Optimasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Penyamakan Kulit Magetan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Optimasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Penyamakan Kulit Magetan"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (06) ISSN: 7-59 (0-97 Print) D79 Optimasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Penyamakan Kulit Magetan Nastiti Sri Fatmawati, Joni Hermana, dan Agus Slamet Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60 Indonesia Abstrak Industri Penyamakan Kulit Magetan terdapat 78 unit pengusaha penyamakan kulit. Produk kulit finish yang dihasilkan sebanyak ± feet/tahun dan limbah cair yang dihasilkan hingga mencapai 500 m /hari. Industri Penyamakan Kulit Magetan telah dilengkapi dengan sarana IPAL dengan kapasitas 600 m /hari. Hasil dari pemeriksaan parameter belum terpenuhinya baku mutu air limbah sesuai dengan PERGUB JATIM No. 7 Tahun 0. Optimasi ini menggunakan metode evaluasi dan perhitungan optimasi. Evaluasi pertama yaitu menghitung efisiensi pengolahan dan proses pengolahan kemudian dari hasil evaluasi maka perlu melakukan perhitungan optimasi dari aspek teknis dan aspek biaya. Hasil evaluasi pengolahan biologis diperoleh nilai parameter sangat rendah, setelah di optimasi dengan merencanakan % efisiensi pengolahan dan penambahan debit air limbah didapatkan nilai MLSS pada bak aerasi sebesar mg/l, bak aerasi sebesar 774 mg/l, solid flux lumpur aktif sebesar,7 kg/m.hari, solid flux lumpur aktif sebesar 0,6 kg/m.hari, F/M rasio lumpur aktif sebesar 0,08 kg BOD/kg MLSS, F/M rasio lumpur aktif sebesar 0, kg BOD/kg MLSS, waktu detensi lumpur aktif sebesar,5 jam, waktu detensi lumpur aktif sebesar,8 jam, kebutuhan udara lumpur aktif sebesar,5 m /hari, dan kebutuhan oksigen lumpur aktif sebesar 05 m /hari. Hasil perhitungan optimasi biaya pemeliharaan menghabiskan dana sebesar Rp ,- per bulan. I Kata Kunci Efisiensi, Evaluasi,, Optimasi. I. PENDAHULUAN NDUSTRI penyamakan kulit merupakan industri yang mengolah kulit mentah menjadi kulit jadi yang proses pengerjaannya menggunakan air dengan kapasitas besar []. Sedangkan proses penyamakan kulit merupakan proses pengawetan kulit binatang menggunakan bahan kimia, limbah cair yang ditimbulkan merupakan limbah cair yang mengandung logam berat krom (Cr), krom trivalen (Cr + ) dan krom heksavalen (Cr 6+ ), sehingga usaha ini akan menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai polutan organik dari bahan baku dan polutan kimia dari bahan pembantu proses []. Di samping itu juga dihasilkan limbah padat dari hasil pembersihan daging, bulu, dan gumpalan lemak. Limbah padat juga banyak mengandung kapur, garam, dan bahan kimia pembantu dalam proses penyamakan [] Industri Penyamakan Kulit Magetan terdapat 78 unit pengusaha penyamakan kulit. Produk kulit finish yang dihasilkan sebanyak kurang lebih feet/tahun, dengan menyerap tenaga kerja ±550 orang. Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah ini, maka Industri Penyamakan Kulit Magetan telah dilengkapi dengan sarana IPAL dengan kapasitas 600 m /hari. Secara operasional IPAL di Industri Penyamakan Kulit Magetan belum efektif untuk meningkatkan air limbah yang dihasilkan. Ketidakefektifan ini disebabkan proses yang terjadi di pengolahan biologis yang tidak dapat berjalan dengan baik, sehingga mempengaruhi kinerja IPAL dan membuat efluen limbah cair yang dibuang ke badan air mengandung logam berat, bau yang menyengat, dan membuat warna air di badan air menjadi keruh karena terdapat kandungan amonia yang tinggi sehingga mengganggu masyarakat sekitar [4],sehingga dibutuhkan solusi untuk mengoptimasi pengolahan biologis IPAL yang dapat digunakan sesuai kapasitas dan lahan yang tersedia tetapi memperhitungkan efluen standart sesuai parameter baku mutu [5 a ]. Oleh karena itu diperlukan Optimasi Kinerja pengolahan biologis Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk Industri Penyamakan Kulit yang sesuai dengan kebutuhan Industri Penyamakan Kulit yang dihasilkan dari IPAL. A. Pengumpulan Data II. METODE PERENCANAAN Kegiatan pengumpulan data dibagi menjadi jenis yaitu data primer, data sekunder, dan hasil sampling. Data sekunder yang diperlukan terdiri dari data influen yang masuk, data eksisting lahan, diagram alir instalasi pengolahan limbah penyamakan kulit, dokumen hasil pemeriksaan berkala limbah penyamakan kulit untuk mengetahui kualitas effluen IPAL. Data primer yang digunakan yaitu data debit influen, eksisting IPAL, debit effluen, dan debit resirkulasi, operasi pengolahan limbah penyamakan kulit. Data hasil sampling yaitu data primer dari hasil analisis di laboratorium terhadap sampel yang dianalisis dengan baku mutu [5 b ] B. Pengolahan Data Pada Evaluasi dan Optimasi kali ini akan melakukan optimasi dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

2 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (06) ISSN: 7-59 (0-97 Print) D80 penyamakan kulit. Penjelasan mengenai tahap-tahap evaluasi dan optimasi sebagai berikut: ) Tahap Evaluasi Ide evaluasi berasal dari kondisi eksisting yang tidak sesuai dengan kondisi ideal. Kondisi eksisting yang melatarbelakangi evaluasi ini adalah tidak optimalnya pengolahan biologis pada IPAL Industri Penyamakan Kulit Magetan. ) Tahap Optimasi Pada tahap perencanaan ini menggunakan evaluasi dari unit yang telah ada. Tahapan kegiatan evaluasi dan optimasi secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Studi literatur b. Pengumpulan data c. Analisa efisiensi pengolahan biologis IPAL Industri Penyamakan Kulit Magetan d. Evaluasi premiliminary design e. Evaluasi pengolahan biologis pada IPAL Industri Penyamakan Kulit Magetan f. Evaluasi pengolahan biologis dengan perbandingan baku mutu g. Perhitungan optimasi kinerja pada aspek teknis dan aspek finansial pengolahan biologis IPAL Industri Penyamakan Kulit Magetan h. Kesimpulan dan saran III. GAMBARAN UMUM Industri Penyamakan Kulit Magetan mempunyai IPAL dengan kapasitas 600 m /hari yang terdiri atas tanah seluas.450 m. Effluen yang diolah berasal dari 78 unit penyamak kulit penghasil limbah cair yang terdiri dari proses soaking, liming, deliming, bating, spliting, pickling, tanning, retanning, dan air cucian proses. Proses pengolahan air limbah di IPAL Industri Penyamakan Kulit Kabupaten Magetan merupakan proses pengolah secara lengkap meliputi: ) Proses Secara Fisik IPAL Industri Penyamakan Kulit Magetan mempunya unitunit yang memproses secara fisik air limbah yang masuk, yaitu pada bar screen, bak ekualisasi, bak pengendap, bak filtrasi, dan bak reuse. Untuk pengolahan lumpur secara fisik di kumpulkan terlebih dahulu di bak pengumpul lumpur, dan untuk pengeringan lumpur masuk kedalam Sludge Drying Bed. ) Proses Secara Kimiawi Air limbah yang masuk di IPAL Industri Penyamakan Kulit Magetan diolah secara kimiawi pada bak netralisasi, pada bak netralisasi ditambahkan bahan kimia yaitu asam sulfat, tawas, dan flokulan. ) Proses Secara Biologis (lumpur aktif) Proses secara biologis pada IPAL Industri Penyamakan Kulit Magetan diolah secara biologis dengan sistem lumpur aktif pada bak aerasi. Ada bak aerasi dan bak pengendap II pada IPAL Industri Penyamakan Kulit Magetan. Sistem aerasi yang digunakan yaitu sistem Difuser Aerator dengan bantuan penggunaan blower. Untuk layout IPAL dapat dilihat pada Gambar. Gambar. Layout IPAL IV. PEMBAHASAN Analisa pembahasan dilakukan berdasarkan hasil survey lapangan dan kajian literatur. Unit yang ditinjau adalah bak aerasi dan bak pengendap II. Dari hasil analisa ini diharapkan dapat mengoptimasi kinerja dari pengolahan biologis pada IPAL Industri Penyamakan Kulit Magetan. A. Evaluasi Parameter Dalam evaluasi ini yang diukur adalah suhu, ph,bod 5, COD, TSS. Prinsip evaluasi kinerja adalah melakukan pemeriksaan dan menjaga konsentrasi oksigen terlarut dalam air limbah yang terdapat pada tangki aerasi, aerasi, dan aerasi, serta pengaturan jumlah lumpur yang diresirkulasi. ) Suhu Hasil pemeriksaan terhadap air limbah Industri Penyamakan Kulit Magetan diketahui rata-rata suhunya yaitu 0 o C, sehingga masih memenuhi syarat untuk mokroorganisme untuk berkembang biak dan melakukan proses pengolahan air limbah. ) ph hasil pengukuran ph pada masing-masing unit pengolahan air limbah Industri Penyamakan Kulit Magetan yaitu pada rentang ph 7,0 sampai 8,0. Hasil pengukuran ph masih masuk kedalam baku mutu yaitu 6,0-9,0. [5 c ] ) BOD 5 Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, nilai BOD 5 pada air limbah industri penyamakan kulit Magetan yang terdapat pada influen tangki aerasi yaitu 9,4 mg/l, tangki aerasi yaitu 4, mg/l, dan tangki aerasi yaitu 6,7 mg/l. Sedangkan pada effluen bak pengendap II 08,5 mg/l, effluen bak pengendap II 06, mg/l, dan effluen bak pengendap II 99, mg/l dengan efisiensi penurunan sebesar 4,6% dimana parameter BOD 5 pada masing-masing unit aerasi belum memenuhi baku mutu sebesar 50 mg/l [5 d ] serta kriteria desain efisiensi penurunan sebesar 75-90%. [9 a ] 4) COD Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, nilai COD

3 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (06) ISSN: 7-59 (0-97 Print) D8 pada air limbah industri penyamakan kulit Magetan yang terdapat pada influen tangki aerasi yaitu 79, mg/l, tangki aerasi yaitu 7,7 mg/l, dan tangki aerasi yaitu 79, mg/l. Sedangkan pada effluen bapk pengendap II 0,9 mg/l, effluen bak pengendap II 06,8 mg/l, dan effluen bak pengendap II 78, mg/l dimana parameter COD pada masing-masing unit aerasi belum memenuhi baku mutu yaitu kadar maksimum sebesar 0 mg/l. [5 e ] 5) TSS Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, nilai TSS effluen pada bak pengendap II 8 mg/l, bak pengendap II 78 mg/l, dan bak pengendap II 7 mg/l. Sedangkan nilai TSS influen pada tangki aerasi yaitu 05 mg/l, tangki aerasi yaitu 0 mg/l, dan tangki aerasi yaitu 0 mg/l. B. Evaluasi Efisiensi Removal Dari hasil analisa TSS, BOD, dan COD tersebut maka dapat diketahui nilai efisiensi removal dari lumpur aktif. Nilai persentase removal kadar pencemar ditentukan sebagai berikut : BODin BODout % BOD removal 00% BODin 9,4 08,5 00% 9,4 9,% TSSin TSSout % TSS removal 00% TSSin % 05,90% CODin CODout % COD removal 00% CODin 79, 0,9 00% 79, 0,85% Dengan cara yang sama untuk menentukan efisiensi removal BOD,COD,dan TSS pada lumpur aktif, dan lumpur aktif yaitu: % BOD removal 7,09% % TSS removal 0% % TSS removal,5% % BOD removal 5,08% % COD removal 4,% % COD removal 6,5% Dari hasil perhitungan % removal tersebut menunjukkan kondisi yang belum optimum dari unit aerasi untuk menyisihkan zat organik. Dapat dilihat dari hasil removal yang tidak termasuk dalam kriteria desain yaitu 75-90% removal. C. Evaluasi Dimensi Untuk mengetahui apakah bak aerasi bekerja secara optimal atau tidak perlu diketahui evaluasi dari dimensi bak aerasi. Berikut adalah perhitungan evaluasi pada dimensi bak aerasi. Bak Aerasi Diketahui : Θc 0 hari Q 97,4 m /hari Y 0,6 mg/mg So 9,4 mg/l c QY S0 S V X K d C 0hari 97m 0,69,4mg 87,mg 00 mg 0,06 x0hari 68,6 m Rasio P:L : L, m Htotal,m P 6,6 m Lx L x,m 68,6 m Dimensi kondisi aktualnya yaitu: Panjang 9m Kedalaman, m Lebar 0m Volume 589 m Bak Aerasi Diketahui : Θc 0 hari Q 98,7 m /hari S 86, mg/l Y 0,6 mg/mg So 4, mg/l V 5, m Htotal,m Lx L x,m 5, m Dimensi kondisi aktualnya yaitu: Panjang Lebar Bak Aerasi Diketahui : Θc 0 hari 9m 0m Q 0,68 m /hari X Y 0,6 mg/mg So 6,7 mg/l V 7,87 m Htotal,8m Lx L x,m 7,87 m Dimensi kondisi aktualnya yaitu: Panjang,m Kedalaman,8 m Lebar 8m Volume 5, m Jadi perhitungan dimensi aktual dengan perhitungan berdasarkan parameter dari hasil laboratorium sangat berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengolahan pada bak aerasi, bak aerasi, dan bak aerasi tidak maksimal apabila menggunakan dimensi pada kondisi sebenarnya. D. Evaluasi Pengolahan Biologis S 87, mg/l X 00 mg/l Kd 0,06 per hari X 594 mg/l Kd 0,06 per hari S 84,9 mg/l 60 mg/l Kd 0,06 per hari Evaluasi F/M Rasio Berdasarkan perhitungan F/M rasio sebesar 0,07 kg BOD/kg MLSS dengan kriteria desain 0,-0,6 kg BOD/kg MLSS [6 a ] untuk kriteria desain,sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan mikroorganisme untuk mendegradasi kurang maksimal karena kekurangan asupan nutrisi, hasil perhitungan sebagai berikut. L P,8 m 5,74 m Kedalaman, m Volume 589 m L P,78 m,57 m

4 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (06) ISSN: 7-59 (0-97 Print) D8 Volume bak lumpur aktif 589 m Debit air limbah 97,4 m /hari BOD5 inf rata-rata 9,4 mg/l BOD5 eff rata-rata 08,5mg/l MLSS 00 mg/l Q S 0 F/M V X 97,4m 9,4mg 589m 00 mg 0,07 kg BOD/kg MLSS (KD: 0,05-0, kg BOD/kg MLSS) SVI (Sludge Volume Index) SVI untuk lumpur aktif belum memenuhi kriteria yaitu sebesar 55,88 ml/g dengan Kriteria Desain ml/g [6 b ]. Sehingga pada lumpur aktif terjadi bulking akibat pengendapan lumpur yang tidak baik karena melebihi nilai kriteria desain yang telah ditentukan. Perhitungan SVI pada lumpur aktif sebagai berikut: SVI 000 V s MLSS mg 55,88 ml/g (00-50 ml/g) TIDAK OK! Rasio Resirkulasi Rasio resirkulasi pada lumpur aktif yaitu 0,4. dengan kriteria desain untuk tipe lumpur aktif yaitu berkisar 0,5- [7 a ]. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa rasio resirkulasi belum memenuhi kriteria desain. r Q r Q 97,m 97,4m 0,4 (KD: 0,5-) TIDAK OK! Umur Lumpur Kriteria desain dari umur lumpur yaitu selama -5 hari [7 b ]. Dari hasil perhitungan didapatkan umur lumpur 0 hari. Sehingga apabila umur lumpur > dari 5 hari menyebabkan partikel flok menjadi terlalu kecil dan fraksi kehidupan sel dalam biomassa menjadi rendah.untuk perhitungan umur lumpur sebagai berikut: V X Θc Q w X r 97,4m 00 mg 0,69m 809,9mg MLSS 0 hari (KD: -5 hari) TIDAK OK! Waktu Detensi(HRT) dan waktu proses/biodegradasi Hasil perhitungan dinyatakan bahwa waktu detensi pada lumpur aktif yaitu selama,48 hari. Dan waktu proses/biodegradasi (ΘH) selama,9 hari V 589m Θ,48 hari OK!(6-6 jam) [7 c ] Q 97,4m V 589 m ΘH,9 hari Q Q r 97,4m 97,m Volumetric Loading Hasil perhitungan yang dilakukan diketahui bahwa debit air limbah penyamakan kulit yang masuk yaitu 97,4 m /hari dan BODin yaitu 9,4 mg/l, sehingga didapatkan nilai VL yaitu 0,08 kg/m.hari. perhitungan sebagai berikut: Q S0 97,4m 9,4mg VL :000 V 589m 0,08 kg/m.hari (KD:0,6-,6) TIDAK OK! Kebutuhan Oksigen Hasil perhitungan kebutuhan oksigen teoritis proses lumpur aktif pada IPAL Industri Penyamakan Kulit Magetan yaitu pada lumpur aktif sebesar 4,7 m /hari. Apabila dibandingkan dengan kriteria desain yaitu 90-5 m /hari [8] sehingga disimpulkan bahwa kebutuhan oksigen pada lumpur aktif melebihi kriteria desain. Untuk perhitungan kebutuhan udara sebagai berikut: Px Yobs Q (S 0 S) /000 0,7 x97,4m hari9,4mg 08,5mg 000,6 kg/hari Kg O SOR Q( S 0 S ),4P x BOD 5 / BOD L 97,4m (9,4mg 08,5mg ),4,48kg 000 8, kg/hari C sw F a C C sw N T 0 (,04) 0 9,5mg 0,9 0,99,5mg 9,5mgl. 8,kg 0 (,04) 0,07 kg/hari Kebutuhan udara teoritis diasumsikan bahwa udara mengandung % O, densitas udara, kg/m SOR,07kg/ hari Qudara 7,58 m /hari,kg/ m 0,,kg/ m 0, Asumsi bahwa efisiensi difusi udara 8% Q udara 7,58m Qudara teoritis 94,7 m /hari 0,08 0,08 Direncanakan kebutuhan udara 50% kebutuhan udara teoritis, sehingga:

5 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (06) ISSN: 7-59 (0-97 Print) D8 Kebutuhan udara,5 x Qudara teoritis,5 x 94,7 m /hari 4,7m /hari TIDAK OK! (KD:90-5 m /hari) Hasil evaluasi pada lumpur aktif dan lumpur aktif menggunakan perhitungan yang sama dengan lumpur aktif, berikut tabel hasil evaluasi lumpur aktif IPAL Industri Penyamakan Kulit. Konsentrasi mikroorganisme Pada hasil analisa, nilai MLSS pada proses lumpur aktif sangat rendah, kondisi tersebut menyebabkan air limbah tidak dapat diolah secara maksimal, sehingga perlu adanya pembuktian melalui perhitungan MLSS secara matematis. QY S0 S X K d C 97,4m 0,69,4 mg 08,5mg,48hari 0,06 0hari 798, mg/l TIDAK OK (KD: ) [7 d ] Tabel. Hasil Evaluasi Parameter Pengolahan Biologis Parameter Unit Nilai Kriteria keterangan Desain MLSS 796, Tidak OK (mg/l) Tidak OK 6, Tidak OK SF (kg/m.hari ) F/M Td (jam) Kebutuhan Udara E. Optimasi Pengolahan Biologis 0,77 0,8- Tidak OK 0, 0,8- Tidak OK 0, 0,8- Tidak OK 0,07 0,05-0, OK 0,064 0,05-0, OK 0,077 0,05-0, OK,4,5-,5 TIDAK OK 6,5,5-,5 TIDAK OK,,5-,5 TIDAK OK 9, TIDAK OK,64,5-,5 TIDAK OK,9,5-,5 TIDAK OK Pada hasil analisa, nilai MLSS pada proses lumpur aktif sangat rendah, kondisi tersebut menyebabkan air limbah tidak dapat diolah secara maksimal, sehingga perlu adanya optimasi jumlah biomass. Perhitungan optimasi sebagai berikut: Kondisi Eksisting Volume bak lumpur aktif 589 m Debit air limbah 97,4 m /hari BOD5 inf rata-rata 9,4 mg/l BOD5 eff BPII 08,5 mg/l Θc 0 hari Θ,48 hari X 798, mg/l A aktual 7 m QX 97,4m,7kg/ m SF A 7m 0,77 kg/m.jam TIDAK OK!(KD:0,8-,0 kg/m.jam) [9 a ] Q 97,4m OFR A 7m 4,7m /m.hari OK! (KD:5 m /m.hari) [9 b ] V 5,9m Td Q 97,4m,4 jam TIDAK OK!(KD:,5-,5 jam) [9 c ] Dari hasil evaluasi proses pengolahan pada bak pengendap II didapatkan nilai OFR sebesar 4,7 m /m.hari memenuhi kriteria desain yaitu 5 m /m.hari [9 b ] dengan waktu detensi yang cukup baik yaitu,4 jam, sehinggap pada evaluasi eksisting proses pengolahan bak pengendap II tidak terlalu menimbulkan masalah. Optimasi menggunakan baku mutu sebagai pembanding V 589 m Q 97,4 m /hari BOD in 9,4 mg/l BOD eff 50 mg/l [5 f ] MLSS return 00 mg/l Qlumpur 97, m /hari Umur lumpur 0 hari Td,48 hari X 97,4m 0,69,4 mg 50mg,48hari 0,06 0hari 508 mg/l 6,5 kg/m Direncanakan untuk debit air limbah yang masuk kedalam bak aerasi yaitu sebesar 500 m /hari. Θ V 589m Q 500m,48 hari OK!(6-6 jam) [7 c ] X 500 m 0,6 9,4mg 50mg,7hari 0,06 0hari mg/l Hasil perbandingan baku mutu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel. Perbandingan Baku Mutu Proses Pengolahan Biologis Paramet Unit Nilai Kriteria keterangan er Desain MLSS Tidak OK (mg/l) Tidak OK

6 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (06) ISSN: 7-59 (0-97 Print) D84 SF (kg/m.h ari) Tidak OK,8 0,8- Tidak OK 0,4 0,8- Tidak OK 0, 0,8- Tidak OK F/M 0,05 0,05-0, TIDAK OK 0,0 0,05-0, TIDAK OK 0,06 0,05-0, OK Td (jam),4,5-,5 TIDAK OK 6,5,5-,5 TIDAK OK,,5-,5 TIDAK OK Hasil evaluasi proses pengolahan biologis menyatakan bahwa dari 5(lima) parameter yang digunakan dalam evaluasi tidak memenuhi kriteria desain, untuk hasil optimasi dapat dilihat pada tabel. Tabel. Optimasi Proses Pengolahan Biologis Parameter Unit Nilai Kriteria Desain keterangan MLSS (mg/l) Tidak OK Tidak OK SF (kg/m.hari),7 0,8- Tidak OK 0,6 0,8- Tidak OK F/M (kg BOD/kg 0,08 0,05-0, OK MLSS) 0, 0,05-0, OK Td (jam),5,5-,5 OK,8,5-,5 OK Kebutuhan, OK Udara (m /hari) OK F. Perhitungan Estimasi Biaya Pemeliharaan Tiap Bulan Untuk mengetahui estimasi biaya pemeliharaan tiap bulan, maka perlu adanya perhitungan biaya. Untuk itu perlu adanya perhitungan pada masing-masing lumpur aktif. Pada perhitungan evaluasi, debit lumpur yang dibuang ke bak pengendap II, nilai debit yang paling besar yaitu pada bak aerasi, sehingga bak aerasi menjadi acuan untuk menghitung perkiraan voltase pompa. Perhitungan pompa Debit lumpur yang dibuang ke BP II(Qw) 0,69 m /hari Misalkan pemompaan lumpur dari BP II ke bak aerasi 80% dari jumlah lumpur Qrecycle 80% x Qw 80% x 0,69 m /hari 8,5 m /hari 0,5 m /jam Pompa yang dibutuhkan dengan spesifikasi voltase 0,5 kw Perhitungan blower Kebutuhan udara lumpur aktif 5,06 m/jam Untuk pemilihan blower ditambah ekstra 5% untuk kebutuhan udara 5, m/jam Didapatkan spesifikasi blower dengan voltase 9,8 W (0,47 kwh), minimal speed 4500 min-,dan maksimal tekanan statis 85 Pa. Perhitungan blower Kebutuhan udara lumpur aktif 4,7 m/jam Untuk pemilihan blower ditambah ekstra 5% untuk kebutuhan udara 4,58 m/jam Didapatkan spesifikasi blower dengan voltase,0 W (0,8 kwh), minimal speed 400 min-,dan maksimal tekanan statis 85 Pa. Setelah mendapatkan voltase yang dibutuhkan, perlu adanya penyesuaian harga listrik menurut data harga satuan listrik untuk dijadikan acuan estimasi biaya pemeliharaan tiap bulan seperti pada tabel 4. Tabel 4. Estimasi Biaya Pemeliharaan Proses Pengolahan Uraian jumlah Satuan voltase (kwh) Harga Satuan (Rp) Harga (Rp)/bulan blower buah 0,47 Rp.5 Rp blower buah 0,8 Rp.5 Rp pompa buah 0,5 Rp.5 Rp upah teknisi 7 orang - Rp Rp Total Biaya/bulan Rp V. KESIMPULAN/RINGKASAN Hasil evaluasi dimensi perhitungan dengan dimensi aktual tidak sesuai,dan perbandingan antara perhitungan proses lumpur aktif dengan baku mutu tidak optimal sehingga pengolahan lumpur aktif saat ini tidak sesuai dengan kapasitas dimensi unit dan perhitungan baku mutu. Hasil optimasi pada proses lumpur aktif yaitu nilai MLSS pada bak aerasi sebesar mg/l dan bak aerasi sebesar 774 mg/l, solid flux lumpur aktif sebesar,7 kg/m.hari dan lumpur aktif sebesar 0,6 kg/m.hari, F/M rasio lumpur aktif sebesar 0,08 kg BOD/kg MLSS dan lumpur aktif sebesar 0, kg BOD/kg MLSS, waktu detensi lumpur aktif sebesar,5 jam dan lumpur aktif sebesar,8 jam, kebutuhan udara lumpur aktif sebesar,5 m /hari, dan lumpur aktif sebesar 05 m /hari. Hasil estimasi biaya pemeliharaan menghabiskan dana sebesar Rp ,- per bulan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Industri Penyamakan Kulit Magetan yang telah berkenan untuk dijadikan studi kasus pada evaluasi dan optimasi IPAL Industri Penyamakan Kulit. DAFTAR PUSTAKA [] Nurwati Pengaruh Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit terhadap Kadar Kromium dalam Tanaman Jahe (Zinggiber officanale). UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. [] Junaidi, Zainus dan Maria. 0. Pengelolaan Logam Berat Khrom (Cr) pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit dengan Proses Koagulasi Flokulasi dan Presipitasi. Universitas Diponegoro Vol No.

7 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (06) ISSN: 7-59 (0-97 Print) D85 [] Setiyono dan Yudo, S., 04. Daur Ulang Air Limbah Industri Penyamakan Kulit. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ISBN: Jakarta Pusat [4] Cahyono. 0. Bangunan Pengolahan Air Buangan Industri Penyamakan Kulit. UPN Veteran. Surabaya. [5] Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 7 Tahun 0 Tentang Baku Mutu Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya. [6] Widjaja T. 0. Pengolahan Limbah Industri (Proses Biologis). Surabaya : Teknik Kimia ITS. [7] Metcalf dan Eddy. 00. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4 rd ed. New York: McGraw-Hill. [8] Eckenfelder, W. W. dan Grau. P Activated Sludge Process Design and Control Theory and Practice. USA : Technomic Publishing CO INC. [9] Metcalf dan Eddy. 99. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, rd ed. New York: McGraw-Hill.

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya F144 Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya Hutomo Dwi Prabowo dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya D199 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya Daneswari Mahayu Wisesa dan Agus Slamet Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D176 Evaluasi dan Desain Ulang Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Tekstil di Kota Surabaya Menggunakan Biofilter Tercelup Anaerobik-Aerobik Achmad Muzakky, Nieke Karnaningroem, dan Mohammad

Lebih terperinci

AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BAB VI AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 6.1. Karakteristik Umum Suatu industri penyamakan kulit umumnya menghasilkan limbah cair yang memiliki 9 (sembilan) kelompok pencemar yaitu : 1) Patogen, 2)

Lebih terperinci

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA Afry Rakhmadany dan Mohammad Razif Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN BAB VII PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN 7.1. Sumber Limbah Di BTIK-LIK Magetan terdapat kurang lebih 43 unit usaha penyamak kulit, dan saat ini ada 37

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Oleh : Beauty S.D. Dewanti 2309 201 013 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tontowi Ismail MS Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia merupakan salah satu penyebab tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT Oleh : Agus Mirwan, Ulfia Wijaya, Ade Resty Ananda, Noor Wahidayanti Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi). KINERJA KOAGULAN UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU KETUT SUMADA Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur email : ketutaditya@yaoo.com Abstrak Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) dengan beberapa ketentuan antara lain : Waktu aerasi lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (RE091322) Semester Ganjil 2010-2011 MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL Joni Hermana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Kampus Sukolilo, Surabaya 60111 Email: hermana@its.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PUSAT PERTOKOAN DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA Ananta Praditya dan Mohammad Razif Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc. UJIAN LISAN TUGAS AKHIR STUDI EFISIENSI PAKET PENGOLAHAN GREY WATER MODEL KOMBINASI ABR-ANAEROBIC FILTER Efficiency Study of ABR-Anaerobic Filter Combine Model As Grey Water Treatment Package DISUSUN OLEH

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN ALTERNATIF MEDIA BIOFILTER (STUDI KASUS: KEJAWAN GEBANG KELURAHAN KEPUTIH SURABAYA)

PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN ALTERNATIF MEDIA BIOFILTER (STUDI KASUS: KEJAWAN GEBANG KELURAHAN KEPUTIH SURABAYA) PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN ALTERNATIF MEDIA BIOFILTER (STUDI KASUS: KEJAWAN GEBANG KELURAHAN KEPUTIH SURABAYA) Arga Santoso 1), Nieke Karnaningroem 2) dan Didik Bambang Supriyadi

Lebih terperinci

Menentukan Dimensi Setiap Peralatan yang Diperlukan Sesuai Proses yang Terpilih Menentukan Luas Lahan yang Diperlukan Menentukan Biaya Bangunan

Menentukan Dimensi Setiap Peralatan yang Diperlukan Sesuai Proses yang Terpilih Menentukan Luas Lahan yang Diperlukan Menentukan Biaya Bangunan perancangan FASILITAS FLOW SHEET PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI Menentukan Dimensi Setiap Peralatan yang Diperlukan Sesuai Proses yang Terpilih Menentukan Luas Lahan yang Diperlukan Menentukan Biaya

Lebih terperinci

BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEPUNG IKAN

BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEPUNG IKAN TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEPUNG IKAN ]]]] O l e h : NOVE ADI WIRATA 0952010002 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya D25 Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya Zella Nissa Andriani dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air limbah yang berasal dari daerah permukiman perkotaan merupakan bahan pencemar bagi mahluk hidup sehingga dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Untuk menjamin

Lebih terperinci

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya A321 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya Dini Novitrianingsih dan Harmin Sulistiyaning Titah Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 4 ISSN : 1411-4216 UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK Henny Ambar, Sumarno, Danny Sutrisnanto Jurusan Magister

Lebih terperinci

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010

Lebih terperinci

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

[Type text] BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah cair merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan tata kota. Mengingat limbah mengandung banyak zatzat pencemar yang merugikan bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal Januari 1994 Desember 1995 yang kemudian dioperasikan pada tahun 1996. IPAL Sewon dibangun di lahan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-22 Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindusindica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Menurunkan Kadar COD dan BOD dengan

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 7, Nomor 1, Januari 2015 Hal. 29-40 Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus

Lebih terperinci

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah air limbah industri tepung agar-agar. Bahan kimia yang

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) Marry Fusfita (2309105001), Umi Rofiqah (2309105012) Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng

Lebih terperinci

DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH POLIKLINIK UNIPA SURABAYA

DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH POLIKLINIK UNIPA SURABAYA DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH POLIKLINIK UNIPA SURABAYA Rhenny Ratnawati*) Muhammad Al Kholif*) dan Sugito*) Abstrak Poliklinik menghasilkan air limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi kegiatan industri sangat potensial untuk menimbulkan dampak

Lebih terperinci

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI UREA

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI UREA TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI UREA Disusun Oleh : FASICH HANA POETRANTO 0852010008 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK TUGAS AKHIR Oleh: I Gusti Ngurah Indra Cahya Hardiana 0704105029 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN ABSTRACT Dian Yanuarita P 1, Shofiyya Julaika 2, Abdul Malik 3, Jose Londa Goa 4 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF DISUSUN OLEH RIZKIKA WIDIANTI 1413100100 DOSEN PENGAMPU Dr. Djoko Hartanto, M.Si JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

SNI METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF

SNI METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF SNI 19-6447-2000 METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF DAFTAR ISI Daftar isi 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Pengertian 4. Hal-Hal Yang Diuji Pada Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif 5. Ketentuan Umum

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB Winardi Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: win@pplh-untan.or.id ABSTRAK Reaktor batch

Lebih terperinci

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR) UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN BIOFILTER BERMEDIA BOTOL BEKAS MINUMAN PROBIOTIK STUDI KASUS AIR KALI SURABAYA (SETREN KALI JAGIR) IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT O l e h : TRIANA SETYA ANGGRAENI 0952010010 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi Pendahuluan Dengan keluarnya PERMEN LHK No. P. 68 tahun 2016, tentang Baku Air Limbah Domestik maka air limbah domestik atau sewer harus

Lebih terperinci

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016: Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016: 45-50 48 MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 1, Februari 2016 Studi Perencanaan Sistem Pengolahan Limbah RSUD

Lebih terperinci

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Limbah cair dari sebuah perusahaan security printing 1 yang menjadi obyek penelitian ini selanjutnya disebut sebagai Perusahaan Security Printing X - memiliki karakteristik

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Kadar N dan P Limbah Cair Tahu Anis Artiyani PENURUNAN KADAR N-TOTAL DAN P-TOTAL PADA LIMBAH CAIR TAHU DENGAN METODE FITOREMEDIASI ALIRAN BATCH DAN KONTINYU MENGGUNAKAN TANAMAN HYDRILLA VERTICILLATA Anis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya D13 Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya Gaby Dian dan Welly Herumurti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER Afry Rakhmadany 1, *) dan Nieke Karnaningroem 2) 1)Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH)

BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) Oleh : ARUM KINTA SARI (0952010017) PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-35 Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik Laily Zoraya Zahra, dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 25 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bagian ini menjelaskan menjelaskan tentang diagram alir penelitian serta prosedur pengambilan data, teknik pengumpulan data, dan perhitungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) PRESENTASI THESIS : INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Oleh: DYAH SETYORINI 3307 201 002 JURUSAN

Lebih terperinci

BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL

BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL ]]]] O l e h : NUNIK PRABARINI 0952010025 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE Deddy Kurniawan W, Fahmi Arifan, Tri Yuni Kusharharyati Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT. Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT. Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fak.Peternakan Universitas Hasanuddin TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK

PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK 31 PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK THE EFFECT OF MEDIA RATIO, RECIRCULATION AND SLUDGE AGE AT AEROBIC HYBRID REACTOR IN ORGANIC

Lebih terperinci

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat 1 2 Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa

Lebih terperinci

STUDI KINERJA BOEZEM MOROKREMBANGAN PADA PENURUNAN KANDUNGAN NITROGEN ORGANIK DAN PHOSPAT TOTAL PADA MUSIM KEMARAU.

STUDI KINERJA BOEZEM MOROKREMBANGAN PADA PENURUNAN KANDUNGAN NITROGEN ORGANIK DAN PHOSPAT TOTAL PADA MUSIM KEMARAU. STUDI KINERJA BOEZEM MOROKREMBANGAN PADA PENURUNAN KANDUNGAN NITROGEN ORGANIK DAN PHOSPAT TOTAL PADA MUSIM KEMARAU. OLEH : Angga Christian Hananta 3306.100.047 DOSEN PEMBIMBING : Prof. Ir. Joni Hermana,

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SECARA TERPUSAT DI KAWASAN INDUSTRI REMBANG PASURUAN (PIER)

STUDI EVALUASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SECARA TERPUSAT DI KAWASAN INDUSTRI REMBANG PASURUAN (PIER) STUDI EVALUASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SECARA TERPUSAT DI KAWASAN INDUSTRI REMBANG PASURUAN (PIER) Ruslin Anwar, Yatnanta P. Devia dan Anton Abdur Rahman Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER. Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER. Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *) PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *) Abstrak : Industri tempe Bapak Karipan di Desa Sedenganmijen Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-167 Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen Kekeruhan (NTU) BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Kualitas Air 1. Nilai Kekeruhan Air Setelah dilakukan pengujian nilai kekeruhan air yang dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI Edwin Patriasani dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS BAGI INDUSTRI KECIL ROKOK KRETEK

PENERAPAN IPTEKS BAGI INDUSTRI KECIL ROKOK KRETEK Penerapan Ipteks Bagi Industri Kecil Rokok Kretek PENERAPAN IPTEKS BAGI INDUSTRI KECIL ROKOK KRETEK Abstrak Sri Mulyati, Mulyono, Riles MW Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Soedarto,

Lebih terperinci

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015)

Tersedia online di:  Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015) PENGARUH WAKTU DAN PH TERHADAP PENYISIHAN COD, TSS DAN LOGAM BERAT KHROMIUM PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENYAMAKAN KULIT DENGAN PROSES OKSIDASI BIOKIMIA 1 Priska Dwi Puspita *), Zainus Salimin **), Titik

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH 3307100042 Latar Belakang Rumusan Masalah dan Tujuan Rumusan Masalah Tujuan Berapa besar dosis optimum koagulan

Lebih terperinci

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Hamimal Mustafa R 1), Nurina Fitriani 2) dan Nieke Karnaningroem 3) 1) Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai sampah), yang kehadirannya

Lebih terperinci

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter EFEKTIVITAS PENURUNAN BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK PADA LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN TUMBUHAN KAYU APU ( (Pistia statiotes L.) SEBAGAI BIOFILTER Decreasing Effectiveness of Organic and Inorganic

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada penelitian ini secara garis besar terbagi atas 6 bagian, yaitu : 1. Analisa karakteristik air limbah yang diolah. 2.

Lebih terperinci

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI ELECTROPLATING

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI ELECTROPLATING TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI ELECTROPLATING Oleh : DODDY OCTNIAWAN NPM : 0752010015 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. SRT optimum digester aerobik aliran kontinyu adalah 50 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI.   ABSTRAK PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI Anwar Fuadi 1*, Munawar 1, Mulyani 2 1,2 Jurusan Teknik kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Email: arfirosa@yahoo.co.id ABSTRAK Air adalah elemen

Lebih terperinci