Pengaruh bulan kering terhadap intensitas serangan Empoasca sp dan blister blight di kebun teh Gambung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh bulan kering terhadap intensitas serangan Empoasca sp dan blister blight di kebun teh Gambung"

Transkripsi

1 Pengaruh bulan kering terhadap intensitas serangan Empoasca sp...(e. Rezamela, F. Fauziah, dan Salwa L. Dalimoenthe) Pengaruh bulan kering terhadap intensitas serangan Empoasca sp dan blister blight di kebun teh Gambung The effect of drought period on attack intensity of Empoasca sp and blister blight in Gambung tea plantation Erdiansyah Rezamela, Fani Fauziah, dan Salwa L. Dalimoenthe Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, 40972, Tlp , Faks : fani_fauziah@ymail.com Diajukan: 9 September 2016; direvisi: 10 Oktober 2016; diterima: 7 November 2016 Abstrak El-Nino memberikan dampak signifikan terhadap perubahan iklim mikro di antaranya berubahnya curah hujan, suhu dan kelembapan di kebun teh Gambung. Pada musim kering 2015, Kebun teh Gambung mengalami bulan kering selama empat bulan yang memengaruhi intensitas serangan Empoasca sp. dan intensitas blister blight. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara parameter iklim mikro dengan intensitas serangan Empoasca sp. dan blister blight. Pengamatan iklim mikro dilakukan dengan pengambilan data curah hujan (mm), kelembapan udara relatif (%), dan suhu udara maksimum ( 0 C) pada stasiun cuaca Automatic Weather Station (AWS). Intensitas serangan Empoasca sp. dan blister blight diamati dengan cara menghitung jumlah pucuk p+3 yang sehat dan yang terinfeksi dari gram sampel pucuk basah yang diambil acak dari waring saat pemetikan. Hasil penelitian menunjukkan intensitas serangan Empoasca sp. menurun dari 16,49% menjadi 12,90% pada periode bulan kering Juli hingga Oktober Intensitas blister blight hanya terjadi pada bulan Juli. Terdapat hubungan polinomial antara curah hujan, suhu dan kelembapan terhadap intensitas serangan Empoasca sp. dengan nilai R 2 secara berturut 0,71; 0,77; 0,87. Terjadi penurunan intensitas serangan pada curah hujan > 140 mm, suhu > 28 C dan kelembapan udara > 80%. Terdapat hubungan linier antara curah hujan, suhu dan kelembapan terhadap intensitas penyakit cacar daun dengan nilai R 2 secara berturut 0,98; 0,64; dan 0,77. Semakin tinggi curah hujan dan kelembapan, semakin tinggi intensitas blister blight. Namun, intensitas blister blight mengalami penurunan seiring peningkatan suhu lingkungan. Kata kunci: El-Nino, iklim mikro, intensitas serangan Empoasca sp., intensitas blister blight, Kebun Teh Gambung Abstract El-Nino had a significant impact on micro climate change including in rainfall, temperature and air humidity in Gambung Tea Plantation. In the dry season 2015, Gambung experienced four dry months that affect attack intensity of Empoasca sp. and disease intensity of Blister Blight. This study aimed to determine the relationship between micro climate parameters and attack intensity of Empoasca sp. and disease intensity of Blister Bright. Micro climate observation data were taken from Davis Automatic Weather Station (AWS) including rainfall intensity (mm), relative humidity (%) and maximum air temperature ( 0 C). Attack intensity of Empoasca sp and Blister Bligh were observed by counting the number of healthy P+3 shoots as well as infected shoot from gram of wet shoot sample randomly taken from container net at the plucking time. The results showed that the intensity of Empoasca sp. decreased from 16.49% to 12.90% in the dry months from July to October

2 Jurnal Penelitian Teh dan Kina 19(2), 2016: The disease intensity of Blister Blight only occurred in July. There was a polynomial relationship among rainfall, temperature and humidity to the attack intensity of Empoasca with R 2 values of 0.71, 0.77, 0.87, respectively the decrease of attack intensity occurred at ranfall intensity >140 mm, temperature >28 C and humidity >80%. Meanwhile linear relationship occurred among rainfall, temperature and humidity to the disease intensity of Blister Blight with R 2 values of 0,98; 0,64; and 0,77, respectively the increasing of rainfall and humidity caused the increasing of disease intensity of Blister Blight. However disease intensity of Blister Blight decreased with increase in ambient temperature. Keywords: El-Nino, micro climate, attack intensity of Empoasca, disease intensity of blister blight, Gambung Tea Plantation PENDAHULUAN Periode suhu paling hangat pada abad ke-21 terjadi dalam sepuluh tahun terakhir (Sharma dan Prabhakar, 2014). Peningkatan suhu global ini menyebabkan terjadinya pemanasan global sehingga dapat mengakibatkan fenomena iklim El-Nino (As-Syakur, 2009). El-Nino adalah suatu gejala anomali kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut (sea surface temperature-sst) di Samudra Pasifik sekitar equator (Equatorial Pacific) khususnya di bagian tengah dan timur. Karena lautan dan atmosfer adalah dua sistem yang saling terhubung, maka penyimpangan kondisi laut ini menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer yang pada akhirnya berakibat pada terjadinya penyimpangan iklim (BMKG, 2013). Indeks NINO pada tahun 2015 telah mencapai puncaknya pada angka 2,483. Indeks tersebut termasuk dalam kategori intensitas sangat kuat (BMKG 2015; Null, 2015). El-Nino menyebabkan peningkatan suhu permukaan laut dan curah hujan meningkat. Akibatnya di daerah tropis seperti Indonesia, peristiwa El-Nino memengaruhi pergeseran pola curah hujan, penurunan kuantitas curah hujan dan peningkatan suhu udara (Irawan, 2013). Penurunan jumlah curah hujan juga diikuti oleh peningkatan jumlah bulan kering yang berakibat pada musim kemarau yang lebih panjang (Fadholi, 2013). Kondisi bulan kering yang panjang pada tahun 2015 juga dialami oleh Kebun Teh Gambung, Pusat Penelitian Teh dan Kina, Kabupaten Bandung. Salah satu faktor pembatas produksi tanaman yang sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan iklim adalah perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Dampak perubahan iklim dapat memengaruhi serangan hama, secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan iklim secara langsung memengaruhi jaringan tanaman dan organ spesifik yang berperan dalam proses fotosintesis dan secara tidak langsung memengaruhi distribusi geografis dan dinamika populasi hama. Peningkatan suhu lingkungan dan kelembapan udara mampu menstimulus pertumbuhan dan perkembangan hama. Peristiwa perubahan iklim ekstrim dapat memicu terjadinya ledakan hama (Sharma dan Prabhakar, 2014). Salah satu hama utama tanaman teh adalah Empoasca sp. Awalnya dikenal sebagai hama utama pada tanaman kapas. Akan tetapi, Empoasca sp. sejak bulan Mei 1998 diketahui telah me- nyerang tanaman teh di perkebunan Gunung Mas. Serangan dan penyebaran serangga ini sangat cepat meluas mengakibatkan 170

3 Pengaruh bulan kering terhadap intensitas serangan Empoasca sp...(e. Rezamela, F. Fauziah, dan Salwa L. Dalimoenthe) penurunan produksi pucuk teh turun sekitar 50% dalam waktu 45 hari (Dharmadi, 1999). Kondisi lingkungan tidak hanya memengaruhi perkembangan hama, namun memengaruhi juga perkembangan penyakit tanaman. Penyakit utama tanaman teh adalah blister blight yang disebabkan oleh Exobasidium vexans Massee. Faktor cuaca yang sangat memengaruhi perkembangan blister blight di antaranya kelembapan udara, sinar matahari, angin, dan ketinggian tempat. Kelembapan udara yang lebih tinggi dari 80% dibutuhkan untuk pembentukan dan penyebaran basidiospora blister blight. Sedangkan, untuk perkecambahan spora diperlukan kelembapan yang lebih tinggi dari 90%. Demikian pula dengan curah hujan yang tinggi selama beberapa hari berturut-turut (7-10 hari) akan memicu munculnya blister blight (Departemen Pertanian, 2002). Oleh karena itu, terjadinya perubahan iklim dan lingkungan dapat memengaruhi perkembangan blister blight. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komponen iklim berupa curah hujan, suhu, dan kelembapan pada musim kemarau 2015 terhadap pola intensitas serangan hama Empoasca sp dan blister blight yang disebabkan oleh Exobasidium vexans Massee., di Kebun Teh Gambung (1.356 m dpl). BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada tahun 2015 di Kebun Teh Gambung, Pusat Penelitian Teh dan Kina dengan ketinggian m dpl, pola curah hujan menurut klasifikasi Schdmit dan Ferguson dalam Lakitan (2002) termasuk kategori tipe iklim B. Pengamatan iklim mikro bulan Januari-Desember 2015 dilakukan dengan pengambilan data pada stasiun cuaca otomatis/automatic Weather Station (AWS) merek Davis yang berada di Kantor Pusat Penelitian Teh dan Kina, Desa Mekarsari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Parameter iklim yang diamati meliputi curah hujan (mm), kelembapan udara relatif (%), dan suhu udara maksimum (ºC). Data curah hujan (mm) disajikan dalam seri bulanan merupakan akumulasi dari data curah hujan harian, sedangkan untuk data kelembapan udara relatif (%), dan suhu udara maksimum (ºC) merupakan rerata harian. Intensitas serangan hama Empoasca sp. dan blister blight diamati pada bulan kering (intensitas curah hujan < 60 mm) yaitu bulan Juli - Oktober 2015 dengan cara menghitung jumlah pucuk p+3 yang sehat dan yang terinfeksi dari gram sampel pucuk basah yang diambil secara acak dari waring saat pemetikan. Intensitas serangan hama Empoasca sp. dan blister blight dihitung dengan rumus : I= a a+b x 100 Keterangan : I = Intensitas serangan hama/ blister blight (%) a = Jumlah pucuk p+3 terinfeksi b = Jumlah pucuk p+3 sehat Dilakukan analisis hubungan antara parameter iklim curah hujan, suhu dan kelembapan udara dengan intensitas serangan menggunakan metode analisa regresi polinomial dan linier. 171

4 Jurnal Penelitian Teh dan Kina 19(2), 2016: HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi iklim mikro serta intensitas serangan Empoasca sp dan blister blight pada bulan kering 2015 Fenomena alam El-Nino tahun 2015 dengan intensitas sangat kuat (indeks NINO mencapai 2,483) yang terjadi pada bulan Oktober 2015 memengaruhi perubahan iklim mikro di Kebun Teh Gambung. Jumlah bulan kering dengan intensitas curah hujan di bawah 60 mm tercatat sebanyak 4 bulan, suhu maksimum harian tertinggi mencapai 30,8ºC, dan ratarata kelembapan udara relatif turun ke titik terendah menjadi 65% (BMKG, 2015; Null, 2015; Rezamela dan Dalimoenthe, 2016). Pada budidaya tanaman teh, musim kering ditandai dengan intensitas curah hujan di bawah 60 mm dan berlangsung lebih dari dua bulan (PPTK, 2006). Curah hujan Kebun Teh Gambung pada tahun 2015 tersaji pada Gambar 1. mengalami penurunan dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Curah hujan dengan intensitas di bawah 60 mm terjadi pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober atau sebanyak empat bulan kering. Penurunan curah hujan tersebut diikuti dengan perubahan suhu dan kelembapan. Pengaruh curah hujan, suhu, dan kelembapan selama bulan kering terhadap intensitas serangan Empoasca sp. dan blister blight pada tahun 2015 tersaji pada Gambar 2., Gambar 3., dan Gambar 4. GAMBAR 2 Intensitas serangan Empoasca sp. dan blister blight pada kondisi curah hujan (mm) bulan Juli s/d Oktober GAMBAR 1 Pola curah hujan bulanan (mm) di Kebun Teh Gambung tahun Dari grafik di atas (Gambar 1.) dapat dilihat bahwa, intensitas curah hujan GAMBAR 3 Intensitas serangan Empoasca sp. dan blister blight pada kondisi suhu maksimum (ºC) bulan Juli s/d Oktober

5 Pengaruh bulan kering terhadap intensitas serangan Empoasca sp...(e. Rezamela, F. Fauziah, dan Salwa L. Dalimoenthe) GAMBAR 4 Intensitas serangan Empoasca sp. dan blister blight pada kondisi kelembapan udara relatif ( % ) bulan Juli s/d Oktober virulen serta kondisi lingkungan yang sesuai. Apabila ketiga faktor tersebut tercapai maka penyakit tanaman akan muncul. Faktor lingkungan yang memengaruhi perkembangan penyakit di antaranya suhu rendah, kelembapan dan curah hujan yang tinggi cenderung meningkatkan intensitas serangan penyakit. Hal ini tentunya mengindikasikan bahwa faktor lingkungan merupakan faktor penting dalam mendukung terjadinya penyakit tanaman. Dari Gambar 2 terlihat bahwa curah hujan selama bulan kering mencapai titik terendah pada bulan September yaitu 2,8 mm. Selain curah hujan, sepanjang tahun 2015 terjadi peningkatan rerata suhu udara maksimum sejak Bulan Agustus dan terus naik hingga Bulan Oktober. Gambar 3 menunjukkan bahwa rerata suhu maksimum tertinggi mencapai 30,8ºC. Sementara itu, Gambar 4 menunjukkan penurunan kelembapan udara relatif (RH) mencapai titik terendah pada bulan Oktober sebesar 65%. Pada kondisi parameter iklim mikro tersebut, seiring dengan terjadinya penurunan curah hujan, kelembapan dan peningkatan suhu udara maksimum, intensitas serangan Empoasca sp. dan blister blight mengalami penurunan. Intensitas serangan Empoasca sp. menurun dari 16,49% pada bulan Juli menjadi 12,90% pada bulan Oktober. Sementara itu, intensitas blister blight selama bulan kering hanya dibawah 5%. Menurut Semangun (2004) terjadinya suatu penyakit tanaman dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu tanaman inang yang rentan (susceptible host), patogen yang Kondisi iklim mikro serta intensitas serangan Empoasca sp dan blister blight pada bulan kering 2015 GAMBAR 5 Hubungan antara curah hujan dan intensitas serangan Empoasca sp. di Kebun Teh Gambung pada priode bulan kering Gambar 5 menunjukkan bahwa hubungan antara curah hujan dan intensitas serangan Empoasca sp. membentuk pola polinomial. Intensitas serangan meningkat pada kondisi tidak ada hujan hingga intensitas curah hujan sekitar mm, kemudian intensitas akan menurun seiring dengan peningkatan curah hujan. Kehidupan serangga sebagai hewan berdarah dingin (poikilotermal) sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan iklim 173

6 Jurnal Penelitian Teh dan Kina 19(2), 2016: tempat hidup. Periode timbulnya hama sangat berhubungan dengan periode hujan tahunan. Hujan dapat memengaruhi perkembangan hama secara langsung, hujan lebat dapat menghanyutkan serangga. Sementara itu, curah hujan yang rendah dapat berpengaruh tak langsung terhadap perkembangan hama karena curah hujan erat hubungannya dengan suhu maksimum, minimum serta tekanan udara. GAMBAR 6 Hubungan antara suhu maksimum dan intensitas serangan Empoasca sp. di Kebun Teh Gambung pada periode bulan kering GAMBAR 7 Hubungan antara kelembapan udara relatif dan intensitas serangan Empoasca sp. di Kebun Teh Gambung pada bulan kering Pengaruh suhu udara terhadap hama antara lain mengendalikan perkembangan, kelangsungan hidup dan penyebaran serangga (Huffaker et al., 1976). Pengaruh suhu dan kelembapan udara terhadap intensitas serangan Empoasca sp. tersaji dalam Gambar 6 dan Gambar 7. Gambar 6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan regresi yang erat antara intensitas serangan Empoasca dengan suhu (R 2 = 0,77). Intensitas serangan tertinggi terjadi pada suhu lingkungan berkisar antara 25 28ºC. Pada suhu di atas 28ºC intensitas serangan Empoasca mengalami penurunan. Gambar 7 menunjukkan bahwa terdapat hubungan regresi antara intensitas serangan Empoasca dengan kelembapan (R 2 = 0,87). Intensitas serangan meningkat sampai dengan RH 75 80%, kemudian mengalami penurunan seiring meningkatnya RH. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap siklus hidup hama dan penyakit. Pada suhu tinggi aktivitas serangga akan lebih cepat dan efisien, tapi akan mengurangi lama hidup serangga (Speight et al., 2008). Serangga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungannya (hyphothermal). Menurut Petzoldt dan Seaman (2010), setiap peningkatan suhu sebesar 2ºC akan mengakibatkan peningkatan satu hingga lima siklus hidup serangga per musim. Namun, beberapa serangga hama juga akan mengalami penghambatan pertumbuhan ketika terjadi suhu yang esktrim panas atau esktrim dingin. Suhu berperan penting terhadap perkembangan Empoasca sp. Krieckhefer dan Medler (1964) melaporkan bahwa suhu optimum untuk oviposisi Empoasca fabae adalah 23ºC dan bila terjadi peningkatan suhu menjadi 26,7 C atau penurunan suhu hingga 18 C akan mengurangi jumlah telur yang dihasilkan dan memperpendek masa praoviposisi Empoasca sp. (Moffit dan Reynolds, 1972). 174

7 Pengaruh bulan kering terhadap intensitas serangan Empoasca sp...(e. Rezamela, F. Fauziah, dan Salwa L. Dalimoenthe) Pada suhu maksimum serangga tak lagi dapat bertahan maupun menyesuaikan diri sehingga mati karena terlampau panas. Namun, pada suhu rendah serangga masih dapat hidup tapi tidak aktif. Serangga tidak mati karena proses fisiologis organ-organ tubuhnya masih bekerja, hal ini disebut hibernisasi. Jika suhu udara meningkat sampai titik panas tertentu maka serangga akan aktif kembali dan hidup normal. Sementara itu, suhu optimum merupakan suhu dimana serangga hidup secara normal dan segala aktivitas dapat berlangsung maksimal (Huffaker et al., 1976). Kebutuhan serangga akan air sangat dipengaruhi dan berhubungan erat dengan keadaan lingkungan hidupnya terutama kelembapan dan ketersediaan air. Kelembapan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit pada tumbuhan. Hal ini terjadi karena, kondisi kelembapan pada nilai tertentu merupakan nilai yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan hama. Di daerah tropis kelimpahan Empoasca sp. dipengaruhi oleh musim kemarau dan hujan. Dharmadi (1999) melaporkan bahwa tingkat kerusakan tanaman teh akibat serangan Empoasca sp. lebih berat pada musim kemarau dibandingkan musim hujan. Perkembangan Empoasca sp. lebih dipengaruhi kelembapan dan ketersediaan air dalam jaringan tanaman, karena telur berkembang di dalam jaringan tanaman. Jika daun mengering maka telur akan mati (Klein, 1984 dalam Bahri, 2005). Hubungan Curah Hujan, Suhu dan Kelembapan terhadap Intensitas Blister blight Cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap penyakit tanaman, khususnya penyakit yang dapat disebarkan oleh angin, air atau serangga. Jamur E. vexans akan berkembang biak dengan menghasilkan spora dan disebarkan oleh angin karena sporanya sangat ringan. Spora ini memiliki lapisan dinding yang tipis dan berselaput lendir yang memudahkan untuk melekat dengan kuat pada permukaan daun teh muda. Perubahan faktor lingkungan fisik, iklim atau cuaca akan berpengaruh terhadap patogen sebelum menginfeksi tanaman (prepenetrasi). Patogen sangat peka dan perkembangannya ditentukan oleh kondisi iklim atau cuaca yang optimum. GAMBAR 8 Hubungan antara curah hujan dan intensitas blister blight di Kebun Teh Gambung pada bulan kering Curah hujan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan blister blight. Curah hujan yang tinggi selama tujuh hingga sepuluh hari berturutturut dapat memicu munculnya blister blight. Hubungan curah hujan dengan intensitas blister blight menunjukkan pola regresi linear yang sangat kuat ditunjukkan dengan nilai R 2 = 0,98 (Gambar 8). Intensitas blister blight menurun seiring dengan menurunnya intensitas curah hujan 175

8 Jurnal Penelitian Teh dan Kina 19(2), 2016: selama bulan kering, bahkan pada bulan Agustus hingga Oktober tidak ditemukan serangan cacar daun teh, hal ini ditunjukkan dengan intensitas penyakit yang bernilai nol persen. Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa hubungan antara kelembapan udara relatif dan intensitas blister blight bersifat regresi linear dengan nilai R 2 = 0,769. Intensitas serangan mulai menurun seiring dengan penurunan kelembapan, pada kelembapan udara kurang dari 80%, hampir tidak terjadi serangan, dengan nilai intensitas 0 %. GAMBAR 9 Hubungan antara suhu dan intensitas blister blight di Kebun Teh Gambung pada bulan kering Hubungan suhu dan intensitas penyakit seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9 menunjukkan pola regresi linear dengan nilai R 2 = 0,64. Intensitas serangan blister blight menurun seiring dengan peningkatan suhu, pada suhu di atas 30ºC, intensitas penyakit menunjukkan nilai nol persen. Ketinggian tempat dari permukaan laut akan menentukan suhu pada tempattempat dengan ketinggian tertentu. Makin tinggi letak kebun dari permukaan laut makin hebat serangan blister blight, karena makin tinggi letak kebun makin banyak kabut sehingga makin tinggi kelembapan udara. Kebun Teh Gambung berlokasi di ketinggian meter diatas permukaan laut (m dpl). Namun, sepanjang bulan kering tahun 2015, suhu maksimum Kebun Teh Gambung tercatat mencapai angka tertinggi sebesar 30,8ºC. GAMBAR 10 Hubungan antara kelembapan dan intensitas blister blight di Kebun Teh Gambung pada bulan kering Kelembapan udara merupakan faktor yang paling penting untuk terjadinya infeksi penyakit cacar. Kelembapan udara yang tinggi diperlukan untuk perkecambahan, pembentukan, dan pelepasan spora. Spora yang jatuh di permukaan atas daun dengan kelembapan yang cukup akan berkecambah dan melakukan penetrasi ke dalam jaringan daun. Pembentukan dan penyebaran basidiospora memerlukan kelembapan nisbi yang lebih tinggi di atas 80%. Sementara itu, untuk perkecambahan spora diperlukan kelembapan yang lebih tinggi dari 90% atau diperlukan lapisan air yang tipis (Astuti, 2013). Kelembapan udara yang tinggi serta kurangnya sinar matahari merupakan kondisi yang ideal bagi berkembangnya penyakit cacar. Oleh karena itu, serangan penyakit lebih berat pada musim hujan, di kebun-kebun yang terletak di dataran tinggi, di lereng, lembah, di dekat 176

9 Pengaruh bulan kering terhadap intensitas serangan Empoasca sp...(e. Rezamela, F. Fauziah, dan Salwa L. Dalimoenthe) hutan, dekat sungai, dan di kebun-kebun dengan pohon pelindung yang rapat (Astuti, 2013). KESIMPULAN Pada periode bulan kering dari bulan Juli hingga Oktober 2015, intensitas serangan Empoasca sp. mengalami penurunan mulai dari 16,49% menjadi 12,90%. Sementara itu, intensitas blister blight hanya terjadi diawal periode kering pada awal bulan Juli. Terdapat hubungan polinomial antara curah hujan, suhu dan kelembapan terhadap intensitas serangan Empoasca dengan nilai R 2 = 0,71; R 2 = 0,77; dan R 2 = 0,87 secara berturut-turut. Pada curah hujan lebih dari 140 mm, suhu lebih dari 28 C dan kelembapan udara lebih dari 80% intensitas serangan Empoasca menurun. Terdapat hubungan linier antara curah hujan, suhu dan kelembapan dengan intensitas penyakit cacar daun dengan nilai R 2 = 0,98; R 2 = 0,64; dan R 2 = 0,77 secara berturut-turut. Semakin tinggi curah hujan dan kelembapan, semakin tinggi pula intensitas blister blight. Sementara itu, seiring dengan meningkatnya suhu lingkungan, intensitas blister blight mengalami penurunan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Adhi Irianto Mastur, SP., yang telah banyak membantu dalam penyusunan data untuk tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Astuti, Y Blister blight Mengenal Gejala, Kerusakan dan Cara Pengendaliannya. Direktorat Jenderal Perkebunan - Kementerian Pertanian. dungan/berita-214-penyakit-cacardaun-teh-mengenal-gejala-kerusakandan-cara-pengendaliannya.html. [02 Desember 2015] Asy-Syakur, A.R Evaluasi zona agroklimat dari klasifikasi Schmidt- Ferguson menggunakan sistem informasi geografi (SIG). Jurnal Pijar MIPA. Vol3(1), Maret 2009 : 17-22, tersedia dalam jaringan. mat_dari_klasifikasi_schimidt_fergus on_menggunakan_aplikasi_sistem_in formasi_geografi_sig.pdf. [02 Desember 2015] Bahri, Syamsul Dinamika Populasi Wereng Pucuk Teh, Empoasca sp (F.) (Homoptera : Cicadellidae), dan Kajian Pemangsaan Salticidae. Tesis. Bogor : Institut Pertanian Bogor /10818 [30 Mei 2013] [BMKG] Badan Meteorologi dan Geofisika, 2013, Sejarah dan Dampak El-Nino di Indonesia, ain_lain/artikel/sejarah_dampak_el_ Nino_di_Indonesia,bmkg#ixzz40CuB mffr [15 Februari 2016], 2015, Index El-Nino Indonesia, /Informasi_Iklim/Informasi_Index_El _Nino,bmkg [16 November 2015] 177

10 Jurnal Penelitian Teh dan Kina 19(2), 2016: Dharmadi, Atik Empoasca sp., Hama Baru di Perkebunan Teh Indonesia. Prosiding Pertemuan Teknis Teh Tahun Bandung, Pusat Penelitian Teh dan Kina. Departemen Pertanian Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Teh. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian,Jakarta. 56p. Fadholi, A, (2013), Studi Dampak El Nino Dan Indian Ocean Dipole ( Iod ), Jurnal Ilmu Lingkungan 11(1): 43 50, Irawan, B Politik Pembangunan Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim. IAARD Press. Balitbang Pertanian. ku/politik-pembangunan/bab- II/BAB-II-2.pdf [23 Desember 2015] Krieckhefer RW dan Medler JT Some environmental factors influencing oviposition by the potato leafhopper, empoasca fabae J Econ Entomol 57 : Lakitan, B Dasar Dasar Klimatologi. Jakarta.PT.Raja Grafindo Persada. Huffaker, C.B., Luck, R.F. and Messenger, P.S., 1976, August. The ecological basis of biological control. In Proceeding of the XV International Congress of Entomology (pp ). Moffitt, H. and Reynolds, H., Bionomics of Empoasca solana delong on cotton in southern California. California Agriculture, 41(11), pp Null, Jan ONI (Ocenix Nino Index), alysis_monitoring/ensostuff/ensoyear s,shtml [16 November 2015] Petzoldt, C. and Seaman, A., Climate Change Effects on Insects and Pathogens. New York State Agricultural Extension Station, Geneva, NY [PPTK] Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006, Petunjuk Kultur Teknis Tanaman The Edisi Tahun 2006, Bandung (ID): Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Rezamela, E., dan S. L. Dalimoenthe Pengaruh El-Nino tehadap perubahan iklim mikro dan kadar air tanah di kebun teh Gambung. Jurnal Penelitian Teh dan Kina, (19) 1, 2016: Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Semangun, H Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press. Semangun, H Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta : Diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press. Sharma, H. C., and Prabhakar, C. S Impact of Climate Change on Pest Management and Food Security. In: Integrated Pest Management: Current Concepts and Ecological Perspective. pp London, UK, Academic Press, Elsevier. Speight, M.R., Hunter, M.D., dan Watt, A.D Ecology of Insects: Consepts and Application. Britain: The Alden Press. 178

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang jatuh

Lebih terperinci

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11 BAB II IKLIM Climate Berau Dalam Angka 2013 Page 11 Beraua dalam Angka 2013 Page 12 Kondisi iklim di Berau sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di Samudra Pasifik. Secara umum iklim akan dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan

Lebih terperinci

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan September 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2013 dan Januari 2014 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI Maulani Septiadi 1, Munawar Ali 2 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Tangerang Selatan

Lebih terperinci

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Propinsi Banten dan DKI Jakarta BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG 1. TINJAUAN UMUM 1.1.

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp. (021) 7353018, Fax: (021) 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Februari 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan di

Lebih terperinci

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali. 4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Januari 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan di

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI ANGIN

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016 B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 disusun berdasarkan hasil pengamatan dari 60 stasiun dan pos hujan di wilayah

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Arif Ismul Hadi, Suwarsono dan Herliana Abstrak: Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran siklus bulanan dan tahunan curah hujan maksimum

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 disusun berdasarkan hasil pengamatan dari 60 stasiun dan pos hujan di wilayah Jawa

Lebih terperinci

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC) 1234567 89111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112

Lebih terperinci

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS Martono Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPANInstitusi Penulis Email: mar_lapan@yahoo.com Abstract Indian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang terletak diantara Samudra Pasifik-Hindia dan Benua Asia-Australia, serta termasuk wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan

Lebih terperinci

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA Pengaruh Dipole Mode Terhadap Curah Hujan di Indonesia (Mulyana) 39 PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA Erwin Mulyana 1 Intisari Hubungan antara anomali suhu permukaan laut di Samudra

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP 1 KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 di Propinsi Bali merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi Negara Bali. Prakiraan Awal

Lebih terperinci

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA OLEH : ANDRIE WIJAYA, A.Md FENOMENA GLOBAL 1. ENSO (El Nino Southern Oscillation) Secara Ilmiah ENSO atau El Nino dapat di jelaskan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA

HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA Hubungan antara Anomali Suhu Permukaan Laut.(Mulyana) 125 HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA Erwin Mulyana 1 Intisari Perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S. i REDAKSI KATA PENGANTAR Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si Penanggung Jawab : Subandriyo, SP Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S. Kom Editor : Idrus, SE Staf Redaksi : 1. Fanni Aditya, S. Si 2. M.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA DINAMIKA STASIUN ATMOSFER METEOROLOGI

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN

Lebih terperinci

Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah

Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah Yohana Fronika a, Muhammad Ishak Jumarang a*, Andi Ihwan a ajurusanfisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino G181 Iva Ayu Rinjani dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl.

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah

Lebih terperinci

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOSFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS I KEDIRI-MATARAM 2016 1 Stasiun Klimatologi

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI ANGIN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012 KATA PENGANTAR i Analisis Hujan Bulan Agustus 2012, Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2012, dan Januari 2013 Kalimantan Timur disusun berdasarkan hasil pantauan kondisi fisis atmosfer dan data yang

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya, kami dapat menyelesaikan Buku Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2017 Provinsi Kalimantan Barat. Buku ini berisi kondisi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur http://lasiana.ntt.bmkg.go.id/publikasi/prakiraanmusim-ntt/ Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun

Lebih terperinci

Pengaruh El-Nino tehadap perubahan iklim mikro dan kadar air tanah di kebun teh Gambung

Pengaruh El-Nino tehadap perubahan iklim mikro dan kadar air tanah di kebun teh Gambung Pengaruh El-nino terhadap perubahan iklim mikro dan...(e. Rezamela dan S. Lubnan Dalimoenthe) Pengaruh El-Nino tehadap perubahan iklim mikro dan kadar air tanah di kebun teh Gambung The influence of El-Nino

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI BMKG Alamat : Bandar Udara Mali Kalabahi Alor (85819) Telp. Fax. : (0386) 2222820 : (0386) 2222820 Email : stamet.mali@gmail.com

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISIS STASIUN CUACA METEOROLOGI TERKAIT HUJAN

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018 1 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya, kami dapat menyelesaikan Buku Prakiraan Musim Hujan Tahun Provinsi Kalimantan Barat. Buku ini berisi kondisi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 IDENTIFIKASI CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI

Lebih terperinci

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur.

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur. 6 regresi linier berganda untuk semua faktor iklim yang dianalisis. Data faktor iklim digunakan sebagai peubah bebas dan data luas serangan WBC sebagai peubah respon. Persamaan regresi linier sederhana

Lebih terperinci

Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2012

Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2012 Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Stasiun Klimatologi Pondok Betung Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI KEJADIAN

Lebih terperinci

PENGARUH EL NIÑO 1997 TERHADAP VARIABILITAS MUSIM DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH EL NIÑO 1997 TERHADAP VARIABILITAS MUSIM DI PROVINSI JAWA TIMUR PENGARUH EL NIÑO 1997 TERHADAP VARIABILITAS MUSIM DI PROVINSI JAWA TIMUR (THE INFLUENCE OF EL NIÑO 1997 TO SEASONAL VARIABILITY IN EAST JAVA ) Akhmad Fatony 1) Dr. Suwandi 2) Sekolah Tinggi Meteorologi

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISIS HUJAN STASIUN SEDANG METEOROLOGI &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan merupakan salah satu sumber ketersedian air untuk kehidupan di permukaan Bumi (Shoji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penilaian, perencanaan

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang amat subur sehingga tidak dapat dipungkiri lagi sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Data dalam Badan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE DI KOTA MANADO TAHUN 2012-2016 Elisabeth Y. Lumy*, Angela F. C. Kalesaran*, Wulan P J Kaunang* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh pohon pelindung tetap pada tanaman teh menghasilkan terhadap iklim mikro, populasi serangga hama dan musuh alami, serta produksi pucuk teh

Pengaruh pohon pelindung tetap pada tanaman teh menghasilkan terhadap iklim mikro, populasi serangga hama dan musuh alami, serta produksi pucuk teh Pengaruh pohon pelindung tetap pada tanaman teh menghasilkan terhadap iklim mikro, populasi serangga hama dan musuh alami, serta produksi pucuk teh The effect of permanent shade tree at mature tea area

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Siantan Pontianak pada tahun 2016 menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau dan Prakiraan Musim Hujan. Pada buku Prakiraan Musim Kemarau 2016

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Analisis Tingkat Kekeringan Menggunakan Parameter Cuaca di Kota Pontianak dan Sekitarnya Susi Susanti 1), Andi Ihwan 1), M. Ishak Jumarangi 1) 1Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) merupakan isu lingkungan yang hangat diperbincangkan saat ini. Secara umum pemanasan global didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya

Lebih terperinci

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA Martono Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN, Jl.dr.Djundjunan 133, Bandung, 40173 E-mail :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga bermanfaat.

KATA PENGANTAR. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga bermanfaat. KATA PENGANTAR Laporan rutin kali ini berisi informasi analisa hujan yang terjadi pada bulan Mei 2011 di wilayah Banten dan DKI Jakarta. Serta informasi prakiraan hujan untuk bulan Juli, Agustus, dan September

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISIS CUACA STASIUN EKSTRIM METEOROLOGI TERKAIT

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 Provinsi Jawa Barat PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan

Lebih terperinci

El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA EL-NINO AND ITS EFFECT ON RAINFALL IN MANADO NORTH SULAWESI

El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA EL-NINO AND ITS EFFECT ON RAINFALL IN MANADO NORTH SULAWESI El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA Seni Herlina J. Tongkukut 1) 1) Program Studi Fisika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115 ABSTRAK Telah dilakukan analisis

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU Arif Ismul Hadi, Suwarsono, dan Herliana Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu Jl. Raya Kandang Limun, Bengkulu, Telp. (0736)

Lebih terperinci

Benarkah Tahun 2002 akan Terjadi El-Niño dengan Intensitas Lemah?

Benarkah Tahun 2002 akan Terjadi El-Niño dengan Intensitas Lemah? Benarkah Tahun 2002 akan Terjadi El-Niño dengan Lemah? Oleh : Gatot Irianto Detail pertanyaan itu antara lain meliputi (1) bagaimana perkembangan indikator anomali iklim lebih lanjut dihubungkan dengan

Lebih terperinci

Analisis Hujan Bulan Mei 2013 Iklim Mikro Bulan Mei 2013 Prakiraan Hujan Bulan Juli, Agustus dan September 2013

Analisis Hujan Bulan Mei 2013 Iklim Mikro Bulan Mei 2013 Prakiraan Hujan Bulan Juli, Agustus dan September 2013 Analisis Hujan Bulan Mei 2013 Iklim Mikro Bulan Mei 2013 Stasiun Klimatologi Pondok Betung Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI Alamat : Bandar Udara Mali Kalabahi Alor (85819) Email : stamet.mali@gmail.com Telp. : (0386) 2222820 Fax. : (0386) 2222820

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISIS CUACA EKSTRIM ANGIN KENCANG (22 Knot)

Lebih terperinci

Stasiun Klimatologi Pondok Betung

Stasiun Klimatologi Pondok Betung Stasiun Klimatologi Pondok Betung Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com Website: www.staklimpondokbetung.net

Lebih terperinci

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 9-17 Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah Sari Marlina

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI BMKG Alamat : Bandar Udara Mali Kalabahi Alor (85819) Telp. Fax. : (0386) 2222820 : (0386) 2222820 Email : stamet.mali@gmail.com

Lebih terperinci

Dina Ernawati, SP. dan Vidiyastuti Ari Yustiani, SP.

Dina Ernawati, SP. dan Vidiyastuti Ari Yustiani, SP. FLUKTUASI SERANGAN PENYAKIT CACAR DAUN TEH (Exobasidium vexans Mass.) PADA TRIWULAN II 2013 DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Dina Ernawati, SP.

Lebih terperinci

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MATARAM DAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TANGGAL JUNI 2017

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MATARAM DAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TANGGAL JUNI 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT NTB Jl. TGH. Ibrahim Khalidy Telp.(0370)674134, Fax.(0370)674135, Kediri-Lobar, NTB 83362 Website : http://iklim.ntb.bmkg.go.id

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah. Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR WILAYAH PASAR YOUTEFA JAYAPURA DAN SEKITARNYA TANGGAL 07 JANUARI 2017 OLEH : EUSEBIO ANDRONIKOS SAMPE, S.Tr NABIRE 2017 ANALISA

Lebih terperinci

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor Nasrullah (1), Ramli Rahim (2), Baharuddin (2), Rosady Mulyadi (2), Nurul Jamala (2), Asniawaty Kusno (2) (1) Mahasiswa Pascasarjana,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR Nensi Tallamma, Nasrul Ihsan, A. J. Patandean Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar Jl. Mallengkeri, Makassar

Lebih terperinci