstan, T= 60 C Di dinginkan mendapat: Biodiesel kotor dan Glyserin Dipisahkan By Produk Gliserin Biodiesel kotor dicuci dgn air hangat kuku Biodiesel + Air Air Dikeluarkan Biodiesel dikeringkan dari sis air pada suhu 60 C, kecepatan aduk ± 300 rpm Biodiesel Murni Gambar 1. Proses Input dan Output Produksi Biodiesel Sumber: Menurut Soerawidjaja dkk (2006), ada banyak sekali manfaat yang dapat diberikan dari produksi domestik biodiesel dan penggunaannya secara komersial, antara lain : 1. Memperbesar sumber daya bahan bakar cair. Adanya produksi dan penjualan biodiesel dalam negeri akan memperbesar basis penyediaan bahan bakar cair. Selain itu, biodiesel akan lebih tangguh karena Indonesia sangat kaya akan sumber bahan nabati baik pangan maupun non-pangan yang telah diuji dapat dijadikan sebagai bahan baku biodiesel. 2. Mengurangi impor solar. 3. Menguatkan security of supply bahan bakar diesel.

26 4. Meningkatkan kesempatan kerja Berdasarkan penghitungan Tim Nasioanal BBN (Bahan Bakar Nabati) dalam Blue Print Pengembangan BBN di Indonesia yang dikeluarkan oleh Dirjen Migas (2007), diketahui jika 10% BBM diganti oleh BBN, maka dapat menciptakan lapangan kerja sebanyak 3,5 juta orang yang tersebar di seluruh kawasan Indonesia. 5. Mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar daerah Kecendrungan dari sistem produksi BBN adalah terpusat dimana kilangkilang biasanya berkapasitas besar dan langsung memenuhi kebutuhan akan BBM ke beberapa kota. Sedangkan biodiesel berkapasitas kecil dan dapat dilakukan oleh siapa saja sehingga menyebabkan distribusi biodiesel memiliki karakteristik tersebar. Hal ini akan menyebabkan meratanya pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di seluruh Indonesia. 6. Mengurangi kecendrungan pemanasan global dan pencemaran udara. 7. Peluang pengembangan komoditi baru. Walapun penggunaan bahan bakar alternatif lebih mudah diterapkan pada mesin statis, tetapi kenyataaanya lebih banyak digunakan untuk bahan bakar transportasi. Hal ini menyebabkan fokus utama industri saat ini adalah berusaha mengurangi pemakaian solar untuk industri dengan melakukan pencampuran terhadap biodiesel. Pengembangan biodiesel di indonesia sebenarnya bertujuan sebagai bahan bakar alternatif pengganti solar jika tingkat konsumsi BBM masyarakat terus meningkat dan tidak ditemukan sumber minyak baru. Tetapi penggunaannya mengalami persaingan yang ketat dengan dari solar terutama dari segi harga akibat subsidi yang diberikan pemerintah kepada solar, sehingga tingkat kemajuan industri biodiesel tidak sesuai dengan yang diharapkan (Pakpahan, 2006). Hal ini membuat industri biodiesel harus mencari cara lain agar dapat mencapai tujuan utamanya yaitu sebagai bahan bakar alternatif solar. Pendefinisian pasar energi dapat dilakukan untuk menjahui persaingan dengan solar dan meningkatkan peluang pemerolehan pasar yang potensial untuk penggunaan biodiesel. Akses masyarakat Indonesia terhadap energi masih terbatas. Penyebabnya adalah sistem distribusi energi utama yaitu minyak bumi, dilakukan secara

27 terpusat dimana kilang-kilang minyak memasok kota-kota besar yang kemudian didistribusikan ke kota-kota lain. Sistem distribusi yang seperti ini membuat haraga lebih mahal karena sistem transportasi dan mudahnya terjadi goncangan ekonomi ketika terjadi keterlambatan pasokan. Selain itu, eksplorasi minyak bumi yang besar menyebabkan kilang-kilang minyak dibuat pada skala besar dan tidak dapat dilakukan secara sembarangan agar keefisienan biaya dalam pengusahannya. Akibatnya, pasokan terbatas dibeberapa daerah yang jauh dari kota besar sering terjadi. Hal ini menyebabkan sejumlah masyarakat yang jauh dari kota besar tidak mendapatkan kemudahan untuk menggunakan energi selayaknya kota besar. Pemerintah juga telah menerapkan bahwa pada tahun 2025, lima persen konsumsi solar dapat dipenuhi dari biodiesel atau sebesar 4,7 juta kiloliter yang didukung oleh biodiesel bermutu tinggi dan sesuai standar. Maka untuk mendukung pembangunan industri bidiesel di Indonesia, pemerintah membuat suatu perencanaan konsumsi biodiesel nasional sampai dengan tahun 2025 yang melibatkan para akademis, pengusaha maupun organisasi non pemerintah. Selain itu pada bulan september 2006, pemerintah telah menetapkan standar dan mutu spesifikasi biodiesel nasional yang disetujui oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Akibat harga bahan baku biodiesel yang saat ini, yaitu CPO, yang tinggi, maka pada April 2007 PT Eterindo yang merupakan pemasok utama biodiesel pertamina, melakukan penghentian produksi. Walaupun begitu, produsenprodusen yang lain tetap malakukan produksi baik untuk dipakai sendiri bagi pabriknya agar mengurangi konsumsi solar, maupun dijual melalui ekspor mengingat pasar internasional yang sangat tinggi tingkat permintaannya. 2.3 Gliserin (Eco Wash) Gliserin pertama sekali diidentifikasi oleh Scheele pada tahun 1770 yang diperoleh dengan memanaskan minyak zaitun (olive oil). Pada tahun 1784, Scheel melakukan penelitian yang sama terhadap beberapa sumber minyak nabati lainnya dan lemak hewan seperti lard. Scheel menamakan hasil temuannya ini dengan sebutan the sweet principle offats. Nama gliserin baru dikenal setelah pada

28 tahun Nama ini diberikan oleh Chevreul (orang yang melanjutkan penelitian Scheele ) yang diambil dari bahasa Yunani (Greek) yaitu dari kata glyceros yang berarti manis. Tahun 1847, Sobrero menemukan nitoglycerine, suatu senyawa yang tidak stabil yang mempunyai potensi besar untuk berbagai aplikasi komersial. Ani (2007) dalam Konferensi Nasional Pemanfaatan Hasil Samping Industri Biodiesel dan lndustri Etanol Serta Peluang Pengembangan lndustri lntegratednya menyatakan bahwa Salah satu reaksi kimia yang dapat rnenghasilkan gliserin adalah proses transesterifikasi minyak nabati menghasilkan metil ester (biodiesel) menggunakan aikohol (metanol) dengan tarnbahan katalis basa. Dengan pengembangan industri biodiesel yang semakin intensif dengan berbagai jenis minyak nabati sebagai bahan baku, maka produksi gliserin kasar sebagai hasil sampingnya juga akan melimpah. Oleh karena itu diversifikasi produk olahan rnenggunakan gliserin perlu dilakukan salah satunya dalam pembuatan sabun transparan. Tabel 4. Karateristik Yang Terdapat Pada Gliserin No Karakteristik Satuan Nilai 1 Kadar Gliserol (wt%) Warna APHA Keasaman, Sbg Na2O (wt%) Sulfat ppm <20 5 Arsenic ppm <6.5 6 Gula Negatif 7 Specific gravity at 25/25 0 C Sumber: Ecogreen Oieochemicals (2005) Gliserin hasil samping dari produksi biodiesel tidak dapat langsung digunakan. Gliserin kasar tersebut harus melalui tahap purifikasi, dimana salah satu metode purifikasi gliserin adalah dengan penambahan asam yaitu H 2 SO 4 (asidulasi), yang dilanjutkan dengan penarnbahan arang aktif, kemudian dilakukan penetralan menggunakan NaHCO 3. Penambahan asam ini bertujuan untuk menghilangkan KOH (katalis sisa) dalam gliserin.

29 2.4. Kajian Penelitian Terdahulu Studi Empiris mengenai Kelayakan Usaha Damayani (2008) meneliti tentang kelayakan usaha bioetanol ubi kayu dan molase di kecamatan Cicurug, Sukabumi (kasus PT. Panca Jaya Raharja). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis aspek non finansial dan aspek finansial. Analisis aspek pasar menunjukkan bahwa jumlah permintaan akan bioetanol melebihi kapasitas produksi yang ada. Berdasarkan aspek teknis bahwa usaha tersebut bahwa sangat strategis dan ketersediaan bahan baku serta tenaga kerja yang memadai, aspek sosial dan lingkungan usaha ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Hasil aspek finansial diperoleh NPV sebesar Rp ,32; IRR 29 persen; Net B/C sebesar 1,89 serta payback period 3,22 tahun. Pada usaha bioetanol molase diperoleh NPV sebesar Rp ,47; IRR sebesar 79 persen; Net B/C sebesar 4,46; serta payback period sebesar 1,26 tahun. Analisis switching value pada usaha ini menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikan harga ubi kayu melibihi 53,54 persen, kenaikan molase melebihi 64,54 persen, penurunan produksi bioetanol ubi kayu melebihi 20,88 persen dan penurunan produksi bioetanol molase melebihi 33,56 persen, kedua usaha tersebut menjadi tidak layak. Muzayin (2008) meneliti Analisis Kelayakan usaha instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong di PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur. Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspek-aspek non-finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek SDM, dan aspek lingkungan hidup pada pengembangan instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong di PT. Widodo Makmur Perkasa menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dijalankan. Berdasarkan analisis finansial proyek instalasi biogas dengan populasi sapi minimal 5000 ekor dengan tingkat diskonto sembilan persen menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp ,00 dengan Net B/C sebesar 2,272, nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 19 persen dan payback period selama 3,084 tahun. Hal tersebut membuktikan bahwa proyek instalasi biogas di PT. Widodo Makmur Perkasa layak dilaksanakan. Wilis (2008) meneliti Analisi Kelayakan Finansial Usaha Kompos Sampah Perumahan di CV Agri Medika Raharja Bogor. Hasil penelitian menunjukkan

30 berdasarkan analisis kelayakan non-finansial yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial diketahui bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis kelayakan finansial usaha kompos sekenario I yaitu berkerjasama dengan perusahaan perkebunan kopi diperoleh NPV sebesar Rp ,85 dengan tingkat IRR sebesar 60 persen, nilai Net B/C sebesar 4,0 dan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi adalah selama dua tahun tujuh bulan yang berti usaha layak untuk dilaksanakan. Sedangkan pada skenario II yang tidak berkejasama dengan perusahaan kopi diperoleh NPV sebesar Rp ,33 dengan tingkat IRR sebesar 144 persen, nilai Net B/C sebesar 9,4 dan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi adalah selama satu tahun enam bulan yang berarti usaha ini layak dilaksanakan. Dari hasil kedua analisis tersebut diketahui bahwa usaha skenario II lebih layak dijalankan dari pada usah skenario I dengan kriteria tingkat pengembalian yang lebih cepat yaitu satu tahun satu bulan. Siregar (2009) meneliti Analisis Kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB. Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspek-aspek non-finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek SDM, dan aspek lingkungan hidup pada pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dijalankan. Berdasarkan analisis finansial usaha peternakan UPP Darul Fallah memperoleh NPV sebesar Rp ,33 yang artinya bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. NPV sebesar Rp ,33 menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan sapi perah dalam rangka pemanfaatan limbah selama umur proyek terhadap tingkat diskonto yang berlaku (8,75 persen). Pada usaha ini diperoleh Net B/C sebesar 1,74 yang menyatakan bahwa pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos layak dijalankan dimana setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilakn 1,74 satuan manfaat bersih. IRR yang diperoleh sebesar 26,13 persen dan karena IRR lebih besar dari nilai diskon

31 faktor maka usaha ini layak dijalankan dan menguntungkan dengan periode pengembalian investasi selama lima tahun sepuluh bulan tujuh belas hari Evaluasi Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian dalam menganalisis kelayakan bisnis dalam mengangkat permasalahan tentang semakin meningkatnya permintaan akan energi alternatif dan mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk usaha ini, maka perlu dilakukan analisis kelayakan bisnis untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan ini layak atau tidak untuk dilanjutkan dengan melihat suku bunga (discount rate) yang berlaku. Dari penelitian terdahulu memberikan masukan bagi penulis, sejauh mana penelitian sebelumnya mengenai analisis finansial dan analisis non finansial. Hal ini dapat memberikan gambaran bagi penulis dengan topik analisis kelayakan usaha dari kegiatan produksi pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE).

32 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti finansial benefit maupun dalam arti sosial benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, tergantung dari segi penilaian yang dilakukan. Tujuan yang ingin dicapai dari studi kelayakan bisnis sekurang-kurangnya mencakup tiga pihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Bagi pihak investor : Studi kelayakan bisnis ditujukan untuk melakukan penilaian dari kelayakan usaha untuk menjadi masukan berguna, karena sudah mengkaji berbagai aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional dan aspek finansial secara komprehensif dan detail, sehingga dapat dijadikan dasar bagi investor untuk membuat keputusan investasi secara lebih obyektif. 2. Bagi analisis : Studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu rencana usaha, usaha baru, pengembangan usaha, atau menilai kembali usaha yang sudah ada. 3. Bagi masyarakat : Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang terlibat secara langsung maupun muncul karena adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya usaha tersebut. 4. Bagi pemerintah : Dari sudut pandang mikro, hasil studi kelayakan bisnis ini bagi pemerintah, terutama untuk tujuan pengembangan sumber daya, baik dalam pemanfaatan sumber daya alam (SDA) maupun pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) berupa penyerapan tenaga kerja, selain itu, adanya usaha baru atau berkembangnya usaha lama sebagai hasil dari studi kelayakan bisnis yang

33 dilakukan oleh individu atau badan usaha tentunya akan menambah pemasukan pemerintah baik dari pajak pertambahan nilai (PPN) maupun dari pajak penghasilan (PPH) dan retribusi berupa biaya perijinan, biaya pendaftaran, administrasi dan lainnya yang layak diterima sesuai dengan ketentuan berlaku. Secara makro, pemerintah dapat berharap dari keberhasilan studi kelayakan bisnis ini mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional, sehingga tercapai pertumbuhan penduduk domestik bruto (PDB) dan kenaikan penerimaan per kapita. Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan. Studi kelayakan proyek menurut Umar (2007) ialah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan kemampuan suatu proyek menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan Aspek Kelayakan Bisnis Husnan dan Suwarsono (2005) menyatakan bahwa aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam studi kelayakan adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek keuangan, dan aspek ekonomi Negara. Dilain pihak menyebutkan bahwa proyek dapat dievaluasi dari aspek teknis, aspek manejerial administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial serta aspek ekonomi. Jumingan (2009) menilai bahwa keberhasilan suatu proyek dalam satu keseluruhan sehinga semua faktor harus dipertimbangkan dalam suatu analisis terpadu yang meliputi aspek teknis, pasar dan pemasaran, keuangan, manajemen, hukum, serta manfaat proyek bagi ekonomi nasional Aspek Pasar Analisis aspek pasar meneliti kesempatan pasar yang ada dan prospeknya serta strategi pemasaran yang tepat untuk memasarkan produk dan jasa proyek (Jumingan, 2009) Analisis aspek ini bertujuan untuk mengetahui pangsa pasar, daya saing produk terhadap pesaing dan strategi terbaik dalam memasarkan produk. Pangsa pasar menunjukkan proporsi penjualan perusahaan terhadap penjualan industri secara keseluruhan.

34 Menurut Husnan dan Suwarsono (2005), aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang : 1. Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. 2. Penawaran, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari pemerintah, dan sebagainya perlu diperhatikan. 3. Harga, dilakukan dengan perbandingan dengan peneteapan harga para pesaing serta dilihat dari harga pokok produksi. 4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan. 5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai Aspek Teknis Jumingan (2009) Analisis aspek teknis meliputi studi proyek untuk menilai apakah proyek secara teknis layak dilaksanakan. Dalam analisis ini diteliti berbagai alternatif yang berkenaan dengan kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja, kebutuhan fasilitas infrastruktur dan faktor-faktor lainnya. Hal-hal penting yang menyangkut aspek teknis, menurut Suad Husnan dan Suwarsono (2005) adalah : 1. Lokasi proyek, yakni dimana suatu proyek akan didirikan dengan pertimbangan lokasi, apakah potensial untuk didirikannya suatu proyek. 2. Besarnya skala operasi/luas produksi yang ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan ekonomis. 3. Kriteria pemilihan peralatan utama dan alat pendukung serta konsep dari yang akan didirikan. 4. Cara proses produksi dilakukan untuk menghasilkan output yang berkualitas. 5. Jenis teknologi yang digunakan. Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Input dari usaha PT.

35 BEE adalah bahan baku, seperti minyak jelantah dan nahan pendukung lainnya. Bagaimana strategi dalam mendapatkan bahan baku diatas dalam hal kualitas dan kuantitas (ketersedian). Sedangkan outputnya adalah produk utama dari PT. BEE, yaitu Biodiesel. bagaimana dalam memproses bahan baku menjadi bahan jadi, proses produksi yang baik dan kualitas yang terjaga dengan baik. Analisis ini akan menguji hubungan teknis yang mungkin diusulkan. Analisis ini mengidentifikasi perbedaan yang dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal pelaksanaan. Bila analisis secara teknis telah dilakukan, analisis harus terus menerus memastikan bahwa pekerjaan secara teknis tersebut berjalan lancar dan tepat untuk dilakukan Aspek Manajemen dan Hukum Menurut Umar (2007), aspek manajemen dilaksanakan dalam dua macam, yang pertama yaitu manajemen pada saat pembangunan proyek bisnis, terkait penyusunan rencana kerja, siapa yang terlibat, dan bagaimana mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan proyek. Kedua manajemen saat bisnis dioperasionalkan secara rutin, antara lain menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha jenis pekerjaan, struktur organisasi serta pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan. Nurmalina et.al, (2009), menyatakan bahwa aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihal lain.

36 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Aspek sosial merupakan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang dilaksanakan. Analisis sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan dari pihak yang berkepentingan dengan proyek, karena pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu proyek. Selain itu, suatu proyek juga harus tanggap (responsif) terhadap keadaan sosial seperti penciptaan kesempatan kerja, distribusi pendapatan dan lain-lain. Aspek sosial ini merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami masyarakat, sulit dikuantifikasikan yang biasa disepakati secara bersama, tetapi manfaat dan pengorbanan tersebut dapat dirasakan. Rita Nurmalina et all (2009) Menilai aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kerja atau pengurangan pengangguran. Selain itu aspek ini mempelajari pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis seperti ramainya daerah tesebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telpon, dan sarana lainnya. Aspek sosial juga memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat disekitar lokasi bisnis, sedangkan dari segi ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang meningkatkan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Perubahan dalam teknologi atau peralatan mekanis dalam bisnis dapt secara budaya mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat Aspek Lingkungan Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Hufschmidt, et. al., 1987)

37 Aspek Finansial 1) Teori Biaya dan Manfaat Analisis finansial diawali dengan analisis biaya dan manfaat dari suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning proyek, apakah proyek itu akan terjamin atas dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu ataupun masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, contohnya tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin mesinnya, biaya pendahuluan sebelum operasi, biaya biaya lainya seperti penelitian. Biaya operasional disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi, contohnya biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya

38 perlengkapan serta biaya penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan proyek diantaranya pajak, bunga pinjaman dan asuransi. Benefit dari proyek terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit dan intangible benefit. Direct benefit adalah peningkatan output produksi ataupun penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya. 2) Laba Rugi Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntasi yang menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Komponen lain dalam laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan termasuk pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta ke tiap periode yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. 3) Kriteria Kelayakan Investasi Laporan laba rugi mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan laba rugi menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Namun, Husnan dan Muhammad (2005) menyatakan bahwa dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba karena kas seseorang bisa berinvestasi dan dengan kas pula seseorang membayar kewajibannya sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perusahaan perlu dilakukan analisa aliran kas (Cashflow).

39 Bahwa cashflow adalah susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus biaya tambahan terhadap arus manfaat. Tambahan ini merupakan perbedaan antara kegiatan dengan proyek (with project) dan tanpa proyek (without project), arus tersebut menggambarkan keadaan dari tahun ke tahun selama jangka hidup (life time periods). Adapun yang termasuk kedalam komponen cashflow ini terdiri dari inflow dan outflow. Inflow biasanya terdiri dari nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan) dan salvage value (nilai sisa). Sedangkan komponen outflow di antaranya biaya barang modal, bahan bahan, tenaga kerja, tanah, pajak, dan cicilan pinjaman modal. Sebuah ukuran finansial yang bermanfaat dan sangat penting dalam analisa proyek adalah tingkat pengembalian finansial (Gittinger 1982). Kriteria investasi diklasifikasikan menurut dua kategori yaitu non discounting criteria dan discounting criteria. Perbedaan antara konsep ini adalah non discounting criteria tidak menyertakan konsep time value of money (nilai waktu sekarang) sebagaimana yang diterapkan pada discounting criteria. Nilai waktu uang adalah konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa yang akan datang akan memiliki manfaat yang lebih kecil jika dibandingkan pada waktu sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi akan jauh lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang diwujudkan dengan perhitungan present value yaitu adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya diterima atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang akan datang. Menurut Husnan dan Muhammad (2005), pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi. Metode tersebut diantaranya metode average rate return, pay back periode, present value, internal rate return, serta profitability indeks. Selain itu, Gittiger (1986) menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi net present value, gross benefit cost ratio dan internal rate return.

40 a) Net Present Value atau Manfaat Sekarang Neto Net Present Value atau manfaat sekarang neto adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Proyek akan menguntungkan jika NPV bernilai positif. Jika nilai NPV bernilai negatif, maka akan timbul masalah, dimana pada tingkat diskonto yang diasumsikan, manfaat sekarang arus manfaat menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya. Hal ini mengakibatkan ketidakcukupan untuk mencakup kembali investasi. Lebih baik menanamkan uang di suatu bank pada tingkat diskonto tertentu (atau menginvestasikannya pada proyek lain yang lebih baik) dari pada menginvestasikan di dalam proyek tersebut. Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu jika NPV lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Dan jika NPV=0, berarti proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. b) Internal Rate Return (Tingkat Pengembalian Internal) Perhitungan Internal Rate Return (Tingkat pengembalian internal) adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal. Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Jika dengan tingkat diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol, maka proyek yang bersangkutan berada dalam posisi pulang modal yang berarti proyek dapat mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta dapat melunasi bunga penggunaan uang. Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan.

41 c) Net Benefit Cost Ratio (Rasio Manfaat dan Biaya) Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Suatu keuntungan dari Net B/C adalah bahwa ukuran tersebut secara langsung dapat mencatat berapa besar tambahan biaya tanpa mengakibatkan proyek secara ekonomis tidak menarik. Net B/C Ratio menunjukan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Bila Net B/C kurang dari satu, maka manfaat sekarang biaya biaya pada tingkat diskonto tertentu akan lebih besar dari nilai sekarang manfaat dan pengeluaran pertama ditambah pengembalian untuk investasi yang ditanamkan pada proyek tidak akan dapat kembali. Nilai mutlak Net B/C akan berbeda tergantung kepada tingkat suku bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat suku bunganya, semakin rendah nilai Net B/C yang dihasilkan. Jika tingkat suku bunga yang dipilih cukup tinggi, maka Net B/C akan kurang dari satu. d) Payback Period (Masa Pembayaran Kembali) Payback period atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai neto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan. Selama proyek dapat mengembalikan modal/investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan. Payback period berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk di usahakan. 4) Analisis Sensitivitas Switching Value (Nilai Pengganti) Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value (nilai pengganti) adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah ubah. Pada bidang pertanian, proyek

42 proyek sensitif berubah ubah akibat empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi. Parameter harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan nyata kedua parameter dapat berubah ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu, analisis switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai seberapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak. Kriteria kelayakan investasi menjadi tidak layak yaitu proporsi manfaat yang turun akibat manfaat sekarang neto/npv menjadi nol. Nilai nol akan membuat tingkat pengembalian ekonomi menjadi sama dengan tingkat diskonto dan perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu. Batas batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi dalam hal layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh menunjukan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Kebutuhan biodiesel di dalam negeri sebanyak 1,3 juta ton pada tahun 2010 dan akan bertambah menjadi 1,7 juta ton pada tahun 2011, Sementara di tahun 2020 kebutuhan itu akan meningkat menjadi 10,22 juta ton/tahun (Wakil Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) Immanuel Sutarto, 2010). Ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dengan baik, dengan adanya perkembangan teknologi serta penelitian yang berkesinambungan, maka minyak jelantah dapat diolah menjadi biodiesel sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun dalam industri. Keterbatasan mendapatkan minyak jelantah dialami oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). Hal ini ditunjukkan dengan tingkat produksi yang rendah, yang tidak setiap hari PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) melakukan produksi akibat keterbatasan memperoleh minyak jelantah. Dalam menjalankan usaha ini PT.

43 Bumi Energi Equatorial (BEE) juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit seperti untuk pembelian mesin pengolahan biodiesel. Dengan kendala yang dihadapi oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) maka perlu dilakukan pengkajian kelayakan. Kelayakan bisnis pada PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) akan dilihat melalui sumber penerimaan yang digunakan. Skenario I, adalah perusahaan mendapat penerimaan dari penjualan biodiesel dan gliserin. Sedangkan skenario II adalah perusahaan mendapat penerimaan dari penjualan biodiesel dan eco wash. Pengkajian aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan. Sedangkan pengkajian aspek finansial menggunakan analisis meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Periode, serta analisis switching value dengan mencari beberapa perubahan yang dapat ditolerir agar bisnis ini masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal, dimana nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). Analisi kelayakan bisnis ini dilakukan sebagai bahan evaluasi bagi pihak PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) sehingga akan didapatkan rekomendasi apakah layak atau tidaknya usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil) menjadi biodiesel ini untuk terus dijalankan. Adapun alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat seperti Gambar 2.

44 1.Semakin Berkurangnya Cadangan Minyak di Indonesia. 2. Harga Minyak Yang Terus Naik. Kebutuhan Akan Biodiesel Yang Terus Mengalami Peningkatan. Biodiesel Yang Dapat Dihasilkan dari Minyak Jelantah PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Keterbatasan Mendapatkan Minyak Jelantah Yang Akan diolah, Serta Biaya investasi yang besar. Analisis Kelayakan Usaha Skenario I dan Skenario II Aspek Non-Finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya Aspek Lingkungan Aspek Finansial NPV IRR Net B/C Payback Period Sensitivitas Usaha Pengolahan Minyak Jelantah Menjadi Biodiesel Layak/Tidak Untuk Dijalankan Rekomendasi Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

45 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE), yang terletak di Jl. Curug Mekar No 6 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha biodiesel berbasis minyak jelantah yang sudah beroperasi secara komersial yang berada di kota bogor hanya PT.BEE sehingga hal ini dapat mewakili informasi yang dibutuhkan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan April Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan menggunakan observasi dan wawancara langsung di lapangan, seperti harga bahan baku, peralatan, data penerimaan, biaya operasional perusahaan dan lain-lain. Proses wawancara dilakukan dengan Manajer PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) serta penanggung jawab yang membawahi produksi dan pemasaran. Data sekunder diperoleh untuk mendukung penelitian ini akan berupa pengumpulan informasi tentang industri biodiesel yang terkait dengan permasalahan ini, yaitu : studi pustaka baik melalui buku laporan tahunan yang dikeluarkan oleh pemerintah, peraturan dan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi keberadaan usaha biodiesel maupun laporan hasil penelitian yang mendukung, Badan Pusat Statistik, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitan ini. Pengumpulan data sekunder ini bertujuan utnuk mendapatkan gambaran bagaimana keadaan di dalam usaha biodiesel dan bagaimana perkembangannya. Peneliti menggunakan dua skenario dalam hal penerimaan perusahaan. Skenario I Penerimaan yang diperoleh oleh PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) adalah dari penjualan Biodiesel dan Gliserin, sedangkan skenario II penerimaan yang diperoleh oleh PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) adalah dari penjualan Biodiesel dan Eco Wash.

46 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif dilakukan secara deskriptif. 4.4 Analisis Kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran dari aspek-aspek sebagai berikut: Analisi Aspek Pasar Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jumlah permintaan pasar terhadap biodiesel dari Minyak Jelantah, bagaimana menempatkan terhadap bauran pemasaran yang ada, yaitu 4P (place, product, promotion, price) Analisis Aspek Teknis Aspek ini dilakukan dengan menganalisis proyek harus terus menerus memastikan bahwa pekerjaan secara teknis berjalan dengan lancar dan perkiraanperkiraan secara teknis cocok dengan kondisi sebenarnya Analisis Aspek Manajemen Analisis ini dilakukan untuk melihat apakah fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan operasional usaha PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). Jika fungsi manajemen dapat diterapkan, maka usaha dinilai layak dari aspek manajemen operasional Analisis Aspek Sosial Suatu proyek harus tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial masyarakat, seperti penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan, dan lain sebagainya. Selain itu, apakah proyek dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya Analisis Aspek Lingkungan Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis ini menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak.

47 4.5 Analisis Kuantitatif Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan pendirian PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) terhadap aspek finansial. Analisis Kuantitatif dilakukan dengan perhitungan nilai uang untuk mengkaji kelayakan investasi atau aspek finansial dari perusahaan. Dalam aspek finansial terdapatbeberapa metode, adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi. Metode ini dihitung dengan cara, yakni mengurangi nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dengan biaya arus tuanai pada waktu sekarang selama waktu tertentu. Dengan kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV adalah bila NPV > 0, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak didirikan. Rumus NPV adalah sebagai berikut: n ( Bt Ct) NPV = t (1 i Keterangan : Dengan kriteria : t 1 ) B t = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t C t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (discount rate) t = Tahun n = Jumlah Tahun NPV > 0 maka secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya. NPV < 0 maka secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya atau cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. NPV = 0 maka secara finansial usaha tidak menguntungkan dan juga tidak rugi, karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

48 4.5.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah tingkat besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan berupa perbandingan antara jumlah NPV yang positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang negatif (sebagai penyebut). Dengan criteria kelayakan investasi berdasarkan nilai Net B/C adalah semakin besar Net B/C, maka usaha tersebut semakin menguntungkan dan layak dijalankan. Net B/C = t n t 1 t n t 1 ( Bt Ct) t (1 i) ( Ct Bt) t (1 i) ( Bt Ct) 0 ( Bt Ct) 0 Keterangan : B t = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t C t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (discount rate) t = Tahun n = Jumlah Tahun Dengan kriteria : Net B/C > 1 maka usaha layak dilaksanakan Net B/C < 1 maka usaha tidak layak dilaksanakan Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah kemampuan suatau proyek untuk menghasilkan pengembalian atau dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih yang dapat dicapainya. Dengan kriteria kelayakan investasi berdasrkan nilai IRR adalah bila nilai lebih besar dari diskonto atau sama dengan NPV maka proyek tersebut menguntungkan dan layak dilaksanakan. NPV IRR i' NPV NPV x( i" i' ) Keterangan: i = Tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV positif i = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif

49 NPV - = NPV pada tingkat bunga i NPV + = NPV pada tingkat bunga i Kriteria yang berlaku : IRR > i ; maka usaha layak dilanjutkan IRR < i ; maka usaha tidak layak dilanjutkan atau lebih baik dihentikan Payback Period (Masa Pembayaran Kembali) Payback period (masa pembayaran kembali) didefinisikan sebagai jangka waktu kembalinya keseluruhan investasi yang ditanamkan, melalui keuntungan yang diperoleh suatu proyek. Dengan criteria investasi, semakin cepat tingkat pengembalian investasi maka investasi tersebut dinilai semakin baik untuk dilaksanakan. Keterangan: PP PP = Payback Period I Ab I = Jumlah Modal Investasi Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya Analisis Switching Value Analisis Nilai Pengganti merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi akibat peningkatan dan penurunan suatu variabel, sehingga menghasilkan suatu perubahan kriteria investasi yaitu layak atau tidak layak. Analisis ini mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan yang terjadi misalnya, perubahan pada tingkat produksi, harga jual output maupun harga input. Analisis dilakukan pada perubahan biaya variabel yaitu terjadinya peningkatan harga bahan baku, dan penurunan penjualan produk biodiesel.

50 4.6 Asumsi Dasar Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tanah dan Bangunan yang digunakan meskipun hak milik tetapi termasuk biaya investasi. 2. Penghitungan umur usaha yang digunakan adalah 10 tahun, hal ini berdasarkan umur ekonomis mesin pembuat biodiesel. Mesin tersebut mempunyai harga Rp Tingkat discount rate yang akan digunakan adalah berdasarkan tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia 6,5 persen. Hal ini juga berkaitan dengan inflasi yang mungkin terjadi di massa yang akan datang sehingga mempengaruhi nilai pada masa sekarang. Tingkat discount rate nantinya akan mempengaruhi tingkat produktivitas dari investasi yang digunakan dalam usaha biodiesel atau tingkat pengembalian internal. 4. Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian adalah harga tetap (fixed price), hal ini untuk mempermudah perhitungan cashflow. Perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis switching value. 5. Harga bahan baku utama yaitu minyak jelantah adalah sebesar Rp 3.000/L 6. Harga jual untuk produk yang dihasilkan yaitu Biodiesel Industri adalah sebesar Rp 6.500/l 7. Harga jual untuk gliserin adalah Rp 3.000/l 8. Harga jual untuk produk yang dihasilkan yaitu Eco Wash atau sabun pembersih adalah Rp /l 9. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak Dalam penelitian ini digunakan dua skenario dalam analisis finansial, yaitu : a. Skenario I (Pertama) adalah Penerimaan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dari penjualan Biodiesel dan Gliserin. b. Skenario I (Pertama) adalah Penerimaan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dari penjualan Biodiesel dan Eco Wash.

51 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan PT. Bumi Energi Equatorial (PT. BEE) merupakan suatu usaha yang membuat dan mengembangkan pembaharuan energi, khusunya energi yang dibutuhkan untuk industri. PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) memanfaatkan minyak nabati yang salah satunya adalah minyak jelantah yang merupakan produk turunan dari kelapa sawit dan dengan teknologi yang ada, minyak jelantah dapat diolah menjadi biodiesel. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2006 berawal dari kerjasama antara dua orang yaitu Hasan Hambali dan Ir. Ngawiyat. PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) didirikan di atas tanah seluas 550 m 2 dan bangunan seluas 350 m 2 yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama sebagai tempat produksi, dibagian ini terdapat alat pengolahan biodiesel dan eco wash serta ada tempat penyimpanan sementara dari hasil pengelohan, sedangkan dibagian kedua terdapat ruangan yang dijadikan untuk ruang karyawan, laboratrium percobaan serta kantor administrasi. PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) merupakan satu-satunya perusahaan di kota Bogor yang mengolah minyak jelantah (Waste Cooking Oil) menjadi biodiesel dan sudah bersifat komersil Visi dan Misi Perusahaan Visi PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) akan menjadi perusahaan yang mempunyai keunggulan dalam Operasional dan Pertumbuhan serta memberikan nilai lebih kepada pemegang saham, pelanggan, karyawan dan masyarakat. Misi 1. Pada Perkembangan Industri Global, PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) akan menambah nilai dengan penyediaan produk, layanan dan solusi dalam memenuhi kebutuhan customer atau pelanggan. 2. PT. Bumi Energi Equatorial (PT. BEE) yang merupakan pelaku usaha nasional senantiasa akan mengunakan sumberdaya lokal.

52 3. PT. Bumi Energi Equatorial (PT. BEE) menjadi pemain yang akan tumbuh besar dalam dunia bisnis. 4. Memberikan manfaat dan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan masyarakat. 5. Berusaha menjadi yang terbaik. Agar visi dan misi perusahaan tercapai, maka PT. Bumi Energi Equatorial (PT. BEE) mempunyai langkah langkah kunci sukses tersebut, yaitu : 1. Menjaga kepercayaan terhadap relasi maupun customer atau pelanggan. 2. Integritas yang tinggi dalam etika maupun perilaku. 3. Komitmen dalam menepati janji. 4. Mengedepankan kualitas. 5. Melindungi asset, karyawan dan lingkungan perusahaan. 5.2 Lokasi PT. Bumi Energi Equatorial (PT. BEE) beralamat di Office Complex 3rd Floor, Hotel Salak The Heritage, Jl. Ir. H. Juanda No.8 Bogor Indonesia. Phone : Fax : Pemilihan lokasi ini karena PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) merupakan salah satu unit usaha dari Group Salak yang juga mengelola Hotel Salak The Heritage. Sedangkan untuk tempat produksi terletak di Jl. Curug Mekar No 6 Bogor, lokasi ini dipilih dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut dekat jalan raya sehingga memudahkan dalam proses bongkar muat, 5.3 Struktur Organisasi PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) menggunakan struktur organisasi yang cukup sederhana. Komisaris Utama selaku pemilik perusahaan adalah Ibu Erliza Hambali. Direktur Utama yang bertugas untuk menjalankan perusahaan adalah Bapak Nasar Sarkis, sedangkan untuk bagian marketing dan purchasing adalah saudara Edo, dan untuk yang bertanggung jawab dalam proses produksi atau operasional ditempat produksi adalah saudara Usman yang mempunyai anggota yaitu saudara Jarkasih dan Ika Kartika.

53 Gambar 3. Struktur Organisai Garis Pada PT. Bumi Energi Equatorial Sumber : PT. Bumi Energi Equatorial. Struktur organisasi garis memiliki keuntungan; yaitu memudahkan pengendalian kegiatan-kegiatan perusahaan, sedangkan kekurangan dari struktur organisasi ini adalah sangat tergantung pada pimpinan perusahaan, sehingga pimpinan menanggung beban pekerjaan yang cukup besar. 5.4 Kegiatan Perusahaan PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) memproduksi biodiesel yang berasal dari pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil), selain memproduksi biodiesel perusahaan juga memproduksi eco wash yaitu : sabun pembersih peralatan memasak atau mesin, yang bahan bakunya merupakan limbah dari olahan biodiesel. Kapasitas mesin pengolahan biodiesel yang ada di PT. Bumi Energi Equatorial (PT. BEE) mencapai 1 Ton setiap harinya, akan tetapi karena kurangnya ketersediaan bahan baku utama yaitu minyak jelantah yang tidak memenuhi target maka perusahaan rata-rata tiap bulan hanya mampu

54 memproduksi 2 Ton. Hal ini sangat merugikan perusahaan karena biaya produksi yang dikeluarkan cukup besar, misalnya untuk gaji karyawan. Waktu operasional PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) di tempat produksi terbagi dalam 2 (dua) shift, yaitu shift 1 (pertama) pukul sampai dengan 16.00, sedangkan shift 2 (kedua) pukul sampai dengan 18.00, dengan pembagian dua karyawan pada shift 1 (pertama ) dan satu karyawan pada shift 2 (kedua). Pengaturan Shift ini tidak berlaku pada hari minggu karena pada hari minggu karyawan hanya berjumlah dua orang dan jam masuk dari pukul sampai dengan Karyawan di tempat produksi mendapat jatah libur seminggu sekali sesuai aturan yang sudah dibuat perusahaan sehingga pada hari minggu dapat bergiliran untuk masuk kerja, sedangkan untuk Direktur Utama dan Marketing serta Purchasing berada di Office Complex 3rd Floor, Hotel Salak The Heritage yang mempunyai jam kerja hari senin sampai jumat pukul sampai dengan pukul sedangkan hari sabtu pukul sampai dengan pukul Gaji yang diberikan oleh perusahaan pada Direktur Utama adalah sebesar Rp ,00/bulan. Gaji yang diberikan pada bagian produksi dan pemasaran adalah sebesar Rp ,00/bulan. Sedangkan gaji karyawan adalah sebesar Rp ,00/bulan. Tabel 5. Gaji yang diterima di PT. Bumi Energi Equatorial (PT. BEE) No Keterangan Jumlah Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp/Tahun) 1 Gaji Pimpinan Direktur Bagian Produksi & Pemasaran Karyawan Jumlah Sumber : PT. Bumi Energi Equatorial (2010)

55 5.5 Fasilitas Produksi Fasilitas merupakan hal yang penting dalam kegiatan produksi. Fasilitas produksi yang digunakan dalam usaha biodiesel dan eco wash antara lain : mesin produksi biodiesel atau eco wash, banker penyimpanan, tabung gas dan drum penyimpanan Peralatan Produksi 1. Mesin Produksi Mesin produksi merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan beroperasi atau tidaknya perusahaan ini. Mesin produksi ini mampu memproduksi biodiesel sebanyak 1 Ton/hari. Harga dari mesin itu sendiri Rp dan mempunyai umur ekonomis 10 tahun. 2. Tabung Gas Elpiji Gambar 4. Rangkaian Mesin Produksi Sumber : PT. Bumi Energi Equatoeial (PT.BEE) Tabung gas digunakan untuk untuk pembakaran selama proses produksi, harga tabung oksigen dengan harga Rp ,00 per unit, dengan umur ekonomis 10 tahun. Gambar 5. Tabung Gas Elpiji Sumber : PT. Bumi Energi Equatoeial (PT.BEE)

56 3. Banker Penyimpanan Bahan Baku Banker ini merupakan tempat penyimpanan bahan baku minyak jelantah yang telah melalui proses penyaringan atau dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan biodiesel. Bunker ini mempunyai kapasitas penyimpanan sebanyak 5 Ton. Gambar 6. Banker Penyimpanan Sumber : PT. Bumi Energi Equatoeial (PT.BEE) 4. Drum penyimpanan Drum ini digunakan untuk penyimpanan sementara dari biodiesel atau eco wash yang telah diproses dan siap untuk dijual. 5. Drum Penyaringan Bahan Baku Drum ini berfungsi untuk menyaring bahan baku utama yaitu minyak jelantah. Proses ini dilakukan setelah bahan baku datang dan setelah proses penyaringan maka bahan baku akan di simpan dalam banker penyimpanan. Gambar 7. Drum Penyaringan Sumber : PT. Bumi Energi Equatoeial (PT.BEE)

57 6. Drum Penampungan Gliserin Drum ini digunakan untuk menampung sementara gliserin yang dihasilkan selama proses pengolahan biodiesel. Gambar 8. Drum Penampungan Gliserin Sumber : PT. Bumi Energi Equatoeial (PT.BEE) Fasilitas Pendukung Fasilitas pendukung yang terdapat di tempa produksi PT. Bumi Energi Equatorial (PT. BEE) antara lain : bak penampungan limbah, kantor atau ruang karyawan, laboratrium, gudang, tempat cuci peralatan.

58 5.6 Proses Produksi a. SOP Produksi Biodiesel PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) Prosedur Untuk Tiap Kali Proses Adalah Penggunaan Minyak Jelantah Sebanyak 150lt. 1. Proses Pertama Minyak Jelantah Dimasukkan Kedalam Tangki Penyaringan Sampai 150lt. 2. Minyak Jelantah Selanjutnya Dialirkan Kedalam Drum Pencampuran. 3. Proses Berikutnya Di Campur Dengan Metanol 21lt Dan 1,7kg KOH. 4. Selanjutnya Diproses Melalui Pengadukan Dan Pemanasan Selama 1 Jam Atau Sampai Mencapai Suhu 60 0 C. Gambar 9. Proses dan Pemanasan Sumber : PT. Bumi Energi Equatoeial (PT.BEE) 5. Proses Berikutnya Minyak Yang Telah Diolah Dipompa Kedalam Tangki Pengendapan Selama 2 Jam. Hasil Dari Pengendapan Itu Berupa Gliserin Yang Dikeluarkan Kedalam Tangki Penyimpanan Gliserin. 6. Setelah Proses Pengeluaran Pengendapan Berupa Gliserin, Minyak Biodiesel Dicuci Dengan Air Selama 5 Menit Sembari Di Aduk. Selanjutnya Di Endapkan Dan Dibuang Air Cucianya. Gambar 10. Proses Pencucian Sumber : PT. Bumi Energi Equatoeial (PT.BEE)

59 7. Proses Pencucian Ini Sebanyak 3 Kali. Gambar 11. Limbah Air Yang Dibuang Setelah Proses Pencucian Sumber : PT. Bumi Energi Equatoeial (PT.BEE) 8. Setelah Proses Pencucian Minyak Biodiesel Dipanaskan Kembali Selama 3 Jam Atau Sampai Mencapai Suhu C Untuk Menghilangkan Air Yang Tersisa Dari Proses Pencucian. 9. Proses Terakhir Adalah Pendinginan, Setelah Proses Pendinginan Maka Biodiesel Dapat Digunakan atau Dijual.

60 b. SOP Produksi Eco Wash PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) Prosedur Untuk Tiap Kali Proses Adalah Penggunaan Gliserin Sebanyak 100lt. 1. Proses Pertama Gliserin Dimasukkan Kedalam Drum Pengolahan Sampai 100lt. Gambar 12. Drum Pengolahan Eco Wash Sumber : PT. Bumi Energi Equatoeial (PT.BEE) 2. Proses Berikutnya Di Campur Dengan Air sebanyak 20lt, 3kg KOH dan 250ml Pewangi. Gambar 13. Proses Pencampuran Sumber : PT. Bumi Energi Equatoeial (PT.BEE) 3. Selanjutnya Melalui Pengadukan selama ± 5 menit. 4. Setelah Itu Proses Selanjutnya Adalah Pemanasan Selama 1 Jam Atau Sampai Mencapai Suhu 70 0 C. 5. Proses Terakhir Adalah Pendinginan, Setelah Proses Pendinginan Maka Eco Wash Dapat Digunakan atau Dijual.

61 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil) menjadi biodiesel (Kasus: PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Bogor) dilakukan dengan mengkaji aspek non finansial dan aspek finansial Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan Aspek Pasar Sebelum melakukan produksi dalam kegiatan usaha ini PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) harus mengetahui potensi pasar dan pangsa pasar. Bila kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi dengan harga jual yang tepat, maka akan menghasilkan keuntungan. Sebaliknya bila pasar tidak menyediakan kemungkinan menyerap produksi, maka usaha yang dirintis akan mengalami kerugian. Suatu bisnis yang dinyatakan layak dari teknis dan aspek finansial, tidak akan berarti apabila pasarnya tidak ada, maka rencana bisnis akan dianggap tidak layak untuk dijalankan. 1. Potensi Pasar (Market Potential) Jumlah permintaan biodiesel yang dihasilkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mencapai lebih dari 80 Ton/bulannya sedangkan perusahaan sendiri hanya dapat memenuhi permintaan sebesar 2 Ton/bulannya. Tingginya permintaan ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh perusahaan sehingga potensi pasar yang ada dapat di serap oleh perusahaan dengan maksimal. 2. Target Pasar Target pasar yang dituju oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah industri atau pabrik yang menggunakan solar sebagai bahan bakar, yang berada di Bogor maupun disekitar Bogor misalnya Sukabumi atau Banten, untuk permintaan didaerah sukabumi umumnya digunakan oleh industri pengolahan

62 batu bata. Berdasarkan jumlah permintaan biodiesel yang mencapai lebih dari 80 Ton/bulannya, perusahaan menargetkan dapat memenuhi pasar sekitar 40 persen, hal ini didasarkan oleh kapasitas mesin produksi biodiesel yang dipunyai oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). 3. Pemasaran a. Produk Produk yang dihasilkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah biodiesel yang berbahan baku dari minyak jelantah (waste cooking oil). Produk biodiesel ini tergolong baru sehingga produk yang dihasilkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) ini sangat diperhatikan kualitasnya, misalnya dari segi warna diusahakan mempunya warna yang jernih sehingga dapat meyakinkan konsumen bahwa produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang bagus, sehingga dapat bersaing dengan sesama produk biodiesel atau dapat bersaing dengan solar industri yang dihasilkan oleh pertamina maupun solar industri import. b. Harga Perusahaan akan mengetahui pendapatan yang diterima dengan melakukan penetapan harga jual. PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) menetapkan harga jual untuk biodiesel dengan harga Rp per liter. Harga ini didapat dari biaya produksi biodiesel per liter + margin keuntungan 10 persen. Penetapan harga yang dilakukan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) merupakan harga yang relatif murah dan dapat bersaing misalnya dengan harga solar non-subsidi dari pertamina yang mencapai harga Rp per liternya. c. Promosi Promosi yang dilakukan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Selain mengikuti pameran PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) juga mempunyai program promosi yang disebut Sales Call, yaitu perusahaan secara langsung menawarakan produk ke perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar kota Bogor maupun yang berada di Jakarta. Perusahaan-perusahaan tersebut sebelumnya telah ditentukan

63 oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE), kegiatan ini dilakukan satu minggu dua kali. d. Distribusi Sejauh ini PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) menjual hasil produksinya kepada konsumen secara langsung serta menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lainnya, yaitu : Bee Research Center Jl. Indramayu Raya Indramayu. PT. Petrotek Migasindo S. Widjojo Building 9 th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 71 Jakarta. Genesis Eurasia Corp. Ltd 908 Town & Country Blvd, Suite 390 Houston Texas Hasil Analisis Aspek Pasar Berdasarkan dari analisis potensi pasar jumlah permintaan tidak sebanding dengan jumlah produksi terhadap biodiesel yang dihasilkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). Hal ini menandakan bahwa pemasaran produk biodiesel masih terbuka lebar, sehingga dapat disimpulkan aspek pasar usaha biodiesel di perusahaan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) layak dijalankan Aspek Teknis Analisis dalam aspek teknis di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mencakup ketersediaan input, lokasi perusahaan, besarnya skala operasi perusahaan, kriteria pemilihan mesin, dan ketepatan teknologi yang digunakan. Berikut adalah hasil analisis aspek teknis. 1. Ketersediaan Input PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mengalami kesulitan untuk memenuhi ketersediaan input (minyak goreng) dalam proses produksi. Hal ini berdampak pada perusahaan yang tidak dapat menggunakan mesin produksinya secara maksimal. Mesin yang ada dapat berproduksi 30 ton setiap bulannya akan tetapi perusahaan hanya dapat berproduksi 2 ton setiap bulannya, sehingga hal ini mempengaruhi jumlah penjualan produk biodiesel yang diakukan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE).

64 2. Lokasi Bisnis atau Lokasi Perusahaan Alasan pemilihan lokasi produksi untuk pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil) menjadi biodiesel di Jl. Curug Mekar No 6 Bogor adalah akses menuju lokasi yang mudah dijangkau, jalan menuju lokasi terbuat dari aspal dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat sehingga memudahkan proses bongkar muat. Selain itu ada hal-hal lain yang menjadi pertimbangan perusahaan untuk menentukan lokasi bisnis, yaitu ; a. Lahan Lokasi ini merupakan lokasi milik PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) yang mempunyai luas 550m 2. Lahan ini digunakan untuk membangun tempat produksi, office, laboratrium, ruang karyawan, kolam penampungan limbah dan gudang. b. Instalasi Listrik dan Air Tenaga listrik sudah menjangkau ke daerah lokasi usaha. Sehingga untuk penggunaan listrik, dalam hal ini tidak ada masalah. Listrik dalam usaha ini sangat diperlukan untuk proses pengadukan bahan baku biodiesel maupun untuk pompa dalam proses pencucian. Tenaga listrik untuk usaha ini berasal dari PLN dan untuk mengantisipasi ketika listrik mati digunakan genset. Sementara itu, ketersediaan air sangat cukup untuk kebutuhan produksi ataupun tidak mengalami kesulitan di daerah lokasi usaha. Air dalam usaha ini sangat diperlukan untuk proses pencucian pada saat proses pembuatan biodiesel. Saat ini PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) menggunakan air yang berasal dari PDAM untuk keperluan usahanya. Hal ini sangat membantu perusahaan dalam masalah kertersedian air. 3. Teknologi Mesin Mesin atau teknologi yang digunakan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) telah melalui serangkaian uji coba atau test sehingga layak untuk digunakan. Uji coba atau test mesin produksi biodiesel dilakukan oleh tim dari Bee Research Center yang di pimpin oleh Bapak Hasyim Hanafi. Mesin yang digunakan adalah mesin yang mempunyai kapasitas produksi 1 Ton/hari atau 30 Ton/bulan, akan tetapi mesin produksi yang digunakan belum maksimal karena kapasitas mesin tidak pernah terpenuhi, hal ini disebabkan ketersediaan bahan baku yang tidak

65 sesuai target perusahaan. Produksi yang mampu dihasilkan oleh perusahaan saat ini setiap bulannya hanya ± 2 Ton. 4. Hasil Analisis Aspek Teknis Dari análisis aspek teknis, dapat dinilai bahwa usaha pengolahan biodiesel yang dilakukan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dari bahan baku minyak jelantah (Waste Cooking Oil) telah memilih lokasi yang kurang tepat sehingga tidak mendukung dalam kelancaran operasional produksi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam usaha pengolahan biodiesel sudah dilaksanakan dengan baik akan tetapi terdapat kendala yaitu pada kapasitas mesin produksi yang tidak beroperasi secara optimal, hal ini karena bahan baku yang ada tidak sesuai dengan kapasitas mesin, sehingga yang semestinya mesin dapat berproduksi 30 Ton/bulan saat ini mesin hanya berproduksi 2 Ton/bulannya. Maka dapat disimpulkan bahwa pada aspek teknis usaha pengolahan biodiesel PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) ini tidak layak untuk dijalankan jika bahan baku yang ada tidak dapat memenuhi kapasitas produksi mesin Aspek Manajemen dan Hukum 1. Aspek Manajemen Manajemen adalah faktor yang terpenting diantara seluruh faktor produksi yang dikerahkan.pihak manajemen yang mengelola uang, tanah, mesin, bahan baku, dan tenaga kerja sehingga bisnis keseluruhan dapat mencapai berbagai macam tujuan yang dikehendaki oleh berbagai pihak yang bersangkutan dengan kegiatan bisnis. Deskripsi jabatan dan pekerjaan sangat penting diciptakan untuk menjalankan tugas, tanggungjawab dan wewenang dalam perusahaan. Deskripsi pekerjaan di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah sebagai berikut : 1. Pimpinan, memiliki tugas dan wewenang dalam mengambil keputusan dan memberikan arahan kepada setiap pekerjaan mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh karyawan. Direktur utama juga mempunyai tugas dalam mengawasi keuangan perusahaan serta mempunyai tugas untuk melaporkan perkembangan perusahaan kepada komisaris.

66 2. Bagian marketing dan purchasing mempunyai tugas yaitu merencanakan dan bertanggungjawab dalam proses penjualan atau pemasaran dan selalu memantau perkembangan dari kegiatan promosi sales call. Berkoordinasi dengan bagian produksi hal ini dimaksudkan agar kegiatan puschasing perusahaan dapat berjalan dengan baik sehingga tidak menggangu proses produksi biodiesel. 3. Bagian produksi bertanggungjawab dalam merencanakan dan mengawasi semua kegiatan produksi biodiesel. Menentukan jadwal shift kerja tiap bulan serta berkoordinasi dengan bagian purchasing agar setiap bahan baku yang dibutuhkan dapat terpenuhi sehingga tidak menggangu proses produksi biodiesel. Bagian produksi juga melaporkan perkembangan produksi biodiesel setiap harinya ke bagian marketing, direktur utama serta komisaris. Masing-masing bagian atau pekerja telah memiliki tugas dan tanggungjawab yang jelas, tugas masing-masing pekerja disesuaikan oleh keahlian para pekerja dan bagian apa yang dibutuhkan oleh perusahaan serta kesungguhan untuk bekerja. Tenaga kerja yang ada dibagian produksi bekerja delapan jam sehari dan bekerja selama enam hari setiap minggunya. Sistem gaji karyawan dilakukan dengan cara pembayaran bulanan. Perekrutan tenaga kerjapun dilakukan secara profesional yaitu pelamar atau pencari pekerja harus melalui test wawancara maupun langsung test praktek yang dinilai oleh tenaga ahli dari perusahaan. 2. Aspek Hukum Apek hukum memperhatikan tentang badan usaha yang digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan jaminan-jaminan yang bisa bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin. Pada PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) ini badan usaha yang digunakan adalah PT dan perusahaan juga telah mendapat izin dari Dinas terkait dalam penanganan limbah yang dihasilkan dari proses produksi biodiesel dari bahan baku minyak jelantah (Waste Cooking Oil)

67 PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dapat digolongkan dalam usaha perorangan karena modal usaha yang digunakan berasal dari satu orang dan berperan sebagai pemilik perusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha ini adalah pemilik perusahaan dapat memiliki seluruh keuntungan yang diperoleh dari perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah segala bentuk kerugian atau beban perusahaan harus ditanggung sendiri oleh pemilik perusahaan Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Usaha produksi biodiesel dari minyak jelantah yang dilakukan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar karena usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja yang dibutuhkan perusahan dan dampak lain dari keberadaan usaha ini adalah masyarakat sekitar juga dapat menjual minyak jelantahnya ke perusahaan sehingga memberi nilai tambah. Masyarakat dapat menjual minyak jelantahnya kepada perusahaan minimal sebanyak 30 liter Aspek Lingkungan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dalam usaha produksi biodiesel ini sangat berusaha menjaga kelestarian lingkungan sekitar agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Untuk menjaga kelestarian lingkungan perusahaan, PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) melakukan berbagai cara, misalnya teknologi yang digunakan oleh perusahaan ini mengacu pada teknologi ramah lingkungan dengan sisa pengolahan atau limbah yang dikeluarkan tidak berbahaya sehingga limbah yang dikeluarkan setelah melalui bak penampungan limbah dapat dibuang ke sungai. Pengolahan limbah juga sudah sesuai dengan ijin yang dikeluarkan oleh BPLH kota Bogor. 6.2 Analisis Aspek Finansial Analisis aspek financial dilakukan dengan menggunakan criteria-kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), dan Payback Period. Untuk menganalisis dengan empat kriteria tersebut, digunakan arus kas (cashflow) untuk mengetahui

68 besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). Selain itu juga dilakukan analisis laba rugi yang akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan dalam perhitungan cashflow. Setelah diketahui nilai pajak maka dilakukan penyusunan cashflow sebagai dasar perhitungan kriteria investasi. Hasil dari perhitungan kriteria investasi tersebut akan menunjukan layak atau tidaknya usaha dari sisi finansial. Selanjutnya untuk mencari batas maksimal suatu perubahan biaya, yang usaha tersebut masih dikatakan layak maka analisis switching value perlu dilakukan. Analisis aspek finansial menggunakan umur proyek selama 10 tahun, hal ini dipertimbangkan karena umur produktif mesin pengolahan biodiesel dengan bahan baku utama minyak jelantah (Waste Cooking Oil) di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) yaitu 10 tahun. Dengan análisis ini usaha pengolahan biodiesel PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) di análisis dengan skenario usaha yang terdiri dari dua sekenario, yaitu: 1. Skenario I (pertama), yaitu : Penerimaan yang diperoleh oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah dari penjualan biodiesel dan gliserin. 2. Skenario II (kedua), yaitu : Penerimaan yang diperoleh oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah dari penjualan biodiesel dan eco wash Arus Penerimaan (Inflow) Penerimaan adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah proyek atau usaha. Arus manfaat pada usaha produksi biodiesel ini adalah penerimaan dari hasil penjualan biodiesel, penjualan gliserin, penjualan eco wash serta nilai sisa Penerimaan dari Penjualan Biodiesel Penerimaan ini bersumber dari produk utama dari proses pengolahan minyak jelantah (waste cooking oil) menjadi energi bahan bakar, produk utama yang dihasilkan adalah biodiesel. Rata-rata produksi dari PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) per bulannya adalah 1946 liter dengan output produksi yaitu 80 persen biodiesel dan 20 persen gliserin, sehingga rata-rata per bulannya

69 perusahaan menghasilkan 1556,8 liter biodiesel. Dengan harga jual biodiesel Rp per liter maka per bulan perusahan mendapat penerimaan sebesar Rp ,00 sehingga per tahunnya PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mendapat penerimaan dari biodiesel sebesar Rp , Penerimaan dari Penjualan Gliserin. Penerimaan ini bersumber dari produk yang merupakan limbah dari proses pengolahan minyak jelantah (waste cooking oil) menjadi energi bahan bakar atau biodiesel, produk yang dihasilkan adalah gliserin. Rata-rata produksi dari PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) per bulannya adalah 1946 liter dengan output produksi yaitu 80 persen biodiesel dan 20 persen gliserin, sehingga rata-rata per bulannya perusahaan menghasilkan 389,2 liter gliserin. Dengan harga jual gliserin Rp per liter maka per bulan perusahan mendapat penerimaan sebesar Rp ,00 sehingga per tahunnya PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mendapat penerimaan dari gliserin sebesar Rp , Penerimaan dari Penjualan Eco Wash. No Skenario Komponen Satuan Jumlah 1 Biodiesel Pertama Gliserin 2 Kedua Eco Wash merupakan produk sabun pembersih perabotan atau mesinmesin yang berbahan baku utama dari gliserin. Gliserin diproses kembali sehingga mempunyai harga ekonomis yang lebih tinggi. Perusahaan per bulan rata-rata mengolah gliserin menjadi eco wash sebanyak 389,2 liter. Dengan harga jual eco wash sebesar Rp ,00 per liter maka per bulan perusahaan mendapat penerimaan sebesar Rp ,00 sehingga per tahunnya PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mendapat penerimaan dari eco wash sebesar Rp ,00. Penerimaan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) jika disesuaikan dengan sekenario yang ada, dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penerimaan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Biodiesel Eco Wash Nilai Total Per Bulan Total Per Tahun (Rp) (Rp) (Rp) Lt ,500 10,119, ,430, Lt ,000 1,167, ,011, ,441, Lt ,500 10,119, ,430, Lt ,000 3,892, ,704, ,134,400.00

70 Pada Tabel 6 dapat dilihat terjadi perbedaan penerimaan di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) pada setiap skenario penerimaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan output yang dijual antara skenario I dan skenario II. Pada tabel 7 juga dapat dilihat bahwa untuk skenario pertama mempunyai total penerimaan yang lebih kecil dibandingkan dengan total penerimaan di skenario kedua Nilai Sisa. Pada penelitian ini, nilai sisa yang terdapat di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) menjadi tambahan manfaat bagi proyek di akhir tahun kesepuluh. Nilai sisa berasal dari investasi yang belum habis umur ekonomisnya selama umur proyek. Pada penelitian ini didapat bahwa nilai sisa di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) di akhir tahun ke sepuluh sebesar Rp 268,283, Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluran (outflow) pada usaha di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) terdiri dari biaya investasi yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan biaya operasional merupakan sejumlah dana yang dikeluarkan agar proses produksi berlangsung. Arus biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama proyek atau selama usaha berjalan Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama usaha atau proyek. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) secara keseluruhan. Umur ekonomi dari usaha ini adalah 10 tahun, hal ini dilihat dari mesin pengolahan biodiesel yang memiliki ketahanan 10 tahun. Rincian biaya-biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha ini dapat dilihat pada Tabel 7.

71 Tabel 7. Biaya Investasi di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). No Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Jumlah satuan (Rp) biaya (Rp) 1 Bangunan dan Kantor m ,000,000 2 Tanah m , ,000,000 3 Mesin Unit 1 80,000,000 80,000,000 4 Tabung gas Unit 1 1,500,000 1,500,000 5 Selang Gas Unit 1 500, ,000 6 Drum Penampung Unit 5 200,000 1,000,000 7 Bunker Penampung Unit 1 5,000,000 5,000,000 8 Elemeyer Set 1 2,500,000 2,500,000 9 Timbangan Elektronik Unit 1 3,000,000 3,000, Pakaian Produksi Unit 3 100, , Sepatu Produksi Unit 3 100, , Selang Air Unit 1 200, , Jerigen Unit ,000 3,000, Sikat Unit 2 15,000 30,000 Total 462,330,000.0 Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh PT.Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah sebesar Rp ,00. Keseluruhan modal yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk investasi ini berasal dari modal sendiri. Berdasarkan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa biaya investasi terbesar untuk peralatan produksi adalah pada pembelian mesin pengolahan biodiesel sebesar Rp , Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan agar terlaksananya kegiatan produksi usaha tersebut. Biaya ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan secara berkala selama usaha ini masih berjalan. 1. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan selama satu tahun yang besarnya tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah output yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) untuk usaha

72 pengolahan biodiesel berbahan baku utama minyak jelantah (waste cookin oil) adalah listrik, air, telephone, gaji tenaga kerja, sapu lidi, ember, sapu ijuk. Tabel 8. Rincian Biaya Tetap PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) No Komponen Biaya Jumlah(buah/unit) Jumlah Biaya per Bulan (Rp) Jumlah Biaya per Tahun (Rp) 1 Biaya Listrik Rp 500,000 6,000,000 2 Biaya Air Rp 600,000 7,200,000 3 Biaya telephone 1 300,000 3,600,000 4 Gaji 6 12,100, ,200,000 5 Ember 1 50,000 6 Sapu Ijuk 1 25,000 7 sapu Lidi 1 25,000 Total 13,500, ,100,000 Berdasarkan Tabel 8 Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah sebesar Rp ,00. Pengeluaran biaya tetap terbesar adalah biaya untuk gaji tenaga kerja sebesar Rp , Biaya Variabel Biaya variabel adalah suatu yang harus dikeluarkan seiring dengan bertambah atau berkurangnya produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan jika volume produksi berubah, komponen biaya variabel meliputi minyak jelantah, metanol, KOH, pewangi eco wash dan gas isi ulang. a. Minyak Jelantah Minyak jelantah merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk proses pembuatan biodiesel di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). Minyak jelantah didapat oleh perusahaan dengan membeli seharga Rp. 3000,00 per liternya, dalam sebulan rata-rata perusahaan melakukan produksi dengan membutuhkan bahan baku sebanyak 1946 liter sehingga perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp ,00 per bulan. Maka biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun untuk membeli minyak jelantah sebesar Rp ,00

73 b. Metanol Dalam pembuatan biodiesel dari minyak jelantah metanol dibutuhkan untuk tahap esterifikasi yang bertujuan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dalam minyak jelantah. Untuk rata-rata perusahaan dalam satu bulan mengolah minyak jelantah sebanyak 1946 liter maka dibutuhkan methanol sebanyak 273 liter. Dengan harga methanol per liternya Rp 4.750,00 maka dalam satu bulan perusahaan mengeuarkan biaya Rp ,00 sehingga total satu tahun perusahaan mengeluarkan biaya sebanyak Rp ,00 untuk pembelian methanol. c. KOH Dalam pembuatan biodiesel dari minyak jelantah KOH dibutuhkan untuk untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dalam minyak jelantah. Untuk ratarata perusahaan dalam satu bulan mengolah minyak jelantah sebanyak 1946 liter maka dibutuhkan methanol sebanyak 22 kg. Dengan harga KOH per kg Rp ,00 maka dalam satu bulan perusahaan mengeuarkan biaya Rp ,00 sehingga total satu tahun perusahaan mengeluarkan biaya sebanyak Rp ,00 untuk pembelian KOH. d. Pewangi Eco Wash Dalam pembuatan eco wash dibutuhkan pewangi buatan dalam proses pembuatannya, hal ini dimaksudkan untuk memberi kesan wangi dalam produk eco wash, untuk satu bulan perusahaan membutuhkan pewangi sebanyak 1,5 liter. Dengan harga pewangi Rp ,00 per liternya maka perusahaan dalam sebulan mengeluarkan biaya sebanyak Rp ,00 dan dalam setahun total biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp ,00 untuk pembelian pewangi eco wash ini. e. Gas Perusahaan dalam satu bulan mengeluarkan biaya untuk gas sebesar ,00 sehingga total dalam satu tahun biaya gas yang harus dikeluarkan adalah Rp ,00

74 Tabel 9. Rincian Biaya Variabel di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Pada Proses Produksi Biodiesel Dan Gliserin. No Komponen Biaya Satuan Jumlah Biaya Total Per Bulan Total Per Tahun Satuan (Rp) (Rp) (Rp) 1 Minyak Jelantah Lt 1,946 3,000 5,838,000 70,056,000 2 Metanol Lt 273 4,750 1,296,750 15,561,000 3 KOH Kg 22 16, ,280 4,455,360 4 Gas isi Ulang Kg , ,750 2,397,000 Total 7,705,780 92,469,360 Tabel 10. Rincian Biaya Variabel di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Pada Proses Produksi Biodiesel Dan Eco Wash. No Komponen Biaya Satuan Jumlah Biaya Total Per Bulan Total Per Tahun Satuan (Rp) (Rp) (Rp) 1 Minyak Jelantah Lt 1,946 3,000 5,838,000 70,056,000 2 Metanol Lt 273 4,750 1,296,750 15,561,000 3 KOH Kg 34 16, ,200 6,854,400 4 Pewangi Eco wash Lt , ,000 11,700,000 5 Gas isi Ulang Kg , ,750 2,397,000 Total 8,880, ,568,400 Pada rincian biaya variabel di tabel 9 dan tabel 10 terdapat perbedaan dalam total biaya yang dikeluarkan, total biaya per tahun dalam tabel sebanyak Rp ,00 sedangkan pada tabel dalam satu tahun dikeluarkan total biaya sebanyak Rp ,00. Hal ini disebabkan karena pada proses produksi eco wash dicampur dengan KOH dan pewangi sehingga terdapat biaya tambahan yang dikeluarkan. 6.3 Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan laba atau rugi usaha setiap tahunnya. Dalam penyusunan laporan laba rugi terdapat komponen biaya penyusutan yang didapat dari investasi usaha. Komponen rugi laba terdiri dari penerimaan hasil penjualan, total biaya tetap, total biaya variabel, biaya penyusutan, serta biaya pembayaran pajak. Dalam perhitungan Laba/Rugi diperoleh bahwa perusahaan mengalami kerugian tiap tahunnya. Hal ini

75 disebabkan penerimaan yang diterima perusahaan tiap tahunnya lebih kecil dibandingkan dengan total pengeluaran yang harus dikeluarkan. Rincian perhitungan biaya dapat dilihat pada Lampiran. Perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha yang secara langsung akan berpengaruh pada perhitungan cashflow. 6.4 Analisis Kelayakan Finansial di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) Analisis kelayakan finansial digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE). Metode yang digunakan untuk mengukur kelayakan adalah metode penilaian investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PP). Skenario usaha yang digunakan terdiri dari dua skenario, yaitu : a) Skenario I (pertama), Penerimaan perusahaan terdiri dari penjualan Biodiesel dan Gliserin. b) Skenario II (kedua), Penerimaan perusahaan terdiri dari penjualan Biodiesel dan Eco Wash. Tabel 11. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) Kondisi Perusahaan Kriteria Biodiesel dan Gliserin Biodiesel dan Eco Wash NPV IRR 6,16% 6,08% N B/C 0,05 0,07 Payback Period - - Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa skenario I yaitu penerimaan dari penjualan biodiesel dan gliserin di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) mempunyai nilai NPV pada tingkat diskonto 6,5 persen yang kurang dari nol (NPV<0). Hal ini menunjukan bahwa usaha pengolahan minyak jelantah (waste cooking oil) menjadi biodiesel di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) menurut nilai

76 sekarang tidak menguntungkan untuk dilaksanakan karena hanya sebesar Rp dalam jangka waktu 10 tahun. Untuk IRR diperoleh nilai sebesar 6,16 persen, berada dibawah nilai diskonto yang digunakan yaitu sebesar 6,5 persen. Berdasarkan kriteria kelayakan, IRR usaha ini dinyatakan tidak layak. Net B/C hanya sebesar 0,05 atau kurang dari satu. Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran investasi saat ini sebesar Rp 1 akan menghasilkan nilai pendapatan bersih sekarang sebesar Rp 0,05. Berdasarkan kriteria kelayakan, Net B/C usaha ini dinyatakan tidak layak. Berdasarkan Payback Period diperoleh hasil bahwa usaha tersebut tidak akan bisa mengembalikan investasi selama umur proyek 10 tahun karena perusahaan tiap tahunnya mengalami kerugian yang artinya perusahaan dilihat dari Payback Period tidak layak untuk dijalankan karena pengembalian modal tidak tercapai sampai proyek berakhir. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukan bahwa skenario 1 di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) tidak layak untuk dijalankan. Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa skenario II penerimaan dari penjualan biodiesel dan eco wash di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) mempunyai nilai NPV pada tingkat diskonto 6,5 persen yang kurang dari nol (NPV<0). Hal ini menunjukan bahwa usaha pengolahan minyak jelantah (waste cooking oil) menjadi biodiesel di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) menurut nilai sekarang tidak menguntungkan untuk dilaksanakan karena mempunyai nilai hanya sebesar Rp dalam jangka waktu 10 tahun. Untuk IRR diperoleh nilai sebesar 6,08 persen, berada dibawah nilai diskonto yang digunakan yaitu sebesar 6,5 persen. Berdasarkan kriteria kelayakan, IRR usaha ini dinyatakan tidak layak. Net B/C diperoleh nilai hanya sebesar 0,07 atau kurang dari satu. Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran investasi saat ini sebesar Rp 1 akan menghasilkan nilai pendapatan bersih sekarang sebesar Rp 0,07. Berdasarkan kriteria kelayakan, Net B/C usaha ini dinyatakan tidak layak. Berdasarkan Payback Period diperoleh hasil bahwa usaha tersebut tidak akan bisa mengembalikan investasi selama umur proyek 10 tahun karena perusahaan tiap tahunnya mengalami kerugian yang artinya perusahaan dilihat dari Payback Period tidak layak untuk dijalankan karena pengembalian modal tidak tercapai

77 sampai proyek berakhir. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukan bahwa skenario 2 tidak layak untuk dijalankan. 6.5 Analisis Switching Value (Nilai Pengganti) Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maximum dari suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0). Analisis ini menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter yang digunakan yaitu peningkatan jumlah input yaitu minyak jelantah, peningkatan harga output yaitu biodiesel dan penurunan harga input yaitu minyak jelantah. Pertimbangan penggunaan parameter peningkatan jumlah input minyak jelantah karena merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi, penggunaan mesin produksi yang tidak mencapai kapasitas serta sampai berapakah jumlah produksi biodiesel sehingga usaha yang dijalankan menjadi layak sesuai dengan analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan. Pertimbangan pengunaan parameter peningkatan harga output karena biodiesel adalah komponen utama dalam penerimaan usaha ini sehingga dapat diketahui harga output sebesar berapa yang menjadikan usaha ini layak untuk dijalankan. Pertimbangan penggunaan parameter penurunan harga input minyak jelantah karena minyak jelantah merupakan biaya variabel yang jumlahnya paling besar diantara biaya yang lain yaitu sekitar 65 persen. Hasil perhitungan analisis switching value dapat dilihat pada Tabel 13, 14, dan 15. Tabel 12. Hasil Analisis Switching Value Dengan Penurunan Harga Input (Minyak Jelantah). Kondisi Perusahaan Produksi Biodiesel 2 Ton/Bulan Biodiesel dan Gliserin Biodiesel dan Eco Wash Penurunan Harga Input 74,3% 74,3% NPV -829,888, ,220,924 Berdasarkan analisis switching value penurunan harga input maka didapat hasil akhir yang menyatakan bahwa untuk skenario I dan skenario II tidak layak

78 dijalankan karena perubahan yang terjadi tidak sampai menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV=0). Untuk skenario I NPV yang dihasilkan Rp dan pada skenario II NPV yang dihasilkan Rp Tabel 13. Hasil Analisis Switching Value Dengan Peningkatan Harga Output (Biodiesel). Kondisi Perusahaan Biodiesel dan Gliserin Biodiesel dan Eco Wash Peningkatan Harga output 143.1% 127.8% Berdasarkan analisis switching value peningkatan harga output (biodiesel) didapat hasil akhir bahwa skenario I maupun skenario II layak untuk dijalankan karena NPV sama dengan 0 (NPV=0). Pada skenario I layak dijalankan jika perusahaan menaikan harga output sebesar 143,1 persen sehingga harga jual biodiesel menjadi Rp per liter dan pada skenario II juga layak dijalankan jika perusahaan menaikan harga output (biodiesel) sebesar 127,8 persen sehingga harga jual biodiesel menjadi Rp per liter. Tabel 14. Hasil Analisis Switching Value Dengan Peningkatan Jumlah Input (Minyak Jelantah) Kondisi Perusahaan Biodiesel dan Gliserin Biodiesel dan Eco Wash Peningkatan jumlah input 381,1% 182,2% Berdasarkan analisis switching value peningkatan jumlah input (minyak jelantah) didapat hasil akhir bahwa baik skenario 1 maupun skenario 2 layak untuk dijalankan karena NPV sama dengan 0 (NPV=0). Pada skenario 1 layak dijalankan jika perusahaan menaikan jumlah input (minyak jelantah) dalam produksi sebesar 381,1 persen sehingga perusahaan berproduksi liter setiap bulan dan pada skenario 2 juga layak dijalankan jika perusahaan menaikan jumlah (input) sebesar 182,2 persen sehingga perusahaan berproduksi liter setiap bulannya. Berdasarkan analisis switching value cara yang memungkinkan untuk digunakan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah dengan meningkatkan variabel jumlah input (minyak jelantah) baik di skenario I maupun di skenario II.

79 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis non finansial maka didapatkan : hasil analisis aspek pasar yang menjelaskan bahwa usaha ini memiliki potensi pasar yang baik. Aspek teknis tidak mendukung dalam kelancaran operasional produksi, kendala yang ada yaitu pada kapasitas mesin produksi yang tidak beroperasi secara optimal, hal ini karena ketersediaan bahan baku (minyak jeantah) yang ada tidak sesuai dengan kapasitas mesin, sehingga yang semestinya mesin dapat berproduksi 30 Ton/bulan saat ini mesin hanya berproduksi 2 Ton/bulannya. Maka dapat disimpulkan bahwa pada aspek teknis usaha pengolahan biodiesel PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) ini tidak layak untuk dijalankan jika bahan baku yang ada tidak dapat memenuhi kapasitas produksi mesin. Aspek manajemen menjelaskan bahwa usaha ini memiliki badan usaha serta struktur organisasi yang sudah formal dan tertulis, sehingga tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya usaha ini. Pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan diketahui bahwa usaha ini dijalankan dengan memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat sekitar. 2. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial kriteria kelayakan pada setiap skala usaha, menunjukan bahwa : skenario I yaitu penerimaan dari penjualan Biodiesel dan Gliserin serta skenario II yaitu penerimaan dari penjualan Biodiesel dan Gliserin didapatkan bahwa kedua skenario tersebut sama-sama tidak layak dijalankan. Hal ini dikarenakan kedua skenario tersebut masingmasing mempunyai NPV kurang dari 0, yaitu Skenario I didapat NPV dan Skenario II didapat NPV Berdasarkan hasil analisis switching value maka didapat rekomendasi bagi perusahaan sehingga usaha yang dilakukan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) menjadi layak untuk dijalankan, yaitu untuk skenario I (penerimaan dari penjualan biodiesel dan gliserin) dengan cara meningkatkan jumlah produksi sebesar 381,1 persen menjadi liter per bulannya, dengan cara tersebut

80 didapatkan nilai akhir NPV= 0. Untuk skenario II (penerimaan dari penjualan biodiesel dan eco wash) dengan cara meningkatkan jumlah produksi sebesar 182,2 persen menjadi liter per bulannya, dengan cara tersebut didapatkan nilai akhir NPV= Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan pada PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) diantaranya : 1. Perusahaan sebaiknya meningkatkan kapasitas mesin pengolahan biodiesel yang ada sehingga memungkinkan perusahaan dapat menerima pendapatan yang lebih dibandingkan dengan pendapatan yang didapat sekarang ini. 2. Perusahaan sebaiknya lebih banyak menjalin kerja sama dengan perusahaan, rumah makan, hotel yang dapat menyediakan bahan baku utama pembuatan biodiesel ini yaitu minyak jelantah.

81 DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional Standar Mutu Minyak Goreng. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional Standar Penggunaan Biodiesel. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Damayani Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu Dan Molase Di Kecamatan Cicurug, Sukabumi (Kasus PT. Panca Jaya Raharja). [skripsi]. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Direktorat Minyak Dan Gas Bumi Blue Print Pengolahan Energi Nasional Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral. Jakarta. Direktorat Jenderal Listrik Dan Pemanfaatan Energi Jumlah Cadangan Bahan Bakar Fosil Di Negara Indonesia. Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral. Jakarta Gittinger, J.P Economic Analysis Of Agricultural Project. 2nd Edition. Terjemahan Sutomo S dan Mangiri K Universitas Indonesia. jakarta Husnan S, Muhammad S Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Jumingan Studi Kelayakan Bisnis Teori Dan Pembuatan Proposal Kelayakan. Jakarta: Bumi Aksara. Kayun, P. S Kajian Strategi Pengembangan Industri Biodiesel Berbasis Minyak Jelantah di Indonesia. [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kuntjoro Analisis Biaya Manfaat Kelayakan Proyek. Jurusan Ilmu-Ilmu Social Ekonomi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Muyazin Analisis Kelayakan Usaha Instalasi Biogas Dalam Mengelola Limbah Ternak Sapi Potong di PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur. [skripsi]. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A Studi Kelayakan Bisnis. Bogor. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Pakpahan Industri Biodiesel Berbasis Minyak Nabati. Jakarta: Penebar Swadaya.

82 Retno Wilis Analisi Kelayakan Finansial Usaha Kompos Sampah Perumahan di CV Agri Medika Raharja Bogor. [skripsi]. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Siregar Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah Dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas Dan Pupuk Kompos di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB. [skripsi]. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Umar H Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komperhensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Winarno Manfaat dan Penggunaan Minyak Nabati. Jakarta: Penebar Swadaya.

83 LAMPIRAN

84 Lampiran 1. Kuisioner Lapang KUISIONER PENELITIAN Untuk Mengetahui Gambaran Usaha PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Di Jl. Curug Mekar No 6 Bogor Saya Perdana Surya P.W, mahasiswa Agribisnis IPB yang sedang melakukan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Jelantah (Waste Cooking Oil) Menjadi Biodiesel (kasus: PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Bogor). Dimohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu dalam mengisi kuisioner ini secara lengkap. Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan TERIMA KASIH. Petunjuk Umum : Isilah/Berilah Tanda (X). Tanggal : I. IDENTITAS RESPONDEN Nama :... Alamat Responden :... Pekerjaan :... Jenis Kelamin : (1) Laki-laki : (2) Perempuan Usia :. Tahun Pendidikan terakhir :... II. PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Sejarah Perusahaan : Status Kepemilikan Usaha : Tahun Pendirian Usaha : Tujuan Perusahaan Visi : Misi : III. INVESTASI A. Modal Awal Modal awal : Rp.... Sumber kepemilikan modal : (1) Pribadi : (3) Kerjasama : (2) Pinjaman : (4) Lainnya... Sumber Pinjaman Bunga pinjaman/lainnya : (1) Bank... : (3) Lainnya... : (2) Koperasi :.. % / tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan-kegiatan di sektor industri, jasa, perhubungan dan rumah tangga salah satunya memerlukan pemanfaatan energi. Berdasarkan Handbook Of Energy & Economics Statistics

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Minyak Jelantah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Minyak Jelantah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Jelantah Minyak jelantah (waste cooking oil) merupakan limbah dari penggunaan minyak goreng dan minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil)

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR. Oleh:

PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR. Oleh: PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR Oleh: 1. Abdul Nasir Arifin (0431010120) 2. Agung Budiono (0431010134) JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT Oleh : SUHENDRI A 14105610 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiesel Biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri atas mono-alkil ester dari fatty acid rantai panjang, yang diperoleh dari minyak tumbuhan atau lemak binatang (Soerawidjaja,

Lebih terperinci

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bahan bakar minyak bumi merupakan sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara. Tingkat kebutuhan manusia akan bahan bakar seiring meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB) SKRIPSI YOSI KUMALA SANTI SIREGAR

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Sejarah Perusahaan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Sejarah Perusahaan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan PT. Bumi Energi Equatorial (PT. BEE) merupakan suatu usaha yang membuat dan mengembangkan pembaharuan energi, khusunya energi yang dibutuhkan untuk industri. PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang berimbas pada kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN AWAL BIODIESEL TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN DAYA PADA MOTOR DIESEL 4 TAK 4 SILINDER

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN AWAL BIODIESEL TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN DAYA PADA MOTOR DIESEL 4 TAK 4 SILINDER PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN AWAL BIODIESEL TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN DAYA PADA MOTOR DIESEL 4 TAK 4 SILINDER Muhammad Agus Sahbana 1), Naif Fuhaid 2) ABSTRAK Biodiesel merupakan bahan

Lebih terperinci

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T. ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL Hasbullah, S.Pd, M.T. Biomassa Biomassa : Suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat diperbarui, oleh sebab itu persediaan bahan bakar fosil di bumi semakin menipis dan apabila digunakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI ALPUKAT DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI ALPUKAT DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI ALPUKAT DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI Oleh : 1. ULFIATI 0531010068 2. TOTOK HERBI S. 0531010081 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di sisi lain ketersediaan bahan bakar minyak bumi dalam negeri semakin hari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO Dosen Pembimbing : Dr. Lailatul Qadariyah, ST. MT. Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA. Safetyllah Jatranti 2310100001 Fatih Ridho

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI ) LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI 01-3555-1998) Cawan aluminium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam, kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng Curah Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan yang

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F34103041 2007 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Jumlah cadangan minyak bumi dunia semakin menipis. Sampai akhir tahun 2013, cadangan minyak bumi dunia tercatat pada nilai 1687,9 miliar barel. Jika tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Biodiesel. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Biodiesel. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Biodiesel ICS 75.160 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 2 4 Syarat mutu...

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui transesterifikasi

Lebih terperinci

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Dipresentasikan oleh : 1. Jaharani (2310100061) 2. Nasichah (2310100120) Laboratorium

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR Galih Prasiwanto 1), Yudi Armansyah 2) 1. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan BBM mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan bahan bakar ini untuk kegiatan transportasi, aktivitas industri, PLTD, aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan yang pokok dalam suatu proses. Sumber energi yang paling mudah didapat berasal dari bahan bakar minyak (BBM) atau yang sering

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 14105576 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Para ilmuwan telah mengamati kadar karbon dioksida di udara mengalami peningkatan secara signifikan semenjak satu abad yang lalu dibandingkan dengan zaman pra-industri

Lebih terperinci

Rekayasa Proses Produksi Biodiesel

Rekayasa Proses Produksi Biodiesel Institut Pertanian Bogor (IPB) Rekayasa Proses Produksi Biodiesel Berbasis Jarak (Jatropha curcas) Melalui Transesterifikasi In Situ Dr.Ir. Ika Amalia Kartika, MT Dr.Ir. Sri Yuliani, MT Dr.Ir. Danu Ariono

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin berkurang. Keadaan ini bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Krisis energi dan lingkungan akhir akhir ini menjadi isu global. Pembakaran BBM menghasilkan pencemaran lingkungan dan CO 2 yang mengakibatkan pemanasan global. Pemanasan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Konsumsi BBM Berdasarkan Sektor 2011 (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011)

Gambar 1.1 Konsumsi BBM Berdasarkan Sektor 2011 (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan sumber daya yang sangat penting dalam kehidupan setiap makhluk.hal tersebut karena ketersediaan energi dapat mempengaruhi beberapa aspek kehidupan,

Lebih terperinci

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebagai Negara penghasil minyak bumi yang cukup besar, masa keemasan ekspor minyak Indonesia telah lewat. Dilihat dari kebutuhan bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini pemakaian bahan bakar yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin menipis. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) CPO merupakan produk sampingan dari proses penggilingan kelapa sawit dan dianggap sebagai minyak kelas rendah dengan asam lemak bebas (FFA) yang tinggi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh: Achmad Hambali NIM: 12 644 024 JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Kimia Oleh : ENY PURWATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak jelantah merupakan salah satu bahan baku yang memiliki peluang untuk produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data statistik menunjukkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Indonesia mulai mengalami perubahan, dari yang semula sebagai negara pengekspor bahan bakar minyak (BBM) menjadi negara pengimpor minyak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penggunaan energi oleh manusia yang berasal dari bahan bakar fosil semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan penduduk di dunia.menurut laporan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan bakar fosil telah banyak dilontarkan sebagai pemicu munculnya BBM alternatif sebagai pangganti BBM

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa cadangan sumber energi fosil dunia sudah semakin menipis. Hal ini dapat berakibat pada krisis energi yang akan menyebabkan terganggunya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat (demand) terus meningkat,

Lebih terperinci

PABRIK BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN METHANOL DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI PRA RENCANA PABRIK

PABRIK BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN METHANOL DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI PRA RENCANA PABRIK PABRIK BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN METHANOL DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI PRA RENCANA PABRIK Oleh : NITA PRASTICA NPM : 0931010017 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP Eka Kurniasih Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan km. 280 Buketrata Lhokseumawe Email: echakurniasih@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET Dwi Ardiana Setyawardhani*), Sperisa Distantina, Hayyu Henfiana, Anita Saktika Dewi Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

KEMIRI SUNAN. (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang)

KEMIRI SUNAN. (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang) KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang) atau kaliki (Banten), merupakan salah satu jenis tanaman yang berpotensi

Lebih terperinci

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT. SKRIPSI/TUGAS AKHIR APLIKASI BAHAN BAKAR BIODIESEL M20 DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS 0,25% NaOH PADA MOTOR DIESEL S-111O Nama : Rifana NPM : 21407013 Jurusan Pembimbing : Teknik Mesin : Dr. Rr. Sri

Lebih terperinci

BAB VII IMPLEMENTASI, VALIDASI DAN VERIFIKASI

BAB VII IMPLEMENTASI, VALIDASI DAN VERIFIKASI BAB VII IMPLEMENTASI, VALIDASI DAN VERIFIKASI 7.1 Implemetasi Sistem SINKUAL-BIODIESEL dirancang untuk membantu proses pengambilan keputusan pada bagian pengedalian kualitas (quality control) yang diaplikasikan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI Oleh: Kusmiyati, ST, MT, PhD DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian kehidupan manusia di bumi. Berdasarkan data Departemen ESDM (2008), kondisi umum penggunaan energi di Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat dihindari ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu bangsa di masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM petrodiesel seperti Automatic Diesel Oil (ADO) atau solar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. BBM petrodiesel seperti Automatic Diesel Oil (ADO) atau solar merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BBM petrodiesel seperti Automatic Diesel Oil (ADO) atau solar merupakan sumber energi yang dikonsumsi paling besar di Indonesia. Konsumsi bahan bakar solar terus meningkat

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MINYAK BIJI KAPUK Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari, Hetty Nur Handayani Jurusan Teknik Kimia, Institut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak awal Januari 2009 ini Pertamina semakin memperluas jaringan SPBU yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak awal Januari 2009 ini Pertamina semakin memperluas jaringan SPBU yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal Januari 2009 ini Pertamina semakin memperluas jaringan SPBU yang memasarkan atau hanya diberi opsi untuk menjual Biosolar saja, tidak lagi menjual solar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat cadangan sumber minyak bumi nasional semakin menipis, sementara konsumsi energi untuk bahan bakar semakin meningkat. Maka kami melakukan penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang bersifat non renewable disebabkan dari semakin menipisnya cadangan minyak bumi. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan penting bagi kehidupan manusia. Saat ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari fosil, namun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II)

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II) LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II) PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI Oleh : Dr. Kusmiyati, MT Dibiayai Direktorat Penelitian Dan Pengabdian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.8. Latar Belakang Indonesia mulai tahun 2007 dicatat sebagai produsen minyak nabati terbesar di dunia, mengungguli Malaysia, dengan proyeksi produksi minimal 17 juta ton/tahun di areal

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013 Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 213 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: fitriana.ira@gmail.com, irafit_24@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ANTIOKSIDAN TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI BIODIESEL DARI JARAK PAGAR (Jatropha Curcas, L.) Oleh ARUM ANGGRAINI F

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ANTIOKSIDAN TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI BIODIESEL DARI JARAK PAGAR (Jatropha Curcas, L.) Oleh ARUM ANGGRAINI F PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ANTIOKSIDAN TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI BIODIESEL DARI JARAK PAGAR (Jatropha Curcas, L.) Oleh ARUM ANGGRAINI F34103057 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci