TUGAS AKHIR ANALISIS RANTAI PERJALANAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA RUTE MAKASSAR-PAREPARE. Disusun Oleh: EVY FEBRIANTI D

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR ANALISIS RANTAI PERJALANAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA RUTE MAKASSAR-PAREPARE. Disusun Oleh: EVY FEBRIANTI D"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR ANALISIS RANTAI PERJALANAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA RUTE MAKASSAR-PAREPARE Disusun Oleh: EVY FEBRIANTI D JURUSAN SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

2

3 Abstrak: Rantai perjalanan menjadi salah satu faktor utama yang selalu dipertimbangkan setiap orang untuk melakukan perjalanan. Analisis rantai perjalanan dapat membantu mengarahkan pengguna transportasi untuk mengerti lebih baik tentang kebiasaan orang ketika melakukan perjalanan penumpang, mengarahkan alternatif waktu dan biaya yang akan dikeluarkan pengguna transportasi yang juga mampu mempertimbangkan dampak - dampak yang akan terjadi dalam berbagai aspek. Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis karakteristik perjalanan pengguna angkutan umum Makassar-Parepare, menganalisis model rantai perjalanan penumpang mulai dari asal perjalanan ke tempat tujuan serta menganalisis persamaan dan perbedaan waktu rumah-terminal dan waktu menunggu diterminal terhadap pola perjalanan penumpang AKDP Makassar-Parepare. Data - data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari instansi - instansi terkait dan data primer yang didapat dari penyebaran kuisoner secara acak sebanyak 486 sampel yang terdiri dari 140 sampel untuk bus besar, 122 sampel untuk bus sedang, 78 sampel untuk bus kecil dan 146 sampel untuk mobil penumpang umum (MPU). Metode analisis yang digunakan adalah Uji T dan Uji F dengan menggunakan program SPSS16.0. Analisis rantai perjalanan meliputi pola dominan dan non pola dominan sedangkan analisis waktu perjalanan yaitu waktu perjalanan dari rumah ke terminal dan waktu menuggu di terminal. Berdasarkan rantai perjalanan penumpang AKDP terdapat 13 pola rantai perjalanan, tetapi hanya 2 pola yang dominan yaitu pada pola 1 dengan rantai perjalanan Rumah - Terminal - Rumah Makan - Pinggir Jalan - Rumah dan pada pola 3 dengan rantai perjalan Rumah - Terminal - Rumah Makan - Terminal - Rumah. Analisis uji T dan F untuk waktu perjalanan rumah ke terminal dan waktu menunggu di terminal penumpang antar moda pada pola 1, pola 2 dan pola non dominan menunjukkan relatif terjadi perbedaan rerata dan variansi bentuk - bentuk distribusi biaya perjalanan penumpang antar moda transportasi yang digunakan. Kata Kunci : Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP), Rantai Perjalanan, Uji T, Uji F. Abstract: Chain trip to be one of the major factors that are always considered every person to travel. Trip chain analysis can help direct users of transportation to better understand people's habits when traveling passengers, directing alternative time and expense that will be incurred transport users are also able to consider the impacts - impacts that will occur in various aspects. The purpose of this study was analyze the characteristics of users of public transport trips Makassar - Pare-Pare, analyzing passenger trip chain models ranging from trip origin to the destination and analyze the similarities and differences in home - terminal time and time waiting in the terminal to the passenger travel patterns AKDP Makassar - Pare-Pare. Data - the data used in this research is a secondary data obtained from the agency - related institutions and primary data obtained from questionnaires at random deployment of 486 samples consisting of 140 samples for large buses, 122 buses were sampled for, 78 samples for the bus small and 146 samples for general passenger cars ( MPU ). The analytical method used is the T test and F-test using SPSS16.0 program. Trip chain analysis includes patterns of dominant and non dominant pattern while the analysis of the travel time is the travel time from home to the terminal, and the time of waiting in the terminal. Based on the travel chain, there were 13 passengers AKDP trip chain patterns, but only 2 dominant pattern is the pattern 1 with chain drive Houses - Terminal - Eating - Roadside - Home and on the

4 pattern of chain 3 with a trip Houses - Terminal - Eating - Terminal - Home. Analysis of T and F tests for door-to- terminal travel time and waiting time in intermodal passenger terminal on the pattern 1, pattern 2 and the non- dominant pattern shows the relative differences in mean and variance occurring form - the form of the distribution of passenger travel expenses intermodal transport used. Keywords : In Provincial Municipal Transport ( Descending ), Trip Chain, T Test, F Test.

5 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-nya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Salam dan salawat kami hantarkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat sahabatnya. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan akademik bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis membuat Tugas Akhir dengan judul : ANALISIS BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA RUTE MAKASSAR PARE-PARE Banyak kendala yang dihadapi dalam penyusunan Tugas Akhir ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih yang amat tinggi dan setulus-tulusnya kami sampaikan kepada : 1. Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat yang diberikan kepada kami berupa keselamatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Ketua Jurusan Sipil dan Sekretaris Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. 3. Bapak Isran Ramli, ST. MT, sebagai Sekretaris Sub Program Transportasi Jurusan Sipil.

6 4. Ibu Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, MT selaku Pembimbing I dan Ibu selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga seluruh ilmu dan kebaikan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari ALLAH SWT. 5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin atas semua bantuannya selama proses perkuliahan berlangsung. 6. Kepada Kedua Orang Tua, Kakak Muthmainna, Kakak Isnaeni dan seluruh keluarga besar atas bantuan yang diberikan baik yang berupa moril maupun material selama mengikuti pendidikan. Penulis mengucapakan terima kasih yang sedalam-dalamnya. 7. Kepada Tim Tugas Akhir Evy Febrianti, Rahmi, Yuyun Sakinah dan Dedy Marhadi atas kerja sama, dukungan, ilmu pengetahuan, data, informasi dan semangat yang saling diberikan antara satu sama lain. Penulis mengucapkan banyak terima kasih. 8. Kepada seluruh sahabat dan saudara kami Extension 2011 terkhusus ST. Nur Asia, Riska Puspitasari, Za niyah Afifah, Alvira Nur Fitrianti, Risma Sabrina, Arsyikawati, Nurizkah Annisah, Irfan Sanjaya, Syahril, Abdul Kahar Akbar, Abdul Hadi, Naufal, Irsan, Rasak, Wawan, Guntur, Gian Moses T, Andre, Almarhum Zul, Erik, Adnan, Nurul, Awal, Tri, Jusman, Mambo, Dias, Kak Izad, Kak Ati, Kak Eky, Kak Novi, Kak Jeni, dan semua teman yang tidak sempat saya sebutkan yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat kepada penulis. 9. Kepada sahabat kami Strukture 07 PNUP terkhusus Tamzan, Iccank, Almarhum Yahdi, Hendra, Putu, Aan, Fajri, Rini, Anti, Ardy, Dhani, Zulvan,

7 Ade, Eka, Syam, dkk begitu pula dengan sahabat di HISITA Gank teristimewa Anti, Irda, Rhia, Ikha dan Ayuh, atas segala bantuannya baik moril maupun material semoga persahabatan kita tidak akan berakhir bersamaan dengan selesainya tulisan ini. Amin. Sesungguhnya Tugas Akhir ini memiliki banyak kekurangan sehingga saran dan kritik membangun dalam bentuk apapun penulis akan sangat hargai untuk menyempurnakan penulisan semacam ini di masa yang akan datang. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Makassar, November 2013 PENULIS

8 DAFTAR ISI halaman JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN.... xiii BAB. I. PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Rumusan Masalah penelitian I Maksud Penelitian... I Ruang Lingkup Studi... Manfaat Penulisan. I 3 I Sistematika Penulisan... I 5 BAB. II. STUDI PUSTAKA... II Terminal Pengertian Terminal Fungsi Terminal Tipe Terminal Fasilitas Terminal Penumpang II 1 II 1 II 1 II 2 II Angkutan Umum... II Pengertian Angkutan Umum... II Tujuan Angkutan Umum Peranan Angkutan Umum Pelayanan Angkutan Umum Jenis Angkutan Umum II 6 II 7 II 8 II Pemilihan Rute Jalan... II Moda Transportasi dalam Rantai Perjalanan II 10

9 2.3.2 Model Analisa Pemilihan Rute Perjalanan.. II Faktor Penentu Pemilihan Rute Perjalanan II Waktu Perjalanan... II Pengenalan Metode Travel Time Reliability II Tarikan Pergerakan.. Teknik Analisis Data. II 17 II 18 BAB. 3. METODOLOGI PENELITIAN... III Bagan Metode Penelitian... III Jenis Penelitian... III Lokasi Penelitian... III Survey Pendahuluan... III Teknik dan Metode Survey... III Jenis-jenis Sumber Data... III Metode Analisis Data... III 9 BAB. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN... IV Perhitungan Jumlah Sampel... IV Karakteristik Pengguna Angkutan Umum Antar Kota Rute Makassar Parepare Jenis Kelamin Usia Pendidikan Terakhir Pekerjaan Jumlah Anggota Keluarga Penghasilan IV 1 IV 1 IV 2 IV 3 IV 4 IV 5 IV Karakteristik Perjalanan AKDP Rute Makassar Parepare Alasan Memilih Kendaraan Tujuan Melakukan Perjalanan.. IV 6 IV 6 IV 7

10 Frekuensi Perjalanan Seminggu Frekuensi Perjalanan Sebulan Frekuensi Perjalanan Setahun Jarak Dari Rumah Ke Terminal Waktu Perjalanan Dari Rumah Ke Terminal Lama Waktu Menunggu Di Luar Kendaraan Waktu Perjalanan... Pola Rantai Perjalanan Penumpang AKDP Makassar - Parepare Mulai Dari Asal Perjalanan Ke Tempat Tujuan Pola dominan Pola Pola Pola Non Dominan.. Analisa Waktu Perjalanan Penumpang AKDP Makassar-Parepare Pola dominan (Pola 1) Pola dominan (Pola 2) Pola non dominan. Analisi Uji Annova (Uji-F) dan rata-rata (Uji-t) IV 8 IV 9 IV 9 IV 10 IV 11 IV 12 IV 12 IV 13 IV 15 IV 15 IV 18 IV 20 IV 25 IV 25 IV 31 IV 37 IV 41 BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN... V Kesimpulan... V Saran... V 2 DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN... L 1

11 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Daftar Nama Tempat Pengambilan Sampel Proses pemilihan sampel... Pola Perjalanan Penumpang AKDP Makassar Parepare dari Asal Perjalanan ke Tujuan Perjalanan... III 2 IV 1 IV 14 Tabel 4.3 Persentase penumpang AKDP rute Makssar-Parepare (pola 1) IV 16 Tabel 4.4 Persentase penumpang AKDP rute Makssar-Parepare (pola 2) IV 18 Tabel 4.5 Persentase penumpang non pola dominan. IV 21 Tabel 4.6 Statistik Responden Berdasarkan Waktu Rumah ke Terminal dan waktu menunggu di Terminal.. IV 25 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Distribusi Waktu Rumah ke Terminal dan Waktu Menunggu di Terminal (pola 1) Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov (Waktu Rumah ke Terminal). Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov (Waktu Menunggu di Terminal). Statistik Responden Berdasarkan Waktu Rumah ke Terminal dan waktu menunggu di Terminal IV 27 IV 29 IV 30 IV 31 Tabel 4.11 Distribusi Waktu (pola 2).. IV 33 Tabel 4.12 Uji Kolomogorf Waktu Rumah ke Terminal. IV 36 Tabel 4.13 Uji Kolomogorf Waktu Tunggu di Terminal. IV 36 Tabel 4.14 Statistik Responden Berdasarkan Waktu Rumah ke Terminal dan waktu menunggu di Terminal.. IV 38 Tabel 4.15 Distribusi Waktu (pola 2).. IV 39 Tabel 4.16 Uji kolomogorf waktu rumah ke terminal.... IV 40 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Uji kolomogorf waktu rumah ke terminal. Hasil Uji rata-rata waktu penumpang AKDP Makassar -Parepare (Pola 1) Hasil Uji rata-rata waktu penumpang AKDP Makassar -Parepare (Pola 1) Hasil Uji Perbandingan variansi waktu penumpang AKDP Makassar Parepare (Pola 1). Hasil Uji Perbandingan variansi waktu penumpang AKDP Makassar Parepare (Pola 1). Hasil Uji rata-rata waktu penumpang AKDP Makassar Parepare IV 40 IV 42 IV 42 IV 43 IV 43 IV 44

12 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26 Tabel 4.27 Tabel 4.28 Tabel 4.29 (Pola 2) Hasil Uji rata-rata waktu penumpang AKDP Makassar Parepare (Pola 2) Hasil Uji Perbandingan variansi waktu penumpang AKDP Makassar Parepare (Pola 2). Hasil Uji Perbandingan variansi waktu penumpang AKDP Makassar Parepare (Pola 2). Hasil Uji rata-rata waktu penumpang AKDP Makassar Parepare (non Pola dominan). Hasil Uji rata-rata waktu penumpang AKDP Makassar Parepare (non Pola dominan). Hasil Uji Perbandingan variansi waktu penumpang AKDP Makassar Parepare (non Pola dominan). Hasil Uji Perbandingan variansi waktu penumpang AKDP Makassar Parepare (non Pola dominan). IV 44 IV 45 IV 45 IV 46 IV 46 IV 47 IV 47

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tarikan Perjalanan... II 19 Gambar 2.2 Aksesibilitas... II 21 Gambar 2.3 Bangkitan Dan Tarikan Pergerakan... II 21 Gambar 2.4 Sebaran Pergerakan Antara Dua Buah Zona... II 22 Gambar 3.1 Bagan alir penelitian... III 1 Gambar 4.1 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan jenis kelamin.. IV 2 Gambar 4.2 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Usia... IV 3 Gambar 4.3 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Pendidikan IV 3 Terakhir... Gambar 4.4 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Pekerjaan... IV 4 Gambar 4.5 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Anggota IV 5 keluarga... Gambar 4.6 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Penghasilan IV 6 Gambar 4.7 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Alasan Memilih Kendaraan.. IV 7 Gambar 4.8 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Tujuan Perjalanan.. Gambar 4.9 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Frekuensi Perjalanan Seminggu.. IV 7 IV 8 Gambar 4.10 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Frekuensi Perjalaanan Sebulan IV 9 Gambar 4.11 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Frekuensi Perjalanan Setahun Gambar 4.12 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Jarak Rumah Terminal.. IV 10 IV 10 Gambar 4.13 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Waktu Perjalanan Rumah Terminal.. IV 11 Gambar 4.14 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Lama Waktu IV 12

14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Menunggu di Luar Kendaraan. Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Waktu Perjalanan Terminal Tujuan Perjalanan pola perjalanan penumpang AKDP Makassar Parepare dari asal perjalanan ke tujuan perjalanan.. IV 13 IV 15 Gambar 4.17 Persentase yang dilalui setiap moda pada Pola 1 IV 16 (Rumah/kosan Terminal Rumah Makan Rumah/Rumah Kerabat) Gambar 4.18 Rantai perjalanan pola 1 pada moda transportasi yang diamati IV 17 Gambar 4.19 Persentase yang dilalui setiap moda pada Pola 2 IV 19 (Rumah/Rumah Kerabat -Terminal Rumah Makan - Terminal - Rumah/Rumah Kerabat) Gambar 4.20 Rantai Perjalanan pola 2 pada moda transportasi yang IV 20 diamati Gambar 4.21 Persentase penumpang pola non dominan. IV 21 Gambar 4.22 Rantai Perjalanan non pola dominan pada masing-masing IV 22 moda transportasi Gambar 4.23 Histogram Distribusi waktu rumah ke terminal pada IV 28 berbagai moda transportasi... Gambar 4.24 Histogram Distribusi waktu menunggu di terminal.. IV 28 Gambar 4.25 Histogram Distribusi waktu Rumah ke Terminal pada IV 34 berbagai moda transportasi.. Gambar 4.26 Histogram Distribusi waktu menunggu di terminal pada berbagai moda transportasi. IV 35

15 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Makassar merupakan salah satu kota di Indonesia yang tidak lepas dari permasalahan urbanisasi, yang secara langsung juga mengakibatkan timbulnya permasalahan di bidang transportasi. Meningkatnya jumlah penduduk di kota Makassar mengakibatkan terjadinya peningkatan atau pertumbuhan jumlah kendaraan yang tinggi dan siginifikan pertahunnya. Akan tetapi, pertumbuhan jumlah kendaraan tersebut tidak diimbangi oleh pertumbuhan jaringan jalan. Pertumbuhan jaringan jalan pertahunnya sangat kecil atau dengan kata lain pertumbuhan jumlah kendaraan tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan jaringan jalan. Hal inilah yang mengakibatkan sering terjadinya kemacetan lalu lintas yang terlihat jelas dalam bentuk antrian panjang, tundaan, dan juga polusi suara maupun udara. Masalah kemacetan lalu lintas tersebut jelas menimbulkan kerugian yang sangat besar pada pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan bahan bakar, pemborosan waktu (tundaan), dan juga rendahnya kenyamanan. Kemacetan lalu lintas di kota Makassar terjadi pada hampir semua jalanjalan yang ada, termasuk pada jalan arteri primer yang memiliki arus lalu lintas yang tidak stabil. Volume lalu lintas pada jam puncak seringkali melebihi kapasitas jalan sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas yang berdampak sistemik bagi para pengguna jalan. Kemacetan lalu lintas tersebut membuat waktu tempuh perjalanan (travel time) kendaraan dari suatu tempat/titik ke tempat/titik yang lainnya menjadi tidak menentu (tidak reliable). Terkadang waktu tempuhnya bisa cepat sesuai rasionalitas jarak dan kecepatan, namun lebih sering waktu

16 tempuh perjalanan kendaraan tiba-tiba menjadi sangat lambat atau lama akibat kemacetan lalu lintas yang terjadi tersebut. Kota Parepare merupakan salah satu daerah di Makassar yang memiliki posisi strategis karena terletak pada jalur perlintasan transportasi darat maupun laut, baik arah Utara Selatan maupun Timur Barat, dengan luas 99,33 km2 yang secara geografis terletak antara 3o o Lintang Selatan dan 119o o Bujur Timur. Terdiri atas 4 (empat) kecamatan dan 22 (dua puluh dua) kelurahan, yang secara administrasi memiliki batas-batas wilayah dimana Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pinrang, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru, dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar Dalam suatu perjalanan, seseorang akan melakukan beberapa persinggahan dengan tujuan dan maksud tertentu sebelum mencapai tujuan akhirnya. Hal tersebut dikenal sebagai rantai perjalanan. Contoh rantai perjalanan adalah saat seseorang melakukan perjalanan, lalu melakukan persinggahan,untuk membeli makanan, kemudian terakhir mencapai tujuannya. Rantai perjalanan adalah suatu cara baru dalam menganalisis sebuah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang setiap harinya. Analisis rantai perjalanan dapat membantu mengarahkan pengguna transportasi untuk mengerti lebih baik tentang kebiasaan orang ketika melakukan perjalanan, mengarahkan alternatif waktu dan biaya yang akan dikeluarkan pengguna transportasi. Analisis ini juga dapat mengarahkan kerangka evaluasi berbagai isu dalam kebijakan transportasi yang berkaitan. Penulis kemudian mencoba menganalisa rantai perjalanan yang dilakukan penumpang Makassar-Parepare dengan angkutan umum yang digunakan sebagai sarana transportasi, serta karakteristik penumpang yang melakukan perjalanan

17 didaerah tersebut. Dari uraian tersebut maka penulis melakukan penelitian tentang Analisis Rantai Perjalanan Penumpang Angkutan Antar Kota Rute Makassar-Parepare. I.2 Rumusan Masalah Masalah rantai perjalanan penumpang AKDP rute Makassar-Parepare merupakan suatu yang menarik untuk dikaji dan dianalisa. Dari uraian tersebut, maka dapat dikelompokkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik perjalanan pengguna angkutan umum Makassar- Parepare? 2. Bagaimana model rantai perjalanan penumpang AKDP rute Makassar- Parepare mulai dari asal perjalanan ke tempat tujuan? 3. Bagaimana waktu rumah-terminal dan waktu menunggu diterminal terhadap pola perjalanan penumpang? I.3 Tujuan Penelitian Dari uraian perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristik perjalanan pengguna angkutan umum Makassar-Parepare 2. Menganalisis model rantai perjalanan penumpang AKDP Makassar- Parepare mulai dari asal perjalanan ke tempat tujuan 3. Menganalisis waktu rumah-terminal dan waktu menunggu diterminal terhadap pola perjalanan penumpang

18 I.4 LingkupPenelitian Ruang lingkup dalam tulisan ini adalah : 1. Lokasi penelitian dilakukan pada 4 lokasi yaitu : a. Terminal Daya, khusus untuk penumpang Mobil Penumpang Umum (MPU). b. Jalan Perintis Kemerdekaan (Depan KOOPSA AURI), khusus untuk penumpang Mobil Penumpang Umum (MPU). c. Perwakilan Patas Damri (Jalan Tuddopuli Raya), khusus untuk penumpang Bus Besar dan Bus Sedang. d. Perwakilan BMA (Bintang Manunggal Abadi), khusus untuk penumpang Bus Kecil. 2. Objek penelitian adalah masyarakat yang menjadi pengguna jasa angkutan umum rute Makassar - Parepare yang dipilih secara random sesuai dengan jumlah yang diinginkan. 3. Studi penelitiannya yaitu pada pola perjalanan penumpang dan waktu perjalanan peumpang AKDP rute Makassar-Parepare pada masingmasing moda yang diteliti 4. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus September Metode yang dilakukan adalah survei langsung di lokasi, wawancara dan kuesioner. 6. Pengolahan data menggunakan SPSS16.0. I.5 ManfaatPenelitian

19 1. Manfaat bagi masyarakat yaitu diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat tentang alternatif pola perjalanan dan waktu yang dibutuhkan penumpang apabila melakukan perjalanan Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP) rute Makassar - Parepare. 2. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi penelitian serupa, khususnya mengenai analisis pola perjalanan penumpang Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP). I.6 SistematikaPenulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini merupakan gambaran dari keseluruhan isi pembahasan yang diuraikan secara singkat pada masingmasing bab, gambaran mengenai keseluruhan isi yang akan dibahas disajikan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, ruang lingkup dan batasan masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. Bab ini dimaksudkan sebagai pengantar untuk memasuki uraian selanjutnya. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tentang uraian teori-teori yang mendukung pencapaian tujuan penelitian dan teori yang mendukung penemuan jawaban dari

20 rumusan masalah tentang tinjauan umum dan deskripsi penelitian serta data penulisan. Bab III Metode penelitian Bab ini berisi tentang Menguraikan teori-teori yang mendukung pencapaian tujuan penelitian dan teori yang mendukung penemuan jawaban dari rumusan masalah tentang tinjauan umum dan deskripsi penelitian serta data penulisan. Bab IV Tinjauan dan Pembahasan Memuat tentang hasil keluaran atau output dari metodologi penelitian yang kemudian dibahas dan diulas dengan menggunakan metode maupun dengan bantuan software yang relevan. Bab V Penutup Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil tinjauan yang penulis lakukan serta saran-saran yang dikemukakan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

21 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Terminal Pengertian Terminal Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul utama dalam jaringan dimana sekumpulan lintasan rute secara keseluruhan bertemu. Dengan demikian terminal merupakan komponen utama dalam system jaringan transportasi jalan yang mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting. Terminal bukan saja merupakan komponen fungsional utama dari sistem, tetapi juga sering merupakan prasarana dimana titik kemacetan mungkin terjadi (Warpani, 2002). Menurut Undang-Undang Lalu Lintas No. 14 tahun 1992, terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jarinya transportasi. Yang dimaksud terminal bus sendiri adalah tempat dimana sekumpulan bus mengakhiri dan mengawali lintasan operasionalnya. Dengan mengacu kepada definisi tersebut, maka pada bangunan terminal, penumpang dapat mengakhiri perjalanannya dengan mengganti lintasan bus lainnya. Di lain pihak, bagi pengemudi bus maka bangunan terminal adalah tempat dimana kendaraan dapat beristirahat sejenak, yang selanjutnya dapat digunakan juga kesempatan tersebut untuk perawatan ringan ataupun pengecekan mesin Fungsi Terminal

22 Berdasarkan Juknis LLAJ, 1995, Fungsi utama terminal dapat ditinjau dari tiga unsur yang terkait, yaitu penumpang, pemerintah dan operator angkutan umum. Fungsi fungsi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Fungsi terminal bagi penumpang adalah mempermudah perpindahan dari satu moda ke moda lainnya atau dengan kata lain untuk mempercepat arus penumpang menuju daerah tujuan dengan memperhatikan segi keamanan dan kenyamanan, tersedianya fasilitas terminal dan informasi serta fasilitas parkir kendaraan pribadi. 2. Fungsi terminal bagi pemerintah adalah perencanaan dan manajemen lalu lintas serta pengendalian arus kendaraan umum untuk menghindari kemacetan sekaligus sebagai sumber pendapatan daerah. 3. Fungsi terminal bagi operator angkutan umum adalah untuk pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai fasilitas pangkalan Menurut Undang undang No. 14 tahun 1992, fungsi utama dari terminal adalah sebagai pelayanan umum antara lain berupa tempat untuk naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang, untuk pengendalian lalu lintas dan angkutan umum, serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi Tipe Terminal Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 tahun 1995, Berdasarkan karakteristik dan fungsinya, maka terminal dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Terminal Tipe A Terminal tipe A berfungsi untuk melayani kendaraan umum untuk angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) dan atau Antar Lintas Batas

23 Negara, angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Persyaratan lokasi terminal tipe A : a. Terletak di ibukota propinsi, kotamadya, atau kabupaten dalam jaringan trayek Antar Kota Antar Propinsi dan atau Lintas Batas Negara. b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan minimal kelas III A. c. Jarak antara dua terminal tipe A minimal 20 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatra dan 50 km di pulau lainnya. d. Luas lahan yang tersedia sekurang kurangnya 5 Ha untuk Pulau Jawa dan Sumatra dan 3 Ha di pulau lainnya. e. Mempunyai jalan akses ke dan dari terminal sejauh 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya. 2. Terminal Tipe B Terminal tipe B mempunyai fungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan Antar Kota Dalam Propinsi, angkutan kota dan atau angkutan pedesaan. Persyaratan lokasi terminal tipe B : a. Terletak di kotamadya / kabupaten dan dalam jaringan trayek Antar Kota Dalam Propinsi. b. Terletak di jalan arteri / kolektor dengan kelas jalan minimal III B. c. Jarak antara dua terminal tipe B atau dengan terminal tipe A minimal 15 km di Pulau Jawa dan 30 km di pulau lainnya. d. Tersedia luas lahan minimal 3 Ha di Pulau Jawa dan Sumatra dan 2 Ha di pulau lainnya. 3. Terminal Tipe C

24 Terminal tipe C mempunyai fungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan. Persyaratan lokasi terminal tipe C : a. Terletak di wilayah kabupaten tingkat dua dan dalam jaringan trayek angkutan pedesaan. b. Terletak di jalan kolektor / lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas III A. c. Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan. d. Mempunyai jalan akses ke dan dari terminal sesuai dengan kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal. Berdasarkan tingkat pelayanannya, terminal dibagi menjadi tiga yaitu : a. Terminal induk yaitu : terminal utama yang berfungsi sebagai pusat atau induk dari terminal terminal pembantu dengan tingkat pelayanan yang berjangkauan regional atau antar kota dan lokal atau dalam kota serta mempunyai kapasitas angkut dan volume penumpang yang tinggi. b. Terminal pembantu atau sub terminal, merupakan terminal pelengkap yang menunjang keberadaan terminal induk dengan tingkat pelayanan lokal dalam kota serta mempunyai kapasitas angkut dan volume penumpang yang lebih sedikit. c. Terminal transit yang merupakan terminal yang melayani aktifitas transit penumpang dari satu tujuan ke tujuan lain, kendaraan umum hanya menurunkan dan menaikkan penumpang Fasilitas Terminal Penumpang Fasilitas Utama Terminal

25 Fasilitas utama adalah fasilitas yang mutlak dimiliki dalam terminal penumpang yaitu (Warpani,2002) : 1. Jalur pemberangkatan kendaraan umum Jalur pemberangkatan kendaraan umum adalah pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menaikkan penumpang. 2. Jalur kedatangan kendaraan umum Jalur kedatangan kendaraan umum adalah pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menurunkan penumpang. 3. Tempat tunggu kendaraan umum Tempat tunggu kendaraan umum adalah pelataran yang disediakan bagi kendaraan angkutan penumpang umum untuk beristirahat dan siap menuju jalur pemberangkatan. 4. Bangunan kantor terminal dan menara pengawas Bangunan kantor terminal adalah bangunan yang biasanya berada dalam wilayah terminal, yang biasanya digabung dengan menara pengawas yang berfungsi sebagai tempat memantau pergerakan kendaraan dan penumpang. 5. Tempat tunggu penumpang dan atau pengantar Tempat tunggu penumpang atau pengantar adalah pelataran yang disediakan bagi orang yang akan melakukan perjalanan dengan angkutan umum atau orang yang mengantarnya. 6. Jalur lintasan

26 Jalur lintasan adalah pelataran yang disediakan bagi kendaraan angkutan penumpang umum yang akan langsung melakukan perjalanan setelah menurunkan atau menaikkan penumpang. 7. Loket penjualan karcis Loket penjualan karcis adalah ruangan yang digunakan oleh masing masing penyelenggara untuk penjualan tiket yang melayani perjalanan dari terminal yang bersangkutan. 8. Tempat istirahat sementara kendaraan Tempat istirahat sementara kendaraan adalah tempat bagi kendaraan untuk istirahat sementara dan dilakukan perawatan sebelum melanjutkan pemberangkatan. 9. Rambu rambu dan papan informasi yang sekurang kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadwal pemberangkatan Fasilitas Penunjang Terminal Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang menunjang fasilitas utama sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap penumpang, terdiri atas : 1. Kamar kecil / toilet 2. Musholla 3. Kios / kantin 4. Ruang pengobatan 5. Ruang informasi dan pengaduan 6. Telepon umum 7. Tempat penitipan barang 8. Taman

27 9. Dan lain lain 2.2 Angkutan Umum Pengertian Angkutan Umum Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar. Dalam hal angkutan massal, biaya angkutan menjadi beban tanggungan bersama sehingga sistem AU menjadi efisien karena biaya angkutan menjadi sangat murah (Warpani, 2002: 38) Tujuan Angkutan Umum Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan pelayanan yang aman, cepat, nyaman, dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin meningkat, terutama bagi para pekerja dalam menjalankan kegiatannya. Bagi angkutan perkotaan, keberadaan angkutan umum apalagi angkutan umum massal sangat membantu manajemen lalu lintas dan angkutan jalan karena tingginya tingkat efisiensi yang dimiliki sarana tersebut dalam penggunaan prasarana jalan. Esensi dari operasi pelayanan angkutan umum adalah menyediakan layanan angkutan pada saat dan tempat yang tepat untuk memenuhi permintaan masyarakat yang sangat beragam (Warpani, 2002). Pada hakikatnya yakni operator harus memahami pola kebutuhan, dan harus mampu mengerahkan penyediaan untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomis. Jadi, dalam hal ini dapat dikenali adanya unsur-unsur: sarana operasi atau moda angkutan dengan kapasitas tertentu, yaitu banyaknya orang atau muatan yang dapat diangkut.

28 biaya operasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menggerakkan operasi pelayanan sesuai dengan sifat teknis moda yang bersangkutan. prasarana, yakni jalan dan terminal yang merupakan simpul jasa pelayanan angkutan. staf atau sumber daya manusia yang mengoperasikan pelayanan angkutan Peranan Angkutan Umum Menurut (Warpani, 2002: 39) dalam perencanaan wilayah ataupun perencanaan kota, masalah transportasi kota tidak dapat diabaikan, karena memiliki peran yang penting, yaitu: a. Melayani kepentingan mobilitas masyarakat Peranan utama angkutan umum adalah melayani kepentingan mobilitas masyarakat dalam melakukan kegiatannya, baik kegiatan sehari- hari yang berjarak pendek atau menengah (angkutan perkotaan/pedesaan dan angkutan antarkota dalam propinsi), maupun kegiatan sewktu-waktu antar propinsi (angkutan antarkota dalam propinsi dan antarkota antar propinsi). Aspek lain pelayanan angkutan umum adalah peranannya dalam pengendalian lalu lintas penghematan energi, dan pengembangan wilayah. b. Pengendalian lalu lintas Dalam rangka pengendalian lalu lintas, peranan layanan angkutan umum tidak dapat ditiadakan. Dengan ciri khas yang dimilikinya, yakni lintasan tetap dan mampu mengangkut banyak orang seketika, maka efisiensi penggunaan jalan menjadi lebih tinggi karena pada saat yang sama luasan jalan yang sama dimanfaatkan oleh lebih banyak orang. Selain itu, jumlah kendaraan yang berlalu lalang di jalanan dapat dikurangi, sehingga dengan demikian kelancaran arus lalu lintas dapat ditingkatkan.

29 c. Penghematan energi Pengelolaan angkutan umum ini pun berkaitan dengan penghematan penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Sudah diketahui bahwa cadangan energi bahan bakar minyak dunia (BBM) terbatas, bahkan diperhitungkan akan habis dalam waktu dekat dan sudah ada upaya untuk menggunakan sumber energi non BBM. Untuk itu, layanan angkutan umum perlu ditingkatkan, sehingga jika layanan angkutan umum sudah sedemikian baik dan mampu menggantikan peranan kendaraan pribadi bagi mobilitas masyarakat. d. Pengembangan wilayah Berkaitan dengan pengembangan wilayah, angkutan umum juga sangat berperan dalam menunjang interaksi sosial budaya masyarakat. Pemanfaatan sumber daya alam maupun mobilisasi sumber daya manusia serta pemerataan pembangunan daerah beserta hasil-hasilnya, didukung oleh sistem perangkutan yang memadai dan sesuai dengan tuntutan kondisi setempat Pelayanan angkutan umum Di Indonesia, pelayanan AU dapat dibedakan dalam tiga kategori utama, yakni Angkutan Antar-Kota, Angkutan Perkotaan, dan Angkutan Perdesaan Angkutan antarkota Angkutan antarkota adalah angkutan yang menghubungkan suatu kota dengan kota lainnya baik yang berada dalam satu wilayah administrasi propinsi (antarkota dalam propinsi) atau AKDP maupun yang berada di propinsi lain (antarkota antarpropinsi) yang berarti angkutan antar daerah atau AKAP. Kebutuhan angkutan antarkota pada umumnya dilayani oleh moda darat dan

30 sebagian kecil oleh moda angkutan udara dan laut serta penyeberangan. Moda angkutan darat antarkota adalah kereta api dan kendaraan bermotor (bus berbagai ukuran, taksi) Jenis angkutan umum Jenis angkutan Umum dibagi dalam dua jenis, dari segi kualitas dan dari segi kapasitas. Kualitas angkutan umum dibuat beberapa tingkatan, untuk menarik orang- orang dari golongan bawah sampai golongan atas. Sedangkan kapasitas angkutan umum yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pembebanan (jumlah penumpang) pada jalur tersebut (Warpani, 2002). Dari segi kualitas, misalnya : 1. Bus umum: penumpang tidak dijamin mendapatkan tempat duduk. 2. Bus patas: semua penumpang mendapatkan tempat duduk. 3. Bus patas AC: semua penumpang mendapatkan tempat duduk dan nyaman. 4. Bus cepat: penumpang dapat sampai ke tujuan dengan cepat. Ini dapat dilakukan dengan mengurangi tempat pemberhentian. 5. Bus eksekutif: semua penumpang mendapat tempat duduk yang nyaman dengan waktu perjalanan yang cepat. Dari segi kapasitas, seperti: 1. Mobil penumpang umum: kapasitas sekitar 8 orang. 2. Bus kecil: kapasitas sekitar 9 orang. 3. Bus sedang: kapasitas sekitar 32 orang. 4. Bus besar: kapasitas sekitar 48 orang Rantai Perjalanan

31 Dewasa ini jaringan jalan dikota besar di Indonesia mengalami permasalahan transportasi yang sangat kritis seperti kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh tingginya tingkat urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, kepemilikan kendaraan, serta berbaurnya peran fungsi jalan arteri, kolektor, dan lokal sehingga jaringan jalan tidak dapat berfungsi secara efisien. Pada sistem transportasi tersebut dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan dapat terjadi pada beberapa tingkat. Yang paling sederhana keseimbangan pada jaringan jalan; setiap pelaku perjalanan berusaha mencari rute terbaik masing-masing yang meminimalkan biaya perjalanannya (misalnya waktu). Hasilnya, mereka akan mencoba mencari beberapa rute alternatif yang akhirnya berakhir pada suatu pola rute yang stabil setelah beberapa kali mencoba (Tamin, 2002). Proses pengalokasian pergerakan tersebut menghasilkan suatu pola rute yang arus pergerakannya dapat dikatakan berada dalam keadaan seimbang jika setiap pelaku perjalanan tidak dapat lagi mencari rute yang lebih baik untuk mencapai zona tujuannya karena mereka telah bergerak pada rute terbaik yang telah tersedia. Kondisi ini disebut kondisi keseimbangan jaringan jalan (Tamin, 2000) Moda Transportasi dalam Rantai Perjalanan Moda transportasi adalah sarana dimana orang dan barang melakukan mobilitas. Moda transportasi harus termasuk ke dalam salah satu dari tiga tipe dasar, tergantung pada dimana moda tersebut berjalan, yaitu darat (jalan, rel, dan saluran pipa), air (perkapalan), dan udara. Setiap moda ini ditandai oleh rangkaian karakteristik teknis, operasional, dan komersial. Analisis menunjukkan bahwa masing-masing moda memiliki karakteristik operasional, keuntungan, dan komersial. Namun, permintaan saat ini dipengaruhi oleh sistem transportasi

32 terintegrasi yang memerlukan fleksibilitas maksimum. Akibatnya, kompetisi moda angkutan terjadi di berbagai tingkat dan memiliki berbagai dimensi. Moda angkutan dapat bersaing atau saling melengkapi satu sama lain dalam hal biaya, kecepatan, aksesibilitas, frekuensi, keselamatan, atau kenyamanan (Slack et al., 2000). Pelaku perjalanan enggan menggunakan angkutan umum karena pelaku perjalanan melakukan rantai perjalanan. Jika pelaku rantai perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dalam melakukan rantai perjalanannya, maka para pelaku rantai perjalanan mendapatkan kemudahan dalam perjalanannya. Data menunjukkan bahwa kendaraan pribadi telah memberikan pelaku perjalanan kebebasan untuk mengakses berbagai jasa, dan tidak harus memilih tempat yang tersedia paling dekat. Bahkan jika layanan yang tersedia di dekat lokasi awal perjalanan, atau dalam jarak berjalan kaki, atau jika layanan yang tersedia jauh dari titik awal perjalanan, pelaku perjalanan tetap dapat membuat lebih banyak perjalanan menggunakan kendaraan pribadi untuk mengakses barang dan jasa atau untuk memenuhi kebutuhan dalam berbagai tingkat kualitas dari produk atau jasa (McGuckin and Murakami, 1999) Multimodal Dalam Rantai Perjalanan Suatu perjalanan dikatakan perjalanan yang multimodal jika menggunakan beberapa moda transportasi yang berbeda, yang didalamnya terdapat berbagai moda transportasi publik, atau kombinasi dari transportasi publik dan transportasi pribadi (mobil, sepeda) (Bovy et al., 2003). Tantangan teoritis dari perjalanan dengan multimodal adalah mencakup banyak pilihan, yaitu moda transportasi, jenis layanan, rute perjalanan, atau akses jalan keluar dari moda transportasi ke moda transportasi publik dan sebaliknya (Catalano, 2003). Transfer menjadi

33 bagian penting dari perjalanan multimodal, karena perjalanan yang menggunakan beberapa moda transportasi yang berbeda harus melakukan perpindahan antar moda yang digunakan. Transfer meli puti waktu (misal transfer-waktu tunggu dan transfer-waktu berjalan), biaya perjalanan (misal biaya parker mobil), dan usaha (misal pergi, dating, dan berjalan), yang seluruhnya menambah ketidaknyamanan bagi para pelaku perjalanan. Inilah sebabnya mengapa transfer memainkan peranan penting dalam pemilihan perjalanan menggunakan multimodal dan harus dipertimbangkan dengan benar dalam memilih model perjalanan (Lanser, 2005) Model Analisa Pemilihan Rute Perjalanan Adanya perbedaan berdasarkan tujuan pergerakan yang menghasilkan penyebaran kendaraan pada masing-masing rute disebut skotastik (mempertimbangkan peranannya). Model pemilihan rute dapat diklasifikasikan beberapa faktor pertimbangan yang didasari pengamatan bahwa tidak setiap pengendara dari zona asal menuju ke zona tujuan kan memilih rute yang sma persis. Jadi, tujuan dari penggunaan model adalah untuk mendapatkan setepat mungkin ruas yang didapat pada saat survey dilakukan untuk setiap ruas jalan dalam jaringan jalan tersebut. Analisis pemilihan rute tersebut terdiri dari beberapa bagian utama, (Tamin, 2000) yaitu : a. Alasan pemakai jalan memilih sautu rute dibandingka rute lainnya b. Pengembangan yang menggambungkan system transportaasi adengan alasan pemakai jalan memilih rute tertentu c. Kemungkinan pengendara berbeda persepsinya mengenai rute ;rute yang terbaik. Beberapa pengendara mungkin mengasumsikannya sebagai rute dengan jarak tempuh terpendek, rute dengan waktu tempuh tersingkat, atau mungkin juga kombinasi keduanya.

34 d. Kemacetan adan cirri fisik ruas jalan membatasi jumlah arus lalulintas dijalan tersebut. Ada 3 (tiga) variabel yang mempengaruhi perilaku pengguna jalan, (Tamin, 2000) yaitu: a. Jarak minimal b. Waktu minimal c. Ongkos minimal Walaupun demikian si pemakai jalan mengalami kekurangan informasi mengenai jarak terpendek, waktu tersingkat dan ongkos termurah, sehingga timbul perbedaan persepsi diantara pemakai jalan tentang jarak minimal, waktu minimal, dan ongkos minimal. Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketidaknyamanan dan keselamatan Faktor Penentu Pemilihan Rute Perjalanan Seperti pemilihan moda, pemilhan rute juga dipengaruhi oleh beberapa alternatif seperti terpendek, tercepat, termurah dan juga diasumsikan bahwa pengguna jalan mempunyai informasi yang cukup (tentang kemacetan jalan) sehingga mereka dapat menentukan rute yang terbaik. Untuk angkutan umum, rute telah ditentukan berdasarkan moda transportasi (misalnya: bus, angkot dan kereta api mempunyai rute yang tetap). Dalam kasus ini, pemilihan moda dan rute dilakukan bersama-sama. Untuk kendaraan pribadi, diasumsikan bahwa orang memilih moda dulu baru rutenya. Terdapat 3 hipotesis yang digunakan sehingga menghasilkan jenis model yang berbeda-beda, (Tamin, 2000) :

35 1. Pembebanan all-or-nothing, yaitu pemakai jalan secara rasional memilih rute terpendek yang meminimumkan hambatan transportasi (jarak, waktu dan biaya). Semua lalulintas antara zona asal da ntujuan menggunakan rute yang sama dengan anggapan bahwa pemakai jalan mengetahui rute yang tercepat tersebut. Dengan kata lain, pemakai jalan mengetahui rute terpendek yang meminimumkan waktu tempuh dan semuanya menggunakan rute tersebut, tidak ada yang menggunakan rute lain. 2. Pembebanan banyak ruas, diasumsikan pemakai jalan tidak mengetahui informasi yang tepat mengenai rute tercepat. Pengendara memilih rute yang dipikirnya adalah rute tercepat, tetapi persepsi yang berbeda untuk setiap pemakai jalan mengakibatkan bermacam-macam rute akan dipilih antara dua zona tertentu. Diasumsikan bahwa pemakai jalan belum mendapatkan informasi tentang alternatif rute yang layak. Dia memilih rute yang dianggapnya terbaik (jarak tempuh pendek, waktu tempuh terpendek dan biaya minimum). 3. Pembebanan berpualang, pemakai jalan menggunakan beberapa faktor rute dalam pemilihan rutenya dengan meminimumkan hambatan transportasi. Contohnya, faktor yang tidak dapat dikuantifikasi seperti rute yang aman dan rute dan panoramanya indah. Dalam hal ini, pengendara memperhatikan faktor lain selain jarak, waktu tempuh, dan biaya yang minimum, misalnya rute yang telah dikenal atau yang dianggap aman. Adapun beberapa faktor penentu utama pemilihan rute, (Tamin, 2000) yaitu: 1. Waktu Tempuh Waktu tempuh adalah waktu total perjalanan yang diperlukan, termasuk berhenti dan tundaan, dari suatu tempat ke tempat lain melalui rute tertentu.

36 Waktu tempuh dapat diamati dengan cara metode pengamat bergerak, yaitu pengamat mengemudikan kendaraan survei di dalam arus lalu lintas dan mencatat waktu tempuhnya. Jika arus lalulintas meningkat pada ruas jalan tertentu, waktu tempuh pasti bertambah (karena kecepatan menurun). Arus maksimum yang dapat melewati suatu ruas jalan biasa disebut ruas jalan tersebut. 2. Nilai Waktu Nilai waktu adalah sejumlah uang yang disediakan seseorang untuk dikeluarkan (dihemat) untuk menghemat suatu unit perjalanan. Nilai waktu biasanya sebanding dengan pendapatan perkapita, merupakan perbandingan yang tetap dengan tingkat pendapatan. Ini didasari bahwa waktu perjalanan tetap konstan sepanjang waktu, relatif terhadap pengeluaran konsumen. Ini merupakan asumsi yang agak berani, karena sedikit atau tidak adanya data empiris yang menyokongnya 3. Biaya Perjalanan Biaya perjalanan dapat dinyatakan dalam bentuk uang, waktu tempuh, jarak, atau kombinasi ketiganya yang biasa disebut biaya gabungan. Dalam hal ini diasumsikan bahwa total biaya perjalanan asepanjang rute tertentu adalah jumlah dari biaya setiap ruas jalan yang dilalui. 4. Biaya Operasi Kendaraan Biaya operasi kendaraan merupakan biaya yang penting. Perbaikan atau peningkatan mutu prasarana dan sarana transportasi kebanyakan bertujuan mengurangi biaya ini. Biaya operasi kendaraan antara lain meliputi penggunaan bahan bakar, biaya pergantian (misalnya ban), biaya perawatan dan upah atau gaji supir. Keputusan untuk melakukan sebuah perjalanan dipengaruhi oleh manfaat yang diperoleh jika seseorang tetap di tempat asalnya, kondisi yang akan dihadapi

37 ketika melakukan perjalanan, dan manfaat yang akan didapat ketika mencapai tempat yang dituju. Seseorang melakukan perjalanan karena manfaat yang didapat ketika mencapai tempat tujuan lebih besar daripada kerugian yang terkait dengan meninggalkan tempat asal dan biaya melakukan perjalanan (Heydecker, 2004). Memahami variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku rantai perjalanan dapat berguna dalam beberapa aplikasi, misalnya evaluasi penggunaan (mixed-use development), simulasi mikro dari permintaan perjalanan, dan peramalan dampak dari program manajemen permintaan perjalanan. Secara khusus, saat ini model permintaan perjalanan dikembangkan menggunakan responden dalam rumah tangga dan karakteristik rumah tangga untuk meramalkan jumlah dan distribusi perjalanan. Namun, karakteristik individu, seperti jenis kelamin dan status pekerjaan, yang digunakan bersama dengan karakteristik rumah tangga, seperti tahap siklus hidup, pendapatan, atau masa jabatan, dapat menjadi komponen kunci yang efektif dalam pemahaman tentang masa depan dari pelaku perjalanan (McGuckin and Murakami, 1999). 2.4 Waktu Perjalanan Waktu perjalanan (travel time) didefinisikan sebagai total/keseluruhan waktu yang dibutuhkan oleh suatu moda/kendaraan untuk menempuh suatu rute perjalanan dari daerah asal menuju daerah tujuan (William R. Mc Shane). Untuk mengetahui waktu yang diperlukan dalam perjalanan ini maka dibutuhkan perhitungan nilai waktu perjalanan, dimana perhitungan ini menghasilkan data berupa waktu yang dibutuhkan untuk menjalani suatu ruas jalan, kecepatan kendaraan dan juga tundaan Pengenalan Metode Travel Time Reliability

38 Hampir semua orang berusaha untuk mencapai tujuan mereka tepat pada waktunya, yang sayangnya pergerakan itu dilakukan hampir pada saat yang bersamaaan (biasanya selama jam puncak), karena setiap orang menginginkan satu satuan waktu yang tetap, yang mereka gunakan dalam perencanaan perjalanan mereka yaitu waktu yang tetap dari hari ke hari atau dari waktu ke waktu dalam satu hari. Dengan kata lain, setiap orang menginginkan suatu perjalanan yang jika hari ini memakan waktu setengah jam, setengah jam besok, dan seterusnya, maka perlu sebuah ukuran yang dapat diandalkan sehingga masalah-masalah seperti diatas tidak terjadi. Reliability merupakan suatu ukuran yang dapat dipercaya atau ukuran yang dapat diandalkan untuk melakukan sesuatu. Untuk Travel Time Reliability, tujuannya adalah untuk mencari waktu keandalan dalam melakukan suatu perjalanan untuk suatu alasan ataupun pekerjaan dari suatu zona menuju zona lain pada rute tertentu. Travel Time Reliability sangat erat kaitannya dengan masalah kemacetan, dimana terdapat berbagai macam ganguan atau tundaan yang dapat mengakibatkan keterlambatan atau kehilangan waktu perjalanan setiap hari, dimana bila ini terjadi dalam skala besar maka sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian. Sebagian besar orang tentu tidak menerima dengan penundaan yang tidak terduga karena keterlambatan akan menimbulkan konsekuensi yang sangat besar. Kemacetan membuat setiap pengendara harus lebih lama di lalu lintas, bahkan menghabiskan sebagian dari hari mereka di lalu lintas. 2.5 Tarikan Pergerakan Tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona tarikan pergerakan. Tarikan pergerakan dapat berupa tarikan

39 lalulintas yang mencakup lalulintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi. Tarikan pergerakan dapat dilihat seperti gambar di bawah ini (Tamin, 2000): d Pergerakan yang Menuju ke zona d Hasil keluaran dari Gambar perhitungan 2.1 Tarikan tarikan Perjalanan lalulintas berupa jumlah orang, kendaraan, atau angkutan barang persatuan waktu misalnya kendaraan per jam. Menurut (Ortuzar, 1994), bahwa tarikan perjalanan dapat berupa suatu perjalanan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan atau tujuan bukan rumah atau perjalanan yang tertarik oleh perjalanan berbasis bukan rumah. Klasifikasi pergerakan menurut (Tamin, 2000) meliputi : 1. Berdasarkan tujuan pergerakan Pada prakteknya, sering dijumpai bahwa model bangkitan dan tarikan pergerakan yang lebih baik bisa didapatkan dengan memodel secara terpisah pergerakan yang mempunyai tujuan berbeda. Dalam kasus pergerakan ke tempat kerja, lima kategori tujuan pergerakan yang sering digunakan adalah : a. Pergerakan ke tempat kerja b. Pergerakan ke tempat makan c. Pergerakan ke pom bensin

40 d. Pergerakan membawa material ke tempat tujuan Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja) disebut tujuan pergerakan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang setiap hari, sedangkan tujuan pergerakan lain sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin dilakukan. 2. Berdasarkan Waktu Pergerakan biasanya dikelompokkan menjadi pergerakan pada jam sibuk dan pada jam tidak sibuk. Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh setiap tujuan pergerakan sangat berfluktuasi atau bervariasi sepanjang hari. 2.6 Pengolahan Data dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan kuesioner, diolah dengan menggunakan komputer dalam program Statistical Program for the Social Sciences (SPSS) versi 16,0 hasilnya disajikan dalam bentuk tabel ringkasan. Pada umumnya, jika data parametrik tidak menyebar normal, maka data seharusnya dikerjakan dengan metode statistik non-parametrik, atau setidaktidaknya dilakukan transformasi terlebih dahulu agar data mengikuti sebaran normal, sehingga bisa dikerjakan dengan statistik parametrik. Persyaratan analisis statistik parametrik dibutuhkan apabila data skala pengukuran berbentuk interval atau rasio. Yang termasuk analisis statistik parametrik adalah : a. Uji t (t-test) b. Uji t (t-test) dua sampel c. Anova Satu Jalur (One way Anova), dll

41 Analisis data dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis dan menjawab rumusan masalah yang diajukan, karena menggunakan skala interval dan rasio, maka sebelum melakukan pengujian harus dipenuhi persyaratan analisis terlebih dahulu, dengan asumsi data harus (Riduwan, 2012 : 156) : a. Dipilih secara acak (random) b. Homogen, artinya data yang dibandingkan sejenis, maka perlu uji homogenitas c. Normal, artinya data yang dihubungkan berdistribusi normal, maka perlu uji normalitas. - Kolomogorv smirnov Uji Kolmogorov-Smirnov termasuk dalam uji nonparametrik untuk kasus satu sampel. Uji ini digunakan untuk menguji asumsi normalitas data. Tes dalam uji ini adalah tes goodness of fit yang mana tes tersebut untuk mengukur tingkat kesesuian antara distribusi serangkaian sampel (data observasi) dengan distribusi teoritis tertentu. jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Berikut contoh output uji kolomogorv smirnov.

42 1. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis dan. a) Uji Annova (Uji-F) Uji-F dikenal juga dengan nama Anova. Arti variasi atau varian itu berasal dari konsep Mean Square atau Kuadrat Rerata (KR), rumus sistematis yaitu (Riduwan, 2012: 190) :...(1) Keterangan : JK db = Jumlah kuadrat (some of square) = Derajat bebas (degree of freedom) Langkah langkah pengujian Uji-F : a. Sebelum anova dihitung, asumsikan bahwa data dipilih secara random, berdistribusi normal, dan variannya homogen. b. Membuat hipotesis (Ha dan H 0 ) dalam bentuk kalimat.

43 c. Membuat hipotesis (Ha dan H 0 ) dalam bentuk statistik. d. Membuat daftar statistik induk. e. Menghitung Jumlah Kuadrat Antar Group A (JK A ) dengan rumus : -...(2) f. Menghitung derajat bebas Antar group dengan rumus db A = A 1 g. Menghitung Kuadrat Rerata antar group (KR A ) dengan rumus :...(3) h. Menghitung derajat bebas Dalam group dengan rumus : db D = N A i. Menghitung Kuadrat Rerata Dalam antar group (KR D ) dengan rumus :...(4) j. Mencari F hitung dengan rumus :...(5) k. Tentukan taraf signifikansinya, misalnya α = 0,05 atau α = 0,01 Mencari F tabel dengan rumus : F tabel = F A (1- α ) (dba:dbd) b) Uji rata-rata (Uji-t) Analisis uji rata-rata yang digunakan adalah Independent Samples T-Test dengan menggunakan program SPSS yang digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dua variable dari dua variabel dari sampel yang berbeda dengan asumsi variansi kedua sampel tersebut tidak sama (Suliyanto, 2012). ( ) ( )...(6)

44 Keterangan : r = Nilai korelasi X 1 dengan X 2 n 1 dan n 2 x 1 x 2 S 1 S 2 = Jumlah sampel = Rata-rata sampel ke-1 = Rata-rata sampel ke-2 = Standar deviasi sampel ke-1 = Standar deviasi sampel ke-2 Varians sampel ke-1 Varians sampel ke-2 Langkah langkah pengujian Uji-T : a. Membuat hipotesis (H a dan H 0 ) dalam uraian kalimat b. Hipotesis (H a dan H 0 ) model statistik c. Menghitung nilai rata - rata; standar deviasi; dan varians masing - masing sampel d. Mencari t hitung dengan rumus : t tabel(α,db). ( ) ( ) d. Mencari nilai t tabel dengan ketentuan : Taraf signifikan α = 0,05, db = n 1 + n 2-2, maka diperoleh nilai e. Menentukan kriteria pengujian : Kriteria pengujian dua pihak : Jika -t tabel t hitung +t tabel maka H 0 diterima dan H a ditolak f. Membandingkan antara t hitung dengan t tabel g. Mengambil kesimpulan.

45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bagan Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan studi, secara garis besar diperlihatkan pada gambar 3.1. MULA Studi Pustaka Survey Pendahuluan Pengumpulan Data Data Primer & Data Sekunder Jika Tidak Sesuai Reduksi Data Jika Sesuai Pengolahan Data : Uji F dan Uji T dengan software SPSS Analisa Data dan Pembahasan Kesimpulan & Saran SELESAI Gambar 3.1. Bagan alir penelitian

46 3.2 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif untuk mengetahui pola perjalanan dan waktu perjalanan penumpang Makassar-Parepare menuju lokasi tujuan. 3.3 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Makassar, Sulawesi Selatan Tahun 2013 yang telah memiliki izin dari dinas perhubungan, lokasi penelitian yang diambil disesuaikan dengan tempat pengambilan penumpang angkutan umum antar daerah rute Makassar-Parepare. Berikut disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Daftar Nama Tempat Pengambilan Sampel. Moda Transportasi Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Tempat pengambilan Data Terminal Todopuli Terminal Todopuli Perwakilan BMA Terminal Daya/Depan AURI 1. Terminal Daya dan Jalan Perintis Kemerdekaan (Depan KOOPSA AURI). Terminal Makassar Metro Gambar 3.2 Lokasi Penelitian Terminal Makassar Metro dan Jalan Perintis Kemerdekaan (Depan KOOPSA AURI) Sumber : Googlemap Pada kedua lokasi tersebut sesuai Gambar 3.2 kami melakukan survei utama untuk penumpang AKDP rute Makassar - Parepare yang menggunakan moda MPU (Mobil Penumpang Umum).

47 2. Perwakilan BMA Gambar 3.3 Lokasi Penelitian Perwakilan BMA Sumber : Googlemap Perwakilan BMA terletak di Jl.Bawakaraeng. Pada lokasi ini kami melakukan survei utama khusus untuk penumpang yang menggunakan moda BMA (Bintang Manunggal Abadi). 3. Perwakilan Patas Damri Perwakilan Patas Damri Gambar 3.4 Lokasi Penelitian Perwakilan Patas Damri Sumber : Googlemap Perwakilan Patas Damri terletak di Jl. Tuddopuli Raya. Pada lokasi ini, kami melakukan survei utama untuk penumpang AKDP Makassar - Parepare yang menggunakan moda Bus dan Mini Bus. 3.4 Survey Pendahuluan

48 a. Observasi langsung Observasi langsung adalah pengamatan secara fisik dan memantau kejadian yang sedang berlangsung. Observasi langsung yang dipakai adalah bersifat nonprilaku. Adapun kegiatan dalam observasi langsung adalah sebagai berikut : 1. Analisis catatan (record analysis) yaitu catatan-catatan sejarah atau catatan sekarang maupun catatan pada terminal maupun developer yang ditulis dan dicatat. 2. Analisis kondisi fisik (physical condition analysis) yaitu pemeriksaan mengenai konsdisi fisik terminal misalnya ketersediaan barang dagangan, kebersihan, keamanan dan pusat perbelanjaan. 3. Analisis proses fisik (physical proces analysis) yaitu pemeriksaan mengenai proses fisik terminal maupun sekitarnya seperti arus lalulintas dan arus pengunjung. b. Penetapan waktu. Penetapan waktu pengambilan sampel dan waktu pelaksanaan survey di lapangan untuk setiap jenis data yang dibutuhkan sangat tergantung pada kesiapan rencana survey. Survey dilaksanakan pada 24 Agustus 08 September Strategi yang dilakukan dalam hal ini adalah sebagai berikut: Perijinan Pelaksanaan survey lapangan

49 c. Prosedur sampling Prosedur sampling adalah tata cara yang harus dilakukan dalam mementukan besaran sampel. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sampel adalah sekumpulan unit yang merupakan bagian dari populasi yang sengaja dipilih untuk mempresentasikan seluruh populasi atau sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki atas populasi. Sedangkan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik hasil simpulan darinya. Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah : 1. Penentuan target populasi Target populasi merupakan obyek yang lengkap dimana informasi atau data yang akan dikumpulkan. Dalam hal ini, populasi yang diambil adalah yang melakukan perjalanan dengan menggunakan angkutan umum sebagai sarana transportasi. Untuk menentukan jumlah populasi, dilakukan survey di berbagai terminal yang telah ditentukan dimana waktunya ditentukan terlebih dahulu pula. 2. Menentukan besarnya sampel Dalam suatu penelitian kita tidak dapat mengambil sampel dari semua populasi yang ada. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu (baik peneliti maupun pengunjung), tenaga dan biaya. Sehingga dalam penelitian perlu dilakukan penentuan besarnya sampel yang dibutuhkan dengan tetap melihat jumlah populasi yang ada. Jika suatu harga parameter dari suatu populasi mempunyai tingkat variabilitas

50 tinggi, maka secara logis akan dijumpai kenyataan bahwa jika jumlah suatu sampel yang ditarik terlalu sedikit maka tidak akan mampu mempresentasekan kodisi seluruh populasi. Sehingga semakin banyak jumlah sampel yang ditarik adalah semakin baik. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2002), pengambilan sampel yang layak yaitu dengan menggunakan rumus : dimana :. (3.1) d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan (degree of reliability) yang diinginkan (diambil 0,05) Z = Standar deviasi normal, untuk tingkat kepercayaan 95% p = Nilai proporsi (jika tidak dihitung diambil = 0.5) q = 1 p N = Besarnya populasi n = Besarnya sampel Dari data jumlah populasi tersebut diperoleh jumlah sampel untuk masingmasing populasi. 3.5 Teknik dan Metode Survey Dalam memilih teknik dan metode survey (pengumpulan data) harus memperhatikan beberapa faktor seperti : tujuan survey, sumberdaya yang tersedia yang dapat dialokasikan untuk survey yang diperlukan serta kualitas dan kuantitas

51 data. Adapun teknik dan metode survey yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : a. Kuesioner Untuk mendapatkan data-data tentang karakteristik penumpang AKDP, maka dibutuhkan suatu gambaran yang dapat mewakili kebutuhan data yang diperlukan dalam bentuk kuesioner. Kuesioner diberikan kepada penumpang. Kuisioner yang diisi disebar secara acak didalam bangunan terminal pada masingmasing transportasi umum yg digunakan. Kuesioner dibagikan oleh tenaga surveyor. Bila responden bersedia maka kuesioner dapat diisi langsung. Namun bila responden merasa keberatan untuk mengisi langsung dapat dibantu dengan tenaga surveyor. Selain itu dalam penyusunan kuesioner harus mempunyai daya tarik untuk memikat perhatian responden, misalnya : kuesionernya pendek, mudah diisi, dan tidak membutuhkan kerja keras responden atau pengunjung. Untuk memperoleh data yang memenuhi pedoman di atas, maka dibentuk kuesioner untuk penelitian ini yaitu Kuesioner untuk penumpang AU AKDP, meliputi informasi tentang karakteristik Pengguna, perjalanan dan rantai perjalanan AKDP rute Makassar-Parepare. b. Wawancara Metode ini dimaksudkan untuk melengkapi data-data yang belum diperoleh dari isian kuesioner. 3.6 Jenis-jenis dan sumber data Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung peneliti dari lokasi penelitian. Data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari

52 penyebaran kuesioner secara acak kepada sejumlah penumpang. Format kuesioner dibuat dengan berlandaskan teori dan mudah dipahami sehingga didapatkan data yang sesuai. Dimana data yang dikumpulkan tersebut adalah : a. Karakteristik Pengguna Angkutan Umum Antar Kota Rute Makassar Parepare Survey ini untuk mengidentifikasi jumlah pengguna Angkutan Umum Antar Kota Rute Makassar Parepare terhadap jenis kelamin, tingkatan usia, pendidikan terakhir, profesi, penghasilan, jumlah anggota keluarga. b. Karakteristik Perjalanan Angkutan Umum Antar Kota Rute Makassar Parepare Survey ini untuk mengidentifikasi jumlah pengguna Angkutan Umum Antar Kota Rute Makassar Parepare terhadap alasan memilih kendaraan, tujuan melakukan perjalanan, frekuensi melakukan perjalanan dalam seminggu, frekuensi melakukan perjalanan dalam sebulan, frekuensi melakukan perjalanan dalam setahun, jarak rumah ke terminal, waktu perjalanan rumah ke terminal, lama waktu menunggu diluar kendaraan, dan waktu perjalanan. c. Rantai Perjalanan Angkutan Umum Antar Kota Rute Makassar Parepare Survey ini untuk mengidentifikasi pola, waktu dan biaya perjalanan pengguna Angkutan Umum Antar Kota Rute Makassar Parepare Data Sekunder

53 Data sekunder adalah data yang berhubungan dengan penelitian yang kita lakukan. Pengambilan/pengumpulan data sekunder dapat diperoleh berdasarkan acuan dan literatur yang berhubungan dengan materi, karya tulis ilmiah yang berhubungan dengan penelitian atau dengan mendatangi instansi terkait untuk mengambil data - data yang diperlukan. Adapun data sekunder tersebut adalah jumlah AKDP Makassar - Parepare yang beroperasi pada saat ini. 3.7 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji annova (F) dengan menggunakan SPSS dan uji rerata (T) dengan menggunakan program SPSS a. Uji Variansi (Uji-F) Analisis data dilakukan untuk mengetahui tingkat persamaan dan perbedaan variansi waktu perjalanan rumah-terminal dan waktu tunggu diterminal yang dikeluarkan penumpang pada moda angkutan umum yang diamati.. Dalam hal ini bentuk distribusi dikatakan sama bila nilai F hitung lebih kecil dari nilai F tabel dan dikatakan beda jika sebaliknya. b. Uji rata-rata (Uji-t) Analisis data dilakukan untuk tingkat persamaan dan perbedaan rerata waktu perjalanan rumah-terminal dan waktu tunggu diterminal yang dikeluarkan penumpang pada moda angkutan umum yang diamati.. Dalam hal ini bentuk distribusi dikatakan sama bila nilai T hitung lebih kecil dari nilai T tabel dan dikatakan beda jika sebaliknya.

54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Jumlah Sampel Berdasarkan hasil survey pendahauluan, diperoleh 728 total populasi sebagai data awal. Sehingga berdasarkan jumlah populasi pengguna jasa moda yang diamati menurut Notoadmodjo (2002) maka diperoleh jumlah sampel keseluruhan yang akan digunakan adalah sebanyak 485 penumpang rute Makassar-Parepare, berikut proses pengambilan sampel untuk masing-masing moda yang diamati dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1: Proses pemilihan sampel Moda Transportasi N Z^2 P Q d^2 n Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Total Populasi 728 Total Sampel 485 Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah sampel untuk moda transportasi Bus Besar adalah 139 sampel, Bus Sedang 122 sampel, Bus Kecil sampel dan MPU 146 sampel, sehingga akan dilakukan penyebaran kuisioner sebanyak 485 kuisioner, dari pengolahan kuisioner kemudian ditentukan karakteristik pengguna, karakteristik perjalanan dan pola perjalanan penumpang AKDP rute Makassar-Parepare.

55 Jumlah Penumpang 4.2 Karakteristik Pengguna Angkutan Umum Antar Kota Rute Makassar Parepare Jenis Kelamin Dari hasil pengolahan data Karakteristik pengguna AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diper oleh data berdasarkan jenis kelamin. Berikut hasil olah data berdasarkan jenis kelamin yang disajikan dalam Gambar 4.1 berikut Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Gambar 4.1 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan Gambar 4.1 diatas penumpang AKDP rute Makassar- Parepare menunjukkan bahwa jumlah penumpang laki-laki paling banyak melakukan perjalanan dengan jumlah penumpang sebanyak 79 orang yaitu pada moda transportasi Mobil Penumpang Umum (MPU) dan jumlah penumpang lakilaki terkecil dengan jumlah penumpang 36 orang pada moda transportasi Bus Kecil, sedangkan penumpang wanita terbanyak dengan jumlah penumpang sebanyak 82 orang pada moda transportasi Bus Besar dan terkecil dengan jumlah penumpang 42 orang pada moda transportasi Bus Kecil.

56 Jumlah Penumpang Usia Dari hasil pengolahan data Karakteristik pengguna AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan tingkatan usia. Berikut hasil olah data berdasarkan tingkatan usia yang disajikan dalam Gambar 4.2 berikut Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Usia Gambar 4.2 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Usia Berdasarkan Gambar 4.2 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang banyak melakukan perjalanan adalah penumpang yang berusia tahun sebanyak 45 orang dengan menggunakan moda transportasi mobil penumpang umum (MPU) sedangkan jumlah penumpang terkecil yaitu penumpang yang berusia tahun sebanyak 1 orang dengan menggunakan moda transportasi mobil penumpang umum Pendidikan Terakhir Dari hasil pengolahan data Karakteristik pengguna AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan

57 Jumlah Penumpang pendidikan terakhir. Berikut hasil olah data berdasarkan pendidikan terakhir yang disajikan dalam Gambar 4.3 berikut Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Pendidikan Terakhir Gambar 4.3 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Pendidikan Terakhir Berdasarkan Gambar 4.3 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan adalah penumpang dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan jumlah penumpang sebanyak 63 orang dengan menggunakan moda transportasi mobil penumpang umum (MPU), sedangkan jumlah penumpang terkecil yaitu penumpang dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah penumpang 1 orang dengan menggunakan moda transportasi mobil penumpang umum (MPU) dan Bus Sedang Pekerjaan Dari hasil pengolahan data Karakteristik pengguna AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan jenis pekerjaan. Berikut hasil olah data berdasarkan jenis pekerjaan yang disajikan dalam Gambar 4.4 berikut.

58 Jumlah Penumpang Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Jenis Pekerjaan Gambar 4.4 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan Gambar 4.4 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan adalah penumpang dengan pekerjaan Pegawai Swasta dengan jumlah penumpang sebanyak 52 orang menggunakan moda transportasi mobil penumpang umum (MPU), sedangkan jumlah penumpang terkecil yaitu penumpang dengan pekerjaan TNI/POLRI dengan jumlah penumpang 1 orang menggunakan moda transportasi mobil penumpang umum (MPU) Jumlah Anggota Keluarga Dari hasil pengolahan data Karakteristik pengguna AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan jumlah anggota keluarga. Berikut hasil olah data berdasarkan jumlah anggota keluarga yang disajikan dalam Gambar 4.5 berikut.

59 Jumlah Penumpang Anggota Keluarga Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Gambar 4.5 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Anggota keluarga Berdasarkan Gambar 4.5 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan adalah penumpang dengan 4 anggota keluarga dengan jumlah penumpang sebanyak 47 orang dengan menggunakan moda transportasi Bus Besar, sedangkan jumlah penumpang terkecil yaitu penumpang dengan 7 anggota keluarga dengan jumlah penumpang 2 orang dengan menggunakan moda transportasi Bus Sedang Penghasilan Dari hasil pengolahan data Karakteristik pengguna AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan penghasilan. Berikut hasil olah data berdasarkan penghasilan yang disajikan dalam Gambar 4.6 berikut.

60 Jumlah Penumpang Anggota Keluarga Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Gambar 4.6 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Penghasilan Berdasarkan Gambar 4.6 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan adalah penumpang dengan penghasilan <Rp dengan jumlah penumpang sebanyak 53 orang menggunakan moda transportasi Mobil Penumpang Umum (MPU), sedangkan jumlah penumpang terkecil yaitu penumpang dengan penghasilan <Rp dan Rp Rp dan >Rp dengan jumlah penumpang sebanyak 3 orang masing-masing menggunakan moda transpotasi Bus Besar dan yang menggunakan moda transportasi Bus Kecil. 4.3 Karakteristik Perjalanan AKDP Rute Makassar Parepare Alasan Memilih Kendaraan Dari hasil pengolahan data Karakteristik perjalanan AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan alasan memilih kendaraan. Berikut hasil olah data berdasarkan alasan memilih kendaraan yang disajikan dalam Gambar 4.7 berikut.

61 Jumlah Penumpang Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Alasan Memilih Kendaraan Gambar 4.7 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Alasan Memilih Kendaraan Berdasarkan Gambar 4.7 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan adalah penumpang dengan alasan kenyamanan dengan jumlah penumpang sebanyak 79 orang dengan menggunakan moda transportasi Bus Sedang, sedangkan jumlah penumpang terkecil yaitu penumpang dengan alasan waktu tempuh dengan jumlah penumpang sebanyak 2 orang dengan menggunakan transportasi Bus Sedang Tujuan Melakukan Perjalanan Dari hasil pengolahan data Karakteristik perjalanan AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan tujuan melakukan perjalanan. Berikut hasil olah data berdasarkan tujuan melakukan perjalanan yang disajikan dalam Gambar 4.8 berikut.

62 Jumlah Penumpang Jumlah Penumpang Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Tujuan Perjalanan Gambar 4.8 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Tujuan Perjalanan Berdasarkan Gambar 4.8 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan adalah penumpang dengan tujuan keluarga dengan jumlah penumpang sebanyak 100 orang yang menggunakan moda transportasi Bus Besar, sedangkan jumlah penumpang terkecil yaitu penumpang dengan tujuan pendidikan dengan jumlah penumpang 1 orang menggunakan moda transpotasi Bus Besar dan Bus Sedang Frekuensi Perjalanan Seminggu Dari hasil pengolahan data Karakteristik perjalanan AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan frekuensi perjalanan seminggu. Berikut hasil olah data berdasarkan frekuensi perjalanan seminggu yang disajikan dalam Gambar 4.9 berikut kali 2 kali 3 kali 4 kali Frekuensi Perjalanan Seminggu Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU

63 Jumlah Penumpang Gambar 4.9 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Frekuensi Perjalanan Seminggu Berdasarkan Gambar 4.9 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan dalam seminggu adalah penumpang dengan frekuensi 1 kali melakukan perjalanan dengan jumlah penumpang sebanyak 9 orang dengan menggunakan moda transportasi Bus Besar Frekuensi Perjalanan Sebulan Dari hasil pengolahan data Karakteristik perjalanan AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan frekuensi perjalanan sebulan. Berikut hasil olah data berdasarkan frekuensi perjalanan sebulan yang disajikan dalam Gambar 4.10 berikut Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU kali 2 kali 3 kali 4 kali Frekuensi Perjalanan Sebulan Gambar 4.10 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Frekuensi Perjalaanan Sebulan Berdasarkan Gambar 4.10 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan

64 Jumlah Penumpang perjalanan dalam sebulan adalah penumpang dengan frekuensi 1 kali melakukan perjalanan dengan jumlah penumpang sebanyak 40 orang dengan menggunakan moda transportasi Bus Besar Frekuensi Perjalanan Setahun Dari hasil pengolahan data Karakteristik perjalanan AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan frekuensi perjalanan setahun. Berikut hasil olah data berdasarkan frekuensi perjalanan setahun yang disajikan dalam Gambar 4.11 berikut kali 2 kali 3 kali 4 kali Frekuensi Perjalanan Setahun Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Gambar 4.11 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Frekuensi Perjalanan Setahun Berdasarkan Gambar 4.11 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan dalam setahun adalah penumpang dengan frekuensi >4 kali melakukan perjalanan dengan jumlah penumpang sebanyak 64 orang dengan menggunakan moda transportasi Bus Besar, sedangkan jumlah penumpang terkecil yaitu dengan frekuensi 1 kali perjalanan dengan jumlah penumpang sebanyak 3 orang pada moda transportasi Bus Kecil Jarak Dari Rumah Ke Terminal

65 Jumlah Penumpang Dari hasil pengolahan data Karakteristik perjalanan AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan jarak dari rumah ke terminal. Berikut hasil olah data berdasarkan jarak dari rumah ke terminal yang disajikan dalam Gambar 4.12 berikut < 1 km 1-5 km 6-10 km km > 15 km Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Jarak Rumah ke Terminal Gambar 4.12 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Jarak Rumah Terminal Berdasarkan Gambar 4.12 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan adalah jumlah penumpang dengan jarak rumah ke terminal sejauh 1-5 km dengan jumlah penumpang sebanyak 66 orang pada moda transportasi Bus Besar, sedangkan jumlah penumpang terkecil yaitu penumpang dengan jarak rumah ke terminal >15 km dengan jumlah penumpang sebanyak 1 orang pada moda transportasi Bus Besar Waktu Perjalanan Dari Rumah Ke Terminal Dari hasil pengolahan data Karakteristik perjalanan AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan waktu perjalanan dari rumah ke terminal. Berikut hasil olah data berdasarkan waktu perjalanan dari rumah ke terminal yang disajikan dalam Gambar 4.13 berikut.

66 Jumlah Penumpang Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Waktu Perjalanan Rumah ke Terminal Gambar 4.13 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Waktu Perjalanan Rumah Terminal Berdasarkan Gambar 4.13 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan adalah jumlah penumpang dengan waktu perjalanan rumah ke terminal sebesar menit yaitu dengan jumlah penumpang sebanyak 66 orang pada moda transportasi Bus Besar, sedangkan jumlah penumpang terkecil yaitu penumpang dengan waktu perjalanan rumah ke terminal 1-2 jam dengan jumlah penumpang sebanyak 3 orang pada moda transportasi Bus Kecil Lama Waktu Menunggu Di Luar Kendaraan Dari hasil pengolahan data Karakteristik perjalanan AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan lama waktu menunggu di luar kendaraan. Berikut hasil olah data berdasarkan lama waktu menunggu di luar kendaraan yang disajikan dalam Gambar 4.14 berikut.

67 Jumlah Penumpang Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Waktu Menunggu diluar Kendaraan Gambar 4.14 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Lama Waktu Menunggu di Luar Kendaraan Berdasarkan Gambar 4.14 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan adalah penumpang dengan lama waktu menunggu 1-2 jam dengan jumlah penumpang sebanyak 65 orang pada moda transportasi Bus Besar Waktu Perjalanan Dari hasil pengolahan data Karakteristik perjalanan AKDP rute Makassar Parepare yang diambil dari 485 total sampel diperoleh data berdasarkan waktu perjalanan. Berikut hasil olah data berdasarkan waktu perjalanan yang disajikan dalam Gambar 4.15 berikut.

68 Jumlah Penumpang ,5 jam 3,5-4 jam 4-4,5 jam 4,5-5 jam Waktu Terminal ke Tujuan PErjalanan Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Gambar 4.15 Karakteristik Pengguna AKDP berdasarkan Waktu Perjalanan Terminal Tujuan Perjalanan Berdasarkan Gambar 4.15 diatas penumpang AKDP rute Makassar Parepare menunjukkan bahwa penumpang yang paling banyak melakukan perjalanan adalah penumpang dengan waktu perjalanan 4-4,5 jam dengan jumlah penumpang sebanyak 138 orang pada moda transportasi Bus besar, sedangkan jumlah penumpang terkecil yaitu penumpang dengan waktu perjalanan 4,5-5 jam dengan jumlah penumpang sebanyak 2 orang pada moda transportasi Bus Besar. 4.4 Pola Rantai Perjalanan Penumpang AKDP Makassar - Parepare Mulai Dari Asal Perjalanan Ke Tempat Tujuan Berdasarkan dari daftar pertayaan kusioner yang merupakan instrument yang digunakan sebagai alat ukur pada penelitian ini yang diperlukan adalah dengan mengetahui pola rantai perjalanan yang dilakukan oleh penumpang AKDP rute Makassar - Parepare. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh 13 (tiga belas) pola perjalanan penumpang dari asal perjalanan ke tempat tujuan. Data diambil dengan cara membagikan kuisioner survey harian perjalanan kepada penumpang AKDP rute Makassar-Parepare. Untuk lebih

69 jelasnya data pola rantai perjalanan rata-rata yang dilakukan penumpang AKDP Makassar Parepare dapat dilihat dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Pola Perjalanan Penumpang AKDP Makassar Parepare dari Asal Perjalanan ke Tujuan Perjalanan No Pola Perjalanan dari Asal Bus Bus Bus Perjalanan ke Tujuan Besar Sedang Kecil MPU JUMLAH Rumah/Kos -Terminal Rumah Makan - Rumah/Rumah Kerabat Rumah/Kos - Terminal Rumah Makan -Terminal Penginapan Rumah/Rumah Kerabat -Terminal Rumah Makan - Terminal Rumah/Rumah Kerabat Rumah/Rumah Kerabat Rumah Makan - Terminal Rumah Makan - Terminal Rumah Rumah Rumah Makan - Terminal Rumah Makan Rumah Rumah - Perbelanjaan - Terminal Rumah Makan Rumah Rumah - Perbelanjaan - Terminal Rumah Makan - Terminal Rumah Rumah Sakit - Terminal Rumah Makan - Terminal Rumah Hotel - PAUT - Terminal Rumah Makan - Terminal -Rumah Rumah - Terminal Rumah Makan Penginapan Rumah Rumah Kerabat - Terminal Rumah Makan Rumah Rumah - Terminal Rumah Makan - Terminal Kantor Rumah - Terminal Rumah Makan - Terminal PUSKESMAS Total 485

70 R/K -T -RM - R/RK R/K - T - RM -T - PENGINAPAN R/RK -T - RM - T - R/RK R/RK - RM - T - RM - T - R R - RM - T - RM - R R - PERBELANJAAN - T -RM - R R - PERBELANJAAN - T - RM - T - R RS - T - RM - T - R HOTEL - PAUT - TERMINAL - RM - T - R R - T - RM - PENGINAPAN R - RK - T - RM - R R - T - RM - T - KANTOR R - T - RM - T - PUSKESMAS Jumlah Penumpang BUS MINI BUS BMA MPU Pola Perjalanan Gambar 4.16 pola perjalanan penumpang AKDP Makassar Parepare dari asal perjalanan ke tujuan perjalanan Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa dari ke 13 (tiga belas) pola perjalanan yang diperoleh, maka didapat dua pola yang paling dominan yang paling banyak dilalui oleh penumpang yaitu pola 1, rute perjalanan dari Rumah/kosan Terminal Rumah Makan Rumah/Rumah Kerabat dan pola 3, rute perjalanan dari Rumah/Rumah Kerabat -Terminal Rumah Makan - Terminal - Rumah/Rumah Kerabat. Dari pola tersebut kemudian dibedakan atas pola dominan dan non dominan yang kemudian akan dibahas lebih lanjut Pola Dominan Pola 1 Hasil perhitungan dari model pola perjalanan penumpang AKDP rute Makassar-Parepare dengan pola perjalanan dan persinggahan dari rumah ke

71 tempat tujuan rute : Rumah/kosan Terminal Rumah Makan Rumah/Rumah Kerabat) dapat dilihat pada Gambar 4.17 berikut. Tabel 4.3. Persentase penumpang AKDP rute Makssar-Parepare (pola 1) Moda Transportasi Jumlah Persentase Bus Besar 43 26% Bus Sedang 30 18% Bus Kecil 31 18% MPU 61 38% Gambar 4.17 Persentase yang dilalui setiap moda pada Pola 1 (Rumah/kosan Terminal Rumah Makan Rumah/Rumah Kerabat) Berdasarkan Gambar 4.17 dapat dilihat bahwa terdapat 165 penumpang yang melakukan perjalanan dari Rumah/kosan Terminal Rumah Makan Rumah/Rumah Kerabat, yang paling banyak dilalui moda transportasi Mobil penumpang umum dengan persentase 38 % dengan jumlah penumpang sebanyak 61 orang dan paling sedikit pada moda transportasi Bus sedang dengan persentase 18% dengan jumlah penumpang sebanyak 30 orang. Berikut uraian rantai perjalanan pada pola 2, dapat dilihat pada Gambar 4.18 dibawah ini.

72 (a) Bus Besar (b) Bus Sedang (c) Bus kecil (d) Mobil Penumpang Umum Gambar 4.18 Rantai perjalanan pola 1 pada moda transportasi yang diamati Berdasarkan Gambar 4.18 diatas dapat dilihat bahwa pada pola 1 terjadi 4 kali persinggahan dimana pada penumpang moda Bus Besar untuk titik simpul

73 dari asal - terminal kendaraan yang paling banyak digunakan adalah dengan Motor(antar) sebanyak 30.23%, pada Bus Sedang juga dengan menggunakan Motor(antar) sebanyak 31.03%, begitu pula pada Bus Kecil menggunakan Motor (antar) sebanyak 36.67%, sedangkan penumpang pada moda MPU kendaraan yang digunakan dari rumah/kosan-terminal yaitu Pete-pete sebanyak 47.54%. Selanjutnya titik simpul dari terminal-rumah makan dan rumah makan-pinggir jalan yaitu dengan menggunakan masing-masing moda transportasi yang digunakan untuk melakukan perjalanan ke pare-pare dan untuk titik simpul pinggir jalan-tujuan penumpang moda Bus Besar melanjutkan perjalanan paling banyak dengan berjalan kaki yaitu sebanyak 51.10%, penumpang Bus Sedang dengan berjalan kaki yaitu sebanyak 35.65%, penumpang Bus Kecil dengan berjalan kaki sebanyak 43.23% dan MPU dengan berjalan kaki sebanyak 20.72% Pola 2 Hasil perhitungan dari model pola perjalanan penumpang AKDP rute Makassar-Parepare dengan pola perjalanan dari rumah ke tempat tujuan (dengan rute : Rumah/Rumah Kerabat -Terminal Rumah Makan - Terminal - Rumah/Rumah Kerabat) dapat dilihat pada Gambar 4.18 berikut. Tabel 4.4. Persentase penumpang AKDP rute Makssar-Parepare (pola 2) Moda Transportasi Jumlah Persentase Bus Besar 78 31% Bus Sedang 77 31% Bus Kecil 23 9% MPU 74 29%

74 Gambar Persentase yang dilalui setiap moda pada Pola 2 (Rumah/Rumah Kerabat -Terminal Rumah Makan - Terminal - Rumah/Rumah Kerabat) Berdasarkan Gambar 4.19 dapat dilihat bahwa terdapat 252 penumpang yang melakukan perjalanan dari Rumah/Rumah Kerabat -Terminal Rumah Makan - Terminal - Rumah/Rumah Kerabat, yang paling banyak dilalui yaitu pada moda transportasi Bus Besar dengan persentase 31 % dengan jumlah penumpang sebanyak 78 orang dan paling sedikit pada moda Bus Kecil dengan persentase 9% dengan jumlah penumpang sebanyak 23 orang. Berikut uraian rantai perjalanan pada pola 2, dapat dilihat pada Gambar 4.20 dibawah ini. (a) Bus Besar

75 (b) Bus Sedang Gambar Rantai Perjalanan pola 2 pada moda transportasi yang diamati Bus Kecil = 100% Bus Kecil = 100% ( c) Bus Kecil (d) Mobil Penumpang Umum Gambar Rantai Perjalanan pola 2 pada moda. (Lanjutan) Berdasarkan Gambar 4.20 diatas dapat dilihat bahwa pada pola 2 terjadi 4 kali persinggahan dimana pada penumpang moda Bus Besar untuk titik simpul dari asal - terminal kendaraan yang paling banyak digunakan adalah dengan Motor(antar) sebanyak 42.31%, pada Bus Sedang juga dengan menggunakan Motor(antar) sebanyak 38.96%, pada Bus Kecil menggunakan pete-pete sebanyak 69.57%, sedangkan penumpang pada moda MPU kendaraan yang digunakan dari rumah/kosan-terminal yaitu Pete-pete sebanyak 47.03%. selanjutnya titik simpul dari terminal-rumah makan dan rumah makan-pinggir jalan yaitu dengan menggunakan moda yang digunakan untuk melakukan perjalanan ke pare-pare dan untuk titik simpul pinggir jalan-tujuan penumpang moda Bus Besar melanjutkan perjalanan paling banyak dengan motor(jemput) yaitu sebanyak

76 37.18%, penumpang Bus Sedang dengan motor(jemput) yaitu sebanyak 45.45%, penumpang Bus Kecil dengan motor(jemput) sebanyak 65.22% dan MPU dengan motor(jemput) sebanyak 43.24% Pola Non Dominan Pola non dominan adalah pola rantai perjalanan yang sedikit dilewati penumpang AKDP Makassar-parepare, diantaranya ada 11 pola dari 13 pola yang kemudian diakumulasikan secara keseluruhan. Hasil perhitungan dari model pola perjalanan penumpang AKDP rute Makassar-Parepare pada non pola dominan disajikan pada Gambar 21 berikut. Tabel 4.5. Persentase penumpang non pola dominan Moda Transportasi Jumah Persentase Bus Besar % Bus Sedang % Bus Kecil % MPU % Total % Gambar 4.21 Persentase penumpang pola non dominan Berdasarkan Gambar 4.21 dapat dilihat bahwa terdapat 60 penumpang yang melakukan perjalanan dari Rumah/kosan Terminal Rumah Makan

77 Rumah/Rumah Kerabat, yang paling banyak dilalui moda transportasi Bus Besar dengan persentase 32 % dengan jumlah penumpang sebanyak 19 orang dan paling sedikit pada moda transportasi Mobil Penumpang Umum dengan persentase 18% dengan jumlah penumpang sebanyak 11 orang. uraian rantai perjalanan pada non pola dominan, dapat dilihat pada Gambar 22 dibawah. Pola 2 (a) Bus Besar Bus Sedang (b) (c) Mobil Penumpang Umum Pola 4

78 (a) Bus Besar Bus Kecil = 100% Bus Kecil = 100% Bus Kecil = 100% (b) Bus Kecil Gambar Rantai Perjalanan non pola dominan pada masing-masing moda transportasi Pola 5 Bus Kecil =100% Bus Kecil = 100% (a) Bus Besar (b) Bus Kecil ( c) Mobil Penumpang umum Pola 6

79 (a) Bus Besar Pola 7 (a) Bus Besar Pola 8 (a) Bus Besar Gambar Rantai Perjalanan non pola dominan (Lanjutan) Pola 9 (a) Bus Besar Pola 10

80 Bus Kecil = 100% (a) Bus Sedang (b) Bus Kecil Pola 11 Bus Kecil = 100% Bus Kecil = 100% (a) Bus Kecil Pola 12 (a) Mobil Penumpang Umum Pola 13 (a) Mobil Penumpang Umum Gambar Rantai Perjalanan non pola dominan (Lanjutan) 4.5. Analisa Waktu Perjalanan Penumpang AKDP Makassar Parepare Pola dominan (pola 1)

81 Waktu Menunggu di terminal Waktu Rumah ke Terminal Setelah diperolah Pola perjalanan penumpang yang paling dominan maka penumpang AKDP rute Makassar Parepare kemudian akan dimodelkan dengan waktu perjalanan penumpang yang dibagi menjadi waktu rumah ke terminal dan waktu tunggu diterminal dengan durasi waktu per 10 menit untuk setiap moda transportasi. Berikut hasil pengolahan data disajikan dalam tabel berikut Statistik Responden Dari hasil pengolahan pola perjalanan (pola 1) dari 165 responden, diperoleh data statistik untuk waktu perjalanan dari rumah ke terminal pada berbagai moda transportasi yang diamati pada Tabel 4.6 berikut Tabel 4.6 Statistik Responden Berdasarkan Waktu Rumah ke Terminal dan waktu menunggu di Terminal Statistik Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Valid N Missing Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Statistik Bus Bus Sedang Bus Kecil MPU Valid Missing N Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Dari tabel 4.6 dapat dideskripsikan untuk data jumlah orang di rumah adalah sebagai berikut :

82 N atau jumlah data yang valid, untuk Bus Besar yaitu 43, Bus Sedang yaitu 30, Bus Kecil yaitu 31 dan Mobil Penumpang Umum yaitu 61, sedangkan data yang hilang (missing) pada masing-masing moda adalah nol. Dapat disimpulkan bahwa semua data siap untuk diproses. Mean atau nilai rata-rata waktu Rumah ke Terminal, untuk Bus Besar yaitu menit dengan standar error = 2.42, Bus Sedang yaitu menit dengan standar error =2.13, Bus Kecil yaitu menit dengan standar error =2.98 dan Mobil Penumpang umum yaitu menit dengan standar error =1.58. Median pada Bus Besar sebesar 25 menit, menunjukkan bahwa 50% waktu rumah ke terminal adalah 25 menit ke atas dan 50% adalah 25 menit ke bawah, pada Bus Sedang sebesar 20 menit, menunjukkan bahwa 50% waktu rumah ke terminal adalah 20 menit ke atas dan 50% adalah 20 menit ke bawah, Pada Bus Kecil sebesar 22.5 menit, menunjukkan bahwa 50% waktu rumah ke terminal adalah 22.5 menit ke atas dan 50% adalah 22.5 menit ke bawah dan Pada Mobil Penumpang Umum sebesar 30 menit, menunjukkan bahwa 50% waktu rumah ke terminal adalah 30 menit ke atas dan 50% adalah 30 menit ke bawah. Mode atau waktu rumah ke terminal yang sering muncul pada Bus Besar adalah 25 menit, pada Bus Sedang adalah 20 menit, pada Bus Kecil adalah 15 menit dan pada Mobil Penumpang Umum adalah 30 menit Standart Deviation atau nilai simpangan baku, untuk Bus Besar adalah 15.87, Bus Sedang adalah 11.49, Bus Kecil adalah dan Mobil Penumpang Umum adalah

83 Waktu Menunggu di Terminal Waktu Rumah ke Terminal Maksimum atau nilai tertinggi pada Bus Besar, Bus Sedang, Bus Kecil dan Mobil Penumpang Umum masing-masing adalah 60 menit Minimum atau nilai terendah pada Bus Besar, Bus Sedang, Bus Kecil dan Mobil Penumpang Umum masing-masing adalah 10 menit Selanjutnya untuk waktu menunggu dterminal dapat dilihat pada tabel 4.6 diatas Distribusi Waktu Distribusi waktu perjalanan (waktu rumah ke Terminal dan waktu menunggu di Terminal) untuk penumpang pada berbagai moda transportasi disajikan pada Tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7 Distribusi Waktu Rumah ke Terminal dan Waktu Menunggu di Terminal (pola 1) Durasi Moda transportasi Waktu (Menit) Bus Besar Bus Sedang Bus kecil MPU Durasi Moda transportasi Bus Bus Bus Waktu (Menit) Besar Sedang Kecil MPU

84 > (a) Bus Besar Sedang (b) Bus (c) Bus Kecil (d) Mobil Penumpang Umum Gambar 4.23 Histogram Distribusi waktu rumah ke terminal pada berbagai moda transportasi Sedang (a) Bus Besar (b) Bus

85 (c) Bus Kecil (d) Mobil Penumpang Umum Gambar 4.24 Histogram Distribusi waktu menunggu di terminal Uji Kolmogorf Smirnov Untuk melihat apakah sebaran data mengikuti pola seperti kurva normal kemudian akan dilakukan Uji Normalitas data. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. Tabel di bawah ini menunjukkan normalitas data waktu Rumah ke Terminal dan waktu menunggu di Terminal yang diteliti untuk digunakan dalam memprediksi waktu pada pola 1 dengan rute Rumah/kosan Terminal Rumah Makan Rumah/Rumah Kerabat pada masing-masing moda transportasi yang diteliti Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ho : Data berdistribusi normal. Ha : Data tidak berdistribusi normal. Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov (Waktu Rumah ke Terminal) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

86 Waktu Rumah- Terminal (Bus Besar) Waktu Rumah- Terminal (Bus Sedang) Waktu Rumah- Terminal (Bus Kecil) Waktu Rumah- Terminal (MPU) N Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov (Waktu Menunggu di Terminal) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Waktu Menunggu di Terminal (Bus Besar) Waktu Menunggu di Terminal (Bus Sedang) Waktu Menunggu di Terminal (Bus Kecil) Waktu Menunggu di Terminal (MPU) N Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Berdasarkan Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov (Waktu Rumah ke Terminal) pada tabel 4.8, maka : a. Berdasarkan hasil output diketahui bahwa Waktu rumah ke Terminal (Bus Besar) pada Asymp.Sig.(2-tailed) memiliki nilai 0,220 atau p-value > 0,05

87 sehingga diputuskan bahwa variabel tersebut memiliki distribusi data yang normal atau Ho diterima dan menolak Ha. b. Berdasarkan hasil output diketahui bahwa Waktu rumah ke Terminal (Bus Sedang) pada Asymp.Sig.(2-tailed) memiliki nilai 0,819 atau s p-value > 0,05 sehingga diputuskan bahwa variabel tersebut memiliki distribusi data yang normal atau Ho diterima dan menolak Ha. c. Berdasarkan hasil output diketahui bahwa Waktu rumah ke Terminal (Bus Kecil) pada Asymp.Sig.(2-tailed) memiliki nilai 0,251 atau p-value > 0,05 sehingga diputuskan bahwa variabel tersebut memiliki distribusi data yang normal atau Ho diterima dan menolak Ha. d. Berdasarkan hasil output diketahui bahwa Waktu rumah ke Terminal (Mobil Penumpang Umum) pada Asymp.Sig.(2-tailed) memiliki nilai 0,274 atau p-value > 0,05 sehingga diputuskan bahwa variabel tersebut memiliki distribusi data yang normal atau Ho diterima dan menolak Ha. Selanjutnya, untuk waktu menunggu dterminal dapat dilihat pada tabel 4.9 diatas Pola dominan (pola 2) Statistik Responden Dari hasil pengolahan pola perjalanan (pola 2) dari 259 responden, diperoleh data statistik untuk waktu perjalanan dari rumah ke terminal pada berbagai moda transportasi yang diamati pada Tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10 Statistik Responden Berdasarkan Waktu Rumah ke Terminal dan waktu menunggu di Terminal Statistik Bus Bus Bus MPU

88 Waktu Menunggu di terminal Waktu Rumah ke Terminal Besar Sedang Kecil N Valid Missing Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Statistik Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU Valid N Missing Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Dari tabel 4.10 dapat dideskripsikan untuk data jumlah orang di rumah adalah sebagai berikut N atau jumlah data yang valid, untuk Bus Besar yaitu 78, Bus Sedang yaitu 77, Bus Kecil yaitu 30 dan Mobil Penumpang Umum yaitu 74, sedangkan data yang hilang (missing) pada masing-masing moda adalah nol. Dapat disimpulkan bahwa semua data siap untuk diproses. Mean atau nilai rata-rata waktu Rumah ke Terminal, untuk Bus Besar yaitu 30 menit dengan standar error = 1.17, Bus Sedang yaitu menit dengan standar error =1.15, Bus kecil yaitu menit dengan standar error =1.25 dan Mobil Penumpang umum yaitu menit dengan standar error =1.21. Median pada Bus Besar sebesar 30 menit, menunjukkan bahwa 50% waktu rumah ke terminal adalah 30 menit ke atas dan 50% adalah 30 menit ke bawah, pada Bus Sedang sebesar 25 menit, menunjukkan bahwa 50%

89 waktu rumah ke terminal adalah 25 menit ke atas dan 50% adalah 25 menit ke bawah, Pada Bus Kecil sebesar 15 menit, menunjukkan bahwa 50% waktu rumah ke terminal adalah 15 menit ke atas dan 50% adalah 15 menit ke bawah dan Pada Mobil Penumpang Umum sebesar 30 menit, menunjukkan bahwa 50% waktu rumah ke terminal adalah 30 menit ke atas dan 50% adalah 30 menit ke bawah. Mode atau waktu rumah ke terminal yang sering muncul pada Bus Besar adalah 30 menit, pada Bus Sedang adalah 25 menit, pada Bus Kecil adalah 15 menit dan pada Mobil Penumpang Umum adalah 30 menit Standart Deviation atau nilai simpangan baku, untuk Bus Besar adalah 10.32, Bus Sedang adalah 10.09, Bus Kecil adalah dan Mobil Penumpang Umum adalah Maksimum atau nilai tertinggi pada Bus Besar, Bus Sedang, dan Mobil Penumpang Umum masing-masing adalah 60 menit, sedangkan Bus Kecil adalah 30 menit Minimum atau nilai terendah pada Bus Besar, Bus Sedang, Bus Kecil dan Mobil Penumpang Umum masing-masing adalah 10 menit. Selanjutnya untuk waktu menunggu dterminal dapat dilihat pada tabel 4.10 diatas Distribusi Waktu Distribusi waktu perjalanan (waktu rumah ke Terminal dan waktu menunggu di Terminal) disajikan pada Tabel 4.11 berikut. Tabel 4.11 Distribusi Waktu (pola 2) Durasi Moda transportasi Waktu (Menit) Bus Bus Bus MPU

90 Waktu Menunggu di Terminal Waktu Rumah ke Terminal Besar Sedang Kecil Durasi Moda transportasi Waktu (Menit) Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil MPU > Untuk melihat normalitas data waktu Rumah ke Terminal pada berbagai moda transportasi dapat dilihat pada Gambar 4.25

91 Sedang (a) Bus Besar (b) Bus

92 Umum (c) Bus Kecil (d) Mobil Penumpang Gambar 4.25 Histogram Distribusi waktu Rumah ke Terminal pada berbagai moda transportasi

93 (a) Bus Besar (b) Bus Sedang

94 ( c) Bus Kecil (d) Mobil Penumpang Umum Gambar 4.26 Histogram Distribusi waktu menunggu di terminal pada berbagai moda transportasi Uji Kolmogorf Smirnov Untuk melihat apakah sebaran data mengikuti pola seperti kurva normal kemudian akan dilakukan Uji Normalitas data. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. Tabel di bawah ini menunjukkan normalitas data waktu Rumah ke Terminal penumpang yang

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul

Lebih terperinci

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng TERMINAL DEFINISI TERMINAL Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. 2. Tempat pengendalian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang,

Lebih terperinci

YUYUN SAKINA WALEURU D

YUYUN SAKINA WALEURU D JURNAL TUGAS AKHIR ANALISIS BIAYA PERJALANAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA RUTE MAKASSAR - PAREPARE Oleh : YUYUN SAKINA WALEURU D111 09 314 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan tinggi sekalipun tetap terdapat orang yang membutuhkan dan menggunakan angkutan umum penumpang. Pada saat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan

III. METODE PENELITIAN. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan atas dua jenis yaitu: a) Data primer Data primer atau data pokok ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-lintas ( kendaraan, barang, dan

Lebih terperinci

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem

Lebih terperinci

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Terminal Halte Bandara Pelabuhan Simpul Tranportasi Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Menurut Abubakar I, dkk (1995) bahwa terminal transportasi merupakan : 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagi pelayanan umum. 2. Tempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Terminal Morlok (1978) mendefinisikan bahwa terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk dan keluar dari sistem

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa kajian teoretis dari literature dan kajian normatif dari dokumen perundangan dan statutory product lainnya yang diharapkan dapat menjadi dasar pijakan

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kota Semarang disamping sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah, telah berkembang menjadi kota metropolitan. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Menurut Drs. H. M. N. Nasution, M. S. Tr. (1996) transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pergerakan orang dan barang bisa dengan kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor atau jalan kaki, namun di Indonesia sedikit tempat atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

Waktu Tunggu Angkutan Antar Bis Di Terminal Leuwi Panjang Kota Bandung

Waktu Tunggu Angkutan Antar Bis Di Terminal Leuwi Panjang Kota Bandung RekaRacana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Januari 2016 Waktu Tunggu Angkutan Antar Bis Di Terminal Leuwi Panjang Kota Bandung MOHD REZA FAHLEVI 1, SOFYAN TRIANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2007 SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJALENGKA,

Lebih terperinci

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta )

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) Gatot Nursetyo Abstrak Terminal merupakan bagian dari jaringan pelayanan transportasi sebagai simpul dari suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam intensitas aktifitas sosial ekonomi seiring dengan kemajuan ekonomi yang telah terjadi. Jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting karena menghubungkan suatu tempat ke tempat lain. Dengan adanya sarana jalan ini, maka manusia dan barang dapat berpindah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Angkutan (transport) pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yaitu Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan rasa aman kepada pengguna jasa angkutan umum di dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan rasa aman kepada pengguna jasa angkutan umum di dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Terminal angkutan umum penumpang merupakan penyedia jasa angkutan umum yang berfungsi untuk dapat memberikan pelayanan kemudahan, kenyamanan dan rasa aman kepada pengguna jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum, angkutan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu komponen yang penting bagi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik dan mobilitas penduduk. Permasalahan transportasi yang

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA

STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 STUDI KELAYAKAN TERMINAL TINGKIR DENGAN ADANYA JALAN LINGKAR CEBONGAN BLOTONGAN SALATIGA Diyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang maupun barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan. Secara umum, kebutuhan akan jasa transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat terbang merupakan moda transportasi tercepat yang ada saat ini. Dengan kecepatan berkisar 500-900 km/jam, transportasi udara menggunakan pesawat terbang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Undang undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mendefinisikan angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu

Lebih terperinci

DESAIN TERMINAL ANGKUTAN ( Studi Kasus Terminal Ponorogo, Jawa Timur ) TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh :

DESAIN TERMINAL ANGKUTAN ( Studi Kasus Terminal Ponorogo, Jawa Timur ) TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : DESAIN TERMINAL ANGKUTAN ( Studi Kasus Terminal Ponorogo, Jawa Timur ) TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : ADHIETYA HERTOFI KENCANA PUTRA No. mahasiswa : 10097/TST NPM : 00 02 10097 UNIVERSITAS ATMAJAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Menurut Drs. Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. 2.2 Kinerja Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) Tilaka Wasanta Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR TECHSI ~ Jurnal Penelitian Teknik Informatika Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe Aceh Transport mode used by students to the campus are public transport, private cars, motorcycles and walk. Mukhlis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Umum Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu. Manusia selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang sangat penting dalam sistem transportasi. Morlok (1991) menjelaskan terminal dapat dilihat sebagai alat untuk proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Penduduk merupakan faktor utama dalam perkembangan kota sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. TINJAUAN UMUM Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan

Lebih terperinci

PENGARUH BANGKITAN PERGERAKAN PADA GUNA LAHAN KOMERSIAL TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN DI PUSAT KOTA WONOGIRI TUGAS AKHIR

PENGARUH BANGKITAN PERGERAKAN PADA GUNA LAHAN KOMERSIAL TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN DI PUSAT KOTA WONOGIRI TUGAS AKHIR PENGARUH BANGKITAN PERGERAKAN PADA GUNA LAHAN KOMERSIAL TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN DI PUSAT KOTA WONOGIRI TUGAS AKHIR Disusun oleh: Desta Eko P. Jati L2D 304 148 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 15 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Transportasi Transportasi merupakan suatu proses pergerakan memindahkan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya pada suatu waktu. Pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Aksesibilitas dan Mobilitas Sistem tata guna lahan yang ditentukan polanya oleh kebijakan pemerintah suatu wilayah dan bagaimana system transportasinya melayani, akan memberikan

Lebih terperinci

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA Imam Basuki 1 dan Siti Malkhamah 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Aktivitas kota menjadi daya tarik bagi masyarakat sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI Dalam bab ini akan membahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan studi yang dilakukan, yaitu mengenai pebgertian tundaan, jalan kolektor primer, sistem pergerakan dan aktivitas

Lebih terperinci

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA 165 EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA An Nuurrika Asmara Dina, Wisnu Setiawan Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 6 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Tujuan dasar perencanaan transportasi adalah memperkirakan jumlah serta kebutuhan akan transportasi pada masa mendatang atau pada tahun rencana yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk menjamin lancarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Proses analisis data dari pembahasan dilakukan setelah selesai melaksanakan inventarisasi atau pengumpulan data, baikyang berupa data primer maupun data sekunder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti) JurusanTeknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Pertemuan Ke 12 PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti) Mata Kuliah: Pengantar Perencanaan Transportasi Prof. Siti Malkhamah

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU PERJALANAN PENUMPANG UMUM RUTE MAKASSAR - PAREPARE

ANALISIS WAKTU PERJALANAN PENUMPANG UMUM RUTE MAKASSAR - PAREPARE JURNAL TUGAS AKHIR ANALISIS WAKTU PERJALANAN PENUMPANG UMUM RUTE MAKASSAR - PAREPARE Oleh : RAHMI D 111 11 626 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 ANALISIS WAKTU PERJALANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi didefenisikan sebagai proses pergerakan atau perpindahan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan transportasi pada era globalisasi seakan menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan masyarakat terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perencanaan Kota Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Ciri pokok dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : TITIS WULANDARI

Lebih terperinci

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NO.13/C,2001 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terminal merupakan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya jaman yang semakin maju menyebabkan kebutuhan manusia semakin banyak dan beragam. Setiap tahap pembangunan pasti menimbulkan tuntutan berkelanjutan dalam

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Banyak negara berkembang menghadapi permasalahan transportasi

Lebih terperinci

BAB ~1. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai

BAB ~1. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai BAB ~1 3.1. Lokasi Kajian. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai kota Pekanbaru. Alasan pemilihan lokasi kajian pada terminal AKAP Mayang Terurai adalah : a Terminal AKAP

Lebih terperinci

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS Terminal Bus adalah tempat sekumpulan bus mengakhiri dan mengawali lintasan operasionalnya. Dengan mengacu pada definisi tersebut, maka pada bangunan terminal penumpang

Lebih terperinci

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Permasalahan Transportasi Perkotaan Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja selain itu kota menawarkan begitu banyak kesempatan baik di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pemindahan atau pergerakan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA Dewi Rosyani Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jalan Suria Sumantri 65 Bandung, Indonesia, 40164 Fax: +62-22-2017622 Phone:

Lebih terperinci

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas 2.1 STUDI KASUS TERMINAL PULO GADUNG Dalam studi kasus Terminal Pulogadung ini, mengacu pada standar perencanaan dan perancangan dari studi literatur dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Morlok (1978), mendefinisikan transportasi sebagai suatu tindakan, proses, atau hal yang sedang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya.secara lebih spesifik,

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE Gilang Satrio, M. Zainul Arifin, dan Achmad Wicaksono Jurusan Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Umum Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau berbagai tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Terminal Terminal adalah salah satu komponen dari sistem transportasi yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat pemberhentian sementara kendaraan umum untuk menaikkan

Lebih terperinci

PERSEPSI PENUMPANG TERHADAP PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM ANGKUTAN UMUM DI KOTA MAKASSAR

PERSEPSI PENUMPANG TERHADAP PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM ANGKUTAN UMUM DI KOTA MAKASSAR PERSEPSI PENUMPANG TERHADAP PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM ANGKUTAN UMUM DI KOTA MAKASSAR Muhammad Andry Azis 1, Muhammad Isran Ramli 2 dan Sumarni Hamid Aly 3 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : IMMANUEL A. SIRINGORINGO NPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi pada umumnya dan jasa angkutan umum di perkotaan pada khususnya merupakan hal yang sangat penting terutama berkaitan dengan kinerja (performance)

Lebih terperinci

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA Dadang Supriyatno Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya Gedung A4 Kampus Unesa Ketintang Surabaya dadang_supriyatno@yahoo.co.id Ari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ANGKUTAN UMUM 2.1.1 Komponen Sistem Angkutan Umum Pada sistem angkutan umum, terdapat tiga komponen utama yang mempunyai peran dan kepentingan tertentu dan seringkali saling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani

BAB II LANDASAN TEORI. pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pelayanan Publik 2.1.1 Pengertian Pelayanan Istilah Pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arti Transportasi Menurut Warpani (1990), transportasi atau perangkutan adalah kegiatan perpindahan orang dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan

Lebih terperinci

moda udara darat laut

moda udara darat laut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Moda Moda adalah pengelompokan berbagai jenis transportasi dengan memperhatikan medium (tempat berjalan) serta kesamaan sifat-sifat fisiknya. Dengan adanya pengelompokan

Lebih terperinci