BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Model dan Metode Pembelajaran Dalam pembelajarankan suatu materi pelajaran hendaknya guru harus memilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Isjoni (2010 :16) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, digunakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan guru pada saat kegiatan pembelajaran. Untuk mendefinisikan pengertian pembelajaran kooperatif, Sugiyanto (2009 : 37) berpendapat, Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Slavin (2005:4) juga berpendapat, Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kelompok kecil untuk saling membantu sama lainnya dalam membelajari materi pelajaran. Solihatin (2008:4) berpendapat, Cooperative learning merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih diana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Isjoni (2010:15) juga berpendapat, Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh 10

2 11 guru. Dalam pembelajaran kooperatif akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam menyampaikan pendapat serta ide baru sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan dapat berlangsung menyenangkan yang diharapkan akan berdampak pada lebih meningkatnya hasil belajar peserta didik. Dalam pembelajaran ceramah juga terdapat beberapa penugasan yang bersifat kelompok. Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara kelompok pembelajaran kooperatif dengan kelompok pembelajaran ceramah. Killen dalam Trianto (2010 : 58) mengemukakan beberapa perbedaan antara kedua kelompok belajar tersebut, yaitu : Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional (Ceramah) Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konfensional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga terdapat interaksi promotif. (Ceramah) Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya mendompleng keberhasilan pemborong Kelompok belajar biasanya homogen.

3 12 saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan,kemampuan komunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Keterampilan social sering tidak secara langsung diajarkan. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Sumber : Killen (Trianto, 2011 : 43) Menurut Iqbal Javel, Kousar, Rahman (2011 : 256) menyatakan tujuan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : Collaborative learning prepares students to work collaboratively and creates new ideas for students It was also revealed that collaborative learning provided user friendly environment and promotes positive interpendence among student and teacher. It encouraged group discussion and developed team work skills. It was also found that it provided feedback on assessment work and knowledge. Collaborative learning is easly in group work and created decision making ability about the rask assigned.

4 13 Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik bekerjasama dalam menciptakan ide-ide baru, memberikan umpan balik pada hasil pekerjaan dan pengetahuan. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih mengutamakan kerjasama peserta didik dalam kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi terkait dengan materi pelajaran. Keberhasilan dalam model cooperatif learning bukan semata mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan hasil belajar akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama sama dalam kelompok kelompok belajar yang terstruktur dengan baik. Slavin (2005:10) mengemukakan bahwa Tiga konsep penting bagi cooperative learning antara lain : penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama. Metode pembelajaran menurut Sumantri dan Johar (2001: 114), metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan, dan menurut Surakhmad (1990: 96) Metode adalah cara, yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Metode pembelajaran menurut Roestiyah (2008: 1) yaitu suatu pengetahuan tentang cara-cara pembelajaran yang digunakan oleh guru (instruktur) atau dapat juga dikatakan teknik penyajian yang dikuasai guru untuk pembelajaran atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan siswa dengan baik. Dari beberapa teori tentang model dan metode pembelajaran yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa, metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran agar materi pelajaran dapat dipahami dan dimengerti oleh peserta didik dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat beberapa metode pembelajaran, baik mengenai kebaikan-kebaiakan maupun mengenai kelemahankelemahannya, seorang guru akan lebih mudah untuk menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus yang dihadapi. Metode pembelajaran

5 14 dibuat sebagai suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas atau tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran, serta mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran. Dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dari metode pembelajaran CIRC dan STAD sebagai alternatif metode yang diaharapkan dapat lebih efektif meningkatkan hasil belajar geografi. a. Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Menurut Slavin dan Hall (2005:200) metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pembelajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar dan juga pada sekolah menengah. CIRC merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerjasama dalam kelompok untuk membantu peserta didik belajar memahami materi pelajaran melalui bacaan, berita, dan permasalahan. CIRC dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep sulit dan membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Jasmine dalam Mudawati (2008:24) yang menyimpulkan pembelajaran kooperatif metode CIRC secara aktif melibatkan kecerdasan interpersonal, pembelajaran siswa untuk dapat bekerjasama yang baik dengan orang lain, mendorong kolaborasi (kerjasama), berkompromi dan bermusyawarah mencapai kesepakatan dan secara umum menyiapkan mereka untuk masuk dalam dunia hubungan personal. Pada Kurikulum 2013 terdapat penilaian aspek sikap, sedangkan metode pembelajaran CIRC lebih banyak menekankan pada penilaian keterampilan khususnya keterampilan membaca. Peserta didik pada metode ini dibagi menjadi kelompokkelompok yang kemudian diberikan artikel sebagai bahan diskusi, penilaian sikap dilakukan saat diskusi berlangsung dengan menggunakan empat indikator, yaitu aktif, teliti, kerjasama dan tanggungjawab. Pada penilaian keterampilan dilakukan dengan

6 15 melihat hasil diskusi peserta didik yang dipresentasikan dan dinilai dengan indikator kemampuan melakukan presentasi, kemampuan bertanya dan kemampuan menjawab. Pada penerapan metode pembelajaran CIRC diperlukan beberapa urutan tahapan kegiatan. Adapun tahapan pembelajaran CIRC yang dikemukakan oleh Suprijono (2011:130), adalah sebagai berikut: 1) guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-6 orang secara heterogen, 2) guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran, 3) peserta didik bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas, 4) mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok, 5) peserta didik bersama guru membuat kesimpulan, 6) penutup Kelebihan dari metode CIRC yaitu dapat membantu peserta didik belajar memahami materi pelajaran melalui wacana/ bacaan, berita, permasalahan, dengan cara membaca, menganalisis, dan memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru dan tidak bergantung pada teks tertentu. Diungkapkan Slavin (2010:22) kelebihan model CIRC antara lain : 1) dapat lebih memahami bacaan/wacana/kliping dan tidak bergantung pada teks tertentu, 2) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan suatu solusi terhadap suatu permasalahan yang diberikan guru, 3) dapat digunakan siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah, 4) meningkatkan ketertarikan siswa selama pembelajaran berlangsung, serta 5) meningkatkan rasa percaya diri siswa karena mereka bisa menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari dan berani menyampaikan pendapat di dalam kelas. Kelebihan CIRC yang lain diungkapkan oleh Suyitno dalam Inayah (2007:27) antara lain :

7 16 1) CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, 2) dominasi guru dalam pembelajaran berkurang, 3) siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena belajar dalam kelompok, 4) para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya, 5) membantu siswa yang lemah, dan 6) meningkatkan hasil belajar, khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah. Selain kelebihan, CIRC juga memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya. Adapun kekurangan model pembelajaran CIRC ini diantaranya membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalam pelaksanaannya. Waktu tersebut digunakan pada saat diskusi. Selain itu, sulitnya mengatur kelas untuk kondusif sehingga suasana kelas cenderung ramai. Oleh karena itu, guru harus pandai dalam mengatur waktu yang ada dan menguasai kondisi kelas agar pelaksanaan pembelajaran menggunakan model ini dapat berjalan dengan baik. Dari beberapa uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran CIRC menekankan pada peserta didik untuk bekerjasama dalam kelompok dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru berupa kliping ataupun teks bacaan. Peserta didik diharapakan dapat lebih berperan aktif dan teliti untuk mencari ide pokok dalam proses pembelajaran pada kompetensi dasar Menganalisis Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer agar hasil belajar dapat mencapai kriteria sesuai dengan yang diinginkan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan langkah langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe CIRC, antara lain sebagai berikut : 1) Pembentukan kelompok secara acak Dalam tahap ini guru membagi kelas dalam kelompok. Pembagian kelompok dibuat secara heterogen ditinjau dari jenis kelamin, kemampuan belajar. Dalam setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik.

8 17 2) Pemberian tugas Dalam tahap ini guru mengenalkan dahulu topik yang akan dibahas, kemudian memberikan tugas kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan berupa teks bacaan ataupun kliping yang berupa analisis kaitannya pada kompetensi yang hendak dicapai. Tugas yang diberikan guru pada umumnya dapat diberikan setelah guru memberikan materi secara sekilas. 3) Melakukan diskusi Dalam tahap ini guru membagikan tugas kepada masing masing kelompok. Setiap peserta didik dalam kelompok berdiskusi dengan sesama anggota kelompoknya untuk menyelesaikan pemecahan masalah sesuai dengan materi yang diberikan. Peserta didik bekerjasama dan berdiskusi, saling membacakan, menemukan ide pokok, dan memberi tanggapan terhadap bacaan/teks yang diberikan. Semua kegiatan juga harus ditulis secara sistematis pada lembar kertas. Semua anggota menulis dengan sungguh-sungguh dan sambil dipahami. Guru dapat membimbing masing masing kelompok apabila setiap kelompok ada yang belum paham terhadap materi yang disampaikan. 4) Konfirmasi jawaban Dalam tahap ini gurua akan memanggil setiap kelompok secara bergantian untuk mempresentasikan atau membacakan hasil diskusi kelompoknya kepada kelompok lain. Kelompok lain bisa bertanya kepada kelompok tampil, dan anggota kelompok yang tampil menjawab secara bergantian. Apabila selesai mempresentasikan guru dapat menghidupkan suasana kelas untuk berdiskusi serta memberikan penguatan terhadap materi pelajaran setelah pelajaran berakhir. 5) Apresiasi tim Dalam tahap ini guru memberikan penghargaan atas kelompok yang berhasil mencapai kriteria yang telah ditentukan melalui kuis yang didiskusian secara kelompok.

9 18 6) Guru memberikan kuis bersifat induvidu untuk mengetahui sejauh mana peserta didik tersebut memahami materi yang telah disampaiakan. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode CIRC, setiap individu selain bertanggung jawab terhadap kelompoknya mereka juga akan bertanggung jawab terhadap hasil diskusi kelompoknya secara individu. Guru secara bergantian akan memanggil salah satu kelompok tersebut, sehingga setiap kelompok harus siap dan mengetahui jawaban hasil kelompoknya untuk dipertanggung jawabkan di depan kelas ketika guru memanggil salah satu kelompok tersebut. Metode CIRC diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan percaya diri peserta didik, memperdalam pemahaman materi serta mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Metode Student Team Achievement Division (STAD) Lie (2002:22) menyebutkan bahwa pada dasarnya ada tiga model pembelajaran yaitu model kompetisi, model individual, dan model kooperatif. Di antara ketiga model pemblajaran tersebut, yang sedang banyak diterapkan adalah pembelajaran kooperatif. Pemebelajaran kooperatif adalah belajar kelompok atau belajar dalam team. Slavin (2005:4) mengemukakan bahwa Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Slavin (2005:143) berpendapat, STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menurut Sugiyanto (2009:44) para guru menggunakan metode STAD untuk pembelajarankan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu baik penyajian verbal maupun tertulis. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran STAD merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan kelompoknya bertujuan untuk mendapatkan informasi materi baru kemudian dicari solusi permasalahan

10 19 tersebut. Metode ini memberikan dua dampak sekaligus pada diri peserta didik, yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penugasan konsep dan ketrampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan social, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akanperbedaan. Pada pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa macam komponen utama, Slavin (2005:143) berpendapat, STAD memiliki lima komponen utama, yaitu: (1) presentasi kelas; (2) tim; (3) kuis; (4) skor kemajuan individual; (5) rekognisi tim. Menurut Sugiyanto (2009 : 44) langkah metode STAD antara lain : 1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing masing terdiri atas 4-5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah). 2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. 3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. 4) Tiap siswa dan tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Gagasan utama menerapkan metode pembelajaran STAD adalah untuk mendorong peserta didik saling membantu sama lain. Kerjasama kelompok sangat diperlukan dalam penguasaan materi, pemecahan masalah yang diberikan oleh guru. Apabila peserta didik menghendaki agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, maka mereka harus lebih bertanggungjawab dalam kelompoknya. Mereka harus saling membangun kerjasama dalam kelompoknya dan meyakinkan kepada anggota

11 20 kelompoknya bahwa mereka melakukan kerjasama untuk melakukan yang terbaik baik kelompoknya. Berikut ini adalah langkah langkah dalam metode pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain sebagai berikut : 1) Apersepsi pelajaran Dalam tahap ini guru menyampaikan pengenalan metode STAD kepada peserta didik. Selain itu guru juga menyampaikan materi pelajaran secara sekilas. Dalam penyampaian materi guru dapat menggunakan media pembelajaran audiovisual untuk mempermudah guru dalam menyajikan materi di depan kelas. 2) Pembentukan tim dan pemberian tugas kelompok Tim terdiri dari 4-5 peserta didik anggota yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal prestasi akademik maupun jenis kelamin. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar benar belajar, dan khususnya lagi bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari materi, dan berbagai soal analisis berkaitan dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. 3) Melakukan kuis individual maupun kelompok Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode pengelompokan tim, peserta didik akan mengerjaka kuis individual maupun kuis kelompok. Peserta didik tidak diperkenankan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap individu bertanggung jawab untuk memahami materinya. 4) Skor kemajuan individual Tujuan utama adanya skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap peserta didik tujuan dan kinerja yang akan dapat tercapai apabila mereka lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap individu dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya. Tiap peserta didik diberikan skor awal yang diperoleh dari rata

12 21 rata kinerja peserta didik sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Peserta didik selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. 5) Apresiasi tim Tim akan memperoleh penghargaan dari guru apabila skor rata rata mereka mencapai kriteria tertentu. Gagasan utama menerapkan metode pembelajaran STAD adalah untuk mendorong peserta didik saling membantu sama lain. Kerjasama kelompok sangat diperlukan dalam penguasaan materi, pemecahan masalah yang diberikan oleh guru. Apabila peserta didik menghendaki agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, maka mereka harus lebih bertanggungjawab dalam kelompoknya. Mereka harus saling membangun kerjasama dalam kelompoknya dan meyakinkan kepada anggota kelompoknya bahwa mereka melakukan kerjasama untuk melakukan yang terbaik baik kelompoknya. Berdasarkan uraian di atas kedua metode pembelajaraan kooperatif tipe CIRC dan STAD memiliki kesamaan yaitu sama sama merupakan metode pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dalam kelompok belajar untuk mencapai tujuan belajar. Perbedaan metode pembelajaran CIRC dan STAD terletak pada langkah pembelajaran dan medianya. Metode pembelajaran CIRC memiliki ciri khusus bahwa guru memberikan teks bacaan ataupun kliping pada setiap kelompok kemudian kelompok tersebut mencari ide-ide pokok yang ada dalam teks bacaan ataupun kliping dan dicatan secara sistematis oleh anggota kelompoknya. Metode pembelajaran STAD memiliki ciri khusus dengan membagi peserta didik ke dalam kelompoknya untuk belajar bersama untuk mengerjakan permasalahan dalam diskusi kelompok maupun mengerjakan kuis individu dari materi yang telah disampaikan oleh guru pada setiap akhir pertemuan. Keberhasilan tim dalam menyelesaikan permasalahan ditentukan oleh keaktivan peserta didik dalam kelompok tersebut.

13 22 c. Metode Ceramah Bervariasi Menurut Sumantri dan Johar (2001 : 116) Metode Ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan-penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Penggunaan metode ceramah sangar tergantung kepada kemampuan guru, karena gurulah yang berperan penuh dalam metode ceramah. Dalam kegiatan pembelajaran tidak lepas dari peran guru dalam memberikan materi. Dalam lingkungan pendidikan modern, metode pembelajaran ceramah menjadi perdebatan karena banyak orang yang ingin menolak sama sekali metode tersebut dengan alasan terlalu kuno. Namun sebagian juga masih mempertahankan metode pembelajaran ceramah dalamm kegiatan pembelajaran dengan berdalih bahwa metode tersebut sejak dahulu sudah digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Sagala (2010 : 201) berpendapat Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik.dalam kegiatan ceramah dominasi penuturan secara lisan oleh guru sangat berperan penting. Sejalan dengan Sagala, Anitah (2009 : 85) juga berpendapat Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah berbicara. Dalam metode ceramah dikenal juga dengan adanya unsur ceramah bervariasi, disebut ceramah bervariasi karena dalam strategi ini terdapat beberapa komponen yaitu: 1) Variasi Metode Ceramah murni hanya efektif 15 menit setelah iti diganti dengan metode tanya jawab atau metode diskusi kelompok. Dengan demikian interaksi pembelajaran menjadi lebih bervariasi. 2) Variasi Media Alat indera peserta didik dilibatkan sebanyak mungkin dalam proses pembelajaran. Untuk itu media pembelajaran dapat divariasi sehingga fungsi

14 23 melihat (visual), fungsi mendengar (audio) dan fungsi meraba dan mencium diaktifkan pada hal-hal tertentu. 3) Variasi Penampilan Dalam menyampaikan ceramah guru tidak hanya terpaku pada tempat tertentu, gerakannya disesuaikan dengan bahan ceramah dan situasi kelas. Isi dari ceramah juga tidak hanya disampaikan dengan kata-kata saja tetapi juga melalui mimic guru. Adanya variasi suara tinggi rendah, cepat lambatnya kata yang diucapkan setiap kata dank eras lemahnya memberikan nilai tersendiri dalam berkomunikasi. 4) Variasi Bahan Sajian Variasi bahan sajian dapat diberikan dengan contoh-contoh verbal dan anekdot. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara lisan. Materi pembelajaran akan mudah disampaikan apabila guru menyampaikan materi tersebut dengan rinci dan jelas. Dalam kegiatan ceramah, peserta didik berperan sebagai pendengar dan teliti dalam mencatat pokok pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Bagi dunia pendidikan metode pembelajaran ceramah sudah tidak asing bagi kalangan guru. Hal ini disebabkan metode pembelajaran ceramah lebih mudah digunakan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah berjalan dengan lancar perlu adanya langkah langkah yang harus dikuasai oleh guru, misalnya dengan menguasai unsur dari metode ceramah bervariasi agar lebih menarik peserta didik. Anitah (2009 : 88) mengemukakan sebagai metode pembelajaran, pemberian pelajaran melalui ceramah mempunyai kelebihan dalam hal guru menguasai arah pembicaraan seluruh kelas serta organisasi kelas sederhana. Pusat perhatian materi yang disampaikan berasal dari guru, sehingga guru mampu mengorganisasi suasana kelas.

15 24 Ceramah sebagai metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ceramah menurut Anitah (2009 : 197), yaitu : 1) hemat dalam menggunakan waktu dan alat, 2) mampu membangkitkan minat dan antusias siswa, 3) membantu siswa untuk membangkitkan kemampuan mendengarkannya, 4) merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber, 5) mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui oleh siswa. Kekurangan metode ceramah menurut Sumantri dan Johar (2001 : 119) adalah sebagai berikut : 1) dapat menimbulkan kejenuhan kepada peserta didik apalagi bila guru kurang dapat mengorganisasinya, 2) menimbulkan verbalisme pada peserta didik, 3) materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru, 4) merugikan peserta didik dengan konsep yang belum tentu diingat terus, 5) informasi yang disampaikan mudah using dan ketinggalan jaman, 6) tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didik, 7) terjadi proses satu arah dari guru kepada peserta didik. Dari beberapa teori yang telah diuraiakan metode pembelajaran ceramah merupakan metode pembelajaran yang menjadikan guru sebagai pusat informasi pembelajaran. Dalam metode ceramah hanya terdapat interaksi satu arah saja, sehingga peserta didik cenderung pasif dan lebih cepat merasa bosan dan kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Metode pembelajaran ceramah cenderung kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengutarakan ide dan pendapatnya karena peserta didik lebih banyak bergantung kepada guru untuk mendapatkan informasi. 2. Hasil Belajar Geografi Sudjana (2005 : 22) berpendapat, Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

16 25 Masidjo (1995:25) mengemukakan hasil belajar merupakan hasil akhir yang telah dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, bisa dinyatakan dengan nilai nilai yang diperoleh melalui tes formatif. Prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2008: 91) adalah taraf keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kecerdasan (intelegensia) peserta didik saja tetapi juga terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi yaitu faktor intern atau faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri, misalnya motivasi, minat, fisik dan faktor lainnya. Yang kedua adalah faktor ekstern yaitu faktor yang berada diluar individu, misalnya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mempunyai cakupan makna yang lebih luas dari prestasi belajar. Prestasi belajar seringkali dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang diketahui setelah dilakukan pengukuran dengan tes. Hasil belajar tidak hanya dilihat dari nilai atau skor saja, melainkan mencakup penilaian secara kualitatif (sikap, pengetahuan, keterampilan, tingkah laku, karakter, dsb). Penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013 adalah sama dengan asesmen. Dari pedoman pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 menyebutkan bahwa ada tiga kegiatan yang perlu didefinisikan dalam kaitannya dengan konsep penilaian, yaitu : pengukuran, penilaian dan evaluasi. Penilaian kurikulum 2013 mencakup empat kompetensi inti, yaitu : a. KI-1 : kompetensi inti sikap spiritual b. KI-2 : kompetensi inti sikap sosial c. KI-3 : kompetensi inti pengetahuan

17 26 d. KI-4 : kompetensi inti keterampilan Dari uraian cakupan penilaian tersebut, KI-1 dan KI-2 merupakan penilaian yang dilihat dari sikap peserta didik, baik selama mengikuti pembelajaran maupun dalam pemberian tugas-tugas. Pada KI-3 merupakan penilaian yang dilihat dari hasil belajar peserta didik dari ranah kognitifnya sejauh mana peserta didik tersebut dapat memahami pembelajaran yang telah dilakukan, dan pada KI-4 merupakan penilaian keterampilan peserta didik yang dapat dilakukan dengan pemberian tugas-tugas. Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat ditunjukan dengan penilaian hasil belajar peserta didik yang dinyatakan dengan angka. Menurut Bloom dalam Sudjana (2005:22), berpendapat, Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional pengklasifikasian hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotorik. a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dilakukan guru untuk menilai kemampuan peserta didik dalam mengusai materi pembelajaran. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran CIRC, STAD, dan ceramah digunakan untuk mengetahui hasil belajar geografi dalam ranah kognitif. Dalam melakukan penilaian hasil belajar berupa tes. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan

18 27 penguasaan bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dalam melakukan penilaian, test terdiri dari dua macam, yaitu tes uraian dan tes objektif, (Sudjana, 2005 : 35). Dalam penelitian ini digunakan tes uraian untuk penilaian metode pembelajaran. Tes uraian digunakan karena luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudah menilai jawaban yang diberikan. Tes uraian dianggap lebih efektif untuk mengukur pengetahuan, pengertian, kosakata, penerapan prinsip dan kemampuan untuk menafsirkan data. Soal yang digunakan dalam penilaian hasil belajar adalah soal bentuk uraian. Dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil belajar Geografi dapat diukur dengan memberikan tes kepada peserta didik. Tes tersebut diberikan pada tahap akhir pembelajaran (posttest). Posttest diberikan untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah diberikan perlakuan menggunakan metode pembelajaran. Soal tes tersebut berupa tes uraian dalam bentuk uraian. 3. Penelitian Yang Relevan 1) Mitra Widyasaril.(2013). Judul Penelitian : PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SMA. Jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan desain penelitian pretest-postest control group design. Pada penelitian ini dibentuk dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), sedangkan kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional yang biasa digunakan guru yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Hasil Penelitian : Pada kelas eksperimen kemampuan berpikir kritis awal siswa lebih dari separuh (55,17%) berada pada kualifikasi cukup dan kurang dari seperempat (20,69%) berada pada kualifikasi kurang. Akan tetapi terjadi perubahan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis akhir yaitu seluruh siswa (100%) berada pada kualifikasi baik dan tak satupun siswa yang berada pada kualifikasi

19 28 cukup sampai sangat kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kelas ekperimen terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. 2) Arista Dini Figianti.(2012). Judul Penelitian : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CIRC TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Jenis Penelitian ini adalah eksperimen kuasi. Rancangan penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group design. Hasil Penelitian : Kelas eksperimen memperoleh nilai ratarata diskusi kelompok yang lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu 76,94 untuk kelas eksperimen dan 71,20 untuk kelas kontrol. Perbedaan antara nilai kemampuan akhir dan nilai diskusi kelompok mempengaruhi nilai akhir kemampuan memecahkan masalah untuk masing-masing kelas. Nilai akhir kemampuan memecahkan masalah kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu 45,17 untuk kelas eksperimen dan 38,90 untuk kelas kontrol. Perbedaan nilai akhir kemampuan memecahkan masalah menunjukkan bahwa model pembelajaran CIRC berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan masalah secara signifikan. 3) Bhian Rangga.(2014). Judul Penelitian : EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN NHT DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS XI IS SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013 / Jenis Penelitian eksperimen semu (quasiexperimental research ). Hasil Penelitian : hasil frekuensi pretest posttest kelompok STAD dapat dinyatakan bahwa frekuensi pretest terbanyak pada interval nilai sebanyak 16 peserta didik dengan persentase 50%. Frekuensi posttest terbanyak pada interval nilai sebanyak 17 peserta didik dengan persentase 53%. Hal tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan tindakan pembelajaran metode STAD, persentase jumlah nilai posttes mengalami peningkatan pada interval nilai Sehingga hasil metode STAD mengalami kenaikan yang signifikan.

20 29 B. Kerangka Berfikir Paradigma pembelajaran yang teacher-centered harus diubah menjadi studentcentered. Hal ini karena pembelajaran teacher-centered hanya berpusat pada pendidik tanpa menjadikan peserta didik aktif sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta didik menjadi kurang optimal. Dengan adanya permasalahan dalam metode pembelajaran yang kurang menarik bagi peserta didik, maka perlu variasi penggunaan metode yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Baik aktif dalam pembelajaran antar guru dan peserta didik maupun aktif antara interaksi peserta didik dengan peserta didik, guna lebih meningkatkan hasil dari pembelajaran Geografi. Terkait permasalahan tersebut guru perlu melakukan inovasi metode yang sesuai. Penerapan metode pembelajaran kooperatif seperti CIRC dan STAD diharapkan dapat lebih memkasimalkan pemahaman dan keaktifan dalam proses pembelajaran secara kelompok peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar geografi peserta didik baik secara kelompok maupun individu. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang dipakai adalah metode pembelajaran CIRC sebagai kelas eksperimen 1, metode pembelajaran STAD sebagai kelas eksperimen 2, serta metode pembelajaran ceramah sebagai kelas kontrol. Dalam metode pembelajaran CIRC maupun STAD setiap peserta didik diajak lebih aktif untuk bekerjasama dalam tim kelompoknya dan keberhasilan tim maupun keberhasilan individu melalui kuis ditentukan oleh kontribusi masing masing peserta didik. hipotesis. Berikut ini adalah perumusan masalah sebagai acuan untuk merumuskan 1. Ada perbedaan hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran CIRC, STAD dan ceramah bervariasi. Skor hasil belajar geografi ketigas kelas tersebut (kelas CIRC, kelas STAD dan kelas ceramah bervariasi) akan dibandingkan kemudian dicari perbedaannya.

21 30 Karakteristik dari ketiga metode pembelajaran tersebut sangatlah berbeda. Metode pembelajaran CIRC lebih menuntut peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan lebih banyak membaca artikel-artikel dan buku bacaan. Metode pembelajaran STAD lebih menuntuk peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran baik secara kelompok maupun individual. Metode pembelajaran ceramah bervariasi merupakan metode pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru (teacher centered), peserta didik juga kurang aktif dalam pembelajaran. Sehingga ketiga metode pembelajaran tersebut memiliki perbedaan. 2. Hasil belajar geografi peserta didik menggunakan metode pembelajaran CIRC lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Pada rumusan masalah ini skor hasil belajar geografi kelas CIRC akan dibandingkan kemudian dicari perbedaannya dengan kelas ceramah bervariasi menggunakan uji lanjut anava, yaitu uji Scheffe. Rumusan masalah kedua ini bertujuan untuk mencari metode pembelajaran yang lebih baik antara metode pembelajaran CIRC dan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Diduga metode pembelajaran CIRC lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Karena pada metode pembelajaran CIRC guru berusahan untuk mengajak peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih banyak membaca artikel-artikel terkait dengan materi pembelajaran. 3. Hasil belajar geografi peserta didik menggunakan metode pembelajaran STAD lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Pada rumusan masalah ini skor hasil belajar geografi kelas STAD akan dibandingkan kemudian dicari perbedaannya dengan kelas ceramah bervariasi menggunakan uji lanjut anava, yaitu uji Scheffe. Rumusan masalah kedua ini bertujuan untuk mencari metode pembelajaran yang lebih baik antara metode pembelajaran STAD dan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Diduga metode pembelajaran STAD lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi.

22 31 Karena pada metode pembelajaran STAD guru berusahan untuk mengajak peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. 4. Hasil belajar geografi peserta didik menggunakan metode pembelajaran CIRC lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran STAD. Pada rumusan masalah ini skor hasil belajar geografi kelas CIRC akan dibandingkan kemudian dicari perbedaannya dengan kelas STAD menggunakan uji lanjut anava, yaitu uji Scheffe. Rumusan masalah kedua ini bertujuan untuk mencari metode pembelajaran yang lebih baik antara metode pembelajaran CIRC dan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Diduga metode pembelajaran CIRC lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Karena pada metode pembelajaran CIRC guru berusahan untuk mengajak peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok, dan peserta didik dituntut untuk lebih banyak membaca artikel yang terkait dengan materi pembelajaran tersebut. Berdasarkan pemikiran di atas dapat digambarkan alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

23 32 Kondisi Awal Guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik cenderung pasif dalam pembalajaran dan cepat merasa bosan, maka hasil belajar Geografi kurang maksimal. Kelompok Eksperimen Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Metode Pembelajaran CIRC Metode Pembelajaran STAD Metode Pembelajaran Ceramah Hasil Belajar Geografi Hasil Belajar Geografi Hasil Belajar Geografi Perbandingan Hasil Belajar Geografi 1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran, Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), Student Team Achievement Division (STAD), dan ceramah bervariasi. 2. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. 4. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dengan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD ). Gambar 1. Proses Kerangka Berfikir Keterangan : : Input : Output : Proses

24 33 C. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah teruraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar geografi antara menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Student Team Achievement Division (STAD), dan ceramah pada kompetensi dasar Menganalisis Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer peserta didik kelas X IS SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/ Hasil belajar geografi menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar Menganalisis Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer peserta didik kelas X IS SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/ Hasil belajar geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar Menganalisis Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer peserta didik kelas X IS SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/ Hasil belajar geografi menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) pada kompetensi dasar Menganalisis Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer peserta didik kelas X IS SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan dapat menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan bangsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Komalasari (2010, h. 57) menyebutkan bahwa model pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. Komalasari (2010, h. 57) menyebutkan bahwa model pembelajaran 16 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Komalasari (2010, h. 57) menyebutkan bahwa model merupakan bentuk yang tergambar dari awal sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION 0 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA SISWA KELAS IX SMP SWASTA AL-ULUM MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 SITI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan banyak ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN NHT

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN NHT EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN NHT DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 Bhian Rangga J.R 1,Djoko Subandriyo 2, dan Danang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dibahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini agar dapat memberi gambaran umum tentang latar peneliti dan sebagai bahan rujukan pembahasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Eggen dan Kauchak (dalam Artanti,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DI SMA NEGERI 1 STABAT Suherman Guru Fisika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

*

* PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI KELAS X SMA NEGERI 10 PEKANBARU Sulastri Sibarani

Lebih terperinci

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Ketepatan pemilihan model pembelajaran akan berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA MAN SUKOHARJO SKRIPSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dunia pendidikan adalah untuk memajukan suatu negara dari segala bidang dan aspek, tujuan ini tidak akan tercapai tanpa adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional, tercantum tujuan dari pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

Mitra Widyasari 1), Hadi Soekamto 2), Yuswanti Ariani Wirahayu 3) Prodi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang Jl.

Mitra Widyasari 1), Hadi Soekamto 2), Yuswanti Ariani Wirahayu 3) Prodi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang Jl. PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SMA Mitra Widyasari 1), Hadi Soekamto 2),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan moral bukanlah sebuah gagasan baru. Sebetulnya, pendidikan moral sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Sejarah di negara-negara di seluruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

... Homogenitas Data Posttes... Uji Normalitas Data Awal... Homogenitas Data Awal... Data Posttes Kemampuan Menulis Teks Hasil Observasi...

... Homogenitas Data Posttes... Uji Normalitas Data Awal... Homogenitas Data Awal... Data Posttes Kemampuan Menulis Teks Hasil Observasi... 14 15 16 17 18 19 20 21 22... Homogenitas Data Posttes... Uji Normalitas Data Awal... Homogenitas Data Awal... Data Posttes Kemampuan Menulis Teks Hasil Observasi... RPP (STAD)... RPP ( GI)... RPP ( CIRC)...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Tiara Irmawati Budi Handoyo Purwanto Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian BI Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian BI Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian BI Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa adalah efektivitas pembelajaran melalui kurikulum. Pengembangan

Lebih terperinci

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

MEIDITA CAHYANINGTYAS K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 MEIDITA CAHYANINGTYAS

Lebih terperinci

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN 189 BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN Implementasi pendidikan multikultural di sekolah perlu diperjelas dan dipertegas. Bentuk nyata pembelajaran untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian suatu kajian teori sangat diperlukan, suatu kajian teori ini akan sangat membantu dalam penelitian. Dimana teori ini dijadikan suatu dasar atau patokan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut ini.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut ini. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut ini. 1. Penerapan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan untuk generasi muda sangat menentukan masa depan bangsa. Namun, kenyataannya kualitas pendidikan sangat rendah, terutama pendidikan yang ada di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PERBEDAAN PENGARUH ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS Dami Anah 1), Suwarto WA 2), Djaelani 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi No. 449, Surakarta

Lebih terperinci

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI TAHUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Fathonah Guru Kelas IVB SD Negeri Tahunan Yogyakarta Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Tuntutan masyarakat semakin kompleks dan persaingan pun semakin ketat. Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS masih dianggap

Lebih terperinci

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang system

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF STAD

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF STAD Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 14-18 STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF STAD (Student Team Achievement Division) DISERTAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat menuntut negara Indonesia menuju perubahan, terutama dalam dunia pendidikan. Perubahan ini menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 RAMBAH HILIR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 RAMBAH HILIR PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 RAMBAH HILIR Elvita Yeni *), Hardianto 1), Suwandi 2) 1&2) Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami seorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Azis Wahab ( 2009: 2 ) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dan tidak menarik. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dan tidak menarik. Salah satu faktor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di indonesia ilmu pengetahuan dan tekhnologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang diperoleh tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA A. Pembelajaran Kooperatif 1. Model Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan uraian pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar menganggap belajar fisika adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dengan pikiran pada suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan 8 II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005:24) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus No Aspek yang Diamati Kategori Kemunculan Jumlah Siswa

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus No Aspek yang Diamati Kategori Kemunculan Jumlah Siswa 26 dapat dilihat dari hasil observasi yang penulis laksanakan terhadap aktivitas belajar siswa seperti yang disajikan dalam tabel 4.1 di halaman berikut. Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lebih terperinci

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: , ABSTRAK

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: ,   ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 36-41 EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN

Lebih terperinci