DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM"

Transkripsi

1 DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1

2 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, penyusunan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi Kementerian Pekerjaan Umum Tahun dapat diselesaikan. Pada tahun 2011, pemerintah telah menetapkan bahwa seluruh Kementerian/ Lembaga telah memiliki komitmen melaksanakan proses reformasi birokrasi. Sejalan dengan itu, Kementerian PU berupaya untuk memenuhi target tersebut dengan melakukan penyusunan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi Kementerian PU yang akan dilengkapi dengan dokumen Road Map Reformasi Birokrasi dan lampirannya. Dokumen ini merupakan salah satu berkas usulan rencana pelaksanaan reformasi birokrasi yang akan ditetapkan oleh Menteri PU dan disampaikan kepada Tim Reformasi Birokrasi Nasional. Dokumen usulan reformasi birokrasi Kementerian PU ini berisi Informasi Dasar, yaitu informasi nama instansi, nama Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian PU yang dilengkapi dengan nama pejabat, jabatan, nomor telephon dan alamat . Selain Informasi Dasar, dokumen usulan juga memuat Rencana Umum Pelaksanaan Program dan Kegiatan yang memberikan informasi tentang: latar belakang, tujuan, sasaran, agenda prioritas, tenaga pelaksana dan anggaran. Proses penyusunan dokumen usulan mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan reformasi birokrasi yang diperkaya berdasarkan masukan dan konstribusi banyak pihak, yaitu Tim Reformasi Birokrasi Kementerian PU dan Satminkal serta semua pihak yang terlibat. Untuk itu, kami sampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dan kontribusinya. Semoga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi penyelenggaaraan infrastruktur PU di masa mendatang. Akhir kata, semoga dokumen usulan reformasi birokrasi Kementerian PI ini dapat mendorong keberhasilan Kementerian PU mencapai peningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja, serta terwujudnya birokrasi yang bersih dan bebas KKN dalam penyelenggaraan infrastruktur pekerejaan umum. Jakarta, Agustus 2011 Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Pekerjaan Umum 2

3 DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAFTAR ISI Pengantar... 1 Daftar Isi... 2 Daftar Tabel... 3 Daftar Gambar... 4 INFORMASI DASAR Nama Lembaga Alamat Organisasi Tim Pengarah Tim Pelaksana... 6 DOKUMEN USULAN 2.1. Latar belakang... 8 A. Komitmen dan Peran Kementerian PU B. Tantangan Penyelenggaraan infrastruktur PU dan Permukiman C. Kondisi Kinerja Kementerian PU Tujuan Reformasi Birokrasi Kementerian PU Sasaran Yang Ingin Dicapai Melalui RB Prioritas dan Agenda/Waktu Tenaga Pelaksana Anggaran

4 Daftar Tabel Tabel 2.1 Area Perubahan dan Hasil yang Diharapkan Tabel 2.2 Indeks Keberhasilan Reformasi Birokrasi Tabel 2.3 Pencapaian Indeks Keberhasilan PU Tabel 2.4 Evaluasi Kinerja Kementerian PU Tabel 2.5 Rekapitulasi Tingkat Pendidikan Per Golongan Tabel 2.6 Perkembangan Jumlah PNS Kementerian PU per tahun ( ) Tabel 2.7 Jumlah Keikutsertaan Pegawai dalam Pendidikan Formal Tabel 2.8 Status Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Tabel 2.9 Target Indeks Keberhasilan RB PU Tabel 2.10 Target Nilai IPK Tabel 2.11 Tujuan dan Kondisi Tahun 2014 Berdasarkan Pedoman RB Tabel 2.12 Kondisi Outcome Per Tahun Tabel 2.13 Sasaran Output Per Tahun Tabel 2.14 Rencana Waktu Pelaksanaan Tabel 2.15 Penanggung Jawab dan Penyusun Kebijakan dan Pelaksanaan Program

5 Daftar Gambar Gambar 2.1 Pola Pikir Pencapaian Visi Reformasi Birokrasi... 9 Gambar 2.2 Pola Pikir Penyusunan Road Map RBPU Gambar 2.3 Strategic Goals Pembangunan Infrastruktur PU Gambar 2.4 Penanganan Irigasi Gambar 2.5 Perkembangan Tingkat Kemantapan/Kondisi Jalan Gambar 2.6 Pencapaian Air Bersih dan Sanitasi Gambar 2.7 Kerangka Penilaian Kinerja Organisasi Gambar 2.8 Profil Kinerja Kementerian Gambar 2.9 Struktur Organisasi Kementerian Pekerjaan Umum Gambar 2.10 Pola Pikir Pecapaian Tujuan, Kondisi dan Sasaran RB PU Gambar 2.11 Bagan Alir Penyusunan Rencana Aksi Gambar 2.12 Struktur Reformasi Birokrasi Kementerian PU Gambar 2.13 Struktur Agenda Prioritas Gambar 2.14 Struktur Agenda Prioritas Gambar 2.15 Agenda prioritas Gambar 2.16 Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi Gambar 2.17 Struktur Tim Pengelola RB kementerian PU

6 BAB I BAGIAN SATU 1. Nama lembaga /instansi/pemda 2. Alamat Lengkap Organisasi INFORMASI DASAR DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM INFORMASI DASAR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp. (021) Fax. (021) Tim Pengarah Ketua : Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE Telepon : (021) HP : dkirmanto@pu.go.id Wakil Ketua : DR. Ir. Achmad Hermanto Dardak, MSc. Telepon : (021) / HP : hermanto@pu.go.id Sekretaris : Ir. Agoes Widjanarko, MIP Telepon : (021) HP : widjanarko@pu.go.id Anggota : DR. M. Basoeki Hadimoeljono, M.Sc Telepon : (021) HP : basuki@pu.go.id Anggota : Ir. Mohamad Hasan, Dipl. HE Telepon : (021) / HP : hasan@pu.go.id Anggota : Ir. R. Bambang Goeritno S, M.Sc, MPA Telepon : (021) / HP : bgoer@pu.go.id Anggota : Ir. Imam S Ernawi, MCM, M.Sc Telepon : (021) HP : imamernawi@pu.go.id Anggota : DR. Ir. Mochammad Amron, M.Sc Telepon : (021) /

7 HP : m_amron@pu.go.id Anggota : Ir. Djoko Murjanto, M.Sc Telepon : (021) / / HP : djoko_m@pu.go.id Anggota : Ir. Budi Yuwono P, Dipl.SE Telepon : (021) / HP : budiywno@pu.go.id 4. Tim Pelaksana Ketua : Ir. Agoes Widjanarko, MIP Telepon : (021) HP : widjanarko@pu.go.id Wakil Ketua : Ir. Purnarachman Hadipoerwono, CES Telepon : (021) HP : purna@pu.go.id Sekretaris : Ir. Hediyanto W Husaini, MSCE, M.Si Telepon : (021) HP : husaini@pu.go.id Wakil Sekretaris : Ir. Toto Hendroto Baswan M.Si Telepon : HP : hendrato@yahoo.com Anggota : Ir. Lukman Arifin, M.Si Telepon : (021) HP : lukman@pu.go.id Anggota : Ir. Taufik Widjoyono, M.Sc Telepon : (021) HP : taufik@pu.go.id Anggota : DR. Yadi Siswadi Telepon : (021) HP : siswadi@pu.go.id Anggota : Ir. Rani Woro Wirasmi Telepon : (021) HP : raniworo@pu.go.id 7

8 Anggota : Ir. Tri Djoko Walujo, M.Eng. Sc Telepon : (021) HP : tridjoko@pu.go.id Anggota : Drs. Pardino, MM Telepon : (021) HP : pardino@pu.go.id Anggota : DR. Ir. Ruchyat Deni Djakarpermana, M.Eng Telepon : (021) HP : ruchiyat@pu.go.id Anggota : Ir. Sugiyanto, M.Eng Telepon : (021) HP : sugiyanto@pu.go.id Anggota : Ir. Chairul Thaher, M.Sc Telepon : (021) / HP : chairul@pu.go.id Anggota : Ir. Susmono Telepon : (021) HP : soesmono@pu.go.id Anggota : Ir. Yusid Toyib, M.Eng.Sc Telepon : (021) / HP : yusid@pu.go.id Anggota : Ir. Tamin M. Zakaria Amin, MSc, MBA Telepon : (021) HP : tamin.m@bppspam.com 8

9 BAB II RENCANA UMUM REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LATAR BELAKANG Dalam rangka tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah diwajibkan melaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) secara menyeluruh yang dilaksanakan bertahap 5 (lima) tahunan sampai tahun Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan sebagai landasan legal dan operasional untuk mempercepat pelaksanaan RB periode Peraturanperundang-undangan tersebut adalah: 1) Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) yang berisi rancangan induk kebijakan reformasi birokrasi secara nasional untuk kurun waktu ; 2) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) berisi rancangan rinci program reformasi birokrasi berdasarkan dalam kurun waktu lima tahun ; dan 3) Sembilan (9) Peraturan Menteri PAN dan RB sebagai pedoman operasional penyusunan dan penerapan program RB di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Peraturan Presiden Nomor 81/2010 menegaskan bahwa pada tahun 2011 seluruh Kementerian dan Lembaga telah mewujudkan komitmen melaksanakan proses Reformasi Birokrasi secara bertahap untuk mewujudkan Visi RB Visi RB adalah Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis. Visi RB tersebut adalah keputusan strategis untuk memaksimalkan peran aparatur birokrasi guna mewujudkan visi pembangunan nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, yaitu: Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Pola pikir pencapaian visi reformasi birokrasi secara operasional diuraikan pada Gambar 1, yaitu dimulai dari penyempurnaan kebijakan nasional bidang aparatur yang mendorong terciptanya kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas fungsi Kementerian. Kebijakan dilaksanakan melalui penataan dan penguatan peraturan perundang-undangan, organisasi, tata laksana dan SDM serta didukung sistem pengawasan dan akuntabilitas yang mampu mewujudkan pemerintahan yang berintegritas. Melalui manajemen perubahan, implementasi hal-hal tersebut di Kementerian Pekerjaan Umum (PU) akan mengubah mind set dan cultural set birokrat PU ke arah budaya yang lebih profesional, produktif, dan akuntabel untuk memenuhi ke 3 sasaran RB. Proses, dan sasaran RB berorientasi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat menuju kondisi profil birokrasi yang diharapkan pada tahun

10 Penyempurnaan Kebijakan Nasional di Bidang Aparatur Peraturan Perundang- Organisasi Tata Laksana SDM Pengawasan dan Akuntabilitas Perubahan Mindset dan Culture Set 1. Birokrasi yang bersih dan bebas KKN 2. Peningkata n kualitas pelayanan 3. Peningkata n kapasitas dan akuntabilita s kinerja birokrasi Kepercayaan masyarakat PROFIL BIROKRASI 2025 Quick wins Monitoring dan Evaluasi Manajemen Perubahan Manajemen Pengetahuan RB (Knowledge Management) Penegakan hukum (Law Enforcement) Gambar 2.1. Pola Pikir Pencapaian Visi Reformasi Birokrasi Operasionalisasi Visi dilakukan melalui 4 (empat) Misi sebagai berikut: a. Membentuk/menyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik; b. Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tatalaksana, manajemen sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, perubahan mind set dan cultural set; c. Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif; d. Mengelola sengketa administrasi secara efektif dan efisien. Adapun Tujuan Reformasi Birokrasi adalah menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Untuk menuju birokrasi pemerintah yang profesional harus dilakukan perubahan-perubahan mendasar pada 8 (delapan) area yang menjadi tujuan Reformasi Birokrasi, seperti diuraikan pada tabel 1 di bawah ini. 10

11 Tabel 2.1 Area Perubahan dan Hasil yang Diharapkan Area Organisasi Tata laksana PeraturanPerundangundangan Sumber daya manusia aparatur Pengawasan Akuntabilitas Hasil yang diharapkan Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif SDM apatur yang berintegritas, netral, kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi Pelayanan publik Pola pikir (mind set) dan Budaya Kerja (culture set) Aparatur Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi Tercapainya perubahan 8 (delapan) area pada Tabel 2.1, akan dapat mewujudkan sasaran reformasi birokrasi, dimana fokus sasaran pada 5 (lima) tahun pertama ( ) adalah: a. Penguatan birokrasi pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; b. Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; c. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Pencapaian sasaran tersebut akan diukur secara nasional menggunakan sasaran dan indikator keberhasilan Reformasi Birokrasi seperti tertera pada Tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Indeks Keberhasilan Reformasi Birokrasi Sasaran Indikator Base line (2009) Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi *) Skala 0 10 **) Skala 2.5 s/d 2.5 Sumber: Diolah dari RPJMN Target (2014) IPK*) OPINI BPK Pusat 42,17% 100% (WTP) Daerah 2,73% 60% Integritas Pusat 6,64 8,0 Pelayanan Daerah 6,46 8,0 Publik Peringkat Kemudahan Berusaha Indeks Efektivitas Pemerintahan**) -0,29 0,5 Instansi pemerintah yang akuntabel 24% 80%

12 Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) diwujudkan pada tahap pertama melalui Road Map RB Nasional yang memuat langkah-langkah/tahapan pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi pada tingkat makro, tingkat meso, dan tingkat mikro (Kementerian). Program RB yang dilaksanakan Kementerian Pekerjaan Umum pada tingkat mikro meliputi: (i) Program manajemen perubahan, (ii) Progam penataan peraturan perundangundangan, (iii) Program penataan dan penguatan organisasi, (iv) Program penataan tatalaksana, (v) Program penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, (vi) Program penguatan pengawasan, (vii) Program penguatan akuntabilitas kinerja, (viii) Program peningkatan kualitas pelayanan publik, dan (ix) Program monitoring, evaluasi dan pelaporan. Selanjutnya mengacu ketentuan-ketentuan pokok yang telah diuraikan di atas, dan juga berlandaskan pada berbagai pedoman mengenai Reformasi Birokrasi, Kementerian PU menyusun dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian PU Tahun Penyusunan Road Map RB PU diturunkan dari berbagai dokumen Perencanaan yaitu Rencana Pembangunan jangka panjang (RPJP), Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PU serta dokumen RB yaitu Grand Desain dan Road Map RB Nasional. Road Map RB PU selanjutnya disusun berbasis 9 (sembilan) program RB untuk memenuhi sasaran RB yang telah ditargetkan sampai Pola pikir penyusunan Road Map PU dapat dilihat pada Gambar 2. RPJPN UU No.17/2007 RPJMN PP. No.5/2010 Grand Design RB Perpres No.81/2010 RoadMap RB Permen PAN No.20/2010 RENSTRA PU Permen PU No.02/PRT/M/2010 IKU PU Permen PU No.03/PRT/M/2010 Sasaran dan Indikator Keberhasilan RB Program & 27 Kegiatan RB Evaluasi Kinerja Organisasi 2010 Reformasi Birokrasi PU Capaian 9 Program RB 9 Program: 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan Perundang-undangan 3. Penguatan dan Penataan Organisasi 4. Penataan Sistem Manajemen Aparatur 5. Penataan Tata Laksana 6. Penataan Sistem Manajemen Aparatur 7. Penguatan Pengawasan 8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 9. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sasaran RB - Birokrasi yang bersih dan Bebas KKN - Peningkatan Kualitas Pelayanan - Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi Quick Wins Gambar 2.2 Pola Pikir Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi PU 12

13 A. Komitmen dan Peran Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Pekerjaan Umum telah mempersiapkan program Reformasi Birokrasi sejak tahun Berbagai langkah strategis untuk penguatan organisasi dan birokrasi telah dilaksanakan terutama adalah reorganisasi Kementerian PU sebagai salah satu kunci dalam Reformasi Birokrasi. Reorganisasi dilaksanakan berdasarkan amanat 8 (delapan) Undang-Undang Bidang PU dan Penataan ruang, yaitu Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA), Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengeloaan Sampah, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Reorganisasi Kementerian PU telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian PU. Peran dan Fungsi Kementerian PU adalah mewujudkan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman (PU-KIM) berbasiskan penataan ruang yang sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang-undang Sektor mencakup: a. Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) yang berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian air untuk keperluan domestik (rumah tangga), perkotaan, industri, dan pertanian guna mendukung ketahanan pangan yang merupakan bagian dari pelaksanaan konservasi SDA, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air. b. Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang berperan untuk mendukung distribusi lalulintas barang dan manusia maupun sebagai pembentuk struktur ruang wilayah. c. Infrastruktur Permukiman yang beperan dalam menyediakan pelayanan air minum dan sanitasi lingkungan, infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaaan, revitalisasi kawasan serta pengembangan kawasan agropolitan/minapolitan. Bagi Indonesia, infrastruktur merupakan salah satu motor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan daya saing di dunia internasional, disamping sektor lain seperti minyak dan gas bumi, jasa keuangan dan manufaktur. Melalui kebijakan dan komitmen pembangunan infrastruktur yang tepat, maka hal tersebut diyakini dapat membantu mengurangi masalah kemiskinan, mengatasi persoalan kesenjangan antarkawasan maupun antar-wilayah, memperkuat ketahanan pangan, dan mengurangi tekanan urbanisasi yang secara keseluruhan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan infrastruktur juga mempunyai peran vital dalam mewujudkan pemenuhan Hak Dasar Rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Dengan demikian, dapat dikatakan infrastruktur adalah modal esensial masyarakat yang memegang peranan penting dalam mendukung ekonomi, sosial-budaya, dan kesatuan dan persatuan yang mengikat dan menghubungkan antar daerah yang ada di Indonesia. 13

14 Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan, karena semenjak tahap konstruksi telah dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekaligus menggerakkan sektor riil. Infrastruktur, yang sering disebut pula prasarana dan sarana fisik, juga memiliki keterkaitan yang sangat kuat terhadap proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau region. Sebaliknya, keberadaan infrastruktur yang kurang berfungsi dengan baik mengakibatkan problem sosial dan lingkungan. Dalam konteks ekonomi, infrastruktur merupakan modal sosial masyarakat (social overhead capital) yaitu barang-barang modal esensial sebagai tempat bergantung bagi perkembangan ekonomi dan merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat dapat berlangsung dengan lebih baik. Dengan kata lain, infrastruktur merupakan katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumsi akhir. Keberadaan infrastruktur memberikan gambaran tentang kemampuan berproduksi masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Secara tidak langsung, pembangunan infrastruktur PU akan mendukung produktivitas sektor ekonomi lainnya sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kondisi sosial-budaya kehidupan masyarakat melalui efek berganda. Sedangkan secara langsung terkait sektor konstruksi, infrastruktur PU juga akan menciptakan kesempatan kerja dan usaha. Untuk itulah maka pemerintah telah berkomitmen untuk mengutamakan pembangunan infrastruktur mengingat peran dan konstribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi sangat besar. Keberadaan infrastruktur, telah terbukti berperan sebagai instrumen bagi pengurangan kemiskinan, pembuka daerah terisolasi, dan mempersempit kesenjangan antarwilayah. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur pekerjaan umum pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga) strategic goals, yaitu: a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi; b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan c) meningkatkan kualitas lingkungan. Gambar 2.3. Strategic Goals Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Peningkatan Kualitas Lingkungan 1. Aksesibilitas penumpang/ barang 2. Ketahanan pangan 3. Investasi dan eksport 4. Penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesempatan kerja 5. Kesenjangan wilayah dan dukungan pada kawasan perbatasan, terisolir dan terpencil 6. Pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat 7. Green construction 8. Pembangunan berbasis penataan ruang 9. Adaptasi perubahan iklim 1. Pro-Growth 2. Pro-Job 3. Pro-Poor 4. Pro-Green Kemakmuran, Kesejahteraan, & Keberlanjutan Oleh karenanya, pembangunan infrastruktur bukan hanya harus benar-benar dirancang dan diimplementasikan secara sistematis, tetapi juga harus berkualitas supaya mampu menciptakan dan membuka peluang untuk mendapatkan keuntungan ekonomi (economic 14

15 gains), menghadirkan keuntungan sosial (social benefits), meningkatkan layanan publik (public services), serta meningkatan partisipasi politik (political participation) di segenap lapisan masyarakat. Secara singkat, infrastruktur PU-Kim diselenggarakan dalam rangka mencapai visi jangka panjang Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk mendukung Indonesia Sejahtera Makna infrastruktur yang andal merupakan perwujudan dari tingkat ketersediaan dan pelayanan bidang PU dan Permukiman yang penjabarannya meliputi : a. Kondisi dan fungsi sarana dan prasarana sumber daya air yang dapat memberikan pelayanan untuk mendukung terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan; b. Pelayanan jalan yang memenuhi standar pelayanan minimum yang mencakup aspek aksesibilitas, mobilitas, kondisi jalan, keselamatan dan kecepatan tempuh rata-rata; c. Pelayanan air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yaitu penyediaan air minum yang memenuhi baku mutu dan kesehatan manusia dan dalam jumlah yang memadai serta jaminan pengaliran 24 jam per-hari; d. Pelayanan prasarana dan sarana sanitasi yang terpadu dan menggunakan metode yang ramah lingkungan serta sesuai standar teknis; e. Bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan; f. Penyusunan program dan pelaksanaan pembanguan semua infrastruktur PU dan permukiman yang andal tersebut berbasis penataan ruang; g. Jasa konstruksi nasional yang berdaya saing dan mampu menyelenggarakan konstruksi yang lebih efektif dan efisien. Dalam rangka penguatan pelayanan publik dan memenuhi tuntutan pengembangan kompetensi serta berorientasi pada manajemen kinerja, Kementerian PU juga telah melaksanakan redefinisi visi, misi, tujuan, sasaran, dan outcome/iku serta output yang ditetapkan dalam Permen PU No. 22 Tahun 2010 tentang IKU dan Permen PU No. 23 Tahun 2010 tentang Revisi Renstra Kementerian PU Sebagai komitmen dan selaras dengan program Reformasi Birokrasi, dalam revisi Renstra Kementerian PU , telah ditetapkan tujuan dan sasaran yang mendukung reformasi birokrasi untuk mencapai visi dan misi. Selanjutnya dalam revisi Renstra juga telah ditetapkan strategi penataan aparatur. Strategi tersebut merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan/organisasi, ketatalaksanaan (business process), regulasi, serta SDM aparatur negara, dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Strategi penataan aparatur meliputi pengembangan institusi,pembenahan regulasi, dan pengembangan SDM seperti diuraikan dibawah ini. 15

16 a. Pengembangan Institusi Pengembangan institusi adalah salah satu kunci dalam reformasi birokrasi melalui proses transisi yang dapat dilaksanakan melalui reorganisasi yang berbasis kompetensi dan berorientasi pada kinerja. Strategi tersebut meliputi pembenahan organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) dengan menstrukturkan organisasi dan mensinkronkan tugas dan fungsi dan merampingkan birokrasi agar efektif dan efisien. Strategi meliputi juga delivery system (mencakup tata laksana dan pola organisasi) yang tepat berupa sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntabilitas dan good governance. b. Pembenahan Regulasi Dari sisi regulasi, Kementerian PU telah memiliki berbagai dasar hukum pembangunan dan pengelolaan sektor yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, Selanjutnya akan dilakukan identifikasi peraturan-peraturan yang masih perlu dijabarkan lagi turunannya, serta akan dilakukan langkah-langkah deregulasi untuk berbagai peraturan yang merupakan produk yang sudah lama yang dinilai dapat menghambat pelaksanaan tugas dan menciptakan ketidakpastian hukum di masyarakat untuk kemudian dilakukan reformasi jika dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini. c. Pengembangan SDM Strategi tersebut juga meliputi pengembangan kualitas dan produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian PU dan aparatur di daerah. Pengembangan SDM di bidang PU dan Penataan Ruang dilaksanakan untuk memperoleh SDM yang berintegritas, produktif, kompeten, profesional, disiplin, berkinerja tinggi, dan sejahtera agar tugas dan fungsi yang diemban oleh Kementerian PU dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya. Pengembangan SDM juga diperlukan untuk memenuhi tuntutan perubahan peran Kementerian PU yang diharapkan lebih meningkat sebagai provider-operator dari dominan sebagai regulator-fasilitator yang berorientasi pada peningkatan TURBINWAS ke daerah dalam rangka pelaksanakan tugas pembantuan, dekonsentrasi, serta pelaksanaan Dana Alokasi Khusus. Pengembangan SDM di bidang PU dan Penataan Ruang dilaksanakan melalui pembinaan jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan jalur jabatan struktural dan jabatan fungsional. Mendukung upaya ini, penyetaraan penghargaan antara pejabat struktural dan fungsional perlu dilaksanakan, dengan membenahi hubungan kerja yang seimbang dan baik antara pejabat fungsional dengan struktural, serta penempatan yang menyatu antara pejabat fungsional dan struktural sesuai tingkatannya. Pengembangan orientasi pada jabatan fungsional akan terus didorong melalui penyusunan job description, pola rekrutmen, career planning, remunerasi, pendidikan dan pelatihan (diklat) berbasis kompetensi, serta reward dan punishment. Kebijakan pengembangan SDM ini, salah satunya ditempuh melalui pengembangan dan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan (diklat) yang selaras dan terintegrasi dengan pola career planning. Setiap kenaikan posisi jabatan harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi baik substansi manajerial, teknis, maupun 16

17 fungsionalnya. Oleh karenanya, pelaksanaan diklat harus didasarkan pada kebutuhan peningkatan kompetensi individu maupun kinerja unit organisasi yang mengutusnya. Dalam upaya untuk mempercepat peningkatan kompetensi SDM juga perlu dilakukan Training of Trainers substansi bidang PU dan Penataan Ruang bagi instruktur yang ada pada unit-unit kerja diklat di tingkat provinsi sehingga mereka dapat memberikan diklat untuk PNS di provinsinya sendiri maupun di Kabupaten/Kota. Pelaksanaan diklat di masa depan juga memerlukan pembenahan, penguatan, dan sinergi institusi dengan unitunit kerja lainnya, seperti kepegawaian dan kelembagaan di internal Kementerian PU termasuk dengan institusi daerah. Selanjutnya dalam upaya mendukung peningkatan ketersediaan dan pelayanan infrastruktur PU dan permukiman yang semakin mencukupi dan berkualitas di daerah, Kementerian PU telah menerbitkan Kepmen PU Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. SPM tersebut diterbitkan sebagai acuan pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam memenuhi pelayanan bidang PU dan penataan ruang minimal yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah. B. Tantangan Penyelenggaraan Infrastuktur PU dan Permukiman Di dalam RPJMN telah ditetapkan 11 (sebelas) prioritas nasional dimana 7 (tujuh) prioritas nasional terkait dengan bidang PU dan penataan ruang, meliputi reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintah, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan, infrastruktur, iklim investasi, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik. Didalam memenuhi amanat RPJMN, prioritas dan fokus pembangunan infrastruktur PU-Kim ke depan dalam Renstra Kementerian PU adalah mendukung peningkatan daya saing perekonomian dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkualitas. Penyelenggaraan infrastruktur PU-Kim berperan sebagai stimulan dalam mendukung perkembangan ekonomi wilayah dan kelancaran kegiatan sektor pembangunan lainnya, antara lain sektor pertanian, industri, kelautan dan perikanan. Proritas pembangunan didalam Renstra adalah meningkatkan keandalan sistem konektivitas jaringan jalan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan pengembangan wilayah. Prioritas juga difokuskan pada sistem jaringan Sumber Daya Air (SDA) untuk mendukung ketahanan pangan dan air, serta meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (dasar) infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Prioritas lainnya adalah mendukung pertumbuhan wilayah-wilayah strategis yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan penurunan kesenjangan kesejahteraan antarkelompok masyarakat dan antardaerah. Kementerian PU menetapkan sasaran-sasaran strategis pengelolaan sumber daya air yaitu: meningkatnya dan terjaganya kualitas layanan jaringan irigasi dan rawa; meningkatnya layanan air baku dan kapasitas tampung sumber air yang dibangun dan dijaga/dipelihara 17

18 dan berkurangnya luas kawasan yang terkena dampak banjir. Dalam memenuhi sasaran ini tantangan yang dijumpai adalah upaya untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dengan menyeimbangkan jumlah pasokan (supply) air baku maupun air minum dengan jumlah kebutuhan (demand). Hal ini mengingat semakin tingginya intensitas tingkat kerusakan sumber air untuk penyediaan air baku dalam pengelolaan sumber daya air. Permasalahan yang dijumpai antara lain adalah rusaknya ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) akibat aktivitas masyarakat seiring pertumbuhan populasi dan kebutuhan lahan untuk permukiman dan industri. Data terakhir sebagai ilustrasi, menunjukkan DAS yang kritis di Pulau Jawa mencapai 62 (enam puluh dua) sungai. Ilustrasi capaian yang diperoleh sampai tahun 2010 adalah luas cakupan layanan jaringan irigasi meliputi Ha dan kapasitas tampung sumber air yang dibangun dan dijaga/dipelihara mencapai 0.83 miliar m 3 untuk mendukung perluasan areal pertanian dalam rangka peningkatan produksi pertanian. Capaian lain adalah debit air layanan sarana/prasarana air baku untuk air minum mencapai 19,95 m 3 /det. Perkembangan penanganan jaringan irigasi dan rawa serta jaringan irigasi air tanah dapat dilihat pada Gambar 1.3 di bawah ini Penanganan Irigasi Peningkatan Jaringan Rehabilitasi Jaringan OP Jaringan Gambar 2.4. Penanganan Irigasi Sasaran utama di bidang jalan adalah meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah serta meningkatkan kapasitas jalan nasional. Tantangan yang dihadapi adalah pemenuhan kebutuhan infrastruktur jalan di dalam mendukung sistem konektivitas. Sistem tersebut menghubungkan simpul-simpul dan pusat kegiatan dan menunjang kelancaran sistem logistik nasional guna mendukung pertumbuhan sektor riil. Isu utama yang dijumpai adalah belum memadainya kualitas pelayanan jalan, terutama ruas-ruas 18

19 jalan yang merupakan jalur-jalur ekonomi utama, jaringan jalan banyak yang belum lengkap, terutama di kawasan Timur Indonesia dan kapasitas jalan juga belum kompetitif secara regional terutama di Sumatera dan Kalimantan. Capaian outcome yang diperoleh adalah tingkat kemantapan jalan sekitar 87,04% dan fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah sebesar 56 %. Outcome utama lainnya adalah tingkat penggunaan jalan nasional mencapai 83,3 miliar kendaraan km dan panjang jalan yang ditingkatkan/direhabilitasi kapasitasnya mencapai km (struktur dan lebar) serta panjang jalan baru yang dibangun 320 km. sebagai ilustrasi, perkembangan tingkat kemantapan jalan setiap tahunnya dapat dilihat pada Gambar 1.4. dibawah ini : Kondisi Kemantapan (%) Kondisi Jalan 87,04 Kondisi Jalan Mantap 86,02 83,23 82,22 80, Tahun Gambar 2.5. Perkembangan Tingkat Kemantapan/Kondisi Jalan Sasaran terkait bidang permukiman adalah meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan, meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang dan meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat. Tantangan yang dihadapi adalah kebutuhan air minum dan sanitasi yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan industri dan kawasan permukiman terus bertambah dalam rangka mendukung program pro rakyat dan programprogram terkait direktif Bapak Presiden, terutama untuk perumahan di tahun-tahun mendatang. Pencapaian hingga akhir 2009 adalah prosentase penduduk mendapat air bersih sebesar 47,7 %, prosentase penduduk yang dilayani perpipaan mencapai 25,56 % dan rumah tangga bersanitasi mencapai 51,1 %. 19

20 Nilai Pencapaian Pencapaian Indikator MDG's dan IPM % Penduduk Mendapat Akses Air Bersih % Penduduk Dilayani Perpipaan % Rumah Tangga Bersanitasi % Rumah Tangga Kumuh Perkotaan Gambar 2.6.Pencapaian Air Bersih dan Sanitasi Hasil evaluasi capaian kinerja menunjukkan sebagian pencapaian keluaran (output) maupun pencapaian hasil (outcome) pembangunan tidak optimal untuk memenuhi sasaran pembangunan. Tingkat ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur PU-Kim belum memadai untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang pesat maupun untuk mendukung percepatan pengembangan kawasan. Salah satu permasalahan yang dijumpai adalah mekanisme dan proses pembangunan masih bersifat sektoral dan tidak terpadu antara pusat dan daerah. Isu menjadi semakin penting mengingat program-program percepatan pembangunan seperti Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I) dan program-program pro rakyat menuntut adanya penanganan yang terintegrasi lintas sektor. Untuk mengoptimalkan pembangunan infrastuktur PU-Kim bersifat lintas sektor, Kementerian PU perlu meningkatkan koordinasi untuk hal-hal yang bersifat cross cutting issues dengan bidang lainnya serta menyusun program atau kegiatan yang terintegrasi antar Kementerian. Sebagai ilustrasi perlunya penanganan lintas sektor dan sinergi pusat daerah adalah pengelolaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air yang berkelanjutan yang menuntut keterpaduan penanganan berbagai pihak di suatu wilayah sungai ditengah semakin tingginya intensitas tingkat kerusakan sumber air untuk penyediaan air baku. Tantangan lain adalah kemampuan penyediaan air minum secara nasional untuk mendukung pertumbuhan industri dan peningkatan kualitas kawasan permukiman perkotaan dan penduduk perdesaan. Sebagai ilustrasi, didalam memenuhi tingkat pelayanan akses air bersih dari sekitar 47,7% menjadi 68,87% berdasarkan target pembangunan (Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015 diperlukan adanya dukungan lintas sektor dan sinergi pusat-daerah. Ilustrasi tugas ke-pu-an lainnya yang komplek memerlukan integrasi lintas sektor dan sinergi pusat daerah adalah penyelenggaraan jalan didalam memberikan pelayanan jalan yang memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang mencakup aspek aksesibilitas, mobilitas, kondisi jalan, keselamatan dan kecepatan tempuh rata-rata. Permasalahan beban overloading, kurangnya disiplin pengguna jalan merupakan eksternalitas yang perlu dicarikan jalan keluarnya, dengan mengkoordinasikan banyak pihak yang terkait. 20

21 Rendahnya tingkat kemanfaatan infrastruktur selain permasalahan diatas juga disebabkan permasalahan internal birokrasi Kementerian. Tantangan yang dijumpai adalah kurangnya kapasitas dan akuntabilitas SDM aparatur dan kinerja organisasi. Permasalahan birokrasi ini menjadi semakin penting untuk diatasi mengingat dalam 3 (tiga) tahun terakhir alokasi anggaran Kementerian PU terus mengalami kenaikan. Anggaran DIPA Kementerian PU pada tahun 2011 mencapai Rp.58,08 triliun yang meningkat cukup tajam sebesar 57% dibandingkan anggaran tahun 2010 yang besarnya Rp 36,92 triliun menjadikan Kementerian PU sebagai pengguna anggaran APBN terbesar. kenaikan yang signifikan tersebut pada kenyataannya tidak diikuti dengan kualitas penyerapan yang lebih baik dan berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan kecenderungan turunnya tingkat kemanfaatan infrastuktur PU- Kim yang terbangun. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti: 1). Pendekatan penganggaran masih dilakukan dengan pendekatan input sampai tahun 2009, namun demikian sejak 2010 telah lebih berorientasi pada output/outcome melalui penerapan IKU (Indikator Kinerja Utama); 2) Kurang optimalnya fungsi audit internal maupun eksternal yang ditunjukkan oleh diantaranya peningkatan penyelesaian anggaran diakhir tahun, ketidaksesuaian administratif pada pengelolaan barang persediaan dan tidak tertibnya pencatatan aset; 3) Monitoring dan Evaluasi belum sepenuhnya berorientasi pada efektivitas anggaran dalam pencapaian kinerja (meskipun Performance Based Budgeting telah berlaku), namun demikian review Renstra Kementerian PU telah disusun untuk memperjelas keterkaitan IKU dengan biaya yang dikeluarkan serta dukungan Kementerian PU dalam pengembangan wilayah. Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan anggaran adalah antara lain kurangnya pemahaman aparatur untuk menerapkan seluruh aturan, mekanisme dan prosedur dan tata kelola yang berlaku seperti ketentuan pelaporan keuangan Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) dan inventarisasi Barang Milik Negara (BMN). Selain itu, kurangnya koordinasi antara fungsi pengawasan dan pelaksanaan, kurang baiknya perencanaan, kesiapan teknis dan administrasi merupakan kendala dalam proses pembangunan. Tantangan utama yang dihadapi dalam peningkatan pelayanan publik karenanya adalah penataan sumber daya manusia (SDM) pada Satuan Kerja (Satker) yang perlu didukung oleh SDM yang kompetensinya semakin baik secara teknis teknologis sesuai bidang tugasnya terutama pada level perencanaan dan pengawasan serta kemampuan administrasi pembangunan yang memadai. Proses pelayanan publik juga perlu didukung oleh tata kelola pelaksanaan pembangunan dan standar operasional prosedur yang lengkap agar proses penyelenggaraan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, Kementerian PU perlu memprioritaskan peningkatan program pemberantasan korupsi, melalui pengawasan berlandaskan sistem pengendalian internal dan wilayah bebas korupsi, dan upaya untuk peningkatan kualitas pekerjaan, melalui penerapan prinsip-prinsip akuntabilitas dan tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Kementerian PU. Seluruh upaya ini diperlukan untuk menjawab permasalahan dan tantangan rendahnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur mengingat infrastruktur yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu daya tarik suatu kawasan/wilayah, disamping faktor kualitas 21

22 lingkungan hidup, image, dan masyarakat (budaya). Sementara itu, kinerja infrastruktur merupakan faktor kunci dalam menentukan daya saing global, selain kinerja ekonomi makro, efisiensi pemerintah, dan efisiensi usaha. Dalam hal daya saing global tersebut, laporan World Economic Forum menempatkan Indonesia pada peringkat ke-44 dari 139 negara, dimana ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai (8,4%) menjadi penyumbang ketiga sebagai faktor problematik terbesar dalam melakukan usaha (doing business) setelah birokrasi pemerintah yang tidak efisen (16,2%) dan korupsi (16%). C. Kondisi Kinerja Kementerian Pekerjaan Umum Gambaran kinerja birokrasi dan organisasi Kementerian Pekerjaan Umum sampai dengan tahun 2010 diuraikan berdasarkan 3 (tiga) hasil evaluasi kinerja yaitu : a) Hasil evaluasi instansi yang berwenang atas indeks keberhasilan Reformasi Birokrasi yang diukur pada Kementerian Pekerjaan Umum. b) Hasil evaluasi kinerja organisasi Kementerian PU yang dilaksanakan oleh internal Kementerian. c) Kondisi dan permasalahan birokrasi yang dijumpai dalam pelaksanan tugas dan fungsi terkait dengan aspek pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan. Uraian kondisi dijabarkan atas area perubahan dan aspek spefisik pada setiap area perubahan. a) Hasil Evaluasi Instansi Yang Berwenang Kondisi kapasitas dan akuntabilitas kinerja Birokrasi Kementerian PU pada tahun 2010 diukur dari 3 (tiga) indeks ukuran keberhasilan berdasarkan hasil evaluasi instansi yang berwenang yaitu: 1. Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN Kementerian PU mendapat opini laporan keuangan Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari Badan Pengawas Keuangan (BPK) pada tahun 2010 setelah selama 4 (empat) tahun berturut-turut sebelumnya mendapat opini disclaimer. Permasalahan yang dijumpai adalah antara lain: belum ditetapkannya neraca awal yang dapat digunakan sebagai saldo awal penyusunan laporan keuangan Kementerian, nilai aset tetap dalam neraca belum dapat diyakini kewajarannya, belum melakukan revaluasi aset tetap secara keseluruhan, belum melakukan inventarisasi ulang atas seluruh aset, ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan pemahaman dan kemampuan analisis terhadap laporan keuangan serta sistem pencatatan dan pelaporan dan pemanfaatan aset tetap oleh Satker berdasarkan Sistem Akuntansi Keuangan dan Barang Milik Negara (SAK BMN) belum memadai. 2. Kualitas Pelayanan Publik Kementerian PU mempunyai kinerja pelayanan publik yang rendah yaitu 6,64 dari skala 10 berdasarkan hasil survei Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun Belum optimalnya pelayanan tersebut antara lain disebabkan karena belum 22

23 lengkapnya tata laksana dan Standar Operasi Prosedur (SOP) pada unit pelayanan publik. Rendahnya pelayanan juga disebabkan karena belum adanya standar pelayanan baik yang diberikan secara langsung ke masyarakat seperti perizinan, maupun standar pelayanan yang tidak langsung seperti pembangunan infrastruktur PU dan permukiman yang diturunkan dari IKU Kementerian. 3. Indeks Akuntabilitas Kinerja Birokrasi Kementerian PU mendapat peringkat CC atau Cukup Baik dari hasil evaluasi SAKIP tahun 2009 yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN dan RB pada tahun 2010, dimana pada tahun sebelumnya peringkat yang diperoleh adalah B atau Baik. Penurunan peringkat disebabkan adanya penambahan parameter penilaian yatu opini BPK dan indeks KPK untuk kualitas pelayanan publik atas Kementerian PU seperti telah dijelaskan diatas. Selain hasil evaluasi ketiga indeks ukuran keberhasilan tersebut, terdapat beberapa indeks keberhasilan lainnya yang diukur secara nasional dan perlu menjadi acuan Kementerian yaitu Indeks Persepsi Korupsi Indonesia yang masih rendah (2,8 dari 10) yang dikeluarkan oleh Transparency International. Sementara itu dari data International Finance Corporation tahun 2009, peringkat doing business Indonesia menempati peringkat ke-122 dari 181 negara atau peringkat ke-6 dari 9 negara Asean. Kondisi spesifik yang perlu diperhatikan Kementerian PU antara lain bersumber dari World Economic Forum (WEF) , yang menunjukkan bahwa 3 (tiga) faktor utama yang menghambat kemudahan berusaha di Indonesia pada tahun adalah: 1) Inefficient of government bureaucracy dengan skor 16,2 terhadap 30; 2) Corruption dengan skor 16 terhadap 30; dan 3) Inadequate of Infrastructure dengan skor 8,4 terhadap 30. Rangkuman pencapaian indeks keberhasilan di tingkat nasional dan Kementerian PU dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Pencapaian Indeks Keberhasilan Kementerian PU Indeks Keberhasilan Nasional dan Kementerian PU Evaluator Indeks persepsi korupsi, IPK *) (2,8 dari 10) Transparancy nasional 2009 Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kementerian PU adalah Wajar dengan pengecualian (WDP) Integritas pelayanan Publik (6,64 dari 10) diukur pada Kementerian PU Indeks Efektivitas Pemerintahan (- 0,29 dari skala - 2,5 s/d 2,5) Instansi Pemerintah yang akuntabel yang diukur pada kemeterian PU adalah CC Badan Pemeriksa keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi 2009 Bank dunia 2009 Kementerian PAN dan RB 2009 b) Hasil Evaluasi Internal Atas Kinerja Organisasi Kementerian Pekerjaan Umum Kondisi kinerja Kementerian Pekerjaan Umum sampai dengan tahun 2010 dapat digambarkan berdasarkan hasil evaluasi kinerja organisasi sesuai ketentuan Peraturan 23

24 Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.19/m.PAN/ tentang Petunjuk Pelaksanan Evaluasi Kinerja Organisasi Pemerintah. Evaluasi kinerja organisasi merupakan salah satu tahapan penting dalam mengawali proses RB di Kementerian PU. Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk mendapatkan gambaran kondisi obyektif kinerja organisasi saat ini dalam menerapkan berbagai prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya dan pencapaian hasil-hasil organisasi Pemerintah. Ruang lingkup evaluasi kinerja organisasi meliputi 8 (delapan) aspek atau komponen yaitu: 1) Aspek kepemimpinan, 2) Aspek perencanaan kinerja, 3) Aspek organisasi, 4) Aspek manajemen SDM, 5) Aspek penganggaran, 6) Aspek pengukuran, analisis dan manajemen informasi kinerja, 7) Aspek manajemen proses, serta 8) Aspek hasil. Kedelapan aspek memiliki saling keterkaitan satu sama lainnya. Aspek nomor 1 sampai dengan 7 menggambarkan dimensi proses dan sistem informasi dan aspek nomor 8 menggambarkan dimensi hasil. Sesuai dengan pedoman tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum sejak tahun 2009 sampai dengan 2010 telah melakukan evaluasi kinerja di seluruh Satminkal. Metode yang dilaksanakan adalah dengan melakukan pengisian kuesioner dengan sampling pejabat Eselon II, Eselon III dan Eselon IV sehingga dapat menggambarkan keseluruhan struktur kinerja organisasi pada level satminkal dan unit kerja. Evaluasi kinerja organisasi dilakukan terhadap 8 (delapan) aspek yang dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok dengan pembobotan (Gambar 2.2) sebagai berikut: i. Kelompok Proses (46%): 1) Kepemimpinan (8%); 2) Perencanaan Kinerja (12%); 3) Manajemen Proses (8%) 4) Organisasi (6%); 5) Manajemen SDM (8%); 6) Penganggaran (4%). ii. Kelompok Sistem Informasi (9%): Pengukuran, analisis, dam manajemen informasi kinerja (9%). iii. Kelompok Hasil (45%): Hasil (45%) Kerangka Penilaian Kinerja Organisasi dan pembobotannya dapat dilihat pada Gambar

25 Gambar 2.7. Kerangka Penilaian Kinerja Organisasi Dari kegiatan evaluasi yang dilakukan terhadap 8 (delapan) aspek organisasi, diperoleh hasil yang berdasarkan Indeks Prestasi terdapat 3 (tiga) aspek organisasi yang perlu mendapat perhatian adalah: i. Manajemen Proses, nilai 2,354 ii. Manajemen SDM, nilai 2,422 iii. Pengukuran, analisis, dan manajemen informasi kinerja, nilai 2,578. Sedangkan berdasarkan nilai komulatif terdapat 5 (lima) nilai kinerja yang berada di bawah rata-rata, yaitu: i. Penganggaran (2,81%); ii. Organisasi (4,57%); iii. Manajemen Proses ( 4,84%); iv. Manajemen SDM (4,84%); v. CapaianHasil (5,06%). Selanjutnya informasi rinci hasil evaluasi kinerja organisasi terlihat pada Tabel 2.4 dan Gambar 2.4 dan hasil evaluasi kinerja per Satminkal pada Tabel

26 Tabel 2.4 Evaluasi Kinerja Kementerian PU Komponen IP NK NK Maks Gap NK Kepemimpinan (DRIVER) % 8.0% 2.46% Perenc. Kinerja (BRAINWARE) % 12.0% 3.38% Organisasi (HARDWARE-1) % 6.0% 1.43% Manajemen SDM (HARDWARE-2) % 3.16% Penganggaran (HARDWARE-3) % 4.0% 1.19% Pengukuran, Analisis, Manajemen Info % 9.0% 3.20% Kinerja (SISTEM INFO) Manajemen Proses (SOFTWARE) % 8.0% 3.29% Capaian Hasil (OUTCOME)-Rata-rata % 7.5% 2.42% Jumlah % 62.5% 20.52% Rata-rata % 7.8% 2.57% Gambar 2.8. Profil Kinerja Kementerian Hasil evaluasi kinerja organisasi tersebut merupakan persepsi internal bahwa Kementerian PU belum mempunyai tingkat kinerja yang baik untuk dapat menjalankan organisasi dan manajemen pemerintah yang berorientasi pada hasil secara efisien dan efektif dalam menerapkan berbagai prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya dan pencapaian hasil-hasil organisasi pemerintah. c) Kondisi dan Permasalahan Setiap Area Perubahan 1. Organisasi Kementrian PU dibentuk berlandaskan pada Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan Presiden (Perpres) No. 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Sementara Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Pekerjaan Umum, ditetapkan berdasarkan Peraturan 26

27 Presiden (Perpres) No. 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Sesuai dengan Perpres tersebut Kementerian Pekerjaan Umum mempunyai tugas penyelenggaraan urusan di bidang pekerjaan umum dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pekerjaan umum; b. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum; c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum; d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pekerjaan Umum di daerah; dan e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Guna menjalankan tugas dan fungsi tersebut, maka disusunlah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum. Adapun susunan organisasi Eselon I di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 08/PRT/M/2010 terdiri atas: a. Wakil Menteri Pekerjaan Umum; b. Sekretariat Jenderal; c. Direktorat Jenderal Penataan Ruang; d. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air; e. Direktorat Jenderal Bina Marga; f. Direktorat Jenderal Cipta Karya; g. Inspektorat Jenderal; h. Badan Pembinaan Konstruksi; i. Badan Penelitian dan Pengembangan; j. Staf Ahli Bidang Keterpaduan Pembangunan; k. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Investasi; l. Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat; m. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga; dan n. Staf Ahli Bidang Pengembangan Keahlian dan Tenaga Fungsional. 27

28 STAF AHLI MENTERI 1. Bidang Keterpaduan Pembangunan 2. Bidang Ekonomi dan Investasi 3. Bidang Sosial dan Masyarakat 4. Bidang Hubungan antar Lembaga 5. Bidang Pengembangan Keahlian dan Tenaga Fungsional Direktorat Jenderal Penataan Ruang MENTERI WAKIL MENTERI Sekretariat Inspektorat Jenderal Inspektur Wilayah I Sekretariat Jenderal Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Inspektur Wilayah II Biro Kepegawaian dan Organisasi Tata Laksana Inspektur Wilayah III Biro Keuangan Inspektur Wilayah IV Biro Hukum Inspektur Khusus Biro Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Jenderal Cipta Karya Badan Pembinaan Konstruksi Badan Penelitian dan Pengembangan Sekretariat Direktorat Jenderal Sekretariat Direktorat Jenderal Sekretariat Direktorat Jenderal Sekretariat Direktorat Jenderal Sekretariat Badan Sekretariat Badan Direktorat Bina Program Kemitraan Direktorat Bina Program Direktorat Bina Program Direktorat Bina Program Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Direktorat Penataan Ruang Nasional Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air Direktorat Bina Teknik Direktorat Pengembangan Permukiman Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Direktorat Perkotaan Direktorat Sungai dan Pantai Direktorat Bina Pelaksana Wilayah Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I Direktorat Irigasi dan Rawa Direktorat Bina Pelaksana Wilayah I Direktorat Pengembangan Air Minum Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi & Lingkungan Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan Direktorat Bina Pelaksana Wilayah II Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Pusat Pengolahan Data Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pusat Komunikasi Publik Pusat Kajian Strategis Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara Gambar 2.9. Struktur Organisasi Kementerian Pekerjaan Umum Selain susunan organisasi tersebut diatas, sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan telah dibentuk Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) yang ditetapkan oleh Permen PU No. 295/PRT/M/2005 pada tanggal 28 Juni tahun Sementara itu, untuk mendukung pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), telah dibentuk pula Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPP SPAM) yang merupakan implementasi dari perintah UU No. 7 28

29 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM. Dengan semakin luasnya layanan di Kementerian Pekerjaan Umum dan untuk memberikan pelayanan yang optimal, maka pada tahun 2006 melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12 s/d 15/PRT/M/2006 telah dibentuk Balai setingkat Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat Jenderal Bina Marga. Selain itu melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 534 s/d 571/PRT/M/2005 telah dibentuk Balai setingkat Eselon III di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Pembentukan Balai tersebut mengacu pada Keputusan MenPan No. 62/KEP/M.PAN/7/2006 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) sebagai unit pendukung unit struktural Kementerian/LPND. Dengan dibentuknya UPT/Balai diharapkan peran Kementerian Pekerjaan Umum dalam pelayanan publik khususnya dalam proses pembangunan infratsruktur pekerjaaan umum dan permukiman akan lebih optimal. Dengan tetap berprinsip eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi, pembentukan UPT di daerah yang terdiri dari 10 Balai Besar Pelaksanaan jalan Nasional dan 12 Balai Besar wilayah sungai di lingkungan Ditjen SDA maupun Ditjen Bina Marga adalah sebagai konsekuensi pelaksanaan kewenangan Pemerintah sesuai UU No. 32 dan 33 tahun UPT/Balai dibentuk untuk menyelenggarakan urusan pemerintah yang masih tetap harus dilaksanakan sendiri oleh pemerintah secara akuntabel. Hal ini adalah merupakan bagian dari upaya Kementerian PU dalam menyelenggarakan tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik yang baik, terutama dalam pelaksanaan kewenangan Pemerintah di bidang pekerjaan umum yang dilaksanakan dengan rentang kendali hirarki yang lebih sederhana di daerah. Seiring dengan reorganisasi Kementerian PU, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum juga mereorganisasi UPT melalui Permen PU No. 21 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian PU. Reorganisasi ini dilaksanakan melalui penajaman fungsi pelaksanaan tugas pengaturan pembinaan pengawasan dan pembangunan. Reorganisasi dilakukan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Penataan Ruang dan Badan Pembinaan Konstruksi. Reorganisasi Ditjen Bina Marga dilaksanakan untuk meningkatkan tugas dan fungsi pengendalian dan pengawasan pelaksanaan penyelenggaraan jalan. Penajaman fungsi organisasi juga dilaksanakan di Balibang dan Sekretariat Jenderal. Selanjutnya Kementerian PU melaksanakan redefinisi misi eselon I, tujuan dan sasaran strategis kementerian PU. Berdasarkan reorganisasi tersebut, penguatan Unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepegawaian dan diklat telah dilaksanakan sebagian. Reorganisasi tersebut telah menguatkan unit yang melayani organisasi kepagawaian dan pendidikan pelatihan melalui pembentukan assement center pada unit organik dan unit Balai di Pusat Pendidikan Pelatihan (Pusdiklat) PU. Meskipun kelembagaan Unit Assesment telah dibentuk, diperlukan pengembangan fungsi agar dapat menjadi Unit Assesment Kementerian PU. 29

30 Untuk penguatan unit pelayanan publik yang menyediakan infrastuktur fisik yaitu UPT/Balai masih diperlukan penajaman fungsi dan penguatan unit. Namun demikian evaluasi atau audit organisasi baik untuk organik maupun UPT untuk rencana penajaman fungsi dan penguatan unit belum dilaksanakan. Selain kondisi diatas isu utama yang dihadapi organisasi dan perlu diakomodasi adalah: 1. Bentuk dan struktur serta susunan organisasi belum disesuaikan untuk semua semua fungsi. Terutama dikaitkan dengan penyesuaian kewenangan terkait PP No. 38 Tahun 2006 mengenai pembagian kewenangan pusat dan daerah bidang PU dan penataan ruang yang saat ini dalam proses revisi. 2. Perlu adanya penajaman fungsi pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Balai agar beban kerja dapat tepat dan proporsional mengingat belum optimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Balai. 3. Belum efektifnya kinerja unit struktural tertentu di daerah yang telah terbentuk karena tidak tersebutnya sebagai bagian dari urusan pekerjaan umum dalam PP No. 41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. 4. Keterbatasan kapasitas/fungsi Lembaga/Dinas di daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur termasuk dekonsentrasi dan tugas pembantuan, padahal sudah menjadi salah satu urusan Pemerintah Daerah. Dengan demikian pembenahan organisasi dengan mensinkronkan dan mempertajam tugas dan fungsi terutama dalam rangka delivery system penyelenggaraan bidang PU dan Penataan Ruang masih perlu terus diupayakan agar organisasi dapat berjalan efektif dan efisien. 2. Peraturan Perundang- Undangan Reformasi kelembagaan bidang Pekerjaan Umum dan penataan ruang yang dilaksanakan salah satunya adalah penyusunan kembali kerangka peraturan perundang-undangan yang lebih mantap. Reformasi peraturan perundang-undangan ini telah dilaksanakan sejak tahun 2004 dan menjadi dasar hukum bagi pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan sektor-sektor ke-pu-an termasuk peningkatan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi, serta partisipasi dunia usaha dan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur PU-Kim. Di sektor jalan, Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang (UU) No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Peraturan Pemerintah (PP) No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, dan pembentukan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Di sektor sumber daya air, Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Sumber Daya Air yang baru, yaitu Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pemerintah juga telah mengeluarkan PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan juga memuat pembentukan Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM). Beberapa peraturan lain seperti revisi PP No

31 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta pengaturan untuk persampahan juga telah dirintis untuk melengkapi kebijakan dalam sektor air minum dan sanitasi. Melengkapi ketentuan di atas, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang juga telah ditetapkan yang mengamanatkan pentingnya pelaksanaan penataan ruang dalam proses pembangunan. Secara keseluruhan Undang-Undang yang dihasilkan Pemerintah dan DPR dalam masa kerja tahun dan turunannya yang diamanatkan oleh Undang- Undang tersebut serta evaluasinya saat ini masih terus disusun bersama instansi terkait. Demikian juga berbagai review dan penyempurnaan peraturan dan perundangundang (UU, PP, dan Keppres, Perpres, Permen dan Kepmen) bidang penataan ruang dan jasa konstruksi telah dilakukan dan dapat dilihat dilampiran. Pada tahun 2011 Kementerian PU sedang menyusun peta peraturan perundangundangan berupa ketentuan ketentuan yang dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan Umum atau setingkat dibawahnya yang tidak harmonis atau tidak sinkron yang perlu direview karena keluarnya berbagai perubahan peraturan perundangan-undangan. Kegiatan ini diperlukan sebagai kemungkinan perlunya langkah-langkah deregulasi, dalam pengertian mengkaji ulang peraturan perundang-undangan produk lama yang masih berlaku terutama yang dinilai berpotensi menghambat pelaksanaan tugas dan menciptakan ketidakpastian hukum di masyarakat, untuk kemudian dilakukan reformasi apabila dinilai sudah tidak cocok lagi dengan kondisi sekarang. Kementerian PU juga telah mengidentifikasi peraturan perundang-undangan di bidang ke-pu-an yang perlu diperpenuhi untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan dunia usaha. Hal ini mengingat belum kondusifnya landasan hukum dan landasan operasional untuk lebih melibatkan atau mensinergikan pemerintah, Pemerintah Daerah dan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan pemberdayaan masyrakat. Adapun peraturan perundang-undangan berupa regulasi atau ketentuan menteri bidang aparatur atau birokrasi yang telah diterbitkan pada saat ini masih belum memadai untuk dapat mendukung pelaksanaan RB. Pada saat ini Kementerian PU telah menginvetarisir dan mengidentifikasi kebutuhan regulasi yang dibutuhkan untuk mengawali dan menjadi landasan penerapan Road Map RB PU. 3. Kondisi Tata Laksana Penataan tata laksana pada saat ini dilakukan oleh semua Satminkal terutama yang terkait dengan adanya reorganisasi Kementerian PU. Penataaan meliputi analisis dan review bisnis proses atau tata laksana pada masing masing satminkal dan unit kerja. Keseluruhan Standar Operasi Prosedur (SOP) yang ada pada saat ini sedang diinventarisir, dievaluasi dan diuji efektifitasnya dan menganalisisa kebutuhan SOP prioritas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tusi organisasi. Sebagai gambaran, penetapan tata laksana dan Pekerjaan Umum didasarkan antara lain pada: SOP di lingkungan Kementerian 31

32 a. Fungsi penyelenggaraan bidang PU yang ada meliputi pengaturan, pembinaan, pemberdayaan pelaksanan atau pembangunan dan pengawasan dari Undang- Undang ke-pu-an yang dijabarkan dalam tusi organisasi. b. Proses pembangunan meliputi Planning, Programming, Budgeting (PPB atau Perencanaan, Pemograman dan penganggaran), dan Survey, Investigation, Land Acquition, Construction Dan Operation Maintenance (SIDLACOM) atau survei, investigasi, pembebasan lahan, kontsruksi dan operasi pemeliharan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan. c. Mekanisme pada sistem yang ada yaitu sistem perencanaan dan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Sistem Akuntasi Keuangan dan Barang Milik Negara (SAK BMN) dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Proses manajemen juga dilandasi oleh Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM). Penerapan sistem ini memberikan konsekuensi bahwa setiap penyelenggara pembangunan harus bekerja dengan profesional dan dapat mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya tersebut kepada publik. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang prima kepada masyarakat, efisiensi, kepastian mutu pelayanan dan transparansi yang menjadi pilar pelaksanaan good governance. Demikian juga sistem aplikasi elektronik e-government telah diterapkan semua Satminkal dan pada saat sedang dievaluasi dan diuji efektifitasnya untuk pengembangannya pada tahun Semenjak tahun 1999, Kementerian Pekerjaan Umum menerapkan e-procurement dan diikuti oleh e-monitoring sebagai bagian dari implementasi e-government. Pelaksanaan pelelangan secara elektronik (e- Procurement) diposisikan sebagai prioritas pertama dalam pelaksanaan e-government dimana publik berpartisipasi secara penuh dan terbuka dalam keseluruhan proses pengadaan barang dan jasa. Sedangkan e-monitoring dipergunakan untuk monitoring dan evaluasi progress fisik dan keuangan Satker yang dipergunakan sebagai pengendalian pelaksanan anggaran. Berikut ini adalah daftar implementasi pelaksanaan e-government di Kementerian Pekerjaan Umum anatara lain sebagai berikut: E-Procurement (Pusat dan Daerah) E-Monitoring(Pusat dan Daerah) (Internal dan External PU) E-Library (Perpustakaan Pusat - Dep. dan Sistem Dokumentasi) E-Tata Persuratan (kimpraswildesk) E-Product (Publikasi Peraturan Per-UU-an, NSPM, Pembangunan Infrastruktur 32

33 PU-GIS+Stats dll) E-Announcement (Pengumuman Seminar, Lokakarya, Pelantikan dll) E-Recruitment (Daftar Formasi, Persyaratan dan Mekanisme Pendaftaran+seleksi, Lokasi dan peserta Test Seleksi, Pengumuman hasil seleksi dan CPNS sejak tahun 2004) E-Data Transfer (FTP- internal dan external PU) E-Public Hearing (Saran Pengaduan, Buku Tamu, SMS, kontak >RUU, RPP, Rancangan Kepmen, Rancangan Inmen, Kinerja Dep./Individu dsb) E-News (Penayangan Berita dari lokasi peliputan) dan E-Gallery Photo (Penayangan Foto Kegiatan Ke-PU-KIM-an dan Video). Kondisi pada aspek tata laksana yang dijumpai secara umum adalah belum sepenuhnya tertata secara baik terutama pada tingkat Satminkal dan unit pelayanan publik sehingga kurang menunjukkan adanya transparansi, akuntabilitas dan standarisasi pelayanan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Kurang baiknya penataan tata laksana juga mengindikasikan belum baiknya penyelenggaraan good governance yang efektif untuk mengimbangi tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap transparansi dan akuntabilitas proses pembangunan. Kondisi secara spefisik yang perlu ditangani adalah : 1. Bisnis proses utama belum seluruhnya tersedia. 2. Perlunya penajaman hubungan tata laksana terkait perubahan tugas dan fungsi dan analisis kebutuhan SOP yang baru karena perubahan tugas dan fungsi dengan adanya reorganisasi. 3. Perlunya penyempurnaan mekanisme administrasi keuangan, manajemen aset/sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) dan mekanisme sistem PBK dan SAKIP. 4. Masih perlu ditingkatkannya koordinasi dan ketatalaksanaan dengan pemangku kepentingan yang lain. 5. Belum lengkapnya SOP untuk keseluruhan sistem. 6. Belum adanya standar pelayanan untuk pelayanan publik yang sifatnya langsung. maupun tidak langsung. 7. Masih perlunya rencana pengembangan dan pembangunan keseluruhan layanan e-government untuk mendukung pelaksanaan tugas fungsi Kementerian PU. 4. Kondisi Sumber Daya Manusia Kementerian Pekerjaan Umum merupakan Kementerian teknis yang mempunyai 8 (delapan) satminkal Eselon I di pusat dan 63 (enam puluh tiga) Unit Kerja Eselon II 33

34 untuk memaksimalkan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur bidang PU selain 32 UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang dipimpin oleh pejabat setingkat Eselon II/b dan UPT Balai setingkat Eselon III/b di daerah. Dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, upaya-upaya peningkatan kualitas SDM terus dilakukan namun saat ini masih menunjukkan kondisi yang belum ideal. Secara umum tantangan yang dijumpai adalah: 1. Belum tersistemnya asesmen dan penilaian kinerja individu pegawai yang obyektif, transparan dan akuntabel. 2. Belum berjalannya kode etik untuk meningkatkan integritas pegawai negeri. 3. Belum berjalannya sistem informasi pegawai yang akurat, transparan dan akuntabel dimana pada sat ini masih bersifat data administrasi kepegawaian. 4. Belum berjalannya sistem pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi yang mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai dan kompetensi yang dipersyaratkan oleh jabatan. 5. Belum adanya perencanaan, pembinaan dan pengelolaan pengembangan sumber daya manusia dalam bentuk Grand Design dan Road Map Pengembangan pegawai. 6. Belum optimalnya pemanfaatan jabatan fungsional. 7. Masih perlunya pengembangan sistem dan prosedur pengembangan karir pegawai (rotasi, mutasi, promosi). Demikian pula bila ditinjau dari struktur pendidikan dan golongan. Tingkat pendidikan pegawai masih didominasi oleh pegawai yang berpendidikan SLTA ke bawah, demikian pula bila dilihat dari golongannya (Tabel 3.17) yang secara keseluruhan saat ini masih didominasi oleh pegawai pada golongan II dan I. Persoalan kompentensi ini muncul antara lain disebabkan oleh adanya kebijakan zero growth sehingga terdapat kesenjangan generasi dan kaderisasi dalam program pengembangan SDM yang rekapitulasinya per tahun ( ) dapat dilihat pada Tabel

35 Tabel 2.5. Rekapitulasi Tingkat Pendidikan Per Golongan GOLONGAN SD SLTP SLTA D3 S1 S2 S3 TOTAL IV/E IV/D IV/C IV/B IV/A SubTotal III/D III/C III/B III/A SubTotal II/D II/C II/B II/A SubTotal I/D I/C I/B I/A Sub Total Total Tabel 2.6. Perkembangan Jumlah PNS Kementerian PU per tahun ( ) PNS Non Sarjana S S S JUMLAH

36 Sesuai dengan Program RB, penataan manajemen SDM yang telah dilaksanakan sampai dengan tahun 2010 meliputi: penataan sistem seleksi dan rekrutmen pegawai yang telah dilakukan secara terbuka dan transparan oleh Sekretariat Jendral dengan mengunakan e-recruitment, namun kebutuhan baru berdasarkan permintaan Satminkal belum berdasarkan perhitungan beban kerja. Saat ini Kementerian PU telah dan sedang melaksanakan program-program peningkatan kualitas SDM Kementerian PU yang meliputi antara lain: a. Penataan Sistem Rekrutmen Pegawai Pengumuman tentang Pengadaan PNS Kementerian PU untuk merekrut CPNS dari jalur pelamar umum telah dilayangkan termasuk melalui Internet/On-line dan pendaftarannya dibuka sejak Formasi tahun 2009 yang diterima sebanyak 541 orang dan pada tahun 2010 sebanyak 2100 CPNS dari berbagai jurusan/ program studi. b. Analisis Jabatan Sejak awal tahun 2008 telah dilakukan kegiatan analisis jabatan dalam rangka meningkatkan kinerja seiring dengan penyempurnaan tugas dan fungsi Kementerian PU yang dituangkan dalam Peraturan Menteri PU No. 01/PRT/M/2008. Dengan adanya reorganisasi, pada saat ini sedang dilaksanakan finalisasi analisa jabatan dan peringkat jabatan dan menyusun standar kompetensi jabatan yang dapat dimanfaatkan dalam menyusun spesifikasi/pembobotan jabatan. Namun demikian, kegiatan analisis jabatan masih bersifat parsial dengan penyesuaian dengan Permen 08/PRT/M/2010 dan Permen 21/PRT/M/2010. c. Evaluasi Jabatan Hampir semua satminkal Kementerian PU telah melakukan evaluasi jabatan, termasuk penyusunan job grading yang telah dihitung oleh Kementerian PAN berdasarkan analisa jabatan dan evaluasi jabatan tahun d. Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Penyusunan standar kompentensi jabatan telah dilakukan oleh sebagian Satminkal. Konsep kompetensi jabatan struktural dan fungsional telah disusun dan pada saat ini tengah disiapkan untuk ditetapkan pada tahun Pengembangan kompetensi bagi para pejabat fungsional dilakukan melalui program pelatihan fungsional dan teknis yang dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya. Saat ini telah direkrut sebanyak 823 (delapan ratus dua puluh tiga) pejabat fungsional dari 27 (dua puluh tujuh) jenis jabatan fungsional yang ada di Kementerian PU. Kedepannya, diperlukan upaya yang lebih besar lagi untuk melaksanakan kebijakan untuk mengangkat para pegawai baru yang telah memenuhi persyaratan sebagai pejabat fungsional. 36

37 e. Assesmen Individu Berdasarkan Kompetensi Assesmen individu berdasarkan kompentensi telah dilakukan oleh Satminkal secara parsial dengan menggunakan standar yang berbeda. Salah satu upaya yang sedang dilakukan adalah pembakuan standar instrumen dan kriteria/tujuan penilaian. f. Penerapan Sistem Penilaian Kinerja Individu Saat ini penerapan sistem penilaian kerja individu di Kementerian PU masih menggunakan DP3. g. Pembangunan/Pengembangan Database Pegawai Upaya meningkatkan kualitas database pegawai secara berkesinambungan dilakukan untuk memperoleh data kepegawaian yang benar, lengkap dan akurat. Disamping itu, hampir seluruh pegawai telah memperoleh NIP baru (18 digit) dan diharapkan akhir tahun ini seluruh pegawai sudah memiliki NIP baru. Walaupun Kartu Pegawai Elektronik (KPE) bagi sebagian pegawai PU telah dicetak oleh BKN, namun untuk keseragamannya dalam penggunaan kiranya perlu menunggu keseluruhannya selesai. Pada kegitaan pembangunan/pengembangan database pegawai, SIMKA Kemen PU telah tersedia dalam bentuk database kepegawaian dan sedang direncanakan pengembangannya untuk system informasi kepegawaian di dalam penataan manajemen SDM. h. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Berbasis Kompetensi Dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas teknis substantif maupun umum unit kerja/organisasi, setiap tahunnya disediakan program diklat teknis bidang ke-puan bagi para pegawai yang saat ini sedang dipertajam berbasis kompetensi. Kesempatan bagi para pegawai untuk meningkatkan kemampuan dan keahliannya dapat ditempuh melalui program pendidikan formal, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Jumlah pegawai yang telah memanfaatkan program tersebut dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.7. Jumlah Keikutsertaan Pegawai dalam Pendidikan Formal No. Jenis Diklat Jumlah Jenjang 1 Dalam Negeri 7 a UGM 6 S2 b UI 1 S2 2 Luar Negeri 68 a Malaysia 2 S2 dan S3 b Thailand 9 S2 c India 14 S2 d Jepang 4 S2 e Australia 1 S2 f Belanda 32 S2 g Jerman 3 S2 h Inggris 2 S2 i Perancis 1 S2 Jumlah 75 37

38 5. Kondisi Pengawasan Pengawasan telah dilaksanakan oleh Inspektorat Jendral melalui penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) berdasarkan Inmen PU No. 02/IN/M/2011 dan aplikasi peta resiko yang sudah disusun sejak Selain itu untuk Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai quality assurance dan consulting telah diwujudkan melalui auditor di Itjen dan auditor internal di unit-unit kerja yang telah memiliki sertifikat ISO Selanjutnya proses penguatan pengawasan di lingkungan Kementerian PU telah diupayakan melalui Operasionalisasi Pelaksanaan Wilayah Bebas Korupsi dalam Permen PU No. 21/PRT/M/2008 tanggal 21 Desember 2008, dimana Wilayah Bebas Korupsi meliputi lingkup: pemrograman dan pengalokasian anggaran serta pelaksanaan dan pengawasan pengadaan barang dan jasa. Demikian juga penerapan manajemen resiko telah mulai diberlakukan didalam audit kegiatan satuan kerja (Satker). Meskipun demikian, pengawasan belum berjalan secara optimal sehingga pencapaian sasaran organisasi belum terpenuhi secara efisien, efektif dan taat pada peraturan serta belum berjalannya pengelolaan keuangan negara yang memenuhi ketentuaan. Adapun hasil pemantauan yang dilakukan oleh Itjen terhadap pemeriksaan BPK-RI mulai tahun , status sampai dengan bulan Agustus 2009 adalah sebagai berikut (Tabel 2.16): Tabel 2.8. Status Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan No Keterangan Jumlah Temuan Nilai 1 Temuan/Saran Hasil Rp , Pemeriksaan ,92 2 Selesai Ditindaklanjuti Rp ,07 Sesuai Rekomendasi ,92 (TS) 3 Selesai Ditindaklanjuti, Rp ,23 Belum Sesuai 58 Rekomendasi (TB) 4 Saldo Temuan dan TL Rp ,23 60 dalam proses (BT) Beberapa permasalahan dan tantangan dalam pengawasan dan pengelolaan keuangan negara yang dijumpai antara lain : 1. Masih terdapatnya praktik-praktik kolusi, persaingan di industri konstruksi belum sepenuhnya berdasarkan kompetensi dan profesionalisme, melainkan berdasarkan kemampuan negosiasi sehingga menyebabkan kualitas konstruksi tidak sesuai dengan yang diharapkan. 2. Masih perlunya perbaikan sistem dan pedoman pengawasan internal meskipun telah adanya ketentuan mengenai Sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP) dan penerapan manjemen resiko serta telah diberlakukannya Wilayah Bebas Korupsi di bidang perencanaan dan pengadaan. 38

39 3. Belum adanya penerapan dan penegakan disiplin dan kode etik serta reward dan punishment. 4. Masih kurangnya kapasitas dan kapabilitas SDM aparatur pengawasan. 5. Belum baiknya pengelolaan aset infrastruktur. 6. Masih perlunya pengembangan Audit Berbasis Resiko (RBIA2). 7. Perlunya review kode etik auditor PU dan penerapan Sisdalmen. 8. Belum baiknya pengelolaan pengaduan masyarakat. 9. Masih perlunya penguatan kapasitas SDM dan pendampingan penyusunan laporan keuangan. 6. Kondisi Penguatan Akuntabilitas Penguatan akuntabilitas kinerja di lingkungan Kementerian PU telah diupayakan dengan merevisi Renstra Kementerian PU tahun melalui penyempurnaan struktur sasaran, outcome, kegiatan dan output berdasarkan ketentuan baru di dalam reformasi perencanaan dan penganggaran yang dicanangkan oleh Bappenas dan Kementerian Keuangan. Di dalam Renstra yang disempurnakan tersebut, telah ditetapkan berbagai sasaran strategis dan outcome setiap unit eselon I, dan menjadi acuan bersama dengan daerah dalam penyusunan program pembangunan. Hasil evaluasi sistem akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah (SAKIP) yang dilaksanakan Kemenpan dan RB menunjukkan bahwa Kementerian PU belum menerapkan SAKIP secara optimal, dikarenakan belum terintegrasinya dengan sistem manajemen kinerja organisasi dan kinerja individu. Pada saat ini penerapan sistem manajemen kinerja organisasi telah berjalan baik. Perencanaan jangka menengah telah ditetapkan dalam Revisi renstra dalam Permen 22/2010, yang memuat kontrak kerja Menteri kepada Presiden. Penjabaran renstra tersebut dituangkan dalam Renstra satminkal dan rebstra eselon II sebagai acuan perencanaan kinerja tahunan yang dituangkan dalam RKT. Perencanan penganggaran tahunan dilaksanakan melalui mekanisme Rencana Kerja tahunan (RENJA), rencana kerja dan anggaran Kementerian (RKAKL) yang selanjutnya diproses dalam Daftar isi Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Pelaksanaan anggran DIPA sebagai target pembguna tahunan ditetapkan dalam penetapan kinerja Eselon II, Eselon I dan Penetapan kinerja Kementerian sebagai kontrak kerja Menteri. Dalam proses SAKIP dan PBK selanjutnya pelaksanaan pembanguanan dievaluasi dan dilaporkan dalam Laporan akuntabilitas Kementerian PU (LAKIP) Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian PU juga telah direvisi sebagai sasaran kinerja Kementerian PU yang harus dicapai agar terjadi keselarasan dan harmonisasi antara proses perencanaan, pemrograman dan anggaran serta pengukuran kinerja pada seluruh tingkat manajemen di Kementerian PU. IKU tersebut dijabarkan dalam renstra satminkal eselon I dan Renstra Unit kerja eselon II. Permasalahan utama dalam sistem manajemen kinerja adalah belum dikembangkannya sistem manjemen kinerja individu. Permasalahan ini telah 39

40 diindikasikan oleh MenPan dalam evaluasi Lakip Kementerian, yaitu belum adanya program peningkatan akuntabilitas untuk pengembangan kompetensi SDM. Bedasarkan hal tersebut pengembangan akuntabilitas diarahkan pada pengembangan SAKIP yang berbasis sistem manajemen kinerja organisasi dan terintegrsi dengan penilaian kinerja individu yang secara sistem akan dikembangkan dalam program penataan manajemen SDM aparatur. 7. Kondisi Pelayanan publik Peningkatan pelayanan publik merupakan salah satu sasaran utama RB Kementerian PU karena berdampak langsung kepada masyarakat publik, kebijakan umum Kementerian PU adalah menjalankan pemerintahan yang berorientasi pada hasil, yaitu fokus pada kemaslahatan bagi masyarakat; berupa upaya untuk menghasilkan output dan outcome yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pelayanan publik berupa pengelolaan sumber daya air yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum meliputi layanan jaringan irigasi termasuk irigasi rawa dan air tanah memenuhi kebutuhan air untuk mengairi areal pertanian dalam rangka produksi pertanian dan layanan penyediaan air baku untuk kebutuhan pokok dan air baku untuk kebutuhan air minum untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pelayanan publik lainnya adalah berupa pengendalian banjir untuk mengurangi luas kawasan yang terkena dampak banjir. Pelayanan publik meliputi juga penyediaan prasarana jalan agar masyarakat dapat melakukan mobilitas aksesibilitas barang dan jasa serta penumpang dari pusat produksi ke pemasaran. Pelayanan diutamakan untuk pengguna jalan agar lebih efisien terhadap waktu yang digunakan untuk menempuh jarak, kenyamanan dan keselamatan bagi pengguna jalan. Pelayanan publik Kementerian PU meliputi juga penyediaan infrastruktur permukiman untuk pemenuhan standar pelayanan minimal dan meningkatkan kualitas permukiman guna meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan tersebut meliputi cakupan pelayanan air minum perkotaan, ibu Kota Kecamatan/IKK (semi perkotaan) dan perdesaan, pelayanan air limbah perkotaan terpusat, pelayanan air limbah berbasis masyarakat, penanganan genangan dan pelayanan sistem pengelolaan persampahan serta revitalisasi kawasan. Kementerian PU menghadapi tantangan untuk meningkatkan kualitas infrastrutur yang dibangun. Pada saat ini terdapat masalah dalam kualitas dan manfaat infrastruktur yang telah dibangun yang disebabkan antara lain masih adanya perencanaan teknik yang belum mengikuti prosedur dan mengacu NSPM serta desain kriteria, tidak berurutannya tahapan proses pembangunan karena belum lengkapnya tata laksana dan SOP terkait sistem manajemen mutu, pembangunan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan belum semuanya dilengkapi dengan dokumen AMDAL, serta masih kurangnya inovasi teknologi untuk mengatasi kondisi lapangan yang spesifik. Lemahnya kapasitas kinerja kelembagaan ini mengakibatkan masih adanya 40

41 produk pembangunan yang tidak dimanfaatkan karena kurang sesuai dengan kondisi lapangan dan tidak berdasarkan kebutuhan wilayah atau adanya kegagalan bangunan/konstruksi, serta masih adanya pembangunan yang bersifat symptomatic (hanya menangani gejala sesaat, sepenggal-sepenggal). Gambaran belum optimalnya pelayanan tersebut disebabkan juga oleh belum adanya standar pelayanan infrastruktur PU yang diturunkan dari IKU Kementerian. Pengembangan sistem manajemen mutu belum sepenuhnya diterapkan oleh Satminkal. Demikian juga standar yang ada berdasarkan ISO 9000 baru dikembangkan oleh bebrapa Unit kerja. Upaya awal untuk menyusun standar pelayanan pada saat ini telah dilaksanakan oleh ditjen-ditjen dengan mengadakan dialog dan merumuskan tuntutan pelayanan dari perspektif stakeholders. Dalam proses perencanaan sampai dengan pembangunan fisik maupun proses pemberdayaan masyarakat pada saat ini sudah berbasis pada partisipasi masyarakat dimana untuk Cipta karya yang menanagai sub bidang permukiman keseluruhan program sudah diterapkan yaitu SANIMAS, PAMSIMAS, PNPM, P2KP, agropolitan dan di Ditejen SDA sudah diterapkan program parsipatif melalui pemperdayaan P3A. Selanjutnya Kementerian PU melaksanakan redefinisi misi eselon I, tujuan dan sasaran strategis Kementerian PU dengan mereview indikator kinerja utama Kementerian serta penetapan nomenklatur kegiatan dan output baku baru. Standar kinerja organisasi ditetapkan sampai ke tingkat Unit Kerja dan Unit Pelaksanan Teknis dan telah ditetapkan melalui Permen PU No. No. 23/PRT/M/2010 tentang perubahan Renstra Kementerian PU dan Peraturan Menteri NO. Tahun 2010 tentang Perubahan Indikator kinerja Utama. 8. Pola Pikir Aparatur PU Pada saat ini mindset penyelenggaraan pelayanan publik belum sepenuhnya sesuai dengan harapan publik. Di internal Kementerian PU sampai dengan tahun 2010 meskipun telah terbentuk tim Reformasi Birokrasi namun strategi manajemen perubahan belum ditetapkan dan sosialisasi pelaksanaan RB dilaksanakan secara parsial, belum menyeluruh, sehingga pola pikir mengenai kesamaan persepsi, komitmen, serta keterlibatan seluruh tingkatan pegawai belum terbentuk dalam melaksanakan program dan kegiatan Reformasi Birokrasi. Keseluruhan gambaran kondisi birokrasi baik dari hasil evaluasi oleh instansi lain maupun hasil evaluasi kinerja organisasi secara internal serta gambaran kondisi setiap area perubahan merupakan base line program RB untuk menuju profil birokrasi Oleh karena itu, gambaran kondisi birokrasi tersebut menjadi pertimbangan utama dalam menetapkan tujuan dan sasaran sampai 2014 serta agenda prioritas yang diwujudkan dalam rencana program dan kegiatan reformasi birorkrasi secara sistemik untuk jangka menengah Pertimbangan utama agenda prioritas yang harus dilaksanakan Kementerian PU adalah; 41

42 a. Prioritas pertama adalah peningkatan pelayanan publik karena peran dan fungsi inti birokrasi Kementerian PU dalam menyelenggarakan pemerintah adalah memberikan pelayanan publik. Karena itu peningkatan pelayanan publik diutamakan mengingat peran penting infrastruktur, ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur yang belum memadai, hasil integritas pelayanan publik kemeneterian PU masih rendah, maupun hasil survai internal dimana pelayanan publik belum menjadi fokus utama aparatur kementerian PU. Agenda prioritas ini ditujukan untuk meningkatkan keandalan infrastruktur PU-Kim melalui penetapan dan penerapan standar pelayanan serta perkuatan unit pelayanan publik di kementerian PU. Pelaksanaan proritas ini memerlukan perbaikan tata kelola yang menyeluruh. b. Prioritas kedua adalah peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Pertimbangannya adalah sistem AKIP belum mengintegrasikan manajemen kinerja organisasi dan sistem penilaian kinerja pegawai. Pertimbangan lainnya adalah manajemen SDM merupakan komponen terlemah dari hasil evaluasi kinerja organisasi dan belum adanya penataan serta pengembangan SDM yang sistemik. Pelaksanaan prioritas ini adalah meliputi penerapan sistem penilaian kinerja pegawai dan membangun Database Pegawai sebagai dasar pengembangan karir dan tunjangan kinerja. Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi perlu didukung oleh perbaikan tata kelola serta Pembangunan Grand Design dan Road Map SDM PU ke depan. c. Prioritas ketiga adalah birokrasi pemerintah yang bersih dan bebas KKN. Prioritas ke tiga ini dapat diwujudkan dengan prasyarat ke dua prioritas diatas dapat terlaksana. Priorita ke tiga dilaksnakan melalui peningkatkan peringkat laporan keuangan BPK, penguatan pengawasan internal, peningkatan operasionalisasi WBK dan mengefektifkan hasil keikutsertaan pada program PIAK. 2. TUJUAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PU Tujuan RB ditetapkan berdasarkan kepada tujuan dan sasaran RB Nasional 2014 dan baseline kondisi sekarang. Tujuan secara umum yang ingin dicapai dalam pelaksanaan RB PU adalah penguatan birokrasi yang profesional dan berintegritas hingga tahun 2014 melalui penguatan tiga (3) hal sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; 2. Mengembangkan standar pelayanan dan menguatkan unit pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik; 3. Mewujudkan profesionalisme SDM aparatur yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur yang berbasis kompetensi, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan. Pencapaian tujuan dijabarkan dalam kondisi dan sasaran per tahun yang diharapkan sampai 2014 meliputi target indeks keberhasilan RB, target kondisi nilai IPK yang akan 42

43 dicapai dan target kondisi setiap area perubahan atau program berupa outcome yang diinginkan per tahun. Pola pikir pencapaian tujuan dan kondisi RB PU yang diharapkan sampai tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar Baseline Indeks Keberhasilan Kementerian PU (Sasaran / Indeks Keberhasilan Nasional) Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi (Nilai IPK) Hasil Inventarisasi dan Penilaian Dokumen (Formulir 1 dan 2 Road Map) Kelemahan yang perlu diperbaiki Sasaran Output yang ditargetkan setiap kegiatan per tahun Rencana Aksi (Program dan Kegiatan) (Road Map RB PU) 2014 (Outcome yang diharapkan) Profil Birokrasi 2014 Harapan Kinerja Organisasi 2014 Target indeks keberhasilan (WTP,B,IPK 8.0) Target Nilai IPK Setiap Aspek Organisasi Kondisi yang Diinginkan setiap area perubahan/program per tahun (Taget pencapaian Outcome) Gambar Pola Pikir Pencapaian Tujuan, Kondisi Dan Sasaran RB PU d. Target Indeks Keberhasilan RB PU Target keberhasilan RB PU diukur secara tidak langsung melalui 2 (dua) indeks keberhasilan yang terdiri dari: 2 (dua) indeks (Peringkat Kemudahan Berusaha dan Indeks efektifitas Pemerintahan) yang diukur pada tingkat secara nasional, 4 (empat) indeks lainnya yaitu Indeks Persepsi Korupsi (IPK), dan Indeks Integritas Pelayanan Publik, Opini BPK (WTP) serta Indeks Instansi Pemerintah yang Akuntabel yang diukur langsung pada Kementerian PU. 43

44 Sasaran Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi Tabel 2.9. Target indeks Keberhasilan RB PU Indikator Base line (2010) IPK*) OPINI BPK (WTP) Pusat WDP WTP Integritas Pusat 6,64 8,0 Peringkat Kemudahan Berusaha Indeks Efektivitas Pemerintahan**) Instansi pemerintah yang akuntabel *) Skala 0 10 **) Skala 2.5 s/d 2.5 Sumber: Diolah dari RPJMN ,29 0,5 CC A Target (2014) PU b. Target nilai IPK Target nilai IPK untuk meningkatkan aspek aspek manajemen dalam kinerja organisasi. dapat dilihat pada Tabel 1.4. Tabel Target Nilai IPK 2014 NO ASPEK/KOMPONEN PU 2010 PU 2014 GAP CATATAN 1 Kepemimpinan 2,79 3,00 0,21-2 Perencanaan Kinerja 2,76 3,00 0,24-3 Organisasi 2,92 3,00 0,08-4 Manajemen SDM 2,42 3,00 0,58 xxx 5 Penganggaran 2,78 3,00 0,22-6 Pengukuran, Analisis & Manajemen Informasi 2,61 3,00 0,39 x 7 Manajemen Proses 2,51 3,00 0,49 xx 8 Capaian Hasil 2,58 3,00 0,42 xx Rata-Rata 2,67 3,00 0,33 x Skala Nilai 0 4, 0 = Nilai Minimal, 4 = Nilai Maksimal xxx = Kritis, xx = Moderat, x = Normal, - = O c. Target Kondisi yang Ingin Dicapai Per Tahun Penetapan target kondisi (outcome) yang ingin dicapai melalui pelaksanaan program RB harus mengacu kepada indikator outcome yang ditetapkan dalam Pedoman RB, seperti terlihat pada Tabel Outcome dalam RB merupakan ultimate outcome sedangkan outcome yang ingin dicapai dalam RB PU merupakan direct outcome (outbased). Kondisi per tahun yang ingin dicapai dapat dilihat pada Tabel

45 Tabel Tujuan dan Kondisi Tahun 2014 Berdasarkan Pedoman Reformasi Birokrasi NO PROGRAM/ KEGIATAN TUJUAN INDIKATOR PENCAPAIAN TARGET KONDISI OUTPUT KEGIATAN OUTCOME PROGRAM A MANAJEMEN PERUBAHAN 1 Manajemen perubahan Kementerian 2 Penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi Kementerian Mengubah secara sistematis dan konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja individu atau unit kerja didalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran reformasi birokrasi Ada tim yang menangani manajemen perubahan sudah sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Program Manajemen Perubahan Strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi telah ditetapkan dan didokumentasikan di dalam change plan (rencana perubahan) meningkatnya komitmen pimpinan dan pegawai dalam melakukan reformasi birokrasi Terjadinya perubahan pola piker dan budaya kerja Kementerian PU Terbentuknya tim manajemen perubahan Kementerian/ Lembaga Tersedianya dokumen Strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi Kementerian/ Lembaga / Terbangunnya kesamaan persepsi, komitmen, konsistensi serta keterlibatan dalam pelaksanaan program dan kegiatan reformasi birokrasi pada seluruh tingkatan pegawai pada Kementerian PU 3 Sosialisasi dan internalisasi Manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi Sudah dilakukan sosialisasi dan internalisasi reformasi birokrasi sesuai dengan strategi manajemen perubahan menurunnya risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadap perubahan Terselenggaranya sosialisasi dan internalisasi dalam rangka reformasi birokrasi dan strategi komunikasi yang ditentukan B PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1 Penataan berbagai peraturan perundangundangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh Kementerian meningkatkan efektivitas pengelolaan peraturan perundangundangan yang dikeluarkan oleh Kementerian Hasil pemetaan berbagai peraturan perundang-undangan telah disusun Menurunnya tumpang tindih dan disharmonisasi peraturan perundangundangan yang yang dikeluarkan oleh Kementerian. Meningkatnya efektivitas pengelolaan peraturan perundangundangan Kementerian diterbitkan oleh Kementerian/Lemb aga. Teridentifikasinya peraturan perundangundangan yang dikeluarkan/ Tersersedianya peta peraturan perundang undangan yang tidak harmonis atau tidak sinkron di lingkungan Kementerian/Lem baga masingmasing serta lainnya. Tercapainya peraturan perundangundangan yang harmonis dan sinkron dan pelaksanaanny a yang efektif dan efisien Terlaksananya regulasi dan 45

46 NO PROGRAM/ KEGIATAN TUJUAN INDIKATOR PENCAPAIAN TARGET KONDISI OUTPUT KEGIATAN OUTCOME PROGRAM deregulasi peraturan perundangundangan. C PENATAAN DAN PENGUATAN ORGANISASI 1 Restrukturisasi/ penataan tugas dan fungsi unit kerja pada Kementerian. 2 Penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, kepegawaian meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi kementerian secara proporsional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas masing-masing, sehingga organisasi Kementerian PU menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing). Sudah ada peta tugas dan fungsi unit kerja pada Kementerian/Lembaga yang tepat fungsi dan tepat ukuran Sudah ada rencana penguatan unit organisasi yang secara fungsional melaksanakan fungsi organisasi, tatalaksana, kepegawaian dan diklat. Menurunnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi internal Kementerian; Meningkatnya kapasitas Kementerian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Tersedianya peta tugas dan fungsi unit kerja pada Kementerian/ Lembaga yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) Terbentuknya unit kerja yang menangani fungsi organisasi, tatalaksana, kepegawaian dan diklat yang mampu mendukung tercapainya tujuan dan sasaran reformasi birokrasi Meningkatnya efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi kementerian dan terhindarnya duplikasi tugas dan fungsi yang dapat mendorong percepatan reformasi birokrasi D PENATAAN TATALAKSANA 1 Penyusunan SOP penyelengga- raan tugas dan fungsi 2 Pembangunan atau Pengembangan e- government Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, dan terukur pada masingmasing Kementerian Dokumen SOP core business telah disyahkan Tersedia blue-print pengembangan e-government Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan di Kementerian Meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan di Kementerian Tersedianya dokumen Terselenggaran SOP penyelenggaraan tugas ya dan fungsi yang disahkan transparansi, akuntabilitas dan standarisasi proses penyelenggara n pemerintahan Tersedianya e-government pada masingmasing Kementerian Meningkatnya 46

47 NO PROGRAM/ KEGIATAN TUJUAN INDIKATOR PENCAPAIAN TARGET KONDISI OUTPUT KEGIATAN OUTCOME PROGRAM kinerja di Kementerian E PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR 1 Penataan sistem rekrutmen pegawai meningkatkan profesionalisme SDM aparatur pada masingmasing kementerian, yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan Sistem rekrutmen berbasis kompetensi yang transparan dan akuntabel sudah dibuat dan diterapkan 2 Analisis jabatan Tersedia uraian jabatan untuk seluruh posisi/pekerjaan dalam struktur organisasi Meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM Aparatur pada masing-masing Kementerian Terbangunnya Sistem rekrutmen yang terbuka, transparan dan akuntabel Dan berbasis kompetensi. Tersedianya uraiaan jabatan Diperolehnya para pegawai baru maupun yang sedang berkarir yang memiliki tingkat kompetensi yang dipersyarat-kan oleh jabatan Meningkatnya pemahaman dan penerapan atas uraian jabatan yang mengandung tugas, tanggung jawab dan hasil kerja yang harus diemban pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya 3 Evaluasi jabatan Tersedia Job Grading yang sudah divali-dasi oleh Kem. PAN dan RB dan BKN untuk seluruh posisi/pekerjaan yang ada dalam organisasi meningkatnya disiplin SDM Aparatur pada masing-masing Kementerian PU Tersedianya Peringkat jabatan 4 Penyusunan standar kompetensi jabatan Tersedia dokumen standar kompetensi jabatan yang lengkap meningkatnya efektivitas manajemen SDM Aparatur pada masing-masing Kementerian Tersedianya dokumen standar kompetensi jabatan Terwujudnya profil kompetensi untuk masingmasing jabatan di dalam organisasi dan tersedianya informasi secara komprehensif dan akurat profil kompetensi individu 47

48 NO PROGRAM/ KEGIATAN TUJUAN INDIKATOR PENCAPAIAN TARGET KONDISI OUTPUT KEGIATAN OUTCOME PROGRAM Asesmen individu berdasarkan kompetensi Tersedianya peta profil kompetensi individu yang lengkap Tersedianya peta profil kompetensi individu 6 Penerapan sistem penilaian kinerja individu Tersedianya sistem penilaian kinerja individu Tersedianya indikator kinerja individu yang terukur Terwujudnya sistem pengukuran kinerja individu yang onyektif, transparan dan akuntabel 7 Pembangunan/Pe ngembangan database pegawai Tersedia database pegawai Ketersediaan data pegawai yang mutakhir dan akurat Terjalankanny a sistem data pegawai yang mutakhir dan akurat 8 Pengembangan pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi Sistem dan proses pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi telah tersedia Terbangunnya sistem dan proses pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi dalam pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik F PENGUATAN PENGAWASAN 1 Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada masing-masing Kementerian PU Untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada masing-masing Kementerian PU Jumlah dan jenis temuan berkurang; dan tindak lanjut temuan meningkat meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan negara oleh masing-masing Kementerian PU Terjadinya Peningkatan ketaatan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Tercapainya tujuan organisasi secara efisien dan efektif serta taat pada peraturan 2 Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai Quality Assurance dan consulting Laporan keuangan Kementerian/ Lembaga mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Meningkatnya efektivitas pengelolaan keuangan negara pada masing-masing Kementerian PU APIP yang lebih berperan dalam melakukan penguatan sistem pengendalian intern, quality assurance dan konsultasi atas pelayanan kepemerintahan Berjalannya pengelolaan keuangan negara yang andal dan terpercaya meningkatnya status opini BPK terhadap pengelolaan keuangan negara 48

49 NO PROGRAM/ KEGIATAN TUJUAN INDIKATOR PENCAPAIAN TARGET KONDISI OUTPUT KEGIATAN OUTCOME PROGRAM pada masing-masing Kementerian PU menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang pada masing masing Kementerian PU G PENGUATAN AKUNTABILITAS KENERJA 1 Penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja Kementerian PU Dokumen Penetapan Kinerja, LAKIP, IKU telah disusun (tepat waktu) dan ditetapkan Meningkatnya kinerja Kementerian PU Terjadinya Peningkatan kualitas laporan akuntabilitas kinerja Berjalannya akuntabilitas kinerja organisasi yang efektif 2 Pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi Nilai Akun-tabilItas kinerja minimal CC. Sistem manajemen kinerja organisasi dan individu sudah ada Meningkatnya akuntabilitas Kementerian PU Terbangunnya Sistem yang mampu mendorong tercapainya kinerja organisasi yang terukur 3 Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Kementerian PU Indikator Kinerja Utama (IKU) Unit dan individu sudah ditetapkan Tersusunnya Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Kementerian PU. H PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK 1 Penerapan standar pelayanan pada unit kerja masingmasing K/L danpemda meningkatkan kualitas pelayanan publik pada masingmasing Kementerian PU sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat Standar pelayanan sudah disahkan Meningkatnya kualitas pelayanan publik (lebih cepat, lebih murah, lebih aman, dan lebih mudah dijangkau) pada Kementerian PU Terimplementasin ya penggunaan standar pelayanan dalam pelayanan publik Terselenggara nya pelayanan publik yang lebih cepat, lebih aman, lebih baik dan lebih terjangkau 2 Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik Sudah ada kerja sama pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik oleh masing-masing Kementerian PU Terjadinya peningkatan partisipasi masyarakat dalam penelenggaraan pelayanan publik Sudah ada kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik 49

50 NO PROGRAM/ KEGIATAN TUJUAN INDIKATOR PENCAPAIAN TARGET KONDISI OUTPUT KEGIATAN OUTCOME PROGRAM I MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 1 Monitoring menjamin agar pelaksanaan reformasi birokrasi dijalankan sesuai dengan ketentuan dan target yang ditetapkan dalam road map Kementerian PU Desain laporan sudah Disiapkan Tersedianya laporan monitoring 2 Laporan monitoring Desain laporan evaluasi tahunan sudah disiapkan Tahun sebagai awal dimulainya Kementerian PU melaksanakan program reformasi Tersedianya laporan evaluasi tahunan 3 Evaluasi menyeluruh (dilakukan pada semester kedua 2014) Desain laporan evaluasi lima tahunan sudah disiapkan Tersedianya laporan evaluasi lima tahunan Kondisi (Outcome) yang Ingin Dicapai Per Tahun Selanjutnya mengacu kepada indikator outcome dalam pedoman RB dan untuk memuhi gap antara base line 2009/2010 dan target RB 2014, kondisi outcome per tahun yang diharapakan dari pelaksanan program RB PU dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.12 Kondisi Outcome Per Tahun PROGRAM / KEGIATAN Manajemen Perubahan Pembentukan Tim Manajemen Perubahan Penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi Kementerian PU Sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka Reformasi Birokrasi KONDISI (OUTCOME) Persentasi peningkatan disiplin dan kinerja pegawai Penataan Peraturan Perundang-undangan Penataan berbagai Persentasi peraturan perundangundangan yang peraturan terpenuhinya dikeluarkan/diterbitkan perundangundangan oleh Kementerian PU Persentasi peningkatan disiplin dan kinerja pegawai Persentasi terpenuhinya peraturan perundangundangan Persentasi peningkatan disiplin dan kinerja pegawai Persentasi terpenuhinya peraturan perundangundangan Persentasi peningkatan disiplin dan kinerja pegawai Persentasi terpenuhinya peraturan perundangundangan INDIKATOR PENCAPAIAN Persentasi peningkatan disiplin dan kinerja pegawai Persentasi terpenuhinya peraturan perundangundangan yang 50

51 PROGRAM / KEGIATAN yang harmonis dan sinkron Penataan dan Penguatan Organisasi Restrukturisasi/penataan tugas dan fungsi unit kerja pada Kementerian PU Penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, Kepegawaian dan Diklat Penataan Tata Laksana Penyusunan SOP Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Pembangunan atau Pengembangan e- government KONDISI (OUTCOME) unit kerja yang sudah melaksanakan penajaman tugas dan fungsi / Evaluasi atau audit organisasi unit pelayanan publik(upp) yang diperkuat - yang harmonis dan sinkron unit kerja yang sudah melaksanakan penajaman tugas dan fungsi / Evaluasi atau audit organisasi unit pelayanan publik(unit kerja/balai) yang diperkuat Persentasi peningkatan fungsi unit assessment (mutasi pusat dan daerah dan promosi) - peningkatan penerapan SOP tusi Kementerian penerapan layanan e- governmen Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Penataan sistem rekrutmen pegawai Jumlah pegawai hasil rekruitmen (pengadaan &mutasi) yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi penerapan layanan e- government Jumlah pegawai hasil rekruitmen yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi yang harmonis dan sinkron unit kerja yang sudah melaksanakan penajaman tugas dan fungsi / Evaluasi atau audit organisasi unit pelayanan publik(unit kerja/balai) yang diperkuat Persentasi peningkatan fungsi unit assessment (rekruitmen) peningkatan penerapan SOP tusi satminkal penerapan layanan e- government Jumlah pegawai hasil rekruitmen yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi yang harmonis dan sinkron unit kerja yang sudah melaksanakan penajaman tugas dan fungsi / Evaluasi atau audit organisasi unit pelayanan publik(unit kerja/balai) yang diperkuat Persentasi peningkatan fungsi unit assessment (pengembang an karir) peningkatan penerapan SOP tusi satminkal penerapan layanan e- government Jumlah pegawai hasil rekruitmen yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi Analisis Jabatan INDIKATOR PENCAPAIAN harmonis dan sinkron unit kerja yang sudah melaksanakan penajaman tugas dan fungsi / Evaluasi atau audit organisasi meningkatnya unit pelayanan publik yang telah diperkuat untuk mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik. Persentasi peningkatan fungsi unit assessment peningkatan penerapan SOP tusi Kementerian dan satminkal penerapan layanan e- government Jumlah pegawai hasil rekruitmen yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi 51

52 PROGRAM / KEGIATAN KONDISI (OUTCOME) Evaluasi Jabatan Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Assessment Individu berdasarkan kompetensi Penerapan sistem penilaian kinerja individu Pembangunan/Pengembangan database pegawai Pengembangan pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi Penguatan Pengawasan Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada masing-masing Kementerian PU Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai Quality Assurance dan Consulting Penguatan Akuntabilitas Kinerja Penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Persentasi kesesuaia antara jabatan dan kompetensi sebesar 40 persen Persentasi kesesuaian antara jabatan dan kompetensi sebesar 55 persen 52 Persentasi kesesuaian antara jabatan dan kompetensi sebesar 65 persen Persentasi kesesuaian antara jabatan dan kompetensi sebesar 74 persen Persentasi penerapan penilaiaan kinerja individu sebesar 50 persen - penerapan system informasi untuk penilaian kinerja dan rekruitmen sebesar 55 persen - Persentasi peningkatan pemenuhan kompetensi sebesar 55 persen Penerapan SPIP pada masingmasing satminkal, sebesar 40 persen kualitas dan kuantitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Persentasi meningkatnya penerapan kualitas Penerapan SPIP pada masingmasing satminkal sebesar 50 persen kualitas dan kuantitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Persentasi meningkatnya penerapan kualitas Persentasi penerapan penilaiaan kinerja individu sebesar 65 persen penerapan system informasi untuk penilaian kinerja dan rekruitmen sebesar 65 persen Persentasi peningkatan pemenuhan kompetensi sebesar 65 persen Penerapan SPIP pada masingmasing satminkal sebesar 60 persen kualitas dan kuantitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Persentasi meningkatnya penerapan kualitas Persentasi penerapan penilaiaan kinerja individu sebesar 74 persen penerapan system informasi untuk penilaian kinerja dan rekruitmen sebesar 74 persen Persentasi peningkatan pemenuhan kompetensi sebesar 74 persen Penerapan SPIP pada masingmasing satminkal sebesar 70 persen kualitas dan kuantitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Persentasi meningkatnya penerapan kualitas INDIKATOR PENCAPAIAN Persentasi kesesuaian antara jabatan dan kompetensi Persentasi penerapan penilaiaan kinerja individu penerapan system informasi untuk penilaian kinerja dan rekruitmen Persentasi peningkatan pemenuhan kompetensi Penerapan SPIP pada masingmasing satminkal kualitas dan kuantitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Persentasi meningkatnya penerapan kualitas system

53 PROGRAM / KEGIATAN Pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Kementerian PU KONDISI (OUTCOME) system penilaian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) sebesar 64,5 persen Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Penerapan standar pelayanan pada unit kerja Kementerian PU system penilaian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) sebesar 66 persen - Persentasi penerapan system manajemen kinerja organisasi sebesar 50 persen system penilaian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) sebesar 70 persen Penerapan manajemen kinerja organisasi sebesar 65 persen system penilaian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) sebesar 75 persen Penerapan manajemen kinerja organisasi sebesar 74 persen Persentasi penyiapan standar pelayanan Quick Wins Penerapan SPM pada kabupaten / kota Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan peningkatan pelayanan publik peran stakeholder (masyarakat/d unia usaha dan PEMDA) dalam penyelenggaraan pelayanan publik kondisi penerapan standar pelayanan masingmasing unit pelayanan publik (kurang) (sebagai baseline ) peningkatan peran stakeholder (masyarakat/d unia usaha dan PEMDA) dalam penyelenggaa n pelayanan public termasuk pembinaan teknis dan penanganan keluhan masyarakat. Sebesar 60 persen kondisi penerapan standar pelayanan masingmasing unit pelayanan publik (sedang) peningkatan peran stakeholder (masyarakat/ dunia usaha dan PEMDA) dalam penyelengga an pelayanan public termasuk pembinaan teknis dan penanganan keluhan masyarakat sebesar 70 persen kondisi penerapan standar pelayanan masingmasing unit pelayanan publik (baik) peningkatan peran stakeholder (masyarakat/ dunia usaha dan PEMDA) dalam penyelengga an pelayanan public termasuk pembinaan teknis dan penanganan keluhan masyarakat sebesar 80 persen INDIKATOR PENCAPAIAN penilaian laporan akuntabilitas kinerja Penerapan sistem manajemen kinerja kondisi penerapan standar pelayanan masing-masing unit pelayanan publik peningkatan peran stakeholder (masyarakat/ dunia usaha dan PEMDA) dalam penyelenggaan pelayanan public termasuk pembinaan teknis dan penanganan keluhan masyarakat 53

54 PROGRAM / KEGIATAN Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan Monitoring Persentasi tidak lanjut hasil penerapan sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan KONDISI (OUTCOME) tidak lanjut hasil penerapan monitoring, evaluasi tahunan dan pelaporan yang digunakan sebagai feed back sebesar 40 persen tindak lanjut hasil penerapan system monitoring, evaluasi tahunan dan pelaporan yang digunakan sebagai feed back sebesar 50 persen tindak lanjut hasil penerapan monitoring, evaluasi tahunan/meny eluruh dan pelaporan yang digunakan sebagai feed back sebesar 60 persen INDIKATOR PENCAPAIAN tindak lanjut hasil penerapan monitoring, evaluasi dan pelaporan yang digunakan sebagai feed back Sasaran yang Ingin Dicapai Melalui Reformasi Birokrasi Berdasarkan kondisi yang ingin dicapai pada tahun 2014, dan kondisi base line 2010, sasaran output tahunan yang harus dicapai diuraikan pada Tabel 2.11 dibawah ini. Sasaran output tersebut secara rinci dijabarkan menjadi rencana aksi kegiatan dalam Road Map RB PU. Adapun pola pikir keterkaitan kondisi outcome dengan sasaran output tahunan dan rencana aksi dalam Road Map RB PU diperlihatkan pada Gambar Berdasarkan Tabel 2.11 tersebut dan mengacu kepada base line kondisi Kementerian PU tahun 2010, dan sasaran keberhasilan reformasi birokrasi, kondisi yang ingin dicapai oleh program RB PU (outcome) setiap tahunnya dapat diuraikan pada Tabel dibawah ini.. EVALUASI KINERJA ORGANISASI PERMENPAN 19/2008 Tujuan, Kondisi REFORMASI BIROKRASI 2014 CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN RB SD 2010 SASARAN TAHUNAN OUTPUT KONDISI TAHUNAN OUTCOME AGENDA PRIORITAS RBPU FORMULIR 1 DAN FORMULIR 2 FORM 3 RENCANA AKSI KEGIATAN KONSOLIDASI RENCANA AKSI Gambar Bagan Alir Penyusunan Rencana Aksi 54

55 PROGRAM/ KEGIATAN Manajemn Perubahan Pembentukan Tim Manajemen Perubahan Penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi Kementerian PU Sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka Reformasi Birokrasi Tabel 2.13 Sasaran Output Per Tahun SASARAN (OUTPUT) PER TAHUN Terbentuknya Tim MP Tingkat Kementerian Tersusunnya dokumen strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi Kementerian Pelaksanaan sosialisasi dan internalisasi Manajemen Perubahan Penataan Peraturan Perundang-Undangan Penataan berbagai peraturan perundangundangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh Kementerian PU Rencana penataan Perundanganundanganan dari Hasil pemetaan peraturan perundang undang berupa Daftar peraturan perundangundangan: 1. yang telah diterbitkan 2. yang telah tidak sesuai kebutuhan (perlu direvisi);dan 3. yang perlu diterbitkan. Penataan dan Penguatan Organisasi Restrukturisasi/pen Sosialisasi dan ataan tugas dan Internalisasi fungsi unit kerja tugas fungsi pada Kementerian sesuai permen PU 08 dan 21 Pedoman Evaluasi/audit INDIKATOR PENCAPAIAN Tim Manajemen Perubahan Kementerian PU Pengembangan dokumen strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi Kementerian Pelaksanaan sosialisasi dan internalisasi Manajemen Perubahan Regulasi dan deregulasi peraturan perundangan Evaluasi/audit organisasi (UPT) Pengembangan dokumen strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi Kementerian Pelaksanaan sosialisasi dan internalisasi Manajemen Perubahan Penataan Peraturan Perundangundangan Evaluasi/audit organisasi (Organik) Pengembangan dokumen strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi Kementerian Pelaksanaan sosialisasi dan internalisasi Manajemen Perubahan Penataan Peraturan Perundangundangan Naskah akademis penyusunan Tusi baru Dokumen Strategi Manajemen Perubahan dan Strategi Komunikasi Kementerian PU Sosialisasi dan internalisasi Manajemen Perubahan dalam rangka Reformasi Birokrasi 1. Identifikasi peraturan perundangundangan Kementerian PU 2. Peta peraturan perundang undangan yang tidak harmonis atau tidak sinkron di lingkungan Kementerian PU 3. Regulasi dan deregulasi peraturan perundangundangan Peta tugas dan fungsi unit kerja pada Kementerian PU yang tepat fungsi dan tepat ukuran 55

56 PROGRAM/ KEGIATAN Penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, Kepegawaian dan Diklat SASARAN (OUTPUT) PER TAHUN organisasi (UPT) Pedoman Evaluasi/audit organisasi (Organik) Rencana Prioritas unit pelayanan publik (UPP) yang akan diperkuat Pengembangan kelembagaan Unit Assesment Penataan Tata Laksana Penyusunan SOP Penyusunan, Penyelenggaraan Penetapan, dan Tugas Dan Fungsi Penerapan tatalaksana tugas fungsi Kementerian Pemetaan kebutuhan SOP Pedoman Penyusunan SOP penyelenggara an tugas dan fungsi Pembangunan atau Pengembangan e- government Pemetaan dan Rencana Pengembangan layanan e- Government Penetapan Pedoman Pengembangan dan Pembangunan layanan e- government Penguatan unit UPP Prioritas 1 Pembentukan Unit Assessment berdasarkan prioritas (untuk proses mutasi dan promosi) Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan tatalaksana tugas fungsi Satminkal Pemetaan kebutuhan SOP Satminkal Penyusunan & Penetapan SOP kementerian Pengembangan dan Pembangunan layanan e- Government 56 Penguatan unit UPP Prioritas 2 Pembentukan Unit Assessment berdasarkan prioritas (untuk proses rekrutmen) Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan SOP Satminkal Pengembangan dan Pembangunan layanan e- Government Penguatan unit UPP Prioritas 3 Pembentukan Unit Assessment berdasarkan prioritas (untuk pengembang an karier) INDIKATOR PENCAPAIAN Unit kerja yang menangani fungsi organisasi, tatalaksana, kepegawaian dan diklat yang mampu mendukung tercapainya tujuan dan sasaran Reformasi Birokrasi - Dokumen SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi yang disahkan Pengembangan dan Pembangunan layanan e- Government Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Penataan sistem Pedoman Sertifikasi ISO Penerapan - Sistem E-government pada Kementerian PU

57 PROGRAM/ KEGIATAN rekrutmen pegawai Analisis Jabatan Evaluasi Jabatan Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Assessment Individu berdasarkan kompetensi SASARAN (OUTPUT) PER TAHUN untuk rekrutmen pegawai Sistem Rekrutmen Pengembangan sistem rekruitmen dengan sertifikat ISO Tersedianya peta dan uraian jabatan Tersedianya peringkat jabatan (job grading) sistem rekrutmen pegawai seusai sertifikasi ISO 9001:2008 INDIKATOR PENCAPAIAN rekrutmen yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi Uraian jabatan Tersedianya peringkat jabatan (job grading) per jenis jabatan struktural UPT, organik, fungsi umum dan fungsi tertentu. - Pengembang -an Model Kompetensi Jabatan Tersedianya SKJ (sasaran kinerja jabatan) untuk jabatan struktural (UPT) Penyusunan Pola Pengembang an Karier - Pengembangan Sistem Assessment - - Peringkat jabatan Tersedianya SKJ untuk jabatan fungsional tertentu dan umum Profile/peta Kompetensi Pejabat struktural - Dokumen standar kompetensi jabatan Profile/peta Kompetensi pejabat fungsional Peta profil kompetensi individu Penerapan sistem penilaian kinerja individu Pedoman penilaian dan penyusunan SKP Uji coba penerapan SKP (Sasaran kinerja pegawai) Pedoman penilaian Penerapan penilaian kinerja pegawai - Indikator kinerja individu yang terukur 57

58 PROGRAM/ KEGIATAN Pembangunan/Pen gembangan database pegawai SASARAN (OUTPUT) PER TAHUN kinerja Pedoman penilaian disiplin Pedoman penilaian kode etik Validasi source Database - - data adminstrasi administrasi kepegawaian kepegawaian (data ke belakang) INDIKATOR PENCAPAIAN Data pegawai yang mutakhir dan akurat - - Database untuk SKP database untuk penilaian kinerja individu database untuk penilaian kinerja dan rekrutmen Pengembangan pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi Pedoman inventarisasi dan analisis kebutuhan akan diklat berbasis kompetensi (IKAD dan AKAD) Penguatan Pengawasan Penerapan Sistem 1. Tersedianya Pengendalian SOP Intern Pemerintah Penerapan (SPIP) pada SPIP pada masing-masing masing-masing Kementerian PU Satminkal (100%) 2. Tersedianya Peta Kompetensi petugas Pengelola Grand Design Pengelolaan Sistem Informasi SDM PU Pengembangan Program dan Kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi (Struktural dan Fungsional) 1. Terlaksanan ya SOP Penerapan SPIP pada Satker pusat pada masingmasing Satminkal. 2. Terlaksananya evaluasi dan Grand Design Pengelolaan Sistem Informasi SDM PU Pelaksanaan Program dan Kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi (Struktural) 1. Terlaksanan ya SOP Penerapan SPIP pada masingmasing Satminkal. (50%) 2. Terlaksananya evaluasi dan monitoring Road Map Pengelolaan Sistem Informasi SDM PU Pelaksanaan Program dan Kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi (Fungsional) 1. Terlaksanan ya SOP Penerapan SPIP pada masingmasing Satminkal. (70%) 2. Terlaksananya evaluasi dan monitoring Sistem dan proses pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi dalam pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik Peningkatan ketaatan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi 58

59 PROGRAM/ KEGIATAN Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai Quality Assurance dan Consulting SASARAN (OUTPUT) PER TAHUN monitoring Penerapan Penerapan SPIP pada SPIP Satker masingmasing pusat pada masingmasing Satminkal. (50%) Satminkal. 3. Tersedianya 3. Terlaksananya Laporan Keuangan Program yang Peningkatan akuntabel Kompetensi pada Petugas masingmasing Pengelola Keuangan Satminkal.( masingmasing 100%) Satminkal. (100%) Keuangan.(10 0%) 1. Terlaksananya Audit Berbasis Resiko (RBIA).(50%) 2. Terlaksananya reviu Kode Etik Auditor PU. 3. Tersusunnya Permen PU tentang Menejemen Risiko.(80%) 4. Terlaksananya Reviu Permen No. 603/PRT/M/20 05 tentang Pedoman Umum SISDALMEN. (80%) 5. Tersedianya dan terlaksananya pedoman pengelolaan pengaduan masyarakat. (100%) 6. Terlaksananya 1. Terlaksanan ya Audit Berbasis Resiko (RBIA). (60%) 2. Terlaksananya pedoman pengelolaan pengaduan masyarakat. (100%) 3. Terlaksananya Pendamping -an Penyusunan Laporan Keuangan. (100%) 4. Terlaksanakanya Sosialisasi Permen Terkait Manajemen Resiko dan SPIP. (100%) 1. Terlaksanan ya Audit Berbasis Resiko (RBIA). (70%) 2. Terlaksanan ya pedoman pengelolaan pengaduan masyarakat. (100%) 3. Terlaksananya Pendamping -an Penyusunan Laporan Keuangan. (100%) Penerapan SPIP pada masingmasing Satminkal.( Tersedianya Laporan Keuangan yang akuntabel pada masingmasing Satminkal. (100%) 1. Terlaksanan ya Audit Berbasis Resiko (RBIA). (90%) 2. Terlaksanan ya pedoman pengelolaan pengaduan masyarakat. (100%) 3. Terlaksananya Pendamping -an Penyusunan Laporan Keuangan. (100%) INDIKATOR PENCAPAIAN APIP yang lebih berperan dalam melakukan penguatan sistem pengendalian intern, quality assurance dan konsultasi atas pelayanan kepemerintahan 59

60 PROGRAM/ SASARAN (OUTPUT) PER TAHUN KEGIATAN Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan. Penguatan Akuntabilitas Kinerja Penguatan Pedoman SAKIP akuntabilitas dan Manajemen kinerja instansi Kinerja pemerintah Pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Kementerian PU Penyusunan SAKIP dengan penerapan Manajemen Kinerja Organisasi dan Kinerja Individu - Pengembangan Sistem manajemen kinerja organisasi - Perumusan indikator kinerja organisasi dan individu Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Penerapan standar pelayanan pada unit kerja Kementerian PU Mapping standar pelayanan masing-masing unit kerja Meningkatnya pemahaman terhadap pedoman standar pelayanan publik di masing-masing unit kerja Penyiapan Standar Pelayanan Quick Win 30% Tersedia pedoman standar pelayanan masingmasing unit kerja Penerapan Standar Pelayanan untuk quick win. Penerapan SDM Pada Kabupaten/Kota Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik Inventarisasi pedoman partisipasi masyarakat/duni - Fasilitasi dan Sosialisasi Pedoman Pemberdayaan Penyusunan SAKIP dengan penerapan Manajemen Kinerja Organisasi dan Kinerja Individu Uji coba Sistem manajemen kinerja Penerapan indikator kinerja organisasi dan individu 60% Tersedia pedoman standar pelayanan masingmasing unit kerja Penerapan 30% Standar Pelayanan yang ditetapkan tahun Fasilitasi dan Sosialisasi Pedoman Pemberdayaan Penyusunan SAKIP dengan penerapan Manajemen Kinerja Organisasi dan Kinerja Individu Penerapan sistem manajemen kinerja Penajaman Perumusan IKU berdasarkan standar pelayanan 100% Tersedia pedoman standar pelayanan masingmasing unit kerja Penerapan 60% Standar Pelayanan yang ditetapkan tahun Fasilitasi dan Sosialisasi Pedoman Pemberdayaan INDIKATOR PENCAPAIAN Peningkatan kualitas laporan akuntabilitas kinerja Sistem yang mampu mendorong tercapainya kinerja organisasi yang terukur IKU Kementerian PU Implementasi penggunaan standar pelayanan dalam pelayanan publik Peningkatan partisipasi masyarakat dalam 60

61 PROGRAM/ KEGIATAN SASARAN (OUTPUT) PER TAHUN Masyarakat Masyarakat dalam dalam penyelenggaraaraan penyelengga- infrastruktur infrastruktur PU PU - Fasilitasi dan - Fasilitasi dan Sosialisasi Sosialisasi Pedoman Pedoman Pemberdayaan Pemberdayaan Dunia Usaha Dunia Usaha bidang Air bidang Air Minum, Minum, Sanitasi dan Sanitasi dan Jalan Tol Jalan Tol sesuai permen sesuai permen PU nomor.. PU nomor.. - Pembinaan - Pembinaan teknis kepada teknis kepada kab/kota kab/kota untuk untuk meningkatkan meningkatkan partisipasi partisipasi masyarakat masyarakat dan dunia dan dunia usaha usaha - Penyusunan - Penerapan dan penerapan sistem sistem penanganan penanganan keluhan keluhan masyarakat masyarakat dalam dalam penyelenggar penyelenggar akan akan infrastruktur infrastruktur PU PU a usaha/pemda dalam penyelenggaraan pelayanan publik Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Monitoring Terdokumentasinya data 8 program reformasi birokrasi (quick win dan indikator pengukuran) Tersedianya Pedoman monitoring, evaluasi dan Penerapan sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan Terpantau dan terlaporkan nya pelaksanaan 8 program Penerapan sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan Terpantau dan terlaporkan nya pelaksanaan 8 program Masyarakat dalam penyelenggaraan infrastruktur PU - Fasilitasi dan Sosialisasi Pedoman Pemberdayaan Dunia Usaha bidang Air Minum, Sanitasi dan Jalan Tol sesuai permen PU nomor.. - Pembinaan teknis kepada kab/kota untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha - Penerapan sistem penanganan keluhan masyarakat dalam penyelenggar akan infrastruktur PU Penerapan sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan Terpantau dan terlaporkan nya pelaksanaan 8 program INDIKATOR PENCAPAIAN penyelenggaraan pelayanan publik Laporan monitoring 61

62 PROGRAM/ KEGIATAN Evaluasi (dilakukan setiap tahun sekali) Evaluasi menyeluruh (dilakukan pada semester kedua 2014) SASARAN (OUTPUT) PER TAHUN pelaporan reformasi reformasi reformasi untuk birokrasi birokrasi birokrasi mengukur kinerja kegiatan, unit kerja dan individu melalui sistem yang akuntabel Tersedianya Sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan - Pelaporan hasil evaluasi tahunan program RB Pelaporan hasil evaluasi tahunan program RB Pelaporan hasil evaluasi tahunan program RB Pelaporan hasil evaluasi secara menyeluru h program RB INDIKATOR PENCAPAIAN Tersedianya laporan evaluasi tahunan Tersedianya Laporan Program RB secara menyeluruh 3. Prioritas dan Agenda/Waktu Prioritas pelaksanaan program dan kegiatan atau aktivitas Reformasi Birokrasi dapat dijabarkan seiring dengan sasaran Reformasi Birokrasi 2014 yang ditetapkan yaitu: penguatan birokrasi dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, meningkatkan pelayanan publik, serta meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Prioritas pertama penguatan birokrasi diutamakan pada upaya mewujudkan peningkatan pelayanan publik yang menjadi tuntutan stakeholder utama Kementerian PU. Prioritas kedua adalah penguatan birokrasi untuk menguatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Prioritas ketiga adalah penguatan birokrasi untuk mewujudkan pemerintah yang bersih dan bebas KKN. Prioritas ketiga penting dan baru dapat terwujud melalui pra-kondisi terwujudnya penguatan pelayanan publik untuk menjawab burning issues dan tuntutan masyarakat dan pra-kondisi terwujudnya suasana kerja yang memberi kepastian karir dan kesejahteraan. Agenda Prioritas 1 (AP-1), adalah peningkatan kualitas pelayanan masyarakat. 62

63 Komponen agenda prioritas pertama adalah Peningkatan Kualitas Pelayanan Masyarakat dengan urutan: Pertama, Pelaksanaan quick win Kementerian PU pada tahun Kedua, Penetapan dan penerapan standar pelayanan infrastruktur PU pada tahun 2011 sampai tahun 2014 serta kinerja pelayanan. Gambar Struktur Reformasi Birokrasi Kementerian PU Gambar Struktur Agenda Prioritas 1 63

64 Agenda Prioritas kedua (AP-2), adalah penguatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Komponen agenda prioritas kedua adalah Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi dengan urutan: Pertama, Pembangunan database pegawai dengan prioritas utama mewujudkan manajemen kinerja untuk mengukur kinerja organisasi dan kinerja pegawai. Kedua, Pemberian tunjangan kinerja. Ketiga, Meningkatkan kualitas laporan LAKIP. Gambar Struktur Agenda Prioritas 2 Agenda Prioritas Ketiga (AP-3), adalah birokrasi/pemerintahan bersih dan bebas KKN. Komponen agenda prioritas ketiga adalah Birokrasi/Pemerintahan Bersih dan Bebas KKN dengan urutan: Pertama, Peningkatan operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi, yaitu dengan menjadikan quick win Kementerian pada Proses Pemilihan Pengadaan barang/jasa Kementerian PU di koridor Pantura Jawa Kedua, Penguatan pengawasan internal. Ketiga, Meningkatkan kualitas laporan keuangan (Opini BPK). 64

65 Keempat, mengefektifkan hasil keikutsertaan pada program KPK Penilaian Inisiatif Anti Korupsi. Atas dasar pendekatan agenda dilakukan perkuatan birokrasi Kementerian PU dimulai tahun 2012 sampai tahun *) Skala 0 10 **) Skala 2.5 s/d 2.5 Sumber: Diolah dari RPJMN Gambar Agenda prioritas Waktu Pelaksanaan dan Tahapan Kerja Secara detil, rencana waktu pelaksanaan tiap-tiap program atau aktivitas reformasi birokrasi untuk seluruh prioritas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Asumsi yang mendasari rencana ini adalah bahwa kegiatan yang sama akan dilakukan secara serentak oleh PMO pada masing-masing Satminkal. Adapun tahap desain/pengembangan sistem dan implementasi secara terbatas (trial/pilot project) diharapkan selesai pada pertengahan tahun Secara keseluruhan, seluruh program/kegiatan dan implementasi/isntitusionalisasinya direncanakan selesai pada tahun Secara lebih jelas, agenda atau rencana waktu pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan ini kami sampaikan pada bagian lampiran. 65

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014-2018 A. Program dan Kegiatan Pokok 1. Program Pelayanan Administrasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI Herry Yana Sutisna Deputi Bidang Pengawasan dan

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR di Gedung Nusantara DPR Tanggal 13 Pebruari 2012

Disampaikan Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR di Gedung Nusantara DPR Tanggal 13 Pebruari 2012 Disampaikan Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR di Gedung Nusantara DPR Tanggal 13 Pebruari 2012 1 KERANGKA KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI GRAND DESIGN ROAD MAP PEDOMAN- PEDOMAN PERPRES NOMOR 81 TAHUN

Lebih terperinci

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE., MURP., M.Sc, PhD. DEPUTI BIDANG TATALAKSANA deddys@menpan.go.id

Lebih terperinci

ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL

ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL AZWAR ABUBAKAR Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian Pekerjaan Umum sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR

KEBIJAKAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR Herry Yana Sutisna Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur SASARAN DAN TARGET

Lebih terperinci

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI A. Pendahuluan Salah satu area perubahan dalam reformasi birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah penataan tata

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017 REFORMASI BIROKRASI (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017 Kegiatan Belajar 1 Reformasi Birokrasi Pengertian Reformasi Birokrasi Salah satu cara untuk membangun kepercayaan masyarakat.

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI

PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI Lampiran II Peraturan Menpan dan RB No. 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Secara Online PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.221, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG REFORMASI BIROKRASI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS - 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Materi Men.PAN-RB pada Rapat Kerja Nasional Mahkamah Agung 10 14 Oktober 2010 tentang Pembangan Reformasi Birokrasi Balikpapan Outline

Lebih terperinci

KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM

KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM Oleh : Drs. Buntaram *) ABSTRAK Memasuki Tahun 2013 sebagai pelaksanaan Reformasi

Lebih terperinci

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan MEI - JUNI 2011 LATAR BELAKANG Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan DASAR HUKUM 1. UUD Negara

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi KONDISI UMUM SEBELUM REFORMASI BIROKRASI 2 MASIH DIWARNAI DENGAN

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG TEPAT UNTUK DAERAH Assalammu alaikum Wr.Wb

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH 1 1 Program RB Grand Design RB Road Map RB 6 Program Makro 8 Area Perubahan 9 Program Percepatan RB 9 Program Mikro K/L & Pemda 2 Keterkaitan Program Makro Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI Jakarta, 11 Agustus 2015 Disampaikan pada acara : Rapat kerja Tengah Tahun Lembaga Penyiaran RRI Tahun 2015 Esensi Reformasi

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam RINGKASAN EKSEKUTIF Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, ditetapkan bahwa Kementerian Dalam Negeri merupakan salah satu unsur kementerian/ lembaga yang memiliki tugas

Lebih terperinci

Cetak Biru Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Cetak Biru Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Cetak Biru Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA 1 Undang-undang Republik Indonesia No. 17 / 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJM Tahun 2005 2025).

Lebih terperinci

Pidato Menteri Pekerjaan Umum pada Upacara Bendera Memperingati Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 65 Jakarta, 17 Agustus 2010

Pidato Menteri Pekerjaan Umum pada Upacara Bendera Memperingati Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 65 Jakarta, 17 Agustus 2010 Pidato Menteri Pekerjaan Umum pada Upacara Bendera Memperingati Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 65 Jakarta, 17 Agustus 2010 Bismillahirrahmanirrahim, Assalaamu alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh,

Lebih terperinci

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bila dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Lebih terperinci

RENJA K/L TAHUN 2016

RENJA K/L TAHUN 2016 RENJA K/L TAHUN 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DAFTAR ISI 1. FORMULIR I 2. FORMULIR II a) SEKRETARIAT JENDERAL b) INSPEKTORAT JENDERAL c) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN d) BADAN

Lebih terperinci

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum wr. wb, dan Salam sejahtera bagi kita semua.

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum wr. wb, dan Salam sejahtera bagi kita semua. MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Sambutan Menteri Pekerjaan Umum Pada Konsultasi Regional Kementerian Pekerjaan Umum Wilayah Barat Tahun 2012 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum wr. wb,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal tanpa didukung oleh komitmen untuk memperbaiki validitas dari standar penilaian kinerja kelembagaan

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PU NOMOR: 03/PRT/M/2010 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU

PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PU NOMOR: 03/PRT/M/2010 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 22/PRT/M/2010 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PU NOMOR: 03/PRT/M/2010 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal tanpa didukung oleh komitmen untuk memperbaiki validitas dari standar penilaian kinerja kelembagaan

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pedoman Penyusunan SOP di Kementerian PPN/Bappenas. Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana

Kebijakan dan Pedoman Penyusunan SOP di Kementerian PPN/Bappenas. Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana Kebijakan dan Pedoman Penyusunan SOP di Kementerian PPN/Bappenas Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana OUTLINE GRAND DESIGN DAN ROAD MAP REFORMASI REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS ASESMEN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2014 Sekretaris Jenderal Selaku Ketua Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian PU AGOES WIDJANARKO

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2014 Sekretaris Jenderal Selaku Ketua Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian PU AGOES WIDJANARKO KATA PENGANTAR Puji syukur Kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Laporan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 3.1. Identifikasi Permasalahan berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Biro Organisasi. Berdasarkan

Lebih terperinci

GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI BAB I PENDAHULUAN

GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR : 81 TAHUN 2010 TANGGAL : 21 Desember 2010 GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI 2010-2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV.1 Agenda Pembangunan Berdasarkan visi, misi, dan strategi pembangunan, serta permasalahan pembangunan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disusun sembilan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2010 TENTANG GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2010 TENTANG GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 81 TAHUN 2010 TENTANG GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI 2010 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat tercapainya tata kelola

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK

REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK Oleh: Deputi Pelayanan Publik Kementerian PAN dan RB Disampaikan pada Acara Kunjungan dan Diskusi Mahasiswa FISIP UI Program Sarjana Ekstensi

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis 79 BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh signifikan

Lebih terperinci

Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 Diperbanyak oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi i ii BAB II PERATURAN PRESIDEN NOMOR 81 TAHUN 2010 GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI 2010-2014 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

Disampaikan Pada : Diskusi Publik: Empat Tahun UU Pelayanan Publik YAPPIKA Jakarta, 24 Juli 2013

Disampaikan Pada : Diskusi Publik: Empat Tahun UU Pelayanan Publik YAPPIKA Jakarta, 24 Juli 2013 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh: Wiharto Staf Ahli Bidang Sistem Manajemen Disampaikan Pada : Diskusi Publik: Empat Tahun UU Pelayanan Publik YAPPIKA Jakarta, 24

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI TAHUN

RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI TAHUN RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI TAHUN 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DAFTAR ISI Kata Pengantar...... Daftar Isi......

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP

ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP Jeffrey Erlan Muler, SH Asisten

Lebih terperinci

PENGUATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

PENGUATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PENGUATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI ASISTEN DEPUTI PEMANTAUAN DAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA

Lebih terperinci

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bila dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KLUNGKUNG JALAN GAJAH MADA NO 47 SEMARAPURA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS PEKERJAAN UMUM Jalan Gajah Mada Nomor 47 Telp. (0366)

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

cukup, dan 11 indikator kinerja bernilai kurang.

cukup, dan 11 indikator kinerja bernilai kurang. BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengukuran dari Revisi Pernetapan Kinerja Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014 menunjukkan bahwa dari capaian 6 misi dapat disajikan data sebagai berikut:

Lebih terperinci

AGENDA REFORMASI BIROKRASI MELIPUTI (DELAPAN) AREA PERUBAHAN. 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan PerundangUndangan

AGENDA REFORMASI BIROKRASI MELIPUTI (DELAPAN) AREA PERUBAHAN. 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan PerundangUndangan 8 AGENDA REFORMASI BIROKRASI MELIPUTI (DELAPAN) AREA PERUBAHAN 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan PerundangUndangan 3. Penataan Dan Penguatan Organisasi 4. Penataan Tatalaksana 5. Penataan Sistem

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013 BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN JAKARTA - 2012 KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Sekretariat Badan Pengembangan Sumber

Lebih terperinci

GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI BAB I PENDAHULUAN

GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 81 TAHUN 2010 TANGGAL: 21 Desember 2010 GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI 2010-2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Progra g m,,kegia g tan,,dan hasil yan

1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Progra g m,,kegia g tan,,dan hasil yan 1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Program, Kegiatan, dan hasil yang Diharapkan pada Tingkatan Mikro 3. Format Road Map 4. Langkah langkah Penyusunan Road Map 2 1 Road Map Road Map merupakan rencana

Lebih terperinci

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Disampaikan dalam Rapat Kerja/Sosialisasi Reformasi Birokrasi kepada Pemerintah Daerah Regional I (Provinsi/Kabupaten/Kota se-sumatera, DKI

Lebih terperinci

11 Program Prioritas KIB II

11 Program Prioritas KIB II KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh: Gatot Sugiharto Asisten Deputi Bidang Pelayanan Perekonomian Deputi Pelayanan Publik Bandung, 18-19 April 2013 1 11 Program Prioritas

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

Oleh Kepala BPKP. A. Pendahuluan

Oleh Kepala BPKP. A. Pendahuluan Program Strategis Kementerian PAN dan RB, ANRI, BKN, BPKP dan LAN Dalam Rangka Percepatan Pencapaian Target Prioritas I Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola dalam RPJMN tahun 2010-2014 A. Pendahuluan Oleh

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AGEN PERUBAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AGEN PERUBAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AGEN PERUBAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS APARAT PENGAWAS INTERNAL DALAM MELAKUKAN AUDIT BERBASIS RESIKO

PENINGKATAN KAPASITAS APARAT PENGAWAS INTERNAL DALAM MELAKUKAN AUDIT BERBASIS RESIKO PENINGKATAN KAPASITAS APARAT PENGAWAS INTERNAL DALAM MELAKUKAN AUDIT BERBASIS RESIKO Disampaikan dalam Training Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawasan Internal Itjen Kemenristekdikti Bogor 29 April 2016

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Bappeda Kabupaten Lahat dalam mewujudkan pencapaian tata pemerintahan yang baik (good gavernance) dan memenuhi tuntutan serta harapan masyarakat atas

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

Penyusunan Roadmap Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi. Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB

Penyusunan Roadmap Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi. Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB Penyusunan Roadmap Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB Mataram, 10 12 April 2012 Pokok Bahasan 1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Format Road Map 3. Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2013 periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orangorang

Lebih terperinci